7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik
1/12
Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan
Artikel Ilmiah
1 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga
GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PERAN KADER JURU
PEMANTAU JENTIK (JUMANTIK) PADA KESUKSESAN PROGRAM
PEMBERANTASAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI
INDONESIA
Nurul Kholifah101211133013
Abstrak
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi beban kesehatan
masyarakat di Indonesia. Jumlah kasus DBD mengalami kenaikan tiap tahunnya.
Sebagai contoh, di Surabaya DBD meningkat dari tahun 2012 dan 2013 tercatat
sejumlah 1.091 kasus dan 2.207 kasus. Tindakan penanggulangan DBD yang
paling efektif adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Program jumantik
diselenggarakan untuk mendukung kesuksesan program PSN di masyarakat.
Kesuksesan kinerja seorang jumantik tidak terlepas dari dukungan sosial yang
didapatkan dari lingkungannya. Artikel ini mengkaji gambaran dukungan sosial
terhadap peran jumantik pada kesuksesan pemberantasan DBD di Indonesia
berdasarkan studi literatur. Di Indonesia, telah terdapat dukungan sosial yang
diberikan pada seorang jumantik dari berbagai pihak seperti puskesmas atau
pemerintah, sesama kader jumantik, keluarga maupun masyarakat sekitar yang
perlu dikembangkan lagi.
Kata Kunci: DBD, Jumantik, Dukungan Sosial
Pendahuluan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit akibat virus
dengue yang ditularkan melalui beberapa spesies nyamuk Aedes. Penyakit ini
ditemukan pertama kali di Indonesia pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah
58 kasus dan menjadi 158.912 kasus di tahun 2009. Dari awal ditemukannya,
DBD mengalami perluasan persebaran di berbagai provinsi di Indonesia. Saat ini,
seluruh provinsi di Indonesia telah ditemukan kasus DBD tiap tahunnya.
Pada tahun 2014 Jawa Timur menjadi tiga besar provinsi dengan jumlah
kasus DBD terbanyak di Indonesia setelah Jawa Barat dan Jawa Tengah
(Kemenkes RI, 2015). Meskipun angka CFR (Case Fatality Rate)hanya sebesar
1,15, DBD masih menjadi beban masyarakat tiap tahunnya karena angka
7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik
2/12
Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan
Artikel Ilmiah
2 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga
kesakitan terus meningkat. Kota Surabaya merupakan kota dengan angka kasus
DBD terbanyak yakni sejumlah 1.091 kasus dengan CFR tertinggi yakni 0,55% di
tahun 2012 (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2013). Pada tahun 2013, angka
DBD di Surabaya sejumlah 2.207 orang dengan angka CFR 0,86% (Dinas
Kesehatan Kota Surabaya, 2014). Dari kedua data tersebut, menunjukkan
terjadinya peningkatan jumlah kasus DBD di Surabaya dari tahun 2012 ke 2013
sebanyak lebih dari dua kali lipat.
Hingga saat ini, belum terdapat vaksin dalam upaya mencegah penyakit
DBD. Pengobatan DBD hanya bersifat simtomatik atau mengobati sesuai gejala
yang muncul. Oleh karena itu, upaya pencegahan yang tepat adalah dengan
mengendalikan nyamuk yang berperan penting terhadap penularan penyakit DBD
(Gubler et al., 2014). Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah langkah
yang tepat dalam pencegahan dan pengendalian DBD karena penyakit ini
ditularkan melalui vektor berupa nyamuk Ae. aegypti dan beberapa spesies lain
sepertiAe.albopictus.
Keberhasilan upaya PSN juga tidak terlepas dari besar partisipasi
masyarakat dalam melakukan upaya mengurangi populasi nyamuk seperti
menjaga kebersihan rumah, melakukan upaya 3M dan menjalankan PHBS. Suatu
rumah dengan kontainer yang digenangi air akan dijadikan tempat
perkembangbiakan nyamuk. Selain itu, perilaku penghuni rumah yang tidak
menjaga kesehatan dan kebersihan dapat menjadikan nyamuk betah untuk tinggal
di rumah yang berpotensi menimbulkan penyakit bagi penghuni rumah tersebut.
Rumah yang sehat sangat berperan terhadap status kepadatan jentik suatu rumah
yang dapat mendukung capaian status ABJ (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur, 2013).Program pemberantasan sarang nyamuk pada masyarakat seringkali tidak
efektif berjalan karena kurangnya partisipasi masyarakat dalam mencegah
perkembangbiakan nyamuk. Dalam rangka mendukung kesuksesan program PSN
dibentuk program Jumantik (Juru Pemantau Jentik) yang bertugas melakukan
observasi kepadatan jentik pada tiap rumah warga, menghitung ABJ dan CI, serta
sebagai inisiator 3M Plus pada masyarakat (Rini et al., n.d.). Jumantik seringkali
berasal dari ibu-ibu PKK dibawah arahan puskesmas setempat. Jika terjadi kasus
7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik
3/12
Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan
Artikel Ilmiah
3 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga
DBD, Jumantik bertugas untuk melaporkan kasus tersebut pada puskesmas
setempat. Indikator kesuksesan PSN ditentukan dengan angka bebas jentik (ABJ)
yang tercacat dari hasil observasi jumantik di lapangan (Pratamawati, 2012).
Angka bebas jentik dapat digunakan sebagai cerminan prediksi besar kasus
DBD yang akan terjadi di suatu tempat. Jika ABJ sama dengan atau lebih dari
95%, angka DBD dapat dicegah atau dikurangi Dinkes RI (2010) dalam
(Mubarokah, 2013). Pada tahun 2013, jumlah rumah yang diperiksa keberadaan
jentik sebesar 90,27% dengan angka bebas jentik sebesar 89,77%. Apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ABJ menunjukkan peningkatan sebesar
4% (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2014).
Dari paparan diatas, diketahui bahwa pada tahun 2012 hingga tahun 2013,
Surabaya mengalami peningkatan kasus DBD tetapi juga mengalami peningkatan
capaian status ABJ. Idealnya, peningkatan status ABJ dibarengi dengan
menurunnya besar kasus DBD karena ABJ merupakan suatu indikator
keberhasilan upaya pencegahan DBD melalui PSN.
Jumantik dalam menjalankan perannya tidak terlepas dari aspek dukungan
sosial. Secara teori, dukungan sosial dalam berbagai bentuk baik verbal maupun
non verbal dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang dalam menjalankan
suatu hidup sehat (Mattson & Hall, 2011). Dukungan sosial pada jumantik perlu
ditinjau lebih dalam untuk menentukan nilai kinerja di lapangan. Dukungan sosial
dibentuk dengan dasar komunikasi suportif yang diberikan dari orang lain
(Mattson & Hall, 2011). Jika dukungan sosial tidak berjalan baik, maka
dikhawatirkan dapat mempengaruhi capaian kinerjanya.
Berdasarkan latar belakang diatas, muncul pertanyaan bagaimana aspek
dukungan sosial pada peran jumantik dalam kesuksesan program pemberantasanDBD di Indonesia selama ini? Artikel ini berusaha mengkaji permasalahan
tersebut berdasarkan studi literatur dengan tujuan mengidentifikasi dukungan
sosial pada kader jumantik terhadap kesuksesan program pemberantasan DBD di
Indonesia.
Dukungan Sosial
Berbagai pengertian atau definisi dukungan sosial telah dipaparkan oleh
banyak ilmuwan dunia. Dukungan sosial merupakan proses komunikasi baik
7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik
4/12
Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan
Artikel Ilmiah
4 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga
verbal maupun nonverbal dengan tujuan meningkatkan rasa dicintai, diperhatikan,
percaya diri, dan mampu menjalankan suatu tugas pada seseorang. Terdapat dua
aspek yang harus dipelajari dalam dukungan sosial yakni actual social support
dan perceived social support. Actual social support adalah dukungan yang
diterima oleh seseorang berupa apa yang dikatakan, apa yang diberikan dan apa
yang telah dilakukan untuk dirinya. Perceived social support merupakan
keyakinan seseorang akan tersedianya dukungan bagi dirinya (Mattson & Hall,
2011).
Jenis Dukungan Sosial
Dukungan sosial dapat berupa verbal maupun non verbal. Schaefer, Coyne,
dan Lazarus (1981) dalam Mattson & Hall (2011) mengatakan bahwa dukungan
sosial dibagi menjadi beberapa macam yakni: emotional support, esteem support,
network support, information support, dan tangible support.
Jenis dukungan sosial yang pertama adalah emotional support. Emotional
support merupakan dukungan yang berhubungan dengan kebutuhan perasaan atau
afeksi seseorang. Emotional support tidak dapat menyelesaikan suatu
permasalahan seseorang secara langsung, tetapi memberikan perbaikan persepsi
seseorang terhadap masalah yang dialami.
Jenis dukungan sosial yang kedua adalah esteem support. Esteem support
merupakan dukungan kepada seseorang yang dapat meningkatkan kepercayaan
dirinya bahwa dia mampu dalam mengatasi permasalahan atau mengerjakan tugas
tertentu. Jenis dukungan ini adalah meyakinkan pada seseorang bahwa dia
memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi atau
menjalankan suatu keputusan dengan baik.
Jenis dukungan sosial yang ketiga adalah network support. Jenis ini sedikit
berbeda dengan jenis pertama dan kedua karena tidak fokus pada aspek emosional
seseorang, tetapi pada komunikasi yang mengindikasikan bahwa seseorang
merupakan bagian dari suatu jaringan, perkumpulan atau persahabatan. Network
supportmerupakan dukungan sosial yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut
tidak sendirian dalam menanggung sebuah permasalahan melainkan terdapat
sebuah jaringan yang siap memberi dukungan dan turut merasakan, memikul
beban masalah yang sedang dialami.
7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik
5/12
Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan
Artikel Ilmiah
5 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga
Jenis dukungan sosial yang lain adalah information support. Information
support merupakan dukungan yang menyediakan informasi yang dibutuhkan dan
berguna dalam suatu permasalahan. Terkadang dalam menghadapi suatu
permasalahan, dibutuhkan ketersediaan informasi yang mendukung untuk
menentukan sebuah keputusan. Ketidaktersediaan informasi dapat mengurangi
pilihan alternatif yang ada dan dapat meningkatkan stress seseorang.
Jenis dukungan sosial yang kelima adalah tangible support. Jenis dukungan
ini adalah memberikan tindakan secara nyata pada seseorang. Dukungan ini
diberikan pada seseorang yang berharap bantuan langsung baik berupa materi
maupun tindakan pada situasi yang sedang dihadapi.
Manfaat Dukungan Sosial
Manfaat dukungan sosial terhadap kesehatan secara lebih spesifik terbukti
dengan dukungan sosial yang kuat dapat menurunkan angka mortalitas, lebih
cepat sembuh dari fungsi kognitif, fisik serta kesehatan emosi (Khoirunnisa,
2013). Dukungan sosial tidak hanya membuat kita merasa lebih baik tetapi juga
membantu kita dalam menghadapi sebuah tantangan. Dukungan sosial mendorong
peningkatan derajat kesehatan termasuk fisik, psikologis dan hidup sehat secara
keseluruhan (Mattson & Hall, 2011).
Selain manfaat diatas, terdapat beberapa penjabaran manfaat lain dukungan
sosial yakni dapat mengembangkan (Wahono, 2010):
a. Produktivitas. Dukungan sosial dapat meningkatkan prestasi dan kerberhasilan
dalam pemecahan masalah dan kegigihan dalam menghadapi masalah meski
dalam kondisi stress.
b. Penyesuaian yang sehat. Dukungan sosial dapat meningkatkan kepercayaan
diri dan menghindari psikopatologi dan neurotisme.
c. Kesehatan fisik. Dukungan sosial dapat mempercepat proses penyembuhan
penyakit.
d.
Membangun manajemen stress. Memberikan rasa peduli, informasi akurat dan
umpan balik membantu menahan laju stress pada seseorang.
7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik
6/12
Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan
Artikel Ilmiah
6 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga
Kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
Kader jumantik adalah kelompok kerja pemberantasan DBD di tingkat desa
dibawah payung Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Pengadaan
kader jumantik bertujuan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam
usaha pemberantasan DBD terutama dalam upaya pemberantasan jentik nyamuk
sehingga DBD di tingkat desa dapat dicegah atau dibatasi.
Menurut Depkes RI (2005) dalam (Pambudi, 2009) peran kader kesehatan
dalam menanggulangi DBD adalah:
a.
Sebagai anggota Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di rumah-rumah dan tempat
umum.
b.
Memberikan penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat.
c. Mencatat dan melaporkan hasil PJB kepada Kepala Dusun atau puskesmas
secara rutin minimal setiap minggu dan bulanan.
d. Mencatat dan melaporkan kasus kejadian DBD kepada RW/Kepala Dusun atau
puskesmas.
e. Melakukan PSN dan pemberantasan DBD secara sederhana seperti pemberian
bubuk larvasida dan ikan pemakan jentik.
Pola Kinerja Jumantik di Indonesia
Kader jumantik adalah kelompok kerja tingkat desa dibawah naungan
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dalam upaya pemberantasan
DBD. Jumantik adalah masyarakat sekitar yang secara sukarela bertanggungjawab
memantau jentik nyamuk secara rutin di lingkungannya dan melakukan pelaporan
pada kelurahan secara rutin dan berkesinambungan (Pratamawati, 2012).
Susunan organisasi jumantik terdiri dari kelompok kerja kegiatan
pemberantasan DBD dan kepala desa sebagai ketua umum. Susunan organisasi
jumantik tergantung situasi dan kebutuhan setempat berdasarkan ketentuan yang
ada. Tugas dan fungsi kader jumantik adalah melakukan koordinasi kegiatan-
kegiatan jumantik; memimpin dan menyelenggarakan pertemuan; menetapkan
jadwal waktu pertemuan berkala; menetapkan langkah-langkah pemecahan
masalah; melaporkan hasil kegiatan; menyiapkan penyelenggaraan pertemuan;
menyiapkan laporan berkala kegiatan pokja kepada ketua LKMD; menyiapkan
bahan pertemuan; memberikan bimbingan teknis pelaksanaan pemeriksaan jentik;
7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik
7/12
Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan
Artikel Ilmiah
7 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga
memberikan penyuluhan dan bimbingan teknis penyuluhan kepada para
penyeluruh; mencatat kegiatan-kegiatan penyuluhan dan lain-lain; melaksanakan
pemeriksaan jentik di 30 rumah secara acak di tiap RW; sekurang-kurangnya tiap
3 bulan menyampaikan hasilnya kepada ketua LKMD; membantu pelatihan kader
jumantik; merencanakan kegiatan masyarakat secara bersama-sama untuk
melaksanakan PSN; serta menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan
penanggulangan penyakit DBD (Pratamawati, 2012).
Pada praktiknya, jumantik mendapatkan pelatihan khusus jumantik dan
tinggal di daerah pantau jentik nyamuk. Pemantauan dilakukan setiap satu minggu
sekali. Jika ditemukan jentik, jumantik berhak memberikan peringatan kepada
pemilik rumah untuk membersihkan atau menguras tempat penampungan air.
Selanjutnya, jumantik menulis catatan dan apa saja yang perlu dilaporkan kepada
kelurahan. Kemudian kelurahan melaporkan tersebut pada instansi terkait
(Pratamawati, 2012).
Selain kader jumantik, masyarakat setempat juga turut bertanggungjawab
terhadap kesuksesan program pemberantasan penyakit DBD dengan cara
berpartisipasi dalam pemberantasan sarang nyamuk. Upaya pemberantasan sarang
nyamuk yang diperkenalkan pada masyarakat adalah budaya 3M (Menguras,
Menutup dan Mengubur). Seiring berkembangnya waktu, program 3M
dikembangkan menjadi program 3M Plus. Plus dalam program 3M dimaknai
mengembangkan upaya menguras, menutup dan mengubur dengan perilaku lain
ynag mendukung pengurangan tempat perkembangbiakan nyamuk (Pratamawati,
2012).
Selain itu, ditambahkan kegiatan pencegahan seperti penggunaan obat
nyamuk atau antinyamuk sesuai dosis dan petunjuk; menggunakan kelambu saattidur; menanam tanaman pengusir nyamuk; memelihara ikan pemakan jentik;
tidak menggantung pakaian di rumah dan lainnya (Pratamawati, 2012).
7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik
8/12
Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan
Artikel Ilmiah
8 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga
Dukungan Sosial Kader Jumantik
Diagram 1. Ilustrasi Dukungan Sosial Terhadap Kader Jumantik
Berdasarkan diagram 1 diatas, kita dapat mengetahui bahwa seorang kader
jumantik dapat mendapatkan dukungan sosial dari berbagai pihak yakni keluarga,
puskesmas, masyarakat setempat maupun rekan sesama kader jumantik. Seperti
yang disajikan sebelumnya, bahwa dukungan sosial dapat berupa verbal maupun
non verbal yang mampu meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan
seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Kader jumantik dalam menjalankan
perannya tidak dapat terlepas dari dukungan sosial agar kegiatan pemberantasan
DBD tetap konsisten dilakukan dan mencapai tujuan capaian angka DBD.
Keluarga merupakan salah satu pihak yang dapat memberikan dukungan
sosial pada kader jumantik. Individu dalam keluarga seperti suami dan anak
mampu memberikan dukungan terhadap kelancaran peran seorang jumantik.
Misalnya, seorang kader jumantik akan senantiasa menjalankan tugasnya dengan
baik jika suaminya mengijinkan untuk melakukan pekerjaan tersebut dan anak-
anaknya tidak rewel ditinggal selama menjalankan tugas. Keluarga dapat
memberikan emotional supportkepada kader jumantik yang dapat meningkatkan
motivasi dan kepercayaan diri dalam bertugas. Misalnya, suami memberikan
motivasi berupa nasehat kata-kata pekerjaan sebagai jumantik adalah sebuah
peran mulia untuk masyarakat maka istri selaku kader jumantik tersebut akan
Keluarga
Puskesmas
Rekan sesama
Kader
Masyarakat
setempat
Kader
Jumantik
Penurunan
Kejadian DBD
7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik
9/12
Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan
Artikel Ilmiah
9 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga
merasa lebih ringan beban kerjanya dan mendapat tanggapan yang baik dari
suami.
Puskesmas atau Pemerintah setempat selaku pembina dari kader-kader
jumantik dapat memberikan dukungan sosial dalam berbagai bentuk. Sebagai
contoh, puskesmas memberikan pelatihan pada kader untuk meningkatkan
kualitas kinerja jumantik. Selain itu, puskesmas juga dapat memberikan dukungan
network support yakni berupa pertemuan berkala dengan pemberian rewardpada
kader jumantik terbaik. Sebagai contoh, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
memberikan penghargaan pada 1.200 kader jumantik yang telah mengabdikan diri
selama 5 tahun untuk mendapat kartu sehat guna berobat gratis di puskesmas
maupun rumah sakit (Pemprov DKI Jakarta, 2012).
Peran seorang jumantik juga tidak luput dari dukungan masyarakat setempat
dalam pelaksanaan program pemberantasan DBD. Pada dasarnya, program
pemberantasan DBD akan berhasil jika partisipasi masyarakat tinggi dalam
menjalankan PSN. Peningkatan partisipasi masyarakat ini dapat diperoleh dengan
dorongan seorang jumantik. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Salawati
dan Wardani di tahun 2008, Program PSN di masyarakat tidak berjalan
berkelanjutan jika tidak dioyak-oyak seorang jumanttik. Masyarakat
menganggap adanya kader jumantik sangat diperlukan sebagai faktor reinforcing
perilaku PSN pada mereka (Salawati & Wardani, 2008).
Rekan sesama kader jumantik juga dapat memberikan dukungan dalam
rangka meningkatkan kinerja seorang jumantik. Rasa kebersamaan dapat terjalin
diantara kader jumantik yang menjadi motivasi tambahan dalam menjalankan
tugas. Sebagai contoh, 55 kader jumantik di Pademangan Timur mengadakan
road show untuk mengadakan pemeriksaan jentik secara door to door padamasyarakat. Kegiatan ini dapat menimbulkan semangat kebersamaan dan
dorongan pada kader jumantik dalam mendorong upaya PSN di masyarakat
(Anon., 2012).
Berbagai ilustrasi dukungan sosial di atas dapat mempengaruhi kinerja
seorang jumantik dalam mendukung upaya pemberantasan DBD di suatu daerah.
Kinerja seorang jumantik akan mempengaruhi capaian ABJ suatu wilayah dimana
ABJ tersebut merupakan indikator PSN. Sudah saatnya seorang kader jumantik
7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik
10/12
Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan
Artikel Ilmiah
10 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga
mendapat perhatian yang istimewa mengingat langkah tersebut amat mendukung
kesuksesan pemberantasan DBD.
KesimpulanDukungan sosial merupakan proses komunikasi baik verbal maupun
nonverbal dengan tujuan meningkatkan rasa dicintai, diperhatikan, percaya diri,
dan mampu menjalankan suatu tugas pada seseorang. Dukungan sosial dibagi
menjadi beberapa macam yakni: emotional support, esteem support, network
support, information support, dan tangible support.Dukungan sosial mendorong
peningkatan derajat kesehatan termasuk fisik, psikologis dan hidup sehat secara
keseluruhan.
Jumantik adalah masyarakat sekitar yang secara sukarela bertanggungjawab
memantau jentik nyamuk secara rutin di lingkungannya dan melakukan pelaporan
pada kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Seorang kader jumantik dapat
mendapatkan dukungan sosial dari berbagai pihak yakni keluarga, puskesmas,
masyarakat setempat maupun rekan sesama kader jumantik. Kader jumantik
dalam menjalankan perannya tidak dapat terlepas dari dukungan sosial agar
kegiatan pemberantasan DBD tetap konsisten dilakukan dan mencapai tujuan
capaian angka DBD.
Saran
1. Puskesmas bekerjasama dengan Kelurahan atau RT-RW dalam
melaksanakan pembinaan terhadap jumantik.
2. Puskesmas melakukan pertemuan rutin dengan jumantik untuk menjalin
keakraban kerjasama dan melakukan evaluasi kinerja jumantik.
3.
Koordinator jumantik yang telah dipilih melakukan inisiasi pertemuanrutin kader jumantik untuk bertukar pengalaman sesama kader.
4. Peran jumantik dapat dikembangkan sebagai garda awal kewaspadaan dini
DBD dengan peningkatan dan pembaruan kinerja.
7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik
11/12
Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan
Artikel Ilmiah
11 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga
Referensi
Anon., 2012. 55 Anggota Jumantik Pademangan Timur'Road Show'. [Online]
Available at: http://poskotanews.com/2012/02/03/55-anggota-jumantik-
pademangan-timur-road-show/ [Accessed 22 Oktober 2015].
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2013. Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya
2012. Surabaya: Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2014. Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya
Tahun 2013. Surabaya: Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur Tahun 2012. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Gubler, D.J., Ooi, E.E., Vasudevan, S. & Farrar, J., eds., 2014. Dengue and
Dengue Hemorrhagic Fever. 2nd ed. London: CABI.
Kemenkes RI, 2015. Data dan Informasi Tahun 2014 (Profil Kesehatan
Indonesia). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Khoirunnisa, N., 2013. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Keaktifan
Lansia dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia Aisiyah di Desa
Pakisan Cawas Klaten. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mattson, M. & Hall, J.G., 2011. Health As Communication Nexus. Kendall Hunt
Publishing Company.
Mubarokah, R., 2013. Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik Demam BerdarahDengue (ABJ-DBD) Melalui Penggerakan Juru Pemantau Jentik
(JUMANTIK) di RW I Kelurahan Danyang Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan 2012. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Pambudi, 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Kader Jumantik
dalam Pemberantasan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali Tahun 2009. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pemprov DKI Jakarta, 2012. 1.200 Jumantik Gratis Berobat di Rumah Sakit.[Online] Available at: http://www.jakarta.go.id/v2/news/2012/02/1.200-
jumantik-gratis-berobat-di-rumah-sakit#.VijgIGPD_1U [Accessed 22
Oktober 2015].
Pratamawati, D.A., 2012. Peran Juru Pantau Jentik dalam Sistem Kewaspadaan
Dini Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 6(6), pp.243-48.
Rini, A.S., Efendi, F. & Has, E.M., n.d. Hubungan Pemberdayaan Ibu Pemantau
Jentik (BUMANTIK) dengan Indikator Keberhasilan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Wonokromo Surabaya.
7/23/2019 Peran Kader Juru Pemantau Jentik
12/12
Lintas Minat eterminan Sosial Kesehatan
Artikel Ilmiah
12 Fakultas Kesehatan Masyarakat | Universitas Airlangga
Salawati, T. & Wardani, R.S., 2008. Identifikasi Peranan Kader dalam
Pencegahan DBD di Kelurahan Srondol Kulon Kecamatan Banyumanik
Kota Semarang. InProsiding Seminar Nasional UNIMUS 2008. Surakarta,
2008.
Wahono, H., 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan
Posyandu Lansia di Gantungan Makamhaji. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.