LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama: Tn. T
Jenis Kelamin: Laki-laki
Tanggal Lahir: 2 Agustus 1948
Usia: 65 tahun
Agama: Islam
Bangsa: Indonesia
Nomor Rekam Medis: 653477
Alamat: Toli-toli
Tanggal Pemeriksaan: 06 Maret 2014
Tempat Pemeriksaan: Poliklinik Mata RSWS
Dokter Pemeriksa: dr. R
ANAMNESIS
Keluhan utama : Benjolan merah pada mata kanan
Anamnesis terpimpin : dialami sejak 2 tahun yang lalu pada mata kanan,
secara perlahan-lahan, semakin lama semakin membesar. Pertamanya seperti
selaput di bagian mata putih dan semakin membesar. Air mata berlebihan (+),
kotoran mata berlebihan (+), rasa mengganjal (+),nyeri (-), riwayat nyeri
sebelumnya (+), riwayat mengorek-gorek lapisan tersebut dengan tangan (+),
riwayat mata merah (-), gatal (-),silau (-), rasa berpasir (-), riwayat trauma (-),
riwayat pengobatan sebelumnya diberikan C. Xytrol, riwayat penyakit kencing
manis (-), riwayat penyakit tekanan darah tinggi (-), riwayat alergi (-), riwayat
pemakaian kacamata (-).
1
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Sakit sedang, Gizi kurang, Composmentis
Tanda vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi: 88 x/menit
Pernafasan: 20 x/menit
Suhu : 36,8 C
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
Inspeksi
Pemeriksaan OD OS
Palpebra edema (-) edema (-)
Apparatus lakrimalis lakrimasi (+) lakrimasi (-)
Silia sekret (+) sekret (-)
Konjungtiva hiperemis (+), injeksio (+), benjolan di bagian
temporal dan nasal mata
hiperemis (-)
Mekanisme muskular
Kornea Tertutup dengan selaput Jernih
Bilik Mata Depan Sulit dievaluasi Normal
Iris Sulit dievaluasi Coklat, kripte (+)
Pupil Sulit dievaluasi bulat, sentral
Lensa Sulit dievaluasi Jernih
2
-2
-2
-2
-2-2-2
-2-2
FOTO KLINIS PASIEN
Gambar 1 : Kedua mata pasien dari depan.
Gambar 1.1 : Mata kanan pasien kelihatan selaput merah menutupi sebagian
konjungtiva pada daerah temporal dan nasal mata kanan pasien.
3
Palpasi
Palpasi OD OS
Tensi Okuler Tn Tn
Nyeri Tekan (+) (-)
Massa Tumor (+) (-)
Glandula Preaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)
Tonometri :
TOD : Sulit dievaluasi
TOS : 12 mmHg
Pemeriksaan Visus :
VOD : 1/∞
VOS : 6/6
Penyinaran Oblik
Pemeriksaan OD OS
Konjungtiva hiperemis (+), Injeksio konjungtiva (+), benjolan berukuran 5x3cm dengan permukaan tidak rata dan tidak berbatas tegas pada
daerah temporal mata. Benjolan berukuran
3x2cm dengan permukaan tidak rata dan tidak berbatas tegas pada
daerah nasal mata.Terfiksir,
pendarahan akut (-)
Hiperemis (-)
Kornea Tertutup dengan selaput Jernih
Bilik Mata Depan Sulit dievaluasi Normal
Iris Sulit dievaluasi Coklat, kripte (+)
Pupil Sulit dievaluasi Bulat, sentral, RC (+)
Lensa Sulit dievaluasi Jernih
4
Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
Light Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
Campus visual
Tidak dilakukan pemeriksaan
Slit Lamp
SLOD : Konjungtiva Hiperemis (+), Sekret (+), tampak benjolan di
superotemporal dan di bagian nasal berukuran 5x3cm dan 3x2 cm dengan
permukaan tidak rata dan berbatas tidak tegas, kornea tertutupi dengan selaput,
detail lain sulit dievaluasi.
OFTALMOSKOPI
Tidak dilakukan pemeriksaan
FOTO ROENTGEN DADA
Pulmo normal dan cardiomegaly
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal satuanWBC : 6,2 (4,00 – 11,00) × 103/uLRBC : 5,18 (4,50 – 5,50) × 106/uLHGB : 13,5 (13,0 – 16,0) g/dLHCT : 40,8 (40,0 – 50,0) %PLT : 309 (150 – 450) × 103/uLCT : 7’30” (4 – 10) MenitBT : 3’00” (3 – 7) MenitPT : 11,7 INR 0,97 (10,8 – 14,4) DetikaPTT : 24,1 (26,4 – 37,6) DetikNa : 136 (136 – 145) mmol/LK : 3,9 (3,5 – 5,1) mmol/LCl : 104 (97 - 111) mmol/L
5
SGOT : 21 <35 U/LSGPT : 13 <45 U/LUreum : 30 mg/L 0 – 53Creatinine : 1 mg/L 0,6 – 1,3HbsAg (ELISA) : < 0,13 (-) < 0,13 (-); ≥ 13,0 (+)Anti HCV (rapid) (-) NegatifGDS : 101 (200) mg/L
Resume :
Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke poliklinik mata RSWS dengan
keluhan benjolan merah pada mata kanan dialami sejak 2 tahun yang lalu secara
perlahan-lahan, semakin lama semakin membesar. Pertamanya seperti selaput di
bagian mata putih dan semakin membesar. Air mata berlebihan (+), kotoran mata
berlebihan (+), rasa mengganjal (+), nyeri (-), riwayat nyeri sebelumnya (+),
riwayat mengorek-gorek lapisan tersebut dengan tangan (+), riwayat mata merah
(-), gatal (-),silau (-), rasa berpasir (-), riwayat trauma (-), riwayat pengobatan
sebelumnya diberikan C. Xytrol, riwayat penyakit kencing manis (-), riwayat
penyakit tekanan darah tinggi (-), riwayat alergi (-), riwayat pemakaian kacamata
(-).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sakit sedang, gizi kurang,
composmentis dengan tanda vital dalam batas normal. Dari pemeriksaan
oftalmologi, Visus VOD : 1/∞, VOS : 6/6. Segmen anterior mata kanan ditemukan
konjungtiva hiperemis dengan benjolan merah di bagian superotemporal dan nasal
mata. Berukuran 5x3cm dan 3x2 cm dengan permukaan tidak rata dan tidak
berbatas tegas. Kornea, iris dan pupil mata kanan sulit dievaluasi. Segmen anterior
mata kiri dalam batas normal. TOD sulit dievaluasi dan TOS dalam batas
normal.Hasil foto roentgen dada dalam batas normal.
Diagnosis Kerja
6
OD Tumor Konjungtiva Suspek Squamous Cell Carcinoma Conjunctiva
Diagnosis Banding
- Pyterigium, pinguekula, Kista Konjungtiva dan Tumor Glandula
Lakrimalis.
Penatalaksanaan :
– C. Xytrol 3x1
– Rencana OD Ekstirpasi Tumor + Biopsi
Anjuran
- Pemeriksaan Histopatologis jaringan
Prognosis
• Quo ad Vitam: Bonam
• Quo ad Visam : Dubia et. Malam
• Quo as Sanationam : Dubia et. Bonam
• Quo ad Comesticam: Dubia et. Malam
7
Diskusi
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami benjolan di
mata kanan yang dialami sejak 2 bulan yang lalu semakin lama semakin
membesar. Pertamanya seperti selaput di bagian mata putih dan semakin
membesar. Terdapat keluhan air mata berlebihan, kotoran mata berlebihan dan
rasa mengganjal pada mata kanan pasien. Tidak terdapat keluhan nyeri, riwayat
nyeri sebelumnya. Terdapat riwayat mengorek-gorek lapisan tersebut dengan
tangan.Tidak terdapat riwayat mata merah, gatal, silau, rasa berpasir dan riwayat
trauma disangkal. Terdapat riwayat pengobatan sebelumnya diberikan C. Xytrol.
Riwayat penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi, riwayat alergi dan riwayat
pemakaian kacamata disangkal.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sakit sedang, gizi kurang,
composmentis dengan tanda vital dalam batas normal. Dari pemeriksaan
oftalmologi, Visus VOD : 1/∞, VOS : 6/6. Segmen anterior mata kanan ditemukan
konjungtiva hiperemis dengan benjolan merah di bagian temporal dn nasal mata.
Benjolan berukuran 5x3cm dan 3x2cm dengan permukaan tidak rata dan tidak
berbatas tegas. Kornea, iris dan pupil mata kanan sulit dievaluasi .Segmen anterior
mata kiri dalam batas normal. TOD sulit dievaluasi dan TOS dalam batas
normal.Hasil foto roentgen dada dalam batas normal.
Sehingga berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang telah
dilakukan, pasien sesuai untuk didiagnosis OD Tumor Konjungtiva Suspek
Squamous Cell Carcinoma Conjungtiva.Pada saat ini pasien direncanakan untuk
ekstirpasi tumor untuk pengangkatan tumor dan dibiopsi untuk menegakkan
diagnosis.
8
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan
keganasan konjungtiva yang paling sering di Amerika Serikat.
Insidennya bervariasi dari 0,03 hingga 3,5 kasus per 100.000
penduduk, tergantung lokasi geografik. Beberapa tahun terakhir
didapatkan peningkatan insiden Karsinoma Sel Skuamosa
Konjungtiva di Rwanda Uganda dan Malawi yang berkaitan
dengan infeksi HIV. Sinar ultraviolet sebelumnya diduga
merupakan faktor resiko utama tumor ini. Faktor lain yang
diduga juga berkaitan dengan penyakit ini adalah Human
papilomavirus (HPV).1,3,4
Karsinoma konjungtiva paling sering muncul pada limbus di daerah fisura
palpebra dan jarang muncul pada daerah konjungtiva yang tidak terpapar.
Beberapa jenis tumor dapat menyerupai pterigium. Sebagian besar memiliki
permukaan seperti gelatin. Jika ada keratinisasi abnormal pada epitel, dapat
menyebabkan lesi leukoplakia. Pertumbuhannya lambat, invasi dan metastasis
yang dalam sangat jarang terjadi, sehingga prosedur eksisi lengkap dilakukan
untuk tujuan kuratif. Kekambuhan umum terjadi jika lesi tidak sempurna dieksisi.
Penggunaan adjunctive cryotherapy, mitomycin C topikal, atau fluorouracil dapat
membantu untuk mencegah kekambuhan.1,2
Displasia konjungtiva adalah suatu kondisi jinak yang terjadi sebagai lesi
terisolasi atau kadang-kadang lebih seperti pterygia dan pingueculae dan dapat
menyerupai karsinoma in situ secara klinis dan bahkan secara histologis. Istilah
neoplasia intraepithelial konjungtiva disebutkan pada semua lesi epitel mulai dari
displasia sampai karsinoma yang terbatas pada epitel. Biopsi eksisi akan
menegakkan diagnosa dan memberikan penyembuhan pada sebagian besar lesi.2
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki
laki (75%) dibandingkan wanita (25%) dan cenderung mengenai
umur yang lebih tua dekade ke lima dan enam, dapat juga terjadi
9
pada usia muda dengan xeroderma pigmentosum. Karsinoma Sel
Skuamous Invasif merupakan displasia progresif yang menembus
membran basal sampai ke substantia propria dan dapat
menginvasi kornea dan sklera. Diagnosis ditegakkan dari
pemeriksaan histopatologi.2,4
Gejala klinis keganasan ini sangat bervariasi. Tumor ini
sering terdapat di daerah interpalpebral dekat nasal atau
temporal limbus. Pertumbuhannya bisa lokal dan difus. Karena
munculannya bervariasi, sehingga diagnosa bisa terlambat.1,2
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva umumnya low grade
malignancy. Rekurensi lokal sering terutama pada eksisi yang
tidak komplit, tapi perluasan ke intraokuler dan metastase jauh
jarang Pilihan terapi pada keganasan epitel konjungtiva adalah
eksisi massa tumor dengan atau tanpa krioterapi, radioterapi,
dan kemoterapi topical. Dengan eksisi lengkap, biasanya
prognosisnya baih dan angka rekurensinya kurang dari 10 %.2,5,6
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Gambar 2.1: Bagian eksternal mata dari depan.Kelihatan bagian sclera yang tertutupi
oleh lapisan konjungtiva
11
Gambar 2.2: Bagian eksternal mata dari samping.Keliatan bagian sclera yang tertutupi
oleh lapisan konjungtiva
Gambar 2.3: Potongan melintang bagian anterior bola mata
12
Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membrane yang menutupi sclera dan kelopak
mata bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui
konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel
Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.Konjungtiva terdiri
atas tiga bagian, yaitu konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal
sukar digerakkan dari tarsus.2
Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sclera di
bawahnya. Konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva
tarsal dengan konjungtiva bulbi.Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan
dengan sangt longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah
bergerak.2
Tidak seperti membrana mukus lain yang terdapat di dalam tubuh, struktur
ini jelas kelihatan langsung. Oleh kerna itu, segala lesi dan tumor pada daerah
konjungtiva dianggap masih di derajat awal. Ini kerna kebanyakan dari tumor ini
mempunyai cii-ciri yang tipikal, dimana suatu diagnose yang akurat dapat dibuat
dengan hanya pemeriksaan ocular eksternal dan lampu slit biomikroskop, dengan
syarat seorang dokter itu mengetahui karekteristiknya dari penyakit yang
didiagnosa.12
2.2 SQUAMOUS CELL CARCINOMA PADA MATA
2.2.1 Definisi dan Epidemiologi
Karsinoma sel skuamosa adalah suatu keganasan
konjungtiva primer yang sering di dapat. Insidennya bervariasi
berdasarkan geografis, ras, usia dan kaitannya dengan HIV/AIDS.
Secara internasional insidennya bervariasi secara geografis, 0,03
hingga 3,5 per 100.000 penduduk per tahun. Di Amerika Serikat,
insidennya dilaporkan 0,13 per 100.000 penduduk. Di Australia,
insidennya diperkirakan 1,9 per 100.000 penduduk. Penelitian di
Afrika selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan peningkatan
yang drastis jumlah kasus yang didiagnosa sebagai karsinoma
13
sel skuamosa konjungtiva. Di Uganda, terdapat peningkatan
resiko 10 kali lipat karsinoma konjungtiva pada individu dengan
HIV, di Zimbabwe dilaporkan angka. Karsinoma sel Skuamosa
adalah 2 dari 100 pasien yang diperiksa. Diduga ini berkaitan
dengan infeksi virus HIV.4,5,6
Individu yang tinggal dekat khatulistiwa cenderung muncul
pada usia yang lebih muda dari pada yang tinggal jauh dari
khatulistiwa. Karsinoma sel skuamosa lebih dominan mengenai
orang Kaukasian.4,7
Lesi neoplastik epitel konjungtiva meliputi displasia,
neoplasma intraepitel, dan karsinoma sel skuamosa. Lesi ini
dibedakan secara histopatologi berdasarkan invasi ke membran
basal epitel. Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan
displasia progresif yang menembus membran basal sampai ke
substantia propria dan dapat menginvasi kornea dan sklera.2,4,8
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki
laki (75%) dibandingkan wanita (25%) dan cendrung mengenai
umur yang lebih tua yaitu dekade ke lima dan enam (rata rata 60
tahun), dapat terjadi di usia lebih muda pada pasien dengan
xeroderma pigmentosum dan daerah tropis. Pasien dengan AIDS
mempunyai resiko 13 kali untuk berkembangnya keganasan
epitel ini.4,7
2.2.2 Patofisiologi dan Etiologi
Etiologi Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva belum
diketahui, namun diduga bahwa maturasi abnormal epitel
konjungtiva akibat kombinasi dari beberapa faktor, seperti:2,4,10
- Paparan sinar ultra violet yang berlebihan
Conjungtival sun exposure terlihat dengan adanya solar
elastosis di substantia propria. Tulvatana et al.
14
menemukan bahwa solar elastosis lebih sering ditemukan
(53,3%) pada kasus neoplasma dan merupakan faktor
resiko untuk kasus neoplasma di konjungtiva.
- HPV tipe 16 dan 18. Human Papilloma Virus khususnya tipe
16 dan 18, sudah diidentifikasi pada neoplasma epitel
konjungtiva dengan immunohistochemical dan analisis
molekuler, namun peranannya masih belum jelas.
Karcioglu dan Isa telah mengidentifikasi DNA tipe 16 dan
18 pada 57% spesimen CIN, 55% dari KSSK dan 32 % pada
konjungtiva normal selama operasi katarak.
- Individu dengan HIV positive dan pasien dengan
Xeroderma Pigmentosum lebih mungkin diserang akibat
status imunologisnya.
- Faktor resiko lainnya diduga karena inflamasi yang lama,
asap rokok dan pemakaian lensa kontak yang lama.
Gambar 3 : Neoplasia epitel konjungtiva.
2.2.3 Gejala Klinis dan Diagnosis
Diagnosis karsinoma sel skuamosa ditegakkan dari
pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan histopatologi
memperlihatkan perubahan dari polaritas sel dengan gangguan
maturasi seluler. Akantosis, sel atypia, dan peningkatan rasio
nukleus dan sitoplasma dapat diketahui. Karsinoma sel
skuamosa terdiri dari sel sel dengan nucleus yang besar dan
15
sitoplasma eosinofilik yang banyak, dan biasanya mengenai
lapisan epitel bagian dalam. Sel tumor dapat well diferentiated
atau mudah dikenali sebagai squamous atau moderately
differentiated atau poorly differentiated atau sulit dibedakan
dengan dari keganasan lain seperti carcinoma sebaseus.8,9
Gambar 4 : Gambaran klinis karsinoma sel skuamosa pada
konjungtiva.
Sebagian besar pasien mempunyai keluhan adanya
pertumbuhan massa di mata, yang bertambah ukurannya
dengan cepat. Sering pula ditemui keluhan kemerahan atau
iritasi. Tumor ini sering terdapat di daerah inter palpebral dekat
nasal atau temporal limbus, namun bisa juga mengenai
konjungtiva palpebra atau kornea.4,9,11
Pertumbuhannya bisa berbentuk nodular, gelatin,
leukoplakia dengan pembuluh darah di sekitarnya. Tumor yang
muncul terlokalisir dapat menyerupai degenerasi konjungtiva
dan diragukan dengan pterigium, pingecula. Tipe difus juga bisa
ditemukan dan klinis menyerupai konjungtivitis kronis.Karena
16
kemunculannya bervariasi, ia dapat merupakan suatu
masquerade syndrome.10,12
Dalam analisa 60 kasus karsinoma sel skuamosa
konjungtiva, Tunc dkk mendapatkan mata merah (68%) dan
iritasi okuler (57%) sebagai gejala terbanyak. Mc Kelvie dkk yang
meneliti 26 kasus lainnya, mendapatkan 77% kasus dengan
munculan suatu massa dan diagnosis preoperatif dibuat hanya
pada 3% kasus. Mauriello dkk yang mengobservasi l4 kasus
karsinoma sel skuamosa adenoid konjungtiva mendapatkan
bahwa tumor ini dapat muncul dengan tanda- tanda peradangan,
sedangkan yang lainya berupa massa yang tidak nyeri dan
pertumbuhannya lambat.4,6,7
Van Dessel pernah melaporkan kasus karsinoma sel
skuamosa konjungtiva yang memperlihatkan masquerade
syndrome uveitis. Diagnosis diketahui dari pemeriksaan sitologi
cairan COA. Dari anamnesa didapatkan bahwa beberapa minggu
sebelum terjadinya uveitis, pasien menjalani operasi pterigium
pada mata yang sama. Lesinya sedikit meninggi, bulat putih,
dikelilingi oleh pembuluh darah yang melebar dan berlokasi di
kuadran temporal atas mata kiri. Hasil patologis menunjukkan
suatu perubahan actinic atypical ringan. Spesimen biopsi
diulang, dan histopatologis mendiagnosa suatu karsinoma sel
skuamosa.13
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva bisa juga terlihat
tanpa adanya pertumbuhan massa yang jelas. Mahmood dkk
melaporkan tiga kasus dengan gambaran klinik yang tidak biasa
dari peradangan jaringan dan penipisan kornea atau sklera tanpa
adanya massa. Pada satu kasus, didapatkan riwayat trauma
sebelumnya sehingga pasien didiagnosa awal dengan ulkus
Moren's dan setelah dilakukan tap COA baru diketahui karsinoma
17
sel skuamosa sedangkan pada dua kasus lainnya, didapatkan
riwayat operasi pterigium sebelumnya.2,4
Jika terdapat kecurigaan suatu keganasan sel skuamosa
konjungtiva, biopsi eksisional merupakan pemeriksaan gold
standar. Untuk lesi yang sangat besar, biopsi insisional dapat
dilakukan, namun cara yang tepat dan manipulasi minimal dari
jaringan sekitarnya penting untuk mencegah penyebaran
tumor.2,4\
Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan pada Karsinoma
sel skuamosa konjungtiva. Pewarnaan Rose Bengal dapat
membantu untuk menentukan perluasan lesi yang tepat.
Pemeriksaan dengan slitlamp, gonioskopi dilakukan jika curiga
adanya keterlibatan intraokuler. Palpasi pembesaran kelenjar
limfe dilakukan untuk mencari metastase regional. CT Scan dan
MRI dapat membantu jika ada invasi ke orbita.2,4,8
2.2.4 Diagnosa Banding
Diagnosis banding dari karsinoma sel skuamosa pada mata
adalah sebagai berikut:4,5,8
- Pterygium : adalah selaput berdaging, penambahan
segitiga sebuah ke kornea, biasanya di sisi hidung bilateral.
Hal ini dianggap fenomena iritasi akibat sinar ultraviolet,
pengeringan, dan lingkungan berangin, karena sering
terjadi pada orang-orang yang menghabiskan sebagian
besar hidup mereka di luar rumah di cerah, berdebu, atau
berpasir, lingkungan tertiup angin. Temuan patologis di
konjungtiva adalah sama dengan pinguecula. Dalam
kornea, ada penggantian lapisan Bowman oleh hialin dan
jaringan elastis.
18
Gambar 5 : Pterygium dengan penambahan kearah kornea
- Pinguekula : sangat umum pada orang dewasa. Muncul
sebagai nodul kuning di kedua sisi kornea (lebih sering di
sisi hidung) di daerah apertura palpebra. Nodul, terdiri dari
hialin dan jaringan elastis kuning, jarang bertambah besar,
tetapi peradangan umum. Secara umum, tidak ada
perawatan yang diperlukan, tetapi dalam kasus-kasus
tertentu pingueculitis, steroid topikal yang lemah
(misalnya, prednisolon 0,12%) atau obat anti-inflamasi
nonsteroid topikal dapat diberikan.
19
Gambar 6 : Pinguekula
- Melanoma Maligna : Melanoma maligna dari konjungtiva
jarang terjadi. Sebagian besar berasal dari daerah melanosis
diperoleh primer, beberapa muncul dari nevi konjungtiva,
beberapa tampaknya muncul de novo. Beberapa melanositik,
sementara yang lain sangat berpigmen
-
Gambar 7 : Melanoma maligna Konjungtiva
- Tumor Kelenjar Lakrimal : Kelenjar lakrimal adalah
kelenjar yang mengeluarkan air mata dan terletak di atas
dan di samping mata. Ketika sel-sel kelenjar lakrimal
menjadi abnormal dan berkembang biak, mereka
membentuk pertumbuhan jaringan yang disebut tumor.
Sebuah tumor kelenjar lakrimal bisa jinak (non kanker)
20
atau ganas (kanker, yang berarti dapat menyebar ke
bagian lain dari tubuh)
Gambar 8 : Sebuah tumor di bagian superior.
2.2.5 Penatalaksanaan
Terapi Bedah
Terapi pilihan dari karsinoma sel skuamous konjungtiva
adalah eksisi luas. Dianjurkan untuk batas eksisi 2-3 mm dari
tumor yang terlihat. Frozen section dapat menilai batas lateral
eksisitapi tidak dapat membantu menentukan batas dalam.
Setelah eksisi dapat dilakukan krioterapi pada batas konjungtiva
yang tinggal dan dasar lesi untuk menurunkan angka rekurensi.
Krioterapi dapat menghancurkan sel tumor melalui
penghancuran oleh dingin sama seperti yang diakibatkan oleh
iskemia lokal.2,4,8
Radiasi dapat digunakan sebagai terapi adjuvant, pada lesi
yang luas dengan batas yang tidak jelas dan sebagai terapi
paliatif pada kasus yang tidak dapat ditoleransi dengan operasi.
21
Kearsley dkk, melaporkan 140 kasus yang diteraoi dengan
radioterapi strontium 90 dengan angka rekurensi 2,3%.2,4,7
Enukleasi diindikasikan jika terdapat perluasan ke
intraokuler dan untuk kasus lanjut dengan keterlibatan orbit4
eksenterasi adalah prosedur pilihan.4,8
Terapi Medis
Terapi dengan anti metabolit 5FU (5 Fluorouracil),
Mytomicin C (MMC) telah digunakan sebagai terapi adjuvant
dalam manajemen keganasan konjungtiva. Obat ini diindikasikan
pada lesi lesi rekuren setelah eksisi primer, batas yang tidak
bebas tumor pada pemeriksaan histopatologi dan lesi yang difus
dan luas.4,8
Midena dkk menunjukkan bahwa kemoterapi konjungtiva
topical 5 FU l% tetes mata, efektif sebagai terapi adjur'.ctif
karsinoma sel skuamosa konjungtiva dan tidak didapatkan
komplikasi yang serius. Kemp yang memberikan mitomicin C
0,04 % tetes mata sebelum operasi dan pemberian MMC 0,4
mg/ml intra operasi, dalam manajemen keganasan konjungtiva
yang rekuren dan difus mendapatkan hasil yang memuaskan.13,17
Penatalaksanaan Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva
menurut Kelompok Seminar Onkologi Mata, Bedah Plastik dan
Rekonstruksi Mata adalah sebagai berikut:
1. Bila tumor di konjungtiva bulbi
- Diameter tumor l-2 mm : Eksisi 2-3 mm dari batas
makroskopik tumor, diikuti dengan pengobatan krioterapi -
700oC
- Diameter tumor 2 -5 mm : Bila eksisi luas tidak
memungkinkan dianjurkan enukleasi atau eksenterasi
- Diameter >5 mm : Eksenterasi.
22
2. Bila tumor sudah menginvasi orbita
- Tanpa pembesaran KGB regional : Eksenterasi, dan bila
operasi tidak bebas tumor diberikan radioterapi loco
regional.
- Dengan pembesaran KGB regional: Eksenterasi, Diseksi
KGB dan radioterapi loco regional.
3. Bila didapat invasi tumor ke intrakranial, sinus
paranasal, pembesaran KGB tanpa metastase jauh:
- Operasi bersama dengan bagian lain jika memungkinkan
- Bila inoperabel, dapat dilakukan debulking tumor yang
dilanjutkan dengan radioterapi
4. Bila didapatkan metastase jauh:
- Pemberian Sitostatika
- Radioterapi Loco regional
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi utama adalah rekurensi, yang umumnya terjadi
dalam tahun pertama setelah eksisi, tapi juga bisa terlambat
sampai 5 tahun. Rekurensinya jarang terutama pada eksisi yang
komplit. Temuan histopatologi dan batas eksisi juga
mempengaruhi angka rekurensi. Tunc dkk mendapatkan angka
rekurensi 4,5% dan 5,3% masing-masing untuk neoplasma
intraepitel dan karsinoma sel skuamosa konjungtiva. Dengan
eksisi lengkap, angka rekurensi kurang dari 10%.4,8
Invasi intraokuler dilaporkan 2-8% kasus dan invasi orbita
l2 – 18% kasus. Tunc, mendapatkan angka lebih tinggi yaitu l3%,
invasi orbita 11%. Mc Kelvie, mendapatkan invasi intraokuler l3%
dan invasi ke orbita 15%.4,6
Metastase karsinoma sel skuamosa ke kelenjar limfe
preaurikuler dan servikal, pemah dilaporkan insidennya 0-4%.
23
Zimmerman dkk, hanya mendapatkan 4 kasus dari 87 kasus
karsinoma sel skuamosa. Metastase ke kelenjar parotis, paru dan
tulang juga pernah dilaporkan.9
2.2.7 Prognosis
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan
keganasan tipe low grade malignancy. Prognosis umumnya baik,
namun hal itu juga terganrung pada ukuran lesi, temuan
histopatologis, eksisi yang komplit. Angka kematian yang
dilaporkan bervariasi, Tunc yang menganalisa 60 kasus
karsinoma sel skuamosa konjungtiva mendapatkan angka
kematian 0%, beberapa melaporkan tinggi sampai 4-8%.4,6,8
BAB III
KESIMPULAN
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan
keganasan konjungtiva yang paling sering di Amerika Serikat.
Insidennya bervariasi dari 0,03 hingga 3,5 kasus per 100.000
penduduk, tergantung lokasi geografik.
Karsinoma konjungtiva paling sering muncul pada limbus di daerah fisura
palpebra dan jarang muncul pada daerah konjungtiva yang tidak terpapar.
Beberapa jenis tumor dapat menyerupai pterigium. Sebagian besar memiliki
permukaan seperti gelatin. Kekambuhan umum terjadi jika lesi tidak sempurna
dieksisi. Penggunaan adjunctive cryotherapy, mitomycin C topikal, atau
fluorouracil dapat membantu untuk mencegah kekambuhan.
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki
laki (75%) dibandingkan wanita (25%) dan cenderung mengenai
umur yang lebih tua dekade ke lima dan enam, dapat juga terjadi
pada usia muda dengan xeroderma pigmentosum. Diagnosis
ditegakkan dari pemeriksaan histopatologi.
24
Gejala klinis keganasan ini sangat bervariasi. Tumor ini
sering terdapat di daerah interpalpebral dekat nasal atau
temporal limbus. Pertumbuhannya bisa lokal dan difus. Karena
munculannya bervariasi, sehingga diagnosa bisa terlambat.
Karsinoma sel skuamosa konjungtiva umumnya low grade
malignancy. Rekurensi lokal sering terutama pada eksisi yang
tidak komplit, tapi perluasan ke intraokuler dan metastase jauh
jarang. Pilihan terapi pada keganasan epitel konjungtiva adalah
eksisi massa tumor dengan atau tanpa krioterapi, radioterapi,
dan kemoterapi topical.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.
2. Vaughan, D.G., Asbury, T., et al. 2007. General Oftalmologi. Edisi 17. London: McGraw Hill.
3. Midena E et al. Treatment of Conjunctival Squamous Cell Carcinoma With Topical 5 Fluorouracil. Br J Ophthalmology 2000 ;84 :268-272.
4. Tunc M, et al. Intraepithelial and Invasive Squamous Cell Carcinoma of The Conjunctiva : analysis of 60 cases. Br J Ophthalmology 1999; 83 : 98-103.
5. Poole, TRG. Conjunctival squamous cell carcinoma in Tanzania. British Joumal of Ophthalmology 1999 ; 83 (2) : 177-179.
6. McKelvie PA et al. Squamous cell carcinoma of the conjunctiva : a series of 26 cases. British Journal of Ophthalmology 2002; 86 : 168-173.
25
7. Mauriello JA. Adenoid Squamous Carcinoma of the conjunctiva – a clinicopathological study of 14 cases. British Journal of Opthalmology 1997; 81(11): 1001-1005.
8. American Academy of Ophtalmology. Clinical Approach to Neoplastic Disorder of the Conjunctiva and Cornea. In : External Disease and Cornea. BCSC Section 8, 2003-2004:241-246.
9. Jacoebiec FA et al. 2005. Secondary and Metastatic Tumours of The Orbit. In: Duane's Clinical Ophthalmology. Vol 2. Chap 46. Philladelphia: Lippincott Raven.
10. Tulvatana, W. et al. Risk factors for conjungtival squamous cell neoplasia : a matched case-control study. British Journal of Ophthalmology 2003 ; 87 : 396-398.
11. Crawford, JB. 2005. Conjunctival Tumours. In: Duane's Clinical Ophthalmology. Vol 4. Chap. 10. Philladelphia: Lippincott Raven.
12. Squamous Carcinoma and Intraepithelial Neoplasia of the Conjunctiva. Diakses dari: www. eye cancer.com. 2013.
13. Van Dessel P, et al. Invasive Squamous Cell Carcinoma of The Conjunctiva. Bull. Soc. Gelge Ophthalmol 2000 ;278;43-47
26