PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN IPS
MELALUI METODE KERJA KELOMPOK
(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas V SD Negeri 2 Cadassari Kecamatan
Tegalwaru Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2009/2010)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Pendidikan Indonesia
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
PIPIN SRI MULYANINGSIH
NIM. 0801898
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS DAERAH PURWAKARTA
2010
i
ABSTRAK
Penelitian ini mengangkat tema peningkatan kualitas pembelajaran IPS di
kelas V sekolah dasar melalui penggunaan metode kerja kelompok. Pengambilan
tema tersebut berangkat dari satu pemikiran bahwa kualitas pembelajaran di
sekolah, khususnya IPS di kelas V sekolah dasar yang masih kurang memuaskan.
Seperti guru yang belum menggunakan metode yang bervariasi dan masih
kurangnya penggunaan alat atau media yang sesuai.
Penelitian ini mengangkat masalah keadaan awal pemahaman peserta didik
terhadap pembelajaran IPS, kerjasama peserta didik dalam pembelajaran IPS
dengan memakai metode kerja kelompok, dan hasil belajar peserta didik setelah
menggunakan metode kerja kelompok, sehingga penelitian ini diharapkan
seyogyanya guru sekolah dasar dapat meningkatkan mutu pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari tiga siklus, dimana setiap siklusnya terdiri atas: perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian telah berhasil mendeskripsikan efektivitas penerapan
metode kerja kelompok terhadap peningkatan hasil belajar siswa, antara lain: 1)
penggunaan metode kerja kelompok dalam proses pembelajaran IPS telah mampu
mengubah keadaan awal pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran IPS itu
sendiri, hal ini disebabkan metode kerja akelompok telah mampu menarik minat
belajar peserta didik untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran
tersebut; 2) pemilihan metode kerja kelompok ternyata telah mampu memupuk
kerjasama di antara peserta didik dalam proses pembelajaran, seperti mengerjakan
tugas untuk membuat laporan dan membacakan di depan kelompok yang lain, 3)
dengan diterapkannya metode kerja kelompok dalam proses pembelajaran IPS
terbukti telah menunjukan hasil belajar yang lebih baik.
Dengan adanya perubahan yang besar tersebut menunjukan bahwa dengan
menggunakan metode kerja kelompok hasil belajar peserta didik dapat lebih baik.
Dengan catatan keberhasilan ini bukan semata-mata karena digunakannya metode
kerja kelompok, melainkan hasil semua komponen atau faktor-faktor lain yang
mempengaruhnya diperhatikan dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran
secara konsekuen.
ii
PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN IPS
MELALUI METODE KERJA KELOMPOK
(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas V SD Negeri 2 Cadassari Kecamatan
Tegalwaru Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 2009/2010)
Disetujui dan disyahkan oleh:
Pembimbing I
Drs. Burhanudin T. R., M.Pd.
NIP. 195506271983031001
Pembimbing II
Drs. Daim, M.Pd.
NIP. 194509121964101001
Mengetahui,
Ketua Program Strata 1 PGSD UPI
Kampus Purwakarta
Drs. Nahrowi Aji, A.Pd., M.Pd.
NIP. 195806041982031005
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya bagi Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya penulis
akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tanpa halang rintang yang
cukup berarti. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Skripsi yang mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui
Metode Kerja Kelompok” ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah Purwakarta.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada segenap pihak yang telah
mendukung penyusunan skripsi ini, khususnya kepada:
1. Ayah Bunda tercinta, dan segenap keluarga atas do’a restu dan
dukungannya sepanjang hayat.
2. Drs. Burhanudin T. R., M.Pd. dan Drs. Daim, M.Pd., yang telah
membimbing sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Nahrowi Aji, A.Pd., M.Pd., Ketua Program Strata 1 PGSD UPI
Kampus Purwakarta.
4. H. Endis Bahrudin, Kepala SD Negeri 2 Cadassari Tegalwaru –
Purwakarta, dan seluruh stafnya.
5. Rekan-rekan dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu yang
telah membantu dan mendukung hingga rampungnya skripsi ini.
Penulis sadar, bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun besar
harapan penulis, meski dalam ketidaksempurnaan tapi mampu memberikan
sumbangan yang cukup berarti dalam memperkaya khazanah keilmuan masa kini,
khususnya di dunia Pendidikan Agama Islam.
Purwakarta, Nopember 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
E. Kerangka Teori .......................................................................... 7
F. Metode Penelitian ...................................................................... 9
G. Lokasi dan Subjek Penelitian ..................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORITIK ....................................................................... 11
A. Pengertian Pembelajaran ........................................................... 11
B. Pengertian Hasil Pembelajaran .................................................. 14
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ..................... 16
D. Evaluasi Hasil Belajar ................................................................ 18
E. Metode Pembelajaran ................................................................ 20
F. Metode Kerja Kelompok ........................................................... 22
G. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD ........................ 26
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 30
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 30
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ..................................................... 32
C. Definisi Operasional .................................................................. 33
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 34
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................... 35
F. Prosedur Penelitian .................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 40
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ....................................................... 40
B. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas .................... 48
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 64
A. Kesimpulan ................................................................................ 64
B. Saran .......................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari Tahun Pelajaran
2009/2010
Tabel 3.1 Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari Tahun Pelajaran
2009/2010
Tabel 4.1 Data keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari Tahun Pelajaran
2009/2010
Tabel 4.2 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan SD Negeri 2 Cadassari
Tahun Ajaran 2009/2010
Tabel 4.3 Rincian Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Pengetahuan
Sosial di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Cadassari
Tabel 4.4 Nilai Tes Awal Siswa
Tabel 4.5 Nilai Tes Akhir Siswa Tindakan Pertama
Tabel 4.6 Nilai Kerja Kelompok Tindakan Pertama
Tabel 4.7 Nilai Tes Akhir Siswa Tindakan Kedua
Tabel 4.8 Nilai Kelompok Tindakan Kedua
Tabel 4.9 Nilai Tes Akhir Siswa Tindakan Ketiga
Tabel 4.10 Nilai Kelompok Tindakan Ketiga
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Siklus PTK
vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan dipertimbangkan sebagai jalur strategis yang
memberikan harapan untuk menunjang upaya pemecahan masalah jangka
panjang. Program pembinaan dan pengendalian kependudukan dan lingkungan
prilaku dilaksanakan secara terlaksana, sistematik, Terarah dan ketersinambungan.
Program pendidikan selalu berkembang dan maju dengan berbagai inovasi agar
sesuai dengan aspirasi masyarakat.
S. Pratomo (2006:140) mengemukakan bahwa pengertian pendidikan
secara etimologi adalah usaha sadar untuk mengembangkan jiwa seseorang ke
arah dewasa. Pengembangan jiwa seseorang tidak dapat diamati, yang dapat
diamati adalah tingkah lakunya. Inti dari pendidikan itu adalah pengembangan
jiwa dan perubahan tingkah laku seseorang ke arah dewasa.
Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2003 pasal 3 tentang tentang
Sistem Pendidikan Nasional mengungkapkan:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggungjawab”.
Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan
pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi
2
peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam
kehidupan.
Pada kurikulum sekolah dasar, baik kurikulum tahun 2004 maupun
kurikulum 2006, yang dikenal dengan Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), kurikulum yang berorientasi pada kemampuan peserta didik sebagai
subjek dan sentral dalam pembelajaran, Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan pengetahuan sosial secara
nasional, karena saat ini kesejahteraan tidak hanya mengandalkan pada sumber
daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual
sosial dan kepercayaan (kreadibilitas).
Pengembangan kurikulum pengetahuan sosial merespon secara positif
sebagai pengembangan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan
desternalisasi ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran
pengetahuan sosial dengan keadaan dan kebutuhan manusia setempat dengan
sejumlahn aktivitas sosialnya. Kompetensi sosial menjamin kebutuhan keimanan
dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan prinsip-prinsip
sosial, ekonomi, budaya dan kewrganegaraan sehingga tumbuh generasi yang kuat
dan berakhlak.
IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta
menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari aspek
kehidupan secara terpadu. Adapun rumusan batasan tujuan pendidikan IPS untuk
tingkat SD adalah sebagai suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial,
sosiologi, idologi negara dan agama yang diorganisasikan secara ilmiah dan
3
fisikologis untuk tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa
pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu, pendidikan IPS
harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian tujuan
pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial.
Menurut Hasan (1996:107), tujuan IPS dapat dikelompokan ke dalam tiga
kategori, yaitu pengembangan intelektual peserta didik, pengembangan
kemampuan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta
pengembangan diri peserta didik sebagai pribadi. Tujuan pertama berorientasi
pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri
peserta didik dan kepentingan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial.
Tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri peserta didik dan kepentingan
masyarakat. Sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan
pribadi peserta didik baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu.
Mengenai karakteristik pendidikan IPS sebagai suatu syinhentik
disciplines, dijelaskan oleh Somantri (2001:198) bahwa disebut syinthetic
disciplines karena pendidikan IPS bukan hanya untuk mampu mensintetiskan
konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial,
melainkan juga tujuan pendidikan dan pembangunan serta masalah-masalah sosial
dalam hidup bermasyarakat yang akan menjadi pertimbangan bahan pendidikan
IPS.
Salah satu metode pembelajaran IPS adalah metode kerja kelompok, yaitu
4
belajar mengajar yang memiliki kadar siswa aktif yang tinggi. Metode kerja
kelompok menuntut persiapan yang berbeda apabila dibandingkan dengan format
belajar mengajar ekspositorik. Bagi yang sudah terbiasa dengan strategi
ekspositorik memerlukan waktu untuk berlatih menggunakan metode kerja
kelompok ini. (Moedjono dan Dimyati, 1993:60).
Metode kerja kelompok adalah dimana peserta didik dalam suatu
kelompok dipandang sebagai suatu kesatuan tersendiri untuk mencari satu tujuan
pelajaran yang tentu dengan bergotong royong. (Sagala, 2003:215).
Dalam metode kerja kelompok, peserta didik dalam satu kelas dipandang
sebagai satu kesatuan tersendiri, ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil.
Pembagian kelompok dapat didasarkan pada perbedaan kemampuan belajar,
perbedaan minat dan bakat, perbedaan jenis kegiatan, perbedaan wilayah tempat
tinggal, ataupun dibuat secara acak.
Berdasarkan uraian di atas, pendidikan seyogyanya menghasilkan suatu
kondisi pembelajaran yang memenuhi kriteria, baik ditinjau dari pengembangan,
isi, bahan, pelajaran yang tepat dan sesuai dengan tuntutan kurikulum dan
bagaimana pula pendekatan strategi dan metode serta teknik mengajar yang harus
dilakukan agar tujuan belajar mengajar berhasil dengan baik.
Kenyataan di lapangan menunjukan hasil belajar pengetahuan sosial
ternyata kurang bermakna, masih ada peserta didik yang pasif dalam setiap
pembelajaran di kelas, belum optimalnya nuansa kreatif dialog, ditemukannya
hafalan-hafalan yang menjenuhkan sehingga tidak berkembangnya daya pikir
peserta didik. Guru melaksanakan pembelajaran secara monoton menggunakan
5
metode ceramah. Oleh sebab itu, kegiatan-kegiatan intelektual belum terlaksana
sepenuhnya. (Hasil observasi di SD Negeri 2 Cadassari Kec. Tegalwaru Kab.
Purwakarta)
Sesuai dengan fungsi dan tujuan pembelajaran pengetahuan sosial, metode
ini sengaja menjadi bahan penelitian agar guru tidak hanya memakai atau
menggunakan metode ceramah saja dalam menyampaikan pelajaran pengetahuan
sosial, karena dalam metode kerja kelompok siswa dilibatkan secara langsung
sehingga akan menimbulkan kegiatan belajar yang aktif dan diharapkan dapat
terjadi meningkatkan dalam segi perolehan nilai serta perubahan sikap sesuai
dengan fungsi dan tujuan pembelajaran pengetahuan sosial.
Berdasarkan uraian di atas, kajian ini terfokus pada penggunaan metode
keeja kelompok dalam pembelajaran IPS dengan judul, “Peningkatan Hasil
Pembelajaran IPS melalui Metode Kerja Kelompok” (Penelitian Tindakan Kelas
pada Kelas V SD Negeri 2 Cadassari Kecamatan Tegalwaru Kabupaten
Purwakarta Tahun Pelajaran 2009/2010).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Bagaimana penerapan metode kerja kelompok pada pembelajaran IPS di
kelas V SD Negeri 2 Cadassari?
2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Cadassari pada
pembelajaran IPS setelah menggunakan metode kerja kelompok?
3. Seberapa besar pengaruh metode kerja kelompok dalam meningkatkan
6
hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Cadassari?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Bagaimana penerapan metode kerja kelompok pada pembelajaran IPS di
kelas V SD Negeri 2 Cadassari.
2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Cadassari pada
pembelajaran IPS setelah menggunakan metode kerja kelompok.
3. Seberapa besar pengaruh metode kerja kelompok dalam meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Cadassari.
D. Manfaat Penelitian.
Secara umum, manfaat hasil penelitian ini adalah untuk memperoleh
informasi baru tentang kemajuan prestasi siswa pada mata pelajaran IPS melalui
penggunaan metode kerja kelompok, terutama informasi tentang :
1. Penerapan metode kerja kelompok pada pembelajaran IPS di kelas V SD
Negeri 2 Cadassari.
2. Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Cadassari pada pembelajaran IPS
setelah menggunakan metode kerja kelompok.
3. Pengaruh metode kerja kelompok dalam meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V SD Negeri 2 Cadassari.
7
E. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini peneliti mengkaji penerapan metode kerja kelompok
pada kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat Sekolah Dasar.
Kerja kelompok merupakan salah satu metode belajar mengajaryang meiliki kadar
siswa aktif yang tinggi. Kerja kelompok menuntut persiapan yang jauh berbeda
bila dibandingkan dengan format belajar mengajar ekspositorik. Bagi mereka
yang sudah terbiasa dengan strategi ekspositorik, memerlukan untuk berlatih
menggunakan metode kerja kelompok ini. Dalam mengkaji permasalahan
penelitian ini, tentu ada beberapa landasan dari beberapa teori yang telah
dikemukakan oleh para ahli dan para pakar peneliti pendidikan.
Dalam pembelajaran di kelas banyak komponen-komponen yang perlu
dikuasai seorang guru antara lain: metode, media, dan sumber belajar. Maka dari
itu selayaknya seorang guru harus menguasai kompenen-komponen tersebut demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan salah satu
komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran, karena metode
pembelajaran merupakan cara seorang guru untuk menyampaikan suatu materi
pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Winataputra (2004:4.1) bahwa pada
dasarnya metode mengajar ini merupakan cara atau teknik yang digunakan guru
dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
Dalam kegiatan pembelajaran IPS terdapat beberapa jenis metode yang
dapat digunakan, antara lain:
8
1. Metode Ekspositoris, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan
perannya lebih banyak dibanding siswa. Contohnya: Metode ceramah.
2. Metode Discovery, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana
guru hanya berperan sebagai fasilitator. Contohnya: Metode pemecahan
masalah (Problem solving method) dan Metode penyelidikan dan
penemuan (Inquiri and discovery method). Sehubungan dengan metode
discovery tersebut, Callahan and Clark (Wahyudin, 2004:413)
mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaannya dibutuhkan guru yang
mempunyai karekteristik sebagai berikut: permissive (pemberi
kesempatan), friendly (bersahabat), a guide (seorang pembimbing),open
minded (berpandangan terbuka), creative (kreatif), social aware (sadar
bermasyarakat), enthusiastic (antusias), cooperative and sincere (bekerja
sama dan sungguh-sungguh).
Pada dasarnya metode kerja kelompok adalah suatu aktifitas belajar di
mana individu yang belajar terdapat lebih dari satu orang melalui kerja sama
dalam menyelesaikan persoalan dalam menyelesaikan persoalan dalam belajar
merupakan wujud pengembangan rasa rasional siswa.
“Metode kerja kelompok adalah dimana anak didik dalam suatu kelompok
dipandang sebagai suatu kesatuan tersendiri untuk mencari satu tujuan pelajaran
yang tentu dengan bergotong royong.“ (Sagala, 2003:215).
9
F. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat melakukan perbaikan pembelajaran, oleh karena itu,
metode yang dianggap tepat adalah metode penelitian tindakan kelas (class action
research), yakni studi sistematis yang dilakukan dalam upaya perbaikan praktik-
praktik pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan
tersebut (Kasbolah, 1998/1999:14).
Sedangkan pendekatannya adalah kualitatif, yaitu suatu penilaian yang
berdasarkan kepada fakta dan analisis perbandingan, bertujuan untuk mengadakan
generalisasi empiris, menetapkan konsep-konsep pembuktikan teori dan
mengembangkannya, serta pengumpulan data analisis datanya berjalan pada
waktu yang bersamaan. (Burhanudin, 2007:93).
Metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 2
Cadassari bersifat perbaikan pembelajaran. Perbaikan yang dimaksud adalah
perbaikan dalam pembelajaran IPS. Karena bersifat perbaikan, tentu saja
pelaksanaan pembelajaran tidak hanya cukup satu kali saja, melainkan diperlukan
berulang-ulang.
Sumber data penelitian diperoleh dari: a) subjek siswa kelas V SD Negeri 2
Cadassari Tegalwaru - Purwakarta, b) guru sebagai peneliti, merangkap praktisi,
serta guru-guru mitra penelitian yang di laksanakan secara kolaborasi, c) kelas, d)
sarana dan prasarana, dan e) dokumen-dokumen sekilas sebagai penunjang.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a) lembar
wawancara, b) lembar observasi, c) lembar soal, d) catatan-catatan lapangan, dan
e) foto kegiatan penelitian.
10
G. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SD Negeri 2 Cadassari Kec.
Tegalwaru Kab. Purwakarta.
Untuk lebih jelasnya, dipandang perlu untuk mengungkapkan keseluruhan
siswa yang sedang menimba ilmu di SD Negeri 2 Cadassari, yaitu sebanyak 295
orang peserta didik, terdiri dari 145 orang siswa laki-laki dan 150 orang
perempuan. Adapun yang menjadi sampel/subjek penelitian ialah 30 siswa kelas
V, yang terdiri atas 17 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Tabel 1.1
Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari
Tahun Pelajaran 2009/2010
(Dokumen SDN 02 Cadassari Kecamatan Tegalwaru - Purwakarta 2009/2010)
Ket: *) Siswa kelas V yang dijadikan subjek penelitian.
NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 I 23 29 52
2 II 33 28 61
3 III 27 23 50
4 IV 28 29 57
5 V 17*) 13*) 30*)
6 VI 17 28 45
JUMLAH 145 150 295
11
BAB II
PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN IPS
MELALUI METODE KERJA KELOMPOK
A. Pengertian Pembelajaran
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan
merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif.
Terdapat tiga atribut pokok belajar, yaitu: proses, perilaku, dan pengalaman
(Winataputra, 2005 : 2.3).
Sikun Pribadi, guru besar IKIP Bandung, berpendapat bahwa pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif
dan psikomotor semata. (Tafsir, 2008:7)
Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari
komponen-komponen berikut: tujuan pembelajaran, materi pelajaran, kegiatan
belajar mengajar, metode, media, sumber belajar, dan evaluasi. Yang menjadi
komponen utama dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, karena semua
komponen lainnya mengacu kepada tujuan pembelajaran. Karena itu, untuk
melaksanakan suatu proses pembelajaran, hal yang harus dirumuskan pertama kali
adalah tujuan pembelajaran. (Sutikno, 2008:37)
Disisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks
12
pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi
pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga
dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan
pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Tujuan utama belajar adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di
kemudian hari, yakni membantu anak didik untuk dapat belajar terus dengan cara
yang lebih mudah. Apa yang dipelajari dalam situasi tertentu harus
memungkinkannya untuk memahami hal-hal lain. Belajar hanya akan terjadi
dengan kegiatan anak didik itu sendiri. Anak didik bukanlah bejana yang harus
diisi oleh guru dengan berbagai pengetahuan.
Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses di mana seseorang
memperoleh pola perilaku (Stephen, 2007:69-79), yaitu:
1. Pengondisian klasik, yaitu jenis pengondisian di mana individu merespons
beberapa stimulus yang tidak biasa dan menghasilkan respons baru.
2. Pengondisian operant, yaitu jenis pengondisian di mana perilaku sukarela
yang diharapkan menghasilkan penghargaan atau mencegah sebuah
hukuman.
Kecenderungan untuk mengulang perilaku seperti ini
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penegasan dari konsekuensi-
konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku.
3. Pembelajaran sosial, yaitu pandangan bahwa orang-orang dapat belajar
melalui pengamatan dan pengalaman langsung. Meskipun teori
pembelajaran sosial adalah perluasan dari pengondisian operant, teori ini
juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan dan
pentingnya persepsi dalam pembelajaran.
13
Proses belajar dapat dibedakan ke dalam tiga fase, yaitu:
1. Fase informasi, yaitu fase dimana anak didik memperoleh informasi yang
menambah, memperhalus dan memperdalam, atau bahkan menentang
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
2. Fase transformasi, yaitu fase penganalisaan informasi yang telah didapat
untuk kemudian diubah ke dalam bentuk yang lebih konseptual agar dapat
digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.
3. Fase evaluasi, yaitu fase penilaian apakah informasi yang didapat dan telah
ditransformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Berikut beberapa hal penting tentang belajar:
1. Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari
ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotor. Tidak terbatas hanya
penambahan pengetahuan saja.
2. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan
semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti
perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
3. Perubahannya tidak harus langsung mengikuti pengalaman belajar.
Perubahan yang segera terjadi umumnya tidak dalam bentuk perilaku, tapi
terutama hanya dalam potensi seseorang untuk berperilaku.
4. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda
dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat
naluriah.
14
5. Perubahan akan lebih mudah terjadi bila disertai adanya penguat, berupa
ganjaran yang diterima sebagai konsekuensi adanya perubahan perilaku
tersebut.
6. Perasaan bangga dalam diri karena dapat mengerti dan paham akan apa
yang dipelajari.
B. Pengertian Hasil Pembelajaran
Menurut Depdiknas (2003:3), hasil belajar (prestasi belajar) siswa yang
diharapkan adalah kemampuan yang utuh yang mencakup kemampuan kognitif,
kemampuan psikomotor, dan kemampuan afektif atau perilaku.
Tu’u (2004:75) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang
dicapai peserta didik ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan
pembelajaran di sekolah.
Sedangkan Surya (2004:64) menyatakan bahwa prestasi belajar ialah
sesuatu yang dicapai oleh peserta didik sebagai perilaku belajar yang berupa hasil
belajar yang berbentuk perubahan pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Prestasi belajar peserta didik ini biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau
angka.
William Burton dalam skripsi karya Supartini (2008:11) menyatakan
bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan kemampuan yang dicapai oleh
pembelajar/peserta didik.
15
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250-251), hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Hasil belajar bukan sekedar penguasaan suatu hasil latihan melainkan
adanya perubahan perilaku tahap-demi tahap, baik dalam ranah kognitif, afektif,
ataupun psikomotor, yang lambat laun terintegrasi menjadi suatu kepribadian.
Seseorang yang telah melakukan proses belajar akan terlihat perubahan dalam
salah satu atau beberapa ranah tingkah laku tersebut.
Oemar Hamalik, sebagaimana dikutip oleh Marliani (2009:23) menyatakan
bahwa tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan
tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut, yaitu: pengetahuan,
kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau
budi pekerti, dan sikap.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disintesiskan bahwa hasil
belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih
baik.
16
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi
menjadi dua bagian besar (Slameto, 2003:64), yaitu:
1. Faktor internal
a. Faktor biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang
normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir.
Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera,
anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur,
olahraga serta cukup tidur.
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi
segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang
dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan
stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi.
Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar
terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat
dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat.
Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang,
melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang
dalam suatu bidang.
17
2. Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama
dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana
lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap
perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan
mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
b. Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan
belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa
disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang
ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
c. Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang
dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakt merupkan faktor ekstern yang
juga berpengruh terhadap belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat.
Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah,
lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan
tes, pengajian remaja dan lain-lain.
Dengan meperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-
penyebab terhambatnya pembelajaran.
18
D. Evaluasi Hasil Belajar
Hasil belajar anak didik dapat dilihat dengan melakukan kegiatan evaluasi.
Evaluasi berguna untuk mengetahui sampai mana pencapaian siswa terhadap
suatu tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan evaluasi pendidik juga
dapat memperoleh timbal balik yang kemudian digunakan untuk memperbaiki
serta mengembangkan proses pembelajaran berikutnya.
”Evaluasi berarti penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi
adalah assessment yang berarti proses penilaian untuk menggambarkan
prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.” (Syah, 2008:141)
Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 58 ayat 1, ”evaluasi
hasil belajar siswa dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan
hasil belajar siswa secara berkesinambungan.”
Bukan hanya seperti di katakan di atas saja pengertian evaluasi, tetapi ada
beberapa istilah yang serupa dengan evaluasi itu, yang intinya masih mencakup
evaluasi, yaitu di antaranya:
1. Measurement/pengukuran, diartikan sebagai proses kegiatan untuk
menentukan luas atau kuantitas sesuatu untuk mendapatkan informasi atau
data berupa skor mengenai prestasi yang telah dicapai siswa pada periode
tertentu dengan menggunakan berbagai tekhnik dan alat ukur yang relevan.
2. Tes, secara harfiah diartikan suatu alat ukur berupa sederetan pertanyaan
atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan, tingkah laku,
potensi, prestasi sebagai hasil pembelajaran.
19
3. Assessment, yaitu suatu proses pengumpulan data dan pengolahan data
tersebut menjadi suatu bentuk yang dapat dijelaskan.
Terdapat urutan atau proses yang mendasari sebelum melakukan evaluasi
(Duncan, 2005:22), yakni:
1. Mengembangkan konsep dan mengadakan penelitian awal. Konsep perlu
direncanakan secara matang sebelum diadakan eksekusi pesan dan perlu
diadakan uji coba untuk mengecek kesesuaian antara draft yang dibuat
dengan eksekusi pesannya.
2. Dengan uji coba yang dilakukan, pengevaluasi mencoba mencari
tanggapan dari khalayak. Tanggapan dari khalayak ini penting untuk
mengukur efektifitas pesan yang disampaikan.
Dalam mengadakan sebuah proses evaluasi, terdapat beberapa hal yang
akan dibahas yaitu apa yang menjadi bahan evaluasi, bagaimana proses evaluasi,
kapan evaluasi diadakan, mengapa perlu diadakan evaluasi, dimana proses
evaluasi diadakan, dan pihak yang mengadakan evaluasi.
Secara garis besar, proses evaluasi terbagi menjadi di awal (pretest) dan
diakhir (posttest). Pretest merupakan sebuah evaluasi yang diadakan untuk
menguji konsep dan eksekusi yang direncanakan. Sedangkan, posttest merupakan
evaluasi yang diadakan untuk melihat tercapainya tujuan dan dijadikan sebagai
masukan untuk analisa situasi berikutnya.
Evaluasi dapat dilakukan di dalam atau diluar ruangan. Evaluasi yang
diadakan di dalam ruangan pada umumnya menggunakan metode penelitian
laboratorium dan sampel akan dijadikan sebagai kelompok percobaan.
Kelemahannya, realisme dari metode ini kurang dapat diterapkan. Sementara,
evaluasi yang diadakan di luar ruangan akan menggunakan metode penelitian
lapangan dimana kelompok percobaan tetap dibiarkan menikmati kebebasan dari
20
lingkungan sekitar. Realisme dari metode ini lebih dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk mencapai evaluasi tersebut dengan baik, diperlukan sejumlah
tahapan yang harus dilalui, yakni menentukan permasalahan secara jelas,
mengembangkan pendekatan permasalahan, memformulasikan desain penelitian,
melakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data, menganalisis data
yang diperoleh, dan kemampuan menyampaikan hasil penelitian.
Terdapat dua tujuan khusus evaluasi pendidikan, yaitu :
1. Untuk mengetahui kemajuan peserta didik setelah ia mengalami
pendidikan selama jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi metode-metode pendidikan yang
dipergunakan pendidik selam jangka waktu tertentu tadi.
E. Metode Pembelajaran
Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode
diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan kata pembelajaran berarti segala upaya yang dilakukan oleh
pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa.
Sutikno (2008:84) menyimpulkan bahwa metode pembelajaran ialah cara
menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
belajar pada diri siswa dalam upaya mencapai tujuan. Sedangkan Winataputra
(2005:4.12) menyebutkan bahwa metode mengajar merupakan cara yang
digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dalam proses
21
pembelajaran. Muhibin Syah (2008:201) juga menyebutkan bahwa metode
mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.
Intinya, beberapa ahli tersebut sepakat bahwa metode mengajar adalah
bagaimana cara guru menyampaikan materi ajar kepada siswa. Sedangkan tujuan
penggunaan metode mengajar yang tepat ialah agar tercipta proses belajar pada
diri siswa.
Metode pembelajaran sangat beraneka ragam. Dengan berbagai
pertimbangan, guru harus mampu memilih dan memanfaatkan metode yang
efektif sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran
menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh
kemampuan hasil belajar.
Secara umum, penerapan metode pembelajaran meliputi empat kegiatan
utama (Sumiati, 2008:97), yaitu:
1. Kegiatan awal yang bersifat orientasi.
2. Kegiatan inti dalam proses pembelajaran.
3. Penguatan dan umpan balik.
4. Penilaian/Evaluasi.
Sutikno (2008:85) menyebutkan beberapa ciri metode yang baik, yaitu:
1. Berpadunya metode dari segi tujuan dan alat dengan jiwa.
2. Bersifat luwes, fleksibel, dan memiliki daya yang sesuai dengan watak
siswa dan materi.
3. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dan praktek serta
menghantarkan siswa pada kemampuan praktis.
4. Tidak mereduksi materi.
5. Memberi keleluasaan bagi siswa.
6. Mampu menempatkan guru pada posisi yang tepat.
22
Sutikno (2008:87) juga menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh
dalam pemilihan metode yang tepat, yaitu: tujuan yang hendak dicapai, materi
pelajaran, siswa, situasi, dan guru.
F. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah anak didik dalam suatu kelompok
dipandang sebagai suatu kesatuan tersendiri untuk mencari atau tujuan pelajaran
yang tentu dengan bergotong royong. (Sagala, 2003:215)
Moejono sebagai mana dikutip oleh Sumantri (1999:148), mengungkapkan
bahwa kerja kelompok merupakan format belajar yang menitik beratkan kepada
interaksi antar anggota guna menyelesaikan tugas belajar secara bersama-sama.
Menurut Moedjiono (Sumantri dan Permana, 1998/1999:148), metode
kerja kelompok adalah format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada
interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan
tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Karena itu guru dituntut untuk mampu
menyediakan bahan-bahan pelajaran yang secara manipulatif mampu
mengaktifkan anak untuk bekerja sama dan berkolaborasi dalam kelompok.
Dalam metode kerja kelompok, siswa dalam satu kelas dipandang sebagai
satu kesatuan tersendiri, ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil.
Pembagian kelompok dapat didasarkan pada perbedaan kemampuan belajar,
perbedaan minat dan bakat, perbedaan jenis kegiatan, perbedaan wilayah tempat
tinggal, ataupun dibuat secara acak.
Penerapan metode kerja kelompok menuntut guru untuk dapat
23
mengelompokan peserta didik secara arif dan profesional. Pengelompokan peserta
didik dalam suatu kelompok dapat didasarkan pada:
1. Fasilitas yang tersedia,
2. Perbedaan individual dalam minat belajar kemampuan belajar,
3. Jenis pekerjaan yang diberikan,
4. Wilayah tempat tinggal peserta didik,
5. Jenis kelamin,
6. Memperbesar partisipasi peserta didik dalam kelompok, dan
7. Lotre/random.
Penggunaan metode kerja kelompok menurut Meojiono Mulyani Sumantri
dan Johan Permana (1992:149) bertujuan untuk :
1. Memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama di antara peserta didik.
2. Meningkatkan sosio-emosional dan intelektual peserta didik dalam proses
belajar mengajar yang diselenggarakan.
3. Meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses belajar
mengajar secara berimbang.
Adapun alasan penggunaan metode kerja kelompok antara lain:
1. Membuat para peserta dididk dapat bekerjasama dengan temannya.
2. Mengembangkan kekuatan untuk mencari dan menemukan bahan-bahan
untuk melaksanakan tugas tersebut.
3. Membuat peserta didik aktif.
Beberapa keuntungan dan kelebihan metode kerja kelompok adalah:
1. Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
2. Dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk lebih intensif
24
dalam mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah.
3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan peserta didik
sebagai individu serta kebutuhan belajarnya.
5. Peserta didik lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka.
6. Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan rasa menghormati dan menghargai pribadi temannya
serta menghargai pendapat orang lain.
7. Membiasakan siswa untuk bekerjasama sesuai asas demokrasi.
8. Menimbulkan sikap kompetitif yang sehat dan sportif.
9. Guru tidak perlu mengawasi proses belajar secara individual, sehingga
lebih efisien.
10. Melatih siswa untuk hidup dalam lingkungan organisasi.
Adapun kelemahan-kelemahan metode kerja kelompok, antara lain:
1. Segi penyusunan.
a. Sulit untuk membuat kelompok yang homogen, baik intelegensi, bakat
dan minat, atau daerah tempat tinggal.
b. Peserta didik yang ditetapkan oleh guru telah dianggap homogen, serta
tidak merasa cocok dengan anggota kelompoknya itu.
c. Pengetahuan guru tentang pengelompokan itu kadang-kadang belum
mencukupi.
25
2. Segi kerja kelompok.
a. Peminpin kelompok kadang-kadang sukar untuk meminpin anggota,
sulit untuk menjelaskan dan mengadakan pembagian kerja.
b. Anggota kadang-kadang tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan
oleh peminpin kelompok.
c. Dalam belajar bersama-sama tidak terkendali sehingga penyimpangan
dari rencana yang berlarut-larut.
Kelemahan metode kerja kelompok menurut Moejono (Sumantri dan
Permana, 1992:149).
1. Kerja kelompok sering hanya melibatkan siswa yang mampu, sebab
mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.
2. Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda.
3. Keberhasilan metode kerja kelompok bergantung kepada kemampuan
siswa memimpin kelompok atau bekerja sendiri.
Terdapat beberapa cara mengatasi kelemahan-kelemahan metode kerja
kelompok, sebagaimana diungkapkan Mansyur (1996:108) antara lain adalah:
1. Guru harus berusaha memiliki pengetahuan tentang cara penyusunan
kelompok.
2. Pengumpulan data siswa untuk menunjang tugas-tugas guru.
3. Adakan tes sosiometri dan buatlah sosiogram dari kelas bersangkutan
untuk mengetahui peserta didik yang terisolasi.
4. Bimbingan terhadap kelompok harus dilakukan terus menerus.
5. Usahakan agar jumlah kelompok itu tidak terlalu besar dan anggotanya
dalam waktu tertentu berganti-ganti.
6. Dalam memberikan motivasi harus menuju kepada kompetisi yang sehat.
26
G. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pengajaran yang
diberikan mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi. Ada tiga hal yang
sering membingungkan kita, yaitu: ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan
sosial.
1. Ilmu sosial
Sanusi dalam Social Science (Sumaatmaja, 1980:7-8) memberikan
penjelasan bahwa ilmu-ilmu sosial terdiri atas disiplin-disiplin ilmu pengetahuan
sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipellajari pada tingkat perguruan
tinggi makin lanjut makin ilmiah.
Berdasarkan batasan yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa ilmu sosial adalah bidang-bidang keilmuan yang mempelajari manusia dan
masyarakat. Mempelajari manusia di masyarakat itu memiliki banyak aspek,
seperti aspek ekonomi, aspek sikap mental, aspek budaya, aspek hubungan sosial
dan aspek lain-lain. Ilmu ekonomi mempelajari kebutuhan materi, antropologi
mempelajari aspek budaya, sosiologi mempelajari aspek hubungan sosial, dan
psikolog mempelajari kejiwaan. Semua aspek itu berada dalam ruang lingkup
yang sama, yaitu manusia dalam konteks sosial atau manusia sebagai anggota
masyarakat.
2. Studi Sosial
Studi sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin
akademis, melainkan merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan
masalah sosial. Ahmad Sanusi (Sumaatmaja, 1980:18) memberikan penjelasan
27
bahwa studi sosial tidak selalu bertaraf akademis universiter, bahkan dapat
merupakan bahan-bahan pelajaran bagi murid-murid sejak pendidikan dasar dan
selanjutnya dapat berfungsi sebagai pengatur bagi lanjutan kepada disiplin-
disiplin ilmu sosial.
Studi sosial bersifat interdisipliner, dengan menetapkan pilihan judul atau
masalah-masalah tertentu berdasarkan suatu rangka referensi dan meninjaunya
dari beberapa sudut sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu
dengan lainnya. Kerangka kerja pengetahuan sosial penekanannya tidak pada
bidang terori, melainkan lebih kepada bidang praktis dalam mengkaji atau
mempelajari gejala dan masalah sosial di masyarakat. Pada taraf dan tingkat yang
lebih rendah pendekatan studi sosial ini lebih bersifat multidimensional, dalam
arti meminjam suatu gejala sosial dari berbagai dimensi (segi, sudut, aspek)
kehidupan.
3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Studi sosial yang lahir di Amerika, kemudian sampai ke Indonesia dan
disebut Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS dan Studi Sosial adalah sama, artinya
tidak ada perbedaannya. IPS menjadi salah satu bidang studi sejak di
berlakukannya kurikulum 1975, dengan tujuan membentuk warga negara yang
baik berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Sumaatmaja (1980:11) menyatakan bahwa secara mendasar pengajaran
IPS tidak hanya memberikan peserta didik dengan pengetahuan IPS, melainkan
lebih jauh lagi yaitu berupaya membina dan mengembangkan mereka menjadi
sumber daya manusia Indonesia yang berketerampilan sosial dan intelektual
28
sebagai warga negara yang memiliki perhatian serta kepedulian sosial yang
bertanggung jawab merealisasikan tujuan nasional. Intinya adalah mempelajari,
menelaah, mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini, sebagai
hakekat IPS.
Dengan demikian dipahami bahwa pengajaran pendidikan IPS diharapkan
sebagai kemampuan dapat berkembang pada diri peserta didik, khususnya untuk
hidup di tengah-tengah lingkungan masyarakat tempat peserta didik tinggal.
Pengajaran IPS pada saat sekarang ini mempunyai dua ciri khusus, yaitu:
a. Yang menjadi tujuan utama yaitu menjadi warga negara yang baik.
b. Bukan hanya sekedar sebagai penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, akan
tetapi juga meliputi komponen-komponen lain, seperti pendidikan nilai
etika, filsafat, agama, sosial serta dari ilmu-ilmu sosial lainnya.
Pengajaran IPS di SD berfungsi mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan pengajaran sejarah berfungsi
menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat
Indonesia sejak masa lalu sampai sekarang.
Tujuannya adalah agar peserta didik mampu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna dirinya dalam kehidupan
sehari-hari serta mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan
masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga sekarang sehingga peserta didik
memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
29
Kurikulum pendidikan dasar 1994 pempunyai karakteristik khusus, yakni
memberi peluang kepada guru selaku pengembangan kurikulum, penjabaran dan
pengembangan materi terletak kepada guru di lapangan. Guru seyogyanya
mengimplementasikan keterampilan proses dalam memberikan isi pembelajaran
IPS berupa fakta, konsep dan generalisasi dengan memanfaatkan lingkungan yang
ada.
Berangkat dari uraian di atas pembelajaran IPS di SD harus pragmatis
praktis menyangkut dunia diri peserta didik dan kehidupan peserta didik sesuai
dengan tingkat perkembangan usia peserta didik dan kemampuan belajarnya serta
lingkungan kehidupannya. Pembelajaran IPS di SD bukan hanya mengkaji materi-
materi yang hanya memenuhi ingatan peserta didik.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
Penelitian ini bersifat melakukan perbaikan pembelajaran. Oleh karena itu
metode yang dianggap tepatpada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan
Kelas (Class Action Researh), yakni studi sistematis yang dilakukan dalam upaya
perbaikan praktik-praktik pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta
repleksi dari tindakan tersebut. (Kasbolah K, 1998:14)
Menurut Suyanto (1996/1997:4), PTK adalah suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas
secara lebih profesonal.
Selanjutnya Kemis dan Tagart, dalam Yatim Rianto (2001:49),
menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian
refleksi diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan sosial mereka, serta
pemahaman mereka mengenai praktek ini dan tahap situasi tempat dilakukan
praktek-praktek ini.
Demikian juga dikemukakan oleh Ebbut, dalam Kasbolah (1998/1999:13),
penelitian tindakan kelas merupakan study yang sistematis yang dilakukan dalam
upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan
praktis serta refleksi dari tindakan tersebut.
31
Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang
berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau
pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat
keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan
yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan
situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Dalam konteks pekerjaan guru, Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu
kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan
tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan
memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut.
Tindakan yang secara sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau
berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini arti
Kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang
lebih spesifik, yaitu kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
menekankan kegiatan uji coba suatu ide ke dalam praktek atau situasi nyata
dalam skala yang lebih kecil (kelas) agar dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas proses pembelajaran di kelas secara professional.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran. Penelitian ini bersifat luwes.
Guru sebagai peneliti memahami betul permasalahan yang dihadapi, penelitian
32
tindakan kelas tidak banyak menyita waktu sebab peneliti melakukan penelitian
tanpa meninggalkan kegiatan mengajarnya. Penelitian tindakan dapat
memecahkan masalah, penelitian ini merupakan suatu proses dinamis mulai dari
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SD Negeri 2 Cadassari Kec.
Tegalwaru Kab. Purwakarta.
Untuk lebih jelasnya, dipandang perlu untuk mengungkapkan keseluruhan
siswa yang sedang menimba ilmu di SD Negeri 2 Cadassari, yaitu sebanyak 295
orang peserta didik, terdiri dari 145 orang siswa laki-laki dan 150 orang
perempuan. Adapun yang menjadi sampel/subjek penelitian ialah 30 siswa kelas
V, yang terdiri atas 17 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Tabel 3.1
Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari
Tahun Pelajaran 2009/2010
(Dokumen SDN 02 Cadassari Kecamatan Tegalwaru - Purwakarta 2009/2010)
Ket: *) Siswa kelas V yang dijadikan subjek penelitian.
NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 I 23 29 52
2 II 33 28 61
3 III 27 23 50
4 IV 28 29 57
5 V 17*) 13*) 30*)
6 VI 17 28 45
JUMLAH 145 150 295
33
C. Definisi Operasional
Dalam kajian ini terdapat istilah-istilah yang secara spesifik perlu
dijelaskan maknanya dan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul
memahami makna yang dimaksud dalam naskah penelitian.
Istilah-istilah yang di maksud adalah:
1. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan kemampuan yang dicapai oleh
pembelajar/peserta didik. Hasil belajar bukan sekedar penguasaan suatu hasil
latihan melainkan adanya perubahan perilaku tahap-demi tahap, baik dalam ranah
kognitif, afektif, ataupun psikomotor, yang lambat laun terintegrasi menjadi suatu
kepribadian. Seseorang yang telah melakukan proses belajar akan terlihat
perubahan dalam salah satu atau beberapa ranah tingkah laku tersebut.
2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD
Merupakan suatu kelompok ilmu pengetahuan sosial yang masing-masing
mempunyai tugas dan bidangnya yaitu: geografi, sejarah, ekonomi, politik,
sosiologi, antropologi, dan fisikologi, serta kemampuan dan perbaikan intelektial
dalam mata pelajaran yang mengkaji seperangkat Peristiwa, fakta, konsep dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarga negaraan.
3. Metode Kerja Kelompok
Pada dasarnya metode kerja kelompok adalah suatu aktifitas belajar di
mana individu dalam hal ini siswa yang belajar terdapat lebih dari satu orang
melalui kerja sama dalam menyelesaikan persoalan dalam menyelesaikan
34
persoalan dalam belajar merupakan wujud pengembangan rasa rasional siswa.
Metode kerja kelompok adalah dimana anak didik dalam suatu kelompok
dipandang sebagai suatu kesatuan tersendiri untuk mencari atu tujuan pelajaran
yang tentu dengan bergotong royong.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, atau teknik penelitian, merupakan cara yang
dipakai untuk mengumpulkan data. Sedangkan instrumen penelitian merupakan
alat penelitian/alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut.
(Suryana, 2008:157)
Beberapa metode dan jenis instrumen penelitian yang dibagi oleh
Suharsimi Arikunto (2006:149), adalah sebagai berikut:
1. Instrumen untuk metode tes ialah tes/soal tes.
2. Instrumen untuk metode angket ialah angket/kuesioner.
3. Instrumen untuk metode observasi ialah daftar cek/check-list.
4. Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi, atau
dapat juga check-list.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode observasi dan tes
dalam mengumpulkan data.
“Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang
dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang terstrandar.” (Arikunto,
2006:222)
”Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki secara individu maupun kelompok.
35
Tes prestasi adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian
seseorang setelah mempelajari sesuatu.” (Arikunto, 2006:150)
Observasi dilakukan oleh para guru observer guna menelaah bagaimana
proses pembelajaran IPS yang menggunakan metode kerja kelompok berlangsung.
Segala hal yang terjadi selama kegiatan pembelajaran dicatat dalam suatu lembar
observasi/daftar ceklis. Sedangkan tes digunakan untuk mengukur peningkatan
hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan menggunakan
metode kerja kelompok. Lembar observasi dan tes ini digunakan di setiap siklus
penelitian.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.
Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti melakukan analisis data dari
setiap instrumen penelitian pada setiap siklus. Seanjutnya data-data tersebut
diklarifikasikan sesuai dengan kebutuhan kemudian dianalisis kembali hasilnya
untuk membandingkan perkembangan yang terjadi pada setiap siklus.
Pengklasifikasian data di antaranya meliputi data tentang minat dan
tanggapan peserta didik maupun guru terhadap pembelajaran pengetahuan sosial
melalui observasi, sedangkan pengukuran keberhasilan siswa dapat diperoleh
melalui tes.
Untuk mendapatkan keabsahan data, dalam penelitian ini digunakan teknik
analisis data sebagai berikut:
1. Triangulasi Data
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau pembandingan terhadap data
36
itu (Moelong, 2004:330). Analisis data dengan cara membandingkan data hasil
observasi dan tes dilakukan pada setiap siklus.
2. Audit Trail (Auditing)
Penelusuran audit trail tidak dapat dilaksanakan apabila tidak dilengkapi
dengan catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi (Moelong,
2004:338).
3. Member check
Pengecekan anggota dapat dilaksanakan atau dilakukan baik secara formal
maupun non-formal. Yang dicek adalah seluruh anggota yang terlibat meliputi
data, penafsiran, dan kesimpulan.
F. Prosedur Penelitian
Seperti yang dikemukakan di atas, dalam penelitian tindakan kelas ini
menggunakan model siklus PTK (Kasbollah, 1998/1999). Siklus terdiri dari
pelaksanaan tindakan, refleksi dan observasi yang dilakukan secara berulang.
Secara rinci, prosedur peneltian ini melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan adalah merncanakan tindakan dengan melakukan
diskusi tentang metode yang sudah ditentukan. Berdasarkan hasil pendataan yang
sudah terdokumentasi, seperti daftar nilai ataupun nilai rapot peserta didik pada
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, terlihat masih banyak yang memperoleh nilai
rendah.
37
Dalam perencanaan tindakan ini, peneliti menyususn rancangan untuk
melaksanakan tindakan yang akan dilakukan, antara lain:
a. Menentukan materi pokok dan metode membelajaran, dengan cara
menganalisis kurikulum yang sesuai dengan permasalahan.
b. Menyusun jadwal pelaksanaan tindakan sebanyak tiga siklus, disesuaikan
dengan jadwal yang sudah ada.
c. Memilih instrument penelitian dengan membuat format-format observasi
dan tes hasil belajar siswa (LKS).
2. Pelaksanaan Tindakan
Sesuai dengan rencana yang telah disusun, pelaksanaan tindakan dilakukan
sesuai jadwal. Dalam proses ini peneliti melakukan pengamatan terhadap
pelaksanaan tindakan sesuai dengan prinsip parsitifatif dan kolaboratif. Hasil
pengamatan dari pelaksanaan tindakan merupakan dokumentasi data untuk
melaksanakan langkah-langkah tindakan selanjutnya.
Untuk kelancaran pelaksanaan tindakan agar sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, maka fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan harus sudah
dipersiapkan sesuai rencana, seperti media dan alat pembelajaran, format-format
pengumpulan data, soal-soal tes dan sebagainya.
3. Observasi
Observasi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali,
merekam, dan mengdokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang
dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan oleh tindakan yang
terencana maupun akibat sampingannya. (Kasbollah, 1998/1999:91).
38
Jadi observasi dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama
pelaksanaan proses pembelajaraan dan hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh
peserta didik.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian untuk
menyebut jenis observasi yaitu :
a. Observasi non sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak
menggunakan instrumen pengamatan.
b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamatan dengan
menggunakan pedoman sebagai pengamatan.
4. Refleksi
Dalam kegiatan refleksi tercakup kegiatan analisis, interpretasi, dan
evaluasi atas informasi yang diperoleh dari hasil obsevasi pada pelaksanaan
tindakan. Data yang telah terkumpul dalam kegiatan observasi harus segera di
analisis dan diinterpretasi. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru
pelaku tindakan mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang
dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum. Apabila guru
pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, maka refleksi dilakukan terhadap diri
sendiri. Untuk menjaga obyektifitas tersebut seringkali hasil refleksi ini diperiksa
ulang atau divalidasi oleh orang lain, misalnya guru/teman sejawat yang diminta
mengamati, kepala sekolah atau nara sumber yang menguasai bidang tersebut.
Jadi pada intinya kegiatan refleksi adalah kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan,
penjelasan, penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklus
selanjutnya.
39
Refleksi
Pelaksanaan Tindakan
Observasi Refleksi
Pelaksanaan Tindakan
Observasi Refleksi
Pelaksanaan Tindakan
Observasi
Indikator tercapai
Siklus PTK (Kasbollah, 1998/1999 : 70)
Rencana Tindakan Siklus I
Rencana Tindakan Siklus II
Rencana Tindakan Siklus III
Selesai
PRA PENELITIAN :
• Menentukan permasalahan
• Mengumpulkan data awal tentang hasil belajar kognitif dan psikomotorik siswa sebagai studi awal
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Dekripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Perkembangan Sekolah Dasar Negeri 2 Cadassari
Sekolah Dasar Negeri 2 Cadassari dengan NSS. 101022009002
beralamatkan di Jalan Terusan Simpang Desa Cadassari Kecamatan Tegalwaru
Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat.
Sekolah tersebut berdiri pada tahun ajaran 1982/1983 dengan nama SD
Negeri Cilangkap 02. Setelah adanya otonomi daerah, Desa Cilangkap berubah
menjadi Desa Cadassari, dan SD Negeri Cilangkap 02 berganti nama menjadi SD
Negeri 2 Cadassari. Secara geografis SD Negeri 2 Cadasari sangat strategis karena
berada di tengah lingkungan padat penduduk.
2. Karakteristik Siswa
Pembahasan mengenai gambaran umum karakteristik siswa kelas V SD
Negeri 2 Cadassari, difokuskan pada empat instrument, yaitu: jumlah siswa
berdasarkan jeis kelamin, prestasi akademik, komposisi siswa yang aktif dan
komposisi tepat duduk. Alas an ditempatkannya keempat instrument tersebut,
karena diperkirakan dapat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran,
khususnya yang berhubungan dengan prestasi anak dan aktivitas peserta didik di
dalam kelas. Data di peroleh dari dokumen guru pada semester pertama tahun
2009/2010.
41
Tabel 4.1
Data Keadaan Siswa SD Negeri 2 Cadassari
Tahun 2009/2010
NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 I 23 29 52
2 II 33 28 61
3 III 27 23 50
4 IV 28 29 57
5 V 17*) 13*) 30*)
6 VI 17 28 45
JUMLAH 145 150 295
Jumlah siswa kelas V SD Negeri 2 Cadassari pada tabel di atas sebanyak
30 orang yang terdiri dari 17 laki-laki dan 13 perempuan. Dari data hasil ulangan
semester 1 diperoleh nama-nama siswa peringkat tiga besar, yaitu: Muhamad
Parhan Alawi, Iwan, dan Sihab Ali Patah. Sedangkan peserta didik yang menonjol
di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu: Siti Hindun, Ending, Fahrul, dan Ina.
Dan siswa yang kurang aktif yaitu: Cecep, Ma’mun, dan Mudripin.
3. Karakteristik Guru
Keberadaan guru dalam proses pembelajaran merupakan bagian yang
sangat penting. Ia memegang posisi sentral sebagai pengendali kegiatan
pembelajaran. Hal ini lebih terasa pada kelas-kelas rendah dimana tingkat
kematangan peserta didik belum mencapai kondisi maksimal. Dalam pengelolaan
kelas guru seyogyanya memiliki peran yang paling utama dibandingkan dengan
faktor-faktor lainnya. Hal ini berkenaan dengan kedudukan guru sebagai
42
pelaksana berlangsungnya pengelolaan kelas.
SD Negeri 2 Cadassari memiliki sumber daya manusia yang cukup
memadai sebagai tenaga pengajar. Sebagian besar tenaga pendidik di sekolah ini
merupakan lulusan program profesional pendidikan keguruan yang memiliki
keahlian khusus masing-masing yang menunjang berbagai program pendidikan di
sekolah ini.
Berikut data tenaga pendidik dan kependidikan di SD Negeri 2 Cadassari:
Tabel 4.2
Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan
SD Negeri 2 Cadassari Tahun Ajaran 2009/2010
No Nama Jabatan Pendidikan
1 H. Endis Bahrudin Kepala Sekolah SPG/1974
2 Zaenudin, A.Ma.Pd. Guru D-2/1998
3 Deni Rudianto, A.Ma.Pd. Guru D-2/1998
4 Yuyu Yudiawati, A.Ma.Pd. Guru D-2/2001
5 Lilis Sri M., A.Ma.Pd. Guru D-2/2001
6 Elis Nuryati, A.Ma.Pd. Guru D-2/2000
7 Enik Rokayah, A.Ma.Pd. Guru D-2/2007
8 Zaenal Agus Salim, A.Ma.Pd. Guru D-2/2006
9 Aidah St. M., A.Ma.Pd. Guru D-2/2007
10 Hamdanah, A.Ma.Pd. Guru D-2/2005
11 Pipin Sri M., A.Ma.Pd. Guru D-2/2007
12 Deni Gunawan S. A., S.Pd. Guru S-1/2008
13 Enjang Penjaga Sekolah SMK/2001
43
4. Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources) merupakan semua sumber baik
berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik
dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai
kompetensi tertentu.
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
a. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni
sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai
komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang
terarah dan bersifat formal.
b. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization),
yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan
pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1)
pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2)
orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan
lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides,
gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan
sebagainya; (4) alat/perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi,
VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik,
obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/metode/teknik: disikusi, seminar,
44
pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi,
debat, talk show dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio,
perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.
Sumber belajar yang dominan dipakai di sekolah ini adalah alam sekitar
dan buku cetak yang terbit pada tahun 2004/2005. Untuk mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di sekolah ini menggunakan sumber belajar buku
Pengetahuan Sosial dari penerbit PT. Erlangga.
5. Sarana dan Prasarana
SD Negeri 2 Cadassari memiliki sarana dan prasarana penunjang kegiatan
belajar yang memadai, diantaranya: luas tanah 378,3 m2, yang terdiri dari
Lapangan Upacara, Bangunan 2 Unit dengan Ruang Kelas 6 Unit, dan Ruang
Kantor 1 Unit.
Fasilitas belajar yang ada di SDN 2 Cadassari berupa bangunan sekolah
yang terdiri dari dua unit bangunan permanen yang cukup baik, berada di tengah
perumahan warga dan lingkungan yang cukup kondusif dengan udara yang cukup
bersih karena tidak terlalu dekat dengan jalan raya namun terjangkau oleh
kendaraan bermotor.
Kondisi fisik bangunan cukup baik dan layak dipergunakan oleh warga
sekolah terutama siswa untuk belajar. Unit pertama terdiri dari tiga lokal
digunakan oleh siswa / siswi kelas I, II dan III. Luas kelas masing-masing adalah
4 x 6 meter². Unit kedua terdiri dari tiga lokal digunakan oleh siswa / siswi kelas
IV,V dan VI dengan luas kelas yang sama yaitu 4 x 6 meter². Selain itu terdapat
45
juga ruang guru yang cukup memadai, dengan berbagai fasilitas kantor yang
mendukung.
Dalam proses belajar mengajar, siswa/siswi SDN 2 Cadassari dibagi
menjadi 6 rombongan belajar, yaitu kelas I, kelas II, kelas III, kelas IV, kelas V,
dan kelas VI. Yang didukung dengan sarana kegiatan lainnya seperti perangkat
belajar, mebeuler, perlengkapan olahraga, pramuka, serta perlengkapan dan
perangkat kegiatan belajar lainnya.
Di setiap kelas tertata rapi meja dan kursi murid serta meja dan kursi guru,
serta hiasan dengan aneka hasil kreasi siswa yang diletakkan di dinding dan
didepan kelas. Selain itu, di depan kelas di lengkapi pula dengan pot bunga
dengan berbagai jenis tanaman bunga.
6. Deskripsi Awal Pembelajaran
Kegiatan awal penelitian yaitu melakukan observasi terhadap proses
pembelajaran IPS di kelas V SDN 2 Cadassari yang menjadi objek penelitian.
Dalam pelaksanaan observasi, observer mengamati, mencatat kemudian
mendokumentasikan berbagai temuan dan informasi yang didapat pada saat
kegiatan pembelajaran pra-siklus.
Pada proses pembelajaran di kelas kegiatan yang dilakukan adalah guru
melakukan absensi siswa yang dilanjutkan dengan melaksanakan apersepsi, yaitu
kegiatan untuk melihat tingkat penguasaan materi. Lalu guru menyuruh peserta
didik membuka buku IPS dan dilanjutkan dengan mencatat hal-hal yang penting
dan mendeskripsikan.
46
Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi IPS dengan menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab. Guru menjelaskan cara-cara untuk
menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan materi dan langkah-langkah
penyelesaiannya. Setelah pembahasan berakhir, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya.
Atas dasar itulah guru memberikan soal evaluasi untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan, soal yang telah disiapkan
guru berupa LKS yang dibagikan kepada siswa secara kelompok. Sebagai tindak
lanjut, guru menyuruh siswa belajar di rumah dengan membaca kembali materi
yang telah disampaikan.
7. Analisis Refleksi dan Rencana Penerapan Metode Kerja Kelompok dalam
Pembelajaran Pengetahuan Sosial
Dengan menggunakan gambaran yang telah diperoleh dari hasil observasi
mengenai proses pembelajaran IPS di kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Cadassari,
penulis mengadakan analisis refleksi yang akan digunakan untuk mengambil
langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan. Dari hasil observasi terlihat
perincian waktu pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
47
Tabel 4.3
Rincian Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Pengetahuan Sosial
di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Cadassari
No Jenis Kegiatan Waktu Presentase (%)
1. Kegiatan Awal 5 menit 6,25
2. Kegiatan Inti:
a. Menjelaskan
b. Tanya Jawab
c. Mencatat Materi
35 menit
10 menit
10 menit
43,75
12,5
12,5
3. Kegiatan Akhir/Penutup:
a. Menyimpulkan
b. Evaluasi
c. Tindak lanjut
5 menit
10 menit
5 menit
6,25
12,5
6,25
Jumlah 80 menit
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa proses pembelajaran 62,50%
berpusat pada guru. Guru lebih mendominasi dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan siswa hanya 12,50%, itupun lebih banyak pasif. Sedangkan sisanya 25%
merupakan kegiatan yang melibatkan guru dan siswa.
Dari kondisi proses pembelajaran IPS di atas, dirasakan kurang efektif
karena siswa bersifat pasif akibat guru hanya menyampaikan materi melalui
ceramah dan tanya jawab. Proses pembelajaran yang berlangsung kurang
membawa keterlibatan siswa. Guru tanpak mendominasi, kurang memberikan
kesempatan belajar secara aktif, padahal materi yang dibahas dapat diterapkan
melalui metode kerja kelompok yang dapat meningkatkan aktifitas siswa.
Berdasarkan permasalahan yang terkait dengan proses pembelajaran IPS,
48
perlu adanya modifikasi yang mampu menjembantani permasalahan-
permasalahan yang ada, di antaranya memberikan kesempatan yang optimal pada
kegiatan belajar siswa untuk saling bertanya dengan teman.
Karena hal tersebut diupayakan dapat menjadi solusi masalah di atas,
peneliti merencanakan proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
kerja kelompok. Kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan materi pelajaran
yang mengacu pada tujuan yang ingin dicapai.
B. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas
1. Tindakan Pertama
a. Perencanaan
Untuk melaksanakan tindakan dalam proses pembelajaran, peneliti
menyusun perencanaan yang mencakup penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, pembentukan kelompok, dan perumusan masalah.
1) Penyusunan Rencana Pembelajaran
Format rencana pembelajaran meliputi:
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Hari/Tanggal
Nama
a) Standar Kompetensi
b) Kompetensi Dasar
c) Hasil Belajar
49
d) Indikator
e) Langkah-langkah Pembelajaran
f) Penilaian
g) Materi pokok, Metode, Simber dan Alat
2) Pembentukan Kelompok
Agar adanya keseimbangan potensi di tiap-tiap kelompok, maka
pembentukan kelompok didasarkan pada pertimbangan keragaman siswa, jenis
kelamin, prestasi belajar, dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehari-
hari. Dari jumlah siswa sebanyak 30 orang dibagi menjadi tujuh kelompok.
3) Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari proses pembelajaran, masalah
yang akan dikaji oleh siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:
a) Keragaman Kenampakkan Alam di Indonesia
b) Kenampakan Alam Buatan di Indonesia
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada tanggal 1 April 2010 pukul 07.30
- 09.30. Proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan berdo’a yang dipimpin oleh
ketua kelas. Selesai berdoa siswa mengucapkan salam dan dijawab oleh guru.
Kemudian guru memberikan tes awal kepada siswa untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa serta untuk mengukur kemampuan siswa secara
keseluruhan tentang pokok bahasan yang akan diajarkan.
50
Adapun hasil tes awal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Nilai Tes Awal Siswa
No Nama Nilai No Nama Nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Ujang Junaedi M
Ahmad Nasrudin
Encep Supriatna
Ergat Aril
Jajang Supyan
Aan Nurjaman
Ahmad Saepudin
Anjar Nugraha
Ayi B. S. Anwar
Aris Sirojudin
Ai Nurhalimah
Arni
Cecep Abdillah
Dalha Khadijah
Dede I. Sri Ayu
50
40
60
60
50
60
50
60
70
50
50
70
50
70
60
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Egi Apandi
Heri Heriyanto
Indriani
Muh. Tri Bayu
N. Sinta Sopiah
Nifah Nurlatifah
Ricky C. Anwar
Riani
Reni Susilawati
Ahmad Ridwan
Siti Rokoyah
Yudi Hidayat
Yayan Supyan
Zulfa Nurhasanah
Rusmana
70
40
40
40
30
50
40
60
70
30
50
60
40
60
60
Batas Lulus/KKM 70
Dari hasil tes awal yang dapat dinyatakan lulus, hanya 6 orang (20%),
yang lainnya sebanyak 24 orang (80%) masih jauh dibawah nilai batas lulus. Nilai
rata-rata tes awal yaitu 53.
Setelah tes awal, guru kembali mengkondisikan siswa pada situasi
pembelajaran. Kemudian guru mengadakan tanya jawab dengan siswa sebagai
appersepsi untuk mengarahkan pada materi yang akan disampaikan tentang
Kenampakan Wilayah Alam Indonesia. Guru mengatakan, “Anak-anak, kalian
51
pernah belajar tentang Kenampakan Wilayah Alam di Indonesia? Coba sebutkan
contoh-contoh kenampakan alam wilayah Indonesia!” Siswa menjawab serempak,
“cagar alam, sungai, gunung, danau.” “Betul!” kata guru.
Selanjutnya guru membagi siswa menjadi enam kelompok. Pemilihan
kelompok disusun oleh guru berdasarkan tingkat kecerdasan siswa. Siswa nampak
bersemangat. Guru memberikan LKS pada setiap kelompok, serta memberikan
penjelasan yang harus dikerjakan dalam LKS.
Setelah LKS dibagikan, siswa mulai membaca kemudian mengisi bersama
kelompoknya masing-masing. Setiap siswa terlihat antusias, suasana sedikit ribut,
karena adanya perdebatan pada tiap-tiap anggota kelompok. Guru kemudian
menenangkan dan suasana belajar kembali tenang.
Setelah beberapa menit, ada beberapa siswa yang kelihatan mulai tidak
bersemangat, kemudian guru mengarahkan kembali agar setiap anggota kelompok
aktif. Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil
kerja kelompok sesuai dengan materi pembelajaran. Kegiatan dilakukan dengan
memberikan tes akhir secara individu dan penilaian proses secara berkelompok.
52
Adapun hasil evaluasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Nilai Tes Akhir Siswa Tindakan Pertama
No Nama Nilai No Nama Nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Ujang Junaedi M
Ahmad Nasrudin
Encep Supriatna
Ergat Aril
Jajang Supyan
Aan Nurjaman
Ahmad Saepudin
Anjar Nugraha
Ayi B. S. Anwar
Aris Sirojudin
Ai Nurhalimah
Arni
Cecep Abdillah
Dalha Khadijah
Dede I. Sri Ayu
70
60
50
60
80
70
80
50
70
60
60
70
60
60
80
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Egi Apandi
Heri Heriyanto
Indriani
Muh. Tri Bayu
N. Sinta Sopiah
Nifah Nurlatifah
Ricky C. Anwar
Riani
Reni Susilawati
Ahmad Ridwan
Siti Rokoyah
Yudi Hidayat
Yayan Supyan
Zulfa Nurhasanah
Rusmana
50
50
80
80
70
70
50
70
60
50
80
60
60
80
50
Batas Lulus/KKM 70
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dinyatakan lulus
sebanyak 14 orang (47%). Sedangkan siswa yang belum lulus sebanyak 16 orang
(53%). Nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil tindakan pertama adalah 65.
53
Tabel 4.6
Nilai Kerja Kelompok Tindakan Pertama
No. Kelompok Nilai Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
I
II
III
IV
V
VI
VII
60
80
70
80
70
60
60
Batas Lulus = 70
Jumlah 480
Dengan melihat tabel diatas, kelompok yang dinyatakan lulus sebanyak
empat kelompok (57%) dan tiga kelompok sisanya (43%) masih dinyatakan
belum lulus.
c. Analisis, Refleksi dan Revisi Pelaksanaan Tindakan Pertama
Dari hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan pertama ini, proses
pembelajaran melalui penerapan metode kerja kelompok masih memiliki berbagai
kekurangan dalam penerapan.
Pengelolaan waktu masih belum efektif, dengan adanya kelebihan
penggunaan waktu dari alokasi yang telah ditentukan, di antaranya dalam
memberikan appersepsi yang terlalu meluas.
Aktivitas siswa selama berlangsungnya kerja kelompok belum optimal.
Aktivitas kelompok sebagian besar didominasi oleh ketua kelompok dan beberapa
saja, sebagian siswa belum memiliki tanggung jawab dan kerjasama dalam
kelompoknya.
54
Dari segi hasil ada peningkatan, namun masih belum mencapai jumlah
maksimal. Dari jumlah siswa sebanyak 30 orang, baru 14 orang saja yang
dinyatakan lulus.
Berdasarkan analisis dan refleksi terhadap jalannya proses pembelajaran
pada tindakan pertama ini, maka perlu mengadakan perbaikan bagi pembelajaran
berikutnya, yaitu:
1) Dalam proses pembelajaran, hendaknya guru harus senantiasa mengacu
pada rencana pembelajaran. Pembagian waktu harus efektif sesuai
pembagian dalam langkah-langkah yang telah ditentukan, sehingga
kegiatan pembelajaran tidak menyita waktu mata pelajaran berikutnya.
2) Dalam memberikan petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada siswa harus
jelas dan mengarahkan kembali pada aturan tata tertib belajar. Seorang
guru harus mampu menumbuhkan disiplin pada diri peserta didik, terutama
disiplin diri yang dapat membantu peserta didik mengembangkan pola
perilaku yang baik terutama bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas
yang diberikan.
3) Dalam proses pembelajaran, guru harus menyisipkan penanaman budi
pekerti agar siswa selain memilki sikap mencintai dan mengakui kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa dengan menumbuhkan keimanan dan ketaqwaan.
55
2. Tindakan Kedua
a. Perencanaan
Tahap perencanaan pada tindakan kedua, guru mengadakan perubahan
kelompok dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan kelompok dari tingkat
kecerdasan dan keaktifan siswa. Jumlah anggota tetap sama seperti pada
pelaksanaan tindakan sebelumnya.
Kegiatan selanjutnya adalah merumuskan masalah. Adapun masalah
tersebut:
1) Jelaskan manfaat hutan bagi kehidupan makhluk hidup!
2) Sebutkan tiga contoh pembangunan kenampakan buatan!
3) Andaikan hutan disekitar kita musnah (rusak akibat ditebangi). Apa yang
akan terjadi pada alam ini!
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan membuka
pelajaran berupa appersepsi dengan mengarahkan siswa pada pokok bahasan yaitu
Kenampakan Alam Buatan di Indonesia.
Guru juga mengemukakan tujuan yang akan dicapai dari proses
pembelajaran. Untuk menumbuhkan sikap sosial dan adanya keseimbangan
kerjasama dalam kelompok, guru mengemukakan perubahan kelompok serta
membacakan anggota dari tiap-tiap kelompok yang telah disusun pada tahap
perencanaan.
Dalam memulai kegiatan, guru memberikan LKS pada tiap-tiap kelompok,
kemudian menjelaskan apa yang harus dikerjakan. Guru mengarahkan tiap-tiap
56
ketua kelompok untuk memimpin kelompoknya agar dapat bekerjasama secara
aktif. Selama kegiatan berlangsung, guru membimbing tiap-tiap kelompok serta
memberikan motivasi pada siswa untuk mencari, menemukan, dan
mengembangkan kreativitas belajar secara aktif. Tanggung jawab ketua kelompok
tampak dalam mengajak dan menegur anggotanya yang kurang aktif atau main-
main selama kegiatan.
Peranan guru dalam proses pembelajaran yaitu mengarahkan, meluruskan,
menyempurnakan, dan memperjelas pertanyaan atau jawaban antar siswa setelah
tiap-tiap kelompok mengumpulkan hasil dari kerja kelompoknya. Guru
mengadakan tanya jawab guna memacu siswa untuk mengembangkan
kemampuan bertanya dan menjawab. Dalam menanamkan nilai afektifnya, guru
menjelaskan sikap yang baik dalam memelihara alam, seperti tidak merusak alam,
suka menanam dan memelihara tumbuhan. Penanaman nilai yang paling utama
yaitu penanaman keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa untuk mengevaluasi materi
yang telah disampaikan.
57
Hasil tes akhir dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Nilai Tes Akhir Siswa Tindakan Kedua
No Nama Nilai No Nama Nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Ujang Junaedi M
Ahmad Nasrudin
Encep Supriatna
Ergat Aril
Jajang Supyan
Aan Nurjaman
Ahmad Saepudin
Anjar Nugraha
Ayi B. S. Anwar
Aris Sirojudin
Ai Nurhalimah
Arni
Cecep Abdillah
Dalha Khadijah
Dede I. Sri Ayu
70
70
90
80
60
70
70
70
90
70
70
80
60
90
80
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Egi Apandi
Heri Heriyanto
Indriani
Muh. Tri Bayu
N. Sinta Sopiah
Nifah Nurlatifah
Ricky C. Anwar
Riani
Reni Susilawati
Ahmad Ridwan
Siti Rokoyah
Yudi Hidayat
Yayan Supyan
Zulfa Nurhasanah
Rusmana
90
70
70
50
70
90
70
70
80
70
80
80
70
60
80
Batas Lulus/KKM 70
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang lulus pada tindakan kedua 26 orang
(87%), tidak lulus 4 orang atau 13%, dengan nilai rata-rata 74.
58
Tabel 4.8
Nilai Kelompok Tindakan Kedua
No Kelompok Nilai Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1
2
3
4
5
6
7
70
60
80
70
80
80
60
Batas Lulus = 70
Jumlah 500
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa baru lima kelompok yang
dinyatakan lulus sesuai dengan batas lulus yang ditentukan.
c. Analisis, Refleksi dan Revisi Pelaksanaan Tindakan Pertama
Dari hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan pertama ini, proses
pembelajaran melalui penerapan metode kerja kelompok masih memiliki sedikit
lagi kekurangan dalam penerapan.
Pengelolaan waktu sudah cukup efektif, dengan memperhatikan alokasi
waktu yang telah ditentukan dalam perencanaan. Aktivitas siswa selama
berlangsungnya kerja kelompok hampir optimal. Aktivitas kelompok mulai
terlihat merata, tinggal beberapa siswa saja yang belum bisa beradaptasi dengan
pole kerja kelompok ini..
Dari segi hasil ada peningkatan yang cukup drastis. Dari jumlah siswa
sebanyak 30 orang, 26 orang di antaranya dinyatakan lulus.
59
3. Tindakan Ketiga
a. Perencanaan
Rancangan pembelajaran pada tindakan ketiga adalah sub pokok bahasan
Kenampakan Alam Buatan Wilayah Indonesia dengan pendekatan kerja
kelompok, dalam tahap perencanaan juga menyiapkan pembentukan kelompok
yang baik agar dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik.
b. Pelaksanaan Tindakan
Setelah siswa dianggap siap menerima materi, guru mulai menyampaikan
materi pelajaran. Pemberian materi pelajaran diikuti pemberian contoh soal dan
latihan soal yang dikerjakan secara kelompok.
Setelah pemberian latihan selesai, guru menutup pelajaran dengan
membuat ringkasan, dilanjutkan dengan memberikan evaluasi yang dikerjakan
oleh kelompok yang harus dikerjakan.
60
Hasil tes akhir dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9
Nilai Tes Akhir Siswa Tindakan Ketiga
No Nama Nilai No Nama Nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Ujang Junaedi M
Ahmad Nasrudin
Encep Supriatna
Ergat Aril
Jajang Supyan
Aan Nurjaman
Ahmad Saepudin
Anjar Nugraha
Ayi B. S. Anwar
Aris Sirojudin
Ai Nurhalimah
Arni
Cecep Abdillah
Dalha Khadijah
Dede I. Sri Ayu
80
70
70
90
80
70
80
70
80
70
80
80
80
70
80
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Egi Apandi
Heri Heriyanto
Indriani
Muh. Tri Bayu
N. Sinta Sopiah
Nifah Nurlatifah
Ricky C. Anwar
Riani
Reni Susilawati
Ahmad Ridwan
Siti Rokoyah
Yudi Hidayat
Yayan Supyan
Zulfa Nurhasanah
Rusmana
70
80
80
70
70
70
80
80
70
90
70
60
80
80
80
Batas Lulus/KKM 70
Berdasarkan tabel diatas, siswa yang dinyatakan lulus pada tindakan ketiga
sebanyak 29 orang (97%), sedangkan siswa yang dinyatakan tidak lulus hanya
satu orang (3%). Dari seluruh nilai siswa diperoleh nilai rata-rata 76.
61
Tabel 4.10
Nilai Kelompok Tindakan Ketiga
No. Kelompok Nilai Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1
2
3
4
5
6
7
70
80
80
70
80
90
80
Batas Lulus = 70
Jumlah 550
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh kelompok dinyatakan lulus
sesuai dengan batas lulus yang ditentukan.
Adapun peningkatan hasil belajar siswa dapat tergambar pada grafik
berikut ini:
Grafik 4.1
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
I II III
Tes Awal Tindakan
Nilai Rata-Rata
Siswa Lulus
Siswa Tidak Lulus
62
C. Pembahasan Hasil Peneliitian
1. Pendekatan Kerja Kelompok
Model pembelajaran dengan pokok bahasan Kenampakan Alam Wilayah
Indonesia dan Kenampakan Alam Buatan Wilayah Indonesia dengan pendekatan
kerja kelompok dapat menjadi alternatif dalam pemecahan yang dialami peserta
didik, guru, maupun sekolah sebagai lembaga. Guru tidak akan mengalami
hambatan dalam menerapkan pendekatan kerja kelompok, hal ini dikarenakan
pendekatan ini sudah begitu akrab dengan para guru. Yang perlu diperhatikan
adalah hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan kelompok itu sendiri.
Melalui pendekatan kerja kelompok aktivitas peserta didik akan bertambah
jika dibanding biasanya dimana guru selalu mendominasi pelajaran dengan
metode ceramah, tetapi dengan metode dengan kerja kelompok peserta didik akan
lebih aktif dan kreatif.
Penggunaan metode kerja kelompok tidak dapat digunakan secara terus
menerus oleh guru dan peserta didik. Pendekatan ini memiliki kolerasi yang nyata
dalam proses pembentukan kerjasama, tampilan, sikap, peran, dan fungsi peserta
didik dalam kelompok, serta pertanggungjawaban atas hasil pekerjaan. Sementara
pokok bahasan Kenampakan Alam Wilayah Indonesia dan Kenampakan Alam
Buatan Wilayah Indonesia yang dikerjakan secara kelompok akan memberikan
pengalaman baru bagi peserta didik.
63
2. Hasil Belajar Siswa
Dengan menggunakan pendekatan kerja kelompok di kelas V SD Negeri 2
Cadassari, terbukti dapat menjadi metode yang efektif dalam proses belajar
mengajar. Dengan pendekatan ini, guru dapat memberikan pengalaman baru
kepada peserta didik tentang keberadaan peserta didik dalam kelompok serta
memberikan korelasi untuk bidang studi lainnya.
Selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode kerja
kelompok di bawah bimbingan guru, peserta didik tanpak aktif. Hasil
pembelajaran yang dicapai dari tindakan pembelajatran pertama sampai ketiga
menunjukan peningkatan. Hal ini menunjukan keberhasilan pembelajaran IPS
dengan metode kerja kelompok. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukan
bahwa semakin baik kinerja guru, maka akan baik hasil belajar peserta didik.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan penelitian pada proses pembelajaran IPS
dengan menggunakan metode kerja kelompok di kelas V SD Negeri 2 Cadassari
yang dilaksanakan sebanyak tiga kali tindakan, dapat disimpulkan bahwa sasaran
menunjukan hasil yang baik, sebagai berikut:
1. Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Cadassari sebelum tindakan
belum mencapai tingkat yang maksimal dalam menyelesaikan soal IPS.
Hanya 6 dari 30 siswa (20%) yang berhasil mencapai batas lulus/KKM.
Sedangkan sisanya 24 siswa (80%) belum dapat mencapai batas lulus.
Nilai rata-rata yang diperoleh hanya 53. Melalui metode kerja kelompok
keaktifan siswa terangsang, juga pembentukan sikap, tanggung jawab,
peningkatan proses sosialisasi, serta pengerjaan soal-soal lebih mudah
dikerjakan dan penggunaan waktu yang relatif efisien.
2. Penggunaan metode kerja kelompok berdampak positif terhadap
peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Hal ini tergambar dari nilai evaluasi yang terus meningkat dari tindakan
pertama sampai tindakan ketiga. Pada tindakan pertama, berhasil diperoleh
nilai rata-rata sebesar 65, dengan 14 siswa (47%) lulus dan 16 siswa (53%)
tidak lulus. Pada tindakan kedua, berhasil diperoleh nilai rata-rata sebesar
74, dengan 26 siswa (87%) lulus dan 4 siswa (13%) tidak lulus. Dan pada
65
tindakan ketiga, berhasil diperoleh nilai rata-rata sebesar 76, dengan 29
siswa (97%) lulus dan 1 siswa (3%) tidak lulus.
3. Hasil belajar siswa untuk bidang studi IPS yang menggunakan metode
kerja kelompok menunjukan peningkatan yang cukup menggembirakan.
Hal ini dapat tergambar dari terus meningkatnya nilai rata-rata hasil
belajar, meningkatnya jumlah siswa yang lulus, serta menurunnya jumlah
siswa yang tidak lulus dari siklus pertama hingga ketiga sebagaimana telah
disebutkan di atas.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam rangka perbaikan tindakan proses
belajar mengajar serta peningkatan prestasi belajar IPS, khususnya pokok bahasan
Kenampakan Alam Wilayah Indonesia dan Kenampakan Alam Buatan Wilayah
Indonesia dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Bagi Guru Sekolah Dasar
Guru hendaknya terus mengembangkan kemampuan diri serta menyerap
informasi berbagai model pembelajaran yang banyak dikembangkan oleh
para ahli, salah satunya adalah metode kerja kelompok. Selain itu guru pun
harus bijaksana dalam memahami tingkat berfikir siswa.
2. Bagi Kepala Sekolah
Dukungan dan perhatian dari kepala sekolah terhadap tugas mengajar guru
di depan kelas sangat dibutuhkan. Memberi motivasi dan saran-saran
kepada guru untuk membuat dan menggunakan berbagai pendekatan,
66
dengan asumsi setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Dengan demikian diharapkan dapat memperkecil hambatan peserta didik
dalam memahami suatu materi pembelajaran.
3. Bagi Pengelola Pendidikan.
Penggunaan metode kerja kelompok dapat memberikan daya dukung
terhadap pelaksanaan pendidikan yang lebih menekankan pada penguasaan
kompetensi. Untuk hal tersebut perlu ada pemikiran untuk meningkatkan upaya
fasilitasi pendidikan dari pemerintah guna meningkatkan kemampuan
profesionalisme guru.
67
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
_______. (2003). Laporan Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Duncan, Tom. (2005). Principles of Advertising & IMC. Mc.Graw-Hill.
Ibrahim,. Nana Syaodih. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Pusat
Perbukuan Depdikbud dan PT. Rineka Cipta.
Kasbuloh, K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud Dirjen
Perguruan Tinggi Proyek PGSD
Ma’mun, A. Syamsudin. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Marliani, Linda. (2009). Penerapan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran IPA di
SD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Cahaya. Skripsi
S1 UPI-Purwakarta: tidak diterbitkan.
Moedjono dan Dimyati. (1993). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
_______. (1999), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Panium., Suparyanti, N., Kartikawati, E. (1992). Psikologi Perkembangan Modul
1-6. Jakarta: Universitas Terbuka
Pratomo, S. (2006). Pendidikan Lingkungan untuk Sekolah Dasar. Bandung:
Sonagar Press
Robbins, Stephen P. (2007). Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat.
Sagala, S. (2007). Pengajaran Metode-metode Penelitian. Bandung: Alfabet
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (1997). Pengembangan Kurikulum; Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
_______. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sumiati. (2008). Metode Pembelajaran. Banduing: Wacana Prima.
68
Supartini. (2008). Hubungan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa di SMK
Al-Hidayah 1 Jakarta Selatan. Skripsi Sarjana Pendidikan STKIP
Purnama Jakarta: Tidak diterbitkan.
Surya, Hendra. (2004). Kiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta:
Gramedia.
Sutikno, M. S., (2008). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Tu’u, Tulus. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: BP. Panca Usaha
Usman, Uzer., Lilis S. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winataputra, Udin S. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka
Wahyudin, Dinn. (2008). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
LAMPIRAN-LAMPIRAN