i
PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN MENULIS
CERITA FANTASI DENGAN MEMADUKAN NILAI-NILAI
KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT NUSANTARA
UNTUK SISWA SMP KELAS VII
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
Maria Emerensiana Anin
151224002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan sebagai bukti syukur dan terima kasih kepada:
1. Allah Tritunggal dan Bunda Maria yang selalu memberi berkat dan kesehatan
serta pengharapan untuk bertekun dalam setiap keadaan.
2. Para Suster Penyelenggaraan Ilahi atas doa, dukungan, kasih, motivasi, dan
kepercayaan selama ini.
3. Sr. Yovani, PI, Sr. Beata, PI, Sr. Agustina, PI dan komunitas Eduard Michelis
Yogyakarta atas dukungan dan doa bagi saya selama ini.
4. Ayah Dominikus Anin dan Ibunda Yuliana De Rosari, adik Martha Injen
Anin, dan Petronella Tafin Anin atas semangat, doa, dan dukungan selama
ini.
5. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi M.Hum., atas kesempatan yang diberikan
untuk bergabung dalam skripsi payung, atas teladan hidup dan bimbingan
selama pembuatan dan penyelesaian skripsi ini.
6. Teman-teman sperjuangan, Febiana Ans Samba, Ignatius Banu Pratama, Dion
Wahyu Hidayat, Maria Magdalena Tresnaningtyas atas dinamika dan
semangat selama proses penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh saudara, sahabat, dan semua orang yang telah memberikan inspirasi
hidup kepada saya.
8. Keluarga Bapak F.X Suyanto sekeluarga atas doa dan dukungan bagi saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Va Dove Ti Porta Il Coure
(Pergilah ke mana jiwa membawamu)
-Susanna Tamaro-
“Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan,
ketekunan menghasilkan buah yang matang supaya kamu sempurna dan utuh dan
tidak kekurangan suatu apa pun” (Yak 1:2-3)
“Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya,,, dan sumbu yang pudar
nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya: (Mat 12: 20)
“Sumber inspirasi terbesar di dunia ini adalah keheningan, sumber keberhasilan
adalah kerja keras dan berdoa”.
(Luisa Maria)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Anin, Maria Emerensiana. 2019. Pengembangan Modul Digital Pembelajaran
Menulis Cerita Fantasi dengan Memadukan Nilai-Nilai Kearifan Lokal
Cerita Rakyat Nusantara untuk Siswa Kelas VII SMP. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana
mengembangkan sebuah modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan
memadukan nilai-nilai karakter dalam cerita rakyat nusantara. Penelitian ini
bertujuan menghasilkan produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi
dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat nusantara untuk siswa
SMP Kebon Dalem kelas VII guna meningkatkan keterampilan menulis cerita
fantasi siswa.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research &
Development menurut Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2015). Modul digital
pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” dikembangkan melalui enam tahapan
pengembangan. Keenam tahapan itu antara lain, penelitian dan pengumpulan
informasi, pengembangan produk, uji validasi, revisi produk tahap 1, uji coba
produk, dan revisi produk tahap II.
Hasil penelitian berdasarkan keenam tahapan di atas antara lain; (1)
berdasarkan hasil kuesioner siswa dan wawancara dosen dan guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia, peneliti menyimpulkan bahwa modul digital pembelajaran
digital ini sangat dibutuhkan dalam pembelajaran menulis cerita fantasi. (2)
pengembangan modul digital pembelajaran ini dilakukan dengan menentukan
judul, tujuan, pemilihan bahan, penyusunan kerangka, dan pengumpulan bahan
yang relevan dengan materi menulis cerita fantasi. (3) uji validasi dilakukan
dengan melibatkan dosen ahli pada Program Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Kelayakan modul yang dinilai meliputi lima aspek, yaitu, isi/materi,
penyajian, bahasa, kegrafikan, dan kelayakan media. (4) Revisi tahap I meliputi,
(a) perbaikan daftar isi, (b) penambahan materi/kegiatan, (c) pemberian sumber
pada gambar/ilustrasi yang digunakan, (d) Perbaikan ejaan sesuai dengan PUEBI,
(e) perbanyak contoh dan latihan, (f) perbaikan kesalahan pengetikan, (g)
kekhasan dari modul digital belum nampak, (h) perlu membuat prosedur yang
membantu siswa agar menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai
kearifan lokal cerita rakyat Nusantara. (5) Hasil revisi tahap II yaitu (1)
penambahan materi, (2) perbaikan tata letak tulisan, (3) perbaikan bahasa.
Berdasarkan hasil anasisis validasi, modul digital pembelajaran “Ayo
Menulis Cerita Fantasi” memperoleh hasil akumulasi skor rata-rata sebesar 3,78
dengan persentase kelayakan sebesar 75,76 %, jadi modul digital pembelajaran
“Ayo Menulis Cerita Fantasi” layak digunakan sebagai bahan ajar menulis cerita
fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat nusantara.
Kata Kunci: Modul Digital, Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi, Cerita Rakyat
Nusantara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Anin, Maria Emerensiana. 2019. Development of a Digital Learning Module for
Learning on Writing Fantasy Stories by Combining the Values of Local in
Archipelago’s Folklore for 7th
Grade Students. Thesis. Yogyakarta:
Indonesian Language and Literature Education Program, Department of
Language and Art Education, Teacher Training and Education Faculty,
Sanata Dharma University.
The problem that raised in this research is how to develop a digital learning
module on writing fantasies stories by combining the values of local in the
archipelago’s folklore. This study aims to produce a digital learning module
product on writing fantasies stories by combining the values of local in the
archipelago’s folklore especially for 7th
grade students of Kebon Dalem Junior
High School, to improve students' writing skills on fantasy stories.
This research is a type of development research or Research & Development
according to Borg and Gall (in Sugiyono, 2015). The digital learning module
"Let's Write Fantasy Stories" was developed through six stages of development.
The six stages include research and information gathering, product development,
validation testing, product revision stage 1, product testing, and product revision
stage II.
The results of the study are based on the six stages above; (1) based on the
results of student’s questionnaires and interviews with Indonesian Language
lecturers and teachers, the researchers concluded that digital learning modules
are needed in the study of writing fantasy stories. (2) the development of digital
learning modules is carried out by determining the title, objectives, material
selection, framework preparation, and collection of materials that relevant to the
material of writing fantasy stories. (3) the validation test is carried out by
involving expert lecturers in Indonesian Language and Literature Education
Program. The feasibility of the module assessed covers five aspects; content /
material, presentation, language, graphics, and media feasibility. (4) The revision
of stage I include; (a) improving the table of contents, (b) adding material /
activities, (c) giving resources to the images / illustrations that used, (d)
Improving spelling in accordance with PUEBI, (e) multiplying examples and
practice, (f) improvement of typing errors, (g) the peculiarities of the digital
module that have not been seen before, (h) it needs to make procedures that help
students to write fantasy stories by combining the values of local in the
archipelago’s in folklore. (5) Results of revision stage II ; (1) addition of material,
(2) improvement of writing layout, (3) improvement of language.
Based on the results of the validation analysis, the digital learning module
"Let's Write Fantasy Stories" obtained an accumulated average score of 3.78 with
a percentage of feasibility of 75.76%. It means, digital learning module "Let's
Write Fantasy Stories” is worthy to use as teaching’s materials on writing fantasy
stories by combining the values of local in the archipelago’s in archipelago’s
folklore.
Keywords: Digital Modules, Learning to Write Fantasy Stories, Archipelago’s
Folklore.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur tak terhingga penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, atas karunia, pendampingan, dan kesetiaan-Nya yang telah dilimpahkan
kepada penulis selama pembuatan skripsi hingga tahap terakhir sehingga skripsi
berjudul Pengembangan Modul Digital Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi
dengan Memadukan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat Nusantara untuk
Siswa SMP Kebon Dalem Semarang Kelas VII dapat diselesaikan penulis dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya koreksi, bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai dengan baik, oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah Penyelenggara yang setia dan kreatif membimbing tahap demi
tahap dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
telah mengesahkan skripsi ini.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum, selaku dosen pembimbing yang setia
dan disiplin memberikan bimbingan, motivasi, tantangan, saran, serta
kritikan selama penyelesaian skripsi ini.
4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah memberikan izin berbagai kebutuhan dalam
penelitian ini.
5. Danang Satria, S.S., M.A., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Yogyakarta yang telah memverifikasi poin kegiatan poin kegiatan
kemahasiswaan penulis.
6. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku validator produk penulis yang
telah memberikan saran dan masukan demi penyempurnaan produk
ini.
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah mendedikasikan hidup dan ilmu selama penulis menempuh
studi.
8. Sr. Nurwaningsih PI, Ibu Lucia Noersyamsah, dan para guru SMP
Kebon Dalem Semarang yang telah memberi kesempatan kepada
penulis selama awal penelitian hingga uji coba produk.
9. Siswa-siswi SMP Kebon Dalem Semarang Kelas VII yang telah
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
10. Para Suster Penyelenggaraan Ilahi yang telah memberi kesempatan,
doa, dan dukungan selama studi.
11. Orang tua dan keluarga besar yang mendukung dengan berbagai cara
selama studi.
12. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas A dan B angkatan 2015 atas berbagai doa dan semangat dalam
penyelesaian skripsi ini.
13. Teman-teman seperjuangan di semester akhir yaitu: Banu, Feby, Tyas,
Dion atas keberanian dan kesetiaan berproses bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
MOTO ............................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPERLUAN AKADEMIS ........................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
ABSTRACT .................................................................................................... xi
KATA PENGANTAR ................................................................................. xii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
1.5 Batasan Istilah .......................................................................................... 7
1.6 Spesifikasi Produk .................................................................................... 9
BAB II STUDI PUSTAKA .......................................................................... 11
2.1 Penelitian yang Relevan ......................................................................... 11
2.2 Kajian Teori ........................................................................................... 14
2.2.1 Konsep Kurikulum .............................................................................. 15
2.2.1.1 Hakikat Kurikulum .......................................................................... 16
2.2.1.2 Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum .......................................... 17
2.2.2 Konsep Modul ..................................................................................... 20
2.2.2.1 Hakikat Modul ................................................................................ 20
2.2.2.2 Karakteristik Penulisan Modul ......................................................... 22
2.2.2.3 Fungsi dan Tujuan Modul ................................................................ 25
2.2.2.4 Sistematika Modul ........................................................................... 28
2.2.2.5 Langkah-langkah Penulisan Modul ................................................. 32
2.2.4.1 Konsep Menulis ............................................................................... 35
2.2.4.2 Tujuan Menulis ................................................................................ 36
2.2.4.3 Proses Menulis ................................................................................. 37
2.2.5.1 Hakikat Cerita Fantasi ...................................................................... 39
2.2.5.2 Struktur Cerita Fantasi ..................................................................... 41
2.2.5.3 Jenis Cerita Fantasi .......................................................................... 42
2.2.5.4 Ciri-Ciri cerita Fantasi ..................................................................... 43
2.2.5.5 Unsur-Unsur Cerita Fantasi.............................................................. 44
2.2.5.6 Langkah-langkah Menulis Cerita Fantasi ........................................ 46
2.2.6. Nilai-nilai Cerita Fantasi .................................................................... 48
2.2.7 Hakikat Cerita Rakyat ........................................................................ 51
2.2.7.1 Defenisi Cerita Rakyat ..................................................................... 51
2.2.7.2 Tujuan Bercerita ............................................................................... 52
2.2.7.3 Fungsi Cerita Rakyat ........................................................................ 53
2.2.7.4 Ciri-Ciri Cerita Rakyat ..................................................................... 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2.2 8 Kerangka Berpikir ............................................................................... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 60
3.I Jenis Penelitian ....................................................................................... 60
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ......................................................... 62
3.2.1 Tempat Penelitian................................................................................ 62
3.2.2 Sumber Data Penelitian ....................................................................... 62
3.2.3 Data Penelitian .................................................................................... 63
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 63
3.5 Instrumen Penelitian............................................................................... 64
3.5.1 Kuesioner ........................................................................................... 65
3.5.2 Wawancara .......................................................................................... 65
3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................. 66
3.6.1 Analisis Hasil Wawancara Guru dan Dosen ....................................... 66
3.6.2 Analisis Hasil Angket Siswa ............................................................... 67
3.6.3 Analisis Validasi Produk Dosen Ahli dan Hasil Uji Coba Siswa ....... 69
3.7 Prosedur Pengembangan Modul Digital ................................................ 71
3.7.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi .............................................. 78
3.7.2 Pengembangan Produk ........................................................................ 79
3.7.3 Uji Validasi Produk ............................................................................. 80
3.7.4 Revisi Produk tahap I .......................................................................... 80
3.7.5 Uji Coba Produk .................................................................................. 80
3.7.6 Revisi Produk tahap II ......................................................................... 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 82
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 82
4.1.1 Hasil Penelitian dan Pengumpulan Informasi ..................................... 83
4.1.2 Deskripsi Hasil Analisis Angket Studi Pendahuluan Siswa ............... 84
4.1.2.1 Deskripsi Hasil Wawancara Guru Bahasa Indonesia ..................... 112
4.1.2.2 Deskripsi Hasil Wawancara Dosen Bahasa Indonesia ................... 114
4.1.3 Pengembangan Modul ....................................................................... 116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
4.1.3.1 Penentuan Tujuan ........................................................................... 117
4.1.3.2 Pemilihan Bahan ............................................................................ 118
4.1.3.3 Penyusunan Kerangka .................................................................... 118
4.1.3.4 Pengumpulan Bahan....................................................................... 119
4.1.4 Uji Validasi ....................................................................................... 122
4.1.4.1 Hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli .......................................... 122
4.1.5 Revisi Produk Tahap I ....................................................................... 131
4.1.5.1 Revisi Produk dari Dosen Ahli ...................................................... 142
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 159
4.2.1 Deskripsi Modul ................................................................................ 160
4.2.2 Deskripsi Hasil Validasi .................................................................... 171
4.2.2.1 Deskripsi Data Hasil Validasi oleh Dosen Ahli ............................. 171
4.2.2.2 Deskrispi Data Hasil Validasi oleh siswa ...................................... 172
4.2.3 Analisis Kelayakan Modul ................................................................ 175
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 182
5.1 Simpulan .............................................................................................. 182
5.2 Saran .................................................................................................... 185
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 187
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................... 189
LAMPIRAN ............................................................................................... 190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
3.1 Konversi Nilai dan Sikap ...................................................................... 68
3.2 Konversi Nilai Skala Lima Berdasarkan PAP ...................................... 70
3.3 Tabel Pengkategorian Skala Likert ....................................................... 85
3.4 Kategorisasi terhadap hasil angket oleh siswa .................................... 110
3.5 Tujuan khusus ..................................................................................... 117
4.6 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Isi/Materi ... 123
4.7 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Penyajian .... 125
4.8 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Bahasa ......... 126
4.9 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan kegrafikan ... 127
4.10 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek
Kelayakan Media Pembelajaran.......................................................... 129
4.11 Data Skor Rata-rata Dosen Ahli pada Seluruh Aspek ....................... 130
4.12 Data Hasil Siswa pada Aspek Kelayakan Isi/Materi.......................... 136
4.13 Data Hasil Validasi siswa pada Aspek Kelayakan Kebahasaan ........ 137
4.14 Data Hasil Validasi siswa pada Aspek Kelayakan Kegrafikan .......... 138
4.15 Data Hasil Siswa pada Aspek Kelayakan Media ............................... 139
4.16 Data Hasil Validasi Siswa pada Aspek Kelayakan Penyajian ........... 140
4.17 Data Hasil Rekapitulasi Validasi Siswa pada Modul Digital ........... 141
4.18 Tabel Hasil Analisis Kelima Aspek Penilaian Dosen dan Siswa ....... 176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 59
Bagan 3.1 Bagan Prosedur Penelitian Menurut Borg dan Gall
(dalam Sugiyono) ........................................................................... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Bahan ajar menulis cerita fantasi yang digunakan
selama ini kurang menarik .................................................................. 87
Diagram 4.2 Bahan ajar yang digunakan guru mempengaruhi
semangat saya untuk menulis cerita fantasi ................................ 88
Diagram 4.3 Siswa lebih suka belajar dengan bantuan media
yang kreatif seperti modul digital .............................................. 89
Diagram 4.4 Materi menulis cerita fantasi semakin menarik dengan
menggunakan modul digital karena membantu saya
belajar mandiri ........................................................................... 90
Diagram 4.5 Bahan ajar modul digital sangat bermanfaat
dalam memahami materi menulis cerita fantasi ......................... 91
Diagram 4.6 Materi menulis cerita fantasi mudah dipahami
dan siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif ........ 92
Diagram 4.7 Bahan ajar modul digital adalah bahan ajar yang
pertama kali digunakan di sekolah ini ....................................... 93
Diagram 4.8 Sangat suka belajar dengan bantuan internet karena
materi dapat dipelajari kapan saja .............................................. 94
Diagram 4.9 Bahan ajar modul digital dapat digunakan di sekolah ini
karena fasilitas sekolah mendukung .......................................... 95
Diagram 4.10 Bahan ajar modul digital digunakan guru inovatif
demi perkembangan peserta didik ........................................... 96
Diagram 4.11 Menurut saya, menulis cerita fantasi penting dan bermanfaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
dalam kehidupan sehari-hari .................................................... 98
Diagram 4.12 Saya lebih tertarik belajar menulis cerita fantasi
dengan bantuan bahan ajar/media daripada ceramah guru ...... 99
Diagram 4.13 Menulis adalah termasuk salah satu keterampilan berbahasa
yang wajib saya pelajari .......................................................... 100
Diagram 4.14 Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa
yang saya harus pelajari sejak dini ........................................... 102
Diagram 4.15 Menulis cerita fantasi termasuk kegiatan yang
kreatif menyenangkan ............................................................. 103
Diagram 4.16 Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan
yang harus dilestarikan ............................................................ 104
Diagram 4.17 Saya pernah mendengar cerita rakyat Nusantara
dan saya tertarik untuk membacanya ........................................ 105
Diagram 4.18 Cerita rakyat akan menarik jika dikolaborasikan dengan
kemajuan teknologi agar lebih sesuai kemajuan zaman ........... 107
Diagram 4.19 Cerita rakyat penting untuk dipelajar dan dilestarikan ............ 108
Diagram 4.20 Saya lebih berminat membaca cerita rakyat secara digital ..... 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Gambar modul bagian isi (awal) sebelum direvisi .......... 143
Gambar 4.2 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ....................... 143
Gambar 4.3 Gambar modul bagian isi sebelum direvisi ..................... 144
Gambar 4.4 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ....................... 145
Gambar 4.5 Gambar modul bagian isi sebelum direvisi ..................... 145
Gambar 4.6 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ....................... 146
Gambar 4.7 Gambar modul bagian isi sebelum direvisi ..................... 147
Gambar 4.8 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ....................... 148
Gambar 4.9 Gambar modul bagian isi sebelum direvisi ..................... 149
Gambar 4.10 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ..................... 149
Gambar 4.11 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ..................... 150
Gambar 4.12 Gambar kekhasan modul digital pembelajaran ............. 151
Gambar 4.13 Gambar modul bagian penutup sebelum direvisi .......... 151
Gambar 4.14 Gambar modul bagian penutup setelah direvisi ............ 152
Gambar 4.15 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ..................... 153
Gambar 4.16 Gambar modul bagian penutup setelah direvisi ............ 154
Gambar 4.17 Gambar modul aspek penyajian sebelum direvisi ......... 155
Gambar 4.18 Gambar modul aspek penyajian setelah direvisi ........... 155
Gambar 4.19 Gambar aspek kelayakan bahasa sebelum direvisi ....... 156
Gambar 4.20 Gambar bagian kelayakan bahasa setelah direvisi ........ 157
Gambar 4.21 Gambar modul bagian isi sebelum direvisi ................... 158
Gambar 4.22 Gambar modul bagian isi setelah direvisi ..................... 159
Gambar 4.23 Gambar modul bagian isi Bab 1 .................................... 161
Gambar 4.24 Gambar modul bagian isi Bab 2 ..................................... 162
Gambar 4.25 Gambar modul bagian isi Bab 3 .................................... 163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini, akan dikaji enam subbab, yaitu (1) latar belakang
masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian,
(5) batasan istilah, dan (6) spesifikasi produk. Berikut rincian keenam subbab
pada bagian pendahuluan.
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang amat pesat beberapa tahun belakangan ini
membawa banyak perubahan di berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali di
bidang pendidikan. Kemunculan super komputer, robot pintar, sistem navigasi
berbasis internet, kendaraan tanpa awak serta rekayasa genetika untuk
menciptakan produk panen unggulan adalah beberapa wujud penerapannya
(Retas, 2018: 4). Dalam dunia pendidikan, perkembangan teknologi mulai
memberikan dampak positif dan memperlihatkan perubahan yang signifikan.
Perkembangan teknologi informasi telah berdampak terhadap dunia
pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Guru Bahasa Indonesia
diharapkan mampu mengolaborasikan teknologi agar pembelajaran mudah
menjadi mudah, menarik, dinamis dan menyenangkan. Salah satu cara
mengembangkan bahasa Indonesia adalah strategi dan rumusan kebijakan
yang konkret agar sastra termasuk sastra daerah, bisa lebih menyatu dengan
masyarakat, terutama anak didik (Kompas, 31 Oktober 2018: 6 dan 9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Menurut Rosenberg (2001) dalam G. Gunawan (2009), dengan
berkembangnya penggunaan teknologi informasi maka ada pergeseran dalam
proses pembelajaran, yaitu: dari pelatihan ke penampilan, dari ruang kelas ke
tempat yang tidak terbatas, dari kertas ke paperless dan dari fasilitas fisik ke
fasilitas jaringan. Pengaruh positif teknologi menumbuhkan optimisme
sekolah-sekolah dalam menyediakan teknologi informasi tersebut untuk
menunjang proses pembelajaran. “Dunia kita tidak dapat dipisahkan dari
dunia digital. Wajah dunia diubah oleh teknologi baru ini. Arena perjuangan
kaum muda pun berubah, digital melahirkan peluang dan pejuang. Sejumlah
pemuda Indonesia, berusia di bawah empat puluh tahun, mampu
menunjukkan kedigdayaannya dalam dunia digital dengan mendirikan
perusahaan rintisan...(Kompas, 27 Oktober: 23). Berbagai cara ditempuh demi
menyiapkan generasi pemangku masa depan bangsa dan penerus kebudayaan
agar bertumbuh dan berkembang secara holistik di berbagai bidang. Bahasa
menjadi sarana pokok menyampaikan ide, gagasan, nasehat baik lisan
maupun tulisan.
Dunia sedang mengalami “goncangan” menghadapi era revolusi
Industri, Perkembangan revolusi era revolusi industri 4.0
(https//edukasi.kompas.com 2 Mei 2018) fakta ini menjadi tantangan dan
kesempatan peneliti mengolaborasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam cerita
rakyat dan kemajuan teknologi dalam modul digital. Hal ini didukung oleh
bukti hasil kuesioner siswa yang telah dianalisis. Sebanyak 86 % dari
responden menyatakan bahwa modul digital bermanfaat dalam pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menulis cerita fantasi. Selain itu, 88 % responden menyatakan bahwa menulis
cerita fantasi sangat bermanfaat karena melatih daya imajinasi dan melatih
kemampuan menulis sejak dini. Pentingnya mengolaborasikan teknologi dan
nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat menjadi salah satu pertanyaan
pendukung penelitian ini dan hal ini terbukti dari responden yaitu 84%
menyatakan bahwa cerita rakyat penting untuk dilestarikan karena
mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang sangat dibutuhkan dalam
kehidupan.
Menurut Andi Prastowo (2011: 106), modul pada dasarnya adalah
sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar
mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau atau bimbingan
yang minimal dari pendidik. Sesuai dengan paparan Rosenberg (2001) dalam
G. Gunawan (2009) ada pergeseran dalam proses pembelajaran diantaranya
dari ruang kelas ke tempat yang tidak terbatas dan dari kertas ke paperless.
Oleh karena itu, modul pembelajaran ini akan disusun secara digital. Modul
pembelajaran digital adalah suatu unit program pengajaran yang disusun
secara sistematis dan lengkap yang dituangkan dalam bentuk digital untuk
keperluan belajar.
Menulis adalah salah satu empat keterampilan dasar berbahasa yang
harus dibina secara berkelanjutan. Kegiatan menulis dapat menjadi salah satu
cara mengukur tingkat membaca seseorang, sebab menulis pada dasarnya
langkah lanjutan dari kegiatan membaca. Minat baca dan minat menulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara di ASEAN.
Lembaga survei Internasional menunjuk tingkat literasi masih rendah. Dari
survei yang dilakukan PISA (Programme for International Student
Assesment) dari 61 negara yang disurvei, Indonesia berada di posisi 60, satu
dari terbawah (Bangkapos.com, Senin, 21 November 2016). Perpaduan antara
kemajuan teknologi dan nilai-nilai kearifan lokal dalam cerita rakyat
Nusantara diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita fantasi
siswa SMP kelas VII Kebon Dalem Semarang. Penelitian ini juga bertujuan
agar generasi muda mampu mencintai dan menerapkan nilai-nilai kearifan
yang terkandung dalam cerita rakyat Nusantara. Keterampilan menulis sangat
dibutuhkan dalam kehidupan kita. Penyebab dari menulis kurang diminati
oleh siswa bahkan dihindari karena metode pembelajaran masih
konvensional. Di sisi lain, hal ini menjadi beban berat bagi guru terutama
bersumber pada koreksi terhadap draf awal dan akhir penskoran pasca
penulisan draf akhir yang dihasilkan oleh siswa, padahal dalam era kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, guru dapat memanfaatkan teknologi
untuk memudahkan pemebelajaran menulis sehingga menyenangkan bagi
siswa dan guru (Made Sutama: 2016:1-3).
Cerita rakyat adalah kepercayaan, legenda, dan adat istiadat suatu
bangsa yang telah ada sejak lama dan diwariskan turun-temurun secara lisan
maupun tulisan. “Pengetahuan dan keterampilan masyarakat lokal dapat
membantu pengenalan diri lebih dalam dan nilai-nilai kehidupan dan dengan
demikian dapat mengembangkan diri agar dapat berdampak pada masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
luas”, demikian kata Antropolog dan pemerhati kebudayaan lokal; Gregorius
Neonbasu. Dongeng yang merupakan bagian dari cerita rakyat merupakan
bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian luar biasa yang
penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak
benar-benar terjadi. Dongeng tumbuh di zaman klasik, di mana masyarakat
dipengaruhi oleh dunia mistik atau “dunia gaib” dan biasanya digunakan
sebagai alat didaktis. Revolusi industri 4,0 yang sedang dihadapi dunia
pendidikan masa kini pun, jenis dongeng dapat tumbuh kembali dengan
fantasi dunia teknik. Contoh konkret terbang ke planet Mars atau Bulan
bukankah berasal dari inspirasi dari dongeng-dongeng Jules Verne?
Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul digital pembelajaran menulis
cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat
Nusantara, dengan demikian, nilai-nilai kehidupan yang ada di dalamnya
tetap dilestarikan oleh siswa-siswi dengan karya-karya baru yang pasti lebih
menarik dan sesuai zaman.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti optimis meneliti
pengembangan modul digital demi peningkatan menulis cerita fantasi
terutama di kalangan SMP dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita
rakyat Nusantara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: Bagaimanakah pengembangan modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
lokal cerita rakyat Nusantara untuk siswa SMP Kebon Dalem Semarang Kelas
VII?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan umum yang
hendak dicapai adalah “Mengembangkan produk modul digital pembelajaran
menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita
rakyat Nusantara bagi siswa SMP Kebon Dalem Kelas VII”. Adapun tujuan
khusus yang hendak dicapai adalah: Mendeskripsikan validitas modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi untuk siswa SMP Kebon Dalem kelas VII
Semarang.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam
pengembangan media pembelajaran Bahasa Indonesia selanjutnya dan menjadi
sebuah nilai tambah khazanah pengetahuan ilmiah bidang pendidikan Bahasa
dan Sastra di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, bagi
siswa/siswi, bagi program studi, dan bagi peneliti selanjutnya.
Manfaat-manfaat tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
a. Bagi Guru
Produk akhir dari penelitian ini adalah modul digital pembelajaran
menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita
rakyat Nusantara yang tentunya bisa menjadi sumber referensi yang
digunakan sebagai media pembelajaran menulis cerita fantasi terutama
pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Bagi siswa-siswi SMP Kebun Dalem
Penelitian ini langkah alternatif yang dapat digunakan siswa dalam
meningkatkan kemampuan menulis cerita fantasi secara mandiri berbasis
modul digital.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Melalui penelitian ini, peneliti dapat memberikan kontribusi kepada
peneliti selanjutnya dengan topik yang hampir sama untuk dijadikan bahan
referensi demi kemajuan ilmu pengetahuan. Peneliti selanjutnya dapat
menjadikan penelitian ini sebagai salah satu penelitian yang relevan sehingga
memudahkan peneliti selanjutnya untuk mengetahui gambaran umum terkait
penelitian jenis pengembangan.
1.5 Batasan Istilah
Batasan istilah perlu dilakukan peneliti agar tidak terjadi penyimpangan
dalam penafsiran dan meluasnya penelitian yang dapat menyebabkan
abstraknya penelitian yang akan dilakukan peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
a. Modul digital
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru (Majid dalam
Andi Prastowo 2016:377). Modul digital adalah media pembelajaran yang
disajikan dalam bentuk digital dari bentuk manual menjadi berbasis
komputer (http://eprints.uny.ac.id).
b. Menulis
Menulis adalah suatu aktivitas kognitif seseorang dalam mengekspresikan
diri, ide, pikiran dalam bentuk tulisan atau bahasa tulis dengan berbagai
tujuan.
c. Cerita Fantasi
Cerita fantasi adalah sebuah genre cerita yang berbentuk khayalan,
angan-angan atau imajinasi pengarang yang diceritakan dalam alur normal.
Cerita fantasi termasuk dalam jenis cerita sastra yang meberi kesempatan dan
kebebasan kepada seseorang mengembangkan imajinasi.
d. Nilai-Nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat Nusantara
Cerita rakyat adalah sesuatu yang dianggap sebagai kekayaan setiap
daerah yang memiliki fungsi dalam berhubungan sosial dengan orang lain.
Setiap daerah memiliki cerita rakyat khas yang mengandung nilai-nilai
kehidupan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita rakyat adalah
cerita dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat dan diwariskan secara
lisan (Alwi dkk, 2003:210). Cerita rakyat juga didefinisikan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
kesusastraan dari rakyat, yang penyebarnya pada umumnya melalui tutur kata
atau lisan (Dananjaja, 2007:5).
1.6 Spesifikasi Produk
Pengembangan produk berupa modul digital ini didasarkan pada studi
pendahuluan berupa studi dokumen, wawancara dosen, guru dan kuesioner
siswa tentang modul digital yang dipadukan dengan nilai-nilai kearifan lokal
cerita rakyat Nusantara. Tujuan penelitian ini diharapkan mampu
menghasilkan produk berupa modul digital pembelajaran menulis cerita
fantasi. Modul digital yang akan dikembangkan adalah modul interaktif yang
dirancang melalui aplikasi Flip PDF Profesional (Flipbook). Tujuan
pembuatan modul digital ini adalah membantu pembelajaran dan
pengembangan keterampilan menulis. Keunggulan produk ini antara lain
dapat menjadi sumber belajar siswa kapan dan di mana saja tanpa jaringan
internet, Materi dan pendukung tercapainya kompetensi telah dirancang
dalam satu-kesatuan yang sistematis sehingga memudahkan siswa dalam
mempelajari materi menulis cerita fantasi, nilai-nilai kearifan lokal cerita
rakyat Nusantara memerkaya pemahaman siswa tentang kekayaan bangsa
yang tertuang dalam cerita rakyat Nusantara. Selain itu, sistem navigasi pada
produk modul digital membantu siswa mudah dan cepat menemukan tema
dan materi yang hendak dipelajari.
Modul digital ini pada hakekatnya dirancang dan dikembangkan
berdasarkan kebutuhan aktual pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMP.
Selain itu, isi modul digital ini dirancang dengan memadukan nilai-nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kearifan lokal cerita rakyat Nusantara. Penyajian modul digital ini, penulis
menggunakan Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning) dan
Pendekatan Komunikatif (Communicative Learning). Penekanan
Pembelajaran Berbasis Proyek terletak pada aktivitas siswa untuk
menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti,
menganalisis, menghasilkan produk dan tahap mempresentasikan produk
pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud berupa
barang atau jasa dalam bentuk desain, skema, karya seni, karya tulis dan
laninnya. Isi/materi dan langkah-langkah dalam modul diharapkan menjadi
referensi pembelajaran siswa secara mandiri; guru lebih berperan sebagai
fasilitator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
STUDI PUSTAKA
Pada bab ini, akan dikaji tiga subbab, yaitu (1) penelitian yang relevan, (2)
kajian teori, dan (3) kerangka berpikir. Berikut rincian ketiga subbab pada
bagian studi pustaka.
2.1 Penelitian yang Relevan
Berdasarkan studi kepustakaan, pada bagian ini akan dipaparkan
mengenai penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
yang masih relevan dengan penelitian ini yaitu beberapa penelitian tentang
pengembangan menulis cerita fantasi dengan modul digital diperoleh data
sebagai berikut:
Penelitian pertama dengan judul “Pengembangan Modul Digital
Pembelajaran Untuk Kompetensi Menggunakan Internet Pada Mata Pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas XI SMA Negeri 11 Yogyakarta”
oleh Firmansyah Miftah Fahmi (2012) Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil
dari pengolahan data yang diperoleh dari validasi lima ahli materi dan validasi
lima ahli materi didapatkan skor 4,32 dan pengolahan data dari validasi ahli
materi didapatkan rata-rata skor 3,89 yang semuanya masuk dalam kategori
baik sesuai konversi pengolahan data skala 5 yang berarti layak. Berdasarkan
pengolahan data hasil ujicoba modul digital pembelajaran kepada para siswa
didapatkan rata-rata skor 3,89 dan termasuk dalam kriteria baik sesuai konversi
pengolahan data 5 yang berarti layak. Dengan demikian, dapat disimpulkan
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
bahwa produk digital pembelajaran internet layak digunakan sebagai media
pembelajaran di sekolah.
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Fika Rahmawati dengan judul
skripsi “Pengembangan Modul Kemampuan Menulis Kreatif Cerita Fantasi
Siswa Kelas VII oleh mahasiswi Pascasarjana Universitas Negeri Malang
pada tahun 2017”. Hasil uji validasi diketahui bahwa produk modul menulis
kreatif cerita fantasi untuk siswa kelas VII dikategorikan sangat layak untuk
diimplementasikan dan hal ini dibuktikan dengan rerata 3,71 (96%, nilai uji
validasi ini meliputi empat aspek kelayakan, yaitu kelayakan isi modul kategori
sangat layak (93,7%), kelayakan sistematika penyajian sangat layak (100%),
kelayakan penggunaan bahasa sangat layak (98%), dan kelayakan kegrafikan
sangat layak (91,1%).
Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Antonius Haris Septiaji (2018),
mahasiswa jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi
Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Judul penelitiannya
adalah “Pengembangan Modul Menulis Artikel Opini Berperspektif Logika
Toulmin”. Hasil dari penelitian ini adalah hasil tes kemampuan menulis artikel
opini di kalangan mahasiswa masih rendah. Skor hasil validasi yang
diakumulasikan dari dosen ahli, dosen pengampu, dan uji coba mahasiswa
memperoleh skor rata-rata sebesar 4,36 dengan persentase kelayakan sebesar
87,2% sehinggga modul sangat layak digunakan.
Penelitian keempat dilakukan oleh Fransiska Putri Setiawati (2018),
mahasiswa jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Judul penelitiannya
adalah “Pengembangan Modul Menulis Esai Argumentatif Berperspektif
Logika Toulmin dan Paradigma Pembelajaran Pedagogi Reflektif pada
Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma”. Hasil dari penelitian ini
adalah hasil akumulasi skor rata-rata sebesar 4,41 dengan persentase kelayakan
sebesar 88% dan berkategori sangat layak untuk digunakan.
Relevansi dari keempat penelitian di atas yang dilakukan peneliti adalah
sebagai berikut. Pertama, pada penelitian Firmansyah, Miftah Fahmi (2012)
Universitas Negeri Yogyakarta dengan penelitian ini sama-sama menggunakan
jenis penelitian pengembangan dan hasil akhir yang dihasilkan berupa modul
digital. Kedua, pada penelitian Fika Rahmawati dengan penelitian ini adalah
sama-sama menggunakan jenis penelitian pengembangan dan hasil akhir dari
penelitian ini sama-sama menghasilkan produk modul menulis cerita fantasi
untuk siswa kelas VII SMP. Ketiga, pada penelitian yang dilakukan oleh
Antonius Haris Septiaji (2018) dengan penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan penelitian dan pengembangan. Keempat, penelitian yang
dilakukan oleh Fransiska Putri Setiawati (2018) dengan penelitian ini adalah
sama-sama menggunakan jenis penelitian dan pengembangan dan hasil akhir
yang dihasilkan adalah modul digital menulis.
Perbedaan keempat penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut. Pertama, penelitian ini bertujuan menghasilkan hasil akhir berupa
modul digital untuk pembelajaran menulis cerita fantasi. Kedua, subjek pada
ketiga penelitian terdahulu pada tingkat SMA dan perguruan tinggi sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
penelitian ini berfokus pada siswa SMP kelas VII. Ketiga, produk akhir dari
hasil penelitian ini adalah sebuah produk modul digital pembelajaran menulis
cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita rakyat
Nusantara. Keempat, perbedaan penelitian ini dengan penelitian Miftah Fahmi
adalah mata pelajaran yang menjadi subjek penelitian
Dari keseluruhan penelitian yang telah dipaparkan, belum ada penelitian
yang berfokus pada pengembangan modul digital pembelajaran menulis cerita
fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara di
SMP kelas VII. Peneliti mengolaborasikan nilai-nilai kearifan lokal cerita
rakyat Nusantara dengan teknologi. Nilai-nilai kearifan lokal diharapkan
menjadi sumber inspirasi bagi siswa-siswi dalam menentukan tema dan
mengembangkan tema tersebut menjadi sebuah cerita fantasi. Dengan
demikian, diharapkan siswa-siswi tidak hanya memiliki pengetahuan dan
keterampilan menulis cerita fantasi, tetapi membekali diri dengan nilai-nilai
kearifan lokal demi masa depan bangsa yang cerdas dan berbudi luhur.
2.2 Kajian Teori
Pada kajian teori ini, teori yang digunakan sebagai landasan dalam
penelitian ini meliputi kurikulum pendidikan, kurikulum 2013, pengertian
modul digital, fungsi modul, penyusunan modul, kriteria modul, pengertian
menulis cerita fantasi, tujuan menulis cerita fantasi, fungsi menulis cerita
fantasi, proses menulis cerita fantasi, langkah-langkah menulis cerita fantasi,
pengertian cerita fantasi, struktur cerita fantasi, jenis-jenis cerita fantasi, ciri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kebahasaan cerita fantasi, unsur-unsur cerita fantasi, langkah-langkah
menyusun cerita fantasi, nilai-nilai kearifan cerita rakyat Nusantara.
2.2.1 Kurikulum
Kata “kurikulum” telah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Secara
etimologis, kata “kurikulum” berasal dari bahasa Latin yang kata dasarnya
adalah Currere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh para pelari dari
mulai start sampai finish. Dalam perkembanganya, kata ini kemudian diadopsi
oleh dunia pendidikan. Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan di berbagai jenjang.
Majid: 2014:1-2 mengartikan kurikulum sebagai kumpulan berbagai
mata pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa oleh guru. Pendapat lain
dari Sukmadinata, 2005: 4 berpendapat bahwa kurikulum lebih menekankan
pada pengalaman belajar. Taba (dalam Nasution, 2009) mengartikan
kurikulum sebagai “a plan for learning”, yakni sesuatu yang direncanakan
untuk pelajaran anak.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 mendefinisikan kurikulum
sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan pengertian tentang kurikulum di atas penulis berpendapat
bahwa kurikulum adalah sebuah rancangan tentang pembelajaran yang
direncanakan, disusun dengan berpedoman pada pemikiran dan pertimbangan
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.2.1.1 Hakikat Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancang untuk menggantikan kurikulum KTSP
dengan berbagai alasan. Salah satu alasan mendasar adalah kurikulum 2013
dirancang untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan sebelumnya dan
kurikulum 2013 2013 yang diterapkan mampu menjawab tantangan zaman
yang terus berubah dan dengan demikian mampu mempersiapkan peserta didik
agar mampu bersaing di masa mendatang di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi (Kurniasih, 2014: 31-35). Landasan filosofi kurikulum 2013 yaitu
UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir 1
menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Oleh
karena itu, Pancasila sebagai falsafah bangsa dan negara Indonesia menjadi
sumber utama dan penentu arah yang akan dicapai dalam kurikulum.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus tumbuh dalam diri peserta
didik. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus
mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa peserta didik. Landasan
pengembangan kurikulum 2013 adalah berakar pada budaya lokal dan bangsa,
pandangan filsafat eksperimentaslisme, rekonstruksi sosial, pandangan filsafat
esensialisme,dan romantik naturalisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Kurikulum berakar pada budaya lokal dan bangsa mempunyai arti bahwa
kurikulum harus memberukan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
dari budaya setempat dan nasional tentang berbagai nilai hidup yang penting.
Kurikulum juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat dan nasionla
menjadi nilai budaya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi
nilai yang dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan di masa mendatang.
Kurikulum yang dikembangkan menurut pandangan filsafat
eksperimentalisme harus dapat mendekatkan apa yang dipelajari di sekolah
dengan apa yang terjadi di masyarakat. Kejadian yang terjadi di masyarakat
menjadi sumber kurikulum. Filosofi rekonstruksi sosial memberi arah kepada
kurikulum untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek yang peduli pada
lingkungan sosial, alam, dan lingkungan budaya. Filsafat esensialisme
menegaskan bahwa kurikulum harus menempatkan kemampuan intelektual
dan berpikir rasional sebagai aspek penting. Pandangan filsafat esensialisme
menuntut agar kurikulum mampu membentuk peserta didik menajdi manusia
cerdas secara akademik dan memiliki kepedulian sosial.
2.2.1.2 Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum 2013
a. Keunggulan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 yang mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2013-2014
pada sekolah yang ditunjuk pemerintah maupun sekolah yang siap
melaksanakannya mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulan
kurikulum 2013 dipaparkan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1. Siswa dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan
masalah yang dihadapi.
2. Adanya penilaian dari semua aspek yaitu aspek kognitif, nilai kesopanan,
religi, praktek, dan sikap.
3. Munculnya nilai kearifan dan pendidikan budi pekerti yang telah
diintergarasikan ke dalam semua program studi.
4. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional.
5. Sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Dimulai pada
tingkat lokal, nasional dan global. Di tingkatan SD, penerpaan masih
dalam ruang lingkup sekitar, tingkat SMP penerapan sikap dimulai
dimanapun peserta didik berada, dan tingkat SMA/SMK dituntut
memiliki sikap kepribadian yang mencerminkan kepribadian bangsa
dalam pergaulan dunia.
6. Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional.
7. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
8. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
9. Komponen kurikulum sampai buku teks dan pediman pembahasan sudah
tersedia.
10. Buku dan kelengkapan dokumen disiapakan secara lengakap sehingga
memicu dan memacu guru untuk memabca dan menerapkan budaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
literasi, dan membat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan
menerapkan pendekatan scientific secara benar.
11. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi
pedagogi, profesi, sosial, dan personal.
b. Kelemahan Kurikulum 2013
Selain memiliki keunggulan, kurikulum 2013 memiliki kelemahan.
Menurut Kurniasih, 2014: 41-44) kelemahan kurikulum 2013 akan dipaparkan
sebagai berikut:
1. Banyak guru salah kaprah, karena beranggapan bahawa kurikulum 2013,
guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal siswa
tetap membutuhkan peneguhan, penegasan dari materi yang mugkin belum
dipahami secara benar oleh siswa.
2. Secara mental, banyak guru yang bekum siap. Kurikulum 2013 menuntut
guru lebih kreatif, pada kenyataannya masih minim guru-guru yang
memenuhi standar tersebut.
3. Kurangnya pemahaman guru tentang konsep pendekatan scientific.
4. Kurangnya keterampilan guru merancang RPP sesuai kurikulum 2013.
5. Guru belum menguasai penilaian autentik.
6. Masih minim guru yang melunagkan waktu dan kreatifitas untuk
menganalisis SKL, KI, KD baik buku siswa maupun buku guru. Masih
terjadi plagiasi.
7. Ketidakseimbangan antar orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013 karena ujian nasional masih menjadi faktor penghambat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
8. Beban belajar siswa dan guru terlalu berat sehingga waktu belajar di
sekolah terlalu lama.
2.2.2 Konsep Modul Digital
Pembelajaran pada dasarnya diharapkan membantu para siswa
mencapai tujuan pembelajaran. Berbagai cara dan berbagai sumber belajar
serta bahan ajar pun beragam. Salah satu bahan ajar yang dibutuhkan adalah
modul. Modul dirancang sebagai satu- kesatuan untuk menunjang para siswa
memahami pelajaran secara mandiri. Peran guru di kelas diharapkan lebih
berperan sebagai fasilitator.
2.2.2.1 Hakikat Modul
Menurut Abdul Majid, Modul adalah sebuah buku yang ditulis
dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbingan guru. Pendapat ini sejalan dengan pengertian modul menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu modul adalah kegiatan/program belajar
mengajar yang dapat dipelajari oleh siswa dengan bantuan yang minimal dari
guru atau dosen pembimbing. Menurut Anwar, modul adalah bahan ajar yang
disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan
evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan (Anwar, 2010). Menurut Vembriarto, modul adalah satu unit
program kegiatan belajar mengajar terkecil yang terperinci dan terbagi dalam
sepuluh program yaitu: tujuan instruksional dan pencapaiannya, topik yang
akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar, tujuan instruksional yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
akan dicapai oleh siswa, pokok-pokok materi yang akan dipelajari oleh siswa,
kedudukan dan fungsi satuan modul dalam kesatuan program yang lebih luas,
peranan guru, alat-alat dan sumber yang akan digunakan dalam proses belajar
mengajar, kegiatan siswa yang harus dilakukan secara berurutan, lembaran
kerja siswa, program evaluasi yang akan dilaksanakan selama proses belajar
mengajar.
Pengetian modul juga didefenisikan oleh Dinas Pendidikan dan
Kependidikan (2008:3); modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang
untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul
disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi
petunjuk untuk belajar sendiri. Dari beberapa pengertian di atas, penulis
menyimpulkan bahwa modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara
sistematis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa
agar mereka dapat belajar secara mandiri dengan bantuan yang minim dari
guru serta siswa dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan terhadap materi
yang telah dipelajari dan dengan demikian siswa dapat melanjutkan pada satu
satuan modul tingkat berikutnya.
Berdasarkan pengertaian dari beberapa ahli di atas, penulis
menyimpulkan bahwa modul digital adalah bahan ajar yang disusun secara
sistematis yang dapat membantu siswa belajar mandiri serta siswa dapat
mengukur tingkat pencapaian belajar yang disajikan dalam bentuk digital.
Modul berbentuk digital yang dibuat guru dapat membantu siswa
mengembangkan kemampuan menulis cerita fantasi. Hal ini didukung oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
pemanfaatan teknologi oleh siswa dalam mempelajari materi tentang menulis
cerita fantasi dengan memanfaatkan cerita rakyat Nusantara.
2.2.2.2 Karakteristik Penulisan Modul
Menurut Nur Mohammad dalam Prastowo (2015: 110), setiap ragam
bahan ajar, pada umumnya memiliki sejumlah kearifanistik tertentu yang
membedakannya dengan bentuk bahan jaar lain, begitu pula dengan modul.
Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan ajar yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri dan merupakan program pembelajaran
yang utuh dan sistematis; mengandung tujuan, bahan atau kegiatan, evaluasi,
disajikan secara komunikatif (dua arah) diupayakan agar dapat mengganti
beberapa peran pengajar; cakupan bahasan berfokus dan terukur; serta
mementingkan aktivitas belajar pemakai. Modul yang baik harus memiliki
standar yang baik yaitu disusun secara sistematis, menarik, dan jelas. Modul
yang dibuat dirancang harus dapat digunakan kapan pun dan dimana pun sesuai
kebutuhan siswa. Kearifanistik modul juga diungkapkan oleh Belawati dalam
Prastowo, kearifanistik modul terdiri atas bermacam-macam bahan tertulis
yang digunakan untuk belajar mandiri. Pendapat ini masih abstrak dan sangat
umum karena belum terdapat pembagian yang rinci.
Adapun menurut Vembriato (1985:36). Terdapat lima kearifanistik
modul yaitu: pertama, modul merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan
lengkap. Kedua, modul memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan.
Ketiga, modul memuat tujuan belajar (pengajaran) yang dirumuskan secara
eksplisit dan spesifik. Keempat, modul memungkinkan siswa belajar sendiri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
karena modul memuat bahan yang spesifik, dan kelima, modul adalah realisasi
pengakuan perbedaan individual, yakni salah satu perwujudan pengajaran
individual. Menurut Direktorat tenaga kependidikan Peningkatan Mutu
Pendidik dan tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008:3)
mengemukakan bahwa karakteristik modul pembelajaran sebagai berikut:
a. Self instructional
Melalui modul tersebut seseorang atau peserta didik mampu
membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Kesadaran dan
kemandirian siswa dalam mempelajari modul menjadi penekanan tersendiri.
Siswa tidak tergantung pada ajakan, keharusan, aturan dan tuntutan dari pihak
lain yang berada di luar dirinya. Untuk memenuhi kearifan self intructional,
maka modul harus berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas, berisi materi
pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kecil dan spesifik sehingga
memudahkan belajar secara tuntas, pembuat modul menyediakan contoh dan
ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran,
menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan
pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya terhadap
materi. Modul juga hendaknya bersifat kontekstual yaitu materi-materi yang
disajikan terkait dnegan suasana atau konteks tugas dan lingkungan
penggunannya, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami dan
komunikatif. Hal lain yang harus dipehatikan untuk mencapai self intructional
adalah terdapat rangkuman materi pembelajaran, terdapat instrumen penilaian
yang memungkinkan penggunaan peserta pembelajar menilai diri sendiri untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi. Modul juga harus
terdapat umpan balik atas penilaian sehingga penggunannya mengetahui
tingkat penguasaan materi, dan tersedia informasi tentang
rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran yang
dimaksud.
b. Self contained
Modul harus memuat seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi
yang dipelajari terdapat di dalam satu modul. Kompetensi yang ingin dicapai
dalam pembelajaran harus tercantum dengan rinci dan lengkap sehingga sejak
awal para siswa sudah mempunyai gambaran utuh tentang tujuan
pembelajaran.
c. Stand alone
Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak
harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Modul yang dirancang oleh
guru harus mampu berdiri sendiri, artinya semua petunjuk dan media yang
dibutuhkan selama penggunaan modul telah dijadikan satu. Dengan
menggunakan modul pembelajar tidak tergantung dan harus menggunakan
media lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul
tersebut. Jika masih menggunakan media lain, maka modul tidak dapat
dikategorikan stand alone.
d. Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
fleksibel digunakan. Dengan memerhatikan percepatan perkembangan ilmu
dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap “up to date”.
Modul yang adaptif jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai
dengan kurun waktu tertentu.
e. User friendly
Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab/bersahabat dengan
pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat
membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai
dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa
yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum
digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.
2.2.2.3 Fungsi dan Tujuan Modul
Penggunaan modul sering dikaitkan dengan aktivitas pembelajaran
mandiri. Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar
mandiri. Orang dapat menggunakan modul untuk belajar dan mengembangkan
diri kapan saja. Karena pada dasarnya fungsi modul adalah pembelajaran
mandiri (DEPDIKNAS 2008:4), maka konsekuensi lain yang harus dipenuhi
oleh modul adalah adanya kelengkapan isi; artinya isi atau sajian dari suatu
modul haruslah disajikan secara lengkap terbahas lewat sajian-sajian sehingga
para pengguna modul dapat memahami bidang kajian tertentu dari hasil belajar
dengan menggunakan modul bahkan dianjurkan pembuat modul hendaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
mencantumkan referensi yang digunakan dalam penyusunan modul sehingga
pengguna dapat menelusurinya lebih lanjut melalui daftar pustaka.
Menurut Prastowo (2015: 112), Sebagai salah satu bentuk bahan ajar,
modul memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Bahan ajar mandiri
Pada dasarnya, modul dirancang agar siswa dapat belajar secara
mandiri; maka diharapkan agar di dalam modul tersedia berbagai
pengetahuan yang memungkinkan siswa dapat memahami pelajaran sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Penggunaan modul dalam proses
pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
belajar mandiri tanpa tergantung pada pendidik.
b. Pengganti fungsi pendidik
Modul sebagai bahan ajar mampu menjelaskan materi pembelajaran
dengan baik dan mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat
pengetahuan dan usia mereka. Guru hanya sebagai fasilitator.
c. Segai alat evaluasi,
Ketersediaan modul dalam proses pemebelajaran di sekilah-sekolah,
peserta didik dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat
penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari, dengan demikian,
modul juga sebagai alat evaluasi. Perancang modul dapat menyediakan
sola-soal dan jawaban dalam modul tersebut sehingga setelah proses
penggunaan modul, siswa dapat mengetahui tingkat ketercapaian
belajarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
d. Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik
Perancang atau pemebuat modul harus memperhatikan fungsi modul
secara praktis dan keseluruhan. Modul yang dirancang hendaknya
mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, maka
modul juga berfungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.
Selain itu, tujuan pembuatan modul pada dasarnya adalah membantu
siswa dalam memahami pelajaran yang mencapai tujuan kompetensi yang
hendak dicapai. Berikut akan diuraikan tujuan pembuatan modul sebagai
berikut:
1. Agar peserta didik dapat belajar mandiri (guru hanya sebagai fasilitator).
Seperti telah diuraikan di atas, modul berfungsi atau tujuan
pembuatan modul membantu siswa agar dapat belajar mandiri dan tidak
tergantung pada pihak lain.
2. Melatih kejujuran peserta didik,
Dalam penggunaan modul, siswa dilatih untuk menumbuhkan
nilai-nilai kejujuran antara lain dengan jujur siswa dapat mengukur sejauh
mana tingkat penguasaan terhadap materi yang dipelajari dan dengan
demikian membantu siswa tersebut untuk melanjutkan ke tahap berikut
jika telah mampu menguasai kompetensi tersebut atau sebaliknya jika
siswa belum mencapai kompetensi yang diharapkan atau tujuan belajar,
siswa diharapkan untuk jujur dan mau mengulang pendalaman materi yang
disediakan oleh pembuat modul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3. Agar peserta didik lebih aktif dan memiliki kesadaran mengembangkan diri
sendiri.
Pernyataan di atas sesuai dengan gaya belajar siswa pada umumya di
zaman teknologi. Kemajuan teknologi diharapkan menjadi sarana
pengembangan diri para siswa karena kesadaran dalam diri untuk
mengembangkan diri dalam berbagai bidang dalam hal ini adalah bidang
bahasa dan sastra Indonesia.
4. Mengakomodasi berbagai tingkat kecepatan belajar peserta didik.
Bagi peserta didik yang kecepatan belajarnya tinggi, maka mereka
dapat belajar lebih cepat serta menyelesaikan modul dengan lebih cepat
pula. Sebaliknya, bagi yang lambat, maka tersedia kesempatan untuk
mengulang kembali materi.
5. Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi
yang telah dipelajari.
Pada bagian akhir modul, disediakan latihan-latihan yang dapat
menjadi sarana mengukur tingkat belajar siswa terhadapa sebuah materi
pelajaran. Hal ini dapat menumbuhkan semangat dalam diri siswa untuk
melatih diri secara berlelanjutan dalam penguasaan belajar.
2.2.3.4 Sistematika Modul
Sistematika modul menurut Prastowo (2015: 124) bertujuan
menggolongkan bagian-bagian/kerangka dari isi modul. Hal ini bertujuan
memudahkan siswa mempelajari materi secara mandiri dan dapat mencapai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
tujuan kompetensi pembelajaran. Sistematika penulisan modul dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Bagian Pembuka
Sistematika modul menurut Prastowo (2015: 124) bertujuan
menggolongkan bagian-bagian/kerangka dari isi modul. Hal ini bertujuan
memudahkan siswa mempelajari materi secara mandiri dan dapat mencapai
tujuan kompetensi pembelajaran. Sistematika penulisan modul dapat diuraikan
sebagai berikut
a. Judul, dirumuskan secara menarik mungkin dan memberi gambaran materi
yang dibahas.
b. Daftar isi, menyajikan topik-topik yang akan dibahas. Topik-topik ini
diurutkan berdasarkan urutan yang terdapat dalam modul digital. Daftar isi
juga mencantumkan nomor halaman untuk memudahkan siswa
menemukan topik yang akan dipelajari.
c. Peta informasi, dipelihatkan kaitan antar topik dalam modul digital, peta
informasi yang disajikan dalam modul digital dapat menggunakan diagram
isi bahan ajar yang telah dipelajari sebelumnya.
d. Daftar tujuan kompetensi, penulisan tujuan kompetensi membantu siswa
mengetahui aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan apa yang hendak
dicapai dalam pembelajaran tersebut.
e. Tes awal, siswa perlu diberi pengetahuan awal tentang keterampilan atau
pengetahuan awal apa saja yang diperlukan untuk dapat menguasai materi
dalam modul digital. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi pre-tes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Tujuan dari pre-tes adalah menguasai materi prasyarat untuk mempelajari
materi dalam modul digital
2. Bagian Inti
a. Pendahuluan/tinjauan umum materi
Fungsi pendahuluan dalam modul digital:
1. Memberikan gambaran umum mengenai isi modul digital
2. Meyakinkan siswa bahwa materi yang akan dipelajari dapat bermanfaat
bagi mereka.
3. Memberikan gambaran yang jelas tentang harapan siswa mengenai materi
yang akan dipelajari.
4. Memberikan petunjuk-petunjuk praktis dan langkah-langkah mempelajari
materi yang akan disajikan dlaam modul digital.
5. Dapat disajikan juga peta informasi.peta belajar siswa tentang materi dan
daftar tujuan kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari modul
digital.
b. Hubungan materi dengan materi
Materi yang terdapat dalam modul digital sebaiknya lengkap. Apabila guru
menghendaki siswa mempelajari sumber lain yang melengkapi tujuan dari
kompetensi tersebut, maka siswa perlu mendapat informasi tentang sumber dan
cara mengakses materi pelengkap tersebut. Apabila materi tersebut tersedia
dalam buku, maka siswa diminta menuliskan sumber yang disitir.
c. Uraian Materi
Pengorganisasian isi materi dalam modul digital harus disajikan secara
sistematis sehingga memudahkan siswa dalam belajar secara mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
d. Penugasan
Bagian penugasan dalam sebuah modul digital bermanfaat untuk
menegaskan kembali kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari modul.
Berbagai keterampilan yang ingin dicapai dapat diuji dalam bagian ini.
e. Rangkuman
Rangkuman merupakan bagian dalam modul digital yang menelaah
hal-hal pokok yang diulas dalam modul digital yang telah dibahas dan letaknya
di bagian akhir dari modul.
3. Bagian Penutup
a. Daftar istilah/glosarium
Berisi defenisi-defenisi konsep yang dibahas dalam modul digital.
Defenisi ini dibuat secara ringkas dengan tujuan untuk mengingatkan kembali
konsep-konsep yang telah dipelajari siswa.
b. Tes akhir
Latihan yang diberikan kepada siswa diselesaikan setelah mempelajari modul
digital buatan guru. Aturan yang digunakan selama ini dalam tes akhir bahwa
tes tersebut dikerjakan oleh siswa dalam waktu sekitar 20% dari waktu
mempelajari modul digital.
c. Indeks
Tercantum istilah-istilah penting dalam modul digital serta halaman
dimana letak istilah tersebut ditemukan. Hal ini dapat memudahkan siswa
menemukan topik yang ingin dipelajari, biasanya mengandung kata kunci
yang memungkinkan siswa dapat mencari istilah tersebut dengan mudah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2.2.3.5 Langkah-langkah Penulisan Modul
Menurut Diknas dalam Prastowo (2015:118-131), ada empat tahap
yang harus diketahui sebelum membuat modul yaitu analisis kurikulum,
penentuan judul-judul modul, pemberian kode modul, dan penulisan modul.
a. Analisis Kurikulum
Tahap pertama ini bertujuan untuk menentukan materi-materi mana yang
memerlukan bahan ajar. Analisis kurikulum dilakukan dengan cara melihat inti
materi yang diajarkan serta kompetensi dan hasil belajar kritis yang harus
dimiliki oleh peserta didik (critical learning outcomes).
b. Menentukan Judul Modul
Untuk menentukan judul modul digital, guru atau pembuat modul harus
mengacu pada kompetensi-kompetensi dasar atau materi pokok yang ada
dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul modul
digital apabila kompetensi tersebut jangkauannya tidak terlalu luas, sedangkan
besarnya kompetensi dapat diseleksi dengan cara: apabila diurutkan ke dalam
materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah
dapat dijadikan sebagai judul modul, namun jika kompetensi diuraikan menjadi
lebih dari 4, maka perlu dipertimbangkan kembali apakah akan dipecah
menjadi dua judul modul atau tidak.
c. Pemberian Kode Modul
Dalam tahapan penyusunan sebuah modul, untuk dapat meudahkan kita
dalam pengelolaan modul, maka sangat dibutuhkan adanya kode. Pada
umumnya kode tersebut adalah angka-angka yang diberi makna, misalnya digit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
pertama, angka satu (1) berarti Bahasa Indonesia, angka (2) IPS dan
selanjutnya, digit kedua merupakan kelompok utama kajian, aktivitas atau
spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan.
d. Penulisan Modul
Ada lima hal penting dalam penulisan modul yang hendaknya menjadi
acuan dalam proses penulisan modul yang akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai
Rumusan kompetensi dasar pada suatu modul adalah spesifikasi kualitas
yang semestinya telah dimiliki oleh siswa setelah berhasil menyelesaikan
modul tersebut. Kompetensi dasar yang tercantum dalam modul biasanya
diambil dari pedoman khusus kurikulum. Jika siswa belum berhasil menguasai
tingkah laku sebagaimana yang dirumuskan dalam kompetensi dasar
pembelajaran, maka modul harus dirumuskan ulang. Hal ini menjadi evaluasi
penyebab dari ketidaktercapaian misalnya karena bahan ajar yang tidak
berhasil dan bukan peserta didik yang gagal, kemudian kembali pada terminal
kebiasaan apabila terminal ini diidentifikasi secara tepat, maka apa yang harus
dilakukan secara tepat pula.
2. Penentuan alat evaluasi atau penilaian
Bagian ini berisi sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kebehasilan siswa dalam menguasai suatu kompetensi
dasar dalam bentuk tingkah laku, kemudian, karena pendekatan pembelajaran
yang digunakan adalah kompetensi, dimana sistem evaluasinya didasarkan
pada penguasaan kompetensi, maka alat evaluasi yang cocok adalah dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
pendekatan penilaian acuan patokan (PAP) dan criterion reverenced
assesment. Evaluasi dapat langsung disusun setelah ditentukan kompetensi
dasar yang akan dicapai, sebelum menysusun materi dan lembar kerja atau
tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh siswa. Hal tersebut bertujuan agar
evaluasi yang dikerjakan benar-benar sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh
siswa.
3. Penyusunan materi
Materi atau isi modul sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan
dicapai. Apabila yang digunakan dalam materi modul adalah
referensi-referensi mutakhir yang memiliki relevansi mutakhir yang memiliki
referensi dari berbagai sumber (buku, internet, majalah, atau jurnal hasil
penelitian), maka ini akan sangat baik. Untuk penulisannya, materi modul tidak
harus ditulis secara lengkap. Kita dapat menunjukkan referensi yang digunakan
agar siswa dapat membaca lebih jauh tentang materi tersebut. Tugas-tugas juga
harus ditulis secara jelas dan tidak membingungkan guna mengurangi
pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang semestinya dapat mereka kerjakan.
Kalimat yang disajikan harus singkat, sederhana, jelas dan efektif. Dengan
demikian, siswa akan mudah memahami pelajaran dalam modul digital
tersebut.
4. Urutan pengajaran
Urutan pengajaran dapat diberikan dalam petunjuk penggunaan modul
digital. Siswa diarahkan kepada hal-hal yang harus dilakukan dan yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
boleh dilakukan sehingga siswa tidak perlu banyak bertanya dan guru tidak
perlu banyak memnjelaskan karena guru pada dasarnya adalah fasilitator.
2.2.4.1 Hakikat Menulis
Menulis pada dasarnya adalah salah satu dari empat keterampilan dasar
berbahasa. Menulis adalah suatu kegiatan lanjutan setelah kegiatan berbicara,
membaca, dan menyimak. Pandangan beragam tentang makna menulis pun
beragam.
Sampai saat ini telah berkembang berbagai pandangan tentang
pengertian menulis. Menurut Henry Tarigan (1985: 15) menulis adalah
kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai
media penyampai, pendapat lain tentang pengertian menulis menurut M. Atar
Semi (2007: 14), menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke
dalam lambang-lambang tulisan, menurut Heaton dalam St.Y. Slamet (2008:
15), menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks, Menulis
adalah aktivitas sosial; sebagai aktifitas sosial, menulis tidak pernah dilakukan
dalam situasi vakum (Hull dalam Sutama 2016: 19), Menulis adalah tindakan
komunikasi, sebagai upaya membagi hasil observasi, informasi, pikiran, atau
ide, dan pengalaman kepada orang lain (Cohen dan Reil, 1989) Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, menulis (V) membuat huruf (angka dan
sebagainya) dengan pena (pensil, kapur dan sebagainya; melahirkan pikiran
dan perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan, Berdasarkan
pengertian menulis di atas, penulis berpendapat bahwa menulis adalah sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
proses kognitif menuangkan pikiran, ide, gagasan, perasaan yang bersifat
kompleks dalam bentuk tulisan dan memiliki banyak manfaat.
2.2.4.2 Tujuan Menulis
Menulis mempunyai berbagai tujuan antara lain: melatih kemampuan
berpikir imajinatif dan kreatif serta sistematis, kegiatan meningkatkan diri dan
lanjutan dari kegiatan membaca; menulis adalah akumulasi kreatif dari apa
yang dibaca. Semi (2003: 14-15) mengemukakan bahwa tujuan menulis secara
umum adalah sebagai berikut: pertama, untuk menceritakan sesuatu agar orang
lain mengetahui apa yang dialami, diimpikan, dikayalkan, dan dipikirkan.
Kedua, untuk memberi petunjuk, maksudknya apabila seseorang mengajar
orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar, maka
dia telah memberi petunjuk atau pengarahan. Ketiga, untuk menjelaskan
sesuatu kepada pembaca sehingga pengetahuan dan pemahaman pembaca
bertambah. Keempat, untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau
pandangannya. Kelima, untuk merangkum sesuatu. Menurut Syafi’e
(1988:51-52) tujuan menulis dapat diklasifikasikan sebagai berikut: pertama,
mengubah keyakinan pembaca, Kedua, menanamkan pemahaman sesuatu
terhadap pembaca. Ketiga, merangsang proses berpikir pembaca. keempat,
menyenangkan atau menghibur pembaca. Kelima, memberitahu pembaca, dan
Keenam, memotivasi pembaca.
Selain pendapat di atas, tujuan kegiatan menulis menurut Horiston
dalam Darmadi (1996:3-4) tujuan menulis dipaparkan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Pertama, Sarana untuk menemukan sesuatu yaitu mengangkat ide atau
informasi yang ada dalam bawah sadar ke dalam pemikiran nyata. Kedua,
Memunculkan ide baru. Ketiga, melatih kemampuan mengorganisasikan dan
menjernihkan berbagai konsep atau ide yang dimiliki. Keempat, melatih sikap
objektif. Kelima, Membantu penulis memecahkan beberapa masalah
sekaligus, dan keenam, memungkinkan seseorang menjadi aktif; tidak hanya
penerima pasif dari sebuah informasi.
Dari tiga pendapat tokoh di atas, penulis memahami dan menguraikan
beberapa tujuan menulis yaitu: pertama, sarana menyampaikan sesuatu kepada
pembaca tentang ide/pemikiran tentang sesuatu. Kedua, merangsang proses
berpikir pembaca. Dengan kegiatan menulis secara tidak langsung dapat
membantu para pembaca untuk berpikir apa, bagaimana, siapa, kapan dan
pesan apa yang ingin disampaikan penulis kepada pembacanya. Ketiga,
melatih kemampuan mengorganisasikan dan menjernihkan berbagai konsep
atau ide yang dimiliki. Hal ini menjadi perhatian penting bagi seorang penulis
karena dengan mengekspresikan ide/pendapat lewat tulisan, seorang penulis
juga ditantang untuk menjernihkan ide dan kecakapan dalam
mengorganisasikan struktur dari pemikirannya sehingga dapat logis,
terstruktur, dan dapat dipahami oleh pembaca.
2.2.4.3 Proses Menulis
Pembelajaran menulis seperti halnya tiga keterampilan dasar
berbahasa lainnnya yaitu membaca, menyimak dan berbicara haris melalui
proses atau prosedur yang tepat agar hasilnya juga optimal sesuai tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
kompetensi yang ingin dicapai. Menurut Donald Murray (1988) membagi
aktivitas menulis dalam tiga tahap yaitu: tahap perencanaan, penyusunan
konsep, dan tahap perbaikan. Tahap perencanaan; penulis berusaha
menemukan apa yang aka ditulis. Tahap penyusunan konsep dan selanjutnya
mulailah menuliskan konsep dalam bentuk draft; penulis menuangkan ide,
pemikiran dan mempertimbangkan apa yang akan disampaikan kepada
pembaca. Pada tahap ini, penulis hendaknya berdialog dengan diri sendiri
selama proses penyusunan konsep dan penulisan. Tahap terakhir adalah tahap
perbaikan yaitu penulis menyaring ide-ide dalam tulisan yaitu dengan cara (1)
membaca ulang draft kasar, (2) menyempurnakan draft kasar dalam proses
menulis, (3) memperbaiki bagian yang mendapat balikan dari ahli (orang yang
dipercaya dan memiliki keahlian dalam jurnalistik), (4) penyuntingan;
penyempurnaan tulisan sampai pada bentuk akhiran.
Berdasarkan uraian Murray tentang proses menulis, penulis memahami
dan menguraikannya sebagai berikut.
a. Tahap perencanaan; pada tahap ini penulis hendaknya memiliki rencana
matang tentang apa, bagaimana, siapa, mengapa, kapan sebuah tulisan
mulai akan dibuat. Tahap perencanaan ini membantu penulis agar
mengetahui secara garis besar sebuah tulisan dan memperhitungkan
kelebihan dan kekurangan yang akan dihadapi selama menulis.
b. Tahap penyusunan konsep; pada tahap ini, seorang penulis harus memiliki
konsep utuh sebuah tulisan. Tahap penyusunan konsep menjadi acuan agar
penulis memiliki gambaran utuh tentang tulisan yang akan dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2.2.5.1 Hakikat Cerita Fantasi
Cerita fantasi merupakan sebuah karya tulis yang dibangun berdasarkan
alur normal namun memiliki sifat imajinatif dan khayalan semata. Cerita
fantasi pada dasarnya termasuk dalam kategori teks narasi dan umumnya
merupakan karangan fiksi. Cerita fantasi adalah cerita yang mengisahkan
kejadian yang sulit untuk dipahami oleh akal sehat, namun cerita ini menarik
untuk diikuti kisahnya sampai selesai (Kurniawan 2013: 50). Cerita fantasi
akan menghadirkan dunia: negeri, tokoh, nama-nama lain yang memang
benar-benar tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Kisahnya merupakan hasil
dari imajinasi yang tinggi, seakan-akan lepas dari kenyataan. Cerita fantasi
menarik karena menghadirkan kisah petualangan fantasi tokoh-tokoh dalam
negeri fantasi yang diciptakan penulisnya. Cerita fantasi pada umumnya
menarik, imajinatif dan penuh dengan kejutan-kejutan yang tidak terduga.
Cerita fantasi biasanya diceritakan dalam bentuk kisah panjang sehingga
masuk dalam novel fantasi anak. Hal ini terjadi karena cerita fantasi
membutuhkan logika penalaran, kisah tokoh-tokoh, dan rangkaian peristiwa
yang fantastik sehingga membutuhkan banyak penjelasan.
Novel-novel fantasi anak yang cukup terkenal dan digemari anak-anak
misalnya Harry Potter karya J.K. Rowling yang sampai tujuh seri novel;
tertralogi novel anak fantasi Eragon, Eldest, Brisingr, dan Interhertance karya
Christopher Paolini (Kurniawan 2014: 50). Contoh-contoh novel fantasi di atas
semuanya adalah karya monumental orang di luar Indonesia. Menulis cerita
fantasi adalah menulis teks cerita yang isinya bernuansa keajaiban dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
pemunculan tokoh-tokoh unik seperti robot, pohon, ataupun batu yang bisa
berbicara dan bertingkahlaku seperti manusia. Interaksi yang terjadi diantara
para tokoh memunculkan hal-hal di luar pemahaman logika manusia.
Ciri utama cerita fantasi dapat dilihat dalam tokoh-tokoh yang merupakan
hasil fantasi yang tidak ada dalam kehidupan nyata. (Kurniawan, 2014: 39).
Sebagian besar unsur intrinsik dalam teks cerita fantasi memunculkan hal-hal
unik, aneh, dan mengherankan. Selain itu, cerita fantasi pun mengandung
nilai pendidikan kearifan yang cukup kuat dalam memberi inspirasi terhadap
siswa untuk belajar nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya,
misalnya sopan, peduli, kerja keras, jujur, peduli. Jadi pada dasarnya menulis
teks fantasi bukan hanya menulis teks sejenis fabel atau legenda-legenda tetapi
harus mengandung nilai-nilai kehidupan.
Kegiatan menulis cerita fantasi merupakan kegiatan menuangkan inspirasi
teks cerita tentang hal yang aneh atau ajaib yang isinya mengandung nilai-nilai
kearifan lokal dan nilai-nilai kehidupan; pendidikan kearifan dan
keseluruhannya bertujuan dipahami oleh pembaca. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Gie (2002: 3 yang mengatakan bahwa menulis adalah segenap
rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk
dipahami. Cerita fantasi adalah cerita tentang hal yang tidak pernah dialami
anak; peristiwa dalam cerita fantasi merupakan hasil fantasi anak. Ciri utama
cerita fantasi dapat dilihat dari tokoh-tokohnya yang merupakan hasil fantasi
yang tidak ada dalam kehidupan nyata. Demikian pun dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
permasalahan-permasalahan yang ada dalam cerita fantasi pada dasarnya
bersifat fantasi. Dongeng dapat digolongkan kategori fantasi; jika isi ceritanya
tentang kehidupan binatang-binatang yang dapat berbicara, kehidupan
kerajaan-kerajaan zaman dahulu, cerita benda-benda yang dapat berbicara dan
bertindak seperti manusia, serta cerita tentang kepahlawanan yang
menghadirkan tokoh-tokoh aneh seperti robot, monster raksasa, dan alien yang
perilakunya sama seperti manusia.
2.2.5.2 Struktur Cerita Fantasi
Struktur teks fantasi ada tiga yaitu: orientasi, komplikasi, dan resolusi.
Berikut akan diuraikan struktur teks fantasi.
1. Orientasi
Orientasi sering disebut juga perkenalan. Pada bagian orientasi, penulis
biasanya memperkenalkan tokoh, tema, latar tempat dan waktu, awalan masuk
ke tahap komplikasi.
2. Komplikasi
Komplikasi sering disebut juga konflik dan terdapat pada bagian tengah
suatu cerita fantasi;bertugas mengembangkan konflik. Pada bagian ini, tokoh
utama mulai mengalami gangguan, halangan-halangan yang memisahkan
bahkan menggagalkan tujuan atau cita-citanya. Peran tokoh memperjuangkan
agar cita-citanya tercapai. Komplikasi; ketegangan antara para tokoh
menghadapi masalah dan biasanya berisi sebab akibat kejadian sebuah cerita.
ketika sebuah permasalahan di dalam cerita bermula dari awal hingga puncak
permasalahannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3. Resolusi
Resolusi atau penyelesaian dari konflik atau permasalahan di dalam cerita
dan mengarah kepada akhir cerita. Peran penulis cerita/pengarang cerita fantasi
memberikan pemecahan atas masalah yang terjadi pada bagian komplikasi.
Para penyimak atau pembaca biasanya menantikan bagian resolusi tentang
permasalahan yang dialami tokoh dalam cerita.
2.2.5.3 Jenis Cerita Fantasi
Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 : 52 Cerita
fantasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Cerita fantasi Total dan Irisan
Jenis cerita fantasi berdasarkan kesesuaiannya dalam kehidupan nyata
dikategorikan menjadi dua yaitu cerita fantasi total dan sebagian (irisan). Cerita
fantasi total berisi fantasi pengarang terhadap sebuah objek tertentu. Semua
yang terjadi dalam cerita semua tidak terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya cerita fantasi Nagata karya Ugi Agustono adalah fantasi total penulis
dan benar-benar hasil imajinasi pengarang. Cerita fantasi irisan yaitu cerita
fantasi yang mengungkapkan fantasi tetapi masih menggunakan nama-nama
dalam kehidupan nyata, menggunakan nama tempat yang ada dalam kehidupan
sehari-hari dan nyata atau mengulang kembali cerita yang pernah terjadi dalam
dunia nyata.
2. Cerita fantasi Sezaman dan Lintas Waktu
Jenis cerita fantasi berdasarkan kesesuaiannya dibedakan menjadi dua
kategori yaitu latar lintas waktu dan latar waktu sezaman. Latar sezaman berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
latar yang digunakan satu masa (fantasi masa kini, fantasi masa lampau, dan
fantasi masa yang aka datang. Latar lintas waktu berarti fantasi menggunakan
dua latar yang berbeda misalnya masa kini dengan masa prasejarah, masa kini
dan 50 tahun mendatang.
2.2.5.4 Ciri-ciri Cerita Fantasi
Ciri-ciri cerita fantasi sebagai salah satu jenis teks narasi
(Kemendikbud 2017: 50) diuraikan sebagai berikut:
1. Ada keajaiban/keanehan/kemisteriusan
Cerita yang ditampilkan penulsi mengungkapkan hal-hal supranatural,
misterius, gaib yang tidak ditemui dalam dunia nyata. Cerita fantasi adalah
cerita fiksi bergenre fantasi (dunia imajinatif yang diciptakan ole penulis). Pada
umumnya tema cerita fantasi bersifat magic, supernatural atau futuristik. Ide
derita terbuka terhadapa daya imajinasi penulis, dan tidak dibatasi oleh realitas.
2. Menggunakan berbagai latar (lintas ruang dan waktu)
Peristiwa yang dialami tokoh terjadi pada dua latar yaitu latar yang masih
ada dalam kehidupan nyata. Tokoh memiliki kesaktian-kesaktian tertentu.
Tokoh mengalami peristiwa misterius yang tidak terjadi dalam dunia nyata.
Tokoh juga mengalami berbagai latar waktu. Tokoh dapat ada pada setting
waktu dan tempat yang berbeda zaman.
3. Bersifat fiksi
Cerita fantasi bersifat fiktif bukan kejadian nyata). Cerita fantasi dapat
diilhami oleh latar nyata atau objek nyata dalam kehudupan tetapi diberi
fantasi. Tokoh dan latar difantasikan dari hasil observasi terhadap suatu objek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
4. Bahasa
Penggunaan sinonim dengan emosi yang kuat dan variasi kata cukup
menonjol. Bahasa yang digunakan variatif, ekspresif, dan menggunakan ragam
percakapan (bukan bahasa formal).
2.2.5.5 Unsur-unsur Cerita Fantasi
1. Tema
Tema dalam cerita fantasi pada umumnya bersifat magic, supernatural,
dan futuristik. Magic dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sihir (kata
benda); perbuatan ajaib yang dilakukan dengan pesona dan kekuatan gaib
(guna-guna, mantra, dan sebagainya). Supernatural; ajaib (tidak dapat
diterangkan dengan akal sehat); gaib; adikodrati. Futuristik; tertuju, terarah ke
masa depan; berkenaan dengan futur, futurisme, dan modern sekali.
2. Alur/plot
Alur adalah keseluruhan sekuen (bagian) peristiwa-peristiwa yang terdapat
dalam cerita; yaitu rangkaian peristiwa yang terbentuk karena proses sebab
kaibat (kausal) dari peristiwa-peristiwa lainnya (Stanson, 2000: 14). Alur
disebut juga rangkaian peristiwa yang membentuk cerita dan dalam
peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita memiliki relasi erat karena satu
peristiwa biasanya menyebabkan hadrinya peristiwa lainnya.
3. Penokohan/tokoh
Tokoh yang terdapat dalam cerita fantasi biasanya mempunyai
kesaktian-kesaktian tertentu dan terkadang misterius dan tidak terjadi dalam
kehidupan nyata. Tokoh dalam cerita fantasi biasanya memiliki kearifan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
khas; yang dapat membuat pembaca penasaran dengan watak yang dimiliki.
Tokoh adalah pemeran dalam sebuah cerita.
4. Watak
Watak dalam cerita fantasi digambarkan penulis sebagai tokoh hebat yang
misterius dan berlebihan. Banyak kali sulit untuk dipahami dengan logika sehat
manusia. Penulis menceritakan watak dalam cerita sebagai seseorang yang
mampu menyihir atau melakukan sesuatu yang tidak ada dalam dunia nyata.
5. Latar/setting
Latar/setting adalah keterangan tentang tempat, waktu, dan suasana
terjadinya suatu peristiwa dalam sebuah karya sastra. Latar tergolong dalam
unsur dalam (unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra dan terbagi dalam
beberapa jenis yaitu ruang, waktu, dan suasana yang turut memiliki peran
penting dalam cerita.
6. Sudut pandang/point of view
Dalam cerita fantasi sudut pandang merupakan cara penulis menempatkan
dirinya terhadap cerita. Pada umumnya penulis cerita fantasi menggunakan
sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang
orang pertama terbagi lagi menjadi dua yaitu sudut pandang orang pertama
pelaku utama dan sudut pandang pertama pelaku sampingan. Sudut pandang
orang ketiga terbagi lagi menjadi dua bagian yaitu sudut pandang orang ketiga
serba tahu, maha tahu dan sudut pandang orang ketiga pengamat. Dengan
adanya sudut pandang dalam cerita, seorang penulis dapat menempatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
dirinya sebagai pelaku utama atau dapat juga menjadi orang lain dalam cerita
tersebut.
2.2.5.5 Langkah-Langkah Menyusun Cerita Fantasi
Pada bagian awal telah dibahas pengertian cerita fantasi, ciri-ciri dan
jenis cerita fantasi, maka di bawah ini akan dipaparkan langkah-langkah
menulis cerita fantasi (Kemendikbud 2017: 73) Langkah-langkah menyusun
cerita fantasi dijabarkan sebagai berikut:
1. Merencanakan Cerita
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menemukan ide penulisan.
Ide penulisan dapat diperoleh dari pengamatan terhadap suatu objek nyata lalu
diberi imajinasi. Mencari ide untuk penulisan cerita fantasi dapat lahir dari
pengamatan mendalam seseorang terhadap objek atau peristiwa di sekitar kita.
langkah kedua adalah penggalian ide cerita cerita fantasi dari membaca.
Seseorang dapat membaca buku-buku pengetahuan atau buku ilmiah tentang
ruang angkasa, hewan langka, biografi tokoh, cerita rakyat masa lalu untuk
menimba ide dalam penulisan cerita fantasi. Langkah ketiga adalah membuat
rangkaian peristiwa. Ide yang telah ditemukan dapat dilanjutkan dengan
membuat rangkaian peristiwa sehingga tercipta cerita fantasi unik. Langkah
keempat adalah mengembangkan cerita fantasi. Dari rangkaian peristiwa yang
telah dirancang penulis cerita fantasi dapat melanjutkan dengan pengembangan
watak, tokoh, latar, dialog antartokoh sehingga menjadi cerita yang utuh dan
menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2. Mengumpulkan materi sebagai bahan uraian
Setelah tahap perencanaan, tahap selanjutnya adalah mengumpulkan
materi yang kemudian akan diuraikan secara menarik dan sistematis.
3. Menetapkan pola pengembangan bahan uraian
Menetapkan pola pengembangan paragraf, penulis dapat menggunakan
pola pengembangan bagian orientasi yang terbagi dalam deskripsi latar,
pengenalan tokoh, dan pengenalan konflik. Pola pengembangan latar dalam
sebuah cerita fantasi dibuka dengan cerita tentang latar peristiwa berupa waktu
maupun tempat. Pola pengembangan tokoh dalam cerita fantasi diawali dengan
menggambarkan ciri-ciri, nama, watak, dan sifat tokoh. Pada umumnya pola ini
terdapat pada bagian resolusi. Pola pengembangan pengenalan tokoh konflik
biasanya dibuka dengan pemaparan konflik atas sebuah masalah yang dialami
para pemeran atau tokoh dalam cerita. Dari masalah tersebut penulis dapat
melanjutkan pada cerita yang lebih lengkap.
4. Menyusun kerangka paragraf berupa gagasan dan gagasan penjelas
Untuk memudahkan pemula dalam menulis cerita fantasi, maka perlu
membuat kerangka paragraf berupa gagasan pokok dan gagasan penjelas. Hal
ini membantu penulis agar memiliki gambaran utuh tentang apa yang akan
dituangkan dalam cerita fantasi. Fungsi lain dari pembuatan kerangka agar
penulis berfokus pada gagasan pokok dan gagagsan penjelas sehingga hasil
tulisan lebih terstruktur.
5. Mengembangkan kerangka paragraf menjadi kalimat yang padu sehingga
tersusun sebuah cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tahap terakhir dari langkah-langkah di atas adalah mengembangkan
kerangka paragraf menjadi tulisan dengan kalimat yang padu, sistematis dan
logis agar nantinya pembaca dapat memahami tulisan cerita fantasi yang telah
dibuat.
2.2.6 Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Cerita Fantasi
Istilah nilai selalu berkaitan dengan interaksi atau relasi manusia
dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat selaku makluk individu maupun
sebagai makluk sosial. Nilai adalah sifat pokok dan berguna bagi
keberlangsungan hidup kemanusiaan. Keyakinan masyarakat akan sesuatu
yang negatif harus dihindari sedangkan yang bersifat positif dan baik harus
diupayakan dan dilakukan. Dalam hal nilai-nilai terdapat pembakuan tentang
hal yang baik dan buruk dalam berperilaku. Nilai-nilai hidup dalam masyarakat
memiliki jumlah sangat banyak. Oleh karena itu, pendidikan berusaha
membantu mengenali, memilih, dan menetapkan nilai-nilai sehingga dapat
digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan untuk berperilaku secara
konsisten dan menjadi kebiasaan dalam hidup di masyarakat (Zakaria
2007:19). Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi yang cukup mewarnai dan
menjiwai sikap seseorang. Nilai pada dasarnya menyangkut tindakan, perilaku,
dan etika. Jika terdapat seseorang berperilaku tidak sesuai aturan maka ia
dikatakan melanggar nilai-nilai etika. Nilai merupakan ukuran seseorang dan
lingkungan untuk menentukan tindakan apa yang baik dan benar bagi
keberalangsungan hidup manusia. Nilai-nilai dalam masyarakat menjadi suatu
norma atau aturan yang harus ditaati semua lapisan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dikelolah secara
terstruktur dengan melibatkan komponen pendidikan. Sebagai salah satu
bentuk sistem sosial tempat civitas sekolah berinteraksi antara satu dengan
yang lain, lingkungan sekolah yang melibatkan beragam nilai-nilai kehidupan.
Shaver (dalam Sjarkawi 2008: 42) mengemukakan bahwa sekolah sebagai
lembaga pendidikan bertanggungjawab meningkatkan kemampuan berpikir
dan kecakapan peserta didik dalam menetapkan suatu keputusan untuk
bertindak atau tidak bertindak. Kemampuan demikian terkait dengan
nilai-nilai, terutama nilai-nilai yang bersifat humanis. Oleh karena itu, sekolah
sebagai lembaga pendidikan mempunyai beban dan tanggung jawab
melaksanakan pendidikan moral dan membantu peserta didik mengembangkan
cara berpikir dalam menetapkan keuptusan moralitasnya.
Goods (dalam Sjarkawi 2008: 42) menyatakan bahwa pendidikan
moral dapat dilakukan secara formal maupun insidental, baik di sekolah
maupun lingkungan rumah. Akan tetapi, Durkeim menekankan agar
pendidikan moral dipindahkan dari lingkungan rumah ke sekolah karena
sekolah mempunyai tugas khusus dalam hal moral. Lebih tegas, Raths
menyakan bahwa sekolah harus lebih sensitif pada masalah kemampuan
berpikir moral dan keterampilan berperulaku moral. Sekolah bukan saja harus
memperhatikan secara khusus aspek intelektual dan perilaku moral, tetapi lebih
dari itu, yaitu seluruh fungsi dan isi pendidikan di sekolah harus didasarkan
pada rencana kerja serta kurikulum yang mengarah kepada usaha nyata demi
tercapainya peningkatan moral. Nilai-nilai kearifan atau moral berkembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
sekurang-kurangnya dari dua sumber utama yaitu kebaikan-kebaikan yang
terkandung dalam pandangan hidup bangsa dan kebaikan-kebaikan yang
terkandung dalam kitab suci yang menjadi rujukan keyakinan bangsa
(Mulyana: 2004: 21). Seseorang berperilaku amoral lebih disebabkan oleh
faktor-faktor situasional dan bukan merupakan hasil pemikiran yang
didasarkan atas pertimbangan moral. Oleh karena itu, perilaku amoral bukan
merupakan refleksi dari pengalaman pendidikan yang berpusat pada nilai-nilai
moral yang diajarkan. Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa pendidikan
moral selama dekade tersebut kurang berhasil karena kurang mengikutsertakan
faktor kognitif.
Berdasarkan beberapa teori di atas penerapan pembelajaran dengan
nilai-nilai moral sangat penting pada setiap jenjang pendidikan harus
diperhatikan karena proses perkembangan moral manusia tumbuh secara
berurutan. Menurut Tarigan (1985: 194) nilai-nilai dalam karya sastra terdiri
dari nilai hedonik (nilai kesenangan), nilai artistik (keterampilan), nilai etika,
moral, religius (etika, moral, agama). Nilai praktis yang digunakan dalam
aturan kehidupan sehari-hari misalnya bertanggungjawab, suka menolong,
kerja keras, kejujuran, solider dan sebagainya. Nilai kearifan merupakan
nilai-nilai yang dikembangkan dari perilaku seseorang sesuai dengan kehendak
masyarakat tersebut berwujud moralitas atau kesusilaan yang berisi nilai-nilai
dan kehidupan yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian pendidikan
kearifan berguna untuk mengambil keputusan moral yang terbaik bagi diri
sendiri dan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2.2.7 Cerita Rakyat
Cerita rakyat kaya akan nilai kebudayaan suatu daerah. Hal itu
dikarenakan cerita rakyat mengisahkan kejadian yang pernah terjadi di suatu
tempat yang berkaitan dengan kebudayaan atau adat istiadat yang dipercayai
oleh masyarakat secara turun-temurun. Adanya unsur budaya yang kental,
maka cerita rakyat juga khas dengan nilai-nilai luhur atau nilai kearifan lokal
yang dipercayai oleh masyarakat dari nenek moyang mereka. Nilai kearifan
lokal itu menjadi pegangan dan kepercayaan hidup masyarakat pemilik cerita
dalam menjalani kehidupan mereka.
2.2.7.1 Definisi Cerita Rakyat
Cerita rakyat merupakan cerita yang kaya akan nilai-nilai moral dan
kerarifan lokal, bisa dijadikan sarana komunikasi untuk mengajarkan nilai-nilai
pendidikan tentang kehidupan kepada masyarakat (Gusnetti, 2015:184).
Berdasarkan pendapat Gusnetti, cerita rakyat dapat dikatakan sebagai salah
satu karya sastra berupa cerita yang mengandung nilai-nilai moral atau kearifan
lokal yang bisa dijadikan sarana untuk mengajarkan nilai-nilai kehidupan
kepada masyarakat. Nilai-nilai kehidupan itu tentu saja nilai-nilai yang baik
dan dapat memberikan motivasi kehidupan yang positif kepada masyarakat.
Cerita rakyat adalah cerita yang hidup dan berkembang ditengah-tengah
masyarakat, dari mulut ke mulut dan pada dasarnya disampaikan oleh
seseorang pada orang lain melalui penuturan lisan maupun tulisan (Gusal,
2015). Lebih lanjut, Kusmana (2014:32) mengatakan bahwa cerita rakyat
merupakan cerita yang hidup dan berkembang dalam suatu masyarakat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
biasanya mengisahkan tentang peristiwa-peristiwa di suatu tempat pada masa
lampau. Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat dikatakan bahwa cerita
rakyat memiliki dua cara dalam perkembangannya, yakni secara lisan dan
tulisan. Selain itu, cerita rakyat merupakan bagian dari suatu masyarakat dan
berisi nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat itu sendiri yang sudah ada sejak
dahulu kala serta menjadi pegangan hidup masyarakat.
Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita
rakyat merupakan salah satu karya sastra yang disebarkan secara
turun-temurun dari mulut ke mulut dan kental dengan nilai-nilai kearifan lokal
yang dipercayai serta diyakini oleh masyarakat pemilik cerita itu. Nilai-nilai itu
menjadi pedoman hidup bagi semua masyarakat pemilik cerita. Mereka juga
mewariskan cerita itu secara turun-temurun agar setiap generasi meyakini dan
menjadikan nilai-nilai dalam cerita sebagai pedoman hidup mereka.
2.2.7.2 Tujuan Bercerita
Cerita rakyat yang kaya akan nilai kearifan lokal tentu saja memiliki
tujuan. Gusal (2015) mengemukakan ada tiga tujuan bercerita dalam cerita
rakyat, yaitu:
1. Disampaikan dengan maksud mendidik
2. Mengungkapkan sejarah
3. Mengetahui asal-usul suatu tempat.
Berdasarkan pendapat Gusal (2015) di atas, maka peneliti memahami
dan menguraikan tiga tujuan bercerita sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
a) Disampaikan dengan maksud mendidik. Artinya, isi cerita dalam cerita
rakyat memilki nilai pendidikan yang dapat mendidik suatu masyarakat.
Cerita rakyat kaya akan nilai-nilai kearifan lokal yang turun-temurun dari
zaman dulu dan nilai-nilai itu tentu saja dimaknai secara mendalam oleh
masyarakat serta dijadikan pedoman hidup mereka.
b) Mengungkapkan sejarah. Artinya, cerita rakyat dapat dijadikan sumber
infomasi bagi generasi ke generasi untuk mengetahui kejadian apa yang
pernah terjadi di daerah mereka. Hal itu dikarenakan isi cerita rakyat
menceritakan peristiwa atau kejadian-kejadian yang betul-betul terjadi
dalam masyarakat pemilik cerita itu sendiri.
c) Mengetahui asal-usul suatu tempat. Artinya, isi cerita rakyat dapat menjadi
sumber informasi tentang asal-usul suatu tempat. Melalui cerita yang
diturunkan secara turun-temurun dapat membantu generasi ke generasi
untuk mengetahui seluk-beluk daerahnya dan tidak melupakan
peristiwa-peristiwa yang pernah ada.
2.2.7.3 Fungsi Cerita Rakyat
Selain memiliki tujuan bercerita, cerita rakyat juga memiliki fungsi.
Menurut Amin, dkk. (2013), ada beberapa fungsi cerita rakyat sebagai berikut.
1. Sebagai media untuk menghibur
2. Mengajarkan nilai-nilai baik pada masyarakat
3. Menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan gaib
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Dari pendapat Amir, dkk. (2013) di atas, penulis memahami dan memaknai
tiga fungsi cerita rakyat tersebut sebagai berikut.
1. Sebagai media untuk menghibur. Artinya, dalam cerita rakyat memuat
banyak kisah yang diramu dengan unsur imajinatif sehingga terlihat
menarik untuk didengar atau dibaca oleh orang. Ada banyak cerita rakyat
yang juga dominan menampilkan unsur jenaka para tokoh dalam cerita
sehingga pembaca atau pendengar cerita tidak hanya mendapatkan
pengetahuan dan nilai moral cerita, tetapi juga menjadi media hiburan
mereka.
2. Mengajarkan nilai-nilai baik pada masyarakat. Artinya, cerita rakyat
memuat nilai-nilai kehidupan yang menjadi pedoman masyarakat pemilik
cerita dari turun-temurun. Nilai-nilai itu merupakan nilai yang masih
original dan mengajarkan hal-hal baik atau nasehat yang harus dipahami
dan dipegang oleh masyarakat.
3. Menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan gaib. Artinya, cerita rakyat
merupakan salah satu jenis cerita lisan yang penceritaannya berpusat pada
kehidupan masyarakat dan berkaitan dengan kepercayaan serta adat
istiadat mereka. Maka dari itu, banyak cerita rakyat yang mengisahkan
tentang kesaktian penguasa di suatu tempat yang yang disegani banyak
orang dan harus diketahui oleh masyarakat dari turun-temurun.
2.2.7.4 Ciri-ciri Cerita Rakyat
Cerita rakyat sebagai salah satu karya sastra memilki ciri-ciri tertentu
yang membedakannya dengan karya sastra lainnya. Menurut Anas (2015),
ciri-ciri cerita rakyat sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
1. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan
2. Cerita rakyat bersifat tradisional
3. Biasanya cerita mengalami beberapa versi dalam penyebarannya.
Dari pendapat Anas (2015) di atas, peneliti memahami dan memaknai
ciri-ciri cerira rakyat tersebut sebagai berikut. Pertama, Penyebaran dan
pewarisannya biasanya dilakukan secara instan. Artinya, cerita rakyat
merupakan salah satu jenis sastra lisan yang penyebaran dan pewarisannya
dilakukan dari mulut ke mulut secara turun-temurun. Oleh karena itu, cerita
rakyat tidak diketahui siapa pengarangnya. Kedua, Cerita rakyat bersifat
tradisional. Artinya, pusat penceritaan dalam cerita rakyat berkaitan dengan
kehidupan, kebudayaan, dan adat istiadat suatu tempat yang sudah ada sejak
dahulu kala. Ketiga, Biasanya cerita mengalami beberapa versi dalam
penyebarannya. Artinya, cerita rakyat merupakan bentuk cerita yang
penyebarannya secara lisan dari mulut ke mulut sehingga ceritanya mengalami
beberapa perubahan.
2.2.8 Kerangka Berpikir
Pada umumnya, masyarakat dan pemerintah bercita-cita agar generasi
muda Indonesia memiliki mimpi besar dan usaha cerdas dan tekun menggapai
mimpi tersebut. Kemajuan zaman, globalisasi, dan teknologi yang membawa
beragam dampak positif di berbagai bidang kehidupan dapat membekali
generasi muda mempersiapkan diri demi masa depan. Generasi yang disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
generasi 4.0 dapat terbuka terhadap revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan
kemunculan komputer super, kecerdasan buatan atau intelegensi artifisial.
Tantangan pendidikan ke depan adalah bagaimana menyiapkan sumber
daya manusia yang tidak akan tergantikan dengan mesin. Maka menghadapi
tantangan tersebut, para pegiat pendidikan harus mempersiapkan sumber daya
yang memiliki kompetensi agar mampu berkompetisi di segala bidang. Realita
pendidikan masa kini mengejar bahkan mengusahakan berbagai
langkah-langka terbaru dan cerdas dalam dunia pendidikan. Hal ini juga pada
akhirnya menimbulkan berbagai persaingan sekolah-sekolah dalam
menawarkan jasa-jasa atau kekhasan tersendiri. Usaha-usaha menyiapkan
generasi cerdas di masa depan tidaklah salah tetapi harus dipikirkan juga
nilai-nilai moral atau kearifan yang akan turut menunjang generasi agar sehat
secara moral. Moralitas menjadi salah satu indikator yang perlu diusahakan
mengingat kejadian-kejadian di kalangan remaja dan generasi muda
akhir-akhir ini. Contoh-contoh dari fakta di atas; angka bunuh diri makin
meningkat, penyerangan siswa terhadap guru secara anarkis, tawuran pelajar
yang merenggut nyawa, norma kesopanan menurun dan beragam contoh
lainnya.
Bahasa menjadi salah satu sarana menyampaikan nilai-nilai kehidupan
kepada generasi muda. Nilai-nilai kearifan dalam kehidupan dapat dipelajari
dari pengalaman pribadi, masyarakat baik lisan maupun tulisan. Salah satunya
adalah nilai-nilai kearifan yang terdapat dalam cerita rakyat Nusantara yang
diwariskan dari generasi ke generasi berikut. Selama ini peserta didik belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dapat menggali seluruh potensi dalam dirinya dari proses pembelajaran di
kelas. Peserta didik mempelajari fakta-fakta dan gagasan-gagasan di kelas
tetapi belum dapat menggunakannya secara efektif karena berbagai faktor.
Salah satu faktor adalah terbatasnya bahan ajar dan metode mengajar guru yang
membosankan.
Di masa revolusi indistri 4.0 sekarang ini diperlukan pengetahuan dan
keanekaragaman keterampilan dalam pengajaran agar peserta didik mampu
menggunakan informasi dan teknologi demi perkembangan dirinya sebagai
harapan bangsa yang cerdas, kreatif, berperilaku adil, jujur, tanggung jawab,
mandiri dan kerja keras. Peranan guru pada zaman ini juga menjadi sebuah
pemikiran karena generasi 4.0 cenderung belajar mandiri dan mengekplorasi
kemampuan dalam dirinya secara mandiri. Maka peranan guru di kelas sebagai
fasilitator dan bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.
Pembelajaran menulis cerita fantasi di SMP membutuhkan cara-cara baru
dan kreatif agar pelajaran Bahasa Indonesia menarik dan menyenangkan.
Peserta didik dapat termotivasi untuk menulis cerita fantasi. Salah satu bahan
ajar untuk mencapai tujuan tersebut adalah adanya modul digital pembelajaran.
Modul digital alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,
batasan, batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan
menarik untuk mencapai kompetensi/subkompetensi dan dapat dipelajari
secara interaktif dengan menggunakan teknologi multimedia dan
memungkinkan menyisipkan teks, grafik, gambar, video, dan animasi ((Munir
2008: 2). Tampilan gambar dan animasi dalam modul digital dapat membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
memvisualkan materi ajar yang disampaikan sehingga peserta didik memahami
isi modul dengan mudah memahami konsep-konsep yang sulit. Kondisi
interaktif akan meningkatkan daya serap, meningkatkan nilai komunikasi yang
cukup tinggi artinya, informasi tentang pelajaran tidak hanya dapat dilihat
dalam bentuk cetakan tetapi dapat didengar, serta memberikan stimulus karena
disajikan dalam bentuk animasi dan simulasi yang dapat membangkitkan
semangat dan memiliki nilai grafis yang tinggi dalam penyajiannya (Setiono,
Peningkatan Kompetensi Guru Biologi SMP Melalui Modul Interaktif; tesis S2
Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung, 2009:15)
Di samping memotivasi peserta didik dalam menulis cerita fantasi,
penelitian ini juga diharapkan membentuk kepribadian atau kearifan peserta
didik lewat nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam cerita rakyat
Nusantara serta peserta didik diharapkan dapat menciptakan cerita fantasi yang
bermuatan nilai-nilai kearifan. Penelitian ini adalah pengembangan modul
digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai
kearifan lokal dalam cerita rakyat Nusantara. Jika dalam pembelajaran, guru
mampu menggunakan modul digital pembelajaran dengan baik maka dapat
meningkatkan pembelajaran menulis cerita fantasi pada peserta didik di SMP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Alur pemikiran tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
BAB III
Bagan 2.1 Alur pengembangan modul
Pembelajaran
menulis cerita
fantasi
Penyebaran angket Penyebaran angket
Wawancara guru dan dosen
Penyebaran angket
Kajian teori Data
Pengembangan Modul Digital
Uji validasi
Revisi produk
Uji coba produk
Nilai karakter dalam
cerita rakyat nusantara Pentingnya pengembangan
modul digital pembelajaran
menulis cerita fantasi dengan
memadukan nilai-nilai kearifan
lokal cerita fantasi.
Modul Digital pembelajaran menulis cerita
fantasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau (Research &
Development). Penelitian pengembangan merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang
digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian ini
mengembangkan produk berupa modul digital pembelajaran menulis cerita
fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara
pada siswa SMP Kebon Dalem Semarang Kelas VII.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Penelitian dan
Pengembangan (Research and Development). Metode R & D adalah sebuah
proses yang digunakan untuk mengembangkan dan mengesahkan produk
bidang pendidikan (Sugiyono, 2014: 297). Produk yang dimaksud peneliti
adalah modul digital siswa menulis cerita fantasi dengan memadukan
nilai-nilai kearifan dalam cerita rakyat Nusantara untuk siswa SMP Kebon
Dalem Kelas VII. Langkah-langkah dalam proses ini pada umumnya dikenal
dengan siklus penelitian dan pengembangan (Research & Development), yang
terdiri dari beberapa langkah: pengkajian terhadap hasil penelitian sebelumnya
yang berkaitan validitas komponen-komponen pada produk yang akan
dikembangkan. Peneliti kemudian melajutkan pada tahap-tahap penelitian ini
mengembangkannya menjadi sebuah produk, pengujian terhadap produk yang
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dirancang, dan peninjauan ulang dan mengoreksi produk yang dihasilkan
berdasarkan hasil uji coba. Hal ini sebagai indikasi bahwa produk temuan dari
kegiatan pengembangan yang dilakukan mempunyai objektivitas (Borg &
Gall. 1983:772). Penelitian dan pengembangan ini merupakan modifikasi
Model Borg and Gall yang dilakukan melalui beberapa tahapan pengembangan
yaitu tahap analisis, tahap perancangan, tahap produksi, tahap evaluasi, tahap
revisi, dan produk akhir.
Borg and Gall (1983) dalam Made 2014:23) mendefinisikan penelitian
dan pengembangan (R&D) adalah proses yang digunakan untuk
mengembangkan produk dan menguji keefektifan produk dalam mencapai
tujuan. Validasi kelayakan produk akhir berupa modul digital ini dilakukan
oleh ahli materi. Model pengembangan modul digital ini disajikan dalam
bentuk digital, disertai animasi video, slide bergerak, audio, dan gambar yang
mendukung tercapainya pembelajaran menulis cerita fantasi. Penelitian dan
pengembangan bahan ajar berupa modul digital yang dilakukan oleh peneliti
diberi judul: Pengembangan Modul Digital Pembelajaran Menulis Cerita
Fantasi dengan Memadukan Nilai-Nilai Kearifan dalam Cerita Rakyat
Nusantara untuk Siswa SMP Kebon Dalem Semarang kelas VII. Bahan ajar
yang dikembangkan di sini sesuai kurikulum 2013 SMP Kelas VII Kompetensi
Dasar 4.4 tentang menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita imajinasi
(penelitian ini menggunakan istilah fantasi) secara lisan dan tulis dengan
memerhatikan struktur, pengggunaan Bahasa dan aspek lisan (Permendikbud
Nomor 024 Tahun 2016). Nilai-nilai diadaptasikan dari nilai kearifan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
diadaptasi peneliti dari nilai pendidikan kearifan yang tercantum dalam
kurikulum 2016 yaitu: peduli, disiplin, tanggungjawab, santun, percaya diri,
dan kejujuran ( Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21
Tahun 2016) tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, SMP.
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Bagian ini memaparkan tentang (1) tempat/lokasi penelitian, (2) sumber
data yang dibutuhkan oleh peneliti serta (3) data apa saja yang akan diperoleh
peneliti dari sumber tersebut. Berikut penjelasan sumber data dan data secara
lebih rinci.
3.2.1 Tempat/lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Kebon Dalem Jl. Arumsari Raya
Semarang. Tempat penelitian secara lebih rinci dilakukan di ruang kelas VII A
dan VII B. SMP Kebon Dalem Semarang menjadi penelitian yaitu studi
pendahuluan dan uji coba produk modul digital pembelajaran menulis cerita
fantasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
3.2.2 Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini terdiri dari dosen, guru mata pelajaran
bahasa Indonesia dan siswa-siswi SMP Kebon Dalem Semarang yang
berjumlah 38 orang. Peneliti memilih sumber data peneliti karena sekolah ini
menggunakan kurikulum 2013 dan tercatat cukup unggul dalam menghasilkan
tulisan-tulisan yang merupakan karya siswa-siswi. Tulisan-tulisan yang
dihasilkan para siswa tidak hanya berupa karya ilmiah tetapi juga tulisan kreatif
berupa karya sastra seperti menulis cerita fantasi, maka penelitian ini bertujuan
agar makin membantu siswa-siswi dalam menulis cerita fantasi dengan
memadukan nilai-nilai kearifan lokal dalam cerita rakyat Nusantara.
3.2.3 Data Penelitian
Data penelitian diperoleh dari siswa, guru bahasa Indonesia, dosen
bahasa Indonesia dan validator. Keempat sumber data tersebut menghasilkan
data berupa hasil kuesioner dan hasil wawancara. Data dari hasil kuesioner
yang dijawab siswa dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: (1) pengembangan
modul digital pembelajaran, (2) Cerita fantasi, dan (3) nilai-nilai kearifan lokal
cerita rakyat Nusantara. Wawancara yang dilakukan terhadap guru mata
pelajaran bahasa Indonesia dan dosen bahasa Indonesia merupakan uraian dari
ketiga hal pokok diatas; pertanyaan kuesioner masih memiliki kesamaan
dengan pertanyaan wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
teknik nontes dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Pada tahap
pertama dalam penelitian ini, peneliti menyebarkan instrumen kuesioner pada
siswa SMP Kebon Dalem Semarang untuk menemukan arti penting adanya
modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai
kearifan lokal cerita rakyat Nusantara. Kuesioner terdiri atas tiga bagian, yakni;
(1) Pembelajaran menulis cerita fantasi, (2) nilai-nilai kearifan lokal cerita
rakyat Nusantara, dan (3) Pentingnya pengembangan modul digital.
Peneliti juga menggunakan kuesioner untuk melakukan validasi produk
modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi yang telah dirancang oleh
peneliti. Validasi produk bertujuan untuk menilai kelayakan produk yang telah
dibuat oleh peneliti. Kuesioner validasi produk diberikan peneliti kepada dosen
ahli yang sudah terbiasa menilai sebuah produk, dosen pengampu, dan siswa
SMP kelas VII yang telah mengikuti pembelajaran menulis cerita fantasi pada
semester I. Hasil analisis kuesioner digunakan oleh peneliti untuk merevisi
produk modul digital agar lebih layak digunakan.
Tahap selanjutnya, peneliti melakukan wawancara kepada guru Bahasa
Indonesia dan dosen Bahasa Indonesia. Wawancara terdiri atas tiga bagian
yang pertanyaannya sengaja disamakan tetapi menggunakan bahasa yang
berbeda oleh peneliti dengan pernyataan dalam kuesioner agar jawaban guru,
dosen, dan siswa dapat dibandingkan. Data-data hasil penelitian dibandingkan
oleh peneliti dan dianalisis untuk menemukan seberapa penting pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan
nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara dan bagaimana bentuk produk
modul yang sesuai dengan kebutuhan siswa tingkat SMP.
3.5 Instrumen penelitian
Instrumen penilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen
nontes yang meliputi; kuesioner dan wawancara. Uraian secara terperinci
sebagai berikut.
3.5.1 Kuesioner
Kuesioner (questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan
data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan
responden) (Sukmadinata, 2011:219). Pada penelitian ini, peneliti
menyebarkan kuesionerkepada siswa SMP Kebon Dalem Semarang terkait arti
penting adanya pengembangan modul digital pembelajaran menulis cerita
fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara.
Bentuk pertanyaan dalam kuesioner ini bersifat tertutup. Artinya, peneliti
hanya membutuhkan jawaban sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan
sangat tidak setuju dari siswa-siswi saja.
Selain itu, peneliti juga menyusun kuesioner penilaian modul berupa
lembar validasi. Lembar validasi berupa kuesioner diberikan kepada dosen
ahli, dan siswa SMP Kebon Dalem Semarang kelas VII untuk uji validasi
produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi yang telah dibuat
peneliti. Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert
dan aspek penilaian modul yang dinilai, yakni aspek isi/materi, aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
penyajian, aspek bahasa, aspek kegrafikan, dan aspek kelayakan media
pembelajaran. Masukan validator yang tertera dalam kuesioner-kuesioner
tersebut dijadikan sebagai pedoman bagi peneliti untuk memperbaiki produk
modul digital pembelajaran menulis kreatif.
3.5.2 Wawancara
Pada penelitian dan pengembangan ini, peneliti menggunakan instrumen
wawancara dalam studi pendahuluan dengan melakukan wawancara terhadap
guru dan dosen mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tujuan dari wawancara guna
memperkuat data terkait pentingnya pengembangan modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan
lokal cerita rakyat Nusantara. Pertanyaan dalam wawancara terbagi atas tiga
bagian yang sengaja disamakan peneliti dengan pernyataan dalam instrumen
kuesioner, yaitu; (1) Pembelajaran menulis cerita fantasi, (2) nilai-nilai
kearifan lokal cerita rakyat Nusantara, dan (3) Pentingnya pengembangan
modul digital. Hasil dari wawancara akan dikolaborasikan dengan hasil analisis
kuesioner untuk memperjelas arti penting pengembangan modul digital yang
dibuat oleh peneliti.
3.6. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif
dan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
(Sugiyono, 2015:254-255). Teknik analisis data yang digunakan peneliti
dijabarkan sebagai berikut.
1. Analisis Hasil Wawancara Guru dan Dosen
Hasil wawancara guru Bahasa Indonesia dan dosen Bahasa Indonesia
dianalisis oleh peneliti menggunakan analisis data kualitatif. Wawancara
dilakukan oleh peneliti sebelum peneliti merancang produk modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi. Peneliti melakukan wawawancara kepada
guru dan dosen mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tujuannya dari wawancara
adalah untuk menemukan arti penting pengembangan modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan
dalam cerita rakyat Nusantara.
Hasil wawancara dengan guru dan dosen Bahasa Indonesia dianalisis
peneliti melalui empat tahap. Pertama, peneliti mentranskrip atau
mendeskripsikan dengan kata-kata dari hasil wawancara yang telah dilakukan.
Kedua, peneliti mengelompokkan hasil wawancara dengan pedoman
wawancara agar sesuai. Ketiga, peneliti memaparkan hasil transkrip
wawancara guru dan dosen dan hasil analisis data kuesioner siswa untuk
disetarakan. Kelima, peneliti menarik kesimpulan seberapa pentingnya
pengembangan modul digital menulis cerita fantasi dengan memadukan
niali-nilai kearifan dalam cerita rakyat Nusantara sesuai hasil wawancara dan
hasil kuesioner yang sudah disetarakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
2. Analisis Hasil Kuesioner Siswa
Data dalam penelitian ini adalah hasil analisis kuesioner untuk siswa SMP
Kebon Dalem Semarang kelas VII. Data-data itu berkaitan dengan pentingnya
pengembangan modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi, nilai-nilai
kearifan lokal cerita rakyat Nusantara dan pembelajaran menulis cerita fantasi
Data-data ini diidentifikasi lebih spesifik oleh peneliti guna menentukan mana
data yang sesuai dengan penelitian ini dan mana data yang tidak sesuai.
Peneliti menganalisis hasil kuesioner menggunakan skala likert. Skala
Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap, atau
pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena
sosial, berdasarkan defenisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Untuk menilai lembar kuesioner mahasiswa, langkah-langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut.
a. Mengubah skor dari setiap butir pernyataan kuesioner dengan kriteria
skor sebagai berikut. Konversi nilai mengacu pada Nurgiyantoro
(2011:92).
Keterangan Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Tabel 3.1 Konversi Nilai dan Skala Sikap lima berdasarkan penilaian
acuan patokan (PAP)
b. Menjumlahkan skor dari setiap butir pernyataan
Rumus : T x Pn
T = Total jumlah responden yang memilih
Pn = Pilihan angka skor likert
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
c. Menghitung skor ideal (tertinggi) dan skor terendah.
Skor ideal (X) diperoleh dengan cara menghitung hasil kali jumlah
responden dengan skor maksimal dari setiap butir pernyataan, sedangkan skore
terendah diperoleh dengan cara menghitung hasil kali jumlah responden
dengan skor minimal batasan kategori skala Likert.
Rumus :
X = Jumlah responden x 5(skor maksimal)
Y = Jumlah responden x 1 (skor minimal)
d. Menghiung persentase dengan skor yang diperoleh dibagi skor maksimal
dikalikan 100%.
e. Mengubah persentase dengan kategori
Seluruh data yang telah dihitung, disajikan peneliti dalam bentuk data
diskrik. Data distrik merupakan data yang hanya dikelompokkan oleh peneliti
menjadi dua atau beberapa bagian dan tidak memiliki keterkaitan antara satu
dengan yang lainnya. Peneliti akan memisahkan dan menjelaskan hasil
persentase masing-masing kategori tanpa ada hubungan antara satu dengan
yang lainnya.
3. Analisis Validasi Produk oleh Dosen Ahli dan Uji Coba Siswa
Hasil data dari validasi produk modul digital pembelajaran menulis cerita
fantasi dianalisis oleh peneliti menggunakan teknik analisis data deskriptif
kualitatif. Data yang peneliti peroleh melalui validisi dan uji coba produk
diklasifikasikam menjadi dua jenis, yakni data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kuantitatif berupa kritik dan saran yang dikemukakan oleh dosen ahli, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
siswa yang digabung dan dipilah untuk memperbaiki produk modul digital
pembelajaran menulis kreatif yang disusun oleh peneliti. Peneliti juga
menjelaskan proses validasi yang dilalui dengan menyajikan tahap-tahap revisi
yang dilakukan berdaarkan hasil dari setiap uji coba. Pada tahap revisi produk,
peneliti menampilkan produk yang belum direvisi dan produk yang sudah
direvisi pada setiap tahap revisi disertai deskripsi yang menjelaskan proses
revisi yang dilakukan secara rinci.
Sedangkan data kualitatif berkaitan dengan kualitas modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi yang diperoleh dari para responden melalui
kuesioner dengan skala Likert dianalisis menggunakan statistik deskriptif
dengan langkah-langkah sebagai berikut. (a) Pengumpulan data kasar (yang
belum dianalisis), (b) Pemberian skor untuk analisis kuantitatif, (c) Skor yang
diperoleh dikonversi menjadi nilai dengan skala lima menggunakan acuan
konversi pada pendekatan PAP (Penilaian Acuan Patokan) sebagai berikut
(Sukardjo, 2008;53).
Tabel Konversi Nilai Skala Lima Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan.
Kategori Interval skor
Sangat baik x>Xi + 1,80 Sbi
Baik Xi + 0,60 Sbi < x ≤ Xi +1,80SBi
Cukup baik Xi – 0,060 SBi < x ≤ Xi + 0,60 SBi
Kurang baik Xi – 1,80 Sbi < X ≤ Xi – 0,60 SBi
Sangat kurang baik m X ≤ Xi – 1,80 Sbi
Tabel 3.2 Konversi Nilai dan Skala Lima l berdasarkan penilaian acuan
patokan (PAP)
Keterangan :
Xi : rerata ideal = ½ (Skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
Sbi : Simpangan baku ideal = 1/6 (Skor maksimal ideal – skor minimal
ideal)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Pada penelitian ini, nilai kelayakan minimal produk modul digital
pembelajaran menulis kreatif sastra ditentukan oleh nilai “C” dalam kategori
cukup. Oleh karena itu, jika modul digital menulis cerita fantasi dengan
memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara dinilai oleh dosen
ahli, dan siswa mendapatkan nilai skor “C’, maka produk ini layak untuk
digunakan oleh siswa.
Semua data yang diperoleh dan dihitung disajikan oleh peneliti dalam
bentuk data distrik. Data distrik merupakan data yang dikelompokkan menjadi
beberapa bagian dan tidak ada hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Peneliti memisahkan dan menjelaskan hasil persentase setiap kategori tanpa
ada hubungan yang signifikan antara kategori-kategori tersebut. Selain itu,
peneliti juga memaparkan hasil validasi I dan validasi II sehingga terlihat jelas
perbedaan persentase penilaian produk modul digital pembelajaran menulis
cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat
Nusantara yang dikembangkan oleh peneliti.
3.7 Prosedur Pengembangan Modul Digital
Proses pengembangan bahan ajar dilakukan setelah semua penelitian
selesai. Menurut Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2015), penelitian R&D
terdiri atas 10 langkah yang akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Potensi dan masalah.
Penelitian ini dapat berangkat dari adanya potensi dan masalah. Potensi
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang apabila didayagunakan akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
bernilai tambah. Sebaliknya, masalah dapat diartikan sebagai hal yang akan
terjadi apabila potensi tidak didayagunakan dengan baik.
2. Mengumpulkan informasi
Setelah peneliti menemukan potensi dan masalah yang terjadi, maka
peneliti akan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk dijadikan
bahan dalam pengembangan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi
masalah yang terjadi. Informasi itu bisa berupa analisis kebutuhan yang
diinginkan dalam pengembangan produk.
3. Desain produk
Setelah mengumpulkan informasi yang diperlukan, peneliti akan mulai
membuat desain produk sesuai analisis kebutuhan. Desain produk harus
diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai
pedoman untuk menilai dan membuatnya.
4. Validasi produk
Setelah desain produk selesai dibuat, peneliti akan melakukan uji validasi
untuk menilai kelayakan produk yang dibuat. Validasi dapat dilakukan dengan
menghadirkan dosen ahli atau pakar yang sudah pengalaman dalam menilai
produk baru yang dikembangkan peneliti.
5. Perbaikan desain
Setelah diuji validasi dan diketahui kelemahannya, maka peneliti
meminimalisir atau memperbaiki kelemahan yang didapati dalam produk yang
dikembangkan. Saran dan masukkan dari dosen ahli menjadi dasar
penyempurnaan produk modul digital ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
6. Uji coba produk
Uji coba produk dilakukan setelah peneliti memperbaiki desain produk
yang dikembangkan. Uji coba ini merupakan uji coba tahap awal yang
dilakukan peneliti untuk mengetahui kelemahan apa yang masih ditemukan.
7. Revisi produk
Produk yang di uji coba direvisi kembali oleh peneliti untuk mengurangi
atau memperbaiki kelemahan yang masih ditemukan dalam produk saat
digunakan. Peneliti mengumpulkan catatan dan masukkan dari dosen ahli yang
dijadikan patokan untuk perbaikan modul digital pembelajaran menulis cerita
fantasi.
8. Uji coba pemakaian
Pada tahap ini, peneliti melakukan uji coba dalam lingkup yang lebih besar.
Uji coba dilakukan pada responden yang menjadi subjek dalam pembuatan
produk peneliti. Peneliti memilih satu kelas yang berjumlah 20 siswa untuk uji
coba produk modul digital pembelajaran. Uji coba ini dilakukan lagi untuk
melihat standar kelayakan produk saat digunakan.
9. Revisi produk
Setelah revisi I dan uji coba produk modul digital pembelajaran, tahap
selanjutnya adalah produk yang sudah diujicobakan direvisi lagi apabila ada
kelemahan yang masih ditemukan. Peneliti memperbaiki kelemahan yang ada
agar produk yang dihasilkan benar-benar layak untuk digunakan.
10. Produksi massal
Apabila produk yang dikembangkan oleh seorang peneliti telah melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tahap validasi dan uji coba dan dinyatakan layak digunakan, maka peneliti
dapat memproduksi secra massasl dan dapat digunakan pada lembaga-lembaga
pendidikan sesuai tujuan pembuatan modul. Bagan prosedur penelitian
menurut Borg dan Gall dapat dilihat di bawah ini;
Bagan 3.1 Bagan prosedur penelitian menurut Borg and Gall (dalam Sugiyono,
2010:409)
Borg and Gall Dalam buku Sukmadinata (2015), memaparkan
langkah-langkah prosedur penelitian dan pengembangan sebagai berikut.
1. Penelitian dan Pengumpulan data (research and information collection).
Pada langkah ini, peneliti harus melakukan pengukuran kebutuhan subjek
penelitian melalui pengumpulan data terkait produk yang akan dikembangkan
oleh peneliti. Kriteria pertama yang juga merupakan kriteria utama, produk
Potensi dan
masalah Validasi Desain
Desain
Produk
Pengumpulan
Data
Revisi
Desain Ujicoba
Produk I Revisi Produk Ujicoba
pemakaian
Revisi Produk Produk Akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
yang dihasilkan oleh peneliti harus betul-betul yang penting dan dibutuhkan
dalam pendidikan.
2. Perencanaan (planning).
Pada langkah ini, peneliti mulai menyusun rencana pengembangan produk
sesuai hasil pengukuran kebutuhan subjek melalui pengumpulan data yang
telah dilakukan. Rencana pengembangan produk minimal mencakup tujuan
dari penggunaan produk, siapa yang menggunakan produk itu, dan deskripsi
dari setiap komponen produk beserta kegunaannya.
3. Pengembangan draf produk (Develop preliminary form of product).
Pada langkah ini, peneliti akan mulai menyusun gambaran secara umum
yang akan dibuat berdasarkan analisis kebutuhan subjek dan studi literatur.
Produk awal masih bersifat tentatif yang akan disempurnakan melalui
serentetan kegiatan ujicoba
4. Uji coba lapangan awal (Preliminary field testing).
Pada langkah ini, peneliti akan melakukan uji coba lapangan di tempat
pelaksanaan penelitian. Selama pelaksanaan uji coba, peneliti melakukan
pengamatan, wawancara dan penyebaran kuesioner.
5. Merevisi hasil uji coba (Main product revision)
Pada langkah ini, peneliti akan melakukan perbaikan dan penyempurnaan
produk setelah melakukan uji coba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
6. Uji coba lapangan (Main field testing)
Pada langkah ini, peneliti melakukan uji coba yang lebih luas untuk
membandingkan hasil uji coba awal dengan uji coba yang lebih luas dan
menemukan kelebihan serta kekurangan produk yang dibuat oleh peneliti.
7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (Operasional product revision),
Pada langkah ini, peneliti kembali menyempurnakan produk yang dibuat
berdasarkan pada hasil uji coba lapangan untuk memperbaiki hal-hal yang
masih kurang dalam produk itu.
8. Uji pelaksanaan lapangan (Operasional field testing)
Pada langkah ini, produk yang sudah dibuat oleh peneliti yang sudah
direvisi secara maksimal melalui beberapa uji coba akan diterapkan dalam
pembelajaran. Pengujian dilakukan melalui kuesioner, wawancara dan
observasi lalu hasilnya akan dianalisis.
9. Penyempurnaan produk akhir (Final product revision)
Pada langkah ini, peneliti melakukan penyempurnaan sesuai masukan dari
hasil analisis uji pelaksanaan lapangan untuk meminimalisir kekurangan yang
masih ditemukan dalam produk.
10. Diseminasi dan implementasi (Dissemination and implementation).
Pada langkah terakhir ini, peneliti melaporkan hasil yang dicapai dalam
pengembangan produk setelah melalui beberapa tahap revisi. Jika sudah bisa
dipergunakan, maka akan diproduksi secara massal.
Sukmadinata dan kawan-kawannya melakukan modifikasi terhadap 10
langkah penelitian dan pengembangan dari Borg dan Gall. Secara garis besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh Sukmadinata dan
kawan-kawan terdiri atas tiga tahap, yakni (1) studi pendahuluan, (2)
pengembangan model, dan (3) uji model. Langkah penelitian dan
pengembangan yang dimodifikasi oleh Sukmanadinata dan kawan-kawan akan
disajikan sebagai berikut.
1. Studi Pendahuluan
Tahap ini merupakan tahap awal dan tahap persiapan yang dilakukan oleh
peneliti sebelum mengembangkan produk. Tahap ini terdiri atas tiga langkah,
yakni 1) Studi kepustakaan, 2) Survei lapangan, dan 3) Penyusunan produk
awal atau draft produk. Studi kepustakaan berkaitan dengan bagian untuk
mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan produk
yang akan dikembangkan. Survei lapangan berkaitan dengan pengumpulan
data yang berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
yang harus ada dalam produk. Terakhir, penyusunan draft modul berkaitan
dengan penyusunan rancangan produk secara garis besar yang sesuai dengan
hasil data yang diperoleh melalui survei di lapangan.
2. Uji coba terbatas dan uji coba lebih luas
Setelah kegiatan studi pendahuluan dilakukan, selanjutnya akan dilakukan
tahap kedua ini. Dalam pelaksanaan uji coba terbatas, produk diuji coba oleh
ahli yang sudah berpengalaman dan peneliti mengamati uji coba tersebut
untuk tahap perbaikan pada produk. Sedangkan uji coba lebih luas, produk
duiji coba oleh sampel yang lebih banyak dan hasilnya akan dianalisis lagi
oleh peneliti guna memperbaiki produk yang dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
3. Uji produk dan sosialisasi hasil
Uji produk merupakan tahap pengujian keampuhan dari produk yang
dihasilkan untuk mengetahui tingkat kelayakan dan keefektifan produk yang
disusun dengan produk yang pernah digunakan. Setelah semua tahap sudah
dilalui, maka peneliti mensosialisasikan hasil akhir yang ia peroleh dari
penelitian jenis pengembangan ini.
Pada penelitian ini, peneliti lebih memilih prosedur penelitian R&D dalam
buku Sugiyono (2015). Peneliti memilih prosedur tersebur dikarenakan
prosedur penelitian dalam buku Sugiyono (2015) lebih terarah dan mudah
untuk dipahami peneliti. Selain itu, peneliti juga menyederhanakan 10 langkah
R&D menurut Borg and Gall menjadi enam langkah saja. Akan tetapi, pada
kenyataannya peneliti tidak menghilangkan semua prosedur penelitian ini dan
secara tersirat menggunakan semua langkah-langkah penelitian tersebut.
Ada beberapa alasan penyederhanaan prosedur penelitian R&D oleh
peneliti. Pertama, dengan menggunakan enam langkah saja dalam penelitian
ini, peneliti sudah mampu mendapatkan data yang peneliti butuhkan. Kedua,
produk modul digital menulis kreatif belum bisa diproduksi secara massal
dikarenakan penelitian ini masih menggunakan skala kecil, tetapi tidak
menutup kemungkinan bahwa produk ini menjadi langkah awal pengembangan
produk modul digital secara massal. Ketiga, adanya keterbatasan waktu, biaya
dan tenaga peneliti dalam mengembangkan penelitian ini. Maka dari itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
keenam langkah yang disederhanakan oleh peneliti dapat dijabarkan sebagai
berikut.
1. Penelitian dan pengumpulan informasi
Pada tahap awal, peneliti melalukan studi pendahuluan untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan seberapa penting
adanya pengembangan modul digital dengan memadukan nilai-nilai kearifan
lokal cerita rakyat Nusantara untuk siswa SMP Kebon Dalem Semarang Kelas
VII. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada siswa
yang telah mempelajari materi menulis cerita fantasi pada semester I. Data
yang telah dikumpulkan dianalisis oleh peneliti untuk menemukan arti penting
dari pengembangan produk modul digital pembelajaran pada penelitian ini.
2. Pengembangan Produk
Setelah melakukan studi pendahuluan dan mendapatkan informasi dari
siswa, dosen dan guru bahasa Indonesia, maka selanjutnya peneliti menyusun
draft modul. Draft modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan
memadukan nilia-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara disusun
berdasarkan analisis kebutuhan yang diperoleh dari data studi pendahuluan.
Pada tahap ini, peneliti menyusun draft modul dengan menetapkan judul
modul, tujuan akhir yang harus dicapai siswa dalam modul yang
dikembangkan, peneliti menentukan tujuan antara, yakni kemampuan spesifik
yang menunjang tercapainya kompetensi, peneliti menetapkan garis besar isi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
modul, dan peneliti mencari dan menyusun materi pada garis besar modul
digital pembelajaran.
Selanjutnya, peneliti mencari materi yang paralel dengan silabus dan
kompetensi yang akan dicapai oleh siswa dalam modul yang dikembangkan
oleh peneliti. Setelah menemukan materi yang dibutuhkan, peneliti menyusun
produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan
nilai-nilai kearifan lokal dalam cerita rakyat Nusantara yang disesuaikan
dengan aspek penilaian modul, yakni aspek isi/materi, penyajian, bahasa,
kegrafikan, dan media. Modul yang dikembangkan dilengkapi dengan judul
modul, kata pengantar, deksripsi modul, rasionalisasi produk, pendahuluan,
petunjuk penggunaan modul, daftar isi, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, gambar/ilustrasi, latihan, rangkuman, koloom refleksi,
glosarium, dan daftar pustaka.
3. Uji Validasi
Setelah selesai menyusun produk modul digital pembelajaran menulis
cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat
Nusantara secara optimal, tahap selanjutnya adalah melakukan uji validasi. Uji
validasi merupakan proses penilaian kesesuaian produk dengan analisis
kebutuhan. Dalam hal ini, peneliti memilih dosen ahli media dan ahli materi
yang akan menilai produk moduk digital yang telah disusun. Peneliti juga
memberikan lembar validasi berupa butir-butir pertanyaan yang membantu
dosen ahli untuk menilai produk modul digital pembelajaran menulis cerita
fantasi dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
4. Revisi Produk Tahap I
Setelah melakukan uji validasi oleh dosen ahli dan dosen materi, peneliti
melalukan revisi terhadap produk modul digital pembelajaran menulis cerita
fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara
berdasarkan hasil kuesioner penilaian dari dosen ahli yaitu Dr. Yuliana
Setyaningsih, M.Pd.
5. Uji Coba Produk
Produk yang sudah direvisi oleh peneliti diujicobakan pada siswa yang
menjadi subjek dalam penelitian pengembangan ini. Siswa sebagai responden
dan pengguna modul melakukan uji coba terhadap produk modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan
lokal cerita rakyat Nusantara pembelajaran yang sudah disediakan peneliti.
6. Revisi Produk Tahap II
Tahap ini merupakan tahap revisi akhir yang dilakukan peneliti setelah
melakukan uji coba produk pada siswa. Segala masukan, kritikan, dan
komentar terhadap produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi
dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara yang
diperoleh peneliti digunakan untuk mengoptimalkan produk hingga layak
untuk digunakan untuk tingkat SMP kelas VII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian merupakan paparan hasil penelitian studi pendahuluan
yang dilakukan oleh peneliti untuk memperkuat alasan pentingnya penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Pada penelitian ini, peneliti melakukan studi
pendahuluan untuk mengetahui seberapa pentingnya pengembangan modul
digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai
kearifan lokal cerita rakyat Nusantara untuk siswa SMP Kebon Dalem
Semarang kelas VII. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara. Instrumen kuesioner
diberikan kepada siswa kelas VII dan wawancara dilakukan kepada dosen
Bahasa Indonesia serta guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil penelitian
yang dipaparkan berikut meliputi (1) modul digital pembelajaran, (2) menulis
cerita fantasi, (3) Nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara.
Data hasil penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D).
Data tersebut diperoleh dari hasil skor 20 nomor pertanyaan kuesioner kelas
VII SMP yang berjumlah 38 siswa. Hasil dari studi pendahuluan dapat dilihat
dalam tabel berikut:
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan peneliti mengacu pada
prosedur pengembangan Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2015) yang
disederhanakan oleh peneliti hanya pada batas uji validasi ahli, revisi
produk dan uji coba produk. Peneliti mengembangkan produk berupa modul
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai
kearifan lokal cerita rakyat Nusantara untuk siswa SMP kelas VII. Penelitian
ini menggunakan enam langkah pelaksanaan teknik penelitian dan
pengembangan. Keeenam langkah pengembangan tersebut adalah (1)
penelitian dan pengumpulan informasi, (2) pengembangan produk, (3) uji
validasi, (4) revisi produk I, (5) uji coba produk, dan (6) revisi produk II.
Berikut peneliti akan mendeskripsikan keenam langkah tersebut.
4.1.1 Hasil Penelitian dan Pengumpulan Informasi
Tahap penelitian ini adalah pengumpulan informasi tentang rancangan
produk yang akan dikembangkan oleh peneliti. Sumber data dalam penelitian
ini adalah siswa, guru Bahasa Indonesia, dosen bahasa Indonesia.
Pengumpulan informasi bersumber dari hasil wawancara, kuesioner. Seluruh
data di lapangan penelitian membantu dan bermanfaat memberi gambaran dan
memberi masukan dalam penyusunan bahan ajar modul digital pembelajaran
dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara untuk
siswa SMP. Sebelum mengumpulkan informasi di lapangan, peneliti
merumuskan kisi-kisi dari tiap instrumen penelitian. Kisi-kisi tersebut
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Setelah beberapa kali revisi dari
dosen pembimbing, peneliti memulai merumuskan instrumen penelitian.
Instrumen-instrumen pengumpulan informasi tersebut sebelumnya sudah
divalidasi oleh dosen pembimbing dengan tujuan mengetahui apakah
instrumen kuesioner dan wawancara telah valid dan layak digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setelah melewati tahap validasi instrumen oleh dosen pembimbing,
peneliti melakukan penelitian dan pengumpulan informasi. Wawancara
dengan guru Bahasa Indonesia dan dosen Bahasa Indonesia bertujuan
memperoleh informasi aktual dan akurat tentang kebutuhan bahan ajar berupa
modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi. Peneliti melanjutkan proses
pengumpulan data yaitu membagikan kuesioner kepada para siswa kelas VII
A dan VII B SMP Kebon Dalem. Kuesioner ini bertujuan mengetahui apakah
modul digital yang akan dirancang peneliti membantu siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Berikut ini uraian hasil penelitian dan
pengumpulan informasi.
4. 1.1.1. Deskripsi Hasil Analisis Kuesioner Studi Pendahuluan pada
Siswa Kelas VII SMP Kebon Dalem Semarang
Kuesioner studi pendahuluan yang dibuat oleh peneliti diberikan kepada
38 siswa kelas VII SMP Kebon Dalem Semarang pada hari Senin, 7 Januari
2019 di ruang kelas VII A dan ruang Kelas VII B. Kuesioner yang diberikan
oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui seberapa pentingnya pengembangan
modul digital menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan
lokal cerita rakyat Nusantara. Pernyataan dalam kuesioner berjumlah 20
pernyataan yang terdiri atas 3 bagian, yakni a) Pengembangan Modul Digital,
b) Menulis Cerita Fantasi dan c) Nilai-Nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat
Nusantara. Siswa-siswi menjawab pernyataan dalam kuesioner dengan
memberikan tanda centang (√) pada jawaban yang diinginkan.
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Kuesioner yang diberikan kepada siswa terdiri atas lima jawaban
alternatif mengikuti pedoman penyekoran skala likert, yakni 5 skala. Skala 1=
sangat tidak setuju, skala 2= tidak setuju, skala 3= cukup, skala 4= setuju, dan
skala 5= sangat setuju. Untuk dapat diklasifikasikan dalam data kualitatif,
skala likert dapat dikategorikan menjadi sangat rendah, rendah, cukup, tinggi
dan sangat tinggi. Sedangkan untuk dapat diklasifikasikan dalam data
kuantitatif digunakan rumus 100 dibagi jumlah skor pada skala Likert, yakni 5
sehingga interval yang diperoleh adalah 20. Akan tetapi, agar data dapat
diperoleh secara utuh dan tercakup dengan baik seperti 10,99, 50,05 dan
sebagainya, maka intervalnya adalah 20,99. Berikut ini tabel pengkategorian
dalam skala Likert.
Tabel 3.3 Tabel Pengkategorian Skala Likert
Hasil kuesioner yang sudah ada diklasifikasi peneliti dari segi kualitatif
maupun kuantitatif. Berikut ini penjabaran analisis data kuesioner:
Rentang skor Kategori
81,00%-100% Sangat tinggi
61,00%-80,99% Tinggi
41,00%-60,99% Cukup
21,00%-40,99% Rendah
0,00$%-20,99% Sangat rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
a) Pengembangan Modul Digital Pembelajaran
1. Bahan ajar menulis cerita fantasi yang digunakan selama ini
kurang menarik.
Pada pernyataan pertama, pilihan sangat tidak setuju (STS) dan tidak
setuju diperhitungkan sebagai jawaban negatif responden. Pada pernyataan
setuju (S) dan sangat setuju (SS) diperhitungkan peneliti sebagai jawaban
positif yaitu 8 jawaban responden menyatakan setuju (S) dan 2 responden
menyatakan sangat setuju (SS), presentasi jawaban positif sebesar 26, 31 %
dan masuk dalam kategori sangat rendah sedangkan jawaban cukup (C)
diperhitungkan peneliti sebagai tidak menjawab sama sekali. Hal tersebut
kontradiktif dengan hasil wawancara dengan Ibu Lucia Noersyamsah
Ekarastri selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berpendapat
bahwa para siswa lebih berminat belajar dengan menggunakaan internet.
Dengan demikian dapat disimpulkan perbedaan pendapat siswa dan guru mata
pelajaran menanggapi bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Akumulasi pernyataan 1 dapat dilihat pada diagram lingkaran di
bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Diagram 4.1 Bahan ajar menulis cerita fantasi yang digunakan
selama ini kurang menarik.
2. Bahan ajar yang digunakan guru mempengaruhi semangat saya
untuk menulis cerita fantasi.
Pada pernyataan 2, tanggapan siswa akan kuesioner menyatakan setuju (S)
18 siswa dan sangat setuju (SS) 6 siswa. Akumulasi dari pernyataan positif
siswa 63,15 % dan tergolong tinggi. Hal ini sejalan dengan ungkapan Ibu
Lucia Noersyamsah Ekarastri bahwa bahan ajar yang digunakan berpengaruh
besar dalam menarik minat dan perhatian siswa dalam memahami materi
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat lebih jelas dalam diagram lingkaran di
bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Diagram 4.2 Bahan ajar yang digunakan guru mempengaruhi
semangat saya untuk menulis cerita fantasi.
3. Siswa lebih suka belajar dengan bantuan media yang kreatif seperti
modul digital
Pernyataan ketiga dalam pertanyaan kuesioner ditanggapi siswa
secara positif dengan rincian: siswa yang menyatakan setuju (S) 14 siswa dan
sangat setuju (SS) 19 siswa. Pernyataan ini menyimpulkan bahwa pada
umumnya siswa lebih suka belajar dengan bantuan media kreatif seperti
modul digital yaitu 86,84 % tergolong sangat tinggi. Hasil ini sejalan dengan
hasil wawancara dengan Antonius Nesi S.Pd., M.Pd yang mengungkapkan
bahwa generasi milenial memiliki beberapa kearifanistik dalam belajar yaitu:
belajar dan menguasai peranti teknologi secara cepat dan sangat akrab dengan
dunia digital. Oleh karena itu bahan ajar yang cocok bagi generasi ini dapat
dirancang dalam aplikasi digital. Dengan demikian bahan ajar tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
menjauhkan mereka dari dunia yang paling dekat dengan mereka. Hal ini
dapat terlihat dalam diagram di bawah ini:
Diagram 4.3 Siswa lebih suka belajar dengan bantuan media
yang kreatif seperti modul digital
4. Materi menulis cerita fantasi semakin menarik dengan menggunakan
modul digital karena membantu saya belajar mandiri
Pada pernyataan 4, siswa menjawab pertanyaan kuesioner bahwa menulis
cerita fantasi makin menarik dengan modul digital karena pembelajaran dapat
dilakukan secara mandiri. Siswa yang menanggapi positif setuju (S) 20 siswa
dan sangat setuju (SS) 10 siswa. Dengan demikian dapat diakumulasikan
menjadi 78,94 %. Angka ini termasuk tinggi. Hal ini diperkuat dengan hasil
wawancara dengan Ibu Viktoria Nino, M.Pd yang berpendapat bahwa
kemajuan teknologi selain memudahkan siswa dalam mengakses dan
menemukan sendiri materi-materi pembelajaran juga proses belajar dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
dilakukan di mana saja dan kapan saja lewat telepon pintar yang dimiliki
siswa. Angka positif dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:
Diagram 4.4 Materi menulis cerita fantasi semakin menarik dengan
menggunakan modul digital karena membantu saya
belajar mandiri.
5. Bahan ajar modul digital sangat bermanfaat dalam memahami materi
menulis cerita fantasi.
Pada pernyataan 5, diperoleh data objektif: siswa yang menyatakan
setuju (S) berjumlah 20 dan siswa yang menyatakan sangat setuju (SS)
berjumlah 9 siswa. Selebihnya menjawab cukup (C) jawaban cukup
diperhitungkan peneliti sebagai tidak menjawab. Pernyataan positif siswa
diakumulasikan menjadi 76,31 %. Pernyataan postif ini diperkuat dengan
hasil wawancara Ibu Lucia Noersyamsah yang berpendapat bahwa dengan
adanya modul digital, siswa akan terbantu memahami materi menulsi cerita
fantasi sehingga pada akhirnya siswa dapat menulis cerita fantasi dengan tepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dan benar sesuai tujuan pembelajaran. Diagram di bawah ini menjelaskan
akumulasi jawaban positif siswa.
Diagram 4.5 Bahan ajar modul digital sangat bermanfaat dalam
memahami materi menulis cerita fantasi.
6. Materi menulis cerita fantasi mudah dipahami dan siswa
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
Pada pernyataan 6, respon positif siswa yang menyatakan bahwa
menulis cerita fantasi dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
siswa. Siswa yang menyatakan setuju (S) 17 siswa dan sangat setuju (SS) 16
siswa dan dapat diakumulasikan 86,84 %, data ini tergolong sangat tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Tanggapan positif ini tergambar dalam diagram di bawah ini:
Diagram 4.6 Materi menulis cerita fantasi mudah dipahami dan
siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
7. Bahan ajar modul digital adalah bahan ajar yang pertama kali
digunakan di sekolah ini
Pada pernyataan 7 ini, peneliti mengajukan pertanyaan apakah modul
digital yang akan dirancang pertama kali digunakan di sekolah ini. Data yang
diperoleh dari hasil kuesioner mengatakan bahwa siswa yang setuju (S)
berjumlah 8 siswa dan siswa yang menjawab sangat setuju berjumlah 20
siswa. Akumulasi dari tanggapan positif siswa-siswi sebesar 73, 68 %. Hal ini
menyatakan bahwa sebagian besar siswa mendukung pembuatan modul
digital ini karena belum pernah digunakan di SMP Kebon Dalem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Data tersebut dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:
4.7 Bahan ajar modul digital adalah bahan ajar yang
pertama kali digunakan di sekolah ini
8. Sangat suka belajar dengan bantuan internet karena materi dapat
dipelajari kapan saja.
Pernyataan “siswa sangat suka belajar dengan bantuan internet karena
materi dapat dipelajri kapan saja. Tanggapan sangat tidak setuju (STS) dan
tidak setuju (TS) diperhitungkan peneliti sebagai respon negatif, sedangkan
jawaban setuju (S) berjumlah 19 siswa dan jawaban sangat setuju (SS)
berjumlah 15 siswa. Data ini diproses secara statistik dan diperoleh 89,47 %
tergolong sangat tinggi. Para siswa akan sangat antusias untuk belajar
menggunakan internet. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibu Lucia
Noersyamsah bahwa generasi sekarang akan mudah untuk mencari dan
menemukan hal-hal baru tentang pendidikan lewat internet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Data ini dapat dilihat dalam diagram lingkaran di bawah ini:
Diagram 4.8 Sangat suka belajar dengan bantuan internet
karena materi dapat dipelajari kapan saja.
9. Bahan ajar modu digital dapat digunakan di sekolah ini karena
fasilitas sekolah mendukung
Pernyataan ke 9 “Bahan ajar modul digital dapat digunakan di sekolah ini
karena fasilitas sekolah mendukung”. Pilihan sangat setuju dan setuju
dipandang sebagai jawaban positif atau sikap positif responden terhadap
pernyataan yang diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui
bahwa siswa 22 setuju (S) dan 13 sangat setuju (SS). Data ini menunjukkan
bahwa bahan ajar modul digital dapat digunakan di sekolah ini karena fasilitas
mendukung seperti laboratorium komputer, jaringan internet, serta sekolah
juga memiliki kurang lebih 20 laptop yang dapat digunakan oleh siswa yang
tidak memiliki laptop.Siswa sangat dalam mempelajari materi pelajaran
secara digital. Hal ini dapat dipersentase menjadi 92,10% dan termasuk dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
kategori sangat tinggi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Ibu Lucia
Noersyamsah; guru Bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa ia setuju
karena sekolah pada dasarnya memang memiliki fasilitas yang mendukung
proses pembelajaran menggunakan internet. Frekuensi pilihan responden
terhadap pernyataan kesembilan dapat dilihat di bawah ini.
Diagram 4.9 Bahan ajar modu digital dapat digunakan di sekolah
ini karena fasilitas sekolah mendukung
10. Bahan ajar modul digital digunakan guru inovatif demi
perkembangan peserta didik.
Pada pernyataan 10 “Bahan ajar modul digital digunakan guru inovatif
demi perkembangan peserta didik”. Pilihan sangat setuju dan setuju
dipandang sebagai jawaban positif atau sikap positif responden terhadap
pernyataan yang diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui
bahwa siswa 12 setuju (S) dan 20 sangat setuju (SS). Data ini menunjukkan
bahwa guru yang inovatif menggunakan bahan ajar modul digital untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
menunjang perkembangan belajar siswa. Hal ini dapat dipersentase 84,21%
dan termasuk dalam kategori sangat tinggi.
Pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju dipandang sebagai jawaban
negatif atau sikap negatif responden terhadap pertanyaan yang diajukan. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat dari Antonius Nesi M.Pd dosen Bahasa
Indonesia yang menyatakan bahwa guru harus terus belajar agar mampu
beradaptasi dengan dunia siswa saat ini. Guru yang inovatif juga menjadi
syarat pokok tuntutan dunia kerja masa kini yang mulai memasuki babak baru
yaitu revolusi teknologi 4.0. Revolusi ini menuntut setiap tenaga profesional
agar terampil menggunakan alat-alat teknologi yang menunjang
perkembangan pembelajaran siswa. Frekuensi pilihan responden terhadap
pernyataan kesepuluh dapat dilihat di bawah ini:
Diagram 4.10 Bahan ajar modul digital digunakan guru inovatif demi
perkembangan peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
b. Pentingnya Menulis Cerita Fantasi
1. Menurut saya, menulis cerita fantasi penting dan bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari.
Pada pernyataan 1 “menulis cerita fantasi penting dan bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari.”. Pilihan sangat setuju dan setuju dipandang sebagai
jawaban positif atau sikap positif responden terhadap pernyataan yang
diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa siswa 7
setuju (S) dan 4 sangat setuju (SS), sedangkan 27 siswa menyatakan respon
negatif 22 menjawab cukup (C) dan 5 siswa merespon tidak setuju (TS).
Respon tidak setju dan cukup diperhitungkan peneliti sebagai tidak menjwab
pertanyaan. Data ini menunjukkan siswa menganggap bahwa cerita fantasi
tidak penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
kontradiktif dengan jawaban dari Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri yang
menyatakan bahwa cerita fantasi yang mengandung nilai-nilai kehidupan
sangat bermanfaat dalam kehidupan, apalagi bagi generasi sekarang ini. Hal
ini dapat dipersentase 28,94,% dan termasuk dalam kategori rendah.
Kontradiktif jawaban siswa dan guru terjadi karena perbedaan pandangan;
generasi tua yang setuju akan nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita
rakyat, sedangkan generasi Z menilai bahwa hal di atas kurang menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan ketiga dapat dilihat di
bawah ini.
Diagram 4.11 Menurut saya, menulis cerita fantasi penting
dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Saya lebih tertarik belajar menulis cerita fantasi dengan bantuan
bahan ajar/media daripada ceramah guru.
Pada pernyataan 2 “Saya lebih tertarik belajar menulis cerita fantasi
dengan bantuan bahan ajar/media daripada ceramah guru.”. Pilihan sangat
setuju dan setuju dipandang sebagai jawaban positif atau sikap positif
responden terhadap pernyataan yang diajukan sehingga berdasarkan
klasifikasi tersebut diketahui bahwa siswa 16 setuju (S) dan17 sangat setuju
(SS), sedangkan 5 siswa menyatakan respon negatif 5 menjawab cukup (C)
dan 1 siswa merespon tidak setuju (TS).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Respon tidak setuju dan cukup diperhitungkan peneliti sebagai tidak
menjawab pertanyaan. Data ini menunjukkan siswa sangat setuju jika
pembelajaran dilakukan dengan bantuan bahan ajar daripada ceramah guru.
Hal ini sependapat dengan jawaban dari Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri
yang menyatakan bahwa bahan ajar berupa modul digital mendesak untuk
diciptakan dan diaplikasikan, selain menimbang latar belakang dan
kearifanistik belajar generasi milenial, modul digital juga merupakan suatu
inovasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Respon positif siswa dapat
dipersentase 86,84 ,% dan termasuk dalam kategori sangat tiinggi. Frekuensi
pilihan responden terhadap pernyataan kedua dapat dilihat di bawah ini:
Diagram 4.12 Saya lebih tertarik belajar menulis cerita fantasi
dengan bantuan bahan ajar/media daripada ceramah guru.
3. Menulis adalah termasuk salah satu keterampilan berbahasa yang
wajib saya pelajari.
Pada pernyataan 3 “menulis adalah termasuk salah satu keterampilan
berbahasa yang wajib saya pelajari”. Pilihan sangat setuju dan setuju
dipandang sebagai jawaban positif atau sikap positif responden terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
pernyataan yang diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui
bahwa siswa 16 setuju (S) dan 17 sangat setuju (SS), sedangkan 4 siswa
menyatakan respon negatif dengan menjawab cukup (C) dan 1 siswa
merespon tidak setuju (TS).
Respon tidak setuju dan cukup diperhitungkan peneliti sebagai tidak
menjawab pertanyaan. Data ini menunjukkan siswa setuju bahwa menulis
adalah termasuk salah satu keterampilan berbahasa yang wajib saya pelajari”
Hal ini sependapat dengan jawaban dari Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri
yang menyatakan bahwa keterampilan menilis sudah hasur dilatih sejak dini
dan wajib dipelajari agar ilmu yang dipelajari siswa tidak hanya teori tapi juga
dipraktekkan, hal ini juga sesuai tuntutan kurikulum 2013. Siswa harus
sampai pada tahap mengkomunikasikan baik lisan maupun tulisan. Data dari
respon positif siswa dipersentase 86,84% dan termasuk dalam kategori sangat
tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan ketiga dapat dilihat di
bawah ini:
Diagram 4.13 Menulis adalah termasuk salah satu keterampilan
berbahasa yang wajib saya pelajari.
4. Menulis cerita fantasi melatih daya imajinasi agar kemampuan
menulis dilatih sejak dini.
Pada pernyataan 1 “Menulis cerita fantasi melatih daya imajinasi agar
kemampuan menulis dilatih sejak dini..”. Pilihan sangat setuju dan setuju
dipandang sebagai jawaban positif atau sikap positif responden terhadap
pernyataan yang diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui
bahwa siswa 18 setuju (S) dan 18 sangat setuju (SS), sedangkan 2 siswa
menyatakan respon negatif 2 siswa menjawab cukup (C) dan tidak ada siswa
yang merespon tidak setuju (TS). Respon tidak setuju dan cukup
diperhitungkan peneliti sebagai tidak menjawab pertanyaan. Data ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
menunjukkan siswa bahwa menulis cerita fantasi melatih daya imajinasi agar
kemampuan menulis dilatih sejak dini. Hal ini sejalan dengan jawaban dari
Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri yang menyatakan bahwa cerita fantasi yang
mengandung nilai-nilai kehidupan sudah harus dilatih sejak dini. Data di atas
dapat dipresentasi menjadi 94,73% dan termasuk dalam kategori sangat tinggi.
Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan keempat dapat dilihat di
bawah ini:
Diagram 4.14 Menulis adalah termasuk salah satu keterampilan
berbahasa yang wajib saya pelajari.
5. Menulis cerita fantasi termasuk kegiatan yang kreatif
menyenangkan
Pada pernyataan 1 “menulis cerita fantasi termasuk kegiatan kreatif dan
menyenangkan”. Pilihan sangat setuju dan setuju dipandang sebagai jawaban
positif atau sikap positif responden terhadap pernyataan yang diajukan
sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa siswa 9 setuju (S)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
dan 22 sangat setuju (SS), sedangkan 7 siswa menyatakan respon negatif 7
menjawab cukup (C) dan tidak ada siswa merespon tidak setuju (TS).
Respon tidak setuju dan cukup diperhitungkan peneliti sebagai tidak
menjwab pertanyaan. Data ini menunjukkan siswa setuju dan antusias bahwa
menulis cerita fantasi termasuk kegiatan kreatif dan menyenangkan. Hal ini
searah dengan jawaban dari Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri yang
menytakan bahwa menulis cerita fantasi bagi siswa-siswi di kelas cukup
menyenangkan karena siswa menggunakan daya imajinasi seluas-luasnya
dalam menulis. Hal ini dapat dipersentase 76,31 % dan termasuk dalam
kategori tinggi. Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan kelima
dapat dilihat di bawah ini.
Diagram 4.15 Menulis cerita fantasi termasuk kegiatan yang
kreatif menyenangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
C. Pentingnya Nilai-Nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat Nusantara
1. Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan yang harus
dilestarikan.
Pada pernyataan 1 “Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan
yang harus dilestarikan”. Pilihan sangat setuju dan setuju dipandang sebagai
jawaban positif atau sikap positif responden terhadap pernyataan yang
diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa siswa 14
setuju (S) dan 17 sangat setuju (SS), sedangkan 7 siswa menyatakan respon
negatif 7 menjawab cukup (C).
Respon tidak setuju dan cukup diperhitungkan peneliti sebagai tidak
menjawab pertanyaan. Data ini menunjukkan siswa setuju bahwa cerita rakyat
menagndung nilai-nilai kehidupan yang harus dilestarikan. Hal ini diperkuat
jawaban dari Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri yang menyatakan bahwa
cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan yang harus diperkenalkan
secara berkelanjutan kepada generasi milenial. Hal ini dapat dipersentase
81,57% dan termasuk dalam kategori tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan pertama dapat dilihat
di bawah ini.
Diagram 4.16 Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan yang
harus dilestarikan.
2. Saya pernah mendengar cerita rakyat Nusantara dan saya tertarik
untuk membacanya.
Pada pernyataan 2 “Saya pernah mendengar cerita rakyat Nusantara dan
saya tertarik untuk membacanya”. Pilihan sangat setuju dan setuju dipandang
sebagai jawaban positif atau sikap positif responden terhadap pernyataan yang
diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa siswa 11
setuju (S) dan 10 sangat setuju (SS), sedangkan 17 siswa menyatakan respon
negatif 13 menjawab cukup (C) dan 3 siswa merespon tidak setuju (TS) dan 1
siswa menyatakan sangat tidak setuju. Respon sangat tidak setuju, tidak setuju
dan cukup diperhitungkan peneliti sebagai tidak menjwab pertanyaan. Data
ini masih menunjukkan bahwa siswa tertarik untuk membaca cerita rakyat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Nusantara. Hal ini dengan jawaban dari Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri
yang menyatakan bahwa cerita rakyat masih diminati oleh generasi milenial.
Data respon positif siswa dapat dipersentase 55,26,% dan termasuk dalam
kategori cukup. Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan kedua dapat
dilihat di bawah ini:
Diagram 4.17 Saya pernah mendengar cerita rakyat Nusantara
dan saya tertarik untuk membacanya.
3. Cerita rakyat akan menarik jika dikolaborasikan dengan kemajuan
teknologi agar lebih sesuai kemajuan zaman.
Pada pernyataan 3 “Cerita rakyat akan menarik jika dikolaborasikan
dengan kemajuan teknologi agar lebih sesuai kemajuan zaman.” Pilihan
sangat setuju dan setuju dipandang sebagai jawaban positif atau sikap positif
responden terhadap pernyataan yang diajukan sehingga berdasarkan
klasifikasi tersebut diketahui bahwa siswa 13 setuju (S) dan 12 sangat setuju
(SS), sedangkan 13 siswa menyatakan respon negatif yaitu 10 menjawab
cukup (C) dan 1 siswa merespon tidak setuju (TS) dan 2 siswa menyatakan
sangat tidak setuju (STS).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Respon sangat tidak setuju, tidak setuju dan cukup diperhitungkan
peneliti sebagai tidak menjawab pertanyaan. Data ini menunjukkan bahwa
siswa setuju jika cerita rakyat perlu dikolaborasikan dengan kemajuan
teknologi agar sesuai zaman dan menarik untuk dipelajari. Hal ini sesuai
dengan jawaban dari Ibu Lucia Noersyamsah Ekarastri yang menyatakan
bahwa cerita rakyat perlu dan mendesak untuk dikreasikan dengan teknologi
agar generasi milenial tertarik untuk mempelajarinya. Data respon positif
siswa dapat dipersentase 65,78 % dan termasuk dalam kategori tinggi.
Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan ketiga dapat dilihat di
bawah ini:
Diagram 4.18 Cerita rakyat akan menarik jika dikolaborasikan dengan
kemajuan teknologi agar lebih sesuai kemajuan zaman.
4. Cerita rakyat penting untuk dipelajari dan dilestarikan
Pada pernyataan 4 “Cerita rakyat penting untuk dipelajari dan
dilestarikan.”. Pilihan sangat setuju dan setuju dipandang sebagai jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
positif atau sikap positif responden terhadap pernyataan yang diajukan
sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa 21 siswa setuju
(S) dan 12 sangat setuju (SS), sedangkan 5 siswa menyatakan respon negatif
dengan menjawab cukup (C).
Respon cukup diperhitungkan peneliti sebagai tidak menjawab pertanyaan.
Data ini menunjukkan siswa setuju bahwa cerita rakyat penting untuk
dipelajari dan dilestarikan. Hal ini diperkuat jawaban dari Ibu Lucia
Noersyamsah Ekarastri yang menyatakan bahwa cerita rakyat penting dan
harus dilestarikan dalam kehidupan, apalagi bagi generasi sekarang ini.
Respon positif ini dapat dipersentase 86,84,% dan termasuk dalam kategori
sangat tinggi. Dengan demikian cerita rakyat sangat relevan untuk dipelajari
dan dilestarikan oleh generasi milenial masa kini. Frekuensi pilihan responden
terhadap pernyataan keempat dapat dilihat di bawah ini:
Diagram 4.19 Cerita rakyat penting untuk dipelajari
dan dilestarikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
5. Saya lebih berminat membaca cerita rakyat secara digital
Pada pernyataan 1 “menulis cerita fantasi penting dan bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari.”. Pilihan sangat setuju dan setuju dipandang sebagai
jawaban positif atau sikap positif responden terhadap pernyataan yang
diajukan sehingga berdasarkan klasifikasi tersebut diketahui bahwa siswa 6
setuju (S) dan 17 sangat setuju (SS), sedangkan 15 siswa menyatakan respon
negatif dengan menjawab cukup (C) sebanyak 9 siswa dan 4 siswa merespon
tidak setuju (TS) dan 2 siswa menjawab sangat tidak setuju (STS). Respon
sangat tidak setuju, tidak setuju dan cukup diperhitungkan peneliti sebagai
tidak menjawab pertanyaan. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa berminat membaca cerita rakyat secara digital/online. Hal ini searah
dengan jawaban dari Ibu Viktoria Nino M.Pd yang menyatakan bahwa
generasi sekarang ini lebih menyukai literasi digital karena mudah juga dapat
dibaca kapan saja. Hal ini dapat dipersentase 60,52% dan termasuk dalam
kategori cukup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Frekuensi pilihan responden terhadap pernyataan kelima dapat dilihat
dalam diagram lingkaran di bawah ini.
Diagram 4.20 Saya lebih berminat membaca cerita
rakyat secara digital
Berdasarkan penjelasan dan pemaparan diagram di atas, peneliti
melakukan kategorisasi terhadap hasil kuesioner yang sudah diisi oleh siswa.
Berikut disajikan tabel kategorisasi analisis kuesioner pengembangan modul
digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai
dalam cerita rakyat Nusantara pada siswa SMP Kebon Dalem Semarang
Kelas VII.
No Deskripsi Pernyataan Σ
Skor
(n=38)
Rata-
Rata
X
% Kategori
1. Pengembangan modul digital
mendesak untuk dilakukan
108 2,84 57% Cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
2. Menulis adalah salah satu
keterampilan berbahasa yang
harus dikuasai.
142 3,73 75% Setuju
3. Nilai-nilai kearifan dalam cerita
rakyat Nusantara harus
dilestarikan dan bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari.
161 4,23 85% Sangat setuju
4. Materi menulis cerita fantasi
semakin menarik dengan
menggunakan modul digital
karena membantu saya belajar
mandiri.
150 3,94 79% Setuju
5. Bahan ajar modul digital sangat
bermanfaat dalam memahami
materi menulis cerita fantasi.
151 3,97 79% Setuju
6. Materi menulis cerita fantasi
mudah dipahami dan siswa
mengembangkan kemampuan
beripikir kreatif.
163 4,28 86% Sangat setuju
7. Bahan ajar modul digital adalah
bahan ajar yang pertama kali
digunakan di sekolah ini
156 4,10 82% Sangat setuju
8. Saya sangat suka belajar dengan
bantuan internet karena materi
dapat dipelajari kapan saja.
152 4 80% Setuju
9. Bahan ajar modul digital dapat
digunakan di sekolah ini karena
fasilitas sekolah mendukung.
162 4,26 85% Sangat setuju
11 Menurut saya, menulis cerita
fantasi penting dan bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari.
115 3,02 61% Cukup
12. Saya lebih tertarik belajar
menulis cerita fantasi dengan
bantuan bahan ajar/media
daripada ceramah guru.
124 3,26 65% Setuju
13. Menulis adalah termasuk salah
satu keterampilan berbahasa
yang wajib saya pelajari.
149 3,92 78% Setuju
14. Menulis cerita fantasi.melatih
daya imajinasi agar kemampuan
163 4,28 86% Sangat setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
menulis dilatih sejak dini.
15. Menulis cerita fantasi. termasuk
kegiatan yang kreatif
menyenangkan.
168 4,42 88% Sangat setuju
16. Cerita rakyat mengandung
nilai-nilai kehidupan yang harus
dilestarikan.
162 4,26 85% Sangat setuju
17. Saya pernah mendengar cerita
rakyat Nusantara dan saya
tertarik untuk membacanya.
162 4,26 85% Sangat setuju
18. Cerita rakyat akan menarik jika
dikolaborasikan dengan
kemajuan teknologi agar lebih
sesuai kemajuan zaman.
140 3,68 74% Setuju
19. Cerita rakyat penting untuk
dipelajari dan dilestarikan.
147 3,86 77% Setuju
20. Saya lebih berminat membaca
cerita rakyat secara digital
159 4,18 84% Sangat setuju
Tabel 3.4 kategorisasi terhadap hasil kuesioner oleh siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
4.1.1.2 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Guru Mata pelajaran
Bahasa Indonesia
Peneliti melakukan wawancara dengan guru bahasa Indonesia Ibu Lucia
Noersyamsah Ekarastri (narasumber) pada Senin, 7 Januari 2019 di ruang
guru SMP Kebon Dalem Semarang pada pukul 08.00 WIB. Tujuan diadakan
wawancara adalah untuk mengetahui realita di sekolah dalam pembelajaran
bahasa Indonesia dan bahan ajar yang digunakan selama ini. Selain itu hasil
wawancara menjadi pedoman dan penguatan alasan pentingnya
pengembangan modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan
memadukan niali-nilai kearifan dalam cerita rakyat Nusantara. Jawaban dari
narasumber dalam hasil wawancara akan dibandingkan dengan jawaban
mahasiswa dalam kuesioner untuk mengetahui urgensi dari penelitian yang
dilakukan peneliti. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan narasumber,
ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan oleh peneliti akan
dijabarkan sebagai berikut.
Pertama, “Pembuatan modul digital sangat relevan karena
memudahkan saya sebagai guru Bahasa Indonesia untuk menyampaikan
materi kepada siswa. Selain itu juga menarik perhatian siswa untuk
memahami materi pembelajaran. Anak-anak zaman sekarang sangat berbeda
sekali cara belajar dan menggali informasi. Anak mudah bosan mendengarkan
ceramah guru bahkan terkesan kurang menghargai guru yang sedang
menjelaskan di depan kelas.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Kedua, “Penelitian ini nantinya akan sangat membantu saya dan kami
sebagai guru terutama memudahkan anak-anak memahami materi menulis
cerita fantasi. Penelitian ini tentu menarik dan semoga setelah divalidasi oleh
ahli dapat digunakan oleh guru maupun siswa secara mandiri untuk belajar.
Ketiga, “Menurut sepengetahuan dan pengalaman membaca berbagai
informasi tentang modul, ada baiknya jika modul digital disusun secara
sistematis dan lengkap agar memudahkan siswa dalam belajar secara mandiri.
Hal yang harus diperhatikan juga adalah penilaian di akhir materi beserta
kunci jawabannya, dengan demikian siswa dapat mengukur tingkat
penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.”
Keempat, “Cerita rakyat di dalamnya mengandung nilai-nilai luhur
yang harus kita lestarikan. Cerita rakyat yang selama ini terdapat di
buku-buku dan disajikan secara konvensional kurang menarik minat baca para
siswa. Jika minat membaca sudah tidak dimiliki, bagaimana mungkin siswa
dapat mengenal bahkan meresapkan nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalam cerita rakyat.”
Kelima, “Rencana penelitian ini bagus dilanjutkan karena sesuai
dengan kebutuhan kami sebagai guru yang mendidik siswa dengan
menggunakan teknologi digital tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifan
lokal cerita rakyat.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
4.1.1.3 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Dosen Bahasa Indonesia
Wawancara dengan dua dosen yaitu Ibu Viktoria Nino M.Pd. dan
Antonius Nesi M.Pd dilakukan pada hari Rabu 9 Januari 2019 dilakukan
lewat panggilan video (video call) pada Pk. 17.00- 19.00 WIB. Waktu yang
dibutuhkan cukup lama karena mengalami kendala terputus komunikasi
karena jaringan cukup sulit karena hujan. Kemudian jawaban-jawaban yang
masih kurang jelas dikirim lewat surat elektronik. Tujuan wawancara dengan
dua dosen muda ini adalah mengetahui apakah rencana pembuatan produk
berupa modul digital menulis cerita fantasi untuk siswa SMP relevan dan
bermanfaat. Selain itu, tujuan lain yang ingin dicapai peneliti dalam
wawancara ini adalah mengetahui perspektif dosen bahasa Indonesia tentang
perpaduan modul digital dengan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat
Nusantara. Hasil wawancara dipaparkan sebagai berikut:
Pertama, “Penggunaan dan peran media dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, khususnya menulis cerita fantasi berupa modul digital pasti sangat
membantu pembelajar. Tentu, penggunaan modul digital sebagai media dalam
pembelajaran menulis cerita fantasi harus disesuaikan dengan tingkat, umur,
dan kearifanistik agar kompetensi, keterampilan, dan substansi pembelajaran
nantinya dapat dicapai siswa.”
Kedua, “Generasi milenial merupakan generasi Y yang lahir pada tahun
2000-an. Dalam beberapa kajian ditemukan bahwa generasi ini memiliki
kearifanistik, antara lain, belajar dan menguasai peranti teknologi secara
autodidak. Sehubungan dengan itu dapat dikatakan bahwa generasi ini akrab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
dengan dunia digital. Oleh karena itu, bahan ajar yang cocok bagi generasi ini
bisa dirancang dalam aplikasi digital. Dengan demikian, bahan ajar tidak
menjauhkan mereka dari dunia yang paling dekat dengan mereka.”
Ketiga, “Guru harus terus-menerus belajar. Dia tidak cukup
mengandalkan otoritasnya sebagai guru, juga pengetahuan yang diperolehnya
dari lembaga pendidikan calon guru. Ia harus bisa beradaptasi, mampu
membuat manajemen waktu, dan beradaptasi dengan dunia siswa. Dengan
demikian, inovasi modul digital merupakan tantangan tersendiri bagi guru
untuk berinovasi. Terkait literasi digital, tuntutan dunia kerja masa kini,
termasuk dunia kerja guru di lembaga-lembaga pendidikan, telah masuk pada
satu babak baru, yaitu revolusi teknologi 4.0. Revolusi ini menuntut setiap
tenaga professional untuk terampil menggunakan alat-alat teknologi.
Sehubungan dengan itu, pertama-tama, guru harus serius mengembangkan
diri melalui penguasaan terhadap teknologi. Selanjutnya, ia harus berinovasi
melalui perancangan pembelajaran berbasis teknologi. Literasi digital bagi
guru pada era ini dapat dikatakan sangat urgen.”
Keempat, “Bahan ajar modul digital dalam pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia sudah saatnya mendesak untuk diciptakan dan diaplikasikan.
Argumentasi dasarnya, selain menimbang latar belakang dan kearifanistik
siswa generasi milenial, modul digital juga merupakan suatu inovasi
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.”
Kelima, “Sangat setuju apabila cerita rakyat dielaborasi dengan teknologi
agar menarik dan mudah dipelajari siswa. Sejauh ini, cerita rakyat (folklore)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
jarang dicatat atau didokumentasikan. Kebanyakan folklore murni lisan masih
belum terdata atau terdokumentasi. Dengan suatu elaborasi menggunakan
teknologi, apalagi dekat dengan dunia generasi milenial, hal itu pasti
memberikan dampak positif dan pembelajaran cerita rakyat pasti akan lebih
berdaya guna.”
Keenam, “Sebagai narasi sastra, cerita rakyat mengandung amanat dan
pesan moral. Tentu, dalam pembelajarannya siswa tidak cukup diarahkan
untuk mengidentifikasi pesan amanat dan pesan moral yang terkandung di
dalamnya. Hal yang lebih penting, hemat saya, justru etika, amanat, dan pesan
moral yang terkandung di dalam sebuah cerita rakyat pada akhirnya dapat
diinternalisasi (ditanamkan, dimiliki, dan dihayati) oleh siswa.”
Ketujuh, “Dari jenisnya, judul itu termasuk Reseach and Development
Produk penelitian tersebut pasti akan memberikan manfaat teoretis dan praktis
bagi siapa saja yang menaruh atensi pada pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia.”
4.1.2 Pengembangan Modul
Setelah tahap pengumpulan informasi dan analisis yang telah
diperoleh melalui wawancara dan kuesioner, langkah yang ditempuh peneliti
selanjutnya adalah penyusunan modul digital pembelajaran. Langkah awal
yang ditempuh adalah mendesain bahan ajar modul digital yaitu menentukan
judul yaitu “Ayo Menulis Cerita Fantasi”. Setelah judul modul digital
pembelajaran ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan,
pemilihan bahan, penyusunan kerangka, dan pengumpulan bahan. Berikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
akan dipaparkan langkah-langkah dan tahapan pembuatan modul digital
pembelajaran.
4.1.2.1 Penentuan Tujuan
Tujuan yang dilakukan dalam tahap ini adalah tujuan pembelajaran
dari setiap kompetensi dasar pembelajaran yang dikembangkan dari
kompetensi inti dalam kurikulum 2013. Tujuan pembelajaran pada umumnya
menggambarkan harapan dan tujuan dari pembekajaran siswa SMP. Tujuan
umum dari pembelajaran menggunakan modul digital pembelajaran ini adalah
agar siswa mampu menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai
kearifan lokal cerita rakyat Nusantara secara tepat dan kreatif. Selain tujuan
umum di atas, adapun tujuan khusus yang dirangkum dalam tabel di bawah
ini:
Bab Tujuan Pembelajaran
I. Konsep Menulis Cerita
Fantasi
1. Mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi
(fantasi)
2. Menentukan ciri umum ciri umum cerita
fantasi
3. Menentukan jenis cerita fantasi
II. Konsep Menulis Cerita
Fantasi
1. Menentukan struktur teks fantasi.
2. Menelaah unsur kebahasaan cerita fantasi
3. Menyajikan gagasan kreatif dalam cerita
fantasi
III. Latihan 1. Menulis cerita fantasi dengan kreasi
2. Menulis cerita fantasi dengan rangsangan
gubahan cerita lain, gambar pengantar
bertema nilai pendidikan kearifan.
3. Melanjutkan kata-kata menjadi sebuah
cerita fantasi menarik
4. Menulis cerita fantasi dengan
memanfaatkan kotak kata.
5. Menulis cerita fantasi dengan bantuan
audio simakan.
6. Menulis cerita dengan bantuan audio
simakan.
Tabel 3.5 Tujuan khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
4.1.2.2 Pemilihan Bahan
Setelah merumuskan tujuan umum dan khusus, peneliti memilih
bahan-bahan yang akan menjadi konten/isi dalam modul digital pembelajaran.
Tujuan dari pemilihan bahan haruslah relevan dengan tujuan pembelajaran
yang telah dirancang sebelumnya. Bahan-bahan yang diseleksi peneliti dari
berbagai sumber meliputi: teori yang sesuai, konsep tentang menulis cerita
fantasi, teks bacaan; cerita rakyat Nusantara yang sesuai, gambar dan ilustrasi
pendukung materi yang sesuai kompetensi dasar. Peneliti juga mencoba
menyesuaikan bahasa yang digunakan untuk siswa SMP agar mudah
dipahami, contoh-contoh dirancang agar faktual dan terbaru, penggunaan
gambar yang sesuai topik atau subtopik. Selama pemilihan bahan-bahan yang
menjadi konten modul, peneliti juga berkoordianasi dengan dosen pengampu
dan berpijak pada analisis kebutuhan yang telah dilakukan pada saat studi
pendahuluan.
4.1.2.3 Penyusunan Kerangka
Setelah pemilihan bahan yang menjadi konten modul digital
pembelajaran, peneliti melanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu menyusun
kerangka modul. Tujuan dari penyusunan kerangka adalah agar modul dapat
disusun secara sistematis yang dimulai dari (1) halaman judul, (2) kata
pengantar, (3) daftar isi, (4) rasional produk, (5) petunjuk, (6) pendahuluan, (7)
isi yang berupa materi tiap bab, (8) latihan, (9) Rangkuman, (10) uji formatif,
(11) Refleksi, (12) daftar Pustaka, (13) glosarium, (14) biodata penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
4.1.2.4 Pengumpulan Bahan
Kerangka bahan ajar modul telah tersusun, maka langka selanjutnya
adalah mengumpulkan bahan yang dibutuhkan dalam penyusunan modul
digital ini. Bahan-bahan yang dimaksud adalah berbagai informasi yang
sesuai dengan topik, baik konsep, teori, data, contoh, gambar/ilustrasi, video,
audio (rekaman), dan berbagai latihan pendukung. Bahan-bahan yang
disiapkan dari peneliti berasal dari berbagai sumber; baik cetak maupun
elektronik. Setelah bahan-bahan terkumpul, peneliti menyeleksi kembali agar
konten modul sesuai dan efektif. Semua konten modul dirangkum dalam
bentuk naskah melalui program dan aplikasi Microsoft Word.
Setelah tahap pengumpulan data dan seleksi berbagai konten modul
digital telah dilakukan, tahap lanjutan adalah desain penyajian modul. Peneliti
menggunakan konsep tampilan menggunakan publisher 2013. Publisher 2013
adalah sebuah program yang dirancang untuk mengakses mudah ke sejumlah
besar alat pengeditan misalnya, desain kartu, majalah, menu, poster dan
lainnya sesuai kebutuhan. Untuk mendesain tampilan modul digital, peneliti
menggunakan program aplikasi Canva dan Coreldraw X7, perekaman suara
menggunakan aplikasi Audacity, pembuatan video menggunakan Kine Master
dan tahap terakhir adalah pengeditan, penulis menggunakan aplikasi Filmora.
Setelah tampilan kertas dirancang, peneliti memasukkan konten ke dalam
latar kertas modul digital. Konten materi pembelajaran disusun sedemikian
rupa agar mampu menarik minat baca siswa dan memudahkan siswa
memahami materi modul. Peneliti juga memberikan ilustrasi, gambar, video
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
dan audio yang disesuaikan dengan materi tiap bab. Peneliti menggunakan
aplikasi Audacity untuk merekam audio kemudian dilanjutkan dengan tahap
pengeditan dengan menggunakan aplikasi Filmora untuk memadukan efek
suara belakang audio (backsound).
Modul digital yang dirancang oleh peneliti memiliki tiga bagian. Bagian
pertama berupa penyajian sampul luar, kata pengantar, daftar isi, rasional
produk, petunjuk penggunaan modul. Bagian sampul luar terdiri dari jenis
bahan ajar berupa modul digital pembelajaran, judul modul, nama penulis,
dan sasaran modul jenis bahan ajar yaitu modul digital pembelajaran; judul
modul yaitu Ayo menulis Cerita Fantasi, penulis ialah Maria Emerensiana
Anin; dan sasaran modul digital adalah untuk Siswa SMP. Bagian pengantar
menjelaskan secara keseluruhan isi modul, langkah-langkah pembelajaran,
dan tujuan akhir mempelajari materi dalam modul digital tersebut.
Bagian kedua dalam modul digital adalah Isi/materi pembelajaran.
Bagian isi terdiri dari tiga bab. Bab pertama berisi hakikat menulis cerita
fantasi dan hal-hal penting yang perlu dipahami siswa dalam menulis cerita
fantasi. Bab kedua berisi struktur teks fantasi, unsur kebahasaan teks fantasi.
Setelah penjabaran materi, terdapat bagian latihan, rangkuman, uji
kompetensi dan refleksi yang harus dikerjakan oleh siswa dengan tujuan
mengukur ketercapaian dari pembelajaran yang telah berakhir. Bab ketiga dari
bagian isi terdiri dari latihan agar siswa makin terampil dalam menulis cerita
fantasi dengan berbagai kreasi yang dirancang oleh peneliti agar membantu
siswa antusias dan bersemangat mempelajari modul digital.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Bagian terakhir dari modul digital “Ayo Menulis Cerita fantasi” terdiri
dari kunci jawaban, daftar pustaka, dan glosarium. Kunci jawaban berguna
untuk mencocokkan jawaban siswa setelah mengerjakan uji formatif. Manfaat
lain dari kunci jawaban adalah mengukur tingkat kemampuan siswa dalam
penguasaan materi yang terdapat dlaam modul digital. Daftar pustaka
disajikan untuk mengetahui sumber rujukan dalam penyusunan modul ini.
Selain itu, daftar pustaka dapat memudahkan siswa untuk mencari referensi
yang berkaitan dengan pembelajaran menulis cerita fantasi. Glosarium
merupakan kamus kecil yang berisi kata-kata operasional atau kata-kata sulit
yang mungkin belum diketahui siswa sebelumnya.
Pemilihan aplikasi digital juga dilakukan oleh peneliti yaitu program
aplikasi PDF Profesional (flipbook). Flipbook adalah jenis perangkat lunak
profesional halaman flip untuk mengkonversi file pdf ke halaman secara
bolak-balik ke dalam publikasi digital.
Pemilihan kualitas cetakan modul juga menjadi perhatian peneliti setelah
selesai menyajikan modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi secara
soft copy. Peneliti memilih mencetak bagian isi modul dengan kertas B5 (176
cm x 250 cm) sesuai standar ISO Kemendikbud dengan berat satuan kertas 80
gram. Bagian sampul dicetak menggunakan kertas B5 ivory 260 gram dan
dilaminasi doff/glossy.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
4.1.3 Uji Validasi
Setelah produk modul digital pemvelajaran dicetak, peneliti melakukan
langkah uji validasi. Uji validasi pada produk ini dilakukan menggunakan
lembar anket/kuesioner yang memuat aspek-aspek penilaian yaitu aspek
isi/materi, penyajian, bahasa dan kegrafikan. Berikut disajikan data hasil
validasi oleh dosen ahli, dosen pengampu mata kulian Bahasa Indonesia, dan
uji coba terbatas pada siswa peserta mata pelajaran bahasa Indonesia.
4.1.3.1 Hasil Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli
Validasi produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi
berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” oleh dosen ahli dilakukan oleh Dr.
Yuliana Setyaningsih, M.Pd. Data hasil validasi oleh dosen ahli meliputi
aspek kelayakan isi/materi, kegrafikan, kelayakan penyajian, dan kelayakan
media.validasi dari dosen ahli dilakukan satu lai dengan memberikan
penilaian di setiap aspek. Berikut ini disajikan hasil validasi dalam tiap aspek.
1. Aspek Kelayakan Isi/Materi
Tabel berikut ini menguraikan hasil validasi dosen ahli terhadap aspek
kelayakan isi/materi modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi yang
disusun oleh peneliti. Penilaian kelayakan isi/materi terdiri atas tiga belas
pernyataan yang disajikan berikut ini.
Tabel 4.6 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Isi/Materi
No. Kode Indikator Penilaian Skor Penilaian
1. 1.
Capaian pembelajaran dan indikator
pencapaian materi tercantum di setiap
bab.
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
2. 2
Materi pembelajaran dalam modul
sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
3
3. 3
Penyajian konsep dan definisi, prinsip,
prosedur, contoh, dan pelatihan dalam
modul sesuai dengan kebutuhan materi
pokok yang mendukung tercapainya
kemampuan menulis cerita fantasi
siswa.
3
4. 4 Materi yang konsep diperkuat dengan
contoh maupun ilustrasi yang jelas. 3
5. 5
Soal-soal yang disajikan disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran sehingga
siswa dapat menguasai materi menulis
cerita fantasi dengan baik.
3
1. 6
Langkah-langkah menulis cerita fantasi
sudah terlihat dalam modul digital. 4
7. 7
Materi yang disajikan dalam modul
menarik sehingga dapat menumbuhkan
minat siswa untuk mengkaji atau
mempelajari materi menulis cerita
fantasi.
3
8. 8
Materi yang terdapat dalam modul
dapat membuat siswa mengenali
gagasan/ide, mengidentifikasi dan
menjelaskan gagasan, mengonstruksi
pengetahuan baru, dan menerapkan
pengetahuan tentang menulis cerita
fantasi.
3
9. 9
Secara langsung maupun tidak langsung
siswa diarahkan untuk mampu menulis
cerita fantasi bernilai kearifan.
3
10. 10
Materi yang disajikan dapat
menumbuhkan kreativitas siswa dalam
hal pemecahan masalah dan berpikir
kreatif dan kritis.
3
11. 11
Materi yang disajikan mengacu pada
teori-teori yang relevan dan dirumuskan
secara tepat, sehingga dapat mendukung
tercapainya standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
12. 12
Latihan-latihan sudah mengacu pada
latihan menulis cerita fantasi bermuatan
nilai kearifan.
3
13. 13
Materi nilai-nilai kearifan berupa
dongeng sebagai referensi disajikan
secara tepat.
4
Jumlah 42
Skor Rata-rata 3,23
Persentase 64,6%
Kategori Cukup Baik
Berdasarkan data di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil validasi
pada aspek kelayakan isi/materi pada modul digital pembelajaran menulis
cerita fantasi memperoleh skor rata-rata 3,23 dengan kategori “Cukup Baik”.
Aspek isi/materi modul digital pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti
secara keseluruhan sudah cukup baik, akan tetapi masih terdapat kesalahan
ejaan, tanda baca, unsur bahasa yang belum paralel, validator memberikan
saran agar langkah-langkah/prosedur yang membantu siswa dalam menulis
cerita fantasi harus ditambahkan karena belum tampak.
2. Penilaian Kelayakan Penyajian
Tabel berikut memaparkan hasil validasi aspek kelayakan penyajian
modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan
niali-nilai kearifan dalam cerita rakyat Nusantara oleh dosen ahli. Aspek
kelayakan penyajian terdiri atas 5 pernyataan yang diperinci dalam tabel
berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
No. Kode Indikator Penilaian Skor
Penilaian
1. 15
Setiap bab memuat pembangkit motivasi
dalam menulis cerita fantasi (berupa
gambar, ilustrasi, atau susunan kalimat),
pendahuluan, dan isi.
3
2. 16
Penyajian dalam modul bersifat interaktif
dan partisipatif sehingga memotivasi
siswa untuk belajar aktif dan mandiri.
2
3. 17
Penyajian materi dalam modul sesuai
dengan alur berpikir deduktif sehingga
siswa dapat mengikutinya dengan baik.
4
4. 18
Pada bagian pendahuluan modul disajikan
secara lengkap, seperti kata pengantar,
petunjuk penggunaan, dan daftar isi
dan/atau daftar tabel dan bagan.
3
5. 19
Pada bagian isi, penyajian materi dalam
modul dilengkapi dengan
gambar,ilustrasi, tabel, rujukan/sumber
acuan, soal latihan, dan rangkuman.
3
6. 20 Pada bagian penutup dalam modul
terdapat daftar pustaka. 3
7. 21
Penyajian materi dapat merangsang siswa
berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam
mendalami isu-isu dan permasalahan
yang diangkat dalam penulisan cerita
fantasi.
3
Jumlah 21
Skor Rata-rata 3,00
Persentase 60%
Kategori Cukup
Baik
Tabel 4.7 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan
Penyajian
Berdasarkan data di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil validasi
pada aspek kelayakan penyajian pada modul digital pembelajaran menulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
cerita fantasi memperoleh skor rata-rata 3,00 dengan kategori “Cukup Baik”.
Aspek kelayakan penyajian modul digital pembelajaran yang dikembangkan
oleh peneliti secara keseluruhan sudah cukup baik, akan tetapi masih terdapat
saran dari validator untuk merevisi sebagai langkah penyempurnaan antara
lain: peneliti harus mencantumkan sumber gambar/animasi, penulisan daftar
pustaka dan glosarium harus direvisi karena belum sesuai kaidah penulisan
karya ilmiah.
3. Penilaian Kelayakan Bahasa
Tabel berikut memaparkan hasil validasi oleh dosen ahli aspek kelayakan
bahasa pada modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi. Data hasil
validasi dosen ahli diuraikan di bawah ini:
Tabel 4.8 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Bahasa
No. Kode Indikator Penilaian Skor
Penilaian
1. 24
Kata dan kalimat yang digunakan
sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI).
3
2. 25
Penyampaian pesan antara satu bab dan
bab lain yang berdekatan dan
antarsubbab dalam bab mencerminkan
hubungan yang logis.
3
Jumlah 6
Skor Rata-rata 3,00
Presentasi 20 %
Kategori Rendah
Berdasarkan data di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil validasi pada
aspek kelayakan bahasa pada modul digital pembelajaran menulis cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
fantasi memperoleh skor rata-rata 3,0 dengan kategori “Rendah”. Aspek
kelayakan bahasa pada modul digital pembelajaran yang dikembangkan oleh
peneliti secara keseluruhan tergolong rendah. Saran dari validator untuk
merevisi sebagai langkah penyempurnaan antara lain: peneliti harus
memperhatikan cara penggunaan bahasa agar ilmiah, paralel. Modul digital
pembelajaran harus direvisi karena bahasa belum sesuai kaidah penulisan
karya ilmiah.
4. Penilaian Kelayakan Kegrafikan
Tabel berikut memaparkan hasil validasi oleh dosen ahli aspek kelayakan
kegrafikan pada modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi. Data hasil
validasi dosen ahli diuraikan di bawah ini:
No. Kode Indikator Penilaian Skor
Penilaian
1. 24
Ukuran modul sesuai dengan
standar ISO, yaitu B5 (176cm x
250 cm).
3
3. 25
Penampilan unsur tata letak pada
kulit muka, belakang, dan
punggung secara harmonis dan
konsisten.
3
4. 26
Huruf, ukuran huruf, dan warna
judul yang digunakan menarik,
proporsional, dan mudah dibaca.
4
5. 27
Modul tidak menggunakan terlalu
banyak kombinasi jenis huruf dan
mudah dibaca.
4
6. 28
Bidang cetak, marjin, dan spasi
antarteks dan ilustrasi dalam
bagian isi modul digital sudah
proporsional.
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
7. 29
Penempatan judul, subjudul,
ilustrasi, keterangan gambar, dan
hiasan tidak mengganggu
pemahaman terkait materi modul
digital.
4
8. 30 Bagian isi mudah dibaca dan
dipahami oleh pembaca. 4
9. 31
Bagian ilustrasi isi dapat
memperjelas dan mempermudah
pemahaman, serta menarik.
4
10. 32
Judul bab, subjudul bab, dan angka
halaman, serta ilustrasi dan
keterangan gambar sudah lengkap
dan proporsional.
3
11. 33
Penempatan judul, subjudul,
ilustrasi, keterangan gambar, dan
hiasan tidak mengganggu
pemahaman terkait materi modul
digital.
4
Jumlah 36
Skor Rata-rata 3,6
Persentase 72%
Kategori Cukup Baik
Tabel 4.9 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan kegrafikan
Berdasarkan data di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil validasi
pada aspek kegrafikan bahasa pada modul digital pembelajaran menulis cerita
fantasi memperoleh skor rata-rata 3, 6 dengan kategori “Cukup Baik”. Aspek
kelayakan kegrafikan pada modul digital pembelajaran yang dikembangkan
oleh peneliti secara keseluruhan tergolong sudah cukup baik. Saran dari
validator untuk merevisi sebagai langkah penyempurnaan antara lain: peneliti
harus memperhatikan tata letak, jarak, dan peneliti harus mencantumkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
sumber dari gamabr/animasi yang digunakan dalam modul. Modul digital
pembelajaran harus direvisi agar simetris dan proporsional.
5. Aspek kelayakan Media Pembelajaran
Tabel berikut memaparkan hasil validasi oleh dosen ahli aspek kelayakan
media pada modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi. Data hasil
validasi dosen ahli diuraikan di bawah ini:
No. Kode Indikator Penilaian Skor Penilaian
1 34 Media pembelajaran dapat diinstal
dengan mudah. 4
2 35 Petunjuk (navigasi) media pembelajaran
dapat dikontrol dengan mudah. 4
3 36 Slide buku dapat dikontrol dengan
mudah 4
4. 37 Audio dan video dapat dikontrol dengan
mudah. 4
5 38 Kualitas tampilan layar menarik. 4
6 39 Kualitas gambar jelas. 4
7 40 Kualitas audio dan video jelas. 4
Jumlah 28
Skor Rata-rata 4
Persentase 80%
Kategori BAIK
Tabel 4.10 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Aspek Kelayakan Media
Pembelajaran
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil validasi
dosen ahli pada aspek media memperoleh skor rata-rata 4,00 dengan kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
“BAIK”. Dari hasil validator dalam aspek media, dapat disimpulkan bahwa
secara umum media pembelajaran sudah tergolong baik.
Berdasarkan uraian hasil validasi dosen ahli berdasarkan
masing-masing aspek, peneliti memeroleh data skor rata-rata yang disajikan
dalam tabel di bawah ini:
No. Aspek penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 3,23
Cukup Baik
2 Kelayakan Penyajian 3.00
Cukup Baik
3 Kelayakan Bahasa
Rendah
4 Kelayakan Kegrafikan 3,6 Cukup Baik
5
Kelayakan Media
Pembelajaran 4
Baik
Jumlah 16,55
Rata-Rata 3,31 Cukup Baik
Persentase 66,2%
Tabel 4.11 Data skor Rata-rata Dosen Ahli pada Seluruh Aspek
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil validasi modul
digital pembelajaran menulis cerita fantasi untuk siswa SMP Kelas VII dengan
memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita rakyat Nusantara oleh dosen ahli
mendapatkan skor rata-rata 3,31 dengan kategori “Cukup Baik”. Revisi yang
dilakukan berdasarkan saran perbaikan dari dosen, yaitu 1) prosedur yang
membantu siswa agar dapat menulis cerita fantasi belum nampak, 2) kekhasan
dari modul ini belum nampak, 3) penggunaan kata dan kalimat harus paralel,
agar sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), 4)
perhatikan sistematika penulisan kata dan kalimat yang benar, (5) penulisan
daftar pustaka diperbaiki, 6) metode yang digunakan harus sesuai dengan
kurikulum 2013, (7) pertanyaan harus dikemas secara bagus agar menarik, (8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
sumber beberapa gambar harus dicantumkan, (9) jarak/spasi penulisan daftar
pustaka dan glosarium tidak konsisten.
4.1.4 Revisi Produk Tahap 1
Penulis mencatat semua saran dan komentar dosen ahli dari hasil validasi
modul digital kemudian ditindaklanjuti dengan revisi modul digital
pembelajaran yang berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi”. Penulis melakukan
revisi modul digital yang dijabarkan secara terperinci sebagai berikut.
1. Revisi Aspek Kelayakan Isi/Materi
Validator memberi catatan bahwa aspek isi/materi pada modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan
dalam cerita rakyat Nusantara secara keseluruhan sudah cukup baik. Akan
tetapi, ada beberapa catatan yang harus dicermati kembali dan diperbaiki.
Komentar dan saran validator terhadap isi/materi dalam modul. Beberapa hal
yang direvisi peneliti dalam aspek isi dapat dijabarkan sebagai berikut.
Pertama, pada bagian awal materi dalam modul digital, pertanyaan kurang
mendalam dan kurang memacu siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Peneliti
harus meramu pertanyaan pengantar kepada siswa agar memacu siswa
bersemangat dalam mempelajari materi demi tercapainya tujuan pembelajaran
yang diinginkan. Kedua, belum terdapat contoh dari hasil latihan tentang cerita
fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara.
Ketiga, siswa kurang dituntun, maka peneliti harus memberi contoh yang
disertai analisis. Keempat, soal pilihan berganda kurang relevan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
digunakan dalam modul digital pembelajaran maka peneliti harus merancang
contoh lain sebagai latihan yang membantu siswa dalam menulis cerita fantasi
dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara.
2. Revisi Kelayakan Penyajian
Pada aspek penilaian kelayakan penyajian modul digital pembelajaran
menulis cerita fantasi dengan memadukan nilia-nilai kearifan lokal dalam
cerita rakyat Nusantara, validator menilai bahwa secara keseluruhan sudah
cukup baik. Akan tetapi beberapa bagian harus diperhatikan oleh peneliti.
Pertama, pada awal bab kata dan kalimat kurang memotivasi siswa, maka
peneliti harus mengubah dan memilih kata-kata yang membantu siswa untuk
antusias mempelajari modul digital pembelajaran menulsi cerita fantasi dengan
memadukan nilai-nilai kearifan lokal dalam cerita rakyat Nusantara. Kedua,
pada bagian Legenda Dewi Bulan, Batu menangis tidak interaktif, maka
peneliti harus menambahkan kata dan kalimat serta kegiatan yang memacu
semangat siswa untuk mempelajari modul digital pembelajaran. Ketiga,
penggunaan spasi dalam modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi
tidak konsisten.
3. Revisi Kelayakan Bahasa
Pada aspek penilaian kelayakan bahasa pada modul digital pembelajaran
menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal dalam
cerita rakyat Nusantara secara umum sudah cukup baik. Validator memberikan
beberapa catatan yang harus diperhatikan oleh peneliti. Pertama, dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
penggunaan bahasa yaitu, peneliti harus memperhatikan penggunaan ejaan
sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonsia. Kedua, peneliti harus
memperhatikan penulisan secara tepat.
4. Aspek Kelayakan Kegrafikan
Pada aspek penilaian kelayakan kegrafikan pada modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan
lokal cerita rakyat Nusantara secara umum sudah cukup baik. Validator
memberikan beberapa catatan yang harus diperhatikan oleh peneliti. Peneliti
harus lebih cermat dalam mendesain letak gambar, penempatan judul,
subjudul, margin, spasi antar teks harus proporsional.
5. Aspek Kelayakan Media Pembelajaran
Pada aspek penilaian kelayakan media pembelajaran pada modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan
lokal cerita rakyat Nusantara secara umum sudah cukup baik. Validator
memberi catatan agar peneliti harus memperhatikan hal-hal teknis media agar
ketika digunakan tidak mengalami kerusakan atau hal lain yang menyebabkan
ketidakefektifan bagi siswa-siswi maupun pengguna modul digital
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
4.1.5 Data Hasil Uji Coba Produk
Tahap lanjutan dari penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh
peneliti adalah mengadakan uji coba modul digital pembelajaran yang berjudul
“Ayo Menulis Cerita Fantasi” terhadap siswa-siswi SMP Kebon Dalem Kelas
VII. Berikut penjabaran hasil uji coba terhadap produk modul digital
pembelajaran yang dilakukan pada tanggal 13 Juni 2019.
4.1.5.1 Deskripsi Uji Coba Produk
Uji coba produk modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan
memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara dilakukan dalam
dua rangkaian uji coba yaitu, pembelajaran mandiri menggunakan modul
digital dan pengisian kuesioner penilaian kelayakan modul digital yang
dikembangkan oleh peneliti. Uji coba produk dilakukan dalam satu kali
pertemuan pada Kamis, 13 Juni 2019 di SMP Kebon Dalem Semarang. Ketika
pembelajaran di kelas VII A, peneliti memulai kegiatan dengan berdoa sejenak,
kemudian peneliti menjelaskan gambaran umum dan langkah-langkah yang
akan dikerjakan siswa-siswi. Peneliti membagikan modul dalam bentuk
Flippbook yang dipindahkan ke laptop masing-masing siswa. Para siswa
belajar menggunakan dan mengoperasikan modul digital secara mandiri.
peneliti hadir dan mengamati secara keseluruhan dinamika seluruh siswa dan
peneliti lebih bertindak sebagai fasilitator.
Para siswa yang telah mengamati materi secara umum, diminta
mengerjakan salah satu latihan menulis cerita fantasi dengan memadukan
nilai-nilai kearifan lokal sebagai sumber inspirasi yang terdapat dalam modul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Para siswa cukup antusias mengerjakan latihan yang diminta oleh peneliti.
Setelah para siswa menyelesaikan latihan menulis, para siswa melanjutkan
dnegan pengisian kuesioner penilaian kelayakan modul digital pembelajaran
menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita
rakyat Nusantara yang telah disediakan peneliti dalam lembaran kertas. Lima
aspek yang dinilai oleh para siswa antara lain, aspek isi/materi. Aspek
penyajian, aspek bahasa, aspek kegrafikan, dan aspek media pembelajaran.
4.1.5.2 Deskripsi Hasil Validasi Siswa
Kuesioner validasi kelayakan modul digital yang diberikan kepada 20
siswa berjumlah 25 butir indikator penilaian, kolom komentar umum, dan saran
perbaikan, serta kesimpulan kelayakan modul digital pembelajaran menulis
cerita fantasi. Berikut hasil validasi siswa yang menjadi responden penilaian
kelayakan modul.
1. Aspek Kelayakan Isi/materi
Peneliti akan memaparkan hasil validasi siswa terhadap modul digital
pembelajaran pada aspek isi/materi modul digital pembelajaran menulis cerita
fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara.
Butir penilaian kelayakan isi/materi terdiri atas 7 butir indikator penilaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Berikut ini dipaparkan rata-rata hasil validasi siswa kelas VII.
Tabel 4.12 Data Hasil Siswa pada Aspek Kelayakan Isi/Materi
No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-rata
(n=20)
1. 1 Penyajian dalam modul ini sudah urut 4,75
2. 2 Tujuan pembelajaran dalam modul ini
sudah jelas 4,55
3. 3 Langkah-langkah dalam modul ini mudah
saya ikuti 4,50
4.
4 Teori dan contoh memberi semangat untuk
mencoba dan berlatih 4,35
5. 5 Saya tertantang untuk mengerjakan
tugas-tugas dalam modul digital sampai
tuntas 2,7
6. 6 Informasi yang disajikan dalam modul
digital ini sudah lengkap 4,5
7. 7 Modul digital ini bersifat interaktif 4,25
Jumlah 29, 6
Skor Rata-rata 4,14
Persentase 84 %
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan pemaparan di atas, hasil uji coba terbatas pada 20 responden,
peneliti menyimpulkan bahwa aspek kalayakan isi/materi dalam modul digital
pembelajaran berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” mendapatkan skor
rata-rata 4,14 dengan kategori “Sangat Baik”.
2. Aspek Kelayakan Kebahasaan
Peneliti akan memaparkan hasil validasi siswa terhadap modul digital
pembelajaran pada aspek kelayakan kebahasaan modul digital pembelajaran
menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
rakyat Nusantara. Butir penilaian kelayakan kebahasaan terdiri atas 4 butir
indikator penilaian. Berikut ini dipaparkan rata-rata hasil validasi siswa kelas
VII.
No. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-rata
(n=20)
1. 8 Tulisan dalam modul digital ini terbaca
dengan jelas 4,45
2. 9 Bahasa yang digunakan dalam modul
digital ini mudah dipahami 4,4
10. 10 Materi yang disajikan mudah dipahami 4,45
11. 11 Petunjuk penggunaan modul digital
sudah jelas 4,45
Jumlah 17,75
Skor Rata-rata 4,43
Persentase 88,6 %
Kategori Sangat Baik
Tabel 4.13Data Hasil Validasi siswa pada Aspek Kelayakan Kebahasaan
Berdasarkan pemaparan di atas, hasil uji coba terbatas pada 20 responden,
peneliti menyimpulkan bahwa aspek kelayakan kebahasaan dalam modul
digital pembelajaran berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” mendapatkan skor
rata-rata 4,43 dengan kategori “Sangat Baik”.
3. Aspek Kelayakan Kegrafikan
Peneliti akan memaparkan hasil validasi siswa terhadap modul digital
pembelajaran pada aspek kelayakan kegrafikan modul digital pembelajaran
menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita
rakyat Nusantara. Butir penilaian kelayakan kegrafikan terdiri atas 7 butir
indikator penilaian. Berikut ini dipaparkan rata-rata hasil validasi siswa kelas
VII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
NO. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-rata
(n=20)
1. 12 Ukuran huruf dalam modul ini tepat dan
jelas 3,95
2. 13 Jenis huruf yang digunakan dalam modul
digital ini sudah tepat 4,4
3. 14 Letak gambar dan ilustrasi sesuai dengan
materi 4,4
4.
15 Ukuran huruf sesuai dan mudah dibaca 4
5. 16 Gambar yang disajikan dalam modul
digital ini jelas 4,55
6. 17 Desain tampilan modul digital ini menarik 4,6
7. 18 Lay out modul digital ini sudah tepat 4,65
Jumlah 30,55
Skor Rata-rata 4,36
Persentase 87,28 %
Kategori Sangat Baik
Tabel 4.14 Data Hasil Validasi siswa pada Aspek Kelayakan Kegrafikan
Berdasarkan pemaparan di atas, hasil uji coba terbatas pada 20 responden,
peneliti menyimpulkan bahwa aspek kelayakan kegrafikan dalam modul digital
pembelajaran berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” mendapatkan skor
rata-rata 4,36 dengan kategori “Sangat Baik”.
4. Aspek Manfaat Media
Peneliti akan memaparkan hasil validasi siswa terhadap modul digital
pembelajaran pada aspek kelayakan manfaat media modul digital pembelajaran
menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita
rakyat Nusantara. Butir penilaian kelayakan media terdiri atas 7 butir indikator
penilaian. Berikut ini dipaparkan rata-rata hasil validasi siswa kelas VII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
NO. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-rata
(n=20)
1. 19 Saya sangat tertarik belajar menggunalan
modul digital ini 3,95
2. 20 Modul digital ini memudahkan saya dalam
belajar 4,4
3. 21 Saya bisa belajar mandiri dengan
menggunakan modul digital ini 4,4
4.
22 Saya belajar lebih efektif dan efisien ketika
menggunkan modul ini 4
5. 23 Modul digital ini memicu semangat saya
untuk belajar 4,55
6. 24 Saya memahami tentang menulis cerita
fantasi dengan perpaduan nilai kearifan
dalam cerita rakyat dalam modul digital ini 4,6
7. 25 Saya dapat memahami pelajaran menulis
cerita fantasi/imajinasi dengan
menggunakan modul ini 4,65
Jumlah 30,55
Skor Rata-rata 4,36
Persentase 87,28 %
Kategori Sangat Baik
Tabel 4.15 Data Hasil siswa pada Aspek Kelayakan Media
Berdasarkan pemaparan di atas, hasil uji coba terbatas pada 20 responden,
peneliti menyimpulkan bahwa aspek manfaat media dalam modul digital
pembelajaran berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” mendapatkan skor
rata-rata 4,36 dengan kategori “Sangat Baik”.
5. Aspek Kelayakan Penyajian
Peneliti akan memaparkan hasil validasi siswa terhadap modul digital
pembelajaran pada aspek kelayakan penyajian modul digital pembelajaran
menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita
rakyat Nusantara. Butir penilaian kelayakan penyajian terdiri atas 7 butir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
indikator penilaian. Berikut ini dipaparkan rata-rata hasil validasi siswa kelas
VII.
NO. Kode Indikator Penilaian Skor Rata-rata
(n=20)
1. 19 Ukuran huruf dalam modul ini tepat dan
jelas 3,95
2. 20 Jenis huruf yang digunakan dalam modul
digital ini sudah tepat 4,4
3. 21 Letak gambar dan ilustrasi sesuai dengan
materi 5
4.
22 Ukuran huruf sesuai dan mudah dibaca 3,55
5. 23 Gambar yang disajikan dalam modul
digital ini jelas 4,55
6. 24 Desain tampilan modul digital ini menarik 4.6
7. 25 Lay out modul digital ini sudah tepat 4.65
Jumlah 30.7
Skor Rata-rata 4,38
Persentase 87,71 %
Kategori Sangat Baik
Tabel 4.16 Data Hasil Validasi siswa pada Aspek Kelayakan Penyajian
Berdasarkan pemaparan di atas, hasil uji coba terbatas pada 20 responden,
peneliti menyimpulkan bahwa aspek penyajian media dalam modul digital
pembelajaran berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” mendapatkan skor
rata-rata 4,38 dengan kategori “Sangat Baik”. Maka peneliti akan memaparkan
uraian hasil keseluruhan dari masing-masing aspek yang dinilai oleh siswa.
Berikut tabel rekapitulasi.
No. Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1. Aspek Kelayakan Isi/materi 4,14 Sangat Baik
2. Aspek Kelayakan Bahasa 4,43 Sangat Baik
3. Aspek Kelayakan Kegrafikan 4,36 Sangat Baik
4. Aspek Manfaat Media 4,38 Sangat Baik
5. Aspek Penyajian 4,38 Sangat Baik
Jumlah 21,69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Rata-rata 4,33 Sangat Baik
Persentase 87, 4
Tabel 4.17 Data Hasil rekapitulasi Validas Siswa Modul Digital
Pembelajaran
Terdapat komentar dan saran dari para siswa terhadap modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan
cerita rakyat Nusantara. Komentar yang diberikan terhadap modul yang
berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” antara lain; (1) modul digital sudah
bagus, mudah dipahami, menarik dan cocok untuk masa kini. (2) modul sudah
jelas, bagus, tulisannya jelas dan belajar menggunakan modul ini lebih efisien.
(3) modul ini perlu dikembangkan.
Selain itu para siswa juga memberikan saran kepada peneliti demi
perbaikan modul ini, yaitu; (1) Tulisan terlalu kecil dan perlu diperbesar, (2)
warna masih kurang menarik, jika bisa dibuat sama dengan warna sampul agar
menarik, (3) masih terdapat beberapa penulisan yang keliru. Komentar dan
saran dari para siswa terhadap pengembangan modul digital pembelajaran ini
merupakan kontribusi demi penyempurnaan produk agar dapat membantu para
siswa memahami materi menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai
kearifan lokal dalam cerita rakyat Nusantara. Sebagai simpulan uji coba produl
terhadap siswa-siswi SMP Kebon Dalem Semarang terdapat 18 siswa-siswi
menyatakan modul ini bagus untuk digunakan dalam pembelajaran menulis
ceirta fantasi, sedangkan 2 siswa lainnya menyatakan modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan
lokal cerita rakyat Nusantara cukup bagus digunakan dalam pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
4.1.6 Revisi Tahap II
Langkah-langkah validasi produk modul digital “Ayo Menulis Cerita
fantasi yang telah dilakukan oleh dosen ahli dan para siswa sebagai responden
digunakan peneliti sebagai pedoman perbaikan dan penyempurnaan produk.
Berikut ini peneliti akan memaparkan beberapa perbaikan dalam modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan
lokal cerita rakya Nusantara.
1. Revisi Aspek Kelayakan/Materi
Validator memberikan saran bahwa aspek isi.materi pada modul yang
telah dibuat oleh peneliti secara keseluruhan sudah cukup baik. Akan tetapi,
beberapa hal harus dicermati dalam bagian isi/materi dalam modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi. Berikut akan dipaparkan oleh peneliti.
Pertama, pada bagian awal materi, pertanyaan dari peneliti kurang
memotivasi rasa ingin tahu siswa. Validator menganjurkan agar peneliti
memilih kalimat yang memotivasi dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa
pada awal materi, dengan demikian siswa akan antusias mempelajari materi
yang terdapat dalam modul hingga tujuan pembelajaran tercapai.
Gambar bagian modul yang harus direvisi dapat di lihat di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Gambar 4.1: Gambar modul bagian isi (awal) sebelum direvisi.
Oleh karena itu, peneliti melakukan beberapa perubahan pada bagian awal
materi dalam modul digital agar siswa terpacu untuk mempelajari modul dan
mampu memahami isi materi dengan baik. Perubahan bagian awal isi materi
sesuai masukan dosen ahli dapat dilihat di bawah ini:
Gambar 4.2: Gambar modul bagian isi setelah direvisi
Kedua, pada bagian film singkat pengantar materi tidak terdapat aktivitas
untuk siswa. Validator memberi catatan penting agar peneliti memberikan
aktivitas sehingga video ini dapat berguna sebagai stimulus bagi siswa agar
antusias mempelajari modul dengan teliti dan bersemangat. Validator memberi
catatan bahwa peneliti harus memiliki tujuan jika melampirkan video dan audio
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
dalam kegitan pembelajaran. Gambar bagian modul yang harus direvisi dapat
dilihat di bawah ini:
Gambar 4.3: Gambar modul bagian isi sebelum direvisi
Peneliti kemudian melakukan beberapa perubahan yang bertujuan agar
video yang terlampir menjadi bahan belajar siswa.peneliti juga melampirkan
beberapa pertanyaan yang menjadi stimulus siswa untuk berpikir secara kritis
dan kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yaitu menulis cerita fantasi
dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara.
Perbaikan oleh peneliti dapat dilihat di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Gambar 4.4: Gambar modul bagian isi setelah direvisi
Ketiga, pada bagian ini validator memberi catatan agar bahan latihan
berupa teks dibedakan antara teks bacaan dan teks pertanyaan yang akan
dikerjakan oleh siswa. Validator juga memberi catatan bahwa perintah untuk
siswa diketik dengan huruf tebal.
Perbaikan oleh peneliti dapat dilihat di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
4.5: Gambar modul bagian isi sebelum direvisi
Berdasarkan catatan dari validator maka peneliti melakukan perbaikan
yang menunjang siswa belajar lebih efektif. Peneliti memasukan kotak yang
membingkai cerita fantasi. Selain itu peneliti juga melakukan pemisahan
antara teks dan pertanyaan unsur estetika sehingga rapi dari segi penyajian.
Perbaikan yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.6: Gambar modul bagian isi setelah direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Keempat, pada bagian keempat validator memberi masukkan dan catatan
perbaikan yaitu peneliti harus memberikan aktivitas dan latihan yang
dikerjakan oleh siswa-siswa setelah cerita rakyat. Gambar bagian modul yang
harus direvisi dapat dilihat di bawah ini:
Gambar 4.7: Gambar modul bagian isi sebelum direvisi
Berdasarkan catatan dari validator maka peneliti melakukan perbaikan
yang menunjang siswa belajar lebih efektif. Peneliti melampirkan
pertanyaan-pertanyaan dan aktivitas siswa setelah membaca cerita rakyat.
Peneliti juga menambah tulisan selamat mengerjakan agar siswa merasa
antusias untuk mengerjakan aktivitas demi tercapaianya tujuan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Revisi yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat di bawah ini
Gambar 4.8: Gambar modul bagian isi setelah direvisi
Keenam pada bagian keenam validator memberi masukkan dan catatan
perbaikan yaitu peneliti harus memberi aktivitas dan latihan yang dikerjakan
oleh siswa-siswa setelah cerita rakyat Batu Menangis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Gambar bagian modul yang harus direvisi dapat di lihat di bawah ini:
Gambar 4.9: Gambar modul bagian isi sebelum direvisi
Berdasarkan catatan dari validator maka peneliti melakukan perbaikan
yang menunjang siswa belajar lebih efektif. Peneliti melampirkan
pertanyaan-pertanyaan dan aktivitas siswa setelah membaca cerita rakyat.
Penulis juga menambah tulisan selamat mengerjakan agar siswa merasa
antusias untuk mengerjakan aktivitas demi tercapaianya tujuan pembelajaran.
Revisi yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat di bawah ini:
Gambar 4.10: Gambar modul bagian isi setelah direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Ketujuh pada bagian komentar umum dan saran, validator memberi
masukkan dan catatan perbaikan yaitu peneliti harus memberikan prosedur
penulisan cerita fantasi secara jelas agar para siswa dapat mengalami
kemudahan dalam mengembangkan tulisannya. Berdasarkan syarat dan
catatan penting dari validator, maka peneliti menambah prosedur yang cukup
jelas untuk dipelajari. Gambar bagian modul yang ditambah dapat di lihat di
bawah ini:
Gambar 4.11: Gambar modul bagian isi setelah direvisi
Kedelapan, pada bagian komentar umum dan saran penutup, validator
memberikan penegasan dan saran perbaikan yaitu, kekhasan dari modul belum
nampak. Berdasarkan catatan validator, peneliti merancang pembuatan video
rangkuman materi dan video contoh cerita rakyat yang diimplementasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
dalam cerita fantasi. Perbaikan dan perubahan tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 4.12: Gambar modul kekhasan dari modul digital pembelajaran
Kesembilan, pada bagian penulisan daftar pustaka validator memberi
catatan agar peneliti konsisten, cermat, dan teliti dalam pengaturan spasi.
Peneliti mempelajari kembali cara penulisan spasi sebuah karya ilmiah
sehingga dapat melakukan perbaikan atas kesalahan penulisan. Gambar
bagian modul yang harus direvisi dapat di lihat di bawah ini:
Gambar 4.13: Gambar modul bagian penutup sebelum direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Berdasarkan catatan dari validator peneliti melakukan perbaikan dalam
penulisan dan pengaturan daftar pustaka. Perbaikan tersebut dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Gambar 4.14: Gambar modul bagian penutup setelah direvisi
Kedelapan, pada bagian penulisan glosarium validator memberi catatan
agar peneliti konsisten, cermat, dan teliti dalam pengaturan spasi. Peneliti
mempelajari kembali cara penulisan spasi sebuah karya ilmiah sehingga dapat
melakukan perbaikan atas kesalahan penulisan. Gambar bagian modul yang
harus direvisi dapat dilihat di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Gambar 4.15: Gambar modul bagian isi setelah direvisi
Berdasarkan catatan dari validator peneliti melakukan perbaikan dalam
penulisan dan pengaturan glosarium tersebut dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Gambar 4.16: Gambar modul bagian penutup setelah direvisi
2. Revisi Aspek Penyajian
Pada bagian aspek penyajian, bagian yang harus diperbaiki bagian awal
bab kurang menarik dan kurang memotivasi. Validator menyarankan agar
seluruh ilustrasi, gambar, atau tabel yang diunduh sebagai referensi harus
dicantumkan sumbernya. Validator juga menyarankan agar tata letak harus
konsisten dan diatur lebih rapi agar materi pembelajaran mudah untuk dibaca.
Bagian yang perlu diperbaiki dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Gambar 4.17: Gambar modul bagian aspek penyajian sebelum direvisi
Berdasarkan saran dari validator peneliti memperbaiki modul yaitu
mencantumkan sumber gambar dengan tujuan menghindari plagiasi karya
orang lain. Revisi yang dilakukan peneliti dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 4.18: Gambar modul bagian aspek penyajian setelah direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
3. Revisi Aspek Kelayakan Bahasa
Pada aspek kelayakan bahasa pada modul digital pembelajaran menulis
cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita rakyat
Nusantara yang menjadi kajian dan produk skripsi, validator menilai bahwa
secara keseluruhan bahasa masih harus diperbaiki karena terdapat banyak
kesalahan.
Pertama, pada bagian daftar isi, validator menganjurkan agar peneliti
menentukan kata kerja operasional pada bagian 2 karena jika dibaca seperti di
bawah ini, siswa akan kesulitan memahami petunjuk dari modul tersebut.
Gambar sebelum revisi dapat dilihat di bawah ini:
Gambar 4.19: Gambar modul aspek kelayakan bahasa sebelum direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Pada gambar di atas terlihat bahwa kalimat tidak lengkap sehingga
validator menganjurkan agar peneliti menentukan kata kerja yang
operasional pada bagian daftar isi. Setelah mencermati kembali, peneliti
mencoba menemukan kata yang tepat dan mengubahnya menjadi seperti
yang terlihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.20: Gambar modul bagian kelayakan bahasa setelah direvisi
Kedua, pada bagian daftar isi, peneliti masih mendapat
masukkan dari validator bahwa pada bagian kegiatan 2 masih terdapat
kalimat yang tidak lengkap dan kurang jelas. Ketidakjelasan tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Gambar 4.21: Gambar modul bagian isi sebelum direvisi
Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan kalimat menjadi kalimat
yang lengkap dan dapat dipahami oleh siswa. Perbaikan tersebut dpaat dilihat
pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.22: Gambar modul bagian isi setelah direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
4. Revisi Aspek Kelayakan Kegrafikan
Pada aspek kelayakan kegrafikan modul digital pembelajaran menulis
cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat
Nusantara, validator menilai bahwa secara keseluruhan sudah baik.
5. Revisi Aspek Kelayakan Media
Pada aspek kelayakan media pada modul digital pembelajaran menelis
cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat
Nusantara, validator menilai bahwa secara keseluruhan sudah baik.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Bagian pembahasan hasil penelitian ini terdiri dari (1) deskripsi modul,
(2) deskripsi data hasil validasi, (3) hasil kelayakan modul digital
pembelajaran menulsi cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan
lokal cerita rakyat Nusantara. Di bawah ini akan dijabarkan secara rinci.
4.2.1 Deskripsi Modul
Modul pada hakikatnya adalah salah satu bahan ajar yang disusun demi
menunjang proses pembejaran dan tujuan akhirnya adalah membantu siswa
untuk memehami pelajaran, membangun pengetahuannya dan pada akhirnya
siswa dapat mengukur keberhasilannya memahami pelajaran; hal ini dpaat
dilakukan secara pribadi atau bantuan minim dari fasilitator. Menurut Anwar,
modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang
mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara
mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010). Isi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
modul terdapat: petunjuk belajar yang akan dicapai, isi materi pelajaran,
informasi pendukung, latihan-lathan, petunjuk kerja, evaluasi dan balikkan
terhadap evaluasi (Prastowo, 2011: 104).
Peneliti harus melalui proses dan tahapan penilaian dan validasi
kelayakan modukl oleh para pakar di bidangnya. Peneliti berpedoman pada
keputusan Direktorat Tenaga kependidikan (2008: 28) yang menjabarkan
bahwa penilaian kelayakan sebuah modul terdiri dari lima aspek, yaitu: (1)
aspek isi/materi, (2) aspek penyajian (3) aspek bahasa, (4) aspek kegrafikan,
dan (5) aspek media. Di bawah ini akan dijabarkan deskripsi modul digital
pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti dan telah melewati tahap
validasi berdasarkan lima aspek standar kelayakan modul.
Modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi ini disusun
berdasarkan tujuan pembejalaran yang akan dicapai oleh siswa yaitu mampu
menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita
rakyat Nusantara. Peneliti terlebih dahulu menyajikan pengetahuan
dasar/konsep dasar tentang menulis cerita fantasi. Modul ini terbagi menjadi
tiga bab antara lain: (1) bab 1 Berkenalan dengan Cerita Fantasi, (2) Makin
Akrab dengan Cerita fantasi, (3) Ayo Menulis Cerita Fantasi.
Bab 1 yang berjudul Berkenalan dengan Cerita Fantasi terdiri dari
terdiri dari tiga subbab yaitu: (1) unsur cerita fantasi, (2) ciri umum cerita
fantasi, (3) jenis cerita fantasi. Pembahasan materi pada bab 1
menitikberatkan pada pengenalan konsep menulis cerita fantasi. Pada bab 1
ini peneliti memaparkan materi disertai latihan-latihan yang bertujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
membantu siswa memahami konsep dasar cerita fantasi dan mulai mengukur
kemampuan memahami lewat latihan-latihan.
Gambar 4.23: Gambar modul bagian isi Bab 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Tujuan pemaparan konsep materi pada awal modul disesuaikan dengan
tujuan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa. Selain itu, dari hasil analisis
kebutuhan pada awal rancangan modul, siswa-siswi belum memahami dengan
tepat materi cerita fantasi beserta ciri, struktur cerita fantasi. Peneliti
menyajikan konsep dasar menuli cerita fantasi agar membantu para siswa
memahami dengan tepat materi menulis cerita fantasi sebelum berlatih pada
bab 3.
Bab II pada modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan
memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita rakyat Nusantara berjudul Makin
Akrab dengan Cerita Fantasi memaparkan 3 subbab antara lain: (1) struktur
teks fantasi, (2) unsur kebahasaan cerita fantasi, (3) langkah menyajikan
gagasan kreatif dalam cerita fantasi. Peneliti masih melanjutkan pemaparan
materi menulis cerita fantasi agar siswa makin memiliki bekal yang cukup
dan tepat untuk melangkah pada tahap selanjutnya yaitu menulis cerita fantasi
dengan memadukan nilai-nilai kearifan cerita fantasi. Berikut disajikan
gambar yang memperjelas penjelasan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Gambar 4.24: Gambar modul bagian isi Bab 2
Pada bab II peneliti masih menyajikan materi-materi yang makin
mengarahkan siswa untuk memahami secara lengkap materi cerita fantasi
yang disertai latihan-latihan yang membantu siswa makin membangun
pemahamannya secara mandiri dan terarah. Setiap materi dilengkap dengan
latihan-latihan dan pengenalan cerita rakyat Nusantara, dengan demikian
diharapkan siswa makin mengasah kemampuan menemukan nuilai-nilai
kearifan dalam cerita rakyat Nusantara dan mengembangkan nilai-nilai
tersebut menjadi sebuah cerita fantasi menarik yang mengandung nikai-nilai
kehidupan.
Latihan-latihan menulis cerita fantasi mulai kelihatan dalam modul
digital. Latihan -latihan ini terintegrasi nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat
Nusantara. Sebelum siswa mengerjakan latihan, siswa terlebih dahulu diberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
pilihan antara lain membaca teks dan menyimak audio cerita rakyat Nusantara,
setelah itu siswa diminta menemukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat
yang dijadikan sebagai sumber ide/inspirasi dalam mengembangkan
tulisannya. Berikut contoh latihan yang terdapat pada bab II modul digital.
Gambar 4.24a: Gambar modul bagian isi Bab 2
Pada bab III modul digital menulis cerita fantasi yang berjudul “Ayo
Menulis Cerita Fantasi” adalah inti dari rancangan modul yang dikembangkan
oleh peneliti. Bab III terdiri dari 6 subbab yang terdiri dari latihan-latihan
yang dikreasi oleh peneliti. Tujuan dari latihan-latihan ini agar siswa setelah
memahami konsep pada bab I dan II, siswa dapat menuangkan ide-ide kreatif
dalam bentuk tulisan. Berikut disajikan gambar yang dapat memperjelas
penjelasan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Gambar 4.25: Gambar modul bagian isi Bab 3
Modul digital yang dikembangkan oleh peneliti selain menyajikan materi
dan latihan, pada akhir setiap bab diberikan kolom refleksi. Tujuan dari
kolom refleksi adalah makin mempertajam pemahaman siswa selama proses
pembelajaran. Siswa diajak untuk menuliskan berbagai perasaan yang muncul,
kesulitan, dan nilai-nilai kearifan lokal yang dipelajari selama proses
pembelajaran. Selain itu, pada bab II peneliti juga menyajikan tes formatif
dan rubrik penilaian yang bertujuan agar siswa menilai tingkat pencapaian
pembelajaran.
Aspek penyajian dalam modul digital pembelajaran menulis cerita
fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita rakyat Nusantara
mencakup bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Bagian pendahuluan terdiri
dari halaman judul, kata pengantar, deskripsi modul, rasional produk,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
petunjuk penggunaan modul, pendahuluan, dan daftar isi. Tujuan petuntuk
penggunaan modul agar menjadi acuan bagi siswa dalam menggunakan
modul dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dipaparkan peneliti
pada awal modul pembelajaran juga terdapat paparan setiap bab, hal ini
menjadi gambaran bagi para siswa tentang materi dan tujuan dari
pembelajaran yang akan dilakukan.
Bagian isi dalam modul digital pembelajaran terdiri dari tiga bab, yaitu
(1) Ayo berkenalan dengan Cerita Fantasi, (2) Makin Akrab dengan Cerita
Fantasi, dan (3) Ayo Menulis Cerita fantasi. Setiap bab diawali dengan judul
bab, gambar/ilustrasi, tujuan pembelajaran, pengantar/stimulus bagi siswa,
materi pembelajaran, video, audio dan teks. Latihan, rangkuman,dan kolom
refleksi.
Bagian akhir modul terdapat daftar pustaka dan glosarium. Daftar
pustaka berisi sumber-sumber referensi yang digunakan peneliti saat
menyusun materi dalam modul digital pembelajaran. Daftar pustaka juga
dapat digunakan siswa sebagai referensi demi memperdalam pengetahuan
mereka, menguji kebenaran yang dipaparkan oleh peneliti. Pada bagian akhir
terdapat glosarium berisi istilah-istilah yang membantu siswa-siswi
mengetahui arti istilah yang digunakan dalaam modul digital.
Di dalam modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” juga
terdapat aspek kebahasaan yang bersifat komunikatif (dua arah). Modul yang
dirancang oleh peneliti demi pembelajaran mandiri siswa-siswi juga
menggunakan kata dan kalimat sederhana yang mudah dipahami oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
siswa-siswi. Atas masukkan dari validator, peneliti juga mempelajari dan
mengkritisi kalimat demi kalimat agar sesuai tingkatan kognitif siswa.
Selain itu, modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi”
menggunakan bahasa yang dirancang sesuai tingkatan kognititif siswa-siswi
SMP. Bentuk komunikasi dalam modul digital ini dapat dilihat juga dari
penggunaan “kamu” sebagai kata ganti. Penggunaan kata kamu dalam
modul digital ini digunakan sebagai pengganti guru/fasilitator saat mengajar
di kelas. Bentuk komunikasi dalam modul diharapkan memudahkan siswa
agar belajar mandiri, ketika pembelajaran terjadi tanpa guru, komunikasi dan
penggunaan Bahasa prosedural dapat membantu siswa
membangunpengetahuan, memahami materi dan pada akhirnya dapat
mengerjakan latihan-latihan demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Pada aspek kegrafikan dalam modul digital pembelajaran “Ayo Menulis
Cerita Fantasi” terdapat beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti antara
lain, pertama untuk desain kulit depan dan belakang modul digital peneliti
pada awalnya menggunakan Publisher 2017 dan Canva, tetapi hasil desain
peneliti belum maksimal sehingga peneliti kemudian mempelajari aplikasi
Coreldraw X7 dengan pendampingan ahli desain. Pada bagian isi modul
digital, peneliti menyusun isi modul menggunakan aplikasi microsoft Word
dan masih menggunakan Publisher 2017 dan Canva untuk desain desain
sederhana. Peneliti menggunakan tulisan jenis tulisan Berlin Sans FB pada
bagian judul dan subbab, sedangkan pada bagian isi modul, peneliti
menggunakan jenis huruf Times New Roman. Dua jenis huruf di atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
digunakan peneliti secara konsisten dalam penyusunan modul digital karena
jensi tulisan mudah dibaca dan tidak memengaruhi siswa dalam memahami
pelajaran.
Kedua, peneliti menggunakan beberapa ukuran huruf yang variatif antara
judul modul, judul bab judul subbab, materi dan latihan-latihan. Judul modul
berukuran 80. Ukuran judul modul disesuaikan dengan desain dan
gambar-gambar agar terlihat simetris dan proporsional. Judul setiap bab
dalam modul berukuran 36, sedangkan ukuran subbab adalah 16. Materi
pembelajaran berukuran 12 dengan jarak spasi 1,5 yang lazim digunakan
dalam tulisan, sehingga ukuran tersebut dapat dibaca siswa dengan mudah
dan tidak menyebabkan kelelahan pada penglihatan. Contoh dalam setiap
materi yang dipaparkan berukuran 12 dengan jarak spasi 1 sesuai aturan resmi
pengutipan yang benar.
Bagian isi modul digital pembelajaran tidak hanya menyajikan materi
saja, tetapi dilengkapi dengan gambar/ilustrasi dan contoh teks cerita rakyat
Nusantara. Tujuan penggunaan gambar/ilustrasi agar modul lebih bervariasi
dan tidak monoton oleh kata-kata karena hal ini dapat menjadi salah satu
faktor kebosanan siswa. Gambar dan ilustrasi dalam modul digital dirancang
secara proporsional sehingga tidak mengganggu pemahaman siswa tentang
materi yang dipelajari. Gambar dan ilustrasi disesuaikan dengan kebutuhan
dan tidak setiap halaman terdapat gambar/ilustrasi.
Modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” menggunakan
aplikasi Flipbook dalam penyajiannya. Aplikasi Flipbook merupakan salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
satu bentuk aplikasi yang menampilkan sebuah buku atau modul yang dapat
bolak-balik secara digital layaknya buku biasa. Alasan pemilihan aplikasi
Flipbook sebagai media penyajian modul “Ayo Menulis Cerita Fantasi”
didasari oleh beberapa alasan. Pertama, aplikasi Flipbook memudahkan siswa
dalam mempelajari modul digital secara offline tanpa berbayar. Kedua,
aplikasi Flipbook merupakan aplikasi yang mudah digunakan oleh siswa
dengan petunjuk-petunjuk yang mudah dipahami dan dapat digunakan kapan
saja. Ketiga, aplikasi Flipbook dapat menyajikan media video dan sudio yang
menambah nilai tambah pada modul digital atau lebih menarik dibaandingkan
dengan modul konvensional. Aplikasi Flipbook juga menampilkan audio dan
video dalam satu kesatuan dengan materi, hal ini mempermudah siswa dan
lebih praktis tanpa harus mencari-cari pada file lain.
Penggunaan audio dalam modul digital ini digunakan sebagai sarana
menyampaikan pesan materi pembelajaran melalui suara atau bunyi yang
direkam menggunakan alat perekam suara yaitu aplikasi Audacity kemudian
diperdengarkan kembali kepada para siswa. Tujuan yang ingin dicapai dari
audio adalah pemusatan perhatian para siswa, melatih daya analisis,
menentukan arti dan konteks, memilah informasi dan gagasan, merangkum
dan mengingat kembali informasi (Sudjana 1991:130)
Selain penggunaan audio, peneliti juga menggunakan video dalam modul
digital pembelajaran agar membantu para siswa mencapai tujuan
pembelajaran. Manfaat video dalam proses pembelajaran; membantu tenaga
pengajar/fasilitator mencapai efektifitas pembelajaran, merangsang minat para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
siswa untuk belajar mandiri, membantu para siswa untuk berkonsentrasi,
memenuhi tuntutan dan kemajuan zaman di dunia pendidikan.
Keempat, penggunaan aplikasi Flipbook, penerapan empat keterampilan
berbahasa pada setiap latihan pada modul digital pembelajaran dapat tercapai
bersamaan.
Modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” memiliki
beberapa keunggulan /daya tarik. Pertama, modul digital yang memadukan
nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara membantu siswa-siswi
mengenal dan menumbuhkan nilai-nilai kehidupan sehingga siswa-siswi tidak
hanya cerdas dan kreatif mengungkapkan daya imajinasi yang tanpa batas
tetapi mengenal dan memaknai nilai-nilai kearifan yang terdapat dalam cerita
rakyat Nusantara. Kedua, modul digital pembelajaran menerapkan empat
keterampilan dasar berbahasa saat menggunakan modul dalam pembelajaran.
Keempat keterampilan dasar berbahasa yaitu membaca, menyimak,
menulis dan berbicara dapat dicapai lewat penggunaan modul digital
pembelajaran ini. Ketiga, siswa dapat lebih mudah menemukan sumber ide
menulis cerita fantasi menggunakan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat
dalam cerita rakyat Nusantara yang disajikan dalam modul berupa teks cerita,
audio dan beberapa video singkat. Modul digital pembelajaran yang dirancang
dengan berbagai kreaifitas diharapkan membantu siswa makin memiliki daya
imajinasi dalam demi tujuan tercapainya pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
4.2.2 Deskripsi Data Hasil Validasi
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan dan membandingkan hasil
validasi dari dosen ahli dan hasil dan hasil uji coba penggunaan modul digital
pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi”. Penjelasan lebih rinci akan
dipaparkan di bawah ini:
4.2.2.1 Deskripsi Data Hasil Validasi Dosen
Validasi modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi”
dilakukan satu kali saja oleh dosen ahli. Lima aspek yang menjadi acuan
penilaian kelayakan dosen ahli terdiri atas: aspek kelayakan isi/materi, aspek
kelayakan penyajian, aspek kelayakan bahasa, aspek kelayakan kegrafkan,
dan aspek kelayakan media pembelajaran. Di bawah ini akan disajikan
diagram hasil validasi oleh dosen ahli terhadap modul digital pembelajaran
yang dikembangkan oleh peneliti.
Tabel 4.1: Tabel Hasil Validasi Dosen Ahli
4
3,21 3 3
3,6
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
Isi/Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan MediaPembelajaran
Skal
a P
enila
ian
Aspek Penilaian
Validasi Dosen Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Berdasarkan diagram di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek penilaian
yang memperoleh nilai rata-rata terendah terdapat dua aspek yaitu aspek
penyajian dan aspek bahasa dengan skor rata-rata 3,00, sedangkan aspek
penialian tertinggi terletak pada aspek media pembelajaran dengan skor
rata-rata 4,00. Masukkan-masukkan yang menjadi catatan validator demi
penyempurnaan modul digital pembelajaran selain yang disebutkan di atas,
terdapat pula komentar dan saran perbaikan terhadap modul yaitu (1) prosedur
yang membantu siswa agar dapat menulis cerita fantasi belum tampak, (2)
kekhasan dari modul digital pembelajaran belum tampak.
4.2.2.2 Deskripsi Data Hasil Validasi oleh Siswa
Modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” dengan
memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara diuji cobakan
kepada 20 siswa responden SMP Kebon Dalem Semarang pada 13 Juni 2019.
Aspek-aspek yang menjadi bahan penilaian siswa antara lain: aspek isi/materi,
aspek penyajian, aspek kebahasaan, aspek kegrafikan, dan aspek manfaat
media pembelajaran. Aspek-aspek yang dinilai oleh siswa menunjukkan
bahwa modul digital “Ayo Menulis Cerita Fantasi” dengan memadukan
nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara sangat bermanfaat bagi siswa.
Hai ini dapat dibuktikan dengan pemerolehan nilai dari hasil uji coba terbatas
dan mendapatkan kategori “Sangat Baik”. Berikut peneliti menyajikan hasil
uji coba modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi oleh siswa SMP
Kebon Dalem Semarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Tabel 4.2: Tabel Hasil Validasi Uji Coba pada Siswa
Berdasarkan data yang tersaji dalam diagram hasil uji coba modul digital
pembelajaran di atas, peneliti menyimpulkan bahwa empat aspek penilaian
kelayakan modul digital pembelajaran yaitu aspek isi/materi, aspek penyajian,
aspek bahasa, dan aspek kegrafikan memperoleh skor terbesar. Aspek bahasa
memperoleh skor rata-rata 4,43, aspek penyajian dan kegrafikan memperoleh
skor rata-rata 4,36, dan aspek isi/materi memperoleh skor rata-rata 4,22. Data
ini menujukkan bahwa siswa/responden tertarik menggunakan modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan
lokal cerita rakyat Nusantara yang dirancang dan dikembangkan oleh peneliti.
Selain keempat aspek yang mendapat skor tertinggi, terdapat aspek
penilain yang memperoleh skor terendah yaitu aspek media pembelajaran.
Aspek media pembelajaran memperoleh skor rata-rata 3,72. Faktor yang
menyebabkan rendahnya skor disebabkan siswa berpendapat bahwa
gambar-gambar dan warna masih kurang menarik dan ukuran huruf terlalu
4,22 4,36 4,43 4,36 3,72
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
Isi/Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan MediaPembelajaran
Skal
a P
enila
ian
Aspek Penilaian
Validasi Oleh Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
kecil. Faktor lain yang menyebabkan siswa menilai ukuran huruf terlalu kecil
karena beberapa siswa kurang memerhatikan cara penggunaan modul digital
yang dipaparkan peneliti pada awal uji coba yaitu bagaimana membesarkan
ukuran huruf yang terdapat di sebelah kanan atas modul digital pembelajaran.
Berdasarkan masukkan dari siswa sebagai responden, peneliti merevisi
kembali modul digital pembelajaran demi penyempurnaan dan dan
optimalnya modul ketika digunakan.
Berdasarkan hasil validasi siswa SMP Kebon Dalem terhadap modul
digital pembelajaran menulis cerita fantasi dapat disimpulkan bahwa modul
digital pembelajaran menulis cerita fantasi ini “Layak” digunakan sebagai
bahan ajar menulis cerita fantasi di kalangan siswa SMP. Berikut ini, peneliti
akan menyajikan perbandingan hasil validasi dosen ahli dan siswa terhadap
modul digital pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan oleh peneliti.
Tabel 4.3: Tabel Hasil Perbandingan Validasi Dosen Ahli dan Siswa
3,21 3 3 3,6
4 4,22 4,36 4,43 4,36 3,72
0
1
2
3
4
5
Isi/Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan Media
Skal
a P
enila
ian
Aspek Penilaian
Perbandingan Hasil Validasi Dosen Ahli dan Siswa
Validasi Dosen Validasi siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Berdasarkan diagram perbandingan hasil validasi oleh dosen ahli dan
mahasiswa yang terlampir di atas, dapat disimpulkan bahwa validasi modul
digital “Ayo Menulis Cerita Fantasi” memperoleh hasil yang berbeda. Aspek
penilaian yang memperoleh skor rata-rata rendah oleh dosen ahli yaitu aspek
bahasa dan penyajian dengan skor 3,00 sedangkan aspek penilaian yang
memperoleh skor rendah dari hasil validasi siswa adalah aspek media
pembelajaran dengan skor rata-rata 3,72.
Selain aspek yang memperoleh skor terendah, terdapat juga skor
tertinggi yaitu pada hasil validasi dosen adalah aspek media dengan skor 4,00.
Hal ini berbanding terbalik dengan hasil validasi siswa yang menilai media
pembelajaran memperoleh skor terendah. Hasil validasi dari siswa yang
menunjukkan skor tertinggi yaitu pada aspek bahasa dengan skor rata-rata
4,43. Hasil rata-rata validasi dari dosen ahli mendapatkan kategori “Cukup
Baik” untuk semua aspek sedangkan hasil validasi siswa dengan hasil
rata-rata mendapatkan kategori “Sangat Baik” untuk semua aspek penilaian
yang diberikan oleh peneliti.
4.2.3 Analisis Kelayakan Modul Digital
Modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” telah melalui
proses validasi oleh dosen ahli dan siswa dan uji coba terbatas pada siswa
SMP Kebon Dalem Semarang, maka langkah selanjutnya peneliti
menganalisis tingkat kelayakan. Aspek-aspek yang menjadi bahan analisis
dalam modul digital pembelajaran dengan memadukan nilai-nilai kearifan
lokal cerita rakyat Nusantara antara lain: aspek isi/materi, aspek penyajian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
aspek bahasa, aspek kegrafikan, dan dan aspek manfaat media pembelajaran.
Di bawah ini peneliti menguraikan analisis kelima aspek berdasarkan validasi
dosen ahli dan uji coba terbatas terhadap siswa.
Tabel 4.18: Tabel Hasil Analisis Kelima Aspek Penilaian dosen dan siswa
NO. Aspek Penilaian Skor
Rata-rata
Persentase Kategori
1 Kelayakan Isi/materi 3,71 74, 2 % Baik
2 Kelayakan Penyajian 3,68 73, 6 % Baik
3 Kelayakan Bahasa 3,71 74, 2 % Baik
4 Kelayakan
Kegrafikan
3,98 79,6 % Baik
5 Kelayakan Media 3,86 77,2 % Baik
Jumlah 18,94
Rata-rata 3,78 75,76 Baik
1. Aspek Isi/Materi
Aspek isi/materi dalam modul digital pembelajaran berjudul “Ayo
Menulis Cerita Fantasi” mendapatkan skor rata-rata dari dosen ahli sebesar
3,21 dengan kategori “Cukup Baik”, sedangkan dari hasil uji coba terhadap
20 siswa diperoleh skor 4,22 dengan kategori “Sangat Baik”. Berdasarkan
kedua nilai di atas, diperoleh skor rata-rata 3,71 dengan persentase 74, 6%
dengan kategori baik, dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa modul
digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita fantasi dengan memadukan
nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara pada aspek isi/materi
dinyatakan layak digunakan dalam pembelajaran tingkat SMP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
2. Aspek Penyajian
Aspek penilaian penyajian dalam modul digital pembelajaran berjudul
“Ayo Menulis Cerita Fantasi” memperoleh skor rata-rata dari dosen ahli 3,00
dengan kategori “Cukup Baik”, skor rata-rata yang diperoleh dari 20
responden siswa memperoleh skor rata-rata 4,36 dengan kategori “Sangat
Baik”. Akumulasi dari kedua nilai tersebut diperoleh skor rata-rata 3,68
dengan persentase 73,6 %. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa
modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi dengan memadukan
nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara pada aspek penyajian,
dinyatakan layak digunakan dalam pembelajaran.
3. Aspek Bahasa
Aspek bahasa merupakan salah satu aspek penilaian modul digital
pembelajaran berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” memperoleh skor
rata-rata dari dosen ahli sebesar 3,00 dengan kategori “Cukup Baik”,
sedangkan hasil uji coba terhadap 20 siswa memperoleh slor rata-rata 4,43
dengan kategori “Sangat Baik”. Akumulasi dari perolehan kedua nilai tersebut
3,71 dengan persentase 74,2 %. Dengan demikian peneliti menyimpulkan
bahwa modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” dengan
memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara pada aspek
bahasa dinyatakan layak digunakan dalam pembelajaran
4. Aspek Kegrafikan
Aspek kegrafikan dalam modul digital pembelajaran “Ayo Menulis
Cerita Fantasi” memperoleh memperoleh skor rata-rata dari dosen ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
sebesar 3,6 dengan kategori “Baik”, sedangkan hasil uji coba terhadap 20
siswa memperoleh slor rata-rata 4,36 dengan kategori “Sangat Baik”.
Akumulasi dari perolehan kedua nilai tersebut 3,98 dengan persentase 79,6 %.
Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa modul digital pembelajaran
“Ayo Menulis Cerita Fantasi” dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal
cerita rakyat Nusantara pasda aspek kegrafikan dinyatakan layak digunakan
dalam pembelajaran.
5. Aspek Media
Aspek media dalam modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita
Fantasi” memperoleh memperoleh skor rata-rata dari dosen ahli sebesar 4, 00
dengan kategori “Baik”, sedangkan hasil uji coba terhadap 20 siswa
memperoleh skor 3, 72 rata-rata dengan kategori “Baik”. Akumulasi dari
perolehan kedua nilai tersebut 3,86 dengan persentase 77,2 %. Dengan
demikian peneliti menyimpulkan bahwa modul digital pembelajaran “Ayo
Menulis Cerita Fantasi” dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita
rakyat Nusantara pasda aspek media dinyatakan layak digunakan dalam
pembelajaran tingkat SMP.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat
diketahui bahwa penelitian dan pengembangan (Research and Development)
ini telah menghasilkan sebuah produk modul digital pembelajaran menulis
cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat
Nusantara yang berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi”. Pengembangan
modul digital ini pada dasarnya bertujuan membantu para siswa agar mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita
rakyat Nusantara sebagai sumber ide, hal ini dilatarbelakangi oleh hasil studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti berupa penyebaran kuesioner
terhadap siswa-siswi, hasil wawancara dengan guru mata dan dosen pelajaran
Bahasa Indonesia di SMP Kebon Dalem Semarang. Selain itu, pembuatan
produk berupa modul digital yang mengangkat nilai-nilai kearifan lokal cerita
rakyat Nusantara bertujuan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini
kepada para siswa pada masa pertumbuhan dan perkembangan menuju
generasi yang berkearifan luhur.
Pada kenyataannya, masih ada siswa-siswi yang masih mengalami
kesulitan menuangkan ide dalam bentuk cerita fantasi secara baik dan benar.
Faktor penyebab dari kesulitan tersebut antara lain gaya mengajar guru yang
masih klasik dan terkesan membosankan, bahan ajar yang digunakan kurang
menarik. Hal tersebut diperoleh peneliti pada studi pendahuluan, sebanyak 86,
84 % siswa menyatakan lebih memilih belajar dengan bantuan bahan ajar
kreatif seperti modul digital pembelajaran daripada gaya mengajar guru yang
cenderung menggunakan ceramah, data tersebut tergolong kategori sangat
tinggi.
Siswa juga mengemukakan bahwa cerita rakyat penting untuk dipelajari
dan dilestarikan karena nilai-nilai luhur kehidupan terdapat di dalamnya.
Sebanyak 86, 84 % dar responden siswa antusias merespon positif pertanyaan
dalam kuesioner yang dibagikan peneliti. Tanggapan siswa sependapat
dengan guru mata pekajaran Bahasa Indoenesia yang menyatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
cerita rakyat perlu dan mendesak untuk dikreasikan dengan teknologi agar
generasi milenial/generasi Z tertarik untuk mempelajarinya, dengan demikian
secara tidak langsung nilai-nilai luhur bangsa yang terdapat dalam cerita
rakyat Nusantara dapat terbatinkan dan menjadi modal mereka menghadapi
dunia digital. Selain itu, modul digital pembelajaran yang dikembangkan oleh
peneliti juga memiliki sisi efektif dibandingkan dengan modul konvensional.
Modul digital disajikan dengan kreatifitas; siswa tidak hanya membaca teks
cerita rakyat tetapi dapat memilih menyimak video dan audio yang tersaji
dalam modul digital “Ayo Menulis Cerita Fantasi”
Peneliti melalui tahap-tahap penelitian dan pengembangan (Research &
Development) yang disederhanakan oleh peneliti. Keenam tahapan itu antara
lain: penelitian dan pengumpulan informasi, pengembangan produk, uji
validasi, revisi produk I, uji coba produk, dan revisi tahap II. Pengembangan
modul digital pembelajaran ini dilakukan dengan menentukan judul, tujuan,
pemilihan bahan, penyusunan kerangka, dan pengumpulan bahan yang
relevan dengan modul digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan
memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara. Peneliti juga
melalui tahap validasi sebagaimana yang dikembangkan oleh Borg dan Gall
yaitu uji validasi oleh dosen ahli yaitu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. dan
uji coba produk oleh siswa SMP Kebon Dalem kelas VII Semarang.
Aspek-aspek kelayakan modul digital pembelajaran antara lain: aspek
isi/materi, aspek penyajian, aspek bahasa, aspek kegrafikan, dan aspek media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Hasil validasi oleh dosen ahli dan uji coba produk modul digital
pembelajaran “Ayo Menulsi Cerita Fantasi” yaitu: aspek isi/materi
memperoleh skor rata-rata sebesar 3,71 dengan kategori “Baik”, aspek
penyajian memperoleh skor rata-rata sebesar 3,68 dengan kategori “Baik”
aspek bahasa memperoleh skor rata-rata sebesar 3, 71 dengan kategori “Baik”,
aspek kegrafikan memperoleh skor rata-rata sebesar 3,98 dengan kategori
“Baik”, aspek media memperoleh skor rata-rata sebesar 3,86 dengan kategori
“Baik” jika kelima aspek skor dari kelima aspek tersebut diakumulasikan,
bahan ajar modul digital menulis cerita fantasi memperoleh skor rata-rata
sebesar 3,78 dengan persentase kelayakan “Baik” Jadi, jika pernyataan
tersebut dikorelasikan dengan hasil skor rata-rata yang diperoleh dari produk
yang dikembangkan yaitu sebesar 75,76 % maka bahan ajar modul digital
pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” dapat dinyatakan layak
digunakan oleh siswa-siswi SMP Kebon Dalem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
BAB V
PENUTUP
Bab ini akan memaparkan dua subbab, yaitu (1) simpulan, dan (2) saran.
Simpulan berisi rangkuman keseluruhan proses penelitian yang telah
dilakukan peneliti, dan saran berisi hal-hal yang perlu untuk diperhatikan oleh
(1) guru Bahasa Indonesia, (2) siswa, dan (3) peneliti lainnya.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan modul digital pembelajaran
menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal cerita
rakyat Nusantara berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” dapat disimpulkan
beberapa hal. Pertama, siswa antusias akan pentingnya mengembangkan
kemampuan menulis, masih banyak siswa yang sadar akan pentingnya
nilai-nilai kearifan lokal cerita rakyat Nusantara dan menyetujui bahwa
pentingnya melestarikan cerita rakyat, namun di sisi lain siswa-siswa
mengalami kesulitan, antara lain sumber belajar yang dan cara mengajar guru
yang konvensional kurang mendukung pengembangan kemampuan menulis.
Kedua, pada kenyataannya, para siswa belum memahami dengan benar
struktur, ciri dan langkah penulisan sebuah cerita fantasi. Ketiga,
media-media penunjang tercapainya sebuah tujuan pembelajaran masih
minim dan kurang variatif. Dengan demikian, peneliti menawarkan sebuah
modul digital pembelajaran dengan memadukan nilai-nilai kearifan lokal
cerita rakyat Nusantara. Modul digital berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi”
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
menyajikan teori-teori dasar menulis cerita fantasi dilengkapi beberapa video
dan audio simakan yang menarik untuk dipelajari. Selain itu, nilai-nilai
kearifan lokal cerita rakyat Nusantara yang disajikan dalam modul dapat
menjadi sumber inspirasi dalam menulis cerita fantasi bermuatan nilai-nilai
kearifan lokal.
Kedua, modul digital pembelajaran Ayo Menulis Cerita Fantasi yang
dikembangkan oleh peneliti melalui enam tahapan penelitian dan
pengembangan (Research and Development) menurut Borg dan Gall (dalam
Sugiyono, 2015). Enam tahapan penelitian dan pengembangan itu antara lain:
penelitian dan pengumpulan informasi, pengembangan produk, uji validasi,
revisi produk tahap I, uji coba produk, dan revisi tahap II. Hasil penelitian
berdasarkan keenam tahap pengembangan ini antara lain (1) siswa belum
mampu menulis cerita fantasi dengan baik, benar, dan tepat sesuai kaidah
penulisan cerita fantasi, (2) pengembangan bahan ajar modul digital ini
dilakukan dengan menentukan judul, tujuan, pemilihan bahan, penyusunan
kerangka, dan penyusunan bahan yang relevan dengan materi dalam modul
digital pembelajaran menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai
kearifan lokal cerita rakyat Nusantara, (3) selain itu untuk menilai
kalayakan produk modul digital yang dikembangkan, peneliti melakukan uji
validasi oleh dosen ahli yaitu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. dan uji coba
produk oleh siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP
Kebon Dalem Semarang. Penilaian kelayakan produk modul digital terdiri
dari lima aspek, yakni aspek kelayakan isi/materi, aspek penyajian, aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
kelayakan bahasa, aspek kelayakan kegrafikan, aspek kelayakan media; (4)
revisi tahap I yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan komentar dan saran
dari dosen ahli antara lain: (a) perbaikan dan penambahan konstruksi kata
kerja pada daftar isi karena tidak paralel (b) perbaikan isi dari materi dan
penambahan prosedur-prosedur yang membantu siswa agar dapat menulis
cerita fantasi, (c) perbaikan kata dan kalimat sesuai pedoman Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), (d), peneliti menambah
aktivitas-aktivitas sebagai latihan bagi siswa, (e) peneliti mencantumkan
sumber dari gambar/animasi, (f) pada bagian daftar pustaka dan glosarium,
peneliti juga mengatur jarak antar baris dan cara penulisan daftar pustaka
yang tepat sesuai pedoman karya ilmiah, (g) perbaikan kesalahan pengetikan.
Ketiga, modul digital pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi”
memperoleh hasil akumulasi skor rata-rata dosen ahli dan siswa pada modul
digital pembelajaran menulis cerita fantasi yaitu aspek isi/materi Hasil
validasi oleh dosen ahli dan uji coba produk modul digital penbelajaran “Ayo
Menulis Cerita Fantasi” yaitu: aspek isi/materi memperoleh skor rata-rata
sebesar3, 71 dengan kategori “Baik”, aspek penyajian memperoleh skor
rata-rata sebesar 3,68 dengan kategori “Baik” aspek bahasa memperoleh skor
rata-rata sebesar 3, 71 dengan kategori “Baik”, aspek kegrafikan memperoleh
skor rata-rata sebesar 3,98 dengan kategori “Baik”, aspek media memperoleh
skor rata-rata sebesar 3, 86 dengan kategori “Baik” jika kelima aspek skor
dari kelima aspek tersebut diakumulasikan, bahan ajar modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi memperoleh skor rata-rata sebesar 3, 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
dengan persentase kelayakan “Baik” Jadi, jika pernyataan tersebut
dikorelasikan dengan hasil skor rata-rata yang diperoleh dari produk yang
dikembangkan yaitu sebesar 75,76 % maka bahan ajar modul digital
pembelajaran “Ayo Menulis Cerita Fantasi” dapat dinyatakan layak
digunakan oleh siswa-siswi SMP Kebon Dalem kelas VII sebagai bahan ajar.
5.2 Saran
Peneliti menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna
bagi kepentingan pihak-pihak terkait. Saran-saran ini ditujukan kepada (1)
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, (2) siswa, (3) peneliti lain. Berikut
dipaparkan ketiga saran tersebut:
1. Bagi guru Bahasa Indonesia
Para guru Bahasa Indonesia diharapkan lebih memperhatikan kesulitan
yang dialami oleh siswa-siswi ketika menulis cerita fantasi. Hal ini
dikarenakan masih terdapat siswa yang belum memahami materi menulis
cerita fantasi secara tepat dan benar. Para guru juga diharapkan menggunakan
teknologi demi perbaikan mutu mengajar dan menjadi sarana baru dan kreatif
bagi para siswa yang lebih tertarik belajar menggunakan media teknologi.
Para guru juga diharapkan mengangkat hal-hal yang bersifat nilai-nilai
kearifan lokal kemudian mengolaborasikannya dengan teknologi agar para
siswa mengalami kemajuan di bidang akademik dan kreatifitas tanpa
meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal bangsa atau daerah dengan demikian
kearifan dan moral sebagai anak bangsa nan ungggul dipersiapkan sejak
sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
2. Bagi Siswa
Bagi para siswa diharapkan memiliki kesadaran akan pentingnya
kesadaran mengembangkan kemampuan menulis sebagai bagian dari empat
keterampilan dasar berbahasa. Keterampilan menulis cerita fantasi membantu
para siswa untuk menuangkan ide-ide kreatif dan cemerlang dalam bentuk
tulisan yang memiliki pesan moral kepada para pembaca. Modul digital
pembelajaran menulis cerita fantasi yang dikembangkan membantu para
siswa untuk menemukan beberapa inspirasi melalui cerita rakyat Nusantara,
dengan demikian warisan leluhur berupa nilai-nilai menjadi bekal dalam
menggapai cita-cita.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian berjudul “Ayo Menulis Cerita Fantasi” masih terdapat banyak
kekurangan, seperti materi, desain dan metode pembelajaran, maka peneliti
lain yang ingin mengambil judul penelitian yang mirip dengan penelitian ini
diharapkan dapat mengembangkan modul digital lebih baik, variatif, dan
komprehensif lagi. Peneliti berharap agar modul atau bahan ajar digital
pembelajaran dapat dikembangkan lebih banyak lagi mengingat
perkembangan teknologi sangat cepat dan siswa-siswi yang didampingi
adalah generasi Z dan generasi alpha yang hidup dan berkembang di era
revolusi 4.0. Semoga penelitian ini memberikan kontribusi informasi dan
inspirasi dalam bidang akademik sehingga memotivasi penelitian selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bandung: Direktori UPI.
Bandung.
Belawati, dkk. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Penerbitan
Universitas Terbuka.
Diknas. 2004. Pedoman Umum pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar.
Jakarta: Ditjen Dikdasmenum.
Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Penulisan Modul. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Daryantio.,& Cahyono, A.D. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
(Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar. Yogyakarta: Gava Media.
Fahmiyati,Laeli. 2016. Diakses 18 November 2018 pada
http://repository.ump.ac.id/2925/3/LAELI%20FAHMIYATI%20BAB%20I
I.pdf
“Generasi 4.0” 2018 dalam 2 MEI 2018. Diakses tanggal 29 September 2018
dalam https//edukasi.kompas.com.
Gie. The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Offset.
Hariwijaya,M. 2008. Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Skripsi.
Yogyakarta: Tugu Publisher.
Hermino, Agustinus.2014. Manajemen Kurikulum Berbasis Kearifan.
Bandung: Alfabeta.
I Made Tegeh, dkk. 2014. Metodologi Penelitian Pengembangan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Jurnal Pendidikan. Vol 3. No.1 Bln. Januari 2018, Ha1. 110-106. Diakses 16
November 2018.
Neonbasu. 2016. Kearifan Lokal Lompatan Masuk Dunia Pendidikan Abad-
XXI. Diakses pada Jumat, 12 September 2018 jam 21.00 WIB) dalam
http:// news.kupang.com/read/2016/337/304765/kearifan lokal lompatan
masuk dunia pendidikan abad-xxi ,
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Kurniawan.H. 2014. Pembelajaran Menulis Kreatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Munaf, Triawan. 2018 Oktober 31. Pembelajaran Bahasa abad 21. Kompas.
Hal.8 & 9. Pendidikan dan Kebudayaan.
Munaf, Triawan. 2018 Oktober. Bersama Membangun Prestasi Bangsa. Retas.
Hal.04-05. Wacana.
“Makna terjemahan KBBI” 2018. diunduh 22 Oktober 2018 dalam
https://kbbi.kemdikbud.go.id.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.
Nurlaila Nur dalam.https://eprints.uny.ac.id/13992/2/Bab%20II.pdf.
Diakses11 Oktober 2018.
Prastowo, Andi. 2015. Panduan Kreatif membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.
Prastowo, Andi. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta:
Kencana.
Suyanto, M. 2006. Multimedia; Alat Untuk Bersaing. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Tarigan, Henry Guntur.1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung. Angkasa.
Vembriarto, St. 1975. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Yayasan
pendidikan Paramita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
BIOGRAFI PENULIS
Maria Emerensiana Anin lahir di Pope-Noebaun
pada tanggal 20 Februari1988. Masa kecil penulis
hingga tamat sekolah menegah atas dihabiskan di
sebuah kota kecil di Kefamenanu, tepatnya di
Noemuti. Penulis menempuh pendidikan dasar di
SDK Noebaun, kemudian melanjutkan di SMPK. St.
Yoseph Maubesi dan kemudian melanjutkan di
SMA Negeri 2 Kefamenanu. Setelah lulus SMA
sempat bekerja dan menempuh pendidikan
nonformal di beberapa lembaga swasta. Pada tahun 2009 memutuskan
bergabung dalam lembaga hidup bakti Kongregasi Suster Penyelenggaraan
Ilahi. Setelah mengikrarkan kaul pertama, bertugas di TK Kebon Dalem 2
Semarang dan pada 2014 sempat berpengalaman mendampingi anak-anak
Panti Asuhan Betlehem di Temanggung. Pada tahun 2015, penulis diutus
untuk mengembangkan diri dan pendidikan di Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Tugas akhir yang diselesaikan oleh
penulis sebagai syarat akhir memperoleh gelar S1 berjudul Pengembangan
Modul Digital Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi dengan Memadukan
Nilai-Nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat Nusantara.
Motto Hidup: “Pergilah ke mana jiwa membawamu”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
LAMPIRAN
Lampiran A1. Surat izin penelitian
LAMPIRAN SURAT IZIN PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
Lampiran A2. Surat permohonan validasi dosen ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
LAMPIRAN SURAT PERMOHONAN VALIDASI DOSEN AHLI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Lampiran B1. Presensi validasi siswa
LAMPIRAN PRESENSI SISWA SAAT VALIDASI PRODUK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
Lampiran B1. Validasi produk modul digital pembelajaran menulis cerita
fantasi dengan memadukan nilai-nilai kearifan dalam cerita rakyat
Nusantara oleh dosen ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
Lampiran B1. Kisi-kisi kuesioner studi pendahuluan
KISI-KISI KUESIONER STUDI PENDAHULUAN OLEH SISWA
Aspek
Penilaian
Panduan Pertanyaan aspek penilaian Nomor
Indikator
Penilaian
Modul
Digital
Menurut saya, bahan ajar menulis cerita fantasi
yang digunakan selama ini kurang menarik.
1
Bahan ajar yang digunakan guru mempengaruhi
semangat saya untuk menulis cerita fantasi.
2
Saya lebih suka belajar dengan bantuan media
yang kreatif seperti modul digital.
3
Materi menulis cerita fantasi semakin menarik
dengan menggunakan modul digital karena
membantu saya belajar mandiri.
4
Bahan ajar modul digital sangat bermanfaat
dalam memahami materi menulis cerita fantasi.
5
Materi menulis cerita fantasi mudah dipahami dan
siswa mengembangkan kemampuan beripikir
kreatif.
6
Bahan ajar modul digital adalah bahan ajar yang
pertama kali digunakan di sekolah ini
7
Saya sangat suka belajar dengan bantuan internet
karena materi dapat dipelajari kapan saja.
8
Bahan ajar modul digital dapat digunakan di
sekolah ini karena fasilitas sekolah mendukung.
9
Bahan ajar modul digital digunakan guru inovatif
demi perkembangan peserta didik.
10
Menulis
Cerita
Fantasi
Menurut saya, menulis cerita fantasi penting dan
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
11
Saya lebih tertarik belajar menulis cerita fantasi 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
dengan bantuan bahan ajar/media daripada
ceramah guru.
Menulis adalah termasuk salah satu keterampilan
berbahasa yang wajib saya pelajari.
13
Menulis cerita fantasi.melatih daya imajinasi agar
kemampuan menulis dilatih sejak dini.
14
Menulis cerita fantasi termasuk kegiatan yang
kreatif menyenangkan.
15
Cerita
Rakyat
Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan
yang harus dilestarikan.
16
Saya pernah mendengar cerita rakyat Nusantara
dan saya tertarik untuk membacanya.
17
Cerita rakyat akan menarik jika dikolaborasikan
dengan kemajuan teknologi agar lebih sesuai
kemajuan zaman.
18
Cerita rakyat penting untuk dipelajari dan
dilestarikan.
19
Saya lebih berminat membaca cerita rakyat secara
digital
20
Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan
yang harus dilestarikan.
21
Saya pernah mendengar cerita rakyat Nusantara
dan saya tertarik untuk membacanya.
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
Lampiran B2. Kisi-kisi wawancara dosen Bahasa Indonesia
KISI-KISI WAWANCARA DENGAN DOSEN BAHASA INDONESIA
NO Panduan Pertanyaan aspek
penilaian
Nomor Indikator
1 Penggunaan dan peran media dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia
khusus menyimak kreatif
1
2 Pendapat tentang bahan ajar bagi
generasi milenial
2
3 Literasi digital menjadi tantangan
bagi guru agar inovatif menciptakan
modul digital
3
4 Pendapat tentang bahan ajar digital 4
5 Pernah menggunakan modul digital 5
6 Cerita rakyat perlu dielaborasi dengan
teknologi agar menarik dan mudah
untuk dipelajari.
6
7 Pembentukan etika dan moral dapat
dimulai dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan memanfaatkan
cerita rakyat.
7
Lampiran B2. Kisi-kisi wawancara guru Bahasa Indonesia
Usul/saran tentang bahan ajar yang sesuai untuk generasi
milenial/generasi 4,0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
KISI-KISI WAWANCARA DENGAN GURU DAN DOSEN MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA
No Kisi-kisi Pernyataan
Pedoman wawancara untuk Guru
Jumlah
1 Penggunaan dan peran media yang relevan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
1
2 Modul digital membantu siswa belajar
secara mandiri dan guru sebagai fasilitator
2
3 Bahan ajar apa saja yang digunakan guru
selama ini
3
4 Media yang paling dominan digunakan 4
5 Media yang menunjang proses
pembelajaran
5
6 Pendapat tentang pengembangan bahan ajar
digital
6
7 Penggunaan media lain selain power point 7
8 Pernah menggunakan modul digital 8
9 Pendapat tentang penggunaan aplikasi CD
interaktif/modul digital
9
10 Menggunakan modul digital sebagai bahan
ajar dalam pembelajaran akan membantu
siswa dalam belajar
10
11 Sudah saatnya memanfaatkan cerita rakyat
dan mengkolaborasikan dengan media
digital agar menarik dan memudahkan
siswa belajar.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
Lampiran B3. Kisi-kisi kuesioner validasi oleh dosen ahli
KISI-KISI KUESIONER VALIDASI OLEH DOSEN AHLI
Aspek Penilaian Aspek yang Dinilai Nomor Indikator
Penilaian
Kelayakan Isi/Materi Kesesuaian materi dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar
1, 2
Ketepatan pemilihan materi 3, 4, 6, 7
Kaitan materi dengan kemampuan
dan keterampilan siswa
9
Penggunaan teori yang relevan 10
Metode cerpengram 5, 8, 11
Muatan kearifan lokal jawa 12
Kelayakan Penyajian Keruntutan penyajian materi dengan
alur berpikir siswa
15
Sistematika penyajian materi dalam
setiap bab
13, 14, 16, 17, 18
Kesesuaian materi dengan tingkat
kemampuan berpikir siswa
19
Kelayakan Bahasa Kesesuaian bahasa dengan tingkat
kemampuan siswa
20, 21, 30
Kesesuaian dan ketepatan diksi 21, 22, 23
Kelayakan
Kegrafikan
Kesesuaian fisik modul (halaman
judul, depan dan belakang)
24, 25
Kesesuaian tata pengetikan 26, 27, 28, 29
Pemanfaatan penggunaan gambar,
tabel, dan ilustrasi
31, 33
Kelengkapan penggunaan gambar,
tabel, dan ilustrasi
32
Kelayakan
Multimedia
Pemakaian media pembelajaran 34, 35, 36, 37
Kualitas tampilan media 38, 39, 40
*Diadopsi dari kriteria penilaian modul Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:15) dengan penyesuaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran B4. Kisi-kisi kuesioner validasi oleh siswa
KISI-KISI VALIDASI MODUL DIGITAL PEMBELAJARAN OLEH
SISWA
Aspek Penilaian Aspek yang Dinilai Nomor Indikator
Penilaian
Kelayakan penyajian Kejelasan petunjuk
penggunaan modul
pembelajaran.
4, 5, 7, 20
Kesesuaian penyajian
materi terhadap motivasi
belajar siswa.
1, 2, 3, 8
Kelayakan materi Ketepatan pemilihan
materi dengan
kompetensi yang ingin
dicapai.
12
Kesesuaian materi
dengan kemampuan dan
keterampilan siswa.
14
Kesesuaian materi
dengan IPTEKS.
9, 11
Materi melatih
keterampilan tertentu.
13,17, 18
Kelayakan bahasa Kesesuaian dan
ketepatan diksi.
16, 19
Kesesuaian bahasa
dengan tingkat intektual
siswa.
15
Kelayakan kegrafikan Pemanfaatan
penggunaan komponen
kegrafikan (gambar,
tabel, dan ilustrasi)
untuk memperjelas
10,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
materi.
Ketepatan pemilihan
huruf dan ukuran huruf.
6
*Diadopsi dari kriteria penilaian modul Direktorat Tenaga Kependidikan
dengan penyesuaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran C1. Transkrip hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia
Transkrip Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Menurut Ibu, bagaimana peran media yang relevan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia saat ini?
Sangat relevan karena memudahkan saya sebagai guru Bahasa
Indonesia untuk menyampaikan materi kepada siswa. Selain itu
juga menarik perhatian siswa untuk memahami materi
pemebelajaran.
2 Apakah pernah mendengar modul digital yang
digunakan guru dalam mengajar?
Saya pernah mendengar sih, hanya saya belum pernah membuat
dan menggunakannya dalam mengajar bahasa Indonesia.
3 Bahan ajar apa sajakah yang digunakan selama ini di
kelas? Apa keuntungan dan kelemahannya
Buku-buku cetak, surat kabar, mind mapping, karya-karya sastra,
media online (google classroom) Keuntungannya:
4 Media yang paling banyak digunakan di kelas selama
ini?
Power point dan google clasroom.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
5 Apa pendapat ibu tentang pengembangan modul
digital pembelajaran menulis cerita fantasi?
Saya kira penelitian ini nantinya akan sangat membantu saya dan
kami sebagai guru terutama memudahkan anak-anak memahami
materi menulis cerita fantasi.
6 Apakah pernah menggunakan modul cetak atau
digital saat mengajar? Apa usul saran Ibu tentang
pembuatan sebuah modul?
Belum pernah menggunakan modul digital. Menurut
sepengetahuan dan pengalaman membaca bebrbagai informasi
tenatng modul, ada baiknya jika modul digital disusun secara
sistematis dan lengkap agar memudahkan siswa dalam belajar
secara mandiri. Hal yang harus diperhatikan juga adalah penilaian
di akhir materi beserta kunci jawabnanya, dengan demikain siswa
dapat mengukur tingak penguasaannya terhadap materi yang telah
dipelajari.
7 Sudah saatnya guru maupun calon guru
memodifikasi cerita rakyat dengan media digital agar
membantu siswa dalam belajar, khususnya menulis
cerita fantasi. Apa pendapat Ibu?
Bagus karena cerita rakyat di dalamnya mengandung nilai-nilai
luhur yang harus kita lestarikan
8 Apakah Ibu setuju jika penelitian ini dilanjutkan?
Mengapa?
Oh, bagus dilanjutkan karena sesuai dengan kebutuhan kami
sebagai guru yang mendidik siswa dengan menggunakan
teknologi digital tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifan dlam
cerita rakyat.
9 Adakah Ibu menemukan kesulitan-kesulitan saat
mengajar cerita fantasi untuk siswa/i? Dan
Kesulitan untuk memberi motivais siswa untuk menulis, siswa
harus dibimbing dlaam waktu yang lama, biasanya siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
bagaimana cara mengatasinya? sudah selesai menulsi lebih cepat saya tayangkan di google
classroonm sehingga teman yang lain termotivasi lalu juga
masukkan dari sesama teman juga membantu sesama siswa
misalnya kekurangannya di bagian apa, kemudian tulisan direvisi
sehingga hasil akhir siswa tergolong baik. Lalu pekerjaan siswa
akan segera saya beri nilai sehingga siswa mengetahui tingkat
kemampuannya.
10 Nilai-nilai kehidupan dalam cerita rakyat Nusantara
sangat mendesak untuk diangkat dan dijadikan topik
penelitian guru maupun calon guru. Apa pendapat
Ibu?
Nilai-nilai kehidupan dalam cerita rakyat harus dilestarikan karena
sangat dibutuhkan dalam pembentukan kearifan siswa, tidak boleh
ditinggalkan, nilai-nilai kearifan selalu aktual agar ditanamakan
kepada peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
Lampiran C1.2. Transkrip hasil wawancara dengan dosen Bahasa Indonesia
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA DENGAN DOSEN BAHASA INDONESIA
a. Dosen Universitas Flores
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Menurut Bapak/Ibu apakah penggunaan dan peran
media dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khusus
menulis cerita fantasi berupa modul digital dapat
membantu siswa dalam belajar?
Penggunaan dan peran media dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
khususnya menulis cerita fantasi berupa modul digital pasti sangat
membantu pembelajar. Tentu, penggunaan modul digital sebagai
media dalam pembelajaran menulis cerita fantasi harus disesuaikan
dengan tingkat, umur, dan kearifanistik agar kompetensi,
keterampilan, dan substansi pembelajaran nantinya dapat dicapai
siswa.
2 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang bahan ajar
yang cocok bagi generasi milenial?
Generasi milenial merupakan generasi Y yang lahir pada tahun
2000-an. Dalam beberapa kajian ditemukan bahwa generasi ini
memiliki kearifanistik, antara lain, belajar dan menguasai peranti
teknologi secara autodidak. Sehubungan dengan itu dapat dikatakan
bahwa generasi ini akrab dengan dunia digita. Oleh karena itu, bahan
ajar yang cocok bagi generasi ini bisa dirancang dalam aplikasi digital.
Dengan demikian, bahan ajar tidak menjauhkan mereka dari dunia
yang paling dekat dengan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
3 Literasi digital menjadi tantangan bagi guru agar
inovatif menciptakan modul digital. Apa pendapat
Bapak/Ibu?
Guru harus terus-menerus belajar. Dia tidak cukup mengandalkan
otoritasnya sebagai guru, juga pengetahuan yang diperolehnya dari
lembaga pendidikan calon guru. Ia harus bisa beradaptasi, mampu
membuat manajemen waktu, dan beradaptasi dengan dunia siswa.
Dengan demikian, inovasi modul digital merupakan tantangan
tersendiri bagi guru untuk berinovasi. Terkait literasi digital, tuntutan
dunia kerja masa kini, termasuk dunia kerja guru di lembaga-lembaga
pendidikan, telah masuk pada satu babak baru, yaitu revolusi teknologi
4.0. Revolusi ini menuntut setiap tenaga professional untuk terampil
menggunakan alat-alat teknologi. Sehubungan dengan itu,
pertama-tama, guru harus serius mengembangkan diri melalui
penguasaan terhadap teknologi. Selanjutnya, ia harus berinovasi
melalui perancangan pembelajaran berbasis teknologi. Literasi digital
bagi guru pada era ini dapat dikatakan sangat urgen.
4 Pendapat tentang bahan ajar modul digital dalam
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?
Bahan ajar modul digital dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia sudah saatnya mendesak untuk diciptakan dan diaplikasikan.
Argumentasi dasarnya, selain menimbang latar belakang dan
kearifanistik siswa generasi milenial, modul digital juga merupakan
suatu inovasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
5 Apakah pernah menggunakan modul digital dalam Sejauh ini kami masih menggunakan beberapa jenis bahan ajar seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
mengajar? Apa kelebihan dan kekurangannya?
e-book, buku digital, dan desain bahan ajar sendiri yang diproduksi
secara manual. Beberapa aplikasi seperti edmodo dan beberapa mesin
digital telah kami manfaatkan dalam pembelajaran, meskipun ini
konteksnya pembelajaran di perguruan tinggi. Bagi kami, penerapan
pembelajaran berbasi digital sangat bermanfaat, baik bagi guru sendiri
maupun bagi siswa.
6 Cerita rakyat perlu dielaborasi dengan teknologi agar
menarik dan mudah untuk dipelajari, apakah
Bapak/Ibu setuju? Apa alasannya?
Saya sangat setuju apabila cerita rakyat dielaborasi dengan teknologi
agar menarik dan mudah dipelajari siswa. Sejauh ini, cerita rakyat
(folklore) jarang dicatat atau didokumentasikan. Kebanyakan folklore
murni lisan masih belum terdata atau terdokumentasi. Dengan suatu
elaborasi menggunakan teknologi, apalagi dekat dengan dunia
generasi milenial, hal itu pasti memberikan dampak positif dan
pembelajaran cerita rakyat pasti akan lebih berdaya guna.
7 Pembentukan etika dan moral dapat dimulai dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
memanfaatkan cerita rakyat, apakah Bapak?Ibu
setuju? Mengapa?
Sebagai narasi sastra, cerita rakyat mengandung amanat dan pesan
moral. Tentu, dalam pembelajarannya siswa tidak cukup diarahkan
untuk mengidentifikasi pesan amanat dan pesan moral yang
terkandung di dalamnya. Hal yang lebih penting, hemat saya, justru
etika, amanat, dan pesan moral yang terkandung di dalam sebuah
cerita rakyat pada akhirnya dapat diinternalisasi (ditanamkan, dimiliki,
dan dihayati) oleh siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
8 Tema skripsi: Pengembangan Modul Digital
Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi Dengan
Memanfaaftkan Cerita Rakyat menarik dan layak
untuk dijadikan bahan penelitian. Apakah Setuju?
Apa alasannya?
Sebagai pendidik, saya mendukung rencana penulisan skripsi dengan
judul tersebut. Dari jenisnya, judul itu termasuk reseach and
development (R n D). Produk penelitian tersebut pasti akan
memberikan manfaat teoretis dan praktis bagi siapa saja yang
menaruh atensi pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Lampiran C1.3. Transkrip hasil wawancara dengan dosen Bahasa Indonesia
USUL/SARAN TENTANG TEMA SKRIPSI DI ATAS
Baik kalau judul dilengkapi dengan subjek didik yang akan menggunakannya. Perhatikan modifikasinya seperti berikut.
Pengembangan Modul Digital Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi dengan Memanfaaftkan Cerita Rakyat bagi Siswa Kelas VII
SMP St. Fransiskus Xaverius Ruteng, Manggarai, NTT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA DENGAN DOSEN BAHASA INDONESIA
b. Dosen Universitas Timor
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Menurut Bapak/Ibu apakah penggunaan dan peran media
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khusus menulis
cerita fantasi berupa modul digital dapat membantu
siswa dalam belajar?
Di era modern seperti saat ini, peran media pembelajaran berupa
modul digital cukup penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
khususnya dalam menulis cerita fantasi. Alasannya adalah selain
memudahkan siswa untuk mengakses dan menemukan sendiri
materi-materinya, proses belajar juga dapat dilakukan di mana
saja dan kapan saja.
2 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang bahan ajar yang
cocok bagi generasi milenial?
Generasi milenial cenderung berpikir rasional dan lebih menghargai
informasi-informasi yang relevan dengan kehidupan mereka. Sudah
bukan zamannya lagi guru menyuapi siswa dengan seluruh materi
yang ada dalam buku. Generasi milenial lebih membutuhkan yang
praktis. Dengan demikian guru juga dituntut untuk mampu meramu
kasus-kasus terkini sebagai contoh yang relevan dengan konsep
materi yang diberikan. Selain itu, harus mampu memanfaatkan
kemampuan teknologi untuk menciptaan pembelajaran yang lebih
efektif dan efisien dengan memberi kesempatan lebih banyak
kepada siswa untuk mencari dan memecahkan sendiri kasusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
serta bebas mengeksplorasi hasil kreasinya.
3 Literasi digital menjadi tantangan bagi guru agar inovatif
menciptakan modul digital. Apa pendapat Bapak/Ibu?
Sangat mustahil memang jika menganggap bahwa pendidikan abad
ke-21 tidak memerlukan teknologi dalam pembelajaran. Namun
bagaimanapun juga konsep pembelajaran abad ke-21 ini pada
dasarnya bukan semata-mata mengenai teknologi saja sebab
teknologi hanyalah sebagai satu alat. Penggunaan teknologi dapat
meningkatkan minat generasi milenial ini serta dapat digunakan
untuk memberi pendekatan yang lebih konkret kepada mereka
terhadap literasi-literasi yang harus dipelajari. Kenyataan seperti ini
tentu saja menjadi tantangan bagi guru dan dosen untuk terus
berinovasi untuk menciptakan modul digital sesuai dengan
perkembangan zaman saat ini.
4 Pendapat tentang bahan ajar modul digital dalam
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?
Penggunaan modul dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia lebih praktis dan dapat memperlancar interaksi antara
guru dan siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan
efisien.
5 Apakah pernah menggunakan modul digital dalam
mengajar? Apa kelebihan dan kekurangannya?
Pernah. Penggunaan modul digital ini sangat efisien dalam soal
waktu dan tenaga. Selain itu juga menjadikan siswa lebih
partisipatif. Namun karena pembelajaran seperti ini berbasis
komputer, tentu saja tidak bisa diterapkan di sekolah yang belum
tersentuh listrik dan internet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
6 Cerita rakyat perlu dielaborasi dengan teknologi agar
menarik dan mudah untuk dipelajari, apakah Bapak/Ibu
setuju? Apa alasannya?
Setuju.
Sebab generasi sekarang lebih tertarik dengan gadget dan segala
yang berhubungan dengan internet. Sedangkan cerita-cerita rakyat
Nusantara pada umumnya berupa sastra lisan yang cenderung
hampir terlupakan jika tidak dibukukan. Tetapi akan lebih menarik
jika disajikan lewat media digital yang dapat dengan mudah diakses
oleh siswa/mahasiswa kapan saja dan di mana saja..
7 Pembentukan etika dan moral dapat dimulai dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan memanfaatkan
cerita rakyat, apakah Bapak?Ibu setuju? Mengapa?
Setuju.
Sebab cerita rakyat sebagai bagian dari folklore mengandung
informasi-informasi sistem budaya seperti fiosofi, nilai, dan norma
yang cenderung mengatur perilaku hidup masyarakat.
8 Tema skripsi: Pengembangan Modul Digital
Pembelajaran Menulis Cerita Fantasi Dengan
Memanfaaftkan Cerita Rakyat menarik dan layak untuk
dijadikan bahan penelitian. Apakah Setuju? Apa
alasannya?
Sangat setuju karena sangat relevan di zaman ini dan sangat setuju
karena peneliti mengolaborasikan nilai-nilai kearifan dalam cerita
rakyat dengan teknologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
USUL/SARAN TENTANG TEMA SKRIPSI DI ATAS
Tema skripsi yang dipilih sesuai dengan konteks pembelajaran saat ini dan diharapkan berbagai peran positif yang dihadirkan
dengan adanya teknologi dapat menciptakan lingkungan belajar mengajar yang kondusif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 11 Kategorisasi Analisis Kuesioner Studi Pendahuluan Siswa
REKAP BUTIR SOAL ANALISIS STUDI PENDAHULUAN SISWA SMP KEBON DALEM KELAS VII DALAM
MENULIS CERITA FANTASI DENGAN MEMADUKAN NILAI-NILAI KEARIFAN DLAAM CERITA RAKYAT
NUSANTARA
5 4 3 2 1
SS S C TS STS
1 2 7 16 9 4 38 10 28 48 18 4 108 190 38 57% Cukup
2 6 18 12 2 0 38 30 72 36 4 0 142 190 38 75% Setuju
3 18 14 5 0 0 38 90 56 15 0 0 161 190 38 85% Sangat setuju
4 9 21 7 0 1 38 45 84 21 0 1 150 190 38 79% Setuju
5 9 20 8 1 0 38 45 80 24 2 0 151 190 38 79% Setuju
6 16 17 5 0 0 38 80 68 15 0 0 163 190 38 86% Sangat setuju
7 19 8 8 2 1 38 95 32 24 4 1 15600% 190 38 82% Sangat setuju
8 14 19 0 2 2 38 70 76 0 4 2 152 190 38 80% Setuju
9 13 22 3 0 0 38 65 88 9 0 0 162 190 38 85% Sangat setuju
10 20 12 5 1 0 38 50 48 15 2 0 115 190 38 61% Cukup
1 4 7 22 5 0 38 20 28 66 10 0 124 190 38 65% Setuju
2 13 13 8 4 0 38 65 52 24 8 0 149 190 38 78% Setuju
3 17 16 4 1 0 38 85 64 12 2 0 163 190 38 86% Sangat setuju
4 18 18 2 0 0 38 90 72 6 0 0 168 190 38 88% Sangat setuju
5 20 9 7 0 0 38 100 36 21 0 0 162 190 38 85% Sangat setuju
1 17 14 7 0 0 38 85 56 21 0 0 162 190 38 85% Sangat setuju
2 10 11 13 3 1 38 50 44 39 6 1 140 190 38 74% Setuju
3 12 13 10 2 1 38 60 52 30 4 1 147 190 38 77% Setuju
4 12 21 5 0 0 38 60 84 15 0 0 159 190 38 84% Sangat setuju
5 18 6 9 4 2 38 90 24 27 8 2 151 190 38 79% Setuju
STSJumlah
Jumlah
Skor
Ideal (X)
Jumlah
Skor
Rendah (Y)
% KategoriNomor Butir
Pernyataan
Pilihan JawabanJumlah
Responden
Skor
SS S C TS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
Tabel Kategori
Rentang Skor Persentase Kategori
0-29 0%-20% Sangat tidak setuju
30-58 21%-40% Tidak setuju
59-87 41%-60% Cukup
88-116 61%-80% Setuju
117-145 81%-100% Sangat setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kuesioner Validasi Dosen Ahli
REKAP BUTIR PERNYATAAN DOSEN AHLI
LEMBAR VALIDASI MODUL DIGITAL “AYO MENULIS CERITA FANTASI”
5 4 3 2 1 B CB KB SKB
SB B CB KB SKB
1 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
2 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
3 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
4 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
5 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
6 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
7 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
8 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
9 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
10 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
11 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
12 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
13 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
14 0 1 0 0 0 0 0 3 0 0 3
45
3,21
64%
CUKUP BAIK
HASIL VALIDASI DOSEN AHLI
SKOR
TOTAL
RATA-RATA
Nama Butir Pernyataan
Alternatif jawaban
PERSENSI
KATEGORI
JUMLAH SB
ASPEK KELAYAKAN ISI/MATERI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
15 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
16 0 0 0 1 0 0 4 0 0 0 4
17 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 2
18 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
19 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
20 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
21 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
21
3
60%
CUKUP BAIK
22 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
23 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
6
3
60
CUKUP BAIK
ASPEK KELAYAKAN PENYAJIAN
ASPEK BAHASA
KATEGORI
RATA-RATA
PERSENSI
TOTAL
RATA-RATA
PERSENSI
KATEGORI
TOTAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
24 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
25 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
26 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
27 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
28 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
29 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
30 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
31 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
32 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
33 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
36
3,6
72
BAIK
34 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
35 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
36 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
37 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
38 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
39 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
40 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
28
4
80
SANGAT BAIK
ASPEK KELAYAKAN MEDIA
TOTAL
RATA-RATA
PERSENSI
KATEGORI
TOTAL
RATA-RATA
PERSENSI
KATEGORI
ASPEK KEGRAFIKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kuesioner Validasi Siswa
REKAP BUTIR PERNYATAAN
LEMBAR VALIDASI SISWA PADA MODUL DIGITAL “AYO MENULIS CERITA FANTASI”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
BAIK SANGAT KURANG BAIK
4 1
KURANG BAIK
BOBOT NILAI 5 3 2
KEPANJANGAN BOBOT NILAI SANGAT BAIK CUKUP BAIK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kuesioner Validasi Siswa
ANALISIS DATA VALIDASI SISWA TERHADAP KELAYAKAN MODUL DIGITAL “AYO MENULIS CERITA
FANTASI”
SKOR
5 4 3 2 1 B CB KB SKB
SB B CB KB SKB
1 15 5 0 0 0 20 75 20 0 0 0 95 4,75
2 13 5 2 0 0 20 65 20 6 0 0 91 4,55
3 12 6 2 0 0 20 60 24 6 0 0 90 4,5
4 9 9 2 0 0 20 45 36 6 0 0 87 4,35
5 1 12 7 0 0 20 5 48 21 0 0 54 2,7
6 11 8 1 0 0 20 55 32 3 0 0 90 4,5
7 7 11 2 0 0 20 35 44 6 0 0 85 4,25
592 29,6
84,57 4,22
ASPEK KEBAHASAAN
8 13 3 4 0 0 20 65 12 12 0 0 89 4,45
9 12 6 2 0 0 20 60 24 6 0 0 90 4,4
10 10 9 1 0 0 20 50 36 3 0 0 89 4,45
11 11 7 2 0 0 20 55 28 6 0 0 89 4,45
357 17,75
89,25 4,43
88,6
ASPEK KELAYAKAN ISI/MATERI
TOTAL
RATA-RATA
PERSENTASI
KATEGORI
Nama Butir Pernyataan
alternatif jawaban
JUMLAH RESPONDEN JUMLAH RATA-RATASB
84%
SANGAT BAIK
TOTAL
RATA-RATA
PERSENTASI
KATEGORI SANGAT BAIK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
ASPEK KEGRAFIKAN
12 6 7 7 0 0 20 30 28 21 0 0 79 3,95
13 10 8 2 0 0 20 50 32 6 0 0 88 4,4
14 10 8 2 0 0 20 50 32 6 0 0 88 4,4
15 6 8 6 0 0 20 30 32 18 0 0 80 4
16 13 5 2 0 0 20 65 20 6 0 0 91 4,55
17 14 4 2 0 0 20 70 16 6 0 0 92 4,6
18 14 5 1 0 0 20 70 20 3 0 0 93 4,65
611 30,55
87,28 4,36
87,28
ASPEK PENYAJIAN
19 10 8 2 0 0 20 30 28 21 0 0 79 3,95
20 13 4 3 0 0 20 50 32 6 0 0 88 4,4
21 9 8 3 0 0 20 50 32 6 0 0 100 5
22 7 10 3 0 0 20 30 32 18 0 0 71 3,55
23 11 7 2 0 0 20 65 20 6 0 0 91 4,55
24 10 9 1 0 0 20 70 16 6 0 0 92 4.6
25 14 5 1 0 0 20 70 20 3 0 0 93 4,65
614 26,1
87,71 3,72
74,4
RATA-RATA
PERSENTASI
KATEGORI SANGAT BAIK
TOTAL
RATA-RATA
PERSENTASI
KATEGORI BAIK
TOTAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
ASPEK MEDIA
12 6 7 7 0 0 20 30 28 21 0 0 79 3,95
13 10 8 2 0 0 20 50 32 6 0 0 88 4,4
14 10 8 2 0 0 20 50 32 6 0 0 88 4,4
15 6 8 6 0 0 20 30 32 18 0 0 80 4
16 13 5 2 0 0 20 65 20 6 0 0 91 4,55
17 14 4 2 0 0 20 70 16 6 0 0 92 4,6
18 14 5 1 0 0 20 70 20 3 0 0 93 4,65
611 30,55
87,28 4,36
87,28
TOTAL
RATA-RATA
PERSENTASI
KATEGORI SANGAT BAIK
KEPANJANGAN BOBOT NILAI TABEL KATEGORI
SANGAT BAIK
BAIK
CUKUP BAIK
RENTANG RATA-RATA
X>4,21
3,4<X≤4,2
2,6<X≤3,4
KATEGORISANGAT BAIK
CUKUP BAIK
KURANG BAIK
SANGAT KURANG BAIK
5
4
3
2
1 7989<X≤2,6
X≤1,79
KURANG BAIK
SANGAT KURANG BAIK
BAIK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 18. Foto kegiatan studi pendahuluan dan validasi SMP Kebon
Dalem Semarang
LAMPIRAN FOTO-FOTO STUDI PENDAHULUAN DAN VALIDASI PRODUK
MODUL DIGITAL MENULIS CERITA FANTASI DENGAN MEMADUKAN
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT NUSANTARA UNTUK
SISWA SMP KEBON DALEM KELAS VII
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
web
RATIONALE PRODUCT/ DASAR PRODUK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(bullying)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Problem Based Learning
Project Based Learning
Discovery/Inquiry Learning
Problem Based
Learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Untuk siswa
2. Untuk guru/fasilitator
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Yuk ikuti dengan saksama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pendahuluan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Apakah kamu pernah berfantasi? Tentang apa saja? Apakah kamu pernah
membaca atau menonton film Tengkorak, Another Trip To The Moon, Ambilkan
Bulan, The Mentalist ? Ataukah kamu pernah menonton The Wisard Of Oz, Mary
Poppins dan Harry Potter? Apakah kamu masih ingat sepotong kisahnya? Kisah-
kisah dalam film di atas adalah cerita fantasi yang difilmkan. Nah, kamu juga dapat
menulis cerita fantasi. Harapannya cerita fantasimu dapat dibaca orang lain bahkan
tulisanmu terkenal di berbagai penjuru. Kamu juga tentunya berharap agar kisahmu
suatu saat difilmkan. Dalam kehidupan sehari-hari kamu pasti mempunyai
imajinasi/ fantasi. Supaya tidak hilang begitu saja, maka dalam pembelajaran ini, kita
akan mengenal tahap demi tahap apa itu cerita fantasi, apa saja strukturnya, dan yang
lebih mengasyikkan adalah kita akan belajar menulis cerita fantasi. Cerita fantasi
yang akan kamu tulis kali ini juga berbeda karena kita akan terlebih dahulu
BAB 1
BERKENALAN DENGAN CERITA
FANTASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mempelajari dan membaca kembali dongeng-dongeng nusantara yang kaya akan
nilai-nilai karakter. Menarik bukan? Selain berfantasi dan menuliskannya, kamu
juga akan menggali ide terlebih dahulu dari dongeng nusantara sehingga cerita
fantasi yang akan kamu tulis juga mengandung nilai-nilai karakter yang berguna bagi
kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Sekarang simaklah cuplikan video
di bawah ini:
SSekarang simaklah cuplikan video di bawah ini:
Setelah menonton cuplikan singkat di atas, apa yang kamu
rasakan? Mengapa kamu merasa demikian? apakah kamu adalah calon
penulis cerita fantasi handal masa masa kini? Untuk menggapai cita-
citamu sebagai penulis cerita fantasi handal, kamu perlu mempersiapkan
diri dengan baik maka ayo bersemangat dan tekun mengikuti materi dari
awal hingga akhir dengan hati gembira.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kompetensi Dasar:
SSetelah mempelajari mateeri pada bab ini, siswa
ddiharapkan:
1. Menjelaskan hakikat teks cerita fantasi
2. Menyebutkan struktur teks cerita fantasi
3. Menyusun ringkasan teks cerita fantasi
4. Mengidentifikasi jenis cerita fantasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Pengertian Cerita fantasi
Berguru pada AhliB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Unsur-Unsur Cerita Fantasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Tema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Alur atau plot
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
flashback
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Penokohan
4. Latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Sudut pandang
Author omnicient
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Author participant
Author observer
Multiple
6. Amanat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Ciri Umum Cerita Imajinasi
magic futuristic
Magic
Futuristic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Jenis Cerita Imajinasi
Pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Latihan
Sepasang Saudara penyihir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Unsur-Unsur Penjelasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Sumber: www. Wordpress.com).
Unsur cerita yang tidak terdapat dalam teks adalah:
Bacalah kutipan teks cerita fantasi berikut dengan saksama!
(sumber: www. Wordpress.com).
Bacalah kutipan teks fantasi berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LLatihan
Legenda Dewi Bulan Bulan Jelita adalah anak dari sepasang petani miskin yang
tinggal di pedesaan. Karena sangat miskin, tidak ada yang peduli
dengan keluarganya. Bulan jelita memiliki penyakit kulit yang aneh di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
wajahnya sehingga menyebabkan kulitnya menghitam dan kusam.
Jika tidak mengenalnya sebelumnya, orang-orang akan mengira ia
adalah monster atau jelmaan hewan yang sangat buruk rupa.
Masyakat di desa itu sangat takut terhadap Bulan jelita dan karena
selain wajahnya yang seram juga takut tertular penyakit Bulan Jelita.
Warga desa selalu mencibir dan mencemooh Bulan karena wajahnya
yang tampak menyeramkan. Untuk menutupi wajahnya, ketika
hendak keluar rumah, Bulan Jelita selalu menutup wajahnya agar
penduduk desa tidak jijik ketika berpapasan dengannya.
Di suatu malam, Bulan Jelita bermimpi bertemu dengan
seorang pangeran tampan dan sangat ramah. Setelah mimpi
tersebut, Bulan Jelita selalu memikirkan wajah tampan dan tingkah
laku pangeran sehingga Bulan Jelita sangat mengharapkan kehadiran
pangeran tersebut di dunia nyata. Keinginannya yang kuat itu
membuat Bulan Jelita selalu memimpikan pangeran setiap malamnya.
Suatu hari, bulan Jelita menceritakan mimpinya kepada sang
ibu dan mengungkapkan keinginannya untuk bertemu dengan sang
pangeran tampan. Sang ibu yang merasa anaknya tidak pantas untuk
bertemu pangeran lantas berujar “Sudahlah Bulan anakku, kau tidak
pantas bertemu pangeran. Lupakan saja mimpimu itu. Itu tidak akan
menjadi kenyataan dan jangan pernah bercerita kepada tetangga”.
“Ibu sungguh tidak ingin menyakiti perasaanmu anakku, ibu
hanya tidak ingin anak gadis ibu satu-satunya kecewa dan menjadi
bahan olok-olokan tetangga” lanjut sang ibu sembari mengusap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepala Bulan. Bulan pun sebenarnya menyadari bahwa mimpi
tersebut terlalu mustahil dan terlalu tinggi untuk bisa terwujud
apalagi melihat raut wajah Bulan Jelita, tentu saja pangeran akan
takut melihatnya.
Malam berikutnya, Bulan Jelita termenung dan melamun
menghadap langit yang ditaburi bintang berkilau yang mengelilingi
bulan sebagai sumber cahaya keemasan yang sangat indah dan
mempesona. “Sungguh pemandangan yang sangat cantik, andai saja
aku secantik bulan”, gumam Bulan Jelita. Seketika saja Bulan Jelita
teringat akan Dewi Bulan, yaitu Dewi yang menghuni bulan.
Konon katanya Dewi Bulan adalah Dewi yang memiliki paras
cantik dan rupawan. Kecantikannya lah yang membuat bulan terus
bersinar. Setiap orang tua mengharapkan anak perempuannya
memiliki kecantikan dan keanggunan seperti Dewi Bulan. Tidak
terkecuali dengan orang tua Bulan Jelita sehingga ketika Bulan Jelita
lahir, orang tuanya memberi nama yang sama dengan Dewi Bulan.
Selain cantik, Dewi Bulan merupakan Dewi yang sangat cantik, baik
dan penyayang. Dia seringkali turun dan berkunjung ke bumi untuk
membantu manusia yang sedang mendapat masalah dan mengalami
kesulitan hidup. Bulan Jelita sangat ingin bertemu dengan Dewi Bulan
dan meminta agar wajahnya dapat secantik wajah Dewi Bulan atau
wajahnya bisa cantik kembali seperti dahulu.
Bulan Jelita kemudian menyadari bahwa Dewi Bulan hanyalah
sebuah cerita dongeng yang sering diceritakan orang tua kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
anak perempuannya dan mengharapkan anak perempuannya
secantik wajah Dewi Bulan kelak. Dengan perasaan bersedih, Bulan
Jelita kemudian mengubur harapannya untuk bertemu Dewi Bulan,
apalagi memiliki wajah cantik seperti wajah Dewi Bulan.
Sebenarnya, Bulan Jelita adalah gadis desa yang memiliki hati lembut,
penyabar, baik hati, dan senang membantu orang lain. akan tetapi,
warga desa tidak ingin pekerjaannya dibantu Bulan Jelita karena takut
tertular penyakit yang di derita Bulan Jelita. Di suatu sore, Bulan Jelita
diminta oleh ibunya untuk menjenguk nenek tua yang merupakan
salah satu tetangganya di desa tersebut.
Setelah menjenguk dan mengantar makanan sembari membantu dan
merawat nenek tua, tak terasa hari semakin gelap dan sudah larut
malam. Ketika hendak pulang, Bulan Jelita sangat kebingungan
karena di luar sangat gelap dan tidak ada obor penerangan. Beberapa
saat kemudian ribuan kunang-kunang muncul entah dari mana dan
memancarkan cahaya terang yang bersinar di sekitar Bulan Jelita.
Kunang-kunang tersebut seolah menuntun dan menerangi
Bulan Jelita untuk pulang. Setelah berjalan cukup jauh, akan tetapi
rumah yang dituju tidak kunjung sampai. “Sepertinya ini bukan arah
menuju rumahku?” gumam Bulan Jelita. Ribuan kunang-kunang
tersebut ternyata menuntun Bulan Jelita masuk ke dalam hutan yang
sangat lebat dan gelap gulita.
Bulan Jelita yang tampak panik kemudian mulai mencemaskan
keadaan. “Jangan cemas Bulan Jelita, kami tidak akan menyakitimu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kami menuntunmu kesini karena kami akan membantumu
menyembuhkan penyakitmu dan mengembalikan wajahmu seperti
sedia kala” ujar salah satu kunang-kunang. Dengan perasaan cemas
dan kini bercampur heran, lantas Bulan Jelita bertanya kepada
kunang-kunang.
“Siapakah kalian ini yang akan membuat wajah ku kembali cantik?”.
“Kami adalah utusan Dewi Bulan. Kami diminta untuk membawamu
kesini karena kau gadis baik hati”. Bulan Jelita kemudian menunggu
di tepi danau di tengah hutan dengan perasaan tidak karuan,
khawatir, takut, dan heran. Kunang-kunang yang tadinya menjadi
penerang Bulan Jelita satu demi satu terbang ke langit dan
menghilang.
Keadaan sekitar kembali menjadi gelap gulita sehingga tidak
satupun benda dapat dilihat oleh Bulan Jelita. Beberapa saat
kemudian secercah cahaya bulan berwarna keemasan turun dari
langit. Cahaya bulan terpantul ke permukaan danau. Bayangan bulan
pada danau tersebut kemudian perlahan berubah menjadi sesosok
wanita dengan paras cantik dan anggun mengenakan jubah berwarna
emas. Dengan perasaan cemas dan takut, Bulan Jelita bertanya “ Si..
siapakah engkau wahai wanita cantik?”. “Aku adalah Dewi Bulan yang
akan membantumu menyembuhkan penyakit yang menutupi
kecantikan wajahmu”, jawab Dewi Bulan. Mendengar jawaban Dewi
Bulan, Bulan Jelita kemudian merasa sangat senang luar biasa karena
akhirnya bisa bertemu dan meminta Dewi Bulan membantunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Kau adalah gadis yang baik dan penyabar Bulan Jelita, kau
telah mendapatkan dan melewati banyak sekali ujian hidup dan aku
mampu melewatinya tanpa putus asa dan tetap bersemangat.
Bahkan kau tidak pernah membalas kejahatan orang lain kepadamu.
Aku akan membantumu mengembalikan wajah cantikmu sebagai
imbalan karena selama ini kau selalu bersabar” terang Dewi Bulan.
Dewi Bulan kemudian memberikan Bulan Jelita air suci yang mampu
mengembalikan wajah cantik Bulan Jelita. Bulan Jelita kemudian
menerima air di dalam sebuah kendi kecil yang diberikan Dewi Bulan.
“Basuhlah wajahmu dengan air ini maka wajahmu akan kembali
cantik” perintah Dewi Bulan. Perlahan, tubuh Dewi Bulan kemudian
menghilang dalam bayangan pantulan cahaya bulan diatas danau.
Bulan Jelita kemudian segera membasuh wajahnya dan
seketika ia tidak sadarkan diri. Setelah sadar, ia mendapati dirinya
terbaring di atas ranjang di dalam kamarnya. Betapa terkejutnya
Bulan jelita ketika menyaksikan wajahnya di depan termin sampai ia
tidak menyadari bahwa yang berada di depan cermin adalah dirinya.
Wajahnya cantik, lembut, dan bersinar bagai cahaya bulan.
Sang ibu yang melihat wajah Bulan Jelita lantas terkejut dan tidak
percaya bahwa yang berada di hadapannya adalah putrinya. Kini,
Bulan Jelita menjadi gadis paling cantik di desanya. Semua orang
mengagumi kecantikan Bulan Jelita hingga akhirnya pangeran yang
ada dalam mimpi Bulan Jelita mendengar kabar bahwa ada seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gadis desa yang memiliki wajah jelita dan baik hati. Pangeran tampan
tersebut mempersunting Bulan Jelita dan mereka hidup bahagia.
: https://thegorbalsla.com/contoh-cerita-fantasi/)
LLatihan
1. Ayo membaca dengan teliti dan konsentrasikutipan teks cerita rakyat di bawah ini.
2. Setelah membaca, temukan nilai-nilai karakteryang terdapat dalam cerita.
3. Kembangkan nilai-nilai itu menjadi sebuah ceritafantasi yang menarik. Ingatlah kembali strukturcerita fantasi agar tulisanmu tepat.
Selamat mengerjakan....
“Kau adalah gadis yang baik dan penyabar Bulan Jelita, kautelah mendapatkan dan melewati banyak sekali ujian hidup danmampu melewatinya tanpa putus asa dan tetap bersemangat.Bahkan kau tidak pernah membalas kejahatan orang lainkepadamu. Aku akan membantumu mengembalikan wajahcantikmu sebagai imbalan karena selama ini kau selalu bersabar”terang Dewi Bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Latihan 4
Selamat mengerjakan....
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
http://dongengceritarakyat.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Simaklah cuplikan film berikut dengan teliti dan penuh
perhatian
Silakan klik !!!
(Sumber: www.downvids.net.com)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
majic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jenis cerita Fantasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Video Rangkuman materi Bab I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Apakah kamu merasakesulitan ketika mempelajaripembelajaran 1?
2. Nilai apa yang kamu perolehketika menganalisi strukturcerita fantasi?
3. Refleksiku:.......................................... .............................................................................................................. ......................................................................... ...............................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tuliskan Refleksimu di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KOMPETENSI DASAR
1. Menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita fantasi
secara lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur
dan penggunaan bahasa.
2. Melengkapi cerita fantasi yang rumpang dan
memperbaiki teks cerita fantasi dari segi diksi, tanda baca
BAB 2
MAKIN AKRAB DENGAN CERITA FANTASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Stuktur cerita fantasi
1. Orientasi
1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Komplikasi
3. Resolusi
Dikutipdari:http://www.kompasiana.com/wavesandsatellites
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Jenis-jenis cerita fantasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Unsur Kebahasaan Cerita Fantasi/Cerita Imajinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D Menyajikan Gagasan Kreatif dalam Bentuk Cerita Imajinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Apakah imajinasi penting bagi
kehidupan?
Albert
“Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Pengetahuan terbatas, sedangkan imajinasi seluas langit dan bumi”
https://search.mysearch.com/search?&apn_uid=F88E)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada bab 1 dan 2, kamu telah membaca dan mulai berlatih
menulis cerita fantasi murni. Nah..., pada bagian ini kamu akan belajar
memperdalam pengetahuanmu tentang cerita fantasi. Masih ingatkan
langkah-langkah menulis cerita fantasi? Salah satu langkah menemukan
ide menulis cerita fantasi adalah mengamati objek nyata lalu kamu
memberi imajinasi. Menemukan ide cerita fantasi juga dapat dilakukan
dari kegiatan membaca buku pengetahuan maupun buku fiksi. Misalnya
membaca buku tentang ruang angkasa, hewan langka, borgrafi tokoh.
Kali ini, kamu akan belajar hal baru yaitu menggali ide cerita fantasi
dengan membaca cerita rakyat nusantara. Suatu hal yang mengasyikkan
bukan? Setelah membaca cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia,
Sumber video: karya penulis modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pasti pengetahuanmu akan bertambah dan ide menulsi akan makin
banyak. Kamu dapat menemukan nilai-nilai karakter dlaam cerita rakyat
tersebut kemudian kembangkan menjadi sebuah cerita fantasi yang
menarik.
Langkah-Langkah menulis cerita fantasi dengan memadukan nilai-
nilai karakter dalam cerita rakyat nusantara:
1. Membaca cerita atau menyimak video “Cenderawasih”
2. Temukan nilai-nilai kehidupan di dalam video tersebut
3. Fantasikanlah apa yang terjadi jika kamu sebagai salah satu tokoh atau
pengamat.
4. Membuat rangkaian peristiwa sehingga tercipta cerita fantasi yang unik
5. Mengembangkan cerita fantasi
Berdasarkan video di atas, kamu diharapkan memperhatikan contoh di
bawah ini:
1. Menyimak video cerita Cenderawasih
2. Nilai-nilai karakter: saling menyayang (tidak iri hati)
3. Fantasi yang muncul dalam pikiran:
4. Tema: kekeluargaan.
5. Ide cerita: Bertemu dengan Rirabu sihir dalam wujud buah pandan,
Rirabu menggantikan orang tua yang sibuk di dunia ketujuh.
6. Tema: Iri hati adalah racun penghambat kemajuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rangkaian cerita:
1. Tokoh bertemu Rirabu sihir dalam wujud buah Beringin yang jatuh
di depan kantor kerja Ibunya.
2. Memungut buah pandan yang jatuh dan nampak berkilaun.
3. Rirabu sihir seakan hidup dan menyeret tokoh masuk dalam masa
penuh dengan harmoni keluarga.
4. Tokoh bertemu dengan ibu Rirabu dan berdialog tentang kasih
sayang orang tua terhadap anak-anak.
5. Tokoh bertemu lagi dengan ayah Rirabu sihir.
6. Tokoh beradu argumen dengan ayah Rirabu.
7. Tokoh dibawa pada dunia tanpa kasih
8. Tokoh bertemu dan berdialog dengan anak-anak ajaib yang hidup
tanpa orang tua.
9. Tokoh kembali pada dunia nyata dan menyadari tuntutan yang
berlebihan kepada ibunya yang berjuang sebagai pejuang tunggal.
10. Kembangkan rangkaian menjadi cerita fantasi menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BERINGIN PENYEMBUH
(Oleh: Sr. Luisa Anin, PI)
Bioro menuju tempat kerja ibundanya di dunia antah berantah.
Udara panas siang itu menyebabkan jalanan sepi. Bioro lapar dan haus
sepulang sekolah. Dengan langkah tertatih-tatih, ia berjalan kaki menuju
kantor ibundanya yang berada di Jl. Wani mati. Di sebelah kiri terdapat
jejeran rumah tua yang sudah tidak berpenghuni selama belasan tahun dan
sebelah kanan adalah bekas penjara zaman buyutnya; konon adalah
tempat pembantaian. Menurut cerita orang-orang yang lewat, bau amis
menyengat tercium dari bekas penjara tua itu kala malam hari. Dari jauh
Bioro melihat pantulan cahaya yang menyilaukan mata.
Bioro mendekat dan penasaran dengan benda yang makin
membuatnya penasaran. Bioro mendekat dan nampaklah biji kecil yang
makin berkilauan. Ia menunduk dan ingin memungut biji keci; seketika
tubuhnya gemetar dan rasanya mau pingsan. Suasana berubah menjadi
gelap pekat. Dalam keadaan setengah sadar, “wak...wak..wak..Bioro
mendengar suara burung gagak yang mengelilinginya. Bioro menggenggam
biiji kecil berkilauan itu. kali ini, Bioro tidak hanya mendengar bunyi
burung gagak tapi suara-suara aneh makin memekakan pendengarannya.
Bioro, si anak yatim berada di taman indah. Jalanan yang ia lalui
berbaris pasukan pembawa terompet. Gedung mewah berbentu segit tiga
ada di depannya. “Wah, apa ini”? Katanya dalam hati. Rerumputan hijau
dan wangi dupa tercium dan lumayan membuat hati ayem. Rasa penasaran
makin membuat Rirabu melangkah kan kaki mencar-cari kalau-kalau ada
orang yang dikenalnya. Jangan-jangan ia dapat bertemu dengan ayahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang sangat ia rindukan. Di depan mata nampak jelas tulisan 77. Pintu itu
terbuka dengan sendirinya tanpa pengawal. Suasana nampak hening.
Setelah melewati pintu 77, tertulis lagi angka 2077; Bioro telah
terperangkap masuk dalam dunia 2077.
Bioro memilih masuk dalam ruang 2077 dan dari jauh nampak
istana yang dikelilingi dayang-dayang berbaju lurik keemasan. Ruangan itu
nampak kecil dan bertingkat. Wanita cantik separuh baya yang duduk di
atas singgasana kemudian melambaikan tangan; pertanda ia memanggil
Bioro untuk naik menuju sninggasana. Dayang-dayang nampak tertunduk
dan sesekali melemparkan senyum kepada Bioro. Ketika Biro
melangkahkan kaki pada tangga kedua yang terbuat dari emas itu, tiba-tiba
langkahnya terhenti. Sepasang tentara menghunus pedang dan hampir saja
membunuh Bioro. “tung...tunggu...tunggu, jangan lakukan itu, hentikan
dan tinggalkan ruangan ini sekarang juga” cegah wanuta catik berbaju ungu
itu. wanita itu meninggalkan kursinya dan segera menyambut lembut
tangan Bioro yang kurus dan berkeringat itu. “wah....indah sekali berada
di tempat ini, Ibu” kata Bioro. Bioro dan wanita itu telah berada di kebun
dengan hamparan savana indah dan luas. Kemudian mereka duduk di
kursi tua yang dapat mengubah perasaan siapa pun yang duduk di atasnya
setiap lima menit. Suasana hangat dan penuh kekeluargaan dirasakan oleh
Bioro. Bioro dan ibu paruh baya itu bercerita tentang kasih ibu tanpa
syarat. Bioro baru saja bertemu dengan wanita itu tapi ia merasakan damai
yang menyembuhkan.
Bioro nampak takut ketika seorang laki-laki tua mengatakan
kepadanya bahwa Bioro adalah pencuri yang ingin merampas seluruh
harta kerajaan Ora Ono. Bioro membantah tuduhan itu karen atidak bukti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang jelas. Semua yang dikatakan lelaki itu hanyalah fitnah. Bioro teringat
akan kakeknya yang mempunyai sifat-sifat yang mirip, hal itu dipekuta oleh
kumis laki-laki itu yang dibairkan memanjang dan berwarna kuning
bercampur uban. “ah....kamu pencuri, ngapain kamu berada di sini? Aku
akan menelpon 1212 untuk menagkap dan mengadilimu di penjara
seumur hidup” kata laki-laki tua itu sambil menunjuk dan membuka
matanya sangat lebar.
Bioro berada di perumahan kumuh di daerah nan asin. Rumha-
rumah nampak rewot dan hampir tak beratap. Tak ada listrik ataupun
fasilitas kesehatan. Dari jauh nampak suara cekikikan bocah-bocah yang
membuatnyya penasaran. “Hai, Bongko (panggilan khas untuk laki-laki
yang umurnya lebih tua), perkenalkan nama saya Xoxo” kata seorang
balita berumur dua tahun sambil senyum. Tanpa disadari oleh Bioro,
anak-anak kecil makin lama makin banyak. Wajah-wajah senyum tampak
dalam wajah kotor dan polos. “Dimanakah orang tua kalian? Kok dari tadi
nggak kelihatan yah? “kampung ini adalah kampung yatim piatu karena
orang tua kami meninggal secara bersamaan karena virus Arura yang
terdapat dalam telepon pintar” sahut seorang anak yang usianya delapan
tahun. Bioro terperangah dan heran, mengapa anak-anak yang tinggal di
kampung yatim tidak kelihatan sedih dan susah. Senyum anak-anak dan
cerita polos mereka seketika mengubah pikiran dan hatinya yang selama
ini menuntut ibunya berlebihan. Tiba-tiba Bioro berada dan memeluk
ibundanya sambil menangis memohon maaf atas sikapnya yang kurang
sopan dan tidak tahu terima kasihnya selama ini. Bioro dan ibunya berada
di ruang kerjaa kantor ibundanya dan menikmati lezatnya Brongkos.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setelah melihat contoh cerita fantasi dengan memadukan nilai-nilai
karakter dalam cerita Cenderawasih dan memahami langkah-langkahnya.
Saanya kamu membuktikan diri dalam kemampuan menulis cerita fantasi
bernilai karakter. Sampaiakn pesan istimewamu kepada pembaca betapa
dahsyatnya sebuah imajinasi yang dikolaborasikan dengan nilai-nilai yang
terdapat dalam cerita rakyat nusantara.
Bagaimana setelah menyelesaikan aktivitas pembelajaran 1?
Menyenangkan bukan? Nah, supaya kamu makin memperkuat
petualangan dan pemahamanmu tentang cerita imajinasi, di bawah
ini kamu diberi pilihan untuk:
1. Membaca teks dengan cermat hingga tuntas.
2. Menyimak audio yang disediakan dengan konsentrasi
3. Temukan nilai-nilai karakter dalam cerita rakyat nusantara
4. Menurutmu, tema dan judul apa yang sesuai dengan nilai-
nilai karakter yang kamu temukan dalam cerita? Saatnya
kamu mengembangkan nilai-nilai karakter menjadi sebuah
cerita fantasi yang kreatif dan mengandung nilai-nilai
kehidupan.
Latihan 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
RAJA YANG BAIK HATI Dongeng dari Kalimantan Selatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pesan Moral yang disampaikan dalam dongeng ini:
Sumber: Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara 2016 Halaman 77-81)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Latihan 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Karya Dwiagustriani
Di dalam hutan, hiduplah....beruang bernama Ollo. Ia memiliki dua sahabat yaitu Imut si semut dan Acil si kelinci. Mereka bertiga bersahabat baik, sering bermain dan bercerita bersama. Setiap malam, mereka bertiga berbaring di atas undukan batu dan menatap langit malam yang penuh dengan ....., Ollo, yang suka sekali melihat langit malam, kemudian bercerita kepada Imut dan Acil tentang rasi bintang. Terkadang, Ollo bercerita tentang Orion si Pemburu, Sirius si Anjing Langit, atau pohon di bulan.
............Ollo tiba-tiba membangunkan teman-temannya. “Imut, Acil, Aku ingin ke bulan. Ingin mencari pohon itu,” katanya antusias. Imut dan Acil yang sudah terlelap, jadi begitu kaget. Ollo, aku kira ada kebakaran di hutan. Kamu mengganggu saja,” sahut Acil sambil berusaha kembali tidur. Imut bahkan tidak peduli. Ia tetap saja nyenyak dalam tidurnya.“Teman-teman, dengarkan. Aku ingin ke luar angkasa. Aku ingin ke tempat bintang-bintang dan bulan,” katanya lagi. Sangat antusias.“Ollo, tidurlah. Sudah sangat larut. .......saja ceritanya,” ujar Acil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tapi Ollo tidak lagi mendengar komentar Acil. Ia telah yakin tentang mimpinya. Sambil menggelung memandang langit, sebuah.....berkedip di atasnya. Ia tersenyum dalam tidurnya. “Bintang…”gumamnya dalam mimpi. Esok paginya, ia dengan semangat menceritakan keinginannya........ Menjangkau bulan dan bintang. “Ollo, itu sesuatu yang.......,” kata Acil. “Tidak ada beruang yang pernah menjelajah luar angkasa. Apalagi ingin mengunjungi bulan dan bintang.” ‘Iya, Ollo. Acil benar. Tapi, mengapa tiba-tiba kamu mau ke bulan dan bintang-bintang itu?” Tanya Imut penasaran.“Aku ingin tahu apakah ada pohon di bulan. Selain itu, aku ingin......satu bintang kecil di langit untuk kusimpan. Di dalam hutan ini, Aku ingin menyimpannya di buku tulisku, “ jelas Ollo. “Bintang itu tidak sekecil itu Ollo. Mungkin dari atas batu ini kita melihat mereka begitu kecil. Tapi bintang tidak ada bedanya dengan bumi. Bintang juga sangat besar. Hanya saja tempat kita sangat jauh darinya sehingga kita melihatnya begitu kecil, ” tutur si Imut.
Ollo tampak sedih. Ia membenarkan pendapat teman-temannya. Tapi ia telah jatuh cinta pada langit, bulan, dan bintang. “Apa yang harus lakukan? Aku sangat menyukai kelip mereka. Aku ingin menyimpannya di antara buku-buku bacaannku. Di dalam buku-buku tulisku,” katanya sedih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Begini saja. Kamu kan pintar mendongeng. Nah, buatlah tentang bintang dan bulan. Kamu tulis di buku. Bukankah itu sama dengan meyimpang cahaya bulan dan kerlip bintang?” saran Acil. “Ya, benar. Itu saran bagus, Cil. Langit juga takkan pernah meninggalkan kita. Ia akan tetap di atas sana. Kita masih bisa melihat bulan dan bintang tiap malam tanpa kamu harus memilikinya,” sahut Imut.
Ollo pun tersenyum sumringah. Teman-temannya telah memberikan solusi bijak. Ia akan menuliskan........tentang bintang-bintang. Juga tentang bulan. Dan juga langit. Ia tak perlu mengambil bintang di langit. Biarlah dia tetap di sana. Ia yakin tak hanya dirinya sendiri yang menyukai pemandangan langit malam.
Sore itu, ia mulai menuliskan dongengnya. Sambil memandang langit, ia menulis dongeng tentang putri bintang. Ia telah menambahkan satu bintang lagi. Bintang di buku ceritanya. Bintang di langit tampak berkerlap kerlip menyambut bintangbaru di buku cerita Ollo. Begitulah, setiap kali Ollo mempunyai.......maka ia akan membuat dongeng tentang impiannya. Ia menuliskannya agar impiannya selalu dekat bersamanya.
(Sumber: https://dosenbahasa.com/contoh-cerita-fantasi-singkat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bacalah cuplikan teks di bawah ini!
Perhatikan paragraf berikut!
Uji Kompetensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perhatikan dengan seksama paragraf berikut!
Perhatikan kutipan teks berikut!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perhatikan paragraf berikut!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perhatikan paragraf berikut!
Perhatikan kutipan teks berikut!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perhatikan kutipan cerpen berikut!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perhatikan cuplikan cerita di bawah ini!
Bacalah soal berikut ini untuk menjawab soal nomor 11 dan 12!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bacalah cuplikan teks berikut untuk menjawab soal nomor 13 dan
14!
Bacalah cuplikan teks berikut untuk menjawab soal nomor 15 dan
16!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bacalah cuplikan teks berikut untuk menjawab soal nomor 17 dan
18!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bacalah cuplikan berikut untuk menjawab soal nomor 19 dan 20!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cerita fantasi memiliki struktur yaitu:
Orientasi, komplikasi, dan resolusi. Orientasi sering disebut juga
perkenalan. Pada bagian orientasi, penulis biasanya
memperkenalkan tokoh, tema, latar tempat dan waktu, awalan
masuk ke tahap komplikasi. Komplikasi Komplikasi sering disebut
juga konflik dan terdapat pada bagian tengah suatu cerita fantasi;
bertugas mengembangkan konflik. Pada bagian ini, tokoh utama
mulai mengalami gangguan, halangan-halangan yang memisahkan
bahkan menggagalkan tujuan atau cita-citanya. Halangan-
halangan ini dapat berupa konflik tokoh mengahadapi diri sendiri,
antartokoh, maupun dengan alam. Resolusi atau penyelesaian dari
konflik atau permasalahan di dalam cerita dan mengarah kepada
akhir cerita. Bagian ini merupakan tahap penyelesaian atas masalah
yang dialami tokoh. Resolusi biasanya dapat berupa akhir cerita yang
menyenangkan, tragis dan menyedihkan.
Unsur Kebahasaan Cerita Fantasi/Cerita Imajinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setiap struktur teks memiliki kebahasaan yang digunakan
untuk mengekspresikan pikiran yang hendak dituangkan dalam
cerita yang kan ditulis. Kebahasaan suatu teks berkaitan dengan
satru-satuan kebahasaan yang menjadi penghubung bagian-
bagian teks. Unsur kebahasaan cerita fantasi meliputi: konjungsi
urutan waktu, kata ganti, dan kalimat langsung dan kalimat tidak
langsung.
Menyajikan Gagasan Kreatif dalam Bentuk Cerita Imajinasi
Penulis cerita fantasi handal harus memperhatikan langkah-langkah
menyajikan gagasan.imajinasi dalam bentuk cerita fantasi yaitu:
menemukan ide, menciptakan tokoh, menentukan latar,
menciptakan alur, dan langkah terakhir adalah mulailah menulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada Bab 3 ini, kamu akan belajar:
BAB 3 Ayo Menulis Cerita Fantasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
https://search.mysearch.com/search?&apn_uid=F88E)
Latihan 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SURI IKUN DAN DUA BURUNG
( Dongeng Nusa Tenggara Timur)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
play
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nama:
Kelas:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LATIHAN 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Sumber:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Sumber: https://i1.wp.com/warta-ahmadiyah.org/wp-content/uploads/2014/06/toleransi-
20090309_Tolerance.jpg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sumber : http://metrobali.com/wp-content/uploads/2014/06/Pawai-PKB-2014.jpg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar kerja Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LATIHAN 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Terang hilang berhenti sopan petir
Merah sihir tekun
Sabar Nenek tua terbang bunga Luar
angkasa
Gelap Anak kecil Tanggung
jawab
hantu Bermata
tujuh
Saat ini Antah
berantah
harum cerdas pemaaf
LATIHAN 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
secara
Lembar kerja Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Simaklah audio di bawah ini sebagai inspirasi.
2. Tuliskanlah cerita fantasi yang mengandung nilai-nilai
karakter berdasarkan imajinasimu.
3. Silakan klik play dan dengarkanlah secara saksama.
LATIHAN 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Simaklah audio di bawah ini sebagai inspirasi.
2. Tuliskanlah cerita fantasi yang mengandung nilai-nilai
karakter berdasarkan imajinasimu.
3. Silakan klik play dan dengarkanlah secara saksama.
LATIHAN 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar Kerja Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN KUNCI JAWABAN KEGIATAN
KUNCI JAWABAN LATIHAN 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KUNCI JAWABAN LATIHAN 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Latihan 2
PENILAIAN KETERAMPILAN MENULIS
Aspek Deskripsi Cerita Imajinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penskoran:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 Seekor
1 Bintang.
2 Pada suatu malam
2 Besok pagi
3 Bintang
3 Ke langit
3 Mustahil
4 Memetik
4 Dongeng
4 Impian
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 3
Bagian 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ayo Berefleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tuliskan Refleksimu di bawah ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tata Bahasa baku Bahasa Indonesia
Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara
Cerita Rakyat Nusantara 34 Provinsi
Modul Pembelajaran Berbasis Teks.
Bahasa Indonesia
untuk SMP/MTs Kelas VII.
Mandiri Mengasah Kemampuan Diri Bahasa
Indonesia untuk SMP/MTS Kelas VII
Ketatabahasaan dan Kesusastraan
Teori Pengkajian Fiksi
Kumpulan Dongeng Pembentuk Karakter Kesatria
Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara
Daftar Pustaka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fabel Pembentuk Karakter.
Cara Menulis Cerita. Yogyakarta
Mahir Berbahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cerita Rakyat: Cerita yang tidak diketahui
pengarangnya; bersifat turun
temurun
Cerita Fantasi: Cerita yang terdapat unsur magis,
misteri, kesaktian atau hal
supranatural yang lain.
Digital: Berhubungan dengan angka-angka
untuk sistem perhitungan tertentu;
berkaitan dengan listrik; dalam
jangakaun internet.
Imajinatif: Menggunakan imajinasi, khayal.
Kreatif: Memiliki daya cipta;memiliki
kemampuan untuk menciptakan.
Glosarium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Modul: Standar, satuan pengukur,
komponen dari suatu sistem yang
berdiri sendiri, tetapi menunjang
program dari sistem itu.
Nilai-nilai: Harga, angka, sifat-sifat (hal-hal
penting) atau berguna bagi
kemanusiaan.
Karakter: Tabiat;sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain.
Karakteristik : Mempunyai sifat khas sesuai dengan
perwatakan tertentu
Struktur Teks: Bagian-bagian sebuah teks yang
memberi ciri suatu teks.
Menjabarkan ciri awal, inti ,dan
penutup teks dalam fungsi
komunikasi tertentu.
Unsur: bagian terkecil dari suatu
benda;bagian benda yang tidak
dapat dibagi-bagi lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Biodata Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI