A. JUDUL
Identifikasi kurkumin pada temulawak secara komatografi lapis tipis
B. TUJUAN
Identifikasi senyawa sampel yang mengandung kurkumin dengan menggunakan KLT
C. DASAR TEORI
Metode pemisahan merupakan aspek yang paling penting dalam bidang kimia karena kebanyakan
materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh materi murni dari suatu campuran,
maka kita harus melakukan pemisahan. Berbagai tekhnik pemisahan dapat diterapkan untuk
memisahkan campuran. Perusahan air minum memperolah air jernih dari air sungai melalui
penyaringan pasir dan arang, air minum untuk keperluan laboratorium atau farmasi diperoleh melalui
pemisahan dengan tekhnik destilasi. Untuk memisahkan minyak bumi menjadi komponen-komponenya
seperti elpiji, bensin, minyak tanah dilakukan melalui tekhnik pemisahan destilasi bertingkat. Logam
almunium dipisahkan dari bauksit melalui tejhnik pemisahan elektrolisis. Itulah beberapa contoh
tekhnik pemisahan yang berguna untuk memperoleh materi yang lebih murni. Melalui tekhnik
pemisahan ternyata menghasilkan materi yang lebih penting dan lebih mahal nilainya.1
Komatografi ialah proses pemisahan yang penentuannya didasarkan atas distribusi diferensial
komponen-komponen cuplikan antara fasa. Salah satu fasa tinggal tetap dalam sistem dan dinamakan
fasa diam. Fasa lain bergerak melalui pori – pori atau melewati permukaan fasa diam , fasa ini
dinamakan fasa gerak atau fasa mobile. Gerakan fasa mobile melibatkan migrasi diferensial komponen
– komponen dalam cuplikan.
Komatografi dapat disamakan dengan ekstraksi arus berlawanan Craig, kedua fasa ini memakai dua
fasa. Pada metode Craig salah satu fasa bergerak relative terhadap fasa lainnya sedangkan pada
metode komatografi fasa mobile bergerak secara terus – menerus. Komatografi lapis tipis, sama
dengan komatografi kertas hanya saja kertas diganti dengan lapis tipis kaca atau plastik yang dilapisi
dengan pelapis tipis alumina, silica atau materi lain dalam bentuk serbuk halus. Sifat lapis tipis ini lebih
reprodusibel dibandingkan dengan kertas, karena itu metode lapis tipis ini mampu mengantikan
kedudukan komatografi kertas di laboratorium.2
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-
komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Semua kromatografi
memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa
cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang
1 Hendayana.2006. Kimia Pemisahan: Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.(hal 1-2)2 Astin P.Lukum.2009.Dasar-Dasar Pemisahan Analitik.Gorontalo.Universitas Negeri Gorontalo. Hal 48-50
terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita
akan membahasnya lebih lanjut. Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis
silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.3
Untuk campuran yang tidak diketahui, lapisan pemisah (sifat penjerap) dan sistem larutan
pengembang harus dipilih dengan tepat karena keduanya bekerjasama untuk mencapai pemisahan.
Selain itu hal yang juga penting adalah memilih kondisi kerja yang optimum yang meliputi sifat
pengembangan, jarak pengembangan , atmosfer bejana dan lain- lain . Jarak pengembangan
senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf atau hRf.
Rf = Jarak titik pusat bercak dari titik awal
Jarak garis depan dari titik awal
Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. hRf adalah
angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0 – 100. Jika keadaan luar misalnya
sifat penjerap yang agak menyimpang, menghasilkan kromatogram yang agak menyimpang,
menghasilkan kromatogram yang secara umum menunjukkan angka Rf lebih rendah atau lebih tinggi,
maka sistem pelarut harus diganti dengan yang lebih sesuai. Jika angka hRf lebih tinggi dari hRf yang
dinyatakan, kepolaran pelarut harus dikurangi, jika hRf lebih rendah maka komponen polar pelarut
harus dinaikkan.4
Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi molekul-molekul komponen
antara dua fasa ( fasa gerak dan fasa diam ). Yang kepolarannya berbeda. Apabila molekul-molekul
kompinen berinteraksi secara lemah dengan fasa diam maka komponen tersebut akan bergerak lebih
cepat meninggalkan fasa diam,. Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada daya inteaksi
komponen-komponen campuran dengan fasa diam dan fasa gerak. Apabila dua atau lebih komponen
memiliki daya intaraksi dengan fasa diam atau fasa gerak yang hampir sama maka komponen tersebur
sulit dipisahkan. Kromatografi dikelompokkan atas beberapa macam yaitu sebagai berikut :
a. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium
yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis
tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.
b. Kromatografi Penukar Ion
Kromatografi penukar ion merupakan bidang khusus kromatografi cairan-cairan. Seperti namanya,
system ini khusus digunakan untuk spesies ion. Penemuan resin sintetik dengan sifat penukar ion
3 Hendayana.2006. Kimia Pemisahan: Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.(hal 1-2)4 Stahl Egon.1985.Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung : ITB
sebelum perang Dunia II telah dapat mengatasi pemisahan rumit dari logam tanah jarang dan asam
amino.
c. Kromatografi Penyaringan Gel
Kromatografi penyaringan gel merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari
modifikasi dekstran-molekul polisakarida linier yang mempunyai ikatan silang. Bahan ini dapat
menyerap air dan membentuk susunan seperti saringan yang dapat memisahkan molekul-molekul
berdasarkan ukurannya. Molekul dengan berat antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan
dan dipisahkan. Kromatografi permeasi gel merupakan teknik serupa yang menggunakan polistirena
yang berguna untuk pemisahan polimer.
d. Elektroforesis
Elektroforesis merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disisinya dan tegak lurus aliran
fasa gerak. Senyawa bermuatan positif akan menuju ke katode dan anion menuju ke anoda.
Sedangkan kecepatan gerak tergantung pada besarnya muatan.
e. Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fasa diam adalah
lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fasa cair lainnya dapat digunakan.5
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat, dengan menggunakan
zat penyerap berupa serbuk halus yang dipaliskan serta rata pada lempeng kaca. Lempeng yang
dilapis, dapat dianggap sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan dapat didasarkan pada
penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan
lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. Kromatografi lapis tipis dengan penyerap penukar ion dapat
digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada kromatografi lapis tipis
tidak tetap, jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada kromatografi kertas. Oleh karena itu pada
lempeng yang sama di samping kromatogram zat yang di uji perlu dibuat kromatogram zat
pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda.
Pada dasarnya kromatografi lapis tipis sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada
cara melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahannya, yakni digunakannya lapis
tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium atau plastik sebagai pengganti
kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada proses pemisahan berlaku sebagai fase diam.6
Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir – butir (fase diam), ditempatkan pada
penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa
5 Hendayana.2006. Kimia Pemisahan: Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.(hal 1-2)6 Stahl Egon.1985.Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung : ITB
larutan , ditotolkan berupa berupa bercak atau pita (awal). Setelah plat atau lapisan ditaruh didalam
bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas kimia
terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya
ditempatkan kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap
mencegah penguapan pelarut. Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).
Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran
pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak
warna.7
Untuk membuat lapisan tipis pada KLT perlu dibuat bubur (slurry) ber air dari serbuk halus tadi. Zat
pengikat dapat menggunakan gips, barium sulfat, polivenil alcohol atau kanji perlu ditambahkan, untuk
membantu peletakan lapisan tipis pada penyangga. Bubuk halus ini kemudian ditebarkan pada papan
penyangga (kaca, plastik atau aluminium), secara merata sehingga diperoleh ketebalan lapisan 0,1 –
0,3 mm. lapisan tipis adsorben diaktifkan dengan pengeringan didalam oven pada suhu 100 oC
selama beberapa jam.Pemisahan campuran dengan cara kromatografi didasarkan pada perbedaan
kecepatan merambat antara partikel-partikel zat yang bercampur pada medium tertentu. Dalam
kehidupan sehari-hari pemisahan secara kromatografi dapat kita temui pada rembesan air pada
dinding yang menghasilkan garis-garis dengan jarak tertentu.8
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ini mirip dengan kromatograafi kertas, hanya bedanya kertas
digantikan dengan lembaran kaca tau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben seperti
alumina, silike gel, selulosa atau materi lainnya. Lapisan tipis adsorben pada proses pemisahan
berlaku sebagai fasa diam. Kromatografi lapis tipis lebih bersifat reproduksibel ( bersifat boleh
diulang) dari pada kromatografi kertas. Sebagai fasa diam dalam KLT berupa serbuk halus dengan
ukuran 5 – 50 mikrometer. Serbuk halus ini dapat berupa adsorben penukar ion. Bahan adsorben
sebagai fasa diam dapat digunakan gel, alumina, dan serbuk selulosa. Partikel silica gel
mengandung gugus hidrosil dipermukaannya yang akan membentuk ikatan hydrogen dengan molekul
– molekul pokar.9
Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) adalah tumbuhan asli Indonesia yang biasa digunakan
sebagai bahan jamu untuk obat tradisional yang punya banyak manfaat bagi kesehatan kita. Selain
itu, temulawak juga dikenal sebagai minuman eksotik dengan cita rasa khas apabila dicampur gula
7 Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.8 Anonim. 2012. (online). Kromatografi lapis Tipis (KLT). http:// meliaivanawijaya.blogspot.com/2012/03/kromatografi-lapis-tipis- klt.html . Diakses Tanggal 2 Mei 2013 jam 13.009Anonim. 2012. (online). Kromatografi Lapis Tipis dan kromatografi Kertas. http://farmakognosi2.blogspot.com/2012/05/kromatog afi-lempeng-tipis-dan.html. Diakses Tanggal 2 Mei 2013 jam 13.00
dan kunyit, lalu diseduh dengan air panas, maka akan menghasilkan sebuah rasa tersendiri. Khasiat
temulawak juga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya secara klinis.Temulawak memiliki
kandungan minyak atsiri yang memang membangkitkan selera makan, membersihkan perut dan
memperlancar ASI. Menurut seorang guru besar Universitas Padjajaran (UNPAD), berdasar hasil
penelitian, ekstrak temulawak sangat manjur untuk pengobatan penyakit hati (lever). Komposisi kimia
terbesar dari rimpang temulawak adalah protein pati (48%-54%), minyak atsiri (3%-12%), dan zat
warna kuning yang disebut kurkumin. Fraksi pati merupakan kandungan terbesar, jumlahnya
bervariasi tergantung dari ketinggian tempat tumbuh. Pati rimpang dapat dikembangkan sebagai
sumber karbohidrat, yang digunakan sebagai bahan makanan. Fraksi kurkumin mempunyai aroma
yang khas, tidak toksik, terdiri dari kurkumin, demetoksikurkumin, dan bidesmetoksi kurkumin. Minyak
atsiri merupakan cairan warna kuning atau kuning jingga, berbau aromatik tajam. Sari rimpang
temulawak mempunyai khasiat sebagai obat penguat (tonik) sehingga dapat digunakan sebagai
bahan campuran jamu. Jamu temulawak ini mempunyai beberapa khasiat yang diantaranya yaitu
sebagai penambah nafsu makan, serta banyak digunakan sebagai obat penambah darah untuk orang
yang menderita kekurangan darah atau anemia.
Tabel Komposisi Rimpang Temulawak.
Komponen Besaran (%)
Pati
Lemak
Kurkumin
Serat kasar
Abu
Protein
Minyak atsiri
27,62 %
5,38 %
1,93 %
6,89 %
3,96 %
6,44 %
10,96 %
D. ALAT DAN BAHAN
Alat
Gambar Alat Nama Alat Fungsi Alat
Spatula Untuk membantu mengambil temulawak.
Kaca Arloji Wadah untuk meletakan temulawak yan
g akan ditimbang.
Gelas ukur 50 ml Untuk mengukur pelarut.
Soxhlet Untuk mengekstrak temulawak.
Neraca analitik Untuk mengukur berat dari temulawak.
Kertas saring Unutk membungkus temulawak.
Pipet tetes Untuk mengambil larutan dalam jumlah
zat yang sedikit
Benang woll Untuk mengikat sampel yang ada pada
kertas saring
Statif dan klem Sebagai penyangga dan penjepit.
Evaporasi Sebagai alat untuk meng eva
KLT Tempat untuk penotolan sampel saat
KLT.
Bahan
N
O
NAMA BAHAN SIFAT FISIK DAN KIMIA
1. Methanol - Larut dalam air
- Tak berwarna
- Bersifat polar
- Titk didihnya 64,50C
2. Kloroform - Non polar
- Cairan berwarna bening
- Berbau khas
- Sebagai pelarut untuk lemak
- Tidak larut dalam air
3. Dietil Eter - Berbau menyengat
- Berwujud cair
- Mudah terbakar
- Pelarut nonpolar
- Berwarna bening
4. Batuh Didih - Untuk mencegah terjadinya letupan
- Mempercepat proses penguapan
- Membantu gar proses penyebaran panas bias
merata
E. PROSEDUR KERJA
a. soxhletasi
Metanol Serbuk temulawak
-Menimbang sebanyak 30 gram -Mengukur sebanyak 400 ml
-Membungkus dengan kertas saring kemudian -Memasukkan kedalam labu alas bulat
-Mengikat bagian atas dan bawah - Menambahkan beberapa butir batu
menggunakan benang wol didih
-Memasukkan kedalam selonsong -Menghubungkan pada
-Menghubungkan dengan labu alas bulat dan selongsong yang telah
kondensor terhubung dengan kondensor
-Melakukan ekstraksi selama 6 jam
-Mengamati dan mencatat sirkulasi yang terjadi
-Mendinginkan labu alas bulat setelah ekstraksi
-Menguapkan pelarut dengan cara evaporasi pada
evaporator
b. metode KLT
1. Perbandingan Dietil Eter dan Metanol
- Melarutkan dengan metanol
Metanol 400 mL + batu didih dalam labu alas bulatSimplisia
Ekstrak kental temulawak Metanol
Eksrtak kental temulawak dan kurkumin standar
- Menotolkan pada tiga buah KLT yang sudah diberi
tanda garis
- Mengeringkannya dengan cara mengangin-
anginkan
- Menyediakan 3 buah cember
- Memasukkan pelarut yang sudah disiapkan dengan
perbandingan masing-masing 2 : 0,5, 4 : 0,5 dan
8 : 0,5 kedalam masing-masing cember yang
sudah disiapkan
- Mencelupkan KLT yang sudah ditotol dengan
sampel dan standar kurkumin kedalam cember
yang berisi pelarut dan menutup bagian atas
cember dengan penutupnya
- Memperhatikan jalannya eluen sampai tanda batas
lalu mengangkatnya menggunakan pingset
- Mengeringkan KLT dan melihat warna noda yang
dihasilkan dengan menggunakan sinar UV serta
member tanda pada noda tersebut
- Menghitung nilai Rf
2. Perbandingan Kloroform dan Metanol
- Melarutkan dengan metanol
Dietil eter : metanol ( 2 : 0,5 ) sampel Rf =
0,78, standar Rf = 0,8
Dietil eter : metanol (4 : 0,5 ) sampel Rf = 0,9,
standar Rf = 0,9
Dietil eter : metanol ( 8 : 0,5 ) sampel Rf =
0,78. Standar Rf = 0,81
Eksrtak kental temulawak dan kurkumin standar
- Menotolkan pada tiga buah KLT yang sudah diberi
tanda garis
- Mengeringkannya dengan cara mengangin-
anginkan
- Menyediakan 3 buah cember
- Memasukkan pelarut yang sudah disiapkan dengan
perbandingan masing-masing 5 :1, 15 : 1 dan 25 :
1 kedalam masing-masing cember yang sudah
disiapkan
- Mencelupkan KLT yang sudah ditotol dengan
sampel dan standar kurkumin kedalam cember
yang berisi pelarut dan menutup bagian atas
cember dengan penutupnya
- Memperhatikan jalannya eluen sampai tanda batas
lalu mengangkatnya menggunakan pingset
- Mengeringkan KLT dan melihat warna noda yang
dihasilkan dengan menggunakan sinar UV serta
member tanda pada noda tersebut
- Menghitung nilai Rf
3. Perbandingan Kloroform dan Dietil Eter
- Melarutkan dengan metanol
Kloroform : metanol ( 5 : 1 ) sampel Rf = 0,677. Standar Rf =
0,666
Kloroform : metanol (15 : 1 ) sampel Rf =
0,74. Standar Rf = 0,78
Kloroform : metanol ( 25 : 1 ) sampel Rf = 0,528. Standar Rf =
0,43
Ekstrak kental temulawak dan kurkumin standar
- Menotolkan pada tiga buah KLT yang sudah diberi
tanda garis
- Mengeringkannya dengan cara mengangin-
anginkan
- Menyediakan 3 buah cember
- Memasukkan pelarut yang sudah disiapkan dengan
perbandingan masing-masing 1 :1, 1 : 2 dan 1 : 3
kedalam masing-masing cember yang sudah
disiapkan
- Mencelupkan KLT yang sudah ditotol dengan
sampel dan standar kurkumin kedalam cember
yang berisi pelarut dan menutup bagian atas
cember dengan penutupnya
- Memperhatikan jalannya eluen sampai tanda batas
lalu mengangkatnya menggunakan pingset
- Mengeringkan KLT dan melihat warna noda yang
dihasilkan dengan menggunakan sinar UV serta
member tanda pada noda tersebut
- Menghitung nilai Rf
F. HASIL PENGAMATAN
Perlakuan Hasil pengamatan
- Menimbang tepung temulawak
- Membungkus tepung temulawak dengan kerta
s saring dan diikat dengan benang woll kedua
ujungnya.
- Memasukan kedalam selonsong tepung
- 30 gram
Kloroform : dietil eter ( 1 : 1 ) sampel Rf = 0,3413.
Standar Rf = 0,448
Kloroform : dietil eter ( 1 : 2 ) sampel Rf = 0,702. Standar Rf =
0,709
Kloroform : dietil eter ( 1 : 3 ) sampel Rf =
0,61. Standar Rf = 0,64
temulawak yang telah dibungkus(simplisia)
- Melakukan soxhletasi
- Pelarut yang bercampur dengan ekstrak
temulawak dalam labu alas bulat dievaporasi.
- Mengidentifikasi ekstrak dengan KLT
- Menotol cuplikan standard dan sampel pada
plat KLT yang telah dipisahkan.
- Mencelupkan plat KLT yang telah ditotol pada
pelarut dengan variasi yang berbeda – beda.
- Mengangkat plat KLT dengan pingset ketika
eluen berada pada pembatas yang telah
ditentukan.
- Menandai noda yang terbentuk menggunakan
sinar UV untuk melihat noda dan mengukur jar
ak noda.
- Terjadi sirkulasi sebanyak 15 kali sirkulasi
dalam 6 jam.
- Noda sampel (X) dan noda standar (st)
- Perbandingan eluen
- Dietil eter : metanol
1) 2 : 0,5
2) 4 : 0,5
3) 8 : 0,5
- Kloroform : metanol
4) 5 : 1
5) 15 : 1
6) 25 : 1
- Kloroform : dietil eter
7) 1 : 1
8) 1 : 2
9) 1 : 3
- Variasi 1 ( 2 : 0,5 )
Jarak noda X = 4,7 cm
Jarak noda st = 4,8 cm
Jarak eluen = 6 cm
- Variasi 2
Jarak noda X = 6,3 cm
Jarak noda st = 6,3 cm
Jarak eluen = 7 cm
- Variasi 3 ( 8 : 0,5 )
Noda X = 4,7 cm
Noda st = 4,9 cm
Jarak eluen = 6 cm
- Variasi 4 ( 5 : 1 )
Jarak noda X1 = 3,5 cm
X2 = 4,1 cm
X3 = 4,6 cm
Jarak noda st1 = 3,6 cm
st2 = 4 cm
st3 = 4,4 cm
Jarak eluen = 6 cm
- Variasi 5 ( 15 : 1 )
Jarak noda X1 = 2,9 cm
X2 = 3,6 cm
X3 = 4,1 cm
Jarak noda st1 = 2,7 cm
st2 = 3,6 cm
st3 = 4,2 cm
jarak eluen = 4,5 cm
- Variasi 6 ( 25 : 1 )
Jarak noda X1 = 1,2 cm
X2 = 2,4 cm
X3 = 3,4 cm
X4 = 4,1 cm
X5 = 4,8 cm
Jarak noda st1 = 1,2 cm
st2 = 2,4 cm
st3 = 4,1 cm
jarak eluen = 6 cm
- Variasi 7 ( 1 : 1 )
Jarak noda X1 = 1 cm
X2 = 1,3 cm
X3 = 1,6 cm
X4 = 2 cm
X5 = 2,5 cm
X6 = 2,9 cm
Jarak noda st1 = 1,9 cm
St2 = 2,5 cm
St3 = 3 cm
Jarak eluen = 5,5 cm
- Variasi 8 ( 1 : 2 )
Jarak noda X1 = 2,9 cm
X2 = 3,8 cm
X3 = 4,7 cm
Jarak noda st = 3,9 cm
Jarak eluen = 5,5 cm
- Variasi 9 ( 1 : 3 )
Jarak noda X1 = 2,7 cm
X2 = 3,3 cm
X3 = 4 cm
Jarak noda st = 3,5 cm
Jarak eluen = 5,5 cm
Perhitungan
Rf = Jarak noda yang ditempuhkomponen
jarak yangditempuh eluenVariasi 1 = Eter : Metanol = 2 : 0,5
Rf x = 4,7cm6cm
=0,78
Rf st = 4,8cm6cm
=0,8
Variasi 2 = Eter : Metanol = 4 : 0,5
Rf x = 6,3cm7cm
=0,9
Rf st = 6,3cm7cm
=0,9
Variasi 3 = Eter : Metanol = 8 : 0,5
Rf x = 4,7cm6cm
=0,78
Rf st = 4,9cm6cm
=0,81
Variasi 4 = Kloroform : Metanol = 5 : 1
Rf x1 = 3 ,5cm6 cm
=0,583
Rf x2 = 4,7cm6cm
=0,683
Rf x3 = 4,6cm6cm
=0,766
Rf X = 0,677
Rf st1 = 3,6cm6cm
=0,6
Rf st2 = 4 cm6cm
=0,666
Rf st3 = 4 ,4cm6 cm
=0,733
Rf st = 0,666Variasi 5 = Kloroform : Metanol = 15 : 1
Rf x1 = 2,9cm4,5cm
=0,64
Rf x2 = 3,6cm4,5cm
=0,8
Rf x3 = 4,1cm4,5cm
=0,9
Rf X = 0,74
Rf st1 = 2,7cm4,5cm
=0,6
Rf st2 = 3,6cm4,5cm
=0,8
Rf st3 = 4,2cm4,5cm
=0,93
Rf st = 0,78
Variasi 6 = Kloroform : Metanol = 25 : 1
Rf x1 = 1,2cm6 cm
=0,2
Rf x2 = 2,4cm6cm
=0,4
Rf x3 = 3,4cm6cm
=0,56
Rf x4 = 4,1cm6cm
=0,68
Rf x5 = 4,8cm6cm
=0,8
Rf X = 0,528
Rf st1 = 1,2cm6 cm
=0,2
Rf st2 = 2,4cm6cm
=0,4
Rf st3 = 4,1cm6cm
=0,68
Rf st = 0,43Variasi 7 = Kloroform : Dietil Eter = 1 : 1
Rf x1 = 1cm5,5cm
=0,1818
Rf x2 = 1,3cm5,5cm
=0,236
Rf x3 = 1,6cm5,5cm
=0,29
Rf x4 = 2cm5,5cm
=0 ,363
Rf x5 = 2,5cm5,5cm
=0,45
Rf x6 = 2,9cm5,5cm
=0,527
Rf X = 0,3413
Rf st1 = 1,9cm5,5cm
=0,345
Rf st2 = 2,5cm5,5cm
=0,454
Rf st3 = 3cm5,5cm
=0,545
Rf st = 0,448Variasi 8 = Kloroform : Dietil Eter = 1 : 2
Rf x1 = 2,9cm5,5cm
=0,527
Rf x2 = 3,8cm5,5cm
=0,69
Rf x3 = 4,7cm5,5cm
=0,89
Rf X = 0,702
Rf st = 3,9cm5,5cm
=0,709
Variasi 9 = Kloroform : Dietil Eter = 1 : 3
Rf x1 = 2,7cm5,5cm
=0,49
Rf x2 = 3,3cm5,5cm
=0,6
Rf x3 = 4cm5,5cm
=0,73
Rf X = 0,61
Rf st = 3,5cm5,5cm
=0,64
G. PEMBAHASAN Komatografi ialah proses pemisahan yang penentuannya didasarkan atas distribusi diferensial
komponen-komponen cuplikan antara fasa. Salah satu fasa tinggal tetap dalam sistem dan dinamakan fasa diam. Fasa lain bergerak melalui pori – pori atau melewati permukaan fasa diam , fasa ini dinamakan fasa gerak atau fasa mobile. Gerakan fasa mobile melibatkan migrasi diferensial komponen – komponen dalam cuplikan. KLT merupakan metode pemisahan fitokimia dengan adsorpsi pada lapisan tipis adsorben dikenal dengan nama Thin Lager Chormatografi ( TLC). Prinsip kerja KLT adalah partisi dan adsorbs dimana eluen sebagai fase gerak dan lempeng KLT sebagai fase diam. Kegunaan dari kromatografi lapis tipis (KLT) adalah untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terkandung dalam sampel (uji kualitatif) serta untuk menghitung berapa kadar senyawa yang ada dalam sampel (uji kuantitatif).
Langkah awal ialah proses soxhletasi, dimana proses ini ialah merupakan penyaringan simplisia secara berkesinambungan atau menggunakan pelarut yang selalu baru. Cara kerja dari soxhletasi ini ialah larutan yang berada pada labu alas bulat dipanaskan sehingga menghasilkan uap, yang kemudian uap ini akan melewati siphon dan menuju kondensor, setelah dikondenson uap ini akan berubah menjadi cairan yang kemudian cairan ini akan jatuh mengenai simplisia. Pada proses ini akan menghasilkan ekstrak kental dari temulawak yang akan dibawa ke proses KLT.
Langkah selanjutnya ialah proses KLT, dimana pertama yang dibuat ialah larutan standar,
membuat larutan standar dengan beberapa perbandingan yang menggunakan pelarut dietil eter,
kloroform, dam metanol. Dari berbagai perbandingan ini kita akan mengetahui pelarut apa yang baik
menghasilkan noda baik. Kemudian menotol sampel pada KLT dan larutan standar, larutan standar
dipakai untuk melihat apakah hasil yang diperoleh akan sesuai dengan standar. Setelah selesai
penotolan dilanjutkan dengan melatakan KLT pada pelarut dengan perbandingan pelarut yang berbeda
– beda. Dalam perbandingan ini kami memakai 9 macam perbandingan pelarut dari pelarut yang
dipakai.
Perbandingan awal antara larutan dietil eter : metanol (2 : 0,5) menghasilkan noda yang tidak baik
sepeti gambar di bawah. Dikarenakan pada perbandingan tersebut eluen polar dgn non-polar
perbedaannya sangat jauh sehingga noda yang dihasilkan kurang baik, antara noda standard an noda
sampel tidak bisa dipisahkan lagi tau sudah bercampur menjadi satu.
Gambar 1
perbandingan 2 : 0,5
Perbandingan kedua antara dietil eter dengan metanol (4:0,5) pada pebandingan ini menghasilkan
noda hamper sama dengan percobaan pertana, noda antara sampel dan noda standar sudah bersatu
dan tidak bisah dibedakan lagi, dikarenakan perbandigan eluen sangat jauh.
Gambar 2
perbandingan 4 : 0,5
Perbandingan ke tiga antara eluen dietil eter dan metanol (8:0,5) yang menghasilkan noda yang
tidak baik seperti gambar. Dikarenakan perbandindan eluen antara eluen polar dan non-polar yang
sangat jauh.
Gambar 3
perbandingan 8 : 0,5
Perbandingan antara eluen kloroform dengan metanol (5:1) yang menghasilkan noda yang tidak
beraturan atau bentuk noda yang tidak baik dikarenakan perbandingan eluen tidak sesuai atau setara.
Perbandingan eluen polar dan non-polar sangat berpengaruh pada noda sehingga noda yang
dihasilkan sesuai dengan perbandingan eluen yang dipakai.
Gambar 4 perbandingan 5 : 1
Perbandingan antara kloroform dengan metanol (15:1) yang menghasilkan noda yang paling baik
diantara perbandingan lain karena kedua eluen yang dipakai adalah eluen non-polar, sehingga noda
yang dihasilkan teratur atau baik.
Gambar 5
perbandingan 15 :1
Perbandingan kloroform dengan metanol (25:1) noda yang dihasilkan kurang baik kerana antara
noda sampel dan noda standar bersatu atau berdempetan.
Gambar 6
perbandingan 25 : 1
Perbandingan eluen kloroform dengan dietil eter menghasilkan noda yang jalannya teratur tetapi
bentuk noda yang dihasilkan tidak teratur sehingga tidak baik digunakan untuk metode kolom.
1:1 1:2
1:3
Dari hasil yang diperoleh perbandindgan yang sanggat baik itu ialah antara eluen kloroform dan
methanol ( 15 ; 1 ) dimana eluen tersebut menghasilkan noda yang sangat baik dan membawa noda
sapai pada standar. Sedangakan untuk eluen yang tidak baik ialah perbandingan eluen antara dietil
eter dan metanol karena perbedaan eluen polar dgn non-polar tidak berbeda jauh sehingga eluen
tersebut membawa noda sampel maupun noda standar sampai pada tanda batas tetapi letak dari noda
baik noda sampel maupun noda standar tidak sejajar serta bentuk dari noda tidak teratur.
H. KESIMPULAN
Dari hasil yang didapatkan bahwa kurkumin terdapat pada perbandingan yang ke 5 dimana
perbandingan pelarut atara kloroform : metanol (15:1), yang menghasilkan noda yang baik pada
metode KLT.