i
PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID AT-TAQWA
KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI KOTA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
MELANI ENGGARSARI
NIM. 111-14-116
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
i
PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID AT-TAQWA
KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI KOTA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
MELANI ENGGARSARI
NIM. 111-14-116
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
ii
iii
Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd.
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Lamp : 4 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Kepada :
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka
naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Melani Enggarsari
NIM : 111-14-116
Jurusan : S1- Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID
AT-TAQWA KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI KOTA
SALATIGA
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah. Demikian nota pembimbing
ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Salatiga, 10 Juli 2018
Pembimbing,
Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd.
NIP. 19710309 200003 1 001
iv
LAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
SKRIPSI
PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID AT-TAQWA
KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI KOTA SALATIGA
Disusun oleh:
MELANI ENGGARSARI
NIM : 111-14-116
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 18 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. M. Ghufron, M.Ag.
Sekretaris : Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd.
Penguji I : Dr. Wahyudiana, M.Pd.
Penguji II : Dra. Siti Farikhah, M.Pd.
Salatiga, 18 September 2018
Dekan
Suwardi, M.Pd.
NIP.19670121 199903 10 002
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Melani Enggarsari
NIM : 111-14-116
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID
AT-TAQWA KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI
KOTA SALATIGA
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat
atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk di publikasikan
pada e-repository IAIN Salatiga.
Salatiga, 6 Juli 2018
Yang Menyatakan,
Melani Enggarsari
NIM: 111-14-116
vi
MOTTO
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat buat orang lain”
HR. Ahmad, ath-Thabrani
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahku dan ibundaku tersayang, Wakijan Al Wanto dan Sarifah yang
senantiasa memberikan dukangan moril maupun materil terhadapku serta
selalu memberikan doa, kasih sayang, nasihat dan motivasi di dalam hidup
ku.
2. Adik-adik tercinta ku, Petrok, Banana, Tsabit, Ridwan yang selalu
kurindukan. Pak lek, bu lek, pakdhe, budhe, serta seluruh keluarga besar yang
selalu mendukungku.
3. Sahabat seangkatan ku, mbak Fitri, Emol, Cusna.
4. Irma Innayati Fauziyah teman terbaik.
5. Wiji Sapto Kastiko sebagai teman hati.
6. Keluarga besar Rumah Tahfidz Daarul Ilmi, Hana, khorik, Nia, Sindi yang
sudah banyak berjasa dalam penulisan skripsi ini, teh Rina, ustadzah Ning
dan teman-teman Rumah tahfidz lainnya. Tak lupa mbak kiki mbak Isti.
Terimakasih telah banyak membantu dan memberikan pelajaran hidup.
7. Ibu H. Partini selaku pemilik Rumah Tahfidz Daarul Ilmi beserta keluarga.
8. Ibu Sunani ibu kedua yang senantiasa membimbing saya.
9. Keluarga besar Ibu Ida dan Budhe Wulan yang senantiasa mendukung dan
bersedia saya repoti.
viii
10. Teman-teman kkn Desa Prigi posko 139 yang sudah banyak memberikan
pengalaman hidup untuk saya. mbak Wulan, teteh Aul, mbak Ana, mbak
Novi, mbak Marul, mas Miftah, mas Puji, mas Dedi.
11. Warga Desa Prigi, mama Yanto, mama Fauzan, mama Zahra yang mengharap
kedatangan saya serta teman-teman. Terimakasih telah menganggap sebagai
anak sendiri.
12. Rekan kerja soklatok yang selalu menyemangati saya.
13. Teman-teman seangkatan PAI yang tidak bisa ku sebut satu persatu.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia,
taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul Perilaku Altruisme pada Remaja
Masjid At-Taqwa Klaseman Mangunsari Sidomukti Kota Salatiga.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
agung Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat
syafa’atnya di yaumul akhir.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi
ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag selaku Pembimbing Akademik yang
senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan
akademik selama kuliah.
5. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku pembimbing skripsi
saya.
x
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan,
serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan
jenjang pendidikan S1.
7. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terselesaikannya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab
pengenyam perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu
referensi. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.
Salatiga, 10 Juli 2018
Penulis,
xi
ABSTRAK
Enggarsari, Melani. 2018. Perilaku Altruisme dalam Remaja Masjid
At-Taqwa Kota Salatiga. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Kota Salatiga. Pembimbing Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd.
Kata Kunci : Perilaku Altruisme
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana perilaku altruisme dalam remaja masjid di era seba
digital. Faktor yang mempengaruhi perilaku altruisme baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Sehingga dapat diketahui faktor penyebab
seseorang memiliki perilaku altruisme.
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan metode
pendekatan fenomenologi yaitu metode penelitian yang menekankan pada
fokus pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi dunia.
Sumber data penelitian ini hasil wawancara dengan remaja masjid
At-Taqwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pengumpulan data
penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, serta dokumentasi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pertama lingkungan sangat
berperan dalam mempengaruhi perilaku seseorang terlebih lingkungan
keluarga yang merupakan lingkungan pertama seseorang melakukan
komunikasi sosial. Lingkungan pedesaan dan perkotaan memiliki
perbedaan dalam memberikan pengaruh terhadap perilaku seseorang.
Menolong orang lain juga mempertimbangkan situasi dan kondisi yang
dialami. Faktor lingkungan termasuk kedalam faktor situasional yang
mempengaruhi perilaku altruisme, selain fakor lingkungan terdapat faktor
lain seperti daya tarik, atribusi terhadap korban, modeling, tekanan waktu
serta kebutuhan korban. Kedua, dalam hal menolong cenderung
memikirkan suasana hati sehingga suasana hati (mood) juga berpegaruh.
Pola asuh orang tua terhadap anak juga memberikan membentuk
kepribadian anak. Faktor tersebut masuk kedalam faktor internal antara
lain suasana hati, sifat, jenis kelamin, tempat tinggal, serta pola asuh.
Ketiga, penelitian ini melakukan penelitian terhadap sekelompok remaja
yang memiliki karakteristik perkembangan yang begitu kompleks
sehingga banyak faktor pendukung dalam penelitian ini seperti ciri fisik
atau biologis, ciri emosional, ciri sosial, serta ciri moral.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv
DEKLARASI ................................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
A. BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang ......................................................................................... 1
2. Rumusan masalah .................................................................................... 6
3. Tujuan penelitian ..................................................................................... 6
4. Manfaat penelitian ................................................................................... 7
5. Penegasan istilah ..................................................................................... 7
6. Kajian penelitian terdahulu ..................................................................... 8
7. Sistematika penelitian .............................................................................. 10
B. BAB II LANDASAN TEORI
1. Altruisme
a. Pengertian ........................................................................................... 12
b. Aspek-aspek perilaku altruisme .......................................................... 15
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi altruisme...................................... 16
xiii
2. Remaja
a. Pengertian ........................................................................................... 21
b. Karakteristik remaja............................................................................ 22
C. BAB III METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan jenis penelitian ....................................................... 26
2. Lokasi penelitian .............................................................................. 26
3. Sumber data ...................................................................................... 27
4. Metode pengumpulan data ............................................................... 28
5. Analisis data ..................................................................................... 30
6. Pengecekan keabsahan data ............................................................. 32
7. Tahap-tahap penelitian ..................................................................... 32
D. BAB IV ANALISIS DATA
1. Paparan data ..................................................................................... 34
2. Analisis data ..................................................................................... 43
E. BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ...................................................................................... 51
2. Saran ................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 surat permohonan izin penelitian ........................................ 55
2. Lampiran 2 pedoman wawancara ............................................................. 56
3. Lampiran 3 hasil wawancara..................................................................... 57
4. Lampiran 4 foto hasil wawancara ............................................................. 72
5. Lampiran 5 lembar konsultasi pembimbing.............................................. 76
6. Lampiran 6 SKK ..................................................................................... 77
7. Lampiran 7 daftar riwayat hidup ............................................................... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia saat ini sudah kehilangan kearifan lokal
yang menjadi karakter budaya bangsa sejak berabad-abad lalu.
Seperti maraknya kasus tawuran antar pelajar, antar mahasiswa dan
antar kampung. Tindak korupsi disemua lini kehidupan dan
institusi. Kebohongan politik yang telah menjadi bahasa
sehari-hari, tidak ada kepastian hukum, karena dalam praktiknya
hukum di negara kita diperjualbelikan. Maka tidak heran apabila
pembentukan dan pembinaan karakter bangsa ini bagaikan kapal
tanpa pedoman di tengah luasnya samudra. Thomas Lickona
berpendapat sebuah bangsa akan menuju sebuah kehancuran jika
memiliki sepuluh tanda-tanda seperti: meningkatnya kekerasan
dikalangan remaja, membudayanya ketidakkejujuran, sikap fanatik
terhadap kelompok/peer group, rendahnya rasa hormat kepada
orang tua dan guru, semakin kaburnya moral baik dan buruk,
penggunaan bahasa yang memburuk, meningkatnya perilaku yang
merusak diri seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas,
rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu dan sebagai
warga negara, menurunnya etos kerja, dan rasa saling curiga dan
kurangnya kepedulian di antara sesama (Wibowo, 2012:15-16).
2
Pada abad 21 seperti sekarang ini dapat dikatakan sebagai
era digital. Bagaimana tidak, semua kebutuhan manusia dapat
diakses begitu mudahnya. Seperti contoh dalam hal mengirim
pesan, dahulu kala dalam mengirim pesan terbiasa dengan surat
menyurat dan untuk penyampaiannya pun membutuhkan waktu 2
sampai 3 hari bahkan dapat memakan waktu kurang lebih satu
bulan. Berbeda dengan zaman sekarang mengirim pesan hanya
butuh waktu beberapa menit. Bukan hanya soal mengirim pesan,
akan tetapi dalam hal berita, permainan, berbelanja semua dapat
diakses begitu mudah melalui internet. Internet dan smartphone
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dilepaskan. Smartphone
sudah menjadi benda yang tidak terpisahkan dalam aktivitas
keseharian manusia. Betapa tidak setiap harinya manusia saling
berinteraksi melalui smartphone baik dalam urusan pekerjaan,
pendidikan, penjualan, kegiatan sehari-hari dan lain sebagainya.
Hampir semua orang, termasuk di Indonesia memiliki
smartphone. Hal ini dikuatkan dengan artikel yang dilansir dari
laman kompas.com bahwasannya tak kurang dari 366,2 juta unit
smartphone terjual sepanjang tahun 2017. Angka itu meningkat
sebanyak 7,6 persen dari tahun ke tahun. Dari 366,2 juta unit dan
jumlah penduduk 260 juta hanya berselisih 106,2 juta, dapat
dikatakan bahwa rata-rata penduduk Indonesia mempunyai
smartphone. Pengguna smartphone terdiri dari berbagai kalangan,
3
mulai dari orang tua, dewasa, remaja bahkan anak-anak. Secara
tidak sadar dampak dari penggunaan smartphone mulai
bermunculan, seperti kecanduan game, lebih mudahnya mengakses
situs-situs yang senonoh hingga menimbulkan kejahatan asusila.
Selain dampak yang telah disebutkan di atas, ada pula
dampak psikis yang ditimbulkan seperti, kecenderungan sikap
individualistik, kurangnya sikap bersosialisasi, sikap acuh tak acuh
dengan lingkungan sekitar dan lain-lain. Disinilah peran
lingkungan keluarga dalam pendidikan anak sangat diperlukan.
Lingkungan keluarga adalah pendidikan pertama dan utama dalam
melakukan pembinaan dan pengayoman secara layak kepada anak
sehingga mendapatkan pencerahan dan pendewasaan dalam
menjalani hidup (Ilahi, 2013 : 40).
والحجارة الناس وقىدها نارا وأهليكم أنفسكم قىا آمنىا الذين أيها يا
يعصىن ل شداد غلظ ملئكة عليها يؤمز ما ويفعلىن أمزهم ما الل
ون
Artinya: “wahai orang-orang yang beriman! Periharalah
dirimu dan keluarga mu dari api neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang keras, yang
tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(Q.S. At-Tahrim:6) (Sudrajat, 2007 : 560).
4
Lingkungan keluarga, peran yang teramat penting dalam
proses pendidikan. Kaitan dalam hal ini adalah bagaimana keluarga
membimbing anggota keluarga agar senantiasa dapat menyaring
dampak baik dan buruk dari penggunaan smartphone. Seperti
dalam Q.S. At-Tahrim ayat 6 di atas bahwa fungsi keluarga adalah
menjaga dan memberikan pendidikan kepada anggota keluarga
mereka. Bagaimana keluarga menyisihkan waktu untuk dihabiskan
bersama, sehingga anggota keluarga mampu memaknai pentingnya
bersosialisasi dan mampu bersikap altruistik di era modern seperti
saat ini. Tidak hanya lingkungan keluarga yang perlu memberikan
pendidikan, akan tetapi lembaga pendidikan juga harus
menanamkan karakter yang baik dan sesuai dengan peserta didik
dan dapat diterapkan dilingkungan sosial. Undang-Undang nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3,
menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa (Wiyani, 2012:2).
Dalam Pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
pemangku kepentingan atau stakeholders harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen pendidikan sendiri, yaitu
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau
pengolahan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan
5
aktivitas atau kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah atau
lingkungan, dengan demikian Pendidikan karakter juga bisa
dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam
menyelenggarakan pendidikannya dilandasi dengan karakter.
Sasaran utama dalam pendidikan adalah peserta didik yang
berumur kisaran 6-20 tahun. Usia tersebut dibagi menjadi beberapa
kelompok atau sub perkembangan anak mulai dari masa
kanak-kanak, remaja hingga dewasa. Remaja adalah sasaran utama,
betapa tidak kisaran umur remaja 12-21 tahun merupakan masa
peralihan antara masa anak dan masa dewasa (Gunarsa, 2011 :
203). Perubahan yang signifikan terjadi pada bentuk tubuh remaja,
hubungan sosial, bertambahnya kemampuan dan keterampilan,
pembentukan identitas. Seringkali remaja dikaitkan dengan istilah
“labil” atau dalam kebingungan dalam menentukan beberapa hal.
Akan tetapi, remaja saat ini lebih bisa dikatakan remaja melenial
yang melek digital, dengan kata lain remaja era ini banyak
memanfaatkan alat komunikasi sebagai alat penunjang keseharian
mereka. Fokus penelitian ini adalah remaja masjid yang ada
diperkotaan yang mayoritas memiliki gadget dan cenderung tidak
peduli dengan lingkungan sekitar. Penelitian ini dilakukan di
masjid At-Taqwa Klaseman kota Salatiga karena letaknya di
6
perkotaan serta penduduknya yang bukan hanya muslim saja tetapi
juga non muslim.
Gambaran permasalahan di atas adalah bagaimana
penanaman sikap altruisme dalam remaja masjid di jaman yang
semakin maju dan mengharuskan melek digital, maka penulis
merumuskan judul PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA
MASJID AT-TAQWA KLASEMAN KOTA SALATIGA.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan remaja masjid At-Taqwa Klaseman
Mangunsari Sidomukti kota Salatiga tentang altruisme?
2. Bagaimana penerapan sikap altruisme oleh remaja masjid
At-Taqwa Klaseman Mangunsari Sidomukti kota Salatiga?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Mengetahui pandangan remaja masjid At-Taqwa Klaseman
Mangunsari Sidomukti kota Salatiga tentang altruisme.
2. Mengetahui penerapan sikap altruisme oleh remaja masjid
At-Taqwa Klaseman Mangunsari Sidomukti kota Salatiga.
7
D. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang jelas tentang peranan altruisme dalam mewujudkan
perilaku remaja masjid yang prososial. Sehingga mampu
memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara
praktiknya.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
atau wacana serta menjadi rujukan atau referensi mengenai
perilaku altruisme pada remaja masjid At-Taqwa kota Salatiga.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau
pegangan bagi pendidik dalam mengembangkan pendidikan
karakter terlebih pendidikan remaja. Serta menerapkan dan
melaksanakan pembelajaran pendidikan remaja di era serba
digital.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekaburan dalam
penafsiran judul, maka perlu dikemukakan maksud dari kata-kata
dan istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini agar dapat
8
dipahami secara konkrit dan lebih operasional. Adapun batasan
istilah tersebut adalah:
1. Altruisme
Altruisme dalam kamus istilah popular mempunyai
pengertian mementingkan pengabdian dan rasa kasih pada sesama
diatas kepentingan pribadi. (Fanani, 2012 : 33)
Altruisme adalah perilaku menolong yang tidak
mementingkan diri sendiri dan dimotivasi oleh keinginan untuk
bermanfaat bagi orang lain (Clayton & Mercer, 2012 : 121).
Kesimpulan dari dua pengertian diatas yaitu altruisme adalah
perilaku mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan
sendiri.
F. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Satria Andromeda tentang
“Hubungan antara Empati dengan Perilaku Altruisme pada Karang
Taruna Desa Pakang” menyimpulkan bahwa ada hubungan positif
yang sangat signifikan antara empati dengan perilaku altruisme
pada desa Pakang. Semakin tinggi empati maka semakin tinggi
perilaku altruisme, begitupun sebaliknya. Semakin rendah empati
maka semakin rendah perilaku altruisme. Nilai koefisien korelasi
(rxy) sebesar 0,584 ; signifikansi p = 0,000 (p≤0,01). Tingkat
empati pada subyek tergolong tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh
9
rerata empirik sebesar 75,89 dan rerata hipotetik sebesar 62,5.
Tingkat perilaku altruisme pada subyek tergolong tinggi. Hal ini
ditunjukkan oleh rerata empirik sebesar 81,89 dan rerata hipotetik
sebesar 62,5.
Penelitian yang dilakukan oleh Arunia Hidayati yang
berjudul ”Hubungan Kematangan Beragama dengan Perilaku
Altruistik pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama
Islam STAIN Salatiga Angkatan 2007/2008” disimpulkan bahwa
ada hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku
altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan
2007/2008 diterima. Hal tersebut dipaparkan dengan hasil analisis
kuantitatif data 50 responden yaitu tingkat kematangan beragama
yang memperoleh nilai tinggi (A) sebanyak 46, kategori sedang (B)
sebanyak 44%, kategori rendah (C) sebanyak 10%. Setelah data
berhasil, kemudian data tersebut dikonsultasikan dengan r tabel,
dengan jumlah subyek penelitian 50 responden dengan taraf
signifikansi 5% diperoleh 0,361, pada taraf signifikansi 1%
diperoleh 0,279, dan hasil rxy diperoleh signifikansi 0,995, maka
dapat berarti bahan nilai rxy lebih besar daripada nilai tabel yakni
(0,361 ˂0,995˃0,279).
Penelitian yang dilakukan oleh Safira Ainun Zahra
mengenai “Pengaruh kematangan Emosi dan Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Altruisme pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
10
Jakarta” memberikan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara kematangan emosi dan pola asuh orang tua
terhadap altruism pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Hasil dari uji hipotesis minor yang menguji
masing-masing koefisien regresi terhadap depennment variable
diperoleh tiga koefisien regresi yang signifikan, yaitu kemampuan
beradaptasi, kemampuan menguasai amarah dan pola asuh
otoriter-permisif.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini bukan
mengenai altruisme dalam mempengaruhi variable-variabel
tertentu melainkan perilaku altruisme dalam remaja masjid
At-Taqwa Klaseman Kota Salatiga. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah makna sikap altruisme dalam
suatu hubungan sosial. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu dapat dilihat dari segi metode penelitan,
dimana penelitian terdahulu menggunakan pendekatan kuantitatif
sedangkan penelitian ini menggukan pendekatan kualitatif dengan
subjek penelitian yang berbeda pula.
G. Sistematika Penelitian
Skripsi ini akan ditulis menggunakan sistematika yang
terdiri dari 5 bab, antara lain:
11
BAB I, yaitu berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,
kajian penelitian terdahulu serta sistematika penelitian.
BAB II, berisi mengenai landasan teori pengertian
altruisme dan remaja.
BAB III, berisi mengenai metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian.
BAB IV, paparan dan analisis data.
BAB V, penutup yang mencakup simpulan dan saran.
Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian dan analisis data.
serta penutup yang berisi tentang prakata penulis mengenai
penelitiannya.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Altruisme
1. Pengertian
Kehidupan manusia tidak terlepas dari sikap sosial.
Interaksi yang dilakukan setiap hari oleh manusia membuat
manusia memiliki berbagai karakter dan sifat yang beraneka
ragam. Auguste Comte (Seglow, 2004: 51) masalah utama
kehidupan manusia adalah subordinasi egoisme altruisme,
Keseluruhan ilmu sosial terdiri atas sepatutnya mengerjakan
masalah ini, prinsip esensial menjadi reaksi kolektif atas kehidupan
individu. Altruisme merupakan bagian dari sikap prososial, sikap
prososial adalah suatu kategori tindakan yang luas yang
didefinisikan oleh segmen signifkan masyarakat dan atau
kelompok sosial sesorang sebagai tindakan yang secara umum
bermanfaat bagi orang lain. Perilaku prososial dan altruisme
berbeda, perilaku prososial dapat mencakup diterimanya
penghargaan karena menolong, sedangkan altruisme
menggambarkan tindakan prososial sebagai tujuan itu sendiri,
tanpa memberikan keuntungan bagi si altruis (Clayton & Mercer,
2012 : 122).
13
Seperti halnya altruisme dan egoisme. Altruisme
merupakan sikap yang mempunyai pengertian berbanding terbalik
dengan egoisme. Egoisme memiliki arti mementingkan diri sendiri.
Altruisme adalah sikap mengutamakan kepentingan orang lain
dibanding kepentingan diri sendiri.
Menurut Batson (1943 : 3) altruisme merupakan keinginan
untuk menguntungkan orang lain demi kepentingan orang lain
daripada kepentingan diri sendiri. Sedangkan menurut Seglow
(2004: 89) altruisme adalah perilaku yang benar-benar diarahkan
untuk membantu orang lain untuk kepentingan mereka sendiri dan
tidak dapat direduksi menjadi perilaku yang mementingkan diri
sendiri atau pro-sosial.
Altruisme adalah perilaku menolong yang tidak
mementingkan diri sendiri dan dimotivasi oleh keinginan untuk
bermanfaat bagi orang lain (Clayton & Mercer, 2012 : 121).
Altruisme (Monroe, 1998: 4) tindakan yang dirancang
untuk memberi manfaat bagi orang lain, bahkan dengan risiko
bahaya yang signifikan terhadap kesejahteraan diri sendiri.
Bierhoff , Klein dan Kram (1991) dalam Clayton & Mercer
(2012 : 130) meminta para peserta yang pernah turun tangan
dalam suatu kecelakaan lalu lintas untuk mengisi kuesioner yang
berisi disposisi-disposisi kepribadian yang menurut mereka relevan
14
dengan perilaku semacam itu. Individu-individu kontrol yang
setara yang juga melihat namun tidak turun tangan juga mengisi
kuesioner yang sama. Berdasarkan temuannya, mereka
mengidentifikasi suatu kombinasi lima disposisi yang diasosiasikan
dengan mereka yang menunjukkan perilaku yang mendorong
seseorang memiliki perilaku altruisme:
a. Empati
Suatu respon afektif dan kognitif yang kompleks
terhadap penderitaan emosional orang lain. Hipostesis
altruisme empati mengaitkan perilaku menolong yang
termotivasi secara altruitik dengan kepedulian empatik.
b. Keyakinan tentang dunia yang adil
Menyatakan bahwa seseorang memiliki norma
keadilan yang mempengaruhi cara seseorang menilai
apakah orang lain membutuhkan pertolongan dan
menimbang ongkosnya bagi kita. Jika hasil menolong yang
diserap tidak memenuhi standar keadilan seseorang itu
sendiri, maka disebut termotivasi secara egoistik, bukan
secara altruistik.
c. Tanggung jawab sosial
Menolong orang lain adalah sesuatu yang harus
dilakukan, tidak bergantung pada ketimbalbalikan di masa
15
mendatang atau apakah individu tersebut pernah menolong
seseorang atau tidak
d. Pusat kendali internal
Ini merupakan kepercayaan individu, bahwa
individu tersebut dapat memilih untuk bertingkah laku
dalam cara memaksimalkan hasil akhir yang baik dan
meminimalkan yang buruk. Individu yang menolong
mempunyai pusat kendali internal yang tinggi. Sebaliknya
individu yang tidak menolong cenderung memiliki pusat
kendali eksternal dan percaya bahwa apa yang dilakukan
tidak relevan, karena apa yang diatur oleh keuntungan,
takdir, orang-orang yang berkuasa dan faktor-faktor tidak
terkontrol lainnya.
e. Egosentrisme rendah
Individu yang menolong tidak bermaksud untuk
menjadi egosentris, self absorbed, dan kompetitif.
2. Aspek-aspek perilaku altruisme
Myers (1987:383) membagi perilaku altruisme kedalam
beberapa aspek yaitu, memberikan perhatian terhadap orang lain
dimana seseorang membantu orang lain karena adanya kasih
sayang, pengabdian, kesetiaan yang diberikan tanpa ada keinginan
untuk memperoleh imbalan untuk dirinya sendiri. Membantu orang
16
lain dimana seseorang membantu di dasari oleh keinginan yang
tulus dan dari hati nurani orang tersebut tanpa adanya pengaruh
dari orang lain. Meletakkan kepentingan orang lain diatas
kepentingan pribadi dimana dalam memberikan bantuan kepada
orang lain kepentingan yang bersifat pribadi di kesampingkan dan
lebih fokus pada kepentingan orang lain.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku altruisme
Perilaku altruisme dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain faktor situasional dan faktor internal. Adapun faktor
situasional dibagi menjadi enam antara lain (Sarwono, 2009:
131-134).
a. Lingkungan
Orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian
mempunyai peranan besar dalam mempengaruhi seseorang
saat memutuskan untuk menolong ketika dihadapkan pada
keadaan darurat, efek ini terjadi karena adanya pengaruh
sosial, yaitu pengaruh dari orang lain yang dijadikan acuan
dalam meninterpretasikan situasi dan mengambil keputusan
untuk menolong.
b. Daya tarik
Seseorang akan cenderung memberikan bantuan
kepada orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya.
17
Seorang pemalu pada umumnya akan melakukan altruisme
pada anggota kelompoknya terlebih dahulu kemudian baru
terhadap orang lain karena ada kesamaan pada dirinya.
c. Atribusi terhadap korban
Seseorang akan termotivasi untuk memberikan
bantuan kepada orang lain bila ia berasumsi bahwa ketidak
beruntungan korban adalah diuar kendali korban. Jadi
seseorang akan lebih bersedia memberikan sumbangan
kepada pengemis yang cacat tua dibandingkan dengan
pengemis yang sehat dan masih muda.
d. Modeling
Model yang melakukan perilaku altruisme dapat
memotivasi untuk seseorang memberikan pertolongan
kepada orang lain.
e. Tekanan waktu
Orang yang sibuk dan tergesa-gesa cenderung tidak
melakukan altruisme, sedangkan orang yang punya banyak
waktu luang yang lebih besar kemungkinannya memberkan
pertolongan kepada yang memerlukan.
18
f. Kebutuhan korban
Kesediaan untuk menolong dipengaruhi oleh
kejelasan bahwa korban benar-benar membutuhkan
pertolongan.
Adapun faktor internal yang dapat mempengaruhi atruisme
dibagi menjadi lima yaitu : suasana hati (mood), sifat, jenis
kelamin, tempat tinggal, pola asuh (Sarwono, 2009: 134-136).
a. Suasana hati (mood)
Emosi seseorang akan mempengaruhi
kecenderungan untuk menolong. Emosi positif akan
meningkatkan perilaku altruisme, namun jika situasinya
tidak jelas maka orang yang bahagia cenderung
mengasumsikan bahwa tidak ada keadaan darurat sehingga
tidak menolong. Sedangkan pada emosi negatif, seseorang
yang sedih kemungkinan menolongnya dapat membuat
suasana hati lebih baik, maka dia akan memberikan
pertolongan.
b. Sifat
Berkaitan dengan sifat yang dimiliki seseorang,
orang yang memiliki sifat pemaaf cenderung mudah
menolong. Sedangkan orang yeng memiliki self monitoring
tinggi juga cenderung lebih penolong karena dengan
19
menjadi penolong ia akan memperoleh penghargaan sosial
yang lebih tinggi.
c. Jenis kelamin
Peranan gender terhadap kecenderungan seseorang
untuk menolong sangat bergantung pada situasi dan bentuk
pertolongan yang dibutuhkan. Laki-laki cenderung mau
terlibat melakukan altruisme pada situasi darurat sedangkan
perempuan lebih mau terlibat dalam aktfitas altruisme pada
situasi yang memberikan dukungan emosi, merawat dan
mengasuh.
d. Tempat tinggal
Orang yang tinggal dipedesaan cenderug memiliki
sifat penolong dari pada orang yang tinggal diperkotaan di
karenakan terlalu banyak mendapat stimulasi dari
lingkungan sehingga mereka harus selektif dalam menerima
informasi yang banyak agar tetap bisa menjalankan
perannya dengan baik. Inilah yang menjadi penyebab
orang-orang perkotaan altruismenya lebih rendah dari
orang-orang desa.
e. Pola asuh
Pola asuh dalam keluarga yang demokratis secara
signifikan memfasilitasi adanya kecenderungan anak untuk
20
tumbuh menjadi penolong, yaitu melalui peran orang tua
dalam menentukan standar tingkah laku menolong.
4. Tahap-tahap perilaku altruisme
Menurut Latane dan Darley (1970) dalam Faturochman
(2009: 74) ada empat tahapan yang dilalui seseorang sebelum
sampai pada keputusan dan berbuat menolong orang lain, yaitu:
a. Perhatian, orang tidak mungkin akan menolong bila dia
tidak tahu adanya orang lain yang perlu ditolong. Untuk
sampai pada perhatian terkadang sering terganggu oleh
adanya hal-hal lain seperti kesibukan, ketergesaan,
mendesaknya kepentingan lain dan lain sebagainya.
b. Interpretasi situasi, seseorang yang tergeletak di tepi jalan
bisa diinterpretasikan sebagai gelandangan, pemabuk,
korban kecelakaan atau yang lain. Apabila ternyata
pemerhati ini menginterpretasikan gelandangan atau
pemabuk maka tidak akan muncul suatu perbuatan. Berbeda
jika pemerhati menginterpretasikan sebagai orang yang
membutuhkan pertolongan misalnya adanya darah atau
permintaan tolong, maka kemungkinan besar akan
diinterpretasikan sebagai korban yang perlu pertolongan.
c. Asumsi, setelah pemerhati menganggap sesorang
membutuhkan pertolongan maka muncullah asumsi. Muncul
21
tidaknya asumsi bahwa hal itu merupakan tanggung jawab
pemerhati.
d. Mengambil keputusan untuk menolong atau tidak.
Meskipun sudah sampai pada tahap ketiga, pemerhati
merasa bertanggung jawab memberikan pertolongan.
Berbagai kekhawatiran bisa timbul yang menghambat
terlaksananya pemberian pertolongan. Berbeda apabila ada
keputusan bahwa dia harus menolong. Adanya keputusan
seperti itu, maka akan ada tindakan pertolongan.
B. Remaja
1. Pengertian
Masa remaja merupakan masa penuh gejolak. Pada masa
ini, mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat karena
beberapa faktor, seperti tugas sekolah, pekerjaan rumah, dan lain
sebagainya. Usia remaja berkisar antara 13-21 tahun. Pada usia 16
tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang karena telah
sering dihadapkan pada dunia nyata (Prasetyono, 2014 : 13)
Agama Islam tidak ada istilah remaja yang ada hanya anak-anak
dan dewasa (akil baligh, ukuran dewasa didasarkan pada
perubahan biologis misalnya anak perempuan dipandang dewasa
apabila sudah menstruasi, sedang anak laki-laki dikatakan dewasa
apabila sudah keluar mani (melalui mimpi).
22
Saat ini belum ada kesepakatan batas umur dari remaja. Di
Indonesia maupun dipelbagai negara, batasan umur remaja ini
masih belum ada batasam yang jelas, akan tetapi hampir disepakati
berkisar antara usia 13-21 tahun, yaitu berakhir masa anak-anak-
menjelang usia dewasa (adolessen). Setiap orang setelah
mengalami masa anak-anak dan menghadapi masa remaja akan
mengalami masa peralihan yang waktunya sangat singkat. Masa
peralihan yang dapat dikatakan masa kritia (berbahaya), disebut
juga fase negatif, karena fase ini ditandai dengan sifat-sifat negatif
dan acuh tak acuh pada keadaan. Pikiran tidak tenang, kurang mau
bergerak atau bekerja, lebih banyak menghabiska waktu untuk
tidur, pemurung, ragu-ragu dan non sosial.
2. Karakteristik remaja
Masa remaja juga disebut dengan masa transisi atau masa
peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini remaja
mengalami banyak karakteristik perubahan hidup. Adapun
karakteristik perubahan hidup yang dialami oleh remaja adalah
antara lain (Achroni, 2014: 14-31)
a. Ciri fisik/biologis
Masa remaja masa dimana seseorang mengalami
perubahan fisik yang dramatis. Tinggi serta berat badan
yang berubah. Perubahan fisik terjadi karena tubuh
memproduksi hormon-hormon yang berhubungan dengan
23
pertumbuhan. Yaitu follocle-stimulating hormon (ISCH)
dan Luteinizing Hormon (LH). Hormon-hormon ini lah
yang akan bertanggung jawab atas perubahan fisik remaja.
b. Ciri kognitif
Kognitif atau kemampuan berfikir adalah hal yang
berhubungan dengan atau melibatkan kognisi. Secara
sederhana remaja dengan perkembangan kognitif mampu
melakukan hal-lah sebagai berikut : berfikir logis tentang
gagasan abstrak, membuat rencana, strategi,
keputusan-keputusan, dan memecahkan masalah,
membedakan yang konkret dengan yang abstrak, belajar
berintrospeksi diri, serta memperluas wawasan berfikir.
c. Ciri emosional
Jenis emosi yang umum dihadapi remaja adalah
cinta, kasih sayang, gembira, bahagia, amarah, takut, cemas
cemburu sedih frustasi dan benci. Adapun perilaku negatif
yang di timbulkan oleh emosi remaja antara lain:
1. Agresif (melawan, keras kepala, berkelahi, suka
mengganggu dan lain-lain).
2. Regresif atau lari dari kenyataan (suka melamun,
pendiam, senang menyendiri dan mengonsumsi obat
penenang, minuman keras dan obat terlarang).
24
3. Temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan
murung).
Ketika seorang remaja berhasil mencapai
kematangan emosi adapun beberapa hal yang akan
dimiliki adalah ketepatan emosi (cinta, kasih sayang,
simpati, senang menolong, menghormati orang lain,
ramah, dan lain-lainnya) serta mampu mnegendalikan
emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar
optimis, dan tidak meledak-ledak, menghadapi
kegagalan secara sehat dan bijak).
d. Ciri sosial
Hubungan sosial remaja yang menjadi kompleks
dibandingkan ketika masih anak-anak inilah yang membuat
tugas perkembangan remaja yang terkait dengan hubungan
sosial menjadi tugas perkembangan paling sulit. Hal ini
terjadi karena dalam setiap hubungan sosial selalu
dibutuhkan berbagai penyesuian dan penyesuai sosial ini
tidak selalu mudah untuk dilakukan.
e. Ciri moral
Memasuki masa remaja, remaja mengalami
perkembangan moral. Remaja akan melakukan perbuatan
baik karena adanya dorongan dari diri sendiri, tanpa harus
senantiasa dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam
25
hukuman. Remaja berbuat baik karena menghormati
tatanan moral yang ada di masyarakat dan norma hukum,
serta agar mendapatkan penerimaan sosial.
E.B Hurlock dalam Achroni (2014: 31) menunjukkan
betapa berartinya masa remaja dengan memberikan pandangannya
mengenai ciri-ciri masa remaja sebagai berikut :
1. Masa remaja sebagai periode yang berharga karena
perkembangan fisik dan mental yang cepat dan penting,
adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap,
nilai serta minat baru.
2. Masa remaja sebagai perioden peralihan, adanya suatu
perubahan sikap dan perilaku dari anak-anak menuju
dewasa.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan karena ada 5
perubahan yang bersifat unuversal yaitu perubahan
emosi, tubuh, minat dan pola perilaku, serta perubahan
nilai.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas karena
remaja berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya apa
perannya.
5. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa karena masa
remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan orang dewasa.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
fenomenologi, yaitu metode penelitian yang merupakan pandangan
berfikir yang menekankan pada fokus kepada
pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi dunia
(Moleong, 2009 : 15). Penelitian kualitatif fenomenologi digunakan
sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman
subjektif dari berbagai janis dan tipe subjek yang ditemukan.
Istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran
dari perspektif pertama seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk
memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap
orang-orang yang berada dalam situasi tertentu dan memperoleh
penjelasan yang banyak dan bermanfaat serta dapat memperoleh
penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya untuk
membentuk kerangka teoritis yang baru.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Masjid At-Taqwa Kota Salatiga
yang beralamat di Jln. Merak Klaseman Mangunsari Sidomukti
Kota Salatiga. Masjid ini terletak di Kiri Jalan dari arah Palang.
Alasan pemilihan lokasi ini adalah dikarenakan lokasi ini sangat
27
strategis terletak di seberang jalan dan banyak pengunjung, serta
penduduk sekitar masjid yang bukan hanya muslim tetapi juga non
muslim.
3. Sumber Data
Adapun sumber data yang di gunakan pada penelitian ini adalah
sumber primer dan sekunder antara lain:
a. Sumber Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data
primer atau sumber pertama dilapangan. Data primer merupakan
data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu
maupun kelompok seperti hasil wawancara atau pengisian
kuesioner (Abdul Manaf, 2015: 202), adapun sumber primer dalam
penelitian ini adalah ketua remaja masjid serta anggotanya. Jumlah
sampel yang diambil dari 26 remaja yang ada yaitu 5 responden
dikarenakan kelima responden mengetahui permasalahan
penelitian yang akan dilakukan. Kelima responden dipilih karena
selain mengetahui permasalahan penelitian juga karena kelima
responden aktif dalam kegiatan masjid dibandingkan dengan
responden yang lain.
28
Tabel 1.1
Daftar Remaja Masjid At-Taqwa Kota Salatiga
No Nama Jenis kelamin
1. Fd Laki-laki
2. KM Perempuan
3. NZ Perempuan
4. FF Laki-laki
5. FA Laki-laki
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder berupa sumber tulisan yang mendukung
sumber primer. Biasanya sumber ini merupakan tafsiran atau
tanggapan dari sumber primer (Chang, 2014: 38) dalam
penelitian ini sumber sekunder tersebut adalah data-data yang
terkumpulkan melalui penelitian. Seperti foto kegiatan dan
hasil wawancara.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam menganalisis data yang telah dikumpulkan
menggunakan beberapa metode, antara lain:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah
29
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee). Penelitian ini menggunakan metode
wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah
wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri
masalah dan pertanyaan-pertanyaan yan akan diajukan.
Wawancara ini bertujuan mencari jawaban dari
hipotesis kerja (Moleong, 2009 : 190).
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan
suatu obyek dengan sistematika fenomena yang
diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat ataupun
mungkin dapat diulang (Sukandarrumidi, 2004: 69).
Metode ini digunakan untuk mengetahui secara
langsung kondisi serta lingkungan dari lokasi
penelitian, seputar remaja masjid At-Taqwa Kota
Salatiga, serta mengetahui secara langsung fenomena
yang diteliti yaitu perilaku altruisme pada remaja
masjid.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan
data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada
30
atau catatan-catan yang tersimpan, baik berupa catatan
transkrip, buku, surat kabar dan lain sebagainya.
Penelitian ini memanfaatkan dokumen yang telah
diperoleh seperti foto kegiatan, record. Record adalah
setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang
atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu
peristiwa atau menyajikan akunting (Moleong, 2009 :
216).
5. Analisis Data
Data diteliti, dibandingkan untuk diketahui persamaan
dan perbedaan, dan fenomena yang tercermin didalam data.
Melalui proses ini, diharapkan dapat mengarah ke
penemuan-penemuan baru. Teknik analisis data yang
digunakan adalah interpretasi. Analisis data kualitatif adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, upaya
mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan
yan dapat dikelola, mensintesiskannya mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain (2009 : 248).
Penelitian ini menggunakan analisis data metode
perbandingan tetap yaitu metode analisis yang secara tetap
membandingkan satu datum dengan datum yang lain, dan
31
kemudian secara tetap membandingkan kategori dengan
kategori lainnya (Moleong, 2009 : 288). Secara umum proses
analisis data dalam motode ini adalah sebagi berikut:
1. Reduksi data
Identifikasi satuan (unit), pada mulanya
diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil
yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila
dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.
2. Kategorisasi
Menyusun kategori, kategorisasi adalah upaya
memilah-milah setiap kesatuan ke dalam bagian-bagian
yang memiliki kesamaan.
3. Sintesisasi
Mensintesiskan berarti mencari kaitan antara
satu kategori dengan kategori lainnya.
4. Menyusun hipotesis kerja
Hipotesis kerja dilakukan dengan jalan
merumuskan suatu pertanyaan yang proposisional.
Hipotesis kerja ini merupakan teori substantif (yaitu
teori yang berasal dan masih terkait dengan data).
hipotesis kerja berkaitan dan sekaligus menjawab
pertanyaan penelitian.
32
6. Pengecekan Keabsahan Data
Penelitian ini berusaha memperoleh keabsahan data
pada temuannya. Teknik yang digunakan untuk pemeriksaan
keabsahan data adalah teknik triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2009 : 330).
Teknik triangulasi yang digunakan adalah teknik
triangulasi sumber yang berarti membandingkan data
mengecek suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif dengan jalan
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, memandingkan apa yang dikatakan orang didepan
umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, serta
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain.
7. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang dilakukan yaitu:
1. Tahap sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi fokus penelitian, teori yang
digunakan, permohonan penelitian kepada subyek
penelitian serta konsultasi fokus penelitian
33
2. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan
berkaitan dengan perilaku altruisme dalam remaja
masjid dengan memperoleh hasil data dengan cara
dokumentasi wawancara serta observasi.
3. Tahap analisis data
Menurut Bogdan & Biklen dalam Moleong
(2009 : 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data-data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.
4. Tahap penulisan laporan
Tahap ini meliputi kegiatan hasil penelitian dari
semua rangkaian kegiatan penelitian hingga pemberian
makna data. Setelah itu melakukan konsultasi dengan
dosen pembimbing agar mendapatkan perbaikan serta
saran-saran demi kesempuranaan penulisan skripsi ini.
34
BAB IV
ANALISIS DATA
A. PAPARAN DATA
1. Profil Subyek Penelitian
a. Visi dan misi remaja masjid At-Taqwa
1. Visi : memakmurkan masjid yang merupakan sentral
aktivitas umat Islam dan menyelamatkan
generasi Islam.
2. Misi :
a. Menjadikan masjid sebagai tempat untuk
beribadah kepada Allah semata dan pusat
kebudayaan Islam.
b. Mengadakan kegiatan pelatihan atau training
pengembangan diri untuk remaja.
c. Menuju masyarakat Islami yang sejahtera dan di
ridhai Allah SWT.
d. Membudayakan syiar-syiar Islam di tengah
masyarakat
e. Membentuk remaja Islam yang bertaqwa dan
berakhlakul karimah.
35
b. Struktur organisasi remaja masjid At-Taqwa
Ketua : Fahmi Aliafi
Sekretaris : Sely Yuliastanti
Bendahara : Ratih
Seksi Pendidikan : Najid Azzam
Zami
Seksi Humas : Purnama
Seksi Perlengkapan : Faizin
Pembina : Bp. Imam Muhadi
Pelindung : Fadli
Fendi Fahmi
2. Temuan Penelitian
a. Pandangan Remaja Masjid At-Taqwa Kota Salatiga
tentang altruisme
Altruisme adalah tidakan yang dilakukan
mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan
sendiri. Ajaran agama pun menganjurkan untuk
mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan
pribadi. Dari hasil wawancara yang dilakukan mengenai
36
pandangan remaja masjid mengenai altruisme adalah
sebagai berikut:
Fd mengatakan:
“...Saya belum pernah dengar, baru dengar pertama kali ini.
Hampir sama ya? Tadi kalau altruisme mementingkan
kepentingan orang lain kalau prososial itu bermasyarakat....”
(Wawancara, 25 Mei 2018, pukul 21:28 WIB)
KM menuturkan:
“...Saya tidak tahu mbak baru denger pertama kali ini. Hampir
mirip kali ya mbak....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul
20:23 WIB)
NZ menambahkan:
“...ndak tahu, baru denger sekarang. Pernah denger tapi
lupa....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)
FF mengungkapkan:
“...wah nggak tahu mbak. Yang penting prososial itu kebalikan
dari antisosial....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23
WIB)
FA menjelaskan:
“...baru denger mbak. Perilaku prososial itu perilaku yang
mendukung segala kegiatan kemasyarakatan....” (Wawancara,
28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)
Lingkungan tempat tinggal sangat mempengaruhi karakter
kepribadaian seseorang, berikut pendapat responden mengenai
lingkungan tempat tinggal yang mempengaruhi serta mengajarkan
tolong menolong.
37
Fd menuturkan:
“...iya, misalnya seperti ini kita tidak boleh meninggalkan
orang susah seperti kakek-kakek yang berusaha dan pemuda
yang meminta-minta kita harus menolong kakek sedangkan
cuek saja sama pemudanya. Saya lebih dominan belajar
dijalan sama teman dan orang yang tidak dikenal serta dari
pengalaman hidup....” (Wawancara, 25 Mei 2018, pukul
21:28 WIB)
KM mengatakan:
“...iya benar, tapi di lingkungan keluarga lah yang cenderung
dominan dalam memberikan nilai-nilai kearifan. Ayah dan
ibu saya yang menanamkan hal itu....” (Wawancara, 28 Mei
2018, pukul 20:23 WIB)
NZ mengatakan:
“...iya tapi dominan diajarkan di lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga itu istilahnya lingkungan pertama yang
kita kenal jadi saya tahu tentang tolong menolong dari
lingkungan keluarga....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul
20:23 WIB).
FF menambahkan:
“...iya, karena mencerminkan sikap tolong menolong. Akan
tetapi saya lebih bisa belajar di lingkungan masyarakat dan
guru saya....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)
FA menjelaskan:
“kalau dimasyarakat semua dipikul bareng jadi nggak
individualis. Saya lebih belajar di lingkungan masyarakat,
walaupun dilingkungan keluarga juga diajarkan”
(Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)
38
b. Penerapan sikap altruisme oleh Remaja Masjid At-Taqwa
Kota Salatiga
Berperilaku altruistik mempunyai alasan untuk
melakukannya beberapa responden mengatakan beberapa alasan
untuk berperilaku altruistik:
Fd menjelaskan:
“...aku berfikir bagaimana diposisi orang lain, kita itu tidak
begitu hebat, kita bisa aman dilingkup negara karena ada
orang lain yang menjaga kita, dan kita saling membutuhkan
satu sama lain. Kadang kalo aku berfikir orang lain kurang
begitu bagus, karena dia tidak mementingkan diri sendiri
lebih condong ke kepentingan orang lain. Memang sangat
baik, ada seseorang berperilaku altruistik dapat menindas diri
sendiri, jaman ini kejahatan paling kejam adalah
memanfaatkan kebaikan orang lain....” (Wawancara, 25 Mei
2018, pukul 21:28 WIB)
KM mengatakan:
“...kita hidup harus tolong menolong, karena kita hidup
berdampingan dan saling membutuhkan satu sama lain dan
pasti ada hukum timbal baliknya. Ya baguskan mbak karena
mementingkan kepentingan orang lain daripada kepentingan
diri sendiri....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)
NZ mengungkapkan:
“...karena sudah tertanam dalam hati sih ya mbak. Dan hati
saya tergugah melihat orang yang perlu bantuan. Bagus
mbak, coba aja semua orang kayak gitu pasti damai dunia
mbak....”(Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)
39
FF menuturkan:
“...kita hidup tidak sendiri, dan setelah kita hidup pasti akan
mati nah kalau pas kita mati kalau nggak butuh orang lain
gimana coba masa mau pergi ke liang lahat sendiri. Nggak
baik, ada kalanya kita mementingkan orang lain ada kalanya
kita mementingkan diri sendiri, lebih ke situasi dan
kondisi....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)
FA mengatakan:
“...dalam kehidupan pasti membutuhkan bantuan orang lain
begitupun sebaliknya. Pasti lebih baik mementingkan orang
lain daripada diri sendiri....” (Wawancara, 28 Mei 2018,
pukul 20:23 WIB)
Kelima responden mengatakan bahwa alasan mereka
berperilaku altruistik adalah karena ada hukum timbal balik serta
keyakinan bahwa satu orang membutuhkan orang lain. Seperti
yang dilakukan oleh KM ketika melihat seseorang teman
berjalan menuju kampus serta dalam keadaan terburu dia
memberi tumpangan. FA yang menolong korban kecelakaan
sedang FA dalam keadaan tergesa-gesa. FF yang membantu
teman mengerjakan tugas sedang FF memiliki tugas yang
banyak.
Adapun perbedaan gender yang mempengaruhi perilaku
altruistik serta suasana hati yang mempengaruhi untuk
berperilaku altruistik adalah sebagai berikut:
40
Fd menjelaskan:
“...beda, menurut saya beda karena laki-laki lebih memilih
mementingkan rasional kalau cewek menggunakan perasaan.
Saya pribadi pintar dalam mengatur suasana hati dan kita
harus punya sikap profesional. Dalam menolong seseorang
pasti suasana hati ikut serta tetapi kadang sifat egoisme itu
lebih dominan....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23
WIB)
KM menuturkan:
“...beda, temen-temen cowok cenderung total dalam menolong
temannya. Iya mbak saya masih mood-mood an dalam
menolong orang....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23
WIB)
NZ mengatakan:
“...beda, kalau laki-laki itu totalitas kalau perempuan itu masih
mikir-mikir. Iya mbak dalam menolong seseorang saya masih
mempertimbangkan suasana hati saya....” (Wawancara, 28
Mei 2018, pukul 20:23 WIB)
FF mengungkapkan:
“...beda, kalau cowok rasio yang main, kalau cewek rasa yang
main. Terkadang iya mbak kalau pas lagi nggak mood ya
saya tinggalkan....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23
WIB)
FA menjelaskan:
“...tergantung pemikiran orang, semua itu pakai hati
tergantung kita menyikapi. Tergantung orang kalaupun tidak
kenal ya berusaha menolong....” (Wawancara, 28 Mei 2018,
pukul 20:23 WIB)
Keempat responden kompak dalam menjawab perbedaan
gender dalam mempengaruhi perilaku altruistik, akan tetapi FA
41
berbeda FA lebih cenderung memilih menolong perempuan
dikarenakan perempuan bisa diajak berkenalan.
Harapan mendapatkan imbalan dalam menolong serta
memikirkan perbedaan saat menolong:
Fd mengatakan:
“...pernah, tapi ya hanya terlintas begitu saja. Tadi saya udah
bilang saya akan baik sama orang yang baik sama saya.
Walaupun kita berbeda seperti yang mbak sebutkan tadi....”
(Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)
KM menuturkan:
“...pernah, tapi ketika belum nalar. Ketika masih kecil gitu
mbsk menolong kan biasanya dikasih apa gitu tapi kalau
sekarang enggak. Enggak, dalam menolong seseorang saya
tidak membeda-bedakan....” (Wawancara, 28 Mei 2018,
pukul 20:23 WIB)
NZ menjelaskan:
“...saya mikirnya karena ada hukum timbal balik sih, karena
orang menolong pasti akan ditolong. Saya tidak pandang bulu
dalam menolong. Entah itu beda agama, beda suku beda ras
selama dia butuh pertolongan ya saya tolong....” (Wawancara,
28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)
FF mengungkapkan:
“...pernah bahkan sering, tetapi ada kalanya benar-benar tulus
menolong orang. Insyaallah tidak, biasa saja yang penting
tidak tolong menolong dalam hal keimanan....” (Wawancara,
28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)
42
FA mengatakan:
“...kalau kita menolong sesama bujang atau cewek jujur saya
pamrih. Tapi kalau dimasyarakat tidak. Tidak saya tidak
membedakan satu dengan yang lain....” (Wawancara, 28 Mei
2018, pukul 20:23 WIB)
Foto 1.1 membuktikan bahwa FA lebih mementingkan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Ditengah-tengah
kesibukan FA mengerjakan tugas sebagai seorang guru FA
mementingkan kepentingan bersama yaitu mengikuti agenda rapat
bulanan.
Argumen tentang perbedaan orang pedesaan dan orang
perkotaan dalam hal menolong antara lain:
Fd menjelaskan:
“...saya tinggal dipesisir, jadi saya setuju, orang kota itu
cuek. Di Salatiga lagi, banyak orang cuek beda sama orang
desa orang kota cenderung materialistik dan
individualistik....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23
WIB)
KM mengatakan:
“...iya mbak, dilihat secara real lebih peka orang desa, kalau
orang kota itu jarang punya waktu....” (Wawancara, 28 Mei
2018, pukul 20:23 WIB)
NZ mengungkapkan:
“...setuju banget, orang kota sibuk sendiri beda sama orang
desa kerja bareng tetangga, apa-apa masih bisa minta bantuan
tentangga....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)
43
FF menuturkan:
“...setuju, selama saya hidup didesa sikap saling gotong
royong tinggi tetapi dikota tidak, materialistik dan melihat
dari segi untung dan rugi....” (Wawancara, 28 Mei 2018,
pukul 20:23 WIB)
FA menjelaskan:
“...setuju kalau orang di desa gotong royong masih kental
kalau dikota sudah berbeda....” (Wawancara, 28 Mei 2018,
pukul 20:23 WIB)
Kelima responden setuju bahwa orang yang hidup
diperkotaan berbeda dengan orang yang hidup dipedesaan. Seperti
hal yang dialami oleh FF ketika hendak meminta tolong tetangga
desa untuk memperbaiki rumah mereka tidak memungut biaya
apapun. Berbeda dengan orang perkotaan memperbaiki kran air
harus membayar jasa.
B. ANALISIS DATA
Berdasarkan data hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi yang di peroleh selama penelitian di Masjid
At-Taqwa Kota Salatiga, maka data-data tersebut akan dianalisis
sehingga ditemukan teori baru yang terintegrasi sesuai dengan
tema penelitian.
44
1. Pandangan remaja masjid At-Taqwa Klaseman Kota Salatiga
mengenai altruisme
Secara umum remaja masjid At-Taqwa belum
mengetahui pengertian dari altruisme, akan tetapi mengerti
akan makna altruisme yaitu tolong menolong. Altruisme
adalah menolong orang lain tanpa mementingkan kepentingan
sendiri. Perilaku menolong muncul bukan hanya karena
spontanitas semata melainkan juga karena pengaruh
lingkungan. Beberapa responden juga mengatakan bahwa
lingkungan berpengaruh, seperti yang dikatakan KM dan NZ
mereka mengatakan bahwa lingkungan mempengaruhi untuk
melakukan perilaku menolong dan menurut KM dan NZ
lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang dominan
dalam mempengaruhi perilaku tersebut, karena lingkungan
keluarga adalah lingkungan pertama untuk bersosialisasi.
Berbeda dengan argumen KM dan NZ, Fd, FF serta FA
memiliki argumen yang sedikit berbeda. Selain lingkungan
keluarga Fd mengatakan bahwa tidak hanya belajar dari
lingkungan keluarga melainkan Fd lebih banyak belajar dari
pengalam hidupnya. Mengamati setiap kejadian yang
berlangsung serta mengambil hikmah yang dapat dipelajari.
Hampir sama terhadap apa yang dikatakan oleh Fd, FA
juga menyetujui bahwa lingkungan keluarga mempengaruhi
45
perilaku seseorang untuk menolong, akan tetapi FA
menambahkan bahwa lingkungan masyarakat lebih banyak
memberikan pengaruh tersebut, karena FA lebih banyak
bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat. FF juga
membenarkan lingkungan keluarga berpengaruh akan tetapi
FF lebih banyak belajar dari guru atau tokoh masyarakat.
Kelima responden membenarkan bahwa lingkungan tempat
tinggal sangat mempengaruhi pola perilaku seseorang dalam
hal tolong menolong.
Faktor lingkungan memberikan dampak yang sangat
luar biasa dalam mempengaruhi perilaku seseorang karena
setiap orang melakukan sosialisasi baik di lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah.
Karakter yang berbeda-beda yang dimiliki oleh setiap orang
juga berpengaruh, karena proses sosialisasi dengan berbagai
macam karakter dan berbagai orang menjadikan setiap orang
memiliki koleksi pengetahuan tentang berbagai macam
karakter seseorang. Sehingga sangat mempengaruhi
kepribadian seseorang untuk berperilaku altruistik.
Seperti yang dikatakan Sarwono (2009: 131-134)
perilaku altruisme dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
faktor situasional. Lingkungan merupakan faktor situasional
yang sangat mempengaruhi perilaku altruisme seseorang.
46
Orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian
mempunyai peranan besar dalam mempengaruhi seseorang
saat memutuskan untuk menolong ketika dihadapkan pada
keadaan darurat, efek ini terjadi karena adanya pengaruh
sosial, yaitu pengaruh dari orang lain yang dijadikan acuan
dalam meninterpretasikan situasi dan mengambil keputusan
untuk menolong. Modeling atau motivasi dari seseorang untuk
memberikan pertolongan juga berpengaruh seperti yang
dikatakan FF bahwa seorang lebih banyak memberikan peran
untuk mempengaruhi FF dalam perilaku menolong.
2. Penerapan sikap altruisme oleh remaja masjid At-Taqwa
Klaseman Kota Salatiga
Empati merupakan respon afektif dan kognitif yang
kompleks terhadap penderitaan emosional orang lain atau
memposisikan diri sendiri dalam penderitaan orang lain.
Seperti yang dikata oleh Fd menempatkan dirinya diposisi
orang lain yang menderita dan membutuhkan pertolongan. Fd
juga mengatakan bahwa seseorang itu tidak dapat hidup
sendiri melainkan seseorang tetap akan membutuhkan
pertolongan orang lain. Tidak jauh berbeda dengan KM, NZ,
FF, serta FA yang mengatakan bahwa akan ada balasan ketika
seseorang menolong orang lain. Dalam hal ini mereka
berpegang teguh pada tanggung jawab sosial, dimana
47
menolong orang lain adalah suatu keharusan. Keharusan
berperilaku altruistik yang dinyatakan oleh responden
berkaitan dengan disposisi yang menunjukkan perilaku yang
mendorong seseorang dalam berperilaku altruistik seperti
empati. Bierhoff , Klein dan Kram (1991) dalam Clayton &
Mercer (2012 : 130) mengatakan bahwa empati adalah suatu
respon afektif dan kognitif yang kompleks terhadap
penderitaan emosional orang lain.
Menurut KM, NZ, serta FF mereka cenderung
mempertimbangkan suasana hati untuk berperilaku altruistik.
Ketika suasana hati mereka sedang baik maka mereka mampu
dan mau berperilaku altruistik, akan tetapi ketika suasana hati
mereka sedang buruk maka mereka tidak akan berperilaku
altruistik. Berbeda dengan Fd yang pandai mengatur suasana
hati sehingga kapan pun dan dimana pun Fd sigap menolong
seseorang. Hal itu hampir sama yang dilakukan oleh FA, FA
mengatakan bahwa menolong itu tergantung orang yang akan
di tolong. Adapun faktor internal yang dapat mempengaruhi
atruisme dibagi menjadi lima yaitu : suasana hati (mood),
sifat, jenis kelamin, tempat tinggal, pola asuh (Sarwono, 2009:
134-136).
48
Suasana hati (mood) seseorang berpengaruh ketika
seseorang tersebut hendak menolong orang lain. Sifat baik
yang dimiliki oleh kelima responden membuat mereka mampu
berperilaku altruistik dalam keadaan apapun. Perbedaan jenis
kelamin tidak begitu banyak mempengaruhi perilaku altruistik
keempat responden berbeda dengan FA yang cenderung
memilih perpempuan dalam hal menolong. Tempat tinggal
juga mempengaruhi perilaku altruistik seseorang. Kelima
responden hidup dalam keadaan bermasyarakat dan dalam
kehidupan pondok sehingga mereka memiliki perilaku
altruistik karena lingkungan tempat tinggal mengajarkan hal
tersebut tanpa mereka sadari. Lingkungan keluarga yang juga
mempengaruhi perilaku altruistik tidak terlepas dari peran
orang tua dalam mengasuh serta mendidik anak untuk dapat
berperilaku baik.
Kelima responden mengatakan dalam hal berperilaku
altruistik laki-laki dan perempuan cenderung berbeda.
Laki-laki lebih memakai rasional mereka sedangkan
perempuan lebih memakai perasaan. KM mengatakan bahwa
laki-laki cenderung totalitas dalam menolong temannya
berbeda dengan perempuan yang lebih memikirkan perasaan
atau ketika menolong orang lain. Hal ini dibenarkan oleh
faktor internal yang ketiga yaitu jenis kelamin, seperti yang
49
dikatakan oleh Warsono (2009). Laki-laki cenderung mau
terlibat melakukan altruisme pada situasi darurat sedangkan
perempuan lebih mau terlibat dalam aktfitas altruisme pada
situasi yang memberikan dukungan emosi, merawat dan
mengasuh.
Beberapa responden melakukan bentuk perilaku
altruistik dalam kehidupan mereka dalam bentuk tenaga.
Seperti yang dilakukan oleh KM dan NZ yang mengajar TPQ
tanpa mengharapkan imbalan apapun. FA juga mengatakn
bahwa dia berperilaku altruistik dalam bentuk memberikan
pertolongan tenaga ketika dia melihat seseorang yang tertimpa
kecelakaan sedang FA dalam keadaan tergesa-gesa.
Faktor internal yang keempat adalah tempat tinggal
yang tidak kalah berperan dalam mempengaruhi perilaku
seseorang. Orang yang tinggal dipedesaan cenderung memiliki
sifat penolong dari pada orang yang tinggal diperkotaan di
karenakan terlalu banyak mendapat stimulasi dari lingkungan
sehingga mereka harus selektif dalam menerima informasi
yang banyak agar tetap bisa menjalankan perannya dengan
baik. Inilah yang menjadi penyebab orang-orang perkotaan
altruismenya lebih rendah dari orang-orang desa. Hal ini
diungkapkan oleh responden yang mana mereka setuju jika
tempat tinggal mempengaruhi perilaku seseorang. Responden
50
mengatakan bahwa orang kota cendeung cuek, materialistik
dan individualistik serta hanya melihat segala sesuatu dari segi
untung dan rugi. Berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Masyarakat pedesaan lebih kental dalam hal sosialisasi serta
gotong royong dan lebih bisa hidup rukun.
51
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitan diatas, penelitian mengenai
perilaku altruisme dalam remaja Masjid At-Taqwa kota Salatiga
dengan metode kualitatif fenomenologi bahwasannya:
1. Remaja masjid At-Taqwa Klaseman Mangunsari Kota Salatiga
memahami istilah altruistik dalam makna tolong menolong.
Perilaku tolong menolong yang sudah tertanam di dalam diri
mereka membuat mereka harus menolong orang yang
membutuhkan pertolongan diatas kepentingan mereka sendiri,
dapat dikatakan mereka juga berperilaku altruistik dalam
kehidupan mereka tanpa mereka sadari.
2. Penerapan perilaku altruisme pada remaja masjid At-Taqwa
Klaseman Mangunsari Kota Salatiga dalam bentuk simaan
Al-Qur’an, kegiatan tpq yang diadakan setiap sore dan setelah
magrib, kegiatan kerja bakti yang diadakan setiap minggu.
Perilaku remaja dalam bentuk altruisme seperti mengajak teman
yang berjalan kaki berangkat ke kampus bersama mengendarai
sepeda motor, memberikan sumbangan berupa tenaga dan waktu
untuk mencari donatur guna meningkatkan fasilitas masjid,
membantu teman mengerjakan tugas perkuliahan, memberikan
52
pengajaran Al-Qur’an kepada anak-anak tanpa mengharapkan
imbalan.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat
peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Saran untuk lingkungan keluarga
a. Memperhatikan pola pendidikan yang diajarkan kepada
anak, karena segala sesuatu yang dilakukan orang tua
kelak akan menjadi contoh.
b. Lebih banyak meluangkan waktu untuk keluarga.
2. Saran untuk takmir masjid
a. Mengadakan kegiatan yang bertujuan pembentukan
karakter altruistik bagi anggota remaja.
b. Meningkatkan pembelajaran tentang altruistik dengan
dengan cara pengajian yang dilakukan beberapa kali
dalam seminggu.
53
DAFTAR PUSTAKA
Andromeda, Satria. 2014. Hubungan antara Empati dengan Perilaku
Altruisme pada Karang Taruna Desa Pakang. Skripsi : UMS press.
Ainun Zahra, Safira. 2014. Pengaruh kematangan Emosi dan Pola Asuh
Orang Tua Terhadap Altruisme pada Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi : UIN Syarif Hidayatullah press.
Batson, C. Daniel (Charles Daniel). 1943. Altruism in humans. New York :
Oxford University Press.
Bohang,.2017.http://tekno.kompas.com/read/2017/08/25/18154457/ini-5-vend
or-smartphone-dengan-penjualan-tertinggi diakses pada hari Kamis,
28 September 2017 pukul 20.16
Chang, William. 2014. Metodologi Penulisan Ilmiah (Teknik Penulisan Esai,
Skripsi, Tesis, & Disertasi untuk Mahasiswa). Jakarta: Erlangga.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam
Keluarga ( Sebuah Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Fanani, Achmad. 2012. Kamus Istilah Populer. Jogjakarta: Mitra Pelajar.
Gunarsa, Singgih D. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta : Libri.
Hidayati, Arunia. 2007. Hubungan Kematangan Beragama dengan Perilaku
Altruistik pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam
STAIN Salatiga. Skripsi : STAIN Salatiga.
Ilahi, Muhammad Takdir. 2013. Quantum Parenting (Kiat Sukses Mengasuh
Anak Secara Efektif dan Cerdas).Yogyakarta: Kata Hati.
Mercer, Jenny & Debbie Clayton. 2012. Psikologi Sosial Terj. Noermalasari
Fajar Widuri. Jakarta : Erlangga.
Morgan, Nicola,. 2014. Panduan Mengatasi Stres bagi Remaja Terj. The
Teenage Guide to Stress oleh Dewi Wulansari. Jakarta : Gemilang.
Mulyana, Dedi. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter (Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional). Jakarta: Bumi Aksara.
54
Prasetyono, Dwi Sunar. 2014. Kenali Dirimu, Yuk!, Jogjakarta: Laksana.
Seglow, Jonathan.2005. The Ethics of Altruism. London : Frankcass
Publisher.
Sudrajat, Enang., Syatibi, dkk. Al-Qur’an dan Terjemah New Cordova.
Bogor: Syamil Qur’an.
Tim penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter (Strategi Membangun Karakter
Bangsa Berperadaban). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wiyani, Novan Ardy. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa.
Yogyakarta: Teras.
55
Lampiran 1 Surat Permohona Izin Penelitian
56
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama responden :
Hari/tanggal :
Waktu :
B. Butir-butir pertanyaan
1. Apa yang saudara ketahui tentang altruisme?
2. Apakah anda tahu perbedaan tentang altruisme dan egoisme?
3. Apakah anda tau perbedaan tentang altruisme dan perilaku prososial?
4. Seringkali kita mendengar kata empati bagian dari sikap prososial, apa
yang anda ketahui tentang empati?
5. Apakah lingkungan tempat tinggal anda mengajarkan perilaku menolong?
6. Apakah dalam pendidikan keluarga anda diajarkan untuk meonolong
kepada sesama?Pernahkah secara sadar anda berperilaku altruistik? Kapan
kah itu?
7. Apa yang menyebabkan anda perlu/harus berperilaku altruistik?
8. Bagaimana menurut anda tentang orang yang berperilaku altruistik?
9. Seandainya anda dihadapkan pada pilihan pilihan antara menolong teman
dengan asyiknya bermain game ml misalnya, manakah yang akan anda
pilih? Menolong teman atau bermain game?
10. Menurut anda berbedakah laki-laki dan perempuan dalam berperilaku
altruistik?
11. Pernahkah terlintas dibenak anda ketika menolong seseorang anda berfikir
untuk mendapatkan imbalan?
12. Pernahkan saat menolong orang anda berfikir tentang perbedaan yang
kalian miliki? Misal tentang jenis kulit atau ras bahkan perbedaan
keyakinan? Kenapa anda melakukan hal itu?
13. Apakah dalam menolong seseorang anda memikirkan suasana hati anda?
14. Setujukah anda orang pedesaan lebih cenderung penolong dari pada orang
perkotaan? Jelaskan alasan anda
57
Lampiran 3 Hasil Wawancara
Nama : Fadli
Umur : 20 tahun
Hari, tanggal : Jum’at, 25 Mei 2018
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Apa yang saudara ketahui tentang
altruisme?
Saya belum pernah dengar, baru
pertama kali ini.
2. Apakah anda tahu perbedaan
tentang altruisme dan egoisme?
Kalau egoisme itu
mementingkan diri sendiri kalau
altruisme itu mementingkan
kepentingan orang lain dan
mengesampingkan kepentingan
pribadi
3. Apakah anda tau perbedaan tentang
altruisme dan perilaku prososial?
Hampir sama ya? Tadi kalau
altruisme itu mementingkan
kepentingan orang lain kalau
prososial itu sikap
bermasyarakat?
4. Seringkali kita mendengar kata
empati bagian dari sikap prososial,
apa yang anda ketahui tentang
empati?
Empati itu, aku pernah denger
tapi lupa.
5. Apakah lingkungan tempat tinggal
anda mengajarkan perilaku
menolong?
Iya, misalnya seperti ini kita
tidak boleh meninggalkan orang
susah seperti kakek-kakek yang
berusaha dan pemuda
minta-minta kita harus
mengutamakan kakek daripada
pemuda.
58
No Pertanyaan Hasil wawancara
6. Apakah dalam pendidikan keluarga
anda diajarkan untuk meonolong
kepada sesama?
Iya, tapi saya lebih dominan
belajar di jalan sama teman dan
orang yang tidak dikenal dan
belajar dari pengalaman hidup.
7. Pernahkah secara sadar anda
berperilaku altruistik? Kapan kah
itu?
Pernah, saya lebih
mementingkan teman sendiri
daripada diri sendiri, misalnya
temen saya butuh tenaga saya ya
saya bantu dengan tenaga saya.
8. Apa yang menyebabkan anda
perlu/harus berperilaku altruistik?
Aku berfikir bagaimana diposisi
orang lain, kita itu tidak begitu
hebat, kita bisa aman di lingkup
negara karena ada orang lain
yang menjaga kita, dan kita
saling membutuhkan satu sama
lain.
9. Bagaimana menurut anda tentang
orang yang berperilaku altruistik?
Kadang aku berfikir kalau orang
lain begitu kurang bagus, karena
dia tidak mementingkan diri
sendiri lebih condong dengan
kepentingan orang lain. Memang
lebih baik, ada seseorang
berperilaku altruistik dapat
menindas diri sendiri, jaman ini
kejahatan paling kejam adalah
memanfaatkan kebaikan orang
lain.
10. Seandainya anda dihadapkan pada
pilihan pilihan antara menolong
Saya melihat tolong kepada
saya, tidak semua teman
59
No Pertanyaan Hasil wawancara
teman dengan asyiknya bermain
game ml misalnya, manakah yang
akan anda pilih? Menolong teman
atau bermain game?
menganggap kita teman, kadang
kita perlu bantuannya dia ogah,
kalau kita membantunya sekali
dua kali tidak apa-apa kalau
terus-terusan saya ya nggak
mau. Saya akan baik sama orang
yang baik sama saya.
11. Menurut anda berbedakah laki-laki
dan perempuan dalam berperilaku
altruistik?
Beda, menurut saya beda karena
laki-laki lebih mementingkan
rasional kalau cewek
menggunakan perasaan.
12. Pernahkah terlintas dibenak anda
ketika menolong seseorang anda
berfikir untuk mendapatkan
imbalan?
Pernah tapi ya hanya terlintas
begitu saja.
13. Pernahkan saat menolong orang
anda berfikir tentang perbedaan
yang kalian miliki? Misal tentang
jenis kulit atau ras bahkan
perbedaan keyakinan? Kenapa anda
melakukan hal itu?
Tadi saya sudah bilang, saya
akan baik sama orang yang baik
sama saya. Walaupun kita
berbeda seperti yang mbak
sebutkan tadi.
14. Apakah dalam menolong seseorang
anda memikirkan suasana hati
anda?
Saya pribadi pandai dalam
mengatur suasana hati dan kita
harus mempunyai sikap
profesional. Dalam menolong
seseorang kadang sifat egoisme
itu lebih dominan.
15. Setujukah anda orang pedesaan
lebih cenderung penolong dari pada
Saya tinggal dipesisir. Dan saya
setuju, ada sih orang kota itu
60
No Pertanyaan Hasil wawancara
orang perkotaan? Jelaskan alasan
anda
lebih cuek. Di Salatiga lagi,
banyak orang cuek beda sama
orang kota yang cenderung
meterialistik dan individualistik.
61
Nama : Kuni Muyassaroh
Umur : 20 tahun
Hari, tanggal : Senin, 28 Mei 2018
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Apa yang saudara ketahui tentang
altruisme?
Saya tidak tahu mbak, baru
denger pertama kali.
2. Apakah anda tahu perbedaan
tentang altruisme dan egoisme?
Ohh kalau altruisme itu
mementingkan orang lain kalau
egoisme itu kebalikannya.
3. Apakah anda tau perbedaan tentang
altruisme dan perilaku prososial?
Hampir mirip kali ya mbak.
4. Seringkali kita mendengar kata
empati bagian dari sikap prososial,
apa yang anda ketahui tentang
empati?
Empati itu kaya membayangkan
posisi orang lain yang
menderita.
5. Apakah lingkungan tempat tinggal
anda mengajarkan perilaku
menolong?
Iya benar, tapi dilingkungan
keluargalah yang cenderung
dominan dalam memberikan
nilai-nilai kearifan.
6. Apakah dalam pendidikan keluarga
anda diajarkan untuk meonolong
kepada sesama?
Iya mbak, ayah dan ibu saya
yang menanamkan hal itu.
7. Pernahkah secara sadar anda
berperilaku altruistik? Kapan kah
itu?
Pernah, misalnya nih ya mbak
ada tugas kelompok nggak ada
yang mau ngerjain padahal aku
lagi sibuk ngerjain tugas yang
lain.
62
No Pertanyaan Hasil wawancara
8. Apa yang menyebabkan anda
perlu/harus berperilaku altruistik?
Kita hidup harus tolong
menolong, karena kita hidup
berdampingan dan saling
membutuhkan satu sama lain.
Dan pasti ada hukum timbal
baliknya.
9. Bagaimana menurut anda tentang
orang yang berperilaku altruistik?
Ya bagus kan mbak karena
mementingkan kepentingan
orang lain dari pada kepentingan
diri sendiri.
10. Seandainya anda dihadapkan pada
pilihan pilihan antara menolong
teman dengan asyiknya bermain
game ml misalnya, manakah yang
akan anda pilih? Menolong teman
atau bermain game?
Tergantung situasi dan kondisi
mbak, misalnya orang itu terlihat
benar-benar memerlukan
bantuan kira ya kita tolong tapi
ketika saya sedang dalam urusan
mendesak ya tidak saya tolong.
11. Menurut anda berbedakah laki-laki
dan perempuan dalam berperilaku
altruistik?
Beda, temen-temen cowok
cenderung total dalam menolong
temannya.
12. Pernahkah terlintas dibenak anda
ketika menolong seseorang anda
berfikir untuk mendapatkan
imbalan?
Pernah, tapi ketika belum nalar.
Ketika masih kecil gitu mbak
menolong kan biasanya dikasih
apa gitu tapi kalau sekarang
enggak.
13. Pernahkan saat menolong orang
anda berfikir tentang perbedaan
yang kalian miliki? Misal tentang
jenis kulit atau ras bahkan
perbedaan keyakinan? Kenapa anda
Enggak, dalam menolong
seseorang saya tidak membeda
bedakan.
63
No Pertanyaan Hasil wawancara
melakukan hal itu?
14. Apakah dalam menolong seseorang
anda memikirkan suasana hati
anda?
Iya mbak saya masih
mood-mood an kalau mau
menolong orang.
15. Setujukah anda orang pedesaan
lebih cenderung penolong dari pada
orang perkotaan? Jelaskan alasan
anda
Iya mbak, dilihat secara real
lebih peka orang desa, kalau
orang kota itu jarang punya
waktu.
64
Nama : Neni Zuhrotul Latifah
Umur : 22 tahun
Hari, tanggal : Senin, 28 Mei 2018
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Apa yang saudara ketahui tentang
altruisme?
Ndak tahu, baru denger
sekarang.
2. Apakah anda tahu perbedaan
tentang altruisme dan egoisme?
Kalau egoisme itu
mementingkan diri sendiri
3. Apakah anda tau perbedaan tentang
altruisme dan perilaku prososial?
Enggak mbak.
4. Seringkali kita mendengar kata
empati bagian dari sikap prososial,
apa yang anda ketahui tentang
empati?
Pernah dengar tapi lupa.
5. Apakah lingkungan tempat tinggal
anda mengajarkan perilaku
menolong?
Iya, tapi lebih dominan diajarkan
dikeluarga.
6. Apakah dalam pendidikan keluarga
anda diajarkan untuk meonolong
kepada sesama?
Iya mbak, lingkungan keluarga
itu kan istilahya lingkungan
pertama yang kita kenal jadi
saya tahu tentang tolong
menolong dari lingkungan
keluarga.
7. Pernahkah secara sadar anda
berperilaku altruistik? Kapan kah
itu?
Pernah, banyak. Waktu ke
kampus ngasih tebengan ke
temen yang jalan walaupun udah
telat. Di tpq mengajar sukarela
dan tidak memungut biaya.
65
No Pertanyaan Hasil wawancara
8. Apa yang menyebabkan anda
perlu/harus berperilaku altruistik?
Karena sudah tertanam di dalam
hati sih ya mbak, dan tergugah
hati saya melihat orang yang
perlu bantuan.
9. Bagaimana menurut anda tentang
orang yang berperilaku altruistik?
Bagus mbak, coba aja semua
orang begitu pasti damai mbak.
10. Seandainya anda dihadapkan pada
pilihan pilihan antara menolong
teman dengan asyiknya bermain
game ml misalnya, manakah yang
akan anda pilih? Menolong teman
atau bermain game?
Berat juga sih mbak tapi harus
ditolongi, tapi tergantung situasi
dan kondisi juga.
11. Menurut anda berbedakah laki-laki
dan perempuan dalam berperilaku
altruistik?
Beda, kalau laki-laki itu totalitas
kalau perempuan itu masih
mikir-mikir.
12. Pernahkah terlintas dibenak anda
ketika menolong seseorang anda
berfikir untuk mendapatkan
imbalan?
Saya mikirnya karena ada
hukum timbal balik sih, karena
orang menolong itu pasti akan
ditolong.
13. Pernahkan saat menolong orang
anda berfikir tentang perbedaan
yang kalian miliki? Misal tentang
jenis kulit atau ras bahkan
perbedaan keyakinan? Kenapa anda
melakukan hal itu?
Saya tidak pandang bulu dalam
menolong seseorang. Entah itu
beda agama beda ras beda suku
selama dia butuh pertolongan ya
saya tolong.
14. Apakah dalam menolong seseorang
anda memikirkan suasana hati
anda?
Iya mbak dalam menolong
seseorang saya masih
mempertimbangkan suasana hati
saya.
66
No Pertanyaan Hasil wawancara
15. Setujukah anda orang pedesaan
lebih cenderung penolong dari pada
orang perkotaan? Jelaskan alasan
anda
Setuju banget, orang kota itu
sibuk sendiri beda sama orang
desa dipikul bareng.
67
Nama : Fendi Fahmi
Umur : 21 tahun
Hari, tanggal : Senin 28 Mei 2018
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Apa yang saudara ketahui tentang
altruisme?
Wah nggak tahu mbak.
2. Apakah anda tahu perbedaan
tentang altruisme dan egoisme?
Egoisme itu peduli dengan diri
sendiri ya
3. Apakah anda tau perbedaan tentang
altruisme dan perilaku prososial?
Yang penting prososial itu
kebalikan dari antisosial.
4. Seringkali kita mendengar kata
empati bagian dari sikap prososial,
apa yang anda ketahui tentang
empati?
Empati itu menolong sesama
manusia.
5. Apakah lingkungan tempat tinggal
anda mengajarkan perilaku
menolong?
Iya karena mencerminkan sikap
tolong menolong.
6. Apakah dalam pendidikan keluarga
anda diajarkan untuk meonolong
kepada sesama?
Iya, tapi saya lebih belajar
dilingkungan masyarakat dan
guru.
7. Pernahkah secara sadar anda
berperilaku altruistik? Kapan kah
itu?
Pernah, tapi lupa kapan.
8. Apa yang menyebabkan anda
perlu/harus berperilaku altruistik?
Kita hidup tidak sendiri, dan
setelah kita hidup kita akan mati
nah kalau pas kita mati kalau
nggak butuh orang lain gimana
coba masa mau pergi keliang
lahat sendiri.
68
No Pertanyaan Hasil wawancara
9. Bagaimana menurut anda tentang
orang yang berperilaku altruistik?
Nggak baik, ada kalanya kita
mementingkan orang lain ada
kalanya kita mementingkan diri
sendiri, lebih ke situasi dan
kondisi.
10. Seandainya anda dihadapkan pada
pilihan pilihan antara menolong
teman dengan asyiknya bermain
game ml misalnya, manakah yang
akan anda pilih? Menolong teman
atau bermain game?
Lebih kesituasi dan kondisi tadi
mbak, misal ada diskusi yang
tidak bisa saya tinggalkan ya
saya mementingkan diskusi
kalau bisa ditinggalkan ya saya
menolong orang yang perlu
bantuan saya.
11. Menurut anda berbedakah laki-laki
dan perempuan dalam berperilaku
altruistik?
Beda, kalau cowok rasio yang
main, kalau cewek rasa yang
main.
12. Pernahkah terlintas dibenak anda
ketika menolong seseorang anda
berfikir untuk mendapatkan
imbalan?
Pernah, bahkan sering, tetapi
adakalanya benar-benar tulus
dalam menolong orang.
13. Pernahkan saat menolong orang
anda berfikir tentang perbedaan
yang kalian miliki? Misal tentang
jenis kulit atau ras bahkan
perbedaan keyakinan? Kenapa anda
melakukan hal itu?
Insyaallah tidak, biasa saja yang
penting tidak tolong menolong
dalam hal keimanan.
14. Apakah dalam menolong seseorang
anda memikirkan suasana hati
anda?
Terkadang iya mbak, kalau pas
lagi nggak mood ya saya
tinggalkan.
69
No Pertanyaan Hasil wawancara
15. Setujukah anda orang pedesaan
lebih cenderung penolong dari pada
orang perkotaan? Jelaskan alasan
anda
Setuju, selama hidup didesa
sikap saling gotong royong
tinggi tetapi dikota tidak.
Melihat segala sesuatu dari
untung dan ruginya saja.
70
Nama : Fahmi Aliafi
Umur : 23 tahun
Hari, tanggal : Senin, 28 Mei 2018
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Apa yang saudara ketahui tentang
altruisme?
Baru denger mbak.
2. Apakah anda tahu perbedaan
tentang altruisme dan egoisme?
Egois itu tidak peduli dengan
orang lain.
3. Apakah anda tau perbedaan tentang
altruisme dan perilaku prososial?
Perilaku prososial itu perilaku
yang mendukung segala
kegiatan kemasyarakatan.
4. Seringkali kita mendengar kata
empati bagian dari sikap prososial,
apa yang anda ketahui tentang
empati?
Empati itu peduli care hidup
dengan semua orang dengan
peduli.
5. Apakah lingkungan tempat tinggal
anda mengajarkan perilaku
menolong?
Iya kalau dimasyarakat itu
dipikul bareng jadi nggak
individualis.
6. Apakah dalam pendidikan keluarga
anda diajarkan untuk meonolong
kepada sesama?
Saya lebih banyak belajar
dilingkungan masyarakat,
walaupun dilingkungan kelarga
juga diajarkan tolong menolong.
7. Pernahkah secara sadar anda
berperilaku altruistik? Kapan kah
itu?
Pernah, sering. Pas waktu itu ada
kecelakaan di jetis ya saya
tolong itu pas saya buru-buru
masuk kerja.
8. Apa yang menyebabkan anda
perlu/harus berperilaku altruistik?
Dalam kehidupan pasti kita
membutuhkan bantuan orang
lain begitupun sebaliknya.
71
No Pertanyaan Hasil wawancara
9. Bagaimana menurut anda tentang
orang yang berperilaku altruistik?
Pasti lebih baik mementingkan
orang lain dibanding
mementingkan diri sendiri.
10. Seandainya anda dihadapkan pada
pilihan pilihan antara menolong
teman dengan asyiknya bermain
game ml misalnya, manakah yang
akan anda pilih? Menolong teman
atau bermain game?
Lebih ke situasi dan kondisi,
kerja ditinggalkan ketika ada
orang yang meninggal.
11. Menurut anda berbedakah laki-laki
dan perempuan dalam berperilaku
altruistik?
Tergantung pemikiran orang,
semua itu pakai hati tergantung
kita yang menyikapi.
12. Pernahkah terlintas dibenak anda
ketika menolong seseorang anda
berfikir untuk mendapatkan
imbalan?
Kita kalau menolong sesama
bujang atau cewek jujur saya
pamrih. Tapi kalau dimasyarakat
tidak.
13. Pernahkan saat menolong orang
anda berfikir tentang perbedaan
yang kalian miliki? Misal tentang
jenis kulit atau ras bahkan
perbedaan keyakinan? Kenapa anda
melakukan hal itu?
Tidak, saya tidak membedakan
satu dengan yang lain.
14. Apakah dalam menolong seseorang
anda memikirkan suasana hati
anda?
Tergantung orang, tidak kenal
orangnya tetapi beruasaha
menolong
15. Setujukah anda orang pedesaan
lebih cenderung penolong dari pada
orang perkotaan? Jelaskan alasan
anda
Setuju kalau didesa gotong
royong masoh kental kalau
dikota sudah berbeda.
72
Lampiran 4 Foto Hasil Wawancara
1. Foto hasil wawancara dengan responden Fd
2. Foto hasil wawancara dengan responden KM
73
3. Foto hasil wawancara dengan responden NZ
4. Foto hasil wawancara dengan FF
74
5. Foto hasil wawancara dengan FA
6. Foto 1.1 agenda rapat bulanan
75
7. Foto 1.2 masjid At-Taqwa
8. Foto 1.3 masjid At-Taqwa
76
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Pembimbing
77
Lampiran 6 Daftar Nilai Satuan Kredit Kegiatan
DAFTAR NILAI SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Melani Enggarsari
NIM : 111-14-116
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing Akademik : Dr. Adang Kuswaya, M.Ag.
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
1. Achievement Motivation Training
(AMT) dengan tema “ Dengan AMT
Semangat Menyongsong Prestasi”
12 Agustus
2014
Peserta 2
2. OPAK STAIN SALATIGA dengan
tema “ Aktualisasi Gerakan
Mahasiswa yang Beretika, Disiplin,
dan Berfikir Terbuka”
19 Agustus
2014
Peserta 3
3. Orientasi Dasar Keislaman (ODK)
dengan tema “Pemahaman Islam
Rahmatan Lil’Alamin sebagai
Langkah Awal Menjadi Manusia
Berkarakter”
21 Agustus
2014
Peserta 2
4. OPAK JURUSAN TARBIYAH
STAIN SALATIGA dengan tema “
Aktualisasi Pendidikan Karakter
Sebagai Pembentuk Generasi yang
Religius, Educative, dan Humanis
21 Agustus
2014
Peserta 3
5. Library User Education (Pendidikan
Pemakai Perpustakaan) UPT
PERPUSTAKAAN STAIN
SALATIGA
28 Agustus
2014
Peserta 2
6. Training Pembuatan Makalah oleh
Lembaga Dakwah Kampus
17
September
2014
Peserta 2
7. Masa Ta’aruf (MASTA) 2014
dengan tema “ Membentuk Pribadi,
26
September
Peserta 2
78
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
Kembangkan Diri, Lahirkan Potensi” 2014
8. SIBA-SIBI Training UTS Semester
Ganjil Tahun 2014 oleh CECO
24-25
Oktober
2014
Peserta 3
9. Seminar HMI “ Mempertegas Peran
Pendidikan dalam Mencerahkan
Masa Depan Anak Bangsa”
19
November
2014
Peserta 2
10. Seminar bedah buku “Metode Tafsir
Kontemporer Model Pendekatan
Hermeneutika Sosio-Tematik dalam
Tafsir Alquran Hasan Hanafi”
27
November
2014
Peserta 2
11. Festival Daqu 2015 Jateng
Menghafal Qur’an Juz Amma & 4
Surat Pilihan
26 April
2015
Peserta 2
12. Seminar Nasional “Pendidikan
Karakter untuk Melahirkan
Pemimpin Masa Depan”
17
November
2015
Peserta 8
13. Wisuda Akbar 6 Indonesia
Menghafal Q.S. Al-Baqarah 101-157
Q.S. As Shoff Q.S. Qaf
22
November
2015
Peserta 2
14. Peringatan Maulid Nabi Muhammad
SAW 1437 H dengan tema “Kita
Tingkatkan Iman dan Taqwa untuk
Membentuk Pribadi yang
Ber-akhlakul Karimah”
23
Desember
2015
Panitia 2
15. Seminar Nasional “Esensi Dakwah
Kontemporer”
21 Mei
2016
Peserta 8
16. Wisuda Akbar 7 Indonesia
Menghafal Q.S. Al-Hasyr Q.S.
Al-Jumuah Q.S. Al-Munafiqun
29 Mei
2016
Peserta 2
17. Kegiatan “Pentas Seni Dalam
Rangka Memeriahkan Hari
Kemerdekaan RI ke-72”
19 Agustus
2016
Panitia 2
18. Seminar Nasional dengan tema “
Optimalisasi Sumber Daya Insani
dalam Menghadapi Dunia
Wirausaha”
29
September
2016
Peserta 8
19. Talkshow “Satu Jam lebih Dekat
Bersama Kandidat Walikota dan
5 November Peserta 2
79
80
Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Melani Enggarsari
Tempat Tanggal Lahir : Magelang
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Dusun Campursari B RT 02 RW 01 Gandusari
Bandongan, Magelang
Nama Orang Tua : Wakijan Al Wanto dan Sarifah
Nomer HP : 0856-4331-5198
Nomer WA : 0857-1321-6114
E-MAIL : [email protected]
Pendidikan : 1. TK ABA Bandongan (1999-2002)
2. SD Negeri Gandusari 02 (2002-2008)
3. SMP Negri 1 Bandongan (2008-2011)
4. SMA Negeri 1 Bandongan (2011-2014)
5. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (2014-2018)