PERASAAN KEHILANGAN YANG MENDALAM
(Sepenggal Biografi Istri Mbah Maridjan)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh :
Anang Rujito
NIM : 081114034
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PERASAAN KEHILANGAN YANG MENDALAM
(Sepenggal Biografi Istri Mbah Maridjan)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
Anang Rujito
NIM: 081114034
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
PERASAAN KEHILANGAN YANG MENDALAM
(Sepenggal Biografi Istri Mbah Maridjan)
Oleh
Anang Rujito
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
Dr. Gendon Barus, M. Si. Tanggal 20 April 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
PERASAAN KEHILANGAN YANG MENDALAM
(Sepenggal Biografi Istri Mbah Maridjan)
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Anang Rujito
NIM: 081114034
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 20 April 2013 dan
dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Dr. Gendon Barus, M. Si. ______________
Sekretaris : A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A. ______________
Anggota I : Dr. Gendon Barus, M. Si. ______________
Anggota II : Drs. R. Budi Sarwana, MA ______________
Anggota III : Juster Donal Sinaga, M. Pd. ______________
Yogyakarta, 20 April 2013
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan
( Rohandi, Ph.D )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaima karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 April 2013
Penulis
Anang Rujito
NIM: 081114034
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Siapa diri kita, terlihat dari apa yang kita lakukan”
“Persingkatlah waktu yang kita lakukan dalam waktu yang singkat. Agar kita
memiliki sedikit waktu yang lebih dari waktu yang singkat itu”
SKRIPSI ini kupersembahkan kepada:
Kedua orang tua saya yang tersayang. Ibu yang tak hentinya memberi
semangat untuk menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh. Ayah yang selalu
mengucurkan keringat membanting tulang untuk membiayai pendidikan saya,
kakak-kakak saya yang tak lupa memperhatikan saya “kapan selesai kuliah?”,
pembimbing skripsi saya yang sering memberi pencerahan, dan teman-temanku
yang memiliki keunikan masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
PERASAAN KEHILANGAN YANG MENDALAM
(Sepenggal Biografi Istri Mbah Maridjan)
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap
mengenai subjek Ibu Ponirah yang mengalami guncangan perasaan sepeninggal
suami saat melaksanakan tugas sebagai Juru Kunci Gunung Merapi yang telah
dipercaya oleh masyarakat dan juga Keraton Yogyakarta. Rasa kehilangan
merupakan hal yang tak bisa diingkari oleh manusia begitu juga dengan Ibu Ponirah
ini. Guncangan perasaan jika tidak dikelola dengan benar dapat berdampak buruk
bagi pelaku dan juga orang sekitarnya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan studi
yang mendalam dan detail mengenai individu serta bersifat alami bebas dari
manipulasi. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah observasi, kunjungan
rumah, dan wawancara informasi. Informasi dan data yang diperoleh, baik melalui
subjek langsung maupun beberapa sumber informasi, peneliti gunakan untuk
memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang subjek yang pada akhirnya dapat
dujadikan bahan kajian pada penelitian ini.
Hasil penelitian adalah Ibu Ponirah merasa sangat terpukul karena kehilangan
suami tercinta saat melaksanakan tugas sebagai juru kunci Gunung Merapi. Beliau
tidak menyangka akan kehilangan suami tercinta. Dalam kejadian, Bu Ponirah yakin
dengan keselamatannya, namun Mbah Maridjan atau suami tercinta meninggal karena
peristiwa tersebut. Ibu Ponirah merasa tidak percaya dengan kejadian tersebut,
hatinya penuh dengan penolakan karena kehilangan suami saat melaksanakan tugas.
Hati Bu Ponirah terguncang akibat kehilangan suaminya. Seiring berlalunya hari,
kehancuran hati Ibu Ponirah beranjak tersembuhkan dengan riuh tawa cucu yang
selalu ada dan keluarga yang menemani harinya. Dengan keteguhan hati, Ibu Ponirah
mulai menerima kenyataan yang harus dihadapi yaitu kehilangan suami tercinta yang
biasa dikenal sosok Mbah Maridjan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
SENSE OF DEEP LOST
(A Part of Biography of the wife Mbah Maridjan)
The purpose of this research is to have comprehensive pictures of Mother
Ponirah who experienced a sense of deep lost of her husband who died at the eruption
of the volcano in Jogyakarta. He was entrusted by the Jogjakarta Palace as key person
to take care the active volcano in Jogyakarta. Feeling of terrible lost is humanly
experience for everybody including Mother Ponirah. If this experience of lost is not
being processed then it can affect her life and the life of people around her.
The type of his research is case study. Case study is a deeper and
comprehensive study on an individual with a particular case and free from
manipulation. Methodology of this study is data gathering from observation, home
visit and interview with the victim. All informations gathered from either victim or
other people around served as source of comprehensive data for this research.
The result of this study showed that Mother Ponirah, the wife of Mbak
Maridjan experience severe lost because of the death of her husband when the
eruption of the Volcano. She never thinks of losing her husband. When the eruption
happened she was sure for her safety as well as her husband but in reality her husband
died. She could not believe this happened to her husband. It was difficult for her to
accept the death of her husband when the eruption came because her husband should
take cares that volcano. Her life was shaken and her heart was broken because of the
dead of her husband. But as the days pass she began to accept, recovered and healed
because of the laughter and joy of her children and grand children who accompanied
her. With courage she began to accept the reality of the death of her husband who was
well known as Mbah Maridjan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi
ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini berhasil disusun berkat adanya bantuan
dari berbagai pihak yang telah memberikan masukan yang berharga. Untuk itu,
peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling sekaligus pembimbing skripsi yang selalu memperhatikan
kemajuan penulisan skripsi dan memberikan masukan yang sangat berharga.
2. Ibu Ponirah (Istri alm Mbah Maridjan) yang telah bersedia menjadi subjek
penelitian yang dalam keramahan dan keluguannya telah banyak bercerita
tentang luka-luka batin yang dialaminya sepeninggal suami tercinta.
3. Kepada Bapak Asih (Anak Ibu Ponirah) yang telah membantu memberikan
informasi penting yang butuhkan dalam penelitian ini.
4. Dr. G. Budi Subanar, S.J. yang telah memberi banyak masukan untuk
konstruksi skripsi dan organisasi bahan penulisan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
5. Dr. Gendon Barus, M. Si., Drs. R. Budi Sarwana, MA., dan Juster Donal
Sinaga, M. Pd. sebagai penguji skripsi yang telah member pencerahan.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberi begitu banyak ilmu, masukan, dan
menambah pengalaman yang nantinya dapat peneliti gunakan sebagaimana
mestinya dengan baik di dunia Bimbingan dan Konseling.
7. Semua pihak yang telah membantu peneliti untuk mendapatkan informasi
selama penelitian.
8. Teman seperjuangan peneliti saat menuntut ilmu yang telah ikhlas berbagi
suka dan duka, dan semua yang terlibat yang tidak dapat peneliti sebutkan
satu per satu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan khususnya
Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta, 20 April 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN. .............................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. .............................................................. iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN. .................................................. v
ABSTRAK. ........................................................................................................... vi
ABSTRACT. ......................................................................................................... vii
KATA PENGATAR. ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI. ........................................................................................................ x
BAB I. PENDAHULUAN. ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah. .................................................................... 1
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian........................................................ 4
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
E. Batasan istilah. ................................................................................... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA. .............................................................................. 8
A. Perasaan. .......................................................................................... 8
1. Pengertian Perasaan. ................................................................ 8
2. Bentuk-bentuk Perasaan. ......................................................... 9
3. Faktor yang Mempengaruhi Perasaan dalam
Penerimaan Diri. ....................................................................... 10
4. Aspek-Aspek Perasaan. ........................................................... 13
5. Perasaan Kehilangan yang Mendalam dan
Pengalaman Traumatik. ............................................................ 14
B. Seputar Bencana Merapi. ................................................................. 15
1. Bencana Letusan Gunung Merapi. ........................................... 15
2. Korban Letusan Gunung Merapi Secara Umum. ..................... 19
3. Dampak Sosial, Ekonomi,
Psikologis Bencana Gunung Merapi bagi para korban. ............ 21
4. Mengenal tokoh “Mbah Maridjan”. .......................................... 26
5. Dampak kematian Mbah Maridjan bagi masyarakat. ............... 27
6. Dampak kematian Mbah Maridjan terhadap Ibu Ponirah
dan keluarga. ............................................................................. 28
C. Kilas balik Peristiwa Kehidupan Mbah Maridjan. ........................... 30
D. Dampak Perasaan (trauma) yang tak Terkendali. ............................ 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
E. Penerimaan Diri. .............................................................................. 35
BAB III. METODE PENELITIAN....................................................................... 38
A. Jenis Penelitian. ............................................................................. 38
B. Sumber Data. ................................................................................. 40
C. Metode Pengumpulan Data. .......................................................... 40
D. Langkah-langkah Pengumpul dan Analisa Data. .......................... 43
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. .................................... 45
A. Laporan Hasil Penelitian. .............................................................. 45
B. Pembahasan. .................................................................................. 50
BAB V. KESIMPULAN. ...................................................................................... 55
A. Kesimpulan .................................................................................... 55
B. Keterbatasan .................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini disajikan latar belakang masalah, fokus dan pertanyaan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan deskripsi kasus
yang diteliti.
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan di Desa Kinahrejo sangat menakjubkan, asri, indah, sejuk,
menyegarkan, dan menyenangkan. Masyarakat di sana hidup bahagia dengan
kehidupan yang begitu indah. Tidak hanya warga sekitar menjadi penikmat keindahan
alam pegunungan di sana, melainkan para wisatawan yang berkunjung ke sana mulai
dari wisatawan domestik hingga wisatawan mancanegara terpesona menikmati
pemandangan di pelataran Gunung Merapi yang menakjubkan.
Jelang senja di satu hari, pesona keindahan Merapi mendadak berubah ketika
erupsi Gunung Merapi yang dahsyat terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010. Prahara
ini mengakibatkan keadaan masyarakat dan keindahan di sana menjadi sangat kontras
dengan sebelumnya. Erupsi adalah suatu aktivitas yang terjadi di mana gunung berapi
mengeluarkan material panas berupa lava pijar serta awan panas (dalam istilah jawa
disebut wedus gembel) berbentuk gumpalan awan hitam yang bersuhu tinggi yang
dapat merusak apa saja yang dilewatinya. Erupsi Gunung Merapi sudah merupakan
siklus antara 4-5 tahunan, namun erupsi yang terakhir ini menyebabkan tatanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kehidupan di wilayah sekitar Merapi mengalami perubahan besar, di mana pada masa
sebelumnya kehidupan masyarakat teratur, menjadi kacau dan berubah kontras. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang kehilangan anggota keluarga,
tempat tinggal, lahan pertanian, ternak, dan mata pencarian penduduk di daerah
tersebut, karena tersapu oleh sang wedus gembel.
Sejak bencana itu melanda, masyarakat daerah Kinahrejo banyak bergantung
dari para donatur, bantuan pemerintah, dan juga para pengunjung atau wisatawan.
Melihat situasi masyarakat yang seperti itu timbul rasa empati dari peneliti, sehingga
peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian pada daerah dan masyarakat di
sana. Begitu banyak yang kehilangan anggota keluarga mereka diantaranya ayah, ibu,
dan saudara kandung mereka. Dalam situasi panik dan kehilangan daya bahkan ada
salah satu keluarga yang akhirnya harus meninggalkan salah satu anggota
keluarganya (tidak mau dibawa untuk mengungsi) karena sesuatu hal.
Di antara sekian banyak korban, ada seseorang yang sungguh sangat spesial di
mata peneliti, yaitu Ibu Ponirah. Ibu Ponirah sebagai sosok sentral dalam kajian ini
berumur 74 tahun, beragama Islam adalah istri Mbah Marijan, Sang tokoh spiritual,
yang memiliki kemampuan khusus dan kesetiaannya pada pengabdian terhadap Raja
Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Mbah Maridjan yang lahir 05
Februari 1927 dengan nama kecil Gusti Raden Mas Dorodjatun yang diberi
kepercayaan oleh Raja Yogyakarta sebagai juru kunci Gunung Merapi turut menjadi
korban dan meninggal dunia pada saat mengemban tugas pada saat erupsi Merapi
terjadi. Bu Ponirah merasakan hal sama seperti yang lain karena kehilangan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yang dicintai yang telah setia menemaninya selama ini. Beliau sangat terpukul
sepeninggal suaminya yang rela berkorban karena pengabdian dan tanggung jawab
yang ia emban. Bencana itu membuat Bu Ponirah menjadi orang yang kesepian
secara fisik dan batin, merasa terguncang, merasa kehilangan yang mendalam, hancur
dan sekurang-kurangnya beberapa saat merasa kehilangan makna hidup. Perasaan
kehilangan yang mendalam inilah yang ingin peneliti jadikan fokus dalam penelitian
dengan judul “Perasaan kehilangan yang mendalam (Sepenggal Biografi Istri Mbah
Maridjan)”.
Semasa hidup bersama sang suami (Mbah Maridjan), Bu Ponirah hidup
dengan bahagia, namun setelah bencana erupsi Merapi pada hari Selasa tanggal 26
Oktober 2010 tersebut semua berubah dengan drastis. Hal itu membuat Ibu Ponirah
stress, kecewa, hampa dan kehilangan makna yang begitu dalam. Hatinya terkoyak
karena beliau kehilangan sosok suami yang selalu setia menemani hidupnya sehari-
hari. Sungguh berat bagi Ibu Ponirah untuk menghilangkan rasa traumanya,
menghilangkan rasa kehilangan yang begitu mendalam, luka batin yang begitu berat
dihadapi. Ibu Ponirah merasakan hari-hari yang sepi tak bermakna dalam menghadapi
kehidupannya. Lantas seberapa dalam hatinya luka? Trauma seperti apa yang tampak
dari perasan kehilangan yang mendalam? Bagaimana ia menyikapi saat-saat sepi dan
rasa kehilangan dalam kehidupannya? Lalu, bagaimana ia bangkit dari penderitaan?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang ingin disorot dalam kajian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk menjawab :
1. Bagaimana perasaan Bu Ponirah terhadap peristiwa kehilangan suami tercinta
yang meninggal dunia saat melaksanakan tugas sebagai juru kunci Gunung
Merapi?
2. Trauma seperti apakah yang terlihat pada diri Bu Ponirah?
3. Bagaimana Bu Ponirah menyikapi keadaan tersebut?
4. Bagaimana keseharian Bu Ponirah menjalani hidup sepeninggal suami?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengungkapkan perasaan Bu Ponirah sebagai akibat dari rasa kehilangan yang
mendalam sepeninggal suami (Mbah Maridjan) sebagai orang yang terkenal dan
cukup disegani tersebut.
2. Menggambarkan trauma yang timbul dari kejadiaan yang dialami Bu Ponirah.
3. Melihat sikap Bu Ponirah setelah kepergian Suami tercinta Mbah Maridjan.
4. Melihat aktivitas Bu Ponirah sehari-hari setelah ditinggal suami.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu :
1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan pembaca
tentang kesedihan atau rasa kehilangan yang mendalam (hati yang terkoyak)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sebagai dampak ditinggal suami sebagai seorang juru kunci Gunung Merapi yang
sangat tersohor.
2. Secara praktis, penelitian ini akan membuat kita memahami proses terapi yang
diberikan bagi seseorang yang mengalami kehilangan yang mendalam.
a. Bagi Ibu Ponirah, perlu ketegaran hati yang luar biasa ketika ditinggalkan
oleh belahan jiwa yang setia menemani hidupnya. Dalam situasi siap atau
tidak siap lahir dan batin, Ibu Ponirah sudah menghadapinya dengan hati
yang besar.
b. Bagi peneliti, mendapat pengalaman yang luar biasa dapat berbincang
langsung dengan Istri alm Mbah Maridjan dan keluarganya sekaligus belajar
memahami bagaimana situasi kehilangan sosok suami tercinta yang terkenal
dalam mengemban tugas mulia.
c. Bagi peneliti lain, dalam situasi yang tidak mudah seperti ini, peneliti harus
mampu memahami subjek, keluarga, lingkungan sekitar, dan membaca
situasi yang ada pada saat itu. Jangan berbincang atau berperilaku yang
sedikit atau bahkan menyimpang dari situasi karena dapat berdampak tidak
baik untuk subjek, keluarga , dan peneliti itu sendiri.
E. Batasan istilah
Dalam peristiwa penderitaan mendalam, ada protes. Dalam kesedihan ada
lebih banyak kepasrahan dan tanpa harapan. (Paul Ekman,2009) dalam penderitaan
mendalam ada upaya secara aktif dengan sumber kehilangan. Seringkali orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mengalami penderitaan mendalam tampak tidak mempunyai tujuan ketika tak ada
yang bisa dilakukan sama sekali untuk memperbaiki kembali rasa kehilangan
tersebut. Kita bisa melihat dari wajahnya, tapi kita tidak bisa lari dari suara sebuah
emosi. Kita mengajarkan pada anak-anak kita untuk mencegah suara-suara tidak
menyenangkan yang dihubungkan dengan beberapa emosi, khususnya tangisan
memilukan dari rasa putus asa dan penderitaan yang mendalam.
Kesedihan merupakan salah satu emosi yang berlangsung lebih lama. Setelah
sebuah periode penderitaan yang mendalam yang disertai ungkapan protes, biasanya
ada sebuah periode menghentikan kesedihan, yang didalamnya orang merasa tidak
berdaya dan kemudian yang protes yang mulai muncul kembali dalam usaha untuk
memulihkan rasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga yang diikuti oleh
kesedihan, kemudian penderitaan yang mendalam dan begitu seterusnya. Ketika
emosi menjadi lembut atau bahkan melunak, emosi tersebut mungkin berlansung
sama singkatnya dengan beberapa detik, atau bisa berlangsung beberapa menit
sebelum emosi yang lain terasa. Dalam kehilangan yang berat seperti itu, mungkin
akan ada sebuah latar belakang suasana hati sedih atau depresi (dysphoric), sampai
seiring dengan waktu suasana hati itu mulai menghilang saat proses dukacita tersebut
berakhir.
Dalam dukacita yang hebat seperti itu, ada momen ketika emosi-emosi yang
lain juga dirasakan. Seseorang yang berdukacita mungkin mempunyai peristiwa
kemarahan dalam kehidupan: pada Tuhan, pada orang lain, atau hal-hal yang
menyebabkan kehilangan pada orang yang meninggal. Mungkin ada peristiwa ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
orang yang berdukacita takut akan kenyataan bagaimana dia akan hidup tanpa sang
almarhum, juga takut bahwa dia tidak akan pernah mampu bangkit kembali dari
keterpurukan akibat kehilangan tersebut. Ketakutan seperti itu mungkin berganti-
ganti dengan perasaan tidak mampu untuk mendapatkan kembali kehidupan setelah
kehilangan seperti itu.
Dukacita adalah proses mengalami reaksi psikologis, sosial, dan fisik terhadap
kehilangan yang dipersepsikan. (estepede.blogspot.com) respons ini termasuk
keputusasaan, kesepian, ketidakberdayaan, kesedihan, rasa bersalah, dan marah.
Berkabung adalah proses yang mengikuti suatu kehilangan dan mencakup berupaya
untuk melewati dukacita. Proses dukacita dan berkabung bersifat mendalam, internal,
menyedihkan, dan berkepanjangan.
Kesedihan akibat kematian orang yang dikasihi, kerap disusul dengan
perasaan datar, membuat individu yang berduka terlihat “normal” menjalani
perkabungan. Namun yang sebenarnya terjadi justru sebaliknya. (historia.co.id) pada
saat perkabungan atau pemakaman, di mana kesedihan, hingga level tertentu, menjadi
aktivitas publik sesuai aturan budaya, ritual, dan kepercayaan masing-masing,
dukacita menyeret setiap orang untuk menjalaninya dalam kesunyian dan kesendirian.
Namun perubahan dalam diri seseorang yang berduka akan menggerogoti dirinya dan
mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini disajikan pengertian perasaan, bencana seputar Gunung Merapi,
dampak perasaan (trauma) yang tidak terkendali, dan penerimaan diri.
A. Perasaan
1. Pengertian Perasaan
Kata emosi berasal dari bahasa latin yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (1996:411) emosi merujuk
pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam
diri individu. Sebagai contoh, emosi gembira mendorong perubahan suasana hati
seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong
seseorang berperilaku menangis (Ekman 2003).
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi,
emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena
emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga
dapat mengganggu perilaku intensional manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Bentuk-bentuk Perasaan
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi
(belajarpsikologi.com) antara lain Descartes, (1995:34), emosi terbagi atas:
desire (hasrat), hate (benci), sorrow (sedih/duka), wonder (heran), love (cinta)
dan joy (kegembiraan). Sedangkan J B Watson (1913) mengemukakan tiga
macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), rage (kemarahan), love (cinta). Daniel
Goleman (1996:411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda
jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu:
a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, jengkel
b. Kesedihan: pedih, sedih, murah, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, waspada, tidak tenang, ngeri
d. Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur, bangga
e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,
bakti, hormat dan kemesraan
f. Terkejut: tersiap, terkejut
g. Jengkel: hina, jijik, muak, tidak suka
h. Malu: malu hati, kesal
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa semua emosi menurut Goleman
(1996:411) pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai
macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah
laku terhadap stimulus yang ada. Dalam The Nicomachea Ethics pembahasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar,
tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan.
Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu
membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat
dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut
Aristoteles, (Goleman, 1996:16) masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas,
melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan.
Menurut Mayer (Goleman, 1996:65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas
dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu: sadar diri, tenggelam
dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi
setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih
bermakna dan tidak menjadikan hidup yang dijalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian emosi
adalah suatu perasaan yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah
laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
3. Faktor yang Mempengaruhi Perasaan dalam Penerimaan Diri
Hurlock (1974) mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perasaan dalam penerimaan diri adalah:
a. Adanya pemahaman tentang dirinya sendiri
Hal ini timbul karena adanya kesempatan seseorang untuk mengenali
kemampuan dan ketidakmampuan. Individu yang dapat memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dirinya sendiri tidak akan hanya tergantung dari kemampuan
intelektualnya saja, tetapi juga pada kesempatannya untuk penemuan
diri sendiri, maksudnya semakin orang dapat mamahami dirinya, maka
semakin dapat menerima dirinya.
b. Adanya hal yang realistik
Jika individu menentukan sendiri harapannya yang disesuaikan dengan
pemahaman terhadap kemampuannya dan bukan diarahkan orang lain
dalam mencapai tujuannya, serta memiliki harapan yang realistis, maka
akan semakin besar kesempatan tercapainya harapan itu. Tercapainya
harapan akan menimbulkan kepuasan diri yang merupakan hal penting
dalam penerimaan diri.
c. Tidak adanya hambatan di dalam lingkungan
Walaupun seseorang sudah memiliki harapan yang realistis, tetapi jika
lingkungan disekitarnya tidak memberikan kesempatan atau bahkan
menghalangi, maka harapan individu tersebut akan sulit tercapai.
d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan
Tidak timbul prasangka, karena adanya penghargaan terhadap
kemampuan sosial orang lain dan kesedian individu mengikuti
kebiasaan lingkungan.
e. Pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Keberhasilan yang dialami individu akan dapat menimbulkan
penerimaan diri dan sebaliknya, jika kegagalan yang dialami individu
akan dapat mengakibatkan adanya penolakan.
f. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik
Individu yang mengidentifikasikan dirinya dengan individu yang
memiliki penyesuaian diri yang baik akan dapat membangun sikap-
sikap yang positif terhadap diri sendiri dan bertingkah laku dengan baik
yang menimbulkan penilaian diri yang baik dan penerimaan diri yang
baik.
g. Adanya perspektif diri yang luas
Yaitu memperhatikan pandangan orang lain tentang perspektif yang luas
ini diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Dalam hal ini usia dan
tingkat pendidikan memegang peran penting bagi seseorang untuk
mengembangkan perspektif dirinya.
h. Pola asuh anak di masa kecil yang baik
Seorang anak yang diasuh secara demokratis akan cenderung
berkembang sebagai individu yang dapat menghargai dirinya sendiri.
i. Konsep diri yang stabil
Individu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil, akan sulit
menunjukkan pada orang lain, siapa ia yang sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
4. Aspek-Aspek Perasaan
Berikut aspek-aspek perasaan menurut beberapa tokoh:
a. Maslow (Schultz,1991) berpendapat bahwa individu yang memiliki
kemampuan menerima diri sendiri dan orang lain, mampu
mengekspresikan dirinya sendiri terhadap kualitas-kualitas yang lebih
baik, yang merupakan sarana untuk membangun kepribadian
penerimaan diri dan orang lain terhadap diri.
b. Jersild (Hurlock,1974) mengatakan bahwa individu yang menerima
dirinya sendiri yakin akan pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku
pada pendapat orang lain dan memiliki perhitungan akan keterbatasan
dirinya serta tidak melihat dirinya sendiri secara irasional. Individu
yang menerima dirinya menyadari aset diri yang dimilikinya, dan
merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginannya serta
menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri.
c. Sheere (Sutadipura,1984) menyebutkan aspek-aspek penerimaan diri
yaitu:
a) Kepercayaan atas kemampuan untuk dapat menghadapi
hidupnya.
b) Menganggap dirinya sederajat dengan orang lain.
c) Tidak menganggap dirinya sebagai orang hebat atau abnormal
dan tidak mengaharapkan bahwa orang lain mengucilkannya.
d) Mempertanggungjawabkan perbuatannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
e) Mengikuti standar pola hidupnya dan tidak ikut-ikutan.
f) Menerima pujian atau celaan secara objektif.
5. Perasaan kehilangan yang mendalam dan pengalaman traumatik Ibu Ponirah.
Pengalaman trauma Ibu Ponirah berulang kali terjadi yaitu saat menemani
suami berada di Kinahrejo setiap kali Gunung Merapi bergejolak yang terjadi
hampir setiap 4-5 tahunan itu. Ibu Ponirah sebagai orang biasa, tetap merasakan
takut dan was-was saat berada di sana. Karena dalam situasi tersebut sang Suami
(Mbah Maridjan) enggan untuk diajak turun Gunung. Beliau lebih dan selalu
memilih untuk tinggal dirumahnya sendiri dari pada ikut mengungsi bersama
warga yang lain. Beliau tetap tinggal dirumahnya karena beralasan menjaga
Gunung Merapi dan menjaga warga sekitar Gunung Merapi secara khusus dan
seluruh warga Yogyakarta secara umum. Ia mendapat titah untuk itu dan sama
sekali tidak mau meninggalkan apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
Karena hal itulah, Ibu Ponirah selalu cemas dan menjadi trauma batin
dengan keselamatannya. Akhir dari trauma Ibu Ponirah yaitu ketika Gunung
Merapi meletus 26 Oktober Tahun 2010 lalu yang merenggut nyawa Mbah
Maridjan (Juru Kunci Gunung Merapi) atau Suami Ibu Ponirah, beberapa warga
yang tidak mampu menyelamatkan diri dan mengakibatkan kerusakan yang tidak
sedikit di daerah yang tersapu oleh awan panas dan tertimbun material panas
Gunung Merapi. Kematian Mbah Maridjan meninggalkan duka yang teramat
dalam bagi keluarga, warga sekitar, dan terutama bagi Ibu Ponirah itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Ibu Ponirah sangat kehilangan sosok suami yang dicintainya. Terlintas
“kenapa harus dengan cara itu bapak meninggal?” tetapi jiwa yang besar Ibu
Ponirah membuatnya tabah dengan keadaan yang harus dihadapi ini. Ibu Ponirah
akhirnya rela dan pasrah menerima kenyataan harus ditinggal Suami saat
mengemban tugas sebagai Juru Kunci Gunung Merapi.
B. Seputar Bencana Merapi
1. Bencana Letusan Gunung Merapi
a. Mitos awan “Mbah petruk”, isyarat jaga lingkungan
Ternyata mitos yang sebagian masih dipercaya warga sekitar Gunung
Merapi, ada yang unik. Penunggu Gunung Merapi, disebut-sebut sebagai
sosok “Mbah Petruk”, tokoh punakawan (Semar, Gareng, Petruk, Bagong)
dalam pewayangan yang hingga kini menjadi mitos di masyarakat. Salah
seorang masyarakat menuturkan melihat tokoh “petruk”, Sebelum Gunung
tersebut meletus pada Selasa (26/10/10) yang lalu. Petruk atau mbah petruk
bagi sebagian orang dipercaya sebagai jelmaan dari Sabdo Palon Naya
Genggong, salah satu penasihat Prabu Brawijaya V yang pernah disia-siakan
kerajaan Demak. Akibatnya, ia mengasingkan diri ke Gunung Lawu. Sedang
penasihatnya mengasingkan diri ke Gunung Merapi. Sabdo Palon atau yang
oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama “Mbah petruk” itu,
bersumpah suatu saat akan menagih janji pada penguasa tanah Jawa
(Kedaulatan Rakyat, 02 Nov 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Apa penampakannya? Menurut warga setempat, pagi hari sebelum
Gunung itu meletus, seorang penduduk melihat awan yang menyembul dari
Gunung Merapi tersebut menyerupai bentuk kepala Mbah Petruk, lelaki
berhidung panjang. Sugiharto (40) warga Dusun Sudimoro, Desa Pucang
Anom, Kecamatan Srumbung melihat kejadian unik tersebut. Diceritakan,
saat ia melihat Gunung Merapi, betapa kagetnya ia menyaksikan gumpalan
awan yang menyumbul di atas Gunung itu menyerupai Mbah Petruk.
Menggunakan camera poket, ia potret gambar awan yang menyerupai kepala
petruk. Munculnya gumpalan awan yang menyerupai bentuk kepala tersebut,
semakin meyakinkan warga bahwa letusan Gunung Merapi akan besar.
Kemunculan awan tersebut mereka maknai sebagai pertanda dan peringatan
agar warga berhati-hati. Mereka menganggap letusan Merapi ini
menandakan peringatan Tuhan pada manusia. Sifat manusia yang selalu
ingin mengusai dan serakah. Terlepas benar atau tidak, tetapi mitos tersebut
masih ada, sarat pesan agar warga waspada senantiasa menjaga
keseimbangan lingkungan.
b. Puncak Gunung Merapi tertutup kabut terdengar suara gemuruh
Warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi, Desa Balerante dan
Sidorejo Kecamatan, Kemalang Klaten Senin (11/10/10) mendengar suara
gemuruh. Karena sudah terbiasa mendengar suara seperti itu, warga tidak
terkejut. Suara gemuruh diperkirakan berasal dari guguran material Gunung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Merapi. Ny Jainu, warga Desa Balerante Senin (11/10/10) mengemukakan,
sekitar pukul 10.00 WIB mendengar suara gemuruh, namun ia tidak melihat
adanya luncuran lava pijar “kira-kira pukul sepuluh terdengar suara
gemuruh,” jelas Ny Jainu.
Belajar dari bencana Merapi 2006, kondisi dari Balerante cukup
memprihatinkan, tidak tersentuh oleh pemerintah setempat. Bahkan untuk
transportasi, warga harus mengadakan secara swadaya. Hal itu diharapkan
sebagai referensi bagi pemerintah Kabupaten Klaten dalam antisipasi
bencana Gunung Merapi sekarang ini dan selanjutnya. “tahun 2006,
pengungsi dari Balenrante kurang tersentuh. Warga Balerante bahkan harus
swadaya transportasi, belum lagi kendala administrasi saat akan berada di
pengungsian Manisrenggo,” jelasnya (Kedaulatan Rakyat, 12 Des 2010).
Lain halnya pengakuan dari Sugini (46) yang tinggal di Balong
Pakembinangun Pakem Sleman, ia menuturkan suara gemuruh Gunung
Merapi terdengar seminggu sebelum letusan pertama terjadi. Suara gemuruh
terdengar siang malam sampai pada puncaknya Gunung Merapi meletus.
“saya setiap saat ditelepon anak saya yang bekerja di luar kota menanyakan
keadaan saya, ngungsi tidak, mengungsi dimana bu?”. Suara gemuruh
dibarengi tanah yang bergetar seperti gempa, bahkan 2 hari sebelum meletus
besar tanah bergetar sangat terasa sampai isi rumah semua bergetar, jelasnya
sambil menangis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c. Saat Merapi meletus malam Sabtu tanah bergetar, api menyembur
Saat Merapi meletus Sabtu (30/10/10) dini hari,warga di beberapa
kawasan kaki Gunung Merapi melihat kilatan api saat terjadi letusan
kemudian awan hitam sudah menggantung di atas desanya. Wargapun
langsung mengungsi dengan sepeda motornya, dan kendaraan lain, sehingga
arus lalu lintas Blabak-Sawangan padat, kata Kapolsek Sawangan AKP
Sugimin. Jumlah pengungsipun mendadak bertambah di setiap tempat
pengungsian. Warga Selo, Boyolali, juga melihat semburan api
membumbung tinggi dari puncak Merapi kemudian api menyembur ke
segala arah, termasuk Selo. Sebelum api menyembur, tanah dan rumah
bergetar keras. Sehingga banyak warga Kecamatan Selo, Boyolali, ketakutan
dan mengungsi (Kedaulatan Rakyat, 30 Okt 2010).
Hal yang sama juga terjadi di Desa Balerante Kecamatan Kemalang
Klaten yang termasuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, di mana warga
yang pulang ke rumah langsung lari turun dengan kendaraan bak terbuka dan
roda dua ke lokasi pengungsian. Hampir semua daerah yang hanya berjarak
sekitar enam kilometer dari puncak Merapi itu tertutup abu vulkanik dengan
ketebalan satu sentimeter. Meski demikian, ada beberapa warga pulang
untuk mengurusi ternak. “ Sekarang tidak berani lama-lama di rumah. Kalau
ternak sudah diberi makan, saya ditemani anak langsung turun”, kata
seorang warga di pengungsian. Kepala Desa Balerante Sukono mengatakan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
puluhan warga di tempatnya pulang untuk memberi makan ternak.
Setidaknya ada 1.300 ternak di Desa Balerante.
2. Korban Letusan Gunung Merapi Secara Umum
a. Diterjang banjir lahar, tiga jenazah hanyut
Tiga kuburan di pemakaman umum Dusun Cepit Hargobinangun
Pakem, hanyut terkena banjir lahar dingin di aliran sungai Boyong, Senin
(29/11/10) malam. Satu jenazah berhasil ditemukan setelah tersangkut batu
nisan dan langsung dimakamkan kembali oleh warga. “dua jenazah lainnya
sampai saat ini masih dilakukan pencarian. Kami juga sudah berkoordinasi
dengan polsek di bawahnya untuk melakukan pencarian,” kata kepolsek
Pakem AKP Harijanto dikonfirmasi semalam. Dijelaskan, pemakaman dusun
tersebut memang sangat dekat dengan aliran sungai Boyong. Sehingga saat
banjir menerjang, tiga kuburan di pemakaman setempat tergerus dan hanyut.
Satu jenazah ditemukan tidak jauh dari lokasi pemakaman. Kapolsek
memperkirakan, dua jenazah lain yang belum ditemukan telah hanyut jauh
dari lokasi kejadian (Kedaulatan Rakyat, 30 Nov 2010).
Banjir lahar juga menerjang sejumlah jembatan yang dilalui sungai
yang berhulu Merapi. Air bercampur material vulkanik seperti pasir, batu
serta batangan pohon ukuran besar yang ikut terbawa arus deras membuat
beberapa jembatan terendam. Polisi dibantu SAR dan TNI langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menutup ruas jalan yang menuju sejumlah jembatan-jembatan yang dilalui
banjir lahar.
b. Sekitar 3.600 warga Umbulharjo mengungsi di Wukirsari rentan
terkena awan panas
Sekitar 3.600 pengungsi di barak Umbulharjo, Sabtu (30/10/10)
dinihari, pindah ke barak pengungsian di Wukirsari, Cangkringan. Sebab,
kondisi barak Umbulharjo tidak memungkinkan dan berbahaya terkena awan
panas. Hamid, koordinator barak pengungsian Wukirsari mengatakan, lokasi
barak pengungsian di Umbulharjo setelah letusan Gunung Merapi, Sabtu
(30/10/10) malam, tidak aman dan dikhawatirkan awan panas akan mancapai
lokasi barak. Untuk itu, setelah kejadian semua warga langsung pindah
mengungsi ke barak Wukirsari (Kedaulatan Rakyat, 31 Okt 2010).
Sementara barak pengungsian di Kepuharjo tidak pindah karena
lokasinya memang telah lebih dari 10 km dari puncak Merapi. “kalau barak
Kepuharjo ini jaraknya sudah lebih dari 10 km dari puncak Gunung Merapi,
sedangkan untuk yang masalah warga di KRB I dan II juga harus turun,
sampai saat itu belum ada perintah resmi,” kata Kepala Desa Kepuharjo,
Heri Suprapto.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
3. Dampak Sosial, Ekonomi, Psikologis Bencana Merapi bagi para korban
a. Sebanyak 79 Pengungsi Alami Gangguan jiwa
Dari survey terhadap 227 pengungsi korban banjir lahar dingin di
empat lokasi pengungsian di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sebanyak
79 pengungsi mengalami gangguan jiwa. Dua orang bahkan harus dirujuk ke
Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Soeroyo Magelang. Penaggung jawab tim peduli
tanggap bencana, Noviandy Radhika Budi, menuturkan, Rabu (26/1), survey
dilakukan pada 17-20 Januari 2011 di Tempat Penampungan akhir (TPA)
Tanjung Balai Desa Sriwedari, Lapangan Jumoyo, dan SD Sriwedari.
Gejala yang ditunjukkan oleh pengungsi yang mengalami gangguan
jiwa adalah tegang, cemas, dan khawatir menghadapi hari-hari selanjutnya.
Sebagian besar pengungsi itu rumahnya rusak, bahkan ada yang hanyut
terbawa banjir. Hal itu membuat mereka gelisah dan susah tidur. Untuk
mengatasi dampak yang lebih berat, tim terus mendampingi dan memberikan
konseling kepada 77 orang yang mengalami gangguan jiwa ringan. Banjir
lahar dingin merusak 442 rumah di tujuh kecamatan di Magelang. Tingkat
kerusakannya dari ringan sampai berat. Sejumlah pengungsi di TPA Tanjung
tampak kebingungan. “Saya tak bisa kemana-mana lagi. Rumah dan toko
saya terbawa banjir,” kata Srini, warga Dusun Salakan, Desa Sirahan, Salam.
Warga lain, Rahmat, mengaku pasrah. “Mau dipindahkan kemana saja saya
manut (menurut). Saya tidak punya pilihan. Rumah saya tinggal fondasi,”
ujarnya (Kompas, 27 Jan 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
b. Perekonomian warga terpukul
Letusan Gunung Merapi tak hanya merenggut korban manusia.
Ratusan ekor sapi perah di Kecamatan Cangkringan, Sleman, mati, dan
bergelimpungan di kandang maupun halaman rumah warga setelah diterjang
awan panas. Bangkai sapi tersebut sudah menebarkan aroma tak sedap dan
berpotensi menjadi sumber penyakit. Tim yang terdiri atas relawan, petugas
search and rescue, petugas lapangan Pemerintah Kabupaten Sleman, serta
anggota TNI mulai bahu-membahu mengevakuasi bangkai sapi perah di
Dusun kaliadem, Dusun Kinahrejo, Dusun Pelemsari, dan Dusun
Ngrangkah. Proses evakuasi bangkai sapi diperkirakan berlangsung selama
berhari-hari (Kompas, 29 Okt 2010).
Pada kamis (28/10), tim evakuasi ternak sapi ini mulai bergerak untuk
membersihkan bangkai sapi. Warga Dusun Kaliadem, Kepuharjo,
Cangkringan, Sleman Adi Sihono, mengaku rugi puluhan juta rupiah karena
tujuh ekor sapi perah mati seketika. Bangkai sapi tersebut bergelimpangan di
kandang dan halaman rumah. Menurut Adi, seekor sapinya sempat ditawar
Rp 16 juta sebelum erupsi terjadi. Dalam sehari, tiap ekor sapi bisa
memproduksi 15 liter susu dengan harga per liter Rp 3000. Dengan
demikian, setiap peternak sapi kehilangan sumber pendapatan utama
keluarga. Warga Kaliadem, Surati, berharap, pemerintah bisa memberi
bantuan ternak agar perekonomian bisa pulih. Sebagian ternak sapi yang
hidup justru dalam kondisi memprihatinkan karena terluka parah disebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menghirup udara panas dan badan melepuh. Di Dusun Kaliadem saja
setidaknya ada 80 sapi yang mati.
Sebanyak 20 ternak yang berada di Pelemsari dan Ngrangkah, dua
dusun di Desa Umbulharjo, Cangkringan, yang terletak paling atas dari
puncak Merapi, bisa diselamatkan. Ternak yang mati, yakni 285 ekor,
langsung dikubur di dekat kandang. Dengan truk tim membawa ternak-
ternak yang masih selamat ini untuk dievakuasi menuju tanah kas Desa
Umbulharjo. Sejauh ini, prioritas utama evakuasi ternak ialah pada sapi
perah. Kondisi sapi-sapi itu memprihatinkan karena nyaris sekujur tubuhnya
melepuh, terpanggang akibat terjangan awan panas. Beberapa bagian tubuh
sapi juga terluka dan mengeluarkan darah segar. Seekor sapi bahkan tidak
bisa berdiri, hanya bisa sesekali mengeluh pelan sembari sekuat tenaga
mengejang-ngejangkan tubuh. Petugas menyemprotkan obat antiinfeksi dan
antiseptik ke tubuh hewan-hewan itu.
“Yang dievakuasi adalah ternak-ternak yang bisa kami anggap bisa
diselamatkan. Ternak yang tak bisa lagi diselamatkan kami kubur sebisa
mungkin di lokasi,” ujar Widya Nuswantoro, Koordinator Lapangan
Evakuasi Ternak Bidang Peternakan Dinas Pertanian Sleman. Kepala Bidang
Peternakan Dinas Pertanian Sleman Suwandi Azis menambahkan, ternak-
ternak ini juga akan diberi obat anti stress. “Walau sudah selamat dievakuasi,
ternak tetap bisa stress,” kata Azis, sembari menambahkan, fokus pencarian
ternak adalah dusun-dusun di lereng Merapi yang terkena awan panas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Sebagian warga lainnya cukup beruntung karena ternak sapi mereka selamat.
Warga Dusun Kopeng, Kepuharjo, Sleman, Wagiyem, bersyukur karena dua
ekor sapi serta rumahnya selamat dari terjangan awan panas. Akan tetapi, ia
mengaku kesulitan mencari pakan ternak segar setelah makanan ternak mati
tersapu awan panas.
c. Harapan di antara puing
Nyaris tak ada yang tersisa di Dusun Srunen, Glagaharjo,
Cangkringan. Semua “diambil” Merapi. Rumah Wawan (40) hancur berikut
kandang sapinya. Namun, selasa (30/11) pagi, Wawan masih mencangkuli
pekarangn rumahnya. Ia sedang menanam ketela pohon di antara lapisan abu
vulkanik setebal 10-an sentimeter. Tak disiram air karena tanah sudah basah
dan memadat. Puluhan batang ditanam pagi itu, berjajar rapi di pekarangan
depan dan samping. Sang kakak, Paijo (45), warga Dusun Jambu,
Kepuharjo, pagi itu datang membantu. Setumpuk batang ketela dibawanya,
lalu dipotong-potong kecil di halaman depan (Kompas, 01 Des 2010).
Mereka berdua lalu bahu-membahu menanam satu demi satu batang
ketela. “Kakak saya ini rencananya mau tinggal di Srunen bersama saya. Lha
ketimbang Jambu, masih mendingan Srunen. Itu kalau tidak dilarang
pemerintah,” ujar Wawan tertawa seraya menunjukkan letak Dusun
kakaknya. Dusun Srunen dan Jambu terpisah kali Gendol. Srunen di timur,
sedangkan Jambu di sisi barat. Dua dusun itu tersapu awan panas, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pernah ada dusun lebih tampak di Srunen. Dusun Jambu berubah jadi
hamparan lahan abu vulkanik yang basah-memadat. Sebelum erupsi, kontur
dusun yang subur tersebut sangat beragam.
Wawan bercerita, dulu gampang sekali menumbuhkan pohon di
dusunnya. Tanah di lereng sangat subur. “Ketela ini juga pasti akan tumbuh
cepat tanpa perlu disiram air. Nanti kalau tumbuh, daunnya akan saya petik
untuk dijadikan sayur,” ujarnya. Ia yakin bahwa suburnya tanah lereng
gunung adalah berkah Merapi. Semua boleh tersapu awan panas, tetapi
denyut kehidupan akan menggeliat sesudahnya. Hanya perlu waktu.
Baginya, Merapi tidak akan mengambil semuanya dari warga. Setidaknya
kini tunas-tunas pohon pisang menyembul di sana-sini. Itu sumber harapan
baru. Di sela-sela reruntuhan pepohonan, rumah-rumah penduduk, kandang,
dan pohon yang menjulang tapi kering terbakar, pohon-pohon genarasi baru
tumbuh.
Tunas pohon pisang yang muncul hampir di setiap jengkal pekarangan
warga, menurut Wawan, nanti akan ada gunanya. Jika berbuah, bisa diambil
warga jika mereka kekurangan uang. Begitulah Merapi menghidupi warga
setelah “mengirim” bencana. Wawan masih yakin dusunnya bisa hijau
seperti sebelum erupsi. Dusun-dusun di lereng Merapi seperti Srunen,
Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, Kopeng, Jambu, Pelemsari, Kaliadem,
bisa dibilang nyaris 100 persen dipulihkan. Anehnya, amukan awan panas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Merapi tak menyentuh beberapa dusun sekitar. Seperti Dusun Singlar dan
Gading di Glagaharjo yang masih “hijau”.
Denyut kehidupan mulai berdetak di lereng Merapi setelah radius
bahaya diturunkan dan aktivitas gunung melandai beberapa hari ini. Warga
yang rumahnya masih utuh sudah kembali ke dusun. Selasa kemarin,
beberapa truk juga melintas dengan penumpang di bak beberapa ekor sapi.
Hewan-hewan itu pulang kandang setelah sekian hari menghuni kandang
darurat di pengungsian. Keyakinan sebagian warga, seperti Wawan, tetap
ada ruang walau secuil di dusun untuk ditinggali lagi. “Jika memang
pemerintah pusat mau merelokasi, saya mau. Namun, shelter atau hunian
permanen yang mungkin ada nanti semoga tidak jauh dari dusun. Secara
hati, berat berpisah dengan dusun. Seperti penduduk di kota, tak gampang
pindah rumah,” katanya.
Keyakinan dan harapan Wawan mewakili ratusan, bahkan ribuan
warga yang kehilangan harta benda. Di antara mereka masih ada yang
berharap dapat kembali suatu saat nanti. Di antara puing kehancuran,
harapan mereka sirami.
4. Mengenal tokoh “Mbah Maridjan”
Tak heran Mbah Maridjan menjadi juru kunci waktu itu. Karena orang
tuanya (Ayah Mbah Maridjan) adalah sebagai juru kunci pada masa
sebelumnya yang diangkat oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Ayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Mbah Maridjan pada waktu itu bergelar sebagai penewu (dalam istilah
keraton yang artinya camat). Nama kecil atau nama yang diberikan oleh
orang tuanya adalah Maridjan. Beliau lahir 05 Februari tahun 1927. Beliau
adalah anak pertama dari empat bersaudara, yang tiga saudara lainnya dua
perempuan anak ke dua dan ke empat, anak ke tiga adalah laki-laki. Beliau
diangkat sebagai juru kunci oleh Sri Sultan Hamengkubowono IX pada
tahun 1982 dan langsung bergelar sebagai Mas Penewu Suraksohargo
(Surakso artinya menjaga, hargo artinya gunung). Sebelum diangkat sebagai
juru kunci, beliau sempat “magang” di kraton Yogyakarta selama 4 tahun
dari 1977-1982. Bersama istrinya (Bu Ponirah), beliau memiliki lima orang
anak yaitu tiga perempuan dan dua laki-laki, yang sekarang sebagai penerus
juru kunci gunung Merapi adalah Pak Asih anak ketiga dari lima bersaudara
anak dari Mbah Maridjan.
5. Dampak kematian Mbah Maridjan bagi masyarakat.
Mbah Maridjan adalah orang yang penuh tanggung jawab dalam
mengemban tugas sebagai juru kunci Gunung Merapi sampai tidak mau
turun walaupun dalam situasi yang sangat genting sekalipun sampai beliau
meninggal dunia di rumahnya, karena memiliki prinsip yang beliau pegang
teguh adalah warga masyarakat semua bisa selamat. Dengan begitu, warga
masyarakat merasa sangat kehilangan beliau yang rela mati demi masyarakat
dan tanggung jawab yang diembannya tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Arti kematian Mbah Maridjan dalam keadaan sujud. Menurut Pak
Asih (juru kunci sekarang) “Beliau meninggal dalam keadaan sujud itu
karena dia pasrah. Dia tidak mau pergi atau turun karena mengemban
amanah yang diberikan kepadanya. Beliau tidak lari dari tanggung jawab
yang diberikan Sri Sultan ke IX”.
6. Dampak Kematian Mbah Maridjan terhadap Bu Ponirah dan keluarga
Derasnya informasi yang memberitakan bahwa Mbah Maridjan
meninggal membuat shock keluarga Mbah Maridjan, termasuk istrinya.
Tidak hanya pihak keluarga yang shock, warga pun sedih. Bahkan, ada
warga yang menangis mendengar kabar meninggalnya Juru Kunci Gunung
Merapi itu. "Meskipun demikian, keluarga dan masyarakat sudah ikhlas bila
benar itu Mbah Maridjan," katanya.
Sebelum meninggal dunia, Mbah Maridjan tidak memberikan pesan
apa-apa kepada saya maupun anak-anak. “Bapak tidak memberikan pesan
terakhir kapada saya maupun keluarga”. “Saya tidak mendapat firasat apa-
apa sebelum ditinggal Bapak untuk selamanya”. Ia mengatakan, meskipun
dengan berat hati, dirinya dan anak-anak telah mengihklaskan kepergian
Bapak, karena hal itu telah menjadi takdir Allah. “kami sangat kehilangan
orang yang sangat kami sayangi, tetapi kami harus tabah dan tawakal”.
Adik kandung Mbah Maridjan, Wignyo Suprapto mengatakan, dirinya
sangat kehilangan seorang kakak yang penuh perhatian. “Saya berencana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
mau bertemu kakak untuk mengobrol pada selasa malam. Tetapi wedhus
gembel telah menyapu rumah kakak lebih dulu dan membuatnya
meninggal”. Ia (Wignyo) mengatakan, beberapa hari sebelum meninggal,
kakak tidak berada di rumah. Pada hari Jum’at pagi kakak pergi ke Bandung
untuk ziarah ke tempat besannya, dan Sabtu hingga Minggu singgah ke
Jakarta untuk menjenguk cucunya. “Kakak saya baru pulang ke rumahnya
pada hari Minggu malam. Jadi, saya belum sempat mengobrol dengan
kakak”.
Menurut dia, selama hidup Mbah Maridjan selalu tampil sederhana dan
prihatin. Mbah Maridjan juga dinilai sangat terampil memainkan berbagai
jenis kesenian Jawa. “Kakak saya sangat mahir bermain kesenian Jawa
seperti wandul, kethoprak, wayang, karawitan, dan shalawatan”. Mbah
Maridjan meninggalkan satu istri Ny Ponirah dan lima anak, yakni
Suradiyem, Sulastri, Asih, Sulami, dan Widodo.
Mbah Maridjan meninggal dalam keadaan sujud. Sungguh sebuah
kematian yang khusnul khatimah. Di saat banyak orang mengungsi, ia tetap
pada tempatnya. Rupanya, ia merasa yakin bahwa jika ajalnya telah tiba,
maka saat itu juga pasti akan tiba. Keyakinan spiritual inilah yang
membuatnya kemudian meninggal dalam keadaan beribadah kepada Allah
(sujud).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
C. Kilas balik Peristiwa Kehidupan Mbah Maridjan
Sepanjang Mbah Maridjan menjadi juru kunci Merapi selama puluhan tahun,
diangkat Sultan Hamengku Buwono IX, yang bergelar Mas Penewu
Suraksohargo, menggantikan posisi ayahnya belum “turun” gunung, maka
sebagian masyarakat juga belum akan turun. Selain menjadi bagian dalam suatu
bangunan kepercayaan dalam suatu kosmologi Jawa, Mbah Maridjan juga telah
mengisi kekosongan akibat ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah.
“Reputasi” Mbah Maridjan makin melesat ke atas dalam peristiwa meningkatnya
kegiatan Gunung Merapi pada tahun 2006 yang lalu. Kala itu, petugas
pemerintah berdasarkan data teknis yang diperoleh berdasarkan catatan rekaman
berbagai peralatan monitor, memutuskan untuk menyerukan evakuasi masyarakat
dari zona-zona berbahaya. Tapi Mbah Maridjan setelah pulang dari semedi, entah
di bagian mana Gunung Merapi berkata sebaliknya, bahwa Gunung Merapi
belum akan membahayakan masyarakat. Sebagian besar masyarakat lebih
percaya kepada sang juru kunci dan menolak untuk dievakuasi. Aparat
pemerintah, dengan kawalan polisi, akhirnya menjemput paksa Mbah Maridjan
untuk dibawa meninggalkan rumahnya.
Ternyata, Gunung Merapi tak berlanjut erupsinya di tahun 2006 itu sehingga
batal menjadi bencana besar. Makin sah pulalah “kesaktian” dan kekuatan
spritual Mbah Maridjan, yang dianggap tahu persis kapan sang gunung akan
meletus atau tidak, karena kemampuannya ber”komunikasi” dengan “kekuatan”
tak kasat mata dari “penguasa” Merapi yang sesungguhnya. Tiba-tiba Mbah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Maridjan menjadi “tokoh nasional” yang lebih dipercaya daripada pemerintah.
Ketika sebuah perusahaan jamu tradisional Sido Muncul, produsen sejenis
minuman kesehatan yang menjanjikan keperkasaan, Kuku Bima EnerG,
memanfaatkan Mbah Maridjan sebagai bintang iklannya lengkaplah sudah
supremasi spiritual Mbah Maridjan di masyarakat, terutama di kalangan
menengah bawah hingga lapisan akar rumput. Penampilan bintang dunia
olahraga yang berotot dalam iklan minuman berenergi tersebut yang selalu
diminum dengan cara tertentu yang membuat minuman tumpah-tumpah menjadi
lambang kekuatan fisik, sementara Mbah Maridjan yang sebenarnya secara fisik
sudah menuju renta dalam usia 83 tahun menjadi simbol kekuatan spiritual.
Suatu pola pencitraan yang bagi sebagian orang dianggap cenderung sesat, dan
sama sekali tidak ikut mencerdaskan, tetapi itulah realita dunia periklanan yang
lebih mengutamakan bagaimana “mencuci” otak dalam rangka
memperdagangkan kesan demi kepentingan keuntungan dunia usaha komersial.
Pengetahuan Mbah Maridjan lebih jauh, dibangun bukan dalam pandangan
positivisme. “Oleh karena itu, keliru jika ada usaha memeriksa kebenarannya
dengan cara positivisme”. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh Mbah Maridjan
bersifat personal dan internal karena tidak dinyatakan dengan kata-kata, simbol-
simbol (nyata), atau formula matematis. Dalam konteks yang lebih luas
pengetahuan Mbah Maridjan dapat digolongkan ke dalam “pengetahuan yang tak
terungkapkan”. Pengetahuan tak terungkapkan merupakan integrasi antara
kegiatan intelektual dengan unsur-unsur pengalaman personal ke dalam satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pemahaman. Pemahaman menyeluruh tentang sesuatu terdiri atas fakta-fakta
partikular yang dicermati oleh kelompok positivisme dan pengetahuan tentang
keseluruhan yang dibangun oleh banyak kelompok lain. Pengetahuan kita yang
menyeluruh tentang Merapi adalah gabungan antara pengetahuan yang dibangun
oleh kelompok positivisme (ahli gunung berapi) ditambah dengan pengetahuan
yang tak terungkapkan yang dikonstruksi oleh anggota komunitas Gunung
Merapi yang lain. “Masing-masing mempunyai aktivitas, prosedur dan temuan
yang khas”.
Kenapa pada akhirnya Mbah Maridjan menjadi korban atau tumbal Gunung
Merapi? Hingga saat-saat terakhir pertemuannya dengan beberapa saksi hidup,
Mbah Maridjan tetap mengatakan belum akan “turun” meninggalkan Merapi.
Bersama dengan dirinya, sejumlah anggota masyarakat yang penuh kepercayaan,
ikut menjadi korban letusan Merapi. Sepertinya hingga detik-detik terakhir Mbah
Maridjan sebagai pemegang setitik peran kecil dalam paham kesemestaan Jawa
belum juga mendapat isyarat dari “penguasa” yang bertahta di Gunung Merapi.
Atau, bila kita mencoba meminjam cara berpikir di luar alam positivisme,
mungkinkah kepekaan Mbah Maridjan telah menumpul karena keterlibatannya
dengan berbagai kegiatan duniawi yang komersial empat tahun terakhir?
Kembali berpikir dalam jalur positivisme secara rasional, tewasnya Mbah
Maridjan di Gunung Merapi yang telah dijaganya dalam separuh hidupnya, bisa
menjadi pembelajaran bersama bagi banyak pihak, termasuk mengenai kegagalan
sosiologis kita dalam pencerdasan bangsa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
D. Dampak Perasaan (trauma) yang tidak Terkendali
Menurut Jay Winner MD, penulis dari buku Take the Street Out of Your Life
(mindhealingtherapy.blogspot.com) stress tidak hanya memiliki dampak yang
kelihatannya sederhana seperti halnya dengan membuat seseorang merasa sedih
atau menjadi sangat emosional, karena stress juga pada kenyataannya dapat
memperburuk keadaan. Di bawah ini dipaparkan beberapa gangguan kesehatan
yang erat kaitannya dengan stress:
1. Penyakit jantung.
Para peneliti telah lama memperkirakan bahwa orang yang terlalu mudah
terkena stress memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita tekanan
darah tinggi serta mengalami masalah pada jantungnya. Walaupun belum
diketahui secara tepat sampai terjadi demikian, tetapi kenyataanya stress
memiliki efek langsung pada jantung dan pembuluh darah.
2. Asma
Banyak penelitian menunjukkan bahwa stress dapat memperburuk penyakit
asma seseorang. Beberapa hasil penelitian bahwa stress kronis pihak orang
tua dapat meningkatkan resiko pada anak-anak mereka untuk memperoleh
serangan asma.
3. Obesitas
Kelebihan lemak lebih besar resikonya dari pada kaki atau pada pinggul.
Keadaan stress yang tinggi akan meningkatkan hormon kortisol dalam
darahnya, hingga juga meningkatkan jumlah lemak dalam perut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
4. Diabetes
Kemungkinan berperilaku buruk, seperti makan makanan yang tidak sehat
serta minum secara berlebihan. Dan stress akan secara langsung
meningkatkan kadar glukosa pada diri para penderita diabetes.
5. Sakit kepala
Stress merupakan salah satu pemicu serta yang paling utama dalam
menyebabkan timbulnya sakit kepala maupun migrain.
6. Masalah pencernaan
Stress merupakan penyebab umum dari berbagai kondisi buruk yang dialami
oleh sistem pencernaan.
7. Penuaan dini
Ada bukti bahwa stress dapat mempengaruhi usia. Stress tampaknya
mempercepat penuaan hingga sekitar 9-17 tahun lebih cepat.
8. Kematian lebih cepat
Sebuah studi yang memantau dampak stress terhadap kesehatan para perawat
lansia yang secara alami sering mengalami stress, ternyata para perawat
tersebut memiliki tingkat mengalami kematian yang lebih cepat 63% lebih
tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang seusia mereka yang bukan
perawat lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
E. Penerimaan Diri
1. Pengertian penerimaan diri
Bahwa individu yang menerima dirinya sendiri adalah yakin akan pengakuan
terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain dan memiliki
perhitungan akan keterbatasan dirinya serta tidak melihat dirinya sendiri secara
irasional. Individu yang menerima dirinya menyadari aset diri yang dimilikinya,
dan merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginannya serta menyadari
kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri.
2. Faktor-faktor penerimaan diri antara lain:
a. Adanya pemahaman tentang dirinya sendiri. Karena adanya
kesempatan seseorang untuk mengenali kemampuan dan
ketidakmampuan dalam dirinya.
b. Adanya hal yang realistik. Individu menentukan sendiri harapannya
disesuaikan dengan pemahaman dan kemampuannya bukan diarahkan
orang lain dalam mencapai tujuan dengan memiliki harapan yang
realistis.
c. Tidak adanya hambatan di dalam lingkungan. Seseorang sudah
memiliki harapan yang realistis maka harapan akan sulit tercapai
apabila lingkungan sekitar tidak memberikan kesempatan atau bahkan
menghalangi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
d. Sikap anggota masyarakat yang menyenangkan. Adanya penghargaan
terhadap kemampuan sosial orang lain dan kesediaan individu
mengikuti kebiasan lingkungan.
e. Tidak adanya gangguan emosional yang berat. Akan tercapainya
individu yang dapat bekerja sebaik mungkin dan merasa bahagia.
f. Pengaruh keberhasilan yang dialami. Keberhasilan akan dapat
menimbulkan penerimaan diri, tetapi sebaliknya jika kegagalan yang
dialami akan dapat mengakibatkan adanya penolakan.
g. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik.
Dapat membangun sikap yang positif terhadap diri sendiri dan
bertingkah laku dengan baik yang menimbulkan penilaian yang baik
dan penilaian diri yang baik.
h. Adanya perspektif diri yang kuat. Yaitu memperhatikan pandangan
orang lain tentang perspektif yang luas diperoleh melalui pengalaman
diluar belajar.
i. Pola asuh anak dimasa kecil yang baik. Anak yang diasuh secara
demokratis akan berkembang sebagai individu yang dapat menghargai
dirinya sendiri.
j. Konsep diri yang stabil. Individu yang tidak memiliki konsep diri yang
baik akan kesulitan menujukan pada orang lain siapa ia sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3. Aspek-aspek penerimaan diri
a. Individu yang memiliki kemampuan untuk menerima diri sendiri dan
orang lain, ia mampu mengekspresikan dirinya sendiri terhadap
kualitas-kualitas yang lebih baik untuk membangun kepribadian
penerimaan diri.
b. Individu yang menerima dirinya sendiri adalah yakin akan pengakuan
terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain dan memiliki
perhitungan akan keterbatasan diriya serta tidak melihat dirinya sendiri
secara irasional.
c. Sheere (dalam Sutadipura, 1984) menyebutkan aspek penerimaan diri
yaitu:
1) Mempertanggungjawabkan perbuatannya.
2) Menerima pujian atau celaan secara objektif.
3) Mengikuti standar pola hidupnya tanpa ikut-ikutan dari orang lain.
4) Menganggap dirinya sederajat dengan orang lain.
5) Kepercayaan atas kemampuan untuk dapat menghadapi hidupnya.
6) Tidak menganggap dirinya sebagai orang yang hebat dan tidak
mengharapkan bahwa orang lain akan mengucilkannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini disajikan jenis penelitian, metode pengumpulan data, teknik
dan alat pengumpul data, validasi data, dan reliabilitas.
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus.
Karena, studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci,
memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber
informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat dan kasus yang
dipelajari berupa program peristiwa aktivitas. Berikut ini dijelaskan proses
penelitian studi kasus, antara lain:
1. Menentukan dengan membatasi kasus.
Tahap ini adalah upaya untuk memahami kasus, atau dengan kata lain
membangun konsep tentang obyek penelitian yang diposisikan sebagai
kasus. Dengan mengetahui dan memahami kasus yang akan diteliti, peneliti
tidak akan salah atau tersesat di dalam menentukan kasus penelitiannya.
Pada proposal penelitian, bentuknya adalah latar belakang penelitian.
2. Memilih fenomena, tema atau isu penelitian.
Pada tahapan ini, peneliti membangun pertanyaan penelitian berdasarkan
konsep kasus yang diketahuinya dan latar belakang keinginannya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
untuk meneliti. Pertanyaan dibangun mengandung fenomena, tema
penelitian yang dituju di dalam proses pelaksanaan penelitian.
3. Memilih bentuk-bentuk data yang akan dicari dan dikumpulkan.
Data dan bentuk data dibutuhkan untuk mengembangkan isu di dalam
penelitian. Penentuan data yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik
kasus yang diteliti. Pada umumnya bentuk pengumpulan datanya adalah
wawancara baik individu maupun kelompok, pengamatan lapangan,
peninggalan atau artefak, dan dokumen.
4. Melakukan kajian triangulasi
Terhadap kunci-kunci pengamatan lapangan, dan dasar-dasar untuk
melakukan interpretasi terhadap data. Tujuannya adalah agar data yang
diperoleh adalah benar, tepat dan akurat.
5. Menentukan interpretasi-interpretasi alternatif untuk diteliti.
Alternatif interpretasi dibutuhkan untuk menentukan interpretasi yang sesuai
dengan kondisi dan keadaan kasus dengan maksud dan tujuan penelitian.
Setiap interpretasi dapat menggambarkan makna-makna yang terdapat di
dalam kasus, yang jika diintegrasikan dapat menggambarkan keseluruhan
kasus.
6. Membangun dan menentukan hal-hal penting dan melakukan generalisasi
dari hasil-hasil penelitian terhadap kasus.
(Stake 2005,2006) selalu menekankan tentang pentingnya untuk selalu
mengeksploasi dan menjelaskan hal-hal penting yang khas yang terdapat di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dalam kasus. Karena pada dasarnya kasus dipilih karena diperkirakan
mengandung kekhususannya sendiri. Sedangkan generalisasi untuk
menunjukkan posisi hal-hal penting atau kekhususan dari kasus tersebut di
dalam peta pengetahuan yang sudah terbangun.
B. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah:
1. Subjek (Ibu Ponirah).
2. Adik kandung Mbah Maridjan.
3. Pak Asih (Anak Mbah Maridjan atau juru Kunci Merapi sekarang).
4. Koran.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah dengan cara observasi dan
melakukan wawancara.
1. Observasi.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu
untuk menentukan lokasi atau tempat, kegiatan, kejadian atau peristiwa dan
waktu. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran
realistik perilaku atau kejadian untuk menjawab pertanyaan untuk membantu
mengerti perilaku seseorang dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran
terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Observasi yang peneliti lakukan adalah mencari tempat atau rumah tinggal
subjek yaitu Ibu Ponirah atau rumah Pak Asih. Peneliti mencari informasi dari
berbagai sumber yang dapat saya jadikan sebagai petunjuk uuntuk menemukan
rumah subjek. Tidak sedikit orang yang memberikan informasi salah, sehingga
peneliti juga tidak mudah menemukan rumah yang dicari. Setelah tempat tinggal
subjek ketemu, peneliti tidak langsung menemui subjek melainkan hari setelah
itu karena harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Pada hari
pertama berkunjung, peneliti melihat suasana rumah, lingkungan tempat tinggal
subjek, orang-orang di rumah dan sekitar tempat tinggal subjek. Peneliti melihat
bahwa subjek cenderung menyendiri dan sedikit diam. Pak Asih menambahkan
“biarkan saja. Simbok mungkin butuh sendiri setelah kejadian (meninggalnya
Bapak) itu. Berjalannya waktu pasti akan baik lagi” ungkap Pak Asih. Sikap
seperti itu berlangsung ketika rumah cenderung sepi tidak ada orang dirumah
(ditinggal Pak Asih bekerja dan cucu bersekolah).
2. Wawancara
Wawancara merupakan pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara. Dalam mencari informasi saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
melakukan wawancara aloanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan
keluarga responden).
Wawancara yang peneliti lakukan langsung kepada subjek mengenai
bagaimana menyikapi dari bencana tersebut sampai merenggut Mbah Maridjan,
berulang kali menemani Mbah Maridjan di Kinahrejo ketika Gunung aktif
apakah ada rasa takut atau khawatir, bagaimana keseharian Bu Ponirah setelah
sepeninggal Mbah Maridjan, dan seputar yang berkaitan tentang rasa kehilangan
suami Bu Ponirah. Dalam wawancara tersebut, peneliti bertanya kepada Bu
Ponirah dan Pak Asih (ketika Bu Ponirah atau Pak Asih tidak bisa menjawab
pertanyaan yang peneliti ajukan). Peneliti sedikit kesulitan karena ketika
bertanya langsung kepada Bu Ponirah menggunakan Bahasa Jawa, sedangkan
Bahasa Jawa peneliti tidak bagus. Namun, peneliti tetap menggunakan Bahasa
Jawa agar dalam wawancara terasa lebih dekat dan akrab.
Sebelum mengajukan pertanyaan, peneliti berbincang ringan atau berbasa-
basi kepada subjek dan Pak Asih dengan tujuan peneliti mengetahui situasi
apakah dapat ditanyai hal seperti itu atau tidak dan juga untuk membuka
pembicaraan. Contoh pertanyaan yang peneliti ajukan “Mekaten Mbah, kula
mriki punika bade tanglet sekedik kalian Simbah”. “Arep takon opo? Nek aku
iso jawab yo tak jawab, nek raiso yo ben dijawab Asih yo….” Jawabnya sambil
tersenyum. Saya “Nggih Mbah. Ngaten punika nek wonten Mbah Kakung
tambah rame nggih Mbah……”. Jawabnya “nek biyen he em. Saiki Simbah wis
raono…”. Saya “Pripun Mbah, sak sampunipun Mbah Kakung boten wonten?”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Artinya “Begini Mbah, saya datang kesinimau bertanya sedikit kepada Simbah”.
“Mau bertanya apa? Kalau saya bisa jawab ya saya jawab, kalau tidak bisa
jawab biar dijawab oleh Asih ya…” Jawabnya sambil tersenyum. Saya “Iya
Mbah. Seperti ini kalau ada Simbah Kakung jadi tambah ramai ya Mbah…”.
Jawabnya “Kalau dulu iya. Sekarang Simbah sudah tidak ada…”. Saya
“Bagaimana Mbah, setelah Mbah Kakung tidak ada?”.
D. Langkah-langkah Pengumpul dan Analisa Data
Menggunakan studi kasus. Langkah-langkah analisis data studi kasus, yaitu:
1. Mengorganisir informasi.
Peneliti mengolah dan mengumpulkan semua informasi yang didapat yang
berhubungan dengan tujuan penelitian. Selain itu, peneliti juga mencocokkan
informasi yang satu dengan yang lain untuk mendapatkan hasil yang valid
dan sesuai.
2. Membaca keseluruhan informasi dan member kode.
Hasil dari informasi yang didapat, peneliti menyeleksi dan mengelompokkan
informasi tersebut masuk dalam bagian yang mana. Karena nantinya setiap
hasil dari informasi akan diolah untuk menjadi sebuah laporan yang baik dan
alami tidak mengandung rekayasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya.
Setiap informasi yang didapat mengandung intisari. Dari inti tersebut,
peneliti mengembangkannya tentu dengan hasil lain yang sesuai dengan
masalah dan informasi dari segala sumber.
4. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antar beberapa kategori.
Dari awal keberangkatan meneliti, peneliti tetap fokus pada kasus yang akan
diteliti. Sehingga dalam perjalanan penelitian, mendapatkan hasil dan
selesai, tidak keluar jalur dari fokus masalah yang diteliti.
5. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan
generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk
penerapannya pada kasus yang lain, dan menyajikan secara naratif.
6. Validitas
Pada validitas ini, peneliti mengumpulkan dan mengolah hasil dari
observasi, wawancara, dan triangulasi untuk mengambil kecocokan dengan
informasi utama dari subjek agar dalam mendiskripsikannya tidak
mengalami kesusahan dan salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan dan membahas hasil dari penelitian
yang telah dilakukan.
A. Hasil Penelitian
a. Identitas subjek
Pertemuan dengan subjek dilakukan atas dasar persetujuan bersama dengan
subjek dan anggota keluarganya, dimana peneliti ingin berwawancara dengan
subjek sekaligus mengatakan tujuan wawancara tersebut sehingga akhirnya
wawancara dapat dilakukan. Informasi yang diperoleh sebagai berikut:
1. Identitas subjek:
Nama : Ibu Ponirah
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 74 tahun
Agama : Islam
Alamat : Karangpakis Cangkringan Sleman Yogyakarta
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
2. Subjek memiliki enam orang anak (satu telah meninggal dunia) dua
laki-laki dan tiga perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
3. Anak ke tiga (Pak Asih) yang sekarang diangkat menjadi juru kunci
Gunung Merapi.
4. Ibu Ponirah sekarang tinggal bersama dengan keluarga Pak Asih
ditemani kedua buah hatinya.
b. Wawancara yang menjawab fokus pertanyaan penelitian
1. Ibu Ponirah merasakan kehilangan suami yang begitu mendalam. Beliau
tidak mampu mengungkapkan dengan kata-kata yang menggambarkan
kesedihannya. Meninggalnya Mbah Maridjan merupakan “pukulan
keras” bagi Bu Ponirah “Aku gelo banget kelangan Mbah Kakung. Aku
krungu kabar kui, aku trus raiso ngopo-ngopo. Rasane kaya arep melu
mati bareng Mbah Kakung” artinya saya kecewa sekali kehilangan
Mbah Kakung. Saya dengar berita itu, lalu saya tidak bisa berbuat apa-
apa. Saya jadi ingin ikut meninggal bersama Mbah Kakung.
Ibu Ponirah menuturkan bahwa setiap Gunung Merapi bergejolak,
Bapak tidak mau turun. Namun ketika letusan pertama masih keluar
awan panas atau biasa disebut wedhus gembel, (sebelum bapak
“pulang”) sudah meminta dan mengajaknya untuk turun dan ikut
mengungsi bersama penduduk yang lain. Namun, karena kesetiaannya
sebagai surakso atau penjaga Gunung Merapi yang dititahkan oleh Sri
Sultan ke IX maka sang suami (Mbah Maridjan) menolak untuk turun
gunung, bahkan beliau berkata “nek aku melu ngungsi karo liane bakal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
digeguyu anak pitik” berarti bahwa “kalau saya ikut mengungsi bersama
yang lain pasti akan ditertawakan anak ayam”. Dibalik sifat “Bapak”
yang keras kepala tidak mau diajak untuk turun gunung, beliau adalah
sosok orang yang sangat setia (kepada istri dan pengabdiannya), ramah,
dan penuh canda kepada siapa saja yang berkunjung atau berbincang
dengannya.
Pak Asih menceritakan tentang “Bapak” atau Mbah Maridjan
terlebih dahulu, bahwa Bapak adalah orang penuh tanggungjawab
kepada keluarga dan pekerjaannya yang ia emban. “Bapak tidak akan
bergeming jika urusannya berkaitan dengan Gunung Merapi, karena ini
pengaruhnya dengan orang banyak” cerita Pak Asih. Hal itu sudah
membuat perasaan Simbok (Ibu Ponirah) terguncang batinnya karena
tetap bertahan tinggal di rumahnya tidak mau untuk turun Gunung.
Namun, Simbok tabah dan tidak bisa memaksa kehendak Bapak untuk
turun Gunung. Simbok menyadari keadaan tersebut karena Bapak
(Mbah Maridjan) mempunyai peranan penting sebagai Juru kunci
Merapi yang bisa berkomunikasi melalui ilmu spiritual yang beliau
miliki.
Wignyo Suprapto juga mengatakan, dirinya sangat kehilangan
seorang kakak yang penuh perhatian. “Saya berencana mau bertemu
kakak untuk mengobrol pada selasa malam, tetapi wedhus gembel telah
menyapu rumah kakak lebih dulu dan membuatnya meninggal”. Ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
mengatakan, “Beberapa hari sebelum meninggal, kakak tidak berada di
rumah. Pada hari Jum’at pagi kakak pergi ke Bandung untuk ziarah ke
tempat besannya, dan Sabtu hingga Minggu singgah ke Jakarta untuk
menjenguk cucunya”. “Kakak saya baru pulang ke rumahnya pada hari
Minggu malam. Jadi, saya belum sempat mengobrol dengan kakak”.
Menurut dia, selama hidup Mbah Maridjan selalu tampil sederhana dan
prihatin.
2. Bu Ponirah tidak bergairah lagi menyelesaikan hidup. Bu Ponirah
meratap ”Mbah Kakung wis raono dadi gothang, ono sik ilang,
mendinane rasane dadi aras-arasen” artinya Mbah Kakung sudah tidak
ada menjadi ada yang janggal, ada yang hilang, setiap hari menjadi lesu
tidak bergairah. Mbah Maridjan suami yang istimewa bagi Bu Ponirah
dan juga merupakan panutan masyarakat sekitar yang dianggap
mengerti seluk beluk dan kemauan sang Merapi.
Wignyo menambahkan, tidak hanya Simbok yang terguncang
hatinya, tetapi semua anggota keluarga, masyarakat, dan bahkan teman-
teman Mapala yang selalu singgah jika hendak naik Gunung Merapi
juga tersentak dengan berita duka tersebut tersiar. Simbok tak hentinya
mengucurkan air mata mendengar kabar bahwa “Bapak” telah tiada
karena keganasan wedhus gembel yang menghantam dan meleburkan
Desa Kinahrejo dan sekitarnya. Simbok tidak manyangka bahwa
Gunung yang telah dijaga puluhan tahun malah “memintanya”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3. Bu Ponirah mengatakan “Saiki Mbah Kakung wis raono. Aku trenyuh
banget, sik melu layat okeh banget koyo ngene. Aku matur nuwun karo
wong kabeh, isih podo ngajeni Mbah Kakung tekan saiki. Tak tangisi
koyo ngopo yo wi ra bakal bali meneh. Ming iso ngeculke Simbah ben
lurus lampahe ning kono.” Artinya sekarang Simbah sudah tidak ada
lagi. Yang ikut melayat sampai banyak ekali seperti ini, saya menjadi
terharu. Terima kasih masih menghormati Simbah sampai sekarang
pemakamannya. Walaupun saya menangis seperti apa, simbah sudah
tidak akan bisa kembali lagi. Sekarang saya hanya bisa melepaskan
Simbah biar lurus jalannya “di sana”.
Pada awalnya Bu Ponirah menolak, tidak menerima dengan
kenyataan yang harus dihadapi itu. Namun kini, Bu Ponirah mampu
merelakan dan dapat berlapang dada dengan kenyataan yang harus
dihadapi itu. Adanya orang-orang sekitar (keluarga dan tetangga) yang
peduli, memperhatikan, memberi semangat dan kekuatan, Bu Ponirah
lebih sadar dan memahami bahwa semuanya akan pulang kepada-Nya
begitu juga suaminya (Mbah Maridjan) yang harus tiada.
4. Bu Ponirah mengatakan “Sak wis e Simbah raono, aku yo ming ning
ngomah wae. Nemoni uwong sik teko ning ngomah, jagongan karo
tonggo teparo, sok-sok yo melu munggah ning warung ngarep omah
bien karo Asih” artinya sesudah Simbah tidak ada, ya saya Cuma di
rumah saja. Menemui orang yang berkunjung datang ke rumah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
berbincang dengan tetangga sebelah, terkadang saya ikut naik ke
warung di bekas rumah yang dulu bersama Asih.
Untuk mengalihkan rasa sepi dan kesendiriannya, Bu Ponirah ikut
(menemani) Mbak Mur atau Istri Pak Asih berjualan di warung yang
berada di halaman rumahnya dahulu yang berada di Kinahrejo
Cangkringan. Perjalanan hidup Bu Ponirah semakin membaik dan
kehidupan mulai tertata kembali. Selain di warung menantunya,
terkadang Ibu Ponirah berkunjung di shelter miliknya bertemu dengan
tetangga-tetangga dari Kinahrejo dulu.
Bu Ponirah tidak jauh beda dengan sosok Mbah Maridjan yang
senang menyapa dan berbincang kepada siapa saja yang berkunjung di
rumahnya. Beliau selalu memberikan senyum ramahnya kepada
siapapun. Senyum hangatnya dapat diartikan bahwa beliau ramah,
terbuka, dan menerima siapa saja entah anak kecil, orang dewasa, tidak
melihat “siapa”, semua diterima dengan baik oleh beliau. Hal demikian
menujukan bahwa beliau sudah kembali beraktivtas seperti semula dan
sedikit mengesampingkan masa sedihnya yang lalu.
B. Pembahasan
Peneliti membahas data dan informasi yang telah peneliti peroleh dengan
menggunakan metode pengumpulan data yang telah diuraikan pada bab III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Menurut Daniel Goleman (1996:411), keadaan biologis, psikologis, dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas merupakan dampak dari emosi. Jay Winner MD juga
berpendapat stress tidak hanya memiliki dampak yang kelihatannya sederhana
seperti halnya dengan membuat seseorang merasa sedih atau menjadi sangat
emosional, karena stress juga pada kenyataannya dapat memperburuk keadaan.
Gangguan yang dapat ditimbulkan erat kaitannya dengan stress seperti; penyakit
jantung, asma, obesitas, sakit kepala, masala pencernaan, penuaan dini, dan
kematian lebih cepat. Menghadapi kematian orang tercinta secara tiba-tiba,
seperti yang dialami Ibu Ponirah membuat perasaan, emosi, dan juga batinnya
menjadi labil hingga tidak dipungkiri akan terjadi dampak negatif dari
gangguang emosi terjadi.
Rasa kehilangan yang mendalam semakin terasa ketika teringat Ibu Ponirah
mengajak suami untuk turun ikut mengungsi bersama yang lain namun tidak
dihiraukan dan tetap bertahan dikediamannya. Bu Ponirah masih merasa jika
beliau mau untuk diajak turun pasti tidak terjadi hal itu. Namun, penyesalan tiada
guna, hal itu sudah terjadi. Sekarang hanya bisa dan cukup dikenang saja sosok
Mbah Maridjan yang dikenal dengan orang yang menyenangkan, penuh canda
tawa, rendah hati, dan juga ramah terhadap siapa saja. Ketika peneliti datang ke
rumah Ibu Ponirah, peneliti melihat beliau sungguh sangat kuat hati menghadapi
kenyataan tersebut melalui sikap dan tutur kata saat perbincangan berlangsung
“… nggih pripun malih. Punika sampun kadasosan. Sampun kersane sing kuasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
bapak dipun pendet lantaran bencana wingi. Kula sampun pasrah, ikhlas…”
(…ya bagaimana lagi. Ini sudah terjadi. Sudah kemauan yang “kuasa” diambil
lewat bencana kemarin. Saya sudah iklas dan pasrah…).
Peneliti berkunjung ke rumah Ibu Ponirah untuk bersilaturahmi dengan
keluarga dan peneliti juga mengadakan penelitian dari Ibu Ponirah sendiri untuk
mendapat informasi mengenai seberapa dalamkah rasa kehilangan Bu Ponirah
terhadap suami yang meninggal dunia saat melaksanakan tugas sebagai juru
kunci Gunung Merapi? Ibu Ponirah merasakan kehilangan separuh hatiya akibat
ditinggal suami tercinta. Emosi yang tak terbendung lagi mendengar kabar
tersebut. Air mata langsung bercucuran dan badan terkulai lemas tak kuat
menghadapi kenyataan tersebut. Ibu Ponirah semakin tak kuat lagi ketika melihat
jasat sang suami yang terdiam tak bergerak. Batin Bu Ponirah merasakan
penolakan akan kenyataan itu, tidak percaya, seperti dalam mimpi yang
dirasakannya. Hati Bu Ponirah semakin terguncang ketika banyak wartawan
menanyakan banyak pertanyaan yang mengenai kematian Mbah Maridjan setelah
kematian sang tokoh dan selepas pemakaman berlangsung. Kekosongan hati,
perasaan sepi kian memuncak setelah pemakaman saat orang-orang beranjak
pergi. Hal seperti itu mengingatkan kepada beliau dan semakin merasakan
penyesalannya akan keteguhannya ketika tidak mau untuk diajak turun
menyelamatkan diri. Suami tercinta (Mbah Maridjan) adalah sosok yang setia
dan tidak pernah mengeluh dengan kesederhanaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Kehilangan separuh belahan hatinya, Bu Ponirah kini semplah (bahasa Jawa)
dapat diartikan tidak bergairah lagi menyelesaikan hidup. Hari-hari selama
selamatan Mbah Maridjan, Bu Ponirah kesepian, murung, lesu, terkadang
menyendiri, dan menangis pilu mengenang kepergian suami. Mbah Maridjan
merupakan panutan masyarakat sekitar yang dianggap mengerti seluk beluk dan
kemauan sang Merapi. Dengan suami seperti itu, Bu Ponirah secara tidak
langsung juga mengemban beban karena suami yang tersohor dan sebagai tokoh
dalam siklus aktivitas Merapi.
Ibu Ponirah menyikapi keadaan tersebut dengan lapang dada pada akhirnya.
Seakan dipaksa dengan keadaan untuk merelakan kepergian suami. Gemuruh
aktivitas Gunung Merapi tidak hanya menggetarkan tanan sekitar Merapi, tetapi
juga meluluh lantakkan hati Ibu Ponirah ketika bencana tersebut ikut merenggut
nyawa suami Bu Ponirah yaitu Mbah Maridjan yang tersapu awan panas di
rumahnya dengan keadaan sujud. Tetesan air jatuh di atas pasir, seperti itu
keadaan yang dirasakan Bu Ponirah pada waktu ditinggal suami. Hal yang tak
bisa diambil lagi setelah terjadi dan akan hilang seterusnya. Dengan berjalannya
waktu, orang-orang dekat yang selalu menemani hari-harinya, lambat laun Bu
Ponirah merelakan kepergian suami. Beliau pasrah dengan jalan yang harus
dihadapi kini. Menghabiskan hari tuanya bersama anak cucu tanpa ditemani
suami tercinta.
Setelah lama dan keadaan Kinahrejo kembali membaik, kehidupan dimulai
kembali. Warga menyongsong kehidupan baru dan membangun ekonomi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sempat padam menghentikan kepulan dapur mereka. Aktivitas lambat laun
bergerak, mengais barang-barang yang masih bisa dimanfaatkan, memperbaiki
dan membangun rumah mereka. Setelah kejadian itu, Kinahrejo menjadi tempat
wisata alam pegunungan yang menyajikan situasi setelah erupsi dahsyat terjadi.
Penduduk asli kemudian mengelola tempat itu sebagai tempat wisata dan
mengais rejeki dengan berdagang, tour guide, jasa transport bagi pengunjung.
Begitu juga Ibu Ponirah yang mulai beraktivitas menemani anak dan menantunya
berjualan di warung persis di depan bekas rumahnya (halaman rumah). Selain di
warung menantunya, terkadang Ibu Ponirah berkunjung di shelter miliknya
bertemu dengan tetangga-tetangga dari Kinahrejo dulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB V
KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penelitian yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
A. Kesimpulan
Setelah peneliti mengadakan penelitian dengan menggunakan metode yang
disebutkan pada bab III dan sekaligus menjawab fokus pertanyaan penelitian, peneliti
menemukan bahwa:
1. Rasa kehilangan yang dirasakan oleh Ibu Ponirah terhadap meninggalnya
suami (Mbah Maridjan) begitu mendalam. Tak dapat dipungkiri lagi karena
suami meninggal dengan cara tersapu awan panas (saat melaksanakan tugas
sebagai juru kunci Gunung Merapi) di kediamannya dengan posisi sujud dan
Ibu Ponirah juga secara tidak langsung menopang beban dari ketenaran
sosok Mbah Maridjan yang sudah dikenal penjuru negeri. Setelah jasad
suami ditemukan, Ibu Ponirah terus dihujani dengan pertanyaan dan menjadi
sorotan utama di media cetak dan elektronik sehingga batin Ibu Ponirah
semakin tak kuasa dengan kenyataan tersebut. Hal itu mengingatkan tentang
masa lalunya ketika sosok suami masih ada.
2. Kehilangan separuh belahan hatinya, Bu Ponirah kini tidak bergairah lagi
menyelesaikan hidup. Bu Ponirah kesepian, murung, lesu, terkadang
menyendiri, dan menangis pilu mengenang kepergian suami. Mbah Maridjan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
suami yang istimewa bagi Bu Ponirah juga merupakan panutan masyarakat
sekitar yang dianggap mengerti seluk beluk dan kemauan sang Merapi.
Dengan suami seperti itu, Bu Ponirah secara tidak langsung juga
mengemban beban karena suami yang tersohor dan sebagai tokoh dalam
siklus aktivitas Merapi.
3. Banyak masyarakat, warga sekitar, keluarga, dan Ibu Ponirah khususnya
sangat kehilangan sosok Mbah Maridjan yang menjadi panutan sebagai
orang yang paling paham dengan Gunung Merapi. Tak sedikit warga yang
menangis, sedih, bahkan shock dengan kepergian beliau. Mulai
ditemukannya jasad sampai dengan pemakaman berlangsung haru dan
diwarnai isak tangis oleh pengagum Mbah Maridjan. Mbah Maridjan adalah
orang kampung seperti masyarakat pada umumnya, namun beliau begitu
istimewa karena memiliki pengetahuan mengenai “kemauan Gunung
Merapi” yang orang lain tidak punya sehingga diberi kepercayaan oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono IX untuk menjadi juru kunci Gunung Merapi.
Atas kebesaran hati yang dimiliki Ibu Ponirah dan seiring berjalannya waktu,
kini beliau dapat mengikhlaskan kepergian suaminya tersebut. Pada awalnya
berat hati, namun kini merelakan dan dapat berlapang dada dengan
kenyataan yang harus dihadapi itu.
4. Kehilangan belahan jiwa membuat hari-hari Ibu Ponirah menjadi sepi. Ia
mengalihkan kesepiannya dengan ikut (menemani) menantu (Mbak Mur/Istri
Pak Asih) berjualan di warung atau berada di halaman rumahnya di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Kinahrejo Cangkringan. Perjalanan hidup Bu Ponirah semakin membaik dan
kehidupan mulai ditata kembali. Ibu Ponirah mulai beraktivitas lebih baik
dan bercengkrama dengan cucu. Selain di warung menantunya, terkadang
Ibu Ponirah berkunjung di shelter miliknya bertemu dan bercengkrama
dengan tetangga-tetangga dari Kinahrejo dulu.
B. Keterbatasan
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menyadari dan mengakui bahwa ada
keterbatasan. Keterbatasan tersebut adalah pada saat kunjungan rumah, peneliti
lupa tidak semua tanggal dicatat dan waktu kunjungan untuk mengumpulkan data
sehingga hasil penelitian tidak dapat menuliskan secara rinci perkunjungan ke
tempat subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Daftar pustaka
Sumber dari buku:
Ekman, E.2003. Membaca emosi orang. Yogyakarta: Diva Pres
Goleman, D 1996. Kecerdasan emosional. Jakarta: Gramedia
Hurlock,Elizabeth B. 1974. Development psychology. New York: MC Graw Hill
Jersild,A.T. 1958. The psychology of Adolescence. New York: MC Millan Company
Paul Ekman, 2009. Membaca emosi orang. Yogyakarta: Think
Schultz, D 1991. Psikologi pertumbuhan:model-model kepribadian sehat.
Yogyakarta: Kanisius
Stake R.E. 2006. Multiple Case Study Analisis. New York:Guilford
Sutadipura, M.B.1984. Ilmu djiwa Anak. Djakarta:Groningen
Sumber dari internet dan media cetak:
http://belajarpsikologi.com/pengertian-emosi/ diakses pada tanggal 25 September
2011
http://estepede.blogspot.com/2012/11/konsep-dan-teori-kehilangan.html diakses pada
tanggal 16 Oktober 2011
http://historia.co.id/?d=676 diakses pada tanggal 07 November 2012
http://mindhealingtherapy.blogspot.com/2010/12/sepuluh-dampak-negatip-dari-
gejolak.html diakses pada tanggal 17 Oktober 2011
http://penelitianstudikasus.blogspot.com/2010/05/proses-penelitian-studi-kasus.html
diakses pada tanggal 25 September 2011
http://sociopolitica.wordpress.com/2010/10/27/fenomena-mbah-maridjan-di-gunung-
merapi/ diakses pada tanggal 21 Maret 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
EGI/WHO/GAL/WKM/IRE.79 Pengungsi Alami Gangguan
Jiwa.Kompas.Kamis.27Januari2011
Harsono Bagyo.Mitos awan Mbah petruk, isyarat jaga lingkungan.Kedaulatan
Rakyat.Selasa Wage. 02 November 2010
Lukas Adi Prasetya.Harapan di antara puing.Kompas.Rabu.1Desember2010
Sit.Puncak Gunung Merapi tertutup kabut terdengar suara gemuruh.Kedaulatan
Rakyat.Selasa.12 Desember 2010
TimKR.Diterjang banjir lahar, tiga jenazah hanyut.KedaulatanRakyat.Selasa.30
November 2010
TimKR.Saat Merapi meletus malam Sabtu tanah bergetar, api
menyembur.Kedaulatan Rakyat.Minggu.30 Oktober 2010
TimKR.3600 warga Umbulharjo ngungsi di Wukisari.KedaulatanRakyat.Minggu
Pahing. 31 Oktober 2010
WKM/PRA.Perekonomian warga terpukul.Kompas.Jumat.29Oktober2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI