PENERAPAN METODE IQRO’ UNTUK MEMBELAJARKAN
KETERAMPILAN MEMBACA AL-QUR’AN PADA ANAK
PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG
KAB. SEMARANG TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
ESTRI WIJAYANTI
NIM 11509019
JURUSAN TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2013
PENERAPAN METODE IQRO’ UNTUK MEMBELAJARKAN
KETERAMPILAN MEMBACA AL-QUR’AN PADA ANAK
PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG
KAB. SEMARANG TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
ESTRI WIJAYANTI
NIM 11509019
JURUSAN TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama : Estri Wijayanti
NIM : 11509019
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : PENERAPAN METODE IQRO‟ UNTUK
MEMBELAJARKAN
KETERAMPILAN MEMBACA AL-QUR‟AN
PADA ANAK PANTI ASUHAN PUTRI
AISYIYAH TUNTANG KAB. SEMARANG
TAHUN 2013
telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 14 November 2013
Pembimbing
Sukron Ma’mun, S.HI, M., Si
NIP. 19790416200912 1 001
SKRIPSI
PENERAPAN METODE IQRO’ UNTUK MEMBELAJARKAN
KETERAMPILAN MEMBACA AL-QUR’AN PADA ANAK PANTI
ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN 2013
DISUSUN OLEH
ESTRI WIJAYANTI
NIM : 11509019
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah,
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24
Desember 2013 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar
sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : H. Agus Waluyo, M. Ag.
Sekretaris Penguji : Wahidin, S. Pd. I., M. Pd.
Penguji I : Dra. Lilik Sriyanti, M. Si.
Penguji II : Jaka Siswanta, M. Pd.
Penguji III : Sukron Ma‟mun, S. HI., M. Si.
Salatiga, 24 Desember 2013
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag
NIP. 19580827198303 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Estri Wijayanti
NIM : 11509019
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan dari
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 14 November 2013
Yang menyatakan,
EstriWijayanti
NIM.11509019
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam
mengatasinya adalah sesuatu yang utama.
PERSEMBAHAN
Untuk Mamak yang menjadi motivasiku
Untuk keluarga besar di Purwokerto yang selalu menyemangatiku
Untuk Keluarga besar Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Untuk teman-teman PGMI 2009 yang luar biasa
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
skripsi dengan judul Penerapan Metode Iqro‟ untuk Membelajarkan
Keterampilan Membaca Al-Qur‟an pada Anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kab. Semarang Tahun 2013 bisa diselesaikan.
Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi
Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak terkait sehingga kebahagiaan yang tiada tara penulis
rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan banyak terima
kasih setulusnya kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd. selaku Ketua Prodi PGMI.
3. Sukron Ma‟mun, S.HI, M., Si selaku Pembimbing yang telah mengarahkan,
membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam
penulisan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagi anak
akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan
kepada penulis.
5. Ibu-ibu pengurus dan pengasuh serta teman-teman seperjuangan di Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang meluangkan waktu serta memberikan
bantuan kepada penulis untuk penelitian.
6. Mamake dan keluarga besar Purwokerto yang telah memberikan dukungan,
moril, materil, dan spiritual kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Keluarga besar bapak Bambang khususnya Ibu Endang Wiratni yang telah
memberi naungan selama hidup di kota ini.
8. Dennis, Umi (Ma‟e), Rifa, Uyun, Atik, Agus, Ambon, yang menjadi sahabat
baikku dan teman-teman senasib seperjuangan PGMI 2009.
9. Semua pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu atas bantuan dan
dorongannya.
Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah SWT
mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat
ganda. Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak
kekurangan baik dalam isi maupun metodologi. Untuk itu saran dan kritik yang
membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di
masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis pada
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.Amin.
Salatiga, 14 November 2013
Penulis
ABSTRAK
Wijayanti, Estri. 2013. Penerapan Metode Iqro‟ untuk Membelajarkan
Keterampilan Membaca Al-Qur‟an pada Anak Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang Tahun 2013. Skripsi. Jurusan Tarbiyah.
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Sukron Ma‟mun, S.HI, M., Si
Kata Kunci: Metode Iqro’
Al-Qur‟an merupakan sumber hukum dan aturan yang utama bagi umat
Islam, sedangkan pada kenyataannya sekarang ini masih banyak anak-anak yang
minim keterampilannya dalam membaca Al-Qur‟an. Seorang pendidik harus bisa
memilih beberapa metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan membaca
Al-Qur‟an sesuai dengan kebutuhan anak. Metode iqro‟ telah banyak diterapkan
sebagai awal anak dapat mempelajari Al-Qur‟an.Oleh sebab itu, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian metode iqro‟ yang diterapkan di panti asuhan putri
aisyiyah Tuntang, karena panti tersebut telah menerapkan metode iqro‟ sebagai
metode untuk membentuk keterampilan anak dalam membaca Al-Qur‟an.
Penelitian ini bertujuan memaparkan penerapan metode iqro‟ untuk
membelajarkan keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak panti asuhan putri
Aisyiyah Tuntang. Pertanyaan utama yang akan dijawab pada penelitian ini adalah
(1) Bagaimana konsep metode Iqro‟ di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang?, (2)
Bagaimana penerapan metode Iqro‟ untuk membelajarkan keterampilan membaca
Al-Qur‟an pada anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang?, (3) Apa saja faktor
pendukung dan faktor penghambat keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Tahap-tahap
penelitian meliputi tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan,dan tahap
analisis data. Dalam memperoleh data peneliti menggunakan metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Proses analisis datanya menggunakan model alir,
yaitu dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Untuk pengecekan keabsahan data menggunakan teknik ketekunan
pengamatan penelitian dan triangulasi.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) konsep penerapan metode
iqro‟ di panti asuhan putri Aisyiyah meliputi 5 langkah, yaitu: (a) dengan
makharijul huruf (keluar masuknya huruf hijaiyah) dan pengenalan huruf hijaiyah,
(b) ustadzah memberi contoh cara pengucapan dan anak menirukan ustadzah, bila
mana ada yang sudah betul tidak perlu diulang, tapi jika ada yang keliru maka
diulang sampai anak bisa menirukan ustadzah, (c) kalau sudah benar panjang
pendeknya, anak boleh melanjutkan kejilid selanjutnya, namun bila belum betul
cara membacanya maka harus ada tekanan dari ustadzah, (d) jika anak sudah
sampai jilid 6, akan ada evaluasi dari jilid 1-6. Yaitu dengan membaca sesuai
dengan yang diperintahkan oleh ustadzah. Bila mana anak sudah lancar dan benar
dalam membaca iqro‟ maka anak baru boleh melanjutkan ke Al-Qur‟an. (2)
penerapan metode iqro‟ di panti sudah efektif karena hasilnya sudah sesuai
dengan indikator keberhasilan keterampilan membaca Al-Qur‟an yaitu, anak
mampu; a) melafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang dianjurkan oleh ustadzah
dengan baik dan benar. b) melafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an berdasarkan
kemampuan membaca dengan lancar, fasih, dan sesuai makharijul huruf. (3)
faktor pendukung adalah sarana prasarana yang cukup memadai, semangat dan
keikhlasan yang ditanamkan oleh pengajar. (5) faktor penghambat adalah waktu
yang kurang tepat, keterbatasan tenaga pengajar dan waktu, kurang adanya
motivasi dalam diri anak untuk semangat dalam mengaji.
DAFTAR ISI
SAMPUL ...................................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ................................................................................. ii
JUDUL ......................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iv
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ............................................................... 6
E. Penegasan Istilah .................................................................... 7
F. Metode Penelitian ................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 21
BAB II METODE IQRO’ DAN KETERAMPILAN MEMBACA AL-
QUR’AN
A. MetodeIqro‟ ............................................................................ 23
1. Pengertian Metode Iqro‟ ………………………………... 23
2. Penerapan Metode Iqro‟………………………………….. 27
B. Keterampilan membaca Al-Qur‟an......................................... 34
1. Keterampilan……... ......................................................... 34
2. Membaca Al-Qur‟an ......................................................... 36
BAB III PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KAB.
SEMARANG
A. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Kab. Semarang. ...................................................................... 56
B. Letak Geografis Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab.
Semarang ............................................................................... 57
C. Identitas Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang 59
D. Visi dan Misi Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Kab. Semarang………………………………………………. 60
E. Tujuan Didirikannya Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kab. Semarang…………………………………… 60
F. Struktur Organisasi Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kab. Semarang……………………………………. 62
G. Aktivitas Keseharian Anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kab. Semarang ………………………………….. 63
H. Sarana dan Prasarana Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kab. Semarang ………………………………….. 65
I. Pembiayaan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Kab. Semarang……………………………………………… 68
J. Usaha Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang 69
BAB IV PENERAPAN METODE IQRO’ UNTUK MEMBELAJARKAN
KETERAMPILAN MEMBACA AL-QUR’AN PADA ANAK PANTI
ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
A. Konsep Penerapan Metode Iqro‟ di Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang ................................................................... 71
B. Tingkat Keterampilan Membaca Al-Qur‟an pada Anak Panti 79
C. Penerapan Metode Iqro‟ untuk Membelajarkan
Keterampilan Membaca Al-Qur‟an pada Anak Panti ............. 83
1. Faktor Pendukung Penerapan Metode Iqro‟ untuk
Membelajarkan Keterampilan Membaca Al-Qur‟an pada
Anak Panti………………………………………………85
2. Faktor Penghambat Penerapan Metode Iqro‟ untuk
Membelajarkan Keterampilan Membaca Al-Qur‟an pada
Anak Panti………………………………………………86
3. Cara Mengatasi Hambatan Penerapan Metode Iqro‟ untuk
Membelajarkan Keterampilan Membaca Al-Qur‟an pada
Anak Panti………………………………………………86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 89
B. Saran ....................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 94
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tahap Pra Lapangan.......................................................................... 18
Tabel 1.2 Tahap Analisis Data……………………………………………….. 19
Tabel 2.1 Huruf Hijaiyah ................................................................................. 38
Tabel 2.2 Transliterasi Huruf Hijaiyah …………………………………… ... 39
Table 2.3 Dasar-dasar Tanda Baca ………………………………………….. 40
Tabel 2.4 Tanda Baca Fathah………………………………………………... 41
Tabel 2.5 Tanda Baca Kasrah……………………………………………….. 41
Tabel 2.6 Tanda Baca Dhammah…………………………………………… 41
Tabel 2.7 Tanda Baca Fathah Tanwin, Kasrah Tanwin, dan Dhammah Tanwin 42
Table 2.8 Makhraj Huruf Menurut Susunan Hijaiyah……………………… 46
Tabel 3.1 Struktur Organisasi Anak Asuh ....................................................... 59
Tabel 3.2 Struktur Organisasi Pengurus Panti ................................................. 59
Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang ........ 60
Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Sehari-hari Anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah..... 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Komponen analisis data: model alir ........................................ 16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kode Penelitian
Lampiran 2 Pedoman Penelitian
Lampiran 3 Transkrip Wawancara
Lampiran 4 Reduksi Data
Lampiran 5 Triangulasi Data
Lampiran 6 Foto
Lampiran 7 Struktur Organisasi
Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 10 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 11 Daftar Nilai SKK
Lampiran 12 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 13 Riwayat Hidup Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasulullah
SAW tidak sekedar berfungsi sebagai perwujudan bukti kekuasaan Allah
SWT semata.Al-Qur‟an juga mengandung nilai-nilai dan ajaran-ajaran
yang harus dilaksanakan oleh manusia.
Belajar membaca Al-Qur‟an sejak usia dini dengan membaca huruf
demi huruf sampai lancar membacanya merupakan tahap dasar yang
paling tepat, sebab pada usia-usia masih belia daya ingat seorang anak
masih kuat, selain itu karakter anak masih lunak untuk dibentuk
(Amrullah, 2008:70).
Al-Qur‟an merupakan sumber hukum dan aturan yang utama bagi
umat Islam.Al-Qur‟an adalah rahmat yang tiada banding dalam
kehidupan.Di dalamnya terkumpul wahyu Illahi yang menjadi petunjuk,
pedoman, dan pelajaran bagi siapa saja yang mengimaninya (Amrullah,
2008:66).Bahkan, sebagian ulama berpendapat bahwa mempelajari Al-
Qur‟an adalah wajib.
Oleh karena itu, bagi orang yang beriman, kecintaannya kepada Al-
Qur‟an akan bertambah. Sebagai bukti cintanya, dia akan semakin
bersemangat membacanya setiap waktu. Dengan mempelajari Al-Qur‟an,
terbuktilah bahwa umat islam bertanggung jawab terhadap kitab sucinya.
Menurut Amrullah (2008:69) Rasulullah SAW telah menganjurkan kita
untuk mempelajari dan mengajarkan Al-Qur‟an kepada orang lain.
اى وعلوخير كن هي ثعلن القر
Artinya:
“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang mempelajari Al-
Qur‟an kemudian mengajarkannya kepada orang lain”.
Dalam hadis yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi,
kepada Rasulullah SAW menganjurkan para umatnya agar menghiasi
rumah dengan bacaan Al-Qur‟an dan shalat.
ىر واهازلكن باالصالة وقرأة القراى }البيهقي{
Artinya:
“Terangilah rumah-rumah kalian dengan shalat dan membaca Al-
Qur‟an”.
Dari kenyataan hadis diatas, jelaslah bahwa membaca Al-Qur‟an,
baik mengetahui maknanya maupun tidak adalah ibadah.Sedangkan pada
kenyataannya sekarang ini masih banyak anak-anak yang minim
keterampilannya dalam membaca Al-Qur‟an.
Membaca Al-Qur‟an itu tidak boleh asal baca dan harus hati-hati
karena tidak boleh salah cara pengucapan makhraj dan tajwidnya. Karena
akan mempengaruhi arti dari Al-Qur‟an itu. Untuk itu di perlukan metode
yang cocok agar anak bisa membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar
sesuai dengan hukum bacaannya.
Agar hal itu bisa terwujud, tentunya seorang pendidik harus bisa
memilih beberapa metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan
membaca Al-Qur‟an sesuai dengan kebutuhan anak.
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang sebagai salah satu Panti
Asuhan yang berkedudukan di jalan Fatmawati No.71 Tuntang Kabupaten
Semarang telah membantu anak asuhnya dalam beribadah dan menuntut
ilmu.Hal tersebut dibuktikan dengan adanya berbagai macam kegiatan
yang berhubungan dengan ranah kognitif, contohnya mengaji Al-Qur‟an,
qiroah, fiqh, ilmu kesehatan dan aqidah akhlaq.Ranah afektif contohnya
kegiatan kerjabakti panti yang dilakukan secara rutin setiap seminggu
sekali, dan sikap saling menghargai yang diterapkan di dalam panti
tersebut dalam keseharian anak. Adapula ranah psikomotorik contohnya
yaitu kegiatan drum band, rebana, dan praktek menjahit.
Metode yang diterapkan dalam panti untuk membentuk
keterampilan anak dalam membaca Al-Qur‟an salah satunya yaitu dengan
metode Iqro‟.Cara menerapkan metode Iqro‟ di Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang ada beberapa strategi umum yang digunakan, yaitu (1)
Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu. (2)
Klasikal Individu yaitu sebagian waktu digunakan guru untuk
menerangkan pokok pelajaran secara klasikal. (3) Klasikal Baca Simak
yaitu strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan
menyimak bacaan Al-Qur‟an orang lain.
Memang tidak mudah dalam mengajarkan anak agar cepat lancar
dan terampil dalam membaca Al-Qur‟an, akan tetapi dengan usaha dan
kerja keras melatih anak secara terus menerus dengan menyimak mereka
membaca dan membenarkan apabila makhrajnya salah menjadi salah satu
metode yang praktis digunakan untuk melatih keterampilan membaca Al-
Qur‟an. Setelah anak mencapai tahap kelancaran membaca Al-Qur‟an,
selanjutnya anak diajarkan qiroah atau membaca Al-Qur‟an dengan
melagukannya sehingga anak dapat memiliki keterampilan lebih dalam
membaca Al-Qur‟an.
Ada beberapa hal yang menarik bagi penulis untuk melakukan
penelitian di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang antara lain: pertama,
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang telah menerapkan metode Iqro‟
sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan membaca Al-Qur‟an
pada anak yang mana hanya ada satu guru mengaji iqro‟ yang
mengajarkan dari sekian banyak anak yang berada di panti. Kedua, jiwa
sosial guru yang tinggi dalam usia yang seharusnya sudah pensiun tetapi
beliau mau mengorbankan tenaga dan waktunya demi mengajarkan anak-
anak panti. Bahkan perjalanan yang cukup jauh yaitu dari Ambarawa
sampai Tuntang dengan mengendarai bus tidak mematahkan semangat
beliau untuk mengajar mengaji di panti.
Dari uraian di atas, maka penulis mencoba membahas
permasalahan ini dengan mengambil judul penelitian “PENERAPAN
METODE IQRO‟ UNTUK MEMBELAJARKAN KETERAMPILAN
MEMBACA AL-QUR‟AN PADA ANAK PANTI ASUHAN PUTRI
AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013”.
B. Rumusan Masalah
Kaitannya dengan judul penelitian diatas, maka ada beberapa hal
yang akan diungkapkan oleh penulis, yaitu:
1. Bagaimana konsep metode Iqro‟ di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kab. Semarang tahun 2013?
2. Bagaimana efektivitas penerapan metode Iqro‟ terhadap keterampilan
membaca Al-Qur‟an pada anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Kab. Semarang tahun 2013?
3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat efektivitas
penerapan metode iqro‟ terhadap keterampilan membaca Al-Qur‟an
pada anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang tahun
2013?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang ada, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui konsep metode Iqro‟ di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kab. Semarang tahun 2013.
2. Mengetahui bagaimana penerapan metode Iqro‟ terhadap keterampilan
membaca Al-Qur‟an pada anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Kab. Semarang tahun 2013.
3. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat efektifitas
keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang tahun 2013.
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat teoritik
a. Manfaat yang dicapai dari hasil penelitian adalah sebagai bahan
pengembangan khasanah teoritis untuk mengembangkan metode
Iqro‟ sebagai pelaku pendidik.
b. Memberikan sumbangan berupa kritik dan saran serta pendapat
tentang model pembelajaran yang menggunakan metode Iqro‟.
2. Manfaat praktis
a. Bagi lembaga pendidikan, lembaga pondok pesantren maupun
lembaga panti asuhan dapat dijadikan masukan dalam upaya
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan maupun pengajaran
didalam sekolah, pondok pesantren, maupun panti asuhan.
b. Bagi para pendidik bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan
kualitas proses pembelajaran selanjutnya untuk meningkatkan
keterampilan membaca Al-Qur‟an.
c. Bagi anak-anak sebagai pengalaman yang baru dalam proses
pembelajaran dengan metode Iqro‟, sehingga dapat meningkatkan
keterampilan membaca Al-Qur‟an.
d. Bagi penulis dapat mengembangkan kemampuan meneliti suatu
permasalahan dan menemukan solusinya.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan untuk
membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu
dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di
atas, yaitu:
1. Metode Iqro‟
Menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara yang telah teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.Iqro‟ adalah nama
judul sebuah buku berisi tuntutan belajar membaca Al-Qur‟an dengan
cara baru yang berbeda dengan cara-cara lama (Budiyanto, 1995:3).
Metode Iqro‟ adalah suatu strategi dalam menyampaikan materi
baca tulis Al-Qur‟an dalam upaya menarik minat siswa untuk belajar
dan mempermudah anak dalam mempelajarinya.
2. Keterampilan Membaca Al-Qur‟an
Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan.
Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan
cepat dan benar.Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat
tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila
seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga
tidak dapat dikatakan terampil (Soemarjadi, Muzni Ramanto, Wikdati
Zahri,1991:2).Jadi keterampilan adalah suatu bentuk kemampuan yang
dapat dilakukan secara cekat, cepat, dan tepat dalam melakukan
sesuatu.
Membaca adalah melihat, melafalkan dan mengucapkan serta
memahami isi dari apa yang tertulis. Membaca pada hakikatnya adalah
suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar
melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir,
psikolinguistik dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca
merupakan proses menterjemahkan simbol tulis (huruf) kedalam kata-
kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup proses
pengenalan kata, membaca kritis dan pemahaman kreatif.
Secara etimologis Al-Qur‟an berarti bacaan atau yang dibaca.
Adapun menurut istilah para ulama Al-Qur‟an adalah kalam Allah
yang diturunkan kepada nabi atau rasul, dimulai dari surat Al-Fatihah,
dan diakhiri dengan surat An-Naas (Munjahid, 2007:25-26).
Al-Qur‟an adalah wahyu atau firman Allah SWT untuk
menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT (Thoha Chabib dkk, 2004: 23).Dari
pengertian di tersebut, membaca Al-Qur‟an adalah melafalkan huruf-
huruf atau ayat-ayat Al-Qur‟an dan yang membacanya termasuk
ibadah.
Adapun yang dimaksud dengan keterampilan membaca Al-
Qur‟an adalah kesanggupan, kecakapan, atau kemampuan melakukan
aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental dalam memahami
dan mengerti sumber utama ajaran agama islam yang melalui kegiatan
melisankan pada suatu simbol-simbol huruf.
3. Indikator Keterampilan Membaca Al-Qur‟an
Merumuskan indikator merupakan bagian penting dalam
proses pembelajaran. Indikator merupakan penanda pencapaian
kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,
satuan pendidikan, dan potensi daerah. Indikator digunakan sebagai
dasar untuk menyusun alat penilaian.
Dalam pengembangan indikator, setiap kompetensi dasar
dikembangkan menjadi beberapa indikator. Indikator menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diukur atau observasi. Tingkat
kata dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja
dalam kometensi dasar maupun standar kompetensi. Prinsip
pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan,
kesinambungan, kesesuaian dan kontekstual. Keseluruhan indikator
dalam satu kompetensi dasar merupakan tanda-tanda, perilaku,
berfikir, dan bertindak secara konsisten.
Demikian pula dalam proses pembelajaran membaca Al-
Qur‟an perlu dirumuskan indikator pembelajaran. Indikator yang
dirumuskan ini menjadi acuan dalam melihat keberhasilan proses
pembelajaran dan proses penilaian.
Adapun indikator dari kemampuan siswa membaca Al-
Qur‟an adalah sebagai berikut:
a. Anak mampu melafalkan bacaan Al-Quran.
Dalam proses pembelajaran membaca Al-Qur‟an sebagai
langkah awal, langkah yang diutamakan adalah dengan cara
melafalkan. Dalam hal ini anak mampu melafalkan bacaan Al-
Qur‟an yang menjadi materi pembelajaran. Sebagaimana yang
telah diketahui bahwa Al-Qur‟an dinarasikan dalam bahasa
Arab, sehingga membutuhkan ketrampilan pelafalan yang
khusus. Anak mengikuti pelafalan yang dilakukan oleh
ustadzah. Pada tahap selanjutnya pelafalan sebagai bagian dari
proses membaca masih tetap perlu mendapatkan perhatian.
Karena meski siswa telah mampu membaca teks arabnya,
namun pelafalannya belum tentu baik dan benar sesuai dengan
makhrojnya.
Dengan demikian indikator ketercapaian pembelajaran
melafalkan ini diusahakan anak mampu; a) melafalkan ayat-ayat
Al-Qur‟an yang dianjurkan oleh ustadzah dengan baik dan benar.
b) melafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an berdasarkan kemampuan
membaca dengan lancar, fasih, dan sesuai makharijul huruf.
b. Anak mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar
sesuai kaidah tajwid.
Kelajutan dari indikator di atas adalah anak telah terampil
dan mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.
Khusus untuk Al-Qur‟an, anak mampu membaca sesuai dengan
kaidah tajwid.
Dengan demikian indikator ketercapaiannya dalam proses
pembelajaran membaca pada tingkat ini anak mampu; a)
membaca Al-Qur‟an dengan lancar dan fasih sesuai makharijul
hurufnya, b) membaca Al-Qur‟an dengan lancar, fasih, sesuai
makharijul hurufnya dan sesuai dengan kaidah tajwid (Ahmad
Lutfi, 2009:92).
4. Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Panti Asuhan Putri Aisyiyah adalah suatu lembaga sosial yang
memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak yatim, piatu,
yatim piatu, atau anak terlantar di bawah naungan organisasi sosial
keagamaan Aisyiyah.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif,
yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,
2008:6). Penelitian kualitatif mengunakan pendekatan naturalistik
untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahamantentang
fenomena dalam suatu layar yang berkonteks khusus (Moleong,
2008:5).
Selain itu, penulis juga mengemukakan landasan-landasan atau
teori-teori yang ada hubungannya dengan variabel yang diteliti.Dalam
laporan penelitian seperti ini, data yang dikumpulkan dan dianalisis
adalah berbagai informasi dari responden dan hasil laporan penelitian
dapat berupa kutipan-kutipan ataupun gambar.
2. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian kualitatif ini, kehadiran peneliti mutlak
diperlukan.Hal ini dikarenakan instrumen penelitian dalam penelitian
kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Moeleong (2008:168)
mengemukakan sebagai berikut:
Dalam penelitian ini, peneliti sebagai kunci dalam penelitian
kualitatif karena peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus
pengumpul data. Peneliti terlibat secara langsung dengan subjek yang
diteliti karena peneliti berada dalam lingkungan Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang.Sedangkan instrument selain manusia mempunyai
fungsi terbatas, yaitu hanya sebagai pendukung tugas peneliti.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kab.Semarang tahun 2013, yang terletak di Jl. Fatmawati No.
71 Tuntang.
Adapun alasan penulis melakukan penelitian di panti tersebut
karena di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang telah menerapkan
metode Iqro‟ sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan
membaca Al-Qur‟an pada anak yang mana hanya ada satu guru
mengaji iqro‟ yang mengajar dari sekian banyak anak yang berada di
panti. Hal yang menariknya lagi yaitu jiwa sosial guru yang tinggi
dalam usia yang seharusnya sudah pensiun tetapi beliau mau
merelakan tenaga dan waktunya demi mengajarkan anak-anak panti.
Bahkan perjalanan yang cukup jauh yaitu dari Ambarawa sampai
Tuntang dengan mengendarai bus tidak mematahkan semangat guru
tersebut untuk mengajar mengaji di panti.
Selain itu, penulis sendiri mempunyai kedekatan emosional
dengan anak-anak panti asuhan putri Aisyiyah Tuntang karena tinggal
di panti tersebut.
4. Sumber Data
Jadi, dalam penelitian ini yang dianggap informan sumber datanya
adalah:
1) Pengurus panti yaitu meliputi ketua panti, bendahara panti, dan
pengasuh panti itu sendiri yang memang setiap harinya
memantau keadaan di panti.
2) Guru mengaji Iqro‟ yaitu Ibu Umi Juwariyah.
3) Anak-anak penghuni panti (Anak Asuh) yang meliputi anak
SD, SMP, SMA, dan Kuliah.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Ada beberapa prosedur dalam mengumpulkan data dalam penelitian
ini, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu.Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaannya itu (Moleong, 2008:186).
Metode ini penulis gunakan untuk mencari data secara
umum tentang panti asuhan dengan mewawancarai anak asuh Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, pengurus panti diantaranya yaitu
ketua Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, bendahara Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang dan pengasuh Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang yang menjadi sumber utama dalam pencarian
data mengenai keadaan panti. Sedangkan data mengenai metode
iqro‟ penulis mewanwancarai guru mengaji di Panti Asuhan Putri
Aisyiyah secara langsung.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terencana fenomena yang diselidiki (Sutrisno,
1995:227).
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang
konkret tentang penerapan metode Iqro‟ dan juga digunakan untuk
mengumpulkan data tentang lokasi penelitian.
Penulis melakukan observasi dengan melihat langsung
proses pembelajaran pada saat mengaji yang dilaksanakan pada
pukul 14.00-15.00 setiap hari senin sampai hari jum‟at.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, dan sebagainya (Arikunto, 234).
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data tentang panti asuhan secara historis, letak
geografis, struktur organisasi dan daftar nama anak Panti Asuha
Putri Aisyiyah Tuntang.
Data tersebut diambil dari buku catatan mengenai anak
panti, arsip panti mengenai data anak asuh, dan dari website Panti
Asuhan Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang.
6. Analisis data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasi untuk
meningkatkan pemahaman penelitian terhadap kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk
meningkatkan pemahaman tersebut, analisa perlu dilanjutkan dengan
upaya mencari makna.
Data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian
angka-angka. Data ini dikumpulkan dalam berbagai cara diantaranya
wawancara, obsevasi, intisari dokumen. Untuk itu analisa kualitatif
menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang
diperluas (Miles, 1992:16).
Secara rinci dalam proses analisis data digambarkan sebagai
berikut :
Masa pengumpulan data
REDUKSI DATA
Antisipasi Selama Pasca
PENYAJIAN DATA
Selama Pasca
Pasca Selama
PENARIKAN KESIMPULAN/VERIFIKASI
= A N A L I S I S
Gambar 1.1 Komponen analisis data: model alir
(Miles, 1992:18).
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini
reduksi data dapat dilakukan dengan cara menyusun ringkasan,
membuang yang tidak perlu, memberi kode bagian yang penting dan
sebagainya hingga laporan penelitian ini selesai.
Ada beberapa hal yang menjadi kaitan dengan reduksi data yaitu
klasifikasi data yang telah dikumpulkan, dipisah-pisahkan kemudian
dikelompokkan menurut permasalahannya.Dilanjutkan dengan
interpretasi data yang berfungsi untuk menganalisis data lebih lanjut,
data dikelompokkan kemudian diasumsikan oleh peneliti dengan
landasan tujuan penelitian.
b. Penyajian Data
Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data yang baik merupakan suatu cara utama bagi
penyajian data yang shahih.
c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan
konfigurasi yang utuh.Simpulan-simpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung.Verifikasi itu kemungkinan setingkat
pemikiran kembali yang melintas dalam penganalisis selama menulis,
suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan serta tukar
pikiran dan akhirnya berusaha menarik kesimpulan.Dengan demikian
verifikasi kesimpulan yang pada mulanya mengambang atau kabur
menjadi lebih relevan.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moleong (2008:326-332) agar hasil penelitian dapat
dipertanggungjawabkan maka diperlukanpengecekan data apakah data
yang disajikan valid atau tidak, maka diperlukan teknik
keabsahan/kevalidan data.Dalam penelitian ini penulis menggunakan
teknik ketekunan pengamatan peneliti dan triangulasi.
a. Ketekunan Pengamatan Peneliti
Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsurdalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
atau isu yangsedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-
hal tersebut secararinci. Teknik ini menuntut agar peneliti mampu
menguraikan secara rincibagaimana proses penemuan secara tentatif
dan penelaahan secara rincitersebut dapat dilakukan. Melalui teknik
ini, peneliti berusaha setekunmungkin untuk mengamati setiap unsur
yang relevan dengan penelitianuntuk dapat ditelaah secara rincidan
berkesinambungan. Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara
peneliti mengamati secara terus menerus setiap hari mulai tanggal 02
Agustus – 02 September 2013.
b. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
denganmemanfaatkan sesuatu yang lain di luar data-data itu untuk
pengecekan atausebagai pembanding terhadap data-data yang ada.
Dalam penelitian inimenggunakan teknik trianggulasi dengan sumber,
yakni membandingkan danmengecek baik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melaluiwaktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif.Hal itu peneliti tempuh dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil wawancara
informan lain;
2) Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil pengamatan;
3) Membandingkan data wawancara dengan dokumen;
Melalui teknik ini peneliti akan membandingkan setiap data
yang didapatkan dengan data-data lainnya sehingga menjadi suatu
data yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Menurut Moleong (2002:127-148) juga menyatakan dalam
tahap-tahap penelitian kualitatif harus memuat:
a. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan yaitu memperhatikan segala macam
persoalan dan segala macam persiapan sebelum peneliti terjun
kedalam kegiatan penelitian berupa: menyusun rancangan penelitian,
mengurus perizinan, menilai keadaan, memilih dan memanfaatkan
informan.
Tabel 1.1 Tahap Pra Lapangan
Waktu Kegiatan Hasil
April Menyusun rancangan
penelitian
Membuat proposal penelitian
Mei Mengurus perijinan Menyepakati dengan pihak panti
untuk melakukan penelitian
Juni Menilai keadaan Telah disetujui melakukan
penelitian.
Agustus Memilih dan
memanfaatkan informan
Melakukan pembicaraan dengan
pengasuh panti untuk memilih
informan.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada bagian ini dibahas usaha peneliti agar secara sungguh-
sungguh berusaha memahami latar penelitian.Peneliti lebih mudah
untuk melakukan tahap pekerjaan lapangan karena peneliti adalah
bagian dari anak asuh panti dan mempunyai kedekatan emosional
dengan anak-anak panti lainnya.
c. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini dikemukakan konsep analisis data juga
dipersoalkan bahwa analisis data itu dibimbing oleh usaha untuk
menemukan data dan kesimpulan.Sejumlah petunjuk analisis data
diberikan sebagai pegangan peneliti.
Tabel 1.2 Tahap Analisis Data
Waktu Kegiatan Hasil
Agustus-september Menemukan dan
menyajikan data
Reduksi data dan
penyajian data
September Menemukan kesimpulan Triangulasi data
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman dan penelaahan
terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan dikajimaka perlu adanya
sistematika penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan
runtut.
Bab I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika
penulisan skripsi.
Bab II : Metode Iqro’ dan Keterampilan Membaca Al-Qur’an
Berisi tentang kajian pustaka mengenai metode iqro„ yang di dalamnya
akan dijelaskan pengertian metode iqro„ dan penerapan metode iqro„.
Kemudian keterampilan membaca Al-Qur‟an, memaparkan mengenai
pengertian membaca, pengertian Al-Qur‟an, pengertian huruf hijaiyah,
tujuan mengajar Al-Qur‟an dan ciri-ciri anak yang terampil dalam
membaca Al-Qur‟an.
Bab III : Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang
Bab ini berisi tentang kondisi umumpanti asuhan putri aisyiyah tuntang.
BAB IV: Efektivitas Penerapan Metode Iqro’ Terhadap
Keterampilan Membaca Al-Qur’an pada Anak Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang
Bab ini berisi pembahasan tentang konsep penerapan metode iqro‟ di panti
asuhan puti aisyiyah tuntang, tingkat keterampilan membaca Al-Qur‟an
pada anak panti asuhan putri aisyiyah tuntang, faktor-faktor yang
mendukung dan menghambat dalam efektivitas penerapan metode iqro‟
terhadap keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak panti asuhan putri
aisyiyah tuntang, dan cara mengatasi faktor-faktor yang menghambat
dalam efektivitas penerapan metode iqro‟ terhadap keterampilan membaca
Al-Qur‟an pada anak panti asuhan putri aisyiyah tuntang.
Bab V : Penutup
Penulisan skripsi ini diakhiri kesimpulan dan saran.
BAB II
METODE IQRO’ DAN KETERAMPILAN MEMBACA AL-QUR’AN
A. Metode Iqro’
1. Pengertian Metode Iqro’
Menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (1999:767) metode adalah cara yang telah teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Metode juga dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan oleh pendidik dalam
penyampaian materi dengan menggunakan bentuk tertentu, seperti
ceramah, diskusi (halaqah), penugasan dan cara-cara lainnya (Roqib.
Moh, 2009: 91). Senada dengan Roqib, menurut Nuha (2012:159)
metode adalah seperangkat cara, rencana, jalan, dan sistematika yang
ditempuh untuk menyajikan bahan-bahan pelajaran dalam sebuah
proses belajar dan mengajar.
Metode adalah cara yang telah dipikirkan masak-masak dan
dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai
tujuan yang hendak dicapai.
(http://carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_
info497.html diakses pada hari jum‟at, 20 September 2013 pukul
11.30)
Berdasarkan penjabaran mengenai metode di atas, penulis
menyimpulkan bahwa metode adalah langkah-langkah yang telah
direncanakan dan diatur guna menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar sehingga dapat mencapai suatu maksud dan tujuan tertentu.
Dalam kegiatan belajar dan mengajar, sangat penting bagi
seorang guru mempunyai berbagai metode.Ia harus mempunyai
wawasan yang luas tentang bagaimanakah kegiatan belajar-mengajar
itu terjadi, dan langkah-langkah apakah yang harus ia tempuh dalam
kegiatan tersebut. Jika seorang guru tidak mempunyai metode dalam
mengajar, apalagi tidak menguasai materi yang hendak disampaikan,
maka kegiatan belajar dan mengajar tersebut tidak akan maksimal,
bahkan cenderung gagal.
Bagi seorang guru, wawasan belajar dan mengajar ini
sebenarnya merupakan garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.Jadi,
seorang guru harus paham dan menguasai metode secara total.
Adapun fungsi dari metode menurut Nuha (2012:160) terbagi
menjadi beberapa bagian. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Metode sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
Menurut Sardiman (dalam Nuha, 2012:160) bahwa yang
dimaksud dengan alat motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsi karena ada pengaruh dari luar.Biasanya, ini
sangat erat hubungannya dalam penggunaan metode oleh guru
yang bermacam-macam atau lebih dari satu dalam kegiatan
pembelajaran.Hal ini dikarenakan dalam penggunaan metode yang
bervariasi itu, dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik.
b. Metode sebagai Strategi Pengajaran
Sebagai seorang guru harus mengerti bahwa kemampuan
daya serap anak atau peserta didik itu berbeda antara satu dengan
yang lainnya.Oleh karena itulah, dalam menjalankan kegiatan
pembelajaran, guru perlu menggunakan metode yang tepat guna
menyikapi fenomena ini.
Selain itu, anak mudah bosan jika setiap kali pembelajaran
berjalan stagnan dan kaku.Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar
mengajar, guru harus menguasai serta memiliki strategi agar anak
dapat belajar dengan efektif dan efisien, dan mereka juga dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
c. Metode sebagai Alat untuk Mencapai Tujuan
Tujuan adalah inti dari setiap kegiatan pembelajaran.Tujuan
ini merupakan goal getter yang terakhir dari sebuah interaksi
pembelajaran antara guru dan siswa.Pedoman ini berfungsi sebagai
pemberi arahan kegiatan belajar mengajar.Dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran ini, pastilah guru seringkali melakukan dan
mengembangkan inovasi dari dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Salah satu usaha yang dilakukan oleh guru tersebut adalah
mengembangkan metode pembelajaran yang digunakan.Hal ini
karena metode adalah salah satu alat untuk mencapai sebuah tujuan
pembelajaran.Selain itu, metode adalah sebagai pelicin jalan
pengajaran menuju tercapai tujuan yang telah dipetakan
sebelumnya.Oleh karena itu, wajiblah bagi guru untuk
menggunakan dan mengembangkan metode dalam kegiatan
pembelajaran.Sehingga, metode tersebut dapat dijadikan sebuah
alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan sebuah metode pembelajaran yang selama ini
dipakai dan digunakan oleh guru dalam proses belajar-mengajar
bukanlah sebuah hal yang asal pakai. Akan tetapi, dalam
penggunaannya, tentu telah melalui tahap, penilaian, dan pemilihan
yang ketat.
Adapun pemilihan dan penentuan metode pembelajaran
yang akan dipakai oleh seorang guru dalam belajar dan mengajar
ini tentunya berkaitan erat dengan nilai strategi metode, efektivitas
penggunaan metode, dan lain sebagainya. Dalam sebuah kegiatan
pembelajaran, tentunya terjadi sebuah interaksi edukatif antara
guru dan siswa sebagai sasaran didik.Oleh karena itu, dalam
penyampaian bahan dan materi pelajaran, seorang guru harus
menggunakan strategi pembelajaran yang tepat.Di sinilah
kehadiran metode menempati posisi yang sangat sentral dan urgen
dalam penyampaian bahan dan materi pelajaran.
Pemilihan metode yang kurang tepat akan menyebabkan
kegagalan dalam sebuah pembelajaran. Biasanya, kegagalan
pembelajaran ini karena metode yang dipakai tidak sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan ditargetkan
sebelumnya.Oleh karena itulah, metode memiliki nilai strategis
dalam kegiatan belajar dan mengajar.Adapun nilai strategis
tersebut adalah pengaruh dari metode terhadap berlangsungnya
kegiatan pembelajaran.
Sebelum membicarakan tentang metode iqro‟, terlebih dahulu
akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan iqro‟. Iqro‟ adalah nama
judul sebuah buku berisi tuntutan belajar membaca Al-Qur‟an dengan
cara baru yang berbeda dengan cara-cara lama (Budiyanto, 1995:3).
Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian metode dan iqro‟
di atas dapat disimpulkan bahwa metode iqro‟ adalah suatu strategi
dalam menyampaikan materi baca tulis Al-Qur‟an dalam upaya
menarik minat siswa untuk belajar dan mempermudah anak dalam
mempelajarinya.
2. Penerapan Metode Iqro’
Cara belajar membaca Al-Qur‟an dengan model iqro‟ ini
pernah dijadikan proyek oleh Departemen Agama RI sebagai upaya
untuk mengembangkan minat baca terhadap kitab suci Al-
Qur‟an.Meski demikian, harus diakui bahwa setiap metode memiliki
kelebihan dan juga kelemahannya sendiri.
Metode iqro‟ disusun dalam bentuk jilid mulai dari jilid 1-
6.Jilid-jilid tersebut disusun berdasarkan urutan dan tertib materi yang
harus dilalui secara bertahap oleh masing-masing anak, sehingga jilid 2
adalah kelanjutan dari jilid 1, demikian seterusnya sampai selesai jilid
6. Bila anak yang telah menyelesaikan jilid 6, bila mengajarkannya
sesuai dengan petunjuk, dapat dipastikan bahwa ia telah mampu
membaca Al-Qur‟an dengan benar (Budiyono, 1995:9).
Adapun isi materi dari masing-masing jilid tersebut menurut
Budiyono (1995:9) adalah sebagai berikut:
a. IQRO‟ Jilid I
Pelajaran pada jilid I ini seluruhnya berisi pengenalan bunyi
huruf-huruf tunggal berharokat fathah. Diawali dengan huruf a-ba‟
اب ) ) ba‟-ta‟ ( ب ت)ba‟-ta‟-tsa ( ب ت ث)dan seterusnya sampai
bunyi huruf ya dan kemudian diakhiri dengan halaman EBTA.
Pada jilid I ini terdapat lampiran “indeks huruf“ yang dimaksudkan
untuk sekedar membantu titian ingatan bacaan-bacaan yang lupa.
Tiap halaman pada jilid I ini diawali dengan pokok bahasan
yang terdapat dalam barisan pertama, kemudian lembar kerja yang
terdapat dalam baris kedua, ketiga, dan seterusnya.Dan ditutup
dengan semacam bahan remedial pada baris terakhir.
Bila kita perhatikan isi materi pada jilid I ini maka dapat
diketahui bahwa target yang ingin dicapai adalah:
1. Anak bisa membaca dan mengucapkan secara fasih sesuai
dengan makhrajnya huruf-huruf tunggalberharakat fathah.
Dalam hal ini anak belum ditargetkan untuk mengenal nama-
nama huruf itu sendiri, seperti “alif, ba‟, ta‟ tsa” dan
seterusnya.
2. Anak bisa membedakan secara tepat bunyi huruf-huruf yang
memiliki makhraj berdekatan seperti antara:
ع dengan ا
س dengan ش
س dengan ث
b. IQRO‟ Jilid 2
Jilid 2 merupakan kelanjutan jilid I. kalau pada jilid I anak
baru dikenalkan dengan bunyi huruf-huruf tunggal berharakat
fathah,maka pada jilid 2 ini diperkenalkan dengan bunyi huruf-
huruf bersambung berharakat fathah.Baik huruf sambung di awal,
di tengah maupun di akhir kata.
Pada jilid 2 mulai diperkenalkan bacaan mad (panjang)
namun masih tetap berharakat fathah. Mulai pada halaman ini,
kepada anak mulai boleh dikenalkan nama huruf “alif” sebagai
tanda bahwa bacaan huruf yang diikutinya dibaca panjang.
Demikian juga nama tanda fathah, juga sudah boleh diperkenalkan
kepada anak, baik fathah yang dibaca pendek maupun fathah yang
dibaca panjang (fathah berdiri). Target yang ingin dicapai oleh jilid
2 ini adalah:
a) Meningkatkan kefasihan membaca bunyi huruf.
b) Anak bisa membaca huruf-huruf sambung
c) Anak bisa membedakan bacaan pendek dan bacaan panjang
dari fathah yang diikuti alif dan fathah berdiri.
c. IQRO‟ Jilid 3
Pada jilid 2 belum diperkenalkan bacaan-bacaan selain
harakat fathah.Barulah awal pada jilid 3 ini, pada anak
diperkenalkan bacaan kasroh.Karena anak telah mampu
membedakan bentuk-bentuk huruf bersambung, maka pengenalan
bacaan kasrah ini langsung huruf tunggal dan huruf sambung
sekaligus.Di jilid 2, diperkenalkan bacaan kasrah panjang karena
diikuti oleh huruf ya‟ sukun (ي). Disini ustadz diperbolehkan
mengenalkan nama huruf ya‟ (ي) dan nama tanda baca kasroh ()
dan sukun ().
Bacaan dlammah dikenalkan pada jilid 3 setelah anak
faham betul dengan bacaan kasrah () dan fathah ().Di halaman 19-
nya langsung diperkenalkan bacaandlammah panjang karena
diikuti oleh wawu sukun. Disini anak boleh dikenalkan nama huruf
wau (و) dan tanda dlammah (), baik dlammah biasa maupun
dlammah terbalik (،) sebagai tanda bacaan panjang. Materi
latihan-latihan pada jilid 3 ini bertambah nikmat dibaca dan
menggairahkan serta indah didengarnya, karena sudah berupa
potongan-potongan ayat Al-Qur‟an walaupun sederhana
bentuknya.
Dengan demikian maka ada 4 target baru yang tercantum
dalam jilid 3 ini, yaitu:
a) Anak mengenal bacaan kasrah, kasrah panjang karena diikuti
ya‟ sukun dan kasrah panjang karena berdiri.
b) Anak mengenal bacaan dlammah, dlammah panjang karena
diikuti wau sukun dan dlammah panjang karena terbalik.
c) Anak sudah mengenal tanda baca fathah, kasrah, dlammah, dan
sukun.
d) Anak sudah mengenal nama-nama huruf alif(ا), ya‟ (ي) dan
wau (و).
d. IQRO‟ Jilid 4
Pelajaran pada jilid 4 ini diawali dengan bacaan fathah
tanwin (), kasroh tanwin (), dlommah tanwin (), bunyi ya‟ sukun
dan wau sukun yang jatuh setelah harakat fathah, mim sukun, nun
sukun, qalqalah, dan huruf-huruf hijaiyah lainnya yang berharakat
sukun. Pada jilid 4 ini, anak sudah diperkenalkan dengan nama-
nama semua huruf hijaiyah dan nama-nama tanda bacanya.
Didahulukannya bacaan qalqalah dari huruf-huruf sukun
lainnya dimaksudkan agar sejak dini anak telah mampu
menghayati bacaan qalqalah sehingga terbiasa dengan bacaan yang
mestinya berqalqalah tetap dibaca qalqalah.
Dalam pelajaran bacaan tanwin, nun sukun, dan mim
sukun, target yang ada pada jilid 4 ini baru memperkenalkan
bacaan-bacaan idzhar. Sedangkan bacaan-bacaan yang lainnya,
seperti idgham, iqlab, dan ikhfa‟ belum diperkenalkan sama sekali.
Hal ini dapat dimengerti karena bacaan-bacaan selain idzhar itu
adalah termasuk bacaan yang lebih sulit daripada bacaan idzhar.
e. IQRO‟ Jilid 5
Isi materi jilid 5 ini sudah semakin komplek, antara lain
secara berturut-turut diperkenalkan kepada anak:
a) Cara baca alif-lam qamariyyah
b) Cara baca akhir ayat atau tanda waqaf
c) Cara baca mad far‟i
d) Cara baca alif lam syamsiyah
e) Cara baca nun sukun/tanwin bertemu huruf-huruf idgham
bighunnah
f) Cara baca lam dalam lafadz jalalah
g) Cara baca nun sukun/tanwin bertemu huruf-huruf idgham
bilaghunnah.
Satu hal yang perlu dicatat bahwa walaupun dalam jilid5 ini
sudah mengandung bacaan-bacaan tajwid, namun kepada anak
belum diperkenalkan nama-nama atau istilah-istilah dalam ilmunya
atau mengerti teorinya.
f. IQRO‟ Jilid 6
Isi jilid 6 ini sudah memuat hampir semua persoalan tajwid,
walaupun sebagaimana pada jilid 5, kepada anak belum boleh
diperkenalkan ilmu-ilmu atau teori-teori tajwidnya.Ilmu tajwid
baru boleh diajarkan setelah anak menyelesaikan IQRO‟ jilid 6
atau telah lancar membaca Al-Qur‟an.
Jilid 6 ini berisi pokok-pokok pelajaran:
a) Cara baca nun sukun atau tanwin bertemu huruf-huruf idgham
bighunnah
b) Cara baca nun sukun atau tanwin bertemu huruf iqlab
c) Cara baca nun sukun atau tanwin bertemu huruf-huruf ikhfa‟
d) Cara baca dan pengenalan tanda-tanda waqaf
e) Cara baca waqaf pada beberapa huruf/kata yang musykilat
f) Cara baca huruf-huruf dalam fawatihussuwar.
Jilid 6 ini ditutup dengan pesan-pesan penting penyusun
berupa kriteria seorang anak lulus dari IQRO‟ dan kemudian bisa
melanjutkan tadarus Al-Qur‟an dari juz pertama. Dan bila dalam
mengajarkan buku IQRO‟ sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang
ada, dapat dipastikan anak telah mampu membaca Al-Qur‟an
dengan benar walaupun masih pelan.
Metode IQRO‟ telah membuktikan bahwa anak-anak usia
TK yang dididik dalam TK Al-Qur‟an, dalam waktu 6-8 bulan
telah sanggup diantarkannya mampu membaca Al-Qur‟an. Bahkan
bagi anak yang cerdas dan didukung oleh lingkungan yang
menguntungkan, dalam waktu 2-4 bulan, anak usia 4-5 tahun bisa
menyelesaikan IQRO‟ jilid 1-6.Kunci rahasiannya yaitu terletak
pada sistem dan metodenya mengikuti prinsip berangsur-
angsur.Belajar membaca IQRO‟ dilakukan secara privat
(individual), artinya tiap anak dihadapi oleh seorang ustadz.
Masing-masing anak mendapat jatah waktu 5-10 menit untuk
belajar IQRO‟ dengan seorang ustadz, dengan cara bergantian
(Budiyono, 1995:17).
B. Keterampilan Membaca Al-Qur’an
1. Keterampilan
Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan.
Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan
cepat dan benar.Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat
tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila
seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga
tidak dapat dikatakan terampil (Soemarjadi, Muzni Ramanto, Wikdati
Zahri,1991:2).
Pengertian keterampilan menurut Yudha dan Rudhyanto (2005:
7) “Keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai
aktifitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional, kognitif, dan
afektif (nilai-nilai moral)”. Keterampilan yang dipelajari dengan baik
akan berkembang menjadi kebiasaan. Terdapat hubungan yang saling
mempengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan
keseluruhan anak. Keterampilan anak tidak akan berkembang tanpa
adanya kematangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
keterampilan pada anak yaitu: keturunan, makanan, intelegensi, pola
asuh, kesehatan, budaya, ekonomi, sosial, jenis kelamin, dan
rangsangan dari lingkungan.
Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (2001: 1180)
keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.Jadi, dapat
disimpulkan keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan
berbagai aktifitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas.
Keterampilan perlu dilatihkan kepada anak sejak dini supaya di masa
yang akan datang anak akan tumbuh menjadi orang yang terampil dan
cekatan dalam melakukan segala aktifitas, dan mampu menghadapi
permasalahan hidup. Selain itu mereka akan memiliki keahlian yang
akan bermanfaat bagi masyarakat.
Keterampilan membaca merupakan salah satu bagian dari
keterampilan dan kemahiran berbahasa yang terbagi empat yang
diantaranya adalah keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
2. Membaca Al-Qur’an
a. Pengertian Membaca
Membaca adalah melihat, melafalkan dan mengucapkan
serta memahami isi dari apa yang tertulis. Membaca pada
hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,
tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan
aktifitas visual, berfikir, psikolinguistik dan
metakognitif.Pengertian diatas sejalan dengan pendapat Nuha
(2012:108) membaca adalah kemampuan mengenali dan
memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang) tertulis
dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati. Pada
hakikatnya, membaca adalah proses komunikasi antara pembaca
dengan penulis melalui teks yang ditulisnya. Maka, secara
langsung, di dalamnya terjadi hubungan kognitif antara bahasa
lisan dengan bahasa tulisan.
Kemahiran membaca membaca mencakup dua hal, yaitu
mengenali simbol-simbol yang tertulis dan memahami isinya.Bagi
para siswa Indonesia yang mempunyai latar belakang kemahiran
membaca tulisan Latin, kemahiran membaca tulisan Arab
merupakan masalah.Sebab alphabet Arab berlainan dengan
alphabet Latin.
Kemampuan membaca bahasa Arab sangat tergantung
kepada pemahaman isi atau arti yang dibaca.Ini berarti sangat
tergantung pada penguasaan gramatika bahasa Arab.
Kesiapan anak belajar membaca sangat tergantung pada
tingkat kematangan IQ-nya.Namun, tidak serta-merta kematangan
IQ itu ukuran satu-satunya kesiapan anak belajar membaca.
Menurut Musthafa (2005:31) beberapa faktor yang memengaruhi
kesiapan membaca anak:
1) Kesiapan fisik
Anak yang sehat akan lebih cepat belajar membaca dan
menguasai pelajaran daripada anak yang sakit, sebab anak yang
sakit cepat merasa letih, mudah putus asa, dan sedikit
beraktifitas. Ia menjadi tidak bergairah dalam belajar dan
membaca.
Dalam kondisi seperti ini, pelajaran membaca akan lebih
sulit bagi anak daripada pelajaran lainnya. Maka, sebelum
melakukan aktifitas belajar, guru harus yakin bahwa anak
didiknya memiliki indra yang sehat, sebab ia memiliki peranan
penting dalam aktifitas membaca. Telinga, mata, kedua tangan,
dan alat bicara, merupakan organ yang sangat penting dalam
belajar membaca.
2) Kesiapan psikologis
Anak membutuhkan kondisi psikologis yang
nyaman.Karena itu, guru harus mengetahui kebutuhan perasaan
anak sebelum anak belajar membaca, dengan mengenal
lingkungan keluarganya, misalnya.Dengan demikian, guru
dapat memahami sejauh mana peran keluarga dalam memenuhi
kebutuhan psikologis anak.
Guru tidak perlu memaksa lingkungan keluarga memenuhi
kebutuhan psikologis anak dan menanamkan percaya diri
padanya. Guru juga tidak perlu mengidentifikasi rumah yang
salah mengarahkan anak, tidak memberikan kehangatan
padanya, cinta kasih, rasa tenang, dan percaya diri, yang sangat
memengaruhi kondisi psikologisnya.
Sebelum aktifitas belajar membaca berlangsung, terlebih
dahulu guru harus mengetahui kondisi psikologis setiap anak,
kemudian memberinya motivasi agar secepatnya ia melepaskan
diri dari persoalan-persoalan yang membelit dirinya, sehingga
ia merasa tenang dan dapat beradaptasi dengan lingkungan
belajarnya.
3) Kesiapan pendidikan
Sebelum anak belajar membaca, terlebih dahulu ia harus
mempersiapkan diri dengan beberapa arahan yang
memudahkannya dalam belajar membaca. Mempersiapkan
anak membaca adalah tanggung jawab keluarga dan sekolah,
namun dalam hal ini sekolah merupakan penanggung jawab
utama, sementara keluarga merupakan tempat pembentukan
pengalaman anak.
4) Kesiapan IQ
Sebelum anak belajar membaca, terlebih dahulu ia harus
mencapai tingkat kematangan IQ-nya yang memudahkannya
dalam belajar. Dalam hal ini, para peneliti berbeda pendapat
namun sebagian besar berpendapat bahwa kesiapan anak
belajar membaca sangat dipengaruhi oleh kematangan IQ-nya.
Sebagian berpendapat, usia kematangan IQ ini dapat dicapai
oleh anak pada usia enam atau enam tahun setengah. Namun,
sebagian menyangkal pendapat ini.Menurutnya, latihan dan
pengalaman belajar anak sangat memengaruhi kematangan IQ-
nya. Sebagian anak ada yang mencapai kematangan ini
sebelum usia enam tahun, namun ada pula yang mencapainya
pada usia delapan tahun dan sebelas tahun. Artinya, terdapat
perbedaan-perbedaan proses pencapaian kematangan IQ,
sekalipun anak terlahir dalam waktu yang sama.
b. Pengertian Al-Qur’an
Secara etimologis Al-Qur‟an berarti bacaan atau yang
dibaca. Adapun menurut istilah para ulama Al-Qur‟an adalah
kalam Allah yang diturunkan kepada nabi atau rasul, dimulai dari
surat Al-Fatihah, dan diakhiri dengan surat An-Naas (Munjahid,
2007:25-26).
Al-Qur‟an adalah wahyu atau firman Allah SWT untuk
menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT (Thoha Chabib dkk, 2004: 23).
Jadi dari pengertian membaca dan pengertian Al-Qur‟an di
atas, dapat disimpulkan bahwa membaca Al-Qur‟an adalah
melafalkan huruf-huruf atau ayat-ayat yang terdapat dalam Al-
Qur‟an dan yang membacanya termasuk ibadah.
c. Pengenalan Huruf Hijaiyah
1) Bentuk Huruf Hijaiyah
Mengenal bentuk huruf hijaiyah adalah langkah
pertama agar lancar membaca Al-Qur‟an dengan baik dan
benar. Tanpa mengenal huruf hijaiyah, kita akan mengalami
kesulitan, bahkan tidak akan mampu membaca Al-Qur‟an.
Huruf hijaiyah adalah kumpulan huruf-huruf Arab yang
berjumlah 29.Huruf-huruf inilah yang dipakai dalam Al-
Qur‟an.
Tabel 2.1 Huruf Hijaiyah
ا ب ت ث ج ح خ د
ذ ر ز س ش ص ض ط
ظ ع غ ف ق ك ل م
ى و ء ي
2) Transliterasi Huruf Hijaiyah
Transliterasi artinya mengalihaksarakan lafadz, bacaan,
atau tulisan dari satu huruf ke huruf yang lain, misalnya dari
aksara Arab ke huruf latin (Indonesia).
Tabel 2.2 Transliterasi Huruf Hijaiyah
No Arab Latin Nama Huruf
a, i, u, Alif ا .1
‟b Ba ب .2
‟t Ta ت .3
‟ts Tsa ث .4
j Jim ج .5
‟kh Ha ح .6
‟kh Kha خ .7
d Dal د .8
dz Dzal ذ .9
‟r Ra ر .10
‟z Za ز .11
s Sin س .12
sy Sya ش .13
sh Shad ص .14
dl Dlal ض .15
‟th Tha ط .16
‟zh Zha ظ .17
a, i, u „Ain ع .18
gh Ghain غ .19
‟f Fa ف .20
q Qaf ق .21
k Kaf ك .22
l Lam ل .23
m Mim م .24
n Nun ى .25
w Wau و .26
27. ha Ha‟
Hamzah „ ء .28
‟y Ya ي .29
3) Tanda Baca Huruf Hijaiyah
a) Dasar-dasar Tanda Baca
Table 2.3 Dasar-dasar Tanda Baca
ا ا ا
Dhammah Kasrah Fathah
U I A
ا ا ا
Dhammah Tanwin Kasrah Tanwin Fathah Tanwin
UN IN AN
b) Latihan Membaca
Tabel 2.4 Tanda Baca Fathah
ا ب ت ث ج ح خ د
ذ ر ز س ش ص ض ط
ظ ع غ ف ق ك ل م
ء ي ى و
Tabel 2.5 Tanda Baca Kasrah
ا ب ت ث ج ح خ د
ذ ر ز س ش ص ض ط
ظ ع غ ف ق ك ل م
ء ي ى و
Tabel 2.6 Tanda Baca Dhammah
ا ب ت ث ج ح خ د
ذ ر ز س ش ص ض ط
ظ ع غ ف ق ك ل م
ء ي ى و
Tabel 2.7 Tanda Baca Fathah Tanwin, Kasrah Tanwin, dan Dhammah Tanwin
ا ا ا ب ب ب ت ت ت
ث ث ث ج ج ج ح ح ح
خ خ خ ددد ذذذ
ررر ززز س س س
ش ش ش ص ص ص ض ض ض
ظ ظ ظ ع ع ع ط ط ط
غ غ غ ف ف ف ق ق ق
ك ك ك ل ل ل م م م
ى ى ى و و و
ء ء ء ي ي ي
4) Tempat Keluar (Makhraj) Huruf (Makharijul Huruf)
Makharijulmerupakan bentuk jamak dari kata
makhraj, yang artinya tempat keluar dan al-harfu artinya
huruf yang memiliki bentuk jamak al-hurufu, sehingga
membentuk kata majemuk makharijul huruf.
Secara bahasa, makharijul huruf adalah tempat
keluarnya huruf-huruf ketika huruf-huruf itu diucapkan.
Sedangkan secara istilah, makharijul huruf adalah tempat
keluarnya huruf-huruf ketika huruf tersebut
dibunyikan.Ketika membaca Al-Qur‟an, setiap huruf harus
dibunyikan sesuai makhraj hurufnya.Kesalahan yang sering
kita temukan adalah mengucapkan huruf atau makhraj
huruf yang tidak sesuai dengan tempatnya, sehingga dapat
menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan arti pada
bacaan yang tengah dibaca.Kesalahan ini bahkan dapat
menyebabkan dosa, terutama jika dilakukan dengan sengaja
dan sadar.
a) Pembagian Makharijul Huruf
Terdapat perbedaan pendapat mengenai
pembagian makharijul huruf, menurut Syarbini (2010:8)
Imam Syibawaih dan Asy-Syatibhi berpendapat bahwa
makhraj huruf ada 16, sedangkan menurut imam Al-
Fara ada 14 makhraj huruf. Namun, dalam kitab Ar-
Raid Fi Tajwidil Qur‟an, Ibnu Jazari berpendapat
bahwa makhraj huruf terbagi ke dalam 17 bagian. Ini
adalah pendapat yang paling kuat. Selanjutnya, ke-17
makhraj huruf ini dibagi ke dalam lima tempat, sebagai
berikut.
(1) Rongga Mulut (Al-Jauf)
Huruf-hurufnya adalah alif (ا), wau ( و ), dan ya‟
.dalam keadaan sukun (ي )
(2) Tenggorokan (Al-Halq)
Tenggorokan terdekat (Adnal Halqi) : kha
(غ) dan ghain (خ)
Tenggorokan tengah (Wasthul Halqi) : ha
(ع) dan „ain (ح)
Tenggorokan terjauh (Aqshol Halqi) :
hamzah (ء) dan ha ()
(3) Lidah (Al-Lisan)
Pangkal Lidah (Aqshallisan)
Dengan langit-langit belakang: qaf (ق)
Di depan makhraj huruf qaf: kaf (ك)
Tengah Lidah (Wasthullisan) dengan langit-
langit tengah : kha (خ), ya‟ (ي), dan sya (ش)
Lidah terdekat (Adnallisan)
Bertemu dengan langit-langit depan: lam (ل)
Di belakang makhraj huruf lam: nun (ى)
Di belakang huruf nun dengan memasukkan
punggung lidah: ra‟ (ر)
Ujung Lidah (Tharfullisan)
Ujung lidah dengan gusi dua gigi seri atas:
tha‟ (ط), da‟ (د), dan ta‟ (ت)
Ujung lidah dengan dinding gigi seri atas:
tsa‟ (ث), dza (ظ), dan dal (د).
Ujung lidah diantara dua gigi seri: sin (س),
za‟ (ز), dan shad (ص).
Dua sisi lidah (Hafatallisan)
Dua sisi lidah dengan geraham atas: dlad
.(ض)
(4) Dua Bibir (Asy-Syafatain)
Merapatkan bibir: wau (و) dan mim (م).
Mengumpulkan/memonyongkan dua bibir:
wau (و).
Menyentuh ujung dua gigi seri atas dengan
bawah: fa‟ (ف).
(5) Rongga Hidung (Al-Khaisyum)
Khaisyum yaitu huruf yang keluar dari
pangkal hidung. Makhraj ini keluar satu
makhraj, yaitu huruf-huruf dengung (al-
ghunnah). Setidaknya ada empat tempat
yang berbunyi dengung. Salah satunya
adalah ghunnah musyadaddah.
b) Makhraj Huruf Menurut Susunan Hijaiyah
Table 2.8 Makhraj Huruf Menurut Susunan Hijaiyah
Dari permulaan ujung ض .Rongga mulut ا
lidah dan geraham
sebelah kanan yang
berdekatan dengannya.
Antara dua bibir dengan ب
tertutup. Dari ujung lidah dan ط
pangkal gigi, serta yang
mengarah ke langit-
langit.
Dari ujung lidah serta ت
pangkal gigi depan bagian
atas yang mengarah ke
langit-langit.
Antara ujung lidah dan ظ
ujung gigi depan
bagian atas.
Antara ujung lidah dan ث
ujung gigi depan bagian
atas.
Di tengah-tengah ع
tenggorokan.
Antara pertengahan lidah ج
dan pertengahan langit-
langit.
.Ujung tenggorokan غ
Dari perut bibir bagian ف .Di tengah tenggorokan ح
bawah serta ujung gigi
bagian atas.
Antara pangkal lidah ق .Ujung tenggorokan خ
dengan langit-langit
yang berhadapan.
Dari ujung lidah, serta د
pangkal gigi depan bagian
atas yang mengarah ke
langit-langit.
Sedikit di bawah ك
makhraj qaf.
Antara ujung lidah dan ذ
ujung gigi depan bagian
atas.
Antara ujung lidah dan ل
langit-langit yang
berhadapan.
Dari tempat ujung lidah dan ر
ujung gigi depan bagian
atas.
Antara dua bibir yang م
tertutup.
Antara ujung lidah dekat ز
gigi dengan bagian atas dan
gigi bagian bawah.
Dari ujung lidah ke ى
depan sedikit dari huruf
lam.
Antara ujung lidah dekat س
gigi dengan bagian atas dan
gigi bagian bawah.
Antara dua bibir yang و
terbuka.
Antara pertengahan lidah ش
dan pertengahan langit-
langit.
Ujung tenggorokan.
Antara ujung lidah dekat ص
gigi bagian atas dan gigi
bagian bawah.
Lidah dan langit-langit ي
bagian tengah.
5) Sifat-sifat Huruf (Shifatul Huruf)
Sifat huruf adalah karakteristik atau keadaan yang
melekat pada suatu huruf. Setiap huruf hijaiyah mempunyai
sifat tersendiri yang bisa jadi berbeda atau sama dengan
huruf lain. Sifat ini muncul setelah suatu huruf dikeluarkan
dengan tepat dari tempat keluarnya hurufnya.Secara garis
besar, sifat-sifat huruf terbagi dua, yaitu sifat huruf yang
memiliki lawan dan sifat huruf yang tidak memiliki lawan.
a) Sifat huruf yang memiliki lawan
Segi napas
Al-Hams (mengalir napas): س ,ك ,ت ,ص ,خ ,ش ,ث ,ح ,ف
Lawan
Al-Jahr (tidak mengalir napas): ز ,ظ ,ذ ,ج
Segi suara
Syiddah (tertahan suara): ت ,ك ,ق ,ط ,د ,ج ,ب ,ا
Lawan
Ar-Rakhawah (mengalir suara/lembut): selain huruf
di atas semuanya tidak tertahan/lembut ketika
diucapkan.
Posisi pangkal lidah
Isti‟la (terangkatnya lidah): ض ,ظ ,ط ,غ ,ق ,خ
Lawan
Istifal (pangkal lidah tidak terangkat): selain huruf
di atas semuanya tidak terangkat.
Menutup atau tidaknya lidah ke langit-langit
Ithbaq (menutupi langit-langit): ط ص ,ض ,ظ ,
Lawan
Infitah (terbuka langit-langit): selain huruf di atas
semua huruf terbuka langit-langit.
Sulit atau mudahnya huruf dikeluarkan
Idzlaq (mudah dikeluarkan): ب ,ل ,ى , م, ف
Lawan
Ishmat (sulit dikeluarkan): selain huruf di atas ini
sulit dikeluarkannya.
b) Sifat huruf yang tidak memiliki lawan
Shafir
Shafir adalah huruf yang ketika
diucapkan/dilafalkan mengeluarkan suara desis.
Huruf-hurufnya adalah shad (ص), sin (س), za‟ (ز).
Qalqalah
Secara bahasa, qalqalah artinya bergetar (getaran
makhraj ketika engeluarkan huruf-huruf sukun).
Huruf-hurufnya adalah dal‟ (د), jim(ط), ba‟ (ب), tha‟
.(ق) dan qaf ,(ط)
Liin
Secara bahasa, liin artinya lembut, sehingga cara
mengucapkannya pun lembut tanpa dipaksakan.
Huruf sebelumnya berharakat fathah. Huruf-
hurufnya adalah ya‟(ي) dan wau (و).
Inhiraf
Secara bahasa, inhiraf adalah huruf yang diucapkan
miring dari ujung lidah.Huruf-hurufnya adalah lam
.(ر) ‟dan ra (ل)
Takrir
Secara bahasa, takrir artinya mengulangi.Cara
pengucapannya disertai dengan bergetarnya ujung
lidah.Hurufnya adalah ra‟ (ر).
Taafasyi
Secara bahasa, tafasyi artinya menyebar.Cara
pengucapan hurufnya disertai menyebarnya angin
dalam mulut.Hurufnya adalah sya (ش).
Istithalah
Secara bahasa, istithalah artinya memanjang.Cara
pengucapannya dengan memanjangkan suara pada
sisi lidah.Hurufnya adalah dlad (ض).
d. Tujuan Mengajar Al-Qur’an
Tujuan mengajar Al-Qur‟an menurut Dr. Muhammad
Abdul Qadir Ahmad (dalam Thoha Chabib dkk, 1999:33) baik
ayat-ayat bacaan, maupun ayat-ayat tafsir dan hafalan, adalah
bertujuan memberikan pengetahuan Al-Qur‟an kepada anak didik
yang mampu mengarah kepada:
1) Kemantapan membaca sesuai dengan syarat-syarat yang telah
ditetapkan dan menghafal ayat-ayat atau surat-surat yang
mudah bagi mereka.
2) Kemampuan memahami kitab Allah secara sempurna,
memuaskan akal dan mampu menenangkan jiwa.
3) Kesanggupan menerapkan ajaran islam dalam menyelesaikan
problema hidup sehari-hari.
4) Kemampuan memperbaiki tingkah laku murid melalui metode
pengajaran yang tepat.
5) Kemampuan memanifestasikan keindahan retorika dan uslub
Al-Qur‟an.
6) Penumbuhan rasa cinta dan keagungan Al-Qur‟an dalam
jiwanya.
7) Pembinaan pendidikan islam berdasarkan sumber-sumbernya
yang utama dari Al-Qur‟an Al-Karim.
e. Ciri-Ciri Anak yang Terampil dalam Membaca Al-Qur’an
Menyiapkan anak-anak menjadi generasi Qurani, komitmen
dan menjadikan Al-Qur‟an sebagai pandangan hidup sehari-hari,
merupakan salah satu tujuan umum dari taman pendidikan Al-
Qur‟an, dan untuk mencapai tujuan tersebut taman pendidikan Al-
Qur‟an perlu merumuskan target. Hal ini sesuai dengan petunjuk
dalam buku pedoman TKA-TPA atau TPQ Nasional, yaitu mampu
membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar, yaitu:
1) Dapat membaca Al-Qur‟an dengan benar sesuai dengan ilmu
tajwid.
2) Dapat melakukan shalat dengan baik.
3) Dapat menulis huruf-huruf Al-Qur‟an.
4) Hafal surat-surat pendek, ayat-ayat pilihan dan do‟a sehari-hari
(Mansur, 2001:135).
Budiyono mengemukakan bahwa dalam kaitannya dengan
pengajaran membaca Al-Qur‟an, maka tujuan yang hendak dicapai
adalah anak bisa membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai
dengan kaidah-kaidah tajwid yang ada, yakni mampu mengenal
nama-nama huruf, mampu mengeja, mampu mengetahui ilmu
tajwidnya, dan sebagainya (Budiyono, 1995:20).
f. Indikator Keterampilan Membaca Al-Qur’an
Merumuskan indikator merupakan bagian penting dalam
proses pembelajaran. Indikator merupakan penanda pencapaian
kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi
daerah. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
penilaian.
Dalam pengembangan indikator, setiap kompetensi
dasar dikembangkan menjadi beberapa indikator. Indikator
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur atau
observasi. Tingkat kata dalam indikator lebih rendah atau
setara dengan kata kerja dalam kometensi dasar maupun
standar kompetensi. Prinsip pengembangan indikator adalah
sesuai dengan kepentingan, kesinambungan, kesesuaian dan
kontekstual. Keseluruhan indikator dalam satu kompetensi dasar
merupakan tanda-tanda, perilaku, berfikir, dan bertindak secara
konsisten.
Demikian pula dalam proses pembelajaran membaca
Al-Qur‟an perlu dirumuskan indikator pembelajaran. Indikator
yang dirumuskan ini menjadi acuan dalam melihat keberhasilan
proses pembelajaran dan proses penilaian.
Adapun indikator dari kemampuan siswa membaca Al-
Qur‟an adalah sebagai berikut:
a. Anak mampu melafalkan bacaan Al-Quran.
Dalam proses pembelajaran membaca Al-Qur‟an
sebagai langkah awal, langkah yang diutamakan adalah dengan
cara melafalkan. Dalam hal ini anak mampu melafalkan
bacaan Al-Qur‟an yang menjadi materi pembelajaran.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Al-Qur‟an
dinarasikan dalam bahasa Arab, sehingga membutuhkan
ketrampilan pelafalan yang khusus. Anak mengikuti
pelafalan yang dilakukan oleh ustadzah. Pada tahap
selanjutnya pelafalan sebagai bagian dari proses membaca
masih tetap perlu mendapatkan perhatian. Karena meski
anak telah mampu membaca teks arabnya, namun
pelafalannya belum tentu baik dan benar sesuai dengan
makhrojnya.
Dengan demikian indikator ketercapaian pembelajaran
melafalkan ini diusahakan anak mampu; a) melafalkan ayat-
ayat Al-Qur‟an yang dianjurkan oleh ustadzah dengan baik
dan benar. b) melafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an berdasarkan
kemampuan membaca dengan lancar, fasih, dan sesuai
makharijul huruf.
b. Anak mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar
sesuai kaidah tajwid.
Kelajutan dari indikator di atas adalah anak telah terampil
dan mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.
Khusus untuk Al-Qur‟an, anak mampu membaca sesuai dengan
kaidah tajwid.
Dengan demikian indikator ketercapaiannya dalam proses
pembelajaran membaca pada tingkat ini anak mampu; a)
membaca Al-Qur‟an dengan lancar dan fasih sesuai makharijul
hurufnya, b) membaca Al-Qur‟an dengan lancar, fasih, sesuai
makharijul hurufnya dan sesuai dengan kaidah tajwid.
BAB III
PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KAB. SEMARANG
A. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab.
Semarang
Panti Asuhan adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak
yatim atau yatim piatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 826). Panti asuhan
memberikan pelayanan kepada anak terlantar akibat disfungsi sosial keluarga
(orang tua atau keluarga tidak mampu melaksanakan fungsi sosialnya).
Penyebabnya antara lain adalah satu atau kedua orang tuanya meninggal
dunia, keluarga miskin, keluarga retak dan sebagainya. Panti asuhan berperan
sebagai lembaga pelayanan pengganti orang tua atau wali yang bersifat
sementara. Tidak hanya anak yatim, piatu, maupun anak yatim piatu saja, akan
tetapi Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang juga merawat anak-anak terlantar
dan kaum dhuafa.
Adapun sejarah berdirinya Panti Asuhan Putri Aisyiyah yang terletak
di Jln. Fatmawati No. 71 Tuntang, tepatnya di dusun Petet, kelurahan Tuntang,
Kec. Tuntang, Kab. Semarang yang dibatasi dengan dusun Gading, Daleman,
Cikal, Kelurahan dan Praguman, didirikan pada tanggal 13 Oktober 1989
dibawah naungan Organisasi Sosial Keagamaan “Aisyiyah” (D/SB/01).
Bermula dari rumah biasa pemberian wakaf dari bapak Drs.H.
Harmoni Ja‟far yang berasal dari Bogor yang pada saat itu baru ada 7 orang
anak asuh.Biaya asuh berasal dari donator-donatur yang awalnya hanya
terbatas pada pengurus dan insidentil masyarakat.
Sesuai dengan perkembangan zaman dan daya tampung, akhirnya
Panti Asuhan Putri Aisyiyah dapat menampung 20 anak. Akan tetapi pada
tahun 1995, hal yang tidak diinginkan terjadi. Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang kebakaran yang disebabkan oleh konsleting arus pendek listrik pada
jam 1 malam, sehingga bangunan induk terbakar habis. Walaupun demikian,
tidak ada korban jiwa. Dan dari tahun ketahun hingga sampai saat ini Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang telah berhasil direnovasi kembali bahkan ada
penambahan bangunan yang nampak berdiri kokoh dan cukup memadai.
Semua pembangunan itu tidak lepas dari sumbangan para donator dan
dermawan (D/SB/01).
B. Letak Geografis Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang
Lokasi Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang berada di dusun Petet,
tepatnya di Jln. Fatmawati No. 71 RT 04, RW 01, Kelurahan Tuntang,
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.Lokasi Panti Asuhan Putri
Aisyiyah sangat strategis dan mudah dijangkau karena berada tepat di tepi
jalan raya jalur Solo-Semarang.Di sebelah utara ada jembatan Tuntang yang
merupakan perbatasan antara kecamatan Bawen dengan kecamatan Tuntang.
Lokasi panti sangat nyaman, karena dilengkapi dengan fasilitas berupa
sarana dan prasarana yang cukup memadai. Di gedung panti ini terdapat 2
lantai, yang mana di lantai 1 terdapat aula, ruang perpustakaan, serta ruang
pendidikan yang luas juga memberikan ruang gerak bagi anak-anak, sehingga
anak bebas berekspresi dan berkreasi (P/LG/02-08-2013).
Secara geografis dan strategi Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
akan mengentaskan kemiskinan dengan jalan menampung, membimbing,
menyantuni anak-anak yatim, piatu, yatim piatu, serta dhuafa dengan
meningkatkan SDM pendidikan formal dan non formal dalam panti. Sesuai
dengan peran panti asuhan secara umum, yaitu:
1. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak meliputi:
a. Pemulihan atau penyantunan artinya untuk mengembalikan dan
menanamkan fungsi sosial anak asuh.
b. Perlindungan ditujukan untuk menghindarkan anak dari
keterlantaran, perlakuan kejam atau salah dan eksploitasi oleh
orang tua.
c. Pengembangan ditujukan untuk menanamkan pemahaman tentang
peran dan tanggung jawab anak asuh terhadap lingkungan
sosialnya.
d. Pencegahan ditekankan pada intervansi terhadap lingkungan sosial
anak asuh yang bertujuan disatu pihak menghindarkan anak asuh
dari pola-pola tingkah laku yang menyimpang, di lain pihak
mendorong lingkungan sosial untuk mengembangkan pola-pola
tingkah laku yang wajar.
2. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial
anak.
3. Sebagai pusat pengembangan ketrampilan anak.
Sedangkan batas wilayah Kecamatan Tuntang sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Bawen, sebelah selatan berbatasan dengan
Kodya Salatiga, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bringin dan
Kecamatan Pabelan, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Banyubiru.
C. Identitas Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang
1. Nama Panti :Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab.
Semarang
2. Alamat :Jalan Fatmawati (Jalan Raya Tuntang) No. 71
Tuntang, Kab.Semarang
3. Tahun Berdiri :13 Oktober 1989
4. Akta Notaris :A. Dimyati, SH No. 6 (enam) 3 Mei 1999
5. No.Badan Hukum :C 2.H.T.01.03 A/165
6. NPWP : 02.254.054.6-505.000
7. Terdaftar :Dinkessos Provinsi Jawa Tengah No.
237/ORSOS/2004/2007 Tipe B
8. E-mail : [email protected]
9. Wesite : www.pantiaisyiyahtuntang.or.id
10. Telp. : 0298-3405639
(D/IP/02)
D. Visi dan Misi Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang
Berdasarkan dokumen profil panti (D/VM/03) diperoleh data tentang:
1. Visi
Terpenuhinya hak anak yang meliputi hak hidup, tumbuh
berkembang, perlindungan dan partisipasi agar dapat meraih masa
depan yang lebih baik.
2. Misi
a. Menyelenggarakan upaya kebutuhan-kebutuhan anak baik jasmani,
rohani, mental, dan psikososial.
b. Memberikan perlindungan terhadap anak dari perlakuan-perlakuan
salah/eksploitasi dan situasi yang membahayakan anak.
c. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan anak
sesuai bakat dan minatnya.
d. Membentuk akhlakul karimah yang sesuai dengan ajaran Al-
Qur‟an dan Al-Hadist.
E. Tujuan Didirikannya Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab.
Semarang
Tujuan didirikannya Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang
bergerak di bidang sosial, yaitu (D/TP/04):
1. Menyantuni anak-anak memberikan pendidikan formal dan non-formal
kepada anak yatim, piatu, yatim-piatu, anak-anak terlantar serta
keluarga tidak mampu.
2. Ikut membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan dengan jalan
memberikan bekal pendidikan jasmani dan pendidikan rohani,
sehingga terbentuk SDM yang mandiri, sehingga kelak anak dapat
kembali ke masyarakat dengan kemandiriannya.
3. Anak yang ditampung adalah anak usia sekolah (SD, SMP, SMA, dan
Kuliah).
Adapun tujuan Panti Asuhan menurut Departemen Sosial Republik
Indonesia (1997:6), yaitu:
1. Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi
pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan
membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta
mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota
masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tangung jawab, baik
terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.
2. Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti
asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian
matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu
menopang hidupnya dan keluarganya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan
adalah memberikan bantuan secara langsung yang berupa keterampilan,
pembinaan, dan pelayanan kepada anak asuhnya sehingga ia mampu menjadi
manusia yang lebih berkualitas.
F. Struktur OrganisasiPanti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab.
Semarang
Untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan di Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang terdapat struktur organisasi yang mempunyai peranan
sangat penting bagi suksesnya penyelenggaraan program-program kegiatan
panti tersebut.
Struktur organisasi di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang terdiri dari
struktur organisasi anak asuh dan struktur organisasi pengurus panti asuhan.
Tabel 3.1 Struktur Organisasi Anak Asuh
No. Nama Jabatan
1. Tiara Nurbaeti Ketua
2. Lastriyani Sekretaris
3. Eka Budining Tyas Bendahara 1
4. Istiqomah Bendahara 2
5. Estri Wijayanti Koordinator Kebersihan 1
6. Tri Rusti Kanti Koordinator Kebersihan 2
7. Siti Amirawati dan Khurotul Aeni Koordinator Internet (warnet panti)
8. Eka Jumiati dan Solichatun Koordinator Belanja
9. Puji Lestari KoordinatorKegiatan 1
10. Sri Lestari KoordinatorKegiatan 2
11. Yuni Astuti Koordinator Keamanan
Tabel 3.2 Struktur Organisasi Pengurus Panti
(D/SO/05)
No Nama Jabatan
1. Bpk. Dr. H. Saerozi, M. Ag PELINDUNG Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kab. Semarang
2. Ibu Hj.Ida Asrotul Mahmudah, M. Pd
Ibu Hj. Sri Hartini Tugiman
PENASIHAT Pimpinan Daerah
Aisyiyah Kab. Semarang
3. Ibu Hj. Dra. Halimah Ilyas Majelis Pimpinan Kesejahteraan
Sosial (MPKS)
4. Ibu Hj. Alimah BA KETUA 1
5. Ibu Hj. Yuani Tri Harsini, S. Pd KETUA 2
6. Ibu Hj. Rahmi Rahayu S. SH SEKRETARIS 1
7. Ibu Hj. Endang Sulistyo Rini SEKRETARIS 2
8. Ibu Hj. Endang Wiratni B.Sc
BENDAHARA 1
9. Ibu Hj. Atiyatun Najah, S. Ag BENDAHARA 2
10. Ibu Hj. Yayuk Zarkoni SIE. USAHA
11. Ibu Hj. Iin Habibah, S. Kep SIE. KESEHATAN
12. Bpk. Lukman Fahmi SHI dan
Bunda. Tiara Rubiati SHI
PENGASUH
13. Mas Suyuti PETUGAS UMUM
G. Aktivitas Keseharian AnakPanti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab.
Semarang
Aktifitas anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang sehari-harinya
dapat dilihat dari table berikut:
Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
(P/AK/02-08-2013)
No Hari Jenis Kegiatan Waktu Pembimbing
1. Senin Mengaji
Menjahit
13.30-14.30
15.30-16.30
Ibu Ummi
Ibu Tri
2. Selasa Mengaji
Fiqh
Penyuluhan Kesehatan
13.30-14.30
15.00-16.30
16.30-17.00
Ibu ummi
Ibu Hj. Atiyatun
N, S. Ag
Ibu Hj. Iin
Habibah, S. Kep
3. Rabu Mengaji
Qiroah
13.30-14.30
15.30-16.30
Ibu Ummi
Bpk. Kasmuri
4. Kamis Mengaji
Aqidah Akhlak
13.30-14.30
15.30-16.30
Ibu Ummi
Bpk. Legiyono
5. Jum‟at Bahasa Inggris
(SD dan SMP)
Rebana
14.00-15.00
15.30-16.30
Miss Puji &
Miss Kanti
Mas. Baiquni
6. Sabtu TPA
(SD dan SMP)
Bahasa Jawa
14.00-15.00
15.30-16.30
Kak Estri
Ibu Nur Hidayah
7. Minggu Kerja Bakti
Olahraga
07.00-09.00 Sie. Kebersihan
Tabel 3. 4Jadwal Kegiatan Sehari-hari Anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang
(P/KS/02-08-2013)
No. Waktu Kegiatan
1. 04.00-04.45 Sholat Subuh Berjamaah
2. 04.45-06.00 Piket Pagi dan Persiapan Sekolah
3. 06.00-06.15 Sarapan Bersama
4. 06.15-13.00 Sekolah
5. 13.00-13.30 Sholat Dhuhur dan Makan Siang
6. 13.30-14.30 Kegiatan (sesuai dengan jadwal)
7. 14.30-15.00 Istirahat
8. 15.00-15.30 Piket dan Mandi
9. 15.30-17.00 Sholat Ashar dan Kegiatan (sesuai dengan jadwal)
10. 18.00-18.30 Sholat Maghrib dan Tadarus
11. 18.30-19.00 Makan Malam Bersama
12. 19.00-19.15 Sholat Isa
13. 19.15-21.00 Belajar
14. 21.00-04.00 Istirahat Malam
H. Sarana dan PrasaranaPanti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab.
Semarang
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang memiliki sarana prasarana yang
sudah cukup lengkap. Sarana dan prasarana itu sebagian didapatkan dari
sumbangan para donatur. Adapun sarana dan prasarana tersebut adalah
sebagai berikut (D/SP/06):
Gedung Asrama
Gedung asrama Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang ini terdapat 2
lantai yaitu lantai 1 dan lantai 2.
Kamar Anak
Kamar anak berjumlah 8 kamar, 3 kamar berada dilantai 1, dan 5
kamar berada dilantai 2.Setiap kamar diisi oleh jumlah anak yang
berbeda-beda, mulai dari 2 anak sampai 8 anak tergantung dari luas
kamar.Di dalam setiap kamar terdapat tempat tidur, almari baju,
dan almari buku.
UKS
Terdapat sebuah ruang UKS yang terdiri dari 1 tempat tidur, 2
almari baju, dan dilengkapi dengan berbagai macam obat-obatan
dan perlengkapan lainnya.
Ruang komputer
Terdapat ruang komputer yang memiliki 3 buah komputer yang
memiliki fasilitas internet.Adanya fasilitas ini sangat membantu
anak-anak dalam mencari tugas atau mengakses internet untuk
keperluan pendidikannya.Dengan demikian, anak-anak panti
diharapkan dapat memperluas wawasan dalam dunia pendidikan
melalui Internet.
Ruang Jahit
Terdapat ruang jahit yang terdiri dari 3 mesin jahit, 1 mesin obras,
dan 1 almari.Di dalam ruang jahit juga terdapat kamar mandi yang
digunakan khusus untuk tamu.
Perpustakaan
Perpustakaan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang mempunyai
koleksi buku yang cukup banyak. Koleksi buku yang dimiliki
meliputi buku pelajaran, pengetahuan umum, buku tentang
keterampilan, agama, dan juga majalah.
Kantor
Terdapat 2 kantor yang berada dilantai 1. Di dalamnya terdapat 3
ruang tamu, 1 kamar mandi, 1 ruang makan pengurus panti, dan 3
buah etalase tempat hasil kerajinan tangan.
Ruang Unit Simpan Pinjam/Waserda
Ruang Pendidikan
Di dalamnya terdapat papan tulis, meja, dan kursi.
Ruang Alat Musik
Di dalamnya terdapat peralatan rebana, dan peralatan drum band.
Ruang Aula
Ruang aula Panti Asuha Putri Aisyiyah Tuntang cukup luas, biasa
digunakan sebagai tempat berkumpul anak-anak saat acara ataupun
menonton televisi.Di dalamnya terdapat meja dan kursi (untuk
ruang tamu), 1 televisi, 1 dispenser, 1 mimbar dan juga dipampang
foto kakak-kakak yang telah wisuda dan tidak tinggal di panti lagi.
Ruang Dapur
Dapur terletak di sebelah ruang makan, dan terdapat peralatan
dapur yang cukup lengkap.
Ruang Makan
Kamar Mandi
Kamar mandi terletak di sebelah mushola yakni berjumlah 6, dan
terletak di sebelah kamar anak-anak yang berada di lantai 1 yakni
berjumlah 3.
Rumah Pengasuh
Rumah pengasuh terletak di lantai 2, di dalamnya terdapat 2 kamar,
1 dapur, 1 ruang tamu, dan 1 ruang televisi.
Mushola
Mushola Panti Asuha Putri Aisyiyah Tuntang cukup luas.Di
dalamnya terdapat 1 almari tempat mukena, dan 1 rak tempat Al-
Qur‟an.
Gudang
Terdapat 2 gudang yakni berada di lantai 1 dan 2.Gudang di lantai
2 digunakan sebagai tempat menyimpan barang dan buku-buku
bekas yang tidak terpakai.Sedangkan gudang di lantai 1 digunakan
sebagai tempat menyimpan kursi yang biasa digunakan apabila ada
acara-acara penting.
I. PembiayaanPanti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang
Pembiayaan Panti Asuhan Tuntang dilakukan dengan jalinan kerja
sama diantaranya yaitu (D/PP/07):
1. Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah
2. Dinas Kesejahteraan Sosial dan KB Kab. Semarang
3. Departemen Sosial RI
4. Koordinator Wilayah Panti se-Eks Karesidenan Semarang
5. Paguyuban Panti se-Kab. Semarang
6. Perusahaan-perusahaan dan kantor-kantor sekitarnya
7. Donatur-donatur yang tidak mengikat
Adapun sumber dana yang didapatkan yaitu:
1. Bantuan pemerintah lewat Depsos RI (Bantuan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar / Subsidi BBM)
2. Kerjasama dengan pihak donatur tetap maupun tidak tetap
3. Swadaya dari kegiatan ekonomi produktif panti
4. Sumber – sumber lain yang tidak mengikat
5. Metode Pengajaran Al-Qur‟an di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Kab. Semarang
J. Usaha Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang
Usaha yang dilakukan oleh panti asuhan yaitu melaksanakan
kegiatan sesuai dengan tujuan panti asuhan, yaitu usaha ekonomi
produktif. Di dalam usaha ekonomi produktif ini, panti membuka usaha
jahitan yang terletak di lantai 1 sebelah kantor pengurus. Menjahit
dikerjakan oleh Mas Suyuti sekaligus sebagai petugas umum di Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang.Bukan hanya masyarakat sekitar panti
yang menjahitkan kain, tetapi juga para donatur menjadi langganan tetap
untuk menjahit di panti.
Adapula koperasi panti yang cukup lengkap menyediakan
kebutuhan anak yakni perlengkapan sekolah, perlengkapan mandi, dan
menjual snack atau jajanan ringan. Koperasi tersebut dipegang oleh
bendahara organisasi anak asuh.Dengan adanya koperasi tersebut, anak-
anak menjadi mudah dan tidak harus keluar panti untuk membeli barang-
barang yang dibutuhkan (P/UP/02-08-2013).
BAB IV
EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE IQRO’ TERHADAP
KETERAMPILAN MEMBACA AL-QUR’AN PADA ANAK PANTI
ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG
A. Konsep Penerapan Metode Iqro’ di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang
Metode Iqro‟ adalah suatu strategi dalam menyampaikan materi baca
tulis Al-Qur‟an dalam upaya menarik minat siswa untuk belajar dan
mempermudah anak dalam mempelajarinya. Pengertian tersebut senada
dengan pendapat Budiyono (1995:9) yang mengungkapkan bahwa metode
iqro‟ terbagi dalam enam jilid. Jilid-jilid tersebut disusun berdasarkan urutan
dan tertib materi yang harus dilalui secara bertahap oleh masing-masing anak,
sehingga jilid 2 adalah kelanjutan dari jilid 1, demikian seterusnya sampai
selesai jilid 6. Bila anak yang telah menyelesaikan jilid 6 dan
mengajarkannya sesuai dengan petunjuk, dapat dipastikan bahwa ia telah
mampu membaca Al-Qur‟an dengan benar.
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan metode
iqro‟ di panti, yakni menciptakan generasi agar terampil dalam membaca Al-
Qur‟an sehingga dapat mewujudkan misi Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang yaitu membentuk akhlakul karimah yang sesuai dengan ajaran Al-
Qur‟an dan Al-Hadist, maka pengajaran iqro‟ menjadi sangat penting untuk
anak asuh yang belum bisa membaca Al-Qur‟an (D/VM/03).
Konsep penerapan metode iqro‟ di panti dilakukan secara bertahap
yaitu dari bacaan yang sederhana menuju bacaan yang agak sulit. Dalam
pengajaran melalui metode iqro‟ di panti ini ada beberapa langkah yang
diterapkan, langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Dengan makharijul huruf (keluar masuknya huruf hijaiyah) dan
pengenalan huruf hijaiyah.
b. Guru memberi contoh cara pengucapan huruf hijaiyah.
c. Siswa menirukan guru, bilamana ada yang sudah benar tidak perlu
diulang, tapi jika ada yang keliru maka diulang sampai anak bisa
menirukan guru.
d. Kalau sudah benar panjang pendeknya, siswa boleh melanjutkan
kejilid selanjutnya, namun bila belum benarcara membacanya maka
harus ada tekanan dari guru.
e. Jika anak sudah sampai jilid 6, akan ada evaluasi dari jilid 1-6. Yaitu
dengan membaca sesuai dengan yang diperintahkan oleh guru.
Bilamana anak sudah lancar dan benar dalam membaca iqro‟ maka
anak baru boleh melanjutkan ke Al-Qur‟an (W/UJ/01/14-08-2013/R-
01).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh ustadzah TR, yang
menyatakan:
“Cara pengajaran dengan metode iqro‟ ini sudah bagus, karena
diajarkan secara bertahap tingkat kesulitannya namun konsep
pengajarannya masih sangat dasar” (W/TR/02/16-08-2013/R-02).
Mengaji iqro‟ ini dilaksanakan setiap hari senin sampai jum‟at yakni
mulai pukul 14.00 sampai pukul 15.00 oleh satu ustadzah dan jumlah anak
asuh yang mengaji iqro‟ ada 10 anak sedangkan 34 anak asuh mengaji Al-
Qur‟an juga di ajarkan oleh ustadzah yang sama. Mengajarkan iqro‟ kepada
anak dilakukan secara bergilir dengan tingkatan yakni dari bacaan yang
sederhana menuju bacaan yang sulit dan dengan waktu yang terbatas
(P/KP/04-08-2013).Keterbatasan waktu menjadikan pengajaran kurang
maksimal karena satu ustadzah harus selesai mengajar iqro‟ maupun Al-
Qur‟an pada semua anak asuh.Mengaji sering dilakukan secara berkelompok,
yaitu ustadzah berhadapan dengan 2-4 anak sekaligus dalam pengajaran.
Seperti yang diungkapkan oleh ustadzah IH, bahwa:
“Tenaga pengajarnya yang kurang sehingga satu pengajar harus
mengajarkan anak 44 itu kan harusnya butuh waktu yang lama.Sejam saja
tidak cukup. Tapi ya memang terbentur dengan jadwal kegiatan yang lain
sehingga walaupun capek, atau ngantuk anak harus mengaji jika tidak mau
kena sanksi” (W/IH/03/17-08-2013/R-03).
Penerapan metode iqro‟ di panti cukup baik hanya perlu
meningkatkan improvisasitenaga pengajarnya, selain itu juga motivasi dari
kakak-kakak sekamarnya yang dianggap sebagai pembimbing atau ketua
kamar, dan juga lingkungan. Apalagi sarana dan prasarananya yang sudah
sangat mendukung, hanya saja waktunya yang kurang tepat. Anak-anak jika
sedang mengaji konsentrasinya pecah, hal tersebut wajar karena memang
mereka capek baru sepulang sekolah (W/IH/03/17-08-2013/R-03).
Metode iqro‟ yang telah diterapkan di panti sudah baik tetapi belum
maksimal karena terhambat oleh beberapa faktor,yaitu: faktor eksternal, waktu
yang kurang efektif, dan faktor internal, kondisi anak yang kurang
mendukung.
Ustadzah TR juga mengungkapkan hal yang senada bahwa konsep
pembelajaran iqro‟ belum maksimal tetapi beliau memaklumi karena faktor
usia pengajar (ustadzah) yang sudah tua, diluar itu semua yang harus dihargai
adalah keikhlasan beliau yang masih tetap mau mengajari anak-anak panti
walaupun memang sudah tidak maksimal seperti dahulu (W/TR/02/16-08-
2013/R-02).
Hal yang sedikit berbeda dengan langkah-langkah yang dikemukakan
oleh Budiyono (1995:9), langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. IQRO‟ Jilid I
Pelajaran pada jilid I ini seluruhnya berisi pengenalan bunyi
huruf-huruf tunggal berharakat fathah.Diawali dengan huruf a-
ba‟, ba‟-ta‟, ba‟-ta‟-tsa dan seterusnya sampai bunyi huruf ya dan
kemudian diakhiri dengan halaman EBTA. Pada jilid I ini terdapat
lampiran “indeks huruf “ yang dimaksudkan untuk sekedar
membantu titian ingatan bacaan-bacaan yang lupa.
Tiap halaman pada jilid I ini diawali dengan pokok bahasan
yang terdapat dalam barisan pertama, kemudian lembar kerja yang
terdapat dalam baris kedua, ketiga, dan seterusnya.Dan ditutup
dengan semacam bahan remedial pada baris terakhir.
Bila diperhatikan isi materi pada jilid I ini maka dapat
diketahui bahwa target yang ingin dicapai adalah:
a. Anak bisa membaca dan mengucapkan secara fasih sesuai
dengan makhrajnya huruf-huruf tunggal berharakat fathah.
Dalam hal ini anak belum ditargetkan untuk mengenal
nama-nama huruf itu sendiri, seperti “alif, ba‟, ta‟ tsa” dan
seterusnya.
b. Anak bisa membedakan secara tepat bunyi huruf-huruf
yang memiliki makhraj berdekatan seperti antara:
ع dengan ا
س dengan ش
س dengan ث
2. IQRO‟ Jilid 2
Pada jilid I anak baru dikenalkan dengan bunyi huruf-huruf
tunggal berharakat fathah,maka pada jilid 2 ini diperkenalkan
dengan bunyi huruf-huruf bersambung berharakat fathah.Baik
huruf sambung di awal, di tengah maupun di akhir kata.
Pada jilid 2, mulai diperkenalkan bacaan mad (panjang)
namun masih tetap berharakat fathah. Mulai pada halaman ini,
kepada anak mulai boleh dikenalkan nama huruf “alif” sebagai
tanda bahwa bacaan huruf yang diikutinya dibaca panjang.
Demikian juga nama tanda fathah, juga sudah boleh diperkenalkan
kepada anak, baik fathah yang dibaca pendek maupun fathah yang
dibaca panjang (fathah berdiri). Target yang ingin dicapai oleh
jilid 2 ini adalah:
a) Meningkatkan kefasihan membaca bunyi huruf.
b) Anak bisa membaca huruf-huruf sambung
c) Anak bisa membedakan bacaan pendek dan bacaan panjang
dari fathah yang diikuti alif dan fathah berdiri.
3. IQRO‟ Jilid 3
Pada jilid 2 belum diperkenalkan bacaan-bacaan selain
harakat fathah.Barulah awal pada jilid 3 ini, pada anak
diperkenalkan bacaan kasrah.Karena anak telah mampu
membedakan bentuk-bentuk huruf bersambung, maka pengenalan
bacaan kasrah ini langsung huruf tunggal dan huruf sambung
sekaligus.Di jilid 2, diperkenalkan bacaan kasrah panjang karena
diikuti oleh huruf ya‟ sukun. Disini ustadz diperbolehkan
mengenalkan nama huruf ya‟ dan nama tanda baca kasrah dan
sukun.
Bacaan dlammah dikenalkan pada jilid 3 setelah anak
faham betul dengan bacaan kasrah dan fathah.Materi latihan-
latihan pada jilid 3 ini bertambah nikmat dibaca dan
menggairahkan serta indah didengarnya, karena sudah berupa
potongan-potongan ayat Al-Qur‟an walaupun sederhana
bentuknya.
Dengan demikian maka ada 4 target baru yang tercantum
dalam jilid 3 ini, yaitu:
a) Anak mengenal bacaan kasrah, kasrah panjang karena
diikuti ya‟ sukun dan kasrah panjang karena berdiri.
b) Anak mengenal bacaan dlammah, dlammah panjang karena
diikuti wau sukun dan dlammah panjang karena terbalik.
c) Anak sudah mengenal tanda baca fathah, kasrah, dlammah,
dan sukun.
d) Anak sudah mengenal nama-nama huruf alif, ya‟ dan wau.
4. IQRO‟ Jilid 4
Pelajaran pada jilid 4 ini diawali dengan bacaan fathah
tanwin, kasrah tanwin, dlammah tanwin, bunyi ya‟ sukun dan wau
sukun yang jatuh setelah harakat fathah, mim sukun, nun sukun,
qalqalah, dan huruf-huruf hijaiyah lainnya yang berharakat sukun.
Pada jilid 4 ini, anak sudah diperkenalkan dengan nama-nama
semua huruf hijaiyah dan nama-nama tanda bacanya.
Didahulukannya bacaan qalqalah dari huruf-huruf sukun
lainnya dimaksudkan agar sejak dini anak telah mampu
menghayati bacaan qalqalah sehingga terbiasa dengan bacaan
yang mestinya berqalqalah tetap dibaca qalqalah.
Dalam pelajaran bacaan tanwin, nun sukun, dan mim
sukun, target yang ada pada jilid 4 ini baru memperkenalkan
bacaan-bacaan idzhar. Sedangkan bacaan-bacaan yang lainnya,
seperti idgham, iqlab, dan ikhfa‟ belum diperkenalkan sama
sekali. Hal ini dapat dimengerti karena bacaan-bacaan selain
idzhar itu adalah termasuk bacaan yang lebih sulit daripada
bacaan idzhar.
5. IQRO‟ Jilid 5
Isi materi jilid 5 ini sudah semakin komplek, antara lain
secara berturut-turut diperkenalkan kepada anak:
a) Cara baca alif-lam qamariyyah
b) Cara baca akhir ayat atau tanda waqaf
c) Cara baca mad far‟i
d) Cara baca alif lam syamsiyah
e) Cara baca nun sukun/tanwin bertemu huruf-huruf idgham
bighunnah
f) Cara baca lam dalam lafadz jalalah
g) Cara baca nun sukun/tanwin bertemu huruf-huruf idgham
bilaghunnah.
Satu hal yang perlu dicatat bahwa walaupun dalam jilid5
ini sudah mengandung bacaan-bacaan tajwid, namun kepada
anak belum diperkenalkan nama-nama atau istilah-istilah dalam
ilmunya (tahu teorinya).
6. IQRO‟ Jilid 6
Isi jilid 6 ini sudah memuat hampir semua persoalan-
persoalan tajwid, walaupun sebagaimana pada jilid 5, kepada anak
belum boleh diperkenalkan ilmu-ilmu atau teori-teori
tajwidnya.Ilmu tajwid baru boleh diajarkan setelah anak
menyelesaikan IQRO‟ jilid 6 atau telah lancar membaca Al-
Qur‟an.
Jilid 6 ini berisi pokok-pokok pelajaran:
a) Cara baca nun sukun atau tanwinbertemu huruf-huruf
idgham bighunnah
b) Cara baca nun sukun atau tanwin bertemu huruf iqlab
c) Cara baca nun sukun atau tanwin bertemu huruf-huruf
ikhfa‟
d) Cara baca dan pengenalan tanda-tanda waqaf
e) Cara baca waqaf pada beberapa huruf/kata yang musykilat
f) Cara baca huruf-huruf dalam fawatihussuwar.
Jilid 6 ini ditutup dengan pesan-pesan penting penyusun
berupa kriteria seorang anak lulus dari IQRO‟ dan kemudian bisa
melanjutkan tadarus Al-Qur‟an dari juz pertama. Bila dalam
mengajarkan buku IQRO‟ sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang
ada, dapat dipastikan anak telah mampu membaca Al-Qur‟an
dengan benar walaupun masih pelan.
B. Tingkat Keterampilan Membaca Al-Qur’an pada Anak Panti
Terampil dalam membaca Al-Qur‟an bukan hanya sekedar lancar
dalam membacanya tetapi juga harus sesuai atau benar bacaan panjang
pendeknya, dan juga tajwidnya. Penjelasan ini senada dengan apa yang
dikemukakan oleh Mansur (2001:135) untuk menyiapkan anak-anak menjadi
generasi Qurani, yaitu komitmen dan menjadikan Al-Qur‟an sebagai
pandangan hidup sehari-hari yaitu merupakan salah satu tujuan umum dari
taman pendidikan Al-Qur‟an dan untuk mencapai tujuan tersebut taman
pendidikan Al-Qur‟an perlu merumuskan target. Hal ini sesuai dengan
petunjuk dalam buku pedoman TKA-TPA atau TPQ Nasional, yaitu mampu
membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar, yaitu:
1) Dapat membaca Al-Qur‟an dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid.
2) Dapat melakukan shalat dengan baik.
3) Dapat menulis huruf-huruf Al-Qur‟an.
4) Hafal surat-surat pendek, ayat-ayat pilihan dan do‟a sehari-hari.
Hal ini sejalan dengan pendapat Budiyono (1995:20)bahwa dalam
kaitannya dengan pengajaran membaca Al-Qur‟an , maka tujuan yang hendak
dicapai adalah anak bisa membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai
dengan kaidah-kaidah tajwid yang ada. Yaitu mampu mengenal nama-nama
huruf, mampu mengeja, mampu mengetahui ilmu tajwidnya ,dan sebagainya.
Tingkat keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak panti sebagian
anak masih kurang jika dinilai melalui kaidah cara membaca Al-Qur‟an.
Diantaranya yaitu memahami benar tentang tajwid, pengucapan panjang
pendeknya harus benar, dan lancar cara membacanya. Tetapi jika dilihat dari
cara membaca Al-Qur‟an dengan gaya yang standar mereka bisa. Karena di
panti juga telah diajarkan qiro‟ah yang diharapkan mampu menyeimbangkan
antara penerapan metode iqro‟ dengan pengajaran qiro‟ah tersebut sehingga
anak memiliki keterampilan yang lebih dalam membaca Al-
Qur‟an(W/TR/02/16-08-2013/R-02).
Ustadzah UJ menyatakan bahwa pada dasarnya setiap anak memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam membaca Al-Qur‟an, ada yang sudah
lancar namun ada juga yang belum lancar membaca.Latar belakang
lingkungan tempat tinggal sebelum anak masuk pantilah yang mempengaruhi
hal tersebut. Ada anak yang lancar dalam membaca Al-Qur‟an ketika baru
awal masuk panti karena sebelum di panti ia telah diajarkan di pondoknya.
Tetapi ada juga anak yang masih sulit dalam membaca Al-Qur‟an karena
sebelum ia tinggal di panti tidak pernah diajarkan mengaji di lingkungan
tempat ia tinggal (W/UJ/01/14-08-2013/R-01).
Ada juga anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) lebih
terampil dalam membaca Al-Qur‟an dibandingkan dengan anak yang sudah
duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) (P/TK/05-08-2013).
Jadi tingkat keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak panti itu
berbeda-beda.Karena anak juga memiliki potensi masing-masing dalam
dirinya. Pendidikan awal anak sebelum ia masuk ke panti menjadi penentu
apakah anak sudah bisa membaca Al-Qur‟an ataukah belum bisa. Misalkan
anak yang masuk ke panti itu memang sudah dibekali kemampuan membaca
Al-Qur‟an entah itu dari pondoknya, atau bahkan anak sama sekali belum
pernah dikenalkan mengaji iqro‟, hal tersebut juga menjadi pembeda pada
keterampilan membaca Al-Quran anak di panti. Seperti halnya yang
diungkapkan oleh ustadzah TR:
“Sebagian anak yang berusia diatas 5 tahun kemampuan membaca
Al-Qur‟annya sudah lumayan walaupun memang masih dalam
standar membaca Al-Qur‟an biasa.Tapi juga tidak bisa dikatakan
bagus banget karena memang masih dibawah tingkat maksimal.
Karena memang di panti diajarkan mengaji dengan sistem dasar, jadi
asalkan sudah tau hurufnya dan sudah bisa membaca dan panjang
pendeknya benar seperti itu sudah dianggap bisa. Lain halnya
dengan kriteria membaca Al-Qur‟an untuk lomba, jadi harus
mengetahui benar tentang tajwidnya.Tetapi di panti juga diajarkan
Qiro‟ah dengan guru yang berbeda dan diharapkan ada balance
(keseimbangan) antara guru iqro‟ dengan guru qiro‟ah. Guru iqro‟
dengan pengenalan dasar, dan guru qiro‟ah ada pendalaman
pengetahuan tentang tajwidnya dan cara membaca yang baik”
(W/TR/02/16-08-2013/R-02).
Dari hasil paparan wawancara dengan ustadzah TR, ustadzah IH juga
memiliki pendapat yang hampir sama, sejauh ini yang beliau lihat mengenai
keterampilan anak asuh dalam membaca Al-Qur‟an masih kurang, karena
anak-anak di panti itu kurang motivasi. Entah itu dari lingkungan, ataupun
motivasi diri sendiri.Contohnya saja jika anak tidak bisa bukannya diberi
motivasi malah justru ditertawakan atau diejek. Di sisi lain juga karena tenaga
pengajarnya yang kurang sehingga satu pengajar harus mengajarkan anak 54
itu kan harusnya butuh waktu yang lama. Sejam saja tidak cukup. Tapi ya
memang terbentur dengan jadwal kegiatan yang lain sehingga walaupun
capek, atau ngantuk anak harus mengaji jika tidak mau kena sanksi”
(W/IH/03/17-08-2013/R-03).
Tingkat keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak panti pada
sebagian anak masih kurang jika dinilai melalui kaidah cara membaca Al-
Qur‟an. Diantaranya yaitu memahami benar tentang tajwid, pengucapan
panjang pendeknya harus benar, dan lancar cara membacanya. Tetapi jika
dilihat dari cara membaca Al-Qur‟an dengan gaya yang standar mereka bisa.
Karena di panti juga telah diajarkan qiro‟ah yang diharapkan mampu
menyeimbangkan antara penerapan metode iqro‟ dengan pengajaran qiro‟ah
tersebut sehingga anak memiliki keterampilan yang lebih dalam membaca Al-
Qur‟an.
Salah satu anak asuh, EL juga mengemukakan:
“Kalau hanya membaca Al-Qur‟an saja saya bisa, tetapi mengenai
tajwidnya benar atau tidak saya belum tau. Karena disini belum
diajarkan secara detail tentang tajwid” (W/EL/05/18-08-2013/R-05).
C. Penerapan Metode Iqro’ untuk Mmembelajarkan Keterampilan
Membaca Al-Qur’an pada Anak Panti
Efektif atau tidaknya sebuah metode tergantung dari cara
penerapannya dan cara pengajarannya. Begitupula keterampilan membaca
Al-Qur‟an pada anak juga dapat diketahui melalui bagaimana cara ia
membaca Al-Qur‟an tersebut, apakah sudah sesuai dengan kaidah
diantaranya tajwidnya benar, dapat menerapkan bacaan yang panjang dan
pendek sesuai dengan tulisan, dan lancar dalam membacanya.
Jika diukur dari tingkat keterampilan membaca Al-Qur‟an yang dasar,
penerapan metode iqro‟ di sini dirasa sudah efektif. Tetapi jika dinilai dari
tingkat kemampuan membaca Al-Qur‟an yang tinggi dirasa masih kurang
efektif, karena guru mengaji mengajarkan hanya pengenalan dasar, jadi
kalau dikatakan efektivitasnya untuk mencapai agar anak terampil dalam
membaca Al-Qur‟an yang baik dan benar sesuai dengan itu masih kurang
efektif karena memang faktor usia dari guru mengaji yang sudah sepuh (tua)
dan konsep mengajar yang dirasa membosankan oleh anak tetapi karena rasa
ikhlas yang tinggi dan dedi kasih dalam menularkan ilmu mengajinya ke
anak panti walaupun seharusnya beliau sudah pensiun, patut dibanggakan.
Beliau sudah mengeluarkan tenaga dan kesabarannya dalam mengajarkan
anak-anak di panti itu sudah mulia sekali” (W/TR/02/16-08-2013/R-02).
Hal yang sama juga dikemukakan oleh salah satu anak asuh yaitu SH
mengemukakan:
“Ya kalau waktunya mengaji saya mengaji walaupun kadang merasa
bosan dengan cara pengajarannya yang monoton dan bahkan kadang
kalau saya sedang mengaji tidak diperhatikan karena bu Umi sedang
memerhatikan anak yang sedang hafalan” (W/SH/04/18-08-2013/R-
04).
Mengaji yang dilakukan secara berkelompok membuat anak merasa
kurang diperhatikan, jika ada bacaan yang salah juga mereka tetap
melanjutkan karena mereka memang tidak mengerti bahwa yang dibaca itu
tadi kurang tepat.
Pendapat yang dikemukakan oleh ustadzah TR mempunyai kesamaan
dengan yang diungkapkan oleh ustadzah IH:
“Efektif itu sesuatu yang ideal, kalau dibilang mengarah ke efektif ya
sudah efektif secara dasar, kalau efektif maksimal ya belum.Tapi kalau
dianalogikan itu seperti pintu gerbang untuk mencapai terampil membaca Al-
Qur‟an itu harus tuntas di iqro‟ dahulu.Terus bisa iqro‟, lalu mempelajari Al-
Qur'an, bisa membaca dan memahami Al-Qur‟an dan ketuntasannya sebagai
tindak lanjutnya yang lebih tinggi lagi.Tetapi ya karena itu tadi
penghambatnya yaitu waktunya yang kurang tepat, kurang adanya motivasi
dalam diri anak entah itu dari pengasuh, pengurus, ataupun justru dari
kakak-kakaknya yang paling berpengaruh, dan motivasi dalam dirinya sendiri
untuk bisa semangat dalam mengaji dan belum muncul kesadaran dalam diri
anak bahwa mereka mengaji itu bukan sekedar takut akan disanksi tapi juga
mereka harus menyadari bahwa mengaji iqro‟ itu sebagai pondasi untuk
menuju kita paham Al-Qur‟an. Memang mengurus anak banyak itu harus
mengerti karakter setiap anak dan itu membutuhkan pendekatan tersendiri”
(W/IH/03/17-08-2013/R-03).
Jadi, penerapan metode iqro‟ di panti sudah efektif jika hasil akhir
yang diharapkan itu hanya untuk mencapai tingkat keterampilan membaca Al-
Qur‟an yang masih dasar.Tetapi jika yang diharapkan itu anak bisa mencapai
tingkat keterampilan yang sesuai dengan kaidah membaca Al-Qur‟an yang
benar yaitu harus benar-benar paham dengan ilmu tajwid, penerapan metode
iqro‟ belum bisa dikatakan efektif.
1. Faktor Pendukung Penerapan Metode Iqro’ untuk Membelajarkan
Keterampilan Membaca Al-Qur’an pada Anak Panti
Faktor pendukung penerapan metode Iqro‟ untuk membelajarkan
keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang adalah sebagai berikut:
a. Sarana prasarana yang cukup memadai, diantaranya yaitu:
Tersedianya buku Iqro‟ dan Al-Qur‟an yang lengkap
Tempat pembelajaran yang nyaman
b. Semangat dan keikhlasan yang ditanamkan oleh pengajar walaupun
usianya yang telah senja, jarak antara rumah dan panti yang cukup
jauh, dan telah banyak mengorbankan tenaganya demi anak panti
menjadi faktor pendukung efektivitas penerapan metode iqro‟
terhadap keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak panti.
c. Adanya peraturan tertulis mengenai sanksi yang diberikan kepada
anak asuh jika mereka tidak mengikuti kegiatan di dalam panti
seperti mengaji.
2. Faktor Penghambat Penerapan Metode Iqro’ untuk Membelajarkan
Keterampilan Membaca Al-Qur’an pada Anak Panti
Faktor penghambat penerapan metode iqro‟ untuk membelajarkan
keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang adalah sebagai berikut:
a. Waktu yang kurang tepat yaitu jamnya anak istirahat sepulang
sekolah tetapi mereka mempunyai kewajiban untuk mengaji
sehingga kadang anak menjadi kurang bersemangat karena capek,
ngantuk, dan males-malesan untuk mengaji.
b. Keterbatasan tenaga pengajar dan waktu yaitu dengan diberinya
waktu mengajar 60 menit untuk mengampu sekitar 50 anak apalagi
dipengaruhi dengan usianya yang sudah mencapai 60 tahun sehingga
berimbas pada pengajaran yang kurang maksimal karena mengaji
dibuat berkelompok jadi ada beberapa anak yang terkadang kurang
diperhatikan pada saat mengaji.
c. Kurang adanya motivasi dalam diri anak untuk semangat dalam
mengaji.
3. Cara Mengatasi Hambatan Penerapan Metode Iqro’ untuk
Menerapkan Keterampilan Membaca Al-Qur’an pada Anak Panti
Upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi hambatan yang
muncul mengenai penerapan metode iqro‟ untuk membelajarkan
keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak panti adalah sebagai berikut:
a. Setelah anak pulang sekolah diberi kelonggaran waktu untuk
istirahat atau makan siang terlebih dahulu agar menambah stamina
sehingga anak dalam kondisi tidak capek dan lebih bergairah untuk
mengaji.
b. Untuk mengatasi keterbatasan tenaga pengajar dan waktu ada
beberapa solusi yaitu:
1) Menambah tenaga pengajar yang professional dalam bidangnya
yang sengaja digaji oleh pihak panti.
2) Mengadakan penataan waktu atau manajenem waktu yang tepat
dengan mengalokasikan 50% pembelajaran Qiro‟ati diganti
dengan pelajaran tajwid dengan guru Qiro‟ati tanpa menambah
tenaga pengajar yang baru.
c. Agar anak termotivasi dalam belajar ada beberapa solusi, yaitu:
1) Anak-anak diberikan motivasi berupa reward atau hadiah
misalnya dalam bentuk pujian, perhatian, atau ucapan dengan
kata „Hebat, pintar, cerdas‟ atau lainnya dengan tindakan yaitu
„dengan mengacungkan jempol‟ atau memberikan hadiah barang
bagi anak yang sudah lulus Iqro 6 sehingga anak-anak akan lebih
bangga dengan dirinya sendiri dan mereka akan lebih
bersemangat lagi dalam mengaji.
2) Misalnya ada anak yang belum bisa mengaji jangan diejek atau
ditertawakan baik itu dengan temannya sebaya ataupun oleh
kakak-kakaknya. Justru anak harus diberi dukungan. Misalnya
kakak ketua kamar lebih sering memperhatikan adik-adik
kecilnya dikamar dengan menanyakan „sudah sampai Iqro‟
berapa?‟, „tadi mengajinya bisa atau tidak?‟, memberikan pujian
„pintar sudah bisa mengaji‟ atau berupa pujian lainnya yang
mendorong semangat anak.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Konsep Penerapan Metode Iqro‟ di Panti Asuhan Putri Aisyiyah meliputi
5 langkah, yaitu:
a. Dengan makharijul huruf (keluar masuknya huruf hijaiyah) dan
pengenalan huruf hijaiyah.
b. Guru memberi contoh cara pengucapan huruf hijaiyah
c. Anak menirukan ustadzahnya, bilamana ada yang sudah benar
tidak perlu diulang, tapi jika ada yang keliru maka diulang sampai
anak bisa menirukan ustadzah.
d. Kalau sudah benar panjang pendeknya, anak boleh melanjutkan
kejilid selanjutnya, namun bila belum benar cara membacanya
maka harus ada tekanan dari ustadzah.
e. Jika anak sudah sampai jilid 6, aka ada evaluasi dari jilid 1-6. Yaitu
dengan membaca sesuai dengan yang diperintahkan oleh ustadzah.
Bilamana anak sudah lancar dan benar dalam membaca iqro‟ maka
anak baru boleh melanjutkan ke Al-Qur‟an.
2. Penerapan metode iqro‟ di panti sudah efektif karena hasil pembelajaran
sudah sesuai dengan indikator keberhasilan keterampilan membaca Al-
Qur‟an.
3. Faktor pendukung penerapan metode Iqro‟ untuk membelajarkan
keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang adalah sebagai berikut:
a. Sarana prasarana yang cukup memadai seperti tersedianya buku
Iqro‟ dan Al-Qur‟an yang lengkap.
b. Semangat dan keikhlasan yang ditanamkan oleh pengajar walaupun
usianya yang telah senja, jarak antara rumah dan panti yang cukup jauh,
dan telah banyak mengorbankan tenaganya demi anak panti.
Faktor penghambat penerapan metode iqro‟ untuk membelajarkan
keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang adalah sebagai berikut:
a. Waktu yang kurang tepat yaitu jamnya anak istirahat sepulang
sekolah tetapi mereka mempunyai kewajiban untuk mengaji
sehingga kadang anak menjadi kurang bersemangat karena capek,
ngantuk, dan males-malesan untuk mengaji.
b. Keterbatasan tenaga pengajar dan waktu yaitu dengan diberinya
waktu mengajar 60 menit untuk mengampu sekitar 50 anak apalagi
dipengaruhi dengan usianya yang sudah mencapai 60 tahun
sehingga berimbas pada pengajaran yang kurang maksimal karena
mengaji dibuat berkelompok jadi ada beberapa anak yang
terkadang kurang diperhatikan pada saat mengaji.
c. Kurang adanya motivasi dalam diri anak untuk semangat dalam
mengaji.
Cara mengatasi hambatan penerapan metode Iqro‟ untuk membelajarkan
keterampilan membaca Al-Qur‟an pada Anak Panti adalah sebagai berikut:
a. Setelah anak pulang sekolah diberi kelonggaran waktu untuk istirahat
atau makan siang terlebih dahulu agar menambah stamina sehingga
anak dalam kondisi tidak capek dan lebih bergairah untuk mengaji.
b. Untuk mengatasi keterbatasan tenaga pengajar dan waktu ada beberapa
solusi yaitu:
1) Menambah tenaga pengajar yang professional dalam bidangnya
yang sengaja digaji oleh pihak panti.
2) Mengadakan penataan waktu/manajenem waktu yang tepat dengan
mengalokasikan 50% pembelajaran Qiro‟ati diganti dengan
pelajaran tajwid dengan guru Qiro‟ati tanpa menambah tenaga
pengajar yang baru.
3) Agar anak termotivasi dalam belajar ada beberapa solusi, yaitu:
Anak-anak diberikan motivasi berupa reward atau hadiah misalnya
dalam bentuk pujian, perhatian, atau ucapan dengan kata „Hebat,
pintar, cerdas‟ atau lainnya dengan tindakan yaitu „dengan
mengacungkan jempol‟ atau memberikan hadiah barang bagi anak
yang sudah lulus Iqro 6 sehingga anak-anak akan lebih bangga
dengan dirinya sendiri dan mereka akan lebih bersemangat lagi
dalam mengaji.Misalnya ada anak yang belum bisa mengaji jangan
diejek atau ditertawakan baik itu dengan temannya sebaya ataupun
oleh kakak-kakaknya. Justru anak harus diberi dukungan. Misalnya
kakak ketua kamar lebih sering memperhatikan adik-adik kecilnya
dikamar dengan menanyakan „sudah sampai Iqro‟ berapa?‟, „tadi
mengajinya bisa atau tidak?‟, memberikan pujian „pintar sudah bisa
mengaji‟ atau berupa pujian lainnya yang mendorong semangat
anak.
B. Saran
1. Bagi Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Mengingat metode pembelajaran ini yang dijadikan sebagai
pintu gerbang anak untuk cinta dengan Al-Qur‟anitu harus
mempelajari Iqro‟ terlebih dahulu, sehingga bisa mempelajari Al-
Qur‟an, bisa membaca Al-Qur‟an, memahamin dan melaksanakan
tindak lanjut untuk mencapai yang lebih tinggi, diharapkan bagi Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang agar memaksimalkan proses
pembelajaran yang menuntut tenaga pengajar yang professional agar
dapat memajukan proses pembelajaran.
2. Bagi masyarakat
Anak merupakan aset yang berharga bagi orang tua bahkan
suatu bangsa. Anak mempunyai berbagai macam potensi yang perlu
untuk dikembangkan. Maka sudah selayaknya masyarakat memberikan
dukungan bagi Panti Asuhan yang menerapkan metode Iqro‟ karena
dengan modal metode ini bisa mengantarkan anak menjadi pribadi
yang lebih baik yaitu mengacu pada Al-Qur‟an yang dijadikan sebagai
petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi setiap umat islam.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hendaknya diadakan penelitian lanjutan yang bertujuan untuk
mengetahui penyebab efektivitas penerapan metode Iqro‟ terhadap
keterampilan membaca Al-Qur‟an belum berpengaruh signifikan
terhadaptingkat keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, Fahmi. 2008. Ilmu Al-Qur‟an untuk Pemula. Jakarta Barat: CV
Artha Rivera.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Edisi Revisi 5, Jakarta: Rineka Cipta.
Budiyanto H.M. 1995. Prinsip-Prinsip Metodologi Buku Iqro‟.
Yogyakarta: Team Tadarus AMM.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen sosial RI. 2007. Pedoman Pelayanan Sosial Anak
TerlantarMelaluI Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA). Jakarta:
Depsos RI.
Dewi. 2009. Perbedaan Efisiensi dan Efektifitas, (Online),
(http://dewi.students- blog.undip.ac.id/tag/efektivitas/, Diakses
02 April 2013).
Hadi, Sutrisno. 1997. Metodologi Research I. Yogyakarta: Fakultas
psikologi UGM.
http://carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info
497.html: Definisi Metode Menurut para Ahli.
Kusuma. 2011. Ilmu Qiraat Macam dan Sejarahnya. (Online),
(http://kusuma-akf.blogspot.com/2011/10/ilmu-qiraat-macam-dan-
sejarahnya.html, Diakses 02 April 2013).
Lutfi, Ahmad. 2009. Pembelajaran Al-Qur‟an dan Hadis. Jakarta: Depag
RI.
Miles, Matthew B, & A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data
Kualitatif. Universitas Indonesia: UI-Press.
Moleong, Lexy M.A. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2006. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Munjahid. 2007. Strategi Menghafal Al-Qur‟an 10 Bulan Katam.
Yogyakarta: Idea Press.
Musthafa Fahim. 2005. Agar Anak Anda Gemar Membaca. Bandung:
Hikmah.
Nuha, Ulin M. Pd.I. 2012. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa
Arab. Jogjakarta: DIVA Press.
Purwadarminta, W. J. S. 2006. Kamus umum bahasa Indonesia edisi ke-3.
Jakarta: Balai pustaka.
Rosyad, Aminudin. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
UHAMKA Press.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dan R&D.
Bandung: CV. Alfabeta.
Suparta, Aly. Harry Noer. 1998. Metodologi Pengajaran Agama Islam.
Jakarta: Amissco.
Thoha Chabib, MA. 2004. Metodologi Pengajaran Agama. Semarang:
Pustaka Pelajar.
Yunus, Muhammad. 2008. Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta:
Hidakarya Agung