BAB I
PENDAHULUAN
Retensio urin adalah suatu keadaan di mana air seni tidak dapat keluar dari
vesika urinaria sebagian atau seluruhnya sehingga tertimbun di dalamnya. Timbulnya
retensio urin dapat disebabkan oleh bebrapa faktor, meliputi faktor mekanik,
neurogenik, miogenik, psikogenik dan obat-obatan. Faktor mekanik merupakan
penyebab paling banyak yaitu akibat adanya obstruksi distal dari vesika urinaria
(infravesical obstruction) misalnya obstruksi karena adanya batu, tumor, atau
kelainan anatomi pada traktus urinarius.1
Retensio urin menyebabkan stasis dari urin dengan akibat dilatasi organ di
proksimal sumbatan, infeksi dan timbul batu pada traktus urinarius. Stasis urin
merangsang pertumbuhan kuman sehingga terjadi infeksi pada vesika urunaria
(sistitis). Akibat infeksi yang naik dan hidroureter karena refluks, maka bisa terjadi
pielonefritis dan hidronefrosis yang pada tahap lanjut akan mengakibatkan gagal
ginjal kronik.1
Hidronefrosis adalah pembesaran sistem pelvikokaliks pada ginjal akibat
peningkatan tekanan dalam sistem pelvikokaliks. Penyebabnya dapat karena obstruksi
maupun non obstruksi. Penyebab obstruksi dapat berupa batu traktus urinarius,
tumor, striktur ureter atau kehamilan. Sedangkan penyebab non obstruksi dapat
ditemukan pada pyelonefritis berat yang berkaitan dengan endotoksin yang dapat
menghambat peristaltik ureter, atau pada megaureter, refluk vesikoureter yang berat,
penderita diabetes insipidus atau keadaan post obstruksi dimana penyebab dari
obstruksi sudah dihilangkan. Secara radiologis, hidronefrosis dapat dinilai dengan
pemeriksaan USG atau Pielografi intravena (IVP).2,9
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus.
Etiologi yang pasti belum jelas, tetapi diduga erat hubungannya dengan hormon
estrogen dan progesteron. Mioma uteri dapat memberikan gejala pressure effect, bila
menekan kandung kemih akan menimbulkan kerentanan vesika urinaria (bladder
irritability), polakisuria dan disuria. Bila uretra tertekan bisa timbul retensio urin, dan
jika berlarut-larut dapat menyebabkan hidroureteonefrosis.3
Untuk membantu mengetahui kelainan traktus urinarius diperlukan pendekatan
uroradiologi secara terintegrasi yang meliputi Foto polos abdomen (FPA),
ultrasonografi (USG), urografi intravena (UIV), pielografi (RPG/APG), uretro-
sistografi, isotop renografi, CT scan, MRI ataupun angiografi, agar didapatkan
informasi radiologis yang memadai berdasarkan indikasi.(4)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Traktus Urinarius
Sistem traktus urinarius meliputi sepasang ginjal, sepasang ureter, vesika
urinaria dan uretra. Sistem traktus urinarius seluruhnya berada di bagian
retroperitoneal sehingga proses patologis seperti obstruksi, radang, dan pertumbuhan
tumor terjadi di luar rongga abdomen.4,5
1. Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ traktus urinarius yang terletak di rongga
peritoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekung menghadap
ke medial. Ukuran ginjal orang dewasa rata – rata 11,5x6x3,5 cm, dengan berat 120 –
170 gram atau kurang lebih 0,4 % dari berat badan. Ginjal dibungkus oleh jaringan
fibrous tipis dan mengkilap yang disebut kapsula fibrosa ginjal dan diluar kapsul ini
terdapat jaringan lemak perirenal. Disebelah kranial terdapat kelenjar anak ginjal atau
supra renal. Kelenjar supra renal, ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh
fascia gerota. Disebelah posterior ginjal dilindungi oleh otot – otot punggung yang
tebal serta tulang – tulang rusuk ke XI dan XII sedangkan di anterior dilindungi oleh
organ–organ intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan
duodenum. Sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien , lambung, jejunum dan kolon.
Ginjal kanan letaknya kira – kira 2 cm lebih rendah daripada yang kiri.4
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula
ginjal. Didalam korteks terdapat berjuta – juta nefron sedangkan di dalam medula
terdapat banyak duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang
terdiri atas tubulus kontortus proksimalis, tubulus kontortus distalis dan duktus
kolegentes. Darah yang membawa hasil metabolisme akan difiltrasi di glomerulus
kemudian ditubuli ginjal akan mengalami resorbsi dan zat – zat hasil sisa
metabolisme akan disekresi bersama air membentuk urin. Urine yang terbentuk di
nefron akan disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalises renalis kemudian
disalurkan ke dalam ureter. Sistem pelvikalises renalis terdiri atas kaliks minor,
infundibulum kaliks mayor dan pelvis renalis.4
Ginjal berfungsi untuk membuang sisa metabolisme, mengontrol sekresi
hormon ADH dan aldosteron, mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D, dan
menghasilkan beberapa hormon seperti eritropoetin, renin dan prostaglandin.4
2. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan
urine dari pielum ginjal ke dalam buli – buli. Pada orang dewasa panjangnya kurang
lebih 20 cm dindingnya terdiri dari mukosa yang dilapisi oleh sel – sel transisional,
otot – otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik
guna mengeluarkan urine ke buli – buli. Ureter kanan biasanya bersilangan dengan
arteri iliaka eksternal dan ureter kiri bersilangan dengan arteri iliaka komunis, tatapi
tidak selalu demikian. Terdapat 3 daerah pada uretra yang biasanya mengalami
penyempitan yaitu pada ureteropelvical junction, pada persilangan dengan arteri
iliaka eksterna atau iliaka komunis pada pinggir pelvis dan ureterovesical junction.4
Lumen ureter biasanya bervariasi , terus menerus mengalami peristaltik dan
terdapat daerah penyempitan normal tertentu pada tiga lokasi : uretropelvical
junction, ureter bersilangan dengan arteri iliaka eksternal atau arteri iliaka komunis,
dan ureterovesical junction.4
3. Vesika urinaria
Kandung kemih adalah organ berongga yang terdiri dari 3 lapis otot detrusor
yang saling beranyaman. Kandung kemih terletak didalam pelvis minor kecuali
apabila mengalami distensi. Ini berbatasan dengan simfisis pubis disebelah anterior
dan terpisah dari rektum pada pria oleh duktus deferens dan vesika serminalis dan
pada wanita oleh uterus dan vagina. Vesica urinaria merupakan organ
ekstraperitoneal yang terletak didalam pelvis minor dengan batas depan adalah
simfisis pubis, batas belakang adalah rektum, batas lateral ligamntum umbilikus,
M.Obturator internus dan tulang pelvis, sedangkan batas bawah adalah ligamentum
yang menghubungkan dengan diafragma urogenital.(3)
4. Uretra
Uretra merupakan saluran dari vesica urinaria sampai orifisium externa.
Uretra pada laki – laki tidak lurus dan jauh lebih panjang daripada uretra pada wanita.
Uretra pada pria dewasa kurang lebih 23-25 cm Secara anatomois uretra dibagi
menjadi 2 bagian yaitu uretra posterior dan anterior. Uretra posterior terdiri atas
uretra pars prostatika dan pars membranasea. Uretra anterior terdiri atas pars bulbosa
dan pars pendularis.4
B. Aliran Urin
Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis, meregangkan
kalik renalis dan meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang kemudian mencetuskan
kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang
ureter sehingga mendorong urin dari pelvis renalis ke arah kandung kemih. Ketika
kandung kemih terisi 300-400ml, akan terjadi reflek berkemih yang menyebabkan
kontraksi dari otot detrusor. Hal ini yang menyebebkan terjadi pengeluaran urin dari
kandung kencing ke dunial luar melewati uretra. Proses pengaliran urin ke vesika
urinaria dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu tekanan nefron, peristaltik ureter, dan
gravitasi. Tekanan nefron dipengaruhi oleh jumlah cairan dalam tubulus dari hasil
filtrasi glomerulus serta proses reabsorbsi dan sekresi oleh sel tubulus. Masing-
masing faktor tersebut dapat menyebabkan dilatasi traktus urinarius bagian atas
dengan mempengaruhi tekanan dan volume urin yang terbentuk. Pembentukan urin
yang berlangsung terus pada obstruksi menyebabkan dilatasi ringan pada traktus
urinarius di proksimal sumbatan, perubahan bentuk kaliks yang bervariasi dari
blunting sampai balloning yang menandakan adanya peningkatan tekanan dan
volume.
Peristaltik dimulai dari bagian proksimal sistem pelvikokaliks, kemungkinan
dari otot kaliks khusus yang berperan sebagai pacemaker. Rangsangan untuk
peristaltik diperkirakan berasal dari peregangan pasif dinding kaliks oleh urin.
Kontraksi otot pertama kali terlihat di pelvis renalis dan berlanjut ke distal sebagai
gelombang yang terkoordinasi. Frekuensi kontraksi meningkat apabila jumlah urin
meningkat. Pada keadaan dimana jumlah urin sangat banyak, peristaltik berhenti dan
urin mengalir ke vesika urinaria oleh pengaruh tekana nefron dan gravitasi.
Pada posisi tegak, gravitasi ikut mempengaruhi aliran urin. Pada jumlah urin
yang sedikit sampai sedang, peristaltik memegang peranan yang paling besar
sedangkan gaya gravitasi dan tekanan nefron kurang berpengaruh. Sebaliknya pada
jumlah urin yang banyak, peristaltik tidak berpengaruh.(4)
C. Retensi Urin
Retensi urine adalah suatu ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan
urine yang terkumpul didalam vesika urinaria hinga kapasitas maksimal vesika
urinaria terlampaui.(5) Keadaan ini harus dibedakan dengan keadaan lain yaitu anuria
dan oliguria. Anuria adalah suatu keadaan dimana orang tidak dapat mengeluarkan air
kencing sebab memang produksinya di ginjal tidak ada, sedangkan oliguria
disebabkan karena berkurangnya produksi air kencing. Dalam keadaan normal jumlah
air kencing yangb kita keluarkan adalah 800cc-1200cc/24 jam atau sekitar 35cc-
50cc/jam. Dikatakan oliguria bila jumlahnya sekitar 400cc-500cc/24 jam, sedangkan
anuria bila kurang dari 100cc/24 jam.(6)
1. Gambaran Klinis
a. Anamnesis
Penderita biasanya mengeluh kencing tidak lancar dan harus mengejan, atau
kencing sedikit-sedikit dan sering. Sering penderita itu dianggap inkontinensia, yaitu
keluarnya urin secara menetes tanpa disadari, tetapi kandung kemih yang penuh dapat
diraba dan mungkin fundusnya mendekati pusat pada palpasi perut.(5,6,7)
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan suprapubik, teraba vesika urinaria penuh sebagai benjolan lunak
yang biasanya nyeri tekan, benjolan dengan fluktuasi positif terletak di linea mediana.
Dengan perkusi, vesika urinaria yang penuh akan terdengar suara redup dengan
sekitarnya suara timpani. Pada genitalia eksterna mungkin dapat kita periksa danya
infiltrat urin, fistel, striktur uretra, batu uretra, tumor, fimosis, parafimosis, dll.
Pemeriksaan colok dubur bisa kita raba pembesaran prostat, batu atau hanya vesika
urinaria yang penuh saja, dan pemeriksaan reflek bulbocavernosus. Pada wanita
selain colok dubur juga perlu dilakukan pemeriksaan dalam vagina.(5,6)
c. Pemeriksaan radiologi
Foto polos abdomen (FPA)
Bisa terlihat bayangan vesika urinaria yang penuh dan mungkin terlihat
adanya gambaran batu di uretra atau di leher vesika urinaria.
Pielografi intravena (IVP)
Penting untuk mendiagnosa sebab-sebab retensi dan pada foto post miksi jelas
sekali urine tidak habis
Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan khusus seperti uretrosistografi
retrograde, mungkin terlihat adanya striktura uretra.
USG dapat jelas membedakan apakah vesika urinaria kosong atau penuh atau
tumor vesika urinaria (5,6)
d. Pemeriksaan instrumentasi
Secara pasti retensi urin dapat didiagnosis dengan kateterisasi dan akan keluar
urin cukup banyak.(6)
e. Pemeriksaan urodinamik
Dengan sistometer, normal tekanan intra vesikal pada pengisian 50cc-450cc
adalah 8-15 cm H2O dan diatas 450 cc tekanan akan naik dengan cepat sampai
100 cm H2O dan terjadilah kencing. Pada retensi urine neurogen tekanan intra
vesikal dapat rendah sekali 6-10 cm H2O sehingga vesika urinaria dapat terisi
sampai 1 liter atau lebih.
Pemeriksaan pancaran air kencing normal lebih dari 15 cc / detik (6)
2. Penyebab Retensi Urin
a. Sebab mekanik
Penyebab jenis ini paling banyak yaitu adanya obstruksi distal dari vesika
urinaria. Kausa menurut umur sebagai berikut:
1) Bayi dan anak-anak:
- Fimosis dan parafimosis
- Agenesis uretra
- Stenosis uretra kongenital
- Balanopostitis
- Batu uretra
- Tumor uretra
- Sklerosis leher vesika urinaria
2) Orang dewasa:
- Uretritis
- Batu uretra/vesika urinaria
- Fimosis/parafimosis
- Meatal stenosis
- Tumor leher vesika urinaria/uretra
- Striktura uretra
- Sklerotik leher vesika urinaria
- Kehamilan
3) Orang tua:
- Striktur uretra
- Neoplasma prostat
- Sklerotik leher vesika urinaria
- Meatal stenosis
- Pendesakan oleh tumor diluar uretra
- Tumor uretra
- Ureterokel dan vesikokel
- Prolapsus uteri
- Uretritis
b. Sebab neurogenik
1) Kerusakan saraf sensorik dari arcus reflek
Penyebabnya antara lain diabetes melitus, tabes dorsalis, multipel
sklerosis. Dalam keadaan ini vesika urinaria bisa besar sekali dan terisi
urine lebih dari 1000cc
2) Kerusakan saraf sensorik dan motorik vesika urinaria (Autonomous
Neurogenic Bladder)
Penyebabnya antara lain trauma yang merusak medula spinalis setinggi
S2-4 yaitu di kolumna vertebra T12-L1. dalam keadaan ini vesika urinaria
akan penuh dan tidak ada keinginan kencing maupun kontraksi detrusor.
c. Sebab miogenik
Yaitu ketidakmampuan dari otot detrusor walaupun tidak ada obstruksi infra
vesikal maupun kelainan saraf. Keadaan inui terdapat misalnya pada
kelemahan umum dari tubuh atau pada retensi urin yang besar sekali dan
kronik yang menyebabkan otot detrusor lama teregang.
d. Sebab psikogenik
Pada keadaan cemas atau takut yang hebat bisa terjadi retensi urine yang
bersifat temporer.
e. Pengaruh obat-obatan
Beberapa obat dapat menyebabkan retensi temporer karena efeknya pada otot
detrusor atau otot sphincter uretra, misalnya: sulfas atropin, hyociamin sulfat,
propanthelin bromide, ephinephrine, ephedrin, phenilephrine Imipramine HCl.
dan propanolol HCl.
3. Komplikasi
Retensi urine menyebabkan stasis dari urine dengan akibat dilatasi dari
organ di proksimal sumbatan, merangsang pertumbuhan kuman, infeksi bisa naik
ke organ yang lebih proksimal dan timbul batu.
a. Sumbatan di uretra
Sumbatan di uretra proksimal menyebabkan inhibisi urine ke jaringan
sekitarnya (urine infiltrat), kemudian bisa timbul divertikel uretra, fistel
uretrokutan atau timbul batu uretra.
b. Vesika urinaria
Mula-mula timbul trabekulasi, menjadi selule dan terakhir divertikel. Stasis
urine menimbulkan radang (sistitis) yang berakibat menebalnya dinding
vesika urinaria, bisa menimbulkan batu dan refluk vesikouretral.
c. Ureter
Oleh karena stasis dari urine, ureter bisa mengalami dilatasi (hidroureter) dan
bila lebih lanjut bisa terjadi penebalan dinding dan fibrotik jaringan
sekitarnya.(6)
D. Mioma Uteri
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasaql dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan disebut juga
leiomioma, fibromioma, atau fibroid. Etiologi yang pasti belum jelas, tetapi diduga
erat hubungannya dengan hormon estrogen dan progesteron. Mioma memiliki
reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Mioma uteri
lebih sering ditemukan pada nulipara atau yang kurang subur., faktor keturunan juga
berperan. Menurut letaknya, mioma terdiri dari:
1. Mioma submukosum : mioma yang berada dibawah endometrium dan menonjol
kedalam rongga uterus
2. Mioma intramural : mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut
miometrium.
3. Mioma subserosum: apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus diliputi oleh serosa.
Manifestasi klinik tergantung dari letak mioma, besarnya, perubahan
sekunder, dan komplikasi yang terjadi. Manifestasi klinik tersebut dapat digolongkan
sebagai berikut:
- Benjolan di perut bagian bawah
- Perdarahan abnormal, yaitu hipermenore, menoragia, metroragia.
- Rasa nyeri atau dismenore
- Gejala dan tanda penekanan yang tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Penekanan pada vesika urinaria akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat
menyebabkan retensi urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan
dironefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan nyeri defekasi, pada
pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul.
- Abortus spontan
- Infertilitas
Pada pemeriksaan bimanual akan didapatkan tumor padat uterus yang sering
teraba berbenjol atau bertangkai. Dengan sonde didapatkan kavum uteri lebih luas.
Diagnosi banding yang perlu kita pikirkan adalah kehamilan, inversio uteri,
karsinoma korpus uteri, kista ovarium. USG abdominal dan transvaginal dapat
membantu dan menegakkan dugaan klinis.
E. Hidronefrosis
Pembesaran pelvis renalis belum tentu suatu hidronefrosis, karena yang
disebut dengan suatu hidronefrosis adalah pembesaran sistem pelvikokaliks pada
ginjal karena tekanan dalam sistem pelvikokaliks yang tinggi. Etiologi dari
hidronefrosis secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu obstruksi dan non obstruksi.
Obstruksi dapat berupa batu traktus urinarius, tumor, striktur ureter atau kehamilan.
Penyebab non obstruksi dapat ditemukan pada pyelonefritis berat yang berkaitan
dengan endotoksin yang dapat menghambat peristaltik ureter. Selain itu penyebab
non obstruktif dapat berupa megaureter, refluk vesikoureter yang berat, penderita
diabetes insipidus atau keadaan post obstruksi dimana penyebab dari obstruksi sudah
dihilangkan. (7,8)
Hidronefrosis dapat unilateral atau bilateral, tergantung dari tempat lesi atau
obstruksi itu berada. Hidronefrosis unilateral disebabkan oleh lesi yang berada di atas
sambungan ureter dan vesika urinaria atau traktus urinarius bagian atas, sedangkan
obstruksi bilateral biasanya disebabkan oleh lesi pada traktus urinarius tengah dan
bawah. (7,8)
Dengan USG terdapat tiga derajat hidronefrosis :
1. Mild / minimal
Terlihat sebagai suatu pemisahan ringan di bagian sentral dari eko pelvikokalises
(halo sign)
2. Moderate
Kalises dan pyelum tampak melebar, berupa struktur berisi cairan.
3. Severe
Sistem kalises di bagian tengah akan tampak sebagai suatu zona echofree yang
lobulated dan lama kelamaan pelvis akan terlihat sebaai suatu zona besar berisi
cairan, bahkan kadang – kadang pyelum dan kalises sukar diidentifikasi. (7,8)
Dengan pemeriksaan IVP terdapat empat derajat hidronefrosis :
I. Blunting
Tampak kaliks renalis dangkal
II. Flattening
Tampak kaliks renalis mendatar
III. Clubbing
Kaliks renalis mencembung atau seperti tongkat.
IV. Balloning
Kaliks – kaliks membesar sehingga berbentuk seperti balon
Pada derajat I dan II belum terjadi penipisan dari parenkim ginjal. Sedangkan
pada derajat III dan IV terjadi penipisan dari perenkim ginjal tetapi tidak selalu ada
hubungan antara penipisan parenkim dengan pembesaran ginjal.(7,8)
F. Pemeriksaan Radiologis
1. Foto Polos Abdomen (FPA)
Setiap pemeriksaan traktus urinarius sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto
polos abdomen. Pemeriksaan foto polos abdomen menilai pre peritoneal fat line,
psoas line, kontur, letak, besar ginjal, distribusi udara dan gambaran radioopak.
Pada pemeriksaan FPA dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista dan tumor, batu
radioopak dalam ginjal, ureter dan vesika urinaria serta gambaran perkapuran.(9)
2. Intravenous Pyelography ( IVP )
Pemeriksaan IVP memerlukan persiapan yaitu sebelum pemeriksaan
diberikan laksantia untuk membersihkan feses dalam colon yang menutupi daerah
ginjal serta tidak diberikan minum dari 10 jam sebelum pemeriksaan. Fungsi
pemeriksaan IVP untuk melihat fungsi eksresi ginjal, melihat anatomi dari traktus
urinarius dan mencari batu di saluran kemih yang tidak bisa terlihat pada
pemeriksaan FPA dengan cara menyuntikkan kontras melalui vena.
Pada pemeriksaan IVP terdapat 4 fase yaitu :
a. Fase nefrogram ( 5 menit )
Untuk melihat fungsi ekskresi ginjal, kontur ginjal dan pelvikokaliks sistem
(PCS )
b. Fase Pyelogram ( 15 menit )
Untuk melihat ada batu / tidak, ada penyempitan / tidak. Ureter dapat tidak
terlihat semua oleh karena ada peristaltik.
c. Fase Cystogram ( 30/45 menit )
Untuk melihat vesika urinaria. Dengan memperhatikannya dindingnya
reguler/tidak, ada indentasi/tidak, ada filling defect/tidak dan ada additional
shadow/tidak.
d. Fase Post Mictio
Untuk melihat fungsi pengosongan.
Jika ditunggu 2 jam ginjal belum terlihat disebut Non Visualized Kidney.
Pada pemeriksaan FPA batu radioluscent tidak terlihat, maka jika kita mencurigai
adanya batu radioluscent dapat dilanjutkan pemeriksaan IVP sehingga akan
diketahui lokasi batu, besarnya batu apakah terjadi bendungan atau tidak.(7,9)
3. Ultrasonografi Ginjal
Pemeriksaan USG ginjal merupakan pemeriksaan non invasif, tidak
bergantung pada faal ginjal, tidak dijumpai efek samping, tanpa kontras, tidak
sakit, relatif cepat dan mudah dikerjakan. USG dapat memberikan keterangan
tentang ukuran, bentuk, letak dan struktur anatomi dalam ginjal. Ginjal terletak
retroperitoneal.Pada ginjal kanan digunakan hepar sebagai accoustik window,
sedang pada ginjal kiri digunakan lien sebagai accoustik window. Pemeriksaan
USG dilakukan untuk melihat ukuran ginjal, batu ginjal, dan massa ginjal untuk
membedakan massa kistik dengan solid.
Sonogram ginjal normal akan tampak lemak perirenal sebagai lapisan halus
yang berdensitas ekoik tinggi mengelilingi sisi luar ginjal. Parenkim ginjal terdiri
atas korteks dan medula. Eko parenkim ginjal relatif lebih rendah dibandingkan
dengan eko sinus ginjal. Medula dan korteks dapat jelas dibedakan. Pada keadaan
normal, eko korteks lebih tinggi daripada eko medula.Tebal parenkim ginjal
dibandingkan dengan tebal sinus ginjal kira – kira 1 berbanding 2. Piramid
medula berisi lebih banyak cairan daripada korteks sehingga terlihat lebih
hipoekoik, berbentuk segitiga dengan basis di korteks dan apeksnya di sinus. Di
tengah tampak gambaran sinus yang ekhogenik (putih) yang terdiri dari sistem
pelvikokaliks, pembuluh darah, dan lemak). Ureter pada umumnya tidak tampak.(7)
Pedoman pemeriksaan USG pada traktus Urinarius :
1. Persiapan
Sebenarnya tidak diperlukan persiapan khusus. Walaupun demikian pada
penderita dengan obstipasi, sebaiknya semalam sebelumnya diberikan laksansia.
Pasien sebaiknya puasa dan pagi hari dilarang makan dan minum yang dapat
menimbulkan gas dalam perut karena akan mengaburkan gambar organ yang
diperiksa.
2. Pedoman pemeriksaan
Untuk ginjal kanan
Penderita berbaring terlentang, dan penderita diminta untuk menahan
nafas pada inspirasi dalam. Posisi ini dimaksudkan untuk membebaskan
hati dan menampakkan ginjal lebih ke bawah.Penderita berbaring miring
ke kiri ( LLD ), posisi ini membantu memperlihatkan lesi yang tidak
tergambar pada posisi lain, juga lesi pada Morrison’s pouch.
Untuk ginjal kiri
Gambaran USG ginjal kiri paling baik terlihat bila dilakukan pada posisi
berbaring ke kanan (RLD). Posisi terlentang tidak dianjurkan untuk
memeriksa ginjal kiri, karena gambaran ginjal terganggu oleh bayangan
udara di dalam lambung dan usus, kecuali bila lambung diisi air (minum). (7)
4. Retrograd Pyelography
Retrograd Pyelography (RPG) adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas
(dari ginjal hingga ureter) dengan cara memasukkan bahan kontras radio-opak
langsung melalui kateter ureter yang dimasukkan transuretra. Indikasinya adalah
jika ada kontra indikasi pada foto IVP atau IVP belum bisa menjelaskan keadaan
ginjal maupun ureter, antara lain pada ginjal nonvizualised. (3)
5. Antegrad Pyelography
Antegrad Pyelography (APG) adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas
dengan cara memasukkan kontras melalui sistem saluran (kaliks) ginjal. Bahan
kontras dimasukkan melalui kateter nefrostomi yang sebelumnya sudah terpasang,
atau dapat pula dimasukkan melaui pungsi pada kaliks ginjal. (3)
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Sutiyem
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sendang Agung RT 01 RW 01 Rembang
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masuk RSDK : 16 Februari 2006
Nomor CM : 5240147
II. DAFTAR MASALAH
No Masalah Aktif Tanggal No Masalah Pasif Tanggal
1
2
3
Mioma uteri
Retensio uterin
Hidronefrosis dupleks
26-02-06
26-02-06
26-02-06
III.DATA DASAR
A. Anamnesis
Dilakukan dengan penderita pada tanggal 26 Februari 2006 pukul 13.30
Keluhan utama : tidak bisa kencing (rujukan RSU Rembang dengan retensio
urin dan mioma uteri)
1. Riwayat penyakit sekarang
4 tahun yang lalu penderita merasakan ada benjolan di perut bagian
bawah sebesar bola pingpong yang semakin lama semakin membesar
hingga sebesar telur angsa. Benjolan teraba keras tapi tidak nyeri.
Penderita sering mengeluh nyeri saat haid (+), darah haid yang keluar
sangat banyak hingga harus ganti 3-4 kali pembalut setiap harinya, namun
masih dalam siklus haid, riwayat keluar darah diluar siklus haid (-), mual
(-), muntah (-), BAK dan BAB lancar tidak ada keluhan. Penderita sudah
pernah periksa ke dokter, dikatakan ada tumor pada rahimnya dan
disarankan untuk operasi. Namun penderita menolak karena takut
dioperasi.
1 bulan SMRS penderita mengeluh keluar kencing sedikit-sedikit,
terasa panas saat kencing, terasa seperti anyang-anyangan, hingga
kemudian penderita tidak bisa kencing, kencing tidak bisa keluar sama
sekali, riwayat kencing berwarna merah (-), riwayat kencing keluar batu
atau pasir (-). BAB lancar tidak ada keluahan. Kemudian penderita periksa
ke RSU Rembang dirawat selama 4 hari, dipasang selang kencing dan
ditransfusi 3 kolf, kemudian dirujuk ke RSDK.
2. Riwayat Haid
HPHT 12 Januari 2006
Menarche 13 tahun, teratur 7 hari
3. Riwayat menikah
Menikah 2 kali, dengan suami sekarang 7 tahun
4. Riwayat Obstetri
P1 A0, anak terkecil berusia 31 tahun
5. Riwayat KB
Tidak pernah memakai alat-alat kontrasepsi (KB)
6. Riwayat penyakit dahulu
seperti Belum pernah sakit ini sebelumnya
Riwayat trauma pada daerah pinggang (+), 2 tahun yang lalu penderita
pernah jatuh terpeleset, bagian pinggang terasa sakit diikuti penderita
sulit kencing, kencing terasa panas selama 5 hari, kemudian dipijit,
kencing lancar kembali.
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, ginjal, tumor
disangkal
7. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini
8. Riwayat sosial ekonomi
Penderita adalah seorang ibu rumah tangga, suami bekerja sebagai petani,
mempunyai 1 anak yang sudah mandiri dan berkeluarga. Biaya
pengobatan ditanggung Askes Gakin.
Kesan : sosial ekonomi kurang
B. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 26 Februari 2006 pukul 13.30
1. Status Internus
Keadaan umum : baik, kesadaran kompos mentis, gizi cukup
Tanda vital : Tensi : 110/70 mmHg RR : 20x/menit
Nadi : 84x/menit Suhu : 37 oC
Kepala : Mesocephal, turgor dahi cukup
Mata : konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : discharge -/-
Hidung : discharge -/-
Mulut : bibir sianosis -/-
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis -/-
Leher : simetris, pembesaran nnll -/-
Toraks :
Pulmo : I : simetris statis dinamis
Pa : stem fremitus kanan = kiri
Pe : sonor seluruh lapangan paru
Au : suara dasar vesikuler, suara tambahan -/-
Cor : I : ictus cordis tak tampak, pulsasi parasternal (-)
Pa : ictus cordis teraba di SIC V 2cm medial LMC sinistra
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Bunyi jantung I-II murni, bising (-), gallop (-)
Abdomen : I : Datar, venektasi (-)
Au : Bising usus (+) normal
Pe : Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : Hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Superior inferior
Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Cap refill <2” <2”
Suara dasar vesikuler
2. Status Ginekologi
Vaginal Toucher : Fluksus (-), fluor (-)
Vulva/uretra/vagina : tidak ada kelainan
Portio : sebesar jempol tangan dewasa
OUE : tertutup
Corpus uteri : sebesar telur angsa
Anteroposterior : tak ada kelainan
Cavum Douglas : tak ada kelainan
Sondase : 10 cm antefleksi
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium darah
Hb : 9,9 gr/dl Na : 142 mmol/l
Ht : 31,6% K : 4,0 mmol/l
Leukosit : 61.000/mm3 Cl : 111 mmol/l
Trombosit : 451.000/mm3 SGOT : 48
MCH : 21,2 pg SGPT : 38
MCV : 67,7 fl
MCHC : 31,3 g/dl
GDS : 97
Ureum : 26
Creatinin : 6,56
EKG : Normosinus rithm
2. USG traktus urinarius (23 Februari 2006)
Ginjal kanan : bentuk dan ukuran normal, batas kortiko medulare
baik, tak tampak penipisan, ekhogenisitas normal.
Tak tampak batu, pielokaliks tak melebar
Ginjal kanan : bentuk dan ukuran normal, batas kortiko medulare
baik, tak tampak penipisan, ekhogenisitas normal.
Tak tampak batu, pielokaliks tak melebar
Ureter kanan : tak melebar
Ureter kiri : tak melebar
Vesika urinaria : dinding tak menebal, permukaan reguler, tak tampak
batu, tampak balon kateter di dalamnya. VU terdesak
oleh massa.
Uterus : Membesar, tampak massa pada uterus
Kesan : Tak tampak kelainan pada sonografi kedua ginjal dan
vesika urinaria
Massa pada uterus
3. Pielografi intravena (IVP)
FPA : Tidak tampak batu opak dan kalsifikasi pada cavum
abdomen dan cavum pelvis
Tampak gambaran udara usus pada cavum abdomen
normal
Tampak gambaran “ground glass appearance” pada
cavum pelvis
Ginjal kanan : bentuk, letak dan ukuran normal
fase nefrogram dan ekskresi kontras sudah tampak
pada menit ke 5
kaliks minor clubbing, kaliks mayor dan pelvis renalis
melebar
Ginjal kiri : Bentuk, letak dan ukuran normal
Fase nefrogram dan ekskresi kontras sudah tampak
pada menit ke-5
Kaliks minor blunting, kaliks mayor dan pelvis renalis
tidak melebar
Ureter kanan : bagian proksimal tampak melebar dan kinking
Ureter kiri : tidak melebar, tak tampak bendungan
Vesika urinaria : Tampak indentasi VU dari kranial ke lateral kir,
dinding rata, tak tampak additional shadow dan filling
defect
Post mictio : masih banyak sisa urin
Kesan : Hidronefrosis dupleks (kanan grade III, kiri grade I)
Massa pada cavum pelvis yang mendesak VU ke
lateral kiri.
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Mioma uteri
2. Hidronefrosis dupleks
V. INITIAL PLANS
Assessment : Mioma uteri dengan hidronefrosis dupleks
Dx : S : -
O : - MCU
- Biopsi PA
Rx : Histerektomi total
Mx : Keadaan umum, tanda vital
Ex : Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
yang diderita dan pengelolaannya
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang wanita umur 50 tahun datang dengan keluhan tidak bisa kencing
(rujukan RSU Rembang dengan retensio urin dan mioma uteri). 1 tahun yang lalu
penderita mengeluh ada benjolan di perut bagian bawah sebesar bola pingpong, yang
semakin lama semakin membesar hingga sebesar telur angsa. Benjolan teraba keras
dan tidak nyeri. Penderita sering mengeluh nyeri saat haid, darah haid dirasakan lebih
banyak dari biasanya hingga beberapa kali harus ganti pembalut, tidak ada riwayat
keluar darah diluar siklus haid. 1 bulan SMRS penderita mulai mengeluh keluar
kencing sedikit-sedikit, terasa panas saat kencing, sampai akhirnya penderita tidak
bisa kencing, BAB lancar tidak ada keluhan. Kemudian penderita berobat ke RSU
Rembang dirawat selama 4 hari, dipasang selang kencing dan transfusi 3 kolf
kemudian dirujuk ke RSDK.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, status internus dalam batas normal, status
ginekologi pada VT didapatkan uterus membesar sebesar telur angsa, dan pada
sondase didapatkan 10 cm antefleksi. Fluksus (-), fluor (-).