PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
POTENSI SENYAWA ALKALOID TANAMAN TALI PUTRI SEBAGAI
OBAT KANKER SERVIKS
BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN
Diusulkan Oleh:
Angelina Rosmawati 0910923030 (2009)
Fadilla Mufida 0910920009 (2009)
Ranny Cahya R 0910920017 (2009)
Lynna Rohmawati 0910920048 (2009)
Ika Oktavian W 105090203111001 (2010)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
1. Judul Kegiatan : Potensi Senyawa Alkaloid Tanaman Tali Putri Sebagai Obat Kanker Serviks
2. Bidang Kegiatan : (x) PKMP ( ) PKMK ( )PKMT ( ) PKMM
3. Bidang Ilmu : ( ) Kesehatan ( ) Pertanian (x) MIPA ( )Teknologi dan Rekayasa ( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora ( ) Pendidikan
4. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Angelina Rosmawati b. NIM : 0910923030 c. Jurusan : Kimia d. Universitas : Universitas Brawijaya e. Alamat Rumah dan No Tel./HP. : Jalan Sumbersari Gang 4/263 Malang
HP. 085655099495f. Email : [email protected]
5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 5 orang6. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : M. Farid Rahman, S.Si, M.Si b. NIP : 19700720 1 199702 1 001 c. Alamat Rumah dan Telp./HP : Taman Embong Anyar II C/9 Malang
HP. 0815556252807. Biaya Kegiatan Total : a. Dikti : Rp 6.989.175,00 b. Sumber Lain : –8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 Bulan
Malang, 28 September 2011MenyetujuiKetua Jurusan Kimia,
Dr. Sasangka Prasetyawan, MS.NIP. 19630404 198701 1 001
Ketua Pelaksana,
Angelina Rosmawati0910923030
Pembantu Rektor Bidang KamahasiswaanUniversitas Brawijaya,
Ir.H.RB.Ainurrasjid, MSNIP. 19550618 198103 1 002
Dosen Pendamping,
M. Farid Rahman, S.Si.,M.SiNIP. 19700720 1 199702 1 001
A. JUDUL
Potensi Senyawa Alkaloid Tanaman Tali Putri sebagai Obat Kanker Serviks
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Kanker serviks merupakan penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher
rahim yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan vagina.
Kanker serviks uterus (mulut rahim) merupakan salah satu tipe kanker
yang berada di urutan ketiga terbesar kanker pada wanita. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) mengatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas
di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian perempuan di dunia.
Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks.
Sekitar 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Menurut WHO,
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang
tertinggi di dunia. Pasalnya, kanker serviks muncul seperti musuh dalam selimut.
Sulit sekali dideteksi hingga penyakit telah mencapai stadium lanjut. (Robbins, et
all, 2007).
Kanker serviks 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)
onkogenik yang menyerang leher rahim. Virus ini memiliki lebih dari 100 tipe,
jenis virus HPV tipe 16 dan 18 menyebabkan kanker serviks yang paling fatal.
Selain itu, kanker serviks juga disebabkan oleh sel-sel abnormal pada leher rahim
dan juga bisa tumbuh akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang
terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama.
Selama ini, pengobatan kanker leher rahim dilakukan dengan cara
pembedahan, kemoterapi, radioterapi, dan cara herbal. Pengobatan secara medis
ditujukan untuk menghilangkan sel kanker atau menghancurkannya dari tubuh.
Namun, pengobatan secara medis menimbulkan efek samping seperti rambut
rontok, mual-mual, dan badan lemas serta biaya yang dibutuhkan untuk
pengobatan kanker secara medis sangat tinggi dan memberatkan khususnya untuk
kalangan ekonomi ke bawah. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dicari
upaya untuk pengobatan kanker serviks yang murah, praktis, efisien, tidak
menyebabkan efek samping, tidak sakit dan mudah didapatkan.
Pengobatan alternative telah banyak dikembangkan kerena banyaknya
sumber daya alam yang berpotensi dan belum termanfaatkan. Pengobatan herbal
kanker serviks adalah salah satu pengobatan alternative yang banyak digunakan
karena terbukti efektif, tanpa efek samping, dan biaya relative murah. Salah satu
tanaman yang digunakan untuk pengobatan herbal yaitu benalu tali putri Cassytha
filiformis L (Lauraceae). Pada umumnya benalu merupakan tanaman parasit yang
hidup pada inangnya. Benalu tali putri Cassytha filiformis L. (Lauraceae)
merupakan tanaman tradisional yang dapat digunakan sebagai pengobatan kanker.
Selain itu, ketersediaan tanaman benalu tali putri di Indonesia juga melimpah
sehingga penggunaan tanaman tradisisonal ini membutuhkan dasar ilmiah untuk
terciptanya pemanfaatan yang lebih nyata dan rasional.
Senyawa kimia utama yang terkandung dalam tanaman tali putri Cassytha
filiformis L. (Lauraceae) adalah senyawa alkaloid khususnya aporphin alkaloids.
Pada umumnya, sebagian besar komponen-komponen alkaloid bersifat sitotoksik
(antikanker) dan antiplatelet aggregation (anti pembekuan darah).
Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk mengetahui apakah benalu
tali putri dapat dijadikan obat kanker serviks. Hal ini dapat dilakukan melalui uji
sitotoksik secara in vitro dengan menggunakan sel Hela (sel epitel kanker leher
rahim manusia). Uji aktivitas antioksidan alkaloid dapat dilakukan dengan
menggunakan metode DPPH. Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) ini
digunakan untuk mengukur kemampuan penangkapan radikal suatu produk alam
(Sarker et all, 2006). Metode ini didasarkan pada tereduksinya DPPH oleh
senyawa antioksidan yang ditandai dengan hilangnya warna ungu berubah
menjadi warna kuning.
Isolasi kandungan senyawa aktif dalam benalu tali putri dilakukan dengan
metode maserasi. Pelarut yang digunakan adalah methanol - asam asetat (99:1).
Senyawa polar biasanya akan lebih baik diekstraksi dengan pelarut golongan polar
seperti etanol atau metanol. Ekstrak metanol yang didapatkan akan dilakukan uji
sitotoksiknya terhadap sel HeLa.
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengisolasi senyawa alkaloid anti kanker dari benalu tali
putri (Cassytha Filiformis)?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa alkaloid dalam tali putri
(Cassytha Filiformis)?
3. Bagaimana efek sitotoksisitas senyawa alkaloid tali putri terhadap DPPH
dan sel HeLa?
D. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksisitas senyawa
alkaloid tali putri terhadap DPPH dan sel HeLa, serta kandungan senyawa aktif
yang menghambat proliferasi virus HPV.
E. LUARAN YANG DIHARAPKANLuaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah terciptanya obat kanker
serviks yang efektif, aman (tanpa efek samping), dan mudah didapatkan.
F. KEGUNAANHasil dari penelitian ini, diharapkan mampu untuk memberikan informasi
tentang kemampuan ektrak batang tali putri yang mengandung senyawa kimia
alkaloid yang dapat menghambat pertumbuhan virus HPV (Human Papilloma
Virus), sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat kanker serviks.
G. TINJAUAN PUSTAKA
G.1. Kanker
Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak
terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan
(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan
kanker merupakan sebuah proses mikroevolusioner yang dapat berlangsung
selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Proses pertumbuhan ini dinamakan
karsinogenesis. Sel kanker mengalami perubahan (transformasi) sehingga bentuk,
sifat kinetiknya berubah, tumbuhnya menjadi otonom, liar, tidak terkendali, dan
lepas koordinasi dari pertumbuhan normal. Akibatnya timbul kanker yang terpisah
dari jaringan normal. Usaha penyembuhan penyakit kanker sangat sulit karena
kompleksnya mekanisme molekuler yang menyertainya (Sukardja, 2000).
G.1.1. Kanker ServiksKanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher
rahim. Yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
ke arah rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita
(vagina). Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus
(HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim,
apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain
di seluruh tubuh penderita.
G.1.2. Human Papilloma Virus
HPV merupakan virus DNA dengan klasifikasi:
Familia: Papovaviridae
Genus : Papillomavirus
Spesies: Human Papillomavirus
Mekanisme infeksi virus diawali dengan protein menempel pada dinding
sel dan mengekstraksi semua protein sel kemudian protein sel itu ditandai (berupa
garis-garis) berdasarkan polaritasnya, apabila polaritasnya sama dengan polaritas
virus maka dapat dikatakan bahwa sel yang bersangkutan terinfeksi virus. Virus
menginfeksikan materi genetiknya ke dalam sel yang dapat menyebabkan
terjadinya mutasi gen jika materi genetik virus ini bertemu dengan materi genetik
sel. Mutasi yang terjadi menyebabkan DNA virus akan bertambah banyak seiring
pertambahan jumlah DNA sel yang sedang bereplikasi. Hal ini menyebabkan
displasia (pertumbuhan sel yang tidak normal) yang tidak terkendali. HPV
menyerang sel-sel epitel kulit dan membran mukosa. Tahap-tahap dalam siklus
replikasi virus tergantung pada faktor-faktor spesifik yang terdapat dalam status
diferensiasi berikutnya dari sel epitel (Thoma, 2008).
G.1.3. Sel HeLaSel Hela sel kanker leher rahim akibat infeksi Human Papillomavirus
(HPV 18) sehingga mempunyai sifat yang berbeda dengan sel leher rahim normal.
Sel kanker leher rahim yang diinfeksi HPV diketahui mengeekspresikan 2
onkogen, yaitu E6 dan E7 (Goodwin dan DiMaio, 2000).
Kultur sel HeLa atau HeLa cell line merupakan continuous cell line yang
diturunkan dari sel epitel kanker leher rahim (cervix) seorang wanita penderita
kanker leher rahim bernama Henrietta Lacks yang meninggal akibat kanker pada
tahun 1951. Kultur sel ini memiliki sifat semi melekat dan digunakan sebagai
model sel kanker dan untuk mempelajari sinyal transduksi seluler. Sel HeLa ini
cukup aman dan merupakan sel manusia yang umum digunakan untuk
kepentingan kultur sel (LabWork, 2000).
Sel HeLa dapat tumbuh dengan agresif dalam media kultur. Media yang
digunakan adalah media RPMI 1640-serum. Di dalamnya terkandung nutrisi yang
cukup untuk pertumbuhan, yaitu asam amino, vitamin, garam-garam anorganik,
dan glukosa. Serum yang ditambahkan mengandung hormon-hormon yang
mampu memacu pertumbuhan sel. Albumin berfungsi sebagai protein transport,
lipid diperlukan untuk pertumbuhan sel, dan mineral berfungsi sebagai kofaktor
enzim (Freshney, 1986).
G.1.3. Tali Putri (Cassytha F.)Tanaman tali putri aslinya berasal dari daerah Hawai. Diberi nama “tali”
karena bentuknya yang memang seperti tali. Memiliki bunga yang sempurna.
Tanaman ini termasuk tanaman parasit, yang tumbuh liar sebagai parasit tanaman-
tanaman pada daerah tropis.
Gambar1: Cassytha Filiformis
Klasifikasi tanaman tali putri:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cassytha
Spesies : Cassytha filiformis L.
Sejauh ini, dikenal belasan senyawa kimia yang terkandung dalam
tanaman tali putri, terutama alkaloid (aporphin alkaloids). Komponen-komponen
alkaloid tersebut sebagian besarnya adalah bersifat sitotoksik (antikanker),
antiplatelet aggregation (anti pembekuan darah), Beberapa di antaranya yang
sudah dikenal adalah Ocoteine, Cassythine atau cassyfiline, Catafilin, Neolistine,
Dicentrine, Actinodaphnine, serta beberapa senyawa lain yang belum berhasil
diisolasi.
G.3. EkstraksiEkstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun
tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat
ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Markham, 1988).
Maserasi merupakan suatu proses perendaman sampel dengan pelarut
organik yang digunakan pada suhu kamar. Proses ini sangat menguntungkan
dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan
akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di
dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma
akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena
dapat diatur lama perendaman yang dilakukan (Markham, 1988).
G.4 Uji Sitotoksik
Uji sitotoksik digunakan untuk memprediksi keberadaan obat sitotoksik
baru dari bahan alam yang berpotensi sebagai antikanker. Adapun dasar dari
percobaan ini antara lain, bahwa sistem penetapan aktivitas biologi akan
menghasilkan kurva dosis respon dan kriteria respon yang seharusnya
menunjukkan hubungan lurus dengan jumlah sel. Informasi yang didapat dari
kurva seharusnya berhubungan dengan efek in vivo dari obat sitotoksik yang
sama. Hasil dari uji sitotoksik dapat memberikan informasi konsentrasi obat yang
masih memungkinkan sel mampu bertahan hidup (Doyle dan Griffiths, 2000).
Uji sitotoksik adalah uji in vitro dengan menggunakan kultur sel yang
digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas antineoplasmatik dari suatu
senyawa. Penggunaan uji sitotoksik pada suatu sel merupakan salah satu cara
penetapan in vitro untuk mendapatkan obat -obat sitotoksik. Sistem ini merupakan
uji kualitatif dengan cara menetapkan kematian sel. Akhir-akhir ini uji sitotoksik
digunakan secara luas menggantikan uji toksisitas secara in vivo yang
menggunakan hewan (Doyle dan Griffiths, 2000).
G.5. Metode MTT AssayDua metode umum yang digunakan untuk uji sitotoksik adalah metode
perhitungan langsung (direct counting) dengan menggunakan biru tripan (trypan
blue) dan metode MTT assay. Uji MTT assay merupakan salah satu metode yang
digunakan dalam uji sitotoksik. Metode ini merupakan metode kolorimetrik,
dimana pereaksi MTT ini merupakan garam tetrazolium yang dapat dipecah
menjadi kristal formazan oleh sistem suksinat tetrazolium reduktase yang terdapat
dalam jalur respirasi sel pada mitokondria yang aktif pada sel yang masih hidup.
Kristal formazon ini memberi warna ungu yang dapat dibaca absorbansinya
dengan menggunakan ELISA reader (Doyle dan Griffith, 2000).
Gambar 2. Mekanisme reaksi reduksi MTT (Liu and Nair, 2010).
Para MTT kuning [3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium
bromida] berkurang hingga formazan ungu oleh enzim mitokondria. NADPH
merupakan dasar dari uji secara in vitro viabilitas sel. Uji antioksidan telah
dikembangkan memanfaatkan reaksi redoks antara MTT dan dipilih produk
ekstrak alami dan senyawa dimurnikan. Hal ini sederhana, cepat, dan murah uji
antioksidan dengan MTT assay sebanding dengan uji hambat peroksidasi lipid
secara mekanik untuk mencapai hasil uji yang tinggi (Liu and Nair, 2010).
H. METODE PENELITIAN
H.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia
Fakultas MIPA dan Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang yang dilakukan selama 4 bulan.
H.2 Bahan dan Alat Penelitian
H.2.1 Alat-alat
Alat-alat digunakan dalam penelitian ini meliputi penumbuk, seperangkat
alat gelas, neraca analitis, vacum rotary evaporator, seperangkat alat ekstraksi,
LC-MS, KLT preparatif pada silica gel, saringan (Retsch ® 355 µM),
spektrofotometri IR, oven, dan inkubator CO2
H.2.2 Bahan Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit
batang tali putri, radikal DPPH, metanol, CH2Cl2, eter, NH4OH 25%, Na2SO4
anhidrat, NaHCO3, kertas saring whatman No. 1, silica gel, aquades, asetonitril,
ammonium asetat, sodium cacodylate buffer, kloroform, asam asetat, petroleum
eter, MEM, Fetal Bovine Serum (FBS), penisilin-streptomisin 2%
H.3. Tahap Penelitian
Tahap kerja yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
1. Preparasi batang tali putri.
2. Ekstraksi batang tali putri dengan metode maserasi bertingkat
3. Pemisahan dan identifikasi senyawa hasil ekstraksi dengan menggunakan
LC
4. Pengujian fraksi ekstrak alkaloid kulit batang tali putri menggunakan
metode DPPH dan metode sel HeLa
5. Analisis data dan perhitungan nilai IC50 dan LC50 (Lethal Concentration
50)
H.4. Prosedur Kerja
H.4.1. Preparasi Kulit Batang Tali Putri
Sampel batang tali putri (C. filiformis) berwarna kuning kecokelatan
diambil dari tanaman pagar di area sekitar Universitas Brawijaya Malang. Kulit
batang tali putri kemudian dibersihkan, dikeringanginkan, dan disimpan dalam
suhu kamar hingga dianalisa. Bahan tanaman yang dikeringkan kemudian
disaring melalui saringan (Retsch ® 355 µM) untuk memperoleh serbuk
homogen.
H.4.2. Ekstraksi Alkaloid mentah dari Kulit Batang Tali Putri dengan
Metode Maserasi
Sebanyak 1708 gram dari bubuk C. filiformis dimaserasi selama 24 jam
dengan methanol-asam asetat (99:1). Setelah konsentrasi perkolat dibuat pada
tekanan rendah dan disaring, larutan asam berair (asam lemah) dicuci dengan eter,
dibasakan dengan NaHCO3 hingga pH 8 dan diekstraksi menggunakan CH2Cl2.
Kemudian ditambahkan NH4OH 25% pada pH 11 dan larutan diekstraksi berulang
menggunakan CH2Cl2. Lapisan CH2Cl2 dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat dan
dipekatkan hingga diperoleh masing-masing 3,61 gram dan 0,62 gram residu.
H.4.3. Persiapan ekstrak alkaloid secara kuantitatif
Sebanyak 50 gram bubuk dan sampel kering C. filiformis direndam dengan
250 mL metanol diasamkan dengan 1% asam asetat pada 50° C dan direfluks
selama 1 jam. Pada setiap maserasi, residu disaring dan dicuci dengan 50 ml
pelarut yang sama. Ekstrak dicampur dan dipekatkan pada tekanan
rendah. Residu dilarutkan dalam 400 mL larutan, diasamkan dengan asam asetat
(1%) kemudian disaring. Filtrat dicuci dengan 150 ml eter. Lapisan asam lemah
dibasakan dengan NH4OH 25% hingga pH ± 9,5 dan diekstraksi dengan 200 ml
CH2Cl2. Lapisan CH2Cl2 dicampur dan dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat,
kemudian dievaporasi menggunakan vacum rotary evaporator hingga kering.
H.4.4. Pemisahan dan Pemurnian Alkaloid Hasil Ekstraksi
Sebanyak 50 mg residu yang diperoleh dilarutkan dalam 50 mL
metanol. Larutan dari ekstrak alkaloid (fraksi alkaloid) dalam 1mg / ml
dilewatkan melalui kromatografi kolom sistem LC-MS menggunakan silika gel 60
yang diterapkan untuk setiap sampel C. filiformis. Untuk percobaan LC-MS,
larutan dari ekstrak alkaloid (1 mg / ml) diencerkan dengan metanol untuk
mendapatkan sekitar 500 µg / ml larutan sebelum penyaringan membran. Fase
mobile terdiri atas air berisi 10 mM ammonium asetat dikondisikan pada pH 3
dengan asam asetat-asetonitril (90:10, v/v) dan (B) asetonitril. Laju aliran
dikondisikan konstan pada 0.7 mL/min, dan volume injeksi ialah 20 μL.Tiap
larutan diinjeksi sebanyak 3 kali.
H.4.4. Identifikasi Struktur
Identifikasi Struktural (2-7) dilakukan oleh analisis data spektroskopi FT-
IR. Kurva leleh dan spektra absorbsi diukur menggunakan spektrofotometer
Infrared. Untuk kurva leleh, pengukuran dikondisikan dalam buffer BPE pH 7.1
pada konsentrasi alkaloid 20 μM bersama dengan CT-DNA atau poly(dA-dT)2
pada 20 μM(DNA-phosphate/drug ratio (P/D) = 1). Pengukuran spektra absorpsi
dalam 1 mM sodium cacodylate buffer (pH 6.5) pada konsentrasi senyawa 20 μM
bersama dengan CT-DNA pada 200 μM (DNA-phosphate/drug ratio (P/D) = 10).
H.4.5. Uji Kadar Sitotoksisitas
Ekstrak mentah dan senyawa yang terisolasi diinkubasi pada LC-60
selama 72 jam. Uji sitotoksisitas dan antikanker (toksisitas) senyawa tali putri
dilakukan melalui uji DPPH serta uji sel HeLa menggunakan tetrazolium salts
MTT .
H.4.5.1. Uji Aktivitas Antioksidan Alkaloid Menggunakan DPPH
Uji aktivitas antioksidan tali putri dengan menggunakan metode ini
berdasarkan dari hilangnya warna ungu akibat tereduksinya DPPH oleh
antioksidan. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH tersebut akan
tereduksi, dan warnanya akan berubah menjadi kuning. Intensitas warna dari
larutan uji diukur melalui spektrofotometri IR pada panjang gelombang sekitar
520 nm.
H.4.5.2 Pengujian Sel HeLa dengan Metode MTT assay
Mengacu pada prosedur pengujian Sel Hela dengan MTT assay oleh
ATCC (2001) dan Suprapto (2010), Sel HeLa dikultur dalam MEM, Fetal Bovine
Serum (FBS) 10%, dan penisilin-streptomisin 2%. Fraksi ekstrak batang tali putri
yang memiliki bilangan peroksidasi paling rendah diujikan terhadap sel HeLa
yang telah dikultur. Pengujian ini menggunakan 2 jenis perlakuan dengan 6 kali
pengulangan.
1. Sumuran yang berisi sel HeLa sebanyak 2 x 104 sel/100 μL dalam 100 μL
media kultur sebagai perlakuan kontrol negatif.
2. Sumuran yang berisi sel HeLa sebanyak 2 x 104 sel/100 μL dalam 100 μL
media kultur ditambahkan fraksi yang memiliki bilangan peroksida dengan
konsentrasi 11,35 μg/ml, 22,7 μg/ml, dan 45,4 μg/ml sebagai kontrol positif.
Sumuran diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC dengan aliran CO2
5 ml/menit. Setelah 24 jam ditambahkan MTT sebanyak 10 μL ke dalam tiap
sumuran. Sumuran diinkubasikan kembali pada inkubator CO2 selama 4 jam,
kemudian reaksi MTT dihentikan dengan cara menambahkan 100 μL sodium
deodesil sulfat (SDS) 10%. Mikroplat diinkubasikan kembali selama 12 jam pada
suhu kamar. Setelah 12 jam, absorbansi tiap sumuran dibaca dengan ELISA-
reader pada panjang gelombang 570 nm.
H.4.6. Analisis Data
H.4.6.1. Penentuan IC50
Penentuan aktivitas antiradikal dilakukan melalui penghitungan nilai IC50
yaitu nilai yang menunjukkan besarnya konsentrasi sampel uji yang dapat
menangkap radikal bebas sebesar 50%. Hasil dari uji DPPH diinterpretasikan
sebagai IC50, yaitu jumlah antioksidan yang diperlukan untuk menurunkan
konsentrasi awal DPPH sebesar 50%, melalui persamaan regresi linier.
Persen (%) antiradikal = ( Abs kontrol − Abs sampel) /Abs control x100% .
Nilai IC50 ditentukan dari grafik persen sel hidup vs log konsentrasi sampel uji.
Pada metode ini tidak diperlukan substrat sehingga memiliki keuntungan, yaitu
lebih sederhana dan waktu analisis yang lebih cepat (Lieberman et all, 2001).
H.4.6.2 Penentuan LC50 (Lethal Concentration 50)
Penentuan persentase kematian sel dihitung berdasarkan rumus (A-B)/A x
100%, yaitu A adalah jumlah sel yang hidup (viabel) pada sumuran tanpa
perlakuan ekstrak (kontrol sel) dan B adalah jumlah sel hidup pada sumuran yang
diberi ekstrak uji. Grafik dibuat dengan log konsentrasi sebagai sumbu x terhadap
mortalitas sebagai sumbu y. Nilai LC50 merupakan konsentrasi dimana zat
menyebabkan kematian 50% yang diperoleh dengan memakai persamaan regresi
linier y = a + bx. Suatu zat dikatakan aktif atau toksik bila nilai LC50 < 1000 ppm
untuk ektrak dan < 30 ppm untuk suatu senyawa (Juniarti dkk., 2009).
H.4.6.3. Pengoptimalan Metode Pemisahan secara Kromatografi
Pengoptimalan Metode Kromatografi melalui perhitungan faktor
selektivitas dan efisiensi kolom.
I. JADWAL KEGIATANNo Nama Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Ijin Penggunaan Laboratorium
2 Pembelian alat dan bahan
3 Preparasi Batang Tali Putri
4 Ekstraksi Batang Tali Putri
5 Pemurnian Hasil Ekstraksi
6 Analisis Kandungan Ekstrak Batang Tali Putri
7 Pengujian Bilangan Peroksida
8 Uji Sitotoksik Melalui DPPH dan terhadap Sel Hela
9 Analisis Data
10 Evaluasi Kegiatan
11 Penyusunan Laporan Akhir
J. RANCANGAN BIAYA
A. Biaya AlatNo Jenis Peralatan Harga 1. Sewa Peralatan Gelas Rp 100.000,002. Sewa LC-MS Rp 300.000,003. Sewa Vacum Rotary Evaporator Rp 50.000,004. Botol Sampel Rp 50.000,005. Sewa spectophotometry IR Rp 50.000,006. Saringan (Retsch 355 µm) Rp 50.000,005. Sewa ELISA Reader Rp 185.0007. Sewa Oven Rp 25.000,00
TOTAL Rp 810.000,00A. Biaya Bahan Habis PakaiNo.
Jenis Bahan Jumlah Kebutuhan
Harga Satuan (Rp)
Harga (Rp)
1. Akuades 20 liter 2000/liter 40.000,002. Radikal DPPH 150 ml 1500/ml 225.000,003. CH2Cl2 50 ml 1000/ml 50.000,004. Eter 200ml 660/ml 132.000,005. NaHCO3 25 gram 3477/gram 86.925,006. Sel HeLa 1 vial 300.000/vial 300.000,007. Kertas saring whatman 6 lembar 13.000/lembar 78.000,008. Asam Asetat 750 ml 357/ml 267.750,009. Acetonitrile 750 ml 400/ml 300.000,0010. NH4OH 750ml 40/ml 30.000,0011. Kulit batang tali putri 5 kg 2000/kg 10.000,0012. Petroleum eter 1500 ml 660/ml 990.000,0013. Metanol 2000 ml 297/ml 594.000,0014. MEM 500 ml 585/ml 292.500,0015. Fetal Bovine Serum
(FBS)20 ml 500/ml 10.000,00
16. penisilin-streptomisin 2% 25 gram 15000/gram 375.000,0017. Tissue 5 pack 3000/pack 15.000,00
TOTALB. Biaya Transportasi dan KomunikasiNo.
Jenis Kegiatan Biaya Satuan (Rp) Harga (Rp)
1. Pembelian Alat dan Bahan sebanyak 8 kali
10.000,00 80.000,00
2. Biaya Komunikasi 5 orang 50.000,00/orang 250.000,00TOTAL 330.000,00
C. Biaya Lain-LainNo.
Nama Harga
1. Sewa Laboratorium Rp 100.000,002. Uji Taksonomi Tumbuhan Rp 25.000,003. Biaya Kultur Sel HeLa, pemeliharaan
sel, dan inkubasiRp 900.000,00
4. Fotokopi dan Penjilidan Rp 100.000,005. Penelusuran Pustaka Rp 100.000,006. Pembuatan Laporan Akhir Rp 50.000,007. Dokumentasi Kegiatan Rp 150.000,00
TOTAL Rp 1.425.000,00REKAPITULASI DANANo Jenis Biaya Harga1. Biaya Peralatan Rp 810.000,002. Biaya Bahan Rp 3.796.175,003. Biaya Transportasi Rp 330.000,004. Biaya Lain-Lain Rp 1.425.000,00JUMLAH Rp 6.361.175,00
L. LAMPIRANL.1 Daftar Riwayat Hidup Ketua dan Anggota Pelaksana
Ketua Pelaksana Kegiatan
1. Nama Lengkap : Angelina Rosmawati
2. NIM : 0910923030
3. Fakultas/jurusan : MIPA/ Kimia
4. Tempat/Tanggal Lahir : Mojokerto, 6 Desember 1989
5. Alamat di Malang : Jalan Sumbersari Gang 4/263 Malang
6. Waktu untuk kegiatan PKM : 24 jam/minggu
7. Riwayat pendidikan :
SDN Sudimoro 03 Bululawang Malang
SMP Al-Munawwariyyah Malang
SMA Negeri 2 Jombang
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya, Malang
8. Pengalaman Organisasi :
Pengurus Himpunan Mahasiswa Kimia Universitas Brawijaya Divisi
Penelitian dan Pengembangan Keilmuan Periode 2009-2010
9. Pengalaman Ilmiah :
Finalis PKM-GT pada PIMNAS XXII dengan judul “Pemanfaatan Getah
Kamboja Untuk Pengobatan Kutil Kulit” pada tahun 2009
Malang, 20 Oktober 2010
Khoirun Nisyak
0810920046
Anggota Pelaksana 1
1. Nama Lengkap : Mega Nurjayanti
2. NIM : 0810920048
3. Fakultas/jurusan : MIPA/ Kimia
4. Tempat/Tanggal Lahir : Balikpapan, 30 September 1990
5. Alamat di Malang : Jalan Watugong 40, Ketawanggede
6. Waktu untuk kegiatan PKM : 24 jam/minggu
7. Riwayat pendidikan :
SDN Rembang 2
SLTPN 1 Blitar
SMAN 1 Blitar
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya
8. Pengalaman Organisasi :
Anggota Himpunan Mahasiswa Kimia (HMK) UB
9. Pengalaman Ilmiah : -
Malang, 20 Oktober 2010
Mega Nurjayanti
0810920048
Anggota Pelaksana 2
1. Nama Lengkap : Gigih Wahyu Kurniawan
2. NIM : 0810923053
3. Fakultas/jurusan : MIPA/ Kimia
4. Tempat/Tanggal Lahir : Blitar, 20 Januari 1990
5. Alamat di Malang : Jalan Sumbersari Gang IIIB/167, Malang
6. Waktu untuk kegiatan PKM : 24 jam/minggu
7. Riwayat pendidikan
SDN Siraman 04 Kesamben Blitar
SMPN 1 Kesamben Blitar
SMAN 1 Kesamben Blitar
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya
8. Pengalaman Organisasi :
Ketua Departemen Dakwah Forum Kajian Islam FMIPA Universitas
Brawijaya Periode 2009
9. Pengalaman Ilmiah : -
Malang, 20 Oktober 2010
Gigih Wahyu Kurniawan
0810923053
Anggota Pelaksana 3
1. Nama Lengkap : Lynna Rohmawati
2. NIM : 0910920048
3. Fakultas/jurusan : MIPA/ Kimia
4. Tempat/Tanggal Lahir : Tulungagung, 12 Mei 1991
5. Alamat di Malang : Jalan Kertoleksono 80/I A
6. Waktu untuk kegiatan PKM : 24 jam/minggu
7. Riwayat pendidikan
SDN 1 Kendal, Tulungagung
SMP N 1 Gondang, Tulungagung
SMAN 1 Gondang, Tulungagung
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya
8. Pengalaman Organisasi : -
9. Pengalaman Ilmiah : -
Malang, 27 Oktober 2010
Lynna Rohmawati
091092004
L.2 Daftar Riwayat Hidup Dosen Pembimbing
Nama : M. Farid Rahman S.Si., M.Si.
Pangkat/Jabatan /Gol : Penata Tk I/Lektor/III-d
NIP : 19700720 1 199702 1 001
Tempat & Tanggal lahir : Malang, 26 Januari 1960
Unit kerja : Jurusan Kimia-Fakultas MIPA Universitas
Brawijaya
Jl. Veteran Malang. Telpon/Fax : (0341) 575838
Alamat rumah : Taman Embong Anyar II C/9 Malang
Email : [email protected]
Malang, 20 Oktober 2010
M. Farid Rahman, S.Si, M.Si.
19700720 1 199702 1 001
Recommended