KABUT ASAP : SEBAGAI ISU ANCAMAN NON-
TRADISIONAL DALAM KAJIAN KEAMANAN REGIONAL
(Poppy Irawan, S.IP)
Abstrak
Kabut asap yang terjadi tiap tahun di kawasan Asia Tenggara
khususnya di Indonesia, Malaysia dan Singapura telah
menghasilkan dampak yang cukup signifikan. Tulisan ini mencoba
mengelaborasi dan menjelaskan bagaimana fenomena kabut
asap dikaji melalui perspektif keamanan internasional dan
regional.
Meningkatnya aktivitas manusia seiring dengan perkembangan
globalisasi dan hubungan yang saling terkait mengakibatkan
semakin banyak bentuk ancaman terhadap kelangsungan hidup
manusia. Untuk itu perlu adanya perluasan konsep keamanan itu
sendiri yang tidak hanya berbicara pada aspek militer dan politik.
Konsep keamanan perlu diturunkan ke dalam konteks lingkungan,
manusia, sosial, ekonomi dan politik. Kabut asap yang dihasilkan
oleh aktivitas manusia adalah salah satu isu penting dalam kajian
environmental security.
Kabut asap adalah salah satu bentuk ancaman nyata terhadap
stabilitas keamanan manusia, ekonomi, sosial dan politik dan
mendatangkan kerugian yang cukup besar di kawasan Asia
Tenggara. Di satu sisi, masalah ini mampu mendatangkan konflik
dan perselisihan di antara negara-negara di kawasan ini dan di
sisi lain negara-negara dapat melakukan kerjasama yang lebih
erat dalam menanggulangi ancaman lingkungan seperti bencana
kabut asap.
1
Keyword : Kabut Asap, Keamanan Internasional dan Regional, Enviromental
Security, dan Ancaman Lingkungan
Perluasan Konsep Keamanan dan Ancaman
Paska berakhirnya perang dingin konsep dan isu keamanan internasional mulai
berkembang, dimana konsep ini sebelumnya selalu diasosiasikan dengan
pendekatan militeristik dan saat ini mulai bergeser ke isu human security,
societal securiry, environmental security dan economics security. Isu-isu
keamanan pada saat dan sebelum perang dingin didominasi oleh isu-isu
pertahanan, security dilemma, arm race, nuklir, persenjataan dan lain
sebagainya. Seiring dengan perkembangan dinamika hubungan internasional,
banyak para penstudi Hubungan Internasional mulai untuk memperluas konsep
dan defenisi dari kajian keamanan. Oleh karena itu kosep keamanan sampai
saat sekarang dianggap sebagai “konsep yang masih diperdebatkan” (contested
concept).
Isu keamanan internasional secara tradisional dapat ditemukan dalam
pemahaman keamanan militer-politik, dalam konteks ini konsep keamanan
berbicara bagaimana untuk survive.1 Dalam agenda keamanan yang lebih luas
definisi keamanan menyangkut isu-isu yang lebih luas yakni isu keamanan tidak
hanya dititikberatkan pada isu keamanan militer tetapi juga menyangkut
keamanan lainnya Seiring dengan perkembangan interaksi antar aktor-aktor di
dalam arena dunia internasional baik state actor maupun non-state actor,
interaksi yang dibangun tidak lagi hanya bermain pada tataran politik, militer ,
ideologi (isu-isu high politics) akan tetapi mulai meluas kepada aspek-aspek lain
seperti ekonomi, sosial, informasi dan komunikasi, teknologi dan lain-lain.
Interaksi tidak lagi bersifat state centric tetapi juga melibatkan aktor-aktor non-
state dan lebih mengglobal. Perkembangan inilah yang kemudian melahirkan
gagasan globalisasi, dimana adanya saling keterkaitan antar aktor-aktor di dunia
internasional di dalam isu-isu yang beragam baik politik, ekonomi, sosial,
pertahanan, lingkungan dan lain sebagainya.
1 Barry Buzan, 1998, “A New Frame Work For Analysis”, Lynne Rienner Publisher. Hlm 21
2
Terma keamanan memiliki pengertian universal yang beraneka ragam,
sehingga pengertiannya bergantung pada kata yang mengikutinya. Ditinjau dari
tatarannya, paling tidak dapat dikategorikan sebagai: (1) International Security,
untuk level dunia (2) National (State) Security, untuk level negara, (3) Public
Security (and Order), untuk level masyarakat, dan (4) Human Security, untuk
level individu.
Semakin berkembangnya globalisasi, maka ancaman akan tatanan dunia
semakin beragam. Ancaman yang semula merupakan terminologi dari konsep
militer mulai bergeser ke konsep yang lebih luas seperti apa yang dikemukakan
ileh Brown, Ullman, Nye dan Lyn-Jones yang mengatakan bahwa International
Security Studies membutuhkan sebuah agenda yang secara substansial lebih
luas dibandingkan dengan keamanan militer.2
Untuk memahami keamanan internasional itu sendiri, Beberapa para
ilmuwan hubungan internasional mencoba untuk mendefenisikan keamanan
internasional antara lain :
Sebuah bangsa dikatakan aman apabila mampu mempertahankan
keadaan tidak dalam bahaya akan pengorbanan nilai-nilai pokok jika berharap
untuk menghindari perang dan jika ikut berperang harus mampu untuk
mempertahankan kemenangannya ( Walter Lippmann).3
Keamanan dalam pengertian objektif merupakan ukuran-ukuran tidak
adanya ancaman terhadap nilai-nilai dan secara subjektif tidak adanya ketakutan
bahwa nilai-nilai tersebut akan diserang (Arnold Wolfers).4
Stabilitas keamanan hanya mampu dicapai oleh orang-orang dan
kelompok-kelompok jika mereka tidak saling menghancurkan satu sama lain. Hal
ini mampu dicapai jika keamanan dipahami sebagai sebuah proses emansipasi.
(Booth dan Wheeler).5
2 Barry Buzan, 1991, “People, State and Fear”, Lynne Rienner Publisher. Hlm 233 Walter Lippmann dalam Baylis & Steve Smith, 1999, “ The Globalization of World Politics”, Oxford University Press. Hlm 1954 Arnold Wolfers dalam Baylis & Steve Smith, 1999, “ The Globalization of World Politics”, Oxford University Press. Hlm 1955 Booth dan Wheeler dalam Baylis & Steve Smith, 1999, “ The Globalization of World Politics”, Oxford University Press. Hlm 195
3
Memahami konsep keamanan telah termasuk di dalamnya aspek politik,
ekonomi, societal dan lingkungan sebagaimana aspek militer yang didefinisikan
dalam lingkup yang lebih luas. Dimana keamanan merupakan sebuah keadaan
yang bebas dari ancaman. Dalam konteks sistem internasional keamanan
adalah mengenai kemampuan negara dan masyarakat untuk memelihara
kemerdekaan indentitasnya dan fungsi integritasnya. Dalam mecapai keamanan
negara dan masyarakat kadangkala memiliki interaksi yang harmonis satu sama
lainnya dan kadangkala saling bertentangan.6
Secara sederhana konsep keamanan sendiri dapat dipahami bahwa suatu
kondisi yang aman (secure) adalah suatu kondisi yang bebas akan adanya
ancaman baik itu dari aspek militer maupun aspek lainnya dan keadaan yang
tidak aman (insecure) dapat didefinisikan adanya ancaman terhadap kehidupan
manusia di dalam sebuah kelompok, masyarakat dan negara di segala aspek
kehidupan manusia.
Bagi kelompok pemikir critical security studies seperti Richard Wyn Jones
dalam bukunya Securiry, Strategy and Critical Theory, konsep keamanan harus
dielaborasi dan didefinisikan kembali untuk melahirkan sebuah bentuk gerakan
emansipasi terhadap dominasi di dunia internasional. Oleh karena terdapat
beberapa alternatif dalam melihat keamanan itu sendiri, yakni :
Deeper (lebih dalam) bahwa perlunya pemahaman bahwasanya
keamanan adalah sebuah konsep yang dibangun (derivative
concept) dimana keamanan merefleksikan asumsi yang lebih
dalam mengenai keadaan alamiah politik dan peran konflik dalam
kehidupan politik.
Broader (lebih luas), adanya pengakuan bahwa kekuatan militer
tidak hanya sebagai satu-satunya ancaman potensial terhadap
keamanan dan bahwa ancaman lainnya sama pentingnya dan
sama-sama dipertimbangkan didalam kajian keamanan.
Extended (diperluas), bahwa adanya perluasan terhadap objek
terancam lainnya dibandingkan negara, kehidupan individu
6 Buzan, op. cit, hlm 18-19
4
manusia dan bagaimanapun semuanya dianggap sebagai objek
yang paling terancam (ultimate referents).
Adanya pemfokusan bahwasanya antara teori dan praxis
keamanan dapat terlihat sebagai sebuah kesatuan.7
Dari beberapa definisi terhadap konsep keamanan diatas, tulisan ini
mencoba memaparkan dan mengelaborasi konsep dan isu keamanan di Asia
Tenggara menyangkut ancaman yang timbul dari lingkungan yakni kabut asap
yang kerap terjadi kawasan ini. Dimana kabut asap berdampak terhadap
kehidupan manusia, ekonomi dan politik diantara negara-negara di Asia
Tenggara khususnya Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Kabut Asap & Keamanan Lingkungan (Enviromental Security) di
Asia Tenggara
Dalam memahami konsep dan isu keamanan terdapat beberapa areal bidang
kaji keamanan itu tersendiri yakni :
Keamanan Militer (military security) sebagai objek utama adalah negara
meskipun juga termasuk di dalamnya entitas politik lainnya. Dapat
dipahami ancaman di bidang militer ini adalah bagaimana bertahan dari
kekuatan persenjataan yang mampu menguasai negara tersebut baik dari
segi wilayah maupun kebijakan-kebijakan. Bagi Tradisional Security
Studies permasalahan militer merupakan inti dari keamanan itu sendiri.
Dalam masalah keamanan militer, instrument penting yang harus
dibangun adalah sektor militer (guardian) baik peralatan, persenjataan,
teknologi maupun sumberdaya manusia dalam menghadapi lingkungan
strategis regional dan global serta melindungi kedaulatan negara dari
invansi atau penguasaan kedaulatan pihak asing.
Keamanan Politik (political security), secara tradisional ancaman
didefenisikan dalam terminologi prinsip-prinsip konstitusi , kedaulatan dan
7 Richard Wyn Jones, 1999, “Security, Strategy, and Critical Theory”, Lynne Rienner Publisher. Hlm 166
5
ideologi negara. Kedaulatan dapat terancam oleh adanya pengakuan,
legitimasi atau otoritas memerintah.
Dimensi politik merupakan bangunan penting dalam menciptakan
stabilitas keamanan nasional, dimana hal ini berimplikasi terhadap
bagaimana negara sebagai pengatur yang dilegitimasi oleh penduduknya.
Elemen-elemen politik baik struktur maupun proses dan sistem politik
yang tidak stabil dapat menjadi ancaman terhadap hak-hak warga
negaranya.
Keamanan Ekonomi (economic security), objek dan ancaman dari
keamanan ini agak sulit untuk diturunkan. Secara umum perusahaan-
perusahaan mendapatkan ancaman dari kebangkrutan dan kadangkala
adanya perubahan hukum yang membuat mereka ilegal atau tidak ada
(seperti setelah revolusi komunis). Keamanan ekonomi merupakan
bagaimana akses untuk mendapatkan sumberdaya, keuangan dan pasar
yang mana merupakan elemen penting dalam kelangsungan tingkat
kemakmuran yang dapat diterima dan kekuatan sebuah negara.
Usaha dalam pemenuhan kebutuhan yang terkait dalam bidang ekonomi
merupakan hal yang cukup signifikan bagi individu maupun society.
Seiring dengan berkembangnya situasi maupun teknologi menghasilkan
pola-pola hubungan ekonomi yang beragam. Sehingga perkembangan ini
dapat memberikan ancaman bagi negara, masyarakat, dan individu untuk
mengakses atau memperoleh sumber daya ekonominya. Hal ini dapat
terlihat ketika maraknya investasi maupun liberalisasi di sektor ekonomi
yang tanpa memperhatikan keamanan ekonomi mengakibatkan hilangnya
kesempatan bagi masyarakat maupun individu untuk mengelola sumaber
daya ekonominya sendiri. Kejadian ini dapat kita lihat ketika terjadinya
krisis yang disebabkan oleh aktor-aktor non-negara.
Keamanan Sosial (societal security), objek keamanan itu sendiri berada
pada skala identitas kolektif yang luas dimana berfungsi independen
dalam sebuah negara seperti bangsa (nations) dan agama.
6
Nilai, norma, identitas dan budaya merupakan elemen penting bagi
sebuah society, namun dengan kondisi Indonesia saat ini yang terdiri dari
beragam suku bangsa (nations)mengakibatkan terjadinya persaingan
dalam dinamika sosial untuk memperkuat nilai, identitas, norma dan
budaya diantara suku bangsa. Sehingga dalam proses ini tidak dapat
terhindrakan pergesekkan antara satu suku bangsa dengan suku bangsa
lainnya. Oleh karena itu perlu adanya perangkat dan alat dalam
menjelaskan dan menganalisis fenomena societal security tersebut.
Keamanan Lingkungan (enviromental security), objek dari ancaman
lingkungan itu sendiri cukup luas, relatif pada sesuatu yang bersifat
konkret seperti kelangsungan hidup spesies (harimau, paus, dan
kehidupan manusia) atau jenis-jenis habitat (hutan hujan, danau), skala
isu yang luas seperti pemeliharaan iklim dan biosphere yang menyelimuti
kehidupan manusia dimana saat ini lebih sempit dibandingkan dengan
beberapa ratus tahun peradaban sebelumnya.8
Fenomena bencana yang bersumber dari alam merupakan sesuatu yang
saat ini hanya dianggap sebagai sebuah fenomena alam dan cenderung
dianggap sebagai sebuah takdir. Akan tetapi, bencana kabut asap yang terjadi di
kawasan Asia Tenggara tiap tahunnya merupakan bentuk dari ancaman
terhadap kelangsungan hidup manusia dan spesies lainnya di kawasan ini.
Terjadinya kabut asap di Malaysia, Indonesia dan Singapura merupakan dampak
dari aktivitas pembakaran hutan yang dilakukan oleh masyarakat dan pengusaha
dengan tujuan untuk membuka lahan baru. Teknik pembukaan lahan baru
dengan membakar hutan bagi masyarakat dan petani dinilai lebih hemat, praktis
dan menyuburkan tanah.
Bagi masyarakat tradisional pembakaran lahan dapat dikategorikan
sebagai “budaya”, tapi jika ketersediaan lahan semakin sempit dan jumlah
penduduk semakin banyak, maka pembakaran lahan menyebabkan kebakaran
dalam skala yang luas dan tidak menutup kemungkinan juga faktor ekonomi
melatarbelakangi kegiatan pembakaran lahan oleh masyarakat. Kebutuhan lahan
8 Barry Buzan, 1998, “A New Frame Work For Analysis”, Lynne Rienner Publisher. Hlm 23
7
menyebabkan lahan bernilai ekonomi tinggi, sehingga masyarakat berlomba
mendapatkan lahan dengan cara pembakaran. Selain itu untuk membuka lahan
baru seperti membersihkan alang-alang tinggi yang tumbuh di lahan gambut
harus dibakar habis sebab tidak mungkin dicangkul atau dibabat menggunakan
mesin atau alat pemotong. Selain boros tenaga dan waktu, petani tidak memiliki
dana untuk membersihkan lahan itu secara mekanik. Sehingga faktor alam juga
mempengaruhi tingkah dan pola kerja dari penggarap lahan untuk melakukan
pembakaran lahan.
Kejadian dan pola penggarapan lahan seperti inilah yang terjadi dari tahun
ke tahun sehingga kabut asap yang terjadi tidak bisa hanya dianggap sebagai
bencana alam biasa, akan tetapi bencana alam yang terskenario dengan rapi
dan mengakibatkan terancamnya lingkungan Indonesia serta negara tetangga
seperti Malaysia.
Berdasarkan pencitraan satelit NOAA 12 diketahui bahwa bencana kabut
asap pada oktober 2006 mencapai 15.443 titik api dan jumlah titik api harian
terbanyak terjadi pada tanggal 5 oktober 2006 sebanyak 3.876. Titik api
terkonsentrasi pada Pulau Kalimantan dan Sumatera, yang meliputi Kalimantan
Tengah (4.910), Kalimantan Selatan (1.916), Kalimantan Barat (1.180) dan
Sumatera Selatan (3.800).9
Secara umum lokasi pusat titik api di atas merupakan wilayah yang secara
geografis berdekatan dengan Malaysia dan Singapura. Oleh karena itu secara
tidak langsung dan dalam waktu yang cepat Malaysia dan Singapura menerima
dampak dari kebakaran hutan tersebut yakni kabut asap.
Dalam memahami keamanan lingkungan seperti fenomena kabut asap di
Indonesia, Malaysia dan Singapura terdapat dua agenda berbeda yakni agenda
scientific dan agenda politis. Agenda scientific merupakan aktivitas dari ilmu
pengetahuan khususnya ilmu alam dan aktivitas NGO. Hal tersebut dikonstruk
diluar inti politik dimana para ilmuwan dan lembaga penelitian memberikan
serangkaian daftar masalah lingkungan yang secara potensial menghambat
evolusi dari peradaban saat ini. Sedangkan dalam agenda politik, pada
9 http:/ www.wwf.or.id/admin/file-upload/files/FCT1161154328/
8
dasarnya adalah pemerintah dan antarpemerintah, dimana terdiri dari proses
pembuatan kebijakan publik dan kebijakan publik yang menempatkan
pertanyaan bagaimanan mengatasi masalah lingkungan.
Dalam agenda politik terdapat tiga area :
1. Negara dan kesadaran publik akan isu-isu dari agenda scientific (sejauh
mana agenda scientific dipertimbangkan dan diakui oleh pembuat
kebijakan, dalam pemilihan umum dan pers)
2. Penerimaan tanggung jawab politis untuk menangani isu tersebut
3. Munculnya pertanyaan manajemen politik seperti masalah kerjasama
internasional dan institusionalisasi dalam formasi rejim tertentu,
keefektifan inisiatif unilateral, distribusi biaya dan keuntungan dan lain
sebagainya.10
Pendekatan dalam memahami keamanan dapat dilakukan secara objektif
(adanya ancaman nyata) dan Subjektif (merasa mendapatkan ancaman)11 dan
environmental security sendiri menyangkut pemeliharaan lokal dan biosphere
bumi sebagai dukungan pokok system dimana seluruh kegiatan manusia
bergantung padanya.12
Malaysia dan Singapura yang secara geografis berbatasan langsung
dengan Indonesia, sehingga dalam masalah ini Malaysia dan Singapura
menerima secara langsung dan merasa dirugikan oleh bencana kabut asap yang
berdampak terhadap terganggunya kegiatan ekonomi serta kehidupan
masyarakatnya. Oleh karena itu fenomena kabut asap dapat dikategorikan
sebagai bentuk ancaman yang bersifat subjektif, lain halnya jika negara-negara
di kawasan Asia Tenggara tidak merasa terganggu oleh bencana kabut asap itu
sendiri.
Kejadian kabut asap yang disebabkan oleh pembakaran lahan di
Indonesia dapat dikategorikan sebagai ancaman terhadap stabilitas keamanan
regional. Negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara rentan
10 Buzan, op.cit hlm 7211 Ibid. hlm 3012 Buzan, op.cit. hlm 19-20
9
terhadap kabut asap yang dihasilkan oleh Indonesia dan Malaysia serta
Singapura potensial dianggap sebagai objek penderita terhadap kabut asap.
Untuk mengidentifikasi Keamanan Wilayah (regional security) terdapat beberapa
karakteristik antara lain :
1. Terdiri dari dua atau lebih Negara
2. Negara-negara ini secara geografis dikelompokkan secara terkait (karena
ancaman dalam sektor ini dapat berjalan lebih mudah dari satu negara
dengan negara lainnya.
3. Hubungan diantara negara-negara ini ditandai dengan keamanan yang
salingketergantungan, dimana hubungan ini bisa jadi positif dan negatif.
4. Pola saling ketergantungan keamanan cukup dalam dan bertahan lama.13
Dalam terminologi security, region adalah pembagian dan subsistem dalam
hubungan keamanan yang ada di antara negara-negara dan terletak di dalam
lingkungan geografis yang saling berdekatan.
Ancaman terhadap enviromental security di Asia Tenggara
Ancaman keamanan termasuk di dalamnya adalah masalah sumber
daya dan lingkungan yang mengurangi kualitas hidup dan menghasilkan
peningkatan kompetisi dan ketegangan diantara kelompok negara. Walaupun
masih ada keraguan akan perhatian terhadap sumberdaya dan lingkungan
bermain dalam meningkatkan peranannya dalam politik internasional.14
Ancaman yang berasal dari sektor lingkungan meliputi isu yang sangat
spesifik dan jarang sekali bersifat universal. Penyebab dan dampak dari
ancaman lingkungan ini berbeda pada level dan wilayah tertentu. Pijakan
pertama dalam memahami keamanan linkungan adalah adanya skenario
bencana alam seperti kapan terjadinya lubang ozon, siapa korbannya dan
dimana akan terjadi?
Masalah lingkungan dapat menjadi sumber konflik politik antara negara-
negara dan mampu berkontribusi terhadap kekerasan diantara Negara-negara.
13 Buzan, op.cit. hlm 1514 Sean M. Lynn-Jones & Steven Miller, 1995, “Global Dangers: Changing Dimensions of International Security”, MIT Press. Hlm 87
10
Perubahan lingkungan mampu menciptakan konflik dalam bentuk perang,
terorisme, diplomatsi dan perselisihan perdagangan.15
Untuk mengidentifikasi bagaimana sumber ancaman terhadap masyarakat
dunia yang berasal dari lingkungan, kita dapat melihat masalah ini dalam
beberapa masalah antara lain :
rusaknya ekosistem termasuk didalamnya perubahan iklim,
hilangya keragaman hayati, rusaknya hutan dan bentuk-bentuk lain
dari erosi, penipisan lapisan ozon dan berbagai bentuk polusi
masalah energi termasuk di dalamnya berkurangnya sumber daya
alam seperti minyak bumi, berbagai bentuk polusi dan manajemen
bencana alam
masalah populasi yakni pertumbuhan populasi dan kapasitas
konsumsi, penyakit epidemic dan secara umum masalah
kesehatan, bertambahnya buta aksara, migrasi yang tidak
terkendali
masalah makanan yakni kemiskinan, kumuh, kuman penyakit,
berkurangnya lahan pertanian yang subur, tidak tersedianya
sumber daya air dan kelangkaan distribusi makanan
masalah ekonomi yakni mode produksi yang tidak
berkesinambungan, instabilitas societal dan secara struktur
asimetrik dan tidak setara
konflik sipil seperti perang yang disebabkan hancurnya lingkungan
dan di sisi lain kekerasan yang berkaitan dengan degradasi
lingkungan.16
Secara prinsipnya ada tiga keterkaitan dalam mendefenisikan ancaman
terhadap keamanan lingkungan :
1. Ancaman terhadap peradaban manusia yang berasal dari alam yang tidak
diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti gempa, letusan gunung berapi.
2. Ancaman yang berasal dari aktivitas manusia yang mengakibatkan
perubahan pada sistem dan struktur alam. Hal ini merupakan sesuatu
15 Ibid, hlm 4416 Ibid, hlm 75
11
yang terlihat sebagai ancaman bagi peradaban manusia seperti pada
level global dengan adanya penipisan lapisan ozon sebagai dampak dari
penggunaan CFC. Pada level regional berhubungan pada dampak
eksploitasi alam yang mengakibatkan rusaknya dasar-dasar ekonomi dan
struktur sosial sebuah negara.
3. Ancaman yang berasal dari aktivitas manusia yang mengakibatkan
perubahan pada sistem dan struktur alam dan tidak terlihat sebagai
ancaman bagi peradaban manusia seperti berkurangnya berbagai sumber
daya mineral yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi.17
Kabut asap tahunan yang dihasilkan oleh pembakaran lahan di Indonesia
mengakibatkan polusi yang melewati batas-batas negara. Di satu sisi bagi
Indonesia, kejadian ini lebih disebabkan oleh faktor alam, ekonomi dan budaya
masyarakat serta mendatangkan kerugian bagi ekosistem di sekitar kawasan
pembakaran lahan tersebut. Tetapi bagi Malaysia dan Singapura, hal ini
dianggap sebagai sesuatu yang serius, dimana masyarakat Malaysia dan
Singapura merasa dirugikan karena mereka menerima dampak atas aktivitas
pembakaran lahan yang dilakukan di Indonesia antara lain :
Ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia
Kebutuhan dasar masyarakat Malaysia sebagai manusia terganggu oleh
udara yang mereka hirup tercemari oleh kabut asap dan bahkan
mengakibatkan kematian bagi masyarakat Malaysia. Dalam beberapa
kasus Indeks Polusi Udara (air pollution index/API) Kamis, 11 Agustus
2005 mencapai 529 di Port Klang, pusat perkapalan penting di Malaysia,
dan 531 di Kuala Selangor. Tingkat API berada di atas 300 dapat
dikategorikan berbahaya sementara 500 dapat memicu keadaan darurat.
Jumat, 12 Agustus 2005 kabut asap agak bersih di pantai barat, tetapi di
Kuala Lumpur API meningkat dari 321 menjadi 365. 18
Departemen Lingkungan Malaysia mengatakan bahwa kualitas udara
akibat kabut asap yang terjadi pada tahun 2006 lebih buruk untuk
17 Ibid, hlm 80 18 http:// www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0805/13/0102.htm
12
kesehatan manusia dibandingkan akibat kabut asap pada tahun 1997.
Kualitas udara yang buruk ini tersebar di 32 wilayah Malaysia.
Oleh karena itu, pemerintah Malaysia menyatakan keadaan darurat di
daerah sekitar Kuala Lumpur, setelah kabut asap tebal menyelimuti
kawasan itu. Malaysia mengumumkan langkah-langkah darurat termasuk
menutup sekolah-sekolah dan meminta warga untuk mengenakan
masker.19
Menurut United Nations Developments Programme (UNDP), kabut asap
pada tahun 1997 mengakibatkan individu-individu di Asia Tenggara
mengalami kerugian 1,4 milyar dolar AS, khususnya biaya terhadap
kesehatan jangka pendek. Lebih dari 40.000 orang dirawat karena
penyakit pernafasan. Dampak kesehatan jangka panjang terhadap anak-
anak dan orang dewasa sedang dihitung. ADB memperkirakan 757 juta
ton CO2 dihasilkan oleh pembakaran hutan antara 1997-1998. jumlah
biaya atas kandungan karbon di atmosfer (berdasarkan 7 US$ per metric
ton) dikalkulasikan sebanyak 1.446 milyar US$.20
Dapat dibayangkan bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat
Malaysia yang terancam oleh kabut asap. Aktivitas individu dan
masyarakat Malaysia tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Sehingga kabut asap mengganggu individu dan masyarakat yang ada di
Malaysia. Dampak yang ditimbulkan oleh terganggunya aktivitas sehari-
hari mengakibatkan terganggunya dan bahkan hancurnya struktur-struktur
sosial masyarakat Malaysia.
Ancaman terhadap ekonomi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti, terlihat
bagaimana besarnya dampak dari kabut asap yang mengancam aktivitas
ekonomi individu, masyarakat dan perusahaan-perusahaan di Malaysia
dan Singapura. Terbatasnya jarak pandang, mengakibatkan aktivitas
perekonomian di kawasan pelabuhan dan banda udara di Malaysia ,
19 http:// www.BBC.com/ indonesian/Ungkapan Pendapat Indonesia/ kirim asap lagi.htm20 http://www.adb.org/Documents/Books/AEO/2001/aeo2010.asp
13
Indonesia dan Singapura terganggu dan pada situasi tertentu tidak dapat
beroperasi sebagaimana mestinya.
Berdasarkan ASEAN Secretariat's Environment and Disaster
Management Centre, kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan yang
terjadi pada tahun 1997-1998 diperkirakan 9 milyar dolar AS.21
Di sisi lain, kabut asap mengakibatkan banyaknya para investor asing
takut untuk berinvestasi di Indonesia, Malaysia dan Singapura. Karena
dengan adanya kabut asap mengakibatkan banyaknya biaya dan resiko
yang harus mereka tanggung.
Bagi Indonesia kebakaran hutan telah mengakibatkan kerugian ekonomi
dari degradasi dan deforestasi hutan di Indonesia berkisar antara 1,62-2,7
miliar dollar AS.22 Dan jumlah ini bisa lebih tinggi jika dihitung hilangnya
flasma nutfah dan keragaman hayati yang dimiliki hutan.
Ancaman terhadap hubungan Indonesia dengan Malaysia dan
Singapura
Secara tidak langsung, kabut asap yang terjadi mempengaruhi hubungan
antara Indonesia, Malaysia dan Singapura. Hubungan yang terjadi akibat
kabut asap bisa saja menghasilkan sebuah bentuk kerjasama dan bahkan
terjadinya perselisihan di antara negara-negara yang menderita akibat
kabut asap. Kabut asap yang melanda Malaysia dan kawasan Asia
Tenggara lainnya telah mengakibatkan meningkatnya konstelasi politik di
kawasan tersebut. Di Malaysia Partai oposisi terbesar di Malaysia, Parti
Tindakan Demokratis, (DAP) berdemonstrasi di luar kedutaan Indonesia di
Kuala Lumpur. Partai itu mengatakan kabut asap ini merupakan ancaman
bagi ekonomi dan kesehatan jutaan warga Malaysia. Mereka mendesak
ASEAN supaya mengambil tindakan atas masalah itu.23
21 http://app.mfa.gov.sg/2006/press/view_press.asp?post_id=1887
22 http://\www.haze-online.or.id/news.php/ID=20030702100607.htm
23 http://voanews.com/indonesian/archive/2006-10/2006-10-11-voa5.cfm.htm
14
Tindakan yang dilakukan oleh Partai oposisi Malaysia diatas secara tidak
langsung mengartikulasikan bagaimana pendapat dan persepsi dari
sebagian masyarakat Malaysia terhadap kabut asap yang terjadi.
Pemerintah Malaysia mendesak Indonesia untuk segera mengatasi
kebakaran hutan agar kabut asap agar Malaysia tidak menerima dampak
dari kabut asap. Untuk menyelesaikan masalah ini pemerintah Malaysia
mengatakan bahwa pihaknya tidak akan mengambil pendekatan
konfrontatif terhadap pemerintah Indonesia karena ada kebutuhan yang
lebih luas untuk memelihara hubungan mereka.
Sedangkan Singapura lebih memilih membawa masalah kabut asap di
tingkat dunia. Singapura mengangkat isu kabut asap Indonesia dalam
Sidang Umum PBB pada tanggal 20 Oktober 2006. Hal ini mendapat
protes dari pemerintah Indonesia, sehingga mengakibatkan adanya
hubungan yang kurang harmonis antara Indonesia-Singapura. Sebagai
sebuah bentuk protes dari Indonesia, Menteri Perdagangan Indonesia,
Fahmi Idris memboykot pertemuan antara Indonesia-Singapura mengenai
Special Economic Zones di Batam. Menurut kantor berita Antara, Fahmi
Idris mengatakan bahwa “saya tidak akan menghadiri pertemuan sebagai
bentuk protes terhadap langkah Singapura yang membawa masalah
kabut asap ke tingkat Sidang Umum PBB, sedangkan Singapura
sebelumnya telah setuju untuk mengatasi masalah ini pada tingkat
ASEAN”.24
Akibat dari tindakan Singapura tersebut, hubungan bilateral Indonesia-
Singapura kurang harmonis. Sehingga bagi pemerintah Indonesia dengan
dibawanya kasus asap ke meja dewan PBB berarti telah mendatangkan
preseden buruk bagi pemerintah Indonesia di mata dunia Internasional.
Peranan ASEAN
ASEAN sebagai organisasi regional di kawasan Asia Tenggara memiliki
peran dan tanggung jawab dalam menciptakan stabilitas keamanan, ekonomi,
24 http://www.jeffooi.com/2006/11/haze_balls_on_un_table_and_ind.php
15
sosial, politik dan hubungan diantara sesama anggotanya. Kabut asap telah
mengancam stabilitas keamanan, ekonomi dan kehidupan individu di negara
anggota ASEAN khususnya Indonesia, Malaysia dan Singapura. Untuk
mengatasi masalah kabut asap tidak hanya dibutuhkan peran aktif dari Indonesia
sebagai negara yang dicap sebagai pengekspor asap dan negara lain yang
menerima dampak langsung dari kabut asap itu sendiri. Akan tetapi ASEAN
diharapkan mampu memainkan perannya untuk mengatasi masalah ini.
Sebetulnya sejak tahun 1990 negara-negara ASEAN telah melakukan
berbagai bentuk kerja sama untuk menanggulangi masalah kabut asap. Mulai
dari pembentukan ASEAN Haze Technical Taks Force; Sub-Regional Fire
Fighting Arrangements; ASEAN Regional Haze Action Plan (ARHAP); hingga
Persetujuan ASEAN mengenai Pencemaran Asap Lintas Batas atau ASEAN
Transboundary Haze Pollution (ATHP) yang telah ditandatangani oleh negara-
negara ASEAN pada bulan Juni 2002, dan telah berlaku sejak tanggal 25
November 2003.
AATHP merupakan persetujuan regional pertama yang secara khusus
diharapkan dapat menanggulangi masalah pencemaran kabut asap di kawasan.
Salah satu konsekuensi dari berlakunya ATHP adalah akan segera dibentuk
ASEAN Coordinating Centre (ACC) for Transboundary Haze Pollution Control
yang akan menjalankan fungsi koordinasi mulai dari tahap pencegahan,
pemantauan, dan penanggulangan serta mitigasi kebakaran lahan dan hutan
yang menimbulkan pencemaran kabut asap.
Fungsi koordinasi tersebut dapat ditempuh melalui
pertukaran/pengumpulan informasi untuk mengetahui langkah-langkah
penanggulangan yang perlu diambil. Sejalan dengan itu, negara-negara ASEAN,
di mana Indonesia yang sering menjadi sumber kabut asap, dapat memainkan
peranan sentral melalui penerapan kebijakan-kebijakan yang ditempuh di tingkat
pusat dan daerah, termasuk dengan mengaktifkan National Monitoring Centre
(NMC) dan pusat-pusat pemantauan lainnya yang berada di daerah-daerah
rawan kebakaran lahan dan hutan.
16
Sayangnya kesepakatan ASEAN Transboundary Haze Pollution (AATHP)
sampai saat ini belum diratifikasi oleh Indonesia. Indonesia beralasan
bahwasanya belum diratifikasinya kesepakatan AATHP disebabkan oleh
terlambatnya proses pembahasan ATHP di tingkat legislatif Indonesia. Oleh
karena itu, negara-negara yang menderita akibat kabut asap Indonesia merasa
kecewa dengan tidak cepatnya tindakan Indonesia dalam menangani kabut
asap. Akan tetapi hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah Indonesia
sebagai negara penghasil kabut asap dan salah satu cara untuk mengatasi
permasalahan kabut asap di kawasan Asia Tenggara.
Peranan Akademisi
Selain aktor-aktor negara dan lembaga non pemerintah internasional (INGO),
permasalahan kabut asap sendiri perlu adanya perhatian dari kalangan
akademisi dan multidipliner dalam menganalisa dan memahaminya. Tulisan-
tulisan mengenai kabut asap ini sangat diharapkan untuk membuka pemahaman
bagi komunitas internasional, regional, nasional dan hingga pada level individu.
Penjelasan ilmiah sangat dibutuhkan untuk memberikan masukan atau
rekomendasi bagi pemerintah khususnya para decision maker untuk
merumuskan dan merancang tindakan yang harus diambil oleh negara-negara
dalam mengatasi dan mencegah kabut asap itu sendiri. Karena tanpa adanya
peran serta dari para akademisi, permasalahan ini dapat berujung pada konflik-
konflik yang lebih luas dan dimensi lain seperti ekonomi, sosial, politik hingga
militer diantara negara-negara yang terlibat dalam masalah ini.
Kesimpulan
Pada level regional permasalahan keamanan lingkungan seperti
terjadinya kabut asap adalah tanggung jawab bersama negara-negara ASEAN
untuk memahami bahwa ini adalah ancaman nyata terhadap stabilitas keamanan
manusia, ekonomi, societal dan politik di kawasan Asia Tenggara.
17
Kabut asap tidak hanya dipahami sebagai sebuah bencana alam semata
namun kabut asap merupakan sebuah bentuk ancaman nyata terhadap
keamanan di Asia Tenggara dan oleh karena itu perlunya pemahaman lebih
lanjut bagi negara-negara ASEAN untuk memahami isu-isu keamanan yang
lebih luas dan tidak hanya memandang isu keamanan dari aspek militer,
sebelum terjadinya konflik dan perselisihan di antara sesama Negara-negara
ASEAN.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Baylis, Jhon & Smith, Steve, 1999, “ The Globalization of World Politics”, Oxford
University Press
18
Buzan, Barry, 1998, “A New Frame Work For Analysis”, Lynne Rienner
Publisher, London.
Buzan, Barry, 1991, “People, State and Fear”, Lynne Rienner Publisher, London.
Jones, Richard Wyn, 1999, “Security, Strategy, and Critical Theory”, Lynne
Rienner Publisher, London.
Lynn-Jones, Sean M & Miller, Steven, 1995, “Global Dangers: Changing
Dimensions of International Security”, MIT Press
Website
http:/ www.wwf.or.id/admin/file-upload/files/FCT1161154328/
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0805/13/0102.htm
http:// www.BBC.com/ indonesian/Ungkapan Pendapat Indonesia/ kirim asap lagi.htm
http://www.adb.org/Documents/Books/AEO/2001/aeo2010.asp
http://app.mfa.gov.sg/2006/press/view_press.asp?post_id=1887
http://\www.haze-online.or.id/news.php/ID=20030702100607.htm
http://voanews.com/indonesian/archive/2006-10/2006-10-11-voa5.cfm.htm
http://www.jeffooi.com/2006/11/haze_balls_on_un_table_and_ind.php
19