SISTEM SADAP KARET
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan penting pada budidaya karet. Penyadapan
yang salah akan mengakibatkan tanaman karet yang diusahakan masa produksinya pendek,
sedangkan penyadapan yang sesuai dengan aturan penyadapan umur produksi karet bisa
mencapai 25 – 30 tahun. Penyadapan merupakan kegiatan yang kritis pada budidaya karet,
maka penyadapan dianjurkan mematuhi aturan – aturan penyadapan karet yang benar.
Aturan – aturan penyadapan karet meliputi kegiatan penentuan matang sadap, menggambar
bidang sadap, waktu penyadapan, arah kemiringan sadap, kemiringan sadapan, kedalaman
penyadapan, frekuensi penyadapan, dan sistem eksploitasi sadapan karet.
Eksploitasi merupakan serangkaian sistem penyadapan yang diterapkan sepanjang
waktu produksi pada Tanaman Menghasilkan (TM) tanaman karet. Penyadapan adalah
mengiris kulit batang sedemikian rupa sehingga sebagian besar sel pembuluh lateks terpotong
dan cairan lateks yang berada di dalamya bisa menetes keluar. Eksploitasi lateks yang tepat
akan menghasilkan lateks sesuai kapasitas potensial klon karet yang ditanam dan juga
menjaga kesinambungan produksi lateks. Eksploitasi lateks yang tepat meliputi waktu bukaan
sadap pertama, cara penyadapan yang dilakukan, dan pemberian stimulan produksi lateks.
Penyadapan Karet
1. Menentukan Matang Sadap
Sebelum dilakukan penyadapan harus diketahui kematangan pohon karet yang
akan disadap. Untuk bisa disadap, tanaman karet yang berada dalam suatu hamparan
lahan harus sudah matang sadap pohon dan matang sadap kebun. Menentukan matang
sadap berdasarkan umur tanaman dan lilit batang.
Matang sadap pohon adalah suatu kondisi di mana tanaman karet akan memberikan
hasil lateks maksimal ketika disadap tanpa menyebabkan gangguan pada pertumbuhan
dan kesehatan pohon karet tersebut (Widianti,2008). Matang sadap kebun adalah jumlah
tanaman yang sudah matang sadap pohon dalam suatu areal pertanaman karet sudah
mencapai 60–70 % ketika berusia 4-5 tahun. Pada saat matang sadap pohon, diharapkan
ketebalan kulit kayu sudah mencapai 6-7 mm.
Dengan perawatan yang baik, matang sadap pohon umumnya bisa dicapai pada
saat tanaman karet berusia 4-5 tahun, namun demikian umur tidak dapat dijadikan
patokan baku karena pada umur yang sama besar batang karet sangat bervariai tergantung
dari pemeliharaan tanaman. Sedangkan menentukan kematangan pohon karet yang
umum dengan lilit batang dilakukan sebagai berikut :
a. Lingkaran batang harus mencapai 45 cm pada ketinggian 1 m di atas permukaan tanah
untuk tanaman asal biji dan telah siap disadap jika dalam kebun terdapat minimal 60 %
dari jumlah pohon persatuan luas.
b. Untuk tanaman asal okulasi lingkaran batang harus mencapai 45 cm pada ketinggian 1
m di atas pertautan (kaki gajah) dan telah siap disadap, jika kriteria mencapai 60 %
dari jumlah pohon persatuan luas. Tiap-tiap pohon hendaknya diukur lilit batangnya.
Saat mencapai umur 5 tahun, dilakukan pe-lejer-an pada tanaman karet yang
berada di hamparan lahan karet. Pe-lejer-an adalah pemberian tanda pada tanaman karet,
apakah tanaman karet sudah matang sadap pohon atau belum. Lilit batang yang berukuran
45cm diberi tanda (T). Yang lebih dari 45 cm diberi tanda (+). Dan yang kurang dari 45
cm diberi tanda (-). pemberian tanda bisa dilakukan dengan menggunaka cat atau apapun
yang tidak hilang selama 1-2 bulan. Dengan mengetahui jumlah tanaman karet yang
sudah matang sadap pohon, diketahaui juga apakah suatu hamparan tanaman karet sudah
matang sadap kebun atau belum. Pe-lejer-an dilakukan sekitar 1-2 bulan sebelum bukaan
sadap pertama. Pe-lejer-an dilakukan pada bulan Juli-Agustus,ini karena bukaan sadap
pertama biasanya dilakukan pada bulan Oktober atau Bulan April. Pada awal musim
penghujan diharapkan pertumbuhan tanaman karet bisa maksimal sehingga lateks yang
dihasilkan juga maksimal. Selain itu, pertumbuhan yang maksimal juga dapat
meminimalisir stress tanaman karet karena baru pertama kali disadap.Pada bulan-bulan
tersebut intensitas serangan penyakit pada bidang sadap juga minimum.
2. Persiapan Penyadapan
Alat-Alat Persiapan Buka Sadap :
a. Meteran kain 150 cm, untuk mengukur lilit batang
b. Meteran kayu 100 cm, untuk menentukan ketinggian pengukuran lilit batang
c. Mal sadap
d. Sepotong kayu: panjang 130 cm
e. Plat seng dengan lebar 6 cm, panjang 50-60 cm dipakukan pada ujung kayu dengan
sudut 120°
f. Pisau mal, besi berujung runcing dan bertangkai untuk menoreh kulit waktu
menggambar bidang sadap
g. Talang sadap
h. Seng: lebar 2.5 cm; panjang 8 cm Guna:Untuk mengalirkan lateks ke mangkuk sadap
i. Tali cincin, yang terbuat dari ijuk, ban, plastik atau tali plastik. Guna: untuk
mencantolkan cincin mangkuk dengan mengikatkan tali ke batang karet
j. Cincin mangkuk, terbuat dari kawat yang digunakan untuk meletakkan mangkuk sadap
k. Mangkuk sadap terbuat dari tanah, plastik, alumunium. Guna: untuk menampung
lateks
l. Pisau sadap, ada dua macam: pisau sadap tarik, pisau sadap dorong
3. Menggambar Bidang Sadap
Pada prinsipnya, penyadapan merupakan proses mengeluarkan lateks dari dalam
pembuluh lateks. Penyadapan harus bisa mengeluarkan lateks sesuai dengan kapasitas
potensial yang dimiliki oleh tanaman karet serta tetap bisa menjaga keberlanjutan
produksi lateks. Dengan demikian, pengetahuan tentang pembuluh lateks dalam suatu
tanaman karet menjadi sebuah keniscayaan untuk diketahui.
Lateks berada di hampir semua bagian organ tanaman karet seperti batang, daun,
bunga, buah, dan akar. Akan tetapi, pembuluh lateks yang paling banyak menghasilkan
lateks adalah yang berada di jaringan kayu dan kulit luar atau pada bagian kulit batang.
Pembuluh lateks tersususn dari arah kanan atas ke kiri bawah dengan sudut kemiringan
2,1-7,1º. Pembuluh lateks tersusun dalam kelompok yang melingkar mengelilingi sumbu
batang (Cincin Pembuluh Lateks). Cincin pembuluh lateks akan semakin rapat
susunannya ketika semakin dekat dengan kambium.
Sistem penyadapan karet yang baik harus direncanakan dengan baik. Agar
penyadapan karet dapat dikontrol dan diawasi dalam pemakaian kulit dengan benar, yang
pertama kali dilakukan dalam proses penyadapan adalah menggambar bidang sadap serta
memasang talang dan mangkuk sadap. Adapun langkah-langkah dalam menggambar
bidang sadap adalah sebagai berikut :
a. Buat garis menengah pada batang sepanjang 90 cm untuk tanaman asal biji dan 130 cm
tanaman okulasi atau membuat garis sadar depan dan sadar belakang dengan membagi
lingkar batang menjadi dua bagian.
b. Buat garis menegak pada sisi lain yang menunjukkan batas setengah lingkaran batang,
garis dibuat lebih tinggi dari garis pertama. Jadi, Separuh lingkar batang diukur dengan
arah Timur-Barat sehingga nantinya arah bidang sadap adalah Utara-Selatan.
c. Tempelkan mal sadap pada ujung irisan dan diarahkan ke sebelah kiri dengan
kemiringan mengikuti sudut bidang sadapan yang ditentukan. Mal sadap dipasang pada
garis sadar depan dan dibuat garis miring menurut mal sadap dengan pisau mal, dari
garis sadar belakang sampai dengan garis sadar depan ½ S.
Selain membentuk pola sadap, mal sadap juga berguna untuk mengontrol konsumsi
kulit. Idealnya, selama 3 bulan, penyadapan hanya mengonsumsi kulit dengan lebar 6
cm.oleh karena itu, mal sadap dibuat dengan ketebalan 6cm. konsumsi kulit yang
hanya sebesar 6cm selama 3 bulan berkaitan erat dengan kemampuan kulit untuk
suksesi/meregenerasi. Dengan konsumsi kulit 6cm selama 3 bulan diperkirakan
tanaman karet bisa disadap hingga 20 tahun.
d. Sudut kemiringan bidang sadap adalah 30-40º untuk bidang sadap bawah, dan 45º
untuk bidang sadap atas.
e. Penggambaran dilakukan setiap 6 bulan untuk mengontrol kemiringan dan konsumsi
kulit.
f. Lakukan pengirisan pada alur sadapan dan garis menengah serta kulit lereng sadapan.
Lakukan terus pengirisan kulit lereng sadapan, sampai irisan sadap terbuka sama lebar
dengan pisau sadap.
g. Selanjutnya adalah memasang talang dan mangkuk sadap. Talang dan mangkuk sadap
di pasang di ujung irisan bidang sadap bagian bawah. Talang sadap dipasang pada
pada jarak 5-15 cm di ujung irisan sadap bagian bawah, tepat di atas garis sadar depan
yang juga berfungsi sebagai parit untuk aliran lateks. Mangkuk sadap dipasang pada
pada jarak 15-20cm di bawah talang sadap dengan tujuan lateks dapat mengalir sampai
ke mangkuk dan penyadap tidak kesulitan dalam mengumpulkan lateks.
h. Pasang tali cicin dan mangkok di bawah talang sadap, dimana mangkok dipasang
terlungkup sebelum penyadapan dimulai.
i. Memberi tanda setiap 2 cm di bawah ujung irisan sadap agar penyadapan nanti dapat
dikontrol dengan baik.
Tinggi bukaan sadap adalah 130 cm di atas pertautan okulasi. Selain agar tidak terlalu
sulit ketika melakukan penyadapan, tinggi tersebut juga merupakan hasil dari
perhitungan hubaungan antara konsumsi kulit yang disadap dengan kemampuan kulit
untuk melakukan suksesi/regenerasi. Dan pada akhirnya juga berpengaruh terhadap
keberlanjutan produksi lateks. Kemiringan 30-40º untuk bidang sadap bawah, dan 45º
untuk bidang sadap atas bertujuan agar pembuluh lateks yang terpotong maksimal
jumlahnya sehingga produksi lateks yang dihasilkan juga tinggi. Sudut kemiringan
tersebut juga memungkinkan aliran lateks menjadi lancar dan tidak membeku sebelum
masuk ke dalam mangkuk sadap.
4. Aturan Menyadap Karet
Aturan – aturan dalam penyadapan karet apabila dipatuhi akan mendapatkan
produksi karet yang optimal dan berkesinambungan, sedangkan bila penyadapan karet
tidak mematuhi aturan penyadapan karet, maka produksi karet tidak akan
berkesinambungan.
Simbol sadapan
S (Spiral) = keratan sadapan sepanjang 1 spiral dengan susut 40o
D (Day) = hari, menunjukkan hari sadap
Pedoman
½ S = angka pertama di depan S menunjukkan jumlah atau panjang keratin
D3 = angka di belakang D menunjukkan hari sadap (rotasi sadap)
↓ = tanda panah menunjukka arah sadapan
Contoh : ½ S↓d3
Artinya : satu irisan sadap dengan panjang ½ spiral, satu hari sadap dua hari istirahat
(disadap 3 hari sekali).
a. Arah kemiringan sadap
Kemiringan arah penyadapan karet dari kiri atas ke kanan bawah yang membentuk
sudut 35 – 400 terhadap garis horizontal. Pembuatan sudut yang miring ini dibantu
dengan mal sadap. Arah bidang sadap jangan sampai terbalik karena sangat erat
hubungannya dengan produksi latek. Arah sadap yang benar akan memotong
pembuluh latek lebih banyak dibandingkan arah sadap yang salah atau terbalik.
b. Konsumsi kulit
Pengirisan kulit karet tidak perlu tebal cukup 1,2 – 1,4 mm setiap kali melakukan
penyadapan. Pengirisan kulit yang tebal hanya akan menjadi pemborosan dalam
pemakaian kulit dan akan mempercepat habisnya kulit batang karet yang produktif
sehingga masa produksinya menjadi singkat. Konsumsi kulit bervariasi sesuai
frekuensi sadap, standar yang perlu diikuti untuk kulit dara adalah sebagai berikut :
Panjang irisan sadap berpengaruh terhadap produksi lateks, pertumbuhan tanaman,
kontinuitas produksi, dan kesehatan tanaman. Panjang irisan sadap hanya setengah
bidang permukaan kulit tanaman karet (1/2 S). Penyadapan dilaksanakan satu bidang
terlebih dahulu, baru setelah satu bidang habis, dilanjutkan penyadapan di bidang yang
lainnya. Dari awal buka sadap hingga habisnya satu bidang diusahakan dilaksanakan
selama 5 tahun. Ini berkaitan dengan kemampuan kulit kayu dalam meregenerasi dan
melakukan suksesi. Untuk memulihkan kulit kayu sepanjang 130 cm, tanaman keret
membutuhkan waktu 5 tahun. Oleh karena itu, penyadapan satu bidang hendaknya bisa
mencapai waktu 5 tahun juga.bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama
dengan arah pergerakan penyadap, yaitu dari arah Timur-Barat (pada jarak antar
tanaman yang pendek/3m).
c. Kedalaman irisan sadap
Kedalaman irisan sadapan berpengaruh pada banyaknya kulit yang dikonsumsi pada
saat penyadapan, maka ketebalan irisan sangat berpengaruh pada jumlah berkas
pembuluh latek yang terpotong. Semakin dalam irisannya, semakin banyak berkas
pembuluh latek yang terpotong. Kedalaman kulit karet hampir mendekati lapisan
kambium memiliki pembuluh latek terbanyak. Oleh sebab itu, sebaiknya penyadapan
dilakukan sedalam mungkin, tetapi jangan sampai menyentuh lapisan kambiumnya.
Untuk menjaga keberlanjutan produksi, kulit pulihan hasil sadap harus dapat terbentuk
dengan baik. Kerusakan cambium yang berada diantara kayu dan kulit sebisa mugkin
harus dihindari. Kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 1 – 1,5 mm dari lapiasn
kambium. Bagian ini harus disisakan untuk menutupi lapisan kambium. Jika dalam
penyadapan lapisan kambium tersentuh, maka kulit pulihan akan rusak dan nantinya
berpengaruh pada produksi latek, seperti pada gambar 4 dibawah ini.
d. Waktu penyadapan
Latek bisa mengalir keluar dari pembulh latek akibat adanya tekanan turgor. Turgor
adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel. Banyak sedikitnya isi sel bepengaruh pada
besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Semakin banyak isi sel, semakin besar pula
tekanan pada dinding sel. Tekanan yang besar akan memperbanyak latek yang keluar
dari pembuluh latek. Oleh sebab itu, penyadapan dianjurkan dimulai saat turgor masih
tinggi, yaitu saat belum terjadi pengurangan isi sel melalui penguapan oleh daun atau
pada saat matahari belum tinggi. Penyadapan hendaknya dilakukan pada pagi hari
antara pukul 05.00 – 06.00 pagi, sedangkan pengumpulan latek dilakukan antara pukul
08.000 – 10.00 ( Tim Penulis, 1993).
Penyadapan hendaknya dilaksanakan sepagi mungkin, antara pukul 04.00 hingga
07.30. pada pagi hari, tekanan turgor sel tanaman maksimal sehingga jumlah lateks dan
aliran lateks yang keluar juga maksimal. Selain itu, belum terbitnya matahari juga
meminimalkan menggumpalnya lateks sebelum mencapai mangkuk sadap akibat panas
yang ditimbulkan cahaya matahari.
e. Frekuensi dan intensitas penyadapan
Frekuensi penyadapan adalah merupakan selang waktu penyadapan dengan satuan
waktu dalam hari (d). Penentuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya dengan
panjang irisan dan intensitas penyadapan.
Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 S) , frekuensi penyadapan yang dianjurkan untuk
karet rakyat adalah satu kali dalam 3 hari (d/3) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan
kemudian diubah menjadi satu kali dalam dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya.
Menjelang peremajaan tanaman, panjang irisan dan frekuensi penyadapan dapat
dilakukan secara bebas.
Satuan ini tergantung pada sistem penyadapan yang digunakan. Bila penyadapan
dilakukan terus menerus setiap hari, maka penyadapan tersebut ditandai dengan d/1,
sedangkan bila penyadapan dilakukan setiap dua hari sekali ditandai d/2. Penyadapan
yang umum dilakukan adalah d/2 S/2 artinya penyadapan setiap dua hari sekali pada
1/2 spiral. Perhitungan intensitas sadapan dilakukan dengan mengalikan angka-angka
pecahan pada rumus sadapan dengan 400%.
Contoh : S/2 d/2 = 100 % berasal dari ½ x ½ x 400 % = 100 %.
Pada dua tahun pertama setelah buka sadap, penyadapan dilaksanakan 3 hari sekali
(d/3). Untuk tahun-tahun selanjutnya, penyadapan bisa dilaksanakan 2 hari sekali (d/2).
Menjelang peremajaan, panjang irisan bidang sadap dan frekuensi penyadapan bisa
dilaksanakan dengan bebas (CCRC).
f. Sistem eksploitasi sadapan
Sistem eksploitasi tanaman karet adalah sistem pengambilan lateks yang mengikuti
aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi, secara ekonomis
menguntungkan dan berkesinambungan.
Sistem sadap : cara penyadapan yang dilakukan dalam suatu periode tertentu
Misalnya : ½ S d/2, ½ S d/3 + E
Sistem eksploitasi : rangkaian sistem sadap yang diterapkan sepanjang waktu produksi
(TM) tanaman karet (20 – 25 tahun). Tujuan sistem eksploitasi adalah diperoleh
produksi tinggi sesuai potensi tanaman/klon dan berkelanjutan.
Sistem eksploitasi konvensional: merupakan sistem sadap biasa tanpa menggunakan
stimulan. Kelebihannya tergantung pada perangsang dan sesuai dengan keadaan
tanaman walaupun kurang baik pertumbuhannya. Kelemahannya kulit batang akan
cepat habis.
Sistem sadap stimulasi : sistem sadap kombinasi dengan menggunakan perangsang.
Pemberian perangsang dimaksudkan untuk meningkatkan produksi yang dapat
dilakukan pada pohon karet yang telah berumur lebih dari 15 tahun.
Sistem konvensional adalah yang paling luas penggunaannya baik oleh perkebunan
besar maupun perkebunan rakyat. Sistem ini memiliki kelebihan, antara lain tidak
tergantung pada perangsang dan sesuai dengan keadaan tanaman walaupun kurang
baik pertumbuhannya. Sedangkan kelemahannya adalah kulit bidang sadap akan cepat
habis, kemungkinan kerusakan kulit bidang sadap lebih besar, tenaga kerja yang
dibutuhkan lebih banyak dan sangat sulit meningkatkan produksi jika diinginkan.
Jangka waktu yang digunakan untuk eksploitasi konvensional adalah 30 tahun.
Teknik lain terkait penyadapan adalah Double Cutting. Double Cutting adalah sistem
sadap yang dilaksanakan secara bersamaaan antara Sadap Arah Atas dengan Sadap
Arah Bawah pada satu bidang. Double Cutting juga dilakukan ½ S, artinya satu bidang
terlebih dahulu baru setelah 5 tahun berganti ke bidang yang lain. Pisau yang
digunakan untuk untuk Sadap Arah Atas berbeda dengan pisau untuk Sadap Arah
Bawah. Sadap Arah Atas menggunakan pisau sadap dorong, sedangkan Sadap Arah
Bawah menggunakan pisau sadap tarik.
5. Pemberian Stimulan
Stimulan merupakan zat yang digunakan untuk menstimulasi atau merangsang
produksi lateks. Secara umum stimulant digunakan untuk meningkatkan produksi lateks
dan mengontrol Kering Alur Sadap. Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam
menggunakan stimulant adalah sebagai berikut: tanaman sehat dengan per daun tidak
meranggas, status hara tanaman baik, tanaman tidak mengalami Kering Alur Sadap,
stimulasi dilakukan pada sistem penyadapan dengan frekuensi rendah, tanaman berumur
sekitar 15 tahun atau ketika mulai sadap ke arah atas.
Pemberian stimulant berpengaruh terhadap 3 fisiologis tanaman karet. Ketiganya
adalah semakin membuat elastis dinding sel, mempercepat dan meningkatkan aktivitas
enzimetik dalam biosintetis lateks, dan membuat daerah pengatusan lateks menjadi
semakin luas. Ketiganya berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan aliran lateks
sehingga hasil lateks yang dihasilakan menjadi lebih besar.
Selama ini, ada dua jenis stimulant yang digunakan, yaitu stimulant cair dan
stimulant gas.
a. Stimulan Cair
Bahan aktif untuk stimulan cair adalah etefon (2-chloroethylphosponicacid), seperti
ethrel, flotex, katrol, dan guela. Ada tiga aplikasi stimulant cair. Groove application,
bark application, dan panel application.
Groove application dilakukan dengan cara menarik scrap pada alur sadap kemudian
mengolesinya dengan stimulan 2,5%. Pada klon slow starter, interval aplikasi dua
minggu sekali atau 18 kali dalam setahun. Pada klon quick starter, interval aplikasi
sebulan sekali atau 4 kali dalam setahun.
Pada bark aplication, kulit di atas bidang sadap dikerok selebar 1,5 cm,kemudian
diolesi stimulan dengan konsentrasi 2,5%. Interval aplikasi 2 minggu, dengan 18 kali/
tahun untuk klon slow starter, dan 12 kali/tahun untuk klon quick starter.
Panel aplication, stimulan dengan konsentrasi 2,5% dioles di atas / di bawah alur
sadap. Pengolesan dilakukan pada kulit pulihan selebar 1 cm. Interval pengolesan
adalah 2 minggu.
Secara umum, stimulan diberikan pada bulan-bulan basah dan dihentikan saat mulai
gugur daun (Juli-Oktober). Pemberian etefon harus sesuai dengan konsentrasi karena
jika berlebihan dapat menyebabkan hal-hal seperti: perubahan elastisitas dinding sel
pembuluh lateks, perubahan tekanan turgor, penurunan jumlah produksi lateks, dan
penambahan persentase dan ukuran sel batu.
b. Stimulan Gas
Bahan aktif untuk stimulan gas adalah etilen. Di Balai Penelitian Getas, injeksi
dilakukan dengan menggunakan RIGG-7 dan RIGG-9. Perbedaan antara keduanya
hanya terletak pada bahan dan ukuran plat yang digunakan untuk menginjeksi ke
tanaman karet. RIGG-7 berbahan dasar plastik dan memiliki permukaan yang relatif
kecil. RIGG-9 berbahan logam dan memiliki luas permukaan yang lebih besar.
Permukaan yang lebih besar membuat pemberian stimulant lebih efektif. Akan tetapi,
permukaan plat yang menginjeksi tanaman tidak boleh terlalu besar agar luka yang
dialami oleh tanaman juga tidak terlalu besar.
Gas etilen dimasukkan ke dalam RIGG dengan menggunakan tabung yang sudah
diberi regulator sehingga tekanan bisa konstan. Stimulan gas diberikan ke tanaman
setelah 3 kali sadap atau sepuluh hari sekali pada frekuensi penyadapan d/3.
DAFTAR PUSTAKA
Hendratno,Sinung dan K Amypalupy. 2008. Formula buka sadap kebun karet pada kondisi
perekonomian yang dinamis. Jurnal Penelitian Karet. 26(1):65-75.
Khasanah, Nurul,dkk. 2008. Pertumbuhan karet dalam sistem monokultur dan campuran
dengan akasia. Jurnal Penelitian Karet. 26(1): 31-48.
Rouf, Akhmad. 2012. Sistem Eksploitasi yang Optimal dan Berkelanjutan pada Tanaman
Karet. Balai Penelitian Getas (Pusat Penelitian Karet).
Siregar T.H.S,. Suhendry I. 2013. Budidaya dan Teknologi Karet. Penebar swadaya. Jakarta.
Tim Penulis.1993. Karet Strategi Pemasaran Tahun 2000. Budidaya dan Pengolahan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Widianti ,Novi. 2009. Ikuti Anjuran, Produksi Tinggi Kan Diraih. Hevea Nomor 1 Volume 1
April 2009
Sumber Internet :
http://bbppbinuang.info/news92-teknik-penyadapan-karet.html
http://www.anakagronomy.com/2013/04/sistem-eksploitasi-lateks-karet-yang.html
https://prezi.com/gtv4jduc7lsp/tbt-karet-sistem-sadap-rumusan-kriteria-dan-frekuensi-sa/