TUGAS KELOMPOK
PROFESI KEPENDIDIKAN
“Peran Guru Dalam Pengembangan Media Pembelajaran di Era
Teknologi Komunikasi dan Informasi.”
( Di ampu oleh Prof. Dr. H. Juhri AM. , M. Pd. )
Di susun oleh
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA(A)
FAKULTAS KEGURUAN DAN IMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla atas
tersusunnya tugas makalah PROFESI KEPENDIDIKAN dengan judul
“Peran Guru Dalam Pengembangan Media Pembelajaran di Era
Teknologi Komunikasi dan Informasi.” ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW yang menjadi Uswah dan Qudwah setiap muslim di seluruh penjuru
bumi ini.
Dalam tugas makalah Profesi kependidikan ini penyusun sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca,
dan pada kesempatan ini juga dengan segala kerendahan hati
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Juhri AM. , M. Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah profesi kependidikan.
2. Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Dan teman-teman yang ikuit membantu dan menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak
kekurangannya tanpa adanya bantuan dari berbagai sumber atau pihak
lainnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca dan semoga Allah SWT selalu menyertai dan meridhoi kita
bersama. Amiien.
Metro, ..... Maret 2013
Penulisan
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................... ii
Identitas Kelompok.................................................................... iii
Daftar Isi...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................ 2
1.4 Sistematika Pembuatan................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................ 4
2.1Peran guru dalam pengembangan media
pembelajaran di era teknologi komunikasi
dan informasi................................................................... 4
2.2Teori-teori yang berkaitan dengan sumber belajar...... 5
2.3Pengertian Media............................................................. 10
2.4Jenis dan Klasifikasi Media............................................ 11
2.5Peran Media..................................................................... 13
2.6Media yang diproyeksikan.............................................. 23
BAB III TANGGAPAN DAN SIMPULAN..................................... 35
A. Tanggapan....................................................................... 35
B. Simpulan.......................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 39
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Peran guru dalam mengembangkan media itu sangat perlu
dalam mempengaruhi proses belajar. Karena pada dasarnya
kepribadian guru memiliki hubungan dengan murid. Kemampuan
dalam mengajar dan perhatian terhadap kemampuan para peserta
didik turut mempengaruhi proses belajar. Seorang guru yang kurang
mampu menjelaskan dengan baik dan kurang menguasai bahan yang
diajarkan dapat menimbulkan kurangnya dorongan untuk menguasai
materi. (Juhri, 2009).
Maka dari itu dalam era perkembangan Iptek yang begitu
pesat dewasa ini, guru tidak cukup hanya dengan kemampuan
membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu mengelola informasi
dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa (Ibrahim,
et.al., 2001). Dalam Kegiatan Belajar mengajar di dalam kelas, setiap
siswa tentu memiliki intelegensi yang berbeda – beda baik laki – laki
maupun perempuan, itulah sebabnya mengapa media pembelajaran
sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Dampak
perkembangan Iptek terhadap proses pembelajaran adalah
diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti buku teks,
modul, overhead transparansi, film, video, televisi, slide, hypertext,
web, dan sebagainya. Oleh sebab itu guru dituntut mampu memilih
dan menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di
sekitarnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah guru sudah mampu dalam menggunakan media
pembelajaran?
2. Bagaimana peran guru dalam mengembangkan media
pembelajaran diera teknologi dan informasi?
3. Apa saja keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan media
pembelajaran?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Profesi Kependidikan dan menambah
pengetahuan bagi pembaca dan penulis, serta untuk calon guru dalam
mengembangkan media pembelajaran. Pada makalah ini terdapat hal-
hal yang dapat membantu agar seorang pengajar /guru mampu
memberi peran dengan maksimal dalam mengembangkan media
pembelajaran di era teknologi dan informasi agar tujuan pembelajaran
tersebut dapat tercapai.
1.4SISTEMATIKA PEMBUATAN
Makalah ini di buat dengan sistematika:
1. Pada pendahuluan di tulis sistematika sebagai berikut:
a) Latar belakang
b) Rumusan Masalah
c) Tujuan pembuatan
d) Systemmetika pembuatan
2. Pembahasan yang di kaji dalam makalah ini adalah peran guru
dalam pengembangan media pembelajaran di Era teknologi
komunikasi dan informasi, sebagai berikut:
a) Teori yang berkaitan dengan sumber belajar
b) Pengertian media
c) Jenis dan klasifikasi media
d) Peran media
e) Media yang tidak diproyeksikan
f) Media yang diproyeksikan.
3. Tanggapan dan kesimpulan hal-hal yang diuraikan dalam
tanggapan dan kesimpulan, sebagai berikut:
a) Tanggapan individub) Tanggapan kelompokc) Simpulan
BAB II
PEMBAHASAN
Mengenai judul “Peran Guru Dalam Pengembangan Media
Pembelajaran Di Era Teknologi Komunikasi dan Informasi”, aspek-aspek
yang dibahas dalam bab ini mencakup: Teori yang berkaitan dengan
sumber belajar, Pengertian media, Jenis dan klasifikasi media, peran
media, media yang tidak diproyeksikan, media yang diproyeksikan.
2. Peran Guru Dalam Pengembangan Media Pembelajaran di Era
Teknologi Komunikasi dan Informasi.
Media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan proses pembelajran. Dalam proses belajar
mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan
media pembelajaran. Media sangat bermanfaat sebagai penyampai
informasi yang dapat menunjang proses pengajaran semakin enak dan
tidak bosen. Media juga telah dikenal sebagai alat bantu mengajar yang
seharusnya dimanfaatkan oleh pengajar, namun kerap kali terabaikan.
Tidak dimanfaatkannya media dalam proses pembelajaran, pada
umumnya disebabkan oleh berbagai alasan, seperti waktu persiapan
mengajar yang terbatas, sulit mencari media yang tepat, biaya yang
tersedia, ataupun alasan lain. Hal tersebut sebenarnya tidak perlu muncul
apabila pengetahuan akan ragam media, karakteristik, serta kemampuan
masing-masing oleh para pengajar. Media sebagai alat mengajar
berkembang demikian pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi.
Ragam dan jenis media pun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan
sesuai dengan kondisi, waktu, keuangan, maupun materi yang akan
disampaikan. Setiap jenis media memiliki karakteristik dan kemampuan
dalam menayangkan pesan dan informasi (Kemp. 1985). Karakteristik dan
kemampuan masing-masing media perlu mendapat perhatiian dari para
pengajar sehingga mereka dapat memilih media yang sesuai dengan
kondisi yang dihadapi.
2.1. Teori-teori yang Berkaitan dengan Sumber Belajar
Sumber belajar bahwasannya mencakup apa saja yang dapat
digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar dan menampilkan
kompetensinya. (H. karwono dan H. Mularsih, 2010). Pembelajaran
diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang dirasa turut
mempengaruhi belajar. Ada tiga variable yang perlu dipertimbangkan
dalam merancang pembelajaran. Ketiga variabel tersebut adalah variabel
kondisi, variabel metode, dan variabel hasil pembelajaran. Kondisi
pembelajaran adalah mencakup semua variabel yang tidak dapat
dimanipulasi oleh perencana pembelajaran, dan harus diterima apa
adanya. Yang termasuk dalam variabel ini adalah tujuan pembelajaran,
karakteristik bidang studi, dan karakteristik siswa. Variabel metode
pembelajaran adalah mencakup semua cara yang dapat dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu. Yang termasuk
dalam variabel ini adalah strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi
penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran.
Sedangkan variabel hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang
muncul dari penggunaan metode tertentu pada kondisi tertentu, seperti
keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan daya tarik
pembelajaran.
Inti dari rencana pembelajaran adalah menetapkan metode
pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan. Fokus utama dalam perancangan pembelajaran adalah pada
pemilihan, penetapan, dan pengembangan variabel metode pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi
dan hasil pembelajaran. Analisis akan menunjukkan bagaimana kondisi
pembelajarannya, dan apa hasil pembelajaran yang diharapkan. Setelah
itu, barulah menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran
yang diambil dari perancang pembelajaran setelah mempunyai informasi
yang lengkap mengenai kondisi nyata yang ada dan hasil pembelajaran
yang diharapkan.
Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan
metode pembelajaran, yaitu :
1. Tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua
tujuan dalam semua kondisi ;
2. Metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh
yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran.
3. Kondisi pembelajaran yang berbeda bisa memiliki pengaruh yang
konsisten pada hasil pembelajaran.
Berkenaan dengan menyusun rencana pembelajaran, Reigeluth
dan Merril dalam Reigulth telah mengembangkan model pembelajaran
secara komperhensif yang terdiri dari tiga variabel utama, yaitu : (1)
kondisi pembelajaran (instructional conditions), (2) metode pembelajaran
(instructional methods), dan (3) hhasil pembelajaran (instructional
outcomes). Interaksi antara ketiga variabel tersebut dihasilkan dua teori
pembelajaran, yaitu teori pembelajaran diskriptif, dan teori pembelajaran
preskriptif, yaitu secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar : interrelasi variabel kondisi pembelajaran, metode pembelajaran,
dan hasil pembelajaran.
Pada teori pembelajaran diskriptif, variabel kondisi pembelajaran
dan metode pembelajaran merupakan variabel bebas, dn hasil
pembelajaran sebagai variabel terikat. Kedua variabel bebas berinteraksi
untuk menghasilkan efek hasil pembelajaran. Sedangkan pada teori
pembelajaran preskriptif, variabel kondisi pembelajaran dan hasil
pembelajaran merupakan variabel bebas, dan metode pembelajaran
sebagai variabel terikat.
Kedua variabel bebas tersebut berinteraksi untuk menetapkan
metode pembelajaran yang optimal. Dengan bahasa yang lebih mudah
dapat dikatakan bahwa teori pembelajaran yang yang bersifat preskriptif
membahas bagaimana mengelola faktor-faktor eksternal agar orang yang
belajar dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Sedangkan teori belajar
dekriptif membahas bagaimana proses belajar terjadi pada diri orang yang
belajar.
Degeng memberikan contoh kedua teori pembelajaran tersebut.
Pada teori pembelajaran deskriptif, apabila isi bidang studi (kondisi)
diorganisasikan dengan menggunakan model elaborasi (metode), akan
diperoleh hasil belajar yang meningkat. Sedangkan pada teori
pembelajaran preskriptif, agar diperoleh hasil belajar yang meningkat,
maka isi bidang studi (kondisi) perlu diorganisasikan dengan
menggunakan model elaborasi. Selanjutnya, Degeng mengungkapkan
bahwa kondisi pembelajaran merupakan faktor yang mempengaruhi efek
metode dalam meningkatkan hasil belajar. Metode pembelajaran
merupakan cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang
berbeda di bawah kondisi yang berbeda pula. Hasil
pembelajaranmerupakan semua efek yang dapat digunakan sebagai
indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran pada
kondisi yang berbeda. Selanjutnya, permasalahan yang berkaitan dengan
masing-masing variabel pembelajaran dapat dijelaskan melalui diagaram
taksonomi variabel pembelajaran Reigeluth dan Merril, seperti berikut.
Berdasarkan diagram tersebut, tampak bahwa pembelajaran
memiliki variabel yang saling berhubungan. Variabel kondisi berhubungan
dengan variabel strategi dan variabel hasil, demikian pula hubungan
variabel lainnya yang dapat dibolak-balik. Hal ini memberikan gambaran
bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling berkaitan satu
sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Atau dengan kata lain, dalam
merancang rencana pembelajaran perlu diperhitungkansistem yang saling
berpengaruh.
Gagne dalam Suparman mengatakan bahwa sistem pembelajaran
adalah suatu set peristiwa yang mempengaruhi anak didik sehingga
terjadi proses belajar. Kegiatan pembelajaran ini harus terencana secara
sistematis untuk dapat disebut sebagai kegiatan pembelajaran. Selain
ituu, dipaparkan juga mengenai kegiatan yang dilakukan anak didik tanpa
perencanaan sebelumnya yang disebut dengan pengalaman, bukan
disebut sebagai pembelajaran. Sekalipun kegiatan-kegiatan itu
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku anak didik, tetapi tanpa
rencana yang bertujuan.
Pengembangan pembelajaran sebagai suatu proses yang sistematis
untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran melalui tahapan berikut.
1. Perumusan tujuan instruksional umum.
2. Analisis tujuan instruksional umum.
3. Analisis kemampuan awal siswa.
4. Menuliskan tujuan instruksional khusus.
5. mengembangkan tes acuan patokan.
6. mengembangkan strategi pembelajaran.
7. mengembangkan bahan pembelajaran.
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.
9. Merevisi pembelajaran.
10.Melaksanakan evaluasi formatif.
Visualisasi tahapan, dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar. Model Dick and Carey
2.2.Pengertian Media
Definisi media pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa latin
dan merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat
didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari
pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim
et.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu
sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos,
1996). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran
mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan
pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan
pembelajaran.
Media juga berasal dari bahasa Latin yang mempunyai arti antara.
Makna tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan
untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima.
Sejumlah pakar membuat batasan tentang media, diantaranya yang
dikemukakan oleh Association of Education and Communication
Technology (AECT) Amerika. Menurut AECT, media adalah bentuk dan
saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apabila
dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan
sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran
untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik. Hal yang sama
dikemukakan sebelumnya oleh Briggs (1970) yang menyatakan bahwa
media adalah segala bentuk fisik yang dapat menyampaikan pesan serta
merangsang peserta didik untuk belajar.
Dari batasan yang telah disampaikan oleh para ahli mengenai
media, dapat disimpulkan bahwa pengertian media dalam pembelajaran
adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk
menyampaikan unformasi dari sumber ke peserta didik yang bertujuan
merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Media,
selain digunakan untuk menyampaikan pembelajaran secara utuh, dapat
juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan
pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi, sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan belajar.
2.3.Jenis dan Klasifikasi Media
Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran
cukup beragam, mulai dari media yang sederhana sampai pada media
yang cukup rumit dan canggih. Untuk mempermudah mempelajari jenis-
jenis media, karakter, dan kemampuannya, dilakukan pengklasifikasian
atau penggolongan.
Salah satu klasifikasi yang dapat menjadi acuan dalam
pemanfaatan media adalah klasifikasi yang dikemukakan oleh Edgar Dale
yang dikenal dengan kerucut pengalaman (Cone Experience). Kerucut
pengalaman Dale mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman
belajar yang diperoleh oleh peserta didik, mulai dari pengalaman belajar
langsung, pengalaman belajar yang dapt dicapai melalui gambar, dan
pengalaman belajar yang bersifat abstrak. Untuk dapat memberikan
gambaran yang lebih jelas mengenai kerucut pengalaman, perhatikan
gambar berikut.
Kerucut pengalaman Dale, menunjukkan bahwa informasi yang diperoleh
melalui pengalaman langsung yang berada pada dasar kerucut mampu
menyajikan pengalaman belajar secara lebih konkret. Semakin menuju ke
puncak, penggunaan media semakin memberikan pengalaman belajar
yang bersifat abstrak.
Penggolongan lain yang dapat dijadikan acuan dalam
pemanfaatan media adalah berdasarkan pada teknologi yang digunakan,
mulai media yang teknologinya rendah (low technology) sampai pada
media yang menggunakan media yang menggunakan teknologi tinggi
(high technology). Apabila penggolongan media ditinjau dari teknologi
yang digunakan, maka penggolongannya sangat dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi. Dengan demikian, penggolongan media dapat
berubah dari waktu kewaktu. Misalnya, dalam era tahun 1950 media
televise dikategorikan sebagai media berteknologi tinggi, tetapi kemudian
pada era tahun 1970/1980 media tersebut bergeser dengan kehadiran
media komputer. Pada masa tesebut, computer digolongkan sebagai
media dengan teknologi yang paling tinggi, tetapi kemudian dapa tahun
1990 tergeser kedudukannya dengan kehadiran media komputer
conferencing melalui internet. Kondisi seperti ini akan berlangsung selama
ilmu dan teknologi terus berkembang.
Salah satu bentuk klasifikasi yang mudah dipelajari adalah
klasifikasi yang disusun oleh Heinich, sebagai berikut.
KLASIFIKASI JENIS MEDIA
Media yang tidak dapat
diproyeksikan (non projected
media)
Realita, model, bahan grafis
(graphical material), display
Media yang diproyeksikan
(projected media)
OHT, Slide, Opaque
Media Audio (Audio) Audio kaset, audio vision, active
audio vissioon
Media Video (Video) Video
Media berbasis komputer
(computer based media)
Computer Assisted Instruction (CAI)
Computer Managed Instruction (CMI)
Multimedia kit Perangkat Praktikum
Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Heinich ini pada dasarnya
adalah penggolongan media berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu apakah
media tersebut masuk dalam golongan media yang tidak diproyeksikan
atau yang diproyeksikan, atau apakah media tertentu masuk dalam
golongan media yang dapat didengar lewat audio atau dapat dilihat secara
visual, dan seterusnya.
2.4.Peran Media
Dalam proses pembelajaran media memiliki kontribusi dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja
membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi
memberikan nilai tambah pada kegiatan pembelajaran. Hal ini berlaku
bagi segala jenis media, baik yyang canggih dan mahal ataupun media
yang sederhana dan murah. Kemp, dkk. (1985) menjabarkan sejumlah
kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran antara lain :
1. penyajian materi ajar menjadi lebih standar;
2. kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik;
3. kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif;
4. waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi;
5. kualitas belajar yang dapat ditingkatkan;
6. pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai
dengan yang diinginkan;
7. meningkatkan sifat positif peserta didik dan proses belajar menjadi
lebih kuat/baik;
8. memberikan nilai positif bagi pengajar.
Penjabaran tentang peranan media dalam pembelajaran yang
dikemukakan oleh Kemp memberikan wawasan yang luas mengenai
pemanfaatan media dalam pembelajaran.
1) Media pembelajaran juga sebagai salah satu sumber belajar,
secara umum media pembelajaran dapat digunakan untuk:
2) Merekam dan menyimpan data/informasi, misalnya bunyi suara
berbagai burung dapat direkam pada casette recorder.
3) Memanipulir objek-objek, misalnya proses pembagian sel pada
tumbuh-tumbuhan dapat diperlihatkan pada film dengan
mempercepatnya atau memperlambatnya.
4) Menyebarluaskan data/informasi, misalnya melalui siaran televisi
yang disalurkan lewat satelit komunikasi, sehingga dapat dengan
cepat apa yang terjadi pada negara lain.
Selain itu, Heinich melihat kontribusi media dalam proses
pembelajaran secara lebih global ditinjau dari kondisi berlangsungnya
proses pembelajaran, seperti berikut :
a. Proses pembelajaran yang bergantung pada kehadiran pengajar,
Pada kondisi ini, penggunaan media dalam proses pembelajaran
umumnya besifat sebagai pendukung bagi pengajar. Perancangan
media yang tepat akan sangat membantu menguatkan materi
pembelajaran yang disampaikan oleh pengajar secara langsung.
b. Proses pembelajaran tanpa kehadiran pengajar
Ketidakhadiran pengajar dalam proses pembelaran dapat
disebabkan oleh tidak tersedianya pengajar atau pengajar sedang
bekerja dengan peserta didik lain.
Media dapat digunakan secara efektif pada pendidikan formal
dimana pengajar yang karena suatu hal tidak dapat hadir di kelas
atau sedang bekerja dengan peserta didik lain.
c. Pendidikan jarak jaauh
Pendidikan jarak jauh telah berkembang dengan cepat di seluruh
dunia. Hal utama yang membedakan antara pendidikan jarak jauh
dengan pendidikan tatap muka adalah adanya keterpisahan antara
pengajar dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Adanya
keterpisahan ini membutuhkan suatu media yang berperan sebagai
jembatan antar pengajar dengan peserta didik. Peranan media
dalam pendidikan jarak jauh mampu mengatasi masalah jarak,
ruang, dan waktu. Media yang paling umum digunakan dalam
pendidikan jarak jauh adalah media cetak dengan menggunakan
sistem korespondensi.
d. Pendidikan khusus
Media memiliki peran yang penting dalam pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki keterbatasan kemampuan, misalnya yang
memiliki keterbelakangan mental, tuna netra, atau tuna rungu.
Penggunaan media tertentu akan sangat membantu proses
pembelajaran bagi mereka. Media yang digunakan adalah jenis-
jenis media yang sesuai dan tepat bagi masing-masing
keterbatasan.
Menurut Wina (2008) mdia pembelajaran juga memiliki fungsi dan
berperan sebagai berikut :
1. Menangkap suatu obyek atau peristiwa-peristiwa tersebut.
Peristiwa penting atau obyek langka dapat diabadikan dengan foto,
film, atau direkam melalui video atau audio.sehingga guru dapat
menjelaskan proses yang telah diambil dengan media tersebut.
2. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau obyek tertentu.
Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan
pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkrit, sehingga mudah
dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme.
3. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa,
sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat
lebih meningkat.
4. Media pembelajaran memiliki nilai praktis, sebagai berikut:
1) Dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimili siswa.
2) Dapat mengatasi batas ruang kelas.
3) Dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara
siswa dengan lingkungan.
4) Dapat menghasilkan keragaman pengamatan.
5) Dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan
tepat.
6) Dapat membangkitkan motivai dan merangsang peserta untuk
belajar dengan baik.
7) Dapat membangkitkan keinginan danminat baru.
8) Media dapat mengontrol kecepatan beljar siswa.
9) Dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal
yang konkrit sampai yang abstrak.
2.5. Media yang Tidak Diproyeksikan
Media ini sering disebut sebagai pameran atau displayed media.
Jenis media yang tergolong media yang tidak diproyeksikan, yaitu :
1. Realia
Realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar.
Pemanfaatan media realia tidak harus selalu dihadirkan dalam ruang
kelas, tetapi dapat digunakan sebagai suatu kegiatan observasi pada
lingkungannya. Realia dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam
bentuk sebagaiman adanya, tidak perlu dimodofikasi, tidak ada
pengubahan, kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan hidup aslinya.
Cirri media realia adalah benda asli yang masih berada dalam keadaan
utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yyang sebenarnya, dan
dapat dikenali sebagaimana wujud aslinya. Selain dalam bentuk
aslinya, penggunaan realia dapat dimodifikasi. Menurut Heinich,
modiifikasi penggunaan realia dalam proses pembelajaran dapat
dilakukan dengan tiga cara, sebagai berikut.
a. Cutaways/potongan
Cutaways adalah belahan atau potongan benda
sebenarnya yang digunakan untuk dapat melihat bagian dalam dari
benda tersebut. Misalnya realia sebuah mesin, dengan cara
membelah mesin tersebut, peserta didik akan dapat melihat
bagaimana cara kerja mesin tersebut.
b. Specimen/contoh
Specimen adalah bentuk media realia yang digunakan
dalam bentuk asli dari sebuah benda dalam jenis atau kelompoknya,
misalnya kupu-kupu dalam berbagai jenis. Untuk mempermudah
pengamatan, pada umumnya specimen tersebut dikemas atau
disimpan dalam botol, kotak, atau tempat lain yang dapat di
observasi.
c. Exhibit/pameran
realita dapat ditampilkan dalam bentuk pameran yang
dirancang seolah berada dalam lingkungan atau situasi yang asli.
Misalnya benda sejarah, benda-benda tersebut dipamerkan dalam
warna atau kondisi asli atau situasi bagaimana pemanfaatan benda
tersebut pada kuun masa tertentu, media realia dapat diadakan atau
dapat dimanfaatkan. Dengan demikian, media realia ini memberikan
suatu konstribusi yang sangat beasr dalam proses belajar mengajar.
2. Model
Pemanfaatan media realia dalam proses pembelajaran
merupakan cara yang cukup efektif, karena dapat memberikan
informasi yang lebih akurat. Walaupun tidak semua benda nyata dapat
digunakan sebagai media realia karena keterbatasan penyediaanya,
misalnya kerena ukuran ataupun biayanya. Alternative pemanfaatan
media yang menyerupai realia adalah model. Menurut brown (1985),
model didefinisikan sebagai benda nyata yang dimodifikasikan ; heinich
et al., (1996) menyebutkan hal yang senada, yaitu gambaran yang
berbentuk tiga dimensi dari sebuah benda nyata. Penggunaan model
didefinisikan sebagai media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk
mengatasi kendala pengadaan relia, seperti harga yang tinggi atau
benda yang sulit digunakan sebagai realia. Model dapat berukuran
lebih besar, lebih kecil, atau berukuran saa persis dengan benda
aslinya, serta dapat menampilkan wujud yang lengkap dan rinci dari
benda aslinya, atau dapat ditampilkan dalam wujud yang sederhana
untuk mempermudah proses kegiatan pembelajaran. Sebagai salah
satu media yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar,
model memiliki keunggulan yang tentunya sangat membantu proses
tersebut, walaupun terdapat pula keterbatasan tertentu.
3. Bahan Grafis
Media grafis yang juga dapat digolongkan sebagai media
visual nonproyeksi, mudah digunakan karena tidak membutuhkan
peralatan serta relative murah. Umumnya media yang termasuk dalam
golongan ini hanya membutuhkan biaya yang relative rendah atau
bahkan tidak memerlukan biaya sama sekali. Brown et al.,(1985)
melihat setidaknya ada lima jenis media grafis yang memiliki
keunggualan yang cukup tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yaitu
graft, char, diagram, kartu, poster, peta dan globe. Sementara heinich,
et al., (1996) menyebutkan beberapa jenis media grafis antara lain :
gambar diam, sketsa, diagram, charts, graft, poster, dan kartun.
Sebagian dari media grafis ini memerlukan kecermatan dan perhatian
khusus, karena visualisasi dari sebagian media grafis bersifat simbolis,
tidak menampilkan gambaran yang utuh, hal ini kadangkala
menimbulkan kesalahan dalam menginterprestasikan atau mengartikan
bentuk visualisasinya.
Masing-masing jenis media grafis memiliki keunikan,
keunggulan, dan keterbatasan tersendiri yang tentunya menarik untuk
dibahas satu persatu, mulai dari gambar diam, sketsa, diagram, grafik,
charts, dan poster.
Gambar diam
Dari semua media grafis, gambar diam merupakan jenis
yang paling banyak digunakan, mudah dikenali, dan mudah
dimengerti secara langsung tanpa memerlukan interprestasi.
Gambar didefinisikan representasi visual dari orang, tempat ataupu
benda yang diwujudkan di atas kanvas, kertas, atau bahan lain, baik
dengan cara lukisan , gambar, atau foto. Ukuran foto atau gambar
dapat diperbesar atau diperkecil agar dapat digunakan untuk
keperluan proses pembelajaran tertentu.
Pemanfaatan gambar dalam proses pembelajaran sangat membantu
mengajar dalam beberapa hal seperti yang dikemukakan oleh
hackbarth (1996) sebagai berikut.
a. Menarik perhatian , pada umumnya semua orang senang melihat
foto/ gambar.
b. Menyediakan gambar nyata suatu objek yang karena suatu hal
tidak mudah untuk diamati.
c. Unik.
d. Memperjelas hal-hal yang bersifat sbstrak.
e. Mampu mengilustrasikan suatu proses.
Sketsa
Merupakan gambar yang tiodak lengkap dan sederhana,
atau dapat dikatakan sebagai gambar kasar yang hanya
menampilkan bagian-bagian pokok/utama dan mengabaikan
bagian-bagian yang bersifat detail sketsa ini biasanya digunakan
apabila gambar yang lengkap dari objek yang ditampilkan tidak
tersedia, atau memang bertuhuan hanya ingin menampilkan
bagian-bagian pokok dari suatu objek.
Diagram
Visualisasi dalam bentk grafis yang masih tergolong dalam
gambar yang sedehana dalam diagram. Penggunaan diagram pada
umumnya ditunjukkna untuk menggambarkan suatu hubungan atau
menjelaskan suatu proses (Heinich et al., 1996). Diagram dapat
memberikan gambaran mengenai cara kerja suatu benda atau
bagaimana membuat, menyusun, atau membangun suatu benda.
Grafik
Grafis didefinisikan sebagai bahan-bahan nonfotografis
dengan format dua dimensi yang didesain khusus untuk
mengomunikasikan pesan dan informasi tertentu. Umumnya data
yang berbentuk data biasa ataupun table dapat disusun kedalam
bentuk grafik. Penampilan data dalam bentuk grafik umumnya akan
menjadi lebih mudah dipahami dan lebih menarik. Penggunaan
grafik dalam kegiatan pembelajaran memiliki berbagai pilihan dan
variasi. Setidaknya grafik dapat ditampilkan dalam empat jenis,
yaitu batang, gambar lingkaran, dan garis. Keempat jenis grafik ini
memiliki penampilan serta tingkat keterbacaan yang berbeda.
Grafik biasanya dilengkapi dengan tuliskan yang menjelaskan
symbol-simbol yang terdapat didalamnya. Pemilihan jenis grafik
yang akan digunakan biasanya tergantung pada kompleksitas dari
informasi atau data yang ingin disampaikan, selain itu juga
tergantung pada kemampuan atau keterampilan peserta didik
dalam menginterprestasikan grafik (Heinich et al., 1996).
Grafik batang umumnya digunakan untuk membandingkan
objek yang sejenis yang diukur dalam waktu yang berbeda atau
membandingkan objek yang berbeda dalam waktu sama.
Grafik gambar merupakan jenis grafik yang paling
sederhana dan merupakan jenis grafik yang paling sederhana dan
merupakan bentuk alternative dari grafik batang, dimana jumlah
atau angka-angka yang igin yang ingin disampaikan ditampilkan
dalam bentuk gambar. Grafik gambar ini biasanya menarik bagi
semua tingkatan usia. Untuk dapat menggunakan grafik gambar
sebagai media dalam proses pembelajaran, perlu diperhatikan
symbol gambar yang sederhana serta mudah dipahami. Misalnya,
gambar orang dapat digunakan sebagai symbol untuk menjelaskan
jumlah penduduk, atau gambar toga digunakan untuk
menyimbolkan jumlah peserta didik yang lulus.
Grafik lingkaran juga dikenal dengan sebutan grafik pie
merupakan grafik yang sangat mudah untuk dibaca dan
diinterprestasikan. Lingkaran yang digunakan untuk
menggambarkan grafik ini bagi dalam beberapa porsi atau segmen.
Tiap segmen menggambarkan bagian atau persentase dari
keseluruhan. Gabungan dari segmen-segmen dalam lingkaran
tersebut bernialai 100%. Pemberian warna dapat digunakan untuk
menonjolkan dan membedakan segmen satu dengfan segmen lain.
Jika dibandingka dengan ketiga jenis grafik lain, grafik garis
merupakan grafik yang paling akurat dan paling kompleks. Grafik ini
adalah grafik yang termasuk dalam jenis grafik dua skala yang
menggunakan absis vertical dan horizontal. Poin-poin yang tergambar
dihubungkan satu dengan dengan yang lain sehingga terlihat sebagai
sebuah garis. Garis tersebut dapat terlihat lurus atau turun naik, hal ini
ditentukan oleh nilaio yang terdapat pada skala vertical dan skala
horizontal.
Chart/Bagan
Chart atau bagan adalah salah satu jenis dari media grafis yang
digunakan untuk menyampaikan informasi atau materi yang cukup
sulit jika disampaikan secara lisan ataupun tulisan. Chart atau
bagan mampu memvisualisasikan sebuah hubungan yang bersifat
abstrak, seperti kronologis suatu kejadian atau struktur organisasi.
Dengan kemampuan tersebut, chart merupakan cara yang
sederhana dan singkat. Untuk merancang sebuah chart yang efektif
dapat dimanfaatkan berbagai macam jenis grafis, seperti gambar,
sketsa, grafik, diagram, atau bahkan bentuk verbal.
Pemanfaatan Bahan Grafis :
1. Seleksi gambar atau visual lain berdasarkan tuhuan instruksional
untuk mempengaruhi emosi atau sikap penggunaan foto akan
dapat membantu.
2. Untuk tujuan instruksional yang bersifat pendefinisian suatu
konsep, penggunaan ilustrasi kurang tepat.
3. Seleksi gambar atau visual lain juga harus berdasarkan
penggunaan gambar tersebut. Jika waktu yang digunakan untuk
menginterprestasikan sesuatu yang lebih rinci. Namun apabila
waktunya terbatas maka sebaiknya memilih gambar atau visual
yang sederhana dan mudah dimengerti, seperti diagram
sederhana, chart, atau gambar tangan biasa.
4. Criteria lain yang perlu diperhatikan adalah estetika penampilan
dan kualitas produksi. Misalnya untuk memilihg foto, perlu
diperhatikan prospektifnya, pencahayaan, focus, exposure, dan
komposisi.
5. Untuk pembuatan segala jenis media grafis, disajikan satu
ide/pokok pikiran dalajm satu gambar, usahakan sederhana dengan
penggunaan kata-kata minimal.
4. Papan Display
Berbagai media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar,
poster, chart, realia, atau lainya yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran kadangkala membutuhkan tempat untuk men-display
atau memanjang. Banyak pilihan yang dapat digunakan untuk men-
display atau memanjang media yang tidak diproyeksikan, yaitu papan
tulis (blackbroads), whitebroads, copybroads, dan bulletin broads.
Keempat jenis media display ini dapat digunakan sesuai dengan
kebutuhan.
2.6.Media yang Diproyeksikan (Projected Media)
Media yang tergolong sebagai media yang diproyeksikan
antara lain overhead transparency (OHT), slide, filmstrips, dan
opaque. Media tersebut diproyeksikan ke layer dengan menggunakan
alat khusus yang dinamakan proyektor (overhead projector, slide
projector, dan opaque projector). Namun, dengan perkembangan
teknologi telah memungkinkan computer dan video dapat
diproyeksikan dengan menggunakan peralatan khusus, yaitu LCD.
1. OHT
OHT merupakan media yang paling sering digunakan. Tidak
hanya karena popular, tetapi juga relative lebih mudah mempersiapkan
materi ataupun pengoperasianya. Selain dibutuhkan bahan
transparansi, dibutuhkan juga alat tulis khusus/pena.
Untuk mendapatkan hasil yang baik, alat tulis yang
digunakan sebaiknya khusus untuk overhead transparency. Alat tulis
yang di khususkan untuk transparansi pun dibedakan dalam dua jenis,
yaitu yang bersfat permanent dan yang dapat dihapus. Pena khusus
transparansi yang dapat dihapus biasanya digunakan untuk pemberian
tanda-tanda tertentu untuk stressing pada transparansi yang telah
ditulis secara permanent. Selain itu, pena tranparan yang tidak
permanent juga digunakan untuk menulis materi presentasi pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
Pemanfaatan OHT dalam pembelajaran
Untuk dapat memanfaatkan media OHT dalam proses
pembelajaran dengan hasil optimal, perlu diperhatikan bebepara hal
(Teague, dkk., 1994).
a. Mengajar sebaiknya mematikan overhead projector apabila tidak
sedang digunakan untuk presentasi. Dalam penggunaan OHT kerap
kali seorang pengajar mengabaikan keberadaan tombol power untuk
menghidupkan dan mematikan overhead projector. Seorang pengajar
kerap kali membiarkan overhead tetap menyala sepanjang presentasi
yang dilakukan, bahkan tanpa bahan yang diproyeksikan. Hal ini selain
mengganggu peserta didik dengan cahaya yang menyilaukan, juga
mempercepat masa hidup (life time) dari lampu proyektor.
b. Pada saat penggantian transparansi yang akan dipresentasikan
sebaiknya overhead projector dalam posisi mati (power off).
Menyalakan kembali proyektor pada saat transparansi yang akan
dipresentasikan siap atas proyektor memberikan semacam kejutan
yang akan menarik perhatian dan membuat peserta didik kembali
memfokuskan perhatiannya kepada menteri baru yang sedang
dipresentasikan.
c. Untuk mendapatkan perhatian yang berkesinambungan dari peserta
didik, sebaiknya pengajar menggunakan berbagai jenis penyajian
transparansi, seperti transparansi tunggal, overlay, dan mask,
disesuaikan dengan materi yang dipresentasikan.
2. Slide
Slide tergolong dalam media visual yang penggunaannya
diproyeksikan ke layer. Media slide dapat menampilkan gambar yang
sangat realistis. Hal ini disebabkan bahan dasar media slide merupakan
film fotografis berbentuk transparan yang sangat tepat untuk digunakan
sebagai suplemen belajar pada bidang studi eksakta, seperti jurusan
MIPA (biologi, kimia, dan fisika), arsitektur, kedokteran, dan juga pada
bidang studi social. Pada bidang studi biologi, slide dipergunakan untuk
memperlihatkan berbagai objek yang akan membuat pengajaran lebih
menarik dan hidup. Demikian pula pada bidang studi kimia, slide dapat
untuk memberikan informasi tentang perubahan warna yang terjadi
pada proses persenyawaan, dan topic-topik lain yang memerlukan
penjelasan melalui visual. Bidang-bidang ilmu social, seperti
antropologi, sejarah, kesenian, serta bidang lain yang memiliki
karakteristik materi yang perlu divisualisasikan akan sangat terbantu
dengan penggunaan media slide. Keunggulan media slide untuk
memproyeksikan gambar yang kecil menjadi ukuran yang lebih besar
sangat membantu pemahaman peserta didik tentang detail suatu objek.
Penggunaan slide dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan
ataupun tanpa suara. Slide tanpa suara pada umumnya digunakan
apabila dambar yang satu dengan gambar yang lain dapat berdiri
sendiri, sementara penjelasan langsung diberikan oleh pengajar. Lain
hal dengan slide suara, penyajian dilakukan dengan urutan tertentu
yang disinkronisasi dengan unsure suara. Walaupun slide suara dapat
digunakan untuk proses pembelajaran dalam ruang kelas secara
kelompok, namun biasanya slide suara digunakan untuk keperluan
pembelajaran secara individual.
3. Media Audio
Media audio merpakan media yang sangat fleksibel, relative murah,
praktis dan ringkas, serta mudah dibawa (portable). Media ini dapat
digunakan, baik untuk keperluan belajar kelompok (group learning)
maupun belajar individual. Dengan karakteristik yang dimilikinya, media
audio sangat efektif digunakan dalam beberapa bidang studi, seperti
bahasa, drama, dan seni musik. Penggunaan media audio untuk
pelajaran bahasa umumnya difokuskan pada dua pokok bahasa utama,
yaitu pengucapan (pronounciation) dan structure drill (hackbarth,1996).
Untuk mempelajari pronounciation, peserta didik dapat mendengarkan
kata atau frase, mengulang pengucapan, dan dapat membandingkan
pengucapan yang dilakukan dengan pengucapan yang terdengar
melalui kaset. Peserta didik dapat mengulang pengucapannya
sehingga sama atau hamper menyamai pengucapan yang terdapat
pada rekaman audio. Penggunaan rekaman audio pada bidang studi
bahasa untuk keahlian tertentu sangat berguna karena mampu
memperlihatkan penggunaan tata bahasa yang agak aneh, karena
transisi yang hilang serta kesalahan lain dari segi gramatikal. Untuk
kelas seni musik, media audio selain dapat digunakan oleh pengajar
dalam ruang kelas, untuk memberikan contoh-contoh yang berkaitan
dengan bidang musik, dapat pula digunakan oleh peserta didik untuk
merekam hasil karyanya dan mendengarkan kembali penampilanya.
Pemanfaatan lain dari media ini adalah pada bidang dtudi tersebut
dapat menggunakan media audio untuk memberikan contoh mengenai
bagaimana memberikan reportase atau pidato yang baik dan materi-
materi lain yang sesuai dan tepat untuk direkam dan dipresentasikan
melalui kaset audio.
Menurut Rowntree (1994), format penyajian audio kaset secara garis
besar dibedakan dalam tiga bentuk penyajian, yaitu:
Hanya mendengar;
Mendengar yang melihat;
Mendengar, melihat, dan melakukan.
Penyajian audio kaset dengan bentuk hanya mendengar biasanya
berdiri sendiri. Nemtuk penyajian audio kaset lain yang dapat
dikembangkan adalah bentuk penyajian dimana peserta didik tidak hanya
mendengar suara, tetapi juga melihat. Oleh Rowntree (1994) bentuk
sajian ini dikenal dengan istilah audio-vission. Media audio kaset memang
merupakan media yang tidak hanya mendengar, tetapijuga melihat secara
bersamaan. Apa yang didengar dan dilihat berkaitan satu dengan yang
lain dan saling menguatkan atau lebih dikenal dengan sebutan
terintegrasi. Visual atau sesuatu yang dilihat dalam paket ini dapat
berbentuk bahan cetakan, misalnya gambar, grafis, peta, foto, chart,
diagram, table, dan sebagianya yang tentunya sesuai dan berkaitan
dengan apa yang disuarakan. Selain itu, dapat pula berbentuk bahan
visual noncetak, seperti slide atau bahkan benda nyata yang perlu mereka
pelajari, misalnya potongan batu-batuan, dan sebagainya. Penyajian
seperti ini akan sangat membantu karena selain mendapat informasi dari
pendengaran, peserta didik dapat pula menggunakan penglihatan mereka
yang dapat memperkuat informasi yang mereka dengar. Bentuk pengajian
seperti ini tentu memerlukan persiapan dan rancangan yang lebih matang
dibandingkan dengan bentuk audio kaset yang hanya didengar.
Bentuk penyajian audio kaset yang mengombinasikan kemampuan
mendengar, melihat, dan melakukan sesuatu oleh Rowntree (1994)
disebut dengan istilah active audiovision. Bentuk penyajian ini merupakan
modifikasi dari audiovision yang menambahkan factor actif dari peserta
didik untuk melakukan sesuatu. Media audio kaset sebagai media satu
arah yang tidak mempunyai kemampuan interaksi ternyata dapat
memberikan proses interaksi walaupun dalam tingkat tertentu melalui
penyajian active audivision.
Rekaman audio dapat dilakukan dalam bentuk format audio kaset
dan audio compact disk (audio CD). Untuk materi-materi tertentu,
rekaman video siap pakai yang dikemas dalam format audio kaset
maupun CD dapat ditemuklan dipasaran. Walaupun demikian, jika materi
dirasakan kurang tepat maka seseorang pengajar dapat merancang dan
membuat program audio sendiri.
4. Media Video
Pemanfaatan media video dalam proses pembelajaran
diruang kelas sudah merupakan hal yang biasa. Sebagai media
audiovisual dengan memiliki unsure gerakan dan suara, video dapat
digunakan sebagai alat Bantu mengajar pada berbagai bidang studi.
Kemampuan video untuk memanipulasi waktu dan ruang dapat
mengajak peserta didik untuk melanglang buana kemanasaja walaupun
dibatasi dengan ruang kelas. Objek-objek yang terlalu kecil, terlalu
besar, berbahaya, atau bahkan tidak dapat dikunjungi oleh peserta
didik karena lokasinya dibelahan bimi lain, dapat dihadirkan melalui
media video.
Pada bidang studi yang banyak mempelajari keterampilan
motorik dapaat mengandalkan kemampuan video. Melatih kemampuan
kegiatan dengan prosedur tertentu akan membantu dengan
pemanfaatan media video. Dengan kemampuan untuk menyajikan
gerakan lambat (slow motion), media video membantu pengajar untuk
menjelaskan gerakan atau prosedur tertentu dengan lebih rinci.
Keterampilan yang dapat dilatih melalui media video tidak hanya
berupa keterampilan fisik saja, tetapi juga keterampilan interpersonal,
seperti keterampilan dalam psikologi dan hubungan masyarakat.
Disamping itu, keterampilan manajerial juga dapat dilatihkan melalui
pemanfaatan media video. Pengajar dapat memilih program0program
video yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, kemudian
menyaksikan bersama-sama diruang kelas, smembahas serta
mendiskusikannya. Selain digunakan untuk melihat program-program
yang telah siap pakai, media video juga dapat dimanfaatkan untuk
merekam aktivitas peserta didik yang tengah berlatih menguasai
keterampilan interpersonal, kemudian hasil rekaman tersebut dibahas
dan analisis oleh sesame rekan peserta didik dan pengajar.
Kemampuan video untuk mengabadikan kejadian-kejadian
factual dalam bentuk program documenter bermanfaat untuk membantu
pengajar dalam mengetengahkan fakta, kemudian membahas fakta
tersebut secara lebih jelas dan mendiskusikannya diruang kelas.
Format Video
Dengan kemajuan teknologi yang pesat, format video untuk
merekam gambar, gerakan, dan suara tidak hanya dalam bentuk
kaset, tetapi juga dalam bentuk lain, seperti laser video disc dan
copact disc. Walaupun format kaset memiliki beragam jenis format,
pemanfaatan video dalam ruang kelas umumnya digunakan kaset
VHS yang memiliki kualitas yang cukup memadai untuk digunakan
sebagai alat Bantu pengajaran.
5. Media Berbasis Komputer
Computer dewasa ini tidak lagi merupakan konsumsi mereka
yang bergerak dalam bidang bisnis atau dunia kerja, tetapi juga
dimanfaatkan secara luas oleh dunia pendidikan. Menurut Hannafin dan
Peck (1998), potensi media computer yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan efektivitas proses pembelajaran antara lain sebagai
berikut.
Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik
dan materi pelajaran.
Proses belajar dapat berlangsung secara individual sesuai dengan
kemampuan belajar peserta didik.
Mampu menampilkan unsure audio visual untuk meningkatkan
minat belajar (multimedia).
Dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta didik
dengan segera.
Mampu menciptakan proses belajar secara kesinambungan.
Heinich, et al., (1996) mengemukakan enam bentuk interaksi
yang dapat diaplikasikan dalam merancang sebuah media pembelajaran,
berupa:
Praktik dan latihan (drill and practice),
Tutorial,
Permainan (games),
Simulasi (simulation),
Penemuan (discovery), dan
Pemecahan masalah (problem solving).
Program yang berbentuk drill and practice umumnya digunakan
apabila peserta didik diasumsikan telah mempelajari konsep, prinsip, dan
prosedur sebagai materi pembelajaran. Tujuan dari bentuk program ini
adalah melatih kecakapan dan keterampilan, dan biasanya menyajikan
sejumlah soal atau kasus yang memerlukan respons peserta didik dengan
diserupai umpan balik, program ini umumnya juga menyajikan
pengukuhan terhadap jawaban yang tepat.
Bentuk lain dari penyajian program computer adalah program
turitorial. Program ini menyajikan informasi dan pengetahuan dalam topic-
topik tertentu diikuti dengan latihan pemecahan soal dan kasus.
Keunggulan lain dari program turitorial adalah kemampuanya untuk
menyajikan informasi dalam bentuk bercabang (branches). Bentuk ini
memberikan kebebasan lagi peserta didik untuk mempelajari bahan ajar
yang lebih disukai terlebih dahulu.
Permainan (games) selalu menarik untuk diikuti, demikian pula
halnya dengan program computer yang mengemas informasi dalam
bentuk permainan. Program yang berisi permainan dapat memberi
motivasi siswa untuk mempelajari informasi yang ada didalamnya. Hal ini
sangat berkaitan erat dengan esensi bentuk permainan yang selalu
menampilkan masalah menantang yang perlu dicari solusinya oleh
pemakai.
Program simulasi berupaya melibatkan siswa dalam persoalan
yang mirip dengan situasi yang sebenarnya, namun tanpa resiko yang
nyata. Melalui program simulasi, peserta didik diajak untuk membuat
keputusan yang diambil akan memberikan dampak tertentu.
Dalam program bentuk penemuan (discovery), program computer
mampu menayangkan masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik
dengan cara trial and error. Peserta didik harus terus mencoba sampai
berhasil menemukan solusi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
Dengan cara ini mereka diharapkan dapat lebih memahami prosedur yang
ditempuh untuk memecahkan suatu masalah dan mampu mengingatnya
lebih lama.
Bentuk lain dari tayangan computer interaktif adalah problem
solving (pemecahan masalah). Program ini dapat dibedakan menjadi dua
jenis berdasarkan cara yang ditempuh siswa dalam memberikan respons.
Pada cara yang pertama, siswa merumuskan sendiri solusi masalah yang
ditampilkan lewat computer dan memasukkan program ke dalamnya.
Sedangkan pada cara yang kedua, computer menyediakan jawaban yang
mewakili respons siswa terhadap masalah yang ditayangkan oleh
computer.
Internet dan e-mail
Dengan teknologi yang berkembang pesat dewasa ini,
pemanfaatan computer dalam proses embelajaran tidak hanya dapat
digunakan secara stand alone, tetapi dapat pula dimanfaatkan dalam
suatu jaringan. Jaringan computer (computer network) telah
memungkinkan proses belajar menjadi lebih luas, lebih interaktif, dan lebih
fleksibel.
Peserta didik dapat melakukan proses belajar tanpa dibatasi oleh
ruang dan waktu. Artinya, jika ada faslitas jaringan, peserta didik dapat
melakukan proses belajar dimana saja dan kapan saja.
Kelebihan dari jaringan computer sebagai media pendidikan adalah
adanya kemungkinan bagi peserta didik untuk melakukan interaksi
dengan sesamapeserta didik, dengan pengajar diluar ruang kelas.
Kemampuan interaktif ini mampu membuat proses belajar menjadi lebih
yang memberi kemungkinan kedapa pengajar untuk memberikan umpan
balik (feedback) terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Jaringan
computer yang paling umum digunakan adalah internet. Saat ini teknologi
internet telah memungkinkan setiap orang memperoleh akses yang lebih
besar terhadap beragam informasi yang tersedia. Teknologi ini telah
dimanfaatkan secara luas mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai
pada jenjang yang lebih tinggi.
Pemanfaatan computer tersebut dapat digunakan secara
bervariasi, pengajaran dapat digunakan secara penuh melalui computer,
namun dapat pula dikombinasikan dengan tatap muka yang telah menjadi
bagian dari proses pembelajaran. Untuk langkah awal, kombinasi antara
pemanfaatan computer dengan tatapmuka yang lebih fleksibel. Tugas-
tugas dapat diberikan oleh pengajar dan dikerjakan oleh peserta didik
melalui computer, hal ini membuka kemungkinan bagi pengajar untuk
memberikan penilaian yang terbuka dan juga memberi kesempatan
kepada peserta didik lain untuk memberikan masukkan.
6. Multimedia Kit
Multimedia kit dapat diartikan sebagai paket naham ajar yang terdiri
dari berbagai jenis media yang digunakan untuk menjelaskan suatu
topic/materi tertentu, yang dilengkapi dengan study guide, lembar kerja,
dan modul. Multimedia kit biasanya digunakan dalam mata pelajaran
fisika, kimia, dan biologi yang siap digunakan oleh pengajar untuk
menyajikan pelajarannya. Multimedia kit dapat juga digunakan langsung
oleh peserta didik, baik secara kelompok atau individual dalam melakukan
eksperimen mengenai prinsip dan mekanisme kerja suatu benda.
Multimedia untuk materi-materi tertentu dapat dibeli sebagai paket
lengkap yang siap pakai, tetapi pengajar dapat pula mempersiapkan paket
multimediakit yang sesuai dengan dana yang tersedia dan tujuan
instruksional yang ingin dicapai.
Penggunaan multimedia kit yang beredar dipasaran maupun yang
dirancang sendiri oleh pengajar perlu memperhatikan tujuan utama dari
penggunaannya, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk belajar secara langsung, mengamati, untuk melakukan eksperimen,
meningkatkan rasa ngin tahu, dan memberikan suatu keputusan terhadap
apa yang telah diujicobakan.
BAB III
TANGGAPAN DAN KESIMPULAN
3.1.TANGGAPAN
1. Tanggapan Per-Individu
Menanggapi dari materi di atas, bahwa Media pembelajaran
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses
pembelajran. Media pembelajaran bermanfaat sebagai penyampai
informasi dari guru kepada peserta didik sehingga guru harus mampu
mengembangkan media pembelajaran dan dapat mengaplikasikannya
dengan baik sehingga peserta didik memiliki kemauan yang besar untuk
mengikuti proses belajar. Media sebagai alat mengajar berkembang
demikian pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi. Sehingga guru
tidak harus kesulitan untuk mengajar, namun guru tersebut harus memilih
media mana yang tepat untuk menyampaikan materi. Di era teknologi
komunikasi dan informasi, guru telah mampu menggunakan media
pembelajaran dengan baik karena pemilihan media yang tepat dan
penguasaan materi yang baik sehingga proses belajar berjalan lancar.
Media merupakan suatu alat yanng dapat membantu guru dalam
menyampaikan materi. Guru harus dapat mengembangkan media karena
pengembangan media dapat berpengaruh pada proses belajar. Dalam era
perkembangan Iptek yang begitu pesa ini, guru tidak cukup hanya dengan
kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu mengelola
informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Pada
era sekarang ragam dan jenis media pun cukup banyak sehingga dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kondisi, waktu, keuangan, maupun materi
yang akan disampaikan dan setiap jenis media memiliki karakteristik dan
kemampuan dalam menayangkan pesan dan informasi.
Agar tercapainya proses pembelajaran yang maksimal maka diperlukan
langkah awal dalam memulai proses pembelajaran yaitu rencana
pembelajaran. Inti dari rencana pembelajaran adalah menetapkan metode
pembelajaran yang optimal untuk mencapai pembelajaran yang
diinginkan. Dalam rencana pembelajaran perlu diperhitungkan sistem
yang saling berpengaruh, karena pembelajaran merupakan suatu sistem
yang berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan.. Selain rencana
pembelajaran dan metode pembelajaran, media juga berperan penting
dalam proses pembelajaran, dikarenakan media membawa informasi dari
pengajar ke peserta didik secara mudah dan efektif. Salah satunya adalah
guru, guru fasilitator yang tepat antara pengajar atau informasi luar
kepada peserta didik. Guru dalam mengembangkan media sangat
beragam sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya. Guru juga
dibantu oleh media-media lain sebagai pendukung dalam mempengaruhi
proses belajar.
Setelah membaca makalah kelompok yang kami buat yaitu peran guru
dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi
dan informasi sangatlah berguna dan bermanfaat, karna dengan adanya
media ini juga bisa diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar
(guru) kepada peserta didik. Namun di dalam peran media ini mempunyai
kelemahan yaitu seorang informan atau guru yang belum menguasai
media yang akan disampaikannya, jika itu terjadi maka proses belajar
yang seharusnya mudah dipahami dengan adanya contoh (media) maka
akan timbul sebaliknya yaitu sulit untuk dipahami.
2. Tanggapan Kelompok
Setelah kami diskusikan kembali ternyata dapat ditanggapi kembali
ternyata peran media pembelajaran di era teknologi komunikasi dan
informasi berguna untuk guru dan peserta didik dalam proses belajar.
Guru dituntut untuk mengembangkan media pembelajaran agar dalam
proses pembelajaran dapat menggunakan media yang telah
dikembangkan dalam proses pembelajaran sehingga guru tidak harus
kesulitan untuk mengajar.
3.2. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, maka dapat
disimpulkan bahwa guru sangat berperan penting dalam mengembangkan
media pembelajaran. Media merupakan salah satu komponen komunikasi,
yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.
Media terbagi menjadi beberapa macam seperti Media yang tidak
diproyeksikan (non projected media) :Realita, Model, Bahan Grafis
(graphical material), Display. Media yang diproyeksikan (projected media):
OHT, Slide, Opaque. Media Audio (Audio): Kaset, Vission, Active Audio
Vission. Media Video (Video): Video. Media berbasis computer (computer
based media): Computer Assisted Instruction (CIA) Computer Managed
Instruction (CMI). Multimedia Kit: Perangkat Praktikum.
4. Media juga memiliki peran sebagai berikut; penyajian materi ajar
menjadi standar, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik,
kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif, waktu yang dibutuhkan
untuk pembelajaran dapat dikurangi, kualitas belajar dapat
ditingkatkan, pembelajaran dapat disajikan dimana dan kapan saja
sesuai dengan yang diinginkan, meningkatkan sifat positif peserta
didik dalam proses menjadi lebih kuat/baik, dan memberikan nilai
positif bagi pengajar.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2010. Media Pembelajaran Proyeksi Diam. online. Http://www.canboyz.co.cc/2010/05/media-pembelajaran-proyeksi-diam.html, akses hari selasa 16 Maret 2011.
Fitrianur. 2010. Peran Guru dalam Pengembangan Media Pembelajaran. Online.Http://www.myjazz.co.cc/2010/02/peran-guru-dalam-pengembangan-media.html, akses hari sabtu 12 Maret 2011.
Karwono dan Heni Mularsih. 2010. Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar. Ciputat: Cerdas Jaya.
Mu’in, Juhri Abdul. 2009. Landasan dan Wawasan Pendidikan. Metro: Lemlit UM Metro Press.
Sanjaya, wina. 2008. Perencanaan dan Desain System Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Uno, Hamzah B. 2009. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumber Artikel: http://einsteinfisika.blogspot.com/2011/06/peran-guru-dalam-pengembangan-media.html#ixzz2M9uhbUvs