1
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR
BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK
KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG
Anita Puspita Handayani1, Muhardjito
2, Sumarjono
3,
Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang 1Mahasiswa Fisika Universitas Negeri Malang
2Dosen Fisika Universitas Negeri Malang
3Dosen Fisika Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan (1) mengembangkan produk instrumen tes
pilihan ganda distraktor bermakna untuk mengidentifikasi karakteristik
konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi getaran
serta (2) mendeskripsikan kelayakan instrumen tersebut. Prosedur penelitian
mengikuti langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg and Gall,
yang telah diadopsi dan dimodifikasi oleh Sukmadinata. Penelitian ini
dilakukan hingga uji coba lapangan awal (uji coba terbatas). Secara garis
besar, terdapat lima tahap dalam pelaksanaan penelitian, yaitu: (1) studi
pendahuluan, (2) perancangan draf instrumen, (3) pengembangan draf
instrumen, (4) uji coba terbatas, dan (5) revisi produk hasil pengembangan.
Pengumpulan data menggunakan instrumen: angket, instrumen wawancara,
tes uraian, dan tes pilihan ganda distraktor bermakna. Berdasarkan data
angket validasi oleh tim ahli, diketahui bahwa instrumen tes pilihan ganda
distraktor bermakna yang dikembangkan dinyatakan layak dalam ranah
materi, konstruksi, dan bahasa. Setelah uji coba terbatas, data dianalisis untuk
mengidentifikasi karakteristik konsepsi siswa, meliputi: analisis tiap indikator
soal, analisis level tiap butir soal, analisis profil siswa, dan analisis profil
kelas. Secara keseluruhan, analisis profil kelas menunjukkan bahwa siswa
yang memahami konsep dengan benar pada materi getaran masih tergolong
rendah, yaitu 29,68 %, sedangkan 70,32 % mengalami miskonsepsi.
Kata kunci: instrumen tes, pilihan ganda distraktor bermakna, konsepsi,
getaran
Penilaian merupakan satu kesatuan penting dalam pembelajaran. Dalam
Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 dinyatakan
bahwa Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk
dapat memenuhi kriteria tersebut, siswa diharuskan menguasai konsep serta
mampu mengintegrasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep
merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara
manusia dan yang memungkinkan manusia berpikir (Berg (Ed.), 1991: 8).
Umumnya konsep berjenjang dan saling berhubungan antara konsep yang lainnya,
sehingga konsep sederhana menunjang pemahaman terhadap konsep yang lebih
2
kompleks. Penguasaan konsep adalah kemampuan yang memungkinkan seseorang
dapat berbuat sesuatu (Ibrahim, 2012: 9).
Dalam pembelajaran fisika, seringkali terjadi kesalahan dalam memahami
konsep fisika yang disebut miskonsepsi. Ibrahim (2012: 13) berpendapat
miskonsepsi adalah ide atau pandangan yang salah tentang suatu konsep yang
dimiliki seseorang yang berbeda dengan konsep yang disepakati dan dianggap
benar oleh para ahli, serta pandangan yang berbeda ini bersifat penghambat.
Miskonsepsi ini semakin parah ketika guru menganggap proses belajar adalah
transfer ilmu dari guru ke siswa, padahal siswa sudah memiliki pengetahuan awal
yang membentuk konsepsinya (Wahyuningsih, 2013: 113). Dengan mengetahui
konsepsi siswa, pembelajaran yang berlangsung dapat bermakna dan mengatasi
kesulitan belajar bagi siswa.
Penelitian terdahulu yang diilakukan oleh Nur Arifiadi (2013) yaitu
menggunakan tes diagnostik berbentuk pilihan ganda materi getaran yang terdiri
dari tiga alternatif jawaban disertai alasan untuk mengetahui miskonsepsi siswa.
Hasil penelitian diketahui bahwa miskonsepsi pada materi getaran tergolong
tinggi dengan rata-rata persentase sebesar 89,56%. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak dipungkiri siswa SMA mengalami miskonsepsi pada materi Getaran. Ketika
dilakukan wawancara pada subjek penelitian, siswa SMA Negeri 2 Malang kelas
XI, diketahui bahwa sebesar 66,67% mengutarakan tidak memahami konsep
getaran. Berlanjut hasil wawancara dengan guru fisika, diketahui bahwa siswa
belum pernah diberi tes yang bertujuan mengetahui miskonsepsi.
Untuk menelusuri kesulitan belajar siswa dalam menguasai mata pelajaran
dapat menggunakan tes diagnostik (Wijaya dkk, 2013: 22). Tes diagnostik adalah
tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga
berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan
yang tepat (Arikunto, 2009: 34). Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyuningsih,
dkk (2013: 114) yang menyatakan: βtes diagnostik sengaja dirancang sebagai alat
untuk menemukan kesulitan belajar yang sedang dihadapi siswa. Hasil tes
diagnostik dapat digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran yang lebih
sesuai dengan kemampuan siswa sebenarnya, termasuk kesulitan-kesulitan
belajarnyaβ. Berbagai tes telah dikembangkan untuk mengidentifikasi
3
miskonsepsi, diantaranya tes uraian dan wawancara. Akan tetapi, tes tersebut tidak
efektif dilakukan, mengingat rata-rata setiap kelas diisi 35-45 siswa. Selain itu,
hasil dari tes tersebut tidak memberikan balikan kepada siswa untuk mengetahui
kesulitan belajarnya.
Upaya untuk mengidentifikasi karakteristik siswa dan memberi balikan
pada siswa adalah pemberian tes diagnostik berupa soal pilihan ganda distraktor
bermakna. Tujuan dari penelitian yang dilakukan, yaitu: (1) mengembangkan
produk instrumen tes pilihan ganda distraktor bermakna untuk mengidentifikasi
karakteristik konsepsi fisika siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang pada materi
getaran dan (2) mendeskripsikan kelayakan instrumen tersebut.
METODE
Penelitian ini mengikuti langkah-langkah penelitian dan pengembangan
dari Gall dan Borg, yang telah diadaptasi dan dimodifikasi oleh Sukmadinata
(Sukmadinata, 2012: 170). Pada penelitian ini dilakukan hingga uji coba lapangan
awal. Secara garis besar terdapat lima tahap penelitian, yaitu: (1) studi
pendahuluan, (2) perancangan draf instrumen, (3) pengembangan draf instrumen,
(4) uji coba terbatas, dan (5) revisi produk hasil pengembangan. Pada tahap studi
pendahuluan mencakup studi pustaka dan studi lapangan. Tahap berikutnya adalah
perancangan draf instrumen, meliputi: mengumpulkan bentuk miskonsepsi pada
materi getaran, menyusun indikator, menyusun butir soal uraian sesuai indikator,
validasi soal uraian, dan uji coba soal uraian. Selanjutnya adalah tahap
pengembangan draf instrumen, yaitu: menganalisis jawaban siswa dari soal
uraian, menyusun butir soal pilihan ganda, validasi tes pilihan ganda distraktor
bermakna, dan revisi. Setelah tes pilihan ganda distraktor bermakna direvisi, maka
menuju tahap uji coba terbatas dan tahap terakhir adalah revisi produk hasil
pengembangan.
Produk yang dihasilkan berupa seperangkat instrumen dengan materi
Getaran dalam bentuk tes pilihan ganda distraktor bermakna. Produk tersebut
bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsepsi siswa pada materi
getaran. Alternatif pilihan jawaban dikembangkan berdasarkan deskripsi level-
level yang diperoleh dari jawaban siswa pada tes uraian. Masing-masing indikator
4
dikembangkan menjadi tiga butir soal yang setara dan sama agar dapat
mengetahui konsistensi jawaban responden.
Uji coba pada penelitian ini adalah uji coba kelompok kecil (uji coba
terbatas). Uji coba kelompok kecil merupakan uji coba terbatas kepada siswa
SMA Negeri 2 Malang kelas XI. Hasil uji coba kelompok kecil digunakan untuk
analisis butir soal dan analisis identifikasi karakteristik konsepsi siswa.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah instrumen
wawancara, angket, tes uraian, dan tes pilihan ganda distraktor bermakna. Data
dari hasil wawancara digunakan untuk mendukung perlunya mengangkat
permasalahan. Data dari angket digunakan untuk mengevaluasi produk instrumen
yang dihasilkan. Angket yang digunakan menggunakan penilaian skala Likert
dengan nilai 1 sampai 4. Data dari tes uraian yang diberikan berupa jawaban-
jawaban siswa yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan produk
instrumen tes pilihan ganda distraktor bermakna.
Data hasil angket validasi dianalisis dengan perhitungan rata-rata sebagai
berikut (Sungkowo, 2010: 9).
π = π₯
π
Keterangan: π = Nilai rata-rata
π₯ = Jumlah skor jawaban penilaian
π = Jumlah penelaah
Acuan kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan disajikan dalam
Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Kelayakan
Rata-rata Kategori Kelayakan
3,26 - 4,00 Layak
2,51 β 3,25 Cukup layak
1,76 β 2,50 Kurang layak
1,00 β 1,75 Tidak layak
(Data diolah dari Sugiyono, 2010: 137)
Data uji coba terbatas tes pilihan ganda distraktor bermakna berupa
jawaban siswa, dilakukan analisis butir soal dan analisis indentifikasi karakteristik
konsepsi siswa. Analisis butir soal meliputi: validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, daya pembeda, dan kualitas pengecoh.
5
Validitas butir soal adalah ukuran sebuah butir soal dikatakan valid apabila
mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Rumus untuk menghitung
validitas butir soal menggunakan korelasi point biseral sebagai berikut (Arikunto,
2009:78).
ππππ =ππ βππ‘
ππ‘ π
π
Keterangan:
rpbi = koefisien korelasi biseral,
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari
validitasnya,
Mt = rerata skor total,
St = simpangan baku skor total,
p = proporsi siswa yang menjawab benar,
q = proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 - p)
Berikutnya adalah membandingkan harga rpbi dengan harga korelasi point biseral
(rtab) dengan taraf signifikansi 5%. Jika rpbi > rtab , maka dikatakan butir soal
tersebut valid dan dikatakan tidak valid jika berlaku kebalikannya.
Reliabilitas adalah ukuran suatu alat ukur dapat memberikan gambaran
yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang. Persamaan
reliabilitas yang digunakan adalah rumus K-R. 20 yang ditemukan oleh Kuder dan
Richardson sebagai berikut (Arikunto, 2009:100).
π11 = π
π β 1
π2 β ππ
π2
Keterangan:
11r = reliabilitas tes secara keseluruhan,
n = jumlah soal,
S = standar deviasi dari tes,
p = proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan benar,
q = proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan salah (q = 1 - p)
6
Kriteria reliabilitas soal dibagi menjadi lima kriteria, seperti pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Kriteria Reliabilitas Soal
Nilai Kategori
0,800 < r11 β€ 1,00 Sangat tinggi
0,600 < r11 β€ 0,800 Tinggi
0,400 < r11 β€ 0,600 Sedang
0,200 < r11 β€ 0,400 Rendah
0,000 < r11 β€ 0,200 Sangat rendah
(Arikunto, 2009: 75)
Tingkat kesukaran berhubungan dengan proporsi siswa yang menjawab
benar suatu butir soal. Tingkat kesukaran dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut (Arikunto, 2009:208).
π =π΅
π½π
Keterangan:
P = tingkat kesukaran,
B = jumlah siswa yang menjawab benar,
JS = jumlah seluruh siswa
Kriteria analisis tingkat kesukaran butir soal dibagi menjadi tiga kriteria, seperti
pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
Nilai p Tingkat kesukaran
0,00 < p β€ 0,30 Sukar
0,30 < p β€ 0,70 Sedang
0,70 < p β€ 1,00 Mudah
(Arikunto, 2009: 210)
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Menurut
Arikunto (2009: 213), daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan
rumus berikut.
π· =π΅π΄π½π΄
βπ΅π΅π½π΅
Keterangan:
D = daya pembeda butir soal,
JA = banyaknya peserta kelompok atas,
JB = banyaknya peserta kelompok bawah,
7
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab butir soal dengan benar,
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab butir soal dengan
benar
Kriteria analisis daya pembeda butir soal dibagi menjadi empat kriteria, seperti
pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 4. Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai D Keterangan
0,00 β 0,2 Jelek
0,21 β 0,4 Cukup
0,41 β 0,7 Baik
0,71 β 1,0 Sangat Baik
(Arikunto, 2009: 218)
Kualitas pengecoh merupakan ukuran baik tidaknya pengecoh yang
digunakan pada setiap butir soal pilihan ganda yang diberikan. Kriteria untuk
menentukan pengecoh (distraktor) berfungsi baik apabila paling sedikit dipilih
oleh 5% pengikut tes (Arikunto, 2009:220).
Analisis identifikasi karakteristik konsepsi siswa meliputi: analisis tiap
indikator, analisis profil siswa, analisis level butir soal, dan analisis profil kelas.
Untuk mempermudah analisis dapat menggunakan program AAFF (Analisis
Asesmen Formatif Fisika). Pada penelitian ini dilakukan analisis menggunakan
bantuan Microsoft Excel, yang rumus perhitungan berdasarkan program AAFF.
Analisis tiap indikator menunjukkan analisis respon keseluruhan siswa
untuk setiap indikator. Hasil dari analisis tiap indikator berupa grafik yang
menggambarkan persentase level tiap indikator, yang merupakan analisa
miskonsepsi yang terjadi pada setiap indikator. Rumus yang digunakan sebagai
berikut.
π = π₯π π₯π
Γ 100%
Keterangan:
P = persentase level tiap indikator
π₯π = jumlah siswa yang menjawab level tertentu tiap indikator
π₯π = jumlah siswa keseluruhan
Analisis profil siswa memberikan umpan balik pada setiap siswa berupa
saran mengenai konsepsinya pada setiap indikator. Siswa dikatakan memahami
8
konsep pada indikator adalah siswa yang menjawab level 4 minimal dua soal
indikator tersebut. Siswa dikatakan mengalami miskonsepsi level 1, atau level 2,
atau level 3 pada indikator adalah siswa yang menjawab level tertentu dan sama,
minimal dua soal indikator tersebut. Siswa dikatakan tidak paham konsep pada
indikator adalah siswa yang menjawab level berbeda-beda pada tiga soal indikator
tersebut, artinya jawaban siswa tidak konsisten.
Analisis level butir soal dimaksudkan untuk mengetahui analisis respon
seluruh siswa terhadap butir soal tertentu. Hasil analisis level butir soal berupa
grafik yang menggambarkan persentase jawaban pada tiap level dalam setiap butir
soal yang dianalisis. Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut.
π = π₯π π₯π
Γ 100%
Keterangan:
P = persentase level pada butir tertentu
π₯π = jumlah siswa yang menjawab level tertentu pada tiap butir tertentu
π₯π = jumlah siswa keseluruhan
Analisis profil kelas menunjukkan gambaran pencapaian seluruh siswa
pada tes yang telah dilaksanankan. Hasil analisis profil kelas berupa grafik yang
menggambarkan persentase jawaban yang diberikan oleh seluruh siswa pada
setiap level untuk semua butir soal. Perhitungan menggunakan rumus sebagai
berikut.
π = π₯π π₯π
Γ 100%
Keterangan:
P = persentase level untuk semua butir soal oleh seluruh siswa
π₯π = jumlah seluruh siswa yang menjawab level tertentu untuk semua butir
soal
π₯π = jumlah seluruh siswa x jumlah semua butir soal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis data angket validasi meliputi ranah materi, konstruksi, dan
bahasa, sebagian butir soal dinyatakan valid oleh tim ahli. Hanya butir soal nomor
4, 5, 6 yang dinyatakan cukup layak untuk ranah konstruksi dan bahasa.
9
Setelah instrumen tes pilihan ganda distraktor bermakna diujicobakan pada
21 siswa kelas XI SMA Negeri 2 Malang, setiap butir soal dianalisis melalui
validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan kualitas
pengecoh. Hasil validitas butir soal telah diperoleh 16 butir soal yang valid, diuji
dengan nilai r(21;0.05) adalah 0,433. Butir soal yang dinyatakan tidak valid, tetap
digunakan, karena butir soal tersebut sebetulnya telah dinyatakan layak oleh tim
ahli dan dapat mendeteksi konsepsi siswa. Hanya saja, butir soal tersebut perlu
diperbaiki struktur kalimat dan bahasa sesuai saran tim ahli.
Hasil uji reliabilitas untuk 16 butir soal valid dari instrumen tes pilihan
ganda distraktor bermakna memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi, sebesar
0,931. Hasil uji tingkat kesukaran, diketahui bahwa untuk kategori sukar sejumlah
18 butir soal, kategori sedang sejumlah 10 butir soal, dan kategori mudah
sejumlah 2 butir soal. Untuk daya pembeda termasuk dalam kategori sangat baik
sejumlah 1 butir soal, kategori baik sejumlah 2 butir soal, kategori cukup baik
sejumlah 11 butir soal, kategori jelek sejumlah 13 butir soal, dan kategori tidak
baik sejumlah 3 butir soal. Daya pembeda dalam kategori jelek dan tidak baik
menyebabkan jawaban siswa dapat dilakukan dengan cara menebak. Akan tetapi,
hal ini sudah ditangani dengan mengembangkan satu indikator menjadi 3 butir
soal yang setara dan sama, sehingga siswa yang menjawab menebak dapat
diketahui dengan pasti. Dalam segi kualitas pengecoh, dapat diketahui bahwa
sebagian besar butir soal sudah memiliki pengecoh baik.
Analisis tiap indikator menghasilkan diagram yang menunjukkan
persentase jawaban reponden untuk level 1, 2, 3, 4, dan Non Consistence (NC).
Gambar 1 berikut menunjukkan hasil analisis tiap indikator untuk indikator 1.
52,38%
19,05%
0%4,76%
23,81%
Level 4 Level 3 Level 2 Level 1 NC
Persentase Tiap Indikator
Indikator 1
Level 4 Level 3 Level 2 Level 1 NC
Gambar 1. Diagram Persentase Tiap Level pada Indikator 1
10
Berdasarkan diagram Gambar 1, dapat diketahui persentase kondisi siswa yang
memahami konsep dengan benar, mengalami miskonsepsi, dan tidak memahami
konsep. Siswa yang konsisten menjawab level 4 memiliki persentase 52,38% atau
sekitar 11 siswa, hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut telah memahami
konsep dengan benar untuk indikator 1. Persentase siswa yang konsisten
menjawab level 3 sebesar 19,05%, hal ini menunjukkan 4 siswa mengalami
miskonsepsi pada level 3. Persentase siswa yang konsisten menjawab level 2
adalah 0%, dan untuk siswa yang konsisten menjawab pada level 1 sebesar
4,76%. Sedangkan siswa yang menjawab tidak konsisten pada tiga butir soal
setara adalah sebesar 23,81% atau 5 siswa, hal ini menunjukkan bahwa siswa
tersebut tidak memahami konsep sehingga dalam menjawab soal kemungkinan
dengan cara menebak.
Untuk analisis level tiap butir soal untuk butir soal nomor 1 ditunjukkan
pada Gambar 2 berikut.
Berdasarkan diagram pada Gambar 2 , butir soal nomor 1 terdapat persentase
sebesar 47,62% siswa menjawab level 4; 38,10% siswa menjawab level 3; 9,52%
siswa menjawab level 2; dan 4,76% siswa menjawab level 1. Analisis tiap
indikator merupakan pendekatan yang dapat menunjukkan konsistensi jawaban
siswa pada indikator tertentu. Sedangkan analisis level tiap butir menampilkan
respon siswa yang sesungguhnya. Guru dapat mengamati butir-butir yang
menunjukkan potensi masalah, yakni butir soal dengan persentase rendah pada
level 4.
47,62%38,10%
9,52%4,76%
Level 4 Level 3 Level 2 Level 1
Persentase Level Butir 1
Level 4 Level 3 Level 2 Level 1
Gambar 2. Diagram Persentase Tiap Level pada Butir Soal Nomor 1
11
Analsis profil siswa dapat memberikan umpan balik pada siswa untuk
memperbaiki cara belajar siswa berdasarkan kesulitan yang dialami. Berikut
disajikan hasil analisis salah satu responden.
Tabel 6. Ringkasan Profil Siswa untuk Responden 1
Responden 1: Taufiq Alif H
Anda perlu meluangkan waktu untuk mempelajari lagi materi ini dan
berdiskusi lebih lanjut dengan Guru. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
catatan di bawah.
Indikator 1: Siswa berpikir bahwa jarak total dalam satu getaran penuh
sama dengan simpangan getaran pada saat tertentu
Indikator 3: Siswa berpikir bahwa frekuensi sudut lebih besar
ditunjukkan pada grafik yang memiliki jumlah gelombang yang lebih
rapat
Indikator 4: Siswa berpikir bahwa periode percobaan 1 lebih besar
daripada percobaan 2 karena pada percobaan 2 diberikan kecepatan
awal
Indikator 5: Jawaban tidak konsisten pada Indikator ini, perlu
dipelajari lagi
Indikator 13: Siswa berpikir bahwa energi kinetik benda di posisi
simpangan maksimum bernilai maksimum sedangkan bernilai nol di
posisi setimbang
Indikator 11: Siswa berpikir bahwa ketika dua sistem pegas-massa
yang bermassa berbeda berada di posisi yang sama, benda yang
bermassa lebih kecil memiliki energi total lebih besar daripada benda
yang bermassa lebih besar
Indikator 14: Siswa berpikir bahwa sudut awal simpangan yang lebih
besar mengakibatkan jarak tempuh semakin besar sehingga periode
semakin besar
Analisis profil kelas menunjukkan kondisi secara keseluruhan antara siswa
yang memahami konsep dan mengalami miskonsepsi. Gambar 3 berikut
menyajikan hasil analisis profil kelas.
29,68% 29,05%
15,56%
25,71%
Level 4: Level 3: Level 2: Level 1:
Persentase Level Seluruh Butir
Level 4: Level 3: Level 2: Level 1:
Gambar 3. Diagram Profil Kelas
12
Berdasarkan Gambar 3, diketahui bahwa siswa yang menjawab level 4 sebesar
29,68% ; level 3 sebesar 29,05% ; level 2 sebesar 15,56% ; dan level 1 sebesar
25,71%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami
miskonsepsi baik level 1, 2, ataupun 3.
KESIMPULAN
Produk yang dikembangkan berupa instrumen tes pilihan ganda distraktor
bermakna untuk mengidentifikasi karakteristik konsepsi fisika siswa kelas XI
SMA Negeri 2 Malang pada materi getaran. Jumlah soal pada instrumen tes yang
dikembangkan adalah 30 butir soal, yang dikembangkan dari 10 indikator. Setiap
indikator disusun menjadi 3 butir soal pilihan ganda yang setara dan sama.
Masing-masing butir juga terdiri dari 4 alternatif pilihan jawaban, yaitu 1 jawaban
benar dan 3 jawaban salah (distraktor).
Hasil analisis validasi oleh tim ahli, diketahui bahwa sebagian besar butir
soal tes pilihan ganda yang dikembangkan dinyatakan layak dari segi materi,
konstruksi, dan bahasa. Hasil validitas butir soal terdapat soal-soal yang tidak
valid, sehingga perlu dilakukan revisi dan dihasilkan produk akhir. Hasil uji
reliabilitas untuk 16 butir soal valid memiliki reliabilitas sebesar 0,931 sehingga
tergolong dalam kategori reliabilitas sangat tinggi.
Produk telah mampu mengidentifikasi karakteristik konsepsi siswa serta
dapat membedakan siswa yang memahami konsep dengan benar; mengalami
miskonsepsi beserta miskonsepsi yang dialami; dan tidak memahami konsep.
Selain itu, dari hasil analisis, produk yang dikembangkan dapat memberikan
balikan untuk siswa dalam memperbaiki cara belajar dan mempermudah guru
untuk memberikan remidiasi. Secara keseluruhan, analisis profil kelas
menunjukkan bahwa siswa yang memahami konsep dengan benar pada materi
getaran masih tergolong rendah, yaitu 29,68 %; sedangkan 70,32 % mengalami
miskonsepsi.
DAFTAR RUJUKAN
Arifiadi, Nur. 2013. Penggunaan Metode Demonstrasi Berbantuan Flip Chart
untuk Meremediasi Miskonsepsi Siswa Tentang Getaran di SMP. Jurnal
13
Pendidikan dan Pembelajaran, 2 (11). (Online), (http://
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/3790/3795.html),
diakses 08 Desember 2013.
Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi
Aksara.
Berg, dkk. 1991. Miskonsepsi fisika dan Remidiasi.Salatiga: Universitas Satya
Wacana.
Ibrahim, Muslimin. 2012. Seri Pembelajaran Inovatif Konsep, Miskonsepsi, dan
Cara Pembelajarannya. Surabaya: Unesa University Press.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang
Standar Kompetensi Lulusan. 2013. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfaberta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT
Remaja Rosdakarya.
Sungkowo, Bambang T. 2010. Statistika Sebagai Alat Analisis Data Penelitian.
Malang: UM Press.
Wahyuningsih, Tri., Trustho Raharjo, dan Dyah Fitriana Masithoh. 2013.
Pembuatan Instrumen Tes Diagnostik Fisika SMA Kelas XI. Jurnal
Pendidikan Fisika, 1 (1): 111-117.
Wijaya, Mujiman Hendri,. Suratno, dan Aminuddin HP. 2013. Pengembangan Tes
diagnostik Mata Pelajaran IPA SMP. Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan, 17 (1): 19-36.