Hizb mengartikan Iman berbeda dengan pengertian para ‘ulama padaumumnya.
Iman menurut Hizb:
التصديق اجلازم املطابق للواقع عن دليل“Pembenaran yang bersifat pasti yang sesuai dengan fakta berdasarkansuatu bukti”
Iman menurut ‘ulama pada umumnya:
بالقلب واالقرار باللسان والعمل باجلوارحالتصديق“Pembenaran dengan hati, pernyataan dengan lisan, dan perbuatandengan anggota tubuh.”
Pengertian Iman oleh Hizb adalah pengertian Iman sesungguhnya
secara bahasa dan realita, sedangkan pengertian Iman oleh ‘Ulama
pada umumnya adalah Iman yang kaitannya dengan perbuatan
seorang hamba.
Ungkapan al-qaul bi-l-lisaan dan al-’amal bi-l-jawaarih semata-mata
menandakan kesempurnaan Iman, bukan iman itu sendiri. Hal ini
karena keimanan yang benar akan meniscayakan ‘amal.
Contoh dalil bahwa iman adalah murni amalan batin:
تىت ييكي ف أرن رب إب راهيم قال وإذ :تعاىلقال من أول قال ال مو ب لىقال ت ؤ [260/البقرة]ق ل ب ليط مئن ولكن
ج ف له صالاوعمل آمن من وأم ا:تعاىلقال ن زا [88/الكهف]..ال س ماتد ال من ون ق و م بالل ي ؤ كان واولو س وله ور الل حاد من ي وادون خر ال وال ي و
ه م ه م أو آبا وان ه م أو أب نا ميان ل وبم ق ف كتب أ ولئك ريت ه م عش أو إخ ال [22/اجملادلة]من ه بر وح وأي ده م
ورسلهوكتبهومالئكتهباهللتؤمنأنقالالميانعنفأخربن(جربيل)قال[مسلمرواه]وشرهخريهبالقدروتؤمنالخرواليوم
Contoh dalil iman dengan konsekwensinya berupa amalan zhahir:
حيبماهألخيحيبحىتأحدكميؤمنالوسلمعليههللاصلىالنبقال[البخاريرواه]لنفسه
يشربوالمؤمنوهويزنحنيالزانيزنالوسلمعليههللاصلىالنبقالرواه]نمؤموهويسرقحنيالسارقيسرقوالمؤمنوهويشرباحنياخلمر
[البخارييؤذفالالخرواليومباهلليؤمنكانمنوسلمعليههللاصلىهللارسولقال
واليومباهللؤمنيكانومنضيفهفليكرمالخرواليومباهلليؤمنكانومنجاره[البخاريرواه]ليصمتأوخريافليقلالخر
،ستداللواالالنظربعدللقلبالاصلالعلمهوواليقني:البخاريقالبالميانبالقلطمأنينةويوجبالريبينفيحىتالتصديققوةفيوجبالشعبقالاوكذ.كلهالميانمسعودابنجعلهوقد،بهوارتياحهوسكونه
.أيضا-Imam Al-Bukhoriy: “keyakinan adalah ilmu yang menancap di hatisetelah pengkajian dan pembuktian, maka ia meniscayakan kuatnyapembenaran sampai pada taraf menafikan keraguan danmeniscayakan ketentraman, ketenangan, dan kelegaan hati dengankeimanan tersebut. Ibnu Mas’ud menganggap keyakinan adalahkeimanan itu sendiri. Demikian pula dikatakan oleh Imam Asy-Sya’biy” [Ibn Rojab, Fathu-l-Baariy, jilid I hal. 13]
حيكمالذىؤمناملأنعلىواملتكلمنيوالفقهااحملدثنيمنالسنةأهلواتفقاالسالمدينلبهبقاعتقدمنااليكونالالنارىفخيلدوالالقبلةأهلمنبأنه
.بالشهادتنيونطقالشكوكمنخالياجازمااعتقادا"Ahli Sunnah dari kalangan ahli hadits, para fuqaha, dan ahli kalam,
telah sepakat bahwa seseorang mukmin yang dihukumi sebagai ahli
kiblat (muslim) dan tidak kekal di dalam neraka, hanyalah siapa-siapa
yang meyakini dienu-l-Islaam di dalamnya hatinya secara pasti tanpa
keraguan sedikitpun, dan ia mengucapkan dua kalimat syahadat.”
[An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid I hal. 149]
يكفروالبذنبالقبلةأهلمنأحديكفرالأنهالقأهلمذهبأنواعلمحكمضرورةاالسالمدينمنيعلمماجحدمنوأنوالبدعاالهواأهل
.وكفرهبردته“Ketahuilah, bahwa madzhab ‘ulama yang benar adalah bahwa
seorang ahlul kiblat tidak dihukumi kafir hanya dikarenakan suatu
dosa tertentu, dan tidak pula dihukumi kafir para pengikut hawa
nasfsu dan bid’ah.” [An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid I hal. 150]
Hizbut Tahrir menolak penggunaan Hadits Ahad dalam masalah
Akidah, maka karenanya Hizb dianggap mengingkari Siksa Kubur
dan pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, Kemunculan Imam
Mahdi dan Dajjal, Turunnya Nabi Isa as, Syafa’at Rasulullah saw,
dll., karena semuanya itu landasannya adalah hadits-hadits Ahad.
Karena itulah Hizbut Tahrir sama dengan Mu’tazilah
Hizbut Tahrir tidak menggunakan Hadits Ahad sebagai landasan
akidah, karena ia bersifat zhanniy (dugaan) tidak qath’iy (pasti).
Sementara memunculkan kayakinan tidak bisa kecuali hanya dengan
dalil yang bersifat qath’iy, yaitu Al-Qur’an dan Hadits Mutawatir.
Adapun terhadap Hadits Ahad yang shahih, jika terkait syari’at wajib
diamalkan, dan jika terkait keyakinan cukup dibenarkan.
Hal ini tidak sebagaimana Mu’tazilah yang menolak hadits Ahad
secara mutlak.
احملدثنيمندهمبعفمنوالتابعنيالصحابةمناملسلمنيمجاهريعليهفالذىيلزمعالشر حججمنحجةالثقةالواحدخربأناالصولوأصحابوالفقها
.العلميفيدوالالظنويفيدباالعمل“dan yang merupakan pendapat mayoritas kaum muslim dari
kalangan sahabat, tabi’ien dan siapa-siapa setelah mereka dari
kalangan ulama hadits, ulama fiqh, dan ulama ushul, bahwa khabar
ahad yang terpercaya (sahih) merupakan hujjah di antara hujjah-
hujjah syara’, wajib diamalkan, dan berfaedah Zhann (dugaan) tidak
berfaedah ‘ilm (yakin).” [An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid I hal.
131]
صحيحوأالبخارىصحيحىفالىتالحادأنإىلاحملدثنيبعضوذهبىفالهوابطالقولهذاقدمناوقدالحادمنغريهادونالعلمتفيدمسلم
...باطلةاجلمهورقولسوىكلهااألقاويلوهذهالفصول“Sebagian ‘ulama hadits berpendapat bahwa hadits ahad di dalam
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim berfaeah ‘ilm (yakin), tidak hadits
ahad selainnya. Dan kami telah menjelaskan pendapat ini dan
bantahannya di banyak fashal. Semua pendapat-pendapat ini selain
pendapat jumhur adalah batil (salah) …
مالعلحيصلوكيفللحسمكابرفهوالعلميوجبقالمنوأما....مأعلوهللا.إليهمتطرقذلكوغريوالكذبوالوهمالغلطواحتمال
… Adapun orang yang berpendapat bahwa hadits ahad
meniscayakan ‘ilm maka dia telah berpaling dari kenyataan.
Bagaimana bisa hadits ahad menghasilkan ‘ilm sementara
kemungkinan adanya penyimpangan, kealpaan, pemalsuan dan yang
lainnya ada padanya. Wallahu ‘alam.” [An-Nawawi, Syarah Shahih
Muslim, jilid I hal. 132]
Membedakan antara At-Tashdiiq (Pembenaran Saja/Bersifat Tidak Pasti) dan At-Tashdiiqu-l-Jaazim (Pembenaran yang Bersifat Pasti)
Misalnya anda membeli gula dari sebuah toko sebanyak 3 kg dan penjualmenimbang gula tersebut di hadapan mata kepala anda. Jika di perjalanan pulanganda ditanya berapa berat gula yang anda bawa? Tentunya anda akan langsungmenjawab 3 kg! Tapi jika ditanya lebih lanjut: beranikah anda bersumpah bahwagula tersebut benar-benar 3 kg, tidak lebih dan tidak kurang walau hanya 1 mgpun? Tentu anda tidak akan berani, karena timbangan penjual gula tadi berpeluangsalah, bisa jadi karena takarannya dikurangi, rusak, penjual yang lalai, atau yanglainnya. Pembenaran anda terhadap 3 kg di sini baru pembenaran saja yangtidak bersifat pasti.
Kecuali jika kemudian anda membuktikan berat gula tersebut dengan timbangan-timbangan lainnya hingga jumlah timbangan yang memustahilkan terjadi kesalahanbahwa berat gula tersebut benar-benar 3 kg persis, tidak kuarang dan tidak lebih.Maka pembenaran anda atas 3 kg yang terakhir inilah pembenaran yangbersifat pasti dan anda akan berani bersumpah atasnya!
Hizb dianggap telah mengkafirkan umat islam serta para pemimpin
mereka, lantaran Hizb menyebut negeri-negeri kaum muslim yang
ada saat ini dengan sebutan Daaru-l-Kufr (negara kufur), karena
tidak menerapkan sistem islam, yakni Khilafah Islamiyyah. Serta
menyebut kematian kaum muslimin saat ini dengan mati dalam
keadaan jahiliyah, di mana kondisi jahiliyyah identik dengan
kekufuran dan kemusyrikan.
Dalam pandangan Hizb, negeri-negeri kaum muslim saat ini adalah
daaru-l-kufr (negara kufur) karena tidak berhukum dengan hukum
Allah swt. Hal ini sesuai dengan pandangan jumhur ‘ulama, bahwa
negara yang tidak memberlakukan hukum Islam bukanlah daaru-l-
islaam (negara islam), melainkan daaru-l-kufr.
كامأحعليهاوجرتاملسلموننزهلااليتهيالسالمداراجلمهورقال.قهاالصوإنإسالمداريكنلالسالمأحكامعليهترلوما.السالم
.مكةبفتحإسالمدارتصرولجدامكةإىلقريبةالطائففهذه“Jumhur ‘ulama berkata: daaru-l-islaam adalah negara yang dihuni
oleh kaum muslim dan berlaku di dalamnya hukum-hukum Islam.
Setiap yang tidak berlaku di dalamnya hukum-hukum Islam, bukanlah
daaru-l-islaam meski ia berdekatan dengannya. Dan ini negeri Thaif,
sangat dekat dengan Mekah, tapi tidak secara otomatis menjadi
daaru-l-islaam dengan peristiwa Fathu Makkah.” (Ibn Qoyyim Al-
Jauziyyah, Ahkaamu Ahli-dz-Dzimmah, 2/728)
Akan tetapi, penyebutan terhadap suatu negeri dengan sebutan
daaru-l-kufr, tidak berarti menganggap semua penghuninya kafir.
Istilah daaru-l-kufr hanya menandakan bahwa negeri tersebut tidak
berhukum dengan hukum-hukum Islam. Demikian sebaliknya,
sebutan daaru-l-islaam tidak berarti menganggap semua
penghuninya muslim, karena daaru-l-islam pada faktanya juga dihuni
oleh non-muslim, baik berstatus sebagai kafir dzimmiy maupun kafir
musta-min.
Adapun penguasa yang tidak menerapkan hukum islam, Hizb
memandang: jika perbuatannya disertai keyakinan maka dia kafir,
jika tidak disertai keyakinan maka dia brdosa (zhaalim/faasiq).
حكممنلوجعهللا،رسولعلىهللاأنزلمباحيكمأنالسلطانهللاأمروقدرسوله،علىنزلأماصالحيةبعدمواعتقدبهاعتقدإنكافرا هللاأنزلمابغري
يعتقدهولبهحكمإنعاصيا وجعله“Allah swt telah memerintahkan penguasa untuk berhukum dengan
apa yang Allah swt turunkan atas Rasulullah saw, dan menjadikan
siapa-siapa yang berhukum dengan selain apa yang diturunkan Allah
swt sebagai kafir jika menyakininya, dan meyakini tidak adanya
kemaslahatan pada apa yang diturunkan atas Rasul-Nya, serta
menjadikannya bermaksiat jika berhukum dengannya (selain hukum
Allah swt) tanpa meyakininya.” [Syaikh Taqyuddin An-Nabhaaniy,
Muqaddimatu-d-Dustuur, hlm 6]
حيكمولبهرأقومنكفرفقدبهجاحدا هللاأنزلمباحيكملومنعكرمةوقال.أيضا عباسابنقولوهذافاسقظالفهوبه
“Berkata ‘Ikrimah ra: siapa-siapa yang tidak berhukum dengan apa
yang diturunkan Allah swt karena keingkaran terhadapnya maka dia
benar-benar telah kafir, dan siapa-siapa masih mengakuinya tapi tidak
mau berhukum dengannya maka dia zhalim lagi fasiq. Ini juga
perkataan (pendapat) Ibn ‘Abbas ra.” [Tafsiir Al-Khaazin, 2/289]
علىاجلاهليةأهلكموتاملوتحالةامليمبكسروهياجلاهليةبامليتةواملرادميوتنهأاملرادوليسذلكيعرفونالكانواألهنممطاعاماملهوليسضاللعاصياميوتبلكافرا
“Yang dimaksud dengan kematian jahiliyah [dengan mim dibaca
kasroh] adalah keadaan kematiannya seperti kematian masyarakat
jahiliyyah di atas kesesatan dan tidak memiliki seorang pemimpin
yang ditaati, karena mereka belum mengenal hal tersebut. Bukan
dimaksudkan mati dalam keadaan kafir, melainkan mati dalam
keadaan bermaksiat.” [Ibn Hajar, Fathu-l-baariy, 13/7]
بذاتداللاالسووجه،جاهليةميتةماتفقدبيعةعنقهفوليسماتومنخلليفةعةبيعنقهفتكونأنمسلمكلعلىأوجبالرسولأنهوالديث
اخلليفةمسلمكليبايعأنيوجبول“… Aspek argumentatif dari hadits ini adalah bahwa Rasulullah saw
mewajibkan atas setiap muslim untuk mengadakan di lehernya bai’at
untuk seorang khalifah, dan tidak mewajibkan agar setiap muslim
membai’at khalifah.” [Taqyuddiin An-Nabhaaniy, Muqaddimatu-d-Dustuur,
100]
Hizb dianggap menafikan Qadar, sehingga tidak ada bedanya
dengan mu’tazilah
Hizb menyalahkan pemahaman Ahlus Sunnah dalam bab Qadha
dan Qadar dan menyamakannya dengan Jabriyyah
Firoq Konsep al-iraadah & khalqu-l-af’aal Konsep tawalludu-l-af’aal
QadariyahManusia punya kebebasan berkehendak dan
menciptakan perbuatannya sendiri
Manusia yang menciptakan
tawalludu-l-af’aal
JabariyahManusia terikat dengan kehendak Allah swt
dan perbuatannya ciptaan Allah
Allah yang menciptakan
tawalludu-l-af’aal
Ahlu Sunnah
(Asy’ariyyah)
Manusia memiliki kasb ikhtiyari tapi terikat
dengan kehendak Allah dan perbuatannya
ciptaan Allah
Allah yang menciptakan
tawalludu-l-af’aal
Hizb
Perbuatan yang bersifat pilihan terjadi atas
kehendak manusia dengan wasilah khashiyyat
benda dan hukum kausalitas ciptaan Allah
Tawalludu-l-af’aal timbul dari
khashiyat benda yang
dikenai perbuatan manusia
Hizb mengimani Qadar yang berarti ketetapan Allah terhadap benda-benda dan ‘ilmu-
Nya yang tertulis di Lauhi-l-Mahfuuzh:
ذلك،فختوضوافاللألشياوتقديرههللاعلمذ كرإذاأي(فأم سك واالقدر ذ كر إذا)وكونعلمها،أنهيعينوهذااحملفوظاللوحفكتبهاأنهيعينهللامناألشياتقديركونألنباالميانجيباليتهللاصفاتمنهوباعاملا هللا
(Hadits Nabi): “Jika dituturkan (tentang) Qadar maka diamlah” yakni jika disebut ilmu
Allah dan ketetapannya atas benda-benda maka jangan larut dalam
membicarakannya, karena ketetapan atas benda-benda oleh Allah yaitu bahwa Dia
telah menulisnya di Lauhu-l-Mahfuuzh, ini berarti Dia mengetahuinya. Dan
kemahatahuan Allah terhadapnya adalah diantara sifat-sifat Allah yang wajib diimani.
[Taqyuddin, Asy-Syakhshiyyatu-l-Islaamiyyah, 1/78]
Tidak sebagaimana disangkakan bahwa Hizb sama dengan Mu’tazilah, karena
mu’tazilah mengingkari Qadar secara mutlak.
yang beranggapan bahwa Al-Asy’ariyyah termasuk Jabariyyah dalam
bab ini, bukan hanya Syaikh Taqyuddin. Berikut berkata Imam Al-Aiji:
متوسطةاجلربيةو .هللاإىلالعبدفعلإسنادواجلرب...اجلربيةالسادسةالفرقةجهمأصحابوهمةكاجلهميتثبتهوالوخالصة.كاألشعريةكسباللعبدتثبت
صفوانبنKelompok ke-Enam, Al-Jabriyyah … Al-Jabr (paksaan) adalah
menisbatkan perbuatan hamba kepada Allah swt. Al-Jabriyyah ada
yang pertengahan, yaitu menetapkan adanya usaha pada diri hamba,
seperti kelompok Asy’ariyyah. Dan ada yang murni, yang tidak
menetapkan itu tadi, seperti kelompok Jahmiyyah, mereka adalahpengikut Jahm bin Shafwaan. [al-Iji, Al-Mawaaqif, 3/712]
Hizb dianggap membolehkan laki-laki dan wanita yang bukan
suami-isteri dan bukan mahramnya untuk saling berciuman.
Anggapan tersebut tidak benar dan bertentangan dengan apa yang
diadobsi oleh Hizb itu sendiri. Hizb mengatakan:
تريدها هي فقبلة الرجل المرأة أجنبية يريدها ، فقبلة املرأة لرجل أجنب... ...قبلة حمرمة ،
“Ciuman seorang laki-laki terhadap wanita asing yang diinginkannya,
atau sebaliknya, adalah ciuman yang diharamkan. …” [Taqyuddin An-
Nabhaniy, An-Nizhaamu-l-Ijtimaa’iy fi-l-islaam, 55]
Hizb dianggap membolehkan laki-laki dan wanita yang bukan
suami-isteri dan bukan mahramnya untuk berjabat tangan,
sehingga siapa pun boleh menjabat tangan siapa saja dari
kalangan wanita yang bukan mahramnya.
Hizb memang mengadopsi pendapat yang menganggap berjabat
tangan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram adalah
mubah (boleh), tapi dengan syarat: tidak disertai syahwat dan aman
dari fitnah.
Kebolehan ini berdasarkan hadits:
اعلىأخذ وسل م علي ه الل صل ىالل رس ول أن عطي ة أ م عن أخذ فيمالن سان ال أن رأة ف قالت ي ن ح رأة إن الل رس ول ياام عدت ين ام هاأفال أس عد أ س
.ي بايع هاف لم يده وسل م علي ه الل ىصل الل رس ول وق بض يدهاف قبضت Dari Ummu ‘Athiyyah, bahwa Rasulullah saw mengambil bai’at atas
kaum wanita untuk tidak melakukan niyaahah (meratapi mayat),
berkata seorang wanita: wahai Rasulullah, sesungguhnya ada
seorang wanita dulu menyertaiku ber-niyahah, tidakkah aku boleh
membalasnya, maka ia menarik tangannya, Rasulullah pun juga
menarik tangannya dan beliau tidak jadi membai’atnya. [HR. Ahmad –
Sahih]
Memperkuat:
: دها فقال فنظر إىل ي. يا نب هللا ، بايعين : عن هند بنت عتبة قالت . ال أبايعك حىت تغريي كفيك كأهنما كفا سب ع
Dari Hindun binti ‘Utbah berkata: wahai Rasulullah saw, bai’atlah aku.
Rasulullah saw melihat ke arah tangan Hindun, kemudian bersabda:
“aku tidak mau membai’atmu sebelum kamu merubah kedua telapak
tanganmu (dengan pacar), kedua telapak tangan itu seperti kedua
telapak tangan binatang buas (seperti tangan laki-laki)”. [HR. Abu
Dawud – Hasan]
Aspek argumentatif: jika bai’at terhadap wanita cukup dengan isyarat
atau ucapan, maka tidak perlu Nabi saw memerintahkan Hindun berpacar.
فالصمتهلعبهخمصوصهذاقيل...الرضوانبيعةفالنسايصافحكان.الفتنةأمنلعدماجنبيةمصافحةلغريهجيوز
“Adalah (Rasulullah saw) beliau menjabat tangan wanita pada saat bai’at
ridhwan … ada yang mengatakan ini dikhususkan bagi Rasulullah saw
saja karena kema’shumannya maka tidak boleh bagi selain beliau untuk
menjabat tangan wanita asing dikarenakan tidak ada jaminan aman dari
fitnah.” [Al-Haafizh Al-Manawi, At-Taisiir bi-syarhi-l-jaami’ish-shaghiir, 2/538]
Di situ Al-Haafizh Al-Manawi menuliskan apa adanya bahwa Nabi saw
benar-benar bejabat tangan dengan wanita saat bai’at, hanya saja jika itu
merupakan kekhususan bagi Beliau maka harus ada qariinah (indikasi)
yang menunjukkan hal tersebut.
لكن.«لنسااأصافحالإن»وسلمعليههللاصل ىلقولهاملرأةمصافحةوترمالنعدامدهايومستشتهىالاليتالعجوزمصافحةأجازواالشافعيةغرياجلمهور
وجوزهحملرم،حىتأيضا وشددالنسا،مصافحةأمحدكره:النابلةقال،الفتنةخوفكانتولومطلقا،للمرأةوالنظراملسالشافعيةوحرم.شوهاعجوزيدوأخذلوالد،.املباشراملسمينعحبائلاملصافحةتوز.عجوزا املرأة
“Diharamkan menjabat tangan wanita berdasarkan sabda Nabi saw:“sesungguhnya aku tidak menjabat tangan wanita”, akan tetapi mayoritas ‘ulamaselain syafi’iyyah membolehkan berjabat tangan dan menyentuh tangan wanitatua yang tidak menimbulkan syahwat, karena tidak ditakutkan akan timbul fitnah.Berkata ‘ulama hanabilah: Imam Ahmad bin Hambal memakruhkan berjabattangan dengan wanita, bahkan terhadap mahram, dan membolehkannya terhadaporang tua, dan menyentuh tangan wanita tua yang buruk rupa. Ulama syafi’iyyahmengharamkan menyentuh dan melihat wanita secara mutlak, meskipun wanitayang sudah tua, berjabat tangan boleh dengan menggunakan pelapis yangmencegah dari bersentuhan secara langsung.” [Wahbah Zuhaili, Al-fiqhu-l-islaamiywa adillatuhu, 4/206]
Hizb dianggap memberontak terhadap penguasa yang sah, padahal
hal tersebut tidak dibenarkan dalam Islam
Pemberontakan yang dilarang dalam Islam adalah pemberontakan
terhadap penguasa kaum muslim atau khalifah yang berhukum
dengan syari’at Islam.
Adapun terhadap pengauasa kaum muslim yang mencampakkan
syari’at Islam di tengah-tengah perjalanan kekuasaannya maka harus
diperangi. Dan terhadap penguasa negara sekular yang tidak
berhukum dengan syari’at Islam sejak awal kekuasaannya maka harus
berlepas diri darinya, disertai perjuangan untuk mengembalikan
kehidupan islami.
ويصلونحيبونكمو تبوهنمالذينأئمتكمخيار:وسلمعليههللاصلىهللارسولقالتلعنوهنمو يبغضونكمتبغضوهنمالذينأئمتكموشرارعليهموتصلونعليكم
الصالةفيكمامواأقماال:فقالبالسيف؟ننابذهمأفالهللارسولياقيل،ويلعنونكمرواه]اعةطمنيداتنزعواوالعملهفاكرهواتكرهونهشيئاوالتكممنرأيتموإذا
[مسلمLafazh aimmatikum (imam-imam kalian) di situ menunjukkan para khalifah,karena merekalah pemimpin kaum muslim (yang dimaksud “kalian” olehNabi saw di hadits itu adalah kaum muslim). Sedangkan para pemimpinselain negara Khilafah tidak bisa disebut atau diklaim sebagai pemimpinkaum muslim.
Alasan “selama dia masih mendirikan shalat” menunjukkan bahwa sistemyang dimaksud Rasulullah saw adalah sistem Islam, karena mengharuskanpemimpinnya muslim ditandai dengan “mendirikan shalat”.
كلعنناهيالخري،كلعلىاملشتملاحملكمهللاحكمعنخرجمنعلىتعاىلينكربالالرجالوضعهااليتواالصطالحات،واألهواالرامنسواهماإىلوعدلشر
إىليرجعحىتقتالهجيبكافرفهومنهمذلكفعلومن...هللاشريعةمنمستندكثريوالقليلفبسواهحيكمفالورسوله،هللاحكم
“Allah mengingkari siapa-siapa (penguasa) yang tidak menerapkan hukum Allah
swt yang jelas, konprehensif meliputi segala kebaikan dan mencegah dari segala
keburukan, serta berpaling kepada selainnya yang berupa pendapat, hawa
nafsu, dan istilah-istilah yang ditetapkan oleh manusia tanpa bersandar kepada
syari'at Allah ... siapa-siapa dari mereka melakukan hal tersebut maka ia telah
kafir wajib diperangi hingga kembali menerapkah hukum Allah dan Rasul-Nya,
maka tidak boleh berhukum kepada selain hukum Allah, baik sedikit maupun
banyak” [Ibnu Katsir, Tafsiru-l-Qur-aani-l-’Azhiim, 3/131]
عنارجونخفهؤال؛بغريهوحكمبهحيكمولهللاشرعمنهمعطلمنوأمامناليتمامةالمقاصدضيعواألهنم؛الناسعلىهلمطاعةفالاملسلمنيطاعةاخلروجوعدموالطاعةالسمعواستحقوان صبواأجلها
“... Sedangkan siapa-siapa dari mereka (penguasa) yang
memberhentikan syari'at Allah swt, tidak berhukum dengannya dan
berhukum dengan selainnya, maka mereka itu keluar dari (tidak layak)
mendapat ketaatan kaum muslim, maka tidak ada kewajiban bagi
kaum muslimin menaati mereka, karena mereka telah menghilangkan
tujuan imamah (menerapkan syari'at Allah), dimana untuk itulah
mereka diangkat serta diberikan ketaatan dan kepatuhan, dan tidak
boleh memberontak (terhadap mereka).” [Al-Atsariy, ‘Aqiidatu-s-Salafi-
sh-Shaalih Ahli-s-Sunnah wa-l-Jamaa’ah, 132]
Jika kaum muslim tidak lagi memiliki pemimpin (khalifah), maka
solusinya berlepas diri dari pemimpin-pemimpin yang menyeru pada
kesesatan, selain tentunya mendakwahkan islam semampunya.
اخلريعنسلمو عليههللاصلىهللارسوليسألونالناسكانيقولاليمانبنحذيفةعنفجاناوشريةجاهلفكناإناهللارسوليافقلتيدركينأنخمافةالشرعنأسألهوكنت
قالخريمنرالشذلكبعدوهلقلتنعمقالشرمناخلريهذابعدفهلاخلريبذاهللافهلقلتروتنكمنهمتعرفهدييبغرييهدونقومقالدخنهوماقلتدخنوفيهنعمقلتفيهاقذفوهإليهاأجابممنجهنمأبوابعلىدعاةنعمقالشرمناخلريذلكبعد
أدركينإنأمرنتفماقلتبألسنتناويتكلمونجلدتنامنهمقاللناصفهمهللارسوليافاعتزلقالإماموالمجاعةهلميكنلفإنقلتوإمامهماملسلمنيمجاعةتلزمقالذلك.كذلعلىوأنتاملوتيدرككحىتشجرةبأصلتعضأنولوكلهاالفرقتلك
Dari Hudzaifah bin Yaman berkata, orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw tentang
kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir akan
menimpaku, maka aku katakan: wahai Rasulullah saw, kami dahulu berada dalam masa
jahiliyyah dan keburukan, kemudian Allah swt datangkan kebaikan ini (Islam), lalu apakah
setelah kebaikan ini ada keburukan? beliau berkata: Ya. aku berkata: dan apakah setelah
keburukan tesebut ada kebaikan lagi? beliau berkata: Ya, dan di masa itu ada asap (bertanda
polusi). aku bertanya: apa asapnya? beliau menjawab: kaum yang memberi petunjuk dengan
selain petunjukku, kamu mengenali di antara mereka dan mengingkarinya. aku bertanya: apakah
setelah kebaikan itu ada keburukan? beliau menjawab: Ya, para pendakwah di depan pintu-pintu
neraka jahannam, siapa yang memenuhi seruan mereka maka mereka akan melemparkannya
kedalamnya (neraka). aku bertanya: gambarkanlah (tentang mereka) kepada kami wahai
Rasulullah saw. Beliau berkata: mereka adalah dari kalangan bangsa kita, berkata-kata dengan
bahasa kita pula. aku bertanya: lalu apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku di masa
itu? beliau bersabda: berpegang teguhlah terhadap jama'ah kaum muslimin dan imam mereka
(khalifah). aku berkata: bagaimana jika mereka tidak lagi memiliki jama'ah dan imam? beliau
berkata: maka jauhilah kelompok-kelompok (yang menyeru kepada kesesatan) tersebut
seluruhnya, sekalipun kamu harus menggigit akar pohon hingga kematian menjumpaimu
sedangkan kamu dalam kondisi seperti itu. [HR. Al-Bukhori]
Hizb dianggap tidak mewajibkan jihad sebelum berdiri Khilafah
Hizb dianggap tidak akan bisa menegakkan khilafah tanpa
menggunakan jihad
Hizb berpendapat bahwa jihad baik yang bersifat offensive maupunketika musuh datang menyerang adalah wajib. Disebutkan di dalamkitab Asy-Syakhshiyyatu-l-Islaamiyyah jilid II sebagai berikut:
،امجهمهمنعلىالعدوهجمإنعنيوفرض،ابتداكفايةفرضواجلهاد.غريهمعلىكفايةوفرض
“Jihad (hukumnya) fardhu kifayah jika bersifat offensive, dan fardhu‘ain atas mereka yang diserang musuh dan fardhu kifayah atas selainmereka yang diserang musuh.” [Taqyuddin An-Nabhaaniy, Asy-Syakhshiyyatu-l-Islamiyyah, 2/151]
Kewajiban berjihad berleku terus hingga hari kiamat tiba. Dalam kitab
Muqaddimatu-d-Dustur, Syaikh Taqyuddin mengutip hadits berikut:
يقاتلأنإىلهللابعثنمنذماض واجلهاد...:وسلمعليههللاصلىالنبقال...عادلعدلوالجائرجوريبطلهالالدجالأمىتآخر
Rasulullah saw bersabda: “… (kewajiban) jihad berlaku sejak Allah
swt mengutusku sampai umatku yang terakhir memerangi Dajjal,
kezhaliman dan keadilan seseorang (peguasa) tidak bisa
menggugurkannya, ...” [HR. Abu Dawud dan Al-Baihaqi]
Akan tetapi dalam penerapannya, baik menurut ketentuan syara’
maupun secara faktual, jihad yang bersifat offensive tidak bisa
dilakukan tanpa keberadaan khalifah. Jihad yang saat ini bisa
dilakukan baru jihad yang berisfat diffesive, yaitu ketika musuh
datang menyerang negeri-negeri kaum muslim.
Sedangkan perkara Hizb tidak mendirikan khilafah dengan jihad, itu
dikarenakan jihad bukanlah metode yang dicontohkan Nabi saw
untuk mendirikan suatu negara. Metode yang beliau contohkan
adalah thalabu-n-nushrah, bukan jihad.