1
Koreksi Tarif Angkutan Dorong Perlambatan Inflasi IHK Juli 2018
INFLASI IHK
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2018 tetap terkendali dan berada dalam kisaran
sasaran inflasi. Inflasi IHK pada Juli 2018 mencapai 3,18% (yoy), berada dalam kisaran sasaran
3,5%±1% (yoy). Inflasi IHK meningkat dibandingkan bulan lalu sebesar 3,12% (yoy) didorong oleh
kenaikan inflasi kelompok inti dan volatile food di tengah melambatnya inflasi administered prices
(Grafik 1). Secara bulanan, inflasi IHK mencapai 0,28% (mtm), melambat dibandingkan bulan lalu
sebesar 0,59% (mtm) yang bersumber dari koreksi tarif angkutan pasca Idul Fitri1 (Grafik 2). Dengan
perkembangan tersebut, sampai dengan bulan Juli, inflasi IHK telah mencapai 2,18% (ytd) (Tabel 1).
Grafik 1. Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2. Disagregasi Sumbangan Inflasi Bulanan
Tabel 1. Disagregasi Inflasi Juli 2018
*) Proyeksi BI
Secara spasial, sebagian besar daerah mencatatkan inflasi rendah. Perkembangan realisasi inflasi
di berbagai daerah secara agregat masih dalam rentang sasaran inflasi nasional 2018 sebesar
3,5%±1% (yoy) kecuali Papua sebesar 5,32% (yoy). Tingginya inflasi di Papua bersumber dari inflasi
angkutan udara dan ikan segar selama setahun terakhir. Inflasi terendah berturut-turut terjadi di KTI
(3,08%, yoy), Jawa (3,13%, yoy) dan Sumatera (3,44%, yoy) (Gambar 1). Secara bulanan, inflasi
tertinggi terjadi di KTI (0,29%, mtm), Jawa (0,27%, mtm) dan Sumatera (0,26%, mtm) (Gambar 2).
1 Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebesar 0,19% (mtm). Inflasi IHK Juli 2018 sejalan dengan rata-rata IHK
pasca Idul Fitri empat tahun terakhir sebesar 0,27% (mtm).
RELEASE NOTE INFLASI JULI 2018
TIM PENGENDALIAN INFLASI PUSAT (TPIP)
2
Provinsi di KTI yang mencatatkan inflasi tertinggi adalah Balinusra (0,42%), diikuti oleh Kalimantan
(0,37%), dan Sulawesi (0,34%) sementara Mapua mengalami deflasi (-0,43%). Namun demikian,
deflasi di Mapua tertahan oleh inflasi tinggi di Papua Barat yang mencapai 1,25%, merupakan yang
tertinggi di bulan laporan. Secara provinsi, deflasi terjadi di beberapa daerah yaitu terutama yang
terdalam di Kalimantan Utara (1,40%), Maluku (1,26%), dan Maluku Utara (1,17%). Deflasi di berbagai
daerah dipengaruhi menurunnya tarif angkutan udara, tarif angkutan antar kota, harga bawang merah,
dan harga cabai merah.
Gambar 1. Peta Inflasi Daerah Tahunan Gambar 2. Peta Inflasi Daerah Bulanan
Ke depan, inflasi tahun 2018 diperkirakan tetap berada pada sasaran inflasi, yaitu 3,5%±1%.
Dengan perkembangan terkini, inflasi IHK tahun 2018 diperkirakan sebesar 3,5% (yoy)2. Koordinasi
kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat, terutama
sebagai antisipasi risiko meningkatnya inflasi volatile food.
INFLASI INTI Inflasi inti tetap terkendali di tengah kenaikan inflasi kelompok jasa. Inflasi inti tercatat sebesar
2,87% (yoy), meningkat dari bulan lalu sebesar 2,72% (yoy) yang didorong oleh meningkatnya
kelompok inflasi inti traded dan non traded (Grafik 3). Dari sisi inflasi barang dan jasa, peningkatan
inflasi inti didorong oleh kelompok jasa (Grafik 4). Sementara itu, kelompok barang relatif stabil seiring
dengan peningkatan inflasi barang durable di tengah perlambatan inflasi barang non durable (Grafik 5).
Terkendalinya inflasi inti hingga Juli 2018 tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia
dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai
fundamentalnya. Secara bulanan inflasi inti tercatat sebesar 0,41% (mtm), lebih tinggi dibandingkan
bulan lalu sebesar 0,24% (mtm)3 terutama didorong oleh meningkatnya inflasi inti non traded (Grafik
6).
2 Proyeksi Bank Indonesia Juni 2018.
3 Angka tersebut relatif sama dengan rata-rata inflasi inti pasca Idul Fitri empat tahun terakhir sebesar 0,40% (mtm) namun lebih tinggi dari proyeksi Bank Indonesia sebesar 0,30% (mtm).
3
Grafik 3. Inflasi Inti Traded dan Non Traded (yoy)
Grafik 4. Inflasi Inti Barang dan Jasa (yoy)
Grafik 5. Inflasi Barang Durable dan Barang Non
Durable (yoy)
Grafik 6. Inflasi Inti Traded – Non Traded (mtm)
Inflasi inti kelompok traded masih dalam tren meningkat sejalan dengan perkembangan faktor
eksternal. Inflasi inti traded pada Juli 2018 tercatat sebesar 2,58% (yoy) sedikit meningkat
dibandingkan bulan lalu sebesar 2,50% (yoy) seiring perkembangan nilai tukar rupiah (Grafik 7).
Depresiasi rupiah meningkat dari 5,26% (yoy) pada Juni menjadi 7,96% (yoy) pada Juli 2018. Namun
peningkatan inflasi inti traded tertahan oleh deflasi komoditas global (IHIM) yang lebih dalam
dibandingkan bulan sebelumnya yaitu dari deflasi 0,12% (yoy) menjadi deflasi 2,65% (yoy). Secara
bulanan inflasi inti traded juga meningkat dari 0,19% (mtm) menjadi 0,23% (mtm) didorong oleh
peningkatan inflasi inti traded non makanan. Inflasi inti traded non makanan meningkat dari 0,18%
(mtm) menjadi 0,24% (mtm) terutama bersumber dari komoditas bahan bangunan yaitu pasir di
tengah deflasi komoditas emas perhiasan. Sementara itu, inflasi inti traded kelompok makanan
melambat menjadi 0,16% (mtm) dari sebesar 0,23% (mtm) pada bulan lalu terutama sejalan dengan
berakhirnya perayaan Idul Fitri.
Grafik 7. Tekanan Eksternal – Nilai Tukar dan
IHIM
Grafik 8. Komponen Inflasi Inti Jasa
4
Tabel 2. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Inti
Kelompok jasa mendorong kenaikan inflasi inti non traded. Pada bulan Juli 2018, inflasi inti non
traded mengalami kenaikan setelah relatif stabil sejak awal tahun 2018, yakni dari 2,90% (yoy)
menjadi 3,10% (yoy) (Grafik 3). Kenaikan tersebut bersumber dari kenaikan inflasi kelompok jasa,
khususnya dari komunikasi dan pendidikan (Grafik 8). Secara bulanan, inflasi inti non traded pada
bulan ini juga meningkat yang bersumber dari kelompok non makanan sementara kelompok makanan
cenderung stabil sebesar 0,47% (mtm) (Grafik 9). Inflasi inti non traded non makanan meningkat dari
0,19% (mtm) menjadi 0,59% (mtm) terutama bersumber dari komoditas tarif pulsa ponsel dan uang
sekolah dari sekolah dasar, sekolah menengah atas, dan sekolah menengah pertama (Tabel 2).
Inflasi tarif pulsa ponsel dan uang sekolah bulan ini lebih tinggi dibandingkan historis. Kenaikan
tarif pulsa ponsel dan uang sekolah pada bulan ini memberikan sumbangan ke inflasi IHK sebesar
0,10% dari total sumbangan inflasi inti ke IHK sebesar 0,24%. Inflasi pulsa ponsel kembali meningkat
setelah cukup stabil sejak Juni 2017 (Grafik 10). Sementara itu, sumbangan inflasi uang sekolah
mencapai 0,06%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata sumbangan tiga tahun terakhir di bulan Juli yaitu
0,02% (Grafik 11). Kenaikan uang sekolah terutama bersumber dari uang sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama (Grafik 12).
Grafik 9. Inflasi Inti Non Traded (mtm)
Grafik 10. Inflasi Tarif Pulsa Ponsel (sumb. mtm)
Grafik 11. Inflasi Biaya Pendidikan (sumb. mtm)
Grafik 12. Inflasi SD, SMP, SMA, PT (sumb. mtm)
5
Tekanan permintaan domestik terindikasi meningkat secara terbatas. Indikator demand sensitive
to inflation menunjukkan peningkatan pada bulan ini, sedangkan indikator core flexible price yang terus
meningkat sejak September 2017 mengalami koreksi (Grafik 13).4 Tekanan permintaan yang masih
terbatas ini tercermin dari perlambatan pertumbuhan kredit dan perlambatan pertumbuhan M2.
Pertumbuhan kredit konsumsi melambat dari 11,88% (yoy) ke 10,67% (yoy) di bulan Juni 2018.
Sejalan dengan hal itu, pertumbuhan M2 juga kembali melambat dari 6,10% (yoy) menjadi 5,90% (yoy)
di bulan Juni 2018.
Grafik 13. Core Flexible Price dan Demand
Sensitive to Inflation
Grafik 14. Ekspektasi Inflasi Concensus Forecast,
CPI Sticky Price dan Core Sticky Price
Sementara itu, ekspektasi inflasi terindikasi stabil dan terjangkar dalam kisaran sasaran inflasi.
Terjangkarnya ekspektasi inflasi tahun 2018 dalam kisaran sasaran inflasi tercermin pada hasil survei
Consensus Forecast (CF) bulan Juli 2018 yaitu sebesar 3,50% (average yoy), melambat dibandingkan
hasil survei bulan lalu yakni sebesar 3,60% (average yoy). Sementara itu ekspektasi inflasi yang
ditunjukkan oleh indikator core sticky price5 mulai meningkat pada Juli 2018 (Grafik 14). Di sektor riil,
ekspektasi inflasi dari pedagang eceran dan konsumen terlihat menurun untuk 3 bulan ke depan yang
menunjukkan koreksi pasca Idul Fitri dan kemudian meningkat untuk 6 bulan ke depan yang
menunjukkan kenaikan di akhir tahun (Grafik 15 dan Grafik 16).
Grafik 15. Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran Grafik 16. Ekspektasi Inflasi Konsumen
4 Indikator demand sensitive to inflation terdiri dari komoditas inti non food pada keranjang IHK. Indikator core flexible price terdiri dari komoditas inti pada keranjang IHK yang memiliki pergerakan harga yang fluktuatif. Komoditas flexible price memberikan informasi terkait kondisi perekonomian terkini.
5 Indikator core sticky price terdiri dari komoditas inti pada keranjang IHK yang memiliki pergerakan harga yang stabil atau cenderung tidak mengalami perubahan harga yang tidak signifikan. Komoditas sticky price lebih memberikan informasi terkait dengan ekspektasi inflasi sehingga dapat menjadi proxy ekspektasi inflasi ke depan. Mayoritas komoditas sticky price merupakan komoditas dari sektor manufaktur dan komoditas jasa.
6
INFLASI VOLATILE FOOD
Inflasi volatile food stabil dibandingkan bulan lalu, namun lebih tinggi dibandingkan historis
pasca Idul Fitri. Inflasi volatile food tercatat sebesar 0,90% (mtm)6, stabil dibandingkan inflasi bulan
lalu sebesar 0,90% (mtm). Inflasi volatile food bulanan tersebut lebih tinggi dari historisnya pasca
Idul Fitri empat tahun terakhir seiring dengan inflasi daging ayam ras dan telur ayam ras yang lebih
tinggi dibandingkan historisnya (Grafik 17-21). Inflasi volatile food bulan ini terutama bersumber dari
komoditas telur ayam ras, daging ayam ras, dan cabai rawit di tengah deflasi komoditas bawang
merah, cabai merah dan daging sapi (Tabel 3). Kenaikan inflasi telur ayam ras dan daging ayam ras
pada bulan ini memberikan sumbangan ke inflasi IHK sebesar 0,15% dari total sumbangan inflasi
volatile food ke IHK sebesar 0,18%.
Grafik 17. Inflasi Volatile Food Saat HBKN
Grafik 18. Inflasi Beras Saat HBKN
Grafik 19. Inflasi Hortikultura Saat HBKN Grafik 20. Inflasi Daging Ayam Ras dan Telur
Ayam Ras Saat HBKN
Grafik 21. Inflasi Daging Sapi Saat HBKN
6 Angka tersebut lebih tinggi dari rata-rata inflasi Volatile Food pasca Idul Fitri empat tahun terakhir sebesar 0,16% (mtm) maupun proyeksi Bank Indonesia Juni 2018 sebesar 0,20% (mtm).
7
Tabel 3. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Volatile Food Juni 2018 (mtm)
Inflasi telur ayam ras dan daging ayam ras meningkat pasca Idul Fitri didorong oleh
meningkatnya permintaan di tengah terbatasnya pasokan dan kenaikan harga bahan
produksi. Inflasi telur ayam ras mencapai 10,98% (mtm), lebih tinggi dari bulan lalu yaitu deflasi
3,93% (mtm) dan tertinggi sejak akhir tahun lalu yaitu 11,46% (mtm). Sementara itu, inflasi daging
ayam ras mencapai 5,53% (mtm), melambat dibandingkan bulan lalu yaitu inflasi 2,35% (mtm).
Tingginya inflasi telur ayam ras dan daging ayam ras bulan ini didorong oleh beberapa faktor antara
lain7: i) peningkatan permintaan masyarakat seiring dengan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN)
dan implementasi kebijakan Bantuan Pangan Non Tunai dalam bentuk paket komoditas pangan yang
salah satunya adalah telur ayam ras; ii) kenaikan harga pakan ternak seiring dengan kenaikan harga
jagung global dan pelemahan rupiah; dan iii) pelarangan penggunaan Antibiotic Growth Promotor
(AGP) yang menyebabkan lebih panjangnya masa panen dari 30 hari menjadi 35 hari serta deplesi
atau kematian Day Old Chick dari 6% menjadi 10%. Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan,
inflasi telur ayam ras mencapai 19,39% (yoy) dengan level harga sebesar Rp25.958/kg, di atas harga
acuan Rp22.000/kg (Grafik 22). Sementara itu, inflasi daging ayam ras mencapai 21,30% (yoy)
dengan level harga mencapai Rp38.811/kg, di atas harga acuan Rp32.000/kg (Grafik 23).
Grafik 22. Inflasi dan Harga Telur Ayam Ras Grafik 23. Inflasi dan Harga Daging Ayam Ras
7 Kemendag, 24 Juli 2018
8
Grafik 24. Inflasi dan Harga Cabai Rawit
Grafik 25. Inflasi dan Harga Bawang Merah
Inflasi cabai rawit kembali meningkat dan lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Pada bulan ini,
harga cabai rawit naik sebesar 14,81% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan lalu yaitu 7,62%
(mtm). Kenaikan harga cabai rawit disebabkan karena terbatasnya pasokan di wilayah sentra. Inflasi
cabai rawit tercermin dari pasokan cabai di Pasar Induk Kramat Jati yang mencapai 2.959 ton, lebih
rendah dari rata-rata empat tahun terakhir yaitu 3.670 ton. Dengan perkembangan tersebut, secara
tahunan, cabai rawit mengalami inflasi sebesar 14,44% (yoy) dengan level harga mencapai
Rp45.893/kg (Grafik 24).
Komoditas bawang merah dan cabai merah mengalami deflasi seiring dengan meningkatnya
pasokan. Deflasi bawang merah mencapai 8,36% (mtm), koreksi setelah mengalami inflasi sejak
bulan Februari 2018. Deflasi bawang merah seiring dengan meningkatnya pasokan yang tercermin
pada pasokan di Pasar Induk Kramat Jati sebesar 2.545 ton, lebih tinggi dibandingkan bulan lalu yaitu
1.912 ton. Sementara itu, komoditas cabai merah masih melanjutkan deflasi seperti pada bulan
sebelumnya yaitu sebesar 4,17% (mtm), lebih dalam dibandingkan bulan lalu yaitu 3,70% (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, komoditas bawang merah mengalami deflasi
sebesar 4,88% (yoy) dengan level harga mencapai Rp28.477/kg, di bawah harga acuan Rp32.000/kg
(Grafik 25). Sementara itu, inflasi cabai merah sebesar 34,94% (yoy) dengan level harga sebesar
Rp34.463/kg (Grafik 26).
Grafik 26. Inflasi dan Harga Cabai Merah
Grafik 27. Inflasi dan Harga Daging Sapi
Grafik 28. Inflasi dan Harga Beras
Harga beras cenderung stabil pasca deflasi selama empat bulan terakhir. Inflasi beras bulan Juli
2018 mencapai 0,01% (mtm), setelah mengalami deflasi sejak bulan Maret 2018. Stabilnya harga
beras pada bulan ini seiring dengan intensitas panen yang mulai berkurang. Namun demikian, stok
beras diperkirakan masih aman seiring dengan adanya persetujuan impor beras sebesar 1 juta ton
9
yang diperkirakan masuk sampai akhir Agustus 20188. Harga gabah di level petani dan penggilingan
pada bulan ini juga masih menunjukkan penurunan9. Selain itu, Bulog juga melakukan Operasi Pasar
sebesar 5.980 ton di bulan Juni 2018 sehingga sejak awal tahun Operasi Pasar telah mencapai
312.385 ton. Dengan perkembangan tersebut, inflasi beras mencapai 5,70% (yoy) dan harga beras
rata-rata mencapai Rp11.661/kg10 (Grafik 28).
Dengan perkembangan tersebut, inflasi volatile food mencapai 5,36% (yoy), meningkat dari
bulan sebelumnya sebesar 4,60% (yoy) dan akhir tahun 2017 sebesar 0,71% (yoy). Tren
kenaikan inflasi volatile food dari awal tahun terutama disumbang oleh komoditas aneka daging dan
telur, hortikultura, serta beras (Grafik 29). Tren kenaikan harga volatile food global juga turut
mendorong kenaikan inflasi volatile food domestik (Grafik 30).
Grafik 29. Sumbangan ytd Inflasi Pangan
Grafik 30. Harga Pangan Domestik dan Global
INFLASI ADMINISTERED PRICES
Kelompok administered prices mengalami koreksi, lebih dalam dibandingkan historis pasca
Idul Fitri. Kelompok administered prices mencatat deflasi sebesar 0,68% (mtm)11, setelah bulan
sebelumnya mengalami inflasi sebesar 1,38% (mtm). Deflasi tersebut lebih rendah dari historis
deflasi administered prices pasca Idul Fitri empat tahun terakhir terutama disebabkan karena lebih
dalamnya deflasi angkutan udara dan angkutan antar kota dibandingkan historisnya (Tabel 1, Grafik
31-33). Tarif angkutan udara mengalami deflasi sebesar 12,34% (mtm), lebih rendah dibandingkan
bulan lalu yaitu inflasi 14,91% (mtm) dan historisnya pasca Idul Fitri yaitu 1,84% (mtm). Sejalan
dengan itu, deflasi tarif angkutan antar kota bulan ini mencapai 10,78% (mtm), lebih rendah
dibandingkan bulan lalu dan historisnya yaitu masing-masing inflasi 11,42% (mtm) dan deflasi
7,11% (mtm).
8 Sampai dengan 30 Juni 2018, realisasi beras impor yang sudah masuk mencapai 664 ribu ton (Sumber: Bulog, Juni 2018).
9 Dibandingkan bulan lalu, rata-rata harga GKP di tingkat petani pada Juli 2018 turun 0,38% (mtm) menjadi Rp4.633/kg, sedangkan GKP di tingkat penggilingan turun 0,48% (mtm) menjadi Rp4.716/kg. Sementara itu, GKG di tingkat petani turun 2,88% (mtm) menjadi Rp5.206/kg, sedangkan GKG di tingkat penggilingan turun 2,84% (mtm) menjadi Rp5.313/kg.
10 Rata-rata seluruh jenis beras dari data PIHPS.
11 Angka tersebut lebih rendah dari rata-rata deflasi administered prices pasca Idul Fitri empat tahun terakhir sebesar 0,07% (mtm) maupun proyeksi Bank Indonesia Juni 2018 yaitu deflasi 0,18% (mtm).
10
Deflasi kelompok administered prices yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan harga Bahan
Bakar Khusus (BBK). Pada bulan Juli 2018, Pemerintah menaikkan harga BBK yaitu Pertamax
sebesar Rp600/l, Pertamax Turbo sebesar Rp550/l, Pertamina Dex sebesar Rp400/l, dan Dexlite
sebesar Rp900/l. Kenaikan harga BBK tersebut menyebabkan inflasi bensin meningkat menjadi
1,83% dengan sumbangan ke inflasi IHK sebesar 0,06% serta kenaikan inflasi solar menjadi 1,40%
(mtm) dengan sumbangan ke inflasi IHK sebesar 0,002%.
Tabel 3 Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Administered Prices Mei 2018 (mtm)
Grafik 31. Inflasi Administered Prices saat HBKN
Grafik 32. Inflasi Angkutan Udara
Grafik 33. Inflasi Angkutan Antar Kota
Secara tahunan inflasi kelompok administered prices masih melanjutkan tren perlambatan
sejak Juli 2017. Pada Juli 2018, inflasi kelompok administered prices sebesar 2,11% (yoy), melambat
dari bulan sebelumnya yaitu 2,88% (yoy) dan akhir tahun 2017 yaitu 8,70% (yoy). Perlambatan
tersebut terutama didorong perlambatan inflasi tarif listrik sejalan dengan berlalunya dampak
kenaikan tarif listrik non subsidi daya 900 VA pada tahun 2017. Sementara itu, harga bensin dan
solar relatif tidak mengalami perubahan seiring dengan kebijakan Pemerintah yang tidak menaikkan
harga BBM di 2018 di tengah masih tingginya harga minyak dunia (Grafik 34 dan 35).
Grafik 34. Inflasi Komoditas Strategis AP Grafik 35. Harga BBK dan Minyak Dunia
11
Jakarta, 1 Agustus 2018