1
SIDANG KEDUA PULUH DUA
MAJLIS BAHASA INDONESIA-MALAYSIA
(MBIM)
(Indonesia: Jakarta, 29 Oktober-2 November
1984)
2
KANDUNGAN
Pernyataan Bersama……………………………………………………………………..
Keputusan UMUM………………………………………………………………………
Keputusan tantang PERISTILAHAN……………………………………………………
Keputusan tentang KAMUS ISTILAH………………………………………………….
3
Pernyataan Bersama
Sebagai kelanjutan Sidang Kedua Puluh Satu antara Panitia Kerja Sama Kebahasaan
Indonesia-Malaysia dan Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu yang diadakan di Kuala
Lumpur, Malaysia, pada tanggal 16-20 April 1984, Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia
dalam sidang-sidangnya yang diadakan di Jakarta, Indonesia pada tanggal 29 Oktober-2
November 1984, setelah meneliti dan mengesahkan Keputusan Sidang Kedua Puluh Satu
Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia serta perubahan-perubahannya dan membahas kertas-
kertas kerja dari kedua belah pihak, mengambil keputusan mengenai tatakerja dan
peristilahan bidang-bidang (1) Hukum Laut/Undang-Undang Laut, (2) Pelayaran, (3)
Biologi2. (4) Kimia1, dan (5) Penerbitan dan Percetakan, serta hal-hal lain yang
perinciannya seperti terlampir.
t.t t.t
(PROF. DR. ANTON M.MOELIONO) (DATUK HAJI HASSAN AHMAD)
Ketua Pengerusi
Panitia Kerja Sama Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu
Kebahasaan Indonesia-Malaysia Malaysia
Jakarta, Indonesia
1 November 1984
4
SIDANG XXII MAJELIS BAHASA INDONESIA-MALAYSIA JAKARTA, 29
OKTOBER – 2 NOVEMBER 1984
LAPORAN SIDANG SUSPANITIA UMUM
I. Sidang
Sidang I : Isnin, 29 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 16.30
Sidang 2 : Selasa, 30 Oktober 1984
Pukul 8.30 – 12.30
Sidang 3 : Selasa, 30 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 16.30
Sidang 4 : Rabu, 31 Oktober 1984
Pukul 9.00 – 12.30
Sidang 5 : Rabu, 31 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 15.30
II. Anggota Sidang
1. Prof. Dr. Anton M. Moeliono - Ketua (Indonesia)
2. Yg. Bhg. Datuk Haji Hasan bin Ahmad (Malaysia)
3. Prof. Dr. Abdullah Hassan (Malaysia)
4. Prof. Dr. farid M.Onn (Malaysia)
5. Drs. Harimurti Kridalaksana (Indonesia)
6. Dra. Sri Sukesi Adiwimarta -Sekretaris (Indonesia)
7. Encik Sulaiman masri -Setiausaha) (Malaysia)
III. Dokumen
1. Keputusan Umum Sidang XXI MBIM tanggal 16 – 21 April 1984 di kuala
Lumpur.
2 Kertas A-22 JKTBM “Pengenalan”
3 KertasK-22 JKTBM “Kata dan Ungkapan Am (Bahasa Malaysia-Bahasa
Indonesia)”
4 Kertas D-22 JKTBM “Peristilahan Kimia1”
5 Kertas E-22 JKTBM “Peristilahan Biologi2”
6 Kertas G-22 JKTBM “peristilahan Fizik2”
7 Kertas H-22 JKTBM “Peristilahan Matematik 2”
8 Kertas J-22 JKTBM “Imbuhan”
9 Kertas K-22 JKTBM “Kata dan Ungkapan Am (Bahasa Malaysia-Bahasa
Indonesia)
5
IV. Perbincangan dan Keputusan Umum
1. Sidang sidang Subpanitia Umum membicarakan masalah-masalah pokok dari
Sidang XXI MBIM yang lalu, penyusunankamus istilah ilmu-ilmu dasar,
kamus kata dan ungkapan bahasa Indonesia-bahasa Malaysia, imbuhan,
tatakerja Sidang Majelis, penyiaran makalah kebahasaaan, keanggotaan
kerajaan Brunei Darussalam dalam MBIM, dan rancangan kerja untuk
sidang-sidang MBIM selanjutnya.
2. Persidangan Kedua Puluh Dua Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia di
Jakarta, Indonesia pada tanggal 29 Oktober – 2 November 1984 mengambil
keputusan seperti yang disebut pada V hingga XIV di bawah ini.
3. Pasal VIII.9: … mengadakan Sidang-Sidang MBIM seterusnya lima hari
saja …hendaknya dibaca … mengadakan Sidang-Sidang MBIMseterusnya
tidak lebih daripada lima hari saja …
Pasal XX,2: i. Fizik2/Fisika; dan
ii. Kimia2 hendaknya dibaca
Hendaknya dibaca
i. Fizik2/Fisika 2
ii. Matematik2/Matematika2
VI. Majelis bersetuju bahwa dalam sidang-sidang selanjutnya bidang-bidang ilmu
dasar yang memakai subskrip dilengkapi dengan nama cabang bidang ilmunya.
Contohnya: Fisika1 dituliskan Fisika1 (Mekanik).
VII. Pihak Indonesia akan mempelajari kertas kerja Kertas J-22 JKTBM “IMBUHAN”
dan jika perlu menambah atau mengubahnya sehingga kalu perlu dapat diterbitkan
Majelis untuk dipakai di kedua negara. MBIM bersetuju bahwa tujuan
penyusunan imbuhan ialah mempermudah para pakar dalam pembentukan dan
pengembangan kata/istilah.
VIII. Majelis bersetuju bahawa untuk selanjutnya nomor Sidang-Sidang Majelis Bahasa
Indonesia-Malaysia ditulis dengan angka Arab. Perubahan penulisan ini akan
dimulai dengan Sidang MBIM yang akan datang.
IX. Untuk penyusunan kamus istilah bidang ilmu dasar (Fisika, Matematika, Biologi,
dan Kimia) perlu dibuatkan pedoman sistem kerja penyusunan kamus istilah.
Naskah yang telah tersusun diterima Majelis dan dimuat sebagai lampiran
Keputusan Umum ini.
X. Majelis bersetuju kedua pihak melakukan pertukaran makalah peristilahan dan
tatabahasa untuk dimuat dalam majalah kebahasaan di masing-masing negara.
Untuk meningkatkan publisitas, kegiatan MBIM perlu diperkenalkan kepada
dunia internasional dengan melalaui terbitan, seperti INFTERM dan Language
6
Planning Newlsetter. Negara yang menjadi penyelenggara sidang Majelis akan
mengirimkan keputusan-keputusan yang dipandang penting kepada majalah dan
terbitan tersebut.
XI. Pihak Malaysia memaklumkan bahwa Malaysia telah bersetuju menerima Negara
Brunei Darussalam menjadi anggota tetap MBIM. Pihak Indonesia belum
menerima berita dari Brunei dan secara informal akan menyarankan Brunei agar
mengajukan permintaan resmi mengenai hal itu kepada Indonesia.
XII 1. Setelah menelaah semua umpan balik masyarakat, MBIM akan melengkapi
dan memperjelas pedoman umum ejaan dan istilah yang berlaku di kedua
negara masing-masing
2. Untuk diperkenalkan kepada dunia luar, kedua pedoman umum tersebut perlu
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
3. Demi kelancaran tatakerja MBIM, Majelis bersetuju membukukan semua
keputusan Majelis mulai dari Sidang I sampai XX menurut kategori Ejaan,
Morfologi, Istilah, Tatanama, dan Organisasi berdasarkan kronologi. Pihak
Indonesia akan menyusun naskah kumpulan itu dan mengantarkannya ke
Sidang MBIM yang ke-23.
4. Majelis bersetuju pihak Malaysia mengirimkan istilah Komputer untuk
dipelajari oleh pihak Indonesia.
5. Majelis bersetuju menerima usul Subpanitia Fisika/Fizik dalam Sidang
MBIM ke-21 agar ke dalam kategori A dimasukkan :
a. istilah yang disetujui sama seluruhnya,
b. istilah yang sama tetapi berbeda ejaannya, dan
c. istilah yang bersinonim bagi salah satu negara, misalnya:
instrument - alat (Malaysia)
alat/instrumen (Indonesia)
6. a. Majelis bersetuju usul-usul subpanitia yang disetujui di dalam
sidang-sidang Lengkap Majelis dijadikan putusan MBIM
b. Risalah (Minit yang disahkan dalam Sidang Lengkap Pembukaan MBIM
yang berikutnya.
c. Masalah –masalah berbangkit yang belum sempat dipecahkan
dalam sidang yang lalu, dibahas dalam sidang subpanitia.
7. 1. Sesuai dengan Keputusan Sidang XVIII di Palembang, Indonesia pada
tanggal 29 Maret hingga 3 April 1982, bidang-bidang yang akan
diikutsertakan di dalam ke-23 Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia ialah:
7
1)Kimia1 (Biokimia)
2) Biiologi2 (Morfologi, Anatomi, Taksonomi, Vertebrata)
3 Penerbitan dan Percetakan
4) Fisika2/Fizik2 (Akustika dan Optik Geometris)
5) Matematika2/Matematik2
2. Bidang yang dipersiapkan bahannya untuk dipertukarkan dalam Sidang
ke-23 MBIM ialah:
1) Kimia2 (Kimia Fisika, Kimia Inti/Radiasi)
2) Biologi3 (Biologi, Histologi, Fisilogi, Taksonomi:
Antropoda, Paku, dan Bryophyta)
3) Akuntansi/Perakunan
3. Masa dan Tempat Sidang Ke-23 MBIM
Majelis bersetuju mengadakan Sidang ke-23 MBIM di Kuala Lumpur,
Malaysia pada tanggal 24 - 28 Maret 1985.
8
Lampiran Subpanitia Umum (Butir IX)
Sistem Kerja Penyusunan Kamus Istilah Ilmu Dasar
Dalam usaha penyusunan bersama kamus istilah suatu bidang/subbidang ilmu
oleh Indonesia-Malysia, dalam rangka kerja Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia,
perlu diperhatikan sistem kerja berikut.
1. Penetapan Sumber Istilah
Kedua belah pihak, Indonesia dan Malaysia, perlu lebih dahulu bersepakat dan
menyetujui sumber rujukan yang sama yang akan digunakan sebagai dasar
pengambilan. Sumber rujukan yang diutamakan ialah kamus, suatu daftar
kamus, atau daftar istilah yang diterbitkan oleh badan-badan internasional
(UNESCO, dan sebagainya) atau yang telah digunakan oleh kalangan profesi.
2. Pemilihan Calon Entri Istilah Inggris
Berdasarkan sumber rujukan yang telah disetujui kedua belah pihak itu
dipilihlah istilah-istilah Inggris yang akan dijadikan calon masukan kamus
istilah. Dalam memilih istilah hendaklah dipertimbangkan dan diutamakan
istilah-istilah asas, yaitu istilah yang benar-benar mengandung konsep suatu
bidang subbidang ilmu.
3. Penyusunan Daftar Sementara Istilah Inggris
Istilah-istilah yang telah dipilih dan ditetapkan untuk menjadi calon entri
kamus istilah bidang/subbidang kemudian disusun dalam bentuk daftar
sementara istilah Inggeris, yang akan memuat kurang lebih 750-1000 entri.
4. Pemantapan Daftar Istilah
Daftar sementara istilah Inggris bidang/subbidang yang telah disusun oleh
pihak kemudiandibawa ke sidang Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia.
Anggota subpanitia Majelis bersama-sama meneliti kembali kedua daftar
istilah yang dianggap telah memuat istilah dasar bidang/subbidang.Hasil dari
Sidang Majelis adalah sebuah daftar istilah Inggris yang telah dipersamakan,
dan disetujui oleh kedua pihak.
5. Penyusunan Padanan Istilah Indonesia dan Malaysia
Daftar istilah Inggris suatu bidang/subbidang ilmu yangtelah disahkan dalam
Sidang Majelis itu dibawa kembali ke masing-masing negara untuk digarap
dengan melengkapinya dengan padanan istilah Indonesia dan istilah Malaysia.
Dalam menciptakan atau mencarikan padanan istilah hendaklah berpegang
kepada ketentuan-ketentuan yang tertera dalam Pedoman Umum
9
Pembentukan Istilah serta memperhatikan isi Panduan Kamus Istilah .
Hasilnya akan berupa sebuah daftar istilah Inggris bidang/subbidang dengan
padanan istilah Indonesia dan Malaysia.
6. Pengesahan Daftar Istilah Inggris-Indonesia dan Inggris-Malaysia
Daftar istilah itu untuk kedua kalinya dibawa ke sidang Majelis untuk
disetujui oleh kedua-dua pihak dan disahkan dalam Majelis sebagai daftar
yang akan dijadikan dasar penyusunan kamus istilah.
7. Penyusunan Kamus Istilah
Berdasarkan daftar istilah yang telah disetujui oleh Majelis, masing-masing
pihak kemudian menyusun kamus istilah yang memuat entri istilah Inggris
dengan padanan istilah Indonesia dan Malaysia, yang dilengkapi dengan
definisi yang menggambarkan konsep istilah yang sama pula.
8. Penerbitan Kamus Istilah
Naskah kamus istilah yang telah tersusun dan telah digarap penyuntingan
akhirnya, kemudian diterbitkan dan disebarluaskan di amsing-masing negara.
Ulasan dan saran yang masuk sebagai hasil penyebarluasan kamus itu
dipertimbangkan dalam revisi untuk terbitan yang berikutnya.
LAPORAN SIDANG SUBPANITIA HUKUM LAUT/UNDANG-UNDANG LAUT
I. Sidang
Sidang 1 : Senin, 29 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 16.30
Sidang 2 : Selasa, 30 Oktober 1984
Pukul 8.30 – 12.30
Sidang 3 : Selasa, 30 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 16.30
Sidang 4 : Rabu, 31 Oktober 1984
Pukul 8.30 – 12.30
Sidang 5 : Rabu, 31 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 16.30
II. Anggota Sidang
1. Prof. Dr. Komar Kantaatmadja - Ketua (Indonesia)
2. Y. Bhg. Dato’ Haji Nik Muhammad bin Nik Yahya (Malaysai)
3. Djenal Sidik Suraputra, S.H. (Indonesia)
4. A.S. Natabaya, S.H. (Indonesia)
10
5. Drs. Koentamadi - Pendamping (Indonesia)
6. Dra. M.V. Hariyanti E.Y. -Sekretaris (Indonesia)
III. Dokumen
1. Sisa istilah Hukum Laut Internasional Publik MBIM XXI (Kertas PKIM)
2. Usulan istilah Undang-undang laut MBIM XXI, dalam Kertas B-22 JKTBM
yang berisi:
a. Hukum Laut Internasional Publik
b. Hukum Laut Privat
IV. Bahan Rujukan
1. Allot, Philip. 1983. Power Sharing in the Law of The Sea, dalam American
Journal of International Law. Vol. 77 No. 1.
2. Anand, R.P. 1975. Legal Regiemes of The Sea-Bed and The Developing
Countries. New Delhi: Thomson Press.
3. -----, (ed). 1978. Law of The Sea. Caracas and Beyond. New Delhi.
4. Andrassy, Juray. 1970. International Law and The Resources of The Sea.
Columbia University Press. New York, London.
5. Barros, James & Johnston, Douglas M. 1973. The International Law of
Pollution. New York: A Division of Macmillan Publisihing Co. Inc.
6. Bouchez, L.Y. 1964. The Regieme of Bays in International Law. A.W.
Sychoff. Leiden.
7. -----, 1973. Some Reflection on The Present and Future Law of The Sea.,
dalam The Present of International Law. Kleewer. Deventer.
8. -----, 1973. The Future of The Sea. The Hague,.
9. Brittin, Burdick N. Watson, Liselotte B. 1977. International Law for
Seagoing Officers. Third Edition. Maryland Naval Institute Press.
10. Brown, E.D. 1971. The Legal Regieme of Hydrospace. London.
11. Champman, Keith. 1976. North Sea Oil and Gas. London.
12. Chia Lin Sien and Andrews, Colin MAC. 1981, South East Asian Seas.
Singapore.
13. Chirsty, Francis T. , Jr. Ed. Law of The Sea; Problems of Conflict and
Management of Fisheries in Southeast Asia.Proceeding of The Iclerm/Iseas
Workshop on The Law of The Sea. Held in Manila. Philippina.
14. Comombos, C. John. 1967. International Law of The Sea. Sixth Edition.
London: Longman.
15. Dubner, Barry Hart. 1976. The Law of Teritorial Waters of Mid Ocean
Archipelages and Archipelagos and Archipelagic States.
16. Dupuy, Rene-Jean. 1974. The Law of The Sea. Leiden: Oceana Publication
Inc.
17. Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1979. Kamus Inggris-Indonesia.
Cetakan VI. Jakarta; Gramedia.
11
18. Emmerson, Donald K. Rethinking Artisanal Fisheries Devlopment. Western
Concept. Asian Experiences. World Bank Staff Working paper No. 443.
19. Firth, Farnk E. (ed.) 1969. The Encylopedia of Marine Resources. New York
Van Nostrand Reinhold Co.
20. Friedmann, Wolfgang. 1970. The Future of The Oceans. First Printing. New
York. George Braziller.
21. Hailbronner, Kay. 1983. Freedom of The Air and The Convention on The
Convention on The law of The Sea dalam American Journal of International
Law. Volume 77 No. 3, 1983. American Society of International Law.
Washington.
22. Hey, E. & Koers, A.W. 1984. The International Law of the Sea Issues of
Omplementation in Indonesia; Proceeding of a Seminar at Jakarta, 22 – 27
August 1983. 1984. Ketherlands Institute of Transport, Rijswijk.
23. Jertonsson, Karin H. 1973. The New Law of The Sea. Influence of The Latin
American States on Recent Development or The Law of The Sea. Sijthoff,
Leiden.
24. Johnston, Douglas M. 1982. Enviromental Management in The South China
Sea; Legal and Institutional Developnets East-West Center. Hon Hawaii.
25. Kantaatmadja, Komar. 1981. Ganti Rugi Internasional Pencemaran Minyak
di Laut. Bandung Alumni.
26. Koers, Albert W.1973. International Regulation of Marine Fisheries. London.
27. Kusumaatmaja, Mochtar. 1978. Hukum Laut Internasional. Departmen
Kehakiman, Badan Pembinaan Hukum Nasional. Jakarta: Binacipta.
28. -----. 1978. Bunga Rampai Hukum Laut. Cetakan pertama. Jakarta:
Binacipta.
29. Lee, L.T. , 1983. The Law of The Sea Convention and Third States dalam
American Journal of International Law. Volume 77 No. 3 1983. American
Society , of International law. Washington.
30. Meriam A. Webster. 1984. Webster’s New Collegiate Dictionary.
Springfield, Massachusetts: G & C Meriam Company.
31. Meyer, Christopher. 1937. The Extent of Jurisdiction in Coastal Waters.
Laiden.
32. Milen, Edward L. & Allen, Scott. 1983. The Law of The Sea and Ocean
Development Issues in the pacific basis; Proceeding Law of The Sea
Institute, Fiftenth Annual Conference. Honolulu.
33. Mouton, M.W. 1952. The Continetal Shelf, Martinus Nijhoff, Hague.
34. Noel, John V. and Beach, Edward L. 1978. Naval Terms, Fourth Edition,
Maryland Naval Institute Press.
35. Noel, John V. and Edward L. Beach. 1978. Naval Terms Dictionary.
Annapolis. Maryland.
36. O’ Connel, D.P. 1970. International Law. Volume one & two Second
Edition, London: Stevens & Son.
37. -----. 1982. The International Law of The Sea. Volume I Clarendon Press.
Oxford.
38. -----. 1984. The International Law of The Sea. Volume Ii. Clarendon Press.
Oxford.
12
39. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN
Balai Pustaka.
40. Pusat Pembinaan dan Pengembangaan Bahasa. 1980. Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Jakarta PN balai Pustaka.
41. -----. 1980. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta PN balai Pustaka.
42. Rao, Sreenivasa. 1975. The Public Order of Ocean Resources. Cambridge.
43. Reed, Alexander W. 1975. Ocean Waste Disposal Practices. London: Voyes
Data Corporation.
44. Scharzenberger, George. 1967. A Manual of International Law. London:
Steven & Sons Limited.
45. Sidang XXI, Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia, Kuala Lumpur, 5 – 10
Maret 1984.
46. Summerskill, Micael. 1979.Oil Rogs: Law and Insurance. London.
47. Tangsubkul, Phiphat. 1982. Asean and The Law of The Sea. Institute of
Asean Studies. Singapore.
48. The British Year Book of International Law. 1971. Oxford U.P. 1973.
London.
49. The Law of The Sea. 1983. United Nations Convention on the Law of The
Sea. United nations. New York.
50. U.N. Publication. 1982. Convention of Law of The Sea.
51. United Nations on The Law of The Sea. 1982. A/COMP. 62/122; 7
October 1982.
52. Weisberg, Joseph and Parish, Howard. 1974. Introductory Oceanography.
Tokyo.
53. Whiteman, Marjorie M. 1965. Digest of International Law. Vol. 4.
Department of State Publication 7825. Washington D.C.
V. Cara Kerja
1. Membahas istilah-istilah yang sudah mempunyai padanan Indonesia dan
Malaysia untuk ditentukan kategorinya.
2. Membahas istilah-istilah (Hukum laut internasional publik dan hukum laut
privat) yang belum mempunyai padanan Indonesia.
VI. Masalah
Untuk istilah-istilah yang bersumber pada hukum nasional masing-masing,
senarai Malaysia dan senarai Indonesia berlainan disebabkan oleh kelainan
konsep.
VII. Hasil Kerja
Istilah yang telah dibahas ialah sebagai berikut.
Kategori A : 228
13
Kategori B : 237
Kategori C : 384
Kategori D : 5
----
Jumlah 854
VIII. Rencana Kerja Selanjutnya
Bidang hukum berikutnya yang dianggap perlu untuk dibahas adalah Hukum
Organisasi Internasional.
IX. Saran
Disarankan agar tidak membicarakan substansi Hukum nasional masing-masing
karena konsep dan latar belakang yang berlainan dari kedua negara.
LAPORAN SIDANG SUBPANITIA PELAYARAN
I. Sidang
Sidang 1 : Senin, 29 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 17.00
Sidang 2 : Selasa, 30 Oktober 1984
Pukul 8.30 – 12.30
Sidang 3 : Selasa, 30 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 17.00
Sidang 4 : Rabu, 31 Oktober 1984
Pukul 14.00- 17.00
II. Anggota Sidang
1. Moch. Hanafi - Ketua (Indonesia)
2. Lt. Kdr. Othman Abdul Kadir (Malaysia)
3. Letnan Kolonel Laut (P0 Drs. Sutanto (Indonesia)
4. Karmeihan Sabaroedin (Indonesia)
5. Dra. Sri Timur Suratman -Pendamping (Indonesia)
6. Drs. Ahmad Banta - Sekretaris (indonesia)
III. Dokumentasi
1. Kertas “Istilah Pelayaran” No. 2/PKIM/S-22
2. Kertas C-22 JKTBM “Peristilahan Pelayaran”
14
IV. Sumber Rujukan
1. Akademi Maritim Yos Sudarso UPN Veteran cabang Jakarta. 1978. “Kamus
Istilah Bangunan Kapal”. Jakarta.
2. Ammen, Dainel. 1971. A Naval Encyclopedia. Philadelphia: L.R.
Hammersly & Co.
3. Association International Dictionary of Aids to Marine Navigation. Paris:
International Association of Lighthouse Authorities.
4. Bodwitch. An Epitoma of Navigations. Annapolis, Maryland: Naval Institute
Press.
5. de Kerchove, Rene. 1961. International Maritime Dictionary. New York:
Van Nostrand Reinhold Company.
6. Direkorat Jenderal perhubungan Laut. 1973. Pedoman Sarana Bantu
Navigasi. Jilid 1. Jakarta.
7. Dunlap, Dutton. 1970. Navigation. Annapolis, Maryland: Naval Institute
Press.
8. Echols, John M. dan Hassan Shedilly. 1979. Kamus Inggris Indonesia.
Cetakan VI. Jakarta: Gramedia.
9. Fakultas Teknologi Kelautan ITS. 1983. “Kamus Istilah Teknik Kapal”.
Surabaya.
10. Iskandar, Teuku. 1970. Kamus Dewan. Kuala Lumpur: Dewa bahasa dan
Pustaka.
11. Istopo. 1981. Kamus Istilah-Istilah Pelayaran. Jakarta: Kesatuan Pelaut
Indonesia Jakarta.
12. Istopo dan O.S. Karlio. 1976. Kapal dan Kuatannya. Tanpa Penerbit.
13. Jawatan Hidroggrafi Angkatan Laut Republik Indonesia. 1960. Tanda-tanda
dan Singkatan-singkatan pada Peta Laut Indonesia. Jakarta: Jawatan
Hidrografi Angkatan Laut Refublik Indonesia.
14. La Dage, John. 1962. Kamus Istilah Pelayaran. Jakarta: Departemen
Perhubungan.
15. Lawalata, Hr. A.C. 1974. Preght Conference & Kalkulasi Uang Tambang.
Jakarta: Lembaga Pendidikan dan Latihan Niaga, Departemen Perdagangan.
16. Layton, C.W..T. 1973. Dictionary of Nautical Words and Terms. Glasgow:
Brown Son & Perguson.
17. Meriam, A.Webster. 1973. Webster’s New Collegiate Dictionary.
Springfield, Massachusetts: GSG Meriam Company.
18. Noel, John V. & Edward L. Beach. 1978. Neval Terms Dictionary.
Annapolis, Maryland: Naval Institute Press.
19. Oran, R.B. 1969. Cargo Handling and the Modern Port. London Pergamon
Press.
20. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia-Jakarta: PN
Balai Pustaka.
21. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Tanpa tahun. “Daftar
Kumulatif Istilah, Hasil Kerja Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia 1974-
1981”.
15
22. -----, 1980 Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Jakarta: PN Baali Pustaka.
23. -----, 1980. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: PN Balai Pustaka.
24. Rapat Kerja Pengumpulan Istilah Perkapalan Standardisasi Industri
Indonesia. 1982. “Istilah Perkapalan”. Jakarta.
25. Sauerbier, Charles L. 1956. Marine Cargo Operatons New York: John Wiley
& sons.
26. Subekti S.R. , 1979. Hukum Perkapalan. Jakarta.
27. Sudjatmiko, F.D.C. 1979. Pokok-Pokok Pelayaran Niaga. Bhratara Karya
Aksara.
V. Cara Kerja
1. Membahas istilah yang ditangguhkan dalam Sidang XXI MBIM di Kuala
Lumpur.
2. Membahas dua buah dokumen seperti yang tercantum pada butir III.
3. Mengkategorikan masing-masing istilah seperti tersebut dalam butir V.2
VI. Masalah
Kesulitan yang dihadapi dalam sidang Subpanitia Pelayaran adalah membedakan
antara istilah pokok dan istilah sampingan karena ilmu pelayaran merupakan
ilmu terapan dari berbagai disiplin ilmu. Sebagaimana diketahui, sesuai dengan
keputusan Sidang XXI MBIM tanggal 16 – 20 April 1984 di Kuala Lumpur,
Malaysia, istilah Ilmu Pelayaran diklasifikasikan ke dalam 6 bidang, yaitu:
(1) Angkutan Air/Pengangkutan Air (Shipping)
(2) Navigasi/pandu Arah (Navigation)
(3) Keselamatan Pelayaran/Keselamatan Marin (Marine Safety)
(4) Pelabuhan dan Pengerukan/Pelabuhan dan Pengorekan (Port and
Dredging)
(5) Teknologi Maritim/Teknologi Marin (Marine Technology)
(6) Pertahanan dan Keamanan di laut (Defense and Security at Sea)
VII. Hasil Kerja
1. Dari 8 buah istilah yang ditangguhkan dalam Sidang XXI MBIM telah
dibahas kembali menjadi:
Kategori A: dua buah istilah
Kategori B: sebuah istilah
Kategori C: lima buah istilah
16
Kedelapan istilah itu adalah sebagai berikut.
(1) allowance, corrosion basi karatan/basi kakisan (Malaysia)
basian karat (Indonesia) (B)
(2) apprentice perantis (Malaysia)
kadet; taruna (Indonesia) (C)
(3) battering ram pelantak pelancar (Malaysia)
batang peluncur (Indonesia) (C)
(4) bight (of a line) jerut (Malaysia)
goba (Indonesia)(C)
(5) builder’s policy polisi pembina (Malaysia)
polis pembangunan (Indonesia) (C)
(6) bull chain rantai penggayut (Malaysia)
rantai penggayut (Indonesia) (A)
(7) bull gear gear “bull” (Malaysia)
roda gigi “bull” (Indonesia)(C)
(8) bull line tali penggayut (Malaysia)
tali penggayut (Indonesia) (A)
VIII. Rencana Kerja Selajutnya
Melaksanakan pertukaran bahan untuk penyusunan daftar istilah/ kamus 1 istilah
pelayaran.
XI. Saran
Pertukaran bahan secara kontinya (bila sudah ada bahannya) sesuai dengan
rencana kerja diputuskan dalam Sidang XXI MBIM di Kuala Lumpur, Malaysia.
LAPORAN SIDANG SUBPANITIA BIOLOGI 2
I. Sidang
Sidang 1 : Senin, 29 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 16.30
Sidang 2 : Selasa, 30 Oktober 1984
Pukul 8.30 – 12.30
Sidang 3 : Selasa, 30 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 16.30
Sidang 4 : Rabu, 31 Oktober 1984
Pukul 8.30 – 12.30
Sidang 5 : Rabu, 31 Oktober 1984
: Pukul 14.00 – 16.30
17
II. Anggota Sidang
1. Prof. Dr. Nawanggsari Sugiri -Ketua (Indonesia)
2. Prof. Madya Dr. Ismail Hamzah (Malaysia)
3. Prof. Dr. Ir. H. Siti SutarmiTjirosomo (Indonesia)
4. Prof. Madya Haji Amat Juhari Moain (Malaysia)
5. Dr. Singgih Sigit (Indonesia)
6. Drs. S. Effendi -Pendamping (Indonesia)
7. Dra. Soadah N. Elgersma -Sekretaris (Indonesia)
III. Dokumen
1. Kertas E-22 JKTBM “Peristilahan Biologi2”
2. Kertas No. 4/PKIm6—22 “Istilah Biologi2 (sambungan)”
V. Bahan Rujukan.
1. Adisumarto, Soemartono. 1978. “Berbagai Istilah Tipe dalam Zoologi”.
Bogor: Lembaga Nasional LIPI.
2. Atwood, William Henry. 1955. Comparative Anatomy. Second Edition
Second Edition. St. Luis: The C.V. Mosby Company.
3. Collocott, T.C. (Editir). 1971. (Dictionary) of Science and Technology.
London: W.&R. Chambers Ltd.
4. Dewan Bahasa. 1980. Istilah Biologi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, Kementerian Pelajaran.
5. Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1979. Kamus Inggris-Indonesia.
Jakarat: PT Gramedia.
6. Holmes, Sandra. 1979. Henderson’s Dictionary of Biological Terms.
London: Longman.
7. Iskandar, T. 1970. Kamus Dewan. Kuala-Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, Kementeria Pelajaran.
8. Johannes, H. 1981. Kamus Istilah Ilmu dan Teknologi. Jakarta: PT Indira.
9. Panitia Kamus Lembaga Bahasa & Sastra Sunda. 1981. Kamus Umum Basa
Sunda., Bandung: Penerbit Terate.
10. Pennak, Robert W. 1964. Collegiate Dictionary of Zoology. New York. The
Ronald Press Company.
11. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
12. Prent, K. dkk. 1969. Kamus Latin-Indonesia. Semarang: Penerbitan Yayasan
Kanisius.
13. Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pedoman Umum Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa., Departmen Pendidikan dan
Kebudayaan.
14. -----. Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
15. Rivai, Mien A. 1979. Daftar Istilah Biologi. Jakarta: Pusat bahasa.
18
16. Steen, Edwin B. 1971. Dictionary of Biologi. New York: Barnes and Noble
Books.
17. Storer, TracyI. Dan RobertL. Usinger. 1965. General Zoology. New York:
McGraw-Hill Book Company.
18. Sumarwoto, Idjah dkk. 1980. Biologi Umum, Jilid I, II. III. Jakarta: PT
gramedia.
19. Sungguh, As’as. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Penerbit Kurnia Jasa.
20. Woolf, Henry Bosley (ED.) . 1974. Webster’s New Collegiate.Dictionary.
Springfield, Massachusetts: G. and C. Merriam Co.
V. Cara kerja
1. Istilah yang sudah disetujui sama (Kategori A) tidak di perbicangankan lagi.
2. Istilah Yang sam, tetapi berbeda ejaan atau morfemnya 9Kategori B)
diperbincangkan.
3. Istilah yang berbeda (kategori C) diusahakan untuk dicari persamanya, tetapi
kalau tidak dapat tetap Kategori C.
4. Istialh yang tidak dipecahkan ditangguhkan untuk sidang yang akan datang.
5. Istilah yang dianggap terlalu umum digugurkan (Kategori E).
VI. Masalah
1. Apakah boleh memakai istilah yang terdiri dari 3 atau lebih kata. Contoh:
1) lapisan lemak bawah kulit, dari: blubber
2) perkembangan dan pengausan gigi, dari: dentation
3) pembuluh balik leher luar, dari: external jugular vein
4) Selaput sabit otak kecil, dari: falx cerebelli
5) Tulang tengah pergelangan kaki, dari kata: centralia of pes.
6) Tulang tengah pergelangan tangan, dari : centralia of manus.
2. Indonesia cenderung memakai lebih dari satu istilah, sedangkan Malaysia
menginginkan ianya satu istilah.
VII. Hasil Kerja
Jumlah istilah yang telah dibahas ialah sebagai berikut.
1. Bahan Indonesia : 1135 istilah
2. Bahan Malaysia : 317 istilah
-----
Jumlah : 1452 istilah
19
Perincian menurut kategorinya adalah sebagai berikut;
Kategori A : 1087 istilah
Kategori B : 317 istilah
Kategori C : 198 istilah
Kategori D : 13 istilah
Kategori E : 22 istilah
VIII. Rencana Kerja Selanjutnya
1. Mengumpulkan istilah sebagai tambahan untuk:
1) Morfologi
2) Anatomi
3) Taksonomi: Vertabrata
Masing-masing pihak mengumpulkan istilah yang kemudian akan
dipertukarkan.
2. Menggarap bahan Malaysai Kertas E-22 JKTBm “Peristilahan Biologi2”
IX. Saran
1. Agar Kertas E-22 JKTBM dipersiapkan dan dibahas oleh Indonesia untuk
Sidang XXIII MBIM.
2. Disetujui untuk mempergunakan kamus sumber rujukan pokok:
a. Henderson Dictionary of Biological Terms. 1976.
b. New International Webster’s Dictionary. 1965.
c. Dictionary of Latin Terms. Edisi IX.
LAPORAN SIDANG SUNPANITIA KIMIA1 (BIOKIMIA)
I. Sidang
Sidang 1 : Senin, 29 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 16.30
Sidang 2 : Selasa, 30 Oktober 1984
Pukul 8.30 – 12.30
Sidang 3 : Selasa, 30 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 16.30
Sidang 4 : Rabu, 31 Oktober 1984
Pukul 8.30 – 12.30
Sidang 5 : Rabu, 31 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 16.30
20
II. Anggota Sidang
1. Prof. Dr. Soekeni Soedigdo - Ketua (Indonesia)
2. Dr. Zakaria Mohd. Amin (Malaysia)
3. Dr. A. Hadyana Pudjaatmaka (Indonesia)
4. Datuk Prof. Dr. Haji Mohd.Ghazali (Malaysia)
5. Dra. Susiloati (Indonesia)
6. Drs. Hans Lapoliwa, M.Phil -Pendamping (Indonesia)
7. Umi Basiroh, B.A. - Sekretaris (Indonesia)
III. Dokumen
1. Kertas D-22 JKTBM “Peristilahan Kimia”
2. Kertas No. 3/PKIM/S-22 “Istilah Kimia”
IV. Bahan Rujukan
1. Pusat Pembinaan dan Pengembagan Bahasa. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta.
2. -----. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta.
3. -----. Pedoman Khusus Pembentukan Istilah dan Tata Nama Kimia. Jakarta.
4. -----. Kamus Bahasa Indonesia I. Jakarta.
5. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
6. Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia.
7. Fruton, Joseph S. and Sofia Simmonds. 1978. General Bio-Chemistry. Edisi
II. New York. John Willey & Son.
8. Harper, H.A. 1977. Review of Physiological Chemistry. Los Altos Large
Medical Publications.
9. Thorpe, William Vecle, et. Al. 1970. Biochemistry for Medical Students.
London. The English Large Book Society.
10. Gerrad, Ira D. , 1976. Introductory Food Chemistry. Westport. The Avi
Publishing Company.
11. Biochemistry Made Simple, A Glossary of Recombinant DNA and
Hybridoma Technology, dalam PJB Publications, Januari 1983.
12. Karlson, P. 1968. Introduction to Modern Biochemistry. Academic Press Inc.
13. Webster. 1973. Webster’s New Collegiate Dictionary. Massachusetts: G& C
Merriam Company.
14. Senarai Istilah Kimia Antara Universiti (Cetakan Komputer), Dewan Bahasa
dan Pustaka, 1984.
15. Organic Chemistry, Worth Publishers, Inc. New York, New York 10016,
1971.
16. Advanced Organic Chemistry, Second Edition, McGraw-Hill Book
Company, United States of America, 1977.
17. The Concise Oxford Dictionary, New Edition, Clarendon Press, 1976.
21
18. Introduction to Natural and Synthetic Rubbers, D.W. Huke, Hutchinson
Scientific and Technical, London, 1961.
19. Hackh’s Chemical Dictionary, Fourth Edition, Mcgraw-Hill Book Company,
1965.
20. Stedman’s Medical Dictionary, 23rd. Edition, S. Chand and Company Ltd. ,
Ram Nagar, New Delhi-110055, 1982.
21. Review of Physiological Chemistry, 14th
Ed. Harold A. Harper, maruzen
Asian Edition, 1973.
V. Cara Kerja
1. Membahas dan menyelaraskan istilah-istilah Kimia1 (Biokimia) dalam
dokumen Kertas D-22 JKTBM.
2. Memabahas dan menyelaraskan istilah-istilah Kimia1 (Biokimia) dari
dokumen No. 3/PKIM/S-22 yang belum terdapat dalam dokumen Kerats D-
22 JKTBM.
V. Masalah
Ada beberapa kata yang sama tapi mempunyai arti yang berbeda sekali dalam
kedua bahasa Indonesia-Malaysia sehingga kata tersebut tak mungkin digunakan
dalam konteks yang sama.
VII. Hasil Kerja
a. Istilah yang telah dibahas adalah sebagai berikut.
1. Kategori A : 940
2. Kategori B : 124
3. Kategori C : 397
4. Kategori D : 40
5. Kategori E : 242
----
Jumlah 1,743
b. Keputusan
Telah disepakti bersam bahawa nama yang terdiri dari dua kata atau lebih
akan dituliskan dengan cara:
Kata yang mengandung akhiran yang merupakan ciri nama itu ditaruh di
belakang (sebagai nama khas), termasuk nama enzim.
Contoh:1) asetoldehida dehidrogenase tidak diindonesiakan sebagai
dehidrogenase asetaldehida.
22
2) flavin adenina dinukleotida tidak dituliskan sebagai
dinukleotida adenina flavin.
VIII. Rencana Kerja Selanjutnya
1. Perutusan Indonesia dan Malaysia masing-masing akan membahas kembali
istilah-istilah yang diangguhkan dalam sidang ini.
2. Meneliti kembali istilah-istilah yang disetujui berbeda, untuk mencari
kemungkinan penyelarasannya.
3. Menambah dan mengumpulkan istilah-istilah baru yang belum sempat
dibahas dalam sidang ini untuk diajukan dalam sidang MBIM berikutnya.
4. Dalam jangka panjang mempersiapkan kamus istilah biokimia.
5. Merencanakan pembahasaan istilah dan tata nama untuk subbidang kimia
lainnya.
6. Membahas istilah-istilah dalam Kertas No. 3/PKIM/S-22 yang belum
terdapat dalam Dokumen Kertas D-22 JKTBM yang belum sempat dibahas
dalam sidang ini.
IX. Saran
1. Istilah yang telah disepakati bersama hendaknya disebarluaskan di engara
masing-masing.
2. Untuk istilah-istilah yang sulit dicarikan kesamaannya dalam kedua bahasa
(Indonesia-Malaysia) disarankan untuk diturunkan dari bahasa sumbernya
(bahasa Inggris)
3. Istilah-istilah ilmu dasar untuk konsep yang sama masih perlu diselaraskan.
4. Masing-masing negara diminta perhatiannya untuk mempelajari dengan
seksama keputusan-keputusan MBIM sebelumnya, khususnya untuk
kelompok kimia adalah keputusan Sidang VI dan XVII MBIM.
23
LAPORAN SIDANG SUBPANITIA PENERBITAN DAN PERCETAKAN
I. Sidang
Sidang 1 : Senin, 29 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 16.30
Sidang 2 : Selasa, 30 Oktober 1984
Pukul 8.30 – 12.30
Sidang 3 : Selasa, 30 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 16.30
Sidang 4 : Rabu, 31 Oktober 1984
Pukul 8.30 – 12.30
Sidang 5 : Rabu, 31 Oktober 1984
Pukul 14.00 – 16.30
II. Anggota Sidang
1. Drs. Adjat Sakri - Ketua (Indonesia)
2. Encik Rahmat Ramly (Malaysia)
3. Hartono B.A. (Indonesia)
4. J.Soetarmo (Indonesia)
5. A.Latief, M.A. - Pendamping (Indonesia)
6. Dra. Jumariam -Sekretaris (Indonesia)
III. Dokumen
1. Kertas No. 5/PKIm/S-22 “Istilah Penerbitan dan Percetakan”
2. Kertas F-22 JKTBM “Penerbitan dan Percetakan”
IV. Bahan Rujukan
1. Dictionary of the Printing and Allied Industries: in six Languages.
Amsterdam: Elsevier, 1983.
2. Dictionary of Printing Terms. Resived edition. London: The Print Buyer
Magazine Ltd, 1976.
3. Jacob, Henry. A Pocket Dictionary of Publishing Terms. London:
MacDonald and Jane’s Publishing Ltd, 1976.
4. Lee, Marshall. Bookmaking. Edisi II. New York: BowkerCompany, 1968.
5. Walker, John R. Graphic Arts Fundamentals. South Holland, Illinois: The
Goodherat-Willcox, 1980.
V. Cara Kerja
1. Menetukan Klasifikasi pembidangan penerbitan dan percetakan.
2. Menentukan buku acuan dalam memilih istilah dasar.
24
3. Menetapkan senarai istilah dasar penerbitan dan percetakan dalam bahasa
Inggris sebanyak 1712 entri
4. Membahas istilah yang berdaftar dalam dua dokumen kerja yang disajikan
kedua perutusan.
VI. Klasifikasi Bidang Penerbitan dan Percetakan
1. Publishing Editorial
Graphic Design
2. Prepress Type Composition
Make-up & Lay out
Camera work
Plate making
3. Printing Letter press
Litography
Gravure
Screen printing
4. Finishing Binding & Packaging
VII. Hasil Kerja
1. Pengumpulan istilah dasar dalam bahasa Inggris bidang penerbitan dan
percetakan sebanyak 964 entri.
2. Pembahasan istilah dasar yang berdaftar dalam Dokumen Kertas No.
5/PKIm/S-22 dan Kertas F-22 JKTBM sebanyak 748 entri.
3. Pemantapan istilah dasar kelompok A sebanyak 42 entri dengan hasil
pengelompokan sebagai berikut.
Kategori A sebanyak 23 entri
Kategori B sebanyak 3 entri
Kategori C sebanyak 15 entri
Kategori D sebanyak 1entri
VIII. Masalah
1. Istilah Inggris yang diperoleh dari buku acuan yang telah disepakati ternyata
beberapa di antaranya tidak terlalu relevan dengan keperluan subpanitia pada
tahap sekarang. Disamping itu ada beberapa istilah yang menurut Subpanitia
seharusnya tercakup di dalamnya.
2. Padanan istilah Inggris sering berbeda karena cara pandang atau definisi yang
digunakan berbeda.
25
IX. Rencana Kerja Selajutnya.
1. Kelompok Indonesia/Malaysia harus sudah memantapkan istilah bahasa
Inggris hasil kerja Subpanitia Penrbitan dan Percetakan Sidang XXII MBIM
berserta kata dalam bahasa masing-masing paling lambat pada akhir Januari
1985.
2. hasil kerja masing-masing kelompok dipertukarkan untuk dibahas di negara
masing-masing sebelum dibawa ke Sidnag XXIII Majelis Bahasa Indonesia-
Malaysia tahun 1985 di Malaysia.
3. Untuk penyusunan definisi,bahan yang dipakai adalah Elsevier’s Dictionary
of the Printing and Allied Industries (1983), kecuali jika tidak terdapat di
situ.
4. Untuk mengindonesiaan dan pemalaysiaan istilah, bahan acuan yang dipakai
adalah: Leksikon Grafika, Istilah Percetakan Penerbitan dan Komunikasi
Massa, Kamus Dewan. Kamus Umum Bahasa Indonesia, dan Daftar
Kumulatif Istilah, dan Daftar Istilah Penerbitan dan Percetakan.