1. PENGARUH INCOME SMOOTHING (PERATAAN LABA) TERHADAP EARNING
RESPONE (REAKSI PASAR) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK
JAKARTA (BEJ) SKRIPSI Untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada
Universitas Negeri Semarang Oleh YULIANA MAWARTI 3351403065 JURUSAN
AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007
2. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh
Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :
Hari : Senin Tanggal : 9 Juli 2007 Dosen Pembimbing I Dosen
Pembimbing II Dra. Margunani, MP Drs. Subkhan NIP. 131570076 NIP.
131686738 Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi Drs. Sukirman, M.Si.
NIP. 131967646
3. iii PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan
didepan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri semarang pada : Hari : Jumat Tanggal : 31 Agustus 2007
Penguji Skripsi Drs. Fachrurrozie, M.Si NIP. 131961218 Anggota I
Anggota II Dra. Margunani, MP Drs. Subkhan NIP. 131570076 NIP.
131686738 Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi Drs. Agus Wahyudin,
M.Si. NIP. 131658236
4. iv SARI Mawarti, Yuliana. 2007. Pengaruh Income Smoothing
(perataan laba) terhadap Earning Respone (reaksi pasar) pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang . Kata
Kunci : Earning Respone, Income Smoothing Nilai pada laporan
keuangan seperti laba bersih perusahaan dianggap sebagai sinyal
yang menunjukkan nilai dari perusahaan. Hal ini menjadikan
perhatian investor dan calon investor terpusat pada laba suatu
perusahaan. Investor sering memusatkan perhatiannya hanya pada
informasi laba, tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk
menghasilkan informasi laba tersebut. Hal ini mendorong manajer
untuk melakukan manajemen atas laba. Salah satu tindakan manajemen
atas laba yang dapat dilakukan adalah income smoothing. Pengumuman
laba dikatakan mengandung informasi jika laba yang diumumkan
berbeda dengan laba yang diprediksikan oleh investor. Pada kondisi
demikian dipastikan pasar akan bereaksi yang tercermin dalam
pergerakan harga saham pada periode pengumuman tersebut. Penelitian
ini menganalisis dan mengkaji pengaruh income smoothing terhadap
earning respone pada perusahaan manufaktur di BEJ. Populasi sasaran
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEJ sebelum tahun 2001, menerbitkan laporan keuangan per 31
Desember pada tahun 2004 sampai 2006, tersedia data mengenai harga
saham selama periode estimasi dan periode pengamatan, tersedia data
mengenai tanggal pengumuman laba dan tidak mengalami kerugian
selama periode penelitian, selama periode estimasi dan periode
pengamatan perusahaan tidak melakukan corporate action. Keseluruhan
populasi yang terbagi dalam beberapa kelompok usaha, terdapat 58
perusahaan yang memenuhi untuk diambil sebagai populasi sasaran, 32
perusahaan yang dikategorikan melakukan income smoothing dan 26
perusahaan tidak melakukan income smoothing. Variabel dalam
penelitian ini adalah earning respone yang diberi dengan simbol Y
dan Income smoothing yang diberi simbol X. Variabel (Y) diukur
menggunakan cumulative abnormal return (CAR) yang dihitung dengan
periode pengamatan tujuh hari setelah pengumuman laba (0 sampai
dengan +6). Return yang diharapkan dalam penelitian ini dihitung
berdasarkan pada mean adjusted model. Untuk penelitian ini lama
periode estimasi ditetapkan selama 30 hari sebelum periode
pengamatan, yaitu (-30 sampai dengan -1). Income smoothing diukur
menggunakan Indeks Eckel yaitu dengan membandingkan CVS dengan CVI.
Dimana perusahaan dikatakan melakukan perataan laba apabila SCVICV
. Analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh yang
disebabkan income smoothing terhadap earning respone adalah regresi
linier sederhana dengan perhitungan product moment. Analisis data
diperoleh persamaan regresi Y = 136.805 0.580X membuktikan bahwa
income smoothing mempunyai pengaruh negatif terhadap
5. v earning respone. Nilai rata-rata CAR pada perusahaan
populasi sasaran secara keseluruhan sebesar 142.792 sedangkan pada
perusahaan perata laba nilai rata- rata CAR sebesar 122.635 dan
nilai rata-rata CAR pada perusahaan bukan perata laba sebesar
167.600 hal ini menunjukkan bahwa CAR pada perusahaan bukan perata
laba lebih besar dari perusahaan perata laba. Perbedaan nilai CAR
pada kedua kelompok perusahaan tersebut sebesar 44.966 kenyataan
tersebut mengandung arti bahwa pasar akan bereaksi ketika
perusahaan tidak melakukan perataan laba. Hal ini dikarenakan laba
pada perusahaan bukan perata laba sulit untuk diprediksikan
sedangkan pada perusahaan perata laba dapat dengan mudah
diprediksikan. Dari persamaan regresi tersebut dapat dideskripsikan
apabila terjadi satu poin penambahan tindakan perataan laba maka
akan megurangi reaksi pasar sebear 0.20039 adapun nilai r2 sebesar
0.040 dapat disimpulkan bahwa kontribusi variabel income smoothing
terhadap variabel reaksi pasar sebesar 4% dimana angka tersebut
termasuk dalam kategori rendah. Hasil perhitungan t hitung sebesar
1.531 nilai sebesar 0.05 didapatkan t tabel sebesar 2.389 sehingga
nilai t hitung < t tabel. Nilai statistik ini mempunyai arti
bahwa H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti perataan laba tidak
berpengaruh signifikan terhadap reaksi pasar. Pengujian hepotesis
menunjukkan bahwa tindakan perataan laba mempunyai pengaruh yang
negatif terhadap reaksi pasar dan perataan laba tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap reaksi pasar yang diukur menggunakan CAR
pada perusahaan manufaktur di BEJ periode 2004 sampai 2006. dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang melakukan
tindakan perataan laba dinilai negatif sehingga pasar tidak
bereaksi pada saat pengumuman laba. Perhitungan regresi sederhana
yang menghasilkan r2 sebesar 0.040 menunjukkan bahwa perataan laba
berkontribusi rendah terhadap reaksi pasar. Saran yang diberikan
oleh penulis adalah perusahaan manufaktur sebaiknya tidak melakukan
perataan laba dan memberikan informasi keuangan apa adanya sesuai
dengan kondisi perusahaan, untuk penelitian selanjutnya sebaiknya
menambah jumlah sampel penelitian, ataupun memperpanjang periode
estimasi dan periode pengamatan dapat diambil sebelum dan sesudah
pengumuman laba, serta memperhatikan faktor-faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap perubahan reaksi pasar.
6. vi PRAKATA Alhamdulilahirobilalamin, segala puji hanya milik
Allah Rabb semesta alam, yang telah melimpahkan berbagai nikmat,
hidayah, dan kasih sayangNya kepada penulis sehingga penulisan
skripsi dengan judul Pengaruh Income Smoothing (perataan laba)
terhadap Earning Respone (reaksi pasar) pada Perusahaan Manufaktur
di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dapat diselesaikan dengan baik dan
lancar. Penulisan skripsi ini berawal dari adanya perbedaan respon
pasar pada perusahaan income smoothers dan perusahaan non income
smothers. Semoga tulisan ini dapat dijadikan sebagai wujud
partisipasi penulis dalam pengkajian dan penelitian investasi
saham. Ungkapan terimakasih penulis haturkan kepada: 1. Prof. Dr.
Sudijono Sastroadmojo, M.Si Rektor Universitas Negeri Semarang 2.
Drs. Agus Wahyudin, M.Si Dekan Fakultas Ekonomi UNNES 3. Drs.
Sukirman, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi. 4. Dra. Margunani, MP
sebagai Dosen Pembimbing I atas perhatian dan bimbingan yang
teramat sabar dan terarah. 5. Drs. Subkhan sebagai Dosen Pembimbing
II atas bimbingannya yang teramat sabar, jelas dan terarah. 6. Drs.
Fachrurrozie, M.Si sebagai Dosen Penguji atas perhatian dan
kebijaksanaannya dalam ujian.
7. vii 7. Muhamad Khafid, S.Pd., M.Si. sebagai Dosen Wali atas
perhatian dan motivasinya. 8. Saudara-saudaraku atas doa,
pengorbanan dan motivasinya. 9. Teman-teman di Unnes dan sekitarnya
atas doa dan motivasinya. 10. Segenap pihak yang telah membantu
kelancaran penulisan skripsi ini. Meskipun sederhana namun penulis
yakin penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wacana
mengenai investasi dan saham khususnya tindakan perataan laba pada
perusahaan manufaktur. Semarang, Juli 2007 Penulis
8. viii PERNYATAAN PENULIS Saya menyatakan bahwa yang tertulis
dalam laporan ini benar benar hasil karya saya sendiri, bukan
jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam laporan ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, Juli
2007 Yuliana Mawarti NIM. 3351403065
9. ix MOTTO dan PERSEMBAHAN Motto Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.. (Q.S. Ar- Rad 11) Katakanlah Wahai
Tuhan yang mempunyi kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki, Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tanganMu-lah segala
kebajikan. Dan sesungguhnya Allah kuasa atas segala sesuatu. (Q.S
Ali Imron 26) The height of your accomplishments will equal the
depth of your convictions.. (William F. Scolavino) The nearest
invisible gold mine in this world is gold mind in yourself..
(Learning Quote) Greatest glory isnt in never falling, but in
rising every time we fall.. (Ralp Waldo Emerson) wheresoever you
go.., go with all your heart. Just for Allah. Persembahan Skripsi
ini ku persembahkan kepada Allah SWT sebagai wujud cinta hamba pada
Rabbnya terkasih, Dan kuperuntukkan kepada: Ayah dan Bunda yang
telah berpulang ke rahmatNya, Saudara-saudaraku yang tak pernah
henti menyebutku dalam doanya inilah karya sederhanaku, Kampus
Unnes tercinta inilah tanggung jawab saya.
10. x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
.......................................................................................
i PERSETUJUAN PEMBIMBING
...................................................................
ii HALAMAN PENGESAHAN
.........................................................................
iii SARI
................................................................................................................
iv
PRAKATA.......................................................................................................
vi PERNYATAAN
PENULIS.............................................................................
viii MOTO DAN PERSEMBAHAN
.....................................................................
ix DAFTAR
ISI....................................................................................................
x DAFTAR
TABEL............................................................................................
xii DAFTAR
GAMBAR.......................................................................................
xiii DAFTAR LAMPIRAN
...................................................................................
xiv BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
.......................................................... 1 1.2
Perumusan Masalah
................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian
....................................................................
6 1.4 Manfaat Penelitian
..................................................................
7 BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Perusahaan
Terbatas.................................................................
8 2.2 Saham dan Keuntungan Investasi
........................................... 9 2.3 Kandungan
Informasi atas Laba dan Earning Respone............13 2.4 Manajemen
Laba dan Income Smoothing.................................19 2.5
Kerangka Berfikir. 30 2.6 Hipotesis... 33 BAB III. METODE
PENELITIAN 3.1 Jenis
Penelitian........................................................................
34 3.2 Populasi dan Populasi
Sasaran................................................ 34 3.3
Variabel Penelitian.............
.................................................... 35 3.4 Jenis
dan Sumber
Data............................................................ 36
3.5 Metode Analisis
Data..............................................................
37
11. xi BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Penelitian........................................................................43
4.1.1 Objek
Penelitian..............................................................43
4.1.2 Deskriptif Variabel
Penelitian.........................................47 4.1.2.1
Earning respone (Reaksi Pasar)..........................47 4.1.2.2
Income smoothing (Perataan Laba).....................50 4.1.3 Uji
Hipotesis...................................................................53
4.2
Pembahasan..............................................................................55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1
Simpulan..................................................................................59
5.2
Saran........................................................................................59
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................xv
Lampiran-lampiran
.....................................................................................61
dst
12. xii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu
............................................. 32 Tabel 4.2 Populasi
Sasaran
.....................................................................
46 Tabel 4.3 Perubahan CAR
............................................................. 48
Tabel 4.4 Nilai CAR . 49 Tabel 4.5 Profile Data Keseluruhan (IS) .
51 Tabel 4.6 Nilai IS
.....................................................................
52 Tabel 4.7 Pengolahan SPSS (Regresi)
............................................. 53 Tabel 4.8
Pengolahan SPSS (r2 )
......................................................... 54 Tabel
4.9 t hitung
.................................................................................
55
13. xiii DAFTAR BAGAN Bagan 2.2 Skema Kerangka Berfikir
.......................................................... 33 Bagan
3.1 Periode Estimasi dan Pengamatan
.................................. 39 Bagan 4.1 Distribusi
Pengambilan Sampel ..............................................
45
14. xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Nama Perusahaan Populasi
Sasaran............................................ 61 Lampiran 2.
Data Sales dan Net Income (perhitungan Indeks Echkel) ...........
62 Lampiran 3. Return dan Perhitungan CAR
2004............................................. 64 Lampiran 4.
Return dan Perhitungan CAR
2005............................................. 68 Lampiran 5.
Return dan Perhitungan CAR
2006............................................. 72 Lampiran 6.
Data CAR(Y) dan Income Smoothing
(X).................................. 76 Lampran 7. Tabel Persiapan
perhitungan Regresi (Exel) ................................ 77
Lampiran 8. Tabel nilai r Product Moment
..................................................... 78 Lampiran
9. Surat Ijin
Penelitian.....................................................................
81 Lampiran 10. Biodata
Penulis..........................................................................
82
15. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laba merupakan salah
satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan
yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal. Informasi
laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan
untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan
laba yang representatif dalam jangka panjang dan menaksir resiko
investasi atau meminjamkan dana (Kirschenheiter dan Melumad 2002
dalam Juniarti 2005:148). Pernyataan tersebut senada dengan
definisi yang tertuang dalam Statement of Financial Accounting
Concept (SFAC) Nomor 1 juga menyebutkan bahwa informasi laba pada
umumnya merupakan faktor penting dalam menaksir kinerja atau
pertanggung jawaban manajemen dan informasi laba tersebut membantu
pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power
perusahaan dimasa yang akan datang (Financial Accounting Standart
Board 1987 dalam Khafid 2004:41). Perusahaan manufaktur merupakan
perusahaan yang mempunyai karakteristik utama mengolah sumber daya
menjadi barang jadi melalui proses pabrikasi. Perusahaan manufaktur
termasuk emiten terbesar dari seluruh perusahaan yang listing di
BEJ. Selama tahun 2004 sampai dengan 2006 jumlah emiten yang ada
pada industri manufaktur sebanyak 156 perusahaan, angka ini
menunjukkan bahwa perusahaan mendominasi sekitar 60% dari
16. 2 seluruh perusahaan di BEJ. Perusahaan manufaktur sebagai
emiten terbesar mempunyai peluang yang besar dalam memberikan
kesempatan bagi para pelaku pasar atau investor untuk berinvestasi.
Hal ini menjadikan perusahaan manufaktur selalu mendapatkan
perhatian dan sorotan para pelaku pasar. Harga saham disana
mengalami perubahan yang cukup dinamis. Saham- sahamnya banyak yang
aktif diperjual belikan dipasar sekunder. Pengumuman laba
perusahaan juga merupakan informasi penting yang mencerminkan nilai
perusahaan bagi pelaku pasar. Dari informasi yang diberikan
perusahaan tersebut maka pelaku pasar akan melakukan prediksi dan
menentukan keputusan investasi (Hasil penelitian pendahuluan, 23
Mei 2007). Dari deskriptif mengenai perusahaan manufaktur tersebut
penulis berasumsi bahwa tidak menutup kemungkinan terdapat indikasi
manajemen dari beberapa perusahaan manufaktur melakukan tindakan
perataan laba. Hal tersebut dapat dilihat dari laporan laba-rugi
dari beberapa perusahaan menunjukkan besarnya laba yang relatif
stabil dari tahun ke tahun. Perubahan harga yang cukup dinamis juga
bisa membuka peluang bagi pihak manajemen untuk melakukan
pengelolaan atas laba dengan melakukan income smoothing. Hughes
(1968) dalam Jogiyanto (2003:424) mengatakan bahwa nilai pada
laporan keuangan seperti laba bersih perusahaan dianggap sebagai
sinyal yang menunjukkan nilai dari perusahaan. Hal ini menjadikan
perhatian investor dan calon investor terpusat pada laba suatu
perusahaan. Seorang investor yang rasional akan membuat prediksi
terlebih dahulu sebelum membuat keputusan dengan mengamati sinyal
yang di berikan perusahaan.
17. 3 Investor sering memusatkan perhatiannya hanya pada
informasi laba, tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk
menghasilkan informasi laba tersebut. Hal ini mendorong manajer
untuk melakukan manajemen atas laba (earning manajement) dan
menyebabkan menejemen untuk mengelola laba dalam usahanya membuat
entitas tampak bagus secara finansial. Salah satu tindakan
manajemen atas laba yang dapat dilakukan adalah tindakan income
smoothing (perataan laba). Dalam hal ini perataan laba menunjukkan
suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal
laba dalam batas-batas yang diizinkan dalam praktek akuntansi dan
prinsip manajemen yang wajar. Penelitian terdahulu menyebutkan
bahwa dengan adanya perataan laba dapat menimbulkan reaksi pasar
(earning respone) pada saat pengumuman laba perusahaan. Penelitian
Bitner dan Dollan (1996) dalam Mursalim (2003:170) menyebutkan
bahwa income smoothing memiliki pengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan, dan menemukan bukti empiris bahwa pasar ekuitas
mengabaikan artificial smoothing dan real smoothing. Berbeda dengan
Bitner diatas, penelitian Assih (2000:51) menyatakan bahwa reaksi
pasar yang diukur dengan Cumulative Abnormal Return (CAR) antara
perusahaan perata laba berbeda secara signifikan dengan perusahaan
bukan perata laba. Penelitian yang dilakukan oleh Samlawi (2000)
dalam Khafid (2004:49) menunjukkan bahwa hasil pada analisis total
sampel ditemukan adanya perbedaan return rata-rata yang signifikan
antara perusahaan perata laba dengan perusahaan bukan perata laba
dimana return perusahaan perata laba lebih kecil daripada
18. 4 perusahaan bukan perata laba. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Michelson et. al (1995) dalam Assih (2000:36) yang
menyatakan perusahaan yang melakukan perataan laba mempunyai
rata-rata return yang secara signifikan lebih rendah, mempunyai
beta lebih rendah dan nilai pasar aktiva yang lebih tinggi.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Khafid (2004:49)
menyatakan jika reaksi pasar yang diukur dengan cumulative abnormal
return (CAR) menunjukkan reaksi atas diumumkannya laba pada periode
pengamatan saat dilakukan pengumuman sampai dengan enam hari
setelah pengumuman laba, disamping itu penelitian juga menunjukkan
adanya perbedaan reaksi antara kelompok perusahaan perata laba
dengan perusahaan bukan perata laba. Income smoothing sangat
berkaitan dengan kandungan informasi atas laba sehingga penelitian
tentang kandungan informasi atas laba yang dilakukan oleh Beaver
(1968) dalam Assih (2000:37) sangat mendukung. Penelitian tersebut
menyatakan bahwa bila pengumuman laba tahunan mengandung informasi,
variabilitas perubahan akan nampak lebih besar pada saat laba
diumumkan daripada saat lain selama tahun yang bersangkutan karena
terdapat perubahan dalam keseimbangan nilai harga saham selama
periode pengumuman. Pengumuman laba dikatakan mengandung informasi
jika laba yang diumumkan berbeda dengan laba yang diprediksikan
oleh investor. Pada kondisi demikian dipastikan pasar akan bereaksi
yang tercermin dalam pergerakan harga saham pada periode pengumuman
tersebut.
19. 5 Beberapa penelitian diatas dilakukan pada seluruh
perusahaan go public yang terdapat di BEJ. Sementara perusahaan
manufaktur merupakan emiten terbesar di BEJ maka perlu adanya
penelitian lebih lanjut yang meneliti tindakan income smoothing
khusus pada perusahaan manufaktur. Tindakan perataan laba yang
dilakukan oleh perusahaan manufaktur tentunya akan membawa dampak
terhadap reaksi pasar. Sesuai dengan uraian tersebut maka
penelitian ini akan menganalisis dan mengkaji seberapa besar reaksi
pasar (earning respone) yang ditimbulkan dari income smoothing
dengan mengambil perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai lokasi penelitiannya. 1.2
Perumusan Masalah Return merupakan hasil yang diperoleh dari
investasi. Menurut Jogiyanto (2003:109) return dapat berupa return
realisasi dan return ekspektasi. Return realisasi merupakan return
yang sudah terjadi sedangkan return ekspektasi merupakan return
yang belum terjadi tetapi yang diharapkan dapat terjadi dimasa yang
akan datang. Besarnya return realisasi dihitung berdasarkan data
historis. Return realisasi tersebut dianggap penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan.
Return histori berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi
dan resiko dimasa yang akan datang. Nilai pada laporan keuangan
seperti laba bersih perusahaan dianggap sebagai sinyal yang
menunjukkan nilai dari perusahaan. Hal ini menjadikan perhatian
investor dan calon investor terpusat pada laba suatu
20. 6 perusahaan. Seorang investor yang rasional akan membuat
prediksi terlebih dahulu sebelum membuat keputusan dengan mengamati
sinyal yang di berikan perusahaan. Praktek yang terjadi, investor
sering memusatkan perhatiannya hanya pada informasi laba, tanpa
memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi
laba tersebut, hal ini mendorong manajer untuk melakukan manajemen
atas laba (earning manajement) dan menyebabkan menejemen untuk
mengelola laba dalam usahanya membuat entitas tampak bagus secara
finansial. Salah satu tindakan manajemen atas laba yang dapat
dilakukan adalah tindakan income smoothing (perataan laba). Pada
penelitian terdahulu disebutkan bahwa dengan adanya perataan laba
tersebut dapat menimbulkan reaksi pasar (earning respone) pada saat
pengumuman laba perusahaan. Reaksi pasar tersebut ditunjukkan
dengan adanya perubahan harga sekuritas di pasar modal (sekunder).
Berdasarkan uraian tersebut, masalah yang akan diteliti dapat
dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh income smoothing
terhadap earning respone pada perusahaan manufaktur di BEJ? 1.3
Tujuan Penulisan Keinginan untuk menegatahui pegaruh income
smoothing terhadap earning respone maka sesuai dengan rumusan
masalah, penelitian ini mempunyai tujuan:
21. 7 Menganalisa dan mengetahui pengaruh income smoothing
terhadap earning respone pada perusahaan manufaktur di BEJ. 1.4
Manfaat Penulisan Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian
ini secara akademis dan aplikatif, antara lain: 1. Secara akademis,
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
perkembangan teori yang berkaitan dengan akuntansi manajemen,
akuntansi keuangan dan dan kajian perataan laba. 2. Secara
aplikatif, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada investor dan calon investor serta pelaku pasar
lainnya dalam memandang laba yang diumumkan oleh perusahaan. 3.
Bagi pihak lain yang berkaitan, penelitian ini dapat memberikan
informasi dan referensi atau bahan rujukan untuk menambah khasanah
ilmu pengetahuan maupun untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
mengenai perataan laba.
22. 8 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 3.1 Perusahaan
Terbatas Sebagian besar perusahaan merupakan badan usahan berbentuk
perseroan. Perusahaan atau perseroan tersebut lebih dikenal dengan
nama Perseroan Terbatas (PT) yang merupakan suatu badan hukum (yang
terdaftar pada negara bagian) yang membayar pajak dan secara hukum
terpisah dengan para pemiliknya (Madura 2001:38). Untuk mendirikan
suatu badan usaha, seorang individu atau kelompok harus memakai
akta pendirian perusahaan, atau dokumen yang digunakan untuk
mendirikan suatu bisnis dan mendaftarkannya kepada pemerintah
(Madura 2001:38). Akta pendirian menunjukkan aspek penting dari
korporasi, misalnya nama perusahaan, informasi mengenai saham yang
diterbitkan dan deskripsi operasi perusahaan. Orang yang mengelola
perusahaan juga harus mengelola menurut peraturan pemerintah (UU)
yang biasanya adalah petunjuk umum untuk mengelola perusahaan.
Pemegang saham korporasi secara hukum mempunyai tanggung jawab yang
terbatas artinya mereka tidak harus menanggung secara pribadi
kegiatan perusahaan. Pemegang saham hanya dapat menanggung kerugian
sebatas modal yang ditanamkannya. Pemegang saham memilih dewan
direksi yang bertanggung jawab untuk menciptakan kebijakan umum
perusahaan. Salah satu tanggung jawab dewan direksi adalah memilih
seorang presiden direktur dan para pimpinan utama yang kemudian
diberi tanggungjawab
23. 9 menjalankan bisnis sehari-hari. Apabila dewan direksi
menjadi tidak suka dengan kinerja pimpinan utama (manajemen)
tersebut dewan direksi mempunyai kekuatan untuk mengganti mereka.
Demikian pula apabila pemegang saham tidak suka dengan kinerja
anggota dewan direksi mereka dapat mengganti pada pemilihan yang
akan datang. Menurut Madura (2001:39) pemegang saham mendapatkan
imbalan atas investasi mereka melalui dua cara. Pertama, mereka
bisa menerima deviden dari perusahaan dimana suatu porsi dari laba
perusahaan tiga bulan terkhir yang didistribusikan kepada para
pemegang saham. Kedua, harga saham yang dimilikinya mungkin naik
dipasaran. Keadaan perusahaan yang lebih menguntungkan maka nilai
saham dipasaran cenderung naik artinya nilai saham pemilik juga
naik sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan dalam menjual
saham dengan harga yang tinggi. Sebagian besar perusahaan merupakan
badan usaha dengan kepemilikan umum artinya saham-sahamnya dapat
dengan mudah diperjual belikan oleh para investor. Pemegang saham
dari suatu perusahaan dapat menjual saham mereka apabila mereka
kecewa dengan kinerja perusahaan atau memperkirakan sahamnya tidak
akan naik harganya dikemudian hari. 3.2 Saham dan Keuntungan
Investasi Suatu perusahaan dapat menjual kepemilikannya dalam
bentuk saham. Riyanto (2001:240) mengatakan saham merupakan tanda
bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu PT. Sedangkan
menurut Anaroga (2001:58)
24. 10 saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan
atau pemilikan individu atau institusi dalam suatu perusahaan.
Serupa dengan definisi saham tersebut Simamora (2000:408) juga
mendefinisikan saham sebagai unit kepemilikan dalam sebuah
perusahaan. Saham menarik bagi investor karena adanya keuntungan
yang dapat dinikmati. Harapan keuntungan yang dapat dinikmati dari
investasi antara lain: 1. Deviden merupakan bagian dari keuntungan
perusahaan yang dibagikan pada pemilik saham. 2. Capital Gain
merupakan keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga
belinya. 3. Manfaat non financial yaitu timbul kebanggaan dan
kekuasaan memperoleh suara dalam menentukan jalannya perusahaan.
Menurut Anaroga (2001:76) berdasarkan fungsinya nilai suatu saham
dapat dibagi atas tiga, yaitu: 1. Par Value (nilai nominal) Nilai
nominal merupakan nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan
akuntansi. Nilai ini tidak digunakan untuk mengukur sesuatu. 2.
Base Price (harga dasar) Harga perdana (untuk menentukan) nilai
dasar dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga
dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten. 3. Market Price
(harga pasar)
25. 11 Harga pasar merupakan harga pada pasar riil dan
merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga
dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar
sudah ditutup maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing
price). Harga pasar ini merupakan harga jual dari investor yang
satu dengan investor yang lain. Harga pasar inilah yang menentukan
naik atau turunnya suatu saham dan setiap hari harga saham ini
diumumkan pada media. Saham pada umumnya mempunyai tiga
karakteristik utama yang membedakan dengan kesempatan investasi
yang lain. Menurut Handaru, dkk (1996) dalam Hanantyo (2006:15)
karakteristik yang membedakan tersebut adalah: 1. Saham tidak
menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap atau pasti, 2. Pemilik
atau pemegang saham biasa akan memiliki hak untuk ikut serta dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), 3. Saham biasa tidak memiliki
masa jatuh tempo tertentu. Anaroga (2001:54) membedakan jenis saham
antara lain saham biasa (common stock) dan saham preferen
(preferred stock). Saham biasa merupakan saham yang tidak
memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk
memperoleh deviden selama perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik
saham mempunyai hak suara dalam RUPS sesuai dengan jumlah saham
yang dimilikinya. Apabila perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas
atau satu jenis saham saja, saham ini disebut saham biasa (common
stock). Untuk menarik investor potensial lainnya suatu perusahaan
mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham yaitu yang
26. 12 disebut dengan saham preferen (preferred stock). Saham
preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan
deviden atau bagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi
terlebih dahulu dari saham biasa. Saham preferen mempunyai hak-hak
prioritas lebih dari saham biasa. Hak-hak prioritas dari saham
preferen yaitu hak atas deviden yang tetap dan hak terhadap aktiva
jika terjadi likuidasi. Akan tetapi pada umumnya, saham preferen
tidak mempunyai hak veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa
(Jogiyanto 2003:67). Milter dan Modigliani (1961) dalam Jogiyanto
(2003:421) menunjukkan bahwa deviden sifatnya adalah tidak relevan
didalam menentukan nilai dari perusahaan namun masih banyak
perusahaan yang membayar deviden bahkan meningkatkan nilai
devidennya. Dalam Jogiyanto (2003:421) penelitian Watts
(1973,1976), Ang (1975) dan Gonedes (1978) tidak menemukan bukti
bahwa deviden mengandung informasi. Akan tetapi hasil studi yang
terbaru lebih mendukung bahwa deviden mengandung informasi.
Beberapa pendekatan telah digunakan untuk menguji kandungan
informasi dari deviden. Dalam Jogiyanto (2003:421) pendekatan yang
dilakukan adalah memasukkan deviden ke dalam model laba untuk
memprediksi laba masa depan. Deviden mempunyai informasi jika
kekuatan prediksi model laba menjadi meningkat dan menyebabkan
laba. Deviden yang diperoleh oleh investor dipengaruhi oleh
kemampuan manajemen perusahaan untuk beroperasi secara
menguntungkan ditengah-tengah lingkungan usaha yang semakin
kompetitif. Dengan kinerja yang baik maka kelangsungan hidup dan
pertumbuhan
27. 13 perusahaan juga akan lebih terjamin sehingga harapan
investor untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang dapat
terpenuhi. 3.3 Kandungan Informasi atas Laba dan Earning Respone
Laba secara akuntansi merupakan perbedaan antara realisasi
penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode
tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
penghasilan tersebut (Harahap 2003 dalam Siti L 2006:6). Namun
demikian Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Anis C (2000:213)
memiliki pengertian sendiri mengenai income. IAI justru tidak
menterjemahkan income sebagai laba tetapi dengan istilah
penghasilan. Dalam konsep Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(IAI 1994) mengartikan income sebagai kenaikan manfaat ekonomi
selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal
(paragraf 70). Menurut Belkaoui (2007:226) laba adalah hal yang
mendasar dan penting dari laporan kauangan dan memiliki banyak
kegunaan di berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai
dasar untuk perpajakan, penentu dari kebijakan, pembayaran deviden,
panduan dalam melakukan investasi dan pengambilan keputusan dan
satu elemen dalam peramalan. Laba akuntansi secara operasional
dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara realisasi laba yang
tumbuh dari transaksi-transaksi selama periode berlangsung dan
biaya-biaya
28. 14 histori yang berhubungan (Belkaoui 2007:229). Definisi
tersebut menunjukkan adanya lima karakteristik yang terdapat dalam
laba akuntansi: 1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual
yang dilakukan oleh perusahaan (laba muncul dari penjualan barang
atau jasa dikurangi biaya- biaya yang dibutuhkan untuk melakukan
penjualan tersebut). 2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat
periode dan mengacu pada kinerja keuangan dari perusahaan selama
satu periode tertentu. 3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip
laba dan membutuhkan definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
4. Laba akuntansi meminta adanya pengukuran beban-beban dari segi
biaya historinya terhadap perusahaan, yang menunjukan ketaatan yang
tinggi pada prinsip biaya. 5. Laba akuntansi meminta penghasilan
yang terealisasi diperiode tersebut dihubungkan dengan biaya-biaya
relevan yang terkait. Tidak adanya persamaan pendapat untuk
mendefinisikan laba secara tepat disebabkan oleh luasnya penggunaan
konsep laba. Para pemakai laporan keuangan mempunyai konsep laba
sendiri yang dianggap paling cocok untuk pengambilan keputusan
mereka. Nilai pada laporan keuangan seperti laba bersih perusahaan
dianggap sebagai sinyal yang menunjukkan nilai dari perusahaan. Hal
ini menjadikan perhatian investor dan calon investor terpusat pada
laba suatu perusahaan. Seorang investor yang rasional akan membuat
prediksi terlebih dahulu sebelum membuat keputusan dengan mengamati
sinyal yang di berikan perusahaan. Investor sering memusatkan
perhatiannya
29. 15 hanya pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur
yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut. Hal ini
mendorong manajer untuk melakukan manajemen atas laba (earning
manajement) dan menyebabkan menejemen untuk mengelola laba dalam
usahanya membuat entitas tampak bagus secara finansial. Salah satu
tindakan manajemen atas laba yang dapat dilakukan adalah tindakan
income smoothing (perataan laba). Penjelesan konsep earning
management dapat dimulai dari pendekatan agency dan signalling
theory. Kedua teori ini membahas masalah perilaku manusia yang
memiliki keterbatasan rasional (bounded rationallity) dan menolak
resiko (risk averse). Teori keagenan (agency theory) menyatakan
bahwa praktik earning management (dalam penelitian ini adalah
income smoothing) dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan
antara agen (manajemen) dengan principal (pemilik) yang timbul
ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmuran yang dikehendakinya, sedangkan teori signal
(signalling theory) membahas bagaimana seharusnya signal-signal
keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada
pemilik atau prinsipal (Dul Muid 2005:142). Penyampaian laporan
keuangan dapat dianggap sebagai signal mengenai kinerja manajemen.
Dalam hubungan keagenan, manajer mempunyai asimetri informasi
terhadap pihak eksternal perusahaan seperti investor dan kreditor.
Asimetri informasi terjadi ketika manajer mempunyai informasi
internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan mengetahui
informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak
eksternal. Kondisi ini memberikan kesempatan
30. 16 kepada manajer untuk menggunakan informasi yang
diketahuinya untuk menata pelaporan keuangan sebagai usaha untuk
memaksimalkan kemakmurannya. Pengujian kandungan informasi atas
laba dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman (Watts
and Zimmerman 1986 dalam Khafid 2004:43). Pengumuman yang
mengandung informasi maka pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman
tersebut diterima. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan
harga sekuritas yang bersangkutan. Secara sederhana Juniarti
(2005:151) mengatakan bahwa harga saham dipasar modal setiap saat
bisa mengalami perubahan (naik atau turun). Beberapa faktor yang
mempengaruhi harga saham, antara lain: 1. Harapan investor terhdap
tingkat pendapatan deviden untuk masa yang akan datang. Apabila
tingkat pendapatan dan deviden suatu saat stabil maka harga saham
cenderung stabil. Sebaliknya jika tingkat pendapatan dan deviden
berfluktuasi karena siklus perusahaan atau perubahan teknologi maka
harga saham berfluktuasi juga. 2. Tingkat pendapatan perusahaan.
Tingkat pendapatan tercermin dari earning per share (EPS) terkait
dengan kenaikan harga saham. Apabila fluktuasi dari EPS semakin
besar maka harga saham akan semaikn besar pula. 3. Kondisi
perekonomian.
31. 17 Kondisi yang akan datang selalu dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian saat ini. Apabila kondisi perekonomian saat ini stabil
dan mantap maka investor optimis terhadap kondisi yang akan datang
sehingga harga saham cenderung stabil dan demikian sebaliknya.
Harga saham di pasar sekunder berubah-ubah setiap saat berdasarkan
informasi yang diperoleh para investor di bursa efek. Dalam
aktivitas di pasar modal, harga saham merupakan faktor yang sangat
penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam melaksanakan
investasi. Harga saham tersebut menunjukkan nilai suatu perusahaan.
Menurut Magdalena dalam Marhaen (2006:19) terdapat dua cara dalam
menentukan harga saham yaitu melalui harga saham setelah publikasi
laporan keuangan dan harga saham penutupan rata-rata. Perdagangan
saham dipasar modal dipengaruhi oleh kondisi keuangan serta prospek
masa depan perusahaan. Selain faktor internal perusahaan, faktor
eksternal perusahaan juga mempengaruhi perdagangan saham. Dalam
Simamora (2000:410) faktor-faktor diluar perusahaan yang dapat
mempengaruhi perdagangan saham antara lain kebijakan pemerintah,
perkembangan kurs, kondisi bursa, volume dan frekuensi dibursa,
kekuatan pasar, tingkat inflasi, kebijakan moneter, kondisi ekonomi
dan keadaan politik. Menurut UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar
modal, harga saham pada hakekatnya merupakan penerimaan atau
besarnya biaya pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap
investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Harga saham
mencerminkan nilai intrinsik suatu saham (nilai intrinsik merupakan
nilai yang mengandung unsur kekayaan perusahaan dan unsur
32. 18 potensi perusahaan untuk menghimpun laba dimasa yang
akan datang). Harga saham tersebut diartikan sebagai harga yang
dibentuk dari interaksi penjual dan pembeli saham yang dilatar
belakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan. Reaksi
pasar yang ditunjukkan dengan perubahan harga sekuritas tersebut
dapat diukur dengan menggunakan return atau dengan abnormal return
sebagai nilai perubahan harga. Pengembalian abnormal diperhitungkan
sebagai perbedaan antara pengembalian aktual ex-post dari surat
berharga dan pengembalian normal perusahaan setelah jendela
peristiwa. Jika digunakan abnormal return maka dapat dikatakan
bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan
memberikan abnormal return kepada pasar sebaliknya yang tidak
mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar.
Foster (1986) dalam Khafid (2004:43) menyebutkan bahwa pengumuman
yang berhubungan dengan laba (Earning Related Announcements)
merupakan salah satu pengumuman yang dapat memepengaruhi harga
sekuritas atau saham. Pendapat Foster tersebut menjadi dasar dari
penelitian ini untuk melihat reaksi pasar atas pengumuman laba
(melalui laporan keuangan khususnya laporan laba rugi) dari
perusahaan yang melakukan income smoothing. Beaver (1968) dalam
Assih (2000:37) menyebutkan bahwa bila pengumuman laba tahunan
mengandung informasi, variabilitas perubahan harga akan nampak
lebih besar pada saat laba diumumkan daripada saat lain selama
tahun yang bersangkutan karena terdapat perubahan dalam
keseimbangan nilai harga saham saat itu selama
33. 19 periode pengumuman. Hasil penelitiannya memberi bukti
bahwa perilaku harga dan volume sekitar tanggal pengumuman
mengidentifikasikan bahwa laba tahunan mengandung informasi yang
relevan untuk penilaian perusahaan. Pernyataan Beaver tersebut
senada dengan hasil penelitian Triyono dan Hartono (2000) dalam
Siti L (2006:18) yang mengatakan, dengan pengujian model levels
didapatkan bahwa laba berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham. Penelitian Bitner dan Dollan (1996) dalam Mursalim
(2003:170) menyebutkan bahwa income smoothing memiliki pengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan. Secara umum dapat disimpulkan
bahwa dengan adanya perataan laba dapat menimbulkan reaksi pasar
(earning respone) pada saat pengumuman laba perusahaan. 3.4
Manajemen Laba dan Income Smoothing Belkaoui (2007:201) menyatakan
pada dasarnya definisi operasional dari manajemen laba adalah
potensi penggunaan manajemen akrual dengan tujuan memperoleh
keuntungan pribadi. Sedangkan Fischer dan Rosenzweig (1995) dalam
Khafid (2004:42) mendefinisikan manajemen laba sebagai, action of a
manager which serve to increase (decrease) current reported
earnings of the unit which the manager is responsible without
generating a corresponding increase decrease) in a long term
economics profitability of the unit. Definisi tersebut tidak hanya
terbatas pada perilaku tetapi lebih luas mencakup seluruh tindakan
yang dilakukan oleh manajemen untuk mengelola laba. Praktek
mengenai manajemen laba dipandang sebagai bentuk manipulasi
akuntansi
34. 20 (Stolowy dan Breton 2003 dalam Juniarti 2005:150).
Sedangkan Wild et al (2001) dalam Poll (2004) dalam Juniarti
(2005:150) mengatakan earning management sebagai a purposeful
intervention by management in the earning determination process,
usually to satisfy objectives. Menurut Arthur Levitt dalam Hall
(2002) dalam Juniarti (2005:150) menyebutkan bahwa manajemen laba
didefinisikan sebagai suatu praktek pelaporan earnings yang lebih
merefleksikan keinginan manajemen daripada performa keuangan
perusahaan. Adapun Merchant (1989) dalam Wirda (2007:15)
mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu tindakan yang dilakukan
oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan
yang dapat memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis yang
dalam jangka panjang dapat merugikan perusahaan. Dengan adanya
praktek manajemen laba, reliabilitas dari laba akan tereduksi. Hal
ini disebabkan karena di dalam manajemen laba terdapat pembiasan
pengukuran income (dinaikkan atau diturunkan) sehingga melaporkan
income yang tidak representationally faithfulness seperti yang
seharusnya dilaporkan. Menurut Belkaoui (2007:206) isu-isu dalam
manajemen laba antara lain: 1. Manajemen laba bertujuan untuk
memenuhi harapan dari analis keuangan atau manajemen (yang diwakili
oleh peramalan laba dari publik). 2. Manajemen laba bertujuan untuk
mempengaruhi kinerja harga jangka pendek dengan berbagai cara.
35. 21 3. Manajemen laba berakhir dan dapat bertahan karena
informasi yang asimetris suatu kondisi yang disebabkan ileh
informasi yang diketahui manajemen namun tidak ingin untuk mereka
ungkapkan. 4. Manajemen laba terjadi dalam konteks suatu kumpulan
pelaporan yang fleksibel dan seperangkat kontrak tertentu yang
menentukan pembagian aturan diantara pemegang kepentingan. 5.
Strategi perusahaan bagi manajemen laba mengikuti satu atau lebih
dari tiga pendekatan (memilih dari pilihan-pilihan yang ada dalam
GAAP, pilihan aplikasi yang ada dalam opsi menggunakan akuisisi
serta deposisi aktiva dan waktu untuk melaporkannya). 6. Manajemen
laba merupakan suatu hasil usaha untuk melewati ambang batas. 7.
Manajemen laba dapat berasal dari pemenuhan perjanjian dari kontrak
kompensai implisit. 8. Manajemen laba tumbuh dari ancaman dua
bentuk aturan yakni aturan industri spesifik dan aturan antitrust.
9. Laba negatif secara tiba-tiba umumnya lebih merugikan daripada
revisi ramalan negatif. Salah satu pola atau tindakan manajemen
atas laba yang dapat dilakukan yaitu income smoothing (perataan
laba). Menurut Koch (1981) dalam Mursalim (2003:162) tindakan
perataan laba dapat didefinisikan sebagai suatau sarana yang
digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas urut-urutan,
pelaporan laba relatif terhadap beberapa urut-urutan target yang
terlihat karena
36. 22 adanya manipulasi variabel-variabel akuntansi semu
(artificial smoothing) atau transaksi riil (real smoothing).
Sedangkan definisi dari Poll (2004) dalam Juniarti (2005:150)
smoothing of income is a way of removing volatility in earnings by
leveling off the earnings peaks and raising the valleys. Definisi
lain menganai income smoothing adalah definisi yang dikemukakan
oleh Belkaoui (2007:192) perataan laba merupakan normalisasi laba
yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau tingkat
yang diinginkan. Adapun Frudenberg dan Tirole (1995) dalam
Nurkhabib (2004:11) mendefinisikan perataan laba sebagai proses
manipulasi profil waktu earning atau pelaporan earning agar aliran
laba yang dilaporkan perubahannya lebih sedikit. Definisi income
smoothing lainnya yang dikemukakan Beidelman (1973) Anis C
(2000:231) adalah perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisikan
sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan
tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi
suatu perusahaan. Dalam hal ini perataan laba menunjukkan suatu
usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal laba
dalam batas- batas yang diizinkan dalam praktek akuntansi dan
prinsip manajemen yang wajar. Beidleman dalam Belkaoui (2007:193)
mempertimbangkan dua alasan menejemen meratakan laporan laba.
Pendapat pertama berdasar pada asumsi bahwa suatu aliran laba yang
stabil dapat mendukung deviden dengan tingkat yang lebih tinggi
daripada suatu aliran laba yang variabel sehingga memberikan
pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring
dengan turunnya tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan.
37. 23 Argumen kedua berkenaan pada perataan kemampuan untuk
melawan hakikat laporan laba yang bersifat siklus dan kemungkinan
juga akan menurunkan korelasi antara ekspektasi pengembalian
perusahaan dengan pengembalian fortofolio pasar. Hal tersebut
merupakan hasil dari kebutuhan manajemen untuk menetralisir
ketidakpastian lingkungan dan menurunkan fluktuasi yang luas dalam
kinerja operasi perusahaan terhadap siklus waktu baik maupun waktu
buruk yang berganti-ganti. Manajemen laba berbeda dengan
kecurangan. Perbedaan tersebut terletak pada tingkat kepatuhan
terhadap standar akuntansi. Manajemen laba merupakan rekayasa
pelaporan keuangan dalam batas-batas tertentu yang tidak melanggar
standar pelaporan keuangan. Hal ini dilakukan oleh menejemen dengan
memanfaatkan wewenangnya dalam memilih metode akuntansi yang
diizinkan oleh standar. Manajer memiliki fleksibilitas dalam
membuat pilihan metode maupun kebijakan akuntansi dari berbagai
alternatif metode dan kebijakan akuntansi yang ada, yang menurut
preferensi manajer paling menguntungkan pada periode pelaporan.
Manajemen banyak memanfaatkan standar pelaporan keuangan dengan
cara menerapkan standar yang dipercepat pengadobsiannya. Selain itu
standar juga dijadikan sebagai alat untuk melaporkan kondisi
perusahaan. Fleksibilitas yang terdapat dalam standar akuntansi
pada akhirnya menyebabkan tindakan tersebut sah dengan sendirinya.
Sedangkan kecurangan dalam pelaporan keuangan lebih merupakan upaya
manajemen untuk menyembunyikan atau memanipulasi
38. 24 sebagian atau seluruh informasi keuangan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
Konsep perataan laba mengasumsikan bahwa investor adalah orang yang
menolak resiko (Fudenberg dan Tirole 1995 dalam Salno 2000:16) dan
manajer yang menolak resiko terdorong untuk melakukan perataan
laba. Demikian juga dalam hubungannya dengan kreditur, manajer
lebih menyukai alternatif yang menghasilkan perataan laba (Trueman
dan Titman 1988 dalam Salno 2000:16). Hasil penelitian Suh (1990)
dalam Khafid (2004:42) juga menunjukkan adanya motivasi kuat yang
mendorong manajer melakukan perataan laba. Adapun Bidleman dalam
Assih (2000:37) percaya bahwa manajemen melakukan perataan laba
untuk menciptakan suatu aliran laba yang stabil dan mengurangi
covariance atas return dengan pasar. Sedangkan Barnea et. al (1976)
dalam Assih (2000:37) menyatakan bahwa manajer melakukan perataan
laba untuk mengurangi fluktuasi dalam laba yang dilaporkan dan
meningkatkan kemampuan investor untuk memprediksi aliran kas dimasa
yang akan datang. Di lain pihak menurut Dye (1988) dalam Khafid
(2004:43) menyatakan pemilik mendukung perataan laba karena adanya
motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal
menunjukkan maksud pemilik untuk meminimalisasi biaya kontrak
manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktek manajemen
laba. Motivasi eksternal ditujukan oleh usaha pemilik saat ini
untuk mengubah persepsi investor prospektif atau potensial terhadap
nilai perusahaan. Menurut Belkaoui
39. 25 (2007:194) tiga batasan yang mungkin mempengaruhi para
manajer untuk melakukan perataan laba adalah: 1. Mekanisme pasar
yang kompetitif sehingga mengurangi jumlah pilihan yang tersedia
bagi manajemen. 2. Skema kompensasi manajemen yang terhubung
langsung dengan kinerja perusahaan. 3. Ancaman penggantian
manajemen. Faktor-faktor yang mempengaruhi income smoothing sangat
beragam sebagaimana dikemukakan oleh beberapa peneliti terdahulu
dalam Salno (2000:20) beberapa faktor yang mempengaruhi perataan
laba antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor
industri, harga saham, leverage operasi, rencana bonus dan
kebangsaan. Apabila dipandang dari sisi manajemen, Hepwort dalam
Salno (2000:19) mengungkapkan bahwa manajer yang termotivasi
melakukan perataan laba atau penghasilan pada dasarnya ingin
mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi dan psikologis, antara
lain; mengurangi total pajak terutang, meningkatkan kepercayaan
diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil
mendukung kebijakan deviden yang stabil pula, meningkatkan hubungan
manajer dengan karyawan karena pelaporan penghasilan yang meningkat
tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan
upah, siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat
ditandingkan dan gelombang optimisme atau pesimisme dapat
diperlunak. Sedangkan tujuan yang lainnya adalah untuk memberikan
kesan baik pada pemilik dan kreditor terhadap kinerja
40. 26 manajemen (Stolowy dan Breton 2000 dalam Juniarti
2005:150) untuk menjaga posisi atau kedudukan mereka dalam
perusahaan (Spohr 2004 dalam Juniarti 2005:150). Gordon dalam
Belkaoui (2007:193) mengusulkan bahwa: 1. kriteria yang dipakai
oleh manajemen perusahaan dalam memilih prinsip- prinsip akuntansi
adalah untuk memaksimalkan kegunaan dan kesejahteraan. 2. kegunaan
yang sama adalah suatu fungsi keamanan pekerjaan, peringkat dan
tingkat pertumbuhan gaji serta peringkat dan tingkat pertumbuhan
ukuran perusahaan. 3. kepuasan dari pemegang saham terhadap kinerja
perusahaan meningkatkan status dan penghargaan dari para manajer.
4. kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan
stabilitas dari pendapatan perusahaan. Perataan mungkin terkait
dengan ukuran perusahaan, keberadaan insentif bonus dan
penyimpangan laba aktual dengan laba ekspektasi yang telah
diprediksi sebelumnya (Yoon and Miller 2002 dalam Poll 2004 dalam
Juniarti 2005:150). Dascher dan Malcolm (1970) dalam Anis C
(2000:232) menyatakan bahwa ada beberapa media yang biasanya
digunakan manajemen dalam melakukan income smoothing yaitu real
smoothing dan artificial smoothing. Perataan riil mengacu pada
transaksi aktual yang terjadi maupun tidak terjadi dalam hal
pengaruh perataan sedangkan perataan artifisial mengacu pada
prosedur akuntansi yang diimplementasikan terhadap pergeseran biaya
dan
41. 27 pendapatan dari satu periode ke periode yang lain. Namun
disamping kedua media tersebut masih terdapat dimensi atau media
lain untuk melakukan income smoothing, yaitu classificatory
smoothing. Barnea et.al 1976 dalam Anis C (2000:232) membedakan
ketiga dimensi perataan tersebut sebagai berikut: 1. Perataan
melalui adanya kejadian dan atau pengakuan. Manajemen dapat
menentukan waktu transaksi aktual terjadi sehingga pengaruhnya
terhadap pelaporan pendapatan akan cenderung mengurangi variasi
dari waktu ke waktu. 2. Perataan melalui alokasi terhadap waktu.
Melalui kejadian dan pengakuan atas suatu peristiwa, manajemen
memiliki kendali yang lebih bebas terhadap determinasi atas
periode-periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi dari peristiwa.
3. Perataan melalui klasifikasi. Dilakukan melalui
pengklasifikasian pos-pos laporan intralaba untuk menurunkan
variasi yang terjadi dari waktu ke waktu dalam statistik. Pendapat
tersebut senada dengan tulisan Sofyan Safiri (2003:232) yakni
income smoothing dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu mengatur
waktu kejadian transaksi, memilih prinsip atau metode alokasi,
mengatur penggolongan laba yakni antara laba operasi normal dengan
laba yang bukan dari operasi normal. Ronen dan Sadan dalam
Nurkhabib (2004:16) menunjukkan bahwa perataan laba yang melalui
periode waktu tertentu dapat dilakukan melalui tiga cara:
42. 28 1. Manajemen dapat menentukan waktu terjadinya kejadian
tertentu melalui kebijakan yang dimiliki untuk mengurangi variasi
laba yang dilaporkan. 2. Manajemen dapat mengalokasikan pendapatan
atau biaya tertentu untuk beberapa periode akuntansi. 3. Manajemen
memiliki kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan pos-pos laba
atau rugi tertentu dalam kategori yang berbeda. Unsur laporan
keuangan yang sering dijadikan sasaran perataan laba adalah unsur
penjualan dan unsur biaya. Menurut Foster dalan Nurkhabib (2004:17)
unsur-unsur laporan keuangan yang sering dijadikan sasaran
perekayasaan adalah: 1. Unsur penjualan saat pembuatan faktur,
pembuatan pesanan atau penjualan fiktif, down grading (penurunan)
produk. 2. Unsur biaya memecah-mecah faktur, mencatat prepayment
(biaya dibayar dimuka) sebagai biaya. Menurut White, Sondhi dan
Fried (1998) dalam Nurkhabib (2004:13) menyebutkan bentuk-bentuk
manipulasi laba sebagai berikut: 1. Klasifikasi berita baik dan
berita buruk Dimana manajemen cenderung melaporkan berita baik
sebagai bagian dari operasi dan melaporkan berita buruk sebagai
pos-pos luar biasa. 2. Perataan laba dimana manajemen dalam
tahun-tahun yang baik mengurangi laba (menunda pendapatan atau
keuntungan dan mengakui
43. 29 segera biaya atau kerugian) serta membesarkan laba pada
tahun-tahun suram (mengakui segera pendapatan atau keuntungan dan
menunda biaya atau kerugian). 3. Big Bath Behavior yang merupakan
kontras dari perataan laba dimana pada tahun yang suram manajemen
cenderung mengakui kerugian potensial sehingga pada tahun-tahun
berikutnya tersebut tidak muncul. 4. Perubahan akuntansi Stabilitas
laba dapat diukur dengan menggunakan beberapa ukuran stabilitas
laba yang dikemukakan Siegel (1997) sebagaimana dikutip oleh
Nurkhabib (2004:15): 1. Rata-rata laba (average reported earning)
Rata-rata laba dicari dengan menjumlahkan semua laba yang hendak
diamati dan dibagi dengan jumlah periode pengamatan. 2. Rata-rata
laba pesimis (average pessimistic earning) Rata-rata laba pesimis
didasarkan atas kemungkinan terburuk yang dapat dialami oleh
perusahaan, penggunaan laba minimum ini berguna ketika perusahaan
beresiko tinggi. Hal ini dilakukan dengan menyatakan kembali laba
menjadi laba minimum dari periode-periode yang hendak diamati. Dari
laba minimum tersebut dicari rata-ratanya. 3. Standar deviasi
Standar deviasi dicari untuk laba atau laba pesimis. Standar
deviasi yang semakin besar menunjukkan variabilitas yang lebih
besar (laba yang lebih tidak stabil).
44. 30 4. Indeks instabilitas Laba (instability index of
earning) Indeks ini mencerminkan deviasi antara laba aktual dan
laba trend. Semakin tinggi indeks maka semakin rendah kualitas laba
perusahaan. 5. Beta Beta merupakan ukuran resiko sistematis yang
tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Apabila
beta meningkat maka variabilitas perusahaan lebih besar jika
terjadi perubahan dalam pasar. Tidak semua negara menganggap income
smoothing sebagai tindakan manipulasi yang dilarang, contohnya
adalah Swedia. Negara tersebut membenarkan adanya perlakuan income
smoothing, sepanjang dilakukan dan dibuat secara transparan. 3.5
Kerangka Berfikir Return realisasi dianggap penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan.
Return histori berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi
dan resiko dimasa yang akan datang. Nilai pada laporan keuangan
seperti laba bersih perusahaan dianggap sebagai sinyal yang
menunjukkan nilai dari perusahaan. Laba yang dilaporkan merupakan
signal mengenai laba dimasa yang akan datang. Oleh karena itu
pengguna laporan keuangan dapat membuat prediksi atas laba
perusahaan untuk masa yang akan datang. Perataan laba merupakan
tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi
variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi resiko
pasar atas saham perusahaan, yang akhirnya dapat meningkatkan
harga
45. 31 pasar perusahaan. Reaksi investor terhadap kandungan
informasi dari suatu publikasi dapat dilihat melalui perubahan
harga saham atau return saham. Besar kecilnya reaksi tersebut akan
dilihat dari abnormal return saham setelah informasi laba
diumumkan. Penelitian terdahulu dibawah ini sengaja diungkapkan
untuk memberi keyakinan bahwa ternyata tindakan income smoothing
telah dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk menarik perhatian
investor sehingga dengan keyakinan tersebut dapat dijadikan dasar
utama untuk mengkaji lebih lanjut tentang dampak yang ditimbulkan
tindakan manajemen dalam melakukan income smoothing terhadap reaksi
pasar pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ.
Beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji tentang tindakan
manajemen dalam melakukan income smoothing pada perusahaan dapat
dilihat dalam tabel berikut:
46. 32 Tabel 2.1 Daftar Penelitian Tentang Income Smoothing No.
Peneliti (Tahun) Teknik Analisis Hasil Penelitian 1 Ilmainir (1993)
Model Eckel 1981 Penelitian ini menemukan bahwa praktik perataan
laba telah terdapat pada perusahaan terdaftar di BEJ. 2 Bitner dan
Dollan (1996) Model Regresi sampel 218 perusahaan Bahwa income
smoothing memiliki pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan dan
menemukan bukti empiris bahwa pasar ekuitas mengabaikan artificial
smoothing dan real smoothing. 3 Zuhroh (1996) Indek Eckel 1981
sampel 54 perusahaan manufaktur Mendukung hasil penelitian Ilmainir
(1993) bahwa praktik perataan laba telah terdapat pada perusahaan
yang terdaftar di BEJ. 4 Assih dan Gudono (1998) Zero growth model
and market expextation model Penelitian ini mengindikasikan adanya
praktik perataan laba diantara perusahan-perusahaan yang terdaftar
di BEJ 5 Samlawi dan Sudibyo (2000) Model albertch dan Richardson
1980 Uji beda rata, uji beda proporsi, dengan sampel 116 perusahaan
di BEJ Menunjukkan bahwa praktek perataan laba telah terdapat pada
perusahaan yang terdaftar di BEJ. Penelitian ini mendukung hasil
temuan Ilmainir (1993). 6 Salno dan Baridwan (2000) Logistic
Regression, sampel perusahaan publik di Indonesia Penelitian ini
menyimpulkan bahwa faktor-faktor besaran perusahaan, net profit
margin kelompok usaha, winner and losser stocks secara signifikan
tidak berpengaruh terhadap perataan laba (income smoothing). 7
Khafid (2002) Model Eckel sampel 66 perusahaan di BEJ Ditemukan 29
perusahaan yang dapat dikategorikan sebagai kelompok perata laba
dan 37 perusahaan sebagai kelompok bukan perata laba Sumber: Jurnal
riset dan penelitian akuntansi (sudah di olah) Mursalim 2003, hal
24 (Tesis).
47. 33 Selanjutnya yang menjadi pertanyaan adalah adakah
pengaruh perataan laba (income smoothing) tersebut terhadap reaksi
pasar atas pengumuman laba perusahaan. Permasalahan yang terjadi
dan latar belakang yang telah dipaparkan dalam uraian sebelumnya
membawa peneliti kearah pola pemikiran yang dapat digambarkan pada
bagan berikut ini. Gambar 2.2 Skema Kerangka Berfikir Variabel
Independent (X) Variabel Dependent (Y) 3.6 Hipotesis Dari kerangka
pemikiran tersebut dan didukung oleh hasil penelitian terdahulu,
termasuk hasil penelitian Bitner dan Dollan (1996) dalam Mursalim
(2003:170) yang menyebutkan bahwa income smoothing memiliki
pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, maka hipotesis yang
akan diuji dalam penelitian ini, dapat dinyatakan sebagai berikut:
Terdapat pengaruh negatif tindakan income smoothing terhadap
earning respone. Income Smoothing (CVI/CVS) Earning Respone
(CAR/Cumulative Abnormal Return)
48. 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan dalam penelitian kausalitas. Dimana
penelitian kausalitas menyajikan uraian yang mengungkap besar atau
kecilnya suatu pengaruh atau hubungan antar variabel yang
dinyatakan dalam angka- angka, yang dalam penelitian ini yaitu
pengaruh income smoothing terhadap earning respone. Penelitian ini
juga merupakan penelitian dasar atau murni yakni penelitian yang
mencoba membuktikan kebenaran suatu teori yang dilakukan dengan
cara mengumpulkan data dan informasi yang merupakan faktor
pendukung terhadap pengaruh antara variable-variabel yang
bersangkutan serta meninjau hasil penelitian terdahulu, kemudian
mencoba untuk dianalisis untuk menguji hepotesis yang dikemukakan
sehingga diperoleh hasil penelitian yang merupakan rangkaian
penjelasan atau deskripsi baru dan sesuai dengan kebenaran. 3.2
Populasi Sasaran Dalam setiap penelitian ilmiah selalu dihadapkan
pada masalah populasi dan sampel karena populasi dan sampel
penelitian merupakan sumber data yang akan digunakan untuk mencapai
tujuan penelitian. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
(Arikunto 2002:108). Populasi paling sedikit mempunyai sifat yang
sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
49. 35 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta (BEJ). Populasi sasaran merupakan sampel atau wakil dari
bagian populasi yang diteliti. Populasi sasaran dalam penelitian
ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ sebelum
tahun 2001, menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember pada tahun
2004 sampai dengan 2006, tersedia data mengenai harga saham selama
periode estimasi dan periode pengamatan, tersedia data mengenai
tanggal pengumuman laba dan tidak mengalami kerugian pada periode
2004 sampai periode 2006, selama periode estimasi dan periode
pengamatan perusahaan tidak melakukan pengumuman deviden ataupun
pengumuman peristiwa ekonomi lain selain laporan keuangan misalnya
merger dan akuisisi. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
sasaran sebanyak 58 perusahaan manufaktur di BEJ. 3.3 Variabel
Penelitian Variabel adalah obyek penelitian atau yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto 2002:106). Sedangkan menurut
Hadi (1996:224) mendefinisikan variabel sebagai gejala yang
bervariasi baik dalam jenis maupun dalam klasifikasi tingkatnya.
Variabel yang akan di ungkap dalam penelitian ini adalah: a.
Variabel terikat Variabel terikat merupakan variabel yang besar
atau kecilnya dipengaruhi oleh variabel bebas (Sudjana 1989:12).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah earning respone yang
diberi dengan simbol Y dengan
50. 36 indikator terjadinya pergerakan atau perubahan harga
saham atau return saham pada periode pengumuman tersebut yang
dilihat dari nilai abnormal return. b. Variabel bebas Variabel
bebas merupakan variabel penyebab atau diduga memberikan suatu
pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain (Sudjana 1989:12).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah income smoothing yang
diberi simbol X dengan indikator SCVICV dimana: S : perubahan
penjualan dalam satu periode I : perubahan penghasilan bersih/laba
dalam satu periode CV : koefisien variasi dari variabel yaitu
standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan. Indikator juga
dapat dilihat dari laporan keuangan khususnya laporan laba rugi
pada perusahaan. 3.4 Jenis Dan Sumber Data Sumber data merupakan
subjek dari mana data diperoleh (Arikunto 2002:130). Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari
perusahaan publik yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahunan untuk
periode 2001 sampai dengan 2006, dimana pada periode tersebut
dianggap cukup mewakili kondisi BEJ yang relatif normal. Sampel
penelitian ini juga menggunakan data dari Capital Market Directory,
Fact Book BEJ, JSX Montly
51. 37 Statistic, Annual Repport dan homepage BEJ dengan alasan
BEJ merupakan bursa terbesar dan representatif di Indonesia. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode
Dokumentasi. Arikunto (2002:135) mengemukakan bahwa dokumentasi
berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis.
Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti mengambil data
berdasarkan dokumen-dokumen sumber seperti laporan laba-rugi, surat
kabar, buku literatur, jurnal referensi, peraturan-peraturan dan
sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai
laporan keuangan utamanya laporan laba-rugi dan data lain yang
diperlukan seperti harga saham dan tanggal publikasi dari
perusahaan yang menjadi sampel penelitian di BEJ. Dengan data yang
terkumpul tersebut dapat dihitung dan diketahui informasi mengenai
income smoothing dan earning respone. 3.5 Metode Analisis Data
Variabel (Y) diukur menggunakan cumulative abnormal return (CAR)
yang dihitung dengan periode pengamatan tujuh hari setelah
pengumuman laba (0 sampai dengan +6). CAR merupakan penjumlahan
dari abnormal return pada periode pengamatan. Perhitungan abnormal
return diperoleh dari selisih antara return untuk saham i pada hari
t dengan return yang diekspektasi (diharapkan) dari saham tersebut.
Return yang diharapkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
pada mean adjusted model. Pemilihan mean adjusted model dalam
menetapkan return yang diharapkan dikarenakan model ini
52. 38 relatif lebih sederhana sehingga relatif lebih cermat
dan teliti dalam mengamati data. Secara matematis uraian tentang
perhitungan abnormal return dapat ditulis sebagai berikut: Ajt =
Rjt - ERn Dimana : Ajt : abnormal return untuk saham i pada hari
pengamatan t Rjt : return saham i pada hari pengamatan t ERn :
return yang diekspektasi untuk saham i Dari rumus tersebut secara
matematis cumulative abnormal return (CAR) dapat dituliskan sebagai
berikut: CAR = tAj Rumus tersebut menggambarkan jumlah keseluruhan
atau penjumlahan dari abnormal return saham i selama periode
pengamatan. Berdasarkan mean adjusted model. Return yang diharapkan
dihitung sebagai berikut: ERn = T Rij Dimana : ERn : return yang
diekspektasi untuk saham i Rij : return untuk saham i pada periode
estimasi t T : lamanya periode estimasi Untuk penelitian ini lama
periode estimasi ditetapkan selama 30 hari sebelum periode
pengamatan, yaitu (-30 sampai dengan -1).
53. 39 Gambar 3.1 Periode Estimasi dan Periode Pengamatan -30
s/d -5 -4 -3 -2 -1 0 +1 +2 +3 +4 +5 +6 Periode Estimasi (-30 s/d
-1) Periode Pengamatan (0 s/d +6) Keputusan untuk mengambil 30 hari
sebagai lama periode estimasi didasarkan pada pemikiran sebagai
berikut: 1. Dalam kajian statistik konservatif (n) sebanyak 30
dipandang cukup untuk melakukan estimasi. 2. Lama periode estimasi
yang kecil (lama 30 hari dianggap lebih kecil daripada 100 hari
atau 120 hari) memungkinkan peneliti untuk lebih cermat, teliti dan
seksama dalam mengumpulkan, mengolah, menganalisis data return
tersebut (Jogiyanto 2003:436). Dalam Jin dan Machfoedz (1998:180)
income smoothing dapat diukur dengan menggunakan indeks Eckel
sebagai berikut: Indeks perataan laba = CV I / CV S Dimana : S :
perubahan penjualan dalam satu periode I : perubahan penghasilan
bersih/laba dalam satu periode CV : koefisien variasi dari variabel
yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan Jadi
dengan demikian,
54. 40 CV I : koefisien variasi untuk perubahan laba CV S :
koefisien variasi untuk perubahan penjualan CV S dan CV I dapat
dihitung sebagai berikut: CVS dan CV I = lueExpectedVa Value atau
dapat pula dihitung dengan rumus sebagai berikut: CVS dan CV I = (
) 1 2 n Dimana : X : perubahan laba (I) atau penjualan (S) E :
rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S) n : banyaknya tahun
yang diamati Data penelitian dianalisis dan diuji dengan beberapa
uji statistik. Statistik ini digunakan untuk memberikan gambaran
profil data sampel. Peneliti menggunakan statistik regresi
sederhana yang terdiri dari standart error of estimate, koefisien
regresi dan garis regresi. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh
income smoothing terhadap earning respone dapat dihitung dengan
langkah sebagai berikut: 1. mencari besarnya kontribusi X terhadap
Y Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya kontribusi income
smoothing terhadap earning respone adalah product moment sebagai
berikut:
55. 41 { }{ } = 2222 )()( ))(( YYNXXN YXXYN rXY Keterangan :
rxy : koefisien determinasi x dan y N : jumlah subjek X : jumlah
variabel income smoothing Y : jumlah variabel earning respone XY :
jumlah perkalian antara dua variabel X2 : jumlah kuadrat variabel x
Y2 : jumlah kuadrat variabel y (Arikunto 2002:256) 2. menentukan
garis regresi Persamaan garis regresi dihitung menggunakan analisis
Ordinary Least Square (OLS) dengan rumus matematis sebagai berikut:
Y = a - bX + U1 Dimana : Y : variabel terikat yaitu earning respone
a : bilangan konstan b : bilangan koefisien regresi X : variabel
bebas yakni income smoothing U1 : faktor penghambat diasumsikan
sebesar 0 Rumus yang digunakan untuk mencari a dan b adalah:
56. 42 (x2 ) (y) (x) (xy) a = n x2 (x)2 n xy (x) (y) b = n x2
(x)2 (Arikunto 2000: 206) Dengan menggunakan rumus-rumus tersebut,
dapat didapatkan besar atau kecilnya pengaruh income smoothing
terhadap earning respone dan hungan antara kedua veriabel
tersebut.
57. 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Penelitian 4.1.1 Objek Penelitian Bursa Efek Jakarta (BEJ) disebut
juga Jakarta Stock Exchange (JSX) merupakan suatu perseroan
terbatas swasta yang sahamnya dimiliki oleh anggota bursa dan
mendapat izin operasi dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).
BEJ merupakan institusi yang terpusat sebagai sarana untuk
mempertemukan kekuatan penawaran dan permintaan efek. Harga
ditentukan berdasarkan arus pesanan jual beli. Jika arus pesanan
jual sangat kuat dibandingkan arus beli maka secara otomatis akan
menyebabkan pergerakan saham menjadi turun. Demikian juga
sebaliknya, jika arus beli lebih besar daripada arus jual maka
harga akan bergerak naik. Peraturan perdagangan dibursa maupun
kebijakan pencatatan (listing policy) yang dikeluarkan oleh
pengelola bursa harus disahkan oleh otoritas pasar modal yakni
Bapepam. Perusahaan manufaktur merupakan emiten terbesar dari
seluruh perusahaan yang listing di BEJ. Selama tahun 2004 sampai
dengan 2006 jumlah emiten yang ada pada industri manufaktur
sebanyak 156 perusahaan. Dari segi produk yang dihasilkan,
aktivitas industri manufaktur mencakup berbagai jenis usaha, antara
lain:
58. 44 1. Industri dasar dan kimia Industri ini terdiri dari,
industri semen, industri keramik, industri porselen, industri kaca,
industri logam, industri kimia, industri plastik kemasan, industri
pakan ternak dan industri pulp dan kertas 2. Aneka industri
Kelompok industri ini terbagi menjadi beberapa industri, antara
lain industri mesin dan alat berat, industri otomotif dan
komponennya, industri assembling, textile dan garmen, industri
sepatu dan alas kaki lain, industri kabel dan industri barang
elektronik 3. Industri makanan dan minuman Industri ini terdiri
dari kelompok industri rokok, industri farmasi dan industri
kosmetik. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebelum tahun 2001 sebagai
objeknya. Adapun populasi sasaran merupakan perusahaan manufaktur
yang menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember tahun 2004 sampai
dengan 2006, tersedia tanggal publikasi laporan keuangan dari
periode 2004 sampai dengan 2006, tidak mengalami kerugian selama
periode penelitian (tahun 2004 sampai dengan 2006), tersedia data
mengenai harga saham selama periode estimasi dan periode
pengamatan, serta tidak melakukan pengumuman deviden ataupun
pengumuman peristiwa ekonomi lain selain laporan keuangan seperti
merger dan akuisisi selama periode estimasi dan periode pengamatan.
Hal ini dimaksudkan untuk
59. 45 menghindari adanya pengaruh gabungan yang disebabkan
oleh pengumuman laba dan deviden. Menurut Kane et al (1984) dalam
Assih (2000:43) menyebutkan bahwa ada pengaruh gabungan yang secara
statistik signifikan antara pengumuman laba dan deviden yang
bersamaan pada abnormal return sekitar tanggal pengumuman.
Pemahaman yang lebih mudah dalam pengambilan populasi sasaran
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dapat dilihat pada tabel
berikut: Bagan 4.1 Distribusi Pengambilan Populasi Sasaran Populasi
keseluruhan (perusahaan manufaktur yang terdaftar Sebelum tahun
2001) 156 1. Perusahaan yang tidak listing 3 tahun (menerbitkan
laporan keuangan secara berturut-turut) (14) 142 2. Tidak tersedia
tanggal publikasi laporan keuangan (21) 121 3. Tidak tersedia harga
saham selama periode estimasi dan periode pengamatan ( 3) 118 4.
Melekukan corporate action (pengumuman atau pembagian deviden
mapupun merger atau akuisisi) ( 5) 113 5. Perusahaan yang mengalami
kerugian dalam periode penelitian (55) Populasi sasaran (sampel
penelitian) 58
60. 46 Keseluruhan perusahaan manufaktur yang terbagi dalam
beberapa kelompok usaha terdapat 58 perusahaan yang memenuhi untuk
diambil sebagai populasi sasaran berdasarkan kriteria-kriteria yang
telah ditentukan. Adapun nama-nama perusahan yang terpilih menjadi
populasi sasaran, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2
Populasi Sasaran No. Kode Nama Perusahaan No. Kode Nama Perusahaan
1 AQUA Aqua Golden Tbk 31 ALMI Alumindo Light Metal 2 AISA Tiga
Pilar 32 BTON Betonjaya Tbk 3 FAST Fast Food Tbk 33 CTBN Citra
Tubindo Tbk 4 INDF Indofood Sukses Tbk 34 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
5 MYOR Mayora Indah Tbk 35 LMSH Lion Mesh Prima Tbk 6 MLBI Multi
Bintang Tbk 36 LION Lion Metal Works Tbk 7 SHDA Sari Husada Tbk 37
TIRA Tira Austenite Tbk 8 STTP Siantar TOP Tbk 38 ARNA Arwana Citra
Tbk 9 TBLA Tunas Baru Tbk 39 IKAI Intikeramik Tbk 10 ULTJ Ultra
Jaya Milk Tbk 40 TOTO Surya Toto Tbk 11 GGRM Gudang Garam Tbk 41
IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 12 HMSP H M Sampoerna Tbk 42 ASGR Astra
Graphia Tbk 13 DOID Delta Dunia Petroindo 43 MTDL Metrodata Tbk 14
INDR Indorama Tbk 44 ASII Astra International Tbk 15 PBRX Pan
Brothers Tex Tbk 45 AUTO Astra Otoparts Tbk 16 RICY Ricky Putra Tbk
46 GJTL Gajah Tunggal Tbk 17 BATA Sepatu Bata Tbk 47 HEXA Hexindo
Tbk 18 TIRT Tirta Mahakam Tbk 48 INTA Intraco Penta Tbk 19 FASW
Fajar Surya Tbk 49 PRAS Prima Alloy Steel Tbk 20 BUDI Budi Acid
Jaya Tbk 50 SMSM Selamat Sempurna Tbk 21 LTLS Lautan Luas Tbk 51
TURI Tunas Ridean Tbk 22 SOBI Sorini Corporation Tbk 52 UNTR United
Tractors Tbk 23 UNIC Unggul Indah Tbk 53 DVLA Darya-Varia Tbk 24
EKAD Ekadharma Tbk 54 INAF Indofarma Tbk 25 AKPI Argha Karya Tbk 55
KAEF Kimia Farma Tbk 26 IGAR Igarjaya Tbk 56 PYFA Pyridam Farma Tbk
27 SIMA Siwani Makmur Tbk 57 TCID Mandom Tbk 28 TRST Trias Sentosa
Tbk 58 MRAT Mustika Ratu Tbk 29 INTP Indocement Tbk 30 SMGR Semen
Gresik (perusahaan populasi sasaran)
61. 47 4.1.2 Deskriptif Variabel Penelitian Variabel yang
terdapat dalam penelitian ini ada dua yakni satu variabel terikat
(Y) disini adalah earning respone (reaksi pasar) dan satu variabel
bebas (X) yaitu income smoothing (perataan laba). Deskriptif
mengenai masing- masing variabel tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut: 4.1.2.1 Earning Respone (Reaksi Pasar) Earning respone
atau reaksi pasar dapat diartikan sebagai suatu reaksi yang
ditimbulkan oleh pasar (investor) berdasarkan informasi yang
diterima. Penelitian ini dilakukan untuk melihat reaksi pasar atas
pengumuman laba perusahaan yang melakukan income smoothing dengan
melihat perubahan harga saham atau return pada periode pengumuman
melalui nilai abnormal return. Earning respone atau reaksi pasar
ini diukur menggunakan cumulative abnormal return (CAR) yang
dihitung dengan periode pengamatan tujuh hari setelah pengumuman
laba (0 sampai dengan +6) dan lama periode estimasi adalah 30 hari
sebelum tanggal pengumuman. Dari tabel dibawah dapat diketahui
perubahan abnormal return selama periode penelitian.
62. 48 Tabel 4.3 Profile Data Penelitian (perubahan CAR) (data
sekunder yang telah diolah) Melihat perubahan abnormal return
tersebut dapat diketahui bagaimana reaksi pasar terhadap informasi
yang diberikan perusahaan. Sebagai deskripsi dapat dilihat pada
salah satu perusahaan, misalnya perusahaan RICY pada tahun 2004 CAR
sebesar 0.119 dan pada tahun 2005 mengalami perubahan sebesar 0.052
sehingga nilai CAR menjadi 0.171 sedangkan pada tahun 2006
mengalami CAR CAR No. Kode 2004 2005 2006 CAR No. Kode 2004 2005
2006 CAR 1 AQUA -0.018 0.214 999.233 499.625 31 ALMI -0.004 -0.067
861.516 430.760 2 AISA -0.086 0.228 0.233 0.160 32 BTON -0.045
0.233 0.207 0.126 3 FAST -0.003 0.277 -232.874 -116.435 33 CTBN
0.000 0.233 999.233 499.617 4 INDF -0.045 0.201 992.619 496.332 34
JPRS 0.162 0.204 930.806 465.322 5 MYOR -0.122 0.166 -236.288
-118.083 35 LMSH -0.064 0.233 999.219 499.642 6 MLBI -0.055 0.250
999.293 499.674 36 LION -0.029 0.232 999.228 499.628 7 SHDA 0.020
0.133 999.233 499.606 37 TIRA 0.000 0.233 -232.867 -116.433 8 STTP
0.394 0.145 0.267 -0.064 38 ARNA 0.002 0.269 0.247 0.122 9 TBLA
0.082 0.287 0.108 0.013 39 IKAI 0.486 0.060 0.067 -0.209 10 ULTJ
-0.071 0.111 0.150 0.110 40 TOTO 0.000 0.158 -232.867 -116.433 11
GGRM 0.065 0.188 989.868 494.902 41 IKBI -0.040 0.237 0.154 0.097
12 HMSP -0.078 0.238 1006.894 503.486 42 ASGR -0.116 0.232 0.265
0.190 13 DOID 0.083 0.243 0.285 0.101 43 MTDL 0.002 0.340 0.219
0.108 14 INDR -0.041 0.196 0.219 0.130 44 ASII -0.055 0.187 999.178
499.617 15 PBRX 0.009 0.236 0.054 0.023 45 AUTO 0.065 0.171 0.233
0.084 16 RICY 0.119 0.171 0.227 0.054 46 GJTL -0.127 0.211 0.207
0.167 17 BATA 0.131 0.291 999.266 499.567 47 HEXA 0.044 0.200
959.616 479.786 18 TIRT 0.056 0.211 0.198 0.071 48 INTA -0.046
0.207 0.254 0.150 19 FASW -0.013 0.199 999.254 499.634 49 PRAS
-0.073 0.184 0.260 0.167 20 BUDI 0.101 0.214 0.150 0.024 50 SMSM
0.017 0.246 0.233 0.108 21 LTLS -0.013 0.294 0.214 0.113 51 TURI
0.013 0.254 0.208 0.098 22 SOBI 0.022 0.232 999.236 499.607 52 UNTR
-0.305 0.145 0.207 0.256 23 UNIC -0.037 0.227 -232.808 -116.385 53
DVLA 0.014 0.164 992.214 496.100 24 EKAD -0.083 0.249 0.233 0.158
54 INAF -0.175 0.229 0.275 0.225 25 AKPI 0.269 -0.050 0.233 -0.018
55 KAEF 0.020 0.290 0.233 0.106 26 IGAR -0.125 0.197 0.320 0.223 56
PYFA 0.061 0.212 0.384 0.162 27 SIMA -0.015 0.144 0.301 0.158 57
TCID -0.065 0.239 0.192 0.129 28 TRST -0.027 0.267 0.235 0.131 58
MRAT 0.006 0.010 0.166 0.080 29 INTP -0.126 0.351 0.316 0.221 30
SMGR -0.025 0.220 998.009 499.017
63. 49 perubahan 0.056 sehingga nilai CAR sebesar 0.227 hal ini
menunjukkan perubahan return dari tahun ke tahun cenderung stabil.
Perubahan return yang relatif stabil tersebut disebabkan perusahaan
yang bersangkutan melakukan tindakan income smoothing. Berbeda
halnya dengan perusahaan GGRM, pada tahun 2004 nilai abnormal
return sebesar 0.065 kemudian pada tahun 2005 mengalami perubahan
sebesar 0.123 sehingga nilai abnormal return menjadi 0.188 dan pada
tahun 2006 perubahan abnormal return terjadi sangat tajam yaitu
sebesar 989.680 sehingga abnormal return pada tahun 2006 sebesar
989.868 kenaikan yang cukup tajam ini terjadi karena pasar bereaksi
terhadap informasi yang diberikan perusahaan. Hal ini terjadi
karena informasi laba tidak bisa diprediksikan dengan mudah karena
perusahaan tidak me