PROPOSAL PTK
A. JUDUL PENELITIAN : Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Melalui
Tehnik Mind Mapping
(PTK Siswa Kelas X5 SMAN 2 BELOPA Kab. Luwu)
B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional seperti penyempurnaan atau perbaikan kurikulum
pendidikan dasar dan menengah, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan,
peningkatan kualitas guru dan pembaharuan pendekatan pembelajaran. Namun
demikian pemahaman konsep oleh siswa masih tergolong rendah.
Kesulitan siswa untuk memahami suatu konsep pada mata pelajaran tertentu,
seperti fisika disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor penting di antaranya
adalah motivasi siswa. Tingginya minat dan motivasi siswa untuk belajar dapat
berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru fisika SMAN 2 BELOPA,
bahwa kategori ketuntasan belajar berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) adalah 60, tetapi masih banyak siswa memperoleh nilai di bawah standar
ketuntasan tersebut, selain itu berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 2 Belopa,
siswa memiliki pemahaman konsep yang masih rendah. Hal ini ditandai dengan
ketidakmampuan mendefinisikan konsep-konsep dengan kalimat atau kata-kata
sendiri, ketidakmampuan memberikan contoh dari sesuatu yang disertai alasan yang
benar, ketidakmampuan dalam proses atau langkah-langkah penyelesaian soal serta
ketidakmampuan mengemukakan persamaan yang seharusnya digunakan dalam
penyelesaian soal-soal tersebut.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka diperlukan suatu teknik pembelajaran
yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dalam hal ini adalah teknik mind
mapping yang merupakan kombinasi dari bagan konsep yang menggunakan warna,
bentuk, diagram, sketsa, dan kata kunci yang menarik sehingga siswa terdorong untuk
belajar serta menggunakan teknik menghafal yang melibatkan otak kiri dan otak
kanan sehingga informasi dapat disimpan dalam pikiran, sangat cocok untuk materi-
materi yang banyak membahas tentang konsep dan teori, seperti suhu dan kalor,
gerak, aplikasi hukum-hukum Newton, dan sebagainya.. Karena melihat esensi dari
teknik mind mapping tersebut sehingga dilakukanlah penelitian ini.
2. Rumusan Masalah
a. “Apakah dengan menggunakan tehnik Mind Mapping Pemahaman konsep Fisika
Kelas X5 SMAN 2 BELOPA Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat meningkat?”
b. “Apakah hasil belajar Fisika Kelas X5 SMAN 2 BELOPA Tahun Pelajaran
2010/2011 dapat meningkat dengan menggunakan Tehknik Mind Mapping?”
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep fisika Kelas X5 SMAN 2
BELOPA Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan Tehknik Mind Mapping
b. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Fisika Kelas X5 SMAN 2 BELOPA
Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan tehnik Mind Mapping
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru dan siswa. Adapun
manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi guru: Teknik mind mapping sebagai bahan alternatif teknik pembelajaran
dalam meningkatkan kualitas sistem pembelajaran, sehingga bermanfaat untuk
perbaikan dan peningkatan kualitas guru.
2. Bagi siswa: Sebagai bahan informasi untuk meningkatkan pemahaman konsep
siswa.
3. Bagi Sekolah: Dapat memberikan sumbangan/masukan mengenai Tehknik mengajar
yang dapat digunakan di sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas
pembelajaran fisika baik di sekolah tempat penelitian secara khususnya maupun sekolah
lain pada umumnya.
4. Bagi peneliti selalnjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
perbandingan dan pertimbangan, khususnya bagi yang berniat mengembangkan
hasil penelitian ini.
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kajian Teoritik
a. Pemahaman Konsep-Konsep Fisika
Dalam taxonomi Bloom, Pemahaman (comprehension) termasuk salah satu
aspek rana kognitif setelah aspek pengetahuan (knowlwdge). Seseorang dikatakan
memahami sesuatu apabila ia mampu menjelaskannya (Drever, 1987: 47). Sedangkan
menurut Mastei dan Johnson (dalam Baharuddin, 1982: 115), bahwa pemahaman
ialah kemampuan seseorang dalam menerangkan sesuatu dengan kata-kata sendiri
dan tidak sama dengan yang tertera dalam buku teks, menginterprestasi, atau menarik
kesimpulan, misalnya dari tabel atau grafik. Dengan demikian, memahami sesuatu
bukan sekedar mengetahui dan mengingatnya, tetapi melibatkan proses mental yang
bersifat dinamis. Sebagai contoh: orang yang membuat grafik tentang pertumbihan
penduduk dengan berdasarkan pada data di dalam tabel.
Pemahaman dapat dibedakan atas: 1) translasi; 2) interpretasi; dan 3)
ekstrapolasi (Subiyanto, 1988: 49). Translasi dimaksudkan sebagai kemampuan
seseorang untuk memahami sesuatu yang dinyatakan dengan cara lain dari pada
pernyataan asli yang dikenal sebelumnya. Interpretasi dimaksudkan sebagai
kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu yang direkam, diubah, atau disusun
dalam bentuk lain, seperti: grafik, tabel, diagram, dan lain-lain. Ekstrapolasi
dimaksudkan sebagai kemampuan seseorang untuk meramalkan kelanjutan
kecenderungan yang ada menurut data tertentu, dengan mengemukakan akibat,
implikasi sejalan dengan kondisi yang digambarkan dalam komunikasi yang asli.
Ditinjau dari aspek kegiatan, Bloom (dalam Syukran Mursyid, 1989: 20) memberikan
pengertian tentang pemahaman yang meliputi: 1) terjemahan, 2) tafsiran, dan 3)
ekstrapolasi. Terjemahan bias dari sesuatu yang abstrak ke keadaan yang lain, dari
suatu bentuk simbolik ke bentuk yang lain, dan dari bentuk verbal ke bentuk yang
lain. Tafsiran berkenaan dengan kemampuan seseorang untuk menguraikan atau
mengorganisir data yang ada menurut pandangannya sendiri, dan berdasarkan tafsiran
itu kemudian ia menarik suatu kesimpulan . Ekstrapolasi berkenaan dengan
kemampuan seseorang untuk menggambarkan, meramalkan, menginterpretasikan,
memprediksikan, dan lain-lain.
Dari beberapa pengertian pengertian tentang pemahaman di atas dapat
disimpulkan, bahwa:
1. Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk menerangkan dan
menginterpretasikan sesuatu;
2. Memahami sesuatu bukan hanya sekedar mengetahui , yang biasanya
terbatas pada mengingat kembali pengalaman atau memproduksi yang pernah
dipelajari;
3. Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui karena pengalaman melibatkan
proses mental yang dinamis; dan
4. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap, dan masing-masing tahap
memperlihatkan kemampuan tersendiri.
Berkenaan dengan konsep-konsep fisika, maka pada bagian ini dikemukakan
pengertian konsep-konsep fisika, Pembentukan konsep-konsep fisika, dan
pengembangan konsep-konsep fisika.
1. Pengertian Konsep-konsep Fisika
Carin dan Sund (1980: 90) dalam M. Agus Martawijaya, dkk (1994 : 19)
mengemukakan bahwa a concept is an idea generalized from particular and experiences.
Example are magnet, electricity,plant, cell and sound. Ini berarti, bahwa konsep (khususnya
konsep fisika) merupakan suatu ide atau gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman-
pengalaman yang relevan. Pengalaman itu sendiri mengacu pada kejadian atau obyek
dengan ciri-ciri spesifiknya. Sehubungan dengan itu, Novak dan Gowin (1985: 4)
mengemukakan bahwa we define concept as a regularity in events or objects designated by
soma label. Dalam pernyataan itu, Novak dan Gowin membatasi konsep sebagai suatu
keteraturan sifat kejadian-kejadian atau obyek-obyek yang ditandai oleh beberapa nama.
Konsep semacam itu oleh Winkel (1986: 60) disebutnya sebagai konsep konkret yaitu
konsep yang diperoleh seseorang melalui observasi langsung terhadap lingkungan fisik.
Selain itu, masih ada lagi jenis konsep dalam fisika yang berupa rumusan kata-kata yang
diterangkan dalam bentuk hukum, teori, atau definisi. Menurut Winkel (1986: 61) bahwa
konsep semacam itu adalah konsep terdefenisi, yaitu konsep yang diperoleh melalui
instruksi berval (bahasa), bukan melalui observasi langsung terhadap lingkungan fisik.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep-konsep fisika
memiliki ciri-ciri khusus, merupakan generalisasi yang didasarkan pada pengamatan atau
pengalaman, mengacu pada keteraturan sifat kejadian atau obyek, dan dapat berupa
rumusan verbal.
2. Pembentukan Konsep-Konsep Fisika
Proses pembentukan konsep pada umumnya, khususnya konsep-konsep fisika
senantiasa dimulai dengan adanya kontak pribadi terhadap obyek nyata melalui alat indera.
Selanjutnya, indera melanjutkan kontak itu ke otak sehingga terjadi persepsi, yaitu proses di
mana indera mentrasmisikan pengertian ke otak (Moh. Amien, 1987: 34)
Dalam proses pembentukan konsep, obyek-obyek yang berfungsi sebagai
referens dapat berupa obyek konkret, kejadian, atau benda sesungguhnya. Alat indera
dalam melakukan persepsi dipengaruhi oleh stimulus yang berupa cahaya, bunyi, atau
sejenisnya yang menimbulkan kesan fisik. Persepsi terhadap obyek-obyek
berlangsung terus dan mengkomulasikan kesan sehingga bermakna dan membentuk
konsep. Kesan yang tercatat dalam otak pada mulanya tidak akurat, tetapi bersifat
tentative.
Konsep dapat berubah karena adanya penambahan pengalaman. Anak-anak
biasanya membentuk konsep secara subyektif, karena latar belakang pengalamannya
yang sangat terbatas. Semakin banyak anak mengalami, maka semakin banyak ia
mengenal dan mengerti sehingga lambat laun pembentukan konsepnya semakin
sempurna. Tentang pembentukan konsep Ausubel, dkk. (1978: 127) dalam M. Agus
Martawijaya, dkk (1994 : 19) mengemukakan bahwa pembentukan konsep (concept
formation) merupakan bentuk belajar penemuan (discovery learning). Misalnya,
pembentukan konsep kucing oleh anak adalah binatang yang berkaki empat, berekor,
dan berbulu sebagai ciri-cirinya. Suatu saat anak itu melihat anjing, maka cirri-ciri
tadi dianggap mewakili konsep kucing. Pada saat itu anak tersebut melakukan analisis
deskriminasi sehingga ciri-ciri berkaki empat, berekor, dan berbulu tidak lagi menjadi
kriteria ciri-ciri kucing. Melaui proses diskriminasi terhadap ciri-ciri kucing
sebelumnya, maka anak akan dapat menetapkan kriteria konsep kucing berdasarkan
ciri-ciri atau perbedaan pada umumnya dengan anjing.
3. Pengembangan Konsep-konsep Fisika
Konsep-konsep fisika yang sudah terbentuk di dalam system pikiran (otak) anak
akan terus berkembang sejalan dengan semakin bertambahnya pengalaman serta
perkembangan intelektualnya. Karena itu, guru dalam kegiatan belajar mengajar fisika harus
selalu membimbing dan mengembangkan konsep-konsep yang telah dimiliki anak
berdasarkan pengalamannya terdahulu.
Pengembangan konsep-konsep fisika yang didasari pada pengalaman anak
berkaitan erat dengan perkembangan intelektualnya. Piaget (dalam Ratna Wilis
Dahar, 1989: 157-158) percaya bahwa perkembangan intelektual seseorang
dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor yaitu: kematangan (maturation), pengalaman fisik
(physical experience), pengalaman logiko-matematik (logico-mathematical
experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses keseimbangan
(equilibration).
Kematangan berkaitan dengan perkembangan sistem saraf sentral, otak,
koordinasi motorik, dan manifestasi fisik lainnya mempengaruhi perkembangan
kognitif seseorang. Otak bayi misalnya lebih kecil jika dibandingkan dengan otak
dewasa. Namun demikian, kematangan belum cukup menerangkan perkembangan
intelektual itu.
Pengalaman fisik adalah aktivitas-aktivitas seseorang untuk mengabstraksi
sifat-sifat obyek tertentu. Pengalaman fisik ini memberikan pengertian mengenai sifat
suatu obyek dengan jalan berhubungan langsung dengan obyek tersebut. Sebagai
contoh, seorang anak menjatuhkan sebuah benda dan menemukan bahwa benda itu
pecah. Pada situasi ini, anak tersebut sudah terlibat dalam proses abstraksi, yaitu
abstraksi sederhana atau abstraksi empiris. Pengalaman fisik diperoleh seseorang jika
ia melakukan aksi terhadap suatu rangsang sehingga ia mampu melakukan interaksi
terhadap obyek-obyek di sekitarnya.
Pengalaman logico-matematik adalah pengalaman seseorang sebagai hasil
dari pengetahuan yang diperoleh sewaktu ia membangun atau
mengkonstruksihubungan antara satu obyek dengan obyek yang lain. Sebagai contoh,
seorang anak bermain dengan sejumlah kelereng, kemudian menghitung dan
menemukan bahwa kelereng itu sepuluh. Konsep sepuluh ini bukan suatu sifat dari
kelereng-kelereng itu, tetapi suatu kontruksi dari pikiran anak. Pengalaman senacam
itu dapat membantu anak untuk membentuk dan mengembangkan struktur konsep di
dalam sistem pikirannya.
Transmisi sosial dapat dipandang sebagai suatu ungkapan yang digunakan di
dalam pengertian yang laus, yaitu pertukaran informasi antara satu orang dengan
orang lain. Anak hidup di dalam lingkungan sosial seperti: keluarga, masyarakat, dan
sekolah. Melalui lingkungan sosial ini anak memperoleh informasi yang berpengaruh
terhadap perkembangan kognitifnya. Namun demikian transmisi sosial belum cukup,
kecuali bila anak sudah siap untuk memahami informasi yang sampai kepadanya.
Melalui transmisi sosial anak memperoleh informasi yang berpengaruh terhadap
perkembangan intelektualnya. Namun demikian, transmisi sosial belum cukup
kecuali bila anak sudah siap memahami informasi yang sampai kepadanya. Melalui
transmisi sosial, diharapkan dapat menunjang perkembangan anak dalam mempelajari
suatu konsep. Anak akan mampu mempertimbangkan pandangan-pandangan orang
lain, sehingga persepsi yang dilakukannya terhadap obyek juga dipertimbangkan
berdasarkan pandangan-pandangan lain yang diketahuinya. Dengan demikian,
transmisi sosial dapat memberikan dasar bagi anak untuk mengurangi sifat egonya
dalam mengembangkan konsep.
Proses keseimbangan adalah suatu proses pengaturan diri untuk
mengintegrasikan faktor-faktor di atas ke dalam suatu keadaan yang seimbang dan
stabil. Alasan yang memperkuatnya adalah anak senantiasa berada di dalam keadaan
ketidakseimbangan (disequilibrasi). Untuk mencapai keadaan seimbang maka anak
harus beradaptasi. Artinya, anak harus menyeimbangkan antara assimilasi dan
akomodasi (Labinowicz, 1980: 36). Assimilasi adalah proses pengambilan/
penerimaan informasi dari lingkungan dan menggabungkannya ke dalam bagan-
bagan konsep yang ada di dalam struktur kognitifseseorang. Sedangkan akomodasi
adalah proses modifikasi konsep-konsep untuk menerima informasi baru dari
lingkungannya (Moh. Amien, 1987: 46). Kalau anak hanya melakukan assimilasi
terus menerus, maka ia tidak mampu melihat perbedaan antara berbagai hal.
Sebaliknya, kalau anak hanya melakukan akomodasi, maka ia tidak mampu melihat
persamaan antara berbagai hal. Proses keseimbangan dapat berupa aktivitas yang
membentuk struktur konsep yang tersimpan di dalam struktur kognitifnya. Selain itu,
konsep diorganisir menjadi struktur mental secara kontinyu ke tingkat yang lebih
tinggi.
Salah satu upaya untuk melatih anak mengembangkan konsep ialah melalui
pemetaan konsep (concept maping). Konsep yang sudah terbentuk dapat
dikembangkan lagi menjadi konsep yang lebih komprehensif. Untuk
mengembangkan konsep, carin dan Sund (1980: 222) dalam M. Agus Martawijaya,
dkk (1994 : 19) menyarankan:
One approach is to ask a class what they know about a topic … Another technique is to involve students in something, for example, hearing or reading a stori about some scientific discovery, watching a film, taking a field strip, or watching demonstration. Dengan perkataan lain, suatu pendekatan dalam upaya mengembangkan
konsep adalah dengan mengajukan banyak pertanyaan kepada siswa, apa yang
mereka ketahui tentang sesuatu topik. Cara lain adalah dengan melibatkan siswa
dalam mendengarkan atau membaca penemuan-penemuan di bidang IPA, menonton
film, rekreasi, atau menyaksikan demontrasi. Melalui pendekatan ini, diharapkan
konsep-konsep yang telah dimilki (diketahui dan dipahami) siswa dapat berkembang
dan dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.
Sehubungan dengan pemetaan konsep, Novak dan Gowin (1985: 28) dalam
M. Agus Martawijaya, dkk (1994 : 19) mengemukakan bahwa … concept maps
present a way to visualize concepts and the hierarchical relationship between them.
Dengan perkataan lain, pemetaan konsep merupakan cara untuk memvisualisasikan
konsep-konsep dan hubungan secara hierarkhis. Pemetaan konsep bertujuan agar
siswa dapat belajar secara bermakna, melatih mereka untuk mengetahui sifat dan
aturan-aturan konsep, serta hubungan antara konsep.
Melalui pemetaan konsep, dapat dilihat hubungan antara konsep yang inklusif
dengan konsep yang lebih sederhana dan spesifik yang terjadi secara hierarki.
Tentang penyusunannya, Wahyana (1986: 319) mengemukakan bahwa tidak menjadi
masalah apakah peta konsep yang telah dibuat atau tidak. Yang penting peta konsep
itu memberikan gambaran apa yang telah diperoleh dari kegiatan belajar mengajar.
Dengan membuat dan menggunakan peta konsep dalam kegiatan belajar mengajar
IPA, berarti guru melatih siswa untuk mengembangkan konsep-konsep yang
dimilikinya. Contoh-contoh peta konsep dapat dilihat pada buku Learning How to
Learn, karangan Novak dan Gowin.
a. Hasil Belajar Fisika
Istilah hasil belajar berasal dari dua kata yaitu “hasil” dan “belajar”. Dalam
kamus bahasa Indonesia kata hasil berarti sesuatu yang menjadi akibat dari usaha.
Sedangkan kata belajar mempunyai banyak pengertian, diantaranya menurut Slameto
dalam Haling (2007: 1) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Suatu proses belajar harus bersifat praktis dan langsung. Artinya, bila
seseorang ingin mempelajari sesuatu, maka dia sendirilah yang harus melakukannya,
tanpa melalui “perantaraan” orang lain. Jadi pada dasarnya peristiwa “belajar”, serta
hasil yang diperoleh banyak ditentukan oleh individu yang bersangkutan. Meskipun
demikian karena individu itu tidak pernah lepas hubungannya dengan lingkungan,
faktor lingkungan seperti tempat belajar, teman belajar, dan suasana sekitar dapat
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Menurut Ali, dkk (1990: 12), ada tiga
unsur utama dalam belajar, yaitu: 1) Motivasi untuk belajar, 2) Tujuan yang hendak
dicapai, 3) Situasi yang mempengaruhi.
Menurut Gagne dalam Ratna wilis dahar (1988: 135) membagi lima kategori
hasil belajar, yakni (1) keterampilan intelektual, (2) strategi kognitif, (3) informasi
verbal, (4) sikap-sikap, dan (5) keterampilan motorik.
Menurut Benyamin S. Bloom (1996 : 7) ada tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik. Hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor yang berasal
dari anak atau siswa dan faktor yang berasal dari lingkungan. Hasil belajar siswa
dalam bidang studi tertentu dapat diketahui dengan jalan melakukan pengukuran yang
dikenal dengan istilah pengukuran hasil belajar. Hasil belajar dapat diukur dengan
menggunakan tes hasil belajar.
Dengan hasil belajar yang diperoleh, guru akan mengetahui apakah metode
atau strategi yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar siswa
memperoleh angka jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan
oleh metode atau strategi yang digunakan kurang tepat. Apabila demikian halnya,
maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode atau strategi lain dalam
mengajar. Hasil belajar juga merupakan cerminan kualitas suatu sekolah.
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, maka yang dimaksud
dengan hasil belajar dalam penelitian ini, yaitu sesuatu atau akibat yang diperoleh
dari suatu usaha yang telah dilakukan/dialami sesesorang (peserta didik) yang
dituangkan dalam bentuk kecakapan, kecerdasan, keterampilan dan tingkah laku.
b. Teknik Mind Mapping
Teknik pembelajaran sering sekali disamakan artinya dengan metode
pembelajaran. Teknik merupakan jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru
untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan metode pembelajaran didefenisikan sebagai cara yang digunakan guru,
yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Mind mapping adalah alat pikir yang organisasional yang dengan mudah
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil keluar otak dengan sistem
mencatat yang kreatif, efektif, dan secara tidak langsung dapat memetakan pikiran-
pikiran siswa. Mind mapping didasarkan pada kemampuan berpikir siswa dapat
dikembangkan sehingga dapat menggunakan kembali informasi yang telah diperoleh
untuk masalah-masalah lain yang diajukan.
Mind mapping bukan hanya sekedar diarahkan agar peserta didik dapat
mengingat dan memahami berbagai data, fakta, dan konsep tersebut, tetapi dapat
dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi
dan menyelesaikan suatu persoalan, karena mind mapping secara harfiah adalah
pemetaan pikiran yang menempatkan informasi ke dalam otak dan pengambilan
informasi dari otak dengan sangat mudah. Teknik mind mapping merupakan salah
contoh yang baik tentang pendayagunaan teknik yang dapat membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep dan menghafalkan informasinya dengan satu prasarana
belajar.
Penggunaan teknik untuk menghafalkan konsep yaitu dengan menggunakan
kata-kata kunci, simbol dan gambar yang dihubungkan dengan garis lengkung
membentuk suatu bagan konsep dan menghafalkan kata-kata, simbol, dan gambar
tersebut dengan menggunakan teknik mengingat untuk memudahkan penghafalan
semua konsep dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami dan
sesuai dengan cara kerja otak. Dengan mind mapping, daftar informasi yang panjang
bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang
bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam berbagai hal.
Pada saat konsep utama dan pokok-pokok terkaitnya telah tersusun rapi
dihubungkan dengan hafalan atas apa yang dianggap penting. Untuk membantu
proses hafalan, maka selama proses penciptaan bagan konsep sebaiknya selalu
menggunakan bentuk, diagram, sketsa, warna dan kata kunci yang unik untuk
membantu membentuk suatu kesan yang kuat. Prinsip-prinsip pokoknya adalah
asosiasi dan imajinasi dan menggunakan pancaindra (Edmund Bachman, 2005:73).
Teknik utama mind mapping: 1). Memulai dengan satu tema atau konsep dan
menghubungkan dengan pokok-pokok terkait, 2). Menggunakan imajinasi dan kata-
kata kunci untuk dihubungkan dengan pokok-pokoknya untuk membantu penghafalan
(Edmund Bachman, 2005: 77).
Mind mapping tidak diarahkan untuk menghafal konsep tapi untuk belajar
bermakna dengan menggunakan bagan konsep. Belajar bermakna berlangsung bila
informasi yang baru dikaitkan dengan informasi yang telah dimiliki. Konsep yang
dimasukkan dulu adalah konsep yang paling mudah atau paling dekat dengan konsep
yang telah ada pada seseorang (Mulyati Arifin,2005: 69).
Contoh Bagan Konsep Suhu dan kalor
Gb.1. Bagan Konsep Suhu dan Kalor
a. Teknik Menghafal dan belajar bermakna
Menurut Ausubel, belajar berlangsung pada struktur kognitif dan dapat
diklasifikasikan dalam dua dimensi sebagai berikut.
Dimensi I : Berhubungan dengan cara informasi diberikan.
Ada dua cara yaitu:
Mind mapping ditujukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dan kreativitas belajar. Oleh karena itu, Mulyasa (2003:54) memberikan beberapa
saran untuk mengembangkan kreativitas belajar yaitu: 1) Menilai, menghargai,
berpikir kritis. 2) Memberanikan siswa untuk memanipulasi benda-benda (objek dan
ide-ide), 3) Mengajar bagaimana menguji setiap gagasan secara sistematis, 4)
Menciptakan kondisi yang diperlukan untuk berpikir kreatif, dan 5) Mendorong
kebiasaan untuk menyusun aplikasi ide-ide.
Jadi, yang dimaksud dengan Tehnik Mind Mapping dalam penelitian ini
adalah tehnik pembelajaran yang menggunakan tehnik penghapalan konsep dengan
menggunakan kata-kata kunci, simbol dan gambar yang dihubungkan dengan garis
lengkung membentuk suatu bagan konsep dan menghafalkan kata-kata, simbol, dan
gambar tersebut dengan menggunakan teknik mengingat untuk memudahkan
penghafalan semua konsep dengan satu rangkaian aturan yang sederhana.
Guru Siswa
Hasil Belajar Meningkat
Kelas X5 SMAN 2 BELOPA
Guru SiswaKegiatan belajar Mengajar
Pembelajaran cenderung didominasi oleh guru
Merasa BosanKurang antusiasKurang melibatkan diri dalam pembelajaranTidak memperhatikan ketika guru menjelaskan
Hasil Belajar Rendah
Penerapan Teknik Mind Mapping
Kegiatan belajar Mengajar
2. Kerangka Pikir
3. Rumusan Hipotesis Tindakan
“Hasil belajar Fisika Kelas X5 SMAN 2 BELOPA Tahun Pelajaran 2010/2011
meningkat dengan menggunakan tehnik Mind Mapping”
D. RANCANGAN/METODE PENELITIAN
1. Setting Penelitian
a. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini, yaitu Penelitian tindakan kelas (classroom action
research) dengan tahapan-tahapan pelaksanaan meliputi perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi.
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X5 SMAN 2 BELOPA Tahun
Pelajaran 2010/2011.
c. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011, dan akan
dilakukan selama 3 bulan, mulai dari Bulan April – Juni 2011 di SMAN 2 BELOPA
Kab. Luwu.
d. Rencana Siklus Dalam Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan akan melakukan 2 Siklus.
2. Variabel Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka dalam
penelitian ini dikaji dua variabel yakni Variabel Masalah dalam hal ini adalah Hasil
Belajar Fisika, dan Variabel Tindakan dalam hal ini adalah Tehnik Mind Mapping.
3. Rumusan Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dalam setiap siklus terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi serta refleksi.
SIKLUS I
Dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan
a. Perencanaan
Penggunaan Tehnik Mind Mapping untuk meningkatkan hasil belajar fisika
b. Pelaksaanaan Tindakan
1. Guru Mengatur tempat duduk siswa
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar
3. Guru menyampaikan materi fisika di depan kelas dengan tehnik Mind Mapping
4. Guru memberikan soal kepada siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakannya
5. Pada saat siswa mengerjakan soal, Guru berkeliling kelas membimbing dan
mengawasi serta langsung menilai apakah pekerjaan siswa sudah benar atau perlu
diperbaiki. Jika sudah benar guru menganjurkan siswa untuk melanjutkan ke soal
selanjutnya dan jika masih salah guru membimbing sehingga siswa tersebut dapat
menemukan sendiri jawabannya.
6. Guru membimbing siswa untuk meyimpulkan jawaban hasil latihan.
7. Pada setiap akhir pertemuan ditarik kesimpulan kemudian guru memberikan PR.
8.Pada akhir siklus I diadakan tes akhir siklus I kemudian diberikan angket pertama.
9. Seluruh hasil observasi, tanggapan siswa dan hasil tes siklus I dianalisis.
c. Observasi
Pada saat guru menjelaskan di depan kelas, masih banyak siswa yang ribut, saling
berbicara dengan temannya, tidak memperhatikan materi, dan masih ada yang belum
mengerti materi yang diajarkan, hal ini terlihat dari ketidakmampuan siswa
menyelesaikan sendiri tugas yang diberikan.
d. Refleksi
Bagaimana cara membuat seluruh siswa mengerti materi yang diajarkan, dan
membuat siswa dapat menyelesaikan sendiri tugas yang diberikan oleh guru, dan
suasana kelas dapat terkontrol.
SIKLUS II
Dilaksanakan dalam 5 Siklus
a. Revisi Perencanaan
Pada siklus II direncanakan melanjutkan program pada siklus I, dengan
penambahan tindakan yaitu guru membagi siswa dalam kelas menjadi beberapa
kelompok kecil, dalam 1 kelompok terdiri dari 2 orang. Dalam setiap kelompok siswa
mendiskusikan soal-soal yang diberikan kemudian mengerjakannya dengan bersama-
sama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada siklus kedua ini adalah:
a. Siswa yang kurang aktif pada siklus I akan diupayakan jalan keluarnya sehingga
menjadi aktif.
b. Siswa yang kurang mampu mengikuti pelajaran pada siklus I didekati untuk
dibimbing.
c. Siswa yang cepat dalam mengikuti pelajaran dipuji kemudian diberi soal
tambahan(pengayaan) sebagai latihan yang berasal dari buku referensi.
d. Pada akhir siklus II akan diberikan tes.
e. Hasil pengamatan dianalisis untuk dijadikan bahan pemilihan dalam
merefleksikan tindakan yang dilakukan.
b. Pelaksanaan tindakan
a. Guru tetap menjelaskan materi di depan kelas dengan menggunakan tehnik Mind
Mapping
b. Guru membagi siswa dalam kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, dimana
setiap kelompok terdiri dari 2 orang, kemudian meminta Siswa mengerjakan soal
yang ada di LKS.
c. Pada saat siswa mengerjakan soal, Guru berkeliling kelas membimbing dan
mengawasi serta langsung menilai apakah pekerjaan siswa sudah benar atau perlu
diperbaiki. Bagi kelompok yang belum bisa maka guru membimbingnya untuk
mengerjakan soal tersebut.
d. Pada akhir siklus II diberikan tes siklus II kemudian siswa diberikan angket
mengenai tanggapan siswa untuk diisi yang dilakukan oleh peneliti.
c. Observasi
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, suasana kelas menjadi tentram,
dan siswa betul-betul dapat memahami materi yang diberikan, hal ini terbukti dari
banyaknya kelompok yang dapat menjawab soal latihan dengan benar dan sesuai
dengan apa yang diinginkan. Namun masih masih ada siswa yang bertanya ke
kelompok lain untuk menyelesaikan tugas yang diberikaan
d. Refleksi
Bagaimana cara membuat agar siswa dapat mnyelesaikan tugas yang diberikan tanpa
bertanya ke kelompok lain. Adapun Refleksi yang dilakukan meliputi seluruh
kejadian penelitian siklus I dan II data yang diperoleh berupa angket hasil observasi
dan hasil tes akhir siklus dianalisis.
4. Observasi
Adapun data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data yang
bersifat Kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh dari pelaksanaan observasi
dianalisis secara kualitatif, sedangkan data hasil belajar fisika siswa Kelas X5 SMAN
2 BELOPA dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif.
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu berupa tes hasil
belajar dan observasi.
5. Analisis Dan Refleksi
a. Prosedure Analisis
Data tentang hasil belajar fisika siswa diperoleh dengan menggunakan tes
hasil belajar pada setiap akhir siklus. Untuk data mengenai motivasi belajar siswa
dalam mengikuti proses belajar akan diambil pada saat proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi.
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif
yaitu analisis kuantitatif yaitu skor rata-rata dan persentase. Selain itu ditentukan pula
tabel frekuensi dan persentase nilai minimum dan nilai maksimum yang diperoleh
siswa pada setiap siklus.
Berdasarkan kategorisasi yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional dan Kebudayaan (2006:24), sebagai berikut:
Tabel 1. Teknik Kategorisasi Standar Menurut Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
No Nilai Kategori
1
2
3
4
0 – 34
35 – 54
55 – 64
65 – 84
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
5 85 – 100 Sangat Tinggi
Nilai rata-rata (mean ) dan simpangan baku (standar deviasi) di hitung dengan
menggunakan rumus
1. Menghitung Mean (X )
X =
∑ X
N
2. Menghitung Standar Deviasi
SD = √∑ X2
N−
(∑ X )2
N
Keterangan:
(X ) = Mean
SD = Standar Deviasi
X = Skor Siswa
N = Jumlah Siswa (Sudjana: 2005)
b. Pemaknaan Analisis
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar fisika yang
diperoleh siswa setelah diajar dengan teknik mind mapping pada materi pelajaran
suhu dan kalor. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan subyek penelitian .
Dalam hal ini digunakan skor rata-rata, standar deviasi, skor tertinggi (maksimum),
skor terendah (minimum), persentase peningkatan dan distribusi frekuensi.
Sedangkan hasil observasi siswa diawali dengan analisis pengkodean, lalu
dikelompokan berdasarkan kriteria jawaban yang telah dibuat oleh peneliti.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, jika 65 % dari jumlah siswa
memperoleh nilai rata-rata sebesar 85 maka dapat dikatakan terjadi peningkatan hasil
belajar yang telah dicapai oleh siswa.
c. Tindakan Siklus Selanjutnya
JIka siklus I dan II tidak berhasil meningkatkan hasil belajar siswa, maka sebaiknya
perlu ditambahkan lagi siklus dalam penelitian ini.
E. Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun
pelajaran 2010/2011, dan akan dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari tanggal 5
April – 5 Juni 2011 di SMAN 2 BELOPA Kab. Luwu.
F. Daftar Pustaka
Ali, dkk. 1990. Bimbingan Belajar. Bandung. Sinar Baru
Arikunto, S. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta. Bumi
Aksara
Bachmand, E. 2005. Metode Belajar Berpikir dan inovasi, Ahli bahasa Bahrul Ulum.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
DEPDIKNAS. 2006. Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompotensi Lulusan.
Jakarta: PERMENDIKNAS
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, Dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosda karya
Mulyasa, A. 2005. Penggunaan mind map dalam Pembuatan Proposal Pendidikan.
(http://prasetya.Brawijaya.ac.id/jan2005), diakses 12 Maret 2011
Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung.Tarsito