SENSASI INDRA PADA MANUSIA
LAPORAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Anatomi dan Fisiologi Manusia yang dibina oleh Dra. Hj. Annie Istanti, M. Kes dan Nuning
Wulandari, S. Si, M. Si
Oleh :
Nadidah Safitri 110341421516
Offering B, S1 Pendidikan Biologi 2011
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Oktober 2013
A. Topik
Sensasi indra pada manusia
B. Hari dan Tanggal
Rabu, 23 Oktober 2013
C. Tujuan
Mangetahui adanya berbagai macam sensasi indra umum dan indra khusus
D. Dasar Teori
a. Sensasi Indra pada Manusia
Sensasi merupakan interpretasi otak terhadap impuls yang datang kepadanya
dari syaraf sensorik (Soewolo, 1999:122). Sensasi indra pada manusia diekspresikan
dan dikendalikan oleh pusat sensori dari tubuh secara konstan atau tetap. Sensasi yang
ada sangat diperlukan untuk menanggapi atau merespon rangsangan yang ada
dilingkungan. 4 syaraf yang dapat dan diperlukan agar sensasi terjadi antara lain:
1. Harus ada rangsangan atau stimulus lingkungan.
2. Organ pengindra harus dapat menerima rangsang (peka terhadap rangsang) yang
kemudian mengubahnya menjadi impuls syaraf.
3. Impuls yang datang harus dihantarkan sepanjang jalur syaraf dari sensori ke
otak.
4. Bagian otak yang menerima impuls harus menterjemahkan impuls menjadi
sensasi.
Sensasi setiap syaraf dalam suatu jaringan atau organ berbeda-beda tergantung pada
tempat (letak) dan kepekaan indra dalam menerima rangsangan yang ada.
Reseptor sensori (indra) mempunyai struktur yang sederhana berupa dendrit dan
sebuah neuron tunggal atau sebuah organ kompleks misalnya mata yang berisi neuron
khusus, epitelium dan jaringan ikat. Semua neuron sensori berisi dendrit yang
menampilkan derajat eksitabilitas tinggi dengan stimulus threshold rendah (Soewolo,
dkk: 103). Rangsangan intensif yang ditangkap oleh setiap macam reseptor pada
masing-masing indra sesungguhnya bersifat khusus dan diinterpretasikan secara
khusus pula. Akan tetapi pada beberapa tempat, dapat menerima rangsang, misalnya
pada Nervus optikus dengan rangsangan berupa cahaya, cahaya ini dapat dirangsang
dengan tekanan tiba-tiba dan akan diinterpretasikan sebagai cahaya. Pada umumnya
rangsang rangsang akan diteruskan (berkesan) apabila intensitas bertambah (Kentyana
ningsih, 1989: 181). Apabila intensitasnya tetap akan menimbulkan adaptasi. Adaptasi
tidak akan muncul pada sensasi berupa rasa sakit, hal ini disebabkan karena rasa sakit
tidak hanya dapat ditimbulkan karena tusukan atau tekanan berat, tetapi dapat pula
ditimbulkan dari rangsangan apa saja dengan intensitas yang melampaui batas
(Kentyana ningsih, 1989: 181).
Berdasarkan pada sederhana atau kompleksnya reseptor dan jlaur syaraf,
reseptor sensori dikelompokkan menjadi:
1. Indra umum, meliputi reseptor dan jalur sederhana, sensasi taktil (sentuhan,
tekanan, vibrasi), sensasi termoreseptif (panas dan dingin), sensasi sakit, sensasi
proprioreseptor.
2. Indra khusus, meliputi sensasi olfaktori (pembau), sensasi gustatori (pengecap),
sensasi visual (penglihatan), sensasi auditori (pendengaran), dan sensasi
equilibrium (orientasi tubuh). Soewolo dkk, 2000:103)
E. Alat dan Bahan
Alat:
Penggaris
Timer
Pensil
Ijuk
Jarum Pentul
Tabung reaksi
Bahan:
Kapas
Kertas manila
Air
Gula pasir
Garam
Kina
Wortel
Kentang
Bawang merah
Apel
F. Cara Kerja
Sensasi Indra pada Manusia
1) Sensasi Indra pada Manusia
1. Uji Pembedaan Dua TitikPengamat menyentuhkan dua ujung jarum pentul pada ujung jari
subyek dari jarak terpendek
Subyek menunjukkan bila merasakan sentuhan 2 ujung jarum atau hanya 1
Mencatat jarak terpendek kedua ujung jarum dapat dirasakan subyek
Mengulangi untuk daerah sisi hidung, punggung lengan, dan belakang leher
2. Menentukan Reseptor SentuhMembuat petak 2,5 cm pada punggung lengan dan membagi menjadi
25 petak
Subyek menutup mata, pengamat menekankan ijuk pada petak-petak sampai ijuk bengkok
Subyek memberi tahu bila mengalami sensasi sentuhan
3. Menentukan reseptor sakitMembuat petak 2,5 cm pada lengan bawah yang sebelumnya
digunakan uji sentuhan
Mengompres selama lima menit dengan kapas yang direndam air
Meletakkan ujung jarum pada permukaan kulitMenekan secukupnya sampai menghasilkan sensasi sakit
(bedakan sensasi sakit dan sentuhan. Apakah area untuk sentuhan & sakit identik?)
4. Menetukan ProprioseptorMenulis Huruf X dengan menghadap papan tulis
Membiarkan pada huruf X untuk beberapa saat
Menutup mata dan mengangkat tangan di atas kepala
Membuat titik sedekat mungkin dengan huruf X
Mengulangi tiga kali dan mencatat hasil dengan mengukur jarak titik dari X
Menutup mata, menunjuk jari tengah tangan kiri dengan telunjuk tangan kanan
Menutup mata, merentangkan tangan kanan sejauh mungkin di belakang tubuh
Membawa jari telunjuk ke ujung hidungnya dengan cepat
5. Bintik ButaMembuat gambar X dan O berjarak 6 cm pada kertas manila
Memegang kertas tersebut 50 cm di depan mata, dgn tanda X lurus mata kanan
Melihat kedua gambar dengan menutup mata kiri
Mendekatkan kertas secara perlahan, mata kanan tetap pada X
Pada jarak tertentu tanda O menghilang dari pandanganMencatat hasilnya
6. Proyeksi BinokulerMembuat dua lubang pada karton dgn jarak yg sama dgn jarak
kedua pupil
Memegang karton 30 cm di depan mata dengan latar belakang cahaya terang
Memandang kedua lubang
Mendekatkan karton secara perlahan sampai pada jarak tertentu nampak satu lubang
Menutup salah satu mataMengamati yang terjadi dan mencatat hasilnya
7. Penglihatan BinokulerSubyek menutup mata sambil memegang sebatang pensil
Pengamat memegang tabung reaksi vertical dengan lubang di atas
Subyek memasukkan pensil ke dalam tabung reaksiMengamati hasilnya
Mengulangi percobaan dengan pengamat memindahkan letak tabung reaksi dan mengamati hasilnya
Mengulangi sepuluh kali percobaan
8. Dominansi MataMemandang sebuah obyek pandang yang jauh
Meletakkan sebuah pensil antara obyek pandang dengan mata sehingga mata, pensil dan obyek pandang berada pada satu
garis lurus
Menutup mata kiri, mencatat apa yang nampak
Menutup mata kanan, membuka mata kiri, mencatat yang nampak
9. Adaptasi OlfaktoriMenutup mata dan satu nostril dengan kapas Memegang sebotol minyak cengkeh dibawah nostril yang terbuka
Bernafas dengan satu nostril, udara dkeluarkan melewati mulut
Mencatat waktu yang diperlukan hingga aroma hilang dari penciuman
Ulangi dengan nostril yang lain
10. Reseptor Gutatori (Pengecap)Mengeringkan lidah dengan kain
Meletakkan butiran gula pada ujung lidah
Apabila terasa manis pengamat mengangkat tanganMencatat waktunya
Mengulanginya dengan tetesan gula
Mencatat waktunya
Membersihkan lidah
Perlakuan diulang dengan kina dan garam dapur
Perlakuan menggunakan nutrisari pada ujung dan sisi lidah
11. Pengecap dan PembauSubyek mengeringkan lidah, menutup mata & menjepit kedua
hidung kedua nostril tertutup
Meletakkan potongan wortel, bawang, kentang, dan apel satu persatu pada lidah
Subyek diminta mengenali setiap potongan tadi berturut-turut dengan segera mengunyah dengan sebelum dan sesudah
membuka nostril
12. Ketajaman pendengaran Menutup mata&lubang telinga dengan kapas
Mendekatkan timer pada telinga yang terbuka
Menjauhkan timer perlahan
Mengukur jarak terjauh bunyi terdengarMencatat hasilnya meletakkan timer 2m dari telinga
Mendekatkan timer perlahan
Mengukur jarak terjauh bunyi terdengarMencatat hasilnya
13. Penghantaran SuaraMenggetarkan garpu tala dan meletakkanya pada kepala atau
diantara dua gigi atas bawah
Mencatat sumber suara
Menutup 1 telinga
Mencatat sumber suara
Menutup 2 telinga
Mencatat sumber suara
Meletakkan garpu tala bergetar diatas kepala jika sudah tak terdengar garputala di pindahkan ke dekat telinga
Mencatat hasilnya
14. Kelelahan PendengaranMeletakkan garpu tala yang bergetar dekat telinga kiri
Jika sudah tak terdengar suara jauhkan dari telinga
Dekatkan kembali ke telinga kiri setelah beberapa detik
Mencatat hasilnya
Jika sudah tak terdengar suara pindahkan garpu tala ke telinga kanan
Mencatat hasilnya
15. Keseimbangan
Subyek berdiri tegak, mata terbuka, mengangkat salah 1 kaki lakukan selama 2 menit
Diamati dan mencatat hasilnya
Istirahat + 2 menit mengulangi dengan mata tertutup
Mencatat dan membandingkan hasilnya
16. Tes Romberg Subyek berdiri tegak, kaki rapat, kedua tangan disamping tubuh
selama 5 menit
Mengamati gerakan tubuh subyek dan mencatat hasilnya
Mengulangi dengan mata tertutup dan mencatat hasilnya
17. Kanalis SemisirkularisSubjek duduk diatas kursi putar, kaki bertumpu pada sandaran kaki
Kemudian diputar selama beberapa detik
pengamat menghentikan putaran dengan tiba-tiba
18. Aparatus Vestibular Subyek berdiri tegak, kaki rapat, dan mata tertutup
Pengamat memutar tubuh subyek kekanan 10x
Subyek membuka mata dan melihat lurus ke depan
Pengamat mengamati mata subyek
Mencatat hasilnya
Subyek berjalan lurus kedepan
Mencatat hasilnya
G. Data
LANGKAH KERJA HASIL PENGAMATAN1. Uji Pembedaan Dua Titik
a. Pengamat menyentuhkan dua ujung jarum pentul pada ujung jari subyek dari jarak terpendek
b. Subyek menunjukkan bila merasakan sentuhan 2 ujung jarum atau hanya 1
c. Mencatat jarak terpendek kedua Jarak terpendek = 3 mm
ujung jarum dapat dirasakan subyekd. Mengulangi untuk daerah sisi
hidung, punggung lengan, dan belakang leher
Hidung = 7 mm Punggung lengan = 9 mm Belakang leher = 6 mm
2. Menentukan Reseptor Sentuha. Membuat petak 2,5 cm pada
punggung lengan dan membagi menjadi 25 petak
b. Subyek menutup mata, pengamat menekankan ijuk pada petak-petak sampai ijuk bengkok
c. Subyek memberi tahu bila mengalami sensasi sentuhan
√ √ √ √ √√ √ √ √ √√ √ √ √ √√ √ √ √ √√ √ √ √ √
Terasa di semua bagian petak
3. Menentukan reseptor sakita. Membuat petak 2,5 cm pada lengan
bawah yang sebelumnya digunakan uji sentuhan
b. Mengompres selama lima menit dengan kapas yang direndam air es
c. Meletakkan ujung jarum pada permukaan kulit
d. Menekan secukupnya sampai menghasilkan sensasi sakit
(bedakan sensasi sakit dan sentuhan. Apakah area untuk sentuhan & sakit identik?)
- - - - -- - - - -- - √ - -- - - - -- - - - -
Sensasi sakit hanya di satu petak, tidak menyebar ke petak lain
4. Menetukan Proprioseptora. Menulis Huruf X dengan menghadap
papan tulisb. Membiarkan kapur pada huruf X
untuk beberapa saatc. Menutup mata dan mengangkat
tangan di atas kepalad. Membuat titik sedekat mungkin
dengan huruf Xe. Mengulangi tiga kali dan mencatat
hasil dengan mengukur jarak titik dari X
f. Menutup mata, menunjuk jari tengah tangan kiri dengan telunjuk tangan kanan
g. Menutup mata, merentangkan tangan kanan sejauh mungkin di belakang tubuh
h. Membawa jari telunjuk ke ujung hidungnya dengan cepat
R1 = 2 cmR2 = 6 cmR3 = 5,7 cmRata-rata = 4,57 cm
Gagal
Berhasil
5. Bintik Butaa. Membuat gambar X dan O berjarak 6
cm pada kertas manilab. Memegang kertas tersebut 50 cm di
depan mata, dgn tanda X lurus mata kanan
c. Melihat kedua gambar dengan menutup mata kiri
d. Mendekatkan kertas secara perlahan, mata kanan tetap pada X
e. Pada jarak tertentu tanda O menghilang dari pandangan
f. Mencatat hasilnya
Posisi pada mata kananX O
= 9 cmOX
= 11,5O X
= 13 cmXO
= 7 cmPosisi pada mata kiriX O
= 9 cmOX
= 14O X
= 10 cmXO
= 11 cm6. Proyeksi Binokulera. Membuat dua lubang pada karton
dgn jarak yg sama dgn jarak kedua pupil
b. Memegang karton 30 cm di depan mata dengan latar belakang cahaya terang
c. Memandang kedua lubangd. Mendekatkan karton secara perlahan
sampai pada jarak tertentu nampak satu lubang
e. Menutup salah satu mataf. Mengamati yang terjadi dan mencatat
hasilnya
Nampak satu lubang = 20 cm
7. Penglihatan Binokulera. Subyek menutup mata sambil
memegang sebatang pensilb. Pengamat memegang tabung reaksi
vertical dengan lubang di atasc. Subyek memasukkan pensil ke dalam
tabung reaksid. Mengamati hasilnyae. Mengulangi percobaan dengan
pengamat memindahkan letak tabung reaksi dan mengamati
hasilnyaf. Mengulangi sepuluh kali percobaan 4 kali berhasil, dan 6 kali gagal
8. Dominansi Mataa. Memandang sebuah obyek pandang
yang jauhb. Meletakkan sebuah pensil antara
obyek pandang dengan mata sehingga mata, pensil dan obyek pandang berada pada satu garis lurus
c. Menutup mata kiri, mencatat apa yang nampak
d. Menutup mata kanan, membuka mata kiri, mencatat yang nampak
Bergeser ke kanan sedikit
Bergeser ke kiri banyak
9. Adaptasi Olfaktoria. Menutup mata dan satu nostril
dengan kapas Memegang sebotol minyak cengkeh dibawah nostril yang terbuka
b. Bernafas dengan satu nostril, udara dkeluarkan melewati mulut
c. Mencatat waktu yang diperlukan hingga aroma hilang dari penciuman
Mulai tercium = 0,50 detikBau hilang = 8,81
10. Reseptor Gutatori (Pengecap)a. Mengeringkan lidah dengan kainb. Meletakkan butiran gula pada ujung
lidahc. Apabila terasa manis pengamat
mengangkat tangand. Mencatat waktunya
e. Mengulanginya dengan tetesan gulaf. Mencatat waktunya
g. Membersihkan lidahh. Perlakuan diulang dengan kina dan
garam dapuri. Perlakuan menggunakan nutrisari
pada ujung dan sisi lidah
Butiran gulat = 6,10 detik
larutan gulat = 1,35 detik
Kinat = 1,46 detik
Nutrisarit = 2,46 detik
Garamt = 1,50 detik
11. Pengecap dan Pembaua. Subyek mengeringkan lidah,
menutup mata & menjepit kedua hidung kedua nostril tertutup
b. Meletakkan potongan wortel,
Menutup nostril Wortel = 4,64 detik Kentang = 6,50 detik Bawang = 5,02 detik Apel = 3,19 detik
bawang, kentang, dan apel satu persatu pada lidah
c. Subyek diminta mengenali setiap potongan tadi berturut-turut dengan segera mengunyah dengan sebelum dan sesudah membuka nostril
Membuka nostril Wortel = 3,24 detik Kentang = 4,24 detik Bawang = 1, 67 detik Apel = 1,35 detik
12. Ketajaman pendengaran a. Menutup mata&lubang telinga
dengan kapas b. Mendekatkan timer pada telinga
yang terbukac. Menjauhkan timer perlahand. Mengukur jarak terjauh bunyi
terdengar e. Mencatat hasilnya meletakkan timer
2m dari telinga f. Mendekatkan timer perlahang. Mengukur jarak terjauh bunyi
terdengar h. Mencatat hasilnya
Jarak terjauh = 5,70 m
Jarak terjauh = 5,5 m
13. Penghantaran Suaraa. Menggetarkan garpu tala dan
meletakkanya pada kepala atau diantara dua gigi atas bawah
b. Mencatat sumber suara c. Menutup 1 telinga d. Mencatat sumber suara
e.Menutup 2 telinga f. Mencatat sumber suara
g. Meletakkan garpu tala bergetar diatas kepala jika sudah tak terdengar garputala di pindahkan ke dekat telinga
h. Mencatat hasilnya
Terdengar suara dengan sumber suara berada di tempatnya yang sesuai
Terdengar sumber suara dari telinga yang tertutup
Terdengar suara dari 2 telinga yang ditutup
Terdengar suara dengan jelas
14. Kelelahan Pendengarana. Meletakkan garpu tala yang bergetar
dekat telinga kiri b. Jika sudah tak terdengar suara
jauhkan dari telinga c. Dekatkan kembali ke telinga kiri
setelah beberapa detik d. Mencatat hasilnya e. Jika sudah tak terdengar suara
pindahkan garpu tala ke telinga kanan
Terakhir dekat telinga kanan, sumber suara tidak terdengar
f. Mencatat hasilnya
15. Keseimbangan a. Subyek berdiri tegak, mata terbuka,
mengangkat salah 1 kaki lakukan selama 2 menit
b. Diamati dan mencatat hasilnya
c. Istirahat + 2 menit mengulangi dengan mata tertutup
d. Mencatat dan membandingkan hasilnya
Mata terbuka, Tubuh mulai tidak seimbang : 26, 80 detik
Mata tertutup, Tubuh mulai tidak seimbang : 6, 577 detik
16. Tes Romberg a. Subyek berdiri tegak, kaki rapat,
kedua tangan disamping tubuh selama 5 menit
b. Mengamati gerakan tubuh subyek dan mencatat hasilnya
c. Mengulangi dengan mata tertutup dan mencatat hasilnya
Mata terbuka, Subjek seimbang
Mata tertutup1, 20 detik subjek mulai tidak seimbang selanjutnya bergerak-gerak menunjukkan subjek tidak seimbang
17. Kanalis Semisirkularisa. Subjek duduk diatas kursi putar, kaki
bertumpu pada sandaran kaki Kemudian diputar selama beberapa detik
b. pengamat menghentikan putaran dengan tiba-tiba
Subjek pusing = tidak seimbang
18. Aparatus Vestibular a. Subyek berdiri tegak, kaki rapat, dan
mata tertutup b. Pengamat memutar tubuh subyek
kekanan 10x c. Subyek membuka mata dan melihat
lurus ke depand. Pengamat mengamati mata subyeke. Mencatat hasilnya f. Subyek berjalan lurus kedepang. Mencatat hasilnya
Subjek tidak bisa berjalan lurus ke depan.
H. Analisis Data dan Pembahasan
1. Uji Pembedaan dua titik
Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa pada ujung jari jarak
terpendek dua titik yang dirasakan subyek yaitu 3 mm, pada sisi hidung 7 mm, pada
punggung lengan 9 mm sedangkan belakang leher 6 mm. Hal ini menunjukkan bahwa
bahwa pada keempat daerah tersebut peka terhadap rangsangan sentuhan. Dari
keempat darah tersebut ujung jari memilikmi kepekaan yang tinggi, hal inisesuai teori
yang menyatakan bahwaurutan yang paling sensitif adalah ujung lidah, ujung jari, sisi
hidung, punggung lengan, dan belakang leher (Tortora, 1984). Tortora (1984)
menegaskan lagi bahwa sensasi ini merupakan sensasi yang memilki reseptor
sederhana. Reseptor ini terdiri dari dendrit dari neuron sensoris yang terbungkus
kapsul dari epiteliumatau jaringan konektif dan terbungkus oleh kapsul. Reseptor ini
termasuk reseptor berkapsul badan meissner yang berbentuk oval dibungkus oleh
kapsul tipis. Badan meissner ini terletak di dalam dermis tepat di bawah epidermis dan
diduga merupakan mekanoreseptor yang merespon terhadap sentuhan ringan. Sebab di
semua bagian tubuh yang sangat sensitif terhadap sentuhan ringan banyak dijumpai
badan meissner.
Dari data dapat dilihat bahwa pada ujung jari jarak terpendek dua titik yang
dirasakan subyek yaitu 3 mm, pada sisi hidung 7 mm, pada punggung lengan 9 mm
sedangkan belakang leher 6 mm. 2 titik yang dirasakan itu diakibatkan stimulus yang
diberikan tepat mengenai dua reseptor sedang satu titik yang dirasakan dikarenakan
stimulus yang diberikan hanya satu yang tepat mengenai reseptor. Apbila jarak dua
titik yang tedeteksi pendek berarti jarak antara 2 reseptor juga pendek. Hal ini
menunjukkan pada tempat tersebut mengandung banyak reseptor sehingga
kepekaannya tinggi demikian juga sebaliknya.
2. Menentukan reseptor sentuh
Dari 25 petak yang dibuat pada punggung lengan, subyek mengalami sensasi
sentuhan pada seluruh petak. Hal ini menunjukkan bahwa pada petak-petak yang
dibuat tersebut terdapat reseptor sentuhan yang memang letaknya tersebar. Fakta di
atas sesua dengan pernyataan Basuki (2000), untuk terjadi sensasi harus ada rangsang
harus ada reseptor, impuls harus dihantarkan sepanjang jalur saraf dari sensori ke
otak, bagian otak yang menerima harus menerjemahkan impuls untuk menjadi sensasi.
Apabila salah satu dari itu tidak ada, maka stimulus tidak akan dirasakan.
3. Menentukan reseptor sakit
Dari data diketahui bahwa dari 25 petak bagian yang mengalami sensasi sakit
berbeda dengan sensasi sentuhan. Pada praktikum ini hanya satu petak yang
mengalami sensasi sakit yaitu petak yang diberi perlakuan. fakta diatas menunjukkan
bahwa pada petak yang tidak merasakan sakit tidak terdapat reseptor rasa sakit, tetapi
pada petak yang terasasakit maka pada petak tersebut terdapat rasa sakit. Reseptor
sakit bekerja disetiap jaringan tubuh. Reseptor ini distimulasi oleh berbagai stimulus.
Menurut Tortora (1984) rasa sakit somatik merupakan rasa sakit dengan daerah
stimulus terdapat dikulit yang biasa disebut superfisial somatic pain atau reseptor
terdapat di otot tendon yang disebut deep somatic pain. Data yang diperoleh
menunjukkan ada 1 petak yang tidak merasakan sensasi sakit, dari uraian di atas dapat
diperoleh keterangan bahwa pada kulit (petak) yang tidak merasakan sakit tersebut
memang tidak terbentuk sensasi rasa sakit karena tidak tepat mengenai superfisial
somatic pain.
4. Menentukan propioreseptor
Dari data hasil pengamatan, setelah menuliskan huruf X pada papan tulis
kemudian menutup mata dan membuat titik yang sedekat mungkin dengan huruf X
pada ulangan 1 adalah 2 cm, pada ulangan 2 adalah 6 cm, dan 3 adalah 5,7 cm.
Subyek gagal jari tengah tangan kiri dengan telunjuk tangan kanan dengan mata
tertutup. Pada praktikum selanjutnya yaitu menyentuh ujung hidung dengan jari
telunjuk dengan mata tertutup, subyek juga berhasil. Keberhasilan dan kegagalan
subyek menaruh posisi dipengaruhi noleh propioesptor. Propioreseptor mengatur
aktivitas otot, tendon dan sendi. Propioreseptor ini menyebabkan kita bisa mengetahui
posisi dan perpindahan anggota badan tanpa menggunakan mata. Jadi meski dengan
mata tertutup subyek masih dapat menunjuk sesuatu dengan tepat (Anthony, 1983).
5. Bintik buta
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, pada jarak tertentu tanda O
menghilang dari bidang pandang subyek. Hal ini disebabkan bayangan jatuh pada
bintik buta sehingga tidak sensitif terhadap cahaya. Hal ini sesuai dengan Soewolo
(2003:143) yang menyatakan bahwa cahaya yang masuk ke mata melalui kornea akan
diproyeksikan oleh lensa tepat pada retina. Sebelum mencapai fotoreseptor, cahaya
tadi memewati lapisan ganglion dan lapisan bipolar. Akson sel-sel ganglion akan
merambat pada permukaan dalam retina dan akan mengumpul menjadi satu pada
bagian belakang bola mata, membentuk saraf penglihatan. Disebut bintik buta karena
tempat ini tidak ada fotoreseptor sehingga tidak sensitif terhadap cahaya.
6. Proyeksi binokuler
Pada praktikum ini setelah menutup salah satu mata nampak cahaya luar dari
mata yang dibuka (cahaya berasaldari lubang karton sebelah mata yang dibuka dengan
obyek yang dilihat menjadi kabur). Hal ini menurut Tortora (1984) terjadi karena pada
saat melihat otot siliaris berkontraksi, dan lensa mengembung. Suatu obyek yang
bergerak mendekati mata menyebabkan cahaya yang dipantulkan semakin sejajar dan
divergen. Oleh karena alasan tersebut maka satu lubang yang terlihat mata yang tidak
tertutup hanya terlihat adanya cahaya yang kabur.
7. Pentingnya penglihatan binokuler
Setelah subyek mencoba memasukkan pensil ke dalam tabung reaksi, dari 10
ulangan yang dilakukan, subyek berhasil memasukkan 4 kali. fakta ini sesuai dengan
pernyataan Tortora (1984), agar benda tidak tampak ganda, maka pada kedua retina
harus terletak pada titik yang bersesuaian, dengan demiokian bayangan yang timbul
adalah tunggal karena mata dapat memusat pada obyek sehingga obyek dapat diamati
dengan baik. Karena pada praktikum ini salah satu mata ditutup, maka penjelasan di
atas tidak dapat terjadi, artinya penglihatan hanya terjadi secara monokuler sehingga
penglihatan kita tidak dapat focus secara maksimal.
8. Dominansi mata
Berdasarkan pengamatan, saat mata kiri ditutup terlihat pensil tegak lurus
dengan obyek, atau hanya bergeser ke kanan sedikit dan pada saat mata kanan yang
ditutup terlihat pensil tidak lurus dengan obyek juga bergeser ke kiri banyak. Fakta
yang tersebut di atas menunjukkan adanya dominansi mata, dimana cahaya jatuh pada
mata sebelah kanan akan tampak pada setengah temporal dari retina pada mata kanan
dan setengahnya pada setengah nasal dari retina pada mata kiri. Sedang bila cahaya
jastuh pada mata sebelah kiri akan tampak pada setengah temporal dari retina pada
mata kiri dan setengahnya pada setengah nasal dari retina pada mata kanan (Tortora,
1984).
9. Adaptasi Olfaktori
Berdasarkan pengamatan waktu yang diperlukan sampai aroma menghilang
yaitu pada nostril kiri 8 menit 81 detik. Menurut Soewolo (2003) stimulus reseptor
olfaktori berupa gas atau uap suatu zat. Bila uap suatu zat mengenai reseptor olfaktori,
maka pada reseptor tersebut akan timbul impuls yang diteruskan ke pusat pembau di
otak melalui saraf pembau ) saraf olfaktori). Oleh karena reseptor terdapat pada kedua
lubang nostril maka bila salah satu reseptor tidak dapat bekerja karena lubang nostril
tertutup maka impuls yang diteruskan ke pusat pembau tidak dapat di terjemahkan,
sehingga kita lama kelamaan tidak dapat mencium bau yang kita hirup dari aroma
suatu zat.
10. Reseptor Gustatori
Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa ujung lidah dapat
merasakan empat macam rasa (manis gula, asin larutan garam, pahit pil kina). Katika
ujung lidah diberi butiran gula, lidah akan merespon dengan merasakan manis. Hal ini
disebabkan pada ujung lidah terdapat reseptor untuk rasa manis. Tetapi lidah mulai
mengecap rasa manis dengan waktu yang berbeda antara butiran gula dan larutan
gula. Hal ini menunjukkan bahwa larutan dapat memberikan stimulus pada reseptor
lidah untuk merespon rasa. Waktu tercepat lidah mulai mengecap rasa adalah 1,35
detik, yaitu ketika ujung lidah mengecap rasa manis (larutan gula). Sedangkan waktu
terlama adalah ketika lidah merasakan manisnya butiran gula. Lama lidah dapat
mengecap rasa paling besar adalah ketika lidah mengecap rasa manis pada butiran
gula. Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa ujung lidah dapat
merasakan empat macam rasa (manis gula, asin larutan garam, pahit pil kina). Hal ini
tidak sesuai dengan pendapat Soewolo (2003: 139) yang menyatakan bahwa ujung
lidah sensitif terhadap rasa manis. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh adanya bahan
rasa yang diujikan berada dalam bentuk larutan sehingga mempermudah
mengantarkan bahan tersebut kepada kuncup-kuncup pengecapnya. Ketika ujung
lidah diberi butiran gula, lidah akan merespon dengan merasakan manis. Hal ini
disebabkan pada ujung lidah terdapat reseptor untuk rasa manis (Soewolo, 2003: 139).
Tetapi lidah mulai mengecap rasa manis dengan waktu yang berbeda antara butiran
gula dan larutan gula. Hal ini menunjukkan bahwa larutan membantu kuncup-kuncup
pengecap untuk mengenali rasa. Waktu tercepat lidah mulai mengecap rasa adalah
1,35 detik, yaitu ketika ujung lidah mengecap rasa manis (larutan gula). Sedangkan
waktu terlama adalah ketika lidah merasakan manisnya butiran gula. Lama lidah dapat
mengecap rasa paling besar adalah ketika lidah mengecap rasa manis pada butiran
gula.
11. Pengecap dan Pembau
Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa ketika mata dan
hidung ditutup kemudian subyek diminta untuk mengenali bahan (potongan bawang
merah, apel, kentang dan wortel), sering muncul ketidaksesuaian antara bau bahan
derngan bahan yang dirasakan. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara indra
pengecap dan pembau. Hal ini sesuai dengan pendapat Soewolo (2003:141) yang
menyatakan bahwa pembau dan pengecap saling bekerjasama, sebab rangsangan bau
dari makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh
reseptor olfaktori. Ketika hidung tersumbat (ditutup) hubungan antara rongga hidung
dengan rongga mulut terganggu sehingga uap bahan makanan dari mulut tidak dapat
mencapai rongga hidung.
12. Ketajaman Pendengaran
Berdasarkan data hasil pengamatan, jarak timer yang sudah tidak dapat
didengar oleh subyek setelah timer semakin dijauhkan adalah 5,70 cm. Sedangkan
jarak timer yang sudah dapat didengar oleh subyek setelah timer semakin didekatkan
adalah 5,5 m. Hal ini menunjukkan bahwa ketajaman pendengaran lebih besar jika
bunyi didekatkan kepada pendengar daripada ketika bunyi dijauhkan dari pendengar.
Menurut Soewolo (2003) bunyi yang kita dengar memiliki frekuensi getaran
berbesa-beda, mulai dari frekuensi rendah sampai tinggi. Membran basilaris memiliki
lebar dan fleksibilitasyang berbeda-beda pula, membran basilaris di dekat jendela
lonjong smpit dan lebih kaku. Daerah ini berfungsi menerima dan merespon getaran
yang berfrekuensi tinggi. Membran basilaris di tengah lebih lebar dan fleksibel dan
berfungsi menerima serta merespon getaran yang berfrekuensi sedang. Dearah
membran basilaris paling ujung adalah lebar dan paling fleksibel, daerah ini berfungsi
menerima dan merespon getaran dan suara berfrekuensi rendah.
Perlakuan yang di berikan mengakibatkan membran ketiga membran basilaris
bekerja, semakin jauh jarak asal suara dari telinga maka semakin rendah
frekuensinya, sampai pada batas frekuensi tertentu (pada data karena jarak semakin
jauh) membran basilaris tidak dapat bekerja lagi karena batas rendah frekuensi telah
terlewati sehingga kita tidak dapat mendengar suaratersebut.
13. Penghantaran suara
Setelah meletakkan tangkai garputala pada kepala terdengar suara di telinga
kanan. Ketika ditutup salah satu telinga terdengar suara dari telinga yang ditutup
sedangkan ketika kedua telinga ditutup tidak terdengar suara.
Proses penghantaran suara dapat diketahui melalui penjelasan Soewolo (2003),
getaran suara yang diterima ioleh membran timpani diteruskan oleh kohlea melalui
yuleng pendengaran akan mengetarkan jendela lonjong, dan getaran ini akan
menimbulkan cairan perilimfe di dalam saluran vestibular. Getaran ini akan melewati
membran vestibular dan masuk ke kohlea. Yang selanjutnya melintasi menmbran
basilaris ke membran saluran timpani. Tekanan gelombang ini akan menggetarkan
membran basilaris yang mengakibatkan ujung rambut bersentuhan dengan membran
tektorial. Sentuhan ini merupakan stimulus bagi organ korti yang akan meresponnya
dalam bentuk pembebasan neurotrasmitter ke ujung dendrit saraf. Impuls saraf yang
terjadi akan diteruskan melalui saraf kohlea ke pusat pendengaran.
14. Kelelahan Pendengaran
Dari data diketahui bahwa telinga kiri tidak bisa mendengar setelah garputala
didekatkan kembali, sedangkan telinga kanan dapat mendengarkan garputala. Hal ini
menunjukkan bahwa telinga kiri mengalami kelelahan pendengaran kerena tidak bisa
mendengar garpu tala setelah garpu tala di dekatkan kembali dan tidak dapat
mendengar garpu tala sebelumnya telinga terasa nyeri.
15. Keseimbangan
Pada pengamatan ini selama 2 menit tetap bertahan sedangakan dengan mata
tertutup keseimbangan subyek tidak stabil. Hal ini berarti bahwa mata yang ditutup
mengakibatkan keseimbangan berkurang. Menurut Tortora (1984) saat kita diam alat
keseimbangan yang berfungsi adalah alat keseimbangan statis yang berupa makula
akustika yang terletak di dalam sakulus dan utrikulus. Menurut Soewolo ( 2003) bila
seseorang dalam posisi tegak, maka rambut sel reseptor dalam utrikulus berorientasi
vertikal dan rambut sel reseptor dalam sakulus berorientasi horizontal. Bilasalah satu
mata kmita di tutup maka orientasi sel reseptor dalam utrikulus dan sakulus akan
terganggu dan akan berubah arah sehingga mengakibatkan tidak seimbangnya posisi
tubuh.
16. Tes Romberg
Berdasarkan data hasil pengamatan ketika mata tidak ditutup tubuh tidak
bergoyang dan ketika mata ditutup tubuh bergoyang. Hal ini dapat dijelaskan seperti
penjelasan yang termaksud pada bahasan sebelum ini (keseimbangan).
17. Kanalis Semisirkularis
Pada praktikum ini setelah selesai berputar dengan kursi dan berhenti secara
tiba-tiba, subjek merasakan pusing. Hal ini dapat diartikan bahwa keseimbangan
tubuh sedang kurang atau tidak seimbang. Penjelasannya sama dengan poin 15
keseimbangan.
18. Aparatus Vestibular
Pada praktikum ini setelah selesai berputar dan membuka mata dan
memandang ke depan, mata subyek tidak bergerak dan setelah berjalan sempoyongan
dan mata bergerak. Hal ini dapat diartikan bahwa keseimbangan berhubungan atau
mempengaruhi iris, ketika tubuh dalam keadaan tidak seimbang maka tanpa disadari
iris akan bergerak berlawanan dengan arah miringnya tubuh kita karena tak seimbang.
I. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat di tarik kesimpulan bahwa
pada beberapa indra terdapat beberapa sensasi yang sama dan berbeda. Untuk sensasi
sama maksudnya adalah sensasi tesebut secara umum dapat dirasakan oleh beberapa
indera karena reseptor yang sama pada indera tersebut, inilah yang di sebut sensasi
umum. Sedangkan untuk sensasi khusus karena hanya pada indera tersebut sensasi dapat
terjadi, hal ini di sebabkan karena hanya pada indera tersebut terdapat reseptor tertentu
itu.
J. Diskusi
Banyak hal yang dapat kami peroleh dari praktikum sensasi indera ini, melalui
praktikum ini kami dapat mengetahui dan membuktikan tentang respon indera terhadpa
rangsang yang diberikan. Meskipun praktikum ini sederhana sehingga dapam pelaksanaa
praktikum kami tidak menemikan kesulitan yang berarti, tetapi tujuan praktikum yang
dinginkan dapat tercapai dengan baik, sedangkan untuk tingkat ketelitian hasil
pengamatan, praktikum ini masih perlu perbaikan dan penyempurnaan, terutama terkait
dengan peralatan praktikum yang digunakan. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan kami menemukan beberapa hasil pengamatan yang tidak sesuai dengan teori,
hal ini mungkin disebabkan karena kami kurang teliti dalam melakukan prosedur kerja
praktikum.
Daftar Pustaka
Anthony, Chaterine P dan Gary A.T.1983. Anatomy and Physiology. London: The C.V
Mosby Company
Basoeki, S. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang:
Universitas Negeri Malang
Soewolo.2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang
Soewolo.2000. Pengantar fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Tortora, Gerard dan Nicholas P.A.1984. Principles of Anatomy and Physiology. New
York: D Van Nostran Company