1
PENINGKATAN PENGETAHUAN SISWA MENGENAI JAJANAN
SEHAT MENGGUNAKAN MEDIA MINICARD
Andini Santoso, Mazarina Devi1, Agung Kurniawan
2
1Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang 2Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang
Email: [email protected]
Abstract: Snacks are holding an important role in providing energy and nutrients intake among
school-aged children. Snacks at school that is health less well-guaranteed will potentially bring
some effects, which are poisoning, indigestion, and in a long time causing malnutrition.
Knowledge enhancement in healthy snacks around children can be done through the health
education by using nutritional counseling methods. Nutrition counseling methods in this research
were given through the minicard media that is flashcard media that has been modified its size to 12
cm x 10 cm. This research aims to determine students’ knowledge in healthy snacks in SDN 02
Mulyoagung, and also created minicard as a counseling media. This research is a quantitative
research by using pre-experiment in one group pre-test post-test model. The sample totals are 30
students, whose are 16 students in V grade and 14 students in IV grade that obtained by purposive
sampling technique. Data collection that was used is a questionnaire and data analysis which
utilized a sample test of nonparametric 2 methods related to Wilcoxon. The results obtained Sig.
(2-tailed) of 0,000 which means less than α (0.025). The average value is increased on post-test
after giving intervention in nutritional counseling by using minicard media, so it can be concluded
that counseling with the minicard media can improve students’ knowledge in healthy snacks in
SDN 02 Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Keywords: Minicard Media, Knowledge, Healthy Snacks, Elementary Students
Abstrak: Makanan jajanan memegang peranan yang cukup penting dalam memberikan asupan
energi dan zat gizi lain bagi anak-anak usia sekolah. Peningkatan pengetahuan tentang jajanan
sehat pada anak dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan dengan metode penyuluhan gizi.
Metode penyuluhan gizi pada penelitian ini diberikan melalui media minicard, yaitu media
flashcard yang telah dimodifikasi ukurannya menjadi 12 cm × 10 cm. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengetahuan siswa mengenai jajanan sehat di SDN 02 Mulyoagung, serta
menciptakan media penyuluhan minicard. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
menggunakan pre experiment dengan model one grup pre-test post-test. Sampel berjumlah 30
siswa 16 siswa kelas V dan 14 siswa kelas IV yang diperoleh dengan teknik purposive sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan metode nonparametrik
uji 2 sampel berhubungan Wilcoxon. Hasil penelitian didapatkan Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 yang
berarti kurang dari α (0,025). Terjadi peningkatan rata-rata nilai pengetahuan pada post-test setelah
diberikan intervensi berupa penyuluhan gizi dengan minicard, sehingga dapat disimpulkan bahwa
penyuluhan menggunakan media minicard efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang
jajanan sehat di SDN 02 Mulyoagung Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Setelah diadakannya
penyuluhan ini diharapkan siswa dapat mengingat informasi yang telah diberikan sehingga
mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak aman.
Kata Kunci: Media Minicard, Pengetahuan, Jajanan Sehat, Siswa Sekolah Dasar
Santoso, dkk, Peningkatan Pengetahuan Siswa Mengenai Jajanan Sehat |2
Salah satu sasaran pokok
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJM)
Kementerian Kesehatan pada Program
Indonesia Sehat 2015-2019 adalah
meningkatnya status kesehatan gizi ibu
dan anak. Menurut Hasdianah (2012)
sumber daya manusia yang berkualitas
sangat dipengaruhi oleh asupan gizi.
Gizi menjadi bagian sangat penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Gizi di dalamnya memiliki keterkaitan
yang erat dengan kesehatan dan
kecerdasan. Status gizi yang baik pada
anak-anak perlu mendapatkan perhatian
lebih karena ketika status gizi anak
buruk dapat menghambat pertumbuhan
fisik, mental maupun kemampuan
berfikir.
Menurut Fudyartanta (2012)
anak Sekolah Dasar adalah anak yang
berumur 7-13 tahun yang telah memiliki
kesadaran dan kewajiban akan aturan,
kemampuan bergaul, dan haus akan
pengetahuan baru. Anak Sekolah Dasar
seringkali membeli jajanan di sekolah.
Kebiasaan jajan di sekolah terjadi
karena 3-4 jam setelah makan pagi perut
akan terasa lapar kembali (Sihadi,
2004). Anak cenderung untuk membeli
jajanan yang tersedia paling dekat
dengan keberadaannya (Peilin, 2004).
Anak Sekolah Dasar belum mengerti
cara memilih jajanan yang sehat
sehingga berakibat buruk pada
kesehatannya. Jajanan anak sekolah
yang kurang terjamin kesehatannya
berpotensi menyebabkan keracunan,
gangguan pencernaan, dan jika
berlangsung dalam waktu yang lama
akan menyebabkan status gizi yang
buruk (Suci, 2009).
Meningkatnya waktu anak yang
dihabiskan di sekolah membuat anak
lebih terpengaruh oleh lingkungan yang
mendorong anak harus memiliki
keputusan yang baik dalam memilih
makanannya (Lindsay, 2006). Berbagai
studi menunjukkan konsumsi makanan
ringan yang tidak sehat, fast food, dan
minuman ringan meningkat (Lin W et
al, 2007). Oleh karena itu, anak sekolah
menjadi kelompok yang paling rentan
karena masih rendahnya pengetahuan
mereka tentang keamanan pangan (Nam,
2010).
Makanan jajanan menurut Food
Agricultural and Organization (FAO)
makanan jajanan adalah makanan dan
minuman yang dipersiapkan atau dijual
oleh pedagang kaki lima di jalanan dan
di tempat-tempat umum yang langsung
dikonsumsi tanpa pengolahan atau
persiapan lebih lanjut (WHO, 2006).
Makanan jajanan merupakan faktor yang
penting bagi pertumbuhan anak, karena
jajanan menyumbangkan energi dan zat
gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan
anak, sehingga jajanan yang berkualitas
baik akan mempengaruhi kualitas
makanan anak (Murphy, 2007). Kajian
makanan jajanan di Afrika menyebutkan
bahwa makanan jajanan memberikan
kontribusi energi sepertiga dan
seperempat vitamin dan mineral dari
konsumsi harian (Bremmer dll. 1990
Pratap & Booluck 2006). Oleh sebab itu,
makanan jajanan menjadi salah satu
penentu kecukupan gizi pada anak.
Pada tahun 2007, Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
melakukan survei dengan melibatkan
4.500 sekolah di Indonesia dan
membuktikan bahwa 45% jajanan anak
berbahaya. Sebesar 45% produk pangan
olahan siap saji di lingkungan sekolah
tercemar baik fisik, mikrobiologis,
maupun kimia. Selain tercemar mikroba,
banyak produk pangan mengandung
formalin, boraks, dan zat pewarna
tekstil. Pusat Pengembangan Kualitas
Jasmani Departemen Pendidikan
Nasional mengakui bahwa selama ini
masih banyak jajanan sekolah yang
kurang terjamin kesehatannya dan
berpotensi menyebabkan keracunan
(Suci, 2009).
Temuan BPOM dalam sepuluh
tahun terakhir (2006-2010)
menunjukkan, sebanyak 48% jajanan
anak sekolah tidak memenuhi syarat
keamanan pangan karena mengandung
bahan kimia berbahaya. Bahan
tambahan pangan (BTP) dalam jajanan
sekolah telah melebihi batas aman serta
cemaran mikrobiologi. Sedangkan
3 | Jurnal Preventia
berdasarkan pengambilan sampel
pangan jajanan anak sekolah yang
dilakukan di 6 ibukota provinsi (DKI
Jakarta, Serang, Bandung, Semarang,
Yogyakarta dan Surabaya), ditemukan
72,08% positif mengandung zat
berbahaya. Temuan lain yang lebih
mencengangkan lagi, berdasarkan data
kejadian luar biasa (KLB) keracunan
pangan yang dihimpun oleh Direktorat
Surveilan dan Penyuluhan Keamanan
Pangan – BPOM RI dari Balai Besar /
Balai POM di seluruh Indonesia pada
tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa
17,26%-25,15% kasus terjadi di
lingkungan sekolah dengan kelompk
tertinggi siswa SD (Badan Intelegen
Negara, 2012).
Tahun 2011, Badan POM juga
telah melakukan sampling dan pengujian
laboratorium terhadap Pangan Jajanan
Anak Sekolah (PJAS) yang diambil dari
866 Sekolah Dasar / Madrasah
Ibtidaiyah yang tersebar di 30 kota di
Indonesia. Dari 4.808 sampel pangan
jajanan anak sekolah, 1.705 (35,46%)
sampel diantaranya tidak memenuhi
persyaratan keamanan dan atau mutu
pangan (Safitri, 2014). Menurut data
dari bidang Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang tahun
2016, lima tahun terakhir ini terjadi
enam kasus keracunan anak yang terjadi
di lingkup sekolah. Kasus tersebut
terjadi di Kecamatan Turen, Ngantang,
Tirtoyudo, Tajinan, Dau, dan
Gondanglegi. Keracunan tersebut terjadi
dikarenakan anak mengkonsumsi
jajanan di sekitar sekolah antara lain,
keracunan rumput laut di toko sekitar
sekolah, konsumsi cilok dan martabak
mini, konsumsi sate usus, konsumsi mie
pangsit, konsumsi biskuit yang sudah
kadaluwarsa, serta konsumsi mie sedap
dan telur ceplok.
Data sekolah yang terdapat
kasus keracunan selama 5 tahun terakhir
pada tahun 2016 terjadi di SDN 2 Turen
dengan jumlah korban 6 anak, kedua
terjadi pada tahun 2015 terjadi di SDN
03 Ngantang dengan jumlah korban 11
anak. Kasus ketiga terjadi di SDN 03
Purwodadi pada tahun 2015 dengan
jumlah korban 18 anak. Kemudian pada
tahun 2013 terjadi 3 kasus keracunan di
SDN Gunung Ronggo Tajinan, SDN 2
Mulyoagung Dau , dan MI Wahid
Hasyim Gondanglegi dengan masing-
masing korban 21 anak, 13 anak, dan 8
anak.
Menurut data tersebut dapat
disimpulkan bahwa keracunan pada
anak yang terjadi diakibatkan kurangnya
pengetahuan anak tentang jajanan /
makanan yang sehat. Kurangnya
pengetahuan dapat mempengaruhi
perilaku seseorang termasuk perilaku
kesehatan, sehingga bisa menjadi
penyebab tingginya angka kejadian
suatu penyakit. Pemberian pengetahuan
kepada anak sekolah dasar dapat
dilakukan dengan cara penyuluhan
kesehatan (Maulana, 2012). Penyuluhan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan
yang dilakukan dengan menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak hanya sadar,
tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan
dapat melaksanakan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan.
(Supariasa, 2014).
Observasi awal yang telah
dilakukan di SDN 2 Mulyoagung
Kecamatan Dau Kabupaten Malang,
ditemukan bahwa banyak pedagang kaki
lima yang berjualan di sekitar sekolah.
Setiap harinya tidak kurang dari 8
pedagang kaki lima yang berjualan di
halaman depan SDN 02 Mulyoagung.
Sebagian besar siswa membeli jajanan
tersebut pada jam istirahat. Selain itu,
jajanan yang dijual kebanyakan terbuka
dan tidak ditutup ketika dijajakan, serta
saus dan bumbu yang digunakan juga
menggunakan warna yang mencolok.
Berdasarkan uraian diatas, penulis
melakukan penelitian mengenai
pendidikan kesehatan melalui
penyuluhan gizi dengan media minicard
terhadap pengetahuan jajanan sehat pada
siswa SDN 02 Mulyoagung.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan rancangan penelitian
Santoso, dkk, Peningkatan Pengetahuan Siswa Mengenai Jajanan Sehat |4
pre-experiment untuk mengukur
seberapa efektif perlakuan yang sudah
diberikan, sedangkan model yang
digunakan adalah one grup pretest
posttest. Tidak ada kelompok
pembanding (kontrol) dalam penelitian
ini, tetapi sudah dilakukan observasi
pertama dengan pretest sehingga
memungkinkan adanya perubahan
setelah adanya perlakuan. Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yaitu
variabel bebas berupa penyuluhan gizi
menggunakan media minicard dan
variabel bebterikat berupa pengetahuan
mengenai jajanan sehat.
Populasi dalam penelitian adalah
seluruh siswa SDN 02 Mulyoagung
Kecamatan Dau Kabupaten Malang
yang berjumlah 111 siswa. Sedangkan
sampel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas IV dan V SDN 02 Mulyoagung
sebesar 30 siswa. Teknik yang
digunakan untuk menentukan sampel
adalah purposive sampling. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah alat penelitian (minicard) dan
kuesioner. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunkan hasil
pengamatan (observasi awal),
wawancara, dan tes pengetahuan
menggunakan kuesioner. Analisis data
yang digunakan adalah uji statistik Two
Related Sampel (Wilcoxon).
HASIL
Identitas Responden
Tabel 1 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan Ekivalen (Leq)
Penellitian ini dilakukan pada
siswa kelas IV dan kelas V SDN 02
Mulyoagung Kecamatan Dau Kabupaten
Malang. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat
diketahui bahwa jumlah responden (n)
adalah sebesar 30. Dari 30 responden,
paling muda berumur 9 tahun dan paling
tua berumur 12 tahun. Dari data umur
responden tersebut, 13,3% berumur 9
tahun yaitu sebanyak 4 responden;
46,7% berumur 10 tahun yaitu sebanyak
14 responden; 33,3% berumur 11 tahun
yaitu sebanyak 10 responden; dan 6,7%
berumur 12 tahun yaitu sebanyak 2
responden.
Tabel 4.2 Jenis Kelamin
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui
bahwa responden terdiri atas 63,3% laki-
laki yaitu sebanyak 19 responden dan
36,7% perempuan yaitu sebanyak 11
responden.
Umur Frekuensi Persentase
9 4 13.3
10 14 46.7
11 10 33.3
12 2 6.7
Total 30 100.0
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 19 63.3
Perempuan 11 36.7
Total 30 100.0
5 | Jurnal Preventia
Tabel 4.3 Kelas Responden
Kelas Frekuensi Persentase
4 14 46.7
5 16 53.3
Total 30 100.0
Dari Tabel 4.3 dapat diketahui
bahwa 46,7% responden yaitu sebanyak
14 siswa dari kelas 4 dan 53,3%
responden yaitu sebanyak 16 siswa dari
kelas 5.
Data Skor Pre-test
Data pre-test didapatkan
sebelum perlakuan menggunakan media
minicard. Diberikan soal dengan jumlah
22 butir soal. Subjek pre-test berjumlah
30 responden. Dari hasil tes
pengetahuan tentang jajanan sehat
didapatkan nilai rata-rata 60,6. Skor
tertinggi yang didapatkan oleh
responden penyuluhan adalah 82 dan
skor terendah yang didapatkan adalah
36. Pada pengukuran awal test (pre-
test), hanya ada 4 orang yang
mendapatkan nilai baik (>75) dan
antusias dalam menjawab pertanyaan
kuesioner dari peneliti. Jawaban yang
diberikan oleh siswapun juga banyak
yang belum tepat sesuai dengan
informasi yang akan diberikan dalam
penyuluhan gizi menggunakan media
minicard. Berikut adalah tabel frekuensi
skor pre-test yang didapatkan.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Pre-test
Nilai Frekuensi Persentase
36 1 3.3
41 2 6.7
45 5 16.7
55 3 10.0
59 3 10.0
64 4 13.3
68 4 13.3
73 4 13.3
77 3 10.0
82 1 3.3
Total 30 100.0
Data Skor Post-test
Data post-test didapatkan
setelah diberikan perlakuan
menggunakan media minicard. Hasil
dari post-test inilah yang nantinya
menjadi indikator peningkatan setelah
diberikan perlakuan. Setelah dilakukan
intervensi hanya ada 2 siswa yang
mendapatkan nilai (<75), sedangkan 28
siswa lain mengalami peningkatan nilai
pada pengukuran tes akhir (post-test).
Santoso, dkk, Peningkatan Pengetahuan Siswa Mengenai Jajanan Sehat |6
Alat peraga minicard meningkatkan
pengetahuan yang baik pada siswa kelas
IV & V SDN 02 Mulyoagung mengenai
materi jajanan sehat. Dari hasil tes
pengetahuan tentang jajanan sehat,
didapatkan nilai rata-rata sebesar 91,9.
Skor tertinggi yang didapatkan oleh
responden penyuluhan adalah 100 dan
skor terendah yang didapatkan adalah
73. Berikut adalah tabel frekuensi skor
pre-test yang didapatkan
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Post-test
Nilai Frekuensi Persentase
73 2 6.7
82 3 10.0
86 4 13.3
91 6 20.0
95 5 16.7
100 10 33.3
Total 30 100.0
Dalam uji normalitas, terdapat
dua hipotesis, yaitu (a) Hipotesis nihil
(H0), yang berbunyi ‘data berdistribusi
normal’; dan (b) Hipotesis alternatif
(Ha), yang berbunyi ‘data tidak
berdistribusi normal’.
Pengambilan keputusan menggunakan
nilai Asymp. Sig atau signifikansi (α)
0,05. Apabila nilai signifikansi (α) >
0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak,
dan apabila nilai signifikansi (α) < 0,05
maka H0 ditolak dan Ha diterima. H0
dalam penelitan ini adalah tidak terdapat
peningkatan pengetahuan siswa SDN 02
Mulyoagung yang diberi penyuluhan
mengenai jajanan sehat menggunakan
minicard. Sedangkan Ha dalam
penelitian ini berbunyi terdapat
peningkatan pengetahuan siswa SDN 02
Mulyoagung yang diberi penyuluhan
mengenai jajanan sehat menggunakan
minicard
Tabel 4.6 Normalitas Data
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Nilai_Pre-test .153 30 .071 .941 30 .094
Nilai_Post-test .178 30 .017 .871 30 .002
Uji normalitas dalam penelitian
ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov
Test karena jumlah sampel ≤ 30 sampel.
Dari Tabel 4.6 diketahui bahwa nilai
Sig. pre-test sebesar 0,071. Hal ini
berarti nilai tersebut lebih dari 0,05
sehingga H0 diterima dan Ha ditolak.
Data tersebut berdistribusi normal. Nilai
Sig. post-test sebesar 0,017. Hal ini
berarti nilai tersebut kurang dari 0,05
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.
Data post-test tidak berdistribusi normal.
Dengan demikian, uji hubungan
dilakukan dengan menggunakan metode
nonparametrik Wilcoxon.
7 | Jurnal Preventia
Tabel 4.7 Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Nilai_Post - Nilai_Pre
Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 30b 15.50 465.00
Ties 0c
Total 30
Tabel 4.7 memaparkan nilai
Mean Rank dan nilai Sum Rank dari
data sampel. Dari data sampel terlihat
semua sampel atau 30 sampel bernilai
positif (positive rank) sebesar 30.
Artinya nilai post-test 30 responden
dalam penelitian ini mengalami
peningkatan. Kemudian untuk negative
ranks menunjukkan angka 0, yang
berarti tidak ada penurunan nilai dalam
post-test penelitian ini. Selanjutnya nilai
yang sama (ties) yaitu 0, artinya tidak
ada responden yang nilai pre-test dan
post-test sama atau tidak mengalami
peningkatan maupun penurunan nilai.
Tabel 4.8 Tes Statistik
Nilai_Post - Nilai_Pre
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Kriteria pengujian dalam uji Wilcoxon
adalah H0 ditolak jika analisis statistik
hitung < α (0,025) dan H0 diterima jika
analisis statistik hitung > α (0,025).
Tabel 4.8 memaparkan hasil analisis
hipotesis. Tabel tersebut menunjukkan
bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan
adalah 0,000. Hal ini berarti nilai
tersebut kurang dari α (0,025) sehingga
H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian, terdapat peningkatan
pengetahuan siswa SDN 02
Mulyoagung yang diberi penyuluhan
mengenai jajanan sehat menggunakan
minicard.
PEMBAHASAN
Insiden keracunan nasional yang
terjadi pada tahun 2014 terbanyak
disebabkan oleh makanan, dengan
jumlah insiden 98 dari 120 insiden yang
terjadi (BPOM, 2015). Menurut Koukel
S, (2009) banyak iklan makanan yang
menawarkan jajanan seperti keripik, kue
kering, permen, dan minuman soda yang
tidak termasuk pilihan jajanan yang
baik. Penelitian yang dilakukan oleh
Safriana (2012) menunjukkan bahwa 95
responden siswa Sekolah Dasar (SD)
(64%) mengaku terpengaruh dengan
media iklan makanan. Hasil penelitian
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI) menyebutkan bahwa makanan
jajanan anak SD yang berharga murah
dan berbentuk makanan basah siap
dikonsumsi yang dijual pedagang di
sekitar lokasi sekolah masih dicampur
dengan berbagai zat berbahaya (Muhilal,
2006).
Penelitian yang dilakukan oleh
Putra (2009) 92,2% responden membeli
makanan jajanan pada saat jam istirahat
sekolah. Hal ini berkaitan dengan salah
satu alasan responden mengkonsumsi
jajanan untuk mengurangi rasa lapar
setelah beberapa jam belajar di kelas.
Rasa lapar mengurangi kemampuan
anak untuk merespon lingkungan,
memperhatikan, dan memperoleh
informasi (Chitra, 2006). Maka dari itu
dibutuhkan pengetahuan yang baik
tentang jajanan sehat agar anak bisa
memilih jajanan sehat dengan tepat.
Pengetahuan manusia diperoleh
melalui persepsinya terhadap stimulus
dengan menggunakan alat indera
Santoso, dkk, Peningkatan Pengetahuan Siswa Mengenai Jajanan Sehat |8
(Hamida, 2012). Salah satu cara untuk
dapat meningkatkan pengetahuan adalah
dengan pendidikan kesehatan.
Pendekatan dalam pemberian
pendidikan kesehatan sangat banyak
macamnya antara lain metode ceramah,
demonstrasi, diskusi kelompok, dan
lain-lain. Kegiatan penyuluhan
merupakan salah satu upaya yang
dilakukan dalam memberikan
pendidikan kesehatan. Untuk membantu
dan memperagakan dalam proses
pendidikan kesehatan perlu adanya suatu
media. Media dapat diketahui sangat
membantu sasaran didik dalam
menerima informasi berdasarkan
kemampuan penangkapan panca indera
(Wulandari, 2016).
Pendidikan gizi yang sering
dilakukan masih dengan cara
konvensional yaitu dengan metode
ceramah karena menjadi dasar dari
semua metode pembelajaran lain dan
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan pengetahuan
(Wulandari, 2007), namun cara ini
terkadang membosankan sehingga
diperlukan keterampilan dalam
pelaksanaannya (Suryani, 2013). Pada
metode ceramah ini pemateri
memberikan presentasi secara lisan
kemudian responden mencatat dan
menanggapi penjelasan, sehingga
responden cenderung pasif
(Mulyatiningsih, 2010).
Peneltian yang dilakukan oleh
Rawati (2014), diketahui tingkat
pengetahuan siswa/I SDN Tanjung
Selamat setelah dilakukan penyuluhan
dengan media kesehatan tentang
pengetahuan kebersihan gigi mengalami
peningkatan. Hasil penelitian lain oleh
Ida (2015), menyebutkan bahwa terjadi
peningkatan nilai pengetahuan siswa
kelas III SD yang mendapatkan
penyuluhan dengan media kartu
dibandingkan dengan siswa yang tidak
mendapat penyuluhan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kartu merupakan
salah satu media yang baik dalam suatu
pendidikan kesehatan. Menurut
penelitian Maduretno (2015) diketahui
bahwa penggunaan metode ceramah
hanya dapat meningkatkan niat siswa
dan siswa belum mengaplikasikan dalam
praktik memilih pangan jajanan mereka.
Kartu merupakan salah satu media
visual yang dapat membantu dan
menstimuasi indera mata (penglihatan).
Oleh karena itu, maka dibentuklah suatu
inovasi media penyuluhan gizi yaitu
dengan menggunakan media flashcard
(kartu bergambar).
Penelitian yang dilakukan oleh
Dwi tahun 2010, pada pembahasannya
menyebutkan dalam penelitian
sebelumnya masih ada beberapa
kelemahan, yaitu menggunakan
flashcard yang tidak disertai dengan
gambar atau malah menggunakan
gambar yang terlalu besar dan kata yang
terlalu kecil. Dalam hal ini indera
penglihatan anak akan terfokus pada
gambar yang bentuknya jauh lebih
menarik daripada deretan huruf, materi
yang seharusnya memberikan informasi
tidak bisa diterima secara optimal.
Sehingga dalam penelitian ini
menggunakan media minicard, yaitu
media flashcard yang telah dimodifikasi
(diubah) ukurannya dan disesuaikan
penggunaannya.
Menurut penelitian Sartika yang
dilakukan tahun 2011 tentang Pengaruh
Pendidikan Gizi Terhadap Perilaku
Konsumsi Serat Pada Siswa dengan
hasil penelitian yang menyatakan bahwa
pendidikan gizi menggunakan
kombinasi penyuluhan dan permainan
dapat meningkatkan skor pengetahuan
dan skor perilaku siswa. Media yang
cocok digunakan adalah kartu
bergambar (flashcard), cari kata (word
search), dan simulasi makanan sumber
serat. Hal ini sejalan dengan penelitian
Sartika (2014) bahwa permainan
edukatif seperti kartu bergambar
(flashcard), alat menggambar,
menggunting, menggambar, simulasi
alat kebersihan diri dan bahan makanan
dapat meningkatkan skor pengetahuan
anak tentang praktek kebersihan diri dan
makanan sehat bergizi. Selain itu, Pratiwi (2015) juga
menunjukkan hasil meningkatnya
pengetahuan pada dua kelompok
9 | Jurnal Preventia
responden dalam penelitiannya setelah
diberikan penyuluhan kesehatan
menggunakan metode permainan
edukatif maupun menggunakan metode
ceramah. Peningkatan pengetahuan pada
responden dikarenakan adanya kemauan
responden untuk mengetahui tentang
materi yang diberikan dengan lebih
rinci,sehingga mereka antusias
mengikuti penyuluhan tersebut.
Penelitian ini memperlihatkan
peningkatan nilai pengetahuan
responden setelah dilakukan
penyuluhan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi meningkatnya
pengetahuan adalah adanya informasi
yang telah diterima (Lestari, 2015).
Media massa dapat membawa pesan-
pesan yang sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Informasi
baru yang didapatkan dari media massa
dan lembaga pendidikan dapat
mengarahkan pendapat seseorang
sehingga dapat memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya sikap
yang positif (Tampubolon, 2009).
Penelitian Rogers (1983) dalam
Hafni (2011) mengungkapkan bahwa
keputusan tentang inovasi yaitu:
pengetahuan, persuasi, keputusan,
pelaksanaan, dan konfirmasi. Melalui
pendidikan kesehatan dengan alat
permainan minicard ini dapat
meningkatkan pengetahuan dimana
responden diarahkan untuk memahami
eksistensi. Pada tahap ini, responden
diberikan informasi mengenai jajanan
sehat agar pengetahuannya dapat
meningkat. Setelah pengetahuannya
meningkat diharapkan sikap dan
tindakannya juga meningkat kearah
yang positif.
Melalui pendidikan kesehatan
yaitu penyuluhan gizi ini, setelah
mendapat informasi mengenai jajanan
sehat responden mulai tertarik untuk
lebih lanjut mengetahui manfaat
mengkonsumsi jajanan sehat melalui
media minicard. Untuk dapat
mengetahui manfaat tersebut apa saja,
individu yang bersangkutan harus
mampu menyerap, mengolah, dan
memahami informasi yang diterima
sebagai stimulus. Setelah dilakukan
pengukuran awal terhadap pengetahuan
siswa tentang jajanan sehat, dilakukan
penyuluhan gizi dengan menggunakan
media minicard, dan dilakukan
pengukuran kembali terhadap
pengetahuan untuk melihat apakah ada
perubahan peningkatan atau tidak. Pada
tahap akhir penilaian, semua responden
dalam penelitian ini menunjukkan
peningkatan pengetahuan yang sudah
dibuktikan dengan meningkatnya nilai
pre-test ke post-test.
Media ini dapat meningkatkan
perhatian, konsentrasi, dan ingatan anak.
Sehingga anak tersebut diharapkan
mulai belajar menerapkan hal yang
dipelajari dan akhirnya dapat
membentuk pengetahuan yang baik
dalam pemilihan jajanan sehat. Hal ini
dikarenakan kesadaran dan ketertarikan
siswa terhadap media minicard tentang
jajanan sehat, materi yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan siswa, dan
metode serta media penyampaian
informasi yang jelas.
Hasil nilai pengetahuan dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
rata-rata skor pengetahuan pada pada
pengukuran awal (pre-test) < rata-rata
skor pengetahuan pada pada pengukuran
awal (post-test). Berdasarkan hasil nilai
pengetahuan siswa terdapat peningkatan
rerata (mean) pengetahuan setelah
diberikan penyuluhan gizi dengan media
minicard dari yang awalnya nilai rata-
rata sebesar 60, 6 menjadi 91,9 . Setelah
dilakukan intervensi responden telah
mengetahui pengertian jajanan sehat,
ciri jajanan sehat, jenis jajanan sehat,
cara memilih jajanan sehat, dampak
jajanan yang tidak sehat, menghindari
jajanan yang tidak sehat, dan cara
mencuci tangan yang benar. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wulandari (2016),
bahwa ada peningkatan pengetahuan,
sikap, dan praktik pemilihan pangan
jajanan anak sekolah dasar sebelum dan
sesudah pemberian media smartcards
pada siswa SDN Sekaran 02.
Peningkatan pengetahuan yang
lebih besar pada nilai posttest dengan
Santoso, dkk, Peningkatan Pengetahuan Siswa Mengenai Jajanan Sehat |10
selisih nilai sebesar 31,3 disebabkan
adanya hubungan penggunaan media
minicard sebagai media pendidikan
kesehatan melalui penyuluhan gizi.
Menurut Arsyad (2010), melalui gambar
siswa mampu mengenal dan
menanggapi masalah kesehatan yang
ada sesuai dengan informasi yang
didapatkan melalui media. Media berupa
kartu bergambar merupakan hal positif
dalam mendorong peningkatan
pengetahuan dan sikap terhadap objek
tertentu (Tatminingsih, 2010), dalam
penelitian ini objek adalah jajanan sehat.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Setiyono (2010), yang menyimpulkan
bahwa penggunaan media bergambar
efektif dalam promosi kesehatan
pencegahan dini kelainan refraksi pada
siswa sekolah dasar.
Penelitian yang dilakukan oleh
Wulandari, dkk (2007) membuktikan
bahwa flashcard efektif untuk
menyampaikan pesan atau informasi
kesehatan tentang penyakit kecacingan.
Presska (2012) dalam penelitiannya juga
menjelaskan bahwa dengan metode
cerita bergambar dan ceramah juga
meningkatkan pengetahuan responden
tentang kecacingan. Selain itu Marlyn,
dkk (2012) pada penelitiannya
menyimpulkan bahwa penggunaan
media flashcard lebih efektif daripada
penggunaan media kartu kata sebagai
media promosi kesehatan dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap
tentang penyakit cacingan pada anak
SDN 01 Karangduren di desa
Karangduren.
Hasil penelitian lain yaitu
Aprilaz (2016), menunjukkan bahwa
pendidikan kesehatan dengan metode
atau media apapun dapat meningkatkan
pengetahuan responden. Peningkatan
pengetahuan setelah diberikan
penyuluhan gizi sesuai dengan tujuan
pendidikan kesehatan yaitu terjadi
perubahan pengetahuan yang nantinya
diharapkan diiringi dengan perubahan
sikap, dan tingkah laku individu,
keluarga, kelompok khusus, dan
masyarakat dalam membina serta
memelihara perilaku hidup sehat serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.
Peningkatan pengetahuan responden
setelah diberikan penyuluhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah informasi. J. Guilbert
menyebutkan ada 4 faktor yang
mempengaruhi proses belajar yaitu
materi yang dipelajari, lingkungan,
instrumen, dan kondisi penerima materi
(Nursalam dan Efendi, 2008).
Syofia (2014) dalam penelitian yang
dilakukannya juga menyimpulkan
bahwa terjadi peningkatan pengetahuan
siswa setelah dilakukan penyuluhan
dengan flashcard. Perubahan
pengetahuan yang diperoleh merupakan
hasil dari penyuluhan dengan media
minicard. Media minicard ini sudah
dimodifikasi berisi gambar dan
informasi tentang jajanan sehat sehingga
anak mengalami ketertarikan untuk
memahami. Menurut penelitian Saputri
(2011) pemberian informasi dengan
media yang menarik dan suasana yang
menyenangkan sesuai dengan tahap
perkembangan kognitif anak usia
sekolah yang mayoritas respondennya
berumur 10 & 11 tahun berada dalam
tahap operasional konkrit artinya
aktivitas mental yang difokuskan pada
objek-objek peristiwa nyata atau
konkrit.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data mengenai efektivitas
penyuluhan menggunakan media
minicard, kesimpulan dalam penelitian
ini adalah terjadi peningkatan nilai rata-
rata nilai pengetahuan pada post-test
setelah diberikan intervensi berupa
penyuluhan gizi dengan minicard,
sehingga penyuluhan menggunakan
media minicard efektif dalam
meningkatkan pengetahuan tentang
jajanan sehat pada siswa kelas IV &
kelas V SDN 02 Mulyoagung. Selain
itu, juga menciptakan media minicard
dengan materi jenis dan ciri jajanan
sehat pada siswa kelas IV & V SDN 02
Mulyoagung.
11 | Jurnal Preventia
SARAN
Setelah diadakannya
penyuluhan ini diharapkan siswa dapat
mengingat informasi yang telah
diberikan dan nantinya memberikan
sikap yang positif dalam memilih
jajanan yang ada di sekolah sehingga
mengurangi paparan anak sekolah
terhadap makanan jajanan yang tidak
sehat dan tidak aman.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilaz, Istiqomah. 2016. Perbandingan
Efektivitas Antara Metode Video
Dan Cerita Boneka dalam
Pendidikan Seksual Terhadap
Pengetahuan Anak Prasekolah
Tentang Personal Safety Skill.
Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Arsyad, A. 2010. Media Pembelajaran.
Raja Grafindo Persada. Jakarta
Badan Intelegen Negara. 2012.
Penyuluhan Keamanan Pangan.
Diakses pada 20 Oktober 2016
online dalam
http://www.bin.go.id
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
2010. Sistem Keamanan Pangan
Terpadu. Diakses pada 20
Oktober 2016 online dalam
http://www.pom.go.id
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
2015. Insiden Keracunan
Nasional Tahun 2014. Diakses
pada 13 Agustus 2017. Online
dalam http://www.pom.go.id
Chitra U., Reddy CR. 2006. The Role of
Breakfast In Nutrient Intake of
Urban School Children. Public
Health Nutrition Volume 10 (1)
hal. 55-58
Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.
2016. Data Keracunan Anak
Sekolah 5 Tahun Terakhir.
Malang
Dwi, Selvy. 2010. Efektivitas
Penggunaan Metode Glenn
Doman dalam Bentuk Flashcard
terhadap Peningkatan
Kemampuan Membaca Anak
Cerebral Palsy di SLB D YPAC
Surakarta Tahun ajaran
2009/2010. Skripsi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret.
Surakarta
Fudyartanta, Ki. 2012. Psikologi
Perkembangan. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Hafni, Z. 2011. Pengaruh karakteristik
Inovasi Dan Sistem Sosial
Terhadap Adopsi Inovasi
Program Bina Keluarga Balita
(BKB) di Kelurahan Kwala
Bingai Kecamatan Stabat
Kabupaten Langkat. Diakses
pada tanggal 13 Agustus 2017
online dalam
http://www.respository.isi.ac.id/
bitstream/123456789/30598/3/C
hapter%20II.pdf
Hamida, Khairuna. 2012. Penyuluhan
Gizi dengan Media Komik
Untuk Meningkatkan
Pengetahuan Tentang
Keamanan Makanan Jajanan,
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah
Surakarta KEMAS volume 8 (1)
(2012) hal. 67-73
Hasdianah, dkk. 2012. Gizi,
Pemanfaatan Gizi, Diet, dan
Obesitas. Nuha Medika.
Yogyakarta
Kementerian Kesehatan RI. 2015.
Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019.
Jakarta
Koukel S. 2009. Choosing Health
Snacks For Children. Extension
Faculty Health, Home, and
Family Development University
of Alaska Fairbanks. Diakses
tanggal 13 Agustus 2017 online
dalam http://www.uaf.edu
Lestari, Shinta Asih Witha. 2015.
Pengaruh Penyuluhan Jajanan
Sehat Terhadap Pengetahuan
dan Sikap Siswa di Madrasah
Ibtidaiyah Gonilan Kartasura,
Naskah Publikasi. Fakultas
Santoso, dkk, Peningkatan Pengetahuan Siswa Mengenai Jajanan Sehat |12
Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Lindsay AC., Sussber KM., Kim J.,
Gortmaker S. 2006. The Role of
Parents in PreventingChilhood
Obesity, Harvard School of
Public Health Volume 16 No 1
Spring. Diakses pada 13
Agustus 2017 online dalam
http://www.Futureofchildren.org
/usr_doc/08_5562_lindsay-
etal.pdf
Lin W., Yang HC., and Pan WH. 2007.
Nutrition Knowledge, Attitude,
and Behaviour of Taiwanese
Elementary School Children,
Asia Pacific Journal Clinical
Nutrition Volume 16 (S2) : 534-
546. Diakses pada tanggal 13
Agustus 2017 online dalam
http://www.apjen.nhri.org.tw/ser
ver/APJN/Volume16/Vol16supp
l.2/(534-546)weilin.pdf
Maduretno, I.S. 2015. Niat dan Perilaku
Pemilihan Jajanan Anak
Sekolah yang Mendapat
Pendidikan Gizi Metode
Ceramah dan TGT. Indonesian
Journal of Human Nutrition,
Volume 2 (1)
Maulana, Heri. D. J. 2012. Promosi
Kesehatan. EGC. Jakarta
Marlyn, Maisje. 2012. Efektivitas
Flashcard dan Kartu Kata
dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Sikap tentang
Penyakit Cacingan di Sekolah
Dasar di Desa Karang Duren
Kecamatan Sokaraja Banyumas
Muhilal, Damayanti D. 2006. Gizi
Seimbang Untuk Anak Sekolah
Dasar Dalam Hidup Sehat
Dalam Siklus Kehidupan
Manusia. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Mulyatiningsih, E. 2010. Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif,
dan Menyenangkan (PAIKEM)
hal. 14-21. Universitas Negeri
Yogyakarta. Diakses 12 Agustus
2017 online pada
http://www.staff.uny.ac.id
Murphy , SP., Constance Gewa, C.
Grillenberger, M., Bwibo, NO.,
Neumann, CG. 2007.
Designing, Snacks to Address
Micronutrient Deficiencies in
Rural Kenyan Schoolchildren. J.
Nutr. 137 : 1093-1096
Nam-E Kang. 2010. Food Safety
Knowledge And Practice by the
Stages of Change Model in
School Children, Nutrition
Research and Practice, Volume
4 (6), hal 535-540
Nursalam dan Efendi, Ferry. 2008.
Pendidikan dalam
Keperawatan. Salemba Medika.
Jakarta.
Peilin, H. 2004. Factors Influecing
Students Decisions To Choose
Healthy Or Unhealthy Snacks At
The University Of Newcastle,
Australia. Journal of Nursing
Research, Vol. 12 no 2 hal. 83-
91.
Pratap BO, Booluck BJH. 2006.
Children’s Consumption of
Snack at School in Mauritius.
Nutrition and Food Science, 35
: 15-19
Pratiwi, Dita Anugrah. 2015. Pengaruh
Penyuluhan Metode Edukatif
dan Metode Ceramah Terhadap
Pengetahuan, Sikap, dan
Tindakan Tentang Pencegahan
Penyakit Diare Pada Murid SD
di Kecamatan Poasia Kota
Kendari Tahun 2015. Jurnal
Ilmiah Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Halu
Oleo 2015 : 2-3
Presska, Cecilia. 2012. Pengaruh
Penyuluhan Kesehatan Tentang
Kecacingan Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Siswa
Madrasah Ibtidaiyah An Nur
Kelurahan Pedurungan Kidul
Kota Semarang, Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia VII (2)
hal. 184-190
Putra, Andhika Eka. 2009. Gambaran
Kebiasaan Jajan Siswa di
Sekolah Dasar Hj. Isriati
Semarang, Artikel Penelitian.
Program Studi Ilmu Gizi
13 | Jurnal Preventia
Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro
Rawati, Siregar. 2014. Efektivitas
Penyuluhan dengan Media
Poster Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Tentang
Kesehatan Gigi pada Siswa
SDN Tanjung Selamat, Jurnal
Ilmiah PANNMED, Volume 9
(2), hal 166-169
Safitri, Cynthia H. 2014. Perbedaan
Metode Team Game
Tournament dan Ceramah
Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Pemilihan Jajanan
Sehat, Indonesian Journal of
Human Nutrition, Vol. 1 No.2 :
89-105
Safriana. 2012. Perilaku Memilih
Jajanan pada Siswa Sekolah
Dasar di SDN Gorot Kecamatan
Darul Imalah Kabupaten Aceh
Saputri, Lila Oktania. 2011.
Peningkatan Pengetahuan dan
Sikap dalam Pemilihan Jajanan
Sehat Menggunakan Alat
Permainan Edukatif Ular
Tangga. Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga. Surabaya
Sartika, Ratu A.D. 2011. Pengaruh
Pendidikan Gizi Terhadap
Pengetahuan dan Perilaku
Konsumsi Serat Pada Siswa,
Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid
17, Nomor 4 : hal 329-330
Sartika, 2014. Peningkatan
Pengetahuan Dan Sikap Dalam
Pemilihan Jajanan Sehat
Menggunakan Alat Permainan
Edukatif Ular Tangga. Artikel
Ilmiah, Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga,
Surabaya.
Setiyono, B. 2010. Efektivitas Media
Komik dalam Promosi
Pencegahan Dini Kelainan
Refraksi pada Siswa Sekolah
Dasar. Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
Sihadi. 2004. Makanan Jajanan Bagi
Anak Sekolah. Jurnal Kesehatan
YARSI
Suci, Eunike S.T. 2009. Gambaran
Perilaku Jajan Murid Sekolah
Dasar di Jakarta. Jurnal Vol 1
No. 1 : hal 29-30 Diakses pada
22 Oktober 2016 online dalam
http://www.lib.ui.ac.id
Supariasa, I Dewa N. 2014. Pendidikan
& Konsultasi Gizi. EGC. Jakarta
Suryani. 2013. Efektivitas Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Game
Tournament (TGT) dan
Numbered Heads Together
(NHT) Terhadap Keaktifan dan
Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VII SMP Muhammadiyah
8 Yogyakarta, Skripsi. Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Diakses pada 12
Agustus 2017 online dalam
http://www.digilib.uin-
suka.ac.id
Syofia. 2014. Pengaruh Penyuluhan
Makanan Bergizi Beragam
Seimbang dan Aman dengan
Menggunakan Flash Card
dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Sikap Anak
Kelas 1-3 SD Islam Titi
Berdikari Kecamatan Medan
Labuhan Tahun 2014.
Departemen Gizi Masyarakat.
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Medan
Tampubolon, F 2009, Pengaruh
Media Visual Poster Dan
Leaflet Makanan Sehat
Terhadap Perilaku Konsumsi
Makanan Jajanan Pelajar Kelas
Khusus SMAN 1 Panyabungan
Mandailing Natal, diakses 13
Agustus 2017 online dalam
http://repository.usu.ac.id/handl
e/123456789/25162?mode=full
&submit_simple=Show+full+ite
m+record
Tatminingsih, S. 2010. Permainan
Sederhana Berguna Luar Biasa
(Modifikasi Permainan
Tradisional sebagai Sarana
Pengembangan Kemampuan
Santoso, dkk, Peningkatan Pengetahuan Siswa Mengenai Jajanan Sehat |14
Anak), Jendela , Jurnal
Psikologi Anak Indonesia , Edisi
02 hal. 3
WHO. 2006. Consultation to Develop a
Strategy to Estimate the Global
Burden of Foodborn Disease.
Diakses pada tanggal 13
Agustus 2017 online dalam
http://www.who.int
Wulandari A. 2007. Peningkatan
Pengetahuan Gizi pada Anak
Sekolah Dengan Metode
Ceramah dan Role Play,
Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Semarang. Diakses pada tanggal
12 Agustus 2017 online dalam
http://eprints.undip.ac.id
Wulandari, D., Trianisa K., Abswari,
FR., Fendi R. 2007. Flashcard
Klasifikasi Dengan Sistem
Permainan Bridge Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar
Sistem Klasifikasi Makhluk
Hidup Pada Siswa SMA
Wulandari, Ratna. 2016. Efek
Smartcards Dalam
Meningkatkan Pengetahuan,
Sikap, Dan Praktik Dalam
Memilih Pangan Jajanan.
Journal Of Health Education.
Unnes Journal Of Public
Health. JHE 1 (1) 2016
Santoso, dkk, Peningkatan Pengetahuan Siswa Mengenai Jajanan Sehat |14