BUKU DATA
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KABUPATEN ALOR
TAHUN 2011
PEMERINTAH KABUPATEN ALOR
BUKU DATA
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
KABUPATEN ALOR
TAHUN 2012
PEMERINTAH KABUPATEN ALOR
PROVINSI NTT
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page II
DAFTAR ISI
Kata Pengantar . I
Daftar Isi . II
Daftar Tabel . III
Daftar Gambar . IV
Bab I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
A. Lahan dan Hutan .. 3
B. Keanekaragaman Hayati .. 7
C. Air .. 17
D. Udara .. 19
E. Laut, Pesisir dan Pantai .. 20
F. Iklim .. 21
G. Bencana Alam .. 22
Bab II. TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
A. Kependudukan . 30
B. Pemukiman . 30
C. Kesehatan . 34
D. Pertanian . 36
E. Industri . 38
F. Pertambangan . 38
G. Energi . 39
H. Transportasi . 40
I. Pariwisata . 40
J. Limbah B3 . 51
Bab III. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
A. Rehabilitasi Lingkungan .. 53
B. Amdal .. 55
C. Penegakkan Hukum .. 56
D. Peran Serta Masyarakat .. 60
E. Kelembagaan 64
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page III
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar Jenis Satwa Liar yang dilindungi di Kabupatem Alor ... 8
2. Jenis Satwa Liar yang tidak Dilindungi ............... 11
3. Ternak (Satwa Hasil Budidaya) ...... 12
4. Jenis Tumbuhan Asli (Tumbuhan Budidaya) yang tidak dilindungi .... 13
5. Daftar Jenis Tumbuhan Di Tuti Adagae
dan Desa Kamot (Bahasa Kolana) .... 14
6. Pemantauan Kualitas Udara Di Kabupaten Alor ... .. 20
7. Jenis Penyakit yang Diderita Di Kabupaten Alor ..... 36
8. Populasi Ternak Menurut Jenisnya Di Kabupaten Alor ....... 38
9. Potensi dan Informasi Peluang Investasi Sektor Pertambangan
Di Kabupaten Alor ....... 39
10. Data Potensi Obyek Wisata ......... 41
11. Kearifan Lokal/Tradisional .......... 63
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page IV
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Perkampungan Tradisional Takpala ........... 45
2. Pantai Mali yang Memiliki Panorama Indah Dengan Pasir Putih ... 46
3. Wisata Bahari Di Pulau Kepa ...... 47
4. Pemandangan Pantai Maritaing 48
5. Sumber Air Panas Tuti Adagae 48
6. Wisata Bawah Laut Selat Pantar ...... .. 49
7. Tenunan Ikat 50
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012
B U K U I
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 1
BAB I
KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung
dari pengelolaan lingkungan hidup yang nir-etik. Artinya, manusia melakukan pengelolaan
sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis
moral. Umat manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-
norma yang seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia
modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan hati nurani. Alam begitu saja
dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi penurunan secara drastis
kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti
pula penurunan kualitas alam. Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat
sebagai masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Pengelolaan
lingkungan hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan,
dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada
TuhanYang Maha Esa.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan
terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke dalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.
Sasaran pengelolaan lingkungan hidup sebagai berikut; pertama, tercapainya keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup. Kedua, terwujudnya
manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak
melindungi dan membina lingkungan hidup. Ketiga, terjaminnya kepentingan generasi masa
kini dan generasi masa depan. Keempat, tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Kelima, terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana. Keenam, terlindunginya
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 2
NKRI terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Dari sinilah jelas bahwa: setiap warga negara atau masyarakat tentunya mempunyai hak yang
sama atas pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup yang baik dan sehat. Sehingga,
setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup.
Selain mempunyai hak, setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan sekaligus perusakan lingkungan
hidup.
Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya untuk terus menjaga
kelestarian secara bersinergi bagi semua pihak. Baik dari perwujudan kebijakan pemerintah
dan didukung oleh seluruh komponen masyarakat. Jika pemerintah mampu memberikan
kebijakan yang berpihak terhadap kelestarian lingkungan, maka dengan sendirinya
masyarakat juga akan mengikuti dan bahwa mendorong terwujudnya lingkungan yang lestari
dan kenyamanan.
Realitas memperlihatkan kondisi lingkungan hidup sudah mencapai tingkat yang
memprihatinkan dengan kecenderungan yang terus menurun. Salah satu data yang dapat
dijadikan rujukan yakni menggunakan brown indicator yakni Jumlah emisi karbondioksida
(CO2) (metrik ton). Konsentrasi CO
2 mengambarkan informasi tentang perubahan iklim. Gas
rumah kaca (GRK) antara lain CO2, metan, dan CFC yang dihasilkan oleh kegiatan manusia
(antropogenik), dalam konsentrasi yang berlebihan di lapisan biosfer memicu terjadinya
pemanasan global dan selanjutnya mengakibatkan perubahan iklim. Emisi GRK dinyatakan
dalam konsentrasi CO2 atau CO
2-equivalent.
Penyebab lain kondisi lingkungan hidup sudah mencapai tingkat yang memprihatinkan
dengan kecenderungan yang terus menurun adalah, karena pada tingkat pengambilan
keputusan, kepentingan pelestarian sering diabaikan. Hal ini terjadi mengingat kelemahan
kekuatan politik dari pihak-pihak yang menyadari pentingnya pengelolaan lingkungan hidup.
Seperti diketahui, pada saat ini perjuangan untuk melestarikan lingkungan hanya didukung
sekelompok kecil kelas menengah yang kurang mempunyai kekuatan politik dalam
pengambilan keputusan. Seperti kelompok kelompok peduli lingkungan, LSM, individu
individu yang aktif dalam pelestarian lingkungan dan kritis terhadap kebijakan- kebijakan
yang merugikan lingkungan, serta kalangan akademisi.
Orientasi hidup manusia modern yang cenderung materialistik dan hedonistik juga sangat
berpengaruh. Kesalahan cara pandang atau pemahaman manusia tentang sistem
lingkungannya, mempunyai andil yang sangat besar terhadap terjadinya kerusakan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 3
lingkungan yang terjadi dunia saat ini. Cara pandang dikhotomis yang dipengaruhi oleh
paham antroposentrisme yang memandang bahwa alam merupakan bagian terpisah dari
manusia dan bahwa manusia adalah pusat dari sistem alam mempunyai peran besar terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan. Cara pandang demikian telah melahirkan perilaku yang
eksploitatif dan tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungannya. Disamping itu paham materialisme, kapitalisme dan pragmatisme dengan
kendaraan sain dan teknologi telah ikut pula mempercepat dan memperburuk kerusakan
lingkungan baik dalam lingkup global maupun lokal, termasuk di negara kita.
Untuk keluar dari suatu dilema persoalan terutama masalah etika lingkungan hidup,
diperlukan pijakan keyakinan yang dapat mengarahkan secara utuh.
Upaya mengatasi krisis lingkungan, secara etis, harus melibatkan berbagai landasan etis yang
memang benar-benar memposisikan manusia dan alam sama-sama derajatnya, baik dalam
ketinggiannya (biosentrisme dan ekosentrisme), maupun dalam kerendahannya (etika
kepedulian) sekaligus membingkainya dengan etika bersama yang mengikat secara
transenden.
A. Lahan dan Hutan
Hubungan saling ketergantungan manusia dengan sumberdaya hutan berlangsung
sejak awal peradaban, karena hutan merupakan sumber bahan kebutuhan dasar manusia
seperti air, energi, makanan, udara dan perlindungan. Untuk masyarakat desa terutama
yang bermukim di sekitar hutan, hubungan tersebut terus berlangsung sampai saat ini,
pada masyarakat kota walaupun tidak langsung, salain ketergantungan tersebut tetap
berlaku dalam bentuk dan intensitas yang berbeda.
Nilai fungsi dan manfaat hutan salah satunya adalah sebagai kawasan konservasi bagi
kesejahteraan manusia, itu sangat komplek karena tidak hanya ditentukan dari nilai
faktor faktor biologi dan ekonomi, melainkan mencakup sosial dan politik. Dengan kata
lain sangat tergantung pada aturan dan menajemen yang berlaku atau oleh kelembagaan
yang dibangun untuk mengelola sumberdaya kawasan konservasi tersebut.
Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap usaha pelestarian, disebabkan
nilai ekonomi pelestarian berjangka panjang dan merupakan proses pembangunan
kehutanan berkelanjutan. Oleh karena itu dalam pengelolaan kawasan pelestarian alam
sebaiknya diberikan insentif ekonomi kepada masyarakat sekitar hutan untuk
memadukan antara usaha pelestarian dan pembangunan wilayah di sekitar hutan
kawasan.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 4
Kabupaten Alor memiliki beberapa potensi sumber daya hutan yang tersebar
dibeberapa wilayah kabupten, diantaranya :
1. Kawasan Konservasi (in-situ)
Taman Wisata Tuti Adagae di Desa Kamot-Kecamatan Alor Timur Laut
Taman Wisata Alam Pulau Rusa di Kecamatan Pantar Barat Laut
Taman Wisata Alam Pulau Batang dan Pulau Lapang di Kecamatan Pantar Barat
2. Kawasan Konservasi (ex-situ)
Penangkaran Rusa di Desa Nurbenlelang Kecamatan Alor Tengah Utara dan
penangkaran Rusa oleh masyarakat yang tersebar di beberapa kecamatan.
3. Hutan Lindung
Kawasan Hutan Omtel di Kecamatan Alor Barat Laut (Register Tanah Kehutanan
1).
Hutan Gunung Besar di Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Timur,
Kecamatan Alor Timur Laut dan Kecamatan Alor Selatan (Register Tanah
Kehutanan 2).
Hutan Wasbila di Kecamatan Pantar Barat dan Pantar Barat Laut (Register Tanah
Kehutanan 3).
Hutan Sirung Lalang Gasar di Kecamatan Pantar Tengah (Register Tanah
Kehutanan 4).
Hutan Lindung di Kecamatan Pulau Pura (Register Tanah Kehutanan 5).
Hutan Mangrove di Pulau Lapang; sebagai daerah wisata (Register Tanah
Kehutanan 6).
Daerah wisata Pulau Batang (Register Tanah Kehutanan 7).
Pulau Rusa sebagai daerah perlindungan satwa (Register Tanah Kehutanan 8).
Terdapat beberapa program dan kegiatan terkait dengan konservasi hutan dan lahan
yang ada diwilayah Kabupaten Alor, diantaranya :
1. Pengembangan Hutan Tanaman di Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Barat
Laut dan Kecamatan Pantar Tengah.
2. Rehabilitasi Sumber Mata Air di Desa Lendola
3. Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu di Kecamatan Alor Timur dan Kecamatan
Pantar Tengah.
Ekosistem hutan mempunyai peran yang sangat penting dalam menopang
kehidupan di bumi kita dan keberadaan hutan ini sangat menentukan keseimbangan
ekosistem lainnya. Fungsi strategis hutan memberikan perlindungan terhadap kestabilan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 5
tanah menciptakan iklim lokal, hidrologi tanah dan efisiensi siklus hara diantara tanah
dan vegetasi. Hutan juga berfungsi sebagai pengatur tata air (hidro-orologi) mulai dari
presipitasi dalam bentuk hujan sampai pada penguapan (evaporasi), selain itu hutan juga
dapat menyerap karbon dioksida (CO2) di atmosfer sehingga mengurangi pemanasan
global dan menjadi habitat (tempat hidup) bagi berbagai jenis flora dan fauna.
Berdasarkan fungsinya hutan terdiri dari Hutan Lindung (HL), Hutan Suaka Alam
(HSA), Taman Buru, Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) serta
Hutan Konservasi (Cagar Alam dan kawasan Pelestarian Alam).
Hutan Lindung (HL) adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
pelindung sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.
Kriteria Kawasan Hutan Lindung adalah :
a. Kawasan hutan dengan faktor faktor kelerengan lapangan, jenis tanah, curah
hujan yang memiliki skor lebih dari 175 dan atau ;
b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 % atau lebih ;
c. Kawasan hutan mempunyai ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut atau
lebih.
Kawasan Suaka Alam (KSA) adalah kawasan dengan ciri khas tetentu, baik didarat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai
wilayah penyangga kehidupan.
Kawasan ini terdiri dari Cagar Alam dan Suaka Margasatwa.
Kawasan Pelestarian Alam (KPA) adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik
didarat maupun perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan
pelestarian ini terdiri dari :
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
Hutan Produksi Tetap (HP) adalah kawasan hutan yang telah ditetapkan
peruntukannya untuk memproduksi hasil hutan dan hasil hutan ikutan, untuk
memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pembangunan,
industri dan ekspor.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 6
Hutan Produksi Terbatas (HPT) adalah kawasan hutan produksi yang karena kondisi
geomorfologi dan struktur tanahnya hanya dieksploitasi dengan sistem Silvikultur
Tebang Pilih.
Hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) adalah kawasan hutan produksi yang
dapat diubah peruntukannya untuk kebutuhan perluasan pembangunan wilayah diluar
bidang kehutanan seperti : Transmigrasi, Perkebunan, Pertanian, Industri, Pemukiman
dll.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian
sumberdaya alam melalui partisipasi masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar
hutan telah diwujudkan dalam program perhutanan sosial (Social Forestry). Perhutani
adalah salah satu pelopor yang sejak lama sudah berupaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan melalui pembangunan hutan tanaman dengan mengembangkan
berbagai program kegiatan seperti Prosperity Approach sejak 1972.
Secara keseluruhan laporan yang akan dikembangkan merupakan penggambaran kondisi
sumberdaya alam yang didasarkan pada konsep state pressure response (SPR) yang
terdiri dari tiga unsur utama yang akan dianalisis, yaitu:
Indikator kondisi lingkungan (state); Indikator ini menggambarkan kualitas dan
kuantitas sumberdaya alam dan lingkungan yang dibuat untuk menggambarkan
situasi, kondisi dan pengembangannya di masa yang akan datang.
Indikator tekanan terhadap lingkungan (pressure); Indikator ini menggambarkan
tekanan dari kegiatan manusia terhadap lingkungan termasuk kualitas dan kuantitas
sumberdaya alam.
Indikator respon (response); Indikator ini menunjukkan tingkat kepedulian
stakeholders terhadap perubahan lingkungan yang terjadi, baik dari kalangan
pemerintah, industri, LSM, lembaga penelitian, maupun masyarakat umum.
Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan
dan lahan, yang ditempatkan pada kerangka daerah aliran sungai. Rehabilitasi
mengambil posisi untuk mengisi kesenjangan ketika sistem perlindungan tidak dapat
mengimbangi hasil sitem budidaya hutan dan lahan, sehingga terjadi deforestasi dan
degredasi fungsi hutan dan lahan.
Rehabilitasi hutan dan lahan dapat diimplemntasikan pada semua kawasan hutan
kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional. Sistem RHL dicirikan oleh komponen
sebagai berikut:
1. komponen obyek rehabilitasi hutan dan lahan;
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 7
2. komponen teknologi;
3. komponen institusi.
Sistem RHL merupakan sistem yang terbuka, yang melibatkan para pihak yang
berkepentingan dengan penggunaan hutan dan lahan. Dengan demikian pada prinsipnya
RHL, diselenggarakan atas inisiatif bersama para pihak. Ini berbeda dengan
penyelenggaraan RHL, selalu melalui inisiatif pemerintah dan menjadi beban
tanggungan pemerintah. Dengan kata lain, ke depannya RHL dilaksanakan oleh
masyarakat dengan kekuatan utama dari masyarakat sendiri. Prinsip-prinsip
penyelenggaraan RHL secara lebih deskriptif disajikan pada Pola Umum RHL
Sumber daya manusia adalah semua potensi yang berhubungan dengan data
kependudukan yang dimiliki oleh Negara atau daerah yang dapat dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia/penduduk merupakan sumber daya
terpenting dalam suatu negara atau daerah. Sumber daya manusia harus memadai, baik
dilihat dari segi kuantitas maupun segi kualitas. Segi kuantitas bersangkut paut dengan
jumlah, kepadatan, dan mobilitas penduduk. Sedangkan kualitas terutama dilihat dari
beberapa aspek, seperti tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan kuantitas tenaga kerja
yang tersedia.
B. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup
(organisme) penghuni biosfer.
Keanekaragaman hayati disebut juga Biodiversitas. Keanekaragaman atau
keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan
warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.
Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya
persamaan ciri antara makhluk hidup. Untuk memahami konsep keseragaman dan
keberagaman makhluk hidup maka akan menjumpai bermacam-macam tumbuhan
dan hewan.
Dari hasil pengamatan atau observasi telah ditemukan adanya keseragaman dan
keberagaman pada makhluk hidup.
1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
2. Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 8
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau
hewan, anda dapat mengamati, antara lain ciri-ciri fisiknya.
3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem
Jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi (PP No.7/1999)
a. Tumbuhan
1. Kenari (Canarium Comune)
2. Mangga Kelapa (Mangifera)
b. Satwa
Terdapat 53 jenis satwa liar yang dilindungi di Kabupaten Alor yang
diklasifikasikan dalam kelompok Aves, Mamalia, Reptilia, Insecta, Mollusca dan
Pisces. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Daftar Jenis Satwa Liar yang dilindungi di Kabupaten Alor
No Nama Nama Ilmiah Permasalahan Upaya
Konservasi
1 2 3 4 5
I. AVES
1. Kakatua Kecil Jambul Kuning Cacatum Sulphurea Perburuan Liar
Tahap
Himbauan
2. Beo Gracula Religiosa
Venerate
3. Elang Tiram Pandion haliaetus
4. Elang Bondol Haliastur Indus
5. Tuwur Asia Eudynamis Scolopacea
6. Elang Laut Perut Putih Haliactus Leukogaster
7. Elang Alap Coklat Accipiter Fasciatur
8. Elang Alap Kelabu Accipiter
Novaehollandiae
9. Elang Tikus Elanus Caeruleus
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 9
No Nama Nama Ilmiah Permasalahan Upaya
Konservasi
1 2 3 4 5
10. Alap-alap Sapi Falco Moluccensis Perburuan Liar
Tahap
Himbauan
11. Alap-alap Australia Falco Longipennis
12. Gosong Megapodius
Reintwardtii
13. Srigunting Walacea Dierurus Densus
14. Koakiu/Cicikua Tanduk Philemon Buceroides
15. Kipasan Dada Hitam Rhipidura Rufifrons
23. Isap Madu Australia Lichmera Indistincta
24. Kuntul Karang Egretta Sacra
25. Kuntul Kerbau Bubulcus Ibis
26. Dara Laut Biasa Sterna Hirundo
27. Dara Laut Kaspia Hydroprogne Caspia
28. Dara Laut Jambul Sterna Bergii
II. MAMALIA
1. Rusa Cervus Timorensis
Perburuan Liar
Tahap
Himbauan
2. Paus Cetacea
3. Lumba-lumba Air Laut Dolphinidae
4. Duyung Dugong dugong
III. REPTILIA
1. Penyu Hijau Dhelonia Midas Perburuan Liar Tahap
himbauan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 10
Sumber : Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II Kab. Alor
Di Kabupaten Alor, terdapat 33 jenis satwa liar yang tidak dilindungi dalam
kelompok Aves, namun pemerintah mengupayakan sosialisasi kepada masyarakat untuk
No Nama Nama Ilmiah Permasalahan Upaya
Konservasi
2. Penyu Sisik Erectmohelis Imbricate Perburuan Liar Tahap
himbauan 3. Sanca Timor Pyton Timorensis
4. Biawak Timor Varanus Timorensis
IV. INSECTA
1. Kupu Raja Plato Troides Plato
Perburuan Liar
Tahap
himbauan 2. Kupu Raja Halena Troides Halena
3. Kupu Raja Haliform Troides Haliform
V. MOLLUSCA
1. Kepala Kambing Cassis Cornuta Perburuan Liar
Tahap
himbauan
2. Teroka, Susu Bundar (Batu
Lola)
Tochus Niloticus
3. Batu Laga (Siput Hijau) Turbo Marmoratus
4. Nautilus Berongga Nautilus Pompilus
5. Akar Bahar Anthipates SP
6. Kima Besar Tridacna Maxima
7. Kima Raksasa Tridacna Gigas
8. Kima Sisik Tridacna Squamosa
9. Kima Kunia Tridacna Crocea
10. Kima Selatan Tridacna Derasa
VI. PISCES
1. Pari Sentani Pritish SP Tahap
himbauan
Tahap
himbauan 2. Hiu Sentani Pritish SP
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 11
melindungi satwa tersebut agar tidak punah. Adapun ke-33 jenis satwa liar tersebut dapat
dilihat dalam tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Jenis Satwa Liar yang tidak Dilindungi
No.
Nama
Nama Ilmiah
Kuota
(tahun
terakhir)
Upaya Konservasi
1 2 3 4 5
1. Delimukan Jambrud Chalcophaps Indica 2009 Sosialisasi pada
masyarakat untuk
melindungi satwa
2. Cabak Kota Caprimulgus Affinis
3. Gelatik Batu Kelabu Parus Major
4. Dece Belang Saxicola Caprata
5. Remetuk Laut Gerygone Surphurea
6. Kehicap Ranting Hypothimis Azurea
7. Kaca Mata Limau Zosterops Citrinellus
8. Pergam Hijau Ducula Aenea
9. Tiong Lampu Dollardbord Eurysto Orien
10. Tuwur Asia Eudynamis Scolapacea
11. Kokokan Laut Butorides Striatus
12 Gajahan Pengala Numenius Phaeopus
13. Trinil Pantai Actitis Phaeopus
14. Walik Putih Ptilinopus Cinctus Everetti
15. Walet Sapi Collokalia Esculenta Perneglecta
16. Pelatuk Picoides Moluccensis Grandis
17. Seriwang Asia Tersiphone Paradisi
18. Kehicap Kaca Mata Monarcha Trivirgatus
19. Kipasan Dada Hitam Rhipidura Rufifrons Semicollaris
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 12
No.
Nama
Nama Ilmiah
Kuota
(tahun
terakhir)
Upaya Konservasi
1 2 3 4 5
20. Kancilan Emas Pachycephala 2009 Sosialisasi pada
masyarakat untuk
melindungi satwa
21. Kekep Babi Artamus Leucorhynchosal
22. Bondol Taruk Lonchua Molluca
23. Layang-layang Hirunda sp.
24. Kirik-kirik Australia Merops Ornatus
25. Merpati Hutan Columba Livia
26. Parkit Timor Trichoglossus Haematodus
Forsteni
27. Ayam Hutam Hijau Gallus Varius
28. Pergam Treron Cavirostris
29. Perkutut Loreng Geopilia Maugei
31. Kepudang Kuduk
Hitam
Oriolus Cinensis
32. Gagak Corvus sp.
33. Pipit Lonchura sp.
Sumber : Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II, Kab. Alor
Terdapat 6 Jenis ternak (satwa budidaya) dan 10 jenis tumbuhan lokal
(budidaya) di Kabupaten Alor. Adanya jenis ternaknya adalah Kambing, Babi, Sapi Bali,
Ayam Buras, Rusa Alor dan Entok/Bebek dengan nilai jual dari Rp. 40.000 Rp.
3.500.000, sedangkan jenis tumbuhannya memiliki kisaran harga dari Rp. 2.250 Rp.
60.000. Untuk lebih jelasnya dapat ditunjukkan pada tabel 3 dan tabel 4 berikut dibawah
ini.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 13
Tabel 3. Ternak (satwa hasil budidaya)
No. Nama Nama Ilmiah Varietas Nilai Jual
(tahun terakhir)
1. Kambing Capra Prisca Lokal Rp. 800.000,-
2. Babi Sus Verrucoscus Lokal Rp. 1.400.000,-
3. Sapi Bali Bos Sandaicus Asli Indonesia Rp. 3.500.000,-
4. Ayam Buras Gallas Varius Lokal Rp. 50.000,-
5. Rusa Alor Cervus Timorensis Lokal Rp. 800.000,-
6. Entok/Bebek Cainna Moschata Asli Indonesia Rp. 40.000,-
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Alor, 2011
Tabel 4 . Jenis Tumbuhan Asli (tumbuhan budidaya) yang tidak dilindungi
No. Nama Nama Ilmiah Nilai Jual
(tahun terakhir)
1. Jambu Mente Anacardium Ocidentale Rp. 12.100,-
2. Kemiri Aleurites Mollucana Rp. 6.500,-
3. Kesambi Scahalaleichera Oleosa Rp. 17.500,-
4. Kenari Canarium Indicum, L Rp. 20.000,-
5. Pinang Areca Catecu Rp. 9.500,-
6. Mahoni Saetenia Macrophilla Rp. 60.000,-
7. Jati Tectona Grandis Rp. 12.500,-
8. Gamelina Gamelina Arborea Rp. 12.500,-
9. Asam Tamarindus Indica Rp. 2.250,-
10. Kopi Rp. 20.750,-
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Alor, 2011
Kecamatan Alor Timur Laut adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Alor, di
mana penduduk kecamatan ini memiliki bahasa tersendiri yaitu Bahasa Kamot. Desa
Air Mancur terletak di Kecamatan Alor Timur Laut.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 14
Di Desa ini terdapat sebuah tempat yang bernama Tuti Adagae yang memiliki 65
jenis tanaman dari jenis yang berbeda. Tabel 5 menunjukan klasifikasi dari ke-65
jenis tanaman tersebut.
Tabel 5. Daftar Jenis Tumbuhan Di Tuti Adagae dan Desa Kamot
No. Nama Ilmiah Suku Nama Daerah Keterangan
1. Schleichera Oleosa (Lor)
Oken
Sapindaceae Kusambi Nectar dihisap Nuri
Buah dimakan manusaia
2. Alstonia Scholaris (L) R.Br Apocynaceae Taduk Kayu bahan bangunan
3. Inocarpus Fagiferus
(Parkinson) Fosb.
Fabaceae Kayang Buah dimakan manusia
4. Drypetes Neglecta (Kds)
Pax & K. Hoffa
Euphorbiceae Kayu Merah -
5. Canarium Commune
Auct.Non L. Bursareceae Kanal Buah dimakan Kakatua
6. Schsfflera sp. Araliaceae - Nectar dihisap burung siap madu
7. Ficus fariegata Bl. Moraceae Pohon Lilin Buah dimakan Kelelawar
8. Flagellaria Indica L. Flagellariaceae - -
9. Scleria Levis Rezt Cyperaceae - Biji dimakan Pipit
10. Naucle Orientalis L. Rubiaceae Jati Hutan Buah dimakan Kelelawar
11. Mucuna Diabolica
Back.ExhHeyne
Fabaceae Lelahanak Buah meneyebabkan gatal pada
kulit
12. Cycas Circinalis L. Cycadaceae Pohon Korma Buah dapat dimakan melalui
perlakuan khusus
13. Eugenia Javanica Lmk. Myrtaceae Jambu Air Buah dimakan Nuri
14. Drypetes Longifolia (BI)
Pax & K.Hoffa
Euphorbiaceae Iwing Deh -
15. Eauhinia Tomentosa L. Fabaceae - Tempat bertengger Nuri Buah
dapat dimakan
16. Albizia sp. Fabaceae Kayu Wangi -
17. Barringtonia Racemosa
(L.) Spreng
Lecythidaceae Ketapang Air Nectar diisap Nuri
18. Magnifera Laurina Bl. Anacardiaceae Mangga
Hutan
Kayu untuk bangunan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 15
No. Nama Ilmiah Suku Nama Daerah Keterangan
19. Albizia Lebbeck (L) Bth. Fabaceae Sengon Kayu untuk bangungan
20. Sterculia Foetida L. Sterculiaceae Nitas -
21. Ficus Benjamin L. Moraceae Sameboy Buah dimakan Kelelawar
22. Cerbera Manghas L. Apocynaceae Boot -
24. Ficus Ampelas Burm.f. Moraceae Sapabli Buah dimakan Kelelawar
25. Blumea Lacera (Burm.f.)
DC
Asteraceae - -
26. Thespesia Populnea (L.)
Solver Corr.
Malvaceae Kayu Tali Dapat dibuat tali
27. Sesebania Grandiflora (L.)
Pers
Fabaceae Gala-gala Tanaman Penghijauan
28. Terminalia Catappa L. Combretaceae Katapang Laut -
29. Morindra Citrafolia L. Rubiaceae Sorbot Obat sakit dalam, sakit pinggang
dan malaria
30. Citrum Maxima (Burm.f.)
Merr
Rutaceae Mure Ditanam dan dimakan
31. Strychnos Lucida R.Br. Loganiaceae Kayu Ular Buah dimakan pergam dan obat
malaria
32. Tamarindus Indica L. Fabaceae Pina Tanaman Perdagangan
33. Anacardium Occidentale
L.
Anacardiaceae Jambu Mete Tanaman Perdagangan
34. Tectona Grandis L. Verbenaceae Jati Tanaman Penghijauan
35. Jatroba Curcas L. Euphorbiaceae Paring Buah dimakan burung Pergam
36. Eucalyptus Alba
Reinw.Ex.Bl
Myrtaceae Pei Bata Bahan bangunan, kayu bakar
tempat bersarang Nuri
37. Moringa Oleifera Lmk. Fabaceae Morungga Tanaman Penghijauan
38. Borassus Flabelliper L. Arecaceae Tuak Buah dimakan Kakatua
39. Bambusa sp. Poaceae Kuh -
40. Eupatorium Odoratus L. Asteraceae Rumput
Golkar
Dominan
41. Cocos Nucifera L. Arecaceae Watei Dikonsumsi
42. Mangifera Indica L. Anacardiceae Wai Dikonsumsi
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 16
No. Nama Ilmiah Suku Nama Daerah Keterangan
43. Bombax Ceiba L. Bombacaceae Kepoh Hutan Nuri isap Nektarnya
44. Ananas Comosus (L.) Merr Bromeliaceae Tanamah Dikonsumsi
45. Bougainville Spectabillis
Wild
Nyctaginaceae Bunga Kertas Tanaman hias
46. Musa Peradisiaca L. Musaceae Mou Dikonsumsi
47. Zizyphus Jujuba Auct. Non
Lamk.
Rhamnaceae Bidara Buah dimakan Nuri
Tanaman Penghijauan
48. Leucaena Leucocephala
(Lmk) De Wit
Fabaceae Lamtoro -
49. Caparis Sepiria L. Capparidaceae - -
50. Pleomele Angustifolia
(Roxb.)N.E.Br
Liliaceae Belat -
51. Eugenia sp. Myrtaceae Sek Monteu -
52. Arenga Pinata (Wurab)
Merr.
Arecaceae Tobata Tanaman Perdagangan
53. Aleurites Moluccana (L.)
Wild
Euphorbiaceae Waile Bahan pintal benang
54. Gossyypium Hirsutum L. Malvaceae Kase Daun balut luka
55. Areca Catechu L. Arecaceae
56. Artocarpus Communis J.R.
& G. Forst
Moracaceae Lopore Dikonsumsi
57. Artocarpus Integer
(Thunb.) Merr.
Moracaceae Ton Dikonsumsi
58. Imperata Cylindrica L. Poaceae Amung Dominan
59. Euphoria Longan (Lour.)
Steud
Sapindaceae - -
60. Oryza Sativa L. Poaceae E Ditanam
61. Vigna Unguiculata (L.)
Walp
Eabaceae Tan Lapang Ditanam
62. Ceiba Petandra (L.) Gaertn Bombacaceae Kapok Nectar diisap Nuri
63. Dysoxylum Acutangulum
Miq
Meliaceae - -
64. Ficus Variegata Bl. Moracaceae Pohon Lilin Buah dimakan Kelelawar
65. Ficus Racemosa L. Forst Moracaceae Ara Buah dimakan Kelelawar
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 17
C. Air
Air adalah materi essensial di dalam kehidupan, tidak ada satupun makhluk hidup
didunia ini yang tidak membutuhkan air. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu
atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu.
Sedangkan kuantitas menyangkut jumlah yang dibutuhkan manusia dalam kegiatan
tertentu.
Ditinjau dari segi kualitas, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar air
tersebut layak untuk dikonsumsi. Adapun persyaratan kualitas air yang harus dipenuhi
adalah :
1. Persyaratan Fisik Air
Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah liat.
Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.
Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
Rasanya berwarna
Secara fisik, air biasa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit
atau asin menunjukkan air tersebut tidak baik.
Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air,
sedangkan rasa asam disebabkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat.
Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami
dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
Temperatur Normal
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan
zat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Tidak mengandung zat padatan
Air minum mengandung zat padatan yang terapung didalam air.
2. Persyaratan Kimia Air
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun.
pH (Derajat Keasaman)
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 18
Penting dalan proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya
disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama Karbondioksida.
Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpanan standar
kualitas air minum dalam pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan
tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang
sangat mengganggu kesehatan.
Kesadahan
Kesadahan ada 2 macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahan non Karbonat
(permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan Kalsium dan Magnesium
juga Natrium Bikarbonat yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga
mendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan non Karbonat
(permanen) disebabkan oleh Sulfat dan Karbonat, Chlorida dan Nitrat dari
Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan Aluminium. Konsentrasi Kalsium
dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit
tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat
menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil
Magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam
jumlah yang lebih besar sekitar 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual.
Besi
Air yang mengandung banyak Besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa
logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari
metal.
Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan induk
yang banyak ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung di
dalam air adalah 1,0 mg/l.
Aluminium
Batas maksimal yang terkandung di dalam air menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No. 82/2001 yaitu 0,2 mg/l. Air banyak mengandung Aluminium
menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi.
Zat Organik
Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara makanan
maupun sumber energy lainnya bagi flora dan fauna yang hidup diperairan.
Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 19
yang keras pada alat merebus air (panic/ketel) selain mengakibatkan bau dan
korosi pada pipa.
Nitrat dan Nitrit
Pencemaran air dari Nitrat dan Nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat
dapat terjadi baik dari NO2 atmosfir maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan
dan dari Oksigen NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter.
Chlorida
Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Chlorida dalam
jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan
berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa
air.
Zink atau Zn
Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l. Penyimpangan
terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet dan rasa mual. Dalam
jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena
kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.
3. Persyaratan Mikrobiologis
Tidak mengandung bakteri pathogen, misalnya : bakteri pathogen coli;
Salmonella typhi, Vibrio Cholera dan lain-lain.
Tidak mengandung bakteri non pathogen seperti : Actinomycetes, Phytoplankton
Coliform, Cladocera dan lain-lain.
Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu system
penyediaan air bersih, karenan tanpa air maka suatu system peneyediaan air tidak
akan berfungsi.
Macam-macam sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air minum
sebagai berikut: air laut, air atmosfer, air permukaan; (air hujan, air sungai dan air
rawa), air tanah dan mata air.
D. Udara
Pemantauan kualitas udara di Kabupaten Alor dilakukan di lima lokasi yaitu
Kalabahi, Moru, Fanating, Kabir dan Baranusa termasuk dalam kategori lingkungan
baik, karena bahan pencemar yang terukur masih di bawah nilai baku mutu udara
ambient berdasarkan Kepmen KLH No. 13/MENKLH/1995 tentang Pedoman Baku
Mutu Udara Ambien. Sedangkan tingkat kebisingan masih dibawah baku mutu
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 20
berdasarkan Permenkes No.718/Menkes/Per/XI/1987 Tentang Kebisingan yang
berhubungan dengan kesehatan.
Khusus Kabupaten Alor hasil analisis pemantauan tingkat keasaman air hujan (pH)
sementara belum ada.
Tabel 6. Pemantauan Kualitas Udara
No.
Parameter
Satuan
Lokasi Baku
Mutu Kalabahi Moru Baranusa Kabir Fanating
1. Partikel Debu mg/m3 0,047 6,01 x 10
6 0.000266 3.43 x 10
5 6,075 x 10
6 0,26
2. Sulfur Oksida
(SOx)
ppm 0,0104 0,03063 0.0614 0,034 0,007922 0,10
3. Nitrogen
Oksida (NOx)
ppm 0.0307 0.00608 0.0122 0,006375 0,0058 0,05
4. O3 ppm
5. CO ppm 0,86
6. Tekanan Udara Milibar 1011,8 1011,8 1011,8
7. Suhu 0C 34 27.49 28 Tidak
diisyarat
kan 8. Kelembaban
Udara
% 77 78 78 78
9. Kebisingan dBA 47,33 41 41 46 70
E. Laut, Pesisir dan Pantai
Terdapat beberapa ekosistem pesisir dan laut yang ada di wilayah Kabupaten Alor,
diantaranya :
1. Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Pantar Barat Laut, Kacamatan Pantar
Barat, Kecamatan Pantar Timur dan Kecamatan Alor Barat Laut.
2. Ekosistem Mangrove di Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Pantar Barat dan
Kecamatan Pantar Barat Laut.
3. Ekosistem Padang Lamun di Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Kabola,
Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Timur dan Kecamatan Teluk Mutiara.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 21
F. Iklim
Secara Umum wilayah Propinsi NTT dikategorikan beriklim tropis sehingga di
Kabupaten Alor pun relatif sama. Hal ini merupakan hambatan atau kendala yang cukup
rumit di bidang pertanian dan perkebunan yang mana persiapan lahan untuk
pengembangan tanaman pertanian mengalami kesulitan, namun kondisi iklim seperti ini
memungkinkan untuk melakukan usaha pertanian lahan kering maupun perikanan.
Curah Hujan rata-rata terjadi antara Bulan Desember sampai dengan Bulan Maret sehingga
antara bulan inilah kegiatan pertanian dan perkebunan dapat dilakukan; sedangkan delapan
bulan (April-November) yang dinyatakan relatif kering.
Untuk keadaan iklim, suhu, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin
Kabupaten Alor adalah sebagai berikut :
a) Temperatur
Letak Pulau Alor berada di sebelah selatan Khatulistiwa. Hal ini menyebabkan Alor
beriklim Semiarid (Kering). Suhu di Alor dapat mencapai 22,2 C sampai 32,2 C.
b) Kelembaban
Prosentase kelembaban tertinggi 92%, terendah 80%, penyinaran matahari tertinggi dan
terendah 62%.
c) Keadaan Awan
Keadaan awan di Pulau Alor umumnya berawan tipis. Hal ini disebabkan oleh iklim
yang kering. Mendekati musim penghujan, walau curah hujan di Alor rendah, Awan
tebal sesekali nampak di daerah perbukitan.
d) Keadaan Angin
Keadaan angin di daerah ini sangat mempengaruhi kehidupan rakyat di Pulau Alor,
karena pada saat-saat tertentu laut tidak dapat dilayari sama sekali oleh perahu-perahu
milik masyarakat, hal ini disebabkan keadaan angin yang keras menimbulkan ombak
dan gelombang yang besar, keadaan angin di daerah ini sebagai berikut :
(1) Angin Barat
Bertiup antara bulan September s.d. Januari kecepatan rata-rata 50 s.d. 80 km/jam.
Pada musim ini keadaan laut ombaknya besar disertai hujan lebat sehingga
mempengaruhi lalu lintas pelayaran dan sering mengakibatkan kecelakaan.
(2) Angin Utara
Bertiup ke selatan antara bulan Februari s.d. Maret dengan kecepatan 30 s.d.
60 km/jam yang menyebabkan ombak dan gelombang yang besar, curah hujan
amat kurang kadang-kadang angin bertiup terus menerus selama 1 s.d. 2 minggu
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 22
kemudian selama 2 s.d. 3 hari keadaan laut tenang kembali, demikian terus-
menerus berganti-ganti sampai musim berikutnya tiba.
(3) Angin Selatan
Bertiup ke utara dengan kecepatan 20 s.d. 40 km/jam pada bulan Juli s.d. Agustus,
keadaan laut berombak cukup besar.
(4) Angin Timur
Bertiup ke barat antara bulan April s.d. Juni dengan kecepatan 15 s.d. 25 km/jam,
kadang-kadang angin tidak ada sama sekali. Keadaan laut pada umumnya tenang
sehingga pada musim ini baik sekali untuk pelayaran.
e) Keadaan Hujan
Banyak dipengaruhi oleh angin laut. Pada musim hujan, setiap hari turun hujan
walaupun kadang-kadang gerimis dan mendung saja. Pada musim kemarau, sekali-
sekali bisa turun hujan, hal ini disebabkan karena wilayahnya dikelilingi lautan luas,
suhu yang panas menyebabkan kelembaban cukup tinggi.
Curah hujan tertinggi 355,7 mm pada Bulan Januari. Sedangkan musim terbagi
menjadi 3 musim yaitu :
(1) Musim Hujan (September s.d. Nopember).
(2) Musim Kemarau (Juli s.d. September).
(3) Musim Pancaroba (Pebruari s.d. Juni).
f) Penglihatan
Jarak penglihatan di laut cukup baik, kecuali pada musim penghujan dan ombak
besar, sedangkan penglihatan di darat dibatasi oleh bukit.
g) Cahaya
Intensitas cahaya bergantung pada musim. Pada musim kemarau cahaya yang masuk
dapat melebihi 95%, sebaliknya pada waktu musim hujan intensitas cahaya yang
diterima kurang dari 30 %.
G. Bencana Alam
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa
fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat sehingga
menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan sturktural, bahkan sampai kematian.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 23
Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari
kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar
yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi :
1. Bencana alam geologis ; disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi (gaya
endogen) yaitu gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.
2. Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh faktor angin
dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin
puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia).
3. Bencana alam ekstra-terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar angkasa, contoh:
hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi
maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi.
Macam-macam Bencana Alam di Sekitar Kita
Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dengan tidak diimbangi dengan
saluran pembuangan air yang memadai sehingga merendam wilayah-wilayah yang
tidak dikehendaki oleh orang-orang yang ada di sana. Banjir bisa juga terjadi karena
jebolnya sistem aliran air yang ada sehingga daerah yang rendah terkena dampak
kiriman banjir.
Secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut :
a) Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi,
b) Pendangkalan sungai,
c) Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai mapupun gotong
royong,
d) Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,
e) Pembuatan tanggul yang kurang baik,
f) Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.
Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:
a) Rusaknya areal pemukiman penduduk,
b) Sulitnya mendapatkan air bersih, dan
c) Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.
d) Rusaknya areal pertanian
e) Timbulnya penyakit-penyakit
f) Menghambat transportasi darat
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 24
Untuk mengantisipasi bencana banjir banyak hal yang harus dilakukan,
diantaranya adalah :
a) membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat aliran air sehingga
menyebabkan terjadinya banjir.
b) mengeruk sungai-sungai dari endapan-endapan untuk menambah daya tampung
air.
c) membangun rute-rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru, sistem-sistem
pipa) sehingga dapat mencegah beban yang berlebihan terhadap sungai.
d) tidak mendirikan bangunan pada wilayah (area) yang menjadi daerah lokasi
penyerapan air.
e) tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan yang gundul akan sulit
menyerap air, sehingga jika terjadi hujan lebat secara terus menerus air tidak
dapat diserap secara langsung oleh tanah bahkan akan menggerus tanah, hal ini
pula dapat menyebabkan tanah longsor.
f) membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggul di sepanjang sungai,
tembok-tembok laut di sepanjang pantai-pantai dapat menjaga tingkat ketinggian
air agar tidak masuk ke dalam daratan.
Kebakaran Hutan
adalah kebakaran yang diakibatkan oleh faktor alam seperti akibat sambaran petir,
kekeringan yang berkepanjangan, leleran lahar, dan lain sebagainya. Kebakaran hutan
menyebabkan dampak yang luas akibat asap kebakaran yang menyebar ke banyak
daerah di sekitarnya. Hutan yang terbakar juga bisa sampai ke pemukiman warga
sehingga bisa membakar habis bangunan-bangunan yang ada.
Penyebab Kebakaran liar, antara lain:
a) Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
b) Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan
dan lupa mematikan api di perkemahan.
c) Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan
gunung berapi.
d) Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau
membuka lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
e) Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat
menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 25
Pencegahan kebakaran hutan pada tingkat unit pengelolaan hutan konservasi,
kesatuan pengelolaan hutan produksi, kesatuan pengelolaan hutan lindung meliputi
kegiatan: Inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan, inventarisasi faktor penyebab
kebakaran, penyiapan regu pemadam kebakaran, pembuatan prosedur tetap,
pengadaan sarana dan prasarana; dan pembuatan sekat bakar.
Gempa Bumi
adalah goncangan yang mengguncang suatu daerah mulai dari yang tingkat rendah
sampai tingkat tinggi yang membahayakan.
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh
tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu
kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak
dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan
terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa
bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan
translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena
materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman
lebih dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam
gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan
gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena
menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam. Sebagian lagi (jarang juga)
juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh.
pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi). Terakhir, gempa juga dapat
terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan
memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang
disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.
Mengantisipasi gempa bumi harus dilakukan bagi masyarakat luas adalah apa dan
bagaimana cara menghadapi kejadian gempa, pada saat dan sesudah gempa terjadi.
Gunung Meletus adalah gunung yang memuntahkan materi-materi dari dalam bumi
seperti debu, awan panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas, lahar dingin,
magma, dan lain sebagainya. Gunung meletus biasanya bisa diprediksi waktunya
sehinggi korban jiwa dan harta benda bisa diminimalisir.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 26
Angin Puting Beliung / Angin Ribut adalah angin dengan kecepatan tinggi yang
berhembus di suatu daerah yang dapat merusak berbagai benda yang ada di
permukaan tanah. Angin yang sangat besar seperti badai, tornado, dan lain-lain bisa
menerbangkan benda-benda serta merobohkan bangunan yang ada sehingga sangat
berbahaya bagi manusia.
Tanah Longsor adalah tanah yang turun atau jatuh dari tempat yang tinggi ke tempat
yang lebih rendah. Masalahnya jika ada orang atau pemukiman di atas tanah yang
longsor atau di bawah tanah yang jatuh maka sangat berbahaya. Tidak hanya tanah
saja yang longsor karena batu, pohon, pasir, dan lain sebagainya bisa ikut longsor
menghancurkan apa saja yang ada di bawahnya.
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi
karena pergerakan asa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti
jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor
pendorong adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi material sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang mempengaruhi
suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut
berpengaruh :
Erosi yang disebabkan sungai - sungai atau gelombang laut yang menciptakan
lereng-lereng yang terlalu curam lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui
saturasi yang diakibatkan hujan lebat gempa bumi menyebabkan tekanan yang
mengakibatkan longsornya lereng-lereng yang lemah gunung berapi menciptakan
simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu getaran dari
mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir berat yang
terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.
Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-
rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18 C (1.33
0.32 F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata
global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 27
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek
rumah kaca.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat1.1 hingga 6.4 C (2.0 hingga 11.5 F) antara tahun 1990 dan
2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario
berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model
sensitivitas iklim yang berbeda. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan
menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut,
meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan
polapresipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya
hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah
pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan
serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke
daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia
mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau
membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-
konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah
menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan
emisi gas-gas rumah kaca.
Kekeringan
Perlu dibedakan antara kekeringan (drought) dan kondisi kering (aridity). Kekeringan
adalah kesenjangan antara air yang tersedia dengan air yang diperlukan, sedangkan
ariditas (kondisi kering) diartikan sebagai keadaan jumlah curah hujan sedikit.
Kekeringan (kemarau) dapat timbul karena gejala alam yang terjadi di bumi ini.
Kekeringan terjadi karena adanya pergantian musim. Pergantian musim merupakan
dampak dari iklim. Pergantian musim dibedakan oleh banyaknya curah hujan.
Pengetahuan tentang musim bermanfaat bagi para petani untuk menentukan waktu
tanam dan panen dari hasil pertanian.
Pada musim kemarau, sungai akan mengalami kekeringan. Pada saat
kekeringan,sungai dan waduk tidak dapat berfungsi dengan baik.
Akibatnya sawah-sawah yang menggunakan sistem pengairan dari air hujan juga
mengalami kekeringan. Sawah yang kering tidak dapat menghasilkan panen. Selain
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 28
itu, pasokan air bersih juga berkurang. Air yang dibutuhkan sehari-hari menjadi
langka keberadaannya.Kekeringan pada suatu kawasan merupakan suatu kondisi yang
umumnya mengganggu keseimbangan makhluk hidup.
Kondisi kekeringan dapat ditinjau dari berbagai segi, diantaranya:
a. Kekeringan meteorologis (meteorological drought)
b. Kekeringan pertanian (agricultural drought)
c. Kekeringan hidrologis (hydrological drought)
d. Kekeringan sosial ekonomi (socio economic drought)
Beberapa cara untuk mengantisipasi kekeringan, diantaranya:
a) membuat waduk (dam) yang berfungsi sebagai persediaan air di musim kemarau.
Selain itu waduk dapat mencegah terjadinya banjir pada musim hujan,
b) membuat hujan buatan untuk daerah-daerah yang sangat kering,
c) reboisasi atau penghijauan kembali daerah-daerah yang sudah gundul agar tanah
lebih mudah menyerap air pada musim penghujan dan sebagai penyimpanan
cadangan air pada musim kemarau
Dampak Bencana Alam
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau
menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan
pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan
ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan
menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa
bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga
ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa
keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk
bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual,
sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat
manusia. Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya
tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang juga tinggi
tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana
memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan
bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk
mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan
demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 29
besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup. Bencana
berarti juga terhambatnya laju pembangunan. Berbagai hasil pembangunan ikut
menjadi korban sehingga perlu adanya proses membangun ulang. Kehidupan sehari-
hari juga menjadi tersendat-sendat. Kenyataan seperti ini berarti pula muncul
kemungkinan kegagalan di masa mendatang. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari juga
menjadi sulit padahal penggantinya juga tidak bisa diharapkan segera ada.
Pada tahun 2009, di Kabupaten Alor terjadi bencana beruntun yaitu
penyerangan hama pada tanaman yang diikuti kemarau panjang, gempa tektonik,
banjir, tanah longsor, kebakaran dan wabah penyakit, dan kejadian yang terjadi pada
kurun waktu 2010 adalah angin putting beliung, kecelakaan transportasi laut,
kebakaran rumah, kerusakan hutan, banjir dan tanah longsor sebagai akibat dari curah
hujan yang cukup tinggi.
Resiko yang timbul akibat bencana tersebut diatas antara lain :
1. Ancaman lingkungan (enviromental threat) dan kerusakan lingkungan berupa tanah
longsor, sedimentasi, kerusakan lingkungan pesisir, erosi sungai, berkurangnya
keanekaragaman hayati wilayah sungai/kali, muka air tanah menurun dan
sebagainya.
2. Kerusakan sarana dan prasarana pelayanan publik dan masyarakat.
3. Korban jiwa dan dampak psikologis yang berkepanjangan
4. Kerugian harta benda.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 30
BAB II
TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
A. Kependudukan
Pada umumnya pola pertumbuhan penduduk tidak terlepas dari pola
perencanaan tentang tata ruang pemukiman. Namun kondisi dan kenyataan yang
dihadapi adalah perencanaan tentang tata ruang pemukiman khusus untuk penduduk di
daerah perkotaan, tidak sesuai dengan pola tata ruang yang ada. Hal ini disebabkan
penyebaran penduduk dan pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan sangat cepat
namun tidak diikuti dengan ketentuan-ketentuan serta regulasi pola perencanaan tata
ruang.
Jumlah penduduk Kabupaten Alor tahun 2011 adalah 193.785 jiwa, 94.859
orang laki-laki dan 98.926 orang perempuan. Rasio Jenis Kelamin pada tahun 2011
adalah sebesar 95,89 artinya bahwa jumlah penduduk laki laki lebih kecil dari
penduduk perempuan.
Kepadatan penduduk Di Kabupaten Alor adalah 68 orang per Km2. Untuk Kecamatan
dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Teluk Mutiara yaitu 749 orang per Km2 dan
yang terendah adalah Alor Timur dengan kepadatan penduduk 13 orang per Km2.
Nilai Dependency Rasio (DR) atau angka beban ketergantungan untuk Kabupaten Alor
pada tahun 2011 adalah 70,69 % yang berarti bahwa 100 penduduk usia Produktif (15
16 tahun) menanggung beban 70,69 penduduk usia tidak produktif (15< atau 64>). Nilai
Youth Dependency Ratio (YDR) adalah 59,67 % yang berarti bahwa 100 penduduk usia
14 tahun kebawah dan nilai Old Dependency Ratio (ODR) adalah sebesar 11,03 % yang
berarti 100 penduduk usia produktif menanggung 11 orang penduduk 65 tahun keatas.
B. Permukiman
1. Perkembangan Kawasan Pemukiman Kumuh
Perkembangan kawasan pemukiman kumuh, ditinjau dari aspek lingkungan dan tata
ruang maka, terdapat beberapa lokasi yang masuk kategori kawasan kumuh namun
dengan adanya perkembangan yang begitu cepat maka kawasan pemukiman mulai
ditata sesuai dengan keperuntukan penghuni yang ada di lokasi tersebut.
Namun demikian kawasan kumuh tetap memberikan suatu nuansa yang kurang
sehat, karena pembangunannya yang tidak teratur, seperti saluran sanitasi MCK yang
tidak tersedia sehingga, apabila ditinjau dari sisi lingkungan sangat memprihatinkan,
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 31
oleh karena itu kawasan kumuh sangat perlu mendapat perhatian dari semua elemen
yang ada demi kesejahteraan masyarakat.
2. Akses penduduk terhadap infrastruktur pemukiman (air, energi/ listrik, prasarana
sanitasi, MCK, dan sebagainya).
Adapun akses penduduk terhadap berbagai infrastruktur di daerah pemukiman, maka
perlu dilakukan berbagai upaya terhadap sarana-sarana yang perlu dibangun di daerah
pemukiman demi menjaga kebersihan, kenyamanan dan keindahan lingkungan, juga
perlu adanya sosialisasi kepada penduduk yang berada di daerah pemukiman tersebut
tentang pemanfaatan serta kegunaan dari pada infrastruktur yang ada di sekitar daerah
pemukiman seperti :
Kebutuhan Air :
Sebagaimana kita tahu bahwa di setiap pemukiman yang dihuni oleh setiap
kelompok masyarakat, maka salah satu faktor yang sangat penting adalah : air
minum bersih yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang yang ada di daerah
pemukiman tersebut.
Disamping itu pula air juga tidak hanya untuk dipergunakan sebagai kebutuhan
untuk minum saja namun lebih dari itu dipergunakan juga berbagai kebutuhan
yang ada yaitu antara lain, untuk usaha penataan halaman rumah yang dapat
memberikan nuansa yang bersih, hijau dan indah sehingga di setiap lingkungan
pekarangan di daerah pemukiman tidak terkesan kering dan tandus.
Kebutuhan Energi / Listrik di Daerah Pemukiman :
Pembangunan sektor ketenagalistrikan di daerah pemukiman memiliki peran yang
sangat penting dalam menunjang pembangunan suatu bangsa yang moderen.
Melalui kebijakan Restrukturisasi di sektor ketenagalistrikan, pemerintah perlu
menata kembali pengaturan aspek ketenagalistrikan untuk menciptakan industri
tenaga listrik yang berkualitas, efisien, memberikan manfaat kepada konsumen
khususnya pada daerah pemukiman dan independent secara finansial.
Pembangunan sektor ketenagalistrikan di daerah pemukiman juga padat teknologi
dan dapat menimbulkan resiko besar terhadap keselamatan kerja, keselamatan
umum dan fungsi lingkungan hidup. Sebagai pendamping pengaturan aspek
bisnis, maka pemerintah menyempurnakan regulasi-regulasi di bidang
keselamatan / keteknikan untuk memfasilitasi penyediaan dan pemanfaatan tenaga
listrik yang dilakukan dengan Andal, Aman, dan Akrab (A3) serta Ramah
Lingkungan.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 32
Oleh karena itu akses penduduk terhadap Infrastruktur di daerah pemukiman
khususnya energi listrik, perlu senantiasa memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup, konservasi energi dan diversifikasi sebagaimana digariskan
dalam energi nasional, keselamatan umum, dan tata ruang wilayah.
Penyediaan energi listrik di daerah pemukiman perlu di selenggarakan secara
efisien melalui kompentensi dan transformasi dalam iklim usaha yang sehat
dengan pengertian dapat memberikan perlakuan yang sama kepada semua
pelaku usaha dan memberikan manfaat yang adil dan merata kepada konsumen .
Penyelenggaraan usaha ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin tersedianya
tenaga listrik dalam jumlah cukup, kualitas yang baik dan harga yang wajar
untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan
merata serta mendorong peningkatan ekonomi yang berkelanjutan.
Untuk penyediaan dan pemanfaatan sumber energi di daerah pemukiman untuk
membangkit tenaga listrik, maka beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah
aspek keamanan, keseimbangan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Guna
menjamin ketersediaan energi primer untuk pembangkit tenaga listrik, maka
diprioritaskan penggunaan sumber energi setempat dengan kewajiban
mengutamakan pemanfaatan sumber energi baharu dan terbaharukan yang
ramah lingkungan yaitu; Energi Matahari, Angin, Air, Arus laut, serta
Gelombang Laut, dan Bio Oil;
Prasarana Sanitasi / MCK di Pemukiman
Sistim pengelolaan sanitasi di daerah pemukiman sebagai saluran pembuang
limbah cair pada kota-kota dalam wilayah Kabupaten Alor, telah berjalan
meskipun belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada kawasan kota, juga
pada kawasan pemukiman, sistim pembuangan limbah rumah tangga pada
sanitasi dan saluran drainase yang ada, telah berjalan namun pada kawasan ibu
kota kecamatan hal ini belum nampak. Karena sistim sanitasi dan drainase yang
ada pada kawasan pemukiman hanya efektif pada musim hujan saja, sebagai
saluran pembuangan limbah air hujan.
Untuk penggunaan sarana sanitasi MCK dalam wilayah Kabupaten Alor jumlah
rumah tangga yang memiliki sarana buang air besar 39.333 rumah tangga yang
terdiri dari 29.500 sarana milik sendiri, 3.933 sarana milik bersama dan 5900
sarana milik umum.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 33
3. Kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Dalam upaya menjawab berbagai kebutuhan penataan ruang maka berbagai peraturan
dan pedoman yang berlaku di bidang tata ruang serta memperhatikan berbagai
karakteristik wilayah Kabupaten Alor yang rawan terhadap bencana alam seperti
gempa bumi, longsor dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk menjawab berbagai persoalan tersebut diatas maka keberadaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) menjadi kebutuhan yang cukup mendesak,
mengingat tata ruang wilayah merupakan sebuah dokumen perencanaan yang
mengatur wilayah struktur tata ruang dan pola pemanfaatan ruang di suatu wilayah
pemukiman.
Untuk itu Ruang Terbuka Hijau (RTH) di tinjau dari aspek kebencanaan, terutama
dalam penataan zona-zona maka dengan demikian Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
berada pada kawasan pemukiman dapat dikatakan sebagai Ruang Terbuka Hijau
(RTH) yang berbasis Ramah Lingkungan.
Mengingat Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan pendekatan Lingkungan yang
berkelanjutan ini akan dilakukan dengan melihat wilayah Kabupaten Alor sebagai
suatu ekosistim, dengan sub-sub ekosistimnya. Oleh karena itu di kawasan
pemukiman sangat penting untuk dibangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) demi
menjaga kelestarian Lingkungan.
Dengan adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dikawasan pemukiman maka melalui
pendekatan lingkungan yang berkelanjutan diharapkan setiap kegiatan penataan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) justru akan meningkatkan daya dukung wilayah. Untuk
itu penataan kawasan-kawasan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) harus
memperhatikan dampak yang akan ditimbulkannya terhadap ekosistim wilayah dan
penduduk sekitarnya, agar selaras dengan asas dan tujuan pembangunan yang
berkelanjutan.
Pada tahun 2010 Kabupaten Alor telah melakukan penataan kawasan Ruang Terbuka
Hijau dengan penanaman Glodok Tiang sebanyak 500 pohon, Evergreen 500 pohon
dan Asam Jawa (Trambessi) 500 pohon.
4. Permasalahan Sampah
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat
telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik
sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok
dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 34
ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan
kualitas sampah yang dihasilkan.
Mengingat di kawasan pemukiman sistim sanitasi maupun drainase seringkali di
jadikan tempat pembuangan sampah, sehingga apabila terjadi hujan maka saluran
sanitasi dan drainase selalu meluap, akibat dipenuhi dengan limbah dan sampah.
Produksi sampah Kabupaten Alor pada tahun 2005, apabila digunakan asumsi 1 orang
menghasilkan sampah kering dan basah sebanyak 5 liter/hari, maka setiap hari
sampah yang di hasilkan Di Kabupaten Alor mencapai 873.040 liter atau setara
dengan 873 m/hari.
Namun demikian untuk kondisi Kabupaten Alor, pengelolaan sampah secara kontinyu
masih terbatas pada Kota Kalabahi, berdasarkan data yang ada mencapai 94 m/hari,
namun sampah yang dihasilkan tersebut tidak sepenuhnya diangkat, namun hanya
sebagian yang diangkut karena selain termasuk sampah basah yang dihasilkan juga
sebagian besar masyarakat masih mengolah sampah dengan menumpuk dan
membakar di pekarangan bahkan ada oknum yang masih dengan sengaja membuang
sampah ditempat-tempat yang dilarang seperti dipinggir pantai, disungai dan
disaluran-saluran pembuangan air limbah sehingga mengganggu fungsi dari masing-
masing sarana/fasilitas tersebut.
Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sampah merupakan suatu problem yang
semakin lama semakin kompleks, baik di tingkat Pusat, Propinsi dan Kabupaten /
Kota, dan yang lebih kompleks lagi khususnya sampah yang berada di kawasan
pemukiman yang semakin semaraut, sehingga pola penanganan perlu dibuat suatu
manegemen persampahan yang jelas dan yang benar sesuai dengan pola
perubahannya. Pengelolaan sampah yang tidak mempergunakan metode dan teknik
pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan juga akan sangat mengganggu kelestarian fungsi
lingkungan baik lingkungam pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan.
C. Kesehatan
Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada pasal 1
butir 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan yang
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 35
Adapun derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu :
Faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor bawaan
(keturunan). Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang
paling besar pengaruhnya dibandingkan dengan ketiga faktor yang lain.
Pada umumnya, bila manusia dan lingkungannya berada dalam keadaan seimbang, maka
keduanya berada dalam keadaan sehat.
Tetapi karena sesuatu sebab sehingga keseimbangan ini tergangggu atau mungkin tidak
dapat tercapai, maka dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan.
Keseimbangan tersebut sangat kompleks. Dari lingkungan alaminya manusia mengambil
makanan dan sumber daya lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan materinya,
ke lingkungan alami pula manusia membuang berbagai bahan buangan baik dari
badannya maupun dari proses produksinya.
Proses pengambilan maupun pembuangan ini bila tidak terkendali, menimbulkan dampak
terhadap lingkungan yang dapat merugikan bagi kehidupan manusia itu sendiri, antara
lain gangguan kesehatan, gangguan kenyamanan, gangguan ekonomi dan sosial. Dalam
hal tersebut diatas yang perlu kita cermati adalah bahwa alam mempunyai daya dukung
dan daya tampung yang terbatas. Bila pengelolaannya tidak seimbang maka kelestarian
lingkungan juga akan terganggu.
Perilaku manusia yang tidak sehat, akan memperburuk kondisi lingkungan dengan
timbulnya man made breeding places bagi kuman dan vektor penyakit maupun sumber
pencemar yang dapat memajani manusia.
Memiliki tubuh dan badan yang sehat seumur hidup adalah dambaan setiap orang.
Namun situasi dan kondisi lingkungan sekitar kita serta bervariasinya daya tubuh
seseorang terhadap penyakit membuat hal impian tersebut sulit untuk dicapai. Semua
orang pasti pernah sakit, namun resiko sakit dapat diminimalkan atau dikurangi
resikonya dengan memperhatikan istirahat, makanan, kondisi psikis/psikologis, daya
tahan tubuh, ekonomi/financial dan sosial.
Jumlah penduduk di Kabupaten Alor pada tahun 2011 sebesar 193.875 jiwa dengan usia
harapan hidup sebanyak 67,25 dan angka kelahiran sebanyak 0,0176 .
Pola Penyakit yang banyak di derita oleh masyarakat Kabupaten Alor tahun 2011 adalah
sebagai berikut :
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 36
Tabel 2.1. Jenis Penyakit yang Diderita
No. Jenis Penyakit Jumlah Penderita
1. ISPA 63.552
2. Reumatik 12.046
3. Penyakit Kulit Infeksi 12.604
4. Penyakit Lambung 12.605
5. Penyakit Kulit Alergi 8.513
6. Malaria Klinis 1.888
7. Diare 7.875
8. Penyakit Kulit ( Jamur ) 2.295
9. Anemia 2.882
10. Bronchitis 2.533
Total 126.793
Sumber : Alor Dalam Angka, 2012
D. Pertanian
Sebagian besar penduduk Kabupaten Alor tinggal di daerah pedesaan dan
bekerja pada sektor pertanian, karena itu sektor pertanian cukup mempunyai peran
penting dalam sturktur perekonomian Di Kabupaten Alor. Hal ini ditunjukkan pada
distribusi persentase PDRB Alor atas dasar harga berlaku yang memperlihatkan
kontribusi sektor pertanian paling dominan dalam penbentukan PDRB Alor tahun 2011
sebesar 33,97 %.
Tanam Pangan
Produksi tanam pangan Di Kabupaten Alor pada tahun 2011 antara lain, padi sawah
2.986 dan padi ladang sebanyak 6.993 ton, jagung sebanyak 7.455 ton, ubi kayu
10.542 ton, ubi jalar 654 ton, kacang tanah 28,30 ton, kacang hijau 243 ton, dan
kacang kedelai sebanyak 3,1 ton.
Perkebunan
Produksi perkebunan untuk Kabupaten Alor berturut-turut adalah kelapa sebanyak
964 ton, kopi sebanyak 114 ton, kapuk 15 ton, jambu mente 1,626 ton, cengkeh 38
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 37
ton, kemiri 3.218 ton, pinang 108 ton, vanili sebanyak 48 ton, kakau 12,22 ton, kakao
13 ton, pala sebanyak 1 ton dan lada 2 ton.
Kehutanan
Luas Hutan di Kabupaten Alor adalah 103.818,90 ha yang terdiri atas Hutan Lindung
52.413,95, Hutan Produksi 19.793,95 ha, Hutan Produksi terbatas 22.860,95 ha dan
Taman Wisata 8,751,05 ha.
Peternakan
Populasi ternak besar yang terbanyak Di Kabupaten Alor untuk tahun 2010 adalah
peternakan sapi dan disusul oleh peternakan kuda.
Populasi terbesar untuk ternak kecil berturut-turut adalah babi, kambing, rusa dan
domba.
Untuk dapat lebih memberdayakan masyarakat Kabupaten Alor, maka Pemerintah
Kabupaten Alor sudah seharusnya tetap mengembangkan potensi di sektor pertanian,
meskipun sektor ini bukan sektor basis dan mengalami kemunduran dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir.
Pentingnya upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan sektor pertanian adalah
dikarenakan sebagian besar penduduk Kabupaten Alor tinggal di daerah perdesaan
dan bekerja pada sektor pertanian.
Disamping itu, apabila dilihat kontribusinya terhadap PDRB secara keseluruhan,
sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang paling besar, yaitu rata-rata
sebesar 35,52 persen.
Sektor petanian yang terdiri atas 5 (lima) sub sektor tidak semuanya mengalami
penurunan. Untuk sub sektor tanaman pangan ada beberapa produk yang dapat
diandalkan, antara lain: padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau
dan kacang kedelai yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Sedangkan untuk sub sektor peternakan, yang terbanyak adalah peternakan Sapi, dan
disusul oleh peternakan Kuda dan peternakan Kerbau. Untuk detailnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 38
Tabel 2.2. Populasi Ternak Menurut Jenisnya Di Kabupaten Alor
Tahun 2009 2010
No Jenis Ternak Tahun
2009
Tahun
2010
Tahun
2011
1 Sapi 3.076 3.155 4.351
2 Kuda 227 232 93
3 Kerbau - - 80
4 Babi 80.509 96.884 69.380
5 Kambing 44.489 46.715 28.436
6 Domba 25 26 5
7 Rusa 336 336 -
Sumber : BPS Kabupaten Alor dalam Angka, 2012
E. Industri
Dalam pembangunan Nasional, struktur perekonomian diharapkan seimbang
dimana sektor industri sebagai tumpuan utama, sedangkan sektor pertanian sebagai
penopang yang tangguh. Namun di Kabupaten Alor peran Sektor industri dalam PDRB
atas dasar harga berlaku masih tergolong kecil yaitu hanya 1,66 %. Sektor perdagangan
berkembang dengan baik dan memberi peran dalam bentuk Produk Domestic Regional
Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku untuk Kabupaten Alor dimana kontribusi sektor
ini pada tahun 2011 sebesar 17,12 %. Kegiatan sektor perdagangan antara lain
perdagangan besar dan eceran, kegiatan rumah makan, dan penginapan (hotel/ losmen).
F. Pertambangan
Kabupaten Alor sudah dikenal sebagai daerah penghasil beberapa bahan
tambang, terutama bahan galian. Minat investor terhadap potensi bahan tambang yang
dimiliki oleh Kabupaten Alor cukup tinggi. Potensi bahan tambang dan galian Di
Kabupaten Alor yang telah dikelola sejauh ini adalah bahan tambang type C berupa
batu hitam. Bahan tambang dan galian berupa batu hitam telah dikelola oleh beberapa
pengusaha dengan system pertambangan rakyat dan telah diekspor ke Jepang dan
Korea. Disamping itu, untuk bahan galian seperti pasir dan batu bangunan juga sudah
semakin banyak dieksplorasi terutama untuk keperluan tahapan rehabilitasi dan
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 39
rekonstruksi Kabupaten Alor yang mengalami kerusakan pasca bencana gempa pada
tahun 2004. Data potensi dan informasi peluang investasi pada sektor produksi semakin
meningkat pada setiap tahun.
Pertambangan Kabupaten Alor dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 2.3. Potensi dan Informasi Peluang Investasi Sektor
Pertambangan Di Kabupaten Alor Tahun 2009
No
Jenis Tambang
Luas
Areal
(Ha)
Lokasi
1. Urat kwarsa, biji timah - Desa Wakapsir, Desa Halerman, Desa
Kuneman, Desa Wolwal (Kec. Alor
Barat Daya) dan Desa Langkuru
(Kec. Alor Timur)
2. Gypsum 80 Desa Sidabui (Kec. Alor Selatan), Desa
Pido (Kec. Alor Timur Laut).
3. Emas - Desa Wakapsir Timur (Kec. Alor Barat
Daya)
4. Residu Minyak Bumi - Desa Wakapsir (Kec. Alor Barat Daya),
Pantai Baolang, (Kec. Pantar).
5. Barit dan Emas - Desa Kuneman (Kec. Alor Selatan),
Desa Bukit Mas (Kec. Pantar).
6. Pasir 3 warna - Desa Tude (Kec. Pantar Barat).
7. Batu Burik - Maukuru (Kec. Alor Timur), Waisika
dan Taramana (Kec. Alor Timur Laut).
8. Kaolin - Desa Aramaba (Kec. Pantar Barat).
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Alor
G. Energi
Kebutuhan energi di Kabupaten Alor akan energi listrik dan air minum untuk
PDRB Kabupaten Alor atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 sebesar 0,45 %.
Tenaga listrik yang dibangkitkan di Alor pada tahun 2011 sebesar 16.192.861 KWH dan
telah menjangkau sebagian besar kecamatan di Kabupaten Alor. Sedangkan pemakaian
Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Alor Tahun 2012 Page 40
air minum yang disalurkan oleh PDAM belum terdapat diseluruh kecamatan dengan
jumlah pemakaian sebesar 916.361 m3 atau senilai Rp. 1.147.246.600,-
H. Transportasi
Sebagai salah satu infrastruktur yang penting Di Kabupaten Alor adalah sarana
transportasi, untuk jalan yang mengalami rusak berat khusus 813,84 km. Dan 425,15 km
dari 1.705,75 km panjang jalan dalam kondisi baik. Sebesar 501,150 km yang
menggunakan aspal dan sisan