PENGARUH PENGUNGKAPAN SUKARELA, AUDIT TENURE
DAN AUDITOR SPESIALIS TERHADAP ASIMETRI
INFORMASI DENGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
Oleh:
Edo Rizki Putra
NIM : 1112082000075
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016
ii
PENGARUH PENGUNGKAPAN SUKARELA, AUDIT TENURE
DAN AUDITOR SPESIALIS TERHADAP ASIMETRI
INFORMASI DENGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
Oleh:
Edo Rizki Putra
NIM : 1112082000075
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016
iii
PENGARUH PENGUNGKAPAN SUKARELA, AUDIT TENURE DAN
AUDITOR SPESIALIS TERHADAP ASIMETRI INFORMASI DENGAN
KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Edo Rizki Putra
NIM: 1112082000075
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I
Yulianti, SE., M.Si
NIP: 19820318 201101 2 011
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 07 April 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa/i:
1. Nama : Edo Rizki Putra
2. NIM : 1112082000075
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Pengungkapan Sukarela, Audit Tenure dan
Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi dengan
Komite Audit sebagai Variabel Moderasi.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 April 2016
1. Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc.
NIP: -
(_________________________)
Penguji 1
2. Fitri Damayanti, SE., M.Si
NIP: 19810731 200604 2 003
(_________________________)
Penguji 2
v
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 24 Agustus 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:
1. Nama : Edo Rizki Putra
2. NIM : 1112082000075
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Pengungkapan Sukarela, Audit Tenure dan
Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi dengan
Komite Audit sebagai Variabel Moderasi.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Agustus 2016
1. Hepi Prayudiawan, SE., MM, Ak., CA (_________________)
NIP: 19720516 200901 1 006 Ketua
2. Yulianti, SE., M.Si (_________________)
NIP: 19820318 201101 2 011 Sekretaris
3. Fitri Damayanti, SE., M.Si (_________________)
NIP: 19810731 200604 2 003 Penguji Ahli
4. Yulianti, SE., M.Si (__________________)
NIP: 19820318 201101 2 011 Pembimbing I
vi
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Edo Rizki Putra
NIM : 1112082000075
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Agustus 2016
(Edo Rizki Putra)
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Edo Rizki Putra
2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 27 Agustus 1994
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Anak ke- dari : 2 dari 2 bersaudara
6. Alamat : Jalan Haryono no. 24 Komplek PU Pasar Jum’at
Kel. Pondok Pinang, Kec. Kebayoran Lama
Jakarta Selatan 12310
7. Telepon : 085711851858
8. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN Pondok Pinang 12 Pagi tahun 1999-2006
2. SMPN 87 Jakarta tahun 2006-2009
3. SMA Yayasan Pendidikan Mulya tahun 2009-2011
4. SMA Harnasto Institut tahun 2011-2012
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012-2016
III. LATAR BELAKANG ORANG TUA
1. Ayah : Sardino
2. Pendidikan Ayah : SMT
3. Pekerjaan Ayah : Petani
4. Ibu : Nurlaily
5. Pendidikan Ibu : SMA
6. Pekerjaan Ibu : Mengurus Rumah Tangga
viii
THE INFLUENCE OF VOLUNTARY DISCLOSURE, AUDIT TENURE,
AND AUDITOR SPECIALIZATION ON INFORMATION ASYMMETRY
WITH AUDIT COMMITTEE AS MODERATING VARIABLE
ABSTRACT
The purpose of this research was to found an evidences regarding the
influence of voluntary disclosure, audit tenure, and auditor specialization on
information asymmetry. This also examine whether the audit committee can make
strong or weak the influence of voluntary disclosure, audit tenure, and auditor
specialization on information asymmetry.
The sample of this research used banking industry which listed in
Indonesia Stock Exchange during 2011-2015 period. The number of banking
industries were consisted of 45 companies with 5 years observation. This research
based on purposive sampling method. The total of research samples are 145
financial statements. Hypothesis in this research were tested by multiple
regression analysis and MRA (Moderated Regression Analysis).
The results of this research indicated that auditor specialization gave
influence on information asymmetry. Voluntary disclosure and audit tenure did
not influence on information asymmetry. This research found evidence that
interaction between audit tenure and audit committee gave influence on
information asymmetry. The interaction between auditor specialization and audit
committee also gave influence on information asymmetry..
Keyword: Information Asymmetry, Voluntary Disclosure, Audit Tenure, Auditor
Specialization, Audit Committee.
ix
PENGARUH PENGUNGKAPAN SUKARELA, AUDIT TENURE, DAN
AUDITOR SPESIASIS TERHADAP ASIMETRI INFORMASI DENGAN
KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti mengenai pengaruh
pengungkapan sukarela, audit tenure, dan auditor spesialis terhadap asimetri
informasi. Penelitian ini juga akan menguji apakah komite audit dapat
memperkuat atau memperlemah pengaruh pengungkapan sukarela, audit tenure,
dan auditor spesialis terhadap asimetri informasi.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2015. Jumlah perusahaan perbankan
yang dijadikan sampel penelitian adalah 29 perusahaan dengan pengamatan
selama 5 tahun. Penelitian ini berdasarkan purposive sampling. Total sampel
penelitian ini adalah 145 laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian
ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dan MRA (Moderated
Regression Analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor spesialis berpengaruh
terhadap asimetri informasi, sedangkan pengungkapan sukarela dan audit tenure
tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi. Penelitian ini menemukan bukti
bahwa interaksi antara audit tenure dengan komite audit berpengaruh terhadap
asimetri informasi. Interaksi antara auditor spesialis dengan komite audit juga
terbukti berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Kata kunci: Asimetri Informasi, Pengungkapan Sukarela, Audit Tenure, Masa
Perikatan Audit, Auditor Spesialis, Komite Audit.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengungkapan Sukarela , Audit Tenure dan
Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi dengan Komite Audit sebagai
Variabel Moderasi” dengan lancar. Shalwat serta salam senantiasa tercurah
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, teladan bagi setiap manusia di bumi
Allah.
Skripsi ini merupakan tugas yang diselesaikan sebagai syarat guna
meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis inging menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu tersusunnya skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua (Bunda dan Bapak) dan Mas Heru yang selalu mendukung
penulis dalam hal pendidikan.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessy Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku dosen pembimbing yang bersedia meluangkan
waktu, serta dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
penulisan skrispsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.
xi
7. Seluruh anggota keluarga yang selalu membantu berjuang dalam hal apapun
terutama Eyang, Bude, Tante, Om Pian, Bude Beti maupun Revo dan Rafli
yang mencoba membantu walau tidak mengerti.
8. Aninditia Hardianti, SE yang telah menemani, memberikan motivasi dan
energi positif dari semester 2 baik di kala susah maupun senang yang telah –
dengan semangat- mendahului mendapat gelar SE.
9. Teman-teman Forum Komunikasi Akuntansi (Forkast) 2012 yang banyak
memberikan pelajaran berharga terhadap penulis.
10. Teman-teman KKN Tangan Nusantara (Angga, Anin, Desi, Omah, Amel,
Tombak, Sofyan, Riyanti, Uni, Khalis, Agung, Mardha) yang telah bersama-
sama melewati sebulan KKN penuh keanehan.
11. Sahabat dari SMA yang sudah seperti keluarga sendiri yaitu Angga Setiady
dan Sofyan Hadi. Terima kasih atas bantuan dan semangat dalam segala hal
sehingga membuat penulis ikut masuk ke dalam dunia perkuliahan.
12. Teman-teman sahabat selama di kampus. (Tombak, Gobel, Ichi, Mawan,
Aziz, Irvan, Ajay, Dean, Jawa, Teguh, Iqbal, Mirza, Ibam, Berry, Joni) terima
kasih atas setiap waktu terbaik yang pernah kita lewati. Semoga Allah
memberikan satu jalan kepada kita, jalan kesuksesan.
Akhir kata, penulis sadar bahwa skripsi ini masih perlu banyak saran dan
masukan yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Aamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, Agustus 2016
Edo Rizki Putra
xii
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM .................................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. vi
KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 14
A. Tinjauan Teori .............................................................................................. 14
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ......................................................... 14
2. Teori Sinyal (Signalling Theory) .......................................................... 15
3. Asimetri Informasi .................................................................................. 16
4. Pengungkapan Sukarela ......................................................................... 20
5. Audit Tenure ............................................................................................ 22
6. Auditor Spesialis ..................................................................................... 24
7. Komite Audit ........................................................................................... 25
xiii
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................... 27
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 31
D. Perumusan Hipotesis Variabel .................................................................... 32
1. Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi...... 32
2. Pengaruh Audit Tenure terhadap Asimetri Informasi ......................... 32
3. Pengaruh Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi ................. 33
4. Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi
dengan Moderasi Komite Audit ............................................................ 35
5. Pengaruh Audit Tenure terhadap Asimetri Informasi dengan
Moderasi Komite Audit .......................................................................... 35
6. Pengaruh Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi dengan
Moderasi Komite Audit .......................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 38
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 38
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................................... 38
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 39
D. Metode Analisis Data................................................................................... 40
1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................................... 40
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 40
a. Uji Normalitas .................................................................................... 40
b. Uji Multikoloniaritas ......................................................................... 41
c. Uji Heteroskesdastisitas .................................................................... 42
d. Uji Autokorelasi ................................................................................. 42
3. Koefisien Determinasi (R2) .................................................................... 43
4. Analisis Regresi Berganda dan Moderated Regression Analysis ..... 44
a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda ................................ 44
b. Pengujian dengan Moderated Regression Analysis ....................... 45
5. Uji Hipotesis ............................................................................................ 47
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ......................................................... 48
1. Variabel Bebas ......................................................................................... 48
xiv
a. Pengungkapan Sukarela .................................................................... 48
b. Audit Tenure ....................................................................................... 49
c. Auditor Spesialis ................................................................................ 50
2. Variabel Moderasi ................................................................................... 50
a. Komite Audit ...................................................................................... 50
3. Variabel Terikat ....................................................................................... 51
a. Asimetri Informasi ............................................................................. 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 53
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................. 53
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................................... 54
1. Hasil Statistik Deskriptif ........................................................................ 54
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 56
3. Hasil Koefisien Determinasi .................................................................. 62
4. Hasil Uji Hipotesis .................................................................................. 65
C. Pembahasan ................................................................................................... 71
1. Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi...... 71
2. Pengaruh Audit Tenure terhadap Asimetri Informasi ......................... 73
3. Pengaruh Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi ................. 75
4. Pengaruh Hubungan Interaksi Pengungkapan Sukarela dengan
Komite Audit terhadap Asimetri Informasi ......................................... 75
5. Pengaruh Hubungan Interaksi Audit Tenure dengan Komite Audit
terhadap Asimetri Informasi .................................................................. 76
6. Pengaruh Hubungan Interaksi Auditor Spesialis dengan Komite
Audit terhadap Asimetri Informasi ....................................................... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 79
A. Kesimpulan ................................................................................................... 79
B. Saran............................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 87
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Skandal Hilangnya Independensi Kantor Akuntan Publik .................... 6
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 27
Tabel 3. 1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................... 52
Tabel 4. 1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian .................................................. 53
Tabel 4. 2 Statistik Deskriptif ............................................................................... 54
Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov ..................... 56
Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov setelah
Transformasi ......................................................................................... 57
Tabel 4. 5 Hasil Uji Multikoloniaritas dengan Uji VIF ........................................ 59
Tabel 4. 6 Hasil Uji Heteroskesdastisitas dengan Uji Glejser .............................. 60
Tabel 4. 7 Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson ............................. 62
Tabel 4. 8 Hasil Koefisien Determinasi Analisis Regresi Berganda .................... 63
Tabel 4. 9 Hasil Koefisien Determinasi H4 ........................................................... 63
Tabel 4. 10 Hasil Koefisien Determinasi H5 ........................................................ 64
Tabel 4. 11 Hasil Koefisien Determinasi H6 ........................................................ 64
Tabel 4. 12 Hasil Uji t Analisis Regresi Berganda ............................................... 65
Tabel 4. 13 Hasil Uji H4 ........................................................................................ 67
Tabel 4. 14 Hasil Uji H5 ........................................................................................ 68
Tabel 4. 15 Hasil Uji H6 ........................................................................................ 69
Tabel 4. 16 Tingkat Pengungkapan Sukarela dan Asimetri Informasi ................. 72
Tabel 4. 17 Tingkat Audit Tenure dan Asimetri Informasi ................................... 73
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pemikiran ............................................................. 31
Gambar 4. 1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram ............................... 58
Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal P-Plot ........................ 58
Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskesdastisitas dengan Grafik Scatterplot ............... 61
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Perbankan 2011-2015........................... 88
Lampiran 2 Indeks Pengungkapan Sukarela ....................................................... 90
Lampiran 3 Perhitungan Variabel Dependen (Asimetri Informasi) .................... 91
Lampiran 4 Perhitungan Variabel Independen (Pengungkapan Sukarela) ......... 94
Lampiran 5 Perhitungan Variabel Independen (Audit Tenure) ........................... 98
Lampiran 6 Perhitungan Variabel Indepeden (Auditor Spesialis) ..................... 101
Lampiran 7 Perhitungan Variabel Moderasi (Komite Audit) ............................ 107
Lampiran 8 Hasil Output SPSS .......................................................................... 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mewujudkan perekonomian yang modern, banyak
perusahaan yang melakukan pemisahtugasan antara pemilik (principal) dan
manajemen (agen). Hal ini menimbulkan konsekuensi berupa
pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan tersebut secara periodik yang
umumnya melalui media laporan keuangan oleh manajer. Sebagai media
pertanggungjawaban, laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang
diperlukan sebagai sarana untuk pengambilan keputusan oleh pihak terkait,
baik itu pihak internal ataupun pihak eksternal perusahaan (Singgih dan
Bawono, 2010; Wasilah, 2005).
Konsekuensi yang timbul akibat pemisahtugasan dengan pembuatan
laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban dari manajemen terhadap
pemilik adalah adanya ketidakseimbangan informasi. Ketidakseimbangan
informasi ini muncul karena adanya ketidakseimbangan penguasaan
informasi. Murni (2009) menjelaskan bahwa ketidakseimbangan informasi
atau biasa disebut asimetri informasi ini mengarah pada berbagai tindakan
opportunistik manajer, yang memiliki akses informasi lebih banyak mengenai
prospek dan keadaan perusahaan dibandingkan dengan pemilik perusahaan
(pemegang saham).
2
Asimetri informasi merupakan hal yang harus dikurangi kemungkinan
terjadinya, karena asimetri informasi dapat mengarah kepada perbuatan yang
merugikan perusahaan secara umum. Manajer cenderung akan menyajikan
informasi yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan jika informasi yang
diminta berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer yang biasanya dapat
terlihat dalam angka perolehan laba dari perusahaan (Chairunnisa, 2014). Hal
ini menimbulkan suatu keharusan bagi pemegang saham untuk mengeliminasi
asimetri informasi. Asimetri informasi menciptakan manfaat ekonomi yang
belum seharusnya diakui oleh pihak manajemen dan pihak internal lainnya,
tetapi asimetri informasi juga turut menghalangi investor untuk mendapatkan
beberapa kemungkinan keuntungan (Varici, 2013).
Tindakan kecurangan yang dilakukan oleh manajer terkait dengan
ketidakseimbangan informasi yang terjadi dengan pemegang saham semakin
dipertegas dengan basis akrual yang dipilih karena lebih rasional dan adil
dalam mencerminkan kondisi keuangan secara riil. Namun penggunaan dasar
akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam
memilih metode selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku. Tindakan pemilihan metode yang secara sengaja
dipilih untuk tujuan tertentu disebut tindakan manajemen laba.
Laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan memuat
beberapa pengungkapan dalam perusahaan, baik pengungkapan wajib maupun
pengungkapan sukarela. Pengungkapan sukarela merupakan bagian dari
pengungkapan nonfinansial yang diharapkan dapat membantu investor dalam
3
memahami strategi bisnis perusahaan. Menurut Sidharta dan Istini (2000),
pengungkapan informasi nonfinansial bagi stakeholders sangat penting karena
adanya keterbatasan pengukuran finansial. Informasi pengungkapan sukarela
diharapkan dapat menjelaskan resiko yang mungkin dapat diminimalisir
maupun kemungkinan return yang akan diperoleh oleh investor.
Pengungkapan ini akan memberikan informasi lebih tentang perusahaan
kepada pasar yang mencerminkan nilai perusahaan (Nugrahani dan Nugroho,
2010). Namun, manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela
bila manfaat yang diperoleh dari pengungkapan informasi tersebut lebih besar
dari biayanya.
Perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan lebih dari
pengungkapan yang ditetapkan dalam bentuk pengungkapan sukarela, salah
satunya adalah pengungkapan aktivitas fundamental yang memberikan
keuntungan jangka panjang. Pengungkapan sukarela bermanfaat untuk
menarik perhatian analis dalam meningkatkan akurasi ekspektasi pasar,
menurunkan asimetri informasi pasar, dan menurunkan keterkejutan pasar
(Bahmani, 2014).
Dengan didasarkan pada kebutuhan pemegang saham atas informasi
perusahaan tersebut membuat pihak pemegang saham rela meningkatkan
biaya modalnya untuk meningkatkan kualitas dan transparansi laporan
keuangan. Hal tersebut diimplemetasikan dengan menggunakan jasa audit
yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen. Jasa
audit diharapkan mampu memberikan jaminan keyakinan atas laporan
4
keuangan dan meminimalisir terjadinya asimetri informasi yang akan
merugikan para investor. Penggunaan jasa akuntan publik dilakukan oleh
perusahaan untuk memperkuat transparansi dan kebenaran laporan keuangan
yang sudah diperkuat dengan adanya pengungkapan sukarela yang telah
dilakukan. Penggunaan jasa akuntan publik ini diharapkan mampu
mengurangi ketidakseimbangan informasi yang ada.
Hal tersebut diperkuat dengan Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-
431/BL/2012 mengenai keharusan perusahaan go public untuk menyampaikan
Laporan Keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) dan melampirkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan
publik. Selain itu, setiap perusahaan perbankan di Indonesia memiliki
kewajiban tersendiri untuk melaporkan keuangannya seperti yang tercantum
dalam Peraturan Bank Indonesia No. 14/14/PBI/2012. Tingkat keandalan
informasi inilah yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan pihak
eksternal yang menggunakan informasi tersebut (Wakum dan Wisadha, 2014).
Suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh KAP melalui auditor yang
ditunjuknya, tidak semata hanya menjalankan kewajiban dalam proses audit
terhadap klien, melainkan selama proses pemeriksaan hingga menghasilkan
laporan audit seorang auditor bertanggung jawab terhadap kepentingan pihak
lain yang berkaitan dengan laporan keuangan auditan. Pihak-pihak lain
perusahaan, yang biasanya terdiri atas beberapa pihak seperti: pemilik
perusahaan, karyawan, investor, kreditor, badan pemerintahan, organisasi
nirlaba, dan masyarakat (Simamora, 2000).
5
Keberadaan KAP menyediakan jasa untuk mengaudit laporan
keuangan yang dilakukan oleh para auditor yakni untuk meyakinkan bahwa
laporan keuangan suatu perusahaan tersebut mempunyai kredibilitas yang
berguna bagi pihak-pihak pemakai laporan keuangan, maka laporan keuangan
tersebut harus diaudit oleh auditor yang independen agar auditor dapat
bersikap obyektif dan independen terhadap informasi yang disajikan
(Santriatini, Sinarwati, dan Musmini, 2014). Meskipun sangat kecil
kemungkinan untuk menghapus asimetri informasi secara menyeluruh, namun
kehadiran auditor independen sebagai pihak ketiga dapat mengurangi asimetri
informasi tersebut (Varici, 2013)
Selain melalui pengungkapan sukarela, asimetri informasi dapat
dikurangi dengan adanya audit tenure. Audit tenure adalah masa perikatan
audit antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dan klien terkait jasa audit yang
telah disepakati sebelumnya. Tenure biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya
terhadap independensi auditor. Hubungan yang panjang antara Kantor
Akuntan Publik (KAP) dan klien berpotensi untuk menimbulkan kedekatan
antara mereka. Hal tersebut dapat menghalangi independensi auditor.
Kasus-kasus skandal akuntansi dalam beberapa tahun belakangan yang
melibatkan Kantor Akuntan Publik (KAP) sedikit melunturkan independensi
akuntan publik di mata publik. Kegagalan yang dilakukan oleh Kantor
Akuntan Publik tersebut sangat berkaitan dengan masa perikatan audit yang
lama. Kasus seperti itu terjadi pada Enron, Parmalat, dan kasus-kasus lainnya
6
(Tabel 1.1) yang membuat pengguna informasi keuangan mengalami
penurunan kepercayaan atas hasil audit.
Tabel 1. 1 Skandal Hilangnya Independensi Kantor Akuntan Publik
No. Nama Perusahaan Tuduhan kasus skandal independensi kantor
akuntan publik (KAP)
1. Enron Co. Keterlibatan para auditor KAP Arthur Andersen
dalam kegiatan internal perusahaan Enron Co.
Dimana komposisi Internal Audit Enron Co
berisikan auditor para auditor dan partner dari
KAP Artur Andersen. Andersen sendiri pada
tahun 1994 merupakan auditor internal dari
Enron Co (Chicago Tribune)
2. Parmalat KAP Grant Thronton merupakan auditor
Parmalat dari tahun 1990-1999 yang merupakan
salah satu second-accounting firms terbesar.
Pada tahun 1999, Parmalat harus mengganti
auditor sesuai dengan undang-undang Italia dan
kemudian Parmalat KAP Delloit Touche
Tohmatsu. Akan tetapi, KAP Grant Thoronto
tetap melanjutkan audit atas entitas Parmalat di
luar Italia.
3. Tesco Hubungan yang cukup lama terjalin antara Tesco
dan auditornya (PwC) lebih dari 31 tahun. Selain
mengaudit Tesco, PwC juga menjadi auditor
Sainsbury’s selama 20 tahun yang merupakan
saingan dari Tesco. Dalam hal ini PwC
tersandung kasus fraud yang ditemukan oleh
KAP Delloit saat melakukan audit Investigasi
“Area of Focus” yang menjadi penjelasan
singkat PwC dalam Laporan Audit Independen
(LAI) untuk tahun 2014 yang membuktikan
bahwa laporan keuangan Tesco mengalami salah
saji material sebesar £250 juta selama diaudit
oleh PwC.
4. Herbalife Ltd. Dan
Skechers
Terlibatnya mantan partner KAP KPMG yang
dengan melakukan perdagangan surat berharga
berdasarkan informasi “orang dalam”. Scott
memberikan informasi surat berharga dari dua
klien KPMG tersebut untuk membantu temannya
yang sedang kesulitan dalam usaha permata Sumber: Theodorrus M. Tuanakota 2015
7
Pada kasus Enron Co, KAP Arthur Andersen dinilai tidak dapat
menjaga independensinya sebagai akuntan publik, hal ini dikarenakan selain
sebagai auditor Enron, KAP Arthur Andersen juga terlibat dalam memberikan
jasa kepada akuntansi bahkan sebagai audit internal Enron Co. Penyebab
utama dalam kasus ini adalah tenure yang terjalin selama 16 tahun cukup
lamanya antara Enron dan Andersen, sehingga kedekatan secara internal
diantara kedua pihak munculah skandal tersebut. Karena perbuatan mereka ini
Enron Co. mengalami kebangkrutan dalam bisnisnya dan meninggalkan utang
milyaran dolar. Sedangkan KAP Arthur Andersen kehilangan independensi
dan kepercayaan dari masyarakat.
Skandal Enron dengan KAP Arthur Andersen merupakan kasus yang
mencoreng dunia bisnis, khususnya bagi dunia akuntan publik. Berlakunya
kewajiban pergantian atau rotasi KAP merupakan jawaban Sarbanex-Oxley
Act 2002 terhadap skandal accounting dan gagal audit (audit failure) the Big
Five yang masif di penghujung abad ke-20 (Tuanakotta, 2015). Kebijakan
regulasi yang diambil oleh Sarbanex-Oxley Act atas kasus Enron Co.
menjadikan tolak ukur bagi setiap negara agar kasus yang sama tidak terulang
lagi di negaranya masing-masing serta diharapkan mampu memperkuat
independensi auditor dan mengurangi kejadian pelanggaran audit.
Dampak dari SOX juga terjadi di Indonesia, yaitu dengan dirubahnya
KMK Nomor 359/KMK.06/2003 menjadi PMK Nomor 17/PMK.01/2008
yang di dalamnya terdapat peraturan mengenai audit tenure. Peraturan
tersebut menyatakan bahwa pembatasan tenure bagi kantor akuntan publik
8
(KAP) adalah selama enam tahun buku berturut-turut dan masa tunggu dua
tahun. Pemberlakuan kebijakan tersebut menyebabkan KAP harus
mempersiapkan auditor mereka untuk penugasan pada klien yang baru,
sehingga kondisi tersebut berdampak pada tingginya biaya start-up (Carcello
dan Nagy, 2004 dalam Wakum dan Wisadha, 2014).
Klien cenderung akan memberikan informasi awal mengenai kondisi
perusahaan di awal perikatan audit. Hal ini sebagai dampak dari dibatasinya
audit tenure. Asimetri informasi menjadi rentan terjadi dalam masa awal
perikatan audit tersebut karena dalam periode tersebut auditor harus mampu
menyelesaikan tugas auditnya, sementara ada kemungkinan bahwa auditor
belum mengetahui informasi dan prospek perusahaan klien. Namun dalam
perikatan audit di tahun-tahun berikutnya, auditor dinilai mampu mengurangi
asimetri informasi karena auditor telah memahami informasi yang dibutuhkan
untuk menilai bisnis klien (Wakum dan Wisadha, 2014). Hasil penelitian yang
dilakukan Primadita (2012) didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Wakum dan Wisadha (2014) yang menyatakan bahwa semakin pendek audit
tenure, maka semakin tingginya efek asimetri informasi yang ditimbulkan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Almutairi (2009) yang diperkuat
kembali oleh Hakim dan Omri (2010) yang menyatakan bahwa audit tenure
berpengaruh positif terhadap asimetri informasi.
Rotasi audit tidak hanya bermanfaat sebagai solusi dalam mengatasi
masalah independensi auditor akibat hubungan tenure yang panjang tetapi
juga bermanfaat untuk meningkatkan pengalaman auditor. Pengalaman auditor
9
dapat meningkatkan pemahaman auditor mengenai kondisi perusahaan seperti
internal kontrol, resiko bisnis dan resiko audit perusahaan pada suatu jenis
industri yang diaudit karena rotasi audit membuka kesempatan bagi auditor
untuk mengembangkan kompetensi dan pengetahuannya dalam menangani
klien pada jenis industri yang sama.
Auditor dikatakan berpredikat spesialis dikarenakan auditor telah
memiliki banyak pengalaman melakukan audit dan terkonsentrasi pada suatu
jenis industri tertentu (Habib dan Bhuiyan, 2011). Strategi spesialisasi industri
yang dilakukan auditor ini dapat meningkatkan pengetahuan spesifik pada
industri tertentu dengan lebih komprehensif sehingga dapat mengurangi
asimetri secara lebih baik.
Aspek lain terkait dengan skandal keuangan yang terjadi ialah
penerapan good corporate governance. Asimetri informasi yang timbul
diduga terjadi karena lemahnya penerapan good corporate governance dalam
perusahaan. Salah satu aspek good corporate governance yang masih sering
menjadi perdebatan di berbagai kalangan ialah keberadaan komite audit.
Terungkapnya skandal manipulasi keuangan perusahaan terkemuka telah
membuka pertanyaan lebih jauh mengenai efektivitas komite audit dalam
menjalankan tugasnya. (Wakum et al., 2014).
Tugas komite audit berkaitan dengan kualitas laporan keuangan,
karena peran utama komite audit adalah membantu Dewan Komisaris dalam
hal pengawasan laporan keuangan oleh manajemen. Dengan demikian, komite
audit memegang peranan sangat penting dalam mekanisme pengendalian
10
internal perusahaan. Perusahaan yang memiliki komite audit harus mampu
menyediakan informasi yang andal dan akurat serta diarahkan untuk mampu
mengurangi tindakan oportunistik manajer. Evi dan Dhinar (2009) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa keberadaan komite audit independen
tidak berpengaruh pada penurunan asimetri informasi di sekitar pengumuman
laba.
Namun, pandangan lain menyebutkan bahwa komite audit yang
menjadi bagian dalam good corporate governance terbukti mampu
mengurangi efek asimetri informasi seperti yang telah terbukti oleh penelitian
Kanagaretman (2007) dan Elbadry (2013). Nuratama (2011) memasukkan
unsur komite audit sebagai variabel moderasi antara audit tenure dengan
kualitas audit. Sementara Wakum (2014) memasukkan unsur komite audit
sebagai variabel moderasi antara audit tenure dan asimetri informasi dengan
hasil yaitu komite audit mempunyai kemampuan memperlemah pengaruh
negatif audit tenure terhadap asimetri informasi. Adanya perbedaan hasil
penelitian tersebut menyebabkan perlunya dicari telaah lain terkait dengan
keberadaan komite audit dalam hubungannya dengan audit tenure serta
asimetri informasi.
Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan penelitian dengan
penelitian terdahulu. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan
gabungan variabel-variabel dari penelitian terdahulu yaitu penelitian Wakum
dan Wisadha (2014) yang menggunakan variabel audit tenure, komite audit
dan asimetri informasi, penelitian Primadita (2012) yang menggunakan
11
variabel audit tenure, auditor spesialis dan asimetri informasi serta penelitian
Bahmani (2014) yang menggunakan variabel pengungkapan dan asimetri
informasi. Sedangkan objek penelitian ini sama dengan penelitian Wakum
(2014) yaitu perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Alasan perusahaan perbankan dipilih dalam penelitian ini adalah
perusahaan perbankan memiliki kewajiban yang lebih kuat dalam melaporkan
laporan keuangan yang sesuai standar dan telah diaudit karena tertera dalam
Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-431/BL/2012 dan Peraturan Bank
Indonesia No. 14/14/PBI/2012.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian dilakukan untuk menguji
kembali variabel-variabel penelitian karena masih ditemukan
ketidakkonsistenan antara beberapa hasil penelitan sebelumnya, serta
penelitian dengan variabel terkait masih jarang ditemui di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Pengungkapan Sukarela, Audit Tenure dan Auditor Spesialis
terhadap Asimetri Informasi dengan Komite Audit sebagai Variabel
Moderasi”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengungkapan sukarela berpengaruh terhadap asimetri informasi?
2. Apakah audit tenure berpengaruh terhadap asimetri informasi?
12
3. Apakah auditor spesialis berpengaruh terhadap asimetri informasi?
4. Apakah komite audit memoderasi pengaruh pengungkapan sukarela
terhadap asimetri informasi?
5. Apakah komite audit memoderasi pengaruh audit tenure terhadap asimetri
informasi?
6. Apakah komite audit memoderasi pengaruh auditor spesialis terhadap
asimetri informasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk hal-hal
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengaruh pengungkapan sukarela terhadap asimetri
informasi pada suatu perusahaan.
b. Untuk mengetahui pengaruh audit tenure terhadap asimetri informasi
pada suatu perusahaan.
c. Untuk mengetahui pengaruh auditor spesialis terhadap asimetri
informasi pada suatu perusahaan.
d. Untuk mengetahui moderasi komite audit terhadap pengaruh
pengungkapan sukarela terhadap asimetri informasi pada suatu
perusahaan.
e. Untuk mengetahui moderasi komite audit terhadap pengaruh audit
tenure terhadap asimetri informasi pada suatu perusahaan
13
f. Untuk mengetahui moderasi komite audit terhadap pengaruh auditor
spesialis terhadap asimetri informasi pada suatu perusahaan.
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1) Memberikan pengetahuan tambahan secara lebih luas tentang ilmu
pengauditan, secara khusus terkait wawasan tentang asimetri
informasi.
2) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya.
b. Kontribusi Praktis
1) Memberikan informasi kepada perusahaan untuk melihat fenomena
asimetri informasi di dalam sebuah unit perusahaan.
2) Memberikan informasi kepada pemegang saham cara untuk
mengurangi asimetri informasi.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan sebagai
suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak
lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama
prinsipal yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan
keputusan kepada agen. Menurut Hadiprajitno (2013) teori keagenan
merupakan ranting yang diturunkan dari teori ekonomi neoklasik Adam
Smith.
Menurut Raharjo (2007), teori agensi terfokus pada dua individu
yaitu prinsipal dan agen. Prinsipal mendelegasikan responsibility decision
making kepada agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai
orang-orang ekonomi yang rasional yang semata-mata termotivasi oleh
kepentingan pribadi, tapi mereka kesulitan membedakan penghargaan atas
prefensi, kepercayaan, dan informasi. Rahmawati (2008) mendefinisikan
teori keagenan mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara
manajer sebagai agen dengan pemilik yang dalam hal ini merupakan
pemegang saham/investor.
Oleh karena itu, auditor independen berperan sebagai penengah
agent dan principle yang berbeda kepentingan. Auditor independen juga
15
berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku
mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer). Penugasan auditor di
perusahaan klien merupakan bentuk pengawasan atas kinerja manajemen
selaku agen dari prinsipal di sebuah perusahaan dengan adanya laporan
audit yang dihasilkan oleh auditor. Laporan tersebut dijadikan oleh
prinsipal sebagai sumber informasi terpercaya untuk mengevaluasi
manajemen sebagai agen dan membuat rencana-rencana strategis
perusahaan kedepannya.
2. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Signalling theory dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan
keuangan yang menggunakan informasi yang asimetri antara perusahaan
dengan pihak luar karena manajemen lebih banyak tahu tentang prospek
perusahaan dan peluang masa depan dibandingkan pihak luar (investor).
Asimetri informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh
menyampaikan semua informasi yang dapat mempengaruhi nilai
perusahaan ke pasar modal. Asimetri informasi perlu diminimalkan,
sehingga perusahaan go public dapat menginformasikan keadaan
perusahaan secara transparan kepada investor (Primadita, 2012)
Investor selalu membutuhkan informasi yang simetris sebagai
pemantauan dalam menanamkan dana pada suatu perusahaan. Jadi sangat
penting bagi perusahaan untuk memberikan informasi setiap rekening
16
pada laporan keuangan dimana merupakan sinyal untuk diinformasikan
kepada investor maupun calon investor (Subalno, 2009).
3. Asimetri Informasi
Laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk digunakan oleh
berbagai pihak, termasuk pihak internal perusahaan itu sendiri. Pihak-
pihak yang sebenarnya paling membutuhkan laporan keuangan adalah para
pengguna eksternal (pemegang saham, kreditor, pemerintah, masyarakat)
(Singgih dan Bawono, 2010). Pradnyani (2014) menjelaskan bahwa para
pengguna internal mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
perusahaan, sedangkan pihak eksternal yang tidak berada di perusahaan
secara langsung, tidak mengetahui informasi tersebut sehingga
ketergantungan manajemen terhadap informasi akuntansi tidak sebesar
para pengguna eksternal.
Salah satu kendala yang akan muncul antara agen dan prinsipal
adalah adanya asimetri informasi (Rahmawati, 2012). Asimetri informasi
adalah suatu keadaan dimana agen mempunyai informasi yang lebih
banyak tentang perusahaan dan prospek di masa yang akan datang
dibandingkan dengan prinsipal (Murni, 2009). Kondisi ini memberikan
kesempatan kepada agen menggunakan informasi yang diketahuinya untuk
memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan
kemakmurannya (Pradnyani, 2014).
17
Scott (2009) dalam Primadita (2012) mengelompokkan asimetri
informasi ke dalam dua jenis, antara lain :
a. Adverse selection, yaitu jenis asimetri informasi dimana pihak-pihak
yang melakukan transaksi bisnis, atau transaksi potensial mempunyai
informasi lebih dibanding pihak-pihak lain.
Adverse selection terjadi karena para manajer serta pihak internal lain
biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek
perusahaan dibandingkan pihak luar. Dan mungkin terdapat fakta-
fakta yang dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh
prinsipal tersebut yang tidak disampaikan kepada prinsipal, sehingga
muncul bias dalam pemilihan untuk mendapatkan pilihan yang tepat.
Jadi adverse selection timbul akibat adanya informasi yang
tersembunyi.
b. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang
manajer tidak seluruhnya diketahui oleh investor (pemegang saham
dan kreditor), sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar
pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan
sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Moral hazard adalah memanfaatkan ketidaktahuan pihak lain untuk
melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan perjanjian awal yang
akibatnya merugikan pihak lain. Dalam hal ini, agen memanfaatkan
ketidaktahuan prinsipal untuk menyajikan suatu laporan yang tidak
18
sesuai perjanjian awal atau standar yang berlaku sehingga terjadilah
moral hazard.
Estimasi akuntansi dapat dilakukan berdasarkan tiga kategori
utama (Wasilah, 2005), yaitu:
1. Berdasarkan analyst forecast.
Metode ini dikembangkan berdasarkan pemikiran dari
Blackwell dan Dubins. Proksi yang digunakan adalah keakuratan
analisis dalam melakukan atas earning per share (EPS) dan prediksi
para analis sebagai ukuran asimetri informasi. Masalah yang sering
timbul dari perhitungan ini adalah para analis seringkali bersikap
over-reacting terhadap informasi negatif. Selain itu, penggunaan
forecast error sebagai cara menghitung informasi asimetri selalu
tidak berhubungan dengan tingkat resiko yang dihadapi oleh
perusahaan melainkan mungkin berhubungan dengan fluktuasi dari
earning dan bukan disebabkan oleh asimetri informasi yang lebih
tinggi. Namun, Chung (1995) dalam Wasilah (2005), berpendapat
bahwa ada hubungan positif antara pendapat dengan selisih harga
bid-ask.
2. Berdasarkan kesempatan berinvestasi.
Bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi
mempunyai kemampuan lebih baik untuk memprediksi arus kas pada
periode mendatang, prediksi tersebut berdasarkan aset perusahaan.
19
Beberapa proksi yang banyak digunakan adalah rasio market to book
value of equity, market to book value of asset, price earning ratio.
Alasan penggunaan rasio tersebut adalah:
a) Rasio market to book value dari ekuitas dan aset, selain
mencerminkan kinerja perusahaan, juga mencerminkan
potensi pertumbuhan perusahaan dengan aset yang
dimilikinya. Market To Book Value atau Price Book Value
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja
pasar saham terhadap nilai bukunya. Nilai buku (book value
per lembar saham) menunjukkan aktiva bersih (net asset)
yang dimiliki oleh pemilik saham dengan memiliki satu
lembar saham. Karena aktiva bersih sama dengan total
ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Nilai pasar
adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham
bersangkutan di pasar bursa.
Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya
nilai market to book value-nya mencapai di atas satu, yang
menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar daripada
nilai bukunya. Market to Book Value adalah indikator yang
digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Semakin besar
rasio Price to Book Value, semakin tinggi perusahaan
20
dinilai oleh para pemodal (investor) relatif dibandingkan
dengan dana yang telah ditanamkan.
b) Price earning ratio mencerminkan resiko dari pertumbuhan
earning yang dihadapi perusahaan.
3. Berdasarkan teori market microstructure.
Yang menjadi perhatian luas dari teori ini adalah
bagaimana harga dan volume perdagangan dapat terbentuk,
untuk melihat kedua faktor tersebut terbentuk. Untuk melihat
kedua faktor tersebut terbentuk melalui bid-ask spread yang
menyatakan bahwa terdapat suatu komponen spread yang turut
memberikan kontribusi kerugian yang dialami dealer
(perusahaan) ketika melakukan transaksi dengan pedagang
terinformasi (informed traders). Bid-ask spread merupakan
selisih harga beli tertinggi dimana trader (pemegang saham)
bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah
dimana trader bersedia menjual saham tersebut.
4. Pengungkapan Sukarela
Menurut Nugrahani (2010) pengungkapan sukarela adalah
pengungkapan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh
peraturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan
yang dapat dengan leluasa dilakukan perusahaan sesuai kepentingan
21
perusahaan yang dianggap relevan dan mendukung dalam pengambilan
keputusan ekonomi yang akan dilakukan oleh pengguna informasi tahunan
(annual report) (Adhi, 2012).
Manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela bila
manfaat yang diperoleh pengungkapan informasi tersebut lebih besar dari
biayanya. Pertimbangan pengungkapan informasi yang didasarkan oleh
faktor biaya dan manfaat karena standar-standar akuntansi biasanya tidak
mewajibkan pengungkapan yang maksimal.
Laporan tahunan bagi investor sebagai pihak utama pengguna
informasi merupakan media analisis dalam melakukan keputusan investasi
karena investasi merupakan kegiatan yang sangat berisiko dan penuh
ketidakpastian, maka pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan
perusahaan diharapkan mampu mengurangi keraguan para investor dalam
melakukan kegiatan investasi. Para investor sangat membutuhkan
informasi mengenai kondisi perusahaan yang dapat dipercaya, relevan,
penuh dan transparan. Pengungkapan sukarela yang memberikan informasi
pendukung lain mengenai perusahaan diharapkan mempermudah investor
dalam melakukan analisis investasi kepada perusahaan (Indriani, 2014).
Hendriksen dan Brenda (2001), ada beberapa alasan yang
menyebabkan perusahaan enggan melakukan pengungkapan, yaitu sebagai
berikut:
a. Pengungkapan akan membantu para pesaing dan merugikan
pemegang saham.
22
b. Pengungkapan yang lengkap akan memberikan keuntungan kepada
serikat pekerja dalam hal tawar menawar upah.
c. Adanya keraguan terhadap kemampuan investor dalam memahami
kebijakan dan prosedur akuntansi sehingga full disclosure hanya akan
menyesatkan.
d. Tersedianya sumber-sumber informasi lain selain laporan tahunan
yang tersedia dengan biaya yang lebih mahal.
e. Kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan investor.
5. Audit Tenure
Audit tenure adalah masa perikatan audit antara KAP dan klien
terkait jasa audit yang telah disepakati sebelumnya. Tenure biasanya
dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap independensi auditor. Hubungan
yang panjang antara KAP dan klien berpotensi untuk menimbulkan
kedekatan antara mereka. Hal tersebut dapat menghalangi independensi
auditor.
Di Indonesia, ketentuan mengenai audit tenure telah diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia (KMK) No.
423/KMK.06/2002 mengenai pembatasan praktik Akuntan Publik, yang
kemudian diubah menjadi 359/KMK.06/2003 mengenai “Jasa Akuntan
Publik”, berisi tentang aturan lamanya pemberian jasa audit umum oleh
KAP atas laporan keuangan dari suatu entitas paling lama adalah 5 (lima
tahun) buku berturut-turut dan oleh Akuntan Publik paling lama adalah 3
23
(tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut diperbaharui kembali
dalam Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 dengan
mengubah batas lamanya pemberian jasa audit oleh KAP dari 5 (lima)
tahun buku berturut-turut menjadi 6 (enam) tahun buku berturut-turut.
Giri (2010) menyatakan pihak yang mendukung kebijakan rotasi
audit ini menyandarkan pada dua argumen dasar, yaitu:
a. Hubungan kerjasama yang lama antara manajemen dengan auditor
dapat menurunkan independensi auditor, dan
b. Kualitas dan kompetensi kerja auditor cenderung menurun secara
signifikan dari waktu ke waktu.
Sedangkan pihak yang menolak kebijakan rotasi audit memiliki
beberapa argumen diantaranya:
a. Kompleksitas dan ukuran perusahaan modern tidak mendukung
pelaksanaan audit jangka pendek.
b. Auditor tidak lagi berada pada posisi memperoleh pengampunan dari
manajemen.
c. Dengan pembatasan rotasi audit, KAP diragukan memiliki
pengetahuan yang cukup mendalam mengenai bisnis perusahaan, dan
d. Timbulnya tambahan kos audit bagi klien dan juga bagi akuntan
publik.
Hal ini semakin dipertegas dengan perbedaan penelitian mengenai
audit tenure terhadap asimetri informasi dimana Wakum dan Wisadha et
al. (2014) serta Primadita (2012) menyatakan bahwa audit tenure memiiki
24
pengaruh negatif terhadap asimetri informasi. Sementara Almutairi (2009)
serta Hakim dan Omri (2010) menyatakan hal yang sebaliknya, yaitu audit
tenure berpengaruh positif terhadap asimetri informasi.
6. Auditor Spesialis
Setiap industri sangat besar kemungkinan memiliki perbedaan sifat
bisnis, prinsip akuntansi, sistem akuntansi, dan peraturan perpajakan yang
berbeda satu sama lainnya. Oleh karena itu, seorang auditor harus
memiliki pengetahuan mengenai jenis industri klien, bukan hanya
memiliki pengetahuan mengenai audit dan akuntansi saja.
Auditor spesialis adalah auditor yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan mengaudit klien dengan industri yang sama. Auditor dengan
klien dalam industri yang sama akan memiliki pemahaman yang lebih
mengenai resiko audit khusus pada industri sehingga dapat memahami
karakteristik perusahaan dengan lebih komprehensif (Habib dan Bhuiyan,
2011).
Terdapat empat faktor penentu tingkat kematangan auditor
spesialis menurut Bonner (1990) dalam Primadita (2012), yaitu :
a. Pemahaman atas pengetahuan umum mengenai akuntansi dan audit
yang diperoleh dari pelatihan secara formal maupun pengalaman
auditor.
25
b. Pemahaman yang lebih detail atas klien dan industri tempat klien
beroperasi berupa karakteristik perusahaan-perusahaan dalam
industri tersebut.
c. Pemahaman atas bisnis mengenai sifat dasar, kondisi, tren ataupun
siklus yang berlaku dalam lingkungan bisnis secara umum.
d. Kemampuan memecahkan masalah dengan memahami hubungan
timbal balik dan kemampuan analitis.
Profesi auditor berfungsi sebagai pihak ketiga yang independen
dalam memberikan kepastian berupa opini terhadap integritas angka-angka
akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Ketika
auditor menangani perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama maka
pengetahuan dan pemahaman auditor bertambah dan jauh lebih baik
mengenai internal kontrol perusahaan, resiko bisnis, dan resiko audit pada
perusahaan tersebut. Dapat dikatakan bahwa auditor spesialis memiliki
kemampuan dan pengetahuan yang memadai dibanding auditor yang tidak
memiliki kemampuan spesialis (Wahyuni dan Fitriany, 2012).
7. Komite Audit
Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau
lebih anggota dewan komisaris. Anggota komite audit dapat berasal dari
kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas lainnya
yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite audit. Komite audit harus
26
bebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor dan hanya bertanggung
jawab kepada dewan komisaris.
Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) mendefinisikan komite
audit sebagai berikut:
”suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang
dibentuk oleh dewan komisaris dan, dengan demikian, tugasnya adalah
membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan
pengawas) dalam melakukan fungsi pengawasan (oversight) atas proses
pelaporan keuangan, manajemen resiko, pelaksanaan audit dan
implementasi dari corporate governance di perusahaan-perusahaan.”
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2016),
pengertian komite audit adalah:
“komite yang menerima delegasi tugas-tugas dewan komisaris
karena pendelegasian wewenang tersebut akan bermanfaat dalam
pelaksanaan pekerjaan dewan komisaris secara rinci dengan memusatkan
perhatian dewan komisaris kepada bidang khusus perusahaan atau
pelaksanaan good corporate governance oleh manajemen”
Komite audit timbul sebagai akibat peran pengawasan dan
akuntabilitas dewan komisaris perusahaan pada umumnya belum
memadai. Komite audit ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk
melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap
pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan
serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan
keuangan. Anggota komite audit diharuskan memiliki keahlian yang
memadai. Komite audit ini memiliki kewenangan dan fasilitas untuk
mengakses data perusahaan.
27
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut tabel 2.1 yang menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan Metode
Analisis
1. Alexander Aji
Suseno Wakum,
dan I Gede Suparta
Wisadha (2014)
Pengaruh Audit
Tenure pada
Asimetri Informasi
dengan Moderasi
Komite Audit
Variabel Audit
Tenure,
Komite Audit,
dan Asimetri
Informasi
Objek
Penelitian,
Variabel
Pengungkapan
Sukarela,
Auditor
Spesialis
Moderated
Regression
Analysis
(MRA)
Audit tenure memiliki pengaruh
negatif pada asimetri informasi,
sementara keberadaan komite
audit terbukti mampu
memperlemah pengaruh negatif
audit tenure pada asimetri
informasi.
2. Dariush Bahmani
(2014)
The Relation
between Disclosure
Quality and
Information
Variabel
Pengungkapan,
Asimetri
Informasi
Objek
Penelitian,
Variabel Audit
Tenure,
Auditor
Spesialis,
Komite Audit
Multiple
Regression
Analysis
Pengungkapan informasi
keuangan yang terpercaya dan
ketepatan waktu penyampaian
dapat mengurangi asimetri
informasi dalam kualitas laba.
3. Siska Aprianti, Sri
Hartaty, dan Indra
Satriawan (2014)
Pengaruh Tata
Kelola Perusahaan
terhadap
Objek
Penelitian,
Variabel
Variabel Audit
Tenure,
Auditor
Regresi
Linier
Berganda
Tata kelola perusahaan yang
terdiri dari komposisi dewan
komisaris independen, komite
Bersambung ke halaman selanjutnya
28
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan Metode
Analisis
Pengungkapan
Sukarela Laporan
Tahunan
Pengungkapan
Sukarela,
Proksi Komite
Audit dalam
Tata Kelola
Perusahaan
Spesialis,
Asimetri
Informasi
audit, dan kepemilikan
institusional tidak memiliki
pengaruh terhadap
pengungkapan sukarela laporan
tahunan perusahaan.
4. Chirapol
Chiyachantana,
Neeranuch
Nuengwang,
Nareerat
Taechapiroontong,
Pakpoon
Thanarung (2013)
The Effect of
Information
Disclosure on
Information
Asymmetry
Variabel
Pengungkapan,
Asimetri
Informasi
Objek
Penelitian,
Variabel Audit
Tenure,
Auditor
Spesialis,
Ordinary
Least Square
(OLS)
Regression,
dan Two-
stage Least
Square
(2SLS)
Regression
Bukti-bukti mendukung
peningkatan gagasan untuk
pengungkapan, dimana
peningkatan pengungkapan
perusahaan dan transparansi
mengurangi asimetri informasi
antara pemberi dan pengguna
informasi.
5. Erna Wati Indriani
(2013)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Luas
Pengungkapan
Sukarela dan
Implikasinya
terhadap Asimetri
Informasi
Variabel
Pengungkapan
Sukarela,
Asimetri
Informasi
Objek
Penelitian,
Variabel Audit
Tenure,
Auditor
Spesialis,
Komite Audit
Regresi
Linier
Berganda,
dan Regresi
Linier
Sederhana
Porsi kepemilikan saham publik
berpengaruh positif, likuiditas
perusahaan berpengaruh
negatif, umur listing dan ukuran
KAP tidak berpengaruh
terhadap luas pengungkapan
sukarela. Sementara luas
Bersambung ke halaman selanjutnya
29
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan Metode
Analisis
pengungkapan sukarela
berpengaruh negatif terhadap
asimetri informasi.
6. Idriis Varici (2013) The Relationship
between Information
Asymmetry and the
Quality of Audit
Variabel
Asimetri
Informasi
Objek
Penelitian,
Variabel
Pengungkapan
Suakrela,
Audit Tenure,
Auditor
Spesialis, dan
Komite Audit
Mann-
Whitney U
test
Kualitas audit memiliki
pengaruh negaitf terhadap
asimetri informasi.
7. Indria Primadita
dan Fitriany (2012)
Pengaruh Audit
Tenure dan Auditor
Spesialis terhadap
Asimetri Informasi
Objek
Penelitian,
Variabel Audit
Tenure,
Auditor
Spesialis, dan
Asimetri
Informasi
Variabel
Pengungkapan
Sukarela,
Komite Audit
Regresi
Linier
Berganda
Terdapat hubungan kaudratik
antara audit tenure dan asimetri
informasi. Sedangkan auditor
spesialis berpengaruh negatif
pada asimetri informasi.
8. Faten Hakim dan
Mohamed Ali
Quality of the
External Auditor,
Variabel Audit
Tenure, dan
Objek
Penelitian,
Multiple
Regression
Audit tenure berpengaruh
positif terhadap asimetri
Bersambung ke halaman selanjutnya
30
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan Metode
Analisis
Omri (2010) Information
Asymmetry, and bid-
ask spread
Asimetri
Informasi
Variabel
Pengungkapan
Sukarela,
Auditor
Spesialis,
Komite Audit
analysis informasi. Nilai bid-ask spread
akan bertambah seiring
bertambahnya tenure pada klien
non-spesialis dan klien non-Big
4.
9. Ali R. Almutairi,
Kimberly A. Dunn,
dan Terrance
Skantz (2009)
Audit Tenure,
Auditor
Specialization, and
Information
Asymmetry
Variabel Audit
Tenure,
Auditor
Spesialis, dan
Asimetri
Informasi
Objek
Penelitian,
Variabel
Pengungkapan
Sukarela, dan
Komite Audit
Multiple
Regression
Analysis
Adanya hubungan kuadratik (U-
shaped) audit tenure dan
asimetri informasi. Selain itu,
terjadi penurunan peluang
terjadinya private information
pada perusahaan yang diaudit
oleh auditor spesialis.
10. Meliana Bernardi,
Sutrisno, dan
Prihat Asih (2009)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Pengungkapan dan
Implikasinya
terhadap Asimetri
Informasi
Variabel
Pengungkapan
Sukarela,
Asimetri
Informasi
Variabel Audit
Tenure,
Auditor
Spesialis, dan
Komite Audit
Regresi
Linier
Berganda,
dan Regresi
Linier
Sederhana
Karakteristik yang berpengaruh
positif hanya ukuran
perusahaan. Semakin besar luas
pengungkapan sukarela maka
semakin kecil asimetri
informasi.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
31
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan dalam gambar
2.1.
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pemikiran
32
D. Perumusan Hipotesis Variabel
1. Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi
Informasi yang tersedia dalam laporan keuangan harus dapat
diandalkan dan tidak memiliki kesalahan yang dapat menyebabkan
pengambilan keputusan yang salah (Bahmani, 2014). Oleh karena itu,
pengungkapan dibutuhkan untuk mengurangi ketidakseimbangan
informasi yang terjadi karena adanya kepentingan manajemen yang
berusaha menyembunyikan informasi agar dapat melakukan manipulasi
yang menguntungkan (Pradnyani, 2014).
Semakin luas pengungkapan sukarela yang dilakukan perusahaan
maka semakin kecil asimetri informasi yang terjadi antara perusahaan dan
investor (Mardiyah, 2002; Murni, 2004; Benardi, 2009; Indriani, 2013).
Hal ini semakin mengungkapkan bahwa pengungkapan sukarela yang
dilakukan perusahaan dapat berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang dibuat dalam penelitian
ini adalah:
H1: Pengungkapan Sukarela berpengaruh terhadap Asimetri Informasi
2. Pengaruh Audit Tenure terhadap Asimetri Informasi
Peraturan Menteri Keuangan No. 17 tahun 2008 menjelaskan
mengenai pembatasan audit tenure di Indonesia, sehingga diberlakukan
regulasi mengenai rotasi KAP. Dengan adanya regulasi tersebut, KAP
melakukan rotasi penugasan dan harus mempersiapkan auditor untuk
penugasan ke klien baru. Menurut Agoes (2012), tugas auditor adalah
33
untuk menentukan apakah representasi (asersi) yang tersaji dalam laporan
keuangan yang diperiksa betul-betul wajar; maksudnya, untuk meyakinkan
tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan.
Sementara, di awal penugasan dengan objek audit yang baru, KAP
tentunya lebih memerlukan waktu terhadap pemahaman objek bisnis
kliennya sedangkan jangka waktu penugasan relatif terbatas.
Wakum dan Wisadha (2014) menjelaskan bahwa beberapa
perusahaan cenderung memberikan informasi awal mengenai kondisi
perusahaan dan hal inilah yang menyebabkan asimetri informasi akan
tinggi di awal perikatan audit. Penelitian ini sekaligus memperkuat
penelitian Primadita (2012) yang menyatakan awal perikatan audit
merupakan waktu yang rentan terjadi asimetri informasi. Sementara
Almutairi (2009), serta Hakim dan Omri (2010) menjelaskan bahwa
semakin lama perikatan audit maka akan semakin tinggi tingkat asimetri
informasi. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat disusun
adalah:
H2: Audit Tenure berpengaruh terhadap Asimetri Informasi
3. Pengaruh Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi
Seorang auditor spesialis biasanya lebih sedikit melakukan
kesalahan dibandingkan dengan auditor non spesialis. Sehingga auditor
spesialisasi industri memiliki pengaruh positif terhadap kinerja seorang
auditor.
34
Boone (2012) dalam Primadita (2012) berpendapat bahwa dengan
semakin besar akrual akuntansi yang terjadi dalam sebuah perusahaan
maka perusahaan mempunyai agency cost yang besar pula sehingga
menyebabkan kebutuhan akan jasa audit yang berkualitas semakin tinggi,
untuk mengurangi asimetri informasi yang disebabkan oleh akrual
tersebut. Hal ini semakin memperkuat kebutuhan akan auditor spesialis,
dimana perusahaan yang melibatkan jasa auditor spesialis secara signifikan
lebih rendah manajemen labanya dibandingkan perusahaan yang
menggunakan jasa auditor non spesialis (Rusmin, 2010).
Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor spesialis akan lebih
akurat karena auditor spesialis akan mendeteksinya error, baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja, sehingga akurasi dari laporan
keuangan dapat diandalkan. Primadita (2012) mengungkapkan bahwa
auditor spesialis akan lebih dapat mengurangi nilai asimetri informasi
dalam laporan keuangan. Penelitian Primadita ini menguatkan hasil
penelitian dari Almutairi (2009) yang mengungkapkan bahwa laporan
keuangan yang diaudit oleh auditor spesialis akan semakin berkurang
asimetri informasinya dikarenakan kualitas audit yang semakin meningkat.
Semakin akurat laporan keuangan maka diindikasikan akan semakin
memudahkan para pengguna laporan keuangan untuk mengambil
keputusan. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
H3: Auditor Spesialis berpengaruh terhadap Asimetri Informasi
35
4. Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi
dengan Moderasi Komite Audit
Pengungkapan sukarela memiliki kemampuan untuk dapat
mempengaruhi asimetri informasi. Hal ini karena pengungkapan tersebut
merupakan bukti penyampaian informasi yang dilakukan oleh manajemen.
Namun dalam penyampaian informasi yang dilakukan melalui
pengungkapan sukarela tersebut masih terdapat kemungkinan adanya
pengungkapan yang tidak berdasar dengan fakta yang ada (Baroko, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Baroko (2007) membuktikan
adanya hubungan positif antara komite audit dengan pengungkapan
sukarela. Dengan demikian, dapat diindikasikan bahwa komite audit
mampu memoderasi pengaruh yang terjadi antara pengungkapan sukarela
terhadap asimetri informasi. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan
adalah:
H4: Komite Audit mampu memoderasi Hubungan antara Pengungkapan
Sukarela dengan Asimetri Informasi
5. Pengaruh Audit Tenure terhadap Asimetri Informasi dengan
Moderasi Komite Audit
Aspek lain mengenai kecurangan laporan keuangan adalah
mengenai mekanisme penerapan good corporate governance dalam
perusahaan itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati dan
Riyanto (2005) dalam Wulandari (2009) melihat mekanisme corporate
governance memiliki fungsi service dan control yang dapat memberikan
36
suatu sinyal kepada para investor bahwa perusahaan telah dikelola
sebagaimana mestinya (sinyal positif). Dengan demikian dapat
diindikasikan bahwa rendahnya asimetri informasi antara manajemen dan
investor dapat dipengaruhi oleh sinyal positif tersebut.
Penelitian ini menggunakan variabel komite audit untuk mewakili
aspek GCG. Wulandari (2009) menjelaskan bahwa dengan adanya asimetri
informasi antara agen dan prinsipal dapat menimbulkan sikap oportunitis
para manajer. Perusahaan yang memiliki komite audit harus mampu
menyediakan informasi yang andal dan akurat serta diarahkan untuk
mampu mengurangi tindakan oportunistik manajer (Wakum dan Wisadha,
2014). Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa keberadaan komite
audit mampu memoderasi hubungan antara audit tenure dengan asimetri
informasi. Maka hipotesis yang diajukan adalah:
H5: Komite Audit mampu memoderasi Hubungan antara Audit Tenure
dengan Asimetri Informasi
6. Pengaruh Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi dengan
Moderasi Komite Audit
Perusahaan yang menggunakan jasa auditor spesialis dalam
mengaudit perusahaannya dan didukung oleh komite audit yang
menjalankan tugasnya dengan baik, diindikasikan dapat memperkecil
terjadinya asimetri informasi. Komite audit yang aktif menjalankan
perannya dalam memantau pekerjaan auditor, dapat menegur auditor
spesialis jika auditor tidak melakukan audit sesuai dengan perencanaan
37
audit (Fitriany, 2011). Komite audit yang aktif memantau pekerjaan
auditor spesialis, dapat mengetahui apakah auditor spesialis melakukan
audit sesuai dengan standar yang berlaku.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komite audit mampu
memoderasi hubungan antara auditor spesialis dengan asimetri informasi.
Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang disusun adalah:
H6: Komite Audit mampu memoderasi Hubungan antara Auditor Spesialis
dengan Asimetri Informasi.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu
pengungkapan sukarela, audit tenure dan auditor spesialis terhadap variabel
dependen, yaitu asimetri informasi dengan komite audit sebagai variabel
moderasi. Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar
di BEI pada periode 2011-2015. Penelitian ini menggunakan jenis data
kuantitatif berupa data sekunder yang diperoleh dengan mengakses website
www.idx.co.id.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-
2015. Sampel adalah bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metode
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan
atau kriteria tertentu. Kriteria yang dipertimbangkan dalam pengambilan
sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
39
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar secara berturut-turut selama periode
pengamatan yaitu 2011-2015.
2. Perusahaan perbankan yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata
uang rupiah dan menggunakan bahasa Indonesia untuk periode yang
berakhir pada tanggal 31 Desember dan telah diaudit oleh auditor
independen pada periode pengamatan yaitu 2011-2015.
3. Data saham tersedia selama periode pengamatan.
4. Perusahaan memiliki data lengkap yang dibutuhkan peneliti.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan cara teknik
pengumpulan dokumenter, yaitu penggunaan data yang berasal dari dokumen-
dokumen yang sudah ada. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan
penelusuran dan pencatatan informasi yang diperlukan pada data sekunder
berupa laporan keuangan perusahaan sampel. Metode dokumentasi ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan annual report, laporan keuangan
beserta laporan audit oleh auditor independen dan data lain yang diperlukan
berdasarkan penjelasan sebelumnya. Data pendukung lainnya diperoleh
dengan metode studi pustaka dari jurnal-jurnal ilmiah serta literatur yang
memuat pembahasan berkaitan dengan penelitian ini. Data diperoleh dari
www.idx.co.id yang berupa laporan tahunan (Annual Report), laporan
keuangan dan laporan audit oleh laporan auditor independen.
40
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberi gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar
deviasi (Ghozali, 2013).
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa sampel
yang diteliti terdistribusi normal serta terbebas dari gangguan
multikoloniaritas, autokorelasi, dan heteroskesdastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa
nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
(Ghozali, 2013).
Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik dapat
dilakukan dengan melihat grafik histogram dan normal probability
plot (Normal P-P Plot). Distribusi normal akan membentuk satu garis
diagonalnya. Sedangkan, uji statistik yang digunakan adalah uji
41
statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika uji
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil yang signifikan berarti data
residual terdistribusi tidak normal (Ghozali, 2013).
b. Uji Multikoloniaritas
Uji multikoloniaritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel
bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel
terikatnya menjadi terganggu. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Ghozali (2013)
menjelaskan cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas di dalam model regresi, yaitu:
1) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika
antar variabel ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas
0,90), maka hal ini mengindikasikan adanya multikoloniaritas.
2) Multikoloniaritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya
yaitu Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance).
Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikoloniaritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan
nilai VIF ≥ 10. Regresi bebas dari masalah multikoloniaritas jika
nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan niai VIF < 10 (Ghozali,
2013).
42
c. Uji Heteroskesdastisitas
Uji heteroskesdastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskesdastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak
terjadi heteroskesdastisitas.
Deteksi ada atau tidaknya heteroskesdastisitas dapat dilihat
dengan menggunakan uji glejser. Dalam uji glejser pengujian dapat
dikatakan terbebas dari masalah heteroskesdastisitas jika nilai sig >
0,05. Selain itu pengujian heteroskesdastisitas dapat diketahui dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada
pola tertentu maka mengindikasikan telah terjadi heteroskesdastisitas.
Tetapi, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskesdastisitas (Ghozali, 2013).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
43
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada
atau tidaknya autokorelasi adalah dengan penggunaan uji Durbin-
Watson (DW). Jika d lebih kecil dibandingkan dengan dL atau lebih
besar dari dU (4-dL), maka dapat dikatakan H0 ditolak karena
terdapat autokorelasi. Namun, jika nilai DW berada di antara dL dan
dU berarti tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2013).
3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) merupakan pengujian untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
R2 yang kecil
menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Sedangkan
nilai yang mendekati satu menunjukkan bahwa variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
44
4. Analisis Regresi Berganda dan Moderated Regression Analysis
Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan model analisis regresi berganda dan MRA (Moderated
Regression Analysis).
a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda (H1 sampai H3)
Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar
variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen
yang sudah diketahui. Persamaan regresi berganda dirumuskan
sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Keterangan:
Y = Asimetri Informasi
α = Konstanta
β1 = Koefisien regresi pertama, yaitu besarnya perubahan Y
apabila X1 berubah sebesar 1 satuan
X1 = Pengungkapan Sukarela
β2 = Koefisien regresi kedua, yaitu besarnya perubahan Y
apabila X2 berubah sebesar 1 satuan
X2 = Audit Tenure
β3 = Koefisien regresi ketiga, yaitu besarnya perubahan Y
apabila X3 berubah sebesar 1 satuan
X3 = Auditor Spesialis
e = Error
45
b. Pengujian dengan Moderated Regression Analysis (MRA)
Uji interaksi atau sering disebut Moderated Regression
Analysis (MRA) merupakan pengujian khusus regresi linier
berganda yang memiliki unsur interaksi dengan variabel lain
sebagai moderasi dengan perumusannya sebagai berikut:
1) Hubungan interaksi antara pengungkapan sukarela dan komite
audit terhadap asimetri informasi (H4)
Y = α + β1X1 + β2X4 + β3(X1X4) + e
Keterangan:
Y = Asimetri Informasi
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
X1 = Pengungkapan Sukarela
X4 = Komite Audit
X1X4 = Variabel perkalian antara pengungkapan sukarela
dengan komite audit yang menggambarkan
pengaruh variabel moderasi komite audit terhadap
hubungan pengungkapan sukarela dengan
asimetri informasi
46
2) Hubungan interaksi antara audit tenure dan komite audit
terhadap asimetri informasi (H5)
Y = α + β1X2 + β2X4 + β3(X2X4) + e
Keterangan:
Y = Asimetri Informasi
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
X2 = Audit Tenure
X4 = Komite Audit
X2X4 = Variabel perkalian antara audit tenure dengan
komite audit yang menggambarkan pengaruh
variabel moderasi komite audit terhadap
hubungan audit tenure dengan asimetri informasi
3) Hubungan interaksi antara auditor spesialis dan komite audit
terhadap asimetri informasi (H6)
Y = α + β1X3 + β2X4 + β3(X3X4) + e
Keterangan:
Y = Asimetri Informasi
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
X1 = Auditor Spesialis
X4 = Komite Audit
X1X4 = Variabel perkalian antara auditor spesialis dengan
47
komite audit yang menggambarkan pengaruh
variabel moderasi komite audit terhadap
hubungan auditor spesialis dengan asimetri
informasi
5. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan melalui:
a) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Penguijan Parsial atau uji t ini bertujuan untuk menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%) (Ghozali,
2013).
Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung
dengan t tabel, jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak atau Ha
diterima. Hal ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil
dari alpha. Artinya semua variabel independen mempunyai pengaruh
secara parsial terhadap variabel dependen. Dan sebaliknya, jika t
hitung < t tabel maka H0 diterima atau Ha ditolak. Hal ini juga
ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih besar dari nilai alpha.
Artinya semua variabel independen tidak mempunyai pengaruh
secara parsial terhadap variabel dependen.
48
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas, terdiri dari:
a. Pengungkapan Sukarela (X1)
Luas pengungkapan sukarela diukur dengan menggunakan
indeks pengungkapan sukarela. Indeks pengungkapan yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan indeks yang digunakan oleh
Hossain dan Reaz (2007), Sehar et al (2013) dan Barros et al (2013)
dan telah disesuaikan dengan Peraturan BAPEPAM No. KEP-
431/BL/2012. Informasi yang diharapkan diungkapkan oleh
perusahaan dikemukakan dalam 40 item pengungkapan dan dibagi
menjadi 8 kategori utama yaitu:
a. Corporate Strategy
b. Corporate Governance
c. Financial Performance
d. Risk Management
e. Accounting Policy Review
f. Key Non-Financial Statistics
g. Corporate Sosial Responsibility
h. Others
Sudarma dan Ratnadi (2015) menjelaskan bahwa indeks
pengungkapan sukarela suatu perusahaan diperoleh dengan cara
sebagai berikut:
49
1. Pemberian skor pada tiap item indeks pengungkapan sukarela. Item
akan diberikan nilai satu (1) apabila indeks terkait diungkapkan dan
akan diberikan nol (0) apabila tidak diungkapkan dalam laporan
tahunan (annual report).
2. Setiap item pengungkapan sukarela tidak dikenakan bobot tertentu,
sehingga setiap item akan diperlakukan sama.
3. Luas pengungkapan sukarela setiap perusahaan akan diukur
menggunakan indeks, yaitu total skor yang diberikan kepada suatu
perusahaan atas item pengungkapan sukarela yang diungkapkan
dalam laporan tahunan (annual report) dengan skor yang
diharapkan dapat diperoleh dari perusahaan itu.
Indeks pengungkapan sukarela
yang diterbitkan perusahaan
Luas Pengungkapan Sukarela =
Indeks pengungkapan
yang diharapkan
b. Audit Tenure (X2)
Audit Tenure adalah masa perikatan audit antara Kantor
Akuntan Publik (KAP) dengan kliennya. Variabel audit tenure
dihitung dengan menjumlah total panjang masa perikatan audit
sebelum auditor berpindah (Wakum dan Wisadha, 2014). Dalam
penelitian ini, pengukuran dilakukan dengan cara menelusuri nama
kantor akuntan publik yang menerbitkan laporan auditor
independen tersebut. Peneliti menelusuri mulai dari periode
analisis hingga saat akhir perioda analisis, dan menghitung berapa
50
tahun berturut-turut nama suatu kantor akuntan publik tercantum
pada laporan auditor independen (Nuratama, 2011; Wakum, 2014).
Tenure = ∑Jumlah tahun KAP mengaudit perusahaan yang sama
c. Auditor Spesialis (X3)
Auditor spesialis dan non spesialis dikategorikan
berdasarkan data persentase klien perusahaan publik yang diaudit
oleh KAP pada industri tertentu, kemudian dilakukan pembobotan
(weightening) berdasarkan total aset perusahaan dengan rumus
yang dikembangkan oleh Primadita (2012) sebagai berikut:
Auditor ∑ klien KAP di industri ∆ aset klien KAP di industri
Spesialis = ×
∑ emiten di industri ∆ aset seluruh emiten di industri
Suatu KAP dikatakan spesialis jika KAP tersebut
menguasai market share 10% atau lebih. Variabel auditor spesialis
diukur dengan menggunakan variabel dummy. Jika suatu KAP
tertentu menguasai ≥10% market share maka diberikan nilai 1
(spesialis), dan 0 jika tidak.
2. Variabel Moderasi, terdiri dari:
a. Komite Audit (X4)
Variabel moderasi dalam penelitian ini ialah komite audit,
yang merupakan pihak internal perusahaan yang memiliki tugas
membantu Dewan Komisaris dalam memastikan pengawasan atas
pelaporan keuangan (Vafeas, 2005 dalam Wakum, 2014).
51
Mengadopsi penelitian Sari dan Riduwan (2013) proksi untuk
mengukur keberadaan komite audit adalah dengan melihat jumlah
komite audit atau dapat dilihat sebagai berikut:
Komite Audit = Jumlah Komite Audit dalam Perusahaan
3. Variabel Terikat, terdiri dari:
a. Asimetri Informasi (Y)
Pengukuran asimetri informasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan Market to Book Value (Varici, 2013).
Market to book value merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kinerja pasar saham terhadap nilai bukunya. Market to
book value dibagi menjadi dua, yaitu market to book value of asset
dan market to book value of equity (Wasilah, 2005). Pada
penelitian ini, pengukuran yang digunakan atas asimetri informasi
menggunakan market to book value of equity.
Jumlah saham beredar harga penutupan saham
Asimetri akhir tahun X akhir tahun lalu
Informasi =
Total ekuitas
52
Tabel 3. 1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No. Variabel Jenis Variabel Indikator Skala
Pengukuran
1. Pengungkapan
Sukarela (X1)
Independen Indeks
Pengungkapan
Sukarela
Rasio
2. Audit Tenure
(X2)
Independen Jumlah tahun KAP
mengaudit
perusahaan yang
sama.
Nominal
3. Auditor
Spesialis (X3)
Independen Variabel dummy,
yaitu jika KAP
menguasai market
share ≥10% di
industri perbankan
maka memiliki nilai
1 dan 0 jika
sebaliknya.
Dihitung dengan
persentase jumlah
klien yang diaudit
KAP di industri
perbankan lalu
dilakukan
pembobotan
berdasarkan total aset
perusahaan.
Nominal
4. Komite Audit
(X4)
Moderasi Jumlah anggota
Komite Audit.
Nominal
5. Asimetri
Informasi (Y)
Dependen Menghitung market
to book value of
equity dari
perusahaan. (Jumlah
saham beredar X
harga penutupan
saham akhir
tahun/total ekuitas)
Rasio
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari laporan tahunan emiten dengan menggunakan populasi
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun
2011 sampai dengan tahun 2015 yang diperoleh melalui situs resmi Bursa
Efek Indonesia (BEI) yaitu pada alamat web www.idx.co.id.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive
sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Berikut tabel
4.1 yang menyajikan perolehan sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan
sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Tabel 4. 1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian
No. Kriteria Pelanggaran
Kriteria
Jumlah
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar
di BEI pada tahun 2015 42
2. Perusahaan perbankan yang terdaftar
di BEI selama periode pengamatan
yaitu tahun 2011-2015
(12) 30
3. Perusahaan perbankan yang
menerbitkan laporan keuangan dalam
mata uang rupiah dan menggunakan
bahasa Indonesia pada periode
pengamatan yaitu 2011-2015.
(0) 30
5. Perusahaan memiliki data lengkap
yang dibutuhkan peneliti
(1) 29
Perusahaan perbankan yang dijadikan sampel dalam penelitian 29
Jumlah sampel yang diambil selama periode pengamatan yaitu
tahun 2011-2015
145
Sumber: Data sekunder yang diolah
54
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa sampel yang
digunakan dalam penelitian berjumlah 145 perusahaan untuk periode lima
tahun pengamatan yaitu tahun 2011 sampai 2015. Sampel tersebut dipilih
karena telah memenuhi kriteria umum yang ditentukan sesuai dengan
kebutuhan analisis penelitian. Daftar nama perusahaan perbankan yang
digunakan dalam penelitian ini terlampir dalam Lampiran 1.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode dimana semua data yang
digunakan dalam penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk
kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif dengan
membandingkan nilai minimum, nilai maksimum, dan rata-rata dari
sampel.
Berikut tabel 4.2 yang merupakan analisis deskriptif untuk variabel
yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 4. 2 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
PS (X1) 145 0,40 0,85 0,6191
AT (X2) 145 1 5 2,41
KA (X4) 145 2 8 3,94
AI (Y) 145 0,2998 5,6384 1,5334
Valid N (listwise) 145
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
dari variabel dependen yaitu asimetri informasi adalah sebesar 1,5334.
Dalam tabel 4.2 tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai minimum dari
55
asimetri informasi dalam penelitian adalah sebesar 0,2998 yang terjadi
pada Bank Artha Graha International Tbk. tahun 2015. Sedangkan nilai
maksimum dari asimetri informasi adalah sebesar 5,6384 yang terjadi pada
Bank Mayapada Internasional Tbk. tahun 2012.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata dari variabel
pengungkapan sukarela adalah sebesar 0,6191 yang menunjukkan bahwa
rata-rata perusahaan yang diteliti telah mengungkapkan 62% item-item
yang digunakan untuk mengukur pengungkapan sukarela. Nilai minimum
dari pengungkapan sukarela adalah sebesar 0,40 yang merupakan hasil
pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh Bank Nusantara Parahyangan
Tbk. tahun 2015. Sedangkan nilai maksimum dari pengungkapan sukarela
adalah sebesar 0,85 yang merupakan pengungkapan sukarela dari Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. tahun 2015.
Selanjutnya, berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat nilai rata-rata dari
audit tenure adalah sebesar 2,41 yang menunjukkan rata-rata perusahaan
melakukan pergantian auditor setelah tahun kedua perikatan dengan
Kantor Akuntan Publik (KAP) sebelumnya. Nilai minimum dari audit
tenure adalah sebesar 1 dan nilai maksimum dari audit tenure adalah
sebesar 5.
Variabel moderasi dalam penelitian adalah komite audit. Rata-rata
komite audit adalah 3,94 yang menunjukkan bahwa perusahaan yang
diteliti rasio jumlah komite audit sebesar 4. Nilai minimum dari komite
audit adalah sebesar 2 yang merupakan jumlah komite audit dari Bank of
56
Indonesia Tbk. tahun 2011 dan Bank Bumi Arta Tbk. dan Bank Victoria
International Tbk. tahun 2015. Sedangkan nilai maksimum penelitian dari
komite audit adalah sebesar 8 yang merupakan jumlah komite audit dari
Bank Rakyat Indonesia Tbk. tahun 2013 dan 2015.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki data
yang berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data dalam
penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu uji Kolmogorov-Smirnov
(K-S). Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai
Asymp. Sig. > 0,05.
Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized Residual
N 145
Normal Parametersa,b
Mean 0,0000000
Std.
Deviation 0,93130304
Most Extreme
Differences
Absolute 0,162
Positive 0,162
Negative -0,106
Test Statistic 0,162
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Output SPSS yang diolah
57
Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada tabel 4.3 yang merupakan hasil
dari uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,000. Nilai tersebut di bawah
nilai signifikan yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
data berdistribusi tidak normal.
Menurut Ghozali (2013), data yang tidak berdistribusi normal
dapat dilakukan transformasi data agar menjadi normal. Transformasi
data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Logaritma
(Log) sebagai pengobatan.
Berikut tabel 4.4 yang menunjukkan hasil dari uji Kolmogorov-
Smirnov setelah transformasi data dilakukan.
Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov
setelah Transformasi
Unstandardized Residual
N 145
Normal
Parametersa,
b
Mean 0,0000000
Std.
Deviation 0,23931453
Most
Extreme
Differences
Absolute 0,063
Positive 0,063
Negative -0,031
Test Statistic 0,063
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Output SPSS yang diolah
Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov
adalah sebesar 0,200. Nilai tersebut di atas nilai signifikan yaitu 0,05.
58
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal,
maka model regresi dapat digunakan untuk pengujian berikutnya.
Hasil uji normalitas data yang ditunjukkan Kolmogorov-
Smirnov tersebut konsisten dengan hasil analisis grafik histogram dan
grafik normal P-Plot berikut ini.
Gambar 4. 1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram
Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal P-Plot
59
Berdasarkan kedua grafik tersebut dapat dilihat bahwa grafik
histogram maupun grafik normal P-Plot memberikan pola distribusi
data yang normal. Pada grafik histogram dapat dilihat bahwa grafik
menggambarkan bentuk lonceng serta pada grafik normal P-Plot titik-
titik yang mewakili jumlah sampel dalam penelitian ini mendekati garis
diagonal.
b. Hasil Uji Multikoloniaritas
Uji Multikoloniaritas dilakukan untuk melihat apakah terjadi
korelasi antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Jika nilai
Tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi
multikoloniaritas antar variabel bebas. Berikut tabel 4.5 yang
menunjukkan hasil dari uji multikoloniaritas.
Tabel 4. 5 Hasil Uji Multikoloniaritas dengan Uji VIF
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
PS (X1) 0,657 1,523
AT (X2) 0,855 1,170
AS (X3) 0,900 1,111
KA (X4) 0,743 1,346
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan hasil uji multikoloniaritas pada tabel 4.5 dapat
dilihat bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling
berkorelasi, karena memiliki nilai Tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10. Maka
dapat dikatakan tidak terjadi gejala multikoloniaritas antar variabel.
60
c. Hasil Uji Heteroskesdastisitas
Uji heteroskesdastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada
ketidaksamaan varians dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah data
yang homoskesdastisitas atau data yang memiliki kesamaan varians
dalam fungsi regresi. Uji heteroskesdastisitas dalam penelitian ini
menggunakan uji glejser yang dilakukan dengan cara meregresikan
antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai
signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih
dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskesdastisitas.
Tabel 4. 6 Hasil Uji Heteroskesdastisitas dengan Uji Glejser
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 0,289 0,098 2,955 0,004
PS (X1) -0,063 0,219 -0,029 -0,289 0,773
AT (X2) 0,085 0,049 0,153 1,727 0,086
AS (X3) -0,020 0,025 -0,069 -0,796 0,427
AI (X4) -0,215 0,109 -0,187 -1,971 0,051
Sumber: Output SPSS yang diolah
Pada tabel 4.6 terlihat bahwa nilai signifikansi antara semua
variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini mempunyai kesamaan
varians dalam fungsi regresi atau homoskesdastisitas atau tidak terjadi
heteroskesdastisitas.
Hasil uji glejser ini konsisten dengan hasil uji grafik scatterplot
berikut ini:
61
Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskesdastisitas dengan Grafik
Scatterplot
Grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di
bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang
jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa
penyebaran titik-titik yang mewakili sampel pada scatterplot di atas
mengemukakan bahwa data dalam penelitian ini mempunyai kesamaan
varians dalam fungsi regresi atau homoskesdastisitas.
d. Hasil Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2013), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1
(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul
karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
62
Pengujian autokorelasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Hasil uji autokorelasi
dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4. 7 Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 0,318a 0,101 0,075 0,243 2,125
Sumber: Output SPSS yang diolah
Nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini adalah sebesar 2,125.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 145 sampel
dengan jumlah variabel independen yang diuji adalah 4 sehingga nilai
dL dalam Durbin-Watson tabel adalah sebesar 1,758 dan nilai dU
adalah sebesar 4-1,758 yaitu sebesar 2.242. Nilai DW dalam penelitian
ini terletak di antara nilai dL dan dU yaitu 1,758<2,125<2,242. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa penelitian terbebas dari masalah
autokorelasi.
3. Hasil Koefisien Determinasi (R2)
a. Hasil Koefisien Determinasi (R2) Analisis Regresi Berganda
(Pengungkapan Sukarela, Audit Tenure, Auditor Spesialis terhadap
Asimetri Informasi)
Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur
kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Adapun hasil koefisien determinasi yang dilakukan untuk
63
melihat variasi dalam regresi berganda (H1 sampai H3) dapat dilihat
dalam tabel 4.8.
Tabel 4. 8 Hasil Koefisien Determinasi Analisis Regresi Berganda
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 0,299a 0,089 0,070 0,243
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.8 menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,070. Hal ini
menandakan bahwa variasi variabel pengungkapan sukarela (X1), audit
tenure (X2), dan auditor spesialis (X3) hanya bisa menjelaskan 7%
variasi variabel asimetri informasi (Y). Sedangkan sisanya, sebesar 93%
dijelaskan oleh sebab lain di luar model seperti struktur kepemilikan
(Hadiprajitno, 2013), reputasi KAP (Nuratama, 2011), karakteristik
perusahaan (Adhi, 2012), kualitas auditor eksternal (Hakim dan Omri.
2010), dll.
b. Hasil Koefisien Determinasi (R2) Moderated Regression Analysis
(MRA)
1) Hasil Koefisien Determinasi Hubungan Interaksi Pengungkapan
Sukarela dan Komite Audit
Tabel 4. 9 Hasil Koefisien Determinasi H4
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 0,205a 0,042 0,022 0,250
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 sebesar
0,022. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel pengungkapan
64
sukarela (X1), komite audit (X4), dan interaksi antara
pengungkapan sukarela dan komite audit (X1X4) hanya bisa
menjelaskan 2,2% variasi variabel asimetri informasi. Sedangkan
sisanya, sebesar 97,8% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar
model.
2) Hasil Koefisien Determinasi Hubungan Interaksi Audit Tenure dan
Komite Audit
Tabel 4. 10 Hasil Koefisien Determinasi H5
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 0,253a 0,064 0,044 0,247
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 sebesar
0,044. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel audit tenure
(X2), komite audit (X4), dan interaksi antara audit tenure dan
komite audit (X2X4) hanya bisa menjelaskan 4,4% variasi variabel
asimetri informasi. Sedangkan sisanya, sebesar 95,6% dijelaskan
oleh sebab-sebab lain di luar model.
3) Hasil Koefisien Determinasi Hubungan Interaksi Auditor Spesialis
dan Komite Audit
Tabel 4. 11 Hasil Koefisien Determinasi H6
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 0,286a 0,082 0,062 0,244
Sumber: Output SPSS yang diolah
65
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 sebesar
0,062. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel auditor spesialis
(X3), komite audit (X4), dan interaksi antara auditor spesialis dan
komite audit (X3X4) hanya bisa menjelaskan 6,2% variasi variabel
asimetri informasi. Sedangkan sisanya, sebesar 93,8% dijelaskan
oleh sebab-sebab lain di luar model.
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Hipotesis dengan Analisis Regresi Berganda (Pengungkapan
Sukarela, Audit Tenure, Auditor Spesialis terhadap Asimetri
Informasi)
Pengujian parsial atau uji t digunakan untuk menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05. Hasil uji t untuk analisis regresi berganda (H1
sampai H3) ditunjukkan pada tabel 4.12.
Tabel 4. 12 Hasil Uji t Analisis Regresi Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -0,081 0,100 -0,810 0,419
PS (X1) -0,675 0,349 -0,174 -1,931 0,056
AT (X2) -0,099 0,086 -0,099 -1,139 0,257
AS (X3) 0,132 0,043 0,256 3,049 0,003
Sumber: Output SPSS yang diolah
66
Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji t antara variabel independen
dengan variabel dependen dalam analisis regresi berganda. Variabel
pengungkapan sukarela (X1) memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,056 (>0,05). Dengan demikian H1 ditolak sehingga dapat dikatakan
pengungkapan sukarela tidak berpengaruh terhadap asimetri
informasi.
Hasil uji t untuk variabel audit tenure (X2) memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,257 (>0,05). Dengan demikian H2 ditolak
sehingga dapat dikatakan audit tenure tidak berpengaruh terhadap
asimetri informasi.
Hasil uji t untuk variabel auditor spesialis (X3) memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,003 (<0,05). Dengan demikian H3 diterima
sehingga dapat dikatakan auditor spesialis berpengaruh terhadap
asimetri informasi.
Berdasarkan tabel 4.12, maka dapat diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = -0,081 + 0,132X3 + e
Hasil di atas menjelaskan bahwa nilai konstanta sebesar -0,081
menyatakan bahwa jika ketiga variabel independen tersebut dianggap
konstan atau tidak ada penambahan, maka rata-rata market to book
value of equity adalah sebesar -8,1% dan asimetri informasi sebesar
8,1%.
67
Nilai koefisien auditor spesialis sebesar 0,132 menunjukkan
bahwa setiap penambahan auditor spesialis sebesar 1% akan
meningkatkan market to book value of equity dan menurunkan
asimetri informasi sebesar 13%.
b. Hasil Uji Hipotesis dengan Moderated Regression Analysis
1) Hasil Uji Hipotesis Hubungan Interaksi Pengungkapan Sukarela
dan Komite Audit
Tabel 4. 13 Hasil Uji H4
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -0,023 0,356 -0,065 0,948
PS (X1) 0,344 1,650 0,089 0,209 0,835
KA (X4) -0,079 0,582 -0,038 -0,135 0,893
PS*KA
(X1X4) -2,130 2,898 -0,277 -0,735 0,464
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji t antara variabel
independen dengan variabel dependen. Variabel pengungkapan
sukarela (X1) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,835
(>0,05) dan variabel moderasi yaitu komite audit (X4) memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,893 (>0,05) sehingga dapat
dikatakan pengungkapan sukarela dan komite audit tidak
berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Variabel X1X4 yang merupakan interaksi antara variabel
pengungkapan sukarela dengan komite audit memiliki tingkat
68
signifikansi sebesar 0,464(>0,05) sehingga dapat dikatakan
variabel komite audit bukan variabel moderasi dalam model.
Artinya interaksi antara pengungkapan sukarela dengan komite
audit tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi.
2) Hasil Uji Hipotesis Hubungan Interaksi Audit Tenure dan Komite
Audit
Tabel 4. 14 Hasil Uji H5
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -0,257 0,168 -1,528 0,129
AT (X2) 0,773 0,412 0,776 1,877 0,063
KA (X4) 0,742 0,297 0,362 2,501 0,014
AT*KA
(X2X4) -1,608 0,693 -1,052 -2,320 0,022
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.14 menunjukkan hasil uji t antara variabel
independen dengan variabel dependen. Variabel audit tenure
(X2) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,063 (>0,05) dan
variabel moderasi yaitu komite audit (X4) memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,014 (<0,05) sehingga dapat dikatakan
audit tenure tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi dan
komite audit berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Variabel X2X4 yang merupakan interaksi antara variabel
audit tenure dengan komite audit memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,022 (<0,05) sehingga dapat dikatakan interaksi antara
69
audit tenure dengan komite audit berpengaruh terhadap
asimetri informasi.
Berdasarkan tabel 4.14, maka dapat diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut:
Y = -0,257 + 0,742X4 – 1,608X2X4
Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar
-0,257menyatakan bahwa jika variabel independen tersebut
dianggap konstan atau tidak ada penambahan, maka rata-rata
market to book value of equity sebesar -25,7% atau asimetri
informasi sebesar 25,7%.
Nilai koefisien variabel komite audit sebesar 0,742
menunjukkan bahwa setiap penambahan komite audit sebesar
1% akan menambah market to book value of equity dan
menurunkan asimetri informasi sebesar 74,2%.
3) Hasil Uji Hipotesis Hubungan Interaksi Auditor Spesialis dan
Komite Audit
Tabel 4. 15 Hasil Uji H6
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 0,416 0,174 2,394 0,018
AS (X3) -0,436 0,214 -0,846 -2,033 0,044
KA (X4) -0,679 0,317 -0,331 -2,144 0,034
AS*KA
(X3X4) 0,964 0,376 1,192 2,560 0,012
Sumber: Output SPSS yang diolah
70
Tabel 4.15 menunjukkan hasil uji t antara variabel
independen dengan variabel dependen. Variabel auditor
spesialis (X3) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,044
(<0,05) dan variabel moderasi yaitu komite audit (X4) memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,034 (<0,05) sehingga dapat
dikatakan auditor spesialis dan komite audit berpengaruh
terhadap asimetri informasi.
Variabel X3X4 yang merupakan interaksi antara variabel
auditor spesialis dengan komite audit memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,012 (<0,05) sehingga dapat dikatakan
interaksi antara auditor spesialis dengan komite audit
berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Berdasarkan tabel 4.15, maka dapat diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut:
Y = 0,416 – 0,436X3 – 0,679X4 + 0,964X3X4
Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar
0,416 menyatakan bahwa jika variabel independen tersebut
dianggap konstan atau tidak ada penambahan, maka rata-rata
market to book value of equity sebesar 42% dan asimetri
informasi sebesar -42%. Nilai koefisien variabel auditor
spesialis sebesar -0,436 menunjukkan bahwa setiap
penambahan audit tenure sebesar 1% akan menurunkan market
71
to book value of equity dan menambah asimetri informasi
sebesar 44%.
Sedangkan nilai koefisien variabel komite audit sebesar -
0,679 menunjukkan bahwa setiap penambahan komite audit
sebesar 1% akan menurunkan market to book value of equity
dan meningkatkan asimetri informasi sebesar 68%.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel pengungkapan sukarela (X1) memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,056 (>0,05). Dengan demikian hipotesis
pertama (H1) ditolak, artinya pengungkapan sukarela tidak berpengaruh
terhadap asimetri informasi. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian Nuryatmo (2007), Yenibra (2014) yang menyatakan bahwa
pengungkapan sukarela tidak berpengaruh terhadap kepercayaan investor
atas laporan keuangan. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
Mardiyah (2002), Murni (2004) dan Benardi (2009). Menurut mereka,
semakin banyak item pengungkapan sukarela yang diungkapkan akan
semakin mengurangi ketidakseimbangan informasi yang terjadi di
perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.16 berikut
mengenai rata-rata pengungkapan sukarela dan asimetri informasi per
tahun.
72
Tabel 4. 16 Tingkat Pengungkapan Sukarela dan Asimetri
Informasi
Tahun Pengungkapan Sukarela Asimetri Informasi
2011 0,569828 3,793103
2012 0,60431 3,896552
2013 0,614655 4,137931
2014 0,621552 4
2015 0,685345 3,896552
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa dalam setiap
tahun, pengungkapan sukarela mengalami peningkatan. Namun selama
periode pengamatan, peningkatan nilai pengungkapan sukarela tidak
diimbangi dengan penurunan atau peningkatan dari asimetri informasi
yang konstan.
Ketidakseimbangan informasi tersebut dapat terjadi karena adanya
kepentingan manajemen yang berusaha menyembunyikan informasi agar
dapat melakukan manipulasi yang menguntungkan (Pradnyani, 2014).
Yenibra (2014) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela akan membuat
informasi yang disampaikan menjadi rumit untuk dibaca oleh pihak
pengguna. Selain itu, manajemen cenderung hanya akan mengungkapkan
informasi yang bersifat good news tanpa memperhatikan kebutuhan pihak
pengguna dalam membaca informasi pengungkapan. Sedangkan menurut
Mardiyah (2002), Murni (2004) dan Benardi (2009) semakin banyak item
yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan maka akin semakin
mengurangi asimetri informasi karena semakin luas informasi yang
73
diungkapkan oleh perusahaan yang membuka wawasan lebih dari pihak
pengguna laporan keuangan atas kinerja manajemen.
2. Pengaruh Audit Tenure terhadap Asimetri Informasi
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel audit tenure (X2) memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,257 (>0,05). Dengan demikian, hipotesis kedua (H2)
ditolak, artinya audit tenure tidak berpengaruh terhadap asimetri
informasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Adeniyi (2013),
Pratiwi (2013) yang menyatakan audit tenure tidak berpengaruh terhadap
kualitas auditor dalam meminimalisir asimetri informasi. Berbeda dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Primadita (2012), Wakum
(2014), Almutairi (2009) dan Hakim (2010) yang menyatakan bahwa audit
tenure mampu mempengaruhi asimetri informasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.17 berikut
mengenai rata-rata audit tenure dan asimetri informasi per tahun.
Tabel 4. 17 Tingkat Audit Tenure dan Asimetri Informasi
Tahun Audit Tenure Asimetri Informasi
2011 1 3,793103
2012 2 3,896552
2013 3 4,137931
2014 3 4
2015 4 3,896552
Sumber: Output SPSS yang diolah
74
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa dalam setiap
tahun, audit tenure mengalami peningkatan. Namun selama periode
pengamatan, peningkatan nilai audit tenure tidak dibarengi dengan
penurunan atau peningkatan dari asimetri informasi yang konstan. Tahun
2012 dan 2013 rata-rata perusahaan melakukan perikatan audit dengan
KAP yang sama dengan tahun 2011 sehingga menambah nilai audit tenure
dan perusahaan sampel mengalami peningkatan nilai market to book value
of equity yang berarti mengalami penurunan asimetri informasi.
Sedangkan pada tahun 2015 rata-rata perusahaan sampel melakukan
perikatan audit yang sama namun nilai market to book value of equity
berkurang yang menunjukan penambahan asimetri informasi (Varici.
2013).
Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa independensi auditor
tidak terganggu dengan lamanya perikatan yang terjadi antara klien dengan
auditor. Auditor tetap dapat meminimalisir asimetri informasi tanpa
mempedulikan fee audit yang diterima dan kedekatan auditor dengan pihak
klien karena lamanya perikatan yang terjadi (Adeniyi, 2013; Pratiwi,
2013). Sementara Almutairi (2009), dan Hakim (2010) menyatakan bahwa
semakin lama perikatan audit maka tingkat asimetri informasi akan lebih
tinggi karena auditor akan memiliki penurunan tingkat independensi
karena kedekatan auditor dengan klien.
75
3. Pengaruh Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel auditor spesialis (X3) memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,003 (<0,05). Dengan demikian, hipotesis ketiga (H3)
diterima, artinya auditor spesialis berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Primadita (2012),
Almutairi (2009) yang menyatakan bahwa auditor spesialis berpengaruh
terhadap asimetri informasi. Keberadaan auditor spesialis dapat membantu
pengguna laporan keuangan dalam mempercayai hasil dalam laporan yang
telah dibuat manajemen perusahaan dan diaudit oleh auditor spesialis
tersebut. Almutairi (2009) berpendapat bahwa kompetensi audit yang
dimiliki oleh auditor spesialis lebih baik jika dibandingkan dengan auditor
non spesialis. Dengan demikian, semakin baik tingkat spesialiasi industri
yang dimiliki oleh auditor maka tingkat asimetri informasi akan semakin
rendah. Tingkat spesialisasi industri auditor dapat terlihat dari kemampuan
auditor dalam mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan
dengan lebih baik dan meningkatkan kualitas audit (Dunn dan Mayhew,
2004 dalam Primadita, 2012).
4. Pengaruh Hubungan Interaksi Pengungkapan Sukarela dengan
Komite Audit terhadap Asimetri Informasi
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel X1X4 yang merupakan interaksi antara
variabel pengungkapan sukarela dengan komite audit memiliki tingkat
76
signifikansi sebesar 0,464 (>0,05). Dengan demikian, hipotesis keempat
(H4) ditolak, artinya interaksi antara pengungkapan sukarela dengan
komite audit tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Aprianti (2014) yang
menyatakan bahwa komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan sukarela.
Kegagalan komite audit dalam memoderasi pengungkapan
sukarela dengan asimetri informasi dapat terjadi karena komite audit tidak
mampu memantau kinerja manajemen yang masih melakukan
pengungkapan yang tidak berdasar fakta yang ada untuk mendapatkan
keuntungan (Baroko, 2007; Aprianti, 2014). Ketidakmampuan komite
audit memantau manajemen terjadi karena kurangnya frekuensi rapat yang
dilakukan membuat kemampuan komite audit dalam memberikan tekanan
tambahan kepada manajemen dalam melakukan pengungkapan menjadi
tidak optimal sehingga menyebabkan kualitas laporan keuangan menjadi
kurang baik (Barros, 2013).
5. Pengaruh Hubungan Interaksi Audit Tenure dengan Komite Audit
terhadap Asimetri Informasi
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel X2X4 yang merupakan interaksi antara
variabel audit tenure dengan komite audit memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,022 (<0,05). Dengan demikian, hipotesis kelima (H5) diterima,
77
artinya interaksi antara audit tenure dengan komite audit berpengaruh
terhadap asimetri informasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Wakum (2014), Kanagaretnam (2007) dan Elbadry (2013). Wakum
(2014) menemukan bahwa keberadaan komite audit mampu memoderasi
pengaruh negatif audit tenure terhadap asimetri informasi. Keberadaan
komite audit dalam perusahaan perbankan terbukti telah mampu
mengurangi efek asimetri informasi yang muncul ketika audit tenure
dibatasi oleh pemerintah. Keberadaan komite audit tersebut dapat
dikatakan mampu memastikan efektivitas peran dan fungsinya terkait
proses pengawasan pelaporan keuangan. Hal tersebut serupa dengan hasil
penelitian Kanagaretnam (2007) dan Elbadry (2013) yang menyatakan
bahwa keberadaan komite audit sebagai bagian dari mekanisme good
corporate governance terbukti mampu mengurangi asimetri informasi.
6. Pengaruh Hubungan Interaksi Auditor Spesialis dengan Komite
Audit terhadap Asimetri Informasi
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel X3X4 yang merupakan interaksi antara
variabel auditor spesialis dengan komite audit memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,012 (<0,05). Dengan demikian, hipotesis keenam
(H6) diterima, artinya interaksi antara auditor spesialis dengan komite audit
berpengaruh terhadap asimetri informasi.
78
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Putri dan Wiratmaja (2015). Sedangkan penelitian ini tidak sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Fitriany (2011) yang
menyatakan bahwa komite audit tidak berperan memperkuat pengaruh
positif auditor spesialis terhadap kualitas audit. Dalam penelitian tersebut
dinyatakan bahwa jika auditor sudah spesialis maka komite audit tidak
berpengaruh meningkatkan kualitas audit.
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa komite audit mampu
memoderasi pengaruh auditor spesialis terhadap asimetri informasi. Hal ini
dikarenakan adanya komite audit dapat membantu auditor spesialis untuk
semakin mengurangi ketidakseimbangan informasi yang terjadi di
perusahaan. Komite audit dinilai dapat menjalankan perannya sesuai
dengan tujuan dibentuk komite audit dalam perusahaan yaitu agar
membantu kinerja dari dewan komisaris dalam memantau setiap laporan
yang dilakukan oleh manajemen. Keberadaan komite audit akan
memunculkan komunikasi yang baik dengan auditor dalam
menkomunikasikan permasalahan audit serta menemukan jalan keluar
sehingga akan mendorong hasil audit yang lebih berkualitas (Putri dan
Wiratmaja, 2015)
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian
yang telah dilakukan dengan model regresi berganda serta moderated
regression analysis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengungkapan sukarela tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Nuryatmo (2007), dan Yenibra (2014).
2. Audit tenure tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Adeniyi (2013), dan Pratiwi (2013).
3. Auditor spesialis berpengaruh terhadap asimetri informasi. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Primadita (2012) dan Almutairi (2009).
4. Hubungan interaksi pengungkapan sukarela dengan komite audit tidak
berpengaruh terhadap asimetri informasi. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Aprianti (2014).
5. Hubungan interaksi antara audit tenure dengan komite audit berpengaruh
terhadap asimetri informasi. Hasil ini sesuai dengan penelitian Wakum
(2014), Elbadry (2013) dan Kanagaretnam (2007).
6. Hubungan interaksi auditor spesialis dengan komite audit berpengaruh
terhadap asimetri informasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Putri dan Wiratmaja (2015)
80
B. Saran
Berikut saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya,
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya disarankan agar menambah variabel yang akan
digunakan seperti beban kerja (workload), pengalaman auditor, ukuran
perusahaan, ukuran KAP, client importance, dll sehingga hasilnya akan
memperkaya pembahasan mengenai asimetri informasi.
2. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan proksi-proksi yang
berbeda dalam setiap variabel sehingga dapat dibandingkan dengan proksi
yang digunakan dalam penelitian ini.
3. Penelitian selanjutnya disarankan agar memperluas wilayah sampel
dengan menambah jenis industri atau menggunakan seluruh industri yang
terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
81
DAFTAR PUSTAKA
Adeniyi, Segun Idowu; Ebipanipre Gabriel Mieseigha. 2013. Audit Tenure: an
Assessment of its Effects on Audit Quality in Nigeria. International Journal
of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences.
Vol. 3 (3): 275-283.
Adhi, Nurseto. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas
Pengungkapan Sukarela dan Implikasinya terhadap Asimetri Informasi.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik. Edisi Empat Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.
Almutairi, Ali R dan Kimberly Dunn, dan Terrance R Skantz. 2009. Auditor
Tenure, Auditor Specialization, and Information Asymmetry. Managerial
Auditing Journal, Vol. 24 (7).
Aprianti, Siska; Hartaty, Sri; dan Satriawan, Indra. 2014. Pengaruh Tata Kelola
Perusahaan terhadap Pengungkapan Sukarela Laporan Tahunan. Jurnal
Eksistansi Vol. 6 (3): 955-963.
Bahmani, Dariush. 2014. The Relation between Disclosure Quality and
Information Asymmetry: Empirical Evidence from Iran. International
Journal of Financial Research. Vol. 5 (2): 110-114.
Barako, Dulacha G. 2007. Determinants of Voluntary Disclosures in Kenyan
Companies Annual Reports. African Journal of Business Management. Vol.
1 (5): 113-128.
Barros Carlos P; Sabri Boubaker, dan Amal Hamrouni. 2013. Corporate
Governance and Voluntary Disclosure in France. The Journal of Applied
Business Research. Vol. 29 (2): 561-578.
Benardi, Meliana. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan
dan Implikasinya terhadap Asimetri Informasi. Palembang: Simposium
Nasional Akuntansi XII.
Chairunnisa, Diawari. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance dan Asimetri
Informasi terhadap Cost of Equity Capital. Ilmiah Mahasiswa.
Chiyachantana, Chirapol N., dkk. 2013. The Effect of Information Disclosure on
Information Asymmetry. Journal of Investment Management and Financial
Innovations. Vol. 10 (1): 225-234.
82
Elbadry, Ahmed Dimitros G. dan Franks S. 2013. Governance Quality and
Information Asymmetry. Financial Markets, Institution and Instruments
Vol. 24: 127-157.
Evi dan Dhinar. 2009. Pengaruh Komisaris Independen dan Komite Audit
terhadap Pengurangan Asimetri Informasi di Sekitar Pengumuman Laba.
Jurnal Siasat Bisnis. Vol. 13.
Fanani, Z. 2009. Kualitas Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor Penentu dan
Konsekuensi Ekonomis. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 6
(1): 20-45.
Fitriany dan Setiawan, Liswan. 2011. Pengaruh Worload dan Spesialisasi Auditor
terhadap Kualitas Audit dengan Kualitas Komite Audit sebagai Variabel
Pemoderasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 8 (1): 36-53.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Seri Tata Kelola
Perusahaan (Corporate Governance). Jakarta. 2016. www.fcgi.or.id.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Giri, Efraim Ferdinan. 2010. Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan
Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor di
Indonesia. Purwokerto: Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Habib, A. dan U. B. Bhuiyan. 2011. Audit Firm Industry Specialization and the
Audit Report Lag. Journal of International Accounting, Auditing, and
Taxation, 32-44.
Hadiprajitno, P. Basuki. 2013. Struktur Kepemilikan, Mekanisme Tata Kelola
Perusahaan dan Biaya Keagenan di Indonesia. (Studi Empirik pada
Perusahaan di Bursa Efek di Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Auditing.
Vol. 9 (2): 97-127.
Hakim, Faten dan Mohamed Ali Omri. 2010. Quality of The External Auditor,
Information Asymmetry, and Bid-Ask Spread: Case of The Listed Tunisian
Firms. Journal of Accounting and Information Management, Vol. 18 (1): 5-
18.
Hendriksen, Eldon S. dan Michael F. Van Breda. 2002. Teori Akuntansi,
diterjemahkan oleh Herman Wibowo, edisi V, Jilid 2. Jakarta: Interaksara.
Hossain, Mohammed, dan Helmi Hammami. 2009. Voluntary Disclosure in the
Annual Reports of an Emerging Country: The Case of Qatar. Advances in
83
Accounting, Incorporating Advances in International Accounting. Vol. 25:
255-265.
Ikatan Komite Audit Indonesia. 2016. Komite Audit.
http://www.komiteaudit.org/komite.html.
Indriani, Erna Wati. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan
Sukarela dan Implikasinya terhadap Asimetri Informasi. Accounting
Analysis Journal. Vol. 2 (2): 208-217.
Jensen, Michael C. dan W. H Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial
Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics. Vol. 3 (4): 305-360.
Kanagaretman, Kiridaran; Lobo. G.J; Whalen D.J. 2007. Does Good Corporate
Governance Reduce Information Asymmetry Around Quarterly Earnings
Announcements?. Journal of Accounting Policy and Public Policy. Vol. 26
(4): 497-522.
Mardiyah, Aida Ainul. 2002. Pengaruh Asimetri Informasi dan Disclosure
terhadap Cost of Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5 (2).
Murni, Siti Aisah. 2004. Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dan Asimetri
Informasi terhadap Cost of Equity Capital pada Perusahaan Publik di
Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7 (2): 192-205.
Nugrahani, Tri Siwi, dan Fajar Agus Nugroho. 2010. Pengaruh Komisaris
Independen dan Pengungkapan Sukarela terhadap Kinerja Perusahaan.
KARISMA. Vol. 4 (2): 132-141.
Nuratama, I Putu. 2011. Pengaruh Tenure dan Reputasi Kantor Akuntan Publik
pada Kualitas Audit dengan Komite Audit sebagai Variabel Moderasi (Studi
Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-
2009). Denpasar: Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Program
Studi Magister Akuntansi.
Nuryatmo, Muhammad; Nazmel Nazir; dan Maya Rahmayanti. 2007. Hubungan
antara Pengungkapan, Informasi Asimetri dan Biaya Modal. Jurnal
Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik. Vol 2 (1): 9-26.
Novianti, Nurlita, Sutrisno dan Gugus Irianto. 2010. Tenur Akuntan Publik, Tenur
Partner Audit, Auditor Spesialisasi Industri, dan Kualitas Audit. Universitas
Brawijaya.
Peraturan BAPEPAM No. KEP-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan
Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
84
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia (PMKRI) Nomor:
17/PMK.01/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik. Available at:
http://www.google.co.id.
Pradnyani, Ni Luh Putu Normadewi Abdi. 2014. Pengaruh Keefektifan
Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi dan Asimeri Informasi
pada Akuntabilitas Organisasi dengan Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perguruan
Tinggi Negeri di Provinsi Bali). Bali: Tesis Universitas Udayana.
Pratiwi, Karina Aningdita. 2013. Pengaruh Audit Tenure, Reputasi KAP,
Disclosure, Ukuran Perusahaan Klien, dan Opini Audit Sebelumnya
terhadap Opini Audit Going Concern. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Primadita, Indria. 2012. Pengaruh Tenur Audit dan Auditor Spesialis terhadap
Informasi Asimetri. Banjarmasin: Simposium Nasional Akuntansi XV.
Putri, Desak Dyah Eka dan I Dewa Nyoman Wiratmaja. 2015. Kualitas Komite
Audit Memoderasi Pengaruh Masa Perikatan Audit dan Spesialisasi Auditor
pada Kualitas Audit. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Rahmawati. 2008. Motivasi, Batasan dan Peluang Manajemen Laba (Studi
Empiris pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Padang: Simposium Nasional Akuntansi IX.
Rahmawati, Ardiana Peri. 2012. Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Moralitas
Manajemen terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Tesis.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Richardson, V. J. 1998. Information Asymmetry and Earnings Management :
Some Evidence. Available at: http:/www.ssrn.com/
Rusmin, Rusmin. 2010. Auditor Quality and Earnings Management: Singaporean
Evidence. Managerial Auditing Journal. Vol. 25 (7): 618-638.
Santriatini, Diah; P. Sinarwati Ni Kadek, dan Musmini Lucy S. 2014. Pengaruh
Pergantian Manajemen, Opini Audit, dan Ukuran KAP terhadap Pergantian
KAP pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di BEI
Periode 2009-2013. Jurnal Akuntansi SI. Vol. 2 (1).
Sari, Enggar Vibria Verdana dan Akhmad Riduwan. 2013. Pengaruh Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan: Kualitas Laba sebagai Variabel
Intervening. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 1(1): 1-20.
85
Sehar, Najm Ul; Bilal; dan Sumaira Tufail. 2013. Determinants of Voluntary
Disclosure in Annual Report: A Case Study of Pakistan. Managements and
Administrative Sciences Review. Vol. 2 (2): 181-195.
Siddharta dan Istini T. 2000. Pengungkapan Informasi Finansial dan Non-
Finansial dalam Pelaporan Keuangan. Prosiding Konvensi Nasional
Akuntansi IV.
Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta:
Salemba Empat.
Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Faktor-faktor Dalam
Diri Auditor dan Kualitas Audit: Studi pada KAP Big Four di Indonesia.
Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.
Siregar, Sylvia Veronica dan Utama, Siddharta. 2005. Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance
terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Solo: Simposium
Nasional Akuntansi VIII.
Siregar, Sylvia Veronica; Fitriany Amarullah; Arie Wibowo; dan Viska
Anggraita. 2012. Audit Tenure, Audit Rotation, and Audit Quality: The
Case of Indonesia. Asian Journal of Business and Accounting.
Sudarma, I Putu dan Ni Made Dwi Ratnadi. 2015. Pengaruh Voluntary Disclosure
pada Earnings Response Coefficient. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana. Vol. 12 (2).
Tuanakotta, Theodorus. M. 2015. Audit Kontemporer. Salemba Empat: Jakarta.
Utthavi, Wayan Hesadijaya. 2010. “Pengaruh Proporsi Gender Dewan Direksi
dan Proporsi Komite Audit pada Konservatisme Akuntansi Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Denpasar: Tesis Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana Program Studi Magister Akuntansi.
Vafeas, N. 2005. Audit Committees, Board, and the Quality of Reported Earnings.
Contemporary Accounting Research, Vol. 22 (4): 1093-1122.
Varici, Idiris. 2013. The Relationship between Information Asymmetry and the
Quality of Audit: An Empirical Study in Istanbul Stock Exchange. Journal
of International Business Research. Vol. 6 (10): 132-140.
Wahyuni, Nur dan Fitriany. 2012. Pengaruh Client Importance, Tenure, dan
Spesialisasi Audit terhadap Kualitas Audit. Universitas Indonesia.
86
Wakum, Alexander Aji Suseno dan I Gede Suparta Wisadha. 2014. Pengaruh
Audit Tenure pada Asimetri Informasi dengan Moderasi Komite Audit.
Bali: E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 6 (3): 499-513.
Wasilah. 2005. Hubungan antara Informasi Asimetri dan Praktek Perataan Laba di
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 2 (1): 1-23.
Yenibra, Rahmawelly. 2014. Pengaruh Corporate Governance, Kualitas Audit dan
Voluntary Disclosure terhadap Biaya Utang (Studi Empiris pada Perusahaan
Go Public yang terdaftar di CGPI tahun 2009-2012). Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang.
90
Lampiran 2
Indeks Pengungkapan Sukarela A. Corporate Strategy
1 Management's objectives and strategies/statement of corporate goals or objectives
general development of business
2 Future strategy, information of future expansion (capital expenditures)/
B. Corporate Governance
3 Are the independent directors well defined?
4 Directors’ engagement/directorship of other companies
5 Duration of belonging to the company
6 Number of shareholders belonging to the board of directors
7 Details of CEO’s contact address
8 Picture of all directors/board of directors
C. Financial Performance
9 Brief discussion and analysis of a bank’s financial position
10 Qualitative forecast of earnings
11 Risk-weighted assets (ATMR)
12 Total liquid assets to assets ratio
13 Cost-to-income ratio
14 Loan to deposit ratio (LDR)
15 Dividend per share
D. Risk Management
16 Information on risk management committee
17 Information on risk management structure
18 Information on credit risk management structure
19 Narrative discussions on risk assets, risk measurement and monitoring
20 Quantitative information on gross loan positions
21 Information on assets–liability management committee
22 Disclosure of credit rating system/process
23 General descriptions of market risk segments
24 Maturity information about deposits and other liabilities
E. Accounting Policy Review
25 Discussion on accounting policy
26 Disclosure of accounting standards uses for its accounts
F. Key Non-Financial Statistics
27 Age of key employee
28 Number of employees by sex
29 Details of branch location
30 Number of branch
31 Information on ATM
32 Location of ATM and their address
33 List of top five shareholders of the bank
G. Corporate Social Disclosure
34 Information on donations to charitable organizations
35 Information on social banking activities/banking for the society
H. Others
36 Online banking facilities
37 Information on credit card business
38 Information on welfare of employees
39 Graphical presentation of performance indicators
40 Related party disclosure
98
LAMPIRAN 5
Perhitungan Variabel Independen (Audit Tenure) No. Kode Tahun Nama KAP Tenure
1 AGRO 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1
2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2
2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3
2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 4
2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 5
2 BABP 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1
2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2
2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3
2014 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 1
2015 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 2
3 BACA 2011 Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo & Rekan (CH) 1
2012 Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo & Rekan (CH) 2
2013 Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo & Rekan (CH) 3
2014 Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo & Rekan (CH) 4
2015 Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Thahjo & Rekan
(CH)
5
4 BBCA 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1
2012 Siddharta & Widjaja (KPMG) 1
2013 Siddharta & Widjaja (KPMG) 2
2014 Siddharta Widjaja & Rekan (KPMG) 3
2015 Siddharta Widjaja & Rekan (KPMG) 4
5 BBKP 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1
2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2
2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3
2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 4
2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 5
6 BBNI 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1
2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1
2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 2
2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 3
2015 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 4
7 BBNP 2011 Gani Mulyadi & Handayani (GT) 1
2012 Gani Mulyadi & Handayani (GT) 2
2013 Gani Sigiro & Handayani (GT) 3
2014 Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali
(BKR)
1
2015 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 1
8 BBRI 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1
2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2
2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3
2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 4
2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 5
9 BBTN 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1
2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2
2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3
2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 4
2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 5
10 BCIC 2011 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM
AJJ)
1
2012 Tjahjadi & Tamara (MI) 1
2013 Tjahjadi & Tamara (MI) 2
2014 Tjahjadi & Tamara (MI) 3
2015 Tjahjadi & Tamara (MI) 4
Bersambung ke halaman selanjutnya
99
LAMPIRAN 5 (Lanjutan) No. Kode
Perusahaan
Tahun Nama KAP Tenure
11 BDMN 2011 Siddharta & Widjaja (KPMG) 1
2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1
2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2
2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3
2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 4
12 BEKS 2011 Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo & Rekan (CH) 1
2012 Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo & Rekan (CH) 2
2013 Hendrawinata, Eddy, & Siddharta (KI) 1
2014 Hendrawinata Eddy, & Siddharta (KI) 2
2015 Hendrawinata Eddy Siddharta & Tanzil (K) 3
13 BJBR 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1
2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2
2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3
2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 4
2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 5
14 BKSW 2011 Siddharta & Widjaja (KPMG) 1
2012 Siddharta & Widjaja (KPMG) 2
2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1
2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2
2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 3
15 BMRI 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1
2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 2
2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 3
2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 4
2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 1
16 BNBA 2011 Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 1
2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1
2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2
2014 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 1
2015 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 2
17 BNGA 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1
2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 2
2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 3
2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 4
2015 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 5
18 BNII 2011 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1
2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2
2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3
2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 4
2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 5
19 BSIM 2011 Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (MS) 1
2012 Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (MS) 2
2013 Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (MS) 3
2014 Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (MS) 4
2015 Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (MS) 5
20 BSWD 2011 Gani Mulyadi & Handayani (GT) 1
2012 Gani Mulyadi & Handayani (GT) 2
2013 Gani Sigiro & Handayani (GT) 3
2014 Gani Sigiro & Handayani (GT) 4
2015 Gani Sigiro & Handayani (GT) 5
Bersambung ke halaman selanjutnya
100
LAMPIRAN 5 (Lanjutan) No. Kode
Perusahaan
Tahun Nama KAP Tenure
21 BTPN 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1
2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 2
2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 3
2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 4
2015 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 5
22 BVIC 2011 Tjahjadi & Tamara (MI) 1
2012 Tjahjadi & Tamara (MI) 2
2013 Tjahjadi & Tamara (MI) 3
2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1
2015 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 2
23 INPC 2011 Tjahjadi & Tamara (MI) 1
2012 Tjahjadi & Tamara (MI) 2
2013 Tjahjadi & Tamara (MI) 3
2014 Tjahjadi & Tamara (MI) 4
2015 Tjahjadi & Tamara (MI) 5
24 MAYA 2011 Hendrawinata Eddy & Siddharta (KI) 1
2012 Hendrawinata Eddy & Siddharta (KI) 2
2013 Hendrawinata Eddy & Siddharta (KI) 3
2014 Hendrawinata Eddy Siddharta & Tanzil (K) 4
2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 1
25 MCOR 2011 Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (MS) 1
2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1
2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2
2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3
2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 1
26 MEGA 2011 Siddharta & Widjaja (KPMG) 1
2012 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 1
2013 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 2
2014 Purwantono, Suherman, & Surja (EY) 3
2015 Purwantono, Sungkoro & Surja (EY) 4
27 NISP 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1
2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 2
2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 3
2014 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 4
2015 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 1
28 PNBN 2011 Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 1
2012 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 2
2013 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 3
2014 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 4
2015 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 5
29 SDRA 2011 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 1
2012 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 2
2013 Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC) 3
2014 Osman Bing Satrio & Eny (Deloitte) 1
2015 Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PWC) 1
105
Lampiran 7
Perhitungan Variabel Moderasi (Komite Audit) No. Kode Perusahaan Tahun Jumlah Komite Audit
1 AGRO 2011 3
2012 3
2013 3
2014 3
2015 3
2 BABP 2011 3
2012 3
2013 3
2014 4
2015 4
3 BACA 2011 3
2012 3
2013 3
2014 3
2015 3
4 BBCA 2011 3
2012 3
2013 3
2014 3
2015 3
5 BBKP 2011 3
2012 4
2013 4
2014 4
2015 5
6 BBNI 2011 4
2012 4
2013 4
2014 4
2015 4
7 BBNP 2011 3
2012 3
2013 3
2014 3
2015 3
8 BBRI 2011 6
2012 3
2013 8
2014 6
2015 8
9 BBTN 2011 6
2012 4
2013 5
2014 5
2015 5
10 BCIC 2011 5
2012 4
2013 4
2014 3
2015 4
Bersambung ke halaman selanjutnya
106
Lampiran 7 (Lanjutan) No. Kode Perusahaan Tahun Jumlah Komite Audit
11 BDMN 2011 4
2012 6
2013 6
2014 5
2015 5
12 BEKS 2011 3
2012 3
2013 4
2014 3
2015 3
13 BJBR 2011 4
2012 6
2013 6
2014 6
2015 5
14 BKSW 2011 3
2012 3
2013 3
2014 3
2015 3
15 BMRI 2011 5
2012 6
2013 6
2014 6
2015 5
16 BNBA 2011 3
2012 3
2013 3
2014 3
2015 2
17 BNGA 2011 6
2012 6
2013 6
2014 6
2015 6
18 BNII 2011 5
2012 5
2013 4
2014 4
2015 4
19 BSIM 2011 4
2012 5
2013 5
2014 4
2015 3
20 BSWD 2011 2
2012 3
2013 3
2014 5
2015 3
Bersambung ke halaman selanjutnya
107
Lampiran 7 (Lanjutan) No. Kode Perusahaan Tahun Jumlah Komite Audit
21 BTPN 2011 5
2012 5
2013 5
2014 4
2015 3
22 BVIC 2011 3
2012 3
2013 3
2014 3
2015 2
23 INPC 2011 4
2012 5
2013 6
2014 6
2015 6
24 MAYA 2011 3
2012 3
2013 3
2014 3
2015 3
25 MCOR 2011 3
2012 3
2013 3
2014 3
2015 3
26 MEGA 2011 3
2012 3
2013 3
2014 3
2015 3
27 NISP 2011 4
2012 4
2013 4
2014 4
2015 4
28 PNBN 2011 4
2012 4
2013 4
2014 4
2015 4
29 SDRA 2011 3
2012 3
2013 3
2014 3
2015 4
108
Lampiran 8
Hasil Output SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
PS 145 ,40 ,85 ,6191 ,09181
AT 145 1 5 2,41 1,326
KA 145 2 8 3,94 1,195
AI 145 ,299834424340 5,638443029292
1,533379661276
71
,96346493
2634693
Valid N
(listwise) 145
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 145
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,23918822
Most Extreme Differences Absolute ,055
Positive ,055
Negative -,030
Test Statistic ,055
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) PS ,638 1,567
AT ,823 1,215
AS ,899 1,112
KA ,738 1,354
a. Dependent Variable: LAI
109
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig. B Std. Error
1 (Constant) ,278 ,081 3,429 ,001
PS -,068 ,159 -,426 ,671
AT ,015 ,010 1,578 ,117
AS -,022 ,025 -,895 ,372
KA -,017 ,011 -1,495 ,137
a. Dependent Variable: GLEJSER
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 ,319a ,102 ,076
,24258113502789
9 2,104
a. Predictors: (Constant), KA, AT, AS, PS
b. Dependent Variable: LAI
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,301a ,091 ,071 ,243222733222535
a. Predictors: (Constant), AS, AT, PS
b. Dependent Variable: LAI
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,205a ,042 ,022 ,249670121852623
a. Predictors: (Constant), PS_MOD, PS, KA
b. Dependent Variable: LAI
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,252a ,064 ,044 ,246841855653137
a. Predictors: (Constant), AT_MOD, KA, AT
b. Dependent Variable: LAI
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,307a ,094 ,075 ,242772607299259
a. Predictors: (Constant), AS_MOD, KA, AS
110
b. Dependent Variable: LAI
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,373 ,141 2,652 ,009
PS -,474 ,253 -,173 -1,879 ,062
AT -,019 ,017 -,102 -1,149 ,252
AS ,131 ,043 ,254 3,028 ,003
a. Dependent Variable: LAI
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,042 ,506 ,083 ,934
PS -,118 ,797 -,043 -,149 ,882
KA ,117 ,130 ,553 ,895 ,372
PS_MOD -,127 ,196 -,511 -,650 ,517
a. Dependent Variable: LAI
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,182 ,156 -1,168 ,245
AT ,081 ,055 ,424 1,479 ,141
KA ,096 ,039 ,455 2,437 ,016
AT_MOD -,028 ,013 -,794 -2,192 ,030
a. Dependent Variable: LAI
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,378 ,131 2,877 ,005
KA -,092 ,036 -,436 -2,575 ,011
AS -,343 ,158 -,666 -2,167 ,032
AS_MOD ,120 ,041 1,088 2,924 ,004
a. Dependent Variable: LAI