24
PROBLEMATIKA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAQ
DALAM PENANAMAN KARAKTER SISWA KELAS I
MADRASAH IBTIDAIYAH QUHAS
PRIMARY SCHOOL
KOTA JAMBI
SKRIPSI
WAINI MARDIANA
TPG.141175
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
25
PROBLEMATIKA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAQ
DALAM PENANAMAN KARAKTER SISWA KELAS I
MADRASAH IBTIDAIYAH QUHAS
PRIMARY SCHOOL
KOTA JAMBI
SKRIPSI
Di ajukan sebagai salah satu tugas untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
WAINI MARDIANA
TPG.141175
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
26
27
28
29
30
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah swt yang senantiasa melimpahkan
ni’mat sehat, ni’mat kemudahan, ni’mat kelancaran serta ni’mat petunjuk,
sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Solawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.
Dalam penyusunan skripsi ini saya sangat berterimakasih kepada pihak-
pihak yang telah memberikan bantuan moril kepada saya. Khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi. Bapak Dr. H. Suaidi, MA, PhD, selaku Wakil Rektor I
bidang akademik dan kelembagaan, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd. selaku
Wakil Rektor II bidang administrasi umum, perencanaan dan keuangan, Ibu
Dr. Hj. Fadilla Husen, M.Pd selaku Wakil Rektor III bidang kemahasiswaan
dan kerjasama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Bapak Dr. Lukman Hakim, M.Pd, Bapak Dr. Zawaki M.Pd, Bapak Dr. Kemas
Imran Rasadi M.Pd selaku Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. Mahluddin, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
4. Bapak Dr. Shalahuddin, M.Pd.I Selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. H. Kasful Anwar US, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang
telah meluangkan waktu dan mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
6. Bapak Dr. Mahluddin, M.Pd.I selaku dosen pembimbing skripsi II.
7. Bapak ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi yang telah memberikan pengetahuan kepada penulis.
8. Ustadz. Muhammad Quzwein, S.Pd selaku wakil Kepala Madrasah Ibtidaiyah
Quhas Primary School Kota Jambi dan Ibu Rowiyatul Adawiyah, S. Hum
31
selaku guru Akidah Akhlaq kelas I yang telah memberikan kemudahan kepada
penulis dalam memperoleh data lapangan di Madrasah Ibtidaiyah Quhas
Primary School Kota Jambi.
9. Sahabat-sahabati jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) serta
kakak-kakak motivator yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan amal
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu.
\
32
ABSTRAK
Nama : Waini Mardiana
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Judul :Problematika Mata Pelajaran Akidah Akhlaq dalam
Penanaman Karakter Siswa Kelas I Madrasah Ibtidaiyah
Quhas Primary School Kota Jambi.
Skripsi ini membahas tentang Problematika Mata Pelajaran Akidah Akhlaq dalam
Penanaman Karakter Siswa Kelas I di Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School
Kota Jambi. Penelitian ini penulis lakukan guna untuk mengetahui implementasi
mata pelajaran Akidah Akhlaq di Kelas I Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary
School Kota Jambi, khususnya dalam penanaman karakter kepada siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan teknik
pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini terfokus
pada implementasi mata pelajaran Akidah Akhlaq dalam materi menghindari
akhlaq tercela. Sasaran pengumpulan data yaitu kepala sekolah, guru Akidah
Akhlaq kelas I dan juga siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School
Kota Jambi.
Hasil penelitian ini, penulis memperoleh data dari teknik pengumpulan data
tersebut yakni, Implementasi mata pelajaran Akidah Akhlaq kelas I di Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi belum berjalan secara maksimal.
Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi yaitu guru tidak sesuai dengan
bidang yang di ambilnya, sehingga guru merasa kesulitan dalam merancang
pembelajaran terlebih dahulu. Ketika dalam kegiatan pembelajaran guru sering
kali tidak menggunakan media yang mendukung pembelajaran. Guru juga belum
sepenuhnya memahami pengimplementasian kurikulum 2013. Hal tersebut
dikarenakan pihak sekolah juga belum mengadakan pelatihan guru dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013. Selain itu, penulis menemukan
permasalahan pada sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran Akidah
Akhlaq kelas I. Hal tersebut dikarenakan pihak sekolah juga belum mengadakan
pelatihan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.
Kata kunci: Problematika Kurikulum 2013,Akidah Akhlaq.
33
ABSTRACT
Name : Waini Mardiana
Department : Madrasah Ibtidaiyah Teacher Education (PGMI)
Title : Problematics of Akidah Akhlaq Subjects in Planting the
Character of Class I Students Madrasah Ibtidaiyah
Quhas Primary School Jambi City.
This thesis discusses the Problematics of Akidah Akhlaq Subjects in Planting
Class I Student Character at Jambi City Quhas Primary School Madrasah. This
research the author did to find out the implementation of the AkidahAkhlaq
subjects in Class I of the Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School in Jambi
City, especially in the planting of characters to students.
This research is a qualitative research, using data collection techniques of
interview, observation and documentation. This study focused on the
implementation of Akidah Akhlaq subjects in the material to avoid blame worthy
morality. The target of data collection is the principal, AkidahAkhlaq class I
teacher and also class I Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Jambi City.
The results of this study, the authors obtained data from the technique of data
collection, namely, the implementation of the eyes of class I AkidahAkhah
learning in the Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School in Jambi City had not
run maximally. Data obtained from interviews and observations is that the teacher
is not in accordance with the field he took, so the teacher feels difficulty in
designing learning first. When in learning activities teachers often do not use
media that supports learning. The teacher also does not fully understand the
implementation of the 2013 curriculum. This is because the students have not yet
held teacher training in implementing the 2013 curriculum. In addition, the
authors found problems with the facilities and infrastructure that supported the
first class of Akidah Akhlaq learning. in implementing the 2013 curriculum.
Keywords: Problematics of 2013 Curriculum, Akidah Akhlaq.
34
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................i
NOTA DINAS ...............................................................................................ii
PENGESAHAN..............................................................................................iv
PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................................v
PERSEMBAHAN..........................................................................................vi
MOTTO..........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR....................................................................................viii
ABSTRAK......................................................................................................xi
ABSTRACT....................................................................................................xii
DAFTAR ISI...................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................. 6
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian .................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teoritik ............................................................................... 10
B. Study Relevan ................................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ................................................ 24
B. Setting dan Subjek Penelitian ......................................................... 25
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 28
D. Teknik Analisis Data ...................................................................... 31
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................ 32
BAB IV TEMUAN DAN PENELITIAN
A. Temuan Umum..............................................................................35
B. Temuan khusus dan Pembahasan................................................. 47
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan....................................................................................68
B. Saran..............................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN SKRIPSI
BIODATA PENULIS
35
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Judul Pembelajaran, KI, dan KD kelas I semester II(genap)................18
Tabel 4.1Tata Tertib Berpakaian Siswa-Siswi Madrasah Ibtidaiyah
Quhas Primary School………………………....……………………….38
Tabel 4.2Sarana Madrasah Ibtidaiyah QuhasPrimary School……….….…....…40
Tabel 4.3Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School
Jambi………………………………………………………………..…..41
Tabel 4.4 Data Guru dan Kepegawaian Madrasah Quhas Primary School Kota
Jambi. ……………………………….……………………………….....46
36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data.............................................................11
Gambar 3.2 Konsep Pembahasan.................. ..................................................12
Gambar 3.2.Triangulasi teknik pengumpulan data..........................................35
Gambar 4.1.Keadaan ruangan kelas satu.........................................................43
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School
Kota Jambi Tahun Ajaran 2018/2019...........................................44
Gambar 4.3Proses Pelaksanaan Pembelajaran Akidah akhlaq Kelas I Madrasah
Ibtidayah Quhas Primary School Kota Jambi..................................................57
37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Transkip Wawancara…………....................................................
Lampiran 2: Hasil Observasi………………………….....................................
Lampiran 3: Dokumentasi Penelitian................................................................
Lampiran 4: Profil Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota
Jambi..............................................................................................
Lampiran 5: Struktur Organisasi dan Kepegawaian Madrasah Ibtidaiyah Quhas
Primary School Kota Jambi ..................................................... ….
Lampiran 6: Kalender Pendidikan ....................................................................
Lampiran 7: Program Tahunan dan Program Semester pembelajaran Akidah
Akhlaq Kelas I…………………….………………………………
Lampiran 8: Silabus Pembelajaran.....…………………………………….......
Lampiran 9: RPP Pembelajaran Akidah Akhlaq………………………………
Lampiran 10. KKM Akidah Akhlaq…………………………………………..
38
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara definisi, pendidikan adalah aktivitasi semua potensi dasar manusia
yang dilakukan melalui interaksi antara manusia dewasa dengan yang belum
dewasa. Pendidikan adalah proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati, dengan
atau tanpa penyengajaan. Pendidikan adalah proses pemartabatan manusia menuju
puncak optimasi potensi koognitif, afektif dan psikomotorik yang dimilikinya.
Pendidikan adalah proses membimbing, melatih dan memandu manusia terhindar
atau keluar dari kebodohan dan pembodohan. (Sudarwan Danim, 2013, hal. 1).
Dalam pasal 1 UU Sisdiknas bahwa sesungguhnya pendidikan memiliki
tujuan. Tujuan pendidikan tersebut adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU
Sisdiknas No. 20, 2003).
Berbicara tentang pendidikan tentunya tidak terlepas dari lembaga yang
menjadi inti dari pendidikan itu sendiri, yaitu lembaga pendidikan dimana anak di
didik untuk menggali seluruh kemampuannya. Lembaga pendidikan ini memiliki
peranan besar dalam membentuk karakter siswa. Seperti yang kita ketahui,
menanamkan karakter tidak dapat dilakukan secara instan atau hanya sekali saja.
Penanaman ini perlu dilakukan secara terus-menerus secara berkesinambungan.
Karena proses internalisasi atau penanaman karakter-karakter yang baik pada anak
dan generasi muda adalah pekerjaan yang tidak pernah usai hingga generasi
tersebut terus berganti dan meneruskan apa apa yang baik kepada generasi
seterusnya. (Sudarwan Danim, 2013, hal. iii).
Dalam sebuah pendidikan terdapat pembelajaran, dan dalam pembelajaran
tersebut pendidik tidak hanya menyampaikan pengetahuan umum saja, tetapi juga
pendidikan agama peserta didik. Tujuan pendidikan keagamaan tersebut yaitu
39
membentuk akhlaq mulia dan juga keyakinan peserta didik kepada Allah
Subhanahu Wata’ala. Pendidikan keagamaan yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan akhlaq peserta didik yakni pembelajaran Akidah Akhlaq.
Secara definisi, “Akidah” memiliki arti “ikatan” atau “pengikat”, adalah suatu
keyakinan yang dimiliki oleh seseorang yang bersemayam di dalam hati, bukan
berada di otak dan di alam pikiran manusia. Dengan keterkaitan itulah seseorang
sanggup melakukan apapun yang diyakini sebagai sebuah “kebenaran” karena
akidah yang bersemayam dalam hati ini memegang peranan penting dalam
membentuk karakter diri seseorang. (Darwis Abu Ubaidah, 2008, hal. 1)
Sedangkan definisi akhlaq merupakan bentuk dari paham amalan ihsan, yaitu
sebagai puncak kesempurnaan dari keimanan dan keislaman seseorang. Dengan
kata lain bahwa takwa dan akhlaq sangat erat kaitannya karena hakikat
kemanusiaan yang tertinggi dihadapan Allah SWT adalah ketakwaannya,
sedangkan dihadapan sesama manusia adalah karena Akhlaqnya atau tingkah
lakunya. Untuk itu manusia di tuntut untuk menjadikan dirinya dan
lingkungannya sebagai individu dan lingkungannya berakhlaq mulia (Zuhraini,
1995, hal. 51).
Pembelajaran Akidah Akhlaq memiliki tujuan yang sangat penting, yaitu
penanaman karakter positif siswa. Secara akademis, pendidikan karakter dimaknai
sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak, atau pendidikan akhlaq dengan tujuan mengembangkan kemampuan siswa
untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik ,dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, “muatan
pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi moral reasoning, moral
feeling, dan moral behavior” (Lickona, 1991, hal. 21).
Pembelajaran Akidah Akhlaq terfokus pada karakter siswa. Secara definisi,
pendidikan karakter adalah penting untuk dilakukan dan diimplementasikan untuk
membentuk generasi yang berkualitas. Pendidikan karakter merupakan salah satu
jalan untuk membimbing seseorang menjadi lebih baik, sehingga mampu
memfilter pengaruh yang tidak baik. Semua kalangan sepakat bahwa pendidikan
karakter adalah penting untuk diterapkan dan diimplementasikan untuk
40
membentuk generasi yang berkualitas. Pendidikan karakter merupakan salah satu
alat untuk membimbing seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya, sehingga
seseorang tersebut mampu memfilter pengaruh yang tidak baik. (Imas Kurniasih,
Berlin Sani, 2017, hal. 21-22)
Ratna Megawangi (2004), mengemukakan pendapatnya bahwa “secara
praktis, pendidikan karakter adalah usaha untuk mendidik anak-anak agar
dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap lingkungannya” (hal. 24).
Dalam penerapan pendidikan akhlaq tidak hanya dituntut di sekolah saja, akan
tetapi sudah menjadi tanggung jawab umat muslim secara keseluruhan. Tidak
hanya di sekolah (guru) tapi peran orang tua juga dibutuhkan dalam pemberian
pendidikan akhlaq dan pembentukan akhlaq yang baik. Imam Al-Ghazali
mengemukakan tentang kewajiban orang tua, yaitu: “harus mendidik, mengasuh,
dan mengajarkannya dengan akhlaq atau moral yang tinggi serta memeliharanya
dari lingkungan yang jelek” (Athiyah, 1970, hal.119).
Menurut pernyataan Al-Ghazali di atas, dapat penulis perjelas bahwa orang
tua yang paling dekat dengan anak dan paling banyak berkumpul dengan anak
memiliki tugas dan berkewajiban untuk menjadikan anaknya sebagai orang yang
paling baik atau orang yang berakhlaq mulia. Orang tua harus memberikan
teladan, memilih teman dan lingkungan yang baik bagi anaknya sehingga kelak
anak dapat tumbuh dengan baik jasmani maupun rohaninya. Dalam hal
pendidikan orang tua berhak memilihkan yang terbaik untuk anaknya, disekolah
guru bidang studi Akidah Akhlaq yang berperan memberi bimbingan, dengan
keprofesionalannya itulah sehingga ia dapat membentuk akhlaq anak didiknya dan
memecahkan serta mengatasi masalah pendidikan akhlaq pada anak.
Dari sudut pandang tersebut sebagai orang tua janganlah lepas tanggung
jawab begitu saja peran orang tua sangat penting dalam kesukaran pendidikan
akhlaq karena orang tua nantinya juga akan membantu memecahkan masalah anak
didik di rumah. Guru memiliki waktu yang sangat terbatas dengan muridnya
sehingga tidak sepenuhnya bisa mengawasi tingkah laku anak didiknya,orang
tualah yang akan mengawasi selanjutnya. Jadi, pendidikan akhlaq bisa dipelajari
41
dan diterapkan oleh siapa saja dan dimana saja. Secara terminologi “karakter”
diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor
kehidupannya sendiri. Secara “harfiah” adalah kualitas atau kekuatan mental atau
modal, akhlaq atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus
yang membedakan dengan individu lain. (Imas Kurniasih, Berlin Sani, 2017, hal.
21-22).
Selain penanaman karakter, pembelajaran Akidah Akhlaq perlu dilakukan
dengan baik, mengingat bahwa pembelajaran Akidah Akhlaq ini mempunyai
tujuan yang ingin dicapai seperti pembelajaran pendidikan agama islam yang
lainnya, yaitu: menumbuhkan dan meningkatkan keimanan dengan melalui
pemberian dan penanaman pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta
pengalaman peserta didik tentang agama islam, sehingga menjadi manusia muslim
yang terus meningkatkan keimanan, ketakwaanya kepada Allah swt serta
berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. (Depdiknas, 2004, hal. 18).
Menurut penulis, penerapan pembelajaran Akidah Akhlaq yang ideal, yaitu
pendidik hendaknya memiliki kompenen-kompenen, strategi dan metode yang
menarik untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran Akidah Akhlaq. Dalam
mengajarkan pembelajaran Akidah Akhlaq kepada siswa, guru hendaknya tidak
hanya terfokus dengan sumber ataupun media yang digunakan saja, akan tetapi
guru memberikan contoh reall (nyata) kepada siswa. Selain itu, guru dalam
menerapkan pembelajaran Akidah Akhlaq hendaknya memiliki proiritas dalam
kegiatan sehari-hari guru hanya menjadi fasilitator dalam penerapan pembelajaran
Akidah Akhlaq, agar siswa dapat membentuk karakter secara terbimbing dan
mandiri.
Dalam menerapkanya masih banyak ditemukan banyak hal yang sudah
menyimpang kesana-kesini. Sebagaimana yang telah diungkapkan seorang ahli
pendidikan Thomas Lickona yang merupakan guru besar pendidikan dari
Cortland University. Dia mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda zaman
yang harus diwaspadai, karena jika tanda-tanda ini sudah ada pada suatu bangsa,
42
maka bangsa tersebut menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud
adalah: meningkatnya kekerasan, penggunaan bahasa dan kata-kata yang
memburuk, pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan,
meningkatnya perilaku merusak diri seperti narkoba dan alkohol, semakin
kaburnya pedoman moral baik dan buruk, menurunya etos kerja, semakin
rendahnya rasa hormat pada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab
individu dan warga negara, membudayakan ketidakjujuran, dan adanya saling
curiga dan kebencian diantara sesama. (Thomas Lickona, 1992, hal. 36)
Berdasarkan observasi awal, yang peneliti lakukan pada 24 April
2018 di Madrasah Ibtidaiyah Quhas primary school Yayasan Pesantren Terpadu (
YPT) Jambi. Peneliti menemukan beberapa problematika dalam pembelajaran
Akidah Akhlaq, diantaranya; Guru belum menggunakan bahan ajar dan metode
serta media yang menarik, sehingga siswa kurang tertarik dengan pembelajaran
Akidah Akhlaq. Guru kurang menguasai kelas, sehingga siswa asik bermain dan
ribut di dalam kelas. Guru juga tidak memberikan contoh pembelajaran secara
reall, sehingga menurut apa yang peneliti amati masih ada beberapa siswa yang
tidak berakhlaqul karimah, seperti contohnya siswa tidak fokus ketika membaca
do’a, terbiasa duduk di atas meja dan masih ada hal-hal lain yang ingin peneliti
teliti di waktu yang akan datang.
Selain itu, penulis juga melakukan pencarian informasi tentang latar belakang
sekolah, judul pembelajaran Akidah Akhlaq yang akan dipelajari kelas I
disemester II (genap) tahun ajaran 2018, Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi
Dasar (KD). Judul pembelajaran, KI, dan KD pembelajaran Akidah Akhlaq kelas
I semester II (Genap) di Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Yayasan
Pesantren Terpadu (YPT) Jambi, sebagaimana pada tabel di bawah ini:
43
Tabel 1.1
Judul Pembelajaran, KI, dan KD kelas I semester II (genap)
Sumber: (Wiyadi,2017, hal. X-Xi)
Judul
Pelajaran
Kompete
nsi Inti
(KI)
Kompetensi Dasar(KD)
Pelajaran
9;
Menghind
ari Akhlaq
tercela.
KI-1, KI-
2, KI-3,
dan KI-4
1. Menerima ketentuan untuk menghindari
berbicara kotor dan bohong/dusta, dalam
kehidupan sehar-hari. (1.5)
2. Membiasakan untuk menghindari Akhlaq
tercela berbicara kotor dan bohong/dusta,
dalam kehidupan sehari-hari. (2.5)
3. Menjelaskan Akhlaq tercela berbicara
kotor dan bohong/dusta dalam kehidupan
sehari-hari. (3.6)
4. Menyajikan contoh sikap berbicara kotor
dan bohong/dusta dalam kehidupan sehari-
hari. (4.5)
Berdasarkan uraian judul pembelajaran, Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) pembelajaran Akidah Akhlaq kelas satu semester
genap di atas, sesuai dengan permasalahan yang peneliti temukan pada pra-
penelitian di atas maka penulis akan meneliti pembelajaran ke 9 tentang
menghindari Akhlaq tercela.
Berdasarkan paparan dan permasalahan di atas, maka penulis akan
melakukan penelitian kualitatif dan tertarik untuk mengangkat judul:
Problematika Mata Pelajaran Aqidah Ahklak dalam Penanaman
Karakter Siswa Kelas I Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School
Kota Jambi.
B. Fokus Penelitian
Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pendidikan karakter maka
penelitian ini membahas masalah problematika mata pelajaran Aqidah Akhlaq
dalam penanaman karakter yang religius dan disiplin. Fokus permasalahan ini
digunakan agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan semula. Adapun
fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah; Pelaksanaan implementasi
mata pelajaran Akidah Akhlaq dalam penanaman karakter siswa kelas I dan
44
terfokus pada pembelajaran 9; menghindari Akhlaq tercela di Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari berbagai fenomena dan fokus masalah yang telah dikemu
kakan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana problematika mata pelajaran aqidah Akhlaq
dalam penanaman karakter siswa kelas I di Madrasah Ibtidaiyah Quhas
Primary School Kota Jambi?
2. Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam penanaman karakter siswa
pada mata pelajaran aqidah Akhlaq kelas I di Madrasah Ibtidaiyah
Quhas Primary School Kota Jambi?
3. Bagaimana solusi guru dalam mengimplementasikan mata pelajaran
Akidah Akhak dalam penanaman karakter siswa kelas I di Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi?
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Dari paparan paragraf sebelumnya, maka dalam penelitian kualitatif ini
terdapat tujuan dan kegunaan yang ingin diterapkan, diantaranya sebagai
berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui problematika pada pelaksanaan mata pelajaran
aqidah Akhlaq dalam penanaman karakter siswa kelas I di Madras
ah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi.
b. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam penanaman
karakter siswa pada mata pelajaran aqidah Akhlaq kelas I di
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi.
c. Untuk mengetahui solusi yang tepat agar guru dapat lebih mudah
dalam menanamkan karakter siswa kelas 1 di Madrasah Ibtidaiyah
Quhas Primary School Kota Jambi.
45
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara
teoritis maupun praktis sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis; hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya khasanah pengembangan keilmuan dalam problemati
ka mata pelajaran aqidah Akhlaq dalam penanaman karakter di Ma
drasah Ibtidaiyah dan memberikan gambaran penting yang memb
entuk karakter melalui kegiatan pembelajaran.
b. Manfaat Praktis; hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gam
baran dan masukkan bagi:
1) Bagi Peneliti
a) Dapat mengetahui dan menerapkan secara langsung mata
pelajaran aqidah Akhlaq dalam penanaman karakter siswa di
Madrasah Ibtidaiyah serta dapat dijadikan masukkan bagi
peneliti selanjutnya yang masih berkaitan dengan pendidikan
karakter ini.
b) Sebagai tugas akhir untuk meraih gelar sarjana Strata 1
(S1) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Pend
idikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
2) Bagi Guru
a) Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan
wawasan bagi guru akan pentingnya menerapkan karakter
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah
maupun masyarakat dengan menggunakan metode
pembelajaran yang akan disajikan.
b) Memudahkan guru untuk menyampaikan materi mata
pelajaran aqidah Akhlaq dalam penanaman karakter siswa
madrasah ibtidaiyah yang akan langsung menerapkan
Akhlaq yang baik tentunya
46
3) Bagi Siswa
a) Siswa dapat belajar menerapkan karakter yang baik dimana
saja dan kapan saja.
b) Dapat menumbuhkan ide-ide positif terhadap penerapan
karakter peserta didik untuk meningkatkan motivasi belajar
dan menerapkan kebaikan dalam kehidupan nyata.
4) Bagi Sekolah
a) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi
sekolah dengan penerapan pada mata pelajaran Aqidah Ak
hlaq dalam meningkatkan karakter siswa Madrasah
Ibtidaiyah.
b) Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menjadi moti
vasipihak sekolah untuk menerapkan mata pelajaran aqidah
Akhlaqdalam penanaman karakter peserta didik pada satu
waktu pembelajaran.
5) Bagi Peneliti Lainnya
a) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai study relavan bag-i
peneliti selanjutnya.
b) Dapat mengevaluasi kekurangan dan kelebihan penelitian
ini, sehingga peneliti selanjutnya dapat mengembangkan
karakter
peserta didik yang lebih menarik bagi siswa Madrasah
Ibtidaiyah.
47
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Pengertian Problematika
Problem adalah “masalah atau persoalan” jadi yang dimaksud
Problematika adalah masih menimbulkan perdebatan, masih menimbulkan
suatu masalah yang harus dipecahkan. Problem dapat kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari. Problem atau masalah uang ada setiap kehidupan di
sebabkan atau dirongan lain, dari diri sendiri untuk selalu meningkatkan hasil
kerja kita. Besar maupun kecil, sedikit maupun banyak, setiap orang pasti
memiliki masalah. Hanya bedanya ada masalah yang dapat seketika diatasi
tetapi ada pula yang memerlukan penelitian. (Bambang Marhiyato, 2016, hal.
402)
Sebuah proses, pembelajaran dihadapkan pada beragam permasalahan,
problematika. Problematika pembelajaran adalah berbagai permasalahan yang
mengganggu, menghambat, mempersulit, atau bahkan mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Problematika pembelajaran
dapat ditelusuri dari jalannya proses dasar pembelajaran. Secara umum, proses
pembelajaran dapat ditelusuri dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran. Untuk itu, penulis mengampil topik problematika dalam
penelitian ini agar dapat meneliti problematika pada mata pelajaran akidah
akhlaq khususnya dalam penanaman karakter.
2. Definisi Pembelajaran
Sebelum membahas definisi pembelajaran, peneliti akan mengupas
definisi “beajar” terlebih dahulu, agar dapat memudahkan dalam memahami
inti dari “pembelajaran”. Secara definisi, belajar adalah suatu perubahan.
Perubahan dimana dari yang tidak bisa menjadi bisa, atau dari yang tidak tahu
menjadi tahu, atau dari yang tidak baik menjadi lebih baik dari sebelumnya.
(Iskandar, 2010, hal. 3)
48
Pada hakikatnya pembelajaran merupakan suatu usaha sadar
guru/pengajaran untuk membantu siswa atau anak didiknya, agar mereka
dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Dengan kata lain
pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.
Dalam proses pembelajaran siswa merupakan subjek yang belajar dan guru
merupakan subjek yang mengajar. Mengajar dapat diartikan proses membantu
seorang atau kelompok melakukan kegiatan-kegiatan belajar sehingga belajar-
mengajar dapat berjalan efektif. (Wina Sanjaya, 2016, hal. 23)
Perlu diketahui, bahwa dalam mencapai kesuksesan menyampaikan
pembelajaran, guru harus memiliki strategi, metode serta penguasaan kelas
yang harus di terapkan dalam pembelajaran di kelas. Untuk mencapai hal
demikian, hendaknya guru menyampaikan hal tersebut dalam rancangan
pembelajaran. Pembelajaran memiliki tiga tahapan kegiatan pembelajaran
sebagaimana tabel di bawah ini:
Gambar 2.1 Tahap-Tahap dalam Pembelajaran
Sumber: (Ahmad Sabri, 2007, hal. 3-8)
Berdasarkan gambar di atas, selanjutnya akan diperjelas dalam uraian
sebagai berikut:
a. Tahap Pra-Instruksional
Tahap pra-instruksional adalah tahap yang ditempuh guru pada saat
memulai proses belajar mengajar. Kegiatan yang dilakukan oleh guru dan
siswa pada saat memulai kegiatan belajar mengajar di kelas adalah;
membuka pembelajaran dengan salam, do’a, apersepsi, motivasi, guru
menyampaikan tema pembelajaran, dan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
b. Tahap Instruksional
Tahap pra
instuksional
Tahap
instuksional
Tahap penilaian
dan tindak lanjut
49
Adalah tahap pembelajaran, atau tahapan kegiatan inti. Kegiatan
yang dilakukan guru dan siswa adalah, guru menyampaikan
pembelajaran yang harus dicapai siswa/peserta didik. Guru menuliskan
pokok materi yang akan dipelajari hari ini. Guru memberikan contoh-
contoh pembelajaran secara reall/konkret agar mudah dipahami oleh
siswa. Guru memfungsikan media pembelajaran. Guru menanyakan
kembali kepada siswa, hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru.
c. Tahap Penilaian dan Tindak Lanjut.
Adalah tahapan yang terakhir dalam strategi belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru. Evaluasi dilakukan oleh guru dengan tujuan
untuk mengetahui keberhasilan guru dalam menyampaikan pembelajaran,
dan keberhasilan siswa dalam menerima pembelajaran. Evaluasi yang
biasa dilakukan oleh guru dengan cara guru menanyakan secara langsung
kepada siswa tentang materi yang telah disampaikan. Jika pertanyaan
yang terjawab masih kurang dari 70 persen maka guru harus mengulang
pembelajaran kembali. Untuk memperkaya pengetahuan siswa, guru
memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah. Guru dan siswa
mengakhiri kegiatan belajar mengajar dengan do’a. Sebelum pulang,
guru memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari
pada pertemuan yang akan datang. (Ahmad Sabri, 2007, hal. 3-8)
Adapun hal yang paling mendasar yang akan di bahas pada bab ini
sebagaimana korelasi pada gambar di bawah ini:
Akhlaq
Karakter Kurikulum
2013
50
Gambar. 3.1. Konsep Pembahasan
Berdasarkan gambar 3.1 di atas, maka dapat dipaparkan bahwa penulis
akan melakukan penelitian tentang penerapan materi akidah akhlaq yang
berpengaruh terhadap karakter peserta didik pada kurikulum 2013.
Berdasarkan bagan di atas, maka dapat di paparkan sebagai berikut:
3. Definisi Akidah Akhlaq
Akidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang
muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib pegangi oleh
setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Akidah adalah dasar
kepercayaan dalam agama yang mengikat seseorang dengan persoalan-persoal
an yang prinsipil dari agama itu. Islam mengikat kepercayaan umatnya dengan
tauhid, yaitu keyakinan bahwa Allah itu Esa. Tauhid merupakan akidah islam
yang menopang seluruh bangunan keislaman seseorang. Ia tidak hanya sebatas
kepercayaan, melainkan keyakinan yang mempengaruhi corak kehidupannya.
Sedangkan Akhlaq adalah tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau
budi pekerti. Sesuai dengan arti tersebut maka Akhlaq adalah bagian dari
ajaran Islam yang mengatur tingkah laku manusia. Karena Akhlaq secara
kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada nilai yang dipakai sebagai
landasannya, meskipun secara sisiologis di Indonesia kata Akhlaq sudah
mengandung konotasi baik. Jadi orang yang berakhlaq berarti orang yang
berakhlaq baik.
Adapun pengertian Akhlaq secara istilah ada beberapa definisi yang telah
dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah:
a. Menurut Asmaran, Akhlaq dalah sifat-sifat manusia yang terdidik.
b. Menurut Maskawaih, Akhlaq adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan terlebih dahalu .
c. Menurut Zuhairini, Akhlaq adalah merupakan bentuk proyeksi dari
pada insan, yaitu sebagai puncak kesempurnaan keimanan dan
keislaman seseorang. (Asmaran, 1992, hal.1).
51
Berdasarkan uraian diatas pembelajaran Akidah Akhlaq adalah upaya sadar
dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, dan mengimani Allah Swt dan merealisasikannya dalam perilaku
Akhlaq mulia dan kehidupan sehari-hari berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.
Pembelajaran Aqidah Akhlaq itu sendiri berfungsi memberikan kemampuan
dan keterampilan dasar kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, penghayatan, dan pengalaman Akhlaq Islami dan nilai-nilai
keimanan dan ketakwaan.
a. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlaq
1) Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan atau usaha.
Secara umum dalam pendidikan islam terdapat suatu
pengklasifikasian tujuan pendidikan islam menjadi empat bagian,
yaitu tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan
operasional.
2) Tujuan umum merupakan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan
ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan, yaitu sikap, tingkah laku,
penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum pendidikan
islam harus dikaitkan dengan tujuan institusional lembaga yang men
yelenggarakan pendidikan. Tujuan umum tidak akan tercapai
kecuali melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan,
penghayatan, dan keyakinan akan kebenarannya. Tahapan dalam
mencapai tujuan umum dalam lembaga formal, dirumuskan dalam
tujuan kurikuler yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan
instruksional.
3) Tujuan akhir pendidikan islam terdapat pada akhir kehidupan
manusia. Karena itulah pendidikan islam berlangsung seumur hidup
untuk menumbuhkan, mengembangkan, memupuk, memelihara dan
mempertahankan tujuan pendidikan islam.
52
4) Tujuan sementara adalah tujuan yang ingin dicapai setelah anak
didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam
kurikulum formal. Tujuan sementara harus kelihatan dalam semua ti
ng-katan pendidikan islam. Karena itu setiap lembaga pendidikan
harus merumuskan tujuan pendidikan islam sesuai dengan tingkatan
jenis pendidikan.
5) Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam lembaga pendidikan
formal, tujuan operasional disebut juga tujuan instruksional umum
dan tujuan instruksional khusus. Dalam tujuan operasional lebih
banyak di tuntut dari anak didik suatu kemampuan dan ketrampilan
tertentu, dimana sifat operasional ini lebih ditonjolkan dari sifat
penghayatan dan kepribadian. Kemampuan dan ketrampilan yang di
tuntut pada peserta didik, merupakan sebagian kemampuan dan
ketrampilan menuju kepada terbentuknya pemahaman ajaran islam
yang semakin sempurna.
Berdasarkan rumusan-rumusan diatas, maka dapat penulis simpulkan
bahwa tujuan pembelajaran akidah Akhlaq adalah usaha meningkatkan
keimanan dalam kehidupan pribadi siswa sesuai dengan ajaran agama
islam, melalui peningkatan penguasaan ilmu agama islam, yaitu dengan
cara pengajaran, pembiasaan, penghayatan, dan keyakinan akan
kebenarannya. Tujuan ini agar dapat menumbuh kembangkan, memupuk
dan memelihara Akhlaq siswa sesuai dengan Akhlaq yang karimah dan
pengalaman keagamaan islam dalam kehidupan sehari-hari, serta menjaga
keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat.
Mata pelajaran Aqidah Akhlaq dimaksudkan untuk memberikan
pengetahuan pemahaman, dan penghayatan tentang keimanan dan nilai-
nilai Akhlaq yang merupakan dasar utama dalam pembentukan
kepribadian muslim, dengan mengarahkan peserta didik menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur.
53
a. Srategi Pembelajaran Aqidah Akhlaq
Menurut Neong Muhadjir bahwa ada beberapa strategi yang bisa digu-
nakan dalam pembelajaran nilai (Akidah Akhlaq), yaitu:
1) Strategi Tradisional
Yang dimaksud dengan strategi tradisional yaitu dengan cara
memberikan nasihat atau indoktrinasi, yang dilakukan dengan cara memb-
eritahukan secara langsung nilai yang baik dan buruk. Adapun kelemahan
dari strategi ini terletak pada aspek mengenai pengertian peserta didik
terhadap nilai itu sendiri yang bersifat paksaan, dan paksaan akan lebih
efektif nilai disertai dengan hukuman atau penggunaan hukuman/ganjaran
yang bersifat material. Hal ini jelas kurang menguntungkan untuk
pembelajaran nilai yang seharusnya mengembangkan kesadaran internal
pada diri peserta didik.
2) Strategi bebas
Strategi bebas merupakan kebalikan dari strategi tradisional, dalam arti
guru tidak memberitahukan kepada peserta didik mengenai nilai-nilai yang
baik dan buruk, akan tetapi peserta didik justru diberi kebebasan dalam
memilih dan menentukan nilai-nilai mana yang akan diambil karena nilai
yang baik bagi orang lain belum tentu baik pula bagi peserta didik itu
sendiri, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian peserta didik memiliki
kesempatan yang luas untuk memilih dan menentukan nilai mana yang
baik dan tidak baik, peran peserta didik dan guru terlibat secara aktif.
Adapun kelemahan strategi ini antara lain peserta didik belum tentu
mampu memilih nilai-nilai mana yang baik dan kurang baik karena masih
memerlukan bimbingan dari pendidikan untuk memilih nilai yang terbaik
bagi dirinya .
3) Strategi Transiternal
Strategi transiternal adalah merupakan cara untuk membelajarkan nilai
dengan jalan melakukan transformasi nilai, dilanjutkan dengan transaksi
54
dan transiternalisasi. Dalam hal ini guru dan peserta didik sama-sama
terlibat dalam proses komunikasi aktif, yang tidak hanya melibatkan
komunikasi verbal dan fisik tetapi juga melibatkan komunikasi batin
(kepribadian) antara keduanya. Dengan strategi tersebut guru berperan
sebagai penyaji informasi, pemberi contoh teladan, serta sumber nilai yang
melekat dalam pribadinya. Sedangkan peserta didik menerima informasi
dan merespon stimulus guru secara fisik, serta memindahkan mempolak-
an pribadinya untuk menerima nilai-nilai kebenaran sesuai dengan keprib-
adian guru tersebut. (Muhaimin, 2001, hal.172).
b. Sumber Pembelajaran Aqidah Akhlaq
Sumber pembelajaran Aqidah Akhlaq dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Assunnah atau biasa disebut dengan
Al-Hadits.
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan Allah swt
kepada baginda Rasulullah saw melalui malaikat jibril untuk disampaikan
kepada seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Oleh karena itu Al-
Qur’an merupakan manifestasi kalam Allah yang qadim (tidak diciptakan)
dan bukanlah hasil pemikiran manusia. (Moh Rifa’i, 2010, ha. 3)
2) Al-Hadits
Hadits merupakan penjelasan dari Al-Quran yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad SAW mulai dari perkataan, perbuatan,
pernyataan dan sifat-sifat atau keadaan Nabi Muhammad saw yang lain di
alam kehidupannya sehari-hari.
Kedua sumber di atas adalah pedoman bagi umat muslim untuk percaya
dan mengamalkan Al-qur’an dan Sunnah-Nya. Dengan demikian, manusia
dalam beribadah atau melakukan kebaikan lebih dilihat dari keikhlasan
hatinya. Karena Allah SWT tidak melihat dimana sumber perbuatan
manusia tersebut. Maka dari itu kita wajib bertakwa kepada Allah SWT
dimana saja dan kapanpun kita berada dengan jalan berbuat baik kepada
sesama manusia sehingga terhapuslah dosa-dosa yang pernah kita lakukan
55
yang akhirnya bisa mewujudkan Akhlaq yang sempurna, karena Allah
menyukai manusia yang berAkhlaq mulia berbudi luhur. Begitu juga
sebaliknya bahwa Allah membenci manusia yang berAkhlaq buruk. Maka
dari itu sangat disayangkan apabila seseorang berbuat baik tetapi tanpa
adanya rasa ikhlas dan ketulusan dari hatinya. (Yuyun Alifatul Rodianah,
2015, hal. 10-12 ).
Berdasarkan informasi dan data yang peneliti dapatkan dari pra-
penelitian, penulis mendapatkan informasi dan data sebagaimana tabel di
bawah ini:
Tabel 2.1
Judul Pembelajaran, KI, dan KD kelas I semester II (genap)
Sumber: (Wiyadi,2017, hal. X-Xi)
Judul
Pelajaran
Kompete
nsi Inti
(KI)
Kompetensi Dasar (KD)
Pelajaran
9;
Menghind
ari Akhlaq
tercela.
KI-1, KI-
2, KI-3,
dan KI-4
5. Menerima ketentuan untuk menghindari
berbicara kotor dan bohong/dusta, dalam
kehidupan sehari-hari. (1.5)
6. Membiasakan untuk menghindari Akhlaq
tercela berbicara kotor dan bohong/dusta,dalam
kehidupan sehari-hari. (2.5)
7. Menjelaskan Akhlaq tercela berbicara kotor
dan bohong/dusta dalam kehidupan sehari-hari.
(3.6)
8. Menyajikan contoh sikap berbicara kotor dan
bohong/dusta dalam kehidupan sehari-hari.
(4.5)
Tabel 2.1 di atas menunjukkan judul pembelajaran, Kompetensi Inti (KI)
dan Standar Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Akidah Akhlaq kelas satu
semester II (genap) di Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Yayasan
Pesantren Terpadu (YPT) Jambi. Berdasarkan permasalahan yang peneliti
temukan di tempat penelitian yaitu, masih ada beberapa siswa yang belum
menerapkan pembelajaran Akidah Akhlaq yang diajarkan oleh guru. Selain itu,
peneliti juga melihat bahwa guru belum sepenuhnya menguasai kelas, sehingga
56
siswa tidak fokus belajar dan hanya asik dengan permainannya sendiri-sendiri,
dan masih ada beberapa permasalahan yang penulis amati pada pra-penelitian.
Dengan adanya permasalahan awal yang penulis temukan pada pra-
penelitian, maka penulis akan melakukan penelitian lanjut sesuai dengan
permasalahan yang ada yaitu, kurangnya penanaman karakter positif pada
siswa, sehingga siswa masih sering melakukan Akhlaq tercela. Oleh karena itu,
penulis akan meneliti implementasi mata plajaran Akidah Akhlaq pada
pembelajaran penanaman karakter yang ada pada pembelajaran 9; Menghindari
Akhlaq Tercela.
c. Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlaq
Beberapa pendekatan tertentu dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq yang
meliputi:
1) Keimanan, yang memberikan peluang kepada peserta didik untuk men
gembangkan pemahaman adanya Allah Subhanahu’ Wata’ala sebagai
sumber kehidupan.
2) Pengalaman, memberikan kepada peserta didik untuk mempraktekkan
dan merasakan hasil-hasil pengalaman keyakinan aqidah dan Akhlaq
dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan.
3) Pembiasaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
membiasakan sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam
dan budaya bangsa dalam mengahadapi masalah kehidupan.
4) Rasional, usaha untuk memberikan peranan kepada rasio (akal) peserta
didik dalam memahami dan membedakan berbagai materi dalam
standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dengan
perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi.
5) Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam
menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya
bangsa.
6) Fungsional, menyajikan materi Aqidah Akhlaq dari segi manfaatnya
bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
57
7) Keteladanan, yaitu menjadikan figur pribadi-pribadi teladan dan
sebagai cerminan bagi manusia yang memiliki keyakinan tauhid yang
teguh dan berperilaku mulia. (Yuyun Alifatul Rodianah, 2015, hal. 12-
13).
4. Pengertian Karakter
Secara harfiah kata “karakter” bersal dari bahasa inggris yaitu
“character” yang berarti “watak”, “karakter” atau “sifat”. Asal usul kata
“karakter” lain dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” artinya “cetak biru”
format dasar. Sedangkan dalam bahasa indonesia, “watak” diartikan sebagai
“sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya,
dan berarti pula tabiat, dan budi pekerti”.(Ngainun Naim, 2012, hal. 51).
Menurut Wyne yang dikutip oleh E. Mulyasa (2011), mengemukakan
bahwa “karakter berasal dari bahas Yunani yaitu “character” yang berarti
menandai dan memfokuskan penerapan nilai-nilai kebaikan dalam
tindakan nyata dan sehari-hari”. (hal. 3).
Dirjen (2010) dalam pendidikan agama islam mengemukakan bahwa
“karakter dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat
dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik ,dalam
arti secara khusus ciri ini membedakan individu dengan individu yang
lain”. (Ibid, hal. 4).
Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai prilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, orang-orang disekitar
dan lingkunganya. Prilaku yang berlaku sehari-hari baik sikap maupun
tindakan. karakter juga merupakan jati diri yang melekat pada individu, dengan
menunjukkan nilai-nilai prilaku tertentu yang membedakan antara individu satu
dengan yang lainnya. Karakter dalam pengertian ini menandai dan
memfokuskan pengaplikasian nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan dan
tingkah laku. Orang-orang yang tidak mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan ten-
tu saja berkarakter jelek, sedang yang mengaplikasikan berkarakter mulia.
Istilah lain dari karakter juga terdapat dalam bahasa Arab yakni Akhlaq
yang diartikan sama atau mirip dengan kata budi pekerti. Akhlaq pada dasarnya
adalah mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan
58
tuhan Allah sang Penciptanya, sekaligus bagaimana seseorang harus
berhubungan dengan sesama manusia dalam kehidupannya.
Serendra dalam Muhammad Aiman (2007) juga menyatakan bahwa
pendidikan karakter merupakan pembentukan sikap anak, perubahan sikap
anak dari yang tidak baik menjadi baik. Perubahan tersebut dimaksudkan agar
menjadi obat dan pembelkalan bagi anak sejak dini, sehingga ketika ia
menghadapi masa remasa, dewasa hingga tua ia sudah memiliki batasan.
Batasan yang dimaksud adalah batasan dalam bersikap, batasan dalam memilah
dan memilih yang baik dan yang buruk hingga teraplikasikan dalam akhlak
yang akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan paparan di atas, dapat penulis paparkan kembali bahwa
pendidikan karaktersangat penting diterapkan di sekolah terutama pada
pendidikan dasar. Karena karakter dan akhlak anak saat ini akan menentukan
sikap anak dan generasi bangsa di masa mendatang.
B. Studi Relevan
Untuk mengetahui sub kajian yang sudah ataupun belum diteliti pada peneliti
sebelumnya, maka perlu adanya komprasi (perbandingan), apakah terdapat unsur-
unsur perbedaan ataupun persamaan dengan konteks penelitian ini. Di antara hasil
penelitian terdahulu yang menurut peneliti terdapat kemiripin diantaranya:
1. Burhannudin Ilyas, (2013), dalam karya tulis ilmiahnya yang berjudul
“Peran Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq dalam Menanamkan Nilai
Pendidikan Karakter Siswa Kelas V di MIN Kebonagung Imogiri Bantul”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa tentang peran mata
pelajaran Akidah Akhlaq dalam menanamkan nilai pendidikan karakter
peserta didik dengan baik melalui program atau budaya yang telah
diterapkan di sekolah, untuk persamaan penelitian ini dengan dengan
penelitian yang akan saya lakukan adalah sama-sama meneliti tentang
menerapkan mata pelajaran akidah Akhlaq dalam menanamkan nilai
karakter siswa, sedangkan perbedaanya, penelitian ini mengutamakan untk
lebih menekankan pada siswa dalam penanaman sikap atau karakter siswa
dalam pelajaran akidah Akhlaq. (Burhanudin Ilyas, 2013, hal. ii)
59
2. Nugrahani Ning, (2013), dalam karya tulis ilmiahnya yang berjudul
“Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Chairul Tanjung Si Anak
Singkong dan Relevansinya dengan Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq pada
tingkat MI”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana pengaruh
tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Chairul Tanjung Si
Anak Singkong dan Relevansinya dengan Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq
pada tingkat MI, untuk persamaannya sama-sama menanamkan nilai nilai
pendidikan karakter siswa melalui pelajaran akidah Akhlaq, sedangkan
perbedaannya penelitian ini meneliti tentang nilai-nilai pendidikan
karakternya di dalam novel dalam relevansinya pembelajaran aqidah
Akhlaq dan saya meneliti tentang implementasi penanaman karakter
dalam membentuk kepribadian siswa dalam pelajaran aqidah Akhlaq.
(Nugrahi Ning, 2013, hal. ix)
3. Yuyun Alifatul Rodianah, (2015),dalam karya tulis ilmiahnya yang
berjudul “Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlaq dalam Penanaman
Aqidah Siswa di MTS Mambaul Ulum Tirtomoyo Pakis Malang”.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat tentang penanaman akidah siswa
terhadap pembelajaran aqidah Akhlaq di MTS Mambaul Ulum Tirtomoyo
Pakis Malang, untuk persamaan yaitu sama-sama meneliti tentang
mengimplementasi mata pelajaran akidah Akhlaq dalam penanaman
akidah siswa MTS, sedangkan perbedaannya, penelitian ini fokus pada
penanaman aqidah siswa MTS, dan saya lebih fokus pada penanaman
karakter siswa dalam pembelajaran aqidah Akhlaq madrasah ibtidaiyah.
(Yuyun Alifatul Rodianah, 2015, hal. -)
4. Dian Lestari, (2011/2012), dalam karya ilmiahnya yang berjudul
“Problematika Pendidikan Karakter di SDIT Luqman AL-Hakim
Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang
terjadi di Madrasah tersebut yaitu pelaksanaan pengembangan cara
pembelajaran dalam pendidikan karakter serta mengatasi kesulitan belajar
pada peserta didik, menunjukkan bahwa pendidikan karakter yang
menjadi bahan pada penelitian ini dilakukan secara umum dari semua
60
aspek lembaga sekolah, baik dari kurikulumnya, pengembangan setting
pembelajarannya, serta peran sekolah, orang tua dan masyarakat dalam
pendidikan karakter di SDIT, untuk persamaan nya, penelitian di atas
dengan penelitian saya sama-sama meneliti tentang bagaimana
menerapkan karakter siswa, sedangkan perbedaannya, penelitian ini mene-
liti untuk mengembangkan pendidikan karakter dengan mencakup dari
sekolah sampai kepada masyarakat dan saya meneliti tentang
implementasi mata pelajaran aqidah Akhlaq dalam penanaman karakter
siswa. (Dian Lestari, 2011/2012, hal. iii)
5. Rose Anita Rona, (2009), dalam karya tulis ilmiahnya yang berjudul
“Problematika Guru Dalam Membangun Kesadaran Keagamaan kelas VII
MTS N Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk membangun
pendidikan agama islam melalui perwujudan kesadaran nilai nilai
keagamaan pada siswa, untuk persamaannya, penelitian di atas dengan
penelitian saya sama-sama meneliti tentang upaya guru dalam membentuk
karakter siswa. Sedangkan perbedaannya, peneliti ini meneliti pada cara
guru dalam membangun kesadaran beragama dan saya meneliti tentang
implementasi mata pelajaran aqidah Akhlaq dalam penanaman karakter
siswa. (Rose Anita Rona, 2009, hal. ii)
Pada dasarnya kunci utama membentuk karakter peserta didik menuju
Akhlaqul karimah adalah membentuk karakter untuk mengenal dan mencintai
Allah lebih dari apapun. Kemudian nilai adab dan persaudaraan berupa penekanan
pada etika seorang muslim dalam keseharian. Peserta didik diajarkan untuk terus
melakukan kebaikan. Sekalipun kebaikan itu kecil, akan menampakan efek yang
cukup signifikan jika dilakukan terus-menerus.
61
BAB III
METODE PENELITIAN
F. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif
subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dimulai
dari menentukan atau memilih suatu proyek peneliti, kemudian dilanjutkan
dengan pertanyaan peneliti yang berhubungan dengan masalah peneliti,
seterusnya peneliti mengumpulkan data dengan membuat catatan lapangan sambil
menganalisis data. Proses ini berulang beberapa kali sehingga pertanyaan peneliti
mendapat jawaban dan dapat dibuat kesimpulan peneliti. (Iskandar, 2010, hal.
203).
Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum
tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat
perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif
dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti berangkat dari
teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori
yang digunakan, sedangkan dalam penelitian kualitatif penelitian bertolak dari
data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelasan, dan berakhir dengan
suatu “teori”. (Sugiono, 2013, hal. 145).
Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini dengan judul “Problematika
Mata pelajaran Aqidah Akhlaq dalam Penanaman Karakter Siswa kelas I
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi” ini menggunakan
penelitian kualitatif.
62
G. Setting Dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, dan waktu
penelitian sebagai berikut:
a. Tempat Penelitian
Peneliti mengambil lokasi penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Quhas
Primary School Kota Jambi mengenai aktivitas kegiatan implementasi
penanaman karakter siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq.
Pemilihan Madrasah Ibtidaiyah ini bertujuan untuk mengetahui dan
mencari masalah yang terjadi dalam penanaman karakter siswa untuk
bisa menjadi peserta didik yang berAkhlaq mulia dalam memperbaiki
sikap maupun perbuatan dalam mencapai tujuan pendidikan.
b. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tahun ajaran 2017/2018, selama tiga bulan
yaitu dimulai dari bulan September 2018 hingga November 2018 dan
waktu penelitian ini mengacu pada kalender pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian kualitatif ini yang akan menjadi target peneliti adalah
Kepala Madrasah Ibtidaiyah sebagai informan lebih lanjut, guru akidah
Akhlaq kelas I, dan tiga orang siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah Quhas
primary school Kota Jambi.
3. Jenis dan Sumber Data Penelitian
a. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder serta data pendukung, sebagaimana paparan
dalam paragraf sebagai berikut:
63
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti
kepada sumbernya, tanpa adanya perantara. Data primer adalah
data yang diperoleh langsung dari sumber utama melalui observasi
dan wawancara dilapangan. (Mukhtar, 2010, hal. 86) Yakni data
yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dan
pengamatan (observasi) terhadap ptoblematika pembelajaran
Akidah Akhlaq dalam penanaman karakter siswa Madrasah
Ibtidaiyah Quhas primary school Kota Jambi. Yang menjadi
sasaran peneliti dalam memperoleh data primer ini adalah kepala
madrasah, guru Akidah Akhlaq kelas I, dan tiga orang siswa kelas
satu. Data tersebut untuk memenuhi perolehan data penelitian yang
meliputi:
a) Perencanaan pembelajaran pada mata pelajaran aqidah
Akhlaq dalam penanaman karakter siswa di Madrasah
Ibtidaiyah Quhas primary school Kota Jambi.
b) Pelaksanaan dalam mengajar dan menerapkan pelajaran
aqidah Akhlaq dalam penanaman karakter siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Quhas primary school Kota Jambi.
c) Evaluasi guru dan siswa kelas I setelah menggunakan upaya
implementasi mata pelajaran aqidah Akhlaq dalam
penanaman karakter siswa Madrasah Ibtidaiyah Quhas
primary school Kota Jambi.
2) Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari dokumentasi (profil
madrasah dan struktur organisasi) atau publikasi lainnya. Data
sekunder ini diperoleh untuk mendukung keabsahan data primer.
64
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumentasi
yang meliputi profil madrasah dan struktur organisasi di Madrasah
Ibtidayah Quhas primary school Kota Jambi yang berkaitan dengan
permasalahan pada penelitian ini sebagai pelengkap dari data
primer:
a) Sejarah dan geografis Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary
School Kota Jambi.
b) Sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan dalam
mengajar dan menerapkan pelajaran aqidah Akhlaq dalam
penanaman karakter siswa Madrasah Ibtidayah Quhas
Primary School Kota Jambi.
c) Keadaan madrasah, kepala madrasah, guru, dan siswa
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi.
3) Data Pendukung
Data pendukung dari data primer dan sekunder, seperti: denah
lokasi Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi dan
data-data lainnya.
b. Sumber Data Penelitian
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek
dari mana data diperoleh. Sedangkan menurut Suharsini Arikunto, yang
dimaksud denga sumber data adalah subyek darimana data-data diperoleh.
Sumber data yaitu berbentuk perkataan maupun tindakan, yang didapat
melalui wawancara. Sumber data peristiwa (situasi) yang didapat melalui
observasi. Dan sumber data dari dokumen didapat dari instansi terkait.
“menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain. ( Jam’an Satori, Aan Komariah, 2009, Hal. 105).
Sumber data di sini merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh
yaitu :
65
1) Sumber data berupa manusia, yakni kepala madrasah, guru, serta
siswa
2) Sumber data berupa suasana, dan kondisi proses belajar-mengajar
dan suasana di Madrasah Ibtidaiyah .
3) Sumber data berupa dokumentasi, berupa foto kegiatan, arsip
dokumentasi resmi yang berhubungan dengan keberadaan
madrasah, baik jumlah siswa, dan sistem pembelajaran di
madrasah.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah bagian terpenting dalam penelitian. Data
yang valid dan lengkap sangat menentukan kualitas penelitian. Teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu; interview
(wawancara), observasi (pengamatan), dan dokumentasi.
1. Interview (Wawancara)
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam
metode survei melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap
responden (subjek). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka
maupun dengan menggunakan telepon”. (Sugiyono, 2015, hal.317)
Pada penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara terstruktur yaitu
pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai
checklist pewawancara. Dalam penelitian ini. teknik wawancara dimaksudkan
untuk memperoleh data dari narasumber seperti kepala madrasah, guru, siswa
terkait dengan implementasi mata pelajaran aqidah Akhlaq dalam penanaman
karakter siswa kelas I. Adapun pihak- pihak yang akan diwawancarai adalah
sebagai berikut :
66
a. Kepala Madrasah, materi wawancara seputar gambaran Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi (sejarah berdirinya,
letak geografis, visi dan misi, kondisi siswa, guru dan staf, sarana
prasarana) dan respon madrasah terhadap problematika mata
pelajaran aqidah Akhlaq dalam penanaman karakter siswa kelas I.
b. Guru, ungkapan terhadap problematika dan kemdala pada mata
pelajaran aqidah Akhlaq dalam penanaman karakter siswa kelas I.
Sarana dan prasarana madrasahyang mendukung mata pelajaran
akidah Akhlaq pada penanaman karakter positif kepada siswa,
perangkat pembelajaran yang diguakan dan mendukung pembelajaran
akdah Akhlaq, seperti RPP, prota, prosem, kalender pendidikan,
kendala yang dihadapi guru dalam menyampaikan pembelajaran.
Media yang digunakan dalam pembelajaran menghindari Akhlaq
tercela,serta trategi dan metode yang digunakan guru dalam
mengajar.
c. Siswa, tanggapan siswa tentang pembelajaran aqidah Akhlaq dalam
penanaman karakter siswa kelas I, lalu apakah penerapan pelajaran
aqidah Akhlaq disampaikan oleh guru tersebut atau masih belum
diterapkan penanaman karakter dari pelajaran Akidah Akhlaq. Serta
respon siswa terhadap pembelajaran Akidah Akhlaq tema
menghindari Akhlaq tercela yang di sampaikan oleh guru.
Dalam melakukan wawancara harus menggunakan pedoman wawancara
agar hasil wawancara dapat terstruktur. Pedoman wawancara selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 1.
2. Observasi
Nasution (1995) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu pakta
yang mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan bantuan alat yang sangat canggih, sehingga
benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun benda yang
67
sangat jauh (benda luar angkasa) dapat diobservasi dengan jelas. (Sugiyono,
2015, hal. 310).
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan sistem observasi
parsipatif. Observasi ini merupakan observasi yang mana peneliti terlibat
langsung dengan kegiatan sehari hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan,
peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut
merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui tingkat makna
dari setiap perilaku yang nampak. (Sugiyono, 2015, hal. 312).
Untuk terlaksananya observasi dengan baik perlu disusun instrument yaitu
pedoman observasi. Pedoman observasi biasanya dalam bentuk daftar isian
aspek yang diobservasi meliputi :
a. Keperilakuan, seperti gaya mengajar guru, gaya kepemimpinan kepala
madrasah dan interaksi kepala madrasah dengan guru.
b. Keadaan fisik, berupa kondisi madrasah, lingkungan madrasah dan
fisik madrasah.
c. Pertumbuhan dan perkembangan subjek tertentu dan sebagainya.
(Sudarwan Danim, 2002, hal. 140).
Dalam melakukan observasi harus menggunakan pedoman wawancara
agar hasil wawancara dapat terstruktur. Pedoman wawancara selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran II.
3. Dokumentasi
Dokumen adalah cacatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang”
(Suharsimi Arikunto, 2006, hal. 231). dilain pendapat mengatakan
dokumentasi merupakan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger agenda dan sebagainya” (Suharsimi Arikunto, 2006, hal. 240).
Dengan demikian, dokumentasi ini merupakan salah satu cara yang
68
digunakan peneliti untuk memperoleh semua data-data yang berhubungan
dengan gambaran keadaan Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota
Jambi.
Informasi atau data yang dikumpulkan melalui dokumentasi antara lain:
a. Data tentang pelaksanaan mata pelajaran Akidah Akhlaq kelas satu
semester genap, yang meliputi: silabus dan RPP.
b. Data tentang perencanaan RPP tertulis milik guru, silabus, program
tahunan (prota), program semester (prosem)
c. Data evaluasi, seperti: raport atau ulangan harian dan prestasi belajar
siswa.
d. Buku paket yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar Akidah Akhlaq. Serta media yang mendukung kegatan
belajar mengajar.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat berlangsung,
dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, kemudian peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap
kredibel.
Adapun langkah-langkah menganalisis data secara umum seperti yang
disebutkan oleh”. (Sugiyono, 2013, hal. 338) Sebagai berikut:
2. Pengumpulan Data (Data Collection)
Dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data terhadap berbagai
jenis data yang ada dilapangan. kemudian dilakukan pencatatan data untuk
dipilih dan dikumpulkan.
3. Reduksi Data (data reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih, hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
69
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data merupakan proses berfikir
sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta mendalam wawasan
yang tinggi.
4. Penyajian Data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Kalau dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan
dalam bentuk uraian siangkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya.
5. Penarikan Kesimpulan(Conclusiona: drawing/ verifiying)
Bertujuan untuk memberikan arti atau memaknai data yang diperoleh baik
melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
sesuatu yang sebelumnya masih gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
(Sugiyono, 2013, hal. 345).
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Karena yang dicari adalah kata-kata, maka pengecekan keabsahan data sangat
perlu dilakukan agar data yang dihasilkan dapat dipercaya dan dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pengecekan keabsahan data merupakan
suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data penelitian
yang tentunya akan terimbas terhadap hasil akhir dari suatu penelitian.Maka dari
itu, dalam proses pengecekan keabsahan data pada penelitian ini harus melalui
beberapa teknik pengujian data. Adapun teknik pengecekan keabsahan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Perpanjangan Pengamatan
Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap
orang asing, masih dicurigai sehingga informasi yang diberikan belum
lengkap, tidak mendalam dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan.
70
Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah
data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau
tidak. Bila data yang diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada sumber
data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan
pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang
asli kebenarannya” (Sugiyono, 2015, hal. 369).
Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data
penelitian ini sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah
diperoleh, apakah data yang telah diperoleh itu setelah dicek kembali
kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali
kelapangan data sudah benar berarti kredibel maka waktu perpanjangan
pengamatan dapat diakhiri.
2. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis” (Sugiyono,
2015, hal.370), Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah
dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau
dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan
membaca maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam sehingga
dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar atau salah.
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat trigulasi sumber, trigulasi pengumpulan data dan waktu.
(Sugiyono, 2015, hal. 372).
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa
sumber. Misalnya peneliti akan mengetahui problematika mata pelajaran
71
aqidah Akhlaq dalam penanaman karakter siswa kelas I, maka peneliti
akan mengumpulkan data dari kepala madrasah, guru kelas yang mengajar
mata pelajaran akidah Akhlaq, dan siswa/siswi yang ikut dalam
pembelajaran akidah Akhlaq. Data dari ke tiga sumber tersebut, tidak bisa
dirata-ratakan seperti penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan,
dikategorisasikan, mana pendangan yang sama, yang berbeda, dan mana
yang spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis
oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya
dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.
(Sugiyono,2015,hal. 373).
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data.
Sumber: Sugiyono, 2015: 372
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek
dengan observasi, dokumentasi, atau kuisoner. Bila dengan tiga teknik
pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-
beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data
yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikasn data mana yang
Guru kelas I (A) dan Siswa kelas I (A)
Siswa kelas I (B) dan Siswa kelas I (B)
Kepala Sekolah
72
dianggap benar. Atau mengkin semuanya benar, karena sudut pandangnya
berbeda. (Sugiyono, 2015, hal. 373).
Gambar 3.2. Triangulasi teknik pengumpulan data.
Sumber: (Sugiyono, 2015, hal. 372)
c. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber
masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih
valid sehingga lebih credible. Untuk itu dalam rangka pengujian
kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan
dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi
yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka
dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan
kepastiannya. (Sugiyono, 2015, hal. 374).
4. Jadwal Penelitian
Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian dilapangan, maka
penulis menyusun agenda peneliti secara sistematis yang terlihat pada tabel 1
jadwal penelitian disusun bertujuan untuk menjadi pedoman dalam
melakukan langkah-langkah penelitian lainnya. Jadwal Penelitian
selengkapnya dapat di lihat pada lampiran.
Wawancara
Dokumentasi Observasi
35
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Berdirinya Objek Penelitian
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Jambi merupakan sekolah
islami yang baru saja berdiri sejak 1 Maret 2014, dan mulai dibuka pada 1
juni 2015. Sekolah islami ini merupakan yayasan terpadu dari Pesantren Dar
Masaleh Jambi. Nama “Quhas” memiliki arti singkatan sekolah Qur’an
Hadist dan Sains. Madrasah Ibtidaiyah ini bernuansa islami dan
menterpadukan pembelajaran dengan ilmu sains. Selain Madrasah Ibtidaiyah,
sekolah ini juga memiliki cabang pendidikan anak usia dini, yaitu Raudatul
Atfal Quhas Primary School yang baru saja didirikan oleh yayasan yang
sama.
Seiring dengan berjalannya waktu, dengan visi misi yang sangat
berorientasi pada ilmu agama, teknologi dan sains, serta sering mengadakan
kegiatan-kegiatan bernuansa islami, masyarakat Jambi banyak yang tertarik
untuk mendaftarkan putra/putrinya bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Quhas
Primary School ini. Hingga enam tahun berdirinya sekolah ini mengalami
peningkatan dan penambahan siswa pada setiap tahunnya. Yayasan dan
kepala sekolah juga mengatakan serta merencanakan, insyaAllah akan segera
ada Madrasah Trsawiyah dan Madrasah Aliyah Quhas Primary School di
wilayah Jambi.
2. Letak Geografis Sekolah
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School terletak di Jln.
Transito/Pekanbaru. Perum. Nusa Indah III RT 07 No 99B Kel: Rawasari
Kec. Kota Baru Jambi. Keberadaan lokasi madrasah sangatlah mudah
dijangkau serta mudah untuk ditemukan oleh masyarakat, terutama dalam
lingkungan Kecamatan Telanai Pura dan Jambi, karena terletak ditengah-
tengah keramaian penduduk, inilah yang membuat Madrasah Ibtidaiyah
36
Quhas Primary School mudah dikenal dikalangan masyarakat. Karena letak
madrasah mudah untuk ditemukan serta berada dikalangan masyarakat maka
timbullah niat orang tua untuk memasukkan anak-anaknya Ibtidaiyah Quhas
Primary School. Letak dan geografisnya madrasah ibtidaiyah sangatlah
strategis, dari sudut Utara akan bertemu dengan daerah Telanai Pura, dari
sudut Barat akan bertemu akan bertemu dengan daerah Mayang, sedangkan
dari sudut Timur bisa juga keluar dari arah Pagar Drum.
3. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi
Adapun visi Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Jambi
adalah sebagai berikut:
“Menyiapkan Generasi Emas Qur’ani yang shaleh, berakhlaq al-
karimah, berilmu, mandiri, cerdas, dan kreatif”.
b. Misi
Adapun visi Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Jambi
adalah sebagai berikut:
“Mewujudkan Madrasah Ibtidaiyah Quhas Kindergarten sebagai:
“Rumah” yang nyaman bagi anak untuk tumbuh dan mengembangkan
diri dengan sebaik-baiknya. Juga sebagai “Rumah” yang nyaman untuk
anak mengaji, mengkaji, dan mengamalkan Al-Qur’an dan Al-Hadits”.
4. Kurikulum yang Digunakan pada Pembelajaran Akidah Akhlaq
Kurikulum yang digunakan di Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary
School Jambi yaitu kurikulum 2013 (K13). Kurikulum tersebut baru
diterapkan mulai tahun ajaran 2017/2018. Kurikulum 2013 merupakan
kurikulum yang menekankan pada kemampuan koognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dengan kegiatan pembelajaran, siswa lebih di latih untuk
belajar dan menemukan hal-hal secara mandiri, sehingga dalam proses
pembelajaran, guru hanyalah sebagai fasilitator bagi siswa.
5. Program Pembelajaran Akidah Alkhlaq
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Jambi merupakan sekolah
tingkat dasar yang berciri khas agama islam dan mempunyai program-
37
program pembelajaran yang berciri khas islami. Adapun program
pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Jambi adalah
sebagai berikut:
a. Mata Pelajaran yang Diajarkan
1) Agama
a) Alqur’an Hadist
b) Tahfidzul AlQur’an Hadist
c) Aqidah Akhlak
d) Do’a dan Dzikir Harian
e) Fiqih Ibadah
f) Sejarah Kebudayaan Islam
g) Bahasa Arab
h) Bahasa Inggris
i) Solawat
j) Story Telling
k) Praktek Ibadah
l) Mengaji
m) Shalat (setiap hari)
2) Umum
a) Tematik
(1) Bahasa Indonesia
(2) Pendidikan Kewarganegaraan
(3) Ilmu Pengetahuan Alam
(4) Ilmu Pengetahuan Sosial
(5) SBDP
b) Matematika
c) Penjaskes
d) Bahasa Inggris
3) Ekstrakurikuler
a) Hafalan Juz Amma
b) Yasinan
38
c) Pramuka
d) Tenis Meja
e) Futsal
4) Waktu Belajar
a) Kelas I
(1) 07.00-07.15 Surat Pendek (Jus’Amma), Do’a
(2) 07.15-09.00 Materi Pelajaran
(3) 09.00-09.15 Istirahat
(4) 09.15-10.15 Materi Pelajaran
(5) 10.15-11.00 ekstrakurikuler, Shalat
5) Tata Tertib
Tata tertib merupakan sebuah aturan yang harus dipatuhi. Masing-
masing Sekolah/Madrasah memiliki peraturan yang berbeda beda.
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School juga terdapat tata tertib
pada umumnya memiliki peraturan dan tata tertib yang selalu
bernuansakan Islami, mulai dari berpakaian, pergaulan, perbuatan
sehari-hari selalu mencerminkan pada akhlakul karimah. Dalam
berpakaian juga memiliki aturan dan wajib mematuhinya adapun tata
tertib berpakaian di Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Tata Tertib Berpakaian Siswa-Siswi Madrasah Ibtidaiyah Quhas
Primary School.
No Hari Pakaian Keterangan
1 Senin Merah – Putih Siswa – Siswi
2 Selasa Merah – Putih Siswa – Siswi
3 Rabu Batik – Rok Merah Siswa – Siswi
4 Kamis Batik – Rok Merah Siswa – Siswi
5 Jum’at Pramuka Siswa – Siswi
39
S
umber: Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School:2019
e. Pembelajaran Akidah Akhlaq pada Kelas I Madrasah Ibtidaiyah
Quhas Primary School Jambi.
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran (Abdul
Majid, 80: 2014). Pembelajaran Akidah Akhlaq pada kelas I Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primary School Jambi merupakan pembelajaran yang
dirangkum dalam kurikulum 2013.
Berdasarkan buku panduan tematik, perintah merangkumkan secara
khusus pembelajaran Akidah Akhlaq kedalam satu buku panduan guru
dan buku siswa. Oleh karena itu, pihak sekolah menyediakan buku ajar
akidah akhlaq yang berorientasikan kurikulum 2013. Hal tersebut
mengingat betapa pentingnya pendidikan karakter dan akhlaq siswa sejak
dini.
f. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
sebagai alat dan fasilitas untuk mencapai sebuah tujuan. Sarana dan
prasarana bertujuan untuk mendukung terjadinya proses belajar mengajar
agar tercapainya tujuan pembelajaran. Sarana prasarana yang baik akan
mendukung tercapainya proses pembelajaran yang efektif serta
menumbuhkan motivasi terhadap proses pembelajaran.
Sarana dan prasarana merupakan suatu alat atau bagian yang
memiliki peran sangat penting bagi keberhasilan dan kelancaran suatu
proses. Sarana dan prasarana adalah fasilitas yang mutlak dipenuhi untuk
memberikan kemudahan. Dalam sebuah proses pendidikan Kualitas
sangat penting, kualitas pendidikan tersebut juga didukung dengan
adanya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan Prasarana di
6 Sabtu Pramuka Siswa – Siswi
7 Pada jam olahraga Pakaian olahraga Siswa-siswi
40
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School merupakan salah satu faktor
yang mempunyai fungsi penting dalam memperlancar proses belajar
mengajar dan tercapainya tujuan pendidikan.
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Madrasah Ibtidaiyah Quhas
Primary School Kota Jambi yang digunakan sebagai pendukung
pembelajaran akidah akhlaq kelas I adalah sebagai berikut:
1) Sarana
Sarana merupakan alat dan fasilitas yang digunakan untuk
mencapai sebuah tujuan. Sarana pendidikan adalah semua fasilitas
yang diperlukan dalam proses belajar mengajar agar tujuan pendidikan
dapat berjalan dengan lancar. Sarana yang baik akan membantu proses
pembelajaran berjalan dengan lancar dan juga dapat memberikan
motivasi kepada siswa untuk belajar lebih giat.
Sarana merupakan perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah
dari satu tempat ketempat yang lain. Adapun sarana yang dapat
mendukung berlangsungnya proses pembelajaran dimana Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primary School telah memiliki fasilitas yang
memadai dalam proses pembelajaran adapun sarana yang ada di
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Sarana Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi
No Fasilitas Jumlah
Keadaan
Baik Kurang
Baik Rusak
1. Komputer 6
2. Kipas Angin 9
3. Papan Tulis 6
4. Lemari Buku 8
5. Meja lesehan 149
Sumber: Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School:2019
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi memiliki sarana dan
prasarana secara keseluruhan yang disediakan oleh madrasah sudah
41
termasuk cukup memadai. Namun berdasarkan hasil pengamatan dan
observasi yang penulis lakukan pada 14 Januari 2019, penulis melihat
bahwa sarana yang kurang mendukung pembelajaran akidah akhlaq
yaitu meja lesehan. Siswa yang belajar menggunakan meja lesehan
terkesan lebih malas untuk belajar dan memilih untuk belajar di lantai,
tidak menggunakan meja belajar.
2) Pasarana
Selain sarana terdapat juga prasarana yang merupakan fasilitas
utama yang mendukung terselenggaranya suatu proses pembelajaran.
Prasarana merupakan perlengkapan pembelajaran yang tidak dapat
dipindah dari satu tempat ketempat yang lain. Prasarana pendidikan
merupakan semua komponen yang secara tidak langsung mendukung
jalannya proses belajar mengajar di sekolah.
Prasarana merupakan salah satu komponen yang paling utama
untuk mencapai suatu hasil atau tujuan yang diinginkan. Prasarana
sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar. Di Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primary School terdapat beberapa prasarana yang
dapat mendukung proses pembelajaran juga telah memiliki gedung
yang cukup memadai, walaupun masih belum sempurna, adapun
sumber dana dalam pembangunan Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary
School adalah swadaya dari masyarakat dan salah satu pesantren
terbesar di Jambi serta pemerintah serta pengurus Madrasah Ibtidaiyah
Quhas Primary School. Adapun prasarana di Madrasah Ibtidaiyah
Quhas Primary School antara lain sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School
Jambi.
NO Bangunan / Ruangan LUAS
(M2)
Jumlah
Keadaan
Baik Rusa
k
1 RuangKepalaMadrasah 1 1
2 RuangWakasek
42
3 RuangMajelis Guru 1 1
4 Ruang Tata Usaha 1 1
5 Ruang BK/BP
6 Ruang UKS
7 Ruang PMR
8 Ruang OSIS
9 RuangKelasBelajar (RKB) 10 10
10
Laboratorium IPA
Laboratorium Kimia
LaboratoriumFisika
LaboratoriumBiologi
LaboratoriumBahasa
Laboratorium Multimedia
LaboratoriumKomputer
11 RuangPerpustakaan
12 RuangKeterampilan
13 RuangSerbaguna
14 WC KepalaMadrasah
15 WC Guru Laki-Laki 1 1
16 WC Guru Perempuan 1 1
17 WC SiswaLaki-Laki 1 1
18 WC SiswaPerempuan 1 1
19 RumahPenjagaMadrasah
20 Perumahan Guru
21 Musholla
22 LapanganOlahraga
23 AsramaSiswa
Ket: Keadaan Prasarana di Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School
Kota Jambi.
Sumber: Dokumetasi Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota
Jambi: 2019
Tabel di atas merupakan sarana yang dimiliki Madrasah Ibtidaiyah Quhas
Primary School Kota Jambi. Namun berdasarkan pengamatan dan observasi
penulis menemukan satu problematika sarana yang mengganggu pembelajaran
akidah akhlaq, yaitu keadaan ruangan kelas yang sangat sempit. Ruangan
kelas yang sangat sempit tersebut sangat menghambat siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran. Berikut ini adalah gambar keadaan ruangan kelas satu
43
Gambar 4.1. Keadaan Ruangan Kelas Satu
Sumber: Dokumentasi Pribadi
g. Struktur Organisasi
Sebagai lembaga pendidikan formal diselenggarakan secara
sistematis, terpimpin dan terarah serta dilaksanakan untuk menciptakan
proses yang terarah pada tujuan yang diharapkan. Setiap jenjang sekolah
memiliki struktur organisasi yang nantinya akan menciptakan suatu
proses yang terarah.
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School memiliki struktur
organisasi dimana struktur organisasi ini akan menata seluruh proses
yang berkaitan dengan Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School.
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School telah menata suatu struktur
organisasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut:
44
Ka. Kementrian Agama Kota Jambi
MAJELIS GURU
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School
Kota Jambi Tahun Ajaran 2018/2019.
Dokumen: TU Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi.
Ketua Yayasan
Bendahara
Nur Haida DMs
Kepala Madrasah:
Annisa M Solihah, M.Pd.I
Wakil Kepala Madrasah:
M. Quzwein, S.Pd
Koordinator T3Q
Zulkifli, Am, KE
Tata Usaha
Mardiansyah, S.Hum
Wakil Kesiswaan
M. Firdaus, S.Pd
Ida Laila, S.Kom.I Yulisa S. Kom Anita D Rukmana, S,Pd Adlah, S.Pd
Wakil Kepala Madrasah:
M. Quzwein, S.Pd
CO MABIT PUTRA PUTRI
Haryanto & Na’imaturrahmah.
S.Ag
Saidul Amri, S.Pd
KhoirunnaS.S.Kom
S. Kom
F. Khairani, S. Pd A Ulfah, S. Pd S Saleha S.
Sy
A Putra S.Ag
45
h. Keadaan Guru dan Siswa
1) Keadaan Guru dan Tenaga Pendidikan
Keadaan guru dan tenaga pendidikan yang ada di Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi dapat digolongkan
dalam keadaan baik dan berkualitas. Guru mempunyai tanggung
jawab atas kelancaran proses belajar mengajar di sekolah. Ia
bertangung jawab atas peningkatan sumber daya manusia. Dalam arti
kata, ia bertangung jawab atas moral, tingkah laku, serta
perkembangan emosi dan spritual anak.
Dalam upaya meningkatkan proses kegiatan belajar dan mengajar
dengan baik dan berkualitas maka sangatlah dibutuhkan para guru
yang rela dan bersedia menjadi tenaga pengajar di Madrasah yang
sesuai dengan jenjang dan pengalamannya. Pada dasarnya guru
sebagai tenaga pengajar di Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary
School Kota Jambi ini, cukup bagus dan berpengalaman, serta
professional dalam menjalankan tugasnya, meski ada beberapa guru
yang tidak sesuai dengan kejuruan dan bidang yang di ambil.
Kelas satu di Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota
Jambi memiliki satu kelas yang pegang oleh Ustadzah Rowiyatul
Adawiyah, S. Hum. Oleh karena itu penulismeminta data guru dan
tenaga kepegawaian Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School
adalah sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Data Guru dan Kepegawaian Madrasah Quhas Primary School
Kota Jambi.
46
NO NAMA
GURU/PEGAWAI
Kualifi
kasi
Akade
mik
STATUS
KEPEGAWA
IAN
N
I
P
Pangkat/
Golongan Jabatan
1 Adilah, S.Pd S. 1 NON PNS - - Guru
2
Anita
DiantiRukmana,
S.Pd
S. 1 NON PNS - - Guru
3 Annisa M Sholiha,
M.Pd.I S. 2 NON PNS - -
Kepala
Madrasa
h
4 AthayaUlfah, S.Pd.I S. 1 NON PNS Guru
5 Devi Rahmania,
S.Pd S. 1 NON PNS
Guru
6 FadhilahKhairaniS.P
d S. 1 NON PNS - - Guru
7 Heriyanto, S.Ag S. 1 NON PNS - - Guru
8 Ida Laila, S.Kom.I S. 1 NON PNS Guru
9 Isramudin MA NON PNS
Guru
Jaga
10 Khairunnas, S.Kom S. 1 NON PNS Guru /
Operator
11 Mardiansah, S.Hum S. 1 NON PNS - - Guru /
Operator
12 Mawaddah R, S.Pd S. 1 NON PNS Guru
13 M.Firdaus, S.Pd S. 1 NON PNS - - Guru
14 M.Quzwen, S.Pd S. 1 NON PNS - - Wakasek
15 Naimaturrahmah,
S.Ag S. 1 NON PNS - - Guru
16 Noviani, S.Hum S. 1 NON PNS Guru
17 Rahman, S.Sy S. 1 NON PNS Guru
18 RowiatulAdawiyyah
, S.Hum S. 1 NON PNS - - Guru
19 SaidulAmri, S.Pd.I S. 1 NON PNS Guru
20 SitiSaleha, S.Sy S. 1 NON PNS Guru
21 Syahrial Al-Hafidz MA NON PNS - - Guru
Jaga
22 Tarmizi, S.Pd S. 1 NON PNS Guru
2 Zulkifli, Am.Kl D. 3 NON PNS - - Guru
Sumber: Data Madraah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi: 2019
47
2) Keadaan Siswa
Siswa merupakan pelajar yang sedang duduk di bangku sekolah.
Siswa adalah objek yang di didik, diarahkan serta akan belajar untuk
mendapatkan bermacam-macam ilmu pengetahuan dan berbagai
keterampilan, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu
pengetahuan, terampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak
mulia dan mandiri.
Siswa merupakan unsur yang utama selain guru yang ada
didalam proses belajar-mengajar. Tanpa adanya siswa tentu tujuan
pembelajaran tidak akan tercapai. Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah
Quhas Primary School memiliki satu kelas satu dengan jumlah 26
siswa. 12 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Dengan adanya
siswa dan siswi tersebut, Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School
diharapkan oleh masyarakat dapat mengeluarkan lulusan yang
religious dan berilmu agama tinggi. Sehingga dapat meneruskan
kejenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
1. Problematika Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq dalam Penanaman
Karakter Siswa Kelas I di Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary
School Kota Jambi
a. Perencanaan Pembelajaran Akidah Akhlaq pada Kelas I
Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran, berupa penyiapan media dan sumber belajar serta
merencanakan perangkat penilaian pembelajaran dan tahap-tahap
pembelajaran. Perangkat pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam terlaksananya kegiatan pembelajaran. Dengan adanya
perangkat pembelajaran maka program-program kegiatan pembelajaran di
sebuah lembaga pendidikan akan lebih terarah.
Perangkat pembelajaran digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan segala kegiatan pembelajaran di sekolah. Dibawah ini akan
48
penulis paparkan data berdasarkan temuan yang telah diperoleh melalui,
teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Dalam mencapai tujuan
pendidikan guru harus merencanakan proses yang akan dilalui. Setiap
proses pembelajaran selalu memiliki kendala atau permasalahan tersendiri
baik dari segi perencanaan maupun prakteknya.
Namun berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis
lakukan dengan wakil kepala sekolah, guru di Madrasah Ibtidaiyah Quhas
Primary School Kota Jambi ini belum mendapatkan pelatihan guru seperti
KKG dan lain sebagainya, sehingga masih ada beberapa point-point yang
belum diketahui pra guru dalam menerapkan kurikulum 2013 di sekolah,
khususnya di bagian evaluasi pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi pada 14 Januari 2019 bersama guru
Akidah Akhlaq kelas I Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota
Jambi yaitu Ustadzah Rowiyatul Adawiyah, S.Hum. Namun, dalam
pelaksanaan pembelajaran akidah akhlaq yang di sampaikan oleh beliau,
penulis menemukan beberapa problematika. Problematika perencanaan
pembelajaran Akidah Akhlaq kelas I Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary
School Kota Jambi diantaranya:
1) Guru akidah akhlaq sering kali tidak membuat perencanaan
pembelajaran di dalam kelas.
2) Guru Akidah akhlaq belum memahami cara merencanakan atau
merancang pembelajaran, hal tersebut disebabkan karena guru
tidak sesuai dengan bidang yang di ambil.
3) Ketika pelaksanaan pembelajaran, guru tidak terbiasa
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan apa yang telah
direncanakan dan sebagaimana yang ada di rancangan
pembelajaran.
b. Problematika dalam Persiapan Perangkat Pembelajaran Program
Tahunan (prota) dan Program Semester (prosem)
Perencanaan perangkat pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam terlaksananya kegiatan pembelajaran. Dengan menyusun
49
perangkat pembelajaran maka guru akan lebih mudah melaksanakan suatu
kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran dapat digunakan sebagai
pedoman dalam melaksanakan segala kegiatan pembelajaran di sekolah.
Untuk mencapai tujuan pendidikan, guru sebaiknya membuat
perencanaan yang akan dijalankan. Setiap proses pembelajaran terdapat
problematika atau permasalahan tersendiri baik dari segi perencanaan
maupun prakteknya. Program tahunan dan program semester merupakan
perangkat perencanaan pembelajaran. Persiapan dalam pembuatan
program tahunan dan program semesteran dilakukan oleh setiap guru.
Setiap guru diwajibkan memiliki program-program yang akan di jalankan.
Tidak semua guru mampu dan mahir dalam membuat perangkat
pembelajaran.
Hal tersebut sebagaimana yang penulis temukan informasinya dalam
wawancara yang penulis laksanakan pada 14 Januari 2019 dengan guru
Akidah Akhlaq kelas 1, yang menyatakan bahwa guru mengalami banyak
kendala diantaranya pada peyusunan rancangan pembelajaran. Hal tersebut
dikarenakan sekolah tersebut belum diadakannya pelatihan-pelatihan
penyusunan RPP, KKG dan lain sebagainya. Guru masih sangat-sangat
kebingungan dalam menyusun RPP dan bahkan dalam wawancara
menyatakan sebagai berikut:
“Hehe, lagi-lagi RPP ya ( sambil tertawa). Kami semua disini belum
sepenuhnya menggunakan RPP. Kalau rancangan pembelajaran
tentunya kami mengacu pada bahan ajar yang di gunakan. Apalagi
dalam buku K13 ini kan sudah lengkap ya, ada indikator, langkah-
langkah pembelajaran bahkan penilaian semuanya ada di situ, jadi
saya tinggal menyesuaikan, atau mungkin dalam menyampaikannya
saya modifikasi sesuai dengan karakter dan kemampuan anak”.
(Senin, 14 Januari 2019. Pukul 09:00 WIB)
Menurut hasil wawancara tersebut mengenai perencanaan program
tahunan dan program semester, dalam membuat program tahunan dan
program semester guru harus mengacu kepada kalender akademik.
Berdasarkan wawancara guru Akidah Akhlaq kelas I mengambil prota dan
prosem dari internet secara copy paste dikarenakan ketidak pahaman
50
tentang penyusunan RPP. Selain itu, guru juga mengaku bahwa ketika
mengajar, guru sering tidak menggunakan RPP.
c. Tidak Menyusun Silabus Pembelajaran Akidah Akhlaq
Selain program tahunan dan program semester yang menjadi
perencanaan, perangkat pembelajaran silabus juga termasuk kedalam
perangkat pembelajaran yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan
pembelajaran. Setelah menetapkan program semester selanjutnya
dilakukan penyusunan silabus.
Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan dengan guru
kelas satu ketika beliau mengajar mata pelajaran akidah akhlaq adalah
guru tidak membuat silabus ketika mengajar. Mereka merasa kesulitan
dalam membuat silabus dengan alasan tidak pernah mendapatkan pelatihan
tersebut secara khusus. Selain itu, guru tersebut mengaku bahwa mengajar
merupakan diluar keahliannya. Bagaimana mungkin sarjana hukum
mengajar siswa Madrasah Ibtidaiyah, dan sebelumnya tidak pernah
mengerti dan diajarkan membuat silabus untuk pembelajaran.
Hal tersebut sangat senada dengan jawaban wawancara dari Ustadzah
Rowiyarul Adawiyah, S. Hum sebagai berikut:
“Sebenarnya kami belum menggunakan RPP dan silabus, tapi jika
nanti adik membutuhkan RPP dan silabus untuk proses riset ini,
insyaAllah akan saya bantu. Kalau untuk RPP dan Silabus biasanya
guna keperluan akreditas sekolah, kami guru-guru di sini
mendownload silabus dari internet”. (Rowiyatul Adawiyah, S. Hum,
14 Januari 2019. Pukul 08:55 WIB)
Bersarkan hasil wawancara tersebut, tampak bahwa kegiatan
pembelajaran akidah akhlaq tidak di desain secara maksimal oleh guru
yang bersangkutan. Guru tidak menggunakan RPP dan silabus, dan untuk
memenuhi akreditasi, guru mendownload RPP dan silabus yang sesuai
dengan pembelajaran akidah akhlaq dari internet. Guru juga hanya
mengandalkan bahan ajar yang digunakan, dengan alasan kurikulum 2013
telah menyediakan buku ajar yang sagat lengkap spesifikasinya. Dalam
51
buku guru telah disedikan rancangan pembelajaran lengkap, sehingga guru
tinggal menggunakannya saja.
Selain itu, berdasarkan penelitian dan observasi penulis, guru juga tidak
menggunakan media yang mendukung pembelajaran akidah akhlaq. Guru
hanya meminta siswa untuk membaca kemudian memberikan ceramah dan
memberikan contoh, demontrasi dan praktik berakhlakul karimah, bersikap
sopan dan berkata baik.
Guru juga mengalami kesulitan dalam mengembangkan Kompetensi
Dasar, karena belum pernah mendapatkan pelatihan juga tidak sesuai dengan
profesinya sebagai guru. Guru juga mengaku bahwa untuk mendownload
silabus mengalami kendala, sebagaimana yang diungkapkan berikut:
“Saya juga kurang memahami Ilmu Teknologi untuk mendowload
silabus. Saya sebenarnya juga kebingungan dalam mensingkronkan
Kompetensi Dasar yang ada di buku ke dalam silabus dan dikembangkan
lagi dalam penyusunan RPP”. (Rowiyatul Adawiyah, 15 Januari 2019.
Pukul 08:59 WIB).
Wawancara tersebut adalah salah satu keluhan guru akidah akhlaq kelas I.
Guru kurang memahami Ilmu Teknologi, itulah yang menyebabkan guru tidak
merancang dan membuat susunan rancangan pembelajaran dengan baik.
Sehingga pembelajaran berjalan menyesuaikan situasi dan kondisi siswa, tidak
terstruktur secara runtut.
d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Akidah Akhlaq
Mengajar, harus menyusun pembelajaran serta mendesain pembelajaran
sebelum melakukan pembelajaran, agar dari kegiatan belajar mengajar
tersebut membuahkan hasil yang maksimal. Hal tersebut dikarenakan
mengajar adalah tugas dan amanah guru, dan harus dijalankan dengan baik.
Jika dijalankan dengan baik, maka akan membuahkan hasil yang maksimal,
jika tidak dirancang, maka resikonya siswa tidak akan mengerti dan berhasil
menerima apa yang telah kita berikan dan sampaikan. Karena mengajar adalah
amanah, tidak hanya dijalankan hanya untuk mengugurkan kewajiban semata.
RPP merupakan turunan dari silabus, dimana silabus merupakan
rancangan pembelajaran setiap satu semesternya. Selanjutnya kompetensi
dasarnya di pecah dan dalam RPP. Satu kompetensi dasar terdiri dari beberapa
52
tema pembelajaran. Tema pembelajaran tersebut tentunya menjadi beberapa
pertemuan, kompetensi dasar itulah yang akan penulis pecahkan kedalam RPP
dan diterapkan dalam pembelajaran di dalam kelas. Yakni menentukan
indikator, tujuan, bahan ajar media, metode, evaluasi bahkan hingga kegiatan
pembelajaran dari pertama kegiatan belajar hingga kegiatan penutup.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi
dasar yang telah ditetapkan dan telah dijabarkan dalam silabus. Rencana
Perangkat pembelajaran merupakan salah satu rencana yang harus dibuat
sebelum terjadinya proses pembelajaran berlangsung.
Rencana perangkat pembelajaran sebaiknya disusun oleh guru agar tidak
terjadi kesalah pahaman dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dalam
pembuatan RPP yang baik haruslah disesuaikan dengan prinsip serta
komponen RPP itu sendiri. Setiap guru wajib mempunyai RPP yang akan
dijadikan langkah-langkah dalam proses pembelajaran. Di Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi berdasarkan observasi sebagian
guru tidak membuat RPP terutama dalam pelaksanaan implementasi
pembelajaran akidah akhlaq di kelas satu. Sehingga, penulis menyiapkan RPP
sementara sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran ketika penelitian. RPP
yang digunakan dalam pembelajaran akidah akhlaq tema menghindari akhlak
tercela adalah sebagaimana yang penulis lampirkan dalam lampiran.
Selain itu, dalam merancang pembelajaran guru hanya menyesuaikan dari
buku guru saja, tidak mengembangkan metode dan strategi pembelajaran
dalam merancang pembelajaran, hal sersebut sebagaimana hasil wawancara di
bawah ini:
“Didalam buku tematik juga sudah terdapat RPP nya kan jadi ibu
terkadang juga mengikuti yang ada didalam buku guru saja nak.”
(Wawancara ibu Rowiyatul Adawiyah, guru akidah akhlaq kelas I
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi, hari Kamis 14
Januari 2018 Pukul 08:00 -09:45 WIB).
Hasil wawancara di atas, menjelaskan bahwa guru memang benar-benar
tidak mendesain pembelajaran sebelum melakukan pembelajaran di dalam
kelas. Hal tersebut juga sebagaimana hasil wawancara di bawah ini:
53
“Hehe, lagi-lagi RPP ya ( sambil tertawa). Kami semua disini belum
sepenuhnya menggunakan RPP. Kalau rancangan pembelajaran tentunya
kami mengacu pada bahan ajar yang di gunakan. Apalagi dalam buku
K13 ini kan sudah lengkap ya, ada indikator, langkah-langkah
pembelajaran bahkan penilaian semuanya ada di situ, jadi saya tinggal
menyesuaikan, atau mungkin dalam menyampaikannya saya modifikasi
sesuai dengan karakter dan kemampuan anak”. (Wawancara ibu
Rowiyatul Adawiyah, guru akidah akhlaq kelas I Madrasah Ibtidaiyah
Quhas Primary School Kota Jambi, hari Kamis 14 Januari 2018 Pukul
08:00 -09:45 WIB).
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, selain dari internet guru juga
berpedoman terhadap RPP yang ada didalam buku tematik guru, dimana
didalam buku tematik guru sudah terdapat komponen-komponen RPP.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, 25 Januari 2019 mengenai
problematika perencanaan RPP guru akidah akhlaq kelas I Madrasah
Ibtidaiyah Quhas rimary school kota jambi.problematika diantaranya yaitu:
1) Kurangnya pemahaman guru dalam menyusun RPPpembelajaran
tematik,untuk mengatasinya guru menggunakan RPP yang ada
didalam internet.
2) Guru kesulitan dalam menyusun RPP pembelajaran tematik yang
sesuai dengan komponen-komponen RPP.
3) Guru kesulitan dalam menyusun RPP pembelajaran akidah akhlak
dalam pembelajaran tematik dikarenakan perbedaan tahap
perencanaan kurikulum sebelumnya KTSP dengan kurikulum 2013.
4) Guru belum mendapatkan pelatihan khusus.
5) Guru tidak sesuai dengan kejuruan.
e. Tidak Menyusun Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran dalam sebuah rancangan pembelajaran
(RPP) sangatlah penting. Dimana langkah-langkh pembelajaran sangat
menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Guru dituntut untuk membuat
RPP dengan tujuan utama mendesain pembelajaran dengan sebaik mungkin,
agar pembelajaran lebih terarah.
Guru Akidah Akhlaq kelas satu di Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary
School Kota Jambi mengatakan bahwa tidak setiap jam pelajaran akidah akhlak
54
mereka mendesain pembelajaran. Hal tersebut sebagaimana hasil wawancara
sebagai berikut:
“Hehehe, RPP lagi ya. Sebenarnya saya jarang mendesain pembelajaran
juga jarang sekali membuat RPP, karena ya itu tadi, saya ini sarjana
hukum tidak paham bagaimana membuat RPP”. (Wawancara ibu
Rowiyatul Adawiyah, wali kelas I di Madrasah Ibtidaiyah Quhas
Primary School Kota Jambi, Kamis 14 Januari 2019, Pukul 10.50 -
11.30 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, guru benar-benar mengalami
kesulitan dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran. Hal tersebut
disebabkan karena guru akidah akhlak berlatar belakang pendidikan dari
sarjana hukum dan baru enam bulan mengajar disekolah tersebut. Sementara
pihak sekolah tidak pernah mengadakan pelatihan pembuatan RPP dan
perangkat pembelajaran.
Untuk mengatasi problematik di atas, maka guru membuat solusi untuk
mendownload langkah-langkah pembelajaran dari internet dan dikembangkan
dalam RPP nya. Selain itu guru juga mengalami kesulitan dalam melakukan
evaluasi pembelajaran. Guru akidah akhlaq mengatakan bahwa ia belum
mengerti dengan sistem evaluasi kurikulum 2013, apa lagi dalam
pembelajaran akidah akhlaq hanya tersedia buku siswanya saja, tidak ada
buku guru. Sehingga salah satu solusinya adalah mendownload RPP dari
internet. Namun, pada pelaksanaannya berdasarkan observasi guru sering
tidak sesuai dalam mengikuti langkah-langkah pembelajaran didalam RPP
yang diambil dari internet. Guru hanya menggunakan langkah-langkah
pembelajaran sesuai dengan situasi keadaan kelas tanpa mengikuti langkah-
langkah pembelajaran yang sudah ada didalam RPP.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara Kamis, 20 Januari 2019
mengenai problematika dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran
Akidah Akhlaq kelas satu di Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School
Kota Jambi ditemukan beberapa problematika diantaranya yaitu:
1) Guru Akidah Akhlaq kelas I mengalami kesulitan dalam menentukan
langkah-langkah pembelajaran yang sesuai, dikarenakan ketidak
55
sesuaian profesi guru dan ketidak pahaman guru dalam membuat
RPP.
2) Guru Akidah Akhlaq kelas I mengalami kesulitan dalam merumuskan
langkah-langkah kegiatan inti, guru kesulitan dalam menentukan
batasan-batasan kegiatan kegiatan pembelajaran. Sehingga RPP yang
didownload tidak sesuai penerapannya di dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam penerapannya guru hanya menyesuaikan
keadaan kelas, tidak berdasarkan RPP.
f. Evaluasi Pembelajaran Akidah Akhlaq
Penilaian merupakan tolak ukur untuk menentukan berhasil tidaknya
tujuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai bentuk instrumen sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Selain itu, penilaian atau evaluasi adalah penentu
dan point utama yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran. Namun, guru
akidah akhlaq juga mengalamikesulitan dalam melakukan evaluasi mata
pelajaran akidah akhlaq yang menggunakan kurikulum 2013. Hal tersebut
sebagaimana hasil wawancara penulis dengan guru akidah akhlaq kelas satu
sebagai berikut:
“Saya sedikit kurang memahami dalam menentukan penilaian yang sesuai
digunakan dalam pembelajaran tersebut, hanya menyesuaikan penilaian
dari buku tematik guru kurikulum 2013.”(Wawancara ibu Rowiyatul
Adawiyah, guru akidah akhlaq kelas I Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary
School Kota Jambi, Rabu 20 Januari 2019, Pukul 09.00 -09.45 WIB).
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, guru akidah akahlaq megalami
kesulitan dalam merencanakan penilaian yang sesuai dalam setiap
pembelajaran. Sehingga, guru hanya menyesuaikan penilaian yang ada
didalam buku tematik guru pada tema pembelajaran yang lainnya, karena buku
akidah akhlaq tidak ada buku petunjuk guru. Beliau juga mengatakan bahwa
belum mengetahui kurikulum 2013 dan cara evaluasinya yaitu penilaian
autentik, sehingga penilaian yang dilakukan dapat dikatakan tidak perfesionis
sebagaimana penilaian kurikulum 2013.
56
Dalam wawancara yang lainnya juga guru akidah akhlaq menyatakan
bahwa kesulitan-kesulitan dalam mengevaluasi pembelajaran tersebut
sangat menghambat kinerjanya sebagai guru. Sehingga penilaian yang
diberikan kepada siswa tidak perfesionis. Guru menilai kemampuan siswa
dengan soal test tertulis, test lisan dan juga melalui keseharian siswa saat
proses pembelajaran, serta tugas-tugas terstruktur ataupun mandiri yang
diberikan. Berdasarkan observasi ditemukan bahwa setelah guru
memberikan penjelasan terhadap materi siswa kemudian mengerjakan
lembar kegiatan yang ada didalam buku siswa, dari situlah guru juga akan
mengambil hasil nilai yang diperoleh siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, mengenai problematika
dalam perencanaan penialain ditemukan beberapa problematika
diantaranya yaitu:
1) Guru mata pelajaran akidah akhaq kelas satu mengalami kesulitan
dalam menyusun dan melakukan penilaian kepada siswa. Sehingga
guru melakukan penilaian terhadap siswa hanya menyesuaikan
buku tematik di tema lainnya. Dan melakukan penilaian
kemampuan siswa berdasarkan test lisan, tulisan dan pengamatan.
2) Tidak adanya buku panduan guru, sehingga guru mengalami
kesulitan dalam menyusun rancangan pembelajaran hingga ke
evaluasi pembelajaran.
3. Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlaq Pada Materi Menghindari
Akhlak Tercela.
a. Problematika Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlaq
Proses pembelajaran merupakan point utama dari kegiatan yang ada di
sekolah. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan
siswa. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran ini khususnya pada
pembelajaran tematik banyak sekali problematika yang di hadapi guru.
Mulai dari perencaan dalam pembuatan RPP yang sering kali dalam
pengaplikasiannya berbeda.
57
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi yang penulis lakukan di
Madrasah Quhas Primary School Kota Jambi. Ada beberapa permasalahan
yang guru akidah akhlaq alami, diantaranya adalah masalah sarana dan
cara menerapkan rancangan pembelajaran dalam pembelajaran.
Permasalahan yang ada pada sarana yakni keadaan ruangan kelas yang
terlalu kecil, sehingga siswa tidak dapat bergerak aktif.
Sedangkan problematika pada penerapan rancangan pembelajaran,
berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi yang penulis dapatkan pada
saat penelitian, yakni guru tidak menerapkan RPP yang telah dirancang.
Guru mengajar hanya menyesuaikan keadaan kelas. Selain itu, guru juga
mengalami kesulitan dalam melakukan evaluasi pembelajaran. Sehingga
guru hanya menyesuaikan evaluasi sebagaimana evaluasi yang
dilaksanakan pada buku kurikulum 2013 lainnya, sebagaimana yang telah
penulis paparkan pada pembahasan di atas.
Hasil dokumentasi proses pelaksanaan pembelajaran akidah akhlaq
kelas satu di Madrasah Ibtidayah Quhas Primary School Kota Jambi,
sebagaimana gambar di bawah ini:
Gambar 4.3
Proses Pelaksanaan Pembelajaran Akidah akhlaq Kelas I Madrasah
Ibtidayah Quhas Primary School Kota Jambi.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
58
Gambar 4.3 di atas merupakan hasil dokumentasi proses
berlangsungnya kegiatan pembelajaran akidah akhlaq kelas satu yang di
laksanakan oleh guru akidah akhlaq kelas satu. Pada gambar tersebut dapat
di lihat guru sedang mengajar dan penulis sedang melakukan observasi
dan dokumentasi.
Berdasarkan dokumentasi kegiatan pembelajaran di atas, dapat di lihat
guru sedang mengalami problematika pada kegiatan pembelajaran. Pada
kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa terlihat tidak fokus
memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. Siswa masih masih
bermain dan tidak menghargai guru yang sedang menyampaikan materi di
depan kelas. Akibatnya, guru harus mengulang materi sampai beberapa
kali, agar siswa mengerti dengan apa yang disampaikan oleh guru. Hal
tersebut senada dengan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan
ketiga siswa kelas satu Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota
Jambi, hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
“Sering banget, sampek males ngerjainnya. Kami kadang malas
belajar sama ibu itu karena takut di kasih PR yang banyak”.
(Wawancara dengan Muhammad Ar-Rahman, Khalisa Humairo,
Atallah Faiqah, siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary
School Kota Jambi. 22 Januari 2019. Pukul 11:10-12:00 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat di lihat bahwa siswa
mengatakan malas belajar dengan guru akidah akhlaq dikarenakan takut
diberikan tugas yang berlebihan. Sehingga kurangnya motivasi siswa
untuk belajar akidah akhlaq. Hal ini tentuya menjadi penghambat bagi
guru dalam menyampaikan dan menerapkan materi pembelajaran kepada
siswa.
Selain itu, guru kelas juga mengaku mengalami kesulitan dalam
mengelola kelas, dikarenakan kondisi siswa yang sulit di atur. Siswa yang
sering ribut di belakang membuat terhambatnya suatu kegiatan
pembelajaran di dalam kelas. Sehingga guru memang harus benar-benar
59
antusias dalam mengajar. Oleh karena itu, guru mengkondisikan siswa
dengan cara guru memperhatikan dan hanya melihat kearah siswa yang
ribut tanpa mengeluarkan kata kata dalam mengatasi siswa yang kurang
memperhatikan penjelasasan guru dan mereka ribut, guru juga
menggunakan cara menempatkan dan merubah posisi duduk siswa agar
mereka tidak ribut lagi. Tujuannya adalah agar anak tidak ribut lagi dan
mau memperhatikan penjelasan dari guru.
Selain itu, kondisi kelas yang sangat sempit tidak sesuai untuk
ditempati 26 siswa. Apa lagi ruangan kelas hanya di sekat dengan triplek
tipis, sehingga siswa yang rebut di kelas sebelah sangat mengganggu
antusias siswa ketika belajar. Siswa juga sering kali memukul dinding
sehingga pembelajaran akidah akhlak sangat tidak kondusif. Hal tersebut
juga sangat menyulitkan guru dalam mengkondisikan kelas ketika
pembelajaran berlangsung, hal ini sebagaimana hasil wawancara di bawah
ini:
“Ada tapi tidak terlalu banyak, kesulitan mungkin karena kurangnya
media. Tapi saya selalu berusaha mempersiapkan. Selain itu juga saya
kesulitan dalam mengkondisikan kelas, karena siswa yang sering ribut
di belakang dan keadaan ruangan kelas yang sempit, itu membuat saya
kesulitan dan tidak leluasa dalam mengajar”. (Wawancara dengan Ibu
Rowiyatul Adawiyah, guru akidah akhlaq kelas I. 22 Januari 07:30-
09:00 WIB)
Kutipan wawancara di atas merupakan kesulitan mengelola yang di
hadapi guru ketika mengajar akidah akhlaq di dalam kelas. Oleh karena
itu, guru sering kali melakukan upaya untuk memberikan motivasi belajar
kepada siswa, serta memberikan contoh-contoh sikap berakhlakul karimah
kepada siswa. Dengan harapan agar siswa dapat meniru dan menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Namun kendala yang dinyatakan oleh guru
akidah akhlaq kelas satu, sebagian besar siswa hidup dilingkungan rumah
yang kurang mendukung dan tidak memberikan contoh berakhlakul
karimah. Sehingga masih ada beberapa siswa yang tidak menerapkan mari
berakhlakul karimah baik kepada guru, orang tua dan juga teman.
60
Berkaitan dengan pola tingkah laku siswa tersebut, seorang guru
haruslah pintar dalam menggunakan berbagai trik dan strategi yang di
gunakan guru dalam upaya meningkatkan konsentrasi siswa dan
memusatkan pikirannya dalam memahami pelajaran dan juga mengatasi
pola tingkah laku siswa tersebut. Dan guru akidah akhlaq kelas I
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School ini juga sangat-sangat
berharap agar ada perubahan baik dari kondisi kelas, tingkah laku siswa
dan juga peran sekolah agar dapat memberikan pelatihan secara khusus
kepada guru, agar dapat memahami kurikulum 2013. Hal ini sebagaimana
kutipan wawancara di bawahh ini:
“Ya, tentunya ada ya. Saya sangat berharap sekolah ini semakin maju,
dan kedepannya akan ada pelatihan guru dalam mengimplementasikan
kurikulum 2013, karena masih banyak yang bingung dalam
menerapkannya. itu saja sih, itu saja ya, jam sudah waktunya saya
mengajar di kelas lagi, heheh (sambil tertawa)”. (Wawancara dengan
Ibu Rowiyatul Adawiyah, guru akidah akhlaq kelas I. 22 Januari
07:30- 09:00 WIB)
Kutipan wawancara di atas merupakan harapan guru akidah akhlak
untuk sekolah khususnya untuk pembelajaran akidah akhlak di kelas satu
agar lebih baik lagi dari sebelumnya. Perlunya media pembelajaran yang
mendukung pembelajaran akidah akhlaq. Selain itu harapan dari penulis
yang telah mengetahui kondisi Madrasah tersebut yakni agar guru dapat
membuat rancangan pembelajaran dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara lain juga, penulis menemukan
permasalahan lain, yakni guru mengalami kesulitan dalam memberikan
motivasi kepada siswa. Guru juga mengalami kesulitan dalam menerapkan
kegiatan pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran tidak sesuai
dengan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dirancang Dalam RPP.
Oleh karena itu, penulis mengelompokkan permasalahan yang terkait
dengan leaksanaan pembelajaran akidah akhlaq sebagai berikut:
61
1) Guru akidah akhlaq kelas I mengalami kesulitan dalam mengelola
kelas ketika pembelajaran akidah akhlaq berlangsung, hal tersebut
dikarenakan siswa ribut ketika pembelajaran berlangsung.
2) Guru kesulitan ketika berinteraksi dengan siswa, dikarenakan guru
akidah akhlaq kelas I kesulitan dalam memahamkan siswa yang
memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
3) Guru akidah akhlaq kelas I mengalami kesulitan dalam
menerapkan RPP di dalam pembelajaran, sehingga kegiatan
pembelajaran berlangsung menyesuaikan kondisi siswa di dalam
kelas.
4) Ruangan kelas yang sempit, sehingga siswa tidak bias bergerak
aktif ketika jam pembelajaran akidah akhlaq.
b. Problematika Berkaitan dengan Materi dan Media Pembelajaran
Akidah Akhlaq Kelas Satu Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary
School Kota Jambi.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan untuk belajar. Dan dalam belajar
bertujuan untuk merubah, dari yang tidak biasa menjadi biasa, dan dari
yang tidak bisa menjadi bisa. Oleh karena itu belajar dan perubahan adalah
tujuan utama dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran gurulah yang
bertugas mencapaikan tujuan tersebut kepada siswa, dengan cara dan
strategi yang sesuai.
Materi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting didalam suatu
proses pembelajaran. Materi yang sesuai akan tercapainya tujuan
pembelajaran, apabila materi yang disampaikan tidak sesuai maka tidak
sampailah kepada tujuan pembelajaran yang diinginkan. Materi harus
disampaikan secara jelas dan tepat agar siswa dapat memahaminya.
Namun, dalam pembelajaran akidah akhlaq kelas satu, materi
mencegah akhlaq tercela, mengalami beberapa permasalahan, sehingga
guru mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Permasalahan yang utama adalah sebagaimana yang telah penulis jelaskan
62
pada pembahasan di atas, yakni guru merasa kesulitan dalam
mengkondisikan kelas dan tidak menerapkan kegiatan pembelajaran yang
ada di RPP di dalam pembelajaran.
Problematik yang selanjutnya yakni guru mengalami kesulitan dalam
menyampaikan materi menghindari akhlaq tercela. Hal ini sebagaimana
hasil observasi yang penulis lakukan ketika kegiatan pembelajaran akidah
akhaq berlangsung di kelas satu. Hasil pengamatan atau observasi yang
penulis lakukan yaitu, guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan
pembelajaran, dikarenakan siswa yang ribut di dalam kelas dan sulit
dikodusifkan. Sehingga, pada jam pemlajaran, guru banyak melakukan
kegiatan mendiamkan siswa saja, kegiatan pembelajaran atau
penyampaian materi sangat sedikit sekali. Dan untuk membuat siswa
faham dengan penjelasan guru, guru harus mengulang materi hingga
beberapa kali.
Sedangkan dalam penggunaan media pembelajaran, guru jarang sekali
menggunakan media pembelajaran yang mendukung. Ketika mengajar
guru hanya terfokus pada bahan ajar yang digunakan kelas I saja. Media
pembelajaran yang digunakan biasanya berupa audio visual, seperti video
dan lain sebagainya. Hal tersebut tetunya menyulitkan siswa dalam
menerima materi yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari hasil wawancara
dengan guru akidah akhlaq kelas satu Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary
School Kota Jambi, media yang digunakan dalam pembelajaran akidah
akhlaq adalah sebagaimana kutipan wawancara di bawah ini:
“Ada tapi tidak terlalu banyak, kesulitan mungkin karena kurangnya
media. Tapi saya selalu berusaha mempersiapkan. Selain itu juga saya
kesulitan dalam mengkondisikan kelas, karena siswa yang sering rebut
di belakang dan keadaan ruangan kelas yang sempit, itu membuat saya
kesulitan dan tidak leluasa dalam mengajar”. (Wawancara dengan Ibu
Rowiyatul Adawiyah, guru akidah akhlaq kelas I. 22 Januari 07:30-
09:00 WIB)
Selain itu, guru akidah akhlaq kelas satu juga mengemukakan
kesulitannya dalam kutipan wawancara sebagai berikut:
63
“Ada, tentunya di bagian metode, saya sering kali menggunakan
metode yang tidak sesuai dengan RPP. Karena kondisi siswa kan
setiap harinya berbeda-beda, jadi saya tidak bisa menyesuaikan
metode yang saya gunakan dengan metode yang ada di RPP. Jadi
metode, hanya menyesuaikan keadaan kelas saja”. (Wawancara
dengan Ibu Rowiyatul Adawiyah, guru akidah akhlaq kelas I. 22
Januari 07:30- 09:00 WIB)
Kutipan wawancara di atas adalah pengakukan guru terhadap
problematika yang dihadapi. Yakni guru tidak menerapkan metode
pembelajaran yang ada di RPP sebagai mana mestinya pembelajaran di
dalam kelas. Guru menggunakan metode pembelajaran menyesuaikan
kondisi siswa di dalam kelas saja.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, pada 22 Januari 2019
dengan guru akidah akhlaq kelas I tentang problematika materi dan
penggunaan media pembelajaran akidah akhaq kelas satu di Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi, ditemukan beberapa
problematika diantaranya yaitu:
1) Guru akidah akhlaq kelas I mengalami kesulitan dalam
menyampaikan materi akidah akhlaq, dikarena siswa sulit untuk
dikondisikan.
2) Guru akidah akhlaq kelas I mengalami kesulitan dalam
penggunaan media pembelajaran ketika proses pembelajaran
dikarenakan tidak adanya media yang sesuai yang disediakan oleh
sekolah, sehingga guru hanya terfokus dengan bahan ajar dan
berusaha menggunakan media seadanya.
3) Guru akidah akhlaq kelas I tidak menerapkan metode yang sesuai
yang sebagaimana di dalam RPP. Guru menggunakan metode
sesuai dengan kondisi siswa di dalam kelas, hal tersebut untuk
mengkondusifkan siswa ketika belajar akidah akhlaq.
1. Problematika Evaluasi pada Pembelajaran Akidah Akhlaq Kelas I
Madrasah Quhas Primary School Kota Jambi.
64
a. Penilaian yang Sesuai untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran
Akidah Akhlaq
Kurikulum 2013 menggunakan sistem penilaian autentik. Penilaian
autentik yaitu penilaian secara keseluruhan, baikdari kemampuan
koognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam sebuah pembelajaran sangat
diperlukan penilaian untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
menerima materi yang telah disampaikan oleh guru.
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi sudah
menggunakan kurikulum 2013 pada mata pelajaran akidah akhlaq, hanya
saja mata pelajaran tersebut terpisah tidak menjadi satu dengan mata
pelajaran umum lainnya. Berdasarkan observasi dan pengamatan penulis,
guru akidah akhlaq telah menerapkan sistem penilaian kurikulum 2013,
hanya saja ada beberapa problematik yang menjadi kendala bagi guru
dalam melakukan penilaian. Kendala yang pertama yakni, guru akidah
akhlaq belum berpengalaman mengajar dan tidak sesuai dengan
profesinya. Kendala yang selanjutnya yakni guru kurang mampu dalam
memilah dan membuat soal untuk penilaian. Hal ini dikarenakan
kurangnya pengetahuan guru akidah akhlaq kelas I kurang memahami dan
tidak adanya buku pegangan guru, sehingga penilaian hanya menyesuaikan
penilaian sebagaimana penilaian pada pembelajaran lain.
Penilaian merupakan tolak ukur tercapai atau tidaknya sebuah tujuan
pembelajaran. Didalam pembelajaran tematik penilaian yang digunakan
yaitu penilaian autentik, dimana penilaian yang dilakukan dengan sebenar-
benarnya. Berikut wawancara dengan guru akidah kelas I tentang kesulitan
dalam menilai siswa.
“Sebenarnya sih belum, saya masih belum memahami penilaian
autentik itu seperti apa. Karena saya memang beda jurusan, dan ini
bukan keahlian yang saya ambil, jadi saya agak merasakan kesulitan.
Jadi ketika menilai saya menyesuaikan saja dengan buku pegangan
guru pada mata pelajaran lain”. (Wawancara dengan Ibu Rowiyatul
Adawiyah, guru akidah akhlaq kelas I. 22 Januari 07:30- 09:00 WIB)
65
Kutipan wawancara di atas merupakan jawaban pertanyaan guru
akidah akhlaq, bahwa guru memang mengalami kesulitan dalam menilai.
Selain itu guru juga belum memahami sistem penilaian autentik pada
kurikulum 2013. Jika siswa belum memahami apa yang disampaikan oleh
guru, atau guru belum melakukan penilaian hari ini, maka guru melakukan
penilaian pada pertemuan berikutnya.
Selain itu, menurut hasil wawancara lainnya, ditemukan bahwa guru
akidah akhlaq kelas I mengalami kesulitan dalam menilai siswa pada
proses pembelajaran. Guru akidah akhlaq kelas I mengalami kesulitan
dalam melakukan penilaian jika siswanya belum mengerti dengan materi
yang telah disampaikan. Berdasarkan wawancara tentang bagaimana guru
melakukan penilaian portofolio dan guru akidah akhlaq tersebut hanya
melakukan pengamatan. Hal tersebut sebagaimana bukti kutipan
wawancara sebaga berikut:
“Dengan pengamatan saya. Pokoknya kalau di tanya sudah bisa jawab
berarti dia sudah mengerti. Dan sayangnya ketika saya tanya hanya
beberapa siswa saja yang bisa menjawab dengan benar”. (Wawancara
dengan Ibu Rowiyatul Adawiyah, guru akidah akhlaq kelas I. 22
Januari 07:30- 09:00 WIB)
Menurut wawancara tersebut hanya sebagian siswa yang bisa
menjawab pertanyaan dengan benar yang diberikan oleh guru, hal tersebut
dikarenakan ketidak pahaman siswa tentang materi yang telah
disampaikan guru sehingga berpengaruh terhadap evaluasi yang
dilaksanakan.
Berdasarkan wawancara tersebut guru akidah akhlaq kelas I
mengalami kesulitan dalam menentukan jenis penilaian yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan digunakan. Sehingga guru akidah
akhlaq kelas I hanya melakukan penilaian yang sudah ada didalam buku
akidah akhlaq kelas I. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, Senin
22 Januari 2019 tentang problematika dalam penilaian akidah akhlaq yang
66
sesuai dengan tujuan pembelajaran ditemukan beberapa problematika
diantaranya yaitu:
1) Guru akidah akhlaq kelas I mengalami kesulitan dalam memilah
soal untuk penilaian siswa.
2) Guru akidah akhlaq mengalami kesulitan melakukan penilaian
apabila siswa kurang memahami materi yang disampaikan.
3) Guru akidah akhlaq tidak memahami penilaian autentik pada
kurikulum 2013.
b. Penulisan Hasil Akhir (raport)
Evaluasi merupakan tolak ukur untuk mengetahui berhasil tidaknya
suatu pembelajaran. Hasil nilai evaluasi akan dikonkritkan dalam bentuk
rapotr semester. Penulisan hasil akhir pun berbedaan dari kurikulum
sebelumnya (KTSP), hasil akhir pada kurikulum 2013 guru harus
mendeskripsikan setiap tema didalam buku rapotr siswa. Disinilah guru
akidah akhlaq kelas I juga mendapatkan kesulitan dalam penulisan hasil
akhir. Penulisan akhir siswa dalam bentuk raport yang berbeda dari
sebelumnya juga mendapatkan kesulitan guru akidah akhlaq kelas I
sebagaimana yang dikutip dalam wawancara berikut ini.
“Tidak, biasanya penilaian dilakukan di akhir atau di pertengahan
pembelajaran. Hanya saja saya agak kesulitan juga ketika nanti
mengumpulkan nilai untuk hasil akhir. Karena nilai ini kan harus
dideskripsikan satu per satu berdasarkan aktifitas belajar siswa”.
(Wawancara dengan Ibu Rowiyatul Adawiyah, guru akidah akhlaq
kelas I. 22 Januari 07:30- 09:00 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut mengenai problematika
evaluasi dalam menulis hasil akhir, adapun problematika yang ditemukan
diantaranya: Guru akidah akhlaq kelas I mengalami kesulitan dalam
mendeskripsikan setiap hasil materi yang disamaikan pada hasil akhir
siswa dalam bentuk raport.
67
2. Solusi Guru dalam Problematika Mata Pelajaran Akidah Akhak
dalam Penanaman Karakter Siswa Kelas I di Madrasah Ibtidaiyah
Quhas Primary School Kota Jambi
Penerapan pembelajaran akidah akhlaq harus sesuai dengan kurikulum
20113. Sebagaimana yang seharusnya diterapkan di Kelas I di Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi, penerapan kurikulum 2013 pada
pembelajaran akidah akhlaq di kelas I sudah berjalan dengan baik, namun
masih ada beberapa kendala sebagaimana yangtelah dipaparkan pada
pembahasan selanjutnya. Untuk itu, tentunya Madrasah Ibtidaiyah Quhas
Primary School Kota Jambi sangat memerlukan solusi. Solusi tersebut
sebagaimana hasil wawancara yang penulis lakukan pada 22 Januari 2019
sebagai berikut:
“Solusinya sebenarnya saya sebagai guru tntunya sangat berharap agar
Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi ini mengadakan
pelatihan implementasi kurikulum 2013 khususnya bagian evaluasi.
Selain itu, saya berharap agar pihak Madrasah Ibtidaiyah Quhas
Primary School Kota Jambi dapat menyediakan media pembelajaran,
bahan ajar serta hal-hal lain yang mendukung pembelajaran akidah akhlak
pada kurikulum 2013 ini”. (Wawancara dengan Ibu Rowiyatul Adawiyah,
guru akidah akhlaq kelas I. 22 Januari 07:30- 09:00 WIB)
Kutipan wawancara di atas merupakan wawancara penulis degan guru
akidah akhlak kelas I. Berdasarkan solusi yang dikemukakan oleh guru akidah
akhlak di atas. Penulis mengemukakan pendapat dan solusinya untuk
problematika yang di harapi Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota
Jambi dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 khususnya pada
pembelajaran akidah akhlaq kelas I. Solusi untuk pengimpelemtasian
kurikulum 2013 pada mata pelajaran akidah akhlaq adalah sebagai berikut:
a. Guru hendaknya mendesain pembelajaran akidah akhlaq dengan baik
sebelum pembelajaran akidah akhlaq berlangsung.
b. Guru lebih meningkatkan motivas belajar siswa dengan lebih kreatif
menyediakan media, bahan ajar dan membawa lingkungan
pembelajaran yang menarik dan sesuai. Selain itu, guru juga
hendaknya memberikan contoh dan lebih ekstra menerapkan
68
berperilaku terpuji kepada siswa dalm lingkungan sekolah maupun
lingkungan rumah dan sosial.
c. Pihak sekolah hendaknya memberikan pelatihan kepada guru tentang
cara penerapan pembelajaran akidah akhlak dengan menggunakan
kurikulum 2013. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian kualitatif ini meneliti tentang promata pelajaran Akidah Akhlaq
pada materi berakhlakul karimah di kelas satu Madrasah Ibtidaiyah Quhas
Primary School Kota Jambi. Penelitian ini menghasilkan data sebagai berikut:
1. Minimnya sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran Akidah
Akhlaq, yakni keadaan kelas yang sangat sempit dan kuranngnya media
serta bahan ajar yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran akidah
akhaq.
2. Guru Akidah Akhlaq mengalami problematika dalam mengajar, menyusun
rancangan pembelajaran serta mengevaluasi hasil belajar Akidah Akhlaq
siswa. Hal tersebut dikarenakan guru tidak sesuai kejuruan dan belum
pernah mendapatkan pelatihan-pelatihan pengiplementasian kurikuum
2013.
3. Guru Akidah Akhlaq mengalami kesulitan dalam menegvaluasi
pembelajaran Akidah Akhlaq, dan menulis hasil akhir (Raport) siswa.
4. Solusi yang harus dilakukan utuk mengatasi permasalah pada implementasi
mata pelajara akidah akhlaq yang menggunakan kurikulum 2013 yakni
dengan mengadakan pelatihan penerapan kurikumum 2013 khususnya di
bagian evaluasi. Hal tersebut sebagaimana permasalahan yang ada yakni
guru belum memahami penerapa kurikulum 2013 khusunya pada evaluasi
dan pengolahan data evaluasi serta tindak lanjut. Selain itu, Perlunya
motivasi dan peran kepala sekolah terhadap administrasi dan supervise
pendidikan serta memberikan motivasi kepada para guru agar mendesain
pembelajaran sebelum pembelajaran berlangsung. Perlunya peran para
pengurus atau pihak sekolah untuk menyediakan bahan ajar, media dan
ligkungan di sekitar sekolah yang dapat mendukung pembelajaran akidah
akhlaq kelas I di Madrasah Ibtidaiyah Quhas Primarry School Kot Jambi.
70
B.Saran
Dalam penulisan skripsi ini, penuis sangat mengharapkan kesempurnaan
dan kevalidan data yang di ambil. Namun, jauh dari kata sempurnya, maka untuk
kebaikan penulis, penulis sangat mengharapkan kritk dan saran dari pembaca dan
peneliti lainnya.
1. Saran Implementasi
1) Dapat dijadikan sebagai tolak ukur ketercapaian implementasi mata
pelajaran akidah akhlaq kelas I yang mengguakan kurikulum 2013.
2) Dapat mejadi pedoman dan solusi mengatasi permasalahan yang ada
pada problematika mata pelajaran akidah akhlaq kelas I di Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primarry School Kota Jambi.
2. Saran bagi Sekolah
a. Bagi Guru
1) Dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru dalam
mengmplementasikan pembelajaran akidah akhlaq berbasis
kurikulum 2013.
2) Dapat mejadi ilmu dan wawasan baru serta motivasi bagi guru agar
mendesain pembelajaran dengan sebaik mugkin sebelum
melakukan pembelajaran di dalam kelas.
b. Bagi Siswa
1) Dapat menjadi motivasi belajar siswa dalam belajar akidah akhlaq
materi akhlaq terpuji.
2) Sebagai saran bagi siswa agar melaksanakan perintah guru ketika
belajar akidah akhlaq di dalam kelas.
3. Saran bagi Peneliti Selanjutnya
1) Dapat dijadikan sebagai study relevan bagipeneliti selanjutnya.
2) Dapat menjadi perbandigan dengan penelitian yang lain dan dapat di
review kelemahan dana kelebihan problematika mata pelajaran akidah
akhlak kelas I yang menggunakan kurikulum 2013 di Madrasah
Ibtidaiyah Quhas Primary School Kota Jambi
71
1) JADWAL PENELITIAN
2) Catatan : Jadwal penelitian sewaktu-waktu dapat berubah.
NO Jenis Kegiatan
Penelitian
PELAKSANAAN PENELITIAN
Agustus
2018
Septem
ber
2018
Oktober
2018
Novem
ber
2018
Desembe
r
2018
Januari
2018
Februa
ri 2018
Maret
2018
April
2018
Mei
2019
Juli
2019
Juni
2019
Septemb
er
2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan
Proposal
3 Pengajuan proposal
dan penunjukan
dosen pembimbing.
4 Konsultasi dan
perbaikan proposal
5 Izin seminar
6 Seminar proposal
dan perbaikan hasil
seminar
7 Pengesahan judul
dan izin riset
8 Pelaksanaan riset
9 Pengolahan data
10 Bimbingan skripsi
11 ACC Skripsi
12 Ujian Munaqosah
13 Perbaikan Skripsi
71
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu. (1989). Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Baskara.
Arikonto Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktiki.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asmaran. (1992). Pengantar Ilmu Akhlak. Jakarta: Rajawali Press.
Bambang Marhiyato. (2018). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Rosda
Karya
Danim, Sudarwan. (2013). Pengantar Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Departemen Agama. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi:Kurikulum dan
Hasil Belajar Aqidah Akhlak. Jakarta:Direktorat Jendral Kelembagaan
Agama Islam.
Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif, dan Kuantitatif.
Jakarta: PT Grafindo Persada.
Ibid.
Iskandar. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.
Lickona, Thomas. (2013). Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik
Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media.
Maleong L. J. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Megawangi Ratna. (2004). Pendidikan Karakter, Solusi Yang Tepat Untuk
Membangun Bangsa. Bogor: Indonesia Heritage Foundation
Muhaimin, dkk Paradigm Pendidikan Islam. (Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah), Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mukhtar. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Peneliti
Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan. Jambi: Gaung Persada Press.
Ngainun Naim. (2012). Character Building. Jogyakarta: Ar-Ruzz. Media.
Rohani, Ahmad. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Aneka Cipta.
72
Sabri Ahmad, ( 2007). Strategi Belajar Mengajar. Ciputat: Quantum Teaching.
Satori Djam’an, Khomariah Aan. (2009), Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. (2016). Perencanaan dan Deain Sistem Pembelajaran. t.t.t:
Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Setiawan Guntur. (2004). Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, Balai
Pustaka. Jakarta.
Sugiyono. (2013).Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kualittif dan
Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tarigan Guntur Henry, Tarigan Djago. (2009). Telaan Buku Teks Bahasa
Indonesia. Bandung: Angkasa.
Trisno Yuwono dan Pius Abdullah. (1994). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
Praktis. Surabaya: Arkola.
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun (2003). Tentang Sistem Pendidikan.
Nasional.
Usman Nurdin. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Grasindo:
Jakarta.
Zakiah Darajat. (1992). Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara.
Zuhraini,dkk. (1995). Filsafat Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Jurnal:
Ilyas Burhanudin, (2013). Peran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dalam
Menanamkan Nilai Pendidikan Karakter Siswa Kelas V di MIN
Kebonagung Imogiri Bantul. Retreifed From: http://www.jurnalskripsi.
blogspot. Di akses pada 23 April 2018. puku 00:21 WIB.
Lestari Dian, (2011/2012). Pengembangan Pendidikan Karakter di SDIT Luqman
AL-Hakim Yogyakarta. Retreifed From: http://www.jurnalskripsi. blogspot.
Di akses pada 21 April 2018. puku 23:29 WIB.
Ning Nugrahani, (2013). Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Chairul
Tanjung Si Anak Singkong dan Relevansinya dengan Mata Pelajaran
73
Aqidah Akhlak pada tingkat MI. Retreifed From: http://www.jurnalskripsi.
blogspot. Di akses pada 23 April 2018. puku 00:56 WIB.
Rodianah Alifatul Yuyun, (2015). Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak
dalam Penanaman Aqidah Siswa di MTS Mambaul Ulum Tirtomoyo Pakis
Malang. Retreifed From: http://www.jurnalskripsi. blogspot. Di akses pada
21 April 2018. puku 23:22 WIB.
Rona Anita Rose, (2009). Upaya Guru Dalam Membangun Kesadaran
Keagamaan kelas VII MTS N Yogyakarta. Retreifed From:
http://www.jurnalskripsi. blogspot. Di akses pada 11 Maret 2018. puku
21:25 WIB.
74
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Waini Mardiana
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Jambi, 01 Januari 1997
Alamat : Jl. Nusa Indah III RT. 07 No. 08 Kel. Rawasari
Kec. Alam Barajo Kota Jambi
Alamat Email : [email protected]
No Kontak : 0822-9960-0420
Pengalaman-pengalaman :
1. Mengikuti kegiatan kemah Pramuka
2. Mengikuti kegiatan kemahasiswaan
3. Mengikuti KKN
4. Mengikuti pelatihan dan praktik microteaching.
Pendidikan Formal :
1. SDN 196 Kota Jambi
2. SMPN 16 Kota Jambi
3. SMAN 11 Kota Jambi
Pengalaman Organisasi :
1. Anggota Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia UIN Sultan Thaha
Syaifuddin Jambi.
Motto Hidup : Semangat Berjuang untuk Masa Depan.
Recommended