PERANCANGAN ALAT BANTU AKTIVITAS OPERATOR GREY
DENGAN PENERAPAN ILMU ERGONOMI
(Studi Kasus : PT. Delta Merlin Dunia Tekstil IV)
Diajukan sebagai syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Disusun oleh :
MUHAMMAD SHIDIQ HIDAYATULLAH
D 600 150 101
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
PERANCANGAN ALAT BANTU AKTIVITAS OPERATOR GREY
DENGAN PENERAPAN ILMU ERGONOMI
(Studi Kasus : PT. Delta Merlin Dunia Tekstil IV)
Abstrak
Pada PT. DMDT IV Boyolali, aktivitas pemindahan roll kain menuju mesin
inspecting oleh operator grey dilakukan dengan cara pekerja mengangkat dan
memasang secara manual tanpa bantuan alat bantu yang ergonomis. Mengangkat roll
kain dengan berat 100 kg dalam posisi punggung membungkuk, leher membungkuk,
dan pegangan roll kain yang tidak sesuai dengan ukuran postur tubuh operator grey
dan berdasarkan pengamatan dengan kuesioner Nordic Body Map aktivitas ini
berpotensi besar menyebabkan kelelahan kerja dan keluhan muskuloskeletal.
Berdasarkan permasalahan yang ada, perlu diadakan perbaikan aktivitas kerja
operator grey dengan merancang usulan alat bantu yang bertujuan memperbaiki
postur kerja aktivitas kerja operator grey. Tahap dalam usulan perancangan alat bantu
tersebut terdiri dari penjabaran konsep rancangan, tujuan perancangan, penentuan
spesifikasi usulan rancangan alat bantu dengan menggunakan data anthropometri
dimensi tubuh masyarakat Indonseisa, perhitungan rancangan, dan validasi usulan
rancangan alat bantu yang dilakukan dengan dua cara, yaitu pengujian usulan
rancangan alat bantu dan penilaian level resiko simulasi postur kerja dengan metode
REBA. Hasil akhir penelitian ini adalah usulan rancangan kereta kain sebagai alat
bantu untuk mempermudah aktivitas operator grey yang mampu menurunkan level
resiko postur kerja, yaitu terjadi penurunan nilai level resiko REBA. Sebelum usulan
rancangan alat bantu, ketiga fase gerakan aktivitas operator grey memiliki nilai level
resiko sebesar 9, 12, dan 11. Nilai tersebut berarti level resiko tinggi dan sangat
tinggi sehingga diperlukan perbaikan yang segera. Setelah usulan rancangan alat
bantu dibuat dan dilakukan simulasi, fase gerakan berkurang menjadi dua gerakan
dan nilai level yang dihasilkan sebesar 3 dan 4. Nilai tersebut berarti level resiko kecil
dan sedang sehingga tidak diperlukan perbaikan yang segera.
Kata Kunci : PT. DMDT IV, Operator Grey, Muskulokeletal, Rancangan Alat
Bantu, REBA.
Abstract
At PT. DMDT IV Boyolali, the activity of moving the fabric roll to the inspecting
machine by the Operator Grey is done by means of workers lifting and installing it
manually without the aid of ergonomic aids. Lifting a roll of cloth weighing 100 kg in
the position of the back bent, neck bent, and the handle of the fabric roll that does not
fit the size of the Operator Grey posture and based on observations with the Nordic
Body Map questionnaire this activity has the potential to cause work fatigue and
musculoskeletal complaints. Based on the existing problems, it is necessary to
improve the gray operator work activities by designing proposed tools that aim to
2
improve the work posture of Operator Grey work activities. The stages in the
proposed design of the aid consists of elaborating the design concept, design
objectives, determining the specification of the proposed design of the aid using
anthropometric data of the Indonesian community body dimensions, design
calculation, and validating the proposal for the design of the assistive tool, which is
done in two ways, namely testing the proposed designcctools and risk level
assessment of work posture simulation using REBA method. The final result of this
study is the proposed fabric train design as a tool to facilitate the activities of
Operator Grey who are able to reduce the level of work posture risk, ie a decrease in
the value of REBA risk level. Before the proposed tool design, the three phases of the
gray operator activity movement have a risk level value of 9, 12, and 11. This value
means a high level of risk and very high so immediate repairs are needed. After the
proposed tool design is made and simulated, the movement phase is reduced to two
movements and the resulting level value is 3 and 4. This value means that the risk
level is small and moderate so no immediate repair is needed.
Keyword : PT. DMDT IV, Operator Grey, Musculoskeletal, Tool Design, REBA.
1. PENDAHULUAN
Perana manusia untuk tenaga kerja masih banyak digunakan di dunia industri,
khususnya pada kegiatan penanganan material. Hal ini didasari karena
penanganan material secara manual memiliki keuntungan, yaitu mobilitas dalam
memberikan kemudahan pemindahan beban pada ruang terbatas dan pekerjaan
yang tidak beraturan (Nugroho dkk, 2013).
PT. DMDT IV adalah perusahaan industri bergerak dibidang tekstil
yaitu bidang penenunan kain. Salah satu kegiatan proses produksi pada
perusahaan tersebut adalah proses inspecting. Untuk menunjang kegiatan
inspecting terdapat pekerja yang bertugas mengambil roll kain dari mesin tenun
dengan cara mengambil roll kain dari mesin tenun kemudian memindahkan roll
kain tersebut menuju ke mesin inspecting, pekerja tersebut disebut dengan
operator grey. Para operator grey sering mengeluha sakit pada bahu, lengan, dan
punggung pada saat bekerja dengan alat bantu kereta kain yang ada. Keluhan
tersebut mengindikasikan operator grey mengalami keluhan muskuloskeletal
pada tubuh bagian atas yang disebabkan sikap kerja yang ekstrim serta alat bantu
yang belum sesuai standar dengan ukuran anthropometri tubuh manusia. Keluhan
musculoskeletal merupakan keluhan yang berada pada bagian otot skeletal atau
3
otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan hingga
berat. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan membuat
usulan rancang alat bantu kereta kain yang digunakan untuk melakukan
pemindahan roll kain dari mesin tenun menuju mesin inspecting oleh operator
grey dengan memperbaiki postur kerja aktivitas kerja operator grey.
2. METODE
2.1 Ergonomi
Ergonomi adalh ergon (kerja) dan nomos (hukum alam). Didefinisi sebagai
studi tentang aspek - aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau
secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain
perancangan. Ergonomi bersinggungan juga dengan keselamatan dan
kenyamanan manusia, optimasi, efisiensi, dan kesehatan di tempat kerja.
Dibutuhkan studi sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya
saling berinteraksi dengan tujuan utama menyesuaikan suasana kerja dengan
manusianya (Nurmianto, dalam Adha dkk, 2014).
2.2 Anthropometri
Wignjosoebroto (Mahmudah, 2011) menjelaskan istilahx anthropometrix
berasal dari “anthro” yang berarti manusiax dan “metri” yang berarti
ukuran. Anthropometri juga dapat dibilang suatux studib yang berkaitan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Pendekatan anthropometri
digunakan sebagai pertimbangan untuk desain perancangan alat maupun
fasilitas kerja manusia.
2.3 REBA (Rapid Entire Body Assissment)
Rapid Entire Body Assissment (REBA) merupakan metode untuk menilai
postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki dalam bidang
ergonomi seorang pekerja. Metode ini didalamnya mempertimbangkan
beberapa faktor, antara lain : faktor coupling, beban eksternal, dan aktivitas
kerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu lama
apabila digunakan untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada
suatu aktivitas. Terutama aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya
4
pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (Mc Atamney,
2000).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Rekapitulasi Data Nordic Body Map
Berdasarkan pengolahan data kuesioner pada tabel diatas dapat ditemukan
pada kategori sangat sakit keluhan tertinggi adalah punggung sebesar 75% .
Kategori sakit tertinggi terdapat pada leher, bahu kanan dan kiri, pinggang,
lengan atas kiri, siku kiri, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kanan, dan
tangan kanan sebesar 50%. Sedangkan kategori cukup sakit tertinggi terdapat
pada bagian lengan atas kanan sebesar 75%. Dapat disimpulkan diperlukan
perbaikan guna mengurangi resiko cidera pada bagian-bagian tubuh yang
telah disebutkan.
3.2 Penilaian Level Resiko Postur Kerja Dengan Metode REBA
Pada Penilaian level resiko postur kerja berawal dengan mengamati postur
kerja secara pengambilan gambar kemudian menilai postur dengan metode
REBA. Faktor postur kerja metode REBA meliputi postur A, yang terdiri
dari: neck (leher), trunk (punggung), dan legs (kaki). Postur B terdiri : upper
arm (lengan atas), lower arm (lengan bawah), dan wrist (pergelangan tangan).
Kemudian Faktor tambahan, antara lain : load (beban), coupling (pegangan),
dan activity (aktivitas). penilaian lever resiko ini terdapat 3 fase gerakan
operator grey yang dinilai dengan metode REBA.
3.2.1 Penilaian Fase Gerakan
Gambar 1. Penilaian Fase Gerakan Dengan Metode REBA
5
1) Postur A
Pada gambar 3.1 dipilih faktor neck = “0 to 20 degrees” dan
“neck is twisted…” karenakan leher berputar saat mengangkat
beban, faktor trunk = “20 to 60 degrees” dan “trunk is twisted….”
Dikarenakan punggung berputar saat mengnagkat beban. Faktor
legs = ”support in the two legs….” dan “more than 60 degrees”.
2) Postur B
Penilaian postur B pada faktor upper arm = “20 to 45 degrees” ,
“shoulder is raised” dikarenakan bahu terangkat saat membawa
beban, dan “arm is supported or person is leaning” dikarenakan
lengan juga membantu menahan beban yang diangkat. Faktor
lower arm = ”0 t0 60 degress…..”. Terakhir faktor wrist = ”more
than 15 degrees or more than…” dan “wrist is bent midline or
twisted” dikarenakan pergelangan tangan juga berputar.
3) Faktor Load (Beban)
Pada faktor ini dipilih ”load > 10kg” dikarenakan beban roll
kain yang diangkat adalah 100kg.
4) Faktor Coupling (Pegangan)
Pada faktor ini dipilih “poor” dikarenakan pegangan pada roll
kain yang tidak ergonomis.
5) Faktor Activity (Aktivitas)
Pada faktor ini dipilih “Action causes rapid large range…”
dikarenakan tumpuan kaki yang tidak stabil dan cenderung
berpindah-pindah.
6) Nilai Akhir Resiko
Ditemukan nilai sebesar 9. Nilai 9 masuk kedalam kelas 8 –
10 yang artinya resiko tinggi, diperlukan investigasi dan
perubahan.
6
3.2.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan
Setelah dilakukan penilaian terhadap 3 fase gerakan maka didapatkan
rekapitulasi perhitungan postur kerja fase-fase gerakan aktivitas operator
grey dengan metode REBA.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Metode REBA
Gerakan Skor Akhir Level Resiko Kategori Tindakan
Gerakan 1 9 Tinggi Investigasi & Perbaikan
Gerakan 2 12 Sangat Tinggi Perbaikan Segera
Gerakan 3 11 Sangat Tinggi Perbaikan Segera
3.3 Perancangan Alat Bantu Kereta Kain Operator Grey
3.3.1 Konsep Rancangan
Perancangan alat bantu kereta kain dilakukan dengan diawali
menjabarkan kebutuhan yang berisi keluhan dan keinginan alat bantu
yang sesuai dengan aktivitas kerja operator grey, kemudian dilanjutkan
dengan penjabaran tujuan rancangan agar sesuai dengan tujuan
penelitian.
3.3.2 Data Perancangan
Merupakan data yang diperlukan guna melakukan usulan rancangan alat
bantu kereta kain yang akan dibuat. Didalamnya terdapat data
anthropometri dimensi tubuh yang digunakan, perhitungan persentil, dan
data penunjang yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Seperti : data
panjang roll kain, lebar dan tinggi tumpuan roll pada mesin inspecting,
dan lain-lain.
Tabel 2. Data dan Perhitungan Persentil Perancangan
No Data Yang Diukur P 5 P 50 P 90 SD
1 Tinggi Bahu 116. 25 129. 5 142. 76 8. 06
2 Lebar Bahu Bagian Atas 23. 59 31. 85 40. 11 5. 02
3 Diameter Pegangan (maksimum) 45 48 51 2
7
3.3.3 Spesifikasi Perancangan
Tahap ini berisi penentuan spesifikasi usulan rancangan yang didalamnya
berisi perhitungan ukuran dimensi alat bantu kereta kain, yang akan
dibuat. Perhitungan tersebut terdiri dari :
1) Ukuran Lebar Pegangan kereta kain
Dataxyang digunakan adalah lebar pegangan persentil ke-50.
Berikut merupakan perhitungan lebar pegangan :
Lebar pegangan kereta kain = Lebar bahu bagian atas (P50)
= 31.85 cm.
≈ 32 cm.
2) Ukuran Ketinggian Pegangan
Data yang digunakan adalah tinggi bahu dengan persentil ke-5.
Berikut merupakan perhitungan lebar pegangan :
Ukuran ketinggian pegangan = Tinggi bahu (P5)
= 116.25 cm.
≈ 116 cm.
3) Ukuran Genggaman Pegangan
Data yang digunakan diameter pegangan maksimum dengan
persentil ke-50.
Ukuran diameter pegangan = Diameter pegangan
maksimum (P5)
= 48 mm.
≈ 5 cm.
4) Panjang Papan Landasan
Menggunakan data dimensi panjang roll kain yang akan diangkut
oleh operator grey.
Ukuran panjang papan landasan = 1400 mm.
= 140 cm.
8
5) Lebar Papan Landasan
Menggunakan dimensi lebar roll kain yang dibawa atau diangkut
oleh operator grey.
Ukuran lebar papan landasan = 680 mm. = 68 cm.
6) Pergerakan Papan Landasan
Menentukan pergerakan pergerakan papan landasan dengan
bantuan alat tambahan, yaitu pengungkit sistematis dengan jenis kelas
pengungkit tipe kedua. Pengungkit ini bertujuan untuk menggerakan
papan landasan demi memudahkan proses pemindahan roll kain
menuju mesin inspecting yang dilakukan oleh operator grey.
7) Panjang dan Diameter Pegangan Pengungkit
Menggunakan data ukuran genggam pegangan sebesar 5 cm
dan panjang pegangan sebesar 100 cm.
8) Tinggi dan Lebar Kereta Kain
Ukuran tinggi kereta kain di sesuaikan dengan dimensi ketinggian
landasan roll kain yang berada pada mesin inspecting. Sedangkan lebar
kereta kain ditentukan dengan ukuran luas area kerja dan jalur yang
area inspecting.
Ukuran panjang x lebar x tinggi kereta kain :
= 1450 mm x 800 mm x 460 mm.
= 145 cm x 80 cm x 46 cm.
3.3.4 Pembuatan Rancangan
Usulan rancangan alat bantu kereta kain dibuat berdasarkan dimensi yang
telah ditentukan. Pembuatan gambar usulan rancangan alat bantu kereta
kain dilakukan dengan menggunakan Solidworks.
9
Keterangan :
1. Pegangan pengungkit.
2. Pegangan kereta kain.
3. Pengungkit.
4. Papan landasan.
5. As papan landasan.
6. Roda.
7. Rangka kereta kain.
Gambar 2. Rancangan 3D Kereta Kain
3.4 Validasi Usulan Rancangan
3.4.1 Pengujian Rancangan
Untuk melakukan pengujian rancangan dilakukan dengan salah satu
fitur atau fasilitas pada solidworks. Akan tetapi pengujian ini hanya
mencakup beban pada struktur plat papan landasan dan bukan dijadikan
acuan perbandingan dalam skala nyatanya. Struktur plat papan landasan
ini dirancang mampu menahan beban maksimal seberat 100kg atau
980N.
Tegangan Von Mises merupakan suatu tegangan yang
menyebabkan kegagalan pada material apabila material mendapatkan
suatu tegangan triaksial yang menghasilkan energi regangan. Kegagalan
terjadi apabila besar energi regangan dari tegangan triaksial sama
dengan energi regangan dari uji tarik standar material ketika mulai
terjadi luluh (Bhandari, 1994: 93).
10
Berikut merupakan hasil pengujian tersebut :
Gambar 3. Hasil Uji Beban Perancangan
Analisis :
Setelah dilakukan pengujian, didapatkan tegangan Von Mises
yang terjadi akibat beban yang terdapat pada strukutur papan landasan.
Bahan dipilih dari pengaturan material rancangan pada solidworks
menggunakan bahan alloy steel dengan nilai Yield Strength sebesar
6,204x N/m2.. Gambar 3. menunjukkan hasil tegangan (Von Mises
Stress) maksimum ditunjukkan dengan warna merah sebesar
1,291x N/m2 dan tegangan (Von Mises Stress) minimum
ditunjukkan dengan warna biru sebesar 0 atau 1,076x N/m2.
Berdasarkan gambar 3. dapat dilihat bahwa nilai maksimum Von
Mises Stress sebesar 1,291x N/m2 dibawah nilai Yield Strength
sebesar 6,204x N/m2. Sehingga deformasi bersifat elastis dan
struktur rancangan dinyatakan aman pada beban 100 kg.
3.4.2 Penilaian Level Resiko Postur Kerja Setelah Perancangan
1) Simulasi Fase Gerakan
Pada proses ini terdapat pengukuran lever resiko postur kerja dengan
menggunakan usulan rancangan alat dibuat. Dilakukan dengan
langkah awal membuat simulasi fase gerakan yang dilakukan oleh
operator grey. Berikut merupakan simulasi fase gerakan operator
grey dengan usulan rancangan alat bantu yang telah dibuat :
11
A. Simulasi fase Gerakan 1
Gambar 4. Simulasi Fase Gerakan 1
B. Simulasi Fase Gerakan 2
Gambar 5. Simulasi Fase Gerakan 2
2) Perhitungan Nilai Level Resiko Dengan Usulan Rancangan
A. Penilaian Simulasi Fase Gerakan
Gambar 6. Penilaian Simulasi Fase Gerakan
12
Pada tahap ini dilakukan penilain level resiko REBA pada
simulasi fase gerakan dengan langkah – langkah yang sama seperti
penilaian level resiko REBA pada gambar 3.1. Telah ditemukan
level resiko pada kedua fase gerakan dengan nilai sebesar 3 dan 4
yang artinya resiko kecil dan sedang, serta tidak diperlukan
investigasi lanjut dan perbaikan yang segera.
3.4.3 Rekapitulasi Perbandingan Penilaian
Berikut merupakan perbandingan rekapitulasi penilaian postur kerja
antara sebelum dilakukan usulan perbaikan dengan sesudah dilakukan
usulan perbaikan.
Tabel 3. Rekapitulasi Perbandingan Penilaian
Tipe Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
Fase Gerakan 3 fase gerakan, yaitu :
menurunkan, memindah, dan
memasang roll kain.
2 fase gerakan, yaitu :
mendorong kereta kain
dan mengungkit alat
bantu guna
memindahkan roll kain.
Nilai Level Resiko 9, 12, 11 3 dan 4
Keterangan Resiko tinggi dan sangat tinggi. Resiko kecil dan sedang.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada
penelitian aktivitas operator grey di PT. DMDT IV, kesimpulannya adalah
sebagai berikut :
1) Ditemukan pada kategori sangat sakit keluhan tertinggi adalah punggung
sebesar 75% . Kategori sakit tertinggi terdapat pada leher, bahu kanan dan
kiri, pinggang, lengan atas kiri, siku kiri, lengan bawah kanan,
pergelangan tangan kanan, dan tangan kanan sebesar 50%. Sedangkan
kategori cukup sakit tertinggi terdapat pada bagian lengan atas kanan
13
sebesar 75%. Dapat disimpulkan diperlukan perbaikan guna mengurangi
resiko cidera pada bagian-bagian tubuh yang telah disebutkan.
2) Urutan langkah – langkah yang dilakukan guna merancang alat bantu
kereta kain dengan pendekatan anthropometri adalah : menentukan konsep
rancangan, mengumpulkan data perancangan, menentukan spesifikasi
rancangan, pembuatan rancangan, dan melakukan validasi usulan
rancangan.
3) Penelitian ini menghasilkan kereta kain sebagai usulan perbaikan
rancangan alat bantu aktivitas operator grey dengan dimensi lebar
pegangan kereta kain sebesar 55 cm. Ukuran ketinggian pegangan sebesar
116 cm, diameter pegangan 5 cm, panjang papan landasan sebesar 140
cm, dan lebar papan landasan sebesar 68 cm, panjang dan diameter
pegangan pengungkit sebesar 5cm dan 100 cm. Serta ditemukan ukuran
dimensi total kereta kain dengan panjang sebesar 145 cm, lebar 80 cm,
dan tinggi 46 cm.
4) Usulan rancangan alat bantu kereta kain mampu menurunkan level resiko
postur kerja aktivitas operator grey. Sebelum usulan perbaikan, ketiga
fase gerakan aktivitas operator grey didapatkan nilai level resiko REBA
sebesar 9, 12, dan 11 yang berarti level resiko tinggi dan sangat tinggi.
Sehingga berarti membutuhkan investigasi lanjut dan perbaikan yang
segera. Sedangkan setelah usulan perbaikan rancangan dibuat, untuk fase
gerakan berkurang menjadi dua fase gerakan. Serta ditemukan nilai level
resiko REBA sebesar 3 dan 4 yang berarti level resiko kecil dan sedang.
Sehingga berarti tidak membutuhkan investigasi lanjut dan segera.
4.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah diselesaikan, maka saran yang diberikan
untuk pengembangan atau penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :
1) Pada penelitian selanjutnya usulan rancangan alat bantu yang telah dibuat
dapat dimodifikasi ulang atau dikembangkan secara lebih lanjut. Salah
14
satunya bisa dengan meningkatkan mekanisme kerja alat ataupun
fleksibilitas alat bantu tersebut.
2) Usulan rancangan alat bantu yang telah dibuat dapat di desain ulang dan
lebih diperdalam rancangan strukturnya dengan memperhitungkan
perhitungan mekanika teknik yang lebih lanjut. Dikarenakan pada
penelitian ini hanya berfokus pada usulan rancangan alat bantu guna
memperbaiki postur tubuh dan mengurangi nilai level resiko REBA pada
aktivitas operator grey.
DAFTAR PUSTAKA
Adha, E. Z. I. R., Yuniar, & Desrianty, A. (2014). Usulan Perbaikan Stasiun Kerja
pada PT. Sinar Advertama Servicindo ( SAS ) Berdasarkan Hasil Evaluasi
Menggunakan Metode Quick Exposure Check ( QEC ) *. Jurnal Online
Institut Teknologi Nasional., 02(04).
Bhandari, V.B. (1994). Design of Machine Elements. New Delhi : Tata McGrawHill.
Hignelt, S., McAtamney, L. (2000). Rapid Entire Body Assesment (REBA). Applied
Ergonomics. 31. 201 – 205.
Mahmudah, F. (2011). Perancangan Alat Bantu Aktivitas Bongkar Pupuk
Berdasarkan Kajian Ergonomi (Studi Kasus: UD. Karya Tani, Pedan, Klaten).
Skripsi. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret.
Nugroho Bayu P. T., Rochman, T., & Iftadi, I. “(2013). Usulan Rancangan Troli
Sebagai Alat Bantu Angkut Karung Gabah Dalam Rangka Perbaikan Postur
Kerja di Penggilingan Padi ( Studi Kasus : Penggilingan Padi di Sragen ).
Performa, 12(1), 9–18.