i
MAK: 1800.19.017F
PROPOSAL PENELITIAN
PENELITIAN SUMBERDAYA HAYATI TANAH UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI PEMUPUKAN DAN
PERBAIKAN PRODUKTIVITAS TANAH
Tahun Anggaran 2012
BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2012
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan RPTP : Penelitian Sumberdaya Hayati Tanah untuk Peningkatan Efisiensi Pemupukan dan Perbaikan Produktivitas Tanah
2. Unit Kerja : Balai Penelitian Tanah 3. Alamat Unit Kerja : Jl. Tentara Pelajar No. 12 Kampus Penelitian Pertanian
Cimanggu Bogor, 16114 http://balittanah.litbang.deptan.go.id
4. Sumber Dana : DIPA/RKAKL Satker: Balai Penelitian Tanah Tahun Anggaran 2012
5. Status Penelitian : Baru 6. Penanggungjawab
RPTP
a. Nama : Dr. Subowo b. Pangkat/Golongan : Pembina Utama Tk.I/IV c c. Jabatan Fungsional : Peneliti Utama d. Struktural : - 7. Lokasi Penelitian : Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur 8. Agroekosistem : - 9. Tahun Mulai : TA 2012 10. Tahun Selesai : TA 2015
11. Output Tahunan : Informasi kesesuaian populasi hayati tanah dan isolat unggul terhadap produksi jagung dan biorehabilitasi lahan bekas tambang sistem terbuka
12. Output Akhir : Teknologi pemanfaatan sumberdaya hayati tanah
13. Biaya Kegiatan (RKTM) : Rp.200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah)
Koordinator Program
Dr. Husnain, MSc NIP. 19730910 200103 2 001.
Mengetahui: Kepala balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian
Dr. Muhrizal Sarwani, MSc. NIP. 19600329 198403 1 001
Penanggung Jawab RPTP
Dr. Subowo, MS NIP. 19560605 198303 1 001
Kepala Balai Penelitian Tanah
Dr. Ir. Sri Rochayati, MSc. NIP. 19570616 198603 2 001
iii
RINGKASAN USULAN PENELITIAN
1 Judul RPTP/RKOT/RPTP : Penelitian Sumberdaya Hayati Tanah untuk Peningkatan Efisiensi Pemupukan dan Perbaikan Produktivitas Tanah.
2 Nama dan Alamat Unit Kerja
: Balai Penelitian Tanah
Jl. Ir. H. Juanda No. 98, Bogor 16123
3 Sifat Usulan Penelitian : Lanjutan
4 Penanggungjawab : Dr. Subowo
5 Justifikasi : Indonesia negara megabiodiversity tropika basah dengan tingkat efisiensi pemupukan dan produktivitas tanah masih perlu ditingkatkan. Pemberdayaan sumberdaya hayati tanah di kawasan megabiodiversity seperti Indonesia untuk efisiensi sistem produksi pertanian potensial untuk dikembangkan.
6 Tujuan
a. Jangka Pendek : 1. Untuk karakterisasi sumberdaya hayati tanah yang sesuai untuk tanaman jagung.
2. Mendapatkan informasi populasi hayati pada lahan jagung dan lahan bekas tambang sistem terbuka.
3. Mendapatkan organisme/isolat unggul untuk jagung dan untuk rehabilitasi lahan bekas tambang sistem penambangan terbuka.
b. Jangka Panjang : Mendapatkan teknologi pemanfaatan sumberdaya hayati tanah untuk peningkatan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan lahan pertanian.
7 Luaran yang diharapkan
a. Jangka Pendek : 1. Satu paket informasi hubungan kesesuaian antara sumberdaya hayati tanah dengan produksi jagung.
2. Satu paket informasi populasi hayati pada lahan jagung.
3. Satu paket informasi populasi hayati pada lahan bekas tambang sistem terbuka.
4. Isolat/organisme unggul untuk
iv
produksi jagung dan untuk rehabilitasi lahan bekas tambang sistem penambangan terbuka.
b. Jangka Panjang : Teknologi pemanfaatan sumberdaya hayati tanah untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi pemupukan lahan pertanian
8 Outcome : Pemanfaatan sumberdaya hayati tanah dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta pemulihan lahan terdegradasi akibat kegiatan penambangan
9 Sasaran akhir : Meningkatkan produktivitas tanah, pemulihan kesuburan lahan terdegradasi melalui pemberdayaan agen hayati tanah
10 Lokasi penelitian : Jawa Barat, Banten, DI.Yogyakarta, dan Jawa Timur
11 Jangka waktu : Mulai T.A. 2011, berakhir T.A. 2014.
12 Sumber dana : DIPA Satker: Balai Penelitian Tanah, T.A. 2012
v
SUMMARY
1 Title of RPTP/RDHP : Research of Soil Biological Resources to Increase Fertilization Efficiency and Soil Productivity Improvement
2 Implementation unit : Indonesia Soil Research Institute (ISRI) Jl. Ir. H. Juanda No. 98 Bogor 16123
3 Location : West Java, Banten, D.I. Yogjakarta and East Java
4 Objective
a. Short term : 1. For the characterization of biological resources of land suitable for growing corn.
2. Obtain information on biological populations and corn land and mined land open pit minning system.
3. Get organism/isolates superior to corn and for rehabilitation of mined land open pit mining system.
b. Long term : Utilization of soil biological resources to increase fertilizer efficiency of agricultural land and soil productivity.
5 Expected output
a. Short term : 1. An information packet the suitability of the relationship between the soil biological resources with corn production.
2. One packet of information on the biological populations of corn land.
3. One packet of information on biological populations of opened land open pit minning system.
4. Isolates/superior organisms for the production of corn and for rehabilitation of mined land open pit mining system.
b. Long term : Utilization of soil biological resources technology to increase soil productivity and fertilizer efficiency of agricultural land
6 Discription of
methodology
: This research will be started by survey activities to reach the relationship between soil biology population and mayze production, and to see the soil biology problems of mined land. Then, will be seeked opportunities of it’s anticipation using empowerment of soil biological resources to increase soil productivity and fertilization efficiency. The best technology will be done as treatment in treatment block scale in field. The best soil organism
vi
strains from this research will be used as inoculants for formulation of consortium biofertilizer.
7 Duration : F.Y 2011./F.Y. 2014
8 Budget/fiscal year : Rp 200.000.000,-(two hundred million rupiahs)
9 Source of budget : DIPA 648680 Indonesia Soil Research Institute (ISRI), Fiscal Year 2012.
vii
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara megabiodiversity di kawasan tropika basah dengan laju degradasi tanah berlangsung intensif. Masalah utama degradasi tanah terjadi akibat laju pelapukan, erosi dan pencucian hara berlangsung intensif, tanah lapisan olah tipis, kandungan bahan organic dan pH tanah rendah. Organisme tanah dalam mempengaruhi produktivitas tanah dapat berlangsung melalui perbaikan sifat fisik tanah, peningkatan ketersediaan hara, konservasi bahan organik dan hara tanah, serta dapat berperan sebagai hama-penyakit tular tanah ataupun sebagai predator. Pemberdayaan sumberdaya hayati tanah untuk meningkatkan produktivitas tanah kawasan tropika basah penting untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah 1). Mengidentifikasi hubungan peran keaneka-ragaman hayati tanah dalam mendukung produksi jagung, 2). Mendapatkan informasi populasi hayati pada lahan bekas tambang sistem terbuka, dan 3). Mendapatkan isolate/organisme unggul untuk produksi jagung dan untuk rehabilitasi lahan bekas tambang. Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian dilakukan dalam 2 sub kegiatan: 1). Karakterisasi dan evaluasi kesesuaian populasi hayati tanah terhadap produksi jagung, dan 2). Penapisan organisme yang berpotensi sebagai agensia hayati untuk biorehabilitasi lahan bekas tambang sistem terbuka. Kata kunci: agen hayati tanah, lahan bekas tambang sistem terbuka, jagung
ABSTRACT
Indonesia is the megabiodiversity country in the wet tropical regions with intensive soil degradation. The main problem is land degradation that caused by the rate of weathering, erosion and nutrient leaching intensively, though a thin layer of soil organic matter content and low soil pH. The affect the productivity of soil organisms in the soil can take place through the improvement of soil physical properties, increasing nutrient availability, conservation of soil organic matter and nutrients. These organisms can act as pest and soil borne diseases or predator. Empowerment of biological resources important to improve soil productivity in the wet tropical areas. The purpose of this study are 1). To identify relationship between soil biodiversity and corn production, 2). To obtain of information of biological population on lands mined by open pit minning system, and 3). To get superior isolates/organism to increase mayze production and for land mined rehabilitasion. To achieve these objectives study was conducted in two sub-activities: (1) Characterization and evaluation of suitability of soil biological populations of corn production, and (2) Isolation and identification of soil organisms of land mined by open pit minning system.
Key words: soil biological agents, mine
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah merupakan suatu sistem kehidupan yang kompleks yang
mengandung berbagai jenis organisme dengan beragam fungsi untuk
menjalankan proses vital bagi kehidupan teresterial. Indonesia merupakan
negara megabiodiversity di kawasan tropika basah selayaknya memberdayakan
sumberdaya hayati tanah untuk meningkatkan kesuburan dan produktivitas
tanah. Masalah utama yang dihadapi tanah lahan pertanian di tropika basah
adalah laju pelapukan, erosi dan pencucian hara berlangsung intensif. Tanah
lapisan olah tipis dan kesuburan tanah rendah akibat rendahnya kandungan
bahan organik dan pH, serta terdapatnya lapisan bawah yang padat.
Pada lahan pertanian intensif dengan perlakuan pengolahan tanah,
pemupukan anorganik dan pemberian pestisida yang intensif menekan
perkembangan populasi organisme heterotrof (terutama fauna tanah). Populasi
organisme tanah didominasi oleh mikroorganisme yang memiliki kemampuan
merombak bahan organik dengan dilepaskan sebagai hara dan CO2 semakin
cepat, sehingga kandungan bahan organik tanah cepat menurun dan fauna
tanah semakin tertekan. Populasi fauna tanah dan konservasi bahan organik
tanah pada lahan-lahan pertanian intensif semakin rendah.
Mikroba bersama-sama fauna tanah pada prinsipnya memiliki peranan
penting dalam melaksanakan berbagai aktivitas metabolisme yang berlangsung
di dalam subsistem tanah. Berbagai peran organisme tanah dalam
mempengaruhi kesuburan dan produktivitas tanah dapat berlangsung melalui
perbaikan sifat fisik tanah, peningkatan ketersediaan hara, konservasi bahan
organik dan hara tanah, serta dapat berperan sebagai hama-penyakit tular
tanah ataupun sebagai predator. Di dalam daur energi di dalam tanah, fauna
tanah memiliki peranan penting dalam menghancurkan secara fisik
(fragmentasi) bahan organik, selanjutnya oleh mikroba tanah bahan organik
didekomposisi dan dilepaskan sebagai senyawa anorganik (hara) yang dapat
diserap oleh tanaman. Adanya aktivitas fauna tanah juga dapat memperbaiki
sifat fisik tanah, meningkatkan aerasi tanah, dan juga meningkatkan stabilitas
agregat tanah. Terlibatnya fauna tanah dalam menjaga daur energi dan hara di
2
dalam tanah dapat memaksimalkan nilai fungsi bahan organik, selain dapat
meningkatkan keharaan tanah juga memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah
serta mengurangi kecepatan kehilangan bahan organik dari subsistem tanah.
Dengan meningkatkan peran serta fauna tanah ini, perlakuan pemupukan dan
pemberian bahan organik tanah untuk meningkatkan kesuburan dan
produktivitas tanah dapat lebih efektif dan berkelanjutan.
Sinkronisasi pemberdayaan sumberdaya hayati tanah untuk
meningkatkan produktivitas tanah dengan menyediakan media tanah yang
sesuai untuk mendukung aktivitas masing-masing organisme target akan
meningkatkan efisiensi pengelolaan sumberdaya tanah dan dapat berlangsung
secara lestari. Giller, et al. (1997) dalam upaya mendukung pengembangan
pertanian intensif di kawasan tropika yang sebagian besar petaninya memiliki
kemampuan memberikan input/pupuk lemah, pemberdayaan sumberdaya hayati
tanah relefan untuk diupayakan. Untuk itu dalam evaluasi kesesuaian lahan
pertanian ataupun perbaikan kesuburan tanah hendaknya juga dapat
memanfaatkan peranan konsorsia hayati tanah, sehingga seluruh komponen
yang mempengaruhi produksi tanaman dapat secara menyeluruh dapat
diketahui secara tepat dan terarah sesuai dengan nilai fungsinya.
Pengembangan formulasi pupuk konsorsia hayati tanah yang meliputi fauna
tanah, fungi dan bakteri tanah diharapkan dapat memperkaya populasi hayati
tanah, meningkatkan kesuburan dan konservasi bahan organik tanah
1.2. Dasar Pertimbangan.
Sesuai dengan kondisi tipologi lahan pertanian di Indonesia, sebagian
besar tanah mineral memiliki kandungan bahan organik rendah (<2%) (Las dan
Setiorini, 2010). Selain itu dengan adanya rencana pengurangan subsidi pupuk
buatan (Urea, KCl, dan SP-36), maka pemanfaatan pupuk organik dan pupuk
hayati menjadi salah satu alternatif untuk mengatasinya. Masalah yang dihadapi
bahwa kandungan hara N, P, K pada bahan organik rendah, sehingga diperlukan
dalam jumlah yang besar untuk mampu memulihkan kesuburan tanah.
Pemanfaatan bahan organik tanah sebagai sumber energi/makanan untuk
memberdayakan sumberdaya hayati tanah yang mampu meningkatkan
ketersediaan hara tanah dan perbaikan sifat fisik tanah merupakan langkah yang
tepat dan efisien. Selain dapat menjaga kelestarian daya dukung tanah juga
3
murah dalam pengelolaan lahan. Subowo, et al. (2011) mendapatkan bahwa
lahan vegetasi subur, menghasilkan kepadatan populasi fauna tanah maupun
jumlah jenis fauna tanah relative lebih tinggi daripada lahan dengan tampilan
vegetasi sedang dan kurang subur.
Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan bahwa inokulasi bakteri
penambat N yang hidup bersimbiose (Rhizobium) ataupun hidup bebas
(Azotobacter) dan bakteri/fungi pelarut fosfat mampu meningkatkan
ketersediaan hara N dan P untuk tanaman. Perlakuan inokulasi cacing tanah
endogaesis pada tanah Ultisol mampu meningkatkan produksi kedele dan juga
pengembangan predator dapat menekan serangan hama-penyakit tular tanah
dan meningkatkan produktivitas tanah (Anwar, 2007). Demikian juga halnya
dalam melakukan evaluasi kesesuaian lahan ataupun rehabilitasi lahan yang
selama ini dilakukan belum melibatkan peranan hayati tanah, sehingga banyak
kasus yang terjadi meskipun berdasarkan hasil evaluasi lahan tanah tersebut
layak untuk pengembangan suatu komoditi pertanian, namun pada saat masa
produksi ternyata terjadi peledakan serangan hama-penyakit tular tanah yang
sangat sulit untuk diatasi, seperti serangan Fusarium pada lahan pisang,
Ganoderma pada kebuin sawit, dll. Demikian juga upaya rehabilitasi lahan
dengan pemberian bahan organik semata masih banyak mengalami kegagalan
akibat cepat merosotnya kandungan bahan organik dan aktivitas hayati tanah
yang memiliki peranan penting dalam menjaga dinamika fisiko-kimia tanah
belum diperhatikan secara optimal.
1.3. Tujuan.
Tujuan jangka pendek:
1. Untuk karakterisasi sumberdaya hayati tanah yang sesuai untuk
tanaman jagung.
2. Mendapatkan informasi populasi hayati pada lahan jagung dan
lahan bekas tambang sistem terbuka.
3. Mendapatkan isolat/organisme unggul untuk jagung dan untuk
rehabilitasi lahan bekas tambang sistem penambangan terbuka.
4
Tujuan jangka panjang:
Mendapatkan teknologi pemanfaatan sumberdaya hayati tanah untuk
peningkatan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan lahan pertanian.
1.4. Keluaran Yang Diharapkan
Jangka pendek (tahunan)
1. Satu paket informasi hubungan kesesuaian antara sumberdaya
hayati tanah dengan produksi jagung.
2. Satu paket informasi populasi hayati pada lahan jagung dan
bekas tambang sistem terbuka
3. Isolat/organisme unggul untuk produksi jagung dan untuk
rehabilitasi lahan bekas tambang sistem penambangan terbuka.
Jangka panjang :
Teknologi pemanfaatan sumberdaya hayati tanah untuk peningkatan
produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan lahan pertanian.
1.5. Perkiraan manfaat dan dampak dari kegiatan yang dirancang
1. Pemberdayaan sumberdaya hayati tanah sebagai salah satu pelaku
ekosistem tanah untuk meningkatkan produktivitas tanah pertanian.
Melalui peran hayati tanah akan dapat meningkatkan efisiensi
pemupukan ataupun pemanfaatan bahan organik tanah, sehingga
biaya pengelolaan lahan lebih murah dan lestari. Diketahuinya pola
keseimbangan ekosistem tanah yang ideal untuk produksi pertanian
akan dapat memberdayakan sumberdaya alam yang ada secara
optimal dan lestari dengan biaya produksi yang lebih murah.
2. Upaya rehabilitasi lahan terdegradasi dengan memanfaatkan peran
organisme tanah yang merupakan salah satu komponen penting
dalam mempengaruhi dinamika kesuburan tanah, maka efisiensi
input yang diberikan dapat diarahkan selaras dengan target
rehabilitasi/perbaikan yang ingin dicapai. Pemberian input
hendaknya disesuaikan dengan tahapan kesiapan subsistem tanah
yang sedang berlangsung dan diarahkan pada target rehabilitasi
yang direncanakan. Pemberdayaan lahan–lahan terdegradasi dapat
5
dilakukan secara tepat sesuai dinamika subsistem tanah yang
berlangsung, sehingga pemberian input dapat lebih efisien dan
sesuai dengan phase peruntukan dan perbaikan produktivitas dapat
lebih cepat dicapai.
3. Penyempurnaan sistem evaluasi kesesuaian lahan dengan
melibatkan parameter hayati tanah yang berperanan penting dalam
menentukan produksi tanaman akan dapat memaksimalkan peranan
sumberdaya hayati tanah yang memiliki pengaruh positif terhadap
produksi tanaman dan menekan secara proporsional organisme
tanah yang berperan sebagai hama-penyakit tular tanah. Dengan
pendekatan ini, maka tata ruang peruntukan lahan akan lebih
rasional dan efisien sesuai dengan kondisi riil daya dukung
sumberdaya tanah di Indonesia yang berada di kawasan
megabiodiversity tropika basah.
4. Pengembangan pupuk hayati dalam upaya meningkatkan efisiensi
pemupukan, meningkatkan produktivitas, dan keamanan lingkungan.
Tersedianya isolat hayati tanah unggul dapat dimanfaatkan sebagai
isolat baku untuk formulasi pupuk hayati untuk berbagai tipologi
lahan, jenis tanah dan jenis komoditi.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
Tanah di kawasan tropika basah didominasi oleh tanah-tanah tua yang
memiliki kondisi fisika cukup baik: stabilitas, struktur, hidrolik konduktivitas,
dan aerasi. Namun kondisi kimia kurang baik: kekahatan hara, kapasitas
tukar kation (KTK) rendah, kapasitas tanah menahan air rendah, sematan P
tinggi, dan Al/Fe dapat meracun tanaman (Lal, 1995). Perpanjangan rantai
daur hara merupakan langkah yang penting untuk mengurangi pencucian
dan juga menahan kehilangan pupuk dan bahan organik. Organisme tanah
autotrof seperti algae dan sebagian bakteri tanah dapat memanfaatkan hara
bebas yang tidak dimanfaatkan oleh akar tanaman, sehingga dapat terhindar
dari pencucian. Demikian pula organisme tanah heterotrof seperti fauna,
fungi dan sebagian bakteri tanah dapat memperpanjang daur hara dari
bahan organik, sehingga dapat secara bertahap dilepaskan kembali ke dalam
tanah dalam bentuk tersedia. Ketersediaan hara P dalam tanah tanpa
dukungan organisme tanah akan sangat sulit untuk dapat tersedia bagi
tanaman (Gambar 1). Demikian pula halnya peningkatan ketersediaan hara
Gambar 1. Daur hara P dalam tanah untuk tanaman (Rao, 1994).
N yang sangat mobil di dalam tanah akan mudah hilang dalam subsistem tanah,
sehingga pengkayaan dengan memanfaatkan bantuan penambatan N yang
Tanaman
Ortofosfat P-anorganik
(tersemat)
Bahan Organik Tanah
(P-organik)
Hewan
Mikorisa
Mikroba Pelarut P
Mineralisasi/Dekomposer
Immobilisasi
7
dilakukan oleh organisme tanah yang hidup bebas ataupun bersimbiose penting
untuk diupayakan (Gambar 2).
Tanaman
Nitrat (NO3)
Denitrifikasi
Bahan Organik Tanah/
Mikroba
Mineralisasi
Pabrik
Pupuk
Penambat N
Biologi
NH3 dan NH4
ImmobilisasiNitrifikasi
N2-udara(78% vol, 75% berat)
UDARA
TANAH
Air hujan(cumullus
nimbus)
Megabiodiversity
?!
Gambar 2. Daur hara N alami di dalam tanah.
Usahatani di kawasan tropika basah masalah yang penting adalah mengenai
kandungan hara tanah, ketersediaan bahan organik tanah, dan kemampuan
tanah menahan air (William dan Joseph, 1976). Faktor utama yang
mempengaruhi kesuburan tanah tersebut adalah akibat tingginya laju
dekomposisi, erosi dan pencucian hara. Upaya menurunkan kehilangan bahan
organik tanah dengan melibatkan organisme tanah akan menekan percepatan
kehilangan hara dan bahan organik dari subsistem tanah. Meningkatnya aktivitas
fauna tanah juga dapat mengkonservasi air melalui perbaikan aerasi, perkolasi
dan infiltrasi. Bahkan fungi tanah dapat mengendalikan C-organik tanah, karena
dalam proses dekomposisi bahan organik pelepasan C sebagai CO2 sangat
rendah dan 30 – 40% C-organik tersimpan kembali sebagai miselium
(Alexander, 1977). Setelah organisme tanah mati juga merupakan salah satu
sumber bahan organik tanah.
Tanaman merupakan organisme autotrof yang dalam pertumbuhannya
memerlukan hara dalam bentuk ion (anorganik). Pelepasan hara tanaman yang
berasal dari bahan induk tanah ataupun dari bahan organik diawali oleh proses
mineralisasi. Proses mineralisasi ini berlangsung secara fisiko-kimia ataupun oleh
aktivitas biologis yang dalam kenyataan di lapangan kedua proses ini selalu
berlangsung bersama-sama saling melengkapi satu dengan yang lain. Tanpa
8
adanya peran organisme tanah mineralisasi/dekomposisi mineral ataupun bahan
organik tanah berlangsung lambat. Adanya aktivitas perombakan bahan organik,
hara-hara yang terkandung di dalamnya dilepaskan dalam bentuk tersedia bagi
tanaman, baik hara makro maupun mikro. Edwards dan Lofty (1977)
menyatakan bahwa bahan tanah mineral maupun bahan organik yang dicerna
cacing tanah dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk kotoran dan hara yang
lebih tersedia bagi tanaman. Elliot et al., (1991) juga mendapatkan bahwa
kotoran cacing tanah secara umum mengandung NO3-, NH4
+ dan kelembaban
yang tinggi dibanding dengan tanah disekitarnya.
Keberadaan hayati tanah di dalam tanah akan menjaga proses dinamika
subsistem tanah tetap seimbang. Proses pelapukan bahan organik di dalam
tanah secara alami diawali oleh peranan fauna tanah dalam memecah bahan
organik dalam ukuran yang lebih sederhana (fragmentasi) dan selanjutnya
diteruskan oleh bakteri dan jamur untuk dihasilkan senyawa-senyawa yang lebih
sederhana. Adanya aktivitas fauna tanah (cacing, insekta, dll) akan memperbaiki
aerasi tanah ataupun meningkatkan stabilitas agregat tanah, menahan
kehilangan C-organik tanah, dan menyediakan media yang baik bagi kehidupan
mikroorganisme tanah. Sementara sumbangan utama mikroorganisme tanah
(bakteri, jamur, khamir) dapat melapukan ikatan organik tanah menjadi
senyawa-senyawa sederhana (unsur hara) dan tersedia bagi tanaman.
Pengendalian populasi organisme tanah dengan orientasi meningkatkan
produktivitas tanah pertanian merupakan langkah yang tepat dalam
memberdayakan sumberdaya tanah yang ada dan meningkatkan efisiensi
pengelolaan lahan. Pemberian input yang selektif melalui pengkayaan hayati
tanah ataupun pemberian amelioran (bahan organik, kapur, dll) yang tepat
sesuai daya dukung tanah memberikan dampak yang besar dan berkelanjutan
bagi pemberdayaan sumberdaya tanah untuk pertanian.
2.2. Hasil-hasil Penelitian.
Hasil penelitian Subowo, et al., (2002) didapatkan bahwa dinamika
pengaruh populasi cacing tanah endogaesis Pheretima hupiensis terhadap sifat
fisik dan kimia tanah Ultisols Rangkasbitung, Banten tergantung pada musim
(Tabel 1). Cacing tanah mampu menurunkan ketahanan tanah dan
meningkatkan daur bahan organik, sehingga berkorelasi negatif nyata dengan
9
nisbah C:N dan ketahanan tanah dan mampu meningkatkan kapasitas tanah
menahan air (air tersedia) serta meningkatkan P-HCl pada musim hujan.
Sementara di musim peralihan MK ke MH cacing tanah mengkonsumsi P untuk
melindungi diri dari tekanan dehidrasi, sehingga cenderung berkorelasi negatif
dengan P-HCl. Di kawasan tropika cacing tanah berperanan dalam menekan
kecepatan dekomposisi bahan organik yang sangat penting untuk menghambat
kehilangan humus dari lahan pertanian (Martin, 1991 dalam Stork and Eggleton,
1992). Selanjutnya dikatakan bahwa cacing tanah merupakan indikator yang
penting bagi kualitas tanah kawasan tropika basah, selain mudah dalam
pengambilan data juga murah dalam melakukan determinasi/ identifikasi.
Tabel 1. Dinamika nilai indeks korelasi antara populasi Pheretima hupiensis terhadap sifat fisik dan kimia tanah Ultisols Rangkasbitung
No Parameter Tanah
Dinamika indeks korelasi dengan populasi P. Hupiensis
Musim Kemarau (MK)
Peralihan MK ke MH
Musim Hujan (MH)
1. 2.
Sifat fisik tanah: -Ketahanan tanah -Air tersedia Sifat kimia tanah: -P2O5 - HCl 25% -Nisbah C:N
-0,33 0,48
0,26 -0,40
-0,44 0,16
-0,12 -0,41
-0,48 0,30
0,68 -0,16
Batas nyata 5% ±0,34 ±0,36 ±0,38
Sumber: Subowo, et al., (2002).
Penelitian Yusnaini et al., (2004), pemberian pupuk organik (20 ton/ha)
dan pupuk buatan/inorganik serta kombinasinya pada tanah lahan kering masam
di Taman Bogo (Lampung) tidak berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah
termasuk C-organik tanah. Namun populasi cacing tanah berbeda nyata dengan
populasi tertinggi pada perlakuan pemberian kotoran ayam, populasi Mikoriza
Vesikular Arboskular (MVA) dapat dijumpai pada seluruh perlakuan, dan
produksi jagung terdapat beda nyata dengan produksi tertinggi pada perlakuan
kotoran ayam 50% + pupuk NPK 50%. Keadaan ini menunjukkan bahwa
pengaruh pemberian bahan organik ataupun pupuk buatan dalam tanah
terhadap produksi tanaman tidak berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan
tanaman. Adanya bantuan dari organisme tanah, kandungan hara dalam pupuk
10
dan bahan organik dirombak dan dilepaskan kembali sebagai hara tersedia bagi
tanaman.
Pemberian inokulan cacing tanah dan bahan organik terhadap
pertumbuhan jagung menunjukkan pengaruh interaksi pemberian inokulan
cacing tanah dengan bahan organik terhadap berat buah dan biomas (Anwar et
al, 2007) Pemberian inokulan cacing tanah menunjukkan respon yang lebih
rendah terhadap berat biomas dan hasil jagung (biji) dibanding tanpa inokulan
cacing tanah (Tabel 2). Pemberian bahan organik 10 t.ha-1 sampai kedalaman
20 cm yang diinokulasi cacing tanah menunjukkan respon terhadap berat
biomas dan berat buah yang linier. Pemberian bahan organik sampai dosis 5
t.ha-1 dengan pemberian inokulan cacing tanah meningkatkan hasil dan biomas
Tabel 2. Pengaruh inokulan cacing tanah dan bahan organik terhadap biomas
dan hasil jagung
Dosis bahan organik
Berat biomas (gr.pot-1) Berat buah (Jagung pipilan)(gr.pot-1)
Tanpa Cacing tanah
Dengan Cacing tanah
Tanpa Cacing tanah
Dengan Cacing tanah
0-10cm 10-20cm 0-10cm 10-20cm 0-10cm 10-20cm 0-10cm 10-20cm
Tanpa b.o 146,4 gh 83.0 j 65,4 d - 34,9 g -
2,5t.ha-1 173,7 fg 163,6 g 205,8 e 163,6 g 72,1 cd 223,2 d 84,8 b 223,2 d
5t.ha-1 188,7 ef 198,8 e 212,8 de 198,8 e 59,3 de 231,7 cd 83,7 bc 231,7 cd
10t.ha-1 235,9 cd 281,4 a 241,5 c 281,4 a 89,3 ab 239,7 cd 82,9 bc 239,7 cd
K.K 13,71 6,80
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT
Sumber data : Anwar (2006).
lebih tinggi dibanding hanya diberi bahan organik dengan dosis dan kedalaman
yang sama.
Pada penelitian TA 2011 dari hasil survey pada berbagai lokasi
pertanaman kedelai menunjukkan bahwa populasi fauna tanah pada lahan
kering dengan pola TOT (tanpa olah tanah) relatif lebih tinggi dibanding populasi
fauna tanah pada lahan yang mendapat pengolahan tanah yang lebih intensif
(Subowo, et al., 2011). Lahan dengan tampilan vegetasi subur, menghasilkan
kepadatan populasi fauna tanah maupun jumlah jenis fauna tanah lebih tinggi
daripada lahan dengan tampilan vegetasi sedang dan kurang subur. Pada
percobaan dengan inkubasi di rumah kaca diperoleh populasi cacing tanah dan
11
kokon pada perlakuan dengan aplikasi bahan organik secara vertikal (B2) lebih
tinggi dibandingkan perlakuan aplikasi bahan organik secara horizontal di
permukanaan tanah (B1). Hasil kedelai pada perlakuan bahan organik dicampur
tanah+inokulasi Azotobacter sp (B1N1) memberikan hasil biji kedelai tertinggi
yaitu sebesar 16,01 g/pot menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan
perlakuam pemberian bahan organik secara vertical+ Azotobacter sp (B2N1),
hasil kedelai pada perlakuan bahan organik secara vertical+ Azotobacter sp
(B2N1) sebesar 8,81 g/pot. Hasil penelitian lapang pada tanah Ultisol lahan
pertanian yang telah mangandung fungi total dan bakteri tanah yang cukup
tinggi (Tabel 3) aplikasi hayati tanah tidak meningkatkan pertumbuhan tanaman
Tabel 3. Populasi fungi dan bakteri pada lahan kering Ultisol Banten
No Jenis pengamatan Populasi (…CFU/g...)
1. Fungi
Fungi Total 1 x 107
Fungi pelarut P -
2. Bakteri
Total Bakteri 1 x 107
Rhizobium sp 1 x 105
Azotobacter sp 1 x 106
Bakteri pelarut P 6 x 106
Sumber: Subowo, et al., (2011) kedelai (tinggi tanaman, panjang akar dan berat kering tanaman) (Tabel 4).
Dari hasil ini nampak bahwa sebagai wilayah megabiodiversity layak
memberdayakan potensi sumber daya hayati tanah sebagai agen untuk
meningkatkan produktivitas tanah melalui peningkatan produktivitas tanah
pertanian.
12
Tabel 4. Tinggi tanaman, panjang akar, bobot kering tanaman kedelai di Lebak, Banten pada saat berbunga
No. Perlakuan
Berat kering
Bin til Akar (g/tnm)
Tinggi Tnm
(cm)
Berat Kering
Tanaman (g)
Berat kering Tnm (g)
1. Kontrol 0.31 b 32.42 b 26.08 c 3.31 ab
2. R 0.18 a 29.46 a 24.17 a 2.62 a
3. R + CT 0.29 a 34.63 b 25.46 bc 3.36 ab
4. R + CT + BP 0.37 b 33.38 b 26.58 c 3.86 b
5. R + CT + BP + A 0.22 a 30.92 a 24.67 bc 2.57 a
6. R + CT + BP + A + FP
0.18 a 31.33 ab 23.79 a 2.74 ab
7 CT + A + FP 0.19 a 30.63 a 27.92 c 2.90 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5 %
R : Rhizobium sp, CT : cacing tanah endogaesis, BP : Bakteri pelarut P, A : Azotobacter sp, FP : fungi pelarut P.
Sumber: Subowo, et al., (2011)
13
III. METODOLOGI / PROSEDUR
3.1. Pendekatan/Kerangka Pemikiran
Penelitian dilakukan dalam upaya meningkatkan produktivitas tanah
untuk produksi pertanian lahan kering dengan pendekatan pemberdayaan
sumberdaya hayati tanah. Penelitian ini merupakan penelitian jangka panjang
dengan target utama pada tahun 2011 – 2014 akan dihasilkan isolat/organisme
unggul untuk produksi tanaman pangan (kedelai, jagung, dan beras) dan untuk
rehabilitasi tanah terdegradasi (lahan marginal, lahan bekas tambang atau
tercemar bahan beracun berbahaya/B3). Pada tahun pertama (2011) telah
dilakukan penelitian pemberdayaan sumberdaya hayati tanah untuk
pengembangan tanaman kedelai pada tanah Ultisol. Pada tahun ke-2 dilakukan
karakterisasi dan evaluasi populasi hayati tanah untuk produksi jagung dan
lahan bekas penambangan sistem terbuka.
Untuk lokasi hamparan jagung dilakukan pengamatan terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung, dan dilakukan evaluasi kesesuaian lahannya
sesuai dengan pedoman evaluasi kesesuaian lahan yang sementara ini berlaku
(Petunjuk Teknis: Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian, Balai Penelitian
Tanah, 2003). Evaluasi kesesuaian populasi hayati tanah terhadap pertumbuhan
dan produksi jagung dilakukan dengan uji korelasi-regresi antara indikator hayati
tanah, kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Pola hubungan yang
terbaik antara populasi hayati tanah dengan produksi jagunge digunakan
sebagai patokan kondisi ideal populasi hayati tanah untuk mendukung produksi
jagung. Jenis-jenis organisme tanah yang mempunyai peranan penting terhadap
peningkatan produksi jagung dikoleksi dan dimanfaatkan sebagai inokulan baku
untuk formulasi konsorsia pupuk hayati.
Untuk rehabilitasi tanah bekas tambang dilakukan penyesuaian antara
kondisi saat ini dan target kondisi hayati ideal yang telah ditetapkan. Untuk
mencapai target ideal tersebut diperlukan data kondisi sumberdaya hayati tanah
eksisting yang ada di sekitar lokasi dan memiliki tipologi lahan yang sama
dengan areal bekas tambang sebelumnya. Populasi hayati eksisting yang telah
sesuai dengan ondisi alami setempat dimanfaatkan sebagai acuan dasar untuk
perbaikan populasi hayati pada areal bekas tambang yang akan diperbaiki
secara hatyati (biorehabilitasi). Agar peranan hayati tanah introduksi dapat
14
berlangsung efektif selain diperlukan perlakuan inokulasi hayati tanah yang
sesuai juga diikuti input ameliorant untuk mendukung kehidupan hayati
tersebut.
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Penelitian dilakukan pada hamparan lahan pertanaman jagung dan
lahan bekas tambang. Untuk mencapai sasaran penelitian, penelitian ini dibagi
dalam 2 sub kegiatan:
1). Karakterisasi dan evaluasi ksesuaian populasi hayati tanah terhadap
produksi jagung.
2. Penapisan organisme tanah yang berpotensi sebagai agensia biorehabilitasi
pada lahan bekas tambang sistem terbuka.
Sejalan dengan sebaran tanah pertanian jagung dan lokasi
pertambangan terbuka, maka lokasi penelitian akan diadakan di Provinsi Jawa
Barat, Banten, DI Yogyakarta dan Jawa Timur..
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan.
Penelitian 1. Karakterisasi dan evaluasi ksesuaian populasi hayati tanah
terhadap produksi jagung.
Pemilihan dan penetapan lokasi digunakan metoda survey (purposif)
dengan diawali pada hamparan daerah sentra produksi jagung, yang telah
terdapat pertanaman jagung. Rancangan digunakan Rancangan Acak Kelompok
Faktorial. Dipilih 6 lokasi sebagai ulangan tersebar di 3 propinsi, dengan masing-
masing 2 lokasi tiap propinsi (2 ulangan), dengan tampilan vegetasi yang kurang
subur, sedang dan sangat subur tiap-tiap lokasi sebagai perlakuan factor
pertama, pada hamparan masing-masing dengan luas ≥1,0 ha.
Tiap tampilan vegetasi diambil 3 sub-sampel yaitu sub sampel fisika,
kimia dan biologi sebagai perlakuan faktor ke 2 mewakili lokasi dengan
penampilan pertumbuhan tanaman yang relative sama. Jadi total 18 tempat
mewakili 6 lokasi dengan tingkat 3 kondisi pertumbuhan yang berbeda.
Pengamatan masing-masing lokasi terdiri dari pengamatan hayati tanah sebagai
organisme pembaik kesuburan tanah ataupun sebagai hama-penyakit tanaman,
yaitu populasi fauna tanah (seluruh fauna tanah yang ditemui dengan metoda
15
hand-sorting dan pitfall traps) dan mikroba tanah ( bakteri dan fungi),
pengamatan kimia tanah (analisa kandungan hara yang dominan terhadap
produksi jagung) dan sifat fisika tanah (sifat fisika tanah yang dominan terhadap
produksi jagung). Metoda sampling contoh tanah diambil secara komposit pada
lapisan olah (0 - 20 cm) bersamaan dengan sampling untuk kimia tanah,
sedangkan sampling untuk sifat fisika tanah menggunakan ring sampel.
Selanjutnya dilakukan pengamatan kondisi lahan yang meliputi.
- Kualitas pertumbuhan tanaman jagung, dilakukan pada saat berbunga dan
panen.
- Kesuburan tanah: fisik, kimia, dan biologi tanah.
- Populasi hayati tanah makro dan mikroorganisme dilakukan saat jagung
fase berbunga dengan metoda sampling transek atau random (tergantung
kondisi lapang), menggunakan hand sorting, pit-fall trap dan plate count.
Semua parameter yang diamati dikorelasikan dengan produksi. Untuk
menentukan parameter paling dominan terhadap hasil digunakan analisis
multipel regresi dengan menggunakan metoda least square atau uji korelasi-
regresi Step Wise Parameter yang dominan (sifat kimia. fisika dan biologi)
terhadap hasil yang positif maupun negative digunakan sebagai parameter
hayati tanah untuk produksi jagung. Dengan batasan parameter yang
menghasilkan Y maksimum pada persamaan dianggap paling baik, dan
parameter dibawah konstanta (x = 0) dianggap tidak sesuai dan pengembangan
kedelai terbaik dianggap pada parameter diatas konstanta.
Penelitian 2. Penapisan organisme tanah yang berpotensi sebagai agensia
biorehabilitasi pada lahan bekas tambang sistem terbuka.
Inventarisasi organisme tanah dilakukan pada lahan bekas pertambangan
dengan sistem penambangan terbuka (open pit mining) dan lahan non tambang
sekitarnya yang memiliki tipologi yang sama dengan kesuburan sedang-tinggi.
Jenis organisme dievaluasi kemampuan fungsionalnya untuk kepentingan
rehabilitasi lahan bekas tambang. Organisme fungsional unggul/terpilih untuk
kepentingan rehabilitasi lahan bekas tambang dimanfaatkan sebagai agen hayati
untuk biorehabilitasi lahan bekas tambang sistem terbuka.
16
Pemilihan dan penetapan lokasi areal non tambang sebagai kondisi
eksisting lokasi digunakan metoda survey (purposif) dengan mengamati tingkat
kesuburan tanah menggunakan parameter pertumbuhan tanaman setempat
sebanyak 6 tingkat gradasi kesuburan pertumbuhan tanaman. Demikian juga
untuk lahan terdegradasi bekas penambanngan juga di ambil 6 tingkat gradasi
kesuburan tanah.
Selanjutnya masing-masing lokasi terpilih dilakukan identifikasi dan
karakterisasi kondisi tanah yang meliputi: pengamatan hayati tanah sebagai
organisme pembaik kesuburan tanah terutama kaitannya dengan perbaikan
untuk rehabilitasi tanah, yaitu populasi fauna tanah (seluruh fauna tanah yang
ditemui dengan metoda hand-sorting dan pitfall traps) dan mikroba tanah
(bakteri dan fungi), analisa kimia tanah (analisa kandungan hara dan bahan
organik tanah) dan sifat fisika tanah (kepadatan, porositas, dll). Metoda
sampling contoh tanah untuk tanah non tambang diambil secara komposit pada
lapisan olah (0 - 20 cm) untuk kimia tanah, sedangkan sampling untuk sifat
fisika tanah menggunakan ring sampel.
Untuk areal bekas tambang juga dilakukan pengamatan profil tanah
sampai ke dalaman 1 m. Masing-masing lapisan dilakukan pengamatan sifat fisik
dengan ring sample, kimia tanah dengan contoh tanah komposit, dan hayati
tanah dengan pengamatan langsung dan tanah komposit untuk mikroba tanah.
Selain itu juga dilakukan pengamatan makro fauna permukaan tanah dengan
pitfall traps dan hand sorting.
Untuk menentukan parameter paling dominan terhadap perbaikan
kesuburan tanah digunakan analisis multiple regresi dengan menggunakan
metoda least square atau uji korelasi-regresi Step Wise. Parameter hayati tanah
yang dominan (sifat kimia dan fisika tanah) terhadap perbaikan kesuburan tanah
yang positif maupun negative digunakan sebagai parameter hayati tanah untuk
rehabilitasi kesuburan tanah bekas tambang. Dengan batasan parameter yang
menghasilkan Y maksimum pada persamaan dianggap paling baik, dan
parameter dibawah konstanta (x = 0) dianggap tidak sesuai dan pengembangan
kedelai terbaik dianggap pada parameter diatas konsta
17
IV. ANALISIS RESIKO
Tabel 4.1.Daftar Resiko
No. Resiko Penyebab Dampak
1. Pelaksanaan penelitian mundur
Keterlambatan ketersediaan dana penelitian
Ada 4 mahasiswa magang bulan Januari 2012 tidak dapat dilaksanakan
2. Tidak tersedia pertanaman jagung sampai bulan Agustus
Musim maupun niat petani berbudidaya jagung tidak ada
Kegiatan identifikasi dan karakterisasi jagung tidak dapat dilaksanakan
Tabel 4.2. Daftar Penanganan Resiko
No. Resiko Penyebab Penanganan resiko
1. Pelaksanaan magang mahasiswa tertunda
Dana penelitian belum tersedia
Magang mahasiswa dialihkan ke penelitian lain.
2. Tidak tersedia pertanaman jagung di Jabar, DIY dan Jatim
Musim tidak mendukung, harga jual tidak menarik
Kegiatan identifikasi dialihkan ke provinsi lain
18
V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANA
5.1. Tenaga yang terlibat dalam kegiatan
Nama lengkap, Gelar, dan NIP
Jabatan Disiplin ilmu/keahlian
Fngsional Strktral Kedudukan dalam RPTP/RDHP
Alokasi waktu (OB)
Dr. Subowo G.
NIP.19560605 198303 1 001
Peneliti Madya
- Penanggung jawab, RPTP/ROPP
6
Drs. Ea Kosman
NIP.19490701 197205 1 001
Peneliti Utama
- Penanggung ROPP 4
Ir. Jati Purwani MSi
NIP 19620304 199203 2 001
Peneliti Muda
- Anggota 4
Dra. Selly Salma MSi
NIP.19630714 199003 2 001
Peneliti Muda
Anggota 2
Dr. Rasti Saraswati
NIP.19540323 198203 2 01
Peneliti Utama
- Anggota 2
Drs. Prastowo Kabar
NIP 19570706 199203 1 001 PNK - Anggota 2
Dra. Sri Widati
NIP.19580726 198903 2 001 PNK - Anggota 2
Ridha Nurlaily SP
NIP.19820219 200912 2 006 PNK Anggota 2
Elsanti, SP
NIP.19700721 199203 2 001 Teknisi - Anggota 2
Andi
NIP.19650510 199203 1 002 Teknisi - Anggota 2
Sugandi
NIP.19710508 200701 1 001 Teknisi - Anggota 2
Suryati
NIP.19700515 200701 2 001 Teknisi - Anggota 2
Jumena
NIP.19760514 200812 1 001 Teknisi - Anggota 2
Yanti Indrianti
NIP.19771025 200812 2 001 Teknisi - Anggota 2
Eef Saiful Anwar
NIP.19640317 200701 1 002 Teknisi - Anggota 2
19
5.2. Jangka waktu kegiatan (Jadwal palang)
No. Kegiatan Bulan (tahun 2012)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan/desk study
2. Penetapan lokasi
3. Pengamatan pertumbuhan jagung saat berbunga, hayati tanah, pengambilan contoh tanah komposit dan ring, dan penetapan titik sampling produksi jagung.
4. Pengukuran produksi jagung di lapangan
5. Penetapan titik sampling tingkat kesuburan tanah areal non tambang (sbg pembanding) dan areal bekas penambangan, pengamatan profil tanah, pangamatan hayati tanah, pengambilan contoh tanah komposit dan ring,
6. Analisis tanah (kimia, fisika, dan biologi)
7. Perumusan faktor hayati dominan untuk rehabilitasi lahan bekas penambangan
8. Perumusan faktor hayati dominan untuk produksi jagung
9. Penyusunan laporan
20
5.3. Pembiayaan
x Rp. 1.000,-
Sub. Pengeluaran
Triwulan Total
I II III IV
Belanja Bahan (521211) 42.000 6.000 2.400 - 50.400
Honor output kegiatan
(521213)
18.750 16.750 20.000 10.100 65.600
Belanja Sewa 4.000 - - - 4.000
Belanja perjalanan (524119) 28.000 25.000 20.000 7.000 80.000
Jumlah 92.750 47.750 42.400 17.100 200.000
21
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M. 1977. Introduction of Soil Microbiology. John Wiley and Sons, New
York-Chichester-Brisbane-Toronto-Singapore, 467 p.
Anwar, E.K. 2007. Pengaruh Inokulan Cacing Tanah dan Pemberian Bahan Organik terhadap Kesuburan dan Produktivitas Tanah Ultisols. Jurnal Tanah Tropika , Vol. 12, No. 2, p: 121 – 130.
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak, Badan Litbang Pertanian, 154 p.
Edwards, C.A., and J.R.Lofty. 1977. Biology of Earthworms. A Halsted Press Boo, John Wiley & Sons, New York. 333 p.
Elliot, P.W., D.Knight,and J.M.Anderson.1991.Variables Controlling Denitrification from Earthworm Cast and Soil in Permanent Pastures. Biol. Fertil. Soils 11p:24 - 29
Giller. K.E., M.H. Beare, P. Lavelle, A.M.B. Izac, and M.J. Swift. 1997. Agricultural Intensification, Soil Biodiversity, and Agroecosystem Function. Applied Soil Ecology, 6 (1997), p: 3 – 16.
Lal, R. 1995. Sustainable Management of Soil Resources in the Humic Tropics. United Nations University Press, Tokio-New York-Paris, p: 25 – 29.
Las, I. dan D. Setiorini. 2010. Kondisi Lahan, Teknologi, Arah dan Pengembangan Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Organik. Semnas Peranan Pupuk NPK dan Organik dalam Meningkatkan Produksi dan Swasembada Beras Berkelanjutan. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor 24 Februari 2010. 47 p.
Martin, A. 1991. Short and Long-term Effects of Endogeic Earthworm Milsonia anomala (Omodeo) (Megascolecidae, Oligochaeta) of Tropical Savanna, on Soil Organic Matter. Biol. Fertil. Soils 11 : 234 – 238.
Rao, S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan pertumbuhan Tanaman. Penerbit Universitas Indonesia, 354 p.
Stork, N.E., and P. Eggleton. 1992. Invertebrates as determinants and indicators of soil quality. American Jour. of Alternative Agriculture, Vol.7, No.1 and 2, p: 38– 47.
Subowo, G., I. Anas, G. Djajakirana, A. Abdurachman, dan S. Hardjowigeno. (2002). Pemanfaatan Cacing Tanah untuk Meningkatkan Produktivitas Ultisols lahan Kering. Jurnal Tanah dan Iklim, No. 20, Desember 2002, p: 35 – 46.
Subowo, G., E.K. Anwar, J. Purwani, dan R. Nurlaily. 2011. Penelitian dan Pengembangan Potensi Sumberdaya Hayati Tanah untuk Perbaikan Produktivitas Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Laporan Hasil Kegiatan DIPA 2011, Satker Balai Penelitian Tanah, 2011. Belum dipublikasikan.
Williams, C.N. and K.T. Joseph. 1976. Climate Soil and Crop Production in Humic-tropics. Kualalumpur, Oxford University Press. London.
22
Yusnaini, M.A.S. Arif, J. Lumbanraja, S.G. Nugroho, dan M. Monaha. 2004. Pengaruh Jangka Panjang Pemberian Pupuk Organik dan Inorganik serta Kombinasinya Terhadap Perbaikan Kualitas tanah Masam Taman Bogo. Pros. Semnas. Pendayagunaan Tanah masam, Buku II, Puslitbang Tanah dan Agroklimat, p: 283 – 293.