BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan proses belajar mengajar dewasa ini sangatlah pesat, dengan
berkembangnya penggunaan alat bantu pembelajaran mulai dari alat yang sederhana
seperti gambar-gambar sampai media elektronik seperti Radio Tape, Photo, Tustel,
Camera Shooting, Televisi, dan Komputer multi media pembelajaran.
Alat–alat tersebut dimaksudkan untuk membantu guru dalam komunikasi
pengajaran, agar siswa dapat dengan mudah menyerap materi pelajaran yang
disajikan oleh guru. Teknologi tersebut diharapkan dapat mengaktifkan alat indera
siswa sebagai usaha agar lebih memahami pelajaran yang diberikan.
Pembelajaran untuk mencapai atau menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Dalam hal ini guru masih mengalami kesulitan untuk mendeteksi
apakah tujuan instruksional pengajaran yang dilaksanakannya itu tercapai atau tidak,
karena siswa yang diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang kurang
jelas, atau kurang dipahami sehubungan dengan materi pelajaran yang diajarkan,
siswa tidak memberikan respon yang diharapkan yakni menanyakan hal-hal yang
kurang dipahami, atau mengungkapkan apa yang telah diketahuinya.
Jika siswa telah mengetahui apa yang diajarkan sepatutnya siswa dapat
menyatakan apa yang telah diketahui dari materi pelajaran tersebut, ternyata siswa
tidak dapat mengungkapkan apa yang telah ia ketahui dari penjelasan guru, baik
secara lisan maupun dengan tulisan dalam proses belajar mengajar di kelas.
Menjadi pertanyaan apakah siswa yang tidak bertanya, sewaktu diberikan
kesempatan oleh guru menanyakan pelajaran yang kurang dipahami, termasuk siswa
yang mengalami kesulitan belajar ? atau siswa tersebut telah memahaminya. ?.
Kanto, (1996:2) menuliskan bentuk–bentuk tingkah laku sebagai
manipestasi kesulitan belajar antara lain :
1. Prestasi belajar rendah, jauh di bawah rata – rata kelompoknya(PAN)2. Dibawah dari potensi yang dimiliki/hasil yang dicapai3. Tidak mencapai target yang ditentukan sebelumnya (PAP)4. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan5. Lambat dalam melakukan tugas – tugas belajar.6. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan seperti suka
bolos,Selalu terlambat, tidak mau bekerja sama tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya.
7. Menunjukan gejala–gejala emosional seperti suka marah.
Bentuk tingkah laku yang dikemukakan di atas menjelaskan bahwa kondisi
dari prilaku siswa yang mencerminkan salah–satu tingkah laku tersebut adalah yang
siswa yang mengalami Kesulitan belajar, yang juga dapat berarti prestasi belajarnya
rendah. Bentuk prilaku ini juga terlihat pada siswa SMPN. 1 Palangga Kab. Gowa.
Kesulitan belajar yang dialami siswa SMPN. 1 Pallangga Kab. Gowa ini
adalah dalam hal, prestasi belajar bahasa Inggris pada sub penilaian berbicara,
kesulitan ini dapat dilihat pada nilai hasil belajar bahasa Inggris sub penilaian
berbicara. nilai berbicara siswa rendah dibandingkan dengan nilai membaca dan
menulis.
H.C. Witherington, Lee. J. Cronbach dan Bapemsi ( Sukardi, 1983:19)
. . . . seseorang sesudah melakukan sesuatu perbuatan belajar mungkin merasa lebih bahagia, menjadi lebih menyenangkan, lebih pandai menyesuaikan diri lebih pandai menjaga kesehatannya, mempergunakan alam sekitarnya, dan mempertinggi kebaikan umum, atau ia mungkin akan dapat berbicara lebih baik, dapat memainkan suatu alat musik atau melakukan suatu pembedaan.
Dari pendapat tersebut tampak bagi kita bahwa siswa–siswa yang tidak dapat
mencapai suatu kemampuan yang diharapkan (Standar Kompetensi dan Kompetensi
dasar) adalah siswa yang mengalami kesulitan belajar. Misalnya bertanya dan
berbicara dalam proses belajar di kelas, adalah suatu kompetensi dasar yang
selayaknya dimiliki oleh seseorang yang sedang dalam proses belajar. Karena
keterampilan ini akan membantu seseorang agar dalam proses belajarnya terarah,
tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai, dalam proses belajar apakah tujuan
belajar itu bersifat individual dan bersifat pribadi atau tujuan belajar itu umum,
seperti halnya dengan tujuan pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Inggris di
sekolah.
Djono, R. dan W, Waha (1983:10) menjelaskan bahwa untuk mencapai tingkat Intelektual yang tinggi siswa dan Mahasiswa diberikan semangat untuk mengembangkan keterampilan dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri untuk mencari pemecahan problema, dan berpartisipasi lebih banyak dalam diskusi antara siswa dan dari pada antara guru dan siswa.
Perlu dilakukan kajian ilmiah untuk menjawab pertanyaan faktor-faktor
apakah yang menyebabkan siswa mengalami prestasi belajar rendah dalam mata
pelajaran bahasa terutama pada pelajaran bahasa Inggris untuk penilaian berbicara
agar menjadi dasar yang kuat untuk tindakan preventif maupun korektif dalam
bimbingan belajar di SMPN. 1 Pallangga Kab. Gowa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah penelitian ini maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan siswa mengalami prestasi belajar rendah
dalam mata pelajaran bahasa Inggris, dalam sub penilaian berbicara.?
2. Bagaimana gambaran pelaksanaan teknik konseling modeling tersembunyi dalam
membantu siswa meningkatkan prestasi hasil belajar bahasa Inggris, pada sub
penilaian berbicara.?
3. Apakah ada pengaruh teknik konseling modeling tersembunyi dalam
meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dalam pelajaran bahasa inggris.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan memperoleh gambaran faktor –
faktor penyebabkan siswa siswa mengalami prestasi rendah pada pelajaran bahasa
Inggris untuk sub penilaian berbicara di SMP Neg.1 Pallangga, secara lebih rinci
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh gambaran faktor-faktor penyebab siswa mengalami
prestasi rendah pada pelajaran bahasa Inggris untuk sub penilaian berbicara.
2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan teknik konseling modeling
tersembunyi dalam membantu siswa meningkatkan prestasi belajar bahasa
Inggris.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh teknik konseling modeling tersembunyi
dalam meningkatkan prestasi belajar bahasa inggris siswa.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat atau kontribusi
dalam
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Akademisi/Lembaga pendidikan tenaga kependidikan, menjadi bahan
informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang
bimbingan belajar dan layanan konseling.
b. Bagi peneliti menjadi masukan dalam meneliti dan mengembangkan peubah-
peubah penelitian berkaitan dengan teknik konseling modeling tersembunyi,
dan Atribut Non Kognitif hasil belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru/pendidik agar dalam menyusun scenario pelajaran dapat lebih
efisien dan efektif dalam proses belajar mengajar.
b. Bagi guru Pembimbing di sekolah dapat membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar dengan teknik konseling modeling tersembunyi.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan adalah kondisi yang mengalami hambatan untuk mencapai suatu
tujuan, sedangkan belajar adalah proses perubahan sebagai hasil dari pengalaman
yang menganut prinsip maju dan berkelanjutan, (Kanto, 1996:2).
Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan yang instingktif atau yang bersifat temporer. (T. Raka Joni 1977. Sukardi, Dewa Ketut. 1983:15).
Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam kamusnya menulis sebagai berikut :
Learning : 1 Belajar : Suatu perubahan dalam pengetahuan atau tingkah laku sebagai hasil latihan, pendidikan, pengalaman, atau proses yang membawa perubahan, semacam itu.(Kartono, Kartini dan Gulo, Dali. 1987:254).
Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan kesulitan belajar adalah kondisi yang menyatakan hambatan
dialami seseorang dalam usahanya mencapai perubahan pengetahuan dan tingkah
laku, di dalam pendidikan, latihan, dan pengalaman. Jadi seseorang yang telah
mengikuti latihan, pendidikan, atau Proses belajar, tetapi tidak ada perubahan dalam
pengetahuan, atau tingkah laku ini berarti orang tersebut tidak belajar atau ia
mengalami hambatan untuk mencapai tujuan belajarnya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi belajar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi
secara umum Muhibbin Syah ( 2003 : 144 ) Membagi tiga faktor, yani faktor internal
siswa , faktor eksternal siswa, dan faktor pendekatan pendidikan.
a. Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek yakni 1) aspek
fisiologis; 2) aspek psikologis.
1) Aspek Fisiologis meliputi ; kondisi umum jasmani tingkat kebugaran,kondisi
organ-organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indra pendengaran, indra
penglihatan.
2) Aspek Psikologis meliputi ; Inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi,.dsb.
b. Faktor Eksternal Siswa.
Faktor eksternal siswa terbagi dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan
faktor lingkungan non sosial.
Lingkungan Sosial ; seperti guru, staf administrasi, teman-teman siswa di sekolah
dan teman siswa di luar sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Lingkungan Non Sosial ; meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat
tinggal, waktu untuk belajar,
c. Faktor Pendekatan Belajar
Segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan
dan efisiensi proses pembelajaran tertentu.
Sehubungan dengan faktor –faktor yang mempengaruhi prilaku belajar siswa, faktor
motivasilah yang merupakan penggerak utama perilaku belajar siswa (Hull dalam
Dimiati dan Mudjiono, 1994, Heri Gunawan 1998 : 10).
Agar siswa berhasil dalam belajarnya, selain optimalisasi kemampuan perlu
diperhatikan pula adalah halangan yang menghambat potensi sehingga tidak efektif
atau menelan banyak tenaga, waktu, dan konsentrasi. Bagaikan talang, tidak
selamanya disebabkan oleh ketidak mampuan tetapi oleh adanya kebocoran atau
kemampetan sehingga air tidak mengalir sesuai harapan kita demikianlah halnya
dengan proses belajar yang dilaksanakan ada kemungkinan tidak efektif karena ada
kebocoran seperti talang tersebut. Untuk meningkatkan efektifitas dalam belajar ini
sehingga sesuai dengan yang dicita-citakan.
Covey, Stephen. menemukan hubungan korelatif antara kebiasaan efektif dan tingkat aktualisasi kemampuan dasar manusia, didalam diri manusia terdapat tujuh kemampuan dasar yang berasosiasi dengan model kebiasaan menurut kontinum tertentu. Tujuh kemampuan dasar itu :1). Kesadaran-diri (self awareness), 2). Imajinasi (Imagination), 3). Kemauan (Will Power), 4). Mentalitas berlimpah (Abudance Mentality), 5). Keberanian (Courage with consideration), 6). Kreativitas (Kreativity), 7). Pembaruan (Self renewal). Ketujuh kemampuan dasar itu digolongkan menjadi dua yaitu primer (1,2,3) dan sekunder (4,5,6,7).Adapun tujuh kebiasaan manusia efektif adalah: 1). Proaktif (procatif), 2). Berawal dari tujuan akhir (Begin with the end), 3). Mengutamakan yang utama (first thing first), 4).Memahami lebih dulu (seek first to undertand), 6). Sinergitas (synergize), 7). Mengasah gergaji (sharpen the saw). (AN, Ubaydillah. 2003. Blokade Mental e – Psikologi).
Hubungan korelasi antara kebiasaan efektif dan aktulisasi kemampuan dasar manusia
ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Kesadaran Diri – Proaktif
Kesadaran diri adalah kemampuan untuk memahami orang lain dan dunia ini,
merupakan pintu untuk mengenal dimana sebenarnya keunggulan dan kelemahan diri
kita. Dengan kesadaran – diri yang tinggi maka kaki kita mantap menginjak realitas
bumi dan tidak ragu – ragu dalam bentindak.
Kemampuan tentang kesadaran – diri apabila diaktualkan secara optimal akan
menghasilkan kebiasaan efektif berupa proaktif, memiliki kemampuan untuk
memilih respon yang cocok atau menentukan keputusan. Dikatakan kebiasaan efektif
karena semua persoalan tidak ada yang membingungkan apabila ditangani oleh orang
yang berkapasitas mampu mengambil keputsan. Kualitas menjadi pengambil
keputusan seperti inilah yang tidak dimiliki oleh orang dengan kesadaran setengan –
setengah.
2. Imajinasi – Tujuan Akhir
Kemampuan imajinasi apabila diaktualkan secara optimal dengan petunjuk
kesadaran dan prinsip akan menghasilkan kebiasaan hidup yang bermuara pada
tujuan akhir/kepentingan misi. Orang yang telah melatih imajinasinya pada level
tinggi senantiasa akan membuat lilin harapan dan visi menyala sehingga tidak mudah
kalut oleh kegelapan realitas temporer. Kondisi internal yang terus tercerahkan oleh
lilin harapan dan visi inilah yang membuat dirinya tetap berada diatas realitas dan
efektif.
Sebaliknya pada aktualisasi kemampuan yang rendah dimana orang
membiarkan imajinasinya liar kemana-mana tanpa kesadaran atau prinsip yang jelas,
akan menghasilkan cetakan kebiasaan hidup yang tidak berbentuk. Iamajinasi yang
liar bisa terjadi kapanpun dan dimanapun, kita kenal dengan aktivitas gelamun.
Secara permukaan sulit dibedakan antara orang gelamun dengan yang melatih
imajinasinya dengan bervisualisasi kreatif. Perbedaan itu akan sebesar kemutahiran
kreasi.
3. Kemauan – Mengutamakan yang Utama
Kemampuan berupa apabila diaktualkan secara optimal akan menghasilkan
kebiasaan hidup teratur – mengutamakan yang utama dan penuh disimplin dalam
membuat tata letak antara prioritas utama, kepentingan dan hal yang mendesak.
Keteraturan dan disiplin tidak dapat diraih tanpa kemauan keras untuk merebut
tanggung jawab. Orang yang tahu tata letak akan membuat kebiasaan hidup efektif.
Pada level aktuaalisasi yang rendah, kemampuan ini akan menghasilkan
mentalitas jalan-pintas, menolak tanggung jawab, membesar-besarkan hal yang kecil,
mengabaikan benih-benih peristiwa besar.
4. Mentalitas Berlimpah – Berpikir Menang – menang
Kemampuan mentalitas atau kapasitas mental yang diaktualkan secara
optimal akan menghasilkan kebiasaan berpikir menang –menang dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Mentalitas berlimpah akan menghasilkan karakter
kepribadian berprinsip. Prinsiplah yang menjadi sumber berlimpahan, kemakmuran,
dan keamanan. Kalau dikaitkan dengan kecerdasan EQ, tingkat kecerdasan yang
tinggi akan mampu memproduksi kebahagiaan di dalam sehingga berkuranglah
tingkat dependensi terhadap sumber kebahagiaan dari luas. Semakin kuat orang
memegang prinsip hidup semakin mudah orang tersebut mengalirkan rasa cinta/
penghargaan kepada orang lain. Oleh karena itu dikatakan mentalitas berlimpah/
akan menghasilkan profil dan power.
Sebaliknya pada level aktualisai yang rendah akan menghasilkan mentalitas
kerdil, dimana orang merasa kurang dengan dirinya. Rasa bahagia, rasa aman, dan
rasa makmur tidak dapat diciptakannya. Merasa harus bergantung pada orang lain.
5. Keberanian - Memahami Lebih Dahulu
Kemampuan keberanian apabila diaktualkan secara optimal akan
menghasilkan kebiasaan efektif berupa memahami lebih dulu baru baru akan
dipahami. Memahami lebih dulu membutuhkan keberanian dan pertimbangan.
Dikatakan efektif karena memahami lebih dulu akan membuat kita dipahami lebih
dulu. Memahami lebih dulu adalah kebiasaan empati, bukan simpati.
Sebaliknya keberanian yang tidak diaktualkan secara optimal akan
menghasilkan kebiasaan hidup tidak efektif berupa keinginan untuk dipahami lebih
dulu baru akan memahami.
6. Kreativitas – Sinergisitas
Kemampuan kreativitas apabila diaktualkan secara optimal akan
menghasilkan hidup efektif berupa terciptanya keunggulan sinergis dari perbedaan
atau persamaan keunggulan sinergis adalah menipestasi kesadaran misi dan tidak
dapat diraih dengan pendewaan posisi. Salah satu karakteristik keunggulan sinergis
adalah terciptanya saluran komunikasi di antara yang berinteraksi untuk menemukan
kompromi dan kerja sama. Kenyataan sering mengajarkan bahwa pada akhirnya
kerja sama yang diolah dengan kreatifitas akan menang melebihi konprontasi.
Sebaliknya kemampuan kreativitas yang tidak diaktualkan cecara optimal
akan menghasilkan kebiasaan hidup tidak efektif berupa kebuntuan alternatif dan
kemacetan aliran transpormasi.
7. Pembaharuan – Mengasah Gergaji
Kebisaan mengasah gergaji dihasilkan dari kemampuan pembaruan – diri
yang diaktualkan secara optimal. Dikatakan kebiasaan efektif karena dengan terus
mengasah gergaji (pengembangan diri) dapat mengurangi kemungkinan yang
menyebabkan kegagalan atau kelambanan menyelesaikan masalah akibat perubahan
keadaan, siksaan yang paling besar yang kita rasakan adalah ketidaktahuan
(kebodohan).
Sebaliknya kemampuan pembaruan yang tidak diaktualkan secara optimal
akan membuat kita terperosok dalam sistem hidup yang tertutup, gaya hidup yang
gelap, sistem gaya hidup demikian akan mewariskan ketertinggalan dari kemajuan
zaman, mentalitas kerdil dan kebodohan akan perkembangan informasi.
3. Modeling Tersembunyi
Modeling tersembunyi adalah teknik konseling pengubahan tingkah laku
yang berpusat pada klien, dikatakan bersembunyi karena model yang akan di tiru
hanya diciptakan dalam layar imajinasi klien, jadi model yang ditampilkan klien
dalam adegan-adegan hanya klien yang mengetahuinya, konselor hanya menuntun
klien dalam berimajinasi. Jadi modeling tersembunyi dapat juga disebut modeling
tertutup, atau modeling imajinatif, karena klien diarahkan untuk membayangkan
model, sebagaimana prosedur yang dikembangkan oleh cautela :
Modeling tersembunyi adalah suatu prosedur yang dikembangkan oleh Cautela 1971 dimana klien membayangkan suatu model melakukan tingkah laku melalui instruksi-instruksi. Prosedur modeling tersembunyi berasumsi bahwa untuk kerja yang sebenarnya atau simbolis oleh suatu model tidak perlu, sebagai gantinya klien diarahkan untuk membayangkan seseorang mendemonstrasikan tingkah laku yang diinginkan (Abimanyu dan Manrihu 1996 :284).
Cautela, dan kawan-kawan 1974 Cormier dan Cormier, 1985)
membandingkan modeling tersembunyi dan modeling sebenarnya, dalam
mengurangi tingkah laku penolakan dari mahasiswa, perguruan tinggi, hasilnya
menunjukkan bahwa prosedur itu sama-sama efektif. Rosentahl dan Reese 1976.
(Cormier dan cormier, 1985) menunjukkan keefektifan modeling tersembunyi dalam mengembangkan tingkah laku ketegasan, . . Watson 1976 menemukan bahwa modeling tersembunyi efektif dalam membantu orang terhukum yang memerlukan keterampilan wawancara pekerjaan, juga digunakan untuk mengurangi kecemasan dan telah digunakan oleh beberapa hipnotis dalam menyembuhkan obesity (kegemukan).( Abimanyu dan Manrihu 1996: 284).
4. Pengertian Imajinasi
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
“Imajinasi” secara umum, adalah kekuasaan atau proses menghasilkan citra mental dan ide. Istilah ini secara teknis dipakai dalam psikologi untuk proses membangun lagi persepsi dari benda yang dulu dipersepsi pengertian. Sejak penggunaan istilah ini bertentangan dengan yang dipunyai bahasa biasa, beberapa psikolog
sudah lebih suka menggambarkan proses ini sebagai “menggambarkan” atau “gambaran” . . . . Gambaran citra dimengerti sebagai sesuatu yang dilihat oleh “mata pikiran”. Suatu hipotesis untuk evolusi imajinasi manusia ialah bahwa itu membolehkan makhluk yang sadar untuk memecahkan masalah ( dan oleh karena itu meningkat fitness) perseorangan oleh penggunaan simulasi jiwa.(GNU Free Documentation Licence : 2005 Wikipedia halaman Web “http;//id.wikipedia.org/wiki/imajinasi”).
Modeling tersembunyi adalah nama atau sebutan lain dari modeling imajinasi
dikatakan demikian karena kita menciptakan model pada layar imajinasi.
Sehubungan dengan imajinasi ini Jean-paul Sartre menuliskan sebagai berikut :
Ketika saya memperhatikan sebuah kursi rasanya akan menjadi absurd untuk mengatakan bahwa kursi tersebut ada dalam persepsi saya Persepsi saya merupakan suatu kesadaran yang pasti dan kursi tersebut adalah obyek kesadaran saya tersebut. Sekarang saya menutup mata lalu membentuk imaji tentang kursi tersebut yang baru saja saya perhatikan. Kursi tersebut, yang sekarang muncul sebagai imaji tentang sebuah kursi bukanlah sebuah kursi dan tidak akan bisa menjadi sebuah kursi. (Sukur, Silvester.G 2000 :9)
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa obyek persepsi membanjiri kesadaran
secara konstan; obyek majinasi tidak pernah melebihi obyek yang dimiliki kesadaran.
Jadi obyek tidak dapat masuk ke dalam imajinasi seseorang apabila obyek tersebut
belum di ketahui, jadi modeling dalam imajinasi dapat dipelajari jika obyek imajinasi
itu ada dalam kesadaran karena diketahui.
Modeling tersembunyi dengan kesadaran imajinasi, yakni meniru modeling
dalam imajinasi dapat dilakukan klien atau siswa jika siswa mempunyai pengalaman,
mengetahui, pernah melihat, dan pengalaman belajar tersebut tergambar dengan jelas
dalam layar imajinasi siswa.
Imaji ditentukan oleh intensinya, apabila intensi ini diambil pada sumbernya yaitu ketika baru muncul pertama kali dari spontanitas kita, intensi itu sudah mengaplikasikan sebuah pengetahuan tertentu. Pengetahuan ini pada dasarnya bukan merupakan sesuatu yang ditambahkan pada sebuah imaji yang sudah terbentuk, melainkan sebuah struktur aktif dari sebuah imaji. Sebuah imaji tidak dapat eksis tanpa pengetahuan, tetapi pengetahuan bisa eksis dalam keadaan yang merdeka, yaitu membentuk kesadaran hanya pada pengetahuan itu sendiri. (Sukur, Silvester G. 2000 : 130).
Jika sekiranya siswa tidak memiliki gambaran imajinasi yang jelas mengenai
model itu, guru bimbingan dan konseling perlu membantu siswa, menampilkan
model dengan mendeskripsikannya, memperlihatkan gambar, atau memutar rekaman
suara, dan gambar.
Afektivitas yang terkandung dalam imajinasi adalah memberikan sebuah
kualitas baru yang membentuk pengertian obyek, sebagaimana dikemukakan La
Rochefoucauld,
Bahwa perasaan muncul pada kesadaran sebagai sebuah tonalitas subjektif tertentu, perasaan benci bukanlah kesadaran akan kebencian itu, perasaan benci itu merupakan kesadaran akan Paul sebagai orang yang membangkitkan rasa benci. Pada dasarnya cinta bukanlah merupakan kesadaran akan cinta melainkan kesadaran akan daya tarik dari orang yang dicintai. Menjadi sadar akan Paul sebagai orang yang membangkitkan rasa benci, yang menjijikkan, dan sebagainya adalah memberikan sebuah kualitas baru padanya, membentuk suatu dimensi baru baginya, kualitas-kualitas tersebut membentuk pengertian obyek, kualitas-kualitas itu merupakan struktur afektif obyek tersebur. (Sukur Silvester G. 2000 : 160).
Dwelshauvers menyimpulkan bahwa gerakan sebagai analog dalam imajinasi
mental merupakan terjemahan sadar dari perilaku otot, perilaku-perilaku itu tidak
terlihat oleh subyek, yang sangat berbeda dari perilaku-perilaku itu dendiri.
5. Peran Imajinasi sebagai Simbolis
Sebuah kesadaran imajinasi mencakup pengetahuan, intensi, dan kata-kata
dan pertimbangan, yang akan ditiru untuk mencapai tingkah laku tujuan yang
diharapkan, sebaiknya guru BP/BK atau konselor membantu imajinasi klien dengan
menampilkan modeling langsung, simbolis, modeling diri – sendiri partisipasi, dan
modeling kognitif.
Eksperimen – eksperimen dilakukan untuk memperlihatkan bahwa imajinasi
memiliki kandungan yang berhubungan dengan panca indera.
Perky mendudukkan subyek O didepan sebuah layar di dalam sebuah ruangan dengan pencahayaan yang bagus, dan memintahnya untuk memproyeksikan imaji visual sebuah obyek, pada layar tersebut, misalnya sebuah pisang segera setelah memulai memproyeksikan pisang imajinernya pada layar, seseorang asisten di ruangan yang berdampingan dengan melemparkan sebuah gambar pisang yang sangat samar-samar pada layar, dan secara beransur ansur meningkatkan intensitasnya sampai O melaporkan bahwa dia telah memiliki imaji yang baik, O salah mengira gambar tersebut untuk dirinya sendiri. (Sukur, Silvester.G.2000 : 118).
Penelitian ini merupakan persepsi yang samar-samar, tetapi itu adalah sebuah
imajinasi. Kenyataan bahwa imajinasi mental memang membayangkan sebuah benda
riil, yang eksis diantara benda-benda lainnya dalam dunia persepsi; tetapi imajinasi
tersebut membayangkan benda itu dengan sebuah kandungan mental. Dalam
kesadaran imajinasi kita mengalami sebuah obyek sebagai sebuah “analog” dari
obyek yang lain. Gambar, Karikatur, peniruan, bintik-bintik noda pada dinding,
sinar-sinar entoptic : Semua refresentatif ini memiliki ciri-ciri umum yaitu semuanya
merupakan obyek kesadaran, keperluan materi imajinasi mental ini untuk diambil
sebagai obyek untuk kesadaran, obyek yang diwakililah yang eksternal bukan
“analog” mentalnya. Tindakan kita dalam imajinasi adalah menggali memori,
sehubungan dengan obyek imajinasi kita adalah sebuah pertimbangan, pertimbangan
yang imajinatif.
Sehubungan dengan pola simbolis ini Flach menulis sebagai berikut ini :
“Saya telah memperhatikan,”tulis flach” “bahwa dari waktu ke waktu, pada saat saya ingin mengklarifikasikan data suatu masalah atau bahkan untuk memahami beberapa proposisi yang sangat berguna bagi pemikiran saya, beberapa gambaran yang hidup tampil ke depan tetapi yang selalu membawa serta solusi terhadap masalah tersebut,” (Sukur, Silvester G. 2000 : 230).
Imajinasi yang dibentuk melalui pertimbangan tertentu dan perasaan yang
sadar yang bertujuan untuk membentuk obyeknya. Singkatnya dapat dikatakan
bahwa fungsi imajinasi adalah simbolis. Flach membedakan pola – pola simbolis ini
atas lima bagian, yaitu : Ilustrasi pikiran sederhana, gambaran skematis, diagram-
diagram, sinestesi dan sinopsis, penomena auto simbolis.
a. Ilustrasi pikiran Sederhana
Ilustrasi pikiran sederhana dapat timbul dengan pola simbolis tetapi tidak dapat
mengungkapkan lebih dari sebuah contoh.
b. Gambaran Skematis
Gambaran skematis, merupakan ilustrasi –ilustrasi pikiran yang agak kabur yang
mencakup sesuatu yang tidak definit.
c. Diagram-diagram
Diagram-diagram, yang secara sistematis menggambarkan, misalnya hari-hari
dalam seminggu dan bulan-bulan dalam setahun
d. Sinestes dan synopsis
Sinestesi dan synopsis, yakni imajinasi bangkit dengan teratur dengan mendengar
nama – nama yang tepat atau dengan mendengar vokal-vokal dan sebagainya.
e. Penomena auto simbolis
Istilah ini dipakai oleh silberer untuk berbagai penglihatan hipnagogis, Flach
mengenal dua tipe simbolisasi hipnagogis. Tipe pertama mencakup simbol-
simbol yang dekat dengan pola-pola simbolis, pada tipe kedua ada ilustrasi-
ilustrasi pikiran yang sederhana.
7. Peran Kata dalam Imajinasi Mental
Kata-kata bukanlah imajinasi : fungsi fenomena akustik dan optic yang kita
sebut kata tidak memiliki kemiripan apapun dengan fenomena fisik, yaitu gambar
satu – satunya ciri umum yang ada diantara kesadaran akan sebuah isyarat dengan
kesadaran akan sebuah imajinasi adalah bahwa keduanya membayangkan obyek,
dengan caranya masing-masing, melalui obyek yang lain. Sehubungan dengan teori
imajinasi – isyarat ini Jean – Paul Satre menulis sebagai berikut :
Apabila saya membentuk sebuah imaji tentang seekor kuda, sementara pada saat saya sedang memikirkan seekor kuda, imaji tersebut diduga menjadi sebuah isyarat bagi pikiran-pikiran saya. Tetapi sebuah isyarat dari apa ? apakah kata-kata belum cukup untuk tujuan tersebut ? . . . . Ketika saya memiliki pikiran-pikiran tentang seekor kuda, hubungan internal antara kuda dan imajinya, yaitu hubungan kepemilikan : dengan analog kuda itu sendirilah yang muncul dalam kesadaran. Merupakan suatu kesalahan apabila kita mengindetifikasi kesadaran tentang kata tersebut dengan kesadaran tentang imaji. Kata-kata dalam pembicaraan yang diam bukanlah
imaji-imaji, . . . . karena sebuah kata yang telah menjadi sebuah imaji tidak lagi merupakan sebuah isyarat. (Sukur, Silvester G. 2000:198).
Sehubungan dengan hal pengembangan keterampilan bertanya dan berbicara
secara sukarela di dalam interaksi belajar mengajar di kelas, Watson 1976.
menemukan bahwa modeling tersembunyi efektif dalam membantu orang terhukum
yang memerlukan keterampilan wawancara pekerjaan. (Abimanyu dan Manrihu,
1996 : 284).
Dari pengertian imajinasi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa modeling
tersembunyi adalah modeling yang tercipta /diciptakan oleh kesadaran imajinasi
dengan suatu kandungan mental, atau dengan perkataan lain: modeling tersembunyi
adalah menggambarkan kembali obyeknya itu pada kesadaran imajinasi adalah
obyek yang riil dari dunia persepsi.
Modeling tersembunyi sebagai citra mental meliputi aspek kognitif, apektif,
psikomotor dan suara, jadi modeling tersembunyi ini dapat kita sebut sebagai
rekaman gambar dan suara (video, audio) dari daya mental seseorang, yang dapat
dimunculkan kembali (refroduksi) dengan imajinasi mental, bagaikan kamera yang
merekam adegan –adegan suatu pertunjukan.
Pendapat tersebut di atas memperjelas bahwa modeling tersembunyi
mencakup seluruh modeling yang ada, karena daya imajinasi bagaikan kamera
shooting yang rekaman gambar dan suara. Jadi dapat digunakan untuk
membelajarkan siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Konseling modeling tersembunyi mempunyai beberapa kelebihan,
sehubungan dengan kelebihan modeling ini Abimanyu dan Manrihu (1996 : 284)
menuliskan ada enam macam kelebihan modeling tersembunyi :
1. Prosedur itu tidak menghendaki elaborasi theraputik atau bantuan enduksi.
2. Adegan-adegan dapat dikembangkan untuk menangani kevariasian masalah.
3. Adegan bisa bersifat individu untuk menyesuaikan dengan urusan klien yang unik.
4. Klien dapat berlatih adegan-adegan imagery sendiri 5. klien dapat menggunakan adegan imagery sebagai prosedur
mengontrol diri dalam mengatasi masalah-masalah.6. Modeling tersembunyi bisa merupakan alternatif yang baik jika
model-model sebenarnya atau film tidak bisa digunakan atau jika sukar menggunakan pembalikan dari realitas dalam wawancara.
8. Prosedur Pelaksanaan Konseling Modeling tersenbunyi
Beverly Galyean mengusulkan enam langkah untuk membangkitkan imajinasiPertama, relaksasi; menenangkan dan membersihkan pikiran dari segala macam gangguan.Kedua,pemusatan; Langka kedua ini dianjurkan untuk diikuti agar setiap orang dapat mempertajam persepsi nurani dan membantu pengendalian pencitraan.Ketiga,pengindraan majemuk. Langkah ketiga menggunakan seluruh indra agar seseorang menjadi sadar akan tubuhnya sendiri.Keempat, membayangkan. Langkah keempat ini mulai menggunakan indra visual, pendengaran, perabaan, penciuman, pengecapan dan/atau indra-indra lain.Kelima, berekspresi. Langkah kelima mengkomunikasikan penggunakan sarana seperti tulisan, nyanyian, atau jenis-jenis ekspresi lainnya.Keenam, refleksi. Langkah keenam menerima masukan baik pribadi atau kelompok.( Hernowo. 2005:101. )
Abimanyu dan Manrihu (1996:285).menuliskan langkah-langkah / tahapan
konseling Modeling tersembunyi sebagai berikut :
a. Rasional bantuan
Konselor dan klien meninjau tingkah laku yang menjadi masalah dan tingkah
laku yang menjadi tujuan modeling, konselor mengemukakan alasan mengapa
memilih modeling tersembunyi sebagai treatment.
b. Adegan-adegan latihan
Konselor menetapkan untuk melakukan uji coba proses pengandaian melalui
beberapa adegan latihan, yang biasanya ditempuh dalam enam langkah.
1) Konselor menyuruh klien menutup matanya, duduk bersandar di kursi, dan
relaks. Klien disuruh memberitahu konselor bila ia telah merasa relaks.
2) Konselor mendeskripsikan adegan latihan dan menyuruh klien untuk
membayangkan secara benar-benar hidup.
3) Konselor minta klien untuk membuka mata setelah adegan bisa dibayangkan
benar-benar hidup, dan diminta untuk mendeskripsikan adegan itu atau
menceritakan kejadian-kejadian yang dibayangkan itu.
4) Konselor menggali untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci trntang
adegan itu, misalnya baju atau penampilan fisik orang yang dibayangkan itu.
5) Konselor dapat menyarangkan hal-hal lain untuk ditambahkan sebagai bahan
imajinasi.
c Mengembangkan adegan-adegan bantuan
Adegan bantuan yang digunakan dalam modeling tersembunyi dikembangkan
sehubungan dengan klien dan pertumbuhan dari tujuan atau hasil yang diingini
oleh klien. Adegan-adegan itu berisi berbagai variasi dan situasi dimana klien
ingin melakukan respon yang menjadi targetnya dalam lingkungan kehidupan
nyata. Untuk itu ada lima hal yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan
adegan treatment.
1) .Sifat-sifat model
2) Adegan individual lawan terstandar.
3) Derajat kekhususan adegan.
4) Darah dagin ( isi ) adegan.
5) Jumlah adegan
d Mempraktekkan adegan-adegan bantuan.
Setelah semua adegan selesai dikembangkan konselor dapat menggunakan
adegan-adegan bantuan itu dengan meminta klien membayangkan setiap adegan.
Langkah-langkah dasar dalam menggunakan treatmen ini meliputi:
1) Menyusun adegan-adegan dalam suatu urutan adegan, dimulai dari yang
paling mudah sampai pada adegan yang sulit bagi klien.
2) Memberikan instruksi klien sebelum presentasi
3) Mempresentasikan satu adegan dari hirarki degan yang telah dilakukan.
4) Mempresentasikan suatu adegan untuk waktu tertentu
5) Memperoleh reaksi klien terhadap adegan imajinasi.
6) Menginstuksikan klien mengembangkan kode-kode ringkasan secara verbal
atau mempersonalisasi setiap adegan tretment.
7) Verbalisasi dari adegan itu menyediakan suatu alternatif proses representasi
terhadap modeling tersembunyi.
8) Mempresentasikan adegan paling tidak dua kali dengan bantuan konselor
atau tape recorder.
9) Meminta klien mengimajinasikan adegan paling tidak dua kali dengan
pengarahan dirinya sendiri.
d. Pekerjaan Rumah dan Tindak Lanjut.
Latihan atas pengarahan sendiri dalam bentuk pekerjaan rumah mungkin
merupakan terapi yang paling penting untuk generalisasi.
B. Kerangka Pikir
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah melibatkan dua aksi,
aksi yang pertama adalah aksi belajar yang dilaksanakan oleh siswa, dan aksi yang
kedua adalah aksi dilaksanakan oleh guru, yakni aksi mengajar karena demikian
maka biasa disebut interaksi belajar mengajar.
Aksi siswa adalah usaha siswa untuk menyerap bahan/materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru yang beraksi mengajar (Membelajarkan) siswa. Kegiatan belajar
siswa tentunya dapat berhasil dengan baik apabila siswa yang bersangkutan
mengetahui tujuan belajarnya, mengetahui faktor-faktor penghambat dan faktor-
faktor penunjang untuk kegiatan belajarnya, sehingga siswa yang bersangkutan dapat
merencanakan kegiatan belajarnya tentunya siswa tersebut juga harus membuat
rencana, materi apa yang atau pokok bahasan apa yang ingin diketahui (dipelajari)
pada kesempatan pertama, kedua, dan seterusnya.
Kegiatan guru adalah usaha guru membelajarkan siswa yakni
membuat/menyusun skenario pembelajaran agar siswa mendapatkan pengalaman
belajar untuk mencapai kompetensi dasar yang diharapkan dalam mata pelajaran
yang diajarkan, usaha membelajarkan siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain : Faktor lingkungan, prasarana / sarana, kurikulum, kemampuan dan
keterampilan guru mengelolah proses belajar mengajar dan kebijakan penilaian.
Lingkungan sebagai salah satu faktor berpengaruh terhadap proses belajar
mengajar, lingkungan sosial dan budaya masyarakat di sekitar sekolah dan sosial
budaya didalam lingkungan sekolah sendiri, misalnya dalam hal keamanan, dan
keterlibatan. Proses belajar mengajar tidak dapat berjalan tanpa rasa aman dan juga
tidak mungkin proses belajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan tanpa
dilaksanakan dengan tertib.
Prasarana dan sarana pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap proses
belajar mengajar seperti perlunya ruang belajar yang nyaman, bersih, indah, rapi, hal
ini penting, demikian pula halnya dengan alat peraga, alat bantu komunikasi belajar
mengajar dan teknologi pengajaran.
Kurikulum memberikan arahan terhadap proses belajar, kurikulum telah
menentukan tujuan dari proses belajar mengajar berupa kompentensi lulusan setiap
institusi lembaga pendidikan, yang selanjutnya dijabarkan kedalam standar
kompetensi untuk setiap mata pelajaran yang diajarkan, selanjutnya diperinci
menjadi kompetensi dasar yang diharapkan untuk dicapai oleh siswa melalui
berbagai pengalaman belajar dalam menerima materi pelajaran, kurikulum juga
menentukan kebijakan penilaian pendidikan dan pengajaran.
Kemampuan dan keterampilan guru dalam mengelolah proses belajar
mengajar, kemampuan guru dalam membangkitkan minat, memotivasi, menarik
perhatian, mengembangkan daya nalar siswa. Keterampilan guru dalam mengelolah
proses belajar mengajar seperti keterampilan komunikasi dalam proses belajar
mengajar, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, sangat berpengaruh
terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan mengajar tersebut perlu
diperhatikan apabila kita mengharapkan proses belajar dan mengajar yang
dilaksanakan berhasil mencapai daya serap yang tinggi terhadap materi pelajaran
yang diberikan kepada siswa. Daya serap siswa yang tinggi terhadap materi pelajaran
tentunya mengarah ke hasil tes prestasi belajar siswa tinggi.
Keterampilan bertanya siswa dalam proses belajar mandiri atau belajar
kelompok, adalah prestasi dari hasil belajar itu sendiri, sebagai Nurturant Effects,
karena siswa yang belajar disekolah, terutama dalam kegiatan tatap muka dengan
guru, siswa sudah terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan baik pertanyaan lisan
maupun dengan pertanyaan tulisan dari guru berupa test hasil belajar untuk
mengukur pencapaian kompetensi dasar yang diharapkan oleh guru.
Teknik konseling modeling tersembunyi adalah teknik konseling untuk
pengubahan tingkah laku, dimana klien diarahkan untuk membayangkan atau
menggambarkan model, yang ingin ditirukan pada layar imajnasinya, dengan
bantuan konselor atau guru BP/BK. Dalam proses konseling ini sama halnya dengan
proses belajar mengajar di kelas, konselor membelajarkan, melatih klien dengan
menggunakan teknik konseling modeling tersembunyi, konselor atau guru BP/BK
membelajarkan klien dengan berpedoman pada satuan layanan konseling yang telah
disiapkan sebelumnya.
Didalam konseling modeling tersembunyi ini, ada beberapa tugas yang
diberikan oleh konselor kepada klien yang meransang berkembannya keterampilan
siswa, seperti tugas klien untuk mempresentasikan adegan model yang hendak ditiru,
melatih siswa agar berani dalam mengambil keputusan, dalam memililih model
manakah yang ingin digunakannya. Dalam presentasi ini pula siswa berlatih
berinisiatif membuat pertimbangan-pertinbangan untuk melemgkapi adegan-adegan
model agar lebih sempurna sesuai dengan harapannya.
Tugas siswa mendeskripsikan adegan yang telah dipresentasikan melatih
siswa berbicara, mengungkapkan apa yang telah ia ketahui, dari adegan-adegan
imajinasinya, klien juga berlatih mengungkapkan perasaan yang yang dialaminya
dengan lisan selama ia berimageri.
Gambaran tentang keterkaitan antar peubah-peubah penelitian secara
skematik dapat dilihat berikut ini :
Gambar. 2. 1 : Kerangka Pikir
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah. Hipotesis ini
diperlukan sebagai jembatan ke arah penelitian. Hipotesis ilmiah lahir terutama
sebagai kesimpulan logis dari premis-premis yang mendahului. Berdasarkan
kerangka berpikir maka dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut : Apakah
teknik konseling modeling tersembunyi berpengaruh terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggeris.
FAKTOR INTERNAL
PE
ND
EK
AT
A NB
EL
AJA R
FAKTOREKSTERNAL
PROSES BELAJAR
PROSES BELAJAR
PRESTASIBELAJAR
US
AH
A M
EN
ING
KA
TK
AN
( T
EK
NIK
KO
NS
EL
ING
)M
odel
ing
ters
emb
un
yi
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Eksperimental Kuasi (Control Group Pretest-
Posttest design). Dalam rancangan ini dua kelompok subyek diambil dari populasi
satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol, kedua kelompok ini dikenai
pengukuran Pretest untuk mengukur peubah terikat yang dimiliki oleh subyek
Selanjutnya kelompok eksperimen diberi perlakuan peubah pebas dalam waktu
tertentu selanjutnya kedua kelompok diberi post test untuk mengetahui pengaruh
peubah bebas terhadap peubah terikat. Dalam penelitian ini peubah yang relevan
adalah hasil belajar sebagai peubah terikat, dan teknik konseling modeling
tersembunyi sebagai peubah bebas.
Subyek penelitian adalah siswa SMPN. 1 Pallangga kelas VIII/6 sebagai
kelompok eksperimen dan kelas VIII/5 sebagai kelompok kontrol. Alat ukur yang
relevan untuk peubah tergantung adalah tes hasil belajar dalam mata pelajaran bahasa
inggeris. Secara skematik, rancangan itu dapat dilukiskan sebagai berikut :
Pretes Treatment Post test Klp. Eksperimen
Klp. Kontrol
T1 X T2 T1 T2
B. Peubah dan Definisi Operasional
Peubah terikat dalam penelitian ini adalah Hasil belajar, sedangkan peubah
bebas adalah teknik konseling modeling tersembunyi. Sehubungan dengan
identifikasi peubah ini
Suryabrata Sumadi, (2003:28) menjelaskan bahwa usaha pendidikan, pokok persoalannya adalah hasil belajar yang menjadi pusat persoalan biasa disebut peubah terikat (kiterium), keadaan peubah ini tergantung kepada banyak sekali peubah, satu atau lebih dari peubah itu diambil sebagai peubah yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap peubah terikat, ini disebut peubah bebas.
Adapun defenisi operasional peubah Penelitian ini sebagai berikut :
Prestasi belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran bahasa
inggris pada ujian semester ganjil dan genap tahun pelajaran 2005/2006.
Modeling tersembunyi adalah teknik konseling pengubahan tingkah laku
yang mengajarkan klien tingkah laku yang ingin dicapai, dengan membayangkan
model yang hendak di tiru, yang pelaksanaannya secara garis besar digambarkan
sebagai berikut :
1. Rasional bantuan
2. Adegan – adegan latihan
3. Mengembangkan adegan –adegan treatment
4. Mempraktekkan adegan bantuan
5. Pekerjaan rumah dan tindak lanjut
C. Sasaran Eksperimen
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka yang
menjadi sasaran eksperimen adalah siswa SMPN. 1 Pallangga Kabupaten
Gowa.kelas VIII/6:jumlah siswa 46 orang, dengan perincian, perempuan : 25 orang;
laki-laki :21 orang.
D. Teknik /Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : teknik dokumentasi,
yaitu teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data tertulis, berupa nilai prestasi
hasil belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Inggeris pada ujian semester ganjil dan
semester genap tahun pelajaran 2005/2006 .
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis dengan statistik deskriptif, ukuran tendensi-sentral untuk
menentukan mean dan untuk menentukan ukuran variablitas memakai ukuran diviasi
standar dan statistik inferensial uji t, ( paired-sample t test ). Program statistik SPSS
forWindows.
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian1. Penyajian Analisis Data
Tabel 4.1: Nilai prestasi hasil belajar siswa SMPN. 1 Pallangga pada mata Pelajaran bahasa Inggris sub penilaian mendengarkan dan
berbicara
Subyek
Nilai Mendengaqrkan Nilai Berbicara
Pra test
Post test
Defe-rensi
D²Pra test
Post test
Defe-rensi
D²
1 67 67 0 0 70 70 0 02 75 75 0 0 72 72 0 03 72 72 0 0 75 75 0 04 68 68 0 0 67 68 1 15 65 68 3 9 70 70 0 06 65 65 0 0 77 68 -9 817 70 60 -10 100 70 60 -10 1008 72 72 0 0 70 70 0 09 73 73 0 0 73 73 0 0
10 65 65 0 0 65 65 0 011 70 70 0 0 70 70 0 012 70 70 0 0 70 70 0 013 72 72 0 0 70 70 0 014 65 65 0 0 70 70 0 015 70 70 0 0 72 72 0 016 72 72 0 0 75 75 0 017 70 70 0 0 75 73 -2 418 76 76 0 0 70 70 0 019 72 72 0 0 70 70 0 020 70 70 0 0 70 70 0 021 70 70 0 0 70 70 0 022 73 73 0 0 73 73 0 023 72 72 0 0 70 70 0 024 70 70 0 0 73 73 0 025 75 75 0 0 75 75 0 026 60 60 0 0 60 60 0 027 70 70 0 0 75 71 -4 1628 65 65 0 0 65 65 0 029 70 70 0 0 70 71 1 130 65 65 0 0 65 65 0 031 70 70 0 0 70 70 0 0
32 75 75 0 0 75 75 0 033 65 65 0 0 65 65 0 034 75 75 0 0 70 70 0 035 70 70 0 0 70 70 0 036 65 65 0 0 65 65 0 037 75 75 0 0 75 75 0 038 70 70 0 0 65 65 0 039 70 70 0 0 70 70 0 040 72 72 0 0 70 78 8 6441 65 65 0 0 65 65 0 042 60 60 0 0 60 60 0 043 70 70 0 0 70 70 0 044 60 60 0 0 60 60 0 045 60 60 0 0 60 60 0 046 60 65 5 25 60 65 5 25
∑ -2∑
134 ∑-10 ∑292
Tabel 4.2: Nilai prestasi hasil belajar siswa SMPN. 1 Pallangga pada mataPelajaran bahasa Inggris sub penilaian membaca dan menulis
Subyek
Nilai Membaca Nilai Menulis
Smt.Ganjil
Smt. Genap
D D²Smt.Ganjil
Smt. Genap
D D²
1 79 82 3 9 79 82 3 92 81 83 2 4 82 83 1 13 80 82 2 4 81 83 2 44 79 81 2 4 79 81 2 45 78 79 1 1 78 79 1 16 73 73 0 0 77 73 2 47 77 62 -15 225 78 62 -16 2568 80 81 1 1 80 81 1 19 81 84 3 9 81 84 3 9
10 76 75 -1 1 76 75 -1 111 73 73 0 0 73 73 0 012 74 74 0 0 74 74 0 013 75 75 0 0 75 75 0 014 78 77 -1 1 78 77 -1 115 84 86 2 4 84 86 2 416 79 80 1 1 79 80 1 117 79 71 -8 64 74 71 -3 918 80 88 8 64 80 88 8 6419 83 88 5 25 83 88 5 2520 72 76 4 16 72 76 4 1621 79 87 8 64 78 86 8 6422 76 76 0 0 76 76 0 023 76 81 4 16 76 81 5 25
24 69 70 1 1 69 70 1 125 85 89 4 16 84 88 4 1626 64 62 -2 4 64 62 -2 427 75 75 0 0 75 75 0 028 69 68 -1 1 69 68 -1 129 79 81 2 4 79 81 2 430 66 64 -2 4 66 64 -2 431 69 71 2 4 69 71 2 432 83 85 2 4 83 85 2 433 65 63 -2 4 65 67 2 434 78 78 0 0 77 78 1 135 75 75 0 0 75 75 0 036 65 63 -2 4 65 63 -2 237 87 85 -2 4 87 85 -2 238 80 82 2 4 79 81 2 239 79 81 2 4 80 81 1 140 77 78 1 1 77 78 1 141 68 69 1 1 68 69 -1 142 64 63 -1 1 64 63 -1 143 78 72 -6 36 78 72 -6 3644 73 74 1 1 73 74 1 145 65 66 1 1 64 66 2 446 70 80 10 100 70 80 10 100 ∑32 ∑712 ∑41 ∑693
Tabel 4.3: Nilai prestasi hasil belajar siswa SMPN. 1 Pallangga pada mataPelajaran bahasa Inggris
Subyek
Jumlah Nilai
Smt.Ganjil Smt. Genap D D²
1 295,0 301,0 6 362 310,0 313,0 3 93 308,0 312,0 4 164 292,5 297,0 4,5 20,255 291,0 296,0 5 256 292,0 278,5 -13,5 182,257 295,0 244,8 -50,2 25208 302,0 304,0 2 49 308,0 314,0 6 36
10 282,0 280,0 -2 411 286,0 286,0 0 012 288,0 288,0 0 013 292,0 292,2 0,2 0,0414 291,0 289,4 -1,6 2,5615 310,0 314,0 4 1616 305,0 307,0 2 417 298,0 285,0 -13 169
18 306,0 322,0 16 25619 308,0 318,0 10 10020 284,0 292,0 8 6421 297,0 313,0 16 25622 298,0 298,4 0,4 0,1623 294,0 304,0 10 10024 281,0 283,0 2 425 319,0 327,0 8 6426 248,0 244,0 -4 1627 295,0 291,0 -4 1628 268,0 266,0 -2 429 298,0 303,0 5 2530 262,0 258,0 -4 1631 278,0 282,0 4 1632 316,0 320,0 4 1633 260,0 260,0 0 034 300,0 301,0 1 135 290,0 289,4 1,4 1,9636 260,0 256,0 -4 1637 324,0 320,0 -4 1638 294,0 298,0 4 1639 299,0 302,0 3 940 296,0 306,0 10 10041 266,0 268,0 2 442 248,0 246,0 -2 443 296,0 284,0 -12 14444 266,0 268,0 2 445 249,0 252,0 3 946 260,0 290,0 30 900
∑60,2∑5222,
3
Tabel 4.5: Frekuensi nilai mendengarkan
X1 Me nde nga rk a n
5 1 0 ,9 1 0 ,9 1 0 ,9
9 1 9 ,6 1 9 ,6 3 0 ,4
1 2 ,2 2 ,2 3 2 ,6
1 2 ,2 2 ,2 3 4 ,8
1 5 3 2 ,6 3 2 ,6 6 7 ,4
7 1 5 ,2 1 5 ,2 8 2 ,6
2 4 ,3 4 ,3 8 7 ,0
5 1 0 ,9 1 0 ,9 9 7 ,8
1 2 ,2 2 ,2 1 0 0 ,0
4 6 1 0 0 ,0 1 0 0 ,0
6 0 ,0
6 5 ,0
6 7 ,0
6 8 ,0
7 0 ,0
7 2 ,0
7 3 ,0
7 5 ,0
7 6 ,0
To ta l
Va l i dFre q u e n c y Pe rc e n t Va l i d Pe rc e n t
Cu mu l a t i v ePe rc e n t
Tabel 4.6: Frekuensi nilai mendengarkan
X2 Me nde nga rk a n
5 1 0 ,9 1 0 ,9 1 0 ,9
9 1 9 ,6 1 9 ,6 3 0 ,4
1 2 ,2 2 ,2 3 2 ,6
2 4 ,3 4 ,3 3 7 ,0
1 4 3 0 ,4 3 0 ,4 6 7 ,4
7 1 5 ,2 1 5 ,2 8 2 ,6
2 4 ,3 4 ,3 8 7 ,0
5 1 0 ,9 1 0 ,9 9 7 ,8
1 2 ,2 2 ,2 1 0 0 ,0
4 6 1 0 0 ,0 1 0 0 ,0
6 0 ,0
6 5 ,0
6 7 ,0
6 8 ,0
7 0 ,0
7 2 ,0
7 3 ,0
7 5 ,0
7 6 ,0
To ta l
Va l i dFre q u e n c y Pe rc e n t Va l i d Pe rc e n t
Cu mu l a t i v ePe rc e n t
Tabel 4.7: Frekuensi nilai berbicara
X1 Be rbic a ra
5 1 0 ,9 1 0 ,9 1 0 ,9
7 1 5 ,2 1 5 ,2 2 6 ,1
1 2 ,2 2 ,2 2 8 ,3
2 0 4 3 ,5 4 3 ,5 7 1 ,7
2 4 ,3 4 ,3 7 6 ,1
3 6 ,5 6 ,5 8 2 ,6
7 1 5 ,2 1 5 ,2 9 7 ,8
1 2 ,2 2 ,2 1 0 0 ,0
4 6 1 0 0 ,0 1 0 0 ,0
6 0 ,0
6 5 ,0
6 7 ,0
7 0 ,0
7 2 ,0
7 3 ,0
7 5 ,0
7 7 ,0
To ta l
Va l i dFre q u e n c y Pe rc e n t Va l i d Pe rc e n t
Cu mu la t i v ePe rc e n t
Tabel 4.8: Frekuensi nilai berbicara
X2 Be rb ic a ra
5 1 0 ,9 1 0 ,9 1 0 ,9
8 1 7 ,4 1 7 ,4 2 8 ,3
2 4 ,3 4 ,3 3 2 ,6
1 7 3 7 ,0 3 7 ,0 6 9 ,6
2 4 ,3 4 ,3 7 3 ,9
2 4 ,3 4 ,3 7 8 ,3
4 8 ,7 8 ,7 8 7 ,0
5 1 0 ,9 1 0 ,9 9 7 ,8
1 2 ,2 2 ,2 1 0 0 ,0
4 6 1 0 0 ,0 1 0 0 ,0
6 0 ,0
6 5 ,0
6 8 ,0
7 0 ,0
7 1 ,0
7 2 ,0
7 3 ,0
7 5 ,0
7 8 ,0
To ta l
Va l i dFre q u e n c y Pe rc e n t Va l i d Pe rc e n t
Cu mu l a t i v ePe rc e n t
Tabel 4. 9 : Frekuensi nilai membaca
X1 Me m ba c a
2 4 ,3 4 ,3 4 ,3
3 6 ,5 6 ,5 1 0 ,9
1 2 ,2 2 ,2 1 3 ,0
1 2 ,2 2 ,2 1 5 ,2
3 6 ,5 6 ,5 2 1 ,7
1 2 ,2 2 ,2 2 3 ,9
1 2 ,2 2 ,2 2 6 ,1
3 6 ,5 6 ,5 3 2 ,6
1 2 ,2 2 ,2 3 4 ,8
3 6 ,5 6 ,5 4 1 ,3
3 6 ,5 6 ,5 4 7 ,8
2 4 ,3 4 ,3 5 2 ,2
4 8 ,7 8 ,7 6 0 ,9
7 1 5 ,2 1 5 ,2 7 6 ,1
4 8 ,7 8 ,7 8 4 ,8
2 4 ,3 4 ,3 8 9 ,1
2 4 ,3 4 ,3 9 3 ,5
1 2 ,2 2 ,2 9 5 ,7
1 2 ,2 2 ,2 9 7 ,8
1 2 ,2 2 ,2 1 0 0 ,0
4 6 1 0 0 ,0 1 0 0 ,0
6 4 ,0
6 5 ,0
6 6 ,0
6 8 ,0
6 9 ,0
7 0 ,0
7 2 ,0
7 3 ,0
7 4 ,0
7 5 ,0
7 6 ,0
7 7 ,0
7 8 ,0
7 9 ,0
8 0 ,0
8 1 ,0
8 3 ,0
8 4 ,0
8 5 ,0
8 7 ,0
To ta l
Va l i dFre q u e n c y Pe rc e n t Va l i d Pe rc e n t
Cu mu la t i v ePe rc e n t
Tabel 4.10 : Frekuensi nilai membaca
X2 Me m ba c a
2 4 ,3 4 ,3 4 ,3
3 6 ,5 6 ,5 1 0 ,9
1 2 ,2 2 ,2 1 3 ,0
1 2 ,2 2 ,2 1 5 ,2
1 2 ,2 2 ,2 1 7 ,4
1 2 ,2 2 ,2 1 9 ,6
1 2 ,2 2 ,2 2 1 ,7
2 4 ,3 4 ,3 2 6 ,1
1 2 ,2 2 ,2 2 8 ,3
2 4 ,3 4 ,3 3 2 ,6
2 4 ,3 4 ,3 3 7 ,0
4 8 ,7 8 ,7 4 5 ,7
2 4 ,3 4 ,3 5 0 ,0
1 2 ,2 2 ,2 5 2 ,2
2 4 ,3 4 ,3 5 6 ,5
1 2 ,2 2 ,2 5 8 ,7
2 4 ,3 4 ,3 6 3 ,0
5 1 0 ,9 1 0 ,9 7 3 ,9
3 6 ,5 6 ,5 8 0 ,4
1 2 ,2 2 ,2 8 2 ,6
1 2 ,2 2 ,2 8 4 ,8
2 4 ,3 4 ,3 8 9 ,1
1 2 ,2 2 ,2 9 1 ,3
1 2 ,2 2 ,2 9 3 ,5
2 4 ,3 4 ,3 9 7 ,8
1 2 ,2 2 ,2 1 0 0 ,0
4 6 1 0 0 ,0 1 0 0 ,0
6 2 ,0
6 3 ,0
6 4 ,0
6 6 ,0
6 8 ,0
6 9 ,0
7 0 ,0
7 1 ,0
7 2 ,0
7 3 ,0
7 4 ,0
7 5 ,0
7 6 ,0
7 7 ,0
7 8 ,0
7 9 ,0
8 0 ,0
8 1 ,0
8 2 ,0
8 3 ,0
8 4 ,0
8 5 ,0
8 6 ,0
8 7 ,0
8 8 ,0
8 9 ,0
To ta l
Va l i dFre q u e n c y Pe rc e n t Va l i d Pe rc e n t
Cu mu l a t i v ePe rc e n t
Tabel 4.11 : Frekuensi nilai menulis
X1 Me nulis
3 6 ,5 6 ,5 6 ,5
2 4 ,3 4 ,3 1 0 ,9
1 2 ,2 2 ,2 1 3 ,0
1 2 ,2 2 ,2 1 5 ,2
3 6 ,5 6 ,5 2 1 ,7
1 2 ,2 2 ,2 2 3 ,9
1 2 ,2 2 ,2 2 6 ,1
2 4 ,3 4 ,3 3 0 ,4
2 4 ,3 4 ,3 3 4 ,8
3 6 ,5 6 ,5 4 1 ,3
3 6 ,5 6 ,5 4 7 ,8
3 6 ,5 6 ,5 5 4 ,3
5 1 0 ,9 1 0 ,9 6 5 ,2
5 1 0 ,9 1 0 ,9 7 6 ,1
3 6 ,5 6 ,5 8 2 ,6
2 4 ,3 4 ,3 8 7 ,0
1 2 ,2 2 ,2 8 9 ,1
2 4 ,3 4 ,3 9 3 ,5
2 4 ,3 4 ,3 9 7 ,8
1 2 ,2 2 ,2 1 0 0 ,0
4 6 1 0 0 ,0 1 0 0 ,0
6 4 ,0
6 5 ,0
6 6 ,0
6 8 ,0
6 9 ,0
7 0 ,0
7 2 ,0
7 3 ,0
7 4 ,0
7 5 ,0
7 6 ,0
7 7 ,0
7 8 ,0
7 9 ,0
8 0 ,0
8 1 ,0
8 2 ,0
8 3 ,0
8 4 ,0
8 7 ,0
To ta l
Va l i dFre q u e n c y Pe rc e n t Va l i d Pe rc e n t
Cu mu l a t i v ePe rc e n t
Tabel 4.12 : Frekuensi nilai menulis
X2 Me nulis
2 4 ,3 4 ,3 4 ,3
2 4 ,3 4 ,3 8 ,7
1 2 ,2 2 ,2 1 0 ,9
1 2 ,2 2 ,2 1 3 ,0
1 2 ,2 2 ,2 1 5 ,2
1 2 ,2 2 ,2 1 7 ,4
1 2 ,2 2 ,2 1 9 ,6
1 2 ,2 2 ,2 2 1 ,7
2 4 ,3 4 ,3 2 6 ,1
1 2 ,2 2 ,2 2 8 ,3
2 4 ,3 4 ,3 3 2 ,6
2 4 ,3 4 ,3 3 7 ,0
4 8 ,7 8 ,7 4 5 ,7
2 4 ,3 4 ,3 5 0 ,0
1 2 ,2 2 ,2 5 2 ,2
2 4 ,3 4 ,3 5 6 ,5
1 2 ,2 2 ,2 5 8 ,7
2 4 ,3 4 ,3 6 3 ,0
6 1 3 ,0 1 3 ,0 7 6 ,1
1 2 ,2 2 ,2 7 8 ,3
2 4 ,3 4 ,3 8 2 ,6
1 2 ,2 2 ,2 8 4 ,8
2 4 ,3 4 ,3 8 9 ,1
2 4 ,3 4 ,3 9 3 ,5
3 6 ,5 6 ,5 1 0 0 ,0
4 6 1 0 0 ,0 1 0 0 ,0
6 2 ,0
6 3 ,0
6 4 ,0
6 6 ,0
6 7 ,0
6 8 ,0
6 9 ,0
7 0 ,0
7 1 ,0
7 2 ,0
7 3 ,0
7 4 ,0
7 5 ,0
7 6 ,0
7 7 ,0
7 8 ,0
7 9 ,0
8 0 ,0
8 1 ,0
8 2 ,0
8 3 ,0
8 4 ,0
8 5 ,0
8 6 ,0
8 8 ,0
To ta l
Va l i dFre q u e n c y Pe rc e n t Va l i d Pe rc e n t
Cu mu la t i v ePe rc e n t
Tabel 4.13 : Frekuensi Jumlah nilai
X1 J um la h Nila i
2 4 ,3 4 ,3 4 ,3
1 2 ,2 2 ,2 6 ,5
3 6 ,5 6 ,5 1 3 ,0
1 2 ,2 2 ,2 1 5 ,2
2 4 ,3 4 ,3 1 9 ,6
1 2 ,2 2 ,2 2 1 ,7
1 2 ,2 2 ,2 2 3 ,9
1 2 ,2 2 ,2 2 6 ,1
1 2 ,2 2 ,2 2 8 ,3
1 2 ,2 2 ,2 3 0 ,4
1 2 ,2 2 ,2 3 2 ,6
1 2 ,2 2 ,2 3 4 ,8
1 2 ,2 2 ,2 3 7 ,0
2 4 ,3 4 ,3 4 1 ,3
2 4 ,3 4 ,3 4 5 ,7
1 2 ,2 2 ,2 4 7 ,8
2 4 ,3 4 ,3 5 2 ,2
3 6 ,5 6 ,5 5 8 ,7
2 4 ,3 4 ,3 6 3 ,0
1 2 ,2 2 ,2 6 5 ,2
3 6 ,5 6 ,5 7 1 ,7
1 2 ,2 2 ,2 7 3 ,9
1 2 ,2 2 ,2 7 6 ,1
1 2 ,2 2 ,2 7 8 ,3
1 2 ,2 2 ,2 8 0 ,4
1 2 ,2 2 ,2 8 2 ,6
3 6 ,5 6 ,5 8 9 ,1
2 4 ,3 4 ,3 9 3 ,5
1 2 ,2 2 ,2 9 5 ,7
1 2 ,2 2 ,2 9 7 ,8
1 2 ,2 2 ,2 1 0 0 ,0
4 6 1 0 0 ,0 1 0 0 ,0
2 4 8 ,0
2 4 9 ,0
2 6 0 ,0
2 6 2 ,0
2 6 6 ,0
2 6 8 ,0
2 7 8 ,0
2 8 1 ,0
2 8 2 ,0
2 8 4 ,0
2 8 6 ,0
2 8 8 ,0
2 9 0 ,0
2 9 1 ,0
2 9 2 ,0
2 9 3 ,0
2 9 4 ,0
2 9 5 ,0
2 9 6 ,0
2 9 7 ,0
2 9 8 ,0
2 9 9 ,0
3 0 0 ,0
3 0 2 ,0
3 0 5 ,0
3 0 6 ,0
3 0 8 ,0
3 1 0 ,0
3 1 6 ,0
3 1 9 ,0
3 2 4 ,0
To ta l
Va l i dFre q u e n c y Pe rc e n t Va l i d Pe rc e n t
Cu mu la t i v ePe rc e n t
Tabel 4.14 : Frekuensi Jumlah nilai
X2 J um la h Nila i
1 2 ,2 2 ,2 2 ,2
1 2 ,2 2 ,2 4 ,3
1 2 ,2 2 ,2 6 ,5
1 2 ,2 2 ,2 8 ,7
1 2 ,2 2 ,2 1 0 ,9
1 2 ,2 2 ,2 1 3 ,0
1 2 ,2 2 ,2 1 5 ,2
1 2 ,2 2 ,2 1 7 ,4
2 4 ,3 4 ,3 2 1 ,7
1 2 ,2 2 ,2 2 3 ,9
1 2 ,2 2 ,2 2 6 ,1
1 2 ,2 2 ,2 2 8 ,3
1 2 ,2 2 ,2 3 0 ,4
1 2 ,2 2 ,2 3 2 ,6
1 2 ,2 2 ,2 3 4 ,8
1 2 ,2 2 ,2 3 7 ,0
1 2 ,2 2 ,2 3 9 ,1
2 4 ,3 4 ,3 4 3 ,5
1 2 ,2 2 ,2 4 5 ,7
1 2 ,2 2 ,2 4 7 ,8
2 4 ,3 4 ,3 5 2 ,2
1 2 ,2 2 ,2 5 4 ,3
1 2 ,2 2 ,2 5 6 ,5
2 4 ,3 4 ,3 6 0 ,9
2 4 ,3 4 ,3 6 5 ,2
1 2 ,2 2 ,2 6 7 ,4
1 2 ,2 2 ,2 6 9 ,6
2 4 ,3 4 ,3 7 3 ,9
1 2 ,2 2 ,2 7 6 ,1
1 2 ,2 2 ,2 7 8 ,3
1 2 ,2 2 ,2 8 0 ,4
2 4 ,3 4 ,3 8 4 ,8
2 4 ,3 4 ,3 8 9 ,1
1 2 ,2 2 ,2 9 1 ,3
2 4 ,3 4 ,3 9 5 ,7
1 2 ,2 2 ,2 9 7 ,8
1 2 ,2 2 ,2 1 0 0 ,0
4 6 1 0 0 ,0 1 0 0 ,0
2 4 4 ,0
2 4 5 ,0
2 4 6 ,0
2 5 2 ,0
2 5 6 ,0
2 5 8 ,0
2 6 0 ,0
2 6 6 ,0
2 6 8 ,0
2 7 9 ,0
2 8 0 ,0
2 8 2 ,0
2 8 3 ,0
2 8 4 ,0
2 8 5 ,0
2 8 6 ,0
2 8 8 ,0
2 8 9 ,0
2 9 0 ,0
2 9 1 ,0
2 9 2 ,0
2 9 6 ,0
2 9 7 ,0
2 9 8 ,0
3 0 1 ,0
3 0 2 ,0
3 0 3 ,0
3 0 4 ,0
3 0 6 ,0
3 0 7 ,0
3 1 2 ,0
3 1 3 ,0
3 1 4 ,0
3 1 8 ,0
3 2 0 ,0
3 2 2 ,0
3 2 7 ,0
To ta l
Va l i dFre q u e n c y Pe rc e n t Va l i d Pe rc e n t
Cu mu la t i v ePe rc e n t
X1 Mendengarkan
X 1 Mendengarkan
7 6 ,07 5 ,07 3 ,07 2 ,07 0 ,06 8 ,06 7 ,06 5 ,06 0 ,0
Fre
qu
en
cy
1 6
1 4
1 2
1 0
8
6
4
2
0
X2 Mendengarkan
X 2 Mendengarkan
7 6 ,07 5 ,07 3 ,07 2 ,07 0 ,06 8 ,06 7 ,06 5 ,06 0 ,0
Fre
qu
en
cy
1 6
1 4
1 2
1 0
8
6
4
2
0
GAMBAR 4.1: Grafik Nilai Mendengarkan pada mata pelajaran bahasa Inggris siswa kelas VIII/6 SMPN. 1 Pallangga Kab. Gowa
X2 Berbicara
X 2 B erbicara
7 8 ,07 5 ,07 3 ,07 2 ,07 1 ,07 0 ,06 8 ,06 5 ,06 0 ,0
Fre
qu
en
cy
2 0
1 0
0
X2 Berbicara
X 2 B erbicara
7 8 ,07 5 ,07 3 ,07 2 ,07 1 ,07 0 ,06 8 ,06 5 ,06 0 ,0
Fre
qu
en
cy
2 0
1 0
0
GAMBAR 4.2: Grafik Nilai Berbicara pada mata pelajaran bahasa Inggris siswa kelas VIII/6 SMPN. 1 Pallangga Kab. Gowa
X1 Membaca
X 1 Membaca
Fre
qu
en
cy
8
6
4
2
0
X2 Membaca
X 2 Membaca
8 8 ,0
8 6 ,0
8 4 ,0
8 2 ,0
8 0 ,0
7 8 ,0
7 6 ,0
7 4 ,0
7 2 ,0
7 0 ,0
6 8 ,0
6 4 ,0
6 2 ,0
Fre
qu
en
cy
6
5
4
3
2
1
0
GAMBAR 4.3: Grafik Nilai Membaca pada mata pelajaran bahasa Inggris siswa kelas VIII/6 SMPN. 1 Pallangga Kab. Gowa
X1 Menulis
X 1 Menulis
Fre
qu
en
cy
6
5
4
3
2
1
0
X2 Menulis
X 2 Menulis
8 8 ,0
8 5 ,0
8 3 ,0
8 1 ,0
7 9 ,0
7 7 ,0
7 5 ,0
7 3 ,0
7 1 ,0
6 9 ,0
6 7 ,0
6 4 ,0
6 2 ,0
Fre
qu
en
cy
7
6
5
4
3
2
1
0
GAMBAR 4.4: Grafik Nilai Menulis mata pada pelajaran bahasa Inggris siswa kelas VIII/6 SMPN. 1 Pallangga Kab. Gowa
X1 Jumlah Nilai
X 1 Jumlah N ilai
3 2 4 ,0
3 1 6 ,0
3 0 8 ,0
3 0 5 ,0
3 0 0 ,0
2 9 8 ,0
2 9 6 ,0
2 9 4 ,0
2 9 2 ,0
2 9 0 ,0
2 8 6 ,0
2 8 2 ,0
2 7 8 ,0
2 6 6 ,0
2 6 0 ,0
2 4 8 ,0
Fre
qu
en
cy
3 ,5
3 ,0
2 ,5
2 ,0
1 ,5
1 ,0
,5
0 ,0
X2 Jumlah Nilai
X 2 Jumlah N ilai
Fre
qu
en
cy
2 ,5
2 ,0
1 ,5
1 ,0
,5
0 ,0
GAMBAR 4.5: Garafik Jumlah Nilai siswa kelas VIII/6 SMPN. 1 Pallangga Kab. Gowa pada mata pelajaran bahasa Inggris
B. Analisis Data Pretest dan Posttest
1. Analisis Statistik Deskriptif SPSS.for Windows
Analisis output statistik deskriftif : N, yaitu jumlah Pengamatan yang valid/
tersedia datanya ( Valid ) dan yang hilang atau datanya tidak lengkap
( Missing ) .
Dari output (frequencie statistis di atas terlihat jumlah total pengamatan = 46.
Jumlah Missing = 0 yang berarti tidak tidak ada data yang dikeluarkan.
Mean, yaitu rata-rata dari data Kuantitatif, yang diperoleh dari penjumlahan
seluruh ukuran ( data ) dibagi dengan jumlah ukuran.
Nilai Mean untuk masing-masing sub nilai ( mendengarkan, berbicara, membaca,
menulis, dan Jumlah Nilai )., mean mendengarkan dan berbicara
menurun,sedangkan untuk membaca dan menulis meningkat, dan bentuk
distribusinya dapat kita lihat pada grafik ( Gambar 4.1 sampai 4.4 ).
Median, Yaitu nilai tengah yang diperoleh apabila ukuran disusun dari nilai
terkecil ke nilai terbesar, nilai tengah dan rata-rata merupakan ukuran pemusatan,
karena itu bila nilai tengah dan rata-rata besarnya identik maka dapat sisimpulkan
distribusinya simetris.
Mode, yaitu ukuran yang frekuensinya paling sering muncul.
Std. Deviation, yaitu standar deviasi yang merupakan akar dari varians
sampel, semakin besar nilai standar deviasi berarti semakin tinggi penyimpangan
data dengan nilai rata-ratanya. Variance, yaitu jumlah dari selisih antara data dengan
nilai rata-ratanya dibagi dengan ( n -1 ).
Skewness, yaitu kocondongan yang merupakan selisih antara rata-rata dan
nilai tengah, ini menunjukkan simetris tidaknya distribusi sampel. Data akan
condong ke kanan apabila nilai tengah lebih kecil dari pada nilai rata-rata,data akan
condong ke kiri apabila nilai rata lebih kecil dari nilai tengah, dan apabila nilai rata-
ratanya sama dengan nilai tengah maka datanya berdistribusi simetris atau normal.
Std. Error of Skewness, menunjukkan standar kesalahan dari nilai kecondongan.
Kurtosis, mengukur apakah distribusi data lebih tinggi, lebih rendah, atau
sama pas di tengah dengan distribusi normal, suatu nilai kurtosis yang positif dan
tinggi menunjukkan bahwa ekor distribusi lebih panjang dibanding distribusi normal.
Nilai kurtosis yang negatif menunjukkan ekor yang pendek.Std.error of Kurtosis,
menunjukkan standar kesalahan dari nilai kurtosis.Range, menunjukkan selisih antara
nilai tertinggi dan nilai terendah.Minimum, menunjukkan nilai ninimum dari data.
Maximum, menunjukkan nilai maksimum dari data.
Rasio skewness dan rasio kurtosis dapat dijadikan petunjuk apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Rasio skewness adalah nilai skewness dibagi dengan standard error skewness, sedang Rasio Kurtosis adalah nilai Kurtosis dibagi dengan standard error of kurtosis. Sebagai pedoman bila rasio kurtosis dan skewness berada diantara -2 hingga +2 maka distribusi data adalah normal ( Santoso,2000: 53 Mudrajad Kuncoro 2001: 41 )
Terlihat pada tabel statistik bahwa rasio skewness jumlah nilai (X1) -661/ 350 = -
1,8
Sedang rasio Kurtosis : -187/688 = 0,27 ini berarti Rasio skewness dan rasio
Kurtosis berada pada rentang -2 dan +2 .
Rasio Skewness jumlah nilai (X2) -549/350= -1,5 sedang rasio Kurtosis: -
449/688=0,65 ini berarti rasio skewness dan rasio Kurtosis perada pada rentang -2
dan +2 jadi dapat disimpulkan bahwa data Jumlah nilai X1 dan X2 berdistribusi
Normal.
2. Analisis statistic Inferensial SPSS For Windows.
Uji Signifikant t Test ( Uji t ). Output SPSS For Windows sebagai berikut :
T-Test
Pai red Samples Stati stics
69,659 41 3, 9218 ,6125
69,854 41 3, 6164 ,5648
X1 Mendengarkan
X2 Mendengarkan
Pair1
Mean N St d. Deviat ionSt d. Error
Mean
Pa ire d Sa m ple s Corre la tions
4 1 ,9 7 5 ,0 0 0X1 Me n d e n g a rk a n &X2 Me n d e n g a rk a n
Pa i r1
N Co rre la tio n Sig .
Pa ired Samples Test
-,195 ,9005 ,1406 -,479 ,089 -1,387 40 ,173X1 Mendenga rk an -X2 Mendenga rk an
Pa ir1
Mean Std . Dev ia tionStd . Erro rMean Lower Uppe r
95% Con fidenc eInte rv a l o f theDiffe renc e
Pa ired Diffe renc es
t df Sig . (2-ta iled )
T-Test
Pa ire d Sa m p le s Sta tis tic s
7 0 ,0 4 9 4 1 3 ,9 3 0 3 ,6 1 3 8
7 0 ,0 4 9 4 1 3 ,5 9 8 3 ,5 6 2 0
X1 Be rb i c a ra
X2 Be rb i c a ra
Pa i r1
Me a n N Std . De v i a t i o nStd . Erro r
Me a n
Paired Samples Correlations
41 ,834 ,000X1 Berbic ara &X2 Berbic ara
Pair1
N Correlation Sig.
Pai r ed Sam pl es Test
, 000 2, 1909 , 3422 - , 692 , 692 , 000 40 1, 000X1 Ber bic ar a -X2 Ber bic ar a
Pair1
M ean St d. Dev iat ionSt d. Er r or
M ean Lower Upper
95% Conf idenc eI n t er v al of t he
Dif f er enc e
Pair ed Dif f e r enc es
t df Sig . ( 2- t ailed)
T-Test
Pa ire d Sa m p le s Sta tis tic s
7 6 ,5 8 5 4 1 5 ,1 5 2 6 ,8 0 4 7
7 7 ,8 5 4 4 1 6 ,4 2 8 7 1 ,0 0 4 0
X1 Me mb a c a
X2 Me mb a c a
Pa i r1
Me a n N Std . De v i a t i o nStd . Erro r
Me a n
Paired Samples Correlations
41 ,866 ,000X1 Membac a &X2 Membac a
Pair1
N Correlation Sig.
Pai r ed Sam pl es Test
- 1 , 268 3, 2406 , 5061 - 2, 291 - , 245 - 2, 506 40 , 016X1 M em bac a -X2 M em bac a
Pair1
M ean St d. Dev iat ionSt d. Er r or
M ean Lower Upper
95% Conf idenc eI n t er v al of t he
Dif f er enc e
Pair ed Dif f e r enc es
t df Sig . ( 2- t ailed)
T-Test
Pa ire d Sa m p le s Sta tis tic s
7 6 ,5 3 7 4 1 5 ,11 4 2 ,7 9 8 7
7 7 ,9 0 2 4 1 6 ,1 5 1 4 ,9 6 0 7
X1 Me n u l i s
X2 Me n u l i s
Pa i r1
Me a n N Std . De v i a t i o nStd . Erro r
Me a n
Pa ire d Sa m ple s Corre la tions
4 1 ,8 7 2 ,0 0 0X1 Me n u l i s & X2 Me n u l i sPa i r 1N Co rre l a t i o n Si g .
Pa ired Sa mples Te st
-1 ,3 66 3 ,0 22 9 ,47 21 -2 ,3 20 -,41 2 -2 ,8 93 40 ,00 6X1 Me nu lis - X2 Men u lisPa ir 1Me an Std . De v ia tion
Std . Erro rMe an Lo we r Up pe r
95 % Con fide nc eIn te rv a l o f th eDiffe ren c e
Pa ired Diffe ren c e s
t d f Sig . (2 -ta iled )
T-Test
Paired Samples Statistics
292,829 41 15,7336 2,4572
295,610 41 17,3059 2,7027
X1 Jumlah Nilai
X2 Jumlah Nilai
Pair1
Mean N Std. Deviat ionStd. Error
Mean
Paired Samples Corre la tions
41 ,898 ,000X1 J umlah Ni la i &X2 J umlah Ni la i
Pa i r1
N Corre la tion Sig .
Pai r ed Sam pl es Test
- 2 , 780 7, 6207 1, 1902 - 5 , 186 - , 375 - 2 , 336 40 , 025X1 J um lah Nila i -X2 J um lah Nila i
Pa ir1
M ean St d. Dev iat ionSt d. Er r or
M ean Lower Upper
95% Conf idenc eI n t er v al of t he
Dif f e r enc e
Pa ir ed Dif f e r enc es
t df Sig . ( 2 - t ailed)
Analisis t. test keluaran SPSS. Untuk penarikan kesimpulan : T.hitung > T.
Tabel → Tolak H 0. atau T.hitung < T. Tabel → Terima H 0, H 0 : sebelum =
sesudah , dan H 1 : sebelum ≠ sesudah.
H 0. penelitian ini adalah : Tidak ada pengaruh teknik konseling modeling
tersembunyi terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa
Inggris.dan H 1 : Teknik Konseling Modeling tersembunyi berpengaruh terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris.
a. Analisis t.test Prestasi belajar siswa sub. penilaian mendengarkan.
T. Hitung penilaian mendengarkan : -1,387 diharga mutlakkan = 1,387, t.tabel
untuk df.40 = untuk level signifikans 0,05 adalah 2,021. jadi t. hitung1,387<
t.tabel 2,021, Kesimpulan terima H 0.
b. Analisis t. test prestasi belajar siswa sub penilaian berbicara.
t. hitung ,000. berarti lebih kecil dari t, tabel kesimpulan peneliti terima H 0.
c. Analisis t.test prestasi belajar siswa sub penilaian membaca.
T. hitung untuk penilaian ini adalah; -2,506 diharga mutlakkan menjadi : 2.506
berarti lebih besar dari t.tabel, kesimpulan tolak H 0.
d. Analisis t.test prestasi belajat siswa sub penilaian menulis.
T.hitung untuk sub penilaian ini ; -2,336 dimutlakkan menjadi; 2,336 lebih besar
dari t.tabel. jadi kesimpulan tolak H 0.
e. Analisis t.test prestasi belajar siswa untuk jumlah total nilai.
Untuk jumlah total nilai prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa
inggris, t.hitung diperoleh ; -2,336 dimutlakkan menjadi 2,336 lebih besar dari
t.tabel kesimpulan tolak H 0. Berarti teknik konseling modeling tersembunyi
berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dalam pelajaran bahasa
inggris. ( H 1 ) .
Penjelasan terhadap analisis t.test spss yang menerima Ho. Sehubungan
dengan hal ini Flach mengemukakan
“Bahwa tidak ada pola-pola dalam setiap usaha mental yang lemah, kita tidak memperoleh pola-pola jika suatu pekerjaan sangat mudah, atau jika subyek bisa menyelesaikan suatu masalah dengan bantuan memori. . . . . hasil dari eksperimen Messer membuat kita sanggup melengkapi pekerjaan Flach pada titik ini, ada banyak kasus dimana pengertian muncul tanpa imagary,dengan kata-kata sederhana, dalam kata itu berbagai contoh juga dapat ditemukan dalam pengertian lansung dan murni tanpa imagary . . . . dalam setiap kasus kita telah sanggup mempelajari subyek-subyek yang sadar akan kekurangan kata-kata, karena itu kita dapat menegaskan bahwa ada dua kelompok pemahaman : pemahaman murni ( apakah didukung oleh isyarat atau tidak ) dan pemahaman imajinatif ( yang juga munkin atau tidak mungkin menggunakan kata. )” (Sukur, Silvester G. 2000 : 231).
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak adanya peningkatan prestasi
belajar bahasa inggris dalam sub penilaian mendengarkan dan berbicara
adalah karena tidak terbentuknya / terciptanya pola-pola solusi terhadap
masalah karena disebabkan upaya mental yang sangat lemah, dan tidak
adanya motivasi yang menjadi penghubung beberapa kesadaran yang
dianggap perlu untuk meningkatkan prestasi belajar.
BAB. VKESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan
Setelah diadakan penelitian dan analisis maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Teknik konseling modeling tersembnyi berpengaruh terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa SMPN. 1 Pallangga Kab. Gowa dalam mata pelajaran
bahasa inggris.
2. Teknik konseling modeling tersembnyi dapat digunakan untuk meningkatkan
prestasi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa inggris, terutama dalam
hal prestasi membaca dan menulis.
3. Keberhasilan siswa dalam mengikuti konseling modeling tersembunyi, untuk
meningkatkan prestasinya, sangat dipengaruhi oleh upaya mental
( intensi ) dan motivasi sebagai penghubung antar kesadaran, masing-masing.
4. faktor-faktor yang merupakan penghambat, dalam pelaksanaan konseling
modeling tersembunyi adalah tidak tersedianya waktu khusus untuk konseling di
sekolah.
B. Saran-saran
1. Kepada pihak yang berwenang dalam pengembangan profesi bimbingan dan
konseling di sekolah khususnya di SMPN. 1 pallangga agar diberikan waktu
untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2. Kepada guru pembimbing, agar meningkatkan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah, termasuk layanan konseling modeling tersembunyi.
3. Kepada rekan-rekan mahasiswa dan peneliti, di bidang psikologi pendidikan dan
bimbingan agar dapat mengembangkan peubah peubah penelitian non kognitif
( afektif dan psikomotor ) dan peubah teknik konseling.
4. Kepada guru-guru mata pelajaran agar dalam mengajarkan pelajarannya, selalu
mendalulukan untuk membangkitkan minat dan memotivasi siswa untuk
berprestasi.
5. kepada semua pembaca, jika ada hal-hal yang dianggap keliru kendaknya
memberikan saran dan kritik yang membangun agar karya ini lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli dan Manrihu,M Thayeb. 1996. Teknik dan Laboratorium Konseling. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
AN, Ubaydillah. 2003. Blokade Mental e – Psikologi. Com (on line) diakses 20 Juli 2005.
GNU Free Documentation License : 2005 Wikipedia.web”http://id. wikipedia. org/wiki/ Imajinasi’Diakses 20 Juli 2005
Gunawan, Heri. 1998. Motif Berprestasi dan kaitannya dengan perilaku belajar siswa di SMU Gunung Sari Kotamadya Ujung Padang Skripsi Ujung Pandang IKIP Ujung Pandang.
Hernowo, 2005. Bu Slim dan Pak Bil Mengimpikan Sekolah Imajinasi, Bandung : Mizan Learning Center ( MLC )
Kanto, Kulasse. 1996. Layanan Pembelajaran Makalah Disajikan dalam Konvensi dan Kongres IPBI Daerah Sulawesi Selatan di Ujung Pandang 25 Mei 1996
Kartono, Kartini dan Gulo, Dali. 1987 Kamus Psikologi Bandung : Pioner Jaya.
Kuncoro, Mudrajat, 2001. Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi untuk bisnis dan ekonomi. Yokyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
R. Djono. Wana, W 1983. Cara Bimbingan Konseling Siswa Aktif (CBKSA) dan Berbagai Strategi Bimbingan Konseling Sekolah. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sartre, Jean Paul, 2000, Psikologi Imajinasi Terjemahan oleh Sukur Sulvester, G. Yogykarta : Yayasan Benteng Budaya.
Sukardi,Dewa Ketut, 1983. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah Surabaya : Usaha Nasional.
Sumanto. 2002. Pembahasan Terpadu Statistik dan Metodologi Riset Yogyakarta : ANDI.
Suryabrata, Sumadi., 2003. Metodologi Penelitian Jakarta : Devisi Buku Perguruan Tinggi PT. Raja Grafindo Persada.
SKRIPSI
PENGARUH TEKNIK KONSELING MODELING TERSEMBUNYI TERHADAP
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRISSISWA KELAS VIII/6
SMPN. 1 PALANGGA KAB. GOWA
PATTA RADEN NIM. 001404040
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2006
BAB. IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Deskriptif
Setelah prestasi hasil belajar siswa dalam pelajaran bahasa Inggris dianalisis didapatkan hasil bahwa prestasi belajar siswa tergolong dalam beberapa kategori ; Interval nilai 10 s/d 20 Kategori Sangat kurang, 21 s/d 40 kategori Kurang, 41 s/d 60 kategori Cukup baik, 61 s/d 80 kategori Baik, 81 s/d 100 kategori Baik sekali.Berikut ini gambaran umum prestasi belajar bahasa Inggris siswa :
Tabel 4.1: Prestasi belajar bahasa inggris siswa kelompok eksperimen
Interval Kategori
Kelompok EksperimenPre test Post test
a b c d a b c df % f % f % f % f % f % f % f %
81 – 100Baik Selali
7 15.2 8 17 17 37 1737
61 – 80 Baik 41 89.1 41 89.1 39 84.8 38 83 41 89.1 41 89.1 29 63 29 63
41 – 60Cukup Baik
5 10.9 5 10.9 5 10.9 5 10.9
21 – 40 Kurang
0 - 20Kurang Sekali
Jumlah 46 100 46 100 46 100 46 100 46 100 46 100 46 100 46 100
Keterangan :a. : Mendengarkan f. : Frekuensib. : Berbicarac. : Membacad. : Menulis
Tabel 4.2: Prestasi Belajar bahasa Inggris siswa kelompok Kontrol
Interval Kategori
Kelompok KontrolPre test Post test
a b c d a b c df % f % f % f % f % f % f % f %
81 –100 Baik Selali 7 15.2 5 11 1 2.2 1 2.2 3 6.5 2 4.4
61 – 80 Baik 41 89.1 41 89.1 39 84.8 41 89 38 82.6 40 86.9 43 94 44 96
41 – 60Cukup Baik
5 10.9 5 10.9 7 15.2 5 10.9
21 – 40 Kurang
0 - 20Kurang Sekali
Jumlah 46 100 46 100 46 100 46 100 46 100 46 100 46 100 46 100
Keterangan :a.: Mendengarkan f. : Frekuensib : Berbicara
c : Membacad : Menulis
2. Hasil Uji Normalitas Data
Uji Normalitas data dengan SPSS for Windows,
. . . rasio skewness dan rasio kurtosis dapat dijadikan petunjuk apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak.Rasio skewness adalah nilai skewness dibagi dengan standar error skewness. Sedangkan rasio kurtosis adalah nilai kurtosis dibagi dengan standar error kurtosis. Sebagai pedoman bila rasio kurtosis dan rasio skewness berada diantara, -2 hingga +2 maka distribusi data adalah normal. ( Santoso,2000:53, Mudrajat Kuncoro2001:41 )
Berikut ini tabel dari uji normalitas data SPSS For Windows
Data Skewness/Kurtosis KesimpulanJumlah Nilai X1 1,8/0,27 Berdistribusi normalJumlah Nilai X2 -1,5/0,65 Berdistribusi normal
Dengan demikian data tersebut memenuhi syarat untuk uji analisis lebih lanjut.
3.Pengujian Hipotesis
Uji Hipotesis dengan t.test SPSS. For Windows sebagai berikut :
T-Test
Pai red Samples Stati stics
69,659 41 3, 9218 ,6125
69,854 41 3, 6164 ,5648
X1 Mendengarkan
X2 Mendengarkan
Pair1
Mean N St d. Deviat ionSt d. Error
Mean
Pa ire d Sa m ple s Corre la tions
4 1 ,9 7 5 ,0 0 0X1 Me n d e n g a rk a n &X2 Me n d e n g a rk a n
Pa i r1
N Co rre la tio n Sig .
Pa ired Samples Test
-,195 ,9005 ,1406 -,479 ,089 -1,387 40 ,173X1 Mendenga rk an -X2 Mendenga rk an
Pa ir1
Mean Std . Dev ia tionStd . Erro rMean Lower Uppe r
95% Con fidenc eInte rv a l o f theDiffe renc e
Pa ired Diffe renc es
t df Sig . (2-ta iled )
T-Test
Pa ire d Sa m p le s Sta tis tic s
7 0 ,0 4 9 4 1 3 ,9 3 0 3 ,6 1 3 8
7 0 ,0 4 9 4 1 3 ,5 9 8 3 ,5 6 2 0
X1 Be rb i c a ra
X2 Be rb i c a ra
Pa i r1
Me a n N Std . De v i a t i o nStd . Erro r
Me a n
Paired Samples Correlations
41 ,834 ,000X1 Berbic ara &X2 Berbic ara
Pair1
N Correlation Sig.
Pai r ed Sam pl es Test
, 000 2, 1909 , 3422 - , 692 , 692 , 000 40 1, 000X1 Ber bic ar a -X2 Ber bic ar a
Pair1
M ean St d. Dev iat ionSt d. Er r or
M ean Lower Upper
95% Conf idenc eI n t er v al of t he
Dif f er enc e
Pair ed Dif f e r enc es
t df Sig . ( 2- t ailed)
T-Test
Pa ire d Sa m p le s Sta tis tic s
7 6 ,5 8 5 4 1 5 ,1 5 2 6 ,8 0 4 7
7 7 ,8 5 4 4 1 6 ,4 2 8 7 1 ,0 0 4 0
X1 Me mb a c a
X2 Me mb a c a
Pa i r1
Me a n N Std . De v i a t i o nStd . Erro r
Me a n
Paired Samples Correlations
41 ,866 ,000X1 Membac a &X2 Membac a
Pair1
N Correlation Sig.
Pai r ed Sam pl es Test
- 1 , 268 3, 2406 , 5061 - 2, 291 - , 245 - 2, 506 40 , 016X1 M em bac a -X2 M em bac a
Pair1
M ean St d. Dev iat ionSt d. Er r or
M ean Lower Upper
95% Conf idenc eI n t er v al of t he
Dif f er enc e
Pair ed Dif f e r enc es
t df Sig . ( 2- t ailed)
T-Test
Pa ire d Sa m p le s Sta tis tic s
7 6 ,5 3 7 4 1 5 ,11 4 2 ,7 9 8 7
7 7 ,9 0 2 4 1 6 ,1 5 1 4 ,9 6 0 7
X1 Me n u l i s
X2 Me n u l i s
Pa i r1
Me a n N Std . De v i a t i o nStd . Erro r
Me a n
Pa ire d Sa m ple s Corre la tions
4 1 ,8 7 2 ,0 0 0X1 Me n u l i s & X2 Me n u l i sPa i r 1N Co rre l a t i o n Si g .
Pa ired Sa mples Te st
-1 ,3 66 3 ,0 22 9 ,47 21 -2 ,3 20 -,41 2 -2 ,8 93 40 ,00 6X1 Me nu lis - X2 Men u lisPa ir 1Me an Std . De v ia tion
Std . Erro rMe an Lo we r Up pe r
95 % Con fide nc eIn te rv a l o f th eDiffe ren c e
Pa ired Diffe ren c e s
t d f Sig . (2 -ta iled )
T-Test
Paired Samples Statistics
292,829 41 15,7336 2,4572
295,610 41 17,3059 2,7027
X1 Jumlah Nilai
X2 Jumlah Nilai
Pair1
Mean N Std. Deviat ionStd. Error
Mean
Paired Samples Corre la tions
41 ,898 ,000X1 J umlah Ni la i &X2 J umlah Ni la i
Pa i r1
N Corre la tion Sig .
Pai r ed Sam pl es Test
- 2 , 780 7, 6207 1, 1902 - 5 , 186 - , 375 - 2 , 336 40 , 025X1 J um lah Nila i -X2 J um lah Nila i
Pa ir1
M ean St d. Dev iat ionSt d. Er r or
M ean Lower Upper
95% Conf idenc eI n t er v al of t he
Dif f e r enc e
Pa ir ed Dif f e r enc es
t df Sig . ( 2 - t ailed)
Analisis t. test keluaran SPSS. Untuk penarikan kesimpulan : T.hitung > T. Tabel
→ Tolak H 0. atau T.hitung < T. Tabel → Terima H 0, H 0 : sebelum = sesudah , H1
sebelum ≠ sesudah H 0. penelitian ini adalah : Tidak ada pengaruh teknik konseling
modeling tersembunyi terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
bahasa Inggris.dan H 1 : Teknik Konseling Modeling tersembunyi berpengaruh terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris.
a Analisis t.test Prestasi belajar siswa sub. penilaian mendengarkan.
T. Hitung penilaian mendengarkan : -1,387 diharga mutlakkan = 1,387, t.tabel
untuk df.40 = untuk level signifikans 0,05 adalah 2,021. jadi t. hitung1,387< t.tabel
2,021, Kesimpulan terima H 0.
b Analisis t. test prestasi belajar siswa sub penilaian berbicara.
t. hitung ,000. berarti lebih kecil dari t, tabel kesimpulan peneliti terima H 0.
c Analisis t.test prestasi belajar siswa sub penilaian membaca.
T. hitung untuk penilaian ini adalah; -2,506 diharga mutlakkan menjadi : 2.506
berarti lebih besar dari t.tabel 2,021, kesimpulan tolak H 0.
d Analisis t.test prestasi belajat siswa sub penilaian menulis.
T.hitung untuk sub penilaian ini ; -2,336 dimutlakkan menjadi; 2,336 lebih besar
dari t.tabel 2,021 . jadi kesimpulan tolak H 0.
e Analisis t.test prestasi belajar siswa untuk jumlah total nilai.
Untuk jumlah total nilai prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa inggris,
t.hitung diperoleh ; -2,336 dimutlakkan menjadi 2,336 lebih besar dari t.tabel 2,021
kesimpulan tolak H 0. Berarti teknik konseling modeling tersembunyi
berpengaruh positip dan signifikant terhadap peningkatan prestasi belajar
siswa dalam pelajaran bahasa inggris. ( H 1 ) .
A Pembahasan Hasil Penelitian
1. Langkah-langkah Pelaksanaan Ekspeimen
Langkah-langkah pelaksanaan eksperimen penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tahap 1. Pemberian informasi rasional modeling tersembunyi dengan prosedur
konselor dan klien meninjau tingkah laku yang menjadi masalah dan tingkah laku
yang menjadi tujuan modeling tersembunyi sebagai bantuan.
Tahap 2. Pra Latihan berimajinasi dengan prosedur :
Sesi Pertama. Relaksasi dalam langkah ini siswa menenangkan dan membersihkan
pikiran dari segala macam gangguan.
Sesi Kedua. Pemusatan, langkah ini dianjurkan agar siswa dapat mempertajam
persepsi nursni dan membantu pengendalian, atau pengaturan pencitraan.
Sesi Ketiga. Pengindraan majemuk, langkah ini menggunakan seluruh indra, agar
siswa menjadi sadar akan tubuhnya sendiri.
Sesi Keempat. Membayangkan, langkah ini mulai menggunakan indra visual,
pendengaran, perabaan, dan penciuman, pengecapan, dan indra lainnya.
Sesi Kelima. Mengkomunikasikan penggunaan sarana seperti lukisan dan nyanyian.
Sesi Keenam. Refleksi, pada langkah ini menerima masukan baik pribadi atau
kelompok
Tahap 3. Adegan-adegan latihan
1 Konselor menyuruh klien (Siswa) menutup matanya dan duduk bersandar di
kursi dan relaks,klien disuruh memberitahu konselor bila ia telah relaks.
2 Konselor mendeskripsikan adegan latihan dan menyuruh klien untuk
membayangkan adegan itu dan mengacungkan jari telunjuk jika adegan itu telah
dibayangkan dan benar-benar hidup.
3 Konselor minta klien untuk membuka mata setelah adegan bisa dibayangkan
benar-benar hidup, dan klien disuruh mendeskripsikan adegan itu atau
menceritakan kejadian yang dibayangkan itu.
4 Konselor menggali untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci tentang adegan
itu misalnya baju, atau penamplan pisik orang yang dibayangkan itu.
5 Konselor menyarangkan hal-hal lain untuk ditambahkan sebagai bahan
imajinasi klien selama latihan.
6 Adegan latihan diulang beberapa kali hingga klien ( siswa ) merasa puas dengan
adegan imajinasi itu, dan telah dapat mendeskripsikan lebih rinci hal-hal yang
dibayangkan itu.
Tahap 4. Mengembangkan adegan-adegan bantuan
Adegan bantuan berisi berbagai variasi dari situasi dimana klien ( siswa ) ingin
melakukan respon yang menjadi targetnya dalam lingkungan kehidupan nyata, untuk itu
perlu mempertimbangkan :
1. Sifat-sifat model seperti jenis kelamin, dan umur.
2. Adegan individual, lawan adegan terstandar, adegan individual menyajikan
situasi khusus yang cocok dengan masalah individu. Adegan terstandar disajikan
kepada sekolompok klien yang mempunyai respon sasaran yang sama.
3. Derajat kekhususan adegan. Beberapa klien mungkin mendapat keuntungan dari
instruksi yang sangat eksplisit, klien lain menghendaki yang lebih umum.
4. Isi adegan meliputi deskripsi dari situasi dimana tingkah laku itu terjadi, deskripsi
dari model yang mendemonstrasikan tingkah laku yang dikehendaki, dan
gambaran tentang beberapa hasil yang menyenangkan dari tingkah laku yang
menjadi tujuan.
5. Jumlah adegan, konselor dan klien dapat mengembangkan adegan yang berbeda
yang menggambarkan situasi dimana klien mengalami kesulitan atau ingin
menggunakan tingkah laku yang dikehendaki. Beberapa adegan akan dapat
menyediakan lebih bervariasi dari pada hanya satu atau dua adegan saja.
Tahap 5. Mempraktekkan adegan bantuan
Setelah semua adegan selesai dikembangkan konselor dapat menggunakan adegan-
adegan bantuan itu, dengan meminta klien membayangkan adegan itu, dengan
langkah dasar penggunaan meliputi :
a. Menyusun adegan dalam suatu urutan dari yang paling mudah bagi klien untuk
membayangkan dengan stres lebih sedikit sampai dengan yang lebih sulit.
b. Memberi instruksi klien sebelum presentasi. Mengulang instruksi pada
pelaksanaan latihan, permintaan konselor untuk mengacungkan jari jika adegan
telah dibayangkan dengan jelas, dan permintaan konselor untuk terus
melakukan adegan membayangkan sampai konselor memberi tanda berhenti.
c. Mempresentasikan satu persatu adegan dari urutan adegan yang telah dilakukan,
jika adegan telah dilakukan secara memadai barulah adegan berikutnya, sampai
semua adegan dalam urutan selesai.
d. Mempresentasikan suatu adegan untuk waktu tertentu, misalnya 40 detik,
tergantung kesukaan konselor dan pengalamannya dalam melaksanakan
konseling modeling tersembunyi.
e. Memperoleh reaksi klien terhadap adegan imajinasi. Konselor menanyakan
klien tentang seberapa jelas yang diimajinasikan itu.
f. Menginstruksikan klien mengembangkan kode-kode ringkasan sercara verbal
dan atau mempersonalisasi setiap adegan bantuan..
g. Setelah adegan dipresentasikan satu kali, klien diinstuksikan untuk mengubah
adegan bantuan itu dalam cara apa saja sepanjang respon-respon model yang
ingin dicapai terwakili dalam adegan itu.
h. Mempresentasikan setiap adegan paling tidak dua kali, dengan bantuan
konselor, atau tape Recorder.
i. Meminta klien mengimajinasikan setiap adegan paling tidak dua kali, konselor
hendaknya meminta klien megulangi latihan dengan pengarahan diri sendiri,
setelah merasa mantap dalam melakukannya, memilih dan mempresentasikan
adegan secara acak. Setelah mempresentasikan secara memadai, konselor dapat
mencek kembali kesiapan klien untuk melakukan latihan di rumah.
Tahap 6. Pekerjaan rumah, dalam bentuk latihan pengarahan diri sendiri, menyuruh
klien mengidentifikasi beberapa situasi dalam kehidupan sehari-hari mereka dimana
klien dapat menggunakan respon-respon yang diinginkan itu.
2
Dari hasil penelitian di SMPN. 1 Pallangga Kab. Gowa ini, dengan kelas VIII/6 sebagai
kelompok eksperimen dan kelas VIII/5 sebagai kelompok Kontrol, diperoleh hasil bahwa
prestasi belajar siswa kelompok eksperimen dapat meningkat dengan teknik konseling
modeling Tersembunyi, peningkatan prestasi ini diketahui setelah dibandingkan dengan
perolehan nilai prestasi belajar siswa dari kelompok kontrol, dan lebih meyakinkan lagi
setelah uji hipotesis dengan uji t. Didapatkan hasil bahwa teknik konseling modeling
tersembunyi berpengaruh positip dan signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar
bahasa inggris.