PERITONITIS
KELOMPOK 3
Sherwood Anderson
Seorang penulis novel dan cerpen dari Amerika Serikat.
Beliau menderita peritonitis hingga akhirnya meninggal.
Otopsi yang dilakukan mengungkapkan fakta bahwa ada sepotong tusuk gigi yang tertelan, yang akhirnya merusak organ internalnya hingga menyebabkan sejumlah infeksi. Diperkirakan ia tak sengaja menelan tusuk gigi itu ketika makan buah zaitun sambil minum martini.
Pengertian Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneum yang disebabkan oleh infiltrasi isi usus dari suatu kondisi seperti ruptur apendiks, perforasi/trauma lambung dan kebocoran anastomosis.
Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang merupakan komplikasi berbahaya akibat penyebaran infeksi dari organ organ abdomen (apendisitis, pankreatitis, dll) reputra saluran cerna dan luka tembus abdomen.
Klasifikasi Peritonitis
• Peritonitis primer:Spesifik: misalnya TuberculosisNon spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis dan Tonsilitis.
• Peritonitis sekunder:Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi
gastrointestinal atau tractus urinaris
• Peritonitis tersier:Peritonitis yang disebabkan oleh jamur.Peritonitis yangtidak mendapat terapi adekuat, pasca pembedahan, dialisis
peritoneal
Etiologi
• Infeksi bakteri1.Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal2. Appendisitis yang meradang dan perforasi3. Tukak peptik (lambung/dudenum)
• Secara langsung dari luar.Operasi yang tidak steril1.Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi
peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa 2. Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati.
• Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus.
Faktor Resiko
• Adanya malnutrisi• Keganasan intraabdomen• Imunosupresi• Splenektomi
Manifestasi Klinis
• Nyeri tekan• Pekak hati menghilang • Bising usus menurun sampai menghilang • Asites• Distended abdomen• Takikardi • Hipotensi• Demam tinggi• Mual muntah anoreksia
Patofisiologi Invasi bakteri
Keluar eksudat fibrosa
Peradangan membuat cairan terakumulasi karena kebocoran kapiler dan membran.
Permeabilitas pembuluh darah kapiler meninggi
Odem
Tekanan intra abdomen meningkat
Aktivitas peristaltik berkurang hingga obstruksi usus
Perforasi usus
Peritonitis
Komplikasi
• Komplikasi dini:Septikemia dan syok septicSyok hipovolemikSepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan
kegagalan multisystem
• Komplikasi lanjutAdhesiObstruksi intestinal rekuren. (Lili.2013)
Pemeriksaan Laboratorium
• Test laboratoriumLeukositosisHematokrit meningkatAsidosis metabolic• X. Ray
Penatalaksanaan
• PreoperatifResusitasi cairan (cairan kristaloid, transfusi darah bila anemia dan
penurunan hematokrit), antibiotik spektrum luas, oksigen dan ventilator, pemasangan nasogastric tube, kateter dan monitoring hemodinamik• Operatif (laparotomi)
Kontrol sepsis, peritoneal lavage, peritoneal drainage• Post operatif
antibiotik, ventilator, monitor hemodinamik
Pencegahan
• Therapy umumIstirahatDietMedikamentosa
Therapy KomplikasiIntervensi bedah untuk menutup perforasi dan menghilangkan sumber
infeksi.Pertimbangan dilakukan pembedahan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERITONITIS
PENGKAJIAN•Pemeriksaan Fisik
• Sistem pernafasan (B1)Pola nafas irregular (RR> 20x/menit), dispnea, retraksi otot bantu pernafasan serta menggunakan otot bantu pernafasan.
Sistem kardiovaskuler (B2)Klien mengalami takikardi karena mediator inflamasi dan hipovelemia vaskular karena anoreksia dan vomit. Didapatkan irama jantung irregular akibat pasien syok (neurogenik, hipovolemik atau septik), akral : dingin, basah, dan pucat.
• Sistem Persarafan (B3)Klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak namun hanya mengalami penurunan kesadaran.
• Sistem Perkemihan (B4)Terjadi penurunan produksi urin.
• Sistem Pencernaan (B5)Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Vomit dapat muncul akibat proses ptologis organ visceral (seperti obstruksi) atau secara sekunder akibat iritasi peritoneal. Selain itu terjadi distensi abdomen, bising usus menurun, dan gerakan peristaltic usus turun (<12x/menit).
• Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)Penderita peritonitis mengalami letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan aktivitas. Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami kelelahan, dan turgor kulit menurun akibat kekurangan volume cairan.
DIAGNOSA
• Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, demam dan kerusakan jaringan.• Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia dan muntah.• Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif.
INTERVENSI 1• Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lama, intensitas (skala 0-10) dan karakteristiknya (dangkal,
tajam, konstan).Rasional: Perubahan pada lokasi/intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkan terjadinya
komplikasi. Nyeri cenderung menjadi konstan, lebih hebat, dan menyebar ke atas, nyeri dapat lokal bila terjadi abses.
• Pertahankan posisi semi fowler sesuai indikasiRasional:Meningkatkan relaksasi dan mungkin meningkatkan kemampuan koping pasien dengan
memfokuskan kembali perhatian• Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, napas dalam, latihan relaksasi atau
visualisasi.Rasional:Menurunkan mual/muntah yang dapat meningkatkan tekanan atau nyeri intraabdomen.• Berikan obat sesuai indikasiRasional: Menurunkan laju metabolik dan iritasi usus karena toksin sirkulasi/lokal, yang membantu
menghilangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan.
INTERVENSI 2• Catat faktor risiko individu contoh trauma abdomen, apendisitis akut, dialisa peritoneal.Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi.• Kaji tanda vital dengan sering, catat tidak membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, penurunan
tekanan nadi, takikardia, demam, takipnea.Rasional: Tanda adanya syok septik, endotoksin sirkulasi menyebabkan vasodilatasi, kehilangan
cairan dari sirkulasi, dan rendahnya status curah jantung.• Catat perubahan status mental (contoh bingung, pingsan).Rasional: Hipoksemia, hipotensi, dan asidosis dapat menyebabkan penyimpangan status mental. • Catat warna kulit, suhu, kelembaban.Rasional: Hangat, kemerahan, kulit kering adalah tanda dini septikemia. Selanjutnya manifestasi
termasuk dingin, kulit pucat lembab dan sianosis sebagai tanda syok.• Awasi haluaran urineRasional: Oliguria terjadi sebagai akibat penurunan perfusi ginjal, toksin dalam sirkulasi
mempengaruhi antibiotik.
INTERVENSI 3• Awasi haluan selang NG, dan catat adanya muntah atau diare.Rasional: Jumlah besar dari aspirasi gaster dan muntah atau diare diduga terjadi obstruksi usus, memerlukan
evaluasi lanjut. • Auskultasi bising usus, catat bunyi tak ada atau hiperaktif.Rasional: bising usus sering tak ada, inflamasi atau iritasi usus dapat menyertai hiperaktivitas usus, penurunan
absorpsi air dan diare.• Catat kebutuhan kalori yang dibutuhkan. Rasional: Adanya kalori (sumber energi) akan mempercepat proses penyembuhan. • Monitor Hb dan albuminRasional: Indikasi adekuatnya protein untuk sistem imun. • Kolaborasi pemasangan NGT jika klien tidak dapat makan dan minum peroral.Rasional: Agar nutrisi klien tetap terpenuhi.• Kolaborasi dengan ahli gizi dalam diet.Rasional: Tubuh yang sehat tidak mudah untuk terkena infeksi (peradangan).
INTERVENSI 4
• Pantau tanda vital, catat adanya hipotensi (termasuk perubahan postural), takikardia, takipnea, demam. Ukur CVP bila ada.
Rasional: Membantu dalam evaluasi derajat defisit cairan/keefektifan penggantian terapi cairan dan respons terhadap pengobatan.
• Pertahankan intake dan output yang adekuat lalu hubungkan dengan berat badan harian.
Rasional: Menunjukkan status hidrasi keseluruhan.• Rehidrasi/ resusitasi cairanRasional: Untuk mencukupi kebutuhan cairan dalam tubuh (homeostatis).• Ukur berat jenis urineRasional: Menunjukkan status hidrasi dan perubahan pada fungsi ginjal.• Observasi kulit/membran mukosa untuk kekeringan, turgor, catat edema perifer/sacral.Rasional: Hipovolemia, perpindahan cairan, dan kekurangan nutrisi mempeburuk turgor
kulit, menambah edema jaringan.
Contoh kasus peritonitis di masyarakat
Pada kasus px berinisial MS terkena peritonitis. Sebelumnya pasien pernah menjalani operasi appendixitis. Namun setelah operasi, beberapa hari kemudian pasien meninggal karena peritonitis. Hal ini di duga disebabkan karena alat operasi yang tidak steril, bisa karena jahitan luka yang tidak menutup sepenuhnya sehingga memberi celah yang di tempati oleh bakteri, atau bisa karena benda asing yang tertinggal pasca operasi appendixitis (seperti spons).Penatalaksanaan yang tidak dijelaskan di kasus antara lain :Resusitasi, beri antibiotik spektrum luas, lakukan laparotomi.
Recommended