Latar Belakang
Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan, Kota budaya, serta Kota Pariwisata
merupakan pusat kebudayaan Jawa yang kaya akan daya tarik wisata. Meskipun selama ini
Kota Yogyakarta tidak memiliki kekayaan alam dalam jumlah besar, ia dapat terus
berkembang karena telah memiliki konsep pariwisata dan didukung oleh stake holders yang
cukup mapan. Pengembangan wisata di Yogyakarta merupakan salah satu penyokong
perekonomian daerah sebagai potensi yang perlu dikembangkan. Kearifan lokal menjadi
salah satu potensi pendukung kemajuan pariwisata.
Pemerintah kota pun mendukung pengembangan kota Yogyakarta menjadi daerah
wisata. Hal ini ditunjukkan dari visi pembangunan kota Yogyakarta 2005-2025, yaitu Kota
Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, Pariwisata Berbasis Budaya dan Pusat
Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan1 yang diaplikasikan dalam kebijakan umum
pembangunan jangka panjang bidang pariwisata, yaitu mempertahankan predikat Kota
Yogyakarta sebagai kota pariwisata berbasis budaya dengan keragaman obyek dan daya
tarik wisata yang mengandung makna :
1. Pengembangan pariwisata disesuaikan dengan potensi yang ada dan berpusat pada budaya Jawa yang selaras dengan sejarah dan budaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
2. Penyempurnaan dan peningkatan jaringan kerjasama wisata dengan berbagai pihak dan daerah lain.3. Menciptakan terobosan baru yang tetap berlandaskan pada wisata budaya, wisata bangunan bersejarah,
wisata pendidikan dan wisata belanja dengan tetap mempertahankan dan mengembangan norma-norma religius/agama di dalam kehidupan masyarakat2.
Mengapa Harus Direncanakan?
Perencanaan adalah bagian dari pengambilan keputusan, yaitu memilih tindakan
untuk menyelesaikan permasalahan. Pembangunan pariwisata Yogyakarta perlu direncanakan
agar apa yang dilakukan mencapai sasaran yang diinginkan. Ia juga berfungsi untuk
memeratakan berbagai elemen kebutuhan dan ketimpangan guna meminimalisir
ketimpangan serta meminimalisir aktivitas yang tidak perlu, pemborosan dan dampak negatif
lainnya3.
Potensi wilayah berupa pemberian alam maupun hasil karya manusia di masa lalu
merupakan aset yang harus dilestarikan sekaligus dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat.
Pemanfaatan aset perlu direncanakan secara matang sebagai panduan secara keseluruhan
1 Visi dan Misi Pembangunan Pariwisata Jogja, diunduh dari www.jogja.go.id tanggal 1 Juni 20082 Ibid3 disampaikan oleh Drs. Purwanto, M.Phil. dalam kuliah Perencanaan Kota dan Daerah tanggal 6 Maret 2008 di Fisipol UGM
1
serta parsial bagi perencanaan lainnya. Terdapat perbedaan potensi yang terdapat di daerah
satu dengan lainnya. Oleh karena itu, fungsi dan peran masing – masing daerah perlu
ditingkatkan dan diintegrasikan demi keuntungan yang maksimal. Selain itu, banyak potensi
wilayah yang selain terbatas juga tidak dapat diperbarui.
Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan di dalam kehidupan manusia juga
harus diperhatikan agar terkendali karena kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi di
lapangan seringkali tidak dapat diperbaiki. Kemajuan teknologi yang dimanfaatkan semata –
mata demi keuntungan manusia niscaya akan berdampak buruk karena merusak lingkungan
alam secara brutal.
Perencanaan memberi arahan kepada semua aktivitas lembaga, organisasi dan usaha
serta dapat memperoleh tindakan yang tepat dan terkoordinasi dari berbagai unit kerja
tersebut. Perencanaan juga dapat memperhitungkan situasi darurat, membantu menghadapi
ketidakpastian akan masa depan, menanggulangi akibat – akibat yang timbul karena terjadi
perubahan – perubahan serta dapat menyesuaikan usaha dengan situasi dan kondisi yang
berubah.
Aspek – Aspek yang Mempengaruhi Perencanaan Pariwisata Yogyakarta
Menurut Hilman, Pariwisata Perkotaan merupakan salah satu bentuk wisata yang
memanfaatkan fasilitas perkotaan yang memberikan suatu pengalaman bagi wisatawan
karena atribut yang dimiliki oleh kota tersebut,seperti:
1. makan minum dengan peninggalan gedung-gedung bersejarah2. lokasi dan posisi geografis yang menarik3. perbelanjaan, tempat berbagai gaya dan selera yang memberikan kesan prestisius bagi
pencari identitas4. tempat berlangsungnya peristiwa menarik.4
Dari keempat atribut yang disebutkan di atas, Yogyakarta memiliki hampir
kesemuanya. Kerajinan perak di Kotagede, Kraton, Taman Sari, upacara Grebeg dan
Malioboro merupakan daya tarik pariwisata khas Jogja. Dalam pembangunan kepariwisataan,
seperti juga perencanaan pembangunan lainnya, diperlukan perencanaan yang dapat
memaksimalkan manfaat pariwisata bagi suatu daerah dan mengurangi persoalan-persoalan
yang muncul sebagai akibat dari pembangunan. Oleh karena itu, terdapat beberapa aspek
yang mempengaruhi perencanaan pariwisata kota Yogyakarta dan wajib diperhatikan agar
perencanaan berjalan dengan lancar.
4 Hilman dalam Ferbianty (www.dieny-yusuf.com, diakses tanggal 2 Juni 20082
Keamanan, misalnya struktur geografi dan aspek sosial (jaminan sosial). Kemudahan
akses bagi siapapun yang berkunjung ke Kota Yogyakarta melalui transportasi darat, laut
maupun udara serta baik buruknya kondisi alam berpengaruh terhadap fluktuasi minat
wisatawan untuk datang ke Yogyakarta.
Respect, yaitu menghormati adat-istiadat masyarakat setempat. Kegiatan
pengembangan yang terkait dengan karakteristik masyarakat lokal namun hanya
menggunakan pendekatan sepihak dari sisi pasar mau pun pemerintah merupakan konsep
yang tidak proporsional. Pariwisata merupakan fenomena yang kompleks, bukan sekedar
kegiatan dengan obyek utama industri pelayanan yang melibatkan manajemen produk dan
pasar, tetapi lebih dari itu merupakan proses dialog antara wisatawan sebagai guest dan
masyarakat lokal sebagai host.
Perencana dan wisatawan juga harus menghormati hak kekayaan penduduk lokal.
Kota Yogyakarta sebagai kota kuno memiliki 200 bangunan yang dapat dikategorikan
sebagai bangunan heritage (bersejarah/cagar budaya). Pariwisata seharusnya dijadikan
sebagai bagian dari usaha untuk melindungi aset sejarah kota Yogyakarta.
Selain itu, pariwisata harus memperhatikan identitas atau karakter sosial masyarakat.
Masyarakat Yogyakarta yang dikenal sebagai pribadi yang santun, ramah, komunal dan
cukup terbuka terhadap wisatawan asing juga memiliki berbagai aturan tidak tertulis (norma)
yang diharapkan dipatuhi oleh semua orang di Yogyakarta.
Terakhir yaitu pilihan, mengetahui berbagai macam resiko yang akan dihadapi
sehingga dapat mengantisipasi hambatan dan kendala yang mungkin terjadi sejak awal.
Pariwisata bisa menjadi pemicu semakin meningkatnya arus urbanisasi dan atau globalisasi.
Oleh karena itu, perlu ada usaha intensif untuk melestarikan kebudayaan lokal Yogyakarta
agar tidak pudar atau terpengaruhi kebudayaan asing dengan cara kekayaan budaya yang
dimiliki diolah, diberi sentuhan kreatif supaya mampu berdaya-saing dengan karya budaya
lain, terutama dengan kebudayaan global.
Rencana Aksi Pariwisata Yogyakarta
Masyarakat secara fisik sosial budaya merupakan sumber daya utama, maka dalam
pengembangannya perencana pembangunan pariwisata perlu memandang masyarakat lokal
sebagai sumber daya yang berkembang dinamis yang berperan selaku subyek bukan sekedar
obyek. Pendekatan ini perlu ditempuh karena masyarakat lokal adalah orang-orang yang
paling tahu kondisi sosial budaya setempat. Setiap perencanaan harus memperhatikan nilai-
3
nilai sosial budaya pembangunan. Oleh karena itu, setiap langkah keputusan perencanaan
harus mencerminkan keaktifan masyarakat lokal yang ikut terlibat di dalamnya. Misalnya
dengan cara mengaktifkan kelompok kesenian lokal, mengadakan even kesenian di beberapa
sudut kota5, serta menggalakkan wisata budaya berbasis masyarakat lokal (wisata membuat
perak di Kotagede, wisata membuat batik, dll).
Di dalam perencanaan yang baik harus terdapat elemen program yang berisi tahap –
tahap penyelesaian suatu pekerjaan, standar akan hasil yang akan dicapai, rencana
penggunaan sumber daya uang dan tenaga, prosedur, taktik melawan rencana pesaing,
metode menyelesaikan suatu pekerjaan serta kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan.
Selain itu juga harus memperhatikan dalil – dalil perencanaan yang tidak dapat diawasi pihak
perencana misalnya : pertumbuhan penduduk, tingkat harga di waktu yang akan datang,
keadaan politik, tarif dan kebijaksanaan perpajakan dan bussiness circles6 agar dapat sesegera
mungkin menyelesaikan konflik atau pun hambatan yang mungkin terjadi.
Tahun 2008 ini penekanan prioritas pemerintah kota Yogyakarta dalam
pengembangan kepariwisataan adalah penganekaragaman atraksi dan daya tarik wisata
dengan berbasis pada kekuatan budaya yang dimiliki sebagai aset andalan kepariwisataan
Kota Yogyakarta. Makna ”Pariwisata Berbasis Budaya” adalah kegiatan pariwisata di Kota
Yogyakarta dikembangkan sesuai dengan potensi yang ada dan berpusat pada budaya Jawa
yang selaras dengan sejarah dan budaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat serta
menyempurnakan dan meningkatkan jaringan kerjasama wisata dengan pihak dan daerah
lain7. Peningkatan kegiatan pariwisata dilaksanakan dengan menciptakan terobosan baru yang
tetap berlandaskan pada wisata budaya, wisata bangunan bersejarah, wisata pendidikan dan
wisata belanja, dengan tetap mempertahankan dan mengembangkan norma-norma
religius/agama di dalam kehidupan masyarakat.
Keragaman atraksi dan daya tarik wisata adalah pengembangan pariwisata di Kota
Yogyakarta yang didasarkan pada budaya dan perlu didukung dengan keragaman atraksi dan
daya tarik wisata8. Keragaman tersebut antara lain wisata belanja, wisata konvensi, wisata
minat khusus, dan wisata pendidikan. Keragaman atraksi dan daya tarik wisata mengandung
makna pula tuntutan untuk selalu kreatif dan kompetitif dari seluruh pelaku wisata untuk
5 Even kesenian sudah mulai diadakan di beberapa titik, misalnya pagelaran musik dan pameran seni rupa di Gedung Societet, pameran seni rupa di Jogja Art Gallery, serta pagelaran ketoprak reguler di RRI.6 Drs. Ig. Wursanto, Dalil dan Ramalan Dalam Perencanaan, dalam Wursanto, Pokok-Pokok Perencanaan, 1987, Yogyakarta : Kanisius.7 Walikota Yogyakarta, 2007, Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor : 557/KEP/2007 Tentang Rencana Aksi Daerah Pengembangan Pariwisata Berbasis Budaya Kota Yogyakarta tahun 2007-2011, diunduh dari www.jogja.go.id tanggal 31 Mei 2008 pukul 16:068 Ibid
4
selalu mengembangkan potensi dan menangkap peluang pasar yang dinamis9 melalui elemen
kebudayaan seperti keramah-tamahan, kuliner, produk kerajinan tangan dan seluruh
karakteristik cara hidup (way of life) masyarakatnya. Namun demikian, atraksi kebudayaan
harus ditampilkan dengan cara yang cerdas, kreatif dan inovatif.
LAMPIRAN
9 APBD kota Jogja Tahun Anggaran 2008, diunduh dari www.jogja.go.id tanggal 31 Mei 2008 pukul 16:015
Peta Sebaran Potensi Budaya dan Pariwisata di Kota Yogyakarta
Daftar Pustaka
6
Anonim. 2008. Tematik Pembangunan Kota Yogyakarta Tahun 2008. Diunduh dari www.pariwisata.jogja.go.id tanggal 1 Juni 2008
Bapeda DIY. 2007. Strategi Peningkatan Daya Saing Bidang Kebudayaan. Diunduh dari www.jogja.go.id tanggal 31 Mei 2008
Ferbianty, Dieny. 2007. Pariwisata Perkotaan Bertumpu Masyarakat. Diunduh dari www.dieny-yusuf.com tanggal 2 Juni 2008-06-05
Kartika, CV Dhian. 2005. Kajian Lingkungan Strategik Pengembangan Desa Wisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Diunduh dari www.jogja.go.id tanggal 31 Mei 2008
Nuryanti, Wiendu. 1999. Pengembangan Pariwisata Sebagai Sektor Andalan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Diunduh dari tanggal 2 Juni 2008
Wursatno, Ig. 1987. Pokok-Pokok Perencanaan. Bandung : Kanisius.
Yogyakarta, Walikota. 2007. APBD Kota Yogyakarta. Diunduh dari www.jogja.go.id tanggal 31 Mei 2008
Yogyakarta, Walikota. 2007. Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 557/KEP/2007 Tentang Rencana Aksi Daerah Pengembangan Pariwisata Berbasis Budaya Kota Yogyakarta Tahun 2007-2011. Diunduh dari www.jogja.go.id tanggal 1 Juni 2008.
Yogyakarta, Walikota. 2007. Peraturan Walikota Yogyakarta No 27 Tahun 2007. Diunduh dari www.jogja.go.id tanggal 1 Juni 2008
7