TUGAS KEPEMIMPINAN
“SPIRITUALITAS DAN KEPEMIMPINAN-STUDI EMPIRIS”
OLEH:
YASON TAUFIK AKBAR (091146004)
FATUHATUS SAHLIYAH (041146029)
NUR AHLINA FEBRIYATI (091146006)
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2012
DAFTAR ISI
1
Daftar Isi …………………………………………………………………
1. Pendahuluan ………………………………………………………
1.1. Definisi Spiritualitas
1.2. Definisi Kepemimpinan
1.3. Definisi Studi Empiris
2. Spiritualitas dan Kepemimpinan
2.1. Peran Spiritualitas dalam Kepemimpinan
2.2. Kepemimpinan Spiritual (Spiritual Leadership)
2.3. Studi Empiris-Historis Kepemimpinan Spiritualitas
2.3.1. Tokoh Kepemimpinan Spiritual
2.3.2. Sejarah Kepemimpinan Islam
3. Penutup ……………………………………………………………
3.1. Simpulan …………………………………………………………….
3.2. Saran …………………………………………………………………
4. Daftar Pustaka …………………………………………………….
Lampiran I: 13 Abad Kepemimpinan Islam
1
2
1. Pendahuluan
Berbicara soal pelaksanaan atau penegakkan syariah Islam dimana saja dan
kapan saja, kita harus berbicara lebih dulu soal pemimpin, yang sering disebut dengan
nama khalifah atau imamah atau imarah atau yang semakna dengannya. Umar bin
Khattab pernah berkata (Nasharadin, 2007):
“Islam tidak akan tegak tanpa jama'ah dan jama'ah tidak akan tegak tanapa
imamah dan imamah tidak akan tegak tanpa taat”
Pernyataan Umar bin Khattab tersebut mencerminkan penegakan syariah
Islam tidak bisa didisintegrasikan dengan peran pemimipin. Hal ini juga ditegaskan
oleh sabda Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa ketiadaan seorang khalifah
akan mendorong terjadinya kekacauan. Hal ini dinyatakan dalam hadis berikut:
"Jika kalian menyaksikan seorang khalifah, hendaklah kalian taat, walaupun (ia)
memukul punggungmu. Sesungguhnya jika tidak ada khalifah, maka akan terjadi
kekacauan." (HR. Thabrani)
Namun peran pemimpin dalam menciptakan tegaknya syariah ini sendiri
tergantung pada seberapa jauh nilai-nilai perjuangan yang memengaruhi gaya
kepemimpinan pemimpin tersebut dalam mendukung terciptanya penegakan syariah
Islam. Hanya pemimpin yang memiliki nilai-nilai Islam (nilai-nilai spiritualitas) yang
baik dan kuat yang mampu melaksanakan syariah Islam dalam kepemimpinannya. 2
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami apa itu spiritualitas, apa itu
kepemimpinan, dan bagaimana sejarah keislaman secara empiris membuktikan
pentingnya kepemimpinan yang dinaungi oleh spiritualitas yang tinggi dapat
menciptakan masyarakat atau Negara yang sejahtera (welfare country).
1.1. Definisi Spiritualitas
Spiritualitas dalam Islam adalah sikap dari setiap muslim yang merefleksikan
Allah SWT sebagai sesuatu yang sangat penting dalam membentuk norma atau
prinsip hidup. Spiritualitas adalah tingkat ketauhidan seorang muslim dalam
mengintegrasikan prinsip keesaan ketuhanan dalam berbagai dimensi. Menurut Prof.
Seyyed Hoessein Nasr, ”Esensi spiritual Islam adalah realisasi dari keesaan,
sebagaimana terungkap dalam Al-Qur’an, berdasarkan teladan kenabian dan dengan
bantuan Nabi. Tujuan dari spiritualitas ini adalah memperoleh sifat-sifat Ilahi dengan
jalan meraih kebaikan-kebaikan yang dimiliki dalam kadar sempurna oleh Nabi dan
dengan bantuan metode-metode serta anugerah yang datang dari-Nya dan wahyu al-
Qur’an”. Spiritualitas merefleksikan kehadiran akan kekuatan yang tinggi dalam
berhubungan dengan orang lain atau memengaruhi cara seseorang bekerja di dunia
(Fry, 2003).
1.2. Definisi Kepemimpinan
3
Kepemimpinan didefinisikan sebagai perilaku yang ditujukan untuk
memengaruhi orang lain untuk berkontribusi kepada tujuan umum yang telah
disepakati untuk mendapatkan keuntungan individual dan organisasi atau kebaikan
bersama (Sarros dan Butchatsky, 1996). Burns (2010) mendefinisikan kepemimpinan
sebagai tindakan pemimpin yang menyebabkan para pengikutnya untuk melakukan
suatu tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang menggambarkan nilai-
nilai dan motivasi yang merupakan keinginanan dan kebutuhan,aspirasi, serta harapan
dari kedua belah pihak yaitu pemimpin dan pengikutnya. Kepemimpinan secara
umum didefiniskan dengan sederhana sebagai pengaruh, seniatau proses
mempengaruhi orang sehingga mereka akan mau berusaha keras terhadap pencapaian
tujuan kelompok (Koontz, 1980).
1.3. Definisi Studi Empiris
Studi empiris terkait dengan observasi atau kejadian yang dialami sendiri oleh
peneliti. Studi ini didasarkan pada data-data eksperimental hasil pengamatan,
pengalaman, trial and error (uji coba), dan juga data yang berasal dari panca indera
manusia (penglihatan, perasa, penciuman, pendengaran, sentuhan).
2. Spiritualitas dan Kepemimpinan
2.1. Peran Spiritualitas dalam Kepemimpinan
4
“With the dawn of a new century, there is an emerging and exponentially
accelerating force for global societal and organizational change. From this
realization has come a call for more holistic leadership that integrates the four
fundamental arenas that define the essence of human existence—the body
(physical) ,mind (logical/rational thought), heart (emotions, feelings), and spirit”
(Moxley, 2000).
Abraham Maslow, yang dirinya adalah seorang ateis, secara jelas
mempertimbangkan fenomena spiritual sebagai pengalaman puncak yang menjadi
aspek krusial dari pengalaman hidup manusia (Maslow, 1964). Dengan demikian,
seseorang dapat menarik kesimpulan bahwa Maslow setuju dengan proposisi bahwa
pengalaman religious dapat diambil dari setiap steo hierarki kebutuhan, mengizinkan
kepada kita untuk mengerti bahwa pengalaman yang hampir sama dari setiap orang
dapat memberikan perbedaan implikasi yang signifikan terhadap individu-individu
yang berbeda (Koltko dan Rivera, 2006). Dalam hierarki kebutuhan, Maslow
menyatakan bahwa kebutuhan rohani yang lebih tinggi berada di bagian teratas
(Maslow, 1971). Kebutuhan yang pada tingkat lebih tinggi memiliki level keegoisan
yang lebih sedikit, dan kebutuhan yang berada pada level lebih bawah lebih
mengutamakan kepentingan diri sendiri (self-centered nature) (Maslow, 1968). Bila
digambarkan, maka kebutuhan spiritual ini seharusnya berada pada puncak segitiga
hierarki kebutuhan Maslow, sehingga kemungkinan gambar segitiga Maslow adalah
sebagai berikut:
5
Hierarki Maslow
2.2. Kepemimpinan Spiritual (Spiritual Leadership)
Kepemimpinan spiritual menyentuh kebutuhan mendasar dari pemimpin dan
bawahan untuk mempertahankan spiritualitas sehingga mereka menjadi lebih secara
organisasi berkomitmen dan produktif. Kepemimpinan spiritual terdiri dari nilai,
sikap, perilaku yang dibutuhkan untuk memotivasi seseorang dan lainnya sehingga
mereka memiliki ketahanan spiritual melalui kesadaran dan keanggotaan (Fry, 2003).
6Model Kausal Kepemimpinan Spiritual-Fry.
2.3. Studi Empiris-Historis Kepemimpinan Spiritualitas
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi.
Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan
kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan
pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah
akan menambah kerugian mereka belaka.” (QS Fathiir: 39)
Didalam konsep Islam, keberadaan manusia di dunia ini memiliki dua tujuan,
yaitu sebagai hamba Allah dan sekaligus sebagai khalifah di bumi. Sebagai hamba
Allah, manusia wajib untuk beribadah kepadanya dengan sebaik-baiknya ketakwaan,
dan sebagai khalifah manusia memiliki kewajiban untuk mengelola berbagai sumber
daya yang ada di bumi.
7
2.3.1. Tokoh Kepemimpinan Spiritual
2.3.2. Sejarah Kepemimpinan Islam
2.4. Studi Empiris Kepemimpinan Spiritual
3. Penutup
3.1. Simpulan
3.2. Saran
Daftar Pustaka
Burns, James Macgregor. 2010. Leadership. New York: Harper Collins Publisher.
Fry, Louis W. 2003. Toward at Theory of Spiritual Leadership. The Leadership
Quarterly. Vol. 14 p.693–727.
Koltko, Mark E. and Rivera. 2006. Review of General Psychology. Vol.10. No.4,p.
302–317. American Psychological Association.
Koontz, Harol., O’Donnel, Cyril., Weinrich, Heinz. 1980. Management. McGraw-
Hill: Kogakusha, LTD.
8
Maslow, A.H. 1964. Further Notes on The Psychology of Being. Journal of
Humanistic Psychology,4(1),45–58.
Maslow, A. H. 1971. The Further Reaches of Human Nature. New York: Viking
Press.
Moxley,R.S. 2000. Leadership and Spirit. San Francisco, CA: Jossey-Bass.
Nasharudin, Ridwan M.Pd. 2007. Kaji Ulang Masalah Khilafah. Artikel.
www.spiritualsharing.net
Lampiran: 13 Abad Kepemimpinan Islam
- Masa khulafaur Rasyidin
Abu Bakar as-Siddiq ra (tahun 11-13 H / 632-634 M).
'Umar bin khattab ra (tahun 13-23 H / 634-644 M).
'Utsman bin 'Affan ra (tahun 23-35 H / 644-656 M).
Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H / 656-661 M).
Al-Hasan bin Ali ra (tahun 40 H / 661 M).
- Masa Khilafah Islamiyah
Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah yang
berlangsung lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu'awiyyah. Sedangkan
khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Masa
kekuasaan mereka sebagai berikut:
9
1. Mu'awiyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H / 661-680 M).
2. Yazid bin Mu'awiyah (tahun 61-64 H / 680-683 M).
3. Mu'awiyah bin Yazid (tahun 64-68 H / 683-684 M).
4. Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H / 684-685 M).
5. 'Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-68 H / 685-705 M).
6. Walid bin 'Abdul Malik (tahun 86-97 H / 705-715 M).
7. Sulaiman bin 'Abdul Malik (tahun 97-99 H / 715-717 M).
8. 'Umar bin 'Abdul 'Aziz (tahun 99-102 H / 717-720 M).
9. Yazid bin 'Abdul Malik (tahun 102-106 H / 720-724 M).
10. Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H / 724-743 M).
11. Walid bin Yazid (tahun 126 H / 744 M).
12. Yazid bin Walid (tahun 127 H / 744 M).
13. Ibrahim bin Walid (tahun 127 H / 744 M).
14. Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H / 744-750 M).
Setelah Bani Umayyah, Kekhalifahan berpindah ke tangan Bani Abassiyah dan
bani-bani yang lain. Mereka adalah sebagai berikut:
I. Dari Bani 'Abbas10
1. Abul 'Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H / 750-754 M).
2. Abu Ja'far al-Mansyur (tahun 137-159 H / 754-775 M).
3. Al-Mahdi (tahun 159-169 H / 775-785 M).
4. Al-Hadi (tahun 169-170 H / 785-786 M).
5. Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H / 786-809 M).
6. Al-Amiin (tahun 194-198 H / 809-813 M).
7. Al-Ma'mun (tahun 198-217 H / 813-833 M).
8. Al-Mu'tashim Billah (tahun 218-228 H / 833-842 M).
9. Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H / 842-847 M).
10. Al-Mutawakil 'Ala al-Allah (tahun 232-247 H / 847-861 M).
11. Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H / 861-862 M).
12. Al-Musta'in Billah (tahun 248-252 H / 862-866 M).
13. Al-Mu'taz Billah (tahun 252-256 H / 866-869 M).
14. Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H / 869-870 M).
15. Al-Mu'tamad 'Ala al-Allah (tahun 257-279 H / 870-892 M).
16. Al-Mu'tadla Billah (tahun 279-290 H / 892-902 M).
11
17. Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H / 902-908 M).
18. Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H / 908-932 M).
19. Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H / 932-934 M).
II. Dari Bani Buwaih
1. Al-Radli Billah (tahun 323-329 H / 934-940 M).
2. Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H / 940-944 M).
3. Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H / 944-946 M).
4. Al-Muthi' Lillah (tahun 335-364 H / 946-974 M).
5. Al-Thai'i Lillah (tahun 364-381 H / 974-991 M).
6. Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H / 991-1031 M).
7. Al-Qa'im Bi Amrillah (tahun 423-468 H / 1031-1075 M).
III. Dari Bani Saljuk
1. Al Mu'tadi Biamrillah (tahun 468-487 H / 1075-1094 M).
2. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H / 1094-1118 M).
3. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H / 1118-1135 M).
4. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H / 1135-1136 M).
5. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H / 1136-1160).
12
6. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H / 1160-1170 M).
7. Al Mustadhi'u Biamrillah (tahun 566-576 H / 1170-1180 M).
8. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H / 1180-1225 M).
9. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H / 1225-1226 M).
10. Al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H / 1226-1242 M).
11. Al Mu'tashim Billah ( tahun 640-656 H / 1242-1258 M).
Setelah itu kaum muslimin hidup selama 3,5 tahun tanpa seorang khalifah pun. Ini
terjadi karena serangan orang-orang Tartar ke negeri-negeri Islam dan pusat
kekhalifahan di Baghdad. Namun demikian, kaum muslimin di Mesir, pada masa
dinasti Mamaluk tidak tinggal diam, dan berusaha mengembalikan kembali
kekhilafahan. kemudian mereka membai'at Al Muntashir dari Bani Abbas. Ia adalah
putra Khalifah al-Abbas al-Dhahir Biamrillah dan saudara laki-laki khalifah Al
Mustanshir Billah, paman dari khalifah Al Mu'tashim Billah. Pusat pemerintahan
dipindahkan lagi ke Mesir. Khalifah yang diangkat dari mereka ada 18 orang yaitu :
1. Al Mustanshir billah II (tahun 660-661 H / 1261-1262 M).
2. Al Haakim Biamrillah I ( tahun 661-701 H / 1262-1302 M).
3. Al Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H / 1302-1334 M).
4. Al Watsiq Billah I (tahun 732-742 H / 1334-1354 M).
13
5. Al Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H / 1343-1354 M).
6. al Mu'tadlid Billah I (tahun 753-763 H / 1354-1364 M).
7. Al Mutawakkil 'Alallah I (tahun 763-785 H / 1363-1386 M).
8. Al Watsir Billah II (tahun 785-788 H / 1386-1389 M).
9. Al Mu'tashim (tahun 788-791 H / 1389-1392 M).
10. Al Mutawakkil 'Alallah II (tahun 791-808 H / 1392-1409 M).
11. Al Musta'in Billah (tahun 808-815 H / 1409-1416 M).
12. Al Mu'tadlid Billah II (tahun 815-845 H / 1416-1446 M).
13. Al Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H / 1446-1455 M).
14. Al Qa'im Biamrillah (tahun 754-859 H / 1455-1460 M).
15. Al Mustanjid Billah (tahun 859-884 H / 1460-1485 M).
16. Al Mutawakkil 'Alallah (tahun 884-893 H / 1485-1494 M).
17. Al Mutamasik Billah (tahun 893-914 H / 1494-1515 M).
18. Al Mutawakkil 'Alallah V (tahun 914-918 H / 1515-1517 M).
Ketika daulah Islamiyah Bani Saljuk berakhir di anatolia, Kemudian muncul
kekuasaan yang berasal dari Bani Utsman dengan pemimpinnya "Utsman bin
14
Arthagherl sebagai khalifah pertama Bani Utsman, dan berakhir pada masa khalifah
Bayazid II (918 H/1500 M) yang diganti oleh putranya Sultan Salim I. Kemudian
khalifah dinasti Abbasiyyah, yakni Al Mutawakkil "alallah diganti oleh Sultan Salim.
Ia berhasil menyelamatkan kunci-kunci al-Haramain al-Syarifah. Dari dinasti
Utsmaniyah ini telah berkuasa sebanyah 30 orang khalifah, yang berlangsung mulai
dari abad keenam belas Masehi. Nama-nama mereka adalah sebagai berikut:
1. Salim I (tahun 918-926 H / 1517-1520 M).
2. Sulaiman al-Qanuni (tahun 916-974 H / 1520-1566 M).
3. Salim II (tahun 974-982 H / 1566-1574 M).
4. Murad III (tahun 982-1003 H / 1574-1595 M).
5. Muhammad III (tahun 1003-1012 H / 1595-1603 M).
6. Ahmad I (tahun 1012-1026 H / 1603-1617 M).
7. Musthafa I (tahun 1026-1027 H / 1617-1618 M).
8. 'Utsman II (tahun 1027-1031 H / 1618-1622 M).
9. Musthafa I (tahun 1031-1032 H / 1622-1623 M).
10. Murad IV (tahun 1032-1049 H / 1623-1640 M).
11. Ibrahim I (tahun 1049-1058 H / 1640-1648 M).
12. Mohammad IV (1058-1099 H / 1648-1687 M).
15
13. Sulaiman II (tahun 1099-1102 H / 1687-1691M).
14. Ahmad II (tahun 1102-1106 H / 1691-1695 M).
15. Musthafa II (tahun 1106-1115 H / 1695-1703 M).
16. Ahmad II (tahun 1115-1143 H / 1703-1730 M).
17. Mahmud I (tahun 1143-1168 / 1730-1754 M).
18. "Utsman IlI (tahun 1168-1171 H / 1754-1757 M).
19. Musthafa II (tahun 1171-1187H / 1757-1774 M).
20. 'Abdul Hamid (tahun 1187-1203 H / 1774-1789 M).
21. Salim III (tahun 1203-1222 H / 1789-1807 M).
22. Musthafa IV (tahun 1222-1223 H / 1807-1808 M).
23. Mahmud II (tahun 1223-1255 H / 1808-1839 M).
24. 'Abdul Majid I (tahun 1255-1277 H / 1839-1861 M).
25. "Abdul 'Aziz I (tahun 1277-1293 H / 1861-1876 M).
26. Murad V (tahun 1293-1293 H / 1876-1876 M).
27. Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H / 1876-1909 M).
28. Muhammad Risyad V (tahun 1328-1339 H / 1909-1918 M).
16
29. Muhammad Wahiddin II (tahun 1338-1340 H / 1918-1922 M).
30. 'Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H / 1922-1924 M).
17