STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KEPERCAYAAN MUZAKKI PADA BADAN AMIL
ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH (BAZIS) DKI JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun oleh:
Ahmad Dedaat Saddam Alhaqque
1110046300020
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya Saya asli yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau
merupakan hasil jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Juni 2017
Ahmad Dedaat Saddam Alhaqque
v
ABSTRAK
Ahmad Dedaat Saddam Alhaqque (1110046300020), Strategi Pengelolaan Zakat
Dalam Upaya Meningkatkan Kepercayaan Muzakki Pada Badan Amil Zakat Infaq
dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta. Program studi Ekonomi Syariah,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,
1438H/2017M.
Isi :
Penelitian ini untuk menganalisis strategi pengelolan zakat di BAZIS DKI
Jakarta baik dalam hal penghimpunan dana zakat ataupun dalam pendayagunaan dana
zakat. Analisis tersebut dilakukan untuk mengetahui bagaimana pola yang dilakukan
BAZIS DKI Jakarta untuk meningkatkan dan menjaga kepercayaan para muzakki
dalam membayarkan dana zakatnya. Serta untuk mengetahui bagaimana dampak dari
pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta apakah dampak
tersebut positif untuk peningkatan kepercayaan muzakki atau bahkan tidak
mempunyai dampak sama sekali.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan
data melalui wawancara, dan studi dokumentasi seperti jurnal, laporan keuangan,
skripsi, dan laporan rencana kerja BAZIS DKI Jakarta. dokumentasi tersebut akan
diklasifikasikan dan disusun mana yang bisa dijadikan sebagai sumber oleh penulis
untuk menganalisis strategi pengelolaan zakat di BAZIS DKI Jakarta dan bagaimana
pola hubungan yang dilakuakan oleh BAZIS DKI Jakarta dalam meningkatkan
kepercayaan para muzakki. Adapun teknik pengelolaan data pada penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan
pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu pengumpulan informasi-
informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun
dan mengklasifikasikannya.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bagaimana strategi dan sistem
pengelolaan zakat di BAZIS DKI Jakarta. Serta bagaimana strategi untuk menjaga
kepercayaan para muzakki. Untuk meningkatkan kepercayaan BAZIS DKI Jakarta
terus meningkatkan kinerja dalam segala aspek yaitu kredibilitas sumber daya,
kredibilitas pengelolaan dan kredibilitas kelembagaan serta sarana dan prasarana.
Untuk menjaga kepercayaan muzakki BAZIS DKI Jakarta membuat program seperti
program beasiswa, program bantuan usaha, dan program untuk merenovasi sarana
umum, seperti tempat ibadah yaitu masjid. Dampak positif dari pengelolaan dan
pendistribusian zakat dirasakan langsung oleh masyarakat seperti bantuan dalam
bidang ekonomi, sosial keagamaan, dan bantuan dalam peningkatan pendidikan
melalui program – program tersebut.
Kata Kunci : penghimpunan zakat, pengelolaan zakat, zakat, dampak pendayagunaan
zakat, program BAZIS SKI Jakarta..
Pembimbing : H. Qosim Arsyadani, MA
vi
KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu penulis menyatakan bahwa sesungguhnya segala puji
hanyalah kepunyaan Allah SWT, yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, pemilik
dan Penguasa hari Pembalasan. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan
kepada baginda kita semua yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Alhamdulillahirabbil Alamin puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan berupa karunia, rahmat dan nikmat, sehingga
skripsi dengan judul “Strategi Pengelolaan Zakat dalam Upaya Meningkatkan
Kepercayaan Muzakki pada Badan Amil Zakat Infak Shodaqoh (BAZIS) DKI
Jakarta” ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Syariah
dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini,
penulis memperoleh dukungan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak oleh karena
itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak tersebut
sebagai berikut:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. AM Hasan Ali, MA. Selaku Kepala Program Studi Muamalat Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. H. Qosim Arsyadani, MA. Selaku Dosen Pembimbing penulisan skripsi saya
yang ditengah kesibukan, telah meluangkan waktunya untuk membimbing,
vii
mengarahkan dan memberikan saran dan masukan yang sangat berarti bagi
penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Arip Purkon, SHI, MA., Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis
menempuh perkuliahan di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu
ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
6. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta atas pelayanannya dalam melengkapi literatur
penelitian.
7. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta atas kemudahan yang
penulis rasakan selama pengumpulan literatur.
8. Mas Habibi dan staf Badan Amil Zakat Infak Dan Shodaqoh (BAZIS) DKI
Jakarta, yang bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukan guna memberikan
informasi serta data-data yang sangat dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Kedua Orang tuaku (Ayahanda Drs. Ali Syamsudin dan Ibunda Nuryati) Tak lupa
juga buat kedua kakakku (Nana Nur’aina dan Taj Nur Aliyah Maharani) yang
telah memberikan dukungan baik secara moril, materiil, serta doa yang selalu
dipanjatkan sehingga penulis diberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat kosan Dimas Lubnan, Ecep Turmudzi, Ibnu Basit, Achmad Hamdalah,
Haidir Alfadil, Dicky Riza, Anjo momatry, Saepul Anwar, Luthfi Hidayat, Agus
Priyadi. (terima kasih kalian selalu menjadi yang terbaik, terimakasih kalian
viii
selalu memahami dan menghibur, selalu mendengarkan keluh kesahku dan selalu
mendoakan aku). “Semoga Kita Sukses Bersama”.
11. Teman-teman seperjuangan Manajemen Ziswaf angkatan 2010, Tasya Geby, Hani
Tahliani, Siti Aisyah, Rizki Fauziah, Khusni Mubarak, Ara Parhadi, Ahmad
Firdaus, Muhammad Heri, yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang selalu
menghadirkan kehangatan kebersamaan dalam berfikir dan berbuat serta
perhatian dan kebaikan kalian semua tidak akan pernah terlupakan.
12. Dan semua pihak yang memberikan dukungan, spiritual, kata, moril dan materiil
hingga selesainya penelitian ini yang tidak bisa penulis tuliskan satu – persatu.
Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima
oleh Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Dengan segala kelemahan dan
kekurangan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada
umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah hidup kita. Amiiin.
Jakarta, 14 Juni 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................................................... .... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 6
C. Perumusan Dan Pembatasan Masalah ................................................. 6
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ........................................................... 7
E. Metodologi Penelitian ..................................................................... 10
F. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 15
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Zakat ................................................................................................. 20
1. Pengertian Zakat ........................................................................ 20
x
2. Hukum Zakat ............................................................................. 22
3. Fungsi dan Tujuan Penyaluran Zakat ......................................... 23
4. Syarat – Syarat wajib Zakat ....................................................... 25
B. Konsep Manajemen …....................................................................... 29
1. Pengertian Manajemen ............................................................... 29
2. Fungsi – Fungsi Manajemen ...................................................... 32
3. Unsur – Unsur Manajemen ........................................................ 38
C. Konsep Pendistribusian .................................................................... 40
BAB III GAMBARAN UMUM BADAN AMIL INFAQ DAN SHADAQAH
(BAZIS) DKI JAKARTA
A. Profil Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI
Jakarta .............................................................................................. 42
1. Sejarah Berdirinya BAZIS DKI Jakarta ................................... 42
2. Visi Dan Misi ............................................................................ 45
3. Tugas Dan Fungsi ..................................................................... 45
4. Legal Formal ............................................................................. 47
5. Struktur Organisasi ................................................................... 49
B. Strategi Penghimpunan dan penyaluran dana Zakat Di BAZIS DKI
Jakarta ............................................................................................. 52
1. Penghimpunan dana BAZIS DKI Jakarta ................................ 52
2. Penyaluran Dana BAZIS DKI Jakarta ..................................... 54
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Mekanisme Dan Strategi Pengelolaan Dana Zakat Di BAZIS DKI
Jakarta Dalam Meningkatkan Kepercayaan Muzakki ...................... 58
1. Sumber Penghimpunan Dana Zakat Pada BAZIS DKI Jakarta .. 58
2. Sistem Penyaluran Dana Zakat Pada BAZIS DKI Jakarta ......... 60
3. Fasilitas Dan Sumber Daya Manusia BAZIS DKI Jakarta ........ 65
B. Pola Hubungan Yang Dibangun Oleh BAZIS DKI Jakarta Dalam
Meningkatkan Kepercayaan Muzakki .............................................. 68
1. Pola Dan Konsep Komunikasi Yang Dibangun BAZIS DKI
Jakarta ......................................................................................... 68
2. Program - Program BAZIS DKI Jakarta Dalam Menjaga Pola
Hubungan Kepercayaan Muzakki ............................................... 71
C. Dampak Dari Strategi Pengelolaan Zakat BAZIS DKI Jakarta
Terhadap Tingkat Kepercayaan Masyarakat (Muzakki) .................. 74
1. Dalam Bidang Sosial Dan Keagamaan ....................................... 75
2. Dalam Bidang Pendidikan .......................................................... 76
3. Dalam Bidang Kewirausahaan dan Ekonomi ............................. 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 83
B. Saran ................................................................................................ 84
xii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1 Sumber Penghimpunan Zakat BAZIS DKI Jakarta ................................ 60
Tabel 4.1.2 Penghimpunan Dana ZIS …………………………………...…………. 78
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1.1 pengelolaan dana zakat di BAZIS DKI Jakarta membantu Masyarakat
DKI Jakarta ………………………...………………………………………………. 79
Grafik 4.1.2 pernyataan muzakki untuk terus melakukan pembayaran zakat melalui
BAZIS DKI Jakarta …………………………..……………………………………. 80
Grafik 4.1.3 pernyataan muzakki bahwa akan percakayakan pembayaran dana zakat
kepada BAZIS DKI Jakarta ……………………………………….……………….. 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan sebagai situasi kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak
simiskin, tetapi karena keadaan yang tidak bisa dihindari oleh kekuatan yang ada
padanya.1 Kondisi ini dimana ada ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan
merupakan masalah global. Kebanyakan orang memahami istilah ini secara
subyektif dan komparatif, sementara yang lain melihatnya dari segi moral dan
evaluative.
Pada periode September 2014 – Maret 2015, baik Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung mengalami
kenaikan. Selama periode September 2014–Maret 2015, jumlah penduduk miskin
di daerah perkotaan naik sebanyak 0,29 juta orang (dari 10,36 juta orang pada
September 2014 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2015), sementara di daerah
perdesaan naik sebanyak 0,57 juta orang (dari 17,37 juta orang pada September
2014 menjadi 17,94 juta orang pada Maret 2015). Peranan komoditi makanan
terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi
bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan
1Badan Pusat Statistik, Presentase Penduduk Miskin Maret 2015 Mencapai 11,22 Persen,
2015, diakses pada tanggal 14 mei 2017
2
Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2015 tercatat
sebesar 73,23 persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September
2014 yaitu sebesar 73,47 persen. Pada bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin
(penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah sebesar 0,86
juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta
orang (10,96 persen).2
Ditengah problematika perekonomian ini, zakat muncul menjadi instrument
yang solutif untuk membangun ekonomi yang efektif dan sustainable. Zakat
sebagai instrumental pembangunan perekonomian dan pengetasan kemiskinan
umat di daerah, memiliki banyak keunggulan di bandingkan instrument fiscal
konvensional yang kini telah ada. 3
Potensi zakat Indonesia dinilai terbesar di Asia. Ada yang mengatakan
bahwa potensi tersebut bisa mencapai 123 Triliun. Bahkan, dalam kajian
LAZNAS sendiri potensi zakat Indonesia mencapi 217 Triliun per tahun. Tentu
ini angka yang cukup besar dan sangat sayang bila tidak dikelola dengan baik.
Jika APBD rata-rata suatu provinsi adalah 10 Triliun, maka potensi zakat
Indonesia bisa membiayai hampir 21 Provinsi. Sayangnya, hitung-hitungan itu
masih bersifat normatif. Kenyataannya, zakat yang terkumpul sangat jauh dari
jumlah tersebut.4
2 Badan Pusat Statistik, Presentase Penduduk Miskin Maret 2015 Mencapai 11,22 Persen,
2015, diakses pada tanggal 14 mei 2017 3 Tim Institut Manajemen Zakat, Profil 7 LAZ Propinsi & Kabupaten Potensial di Indonesia,
(Ciputat: IMZ, 2006),h.xix 4 Saleh Daulay, Rimanews.com, Jakarta, 2015, Diakses pada tanggal 14 mei 2017
3
Zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai
upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pelaksanaan ibadah zakat
melibatkan sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan harta benda
sejak pengumpulan, pendistribusian, pengawasan, pengadministrasian, dan
pertanggung jawaban harta zakat. Oleh sebab itu pelaksanaan ibadah zakat
tersebut memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga dapat meningkatkan
peranan dan fungsi zakat dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial.5
Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pengentasan
kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda dengan sumber keuangan untuk
pembangunan yang lain, zakat tidak memiiki dampak balik apapun kecuali ridha
dan mengharap pahala dari allah semata. Namun demikian, bukan berarti
mekanisme zakat tidak perlu sistem kontrol. Nilai strategis zakat dapat dilihat
melalui : pertama, zakat merupakan panggilan agama. Ia merupakan cerminan
dari keimanan seseorang. Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah
berhenti. Artinya orang yang membayar zakat, tidak akan pernah habis dan yang
telah membayar setiap Tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar.
Ketiga, zakat secara empiric dapat menghapus kesenjangan sosisal dan sebaliknya
dapat menciptakan restribusi asset dan pemerataan pembangunan.6
Pengelolaan zakat adalah suatu kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan terhadap pengumpulan, dan pendistribusian, serta
pendayagunaan zakat. Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil yang
dibentuk oleh pemerintah yang di organisasikan dalam suatu badan atau lembaga.
5 T. Hani Handoko, Buku Manajemen, (Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta, 1986), Cet. 1, hlm. 8
6 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press,
2004), Hlm.206
4
Pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amilk zakat dengan cara menerima atau
mengambil dari muzaki atas dasar pemberitahuan muzaki. 7
Keberadaan organinasi pengelola Zakat (OPZ) khususnya Badan Amil Zakat
Infaq dan Shadaqah (BAZIS) saat ini dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang
sedang kesusahan. BAZIS berupaya sedemikian rupa untuk membantu kesulitan
masyarakat miskin dengan berbagai programnya. Tak terkecuali program
pemberdayaan bagi orang miskin di jalanan, di daerah pelosok dan sebagainya.
Beragam program dilaksanakan dengan sumber pendanaan dari zakat. Namun
Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS) sebagai lembaga pengelolaan
zakat yang didirikan oleh pemerintah ternyata system pengelolaannya masih
belum maksimal dan kurang dipercaya masyarakat atau muzzaki dalam hal
pendistribusian zakat kepada yang berhak. Artimya kinerja ,asihmperlu
ditingkatkan untuk menjaga kesimabungan manfaat penggunaan zakat dan infaq
tersebut. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar muzzaki masih menginginkan
pengelolaan zakat yang lebih baik, yaitu bahwa pengelolaan zakat harus memiliki
profesionalisme, transparasi dalam pelaporan dan penyaluran yang tepat sasaran,
dengan program – program yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan
Masyarakat.
Fenomena diatas menunjukan bahwa muzakki membutuhkan kepercayaan
yang lebih atas pengelolaan zakat oleh Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah
(BAZIS). Kepercayaan ini akan terjadi bila pihak pengelola zakat mampu
memberikan data secara transparan dan juga menunjukan kinerjanya yang bagus
7 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: Grasindo, 2006), Hlm. 44
5
dan membuktikan kejujuran dalam pengelolaannya, dan profesionelitas, sehingga
pemberi zakat percaya untuk menyalurkan zakatnya kelembaga tersebut.8
Oleh karena itu, strategi pengelolaan dana zakat yang baik akan menciptakan
kepercayaan masyarakat sehingga msyarakat akan terdorong menyalurkan
danannya pada BAZIS dari pada menyalurkan langsung pada mustahik.
Penyaluran secara langsung tersebut lebih dekat pada pemanfaatan konsumtif
sehingga agak mengaburkan tujuan produktif.9
Dengan melihat wacana dan permasalahan diatas penulis sangat tertarik untuk
mengetahui lebih dalam lagi dan ingin mengadakan sebuah penelitian pada Badan
Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS). penulis memilih (BAZIS) Provinsi DKI
Jakarta karena terletak di Ibu Kota yang seharusnya lebih berkembang dalam
pengelolaan dana zakat dan bisa menjadi contoh untuk BAZIS didaerah lainnya.
Selain itu di Provinsi DKI Jakarta juga banyak Lembaga Amil Zakat yang
berkembang, jaadi menarik untuk mengetahui bagaimana strategi BAZIS DKI
Jakarta agar bisa bersaing dan mengetahui bagaimana startegi pengelolaan
zakatnya.
Penulis juga yakin akan relevansi dari penelitian ini dengan studi yang
sedang di geluti selama ini. Alasan konseptual inilah yang membuat penulis ingin
mengangkat permasalahan ini dalam sebuah skripsi dengan judul “Strategi
Pengelolaan Zakat Dalam Upaya Meningkatkan Kepercayaan Muzakki Pada
Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta.”
8 Harian Pelita, terbit tahun 2012 h. 1
9 Muhammad Muflih. Akutansi Zakat Kontenporer, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),
h.141
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah-masalah yang dapat
diindentifikasi adalah :
a. Bagaimana sistem atau cara kerja Strategi Pengelolaan Zakat pada Badan
Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta?
b. Bagaimana Strategi pengelolaan dana zakat untuk meningkatkan kepercayaan
muzaki ?
c. Apa faktor penghambat dari pengelolaan zakat?
d. Upaya apa yang dapat di lakukan untuk meningkatkan kepercayaan para
muzakki?
e. Bagaimana apresiasi muzakki terhadap Strategi Pengelolaan Zakat pada
Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta?
f. Bagaimana perkembangan pelaksanaan pengumpulan zakat, ditinjau dari
jumlah muzakki, jumlah penerimaan, dan jumlah penyaluran dana zakat di
Strategi Pengelolaan Zakat pada Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah
(BAZIS) Provinsi DKI Jakarta?
C. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan batasan-batasan
dari masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan-batasan ini berguna untuk
mengidentifikasi faktor mana saja yang tidak termasuk ruang lingkup masalah
penelitian.
Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta menjaga
kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, maka dalam penulisan
7
ini penulis memfokuskan dan membatasi hanya dalam ruang lingkup pada
masalah stategi pengelolaan zakat dalam upaya meningkatkan kepercayaan
muzaki pada Strategi Pengelolaan Zakat pada Badan Amil Zakat Infaq dan
Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pengelolaan zakat untuk meningkatkan kepercayaan
muzakki ?
2. Bagaimana pola hubungan yang harus dibangun oleh Badan Amil Zakat
Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta dengan masyarakat di
DKI Jakarta?
3. Apa dampak strategi pengelolaan zakat yang dilakukan Badan Amil Zakat
Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta terhadap tingkat
kepercayaan para muzakki?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian dengan judul Strategi Pengelolaan Zakat Dalam Upaya
Meningkatkan Kepercayaan Muzakki Pada Badan Amil Zakat Infaq dan
Shadaqah (BAZIS) DKI Jakarta, mempunyai tujuan dan manfaat sebagai
berikut :
Penelitian bertujuan untuk :
a. Mengetahui sistem atau cara kerja Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah
(BAZIS) Provinsi DKI Jakarta.
b. Mengetahui strategi pengelolaan dana Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah
(BAZIS) Provinsi DKI Jakarta dan kepercayaan muzakki.
c. Untuk mengetahui faktor penghambat pengelolaan zakat.
8
d. Untuk mengetahui upaya yang di lakukan untuk meningkatkan kepercayaan
muzakki.
e. Untuk mengetahui apresiasi muzakki terhadap Badan Amil Zakat Infaq dan
Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta.
f. Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan pengumpulan zakat, yang
ditinjau dari jumlah muzakki, jumlah penerimaan, dan jumlah penyaluran
dana zakat di Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI
Jakarta
Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi Akademisi
a. Sebagai bahan referensi untuk penelitian dibidang kualitas
kepercayaan dimasa yang akan datang dan sebagai bahan untuk
menambah khasanah pustaka dibidang manajemen berdasarkan
penerapan yang ada dalam kenyataan.
b. Sebagai bahan studi tambahan terhadap penelitian mengenai zakat yang
sudah ada sebelumnya.
c. Sebagai media pengaplikasian ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
perkuliahan, serta membandingkannya dengan kondisi sebenarnya di
dunia nyata. Guna melatih kemampuan dalam menganalisis secara
sistematis
9
2. Bagi Praktisi
a. sebagai sumber informasi bagi pihak BAZIS dalam
meningkatkan kualitas manajemen supaya lebih dipercaya oleh
muzakki serta untuk mempertahankan tingkat kepercayaan
dimasa kini dan dimasa mendatang. Hasil penelitian ini juga
membantu pihak BAZIS apabila ingin meningkatkan kepercayaan
muzaki dengan menekankan pada manajemen - manajemen yang
berpengaruh terhadap kepercayaan muzaki.
b. Menambah Sumbangan Wacana Pemikiran serta motivasi kepada
Lembaga Amil Zakat dalam melakukan program pengelolaan ZIS dan
juga dapat menjadi rujukan dan perbandingan untuk penerapan pola –
pola dan strategi – strategi penyaluran zakat yang efektif.
3. Bagi Masyarakat
a. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah pusat dan daerah,
khususnya melalui Kementrian Agama dalam membuat peraturan dan
kebijakan untuk meningkatkan pengelolaan, pengumpulan, dan
pendayagunaan dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) ke depan.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat
tentang perkembangan pelaksaaan pengumpulan dana ZIS di LAZ serta
dapat berguna juga sebagai bahan masukan bagi LAZ ke depan.
10
E. Metodologi Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif yang dirasa
merupakan tepat digunakan dalam studi ini karena yang menjadi sorotan
adalah BAZIS (Badan Amil Zakat, Infak, dan Sadaqah) yang merupakan
sebagai pengelola zakat (Amil Zakat). Penelitian ini merupakan penelitian
pendekatan Kualitatif dengan jenis metode deskriptif, yaitu metode masalah
yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi yang
akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.10
Metode Penelitian Kualitatif yaitu salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-
orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan
uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat
diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi
tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang
yang utuh, komprehensif, dan holistik.11
Selain itu, penelitian juga merupakan penelitian kepustakaan (library
research). Penulis akan mendapatkan data dari literatur berupa buku-buku,
makalah, artikel dan tulisan-tulisan lainnya yang menyangkut tentang lembaga
pokok bahasan dalam skripsi ini.
10
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D, (bandung: CV. Alfabeta,
2009), cetakan ke-8, Hal. 205 11
Kasiram,“Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif”, 2008, Hal. 149
11
b. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan
oleh peneliti sebagai obyek penulisan. Metode wawancara mendalam atau
in-depth interview dipergunakan untuk memperoleh data dengan metode
wawancara dengan narasumber yang akan diwawancarai.12
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data yang di peroleh
langsung dari beberapa pihak yang berwenang terutama data yang
diperoleh dari BAZIS DKI Provinsi Jakarta. Data di dapat dari
mengumpulkan data aktual dengan melakukan observasi secara langsung
atau melakukan pengamatan, sambil mengumpulkan data dan melakukan
analisis yang kemudian dari hasil analisis dan observasi tersebut akan
ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan
dokumen atau laporan yang di susun oleh BAZIS DKI Provinsi Jakarta
yang menjadi arsip lembaga, kemudian dipadukan dengan memberikan
gambaran permasalahan yang terjadi di lapangan dengan apa adanya dan
terperinci.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data
kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari
melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur
12
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Organisasi. Jakarta : Gramedia.
12
yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan –
catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu peneliti
mempergunakan data yang diperoleh dari internet. 13
Dalam penelitian ini, data yang di peroleh dari penulis adalah berasal
dari berbagai literature dan referensi lain seperti buku, majalah, makalah,
dan artikel yang mengandung informasi berkaitan dengan masalah yang
dibahas, di himpun dari berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga
situs –situs internet.
b. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan
empat cara, yaitu :
1) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipecahkan.14
Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal,
majalah, hasil-hasil penelitian (skripsi, tesis dan disertasi), dan sumber-
sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll)
2) Observasi
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan
13
Sugiyono. (2005) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET. 14
M. nazir,2003. metode penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, cet.ke-5. Hal 27.
13
pancaindra lainnya,15
dengan mengadakan pengamatan langsung ke
lembaga terkait, yaitu Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS)
Provinsi DKI Jakarta. Guna memperoleh gambaran dan informasi yang
memungkinkan tentang kegiatan lembaga dalam pengelolaan zakat.
3) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan
pertanyaan) dan diwawancarai (yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu). 16
wawancara dengan tujuan percakapan tertentu. Dalam
metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (tatap muka)
untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan mendapatkan data
tujuan yang dapat menjelaskan masalah penelitian.17
Dalam penelitian ini
penulis langsung mewawancarai pengurus Badan Amil Zakat Infaq dan
Shodaqoh (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta dan masyarakat penerima
bantuan serta para muzakki.
4) Studi Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan
penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan.
Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh peneliti
untuk memperkuat hasil penelitian. 18
15
Bungin Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. 16
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,
2008).Cet.ke-25 17
Idib hal.135 18
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
14
Studi dokumen menjadi metode pelengkap bagi penelitian kualitatif,
yang pada awalnya menempati posisi yang kurang dimanfaatkan dalam
teknik pengumpulan datanya, sekarang ini menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari teknik pengumpulan data dalam metodologi penelitian
kualitatif.19
c. Teknik Analisa Data
Langkah selanjutnya yang penulis lakukan setelah data – data terkumpul
adalah mengelolah data dan menganalisis dengan menggunakan metode
deskriptif analisis. metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.20
Dalam skripsi ini pula
penulis menjelaskan gambaran secara obyektif bagaimana apresiasi muzaki
dan strategi pengelolaan dana zakat, infak dan seekah untuk peningkatan
kepercayaan muzaki.
d. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi Jl. Awaludin II, RT.2/RW.17, Kb. Melati, Tanah
Abang, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10230. Telp. (021)
3919292. Penelitiaan ini dilakasanakan pada tahun 2017.
19
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta. 20
Muh. Nazir. Metode Penelitian. Tahun 1988, Hal. 63
15
e. Pedoman Penulisan
Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertasi UIN Jakarta yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Lokasi Penelitian sendiri akan dilakukan di
BAZIS DKI Provinsi Jakarta.
F. Tinjauan Pustaka
No.
Nama Penelitian,
Judul Penelitian
Keterangan dan Isi
Penelitian
Perbedaan
1. Irsyad Adriyanto
“Strategi
Pengelolaan Zakat
Dalam
Pengentasan
Kemiskinan”
Jurnal STAIN
Kudus. Vol. 19, No.
1 Mei 2011.
Jurnal ini menjelaskan
tentang konsep
kemiskinan, Faktor –
factor yang
mempengaruhi
kemiskinan
menjelaskan bagaimana
dalam pengelolaan dana
ZIS.
Skripsi ini berkesimpulan
mengangkat tentang
strategi pengelolaan ZIS
dalam upaya
meningkatkan
kepercayaan muzakki
pada BAZIS DKI Jakarta.
2. Syaipudin Elman
“Strategi
Penyaluran Dana
Zakat LAZNAS
Skripsi ini membahas
tentang pengembangan
perekonomian umat
serta bentuk – bentuk
Skripsi ini membahas
tentang mekanisme
strategi pengelolaan dan
upaya meningkatkan
16
Melalui Program
Pemberdayaan
Ekonomi” Skripsi
S1 Jurusan Ekonomi
Islam, Fakultas
Syariah dan Hukum,
UIN Syarif
Hidayatullah.
Jakarta Tahun 2015
pemberdayaan
perekonomian umat.
kepercayaan muzakki
pada BAZIS DKI Jakarta.
3. Yosi Dian
Endahwati,
“Akuntabilitas
Pengelolaan Zakat,
Infaq, dan
Sadaqah(ZIS)”
Jurnal Ilmiah
Akutansi dan
Humanika JINAH
Vol. 4 No. 1.
Singaraja,
Desember 2014
ISSN 2089-3310
Jurnal ini menjelaskan
tentang akuntabilitas
dalam pengelolaan ZIS,
dan evektivitas
penyaluran dana ZIS.
Skripsi ini
mengutamakan pada
Pengelolaan ZIS dan
meningkatkan
kepercayaan muzaki pada
BAZIS DKI Jakarta.
4. Rusti Rahayu, Menjelaskan faktor – Skripsi ini akan
17
S.E.Sy, “Faktor –
faktor determinan
motivasi muzaki
membayar zakat
ke lembaga zakat”,
Tesis Pascasarjana
Program Studi
Hukum Islam,
Konsentrasi
Keuangan dan
Perbankan Syariah,
UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta Tahun
2015
faktor yang
berpengaruh terhadap
motivasi Muzaki untuk
membayar zakat ke LIZ
dan LAZ.
mendeskripssikan
bagaimana pengelolaan
Zakat untuk
mengupayakan
meningkatkan
kepercayaan muzakki
pada BAZIS DKI Jakarta.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penelitian ini, penulis
berusaha membuat sistematika khusus dengan jalan mengelompokkan
berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada. Sistematika skripsi ini
dalam penulisannya akan di bagi 5 (Lima) bab, dan masing - masing bab akan
dibagi menjadi beberapa sub bab, yaitu akan dijabarkan sebagai berikut :
18
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini meliputi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini akan membahas tentang landasan teori Zakat dengan
uraian : pengertian dan dasar hukum zakat, fungsi dan tujuan
penyaluran zakat, syarat-syarat wajib zakat, serta Manajemen dengan
uraian pengertian manajemen, fungsi-fungsi manajemen, unsur-unsur
manajemen dan konsep pendistribusian.
BAB III PENGELOLAAN ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT
INFAK DAN SHADAQOH (BAZIS) PROVINSI DKI JAKARTA
Bab ini akan membahas tentang sejarah Badan Amil Zakat Infaq dan
Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta, Visi dan Misi, Struktur
Organisasi, serta Program di Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah
(BAZIS) Provinsi DKI Jakarta.
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN
Dalam bab ini akan membahas tentang strategi program pengelolaan
Zakat Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI
Jakarta serta dampak strategi pelaksanaan pengelolaan Zakat ke
masyarakat.
19
BAB V PENUTUP
Merupakan bab terakhir yang meliputi kesimpulan dan saran dari
penulis.
20
20
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Zakat
1. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti,
yaitu al-barakatu ‘keberkahan‟ ; al-namaa „pertumbuhan dan
perkembangan‟ ; ath-tharatu ‘kesucian‟ dan ash-shalahu „keberesan‟.
Secara istilah, zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu
dari Allah SWT yang mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan
kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.1
sebagaimana dalam penjelasan ayat berikut ini:
ن هي خز ال ن تطشن صذقة أه ي تزك صلبا ن علي صلتكإى
لن سكي للا علين سويع
Artinya: “Ambilah zakat dari sebagaian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk
mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui” (Q.S. At-
Taubah: 9:103).
Hafidhuddin2 menjelaskan definisi zakat berdasarkan kitab al-
mu’jam al-wasith. Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai
1 Didin Hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani Press,
Cet-IV, 2004), h. 7. 2 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian modern (Jakarta: Gema Insani Press,
2002)
21
beberapa arti, yaitu al-barakatu (keberkahan), an-nama (pertumbuhan dan
perkembangan), at-thaharatu (kesucian) ash-shalatu (keberesan). Ditinjau
dari segi istilah, zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu,
yang Allah SWT wajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada
yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula (Yogatama,
2009).
Definisi zakat menurut para ulama mazhab berdasarkan kitab al-
fiqh al-islami wa adilatuhu, antara lain:
1. Ulama Malikyah (mazhab imam malik) mendefinisikan zakat
adalah mengeluarkan bagian khusus dari harta yang telah
mencapai nishab (jumlah minimal yang menyebabkan harta
terkena kewajiban zakat) untuk mustahiq-nya, jika milik
sempurna dan mencapai haul (tenggang waktu satu tahun
hijriyah) selain barang tambang, tanaman dan barang temuan.
2. Ulama Hanafiyah (mazhab imam hanafi) mendefinisikan zakat
adalah kepemilikan bagian harta tertentu untuk orang atau
pihak tertentu yang telah ditentukan Allah SWT untuk
menharapkan keridhaan-Nya.
3. Ulama Syafi‟iyah (mazhab imam hanafi) mendefinisikan zakat
adaah nama bagi sesuatu yang dikeluarkan dari harta dan
badan dengan cara tertentu.
22
4. Ulama Hanabilah (mazhab imam ahmad ibn hanbal)
mendefinisikan zakat adalah hak wajib dalam harta tertentu
untuk kelompok tertentu pada waktu tertentu.
Dalam UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat (PZ),
yang dimuat dalam pasal 1 bab 1 ketentuan umum dijelaskan bahwa
definisi zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim
atau badan usaha unruk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai
dengan syariat Islam.
2. Hukum Zakat
Zakat merupakan bagian dari rukun Islam, disamping syahadat,
sholat, puasa dan haji. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah wajib (fardhu)
atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat
merupakan komponen ibadah yang pelaksanaannya dimulai dari muzakki,
dikelola oleh amil dan diperuntukan bagi mustahik. Berikut ini beberapa
ayat dalam berbagai surat Al-Qur‟an yang menjadi dasar kehujjahan zakat:
أقيوا لة آتاالص كاة كعاالز اس اكعييهع الش
“dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat serta rukuklah bersama
orang-orang yang ruku” (Q.S. Al-Baqarah: 2:43)
23
شأال زي ششات ج ات أ غي شهع ششات لهع ال خ ع س الز تلف ا أكلهخ
ي تى الز اى ه الش غي شهتشاب ا هتشاب آتاأث وشإراثوشهي كلا محق ي
حصاد ال شفا تس شفيييحبالإ ال وس
“dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang
tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak
sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu)
bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya
(dengan disedekahkan kepada fakir miskin): dan janganlah kamu
berlebih-lebihan. Sesumgguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan.” (Q.S. Al-An’ām: 6:141)
Dari uraian nash di atas dapat dipahami mengenai kewajiban
mengeluarkan zakat. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti shalat,
puasa, dan haji, ini telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-
Qur‟an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan
dan kemanusiaan yang dapat berkembang.
3. Fungsi dan Tujuan Penyaluran Zakat
Tujuan utama dari zakat adalah menghapus kefakiran, kemiskinan,
dan kemelaratan. Tujuan zakat dan dampaknya bagi muzzaki yaitu: zakat
mensucikan jiwa dari sifat kikir, medidik berinfak dan memberi, berakhlak
dengan Akhlak Allah, merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah,
mengobati hati dari cinta dunia, mengembangkan kekayaan batin, menarik
24
rasa simpati / cinta, serta dapat mengembangkan harta. Sedangkan bagi
penerima zakat, antara lain untuk membebaskan penerima dari kebutuhan
hidup dan dapat menghilangkan sifat benci dan dengki yang sering
menyelimuti hati mereka jika melihat orang kaya yang bakhil.
Adapun tujuan zakat dilihat dari kepentingan kehidupan sosial,
antara lain bahwa zakat bernilai ekonomik, merealisasi fungsi harta
sebagai alat perjuangan menegakkan agama Allah (jihad fi sabilillah), dan
mewujudkan keadilan sosial ekonomi masyarakat pada umumnya.
Lebih luas lagi tujuan zakat bagi kepentingan masyarakat, sebagai
berikut3:
1. Manggalang jiwa dan semangat saling menunjang dan solidaritas
sosial dikalangan masyarakat islam.
2. Merapatkan dan mendekatkan jarak dan kesenjangan sosial ekonomi
dalam masyarakat.
3. Menanggulangi pembiayaan yang mungkin timbul akibat berbagai
bencana seperti bencana alam dan sebagainya.
4. Menutup biaya-biaya yang timbul akibat terjadinya konflik,
persengketaan dan berbagai bentuk kekacauan dalam masyarakat.
5. Menyediakan suatu dana taktis dan khusus untuk penanggulangan
biaya hidup bagi para gelandangan, para pengangguran dan para tuna
sosial lainnya, termasuk dana untuk membantu orang-orang yang
hendak menikah tetapi tidak memiliki dana untuk itu.
3 Abdurrahman Qadir, zakat dalam dimensi sosial dan mahdhah (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001), Hal. 76.
25
Tujuan zakat selain sebagai ibadah, juga bertujuan untuk
menghapuskan berbagai dosa dan kesalahan, menolak bala bencana, serta
mendorong meningkatkan semangat dan produktifitas kerja, sehingga pada
gilirannya mampu menghilangkan sikap dan status seseorang dari kemiskinan
dan tangan di bawah (yad al-sufla).4
Sebagaimana shalat yang menjadi tiang agama, maka zakat merupakan
tiang masyarakat, yang apabila tidak ditunaikan dapat meruntuhkan sendi-
sendi sosial ekonomi masyarakat, karena secara tidak langsung penahnan
(tidak menunikan) zakat dari oang-orang kaya itu merupakan perekayasaan
pemiskinan secara struktural. Zakat yang mempunyai dimensi sosial
disamping dimensi sakral, bila tidak ditunaikan akan menimbulkan dampak
negatif berupaya kerawnan sosial, seperti banyaknya pengangguran dan
masalah-masalah sosial.
4. Syarat-Syarat Wajib Zakat
Harta yang akan dikenakan zakatnya harus telah memenuhi persyaratan-
persyaratan yang sesuai dengan syara’. Kita tahu bersama bahwa zakat
adalah bagian dari rukun Islam. Orang yang sudah berkecukupan dan
memiliki kelebihan harta dan memenuhi syarat dikenai kewajiban zakat,
sudah seharusnya menjalankan rukun Islam yang satu ini. Namun tidak
sedikit yang lalai dari kewajiban harta yang ia miliki. Sudah seharusnya
4 Abdurrahman Qadir, zakat dalam dimensi sosial dan mahdhah (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001), Hal. 76.
26
kita mengetahui tentang ketentuan syariat Islam mengenai zakat. Ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam masalah kewajiban zakat
adalah5:
a) Merdeka
Seorang sudah tidak dikenai kewajiban membayar zakat, karena dia
tidak memiliki sesuatu apapun. Semua miliknya adalah milik
tuannya.
b) Islam
Seorang non muslim tidak wajib membayar zakat. Adapun untuk
mereka yang murtad (keluar dari agama Islam), terdapat perbedaan
pendapat. Menurut imam syafi‟i orang murtad diwajibkan membayar
zakat terhadap harta-hartanya seelum dia murtad. Sedangkan
menurut imam hanafi, seorang murtad tidak dikenai zakat terhadap
hartanya karena perbuatan riddahnya telah menggugurkan kewajian
tersebut. Menurut malikiyah, Islam adalah syarat sah, bukan syarat
wajib. Oleh karena itu orang kafir wajib berzakat meskipun tidak sah
menurut Islam.
c) Baligh dan berakal
Anak kecil dan orang gila tidak dikenai zakat pada hartanya, karena
keduanya tidak dikenai khitab perintah.
d) Harta tersebut merupakan harta yang memang wajib dizakati, seperti
: naqdaini (emas dan perak) termasuk juga al-auraq al-naqdiyah
5 http://baznasjabar.org/syarat-wajib-zakat/ diakses pada tanggal 14 mei 2017
27
(surat-surat berharga), barang tamang dan temuan (rikaz), arang
dagangan, taman-tamanan dan uah-uahan, serta hewan ternak.
e) Harta tersebut telah mencapai nishab (ukuran jumlah).
f) Harta tersebut adalah milik penuh (al-milk al-tam).
Harta tersebut berada dibawah kontrol dan di dalam kekuasaan
pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama bahwa harta itu
berada di tangan pemiliknya, di dalamnya tidak tersangkut dengan
hak orang lain dan ia dapat menikmatinya. Atau bisa juga dikatakan
sebagai kemampuan pemilik harta mentransaksikan miliknya tanpa
campur tangan orang lain.
Menurut hanafiyah, al-milk al-tam adalah harta yang berada
dalam tangan atau kekuasaannya. Oleh karena itu jika seseorang
memiliki sesuatu (harta), namun dia tidak menggenggamnya, maka
ia tidak wajib di zakati, seperti maskawin bagi seorang perempuan
seelum ia menerimanya. Sedangkan menurut malikiyah, al-milk al-
tam adalah kepemilikan seseorang sehingga ia berkesempatan
untuk menggunakan harta yang dimilikinya. Oleh karena itu, tidak
wajib zakat bagi seorang budak atas segala sesuatu yang
dimilikinya karena kepemilikannya tidak sempurna.
g) Telah berlalu satu tahun atau cukup haul (ukuran waktu, masa).
Haul adalah perputaran harta satu nisha dalam 12 bulan Qamariyah.
Apabila terdapat kesulitan akuntansi karena biasanya anggaran
dibuat berdasarkan tahun syamsiyah, dengan penambahan volume
28
(rate) zakat yang wajib dibayar, dari 2,5 % menjadi 2,575 % sebagai
akibat kelebihan harta bulan syamsiyah dari hari bulan qomariyah
h) Tidak adanya hutang.
Tidak adanya hutang atau harta yang dizakati bukan hasil
dari hutang. Semua jenis hutang dapat menggagalkan kewajiban
zakat kecuali hutang yang tidak berkaitan dengan hak manusia,
seperti nazar, kafarat, dan haji. Hutang yang bisa mencegah
seseorang untuk membayar zakat adalah hutang yang murni
berkaitan dengan seseorang. Ketika seseorang telah mencapai
nishab dan haul, namun dia masih mempunyai hutang, maka dia
tidak wajib berzakat kecuali zakat tanam-tanaman dan buah-
buahan.
i) Melebihi kebutuhan dasar atau pokok
Barang-barang yang dimiliki untuk kebutuhan pokok, seperti rumah
pemukiman, alat-alat kerajinan, alat-alat industri, sarana transportasi
dan angkutan, seperti mobil dan perbotan rumah tangga, tidak
dikenakan zakat. Demikian juga dengan uang simpanan yang
dicadangkan untuk melunasi hutang. Tidak diwajibkan zakat, karena
seorang kreditor sangat memerlukan uang yang ada di tangannya
untuk melepaskan dirinya dari cengkraman hutang.
29
j) Harta tersebut harus di dapatkan dengan cara yang baik dan halal.
Maksudnya bahwa harta yang haram, baik substansi bendanya
maupun cara mendapatkannya jelas tidak dikenakan kewajiban
zakat, karena Allah tidak menerima kecuali yang baik dan halal.
k) Berkembang
Pengertian berkembang bisa dibagi menjadi dua, yaitu pertama,
bertambah secara konkrit (haqiqi). Dan kedua, bertambah secar tidak
konkrit (taqdiri). Berkembang secara konkrit adalah bertambah
akibat pembiakan dan perdagangan dan sejenisnya. Sedangkan
berkembang tidak secara konkrit adalah kekayaan itu berpotensi
berkembang baik berada di tangannya maupun di tangan orang lain
atas namanya.
B. Konsep Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Pengertian manajemen berasal dari bahasa inggris dengan kata
kerja “to manage” secara umum berarti mengurusi.6
Dalam kamus besar bahasa Indonesia manajemen berarti:
a. Proses penggunaan sumberdaya yang efektif untuk mencapai
sasaran
b. Pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan.
Pada sumber lain disebutkan bahwa manajemen adalah ilmu dan
seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
6A. M Kadarman dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, Buku Panduan Untuk
Mahasiswa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Gama, 2001) cet-1 hal, 5S
30
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.7 Dan manajemen berarti proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan berbagai usaha anggota
organisasi dan penggunaan sumber - sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi, yang telah ditetapkan.8
Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal
manajemen adalah penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai
sasaran dan kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit
maupun non profit. Selanjutnya kata benda “manajemen” atau managemen
dapat mempunyai berbagai arti. Pertama, sebagai pengelolaan,
pengendaliaan atas penanganan (managing). Kedua, perlakuan secara
terampil untuk menangani sesuatu berupa skillfull treatment. Ketiga,
gabungan dari dua pengertian tersebut, yaitu yang berhubungan dengan
pengelolaan suatu perusahaan, rumah tangga atau suatu bentuk kerjasama
dalam mencapai suatu tujuan tertentu,
Adapun manajemen menurut istilah: dalam hal ini para ahli
berpendapat diantaranya:
a. Andrew F. Sikula
Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan,
pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan
7 Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
hal, 54
8 Saud Hasan, Manajemen, Pokok-pokok Pengertian dan Soal Jawaban, (Yogyakarta:
BPPE, 1989), cet-1 hal, 2
31
yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk
mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk dan jasa secara
efesien.
b. George R. Terry
Manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning,
organizing, actuating dan controlling yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia
dan sumber daya lainnya.9
c. Zaini Muchtaram
Manajemen adalah aktifitas untuk mengatur kegunaan sumber daya
bagi tercapainya tujuan organisasi secara efektif.10
Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melali
kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk
mencapai tujuan yang sama. Manajemen adalah seni (Art) atau
suatu ilmu pengetahuan. Mengenai ini pun sesungguhnya belum
ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa
manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan
bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu
sama mengantung kebenarannya.
Jika menyimak definisi-definisi diatas dapatlah ditarik
kesimpulan mengenai manajemen, bahwa:
9 Yayat M. Harujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Grazsindo, 2004), cet ke-3,
hal, 3
10 Zaini Muchtaram, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-amin dan Ikfa,
1996), cet ke-1, hal, 3
32
a. Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
b. Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dengan seni.
c. Manajemen merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi,
kooperatif dan integrasi dalam memanfaatkan unsure-unsurya.
d. Manajemen baru dapat diterapkan jika ada dua orang atau lebih
melakukan kerjasama dalam suatu organisasi.
e. Manajemen harus didasarkan pada pembagian kerja, tugas, dan
tanggung jawab.
f. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi.
g. Manajemen hanya alat untuk mencapai tujuan.
2. Fungsi-fungsi Manajemen
Fungsi manajemen dalam hal ini adalah sejumlah kegiatan yang
meliputiu berbagai jenis pekerjaan yang dapat digolongkan dalam suatu
kelompok sehingga membentuk suatu kesatuan administrative. Para
ilmuan telah sepakat bahwa pada dasarnya jenis keseluruhan fungsi-fungsi
manajemen dapat digolongkan kepada dua jenis utama, yaitu fungsi
organic dan fungsi yang digolongkan kepada jenis fungsi-fungsi organik
dan fungsi penunjang, sebagaimana dinyatakan dalam bukunya fungsi-
fungsi manajemen yang ditulis oleh Sondang P. Siagian, yaitu:
a. Fungsi organic adalah keseluruhan fungsi utama, yang mutlak
diperlukan oleh para manajer dalam rangka pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Fungsi-fungsi
organic tersebut merupakan penjabaran kebijaksanaan dasar atau
33
strategi organisasi yang telah ditetapkan dan harus digunakan
sebagai dasar bertindak.
b. Fungsi-fungsi penunjang adalah berbagai kegiatan yang
diselenggarakan oleh orang-orang atau satuan kerja dalam
organisasi dan dimaksudkan mendukung semua fungsi organic pra
manajer.11
Selanjtnya Sondang P. Siagian menjelaskan bahwa fungsi-fungsi dari
manajemen yang disingkat dengan POAC, yaitu:
a. Planning (perencanaan)
Planning berarti memilih dan menghubung-hubungi
kenyataan dalam membayangkan dan merumuskan tindakan-
tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang
diinginkan.12
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lembaga
tertentu mempunyai tujuan dan untuk mencapai tujuan tersebut
perlulah dibuat suatu “perencanaan” terlebih dahulu, namun perlu
kita ketahui bahwa tujuan dan perencanaan adalah tidak sama.
Tujuan merupakan suatu yang ingin dicapai sehingga merupakan
sasaran , sedangkan perencanaan merupakan alat untuk mencapai
tujuan atau sasaran tersebut. Secara garis besar perencanaan
menggambarkan tentang:
11 Sondang P. Siagian, Fungsi-fingsi Manajerial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992) cet ke-2.
Hal, 44
12 J. Panglaikin dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar, (Jakarta: Gharlia
Indonesia, 1960), Cet, ke- 1, hal.78
34
1) Apa yang dilakukan?
2) Mengapa dilakukan?
3) Bagaimana melakukannya?
4) Kapan akan dilakukan?13
Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan dengan proses
yang sistematis untuk menggambarkan dan merumuskan apa yang
harus dilakukan dan dikerjakan pada masa depan dalam sebuah
organisasi.
b. Organizing (pengorganisasian)
Organizing adalah mengelompokan kegiatan sesuai yang
diperlakukan yaitu menentukan susunan organisasi, serta tugas dan
fungsi masing-masing unit yang ada dalam organisasi, serta
menetapkan kedudukan dan sifat hubungan di antara masing-
masing unit tersebut. Yang apabila dikerjakan secara seksama akan
menjamin efesiensi pengguna tenaga kerja.
Pengorganisasian mempunyai arti yang penting bagi proses
sebuah kegiatan, sebab dengan pengorganisasian maka rencana
kegiatan menjadi lebih mudah pelaksanaanya. Hal ini disebabkan
adanya pembagian tindakan atau kegiatan-kegiatan dalam tugas-
tugas yang terperinci serta diserahkan pelaksaannya kepada
beberapa orang yang telah ditentukan.
13 Basu Swasta dan Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Modern, (Yogyakarta: BPPE, 1989),
cet-1 hal, 2
35
Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengorganisasian merupakan proses bagaimana upaya
mempertimbangkan tentang susunan organisasi, pembagian
pekerjaan, prosedur pelaksanaan, pembagian tanggung jawab dan
lain-lain, yang bila dikerjakan secara seksama akan berjalan secara
efektif dan efesien dalam penggunaan tenaga kerjanya.
Proses pengorganisasian menurut Abdul Rosyad Shaleh
terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
1) Merinci semua pekerjaan yang harus dikerjakan untuk
mencapai tujuan organisasi.
2) Membagi beban kerja ke dalam aktifitas-aktifitas secara
logis dan menyenangkan dapat dilakukan oleh seseorang
atau kelompok orang.
3) Mengkombinasikan pekerjaan anggota perusahaan dalam
cara yang logis.
4) Menetapkan jalinan hubungan.14
c. Actuating (penggerakan)
Actuating merupakan fungsi organic manajemen yang
terpenting berhasil tidaknya rencana yang ditetapkan tergantung
mampu tidaknya seorang pemimpin melaksanakan fungsi
penggerakan.15
penggerakan mempunyai arti sangat penting, sebab
14 Abdul Rasyad Sholeh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang 1993), cet,
ke-3, hal.54 15
Soebani dan Mochtar, Dasar-dasar Manajemen, (Surabaya: institut Dagang Mochtar.
1994), hal. 91
36
di antara fungsi manajemen lainnya, penggerakan dalam fungsi
yang secara langsung berhubungan dengan manusia(pelaksana),
dengan fungsi inilah ketiga fungsi manajemen yang lain baru aktif.
Di sini fungsi penggerakan berperan sebagai pendorong tenaga
pelaksana untuk segera melaksanakan yang telah direncanakan.
Didalam penggerakan mengandung kegiatan-kegiatan member
motivasi, directing, koordinasi, komunikasi dan
memperkembangkan para pelaksana.
Dari definisi diatas, dapat disimpulakn bahwa penggerakan
merupakan hal yang sangat menentukan bagi kelancaran organisasi
yang telah direncanakan dan diorganisir sebelumnya.
Langkah-langkah penggerakan diantaranya yaitu:
1) Memberi motivasi
2) Pembimbingan
3) Menjalin hubungan
4) Penyenggaraan komunikasi
5) Pengembangan atau peningkatan pelaksana.16
d. Controlling (pengendaliaan/pengawasan)
Controlling sering juga disebut pengendalian, definisinya
adalah salah satu fungsi yang berupa mengadakan penilaian dan
sekaligus bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang sedang
dilakukan para kegiatan dapat diarahkan dijalan yang benar dengan
16
Abdul Rasyad Sholeh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang 1993), cet,
ke-3, hal. 112
37
maksud tercapainya tujuan yang sudah digariskan semula. Dalam
pelaksanaan kegiatan pimpinan mengadakan pemeriksaan dan
penilaian, mencocokan serta mengusahakan agar kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
serta tujuan yang ingin dicapai.17
Ketiga fungsi manajemen di atas Planning, organizing, dan
actuating, tidak akan efektif dan efesien tanpa adanya controlling
atau pengendalian. Bila terjadi penyimpangan, maka manajer
segera memberikan peringatan untuk meluruskan kembali langkah-
langkah yang telah dilakukan oleh anggota organisasi agar sesuai
dengan apa yang telah direncanakan.18
Adapun langkah-langkah pengawasan, diantaranya yaitu:
1) Penetapan standar pelaksana
2) Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan
3) Pengukuran pelaksanaan
4) Membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
Dari beberapa fungsi manajemen yang telah dikemukakan
diatas, dapat dipahami bahwa bila fungsi-fungsi manajemen
dipergunakan dalam suatu kegiatan, maka setiap kegiatan
organisasi atau instasi bisa berjalan dengan efektif dan efesien.
17 M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), cet. Ke-15,
hal.23-24
18 H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-amin dan
IKHFA, 1996). Cet. Ke-1, hal.47
38
3. Unsur-unsur Manajemen
Dalam kegitan atau aktivitas manajemen guna mencapai tujuan
yang efektif dan efesien, maka sangat diperlukan sekali adanya fasilitas
atau sarana-sarana alat kerja yang disebut sumber atau unsure-unsur
manajemen. Sarana atau unsur-unsur manajemen itu lebih dikenal dengan
6M, dinyatakan dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen Dakwah yang
ditulis oleh Zaini Muchtaram, yaitu: Man (manusia), Money (uang),
Material (bahan), Machine (mesin), Methods (metode atau cara kerja), dan
Market (pasar).
a. Man (Manusia)
Berbagai macam aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan balik ditinjau dari sudut proses ataupun bidang diperlukan
adanya campur tangan manusia, tanpa adanya manusia suatu
rencana/aktivitas tidak akan mungkin mencapai tujuan.
b. Money (Uang)
Untuk melakukan aktivitas diperlukan uang, seperti upah atau
gaji orang-orang yang membuat rencana, mengadakan pengawasan,
bekerja dalam proses produksi, membeli bahan-bahan, berbagai
macam peralatan yang dibutuhkan, dan lainnya guna mencapai tujuan.
c. Material (Bahan atau perlengkapan)
Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan
bahan-bahan, yaitu seperti meenggunakan sumber daya alam, karena
39
bahan yang dibutuhkan dalam oprasional guna untuk menghasilkan
barang atau jasa untuk dijual.
d. Machine (Mesin)
Demikian juga halnya dengan mesin, terlebih dalam kemajuan
teknologi dewasa ini, mesin bukan lagi sebagai pembantu bagi
manusia melainkan sebaliknya manusia telah diubah kedudukannya
sebagai pembantu mesin.
e. Methods (Metode atau cara kerja)
Metode adalah cara yang digunakan dalam mewujudkan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Metode atau cara juga sangat menentukan kelncaran
jalannya roda manajemen dalam suatu organisasi akan menghasilkan
produk yang baik pula sehingga akan mencapai tujuan dengan efektif
dan efesien.
f. Market (Pasar)
Barang-barang hasil produksi suatu lembaga atau perusahaan
tentunya segera dipasarkan. Oleh sebab itu aktivitas pemasaran dalam
manajemen ditetapkan sebagai salah satu unsure yang tidak dapat
diabaikan. Penguasaan diperlukan guna menyebarluaskan hasil-hasil
produksi agar sampai ketengah konsumen.19
19 Zaini Muchtaram, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-amin dan Ikfa,
1996), cet ke-1, hal, 45
40
C. Konsep Pendistribusian
Istilah pendistribusian, berasal dari kata distribusi yang berarti penyaluran
atau pembagian kepada beberapa orang atau beberapa tempat. Oleh karena itu,
kata ini mengandung makna pemberian harta zakat kepada para mustahiq
zakat secara konsumtif. Sedangkan, istilah pendayagunaan berasal dari kata
dayaguna yang berarti kemampuan mendatangkan hasil atau manfaat. Istilah
pendayagunaan dalam konteks ini mengandung makna pemberi zakat kepada
mustahiq secara produktif dengan tujuan agar zakat mendatangkan hasil dan
manfaat bagi yang memperodutifkan.
Pendistribusian zakat adalah inti dari seluruh kegiatan pengumpulan dana
zakat. Di dalam mengoptimalkan fungsi zakat sebagai amal ibadah sosial
mengharukan pendistribusian zakat diarahkan pada model produktif dari pada
model komsumtif seperti ketentuan yang tercantum dalam UU No. 23 Tahun
1999 tentang pengelolaan zakat. Dalam pelaksanaannya, model
pendayagunaan zakat pada penyaluran dana diarahkan pada sektor-sektor
pengembangan ekonomi dengan harapan hasilnya dapat mengangkat taraf
kesejahteraan mustahiq. Secara garis besar model pendistribusian zakat
digolongkan ada empat yaitu:
1. Model distribusi bersifat konsumtif tradisional
\model distribusi bersifat konsumtif tradisional yaitu, zakat dibagikan pada
mustahiq untuk dimanfaatkan secara langsung seperti zakat fitrah yang
dibagikan pada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
atau zakat mal yang diberikan pada korban bencana alam.
41
2. Model distribusi bersifat konsumtif kreatif
Zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti dalam
bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa
3. Model distribusi zakat bersifat produktif tradisional
Zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang yang produktif seperti
kambing, sapi, alat cukur, dan lain-lain sebagainya. Pemberian dalam
bentuk ini akan menciptakan suatu usaha yang membuka lapangan kerja
fakir miskin.
4. Model distribusi dalam bentuk produktif kreatif
Zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk pembangunan
proyek sosial atau menambah modal usaha pengusaha kecil.
42
BAB III
GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH (BAZIS)
DKI JAKARTA
A. BADAN AMIL ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH (BAZIS) DKI JAKARTA
1. Sejarah Berdirinya Bazis DKI Jakarta.
Bazis provinsi DKI Jakarta merupakan sebuah badan pengelola zakat
resmi yang dibentuk Pemerintah Prov. DKI Jakarta. Badan ini berdiri secara
resmi pada tahun 1968 sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta (ketika itu dijabat oleh Ali Sadikin) No. Cb. 14/8/18/68
tertanggal 5 Desember 1968 Tentang Pembentukan Badan Amil Zakat,
berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta.Menjelang berdirinya
BAZIS Prov. DKI Jakarta, wacana tentang perlunya pengelolaan zakat secara
kelembagaan dan profesional terus bergelora di kalangan masyarakat muslim.
Pada tanggal 24 September 1968, sebelas ulama berkumpul di Jakarta
yang terdiri dari: Prof. Dr. Hamka, KH. Ahmad Azhari, KH. Moh. Syukri
Ghazali, Moh. Sodry, KH. Taufiqurrahman, KH. Moh. Soleh Su’aidi, M. Ali
Al Hamidy, Mukhtar Luthfy, KH. A. Malik Ahmad, Abdul Kadir, dan KH.
M.A. Zawawy.
Pertemuan ini menghasilkan rekomendasi, yaitu: Perlunya pengelola
zakat dengan system administrasi dan tata usaha yang baik sehingga bisa
dipertanggungjawabkan pengumpulan dan pendayagunaannya kepada
masyarakat.
43
Bahwa zakat merupakan potensi umat yang sangat besar yang belum
dilaksanakan secara maksimal. Karenanya, diperlukan efektivitas
pengumpulan zakat sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembangunan.
Melihat peran zakat yang sangat strategis ini, maka pada acara Isra’
Mi’raj di Istana Negara, Presiden Soeharto ketika itu menyerukan secara
langsung pelaksanaan zakat untuk menunjang pembangunan. Pada saat yang
sama, ia juga menyatakan kesediannya untuk menjadi amil tingkat nasional.
Sebagai tindak lanjut dari seruan itu, Presiden Soeharto mengeluarkan
Surat Perintah No. 07/POIN/10/1968 tanggal 31 Oktober 1968 kepada
Mayjen Alamsyah Ratu Prawiranegara, Kol. Inf. Drs. Azwar Hamid, dan Kol.
Inf. Ali Afandi untuk membantu Presiden dalam proses administrasi dan tata
usaha penerimaan zakat secara nasional.
Untuk lebih memperkuat hal tersebut, Presiden mengeluarakan Surat
Edaran No. B. 133/PRES/11/1968 yang menyerukan kepada pejabat/instansi
untuk membantu dan berusaha ke arah terlaksananya seruan presiden dalam
wilayah atau lingkup kerja masing-masing. Seruan Presiden ini kemudian
ditindaklanjuti oleh Gubernur Prov. DKI Jakarta, Ali Sadikin dengan
mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur No. Cb. 14/8/18/68 tertanggal 5
Desember 1968 Tentang Pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan
syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta. Akhirnya, BAZ Prov. DKI Jakarta
secara resmi berdiri.
44
Sejak berdirinya BAZIS tahun 1968, perkembangan zakat masih
dirasakan belum optimal. Hal ini dilihat dari hasil pengumpulan yang secara
kuantitas maupun kualitas masih sangat kecil dibandingkan dari potensi zakat
yang sangat besar, khususnya di DKI Jakarta. Untuk memperluas sasaran
operasional dan karena semakin kompleknya permasalahan zakat di Jakarta,
maka pada tahun 1973 Gubernur Prov. DKI Jakarta melalui Surat Keputusan
No. D.III/B/14/6/73 tertanggal 22 Desember 1973 menyempurnakan BAZ ini
menjadi Badan Amil Zakat dan Infaq/Shadaqah yang kini popular dengan
sebutan BAZIS.1 BAZIS DKI Jakarta.
Secara langsung menjadi latar belakang berdirinya BAZIS Provinsi
DKI Jakarta, yaitu : pertama, Saran sebelas tokoh ulama nasional yang
berkumpul di Jakarta pada 24 September 1968, untuk membahas beberapa
persoalan umat, khususnya pelaksanaan zakat di Indonesia. Di antara
rekomendasi hasil musyawarah tersebut adalah:
• Perlunya pengelola zakat dengan sistem administrasi dan tata usaha yang
baik sehingga bisa dipertanggung jawabkan pengumpulan dan
pendayagunaanya kepada masyarakat.
• Bahwa zakat merupakan potensi umat yang sangat besar yang belum
dilaksanakan secara maksimal. Karenanya, diperlukan efektivitas
1 www.bazisdki.go.id, Profil Bazis dan Sejarah Bazis. Diakses pada tanggal 30 mei 2017
45
pengumpulan zakat, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembangunan.
2. Visi Dan Misi
Visi2
Menjadi Badan Pengelola ZIS yang unggul dan terpercaya
Misi
Mewujudkan Optimalisasi Pengelolaan ZIS yang amanah, profesional,
transparan, akuntabel, dan mandiri menuju masyarakat yang bertaqwa,
sejahtera dan berdaya.
3. Tugas dan Fungsi
Lahirnya Undang Undang No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Zakat telah memberikan angin segar bagi dunia perzakatan yang lebih baik.
Namun, hal itu juga menuntut semua lembaga pengelola zakat untuk
berbenah diri sesuai dengan regulasi yang baru tersebut. Untuk merespon
perkembangan tersebut, Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat
Keputusan No. 120 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Prov. DKI Jakarta.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur No. 120 tahun 2002 yang
tertuang pada BAB II Pasal 3, tugas pokok BAZIS Provinsi DKI Jakarta
adalah:3
2 www.bazisdki.go.id, Profil Bazis dan Sejarah Bazis, Diakses pada tanggal 30 mei 2017
46
a. Menyelenggarakan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, dan
shdaqah sesuai dengan fungsi tujuannya
b. Dalam melaksanakan tugasnya, BAZIS bersifat Obyektif dan transparan.
Surat Keputusan Gubernur ini juga menyebutkan tentang fungsi BAZIS
Provinsi DKI Jakarta yang tertuang pada BAB II Pasal 4, yaitu:
1) Penyusunan program kerja.
2) Pengumpulan segala macam zakat, infaq, dan shadaqah dari masyarakat
termasuk pegawai di wilayah Provinsi DKI Jakarta.
3) Pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah sesuai dengan ketentuan
hukumnya.
4) Penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya peningkatan kesadaran
menunaikan ibadah zakat, infaq, dan shadaqah.
5) Pembinaan pemanfaatan zakat, infaq, dan shadaqah agar lebih produktif
dan terarah.
6) Koordinasi, bimbingan dan pengawasan kegiatan pengumpulan zakat,
infaq, dan shadaqah yang dilaksanakan oleh pelaksana pengumpulan
BAZIS.
3 www.bazisdki.go.id, Diakses pada tanggal 30 mei 2017
47
7) Penyelenggaraan kerja sama dengan Badan Amil Zakat, Infaq, dan
Shadaqah dan Lembaga Amil Zakat yang lain.
8) Pengendalian atas pelaksanaan pengumpulan dan pendayagunaan zakat,
infaq, dan shadaqah.
9) Pengurusan fungsi-fungsi ketatausahaan, perlengkapan, kerumah-
tanggaan dan sumber daya manusia.
4. Legal Formal
Sejalan dengan perkembangan BAZIS produk-produk hukumnya
senantiasa disesuaikan, terutama lahirnya UU No. 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat memberikan implikasi sangat luas pada lembaga pengelola
zakat ini, diantaranya adanya tuntutan profesionalitas, transparansi,
akuntabilitas, dan kemandirian. Dasar hukum yang membentengi posisi
BAZIS Provinsi DKI Jakarta saat ini adalah:
1. Undang-undang Republik Indonesia No.38 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia
Jakarta.
2. Undang-undang Republik Indonesia No.32Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
3. Undang-undang Repblik Indonesia No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat.
48
4. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No.373 Tahun 2003
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No.38 tentang
Pengelolaan Zakat.
5. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.120
Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat, Infaq,
dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
6. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.121
Tahun 2002 tentang Pola Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah Badan
Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
7. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.26 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Keuangan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah
pada Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
8. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.51 Tahun
2006 tentang Petunjuk pelaksanaan pengumpulan dan Pendayagunaan
Zakat, Infaq, dan Shadaqah oleh Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.4
4BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Provnsi DKI Jakarta, (Jakarta: BAZIS
Provinsi DKI Jakarta, 2006), h.15.
49
5. Struktur Organisasi
Dewan Pertimbangan
Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta
Ketua Harian : Asisten Kesejahteraan Masyarakat Sekda Provinsi DKI
Jakarta
Sekretaris Merangkap Anggota : Kepala Biro Pendidikan dan Mental Spritual
Setda Provinsi DKI Jakarta5
Organisasi BAZIS terdiri dari tiga lembaga utama (berdasarkan SK
Gubernur DKI No. 120 tahun 2002), yaitu:6
1. Dewan Pertimbangan
2. Komisi Pengawasan
3. Badan Pelaksana
Anggota dewan pertimbangan dan komisi pengawasan terdiri dari
unsur ulama, umaro, DPRD, tokoh masyarakat, pengusaha, nasional, dan
cendikiawan muslim.
Susunan organisasi badan pelaksana dan tugas kerja adalah:
1. Kepala, bertugas menjalankan fungsi sebagai :
a. Memimpin pelaksanaan tugas dan fung si BAZIS
b. Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan sekretariat, bidang
pelaksanaan BAZIS Kotamadya/Kabupaten, Adminitrasi termasuk
5 www.bazisdki.go.id, Profil Bazis dan Struktur Organisasi Bazis, Diakses pada tanggal 30
mei 2017
6Tim Penyusun,”Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta,” (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.91.
50
petugas operasional BAZIS Kecamatan, Kelurahan, dan Unit Satuan
Kerja.
2. Wakil Kepala, bertugas menjalankan fungsi sebagai :
a. Membantu kepala dalam memimpin pelaksanaan tugas dari fungsi
BAZIS
b. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan yang dilimpahkan
kewenangannya oleh kepala
c. Mewakili kepala apabila berhalangan melaksanakan tugas dan
fungsinya
d. Melaksanakan pengendalian administratif pelaksanaan kegiatan
BAZIS
3. Sekretariat, bertugas menjalankan fungsi sebagai koordinasi dan
konsolidasi internal dan pengendalian administratif kegiatan BAZIS yang
berhubungan dengan fungsi-fungsi pembinaan dan administratif
kepegawaian sumber daya manusia, tata rumah tangga dan inventaris
kantor, penelitian dan pengembangan program kerja, hubungan lembaga,
serta informasi dan komunikasi yang membawahi aplikasi fungsi sistem
informasi manajemen BAZIS.
4. Bidang Pengumpulan, bertugas menjalankan fungsi sebagai :
1. Ekstensifikasi Pengumpulan ZIS :
a. Mengaplikasikan UU No. 17/2000 (ZIS PPh)
b. . ZIS Profesi dokter
c. ZIS via pelayanan jasa STNK
51
d. ZIS pariwisata
2. Intensifikasi Pengumpulan ZIS :
a. ZIS Masyarakat/wilayah
b. ZIS calon jamaah haji
c. ZIS Pengusaha
d. ZIS karyawan
e. Gerakan sosial amal ramadhan
f. Bantuan beras amal sosial keagamaan
g. ZIS bank mitra BAZIS DKI Jakarta
h. Latihan Shadaqah bagi siswa SD/MI dan SLTP/MTs,
SLTA/MA, dan Perguruan tinggi
Pada bidang pengumpulan ini, terdapat dua seksi-seksi pengumpulan
yakni :
1. Seksi Himpun Muzakki, dan
2. Seksi Bina Muzakki
5. Bidang Pendayagunaan, bertugas menjalankan fungsi sebagai :
a. Fakir Miskin (memberikan beasiswa dari tingakt SD s.d Mahasiswa)
b. Fi sabilillah
c. Muallaf/Gharimin/Ibnu Sabil
d. Bantuan kemashlahatn umat dan peningkatan SDM
e. Intensifikasi dan Ekstensifikkasi ZIS
f. Bantuan kesetiakawanan-sosial
g. Kegiatan bina usahha produktif/ wirausaha
52
Pada bidang pendayagunaan ini, terdapat tiga seksi-seksi
pendayagunaan yakni :
1. Seksi Pelayanan Mustahik
2. Seksi Bina Usaha, pada seksi bidang pendayagunaan inilah program
bantuan dana modal usaha yang menangani dan bertanggung jawab
atas keberhasilan program tersebut.
3. Seksi Bina Sumberdaya Mustahik.
6. Bidang Dana, bertugas menjalankan fungsi sebagai :
a. Penerimaan hasil pengumpulan Zakat, Infak, dan Shadaqah
b. Membukukan penerimaan dan penegluaran ZIS, Pelaporan
penerimaan dan pengeluaran ZIS.
Pada bidang Dana ini, terdapat dua seksi-seksi pendayagunaan yakni :
1. Seksi KAS
2. Seksi Akuntansi
7. Pelaksanaan BAZIS Kotamadya/Kabupaten Administrasi
B. STRATEGI PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA ZAKAT DI
BAZIS DKI JAKARTA
1. Penghimpunan Dana Bazis DKI
Kebijakan di Bidang Penghimpunan pada Bazis Dki Jakarta Terbagi Menjadi:
a. Sasaran
Sasaran penghimpunan ZIS adalah seluruh warga muslim ibukota, yang
dikelompokan ke dalam:
53
1) Masyarakat umum yang di koordinasikan oleh kepala kelurahan dan di
bantu oleh ketua RT/RW serta tokoh agama setempat.
2) Karyawan/pegawai yang di koordinasikan oleh kelurahan, kecamatan,
kotamadya dan bazis unit satuan kerja.
3) Para pengusaha nasional yang berkoordinasi langsung oleh BAZIS DKI
jakarta atas nama Gubernur.
4) Infaq dan shodaqoh lewat SMS.
5) Nasabah Bank
6) Jamaah Calon Haji dan Umroh.
b. Program Sosialisasi.
Memberikan pemahaman ZIS kepada masyarakat bukanlah sesuatu yang
mudah. Karna penyadaran ini bukan hanya terhenti pada kemauan masyarakat
untuk menunaikanya, tetapi di harapkan juga masyarakat mampu
menjadikanya sebagai gerakan yang menyeluruh dan mampu menggerakan
masyarakat lain untuk menunaikanya juga.7
Bagi sebagian masyarakat, menunaikan ZIS masih menghadapi
kendala, karena diantara merka masih belum mengetahui hukum ZIS, Peran
ZIS dan fungsi BAZIS, siapa termasuk muzakki, munfiq dan mutashaddiq,
bagaimana membayar ZIS dan harus kemana membayarnya.
Sebagai implementasi tugas dan fungsinya, BAZIS DKI jakarta
melaksanakan langkah-langkah sosialisasi yang secara umum adalah:8
7 BAZIS DKI,Manajeman ZIS,(Jakarta,BAZIS DKI,2006),h.69
8 BAZIS DKI,Manajeman ZIS,(Jakarta,BAZIS DKI,2006),h.69
54
1) Mengadakan kerjasama secara teknis dengan lembaga/instasi lain dalam hal
penyuluhan dan penghimpunan ZIS.
2) Mengadakan koordinasi, integrasidan sinkronisasi yang bersifat teknis
dengan semua pihak, agar penghimpunan ZIS optimal.
3) Mengadakan kerjasama dengan lembaga profesi sejenisnya sebagai mitra
atau sinergi dalam penyuluhan zakat, infaq dan shodaqoh.
Adapun kegiatan sosialisai yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta
antaranya:
1) Menyediakan sarana internet dengan situs homepage:http://www.bazis
dki.go.id,yang memuatkebutuhan informaasi tentang BAZIS DKI secra
lengkap yang di butuhkanmasyarakat.
2) Bagi yang ingin berhubungan langsung dengan kantor BAZIS, di sediakan
saluran telpon dengan nomor: 021-3144023.
3) Selain itu penyebaran informasi dengan media dakwah, cetak, elektronik,
majalah dll.
4) BAZIS DKI juga menitipkan pesan dakwah untuk menunaikan ZIS pada
para dai dan khotib jumat agar masyarakat lebih paham tentang ZIS dan
sadar untuk menunaikanya.
2. Penyaluran dana di BAZIS DKI Jakarta
Pengelolaan ZIS pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat
diaplikasikan pada kondisi saat ini, bahwa penyaluran ZIS dapat kita dibedakan
dalam dua bentuk; yakni bantuan sesaat dan pemberdayaan. Bantuan sesaat
berarti bahwa penyaluran kepada Mustahik tidak disertai target terjadinya
55
kemandirian ekonomi Mustahik hal ini dilakukan karena Mustahik yang
bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri seperti orang tua yang sudah jompo,
orang dewasa yang cacat (tidak memungkinkan ia mandiri). Sedangkan
pemberdayaan adalah penyaluran ZIS yang disertai target merubah keadaan
penerima (khususnya golongan fakir miskin). Penyaluran ZIS harus disertai
dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada
penerimanya. Apabila permasalahannya kemiskinan, harus diketahui penyebab
kemiskinan tersebut, sehingga dapat mencari solusi yang tepat demi
tercapainya kesejahteraan umat.
Penyaluran dalam dua bentuk di atas umumnya disertai dengan sifat
penyaluran yang berbeda. Untuk bantuan sesaat sifat penyaluran idealnya
hibah. Adapun untuk pemberdayaan, dana yang disalurkan identik dengan
pinjaman. Hasil pemgumpulan ZIS dapat didayagunakan untuk kepentingan
Asnaf, yaitu fakir, miskin, mualaf, riqab, gharimin, shabilillah, dan ibnu sabil.
Pemberdayaan hasil pemgumpula ZIS didaerah diarahkan dengan skala
prioritas kebutuhan nyata yang ditetapkan keputusan Gubernur Kepala Daerah
setiap tahunnya, dengan memperhatikan Pertimbangan Badan Pembina.
Adapun sasaran pendayagunaan ZIS diarahkan pada usaha-usaha dan kegiatan
yang bersifat produktif dalam rangka kemandirian Mustahik dalam
kemaslahatan umat.
Dengan mendahulukan kemaslahatan fakir miskin, dana produktif dapat
dikelola cara professional ekonomis dengan memperhatikan norma etika bisnis.
Dalam rangka meningkatkan tercapainya sasaran pemberdayaan dana ZIS yang
56
diberikan kepada para Mustahik, diadakan pembinaan dan pengembangan
secara intensif guna mempercepat kemandirian dan menigkatkan kesejahteraan.
Pembagian atau pendayagunaan zakat, menurut pedoman pelaksana
zakat di BAZIS DKI Jakarta itu ditentukan sebagai berikut:
a) Bersifat edukatif, produktif, dan ekonomis agar penerima zakat pada suatu
masa tidak memerlukan zakat lagi. Bahkan diharapkan menjadi orang yang
membayar zakat.
b) Untuk Fakir miskin, Muallaf, dan Ibnu Sabil, pembagian zakat itu dititik
beratkan pada pribadinya bukan pada lembaga hukum yang megurusnya.
Kebijaksanaan ini dilakukan agar unsur pendidikan yang dikandung dalam
pembagian zakat itu lebih jelas dan terasa.
c) Bagi kelompok Amil, Gharimin, dan Shabilillah, pembagian dititik beratkan
pada badan hukumnya atau kepada lembaga yang mengurus atau melakukan
aktivitas-aktivitas ke islaman. Dana-dana yang tersedia dari pengumpulan
zakat itu yang belum dibagi atau diserahkan kepada para Mustahik
dimanfaatkan untuk pembangunan dengan jalan penyimpannya di bank
pemerintah berupa giro, deposito, atau sertifikat atas nama Badan Amil
Zakat yang bersangkutan. Pendayagunaan dana zakat untuk pemberdayaan
selain memperhatikan bobot permasalahan yang dihadapi oleh penerima
zakat, LPZ juga membuat ketentuan umum yang merupakan kebijaksanaan
zakat. Salah satu alternatif antara lain:
57
(1) Sektor Fakir miskin 35% (dua puluh lima) persen untuk dana
produktif dan 10% untuk dana konsumtif
(2) Sektor Amil 10%
(3) Sektor Muallaf, Gharim dan Ibnu Sabil: 10%
(4) Sektor Sabilillah: 45% (dua puluh lima) persen untuk bantuan fisik,
lima belas persen pembinaan lembaga dakwah dan lima persen
untuk bantuan sosial.
Jadi disamping mempertimbangkan ketentuan umum, pendayagunaan
dana zakat juga mempertimbangkan masalah-masalah praktis yang dihadapi
oleh masyarakat.9
9 Lili Bariadi, Muhammad Zen, “Zakat dan Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005),
h. 27-28
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Mekanisme Dan Strategi Pengelolaan Dana Zakat Di BAZIS DKI
Jakarta Dalam Meningkatkan Kepercayaan Muzaki
1. Sumber Penghimpunan Dana Zakat Pada BAZIS DKI Jakarta
BAZIS sebagai Badan Amil Zakat tentunya sangat bergantung pada
keberadaan Muzakki, karena bagaimanapun pekerjaan utama yang dilakukan
oleh sebuah Badan Amil Zakat yaitu mengelola dana sosial Muzakki seperti
zakat, infak, sedekah dan wakaf. BAZIS memiliki kebijakan penghimpunan
zakat dengan membagi sistem penghimpunan zakatnya menjadi dua kategori
tingkat wilayah1:
a. BAZIS Tingkat Provinsi DKI Jakarta
Pada lingkup Provinsi, BAZIS Provinsi DKI Jakarta bertugas
untuk menghimpun dana zakat, infak, dan sedekah dari sumber dana yang
ada di sekitar:
1) Satuan Kerja/ Unit Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta
Pada lingkup satuan kerja/ unit kerja pemerintah daerah ini, dana
zakat dihimpun melalui mekanisme pengkoordinasian yang dilakukan
oleh seorang petugas operasional (PO). Petugas oprasional sendiri
merupakan pegawai tetap yang berkantor di satuan kerjanya, dan
1 Wawancara Pribadi dengan bapak Habibi Bagian Penghimpunan BAZIS Provinsi DKI
Jakarta. Jakarta, 13 Januari 2017.
59
bertugas menghimpun dana zakat dari para Pegawai Negri Sipil (PNS)
yang berkantor ditempat yang sama dengan petugas oprasional.
2) Sumber Khusus (Pengusaha dan Pejabat)
Pada lingkup ini, penghimpunan zakat para pengusaha nasional,
hartawan, dan pejabat dikoordinasikan langsung oleh BAZIS Provinsi
DKI Jakarta atas nama Gubernur Provinsi DKI Jakarta.
a) Nasabah Bank
Pada lingkup ini, BAZIS Provinsi DKI Jakarta melakukan
kerjasama dengan pihak perbankan untuk menjaring Muzakki dari
kalangan nasabah bank.
b) Calon Jemaah Haji
Pada lingkup ini, BAZIS Provinsi DKI Jakarta melakukan
kerjasama dengan perusahaan travel/ biro perjalanan haji, untuk
dapat menjaring Muzakki dari para calon jemaah haji. Kedepannya
BAZIS merencanakan untuk dapat menjaring Muzakki dari para
calon jemaah umroh.
b. BAZIS Tingkat Kota/ Kabupaten Administrasi
Pada BAZIS Tingkat Kota/ Kabupaten Administrasi, BAZIS
menghimpun zakat, infak, dan sedekah dari sumber dana yang berasal dari
para PNS yang ada di wilayah Pemerintahan Walikota Administratif
Provinsi DKI Jakarta. Kota Administrasi yang dimaksud:
1) Kota Administrasi Jakarta Timur
2) Kota Administrasi Jakarta Barat
60
3) Kota Administrasi Jakarta Selatan
4) Kota Administrasi Jakarta Pusat
5) Kota Administrasi Jakarta Utara
Table 4.1.1
Sumber Penghimpunan Zakat Bazis DKI Jakarta
NO Wilayah atau Unit Dalam Rupiah Dalam %
1. BAZIS Tingkat Kota Administrasi 7.882.599.867 9.65%
a. Jakarta Pusat 8.022.701.434 9.82%
b. Jakarta Utara 11.625.827.044 14.23%
c. Jakarta Barat 14.670.015.377 17.96%
d. Jakarta Timur 16.510.513.975 20.22%
e. Kab. Adm. Kepulauan Seribu 729.929.548 0.89%
2. BAZIS Tingkat Provinsi DKI
a. Karyawan/(PNS) 16.574.980.888 20.30%
b. Pengusaha dan Pejabat 2.597.137.489 3.18%
c. Bank Mitra 2.347.122.958 2.87%
d. Jamaah Calon Haji 574.679.853 0.70%
Jumlah Seluruhnya 81.648.413.418 100%
2. Sistem Penyaluran Dana Zakat Pada BAZIS DKI Jakarta
Penyaluran dalam zakat umumnya terdapat dua bentuk. Untuk
bantuan sesaat sifat penyaluran idealnya hibah. Adapun untuk
pemberdayaan, dana yang disalurkan identik dengan pinjaman. Bantuan
61
sesaat berarti bahwa penyaluran kepada Mustahik tidak disertai target
terjadinya kemandirian ekonomi Mustahik, hal ini dilakukan karena
Mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri seperti orang tua
yang sudah jompo, orang dewasa yang cacat (tidak memungkinkan ia
mandiri). Sedangkan pemberdayaan adalah penyaluran ZIS yang disertai
target merubah keadaan penerima (khususnya golongan fakir miskin).
Penyaluran ZIS harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap
permasalahan yang ada pada penerimanya. Apabila permasalahannya
kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut, sehingga
dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya kesejahteraan umat.
Pembagian atau pendayagunaan zakat, menurut pedoman
pelaksana zakat di BAZIS DKI Jakarta itu ditentukan sebagai berikut2:
a) Bersifat edukatif, produktif, dan ekonomis agar penerima zakat pada
suatu masa tidak memerlukan zakat lagi. Bahkan diharapkan menjadi
orang yang membayar zakat.
b) Untuk Fakir miskin, Muallaf, dan Ibnu Sabil, pembagian zakat itu
dititik beratkan pada pribadinya bukan pada lembaga hukum yang
megurusnya. Kebijaksanaan ini dilakukan agar unsur pendidikan yang
dikandung dalam pembagian zakat itu lebih jelas dan terasa.
c) Bagi kelompok Amil, Gharimin, dan Shabilillah, pembagian dititik
beratkan pada badan hukumnya atau kepada lembaga yang mengurus
2 Lili Bariadi, Muhammad Zen, “ Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,
2005), h. 27-28.
62
atau melakukan aktivitas-aktivitas ke-Islaman. Dana-dana yang tersedia
dari pengumpulan zakat itu yang belum dibagi atau diserahkan kepada
para Mustahik dimanfaatkan untuk pembangunan dengan jalan
penyimpannya di bank pemerintah berupa giro, deposito, atau sertifikat
atas nama Badan Amil Zakat yang bersangkutan. Pendayagunaan dana
zakat untuk pemberdayaan selain memperhatikan bobot permasalahan
yang dihadapi oleh penerima zakat, Lembaga Amil Zakat (LPZ) juga
membuat ketentuan umum yang merupakan kebijaksanaan zakat. Salah
satu alternatif antara lain:
(1) Sektor Fakir miskin 35% yaitu: (dua puluh lima persen) untuk dana
produktif dan (sepuluh persen) untuk dana konsumtif
(2) Sektor Amil 10%
(3) Sektor Muallaf, Gharim dan Ibnu Sabil: 10%
(4) Sektor Sabilillah 45% yaitu: (dua puluh lima persen) untuk bantuan
fisik, (lima belas persen) pembinaan lembaga dakwah dan (lima
persen) untuk bantuan sosial.
Jadi disamping mempertimbangkan ketentuan umum,
pendayagunaan dana zakat juga mempertimbangkan masalah-masalah
praktis yang dihadapi oleh masyarakat. Secara umum pendayagunaan ZIS
diwujudkan dalam bentuk pengembangan usaha ekonomi, pembinaan
sumber daya manusia, dan bantuan konsumtif. Upaya ini tidak lain agar
63
mata rantai kemiskinan satu persatu dapat diputus. Untuk itu, BAZIS DKI
Jakarta memiliki beberapa program unggulan pendayagunaan ZIS yaitu3:
a. Pembinaan SDM
1) Beasiswa dari tingkat SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah) sampai sarjana
S3.
2). Kesejahteraan dan pembinaan Guru, dan Marbot Masjid.
b. Mendukung Usaha Produksi Melalui Sistem
1). Qardhul Hasan (pinjaman kebajikan, yakni kredit tanpa bunga).
2). Mudharabah (bagi hasil) melalui Program Pemberdayaan Modal
Usaha bagi Pedagang Kecil (PPMUPK) yang dalam pelaksanaannya
melibatkan BMT (Baitul Maal wa Tamwil) yaitu Al - Karim, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Sesuai dengan SK Gubernur No.121 Tahun 2002 tentang
Penyaluran ZIS DKI Jakarta diprioritaskan untuk usaha-usaha yang
produktif dengan melihat situasi dan kondisi yang ada. Seberapa besarnya
perolehan dana yang dapat dikumpulkan dari ZIS oleh BAZIS DKI Jakarta
3 Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.95-96.
64
pada periode tahun 2016 serta alokasi penggunnya dapat dilihat sebagai
berikut4:
a. Program Pendayagunaan Zakat
1) Fakir-Miskin 55,36%
2) Fisabillillah 43,25%
3) Muallaf/Gharimin/Ibnussabil 1,39%
b. Program Pendayagunaan Infaq dan Shadaqah
1). Bantuan Lembaga Keagamaan 43,50%
2). Bantuan Kemaslahatan Umat 56,50%
Dengan demikian kebijakan pendayagunaan/penyaluran dana ZIS
memperhatikan kondisi faktual kompleksitas problematika kaum dhuafa
yang diprioritaskan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia
(investasi jangka panjang). Penetapan presentase pendayagunaan
zakat,infaq,dan shadaqah (ZIS) Tahun 2016, berdasarkan hasil Rapat Kerja
Badan Pelaksana dan mendapat persetujuan Rapat Pleno Dewan
Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana BAZIS DKI
Jakarta.
4 Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
Amri,2005), h.103.
65
3. Fasilitas Dan Sumber Daya Manusia BAZIS Provinsi DKI Jakarta
Untuk meningkatkan kepercayaan pada muzakki perlu juga untuk
meningkatkan pelayan dan fasilitas yang ada di BAZIS DKI Jakarta.
Sehingga para muzakki dapat mudah mengetahui pengelolaan dana zakat
yang telah disetorkan ke BAZIS. Muzakki juga nantinya akan mudah
dalam melakukan pembayaran zakat serta para muzakki juga akan dapat
pemahaman yang lebih tetntang zakat itu sendiri tidak hanya sekedar
menyetorkan dana saja. Berikut ini adalah fasilitas dan sumber daya
manusia yang dimiliki oleh BAZIS DKI Jakarta.
a. Fasilitas
Untuk memberikan kemudahan layanan dan tercapainya
kepuasan bagi para Muzakki, BAZIS Provinsi DKI Jakarta
menyediakan berbagai fasilitas yang menunjang kinerja lembaga dalam
melayani Muzakki dalam berzakat, antara lain5:
1) Payroll Sistem
Pada fasilitas ini Muzakki diberikan kemudahan dalam
membayar zakat dengan langsung memotong 2,5% dari penghasilan
untuk zakat. Penghasilan yang dipotong merupakan penghasilan
Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang bersarannya sesuai dengan
pangkat/ golongan jabatan. Fasilitas ini merupakan implementasi
dari Instruksi Gubernur DKI Jakarta No. 34 Tahun 2008 tentang
5 Wawancara Pribadi dengan bapak Habibi Bagian Penghimpunan BAZIS Provinsi DKI
Jakarta. Jakarta, 13 Januari 2017.
66
optimalisasi pengumpulan zakat profesi dan amal sosial dari PNS
Provinsi DKI Jakarta.
2) Kupon Infak/ Sedekah
Pada fasilitas ini, Muzakki dapat berinfak sesuai dengan
nominal tertentu yang ada pada kupon BAZIS. Nominal bervariasi
mulai dari seribu rupiah hingga sepuluh ribu rupiah. Kupon ini di
sediakan oleh BAZIS hingga tingkat kelurahan. Sehingga
masyarakat juga bisa berinfak melalui fasilitas ini.
3) MAPGAR
Map Gerakan Amal Sosial Ramadhan (MAPGAR)
merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh BAZIS. Pada
fasilitas ini masyarakat DKI Jakarta bisa berpartisipasi untuk ikut
berinfak/ sedekah. Karena fasilitas ini berupa map yang berisi daftar
donatur yang disebar hingga lingkup RT/ RW. Layanan ini
dikoordinasikan pada tingkat kelurahan dan selanjutnya pihak
BAZIS berkoordinasi dengan kecamatan untuk melakukan
rekapitulasi penghimpunan dana sosial yang terkumpul dari
masyarakat.
4) Counter Pelayanan
Pada fasilitas ini Muzakki bisa membayarkan langsung zakat,
infak, dan sedekahnya pada counter-counter yang telah disediakan
oleh BAZIS. Pada saat ini counter zakat masih berada di kantor
BAZIS Provinsi DKI Jakarta di Jl. Suryopranoto No. 8 Jakarta Pusat,
67
dan kantor BAZIS tingkat Walikota Administrasi di masing-masing
wilayah. Pada layanan ini Muzakki yang membayar zakat di counter
mendapatkan slip pembayaran zakat yang bisa digunakan untuk
pengurang nilai penghasilan kena pajak.
b. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan aset penting bagi
perkembangan sebuah lembaga sehingga tentu saja menjadi hal yang
harus diperhatikan. Di BAZIS Provinsi DKI Jakarta sendiri sumber
daya manusia yang ada terbagi atas dua kategori, yang meliputi
Pegawai Negri Sipil dan tenaga hororer. Pada saat ini jumlah
keseluruhan pegawai pada BAZIS Provinsi DKI Jakarta berjumlah 37
orang, dengan jumlah pegawai yang berstatus PNS berjumlah 19 orang,
dan pegawai honorer berjumlah 18 orang.
Secara tata organisasi, BAZIS Provinsi DKI Jakarta tidak
memiliki divisi atau bidang khusus yang bertugas untuk memberikan
pelayanan kepada para Muzakki. Namun, jika dilihat dari intensitas
pertemuan BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan para Muzakkinya,
maka pegawai pada bagian penghimpunan menjadi yang paling sering
bertemu dengan Muzakki. pegawai BAZIS Provinsi DKI Jakarta pada
bidang penghimpunan berjumlah 6 orang, dimana pegawai yang
68
berstatus honorer sebanyak 4 orang, dan hanya 2 orang saja yang
berstatus PNS.6
Mengatur pengelolaan zakat seperti diatas dalam hal penghimpunan
dana, penyaluran dana, dan memberikan fasilitas serta SDM yang berkualitas
kepada muzakki, merupakan bentuk cara untuk meningkatkan kepercayaan
para muzakki. Sehingga nantinya para muzakki yang menyetorkan dananya ke
BAZIS DKI Jakarta semakin banyak karena tingkat kesadaran dan
kepercayaan masyarakat yang semakin tingggi.
B. Pola Hubungan Yang Dibangun Oleh BAZIS DKI Jakarta Dalam
Meningkatkan Kepercayaan Muzaki
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan
muzakki menyumbangkan dana zakatnya dan mempercakan pengelolaan dana
zakatnya kepada BAZIS DKI Jakarta. Bazis DKI Jakarta membangun
hubungan kepercayaan dengan para muzakki melalui pola komunikasi dan
melalui program – program yang dibentuk oleh BAZIS DKI Jakarta.
1. Pola Dan Konsep Komunikasi yang Dibangun BAZIS DKI Jakarta
Perkembangan BAZIS Provinsi DKI Jakarta menganggap perlunya
membuka komunikasi dengan berbagai kalangan masyarakat. Karena
dengan komunikasilah BAZIS DKI Provinsi DKI Jakarta dapat
berkembang seperti sekarang. Dalam kaitannya dengan perkembangan
manusia, para ahli ilmu sosial mengatakan bahwa kurangnya komunikasi
akan memperlambat perkembangan. Begitupula dengan BAZIS Provinsi
6 Wawancara Pribadi dengan bapak Habibi Bagian Penghimpunan BAZIS Provinsi DKI
Jakarta. Jakarta, 13 Januari 2017.
69
DKI Jakarta, meniscahyakan perlunya keterbukaan dalam berkomunikasi
bila perkembangannya tak ingin terhambat.
Sebagai ibadah yang diperintahkan dan dianjurkan Allah SWT,
komunikasi yang dibangun antara BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan
masyarakat adalah komunikasi yang berbasis kepada Al-Qur’an, yaitu
memberikan pemahaman tentang zakat yang dilakukan secara
komprehensif (menyeluruh). Penyampaian ini bergantung pada tingkat
pemahaman masyarakat dapat dilihat dari repon mereka terhadap
penunaian zakat dan peningkatan jumlah zakat. Adapun pesan yang
disampaikan antara lain adalah7:
a. Kewajiban menunaikan zakat dan pelaksanannya melalui lembaga yang
terpecaya.
b. Manfaat dan hikmah ZIS, baik di dunia maupun di akhirat diakhir.
c. Ancaman dan resiko bagi pengingkar ZIS, baik di dunia mapun di
akhirat.
Sebagai lembaga dengan sistem yang modern, BAZIS DKI Jakarta
sebagai pengelola harus dapat membangun komunikasi yang dialogis
dengan masyarakat baik secara pemberi maupun sebagai penerima. Hal ini
dimaksudkan agar mereka dapat menaruh kepercayaan terhadap lembaga
pengelola. Adapun upaya itu meliputi8:
7 BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS
Provinsi DKI Jakarta, h. 76 8 BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS
Provinsi DKI Jakarta, h. 76
70
a. Transparansi pengelolaan. Hal ini dibuktikan dengan publikasi
pengelolaan kepada khalayak melalui media cetak, media online, dan
keterlibatan komisi pengawas, akuntan publik, dan Badan Pengawas
Daerah dalam kontrol kelembagaan.
b. Modernisasi pengelolaan, yang dirincikan dengan penerapan teknologi
informasi berbasis komputer dan internet serta SOP yang baku.
c. Publikasi. Sebagai lembaga yang didirikan untuk publik, BAZIS
Provinsi DKI Jakarta secara rutin mempublikasikan perkembangan
pemikiran, program, dan informasi pengelolaan melalui Majalah
Peduli Umat sebagai media milik BAZIS DKI Jakarta, dan media
massa yang lain. Upaya ini dilakukan untuk memberikan informasi
sekaligus penggalangan dana ZIS.
Mempublikasikan secara besar – besaran program pendayagunaan
dan penyalunan dana zakat yang ada di BAZIS DKI Jakarta adalah cara
lain dalam pengelolaan zakat untuk meningkatkan kepercayaan muzakki.
Dengan mempublikasikan para muzakki mengetahui bentuk konkrit dari
dana yang telah mereka sumbangkan secara rutin digunakan untuk
kegiatan apa saja dan disumbangkan kemana saja.9
9 Wawancara Pribadi dengan bapak Habibi Bagian Penghimpunan BAZIS Provinsi DKI
Jakarta. Jakarta, 13 Januari 2017.
71
2. Program – Program BAZIS DKI Jakarta Dalam Menjaga pola
Hubungan Kepercayaan Muzakki
Pola hubungan yang paling konkrit adalah dengan bentuk program
kerjasama atau bantuan usaha yang diberikan langsung oleh Lembaga
Zakat BAZIS DKI Jakarta. Karena nantinya para muzakki dan masyarakat
akan dimonitoring langsung oleh BAZIS DKI Jakarta sendiri. Kebanyakan
muzakki di BAZIS DKI Jakarta selain para Pegawai Negri Sipil Provinsi
DKi Jakarta banyak juga para pengusaha, disini para pengusaha yang telah
menyetorkan dana zakatnya ke BAZIS DKI Jakarta bisa meminjam dana
di BAZIS DKI Jakarta untuk mengembangkan usaha mereka dengan
melakukan perjanjian kerjasama dengan BAZIS DKI Jakarta. Jadi zakat
yang mereka setorkan didayagunakan untuk kesejahteraan mereka
kembali. Jadi ada pola timbal balik disini antara BAZIS DKI Jakarta
dengan para muzakki.10
Untuk pencapaian target tersebut BAZIS DKI Jakarta merancang
berbagai program yang sasarannya mustahik, salah satu programnya
adalah Jakarta Mandiri yang menjadi program prioritas pada BAZIS DKI
Jakarta. Program Jakarta Mandiri adalah program yang diusung oleh
BAZIS DKI Jakarta dalam bidang pendayagunaan yang sasarannya tertuju
pada, “Fakir dan Miskin, Fi Sabilillah, Muallaf / Gharimin / Ibnu Sabil,
Bantuan Kemashlahatan Umat dan Peningkatan SDM, Intensifikasi dan
10
Wawancara Pribadi dengan bapak Habibi Bagian Penghimpunan BAZIS Provinsi DKI
Jakarta. Jakarta, 13 Januari 2017.
72
Ekstensifikasi ZIS, Bantuan Kesetiakawanan ZIS, dan Kegiatan Bina
Usaha Produktif / Wirausaha.11
Dalam upaya memberikan pelayanan umat yang profesional dan
amanah, BAZIS DKI Jakarta menawarkan salah satu program prioritasnya
dalam pengembangan dan pemberdayaan wirausaha dengan bantuan dana
yang bersifat peminjaman untuk modal usaha bagi para mustahik.
Model-model yang ditawarkan oleh BAZIS DKI Jakarta mengenai
proses pencairan modal bantuan usaha yang bersifat dana pinjaman ini
telah dikualifikasikan menjadi tiga model pemberdayaan wirausaha atau
usaha kecil dan menengah yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta
melalui dana produktif, diantaranya12
:
a. Model Konvensional ; BAZIS DKI Jakarta memberikan pinjaman dana
kepada usaha kecil dan menengah atas usulan dari pemerintah setempat,
baik itu kelurahan, kecamatan, dan unit kerja dengan memakai model
Qardhul Hasan (tanpa bunga).
b. Program Pemberdayaan Modal Usaha bagi Pedagang Kecil (PPMUPK)
; BAZIS meminjamkan dana produktif kepada pedagang kecil dengan
menggunakan model peminjaman Mudharabah (Bagi Hasil).
Penyaluran ini berkerja sama dengan BMT yang ada di DKI Jakarta.
c. Monitoring ; BAZIS DKI Jakarta memantau dan memberikan
pembinaan kepada para mustahik agar usaha mereka bisa berjalan
dengan lancar. Pendampingan atau monitoring yang dimaksud yakni
11
PPT, Rapat Kerja Pimpinan BAZIS DKI Jakarta Periode 2013 12
Lili Bariadi, Muhammad Zen, Zakat dan Wirausaha, ( Jakarta : CV. Pustaka Amri,
2005), h. 184 s.d 185.
73
pendampingan mengenai strategi usaha yang dijalani mereka baik dari
sisi manajemen, pencatatan dan pemasaran produk yang
diperdagangkan.
Pemberdayaan wirausaha yang menjadi program prioritas di BAZIS
DKI Jakarta dengan kategori program Jakarta Mandiri ini bekerjasama
dengan BMT Nuur Islami yang beralamatkan di Jalan Curug Raya 11 Pondok
kelapa-Duren Sawit-Jakarta Timur. sebagai lembaga keuangan syariah yang
bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS)
Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan Akte pendirian koperasi yang dibuat oleh
H.Rizul Sudarmadi, S.H, M.Kn. No. 04 Tahun 2015 terbentuklah BMT Nuur
Islami. Bermula dari diskusi para jama’ah pengajian Majelis Ta’lim Nuur
Islami dalam menyikapi maraknya praktek riba dan banyaknya rentenir yang
beroperasi di wilayah Jakarta.
Selain program unggulan dalam kerjasama BAZIS DKI Jakarta juga
mempunyai kegiatan atau program dalam bentuk sosialisasi kepada
masyarakat tentang zakat.jadi sebelum memberikan kepercayannya masyarakt
diberi pemahaman dahulu tentang zakat. Adapun kegiatan sosialisasi BAZIS
Provinsi DKI Jakarta diantaranya13
:
1) Menyediakan sarana internet dengan situs internet dengan
homepage:http//www.bazisdki.go.id, email : [email protected]
yang memuat kebutuhan informasi tentang ZIS secara lengkap yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
13
Tim Penyusun,”Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta,” (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.69-72.
74
2) Bagi yang ingin berhubungan langsung dengan Kantor BAZIS, disediakan
saluran telepon khusus (hotline) dengan nomor: (021) 3144023, 3901367
dan faksimili (021) 3144579.
3) Selain itu penyebarluasan informasi secara intensif dan berkesinambungan
diupayakan pula melalui media dakwah, cetak, elektronik, penerbitan
majalah, buku, leaflet, banner, baliho, pemasangan spanduk, dan lain-lain
4) BAZIS Provinsi DKI Jakarta juga menitipkan pesan dakwah untuk
menunaikan ZIS kepada para da’i dan khatib Jumat agar ummat khususnya
kaum aghniya (orang kaya) lebih faham tentang ZIS dan kemudian sadar
untuk menunaikan-nya.
Baru – baru ini BAZIS DKI Jakarta mengeluarkan aplikasi di smart
phone yang berbasis android yang dapat diakses ataupun di download oleh
para muzakki sehingga para muzakki akan lebih mudah untuk mengakses
informasi tentang kegiatan – kegiatan di BAZIS DKI Jakarta.14
C. Dampak Dari Strategi Pengelolaan Zakat BAZIS DKI Jakarta Terhadap
Tingkat Kepercayaan Masyarakat (Muzakki)
Zakat memiliki nilai yang strategis dalam umat Islam. Peran dan
fungsinya tidak diragukan lagi. Dengan zakat sebagian masyarakat dapat
mengembangkan potensi usaha yang dimiliki. Dan sebagian yang lain, bahkan
bisa lepas dari jeratan kemiskinan dan hutang kepada rentenir. Dari sisi sosial,
dampak dari pengelolaan zakat BAZIS Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai
salah satu unsur yang dapat memenuhi kebutuhan primer (sandang, pangan,
14
Wawancara Pribadi dengan bapak Habibi Bagian Penghimpunan BAZIS Provinsi DKI
Jakarta. Jakarta, 13 Januari 2017.
75
dan papan) bagi sebagian masyarakat Jakarta. Upaya ini, memang konsumtif.
Karena memang keadaan menuntut berbuat demikian. Meski konsumtif,
dalam kaitannya dengan kemiskinan, upaya ini menjadi satu pintu masuk dan
motivasi bagi dhuafa untuk memulai hidup lebih baik. Karena dengan kondisi
yang semakin baik dapat melahirkan motivasi yang lebih dibandingkan
dengan saat sebelum mendapatkan bantuan.
1. Dalam Bidang Sosial Dan Keagamaan
Salah satu dampak yang dapat dirakan masyarakat dalam bidang
sosial keagaman salah satunya pada bulan juni tahun 2016 Walikota
Jakarta Timur Bambang Musyawardhana melakukan Safari Ramadhan dan
sekaligus Penyerahan sumbangan sebesar Rp 164 juta untuk biaya
renovasi 17 bangunan masjid, mushala dan majelis taklim di wilayahnya.
Sumbangan yang bersumber dari dana Badan Amil Zakat Infaq Shadaqah
(Bazis) Jakarta Timur itu diserahkan kepada lima pengurus majelis taklim,
enam pengurus musala, dua pengurus yayasan, satu pengurus PAUD, dua
pengurus masjid dan satu pengurus madrasah.15
Ini bukti bahwa dana BAZIS berasal dari masyarakat, dan
didayagunakan untuk kepentingan masyarakat. Walikota Jakarta Timur
juga menyampaikan akan terus memberikan bantuan dalam kegiatan Safari
Ramadan melalui dana Bazis Jakarta Timur. Bersama dengan itu, warga
sekaligus diajak meningkatkan infaq dan shadaqahnya melalui Bazis.
Warga atau masyarakat juga harus bersama sama menjaga keamanan dan
15
www.bazisjakarta.id, berita Jakarta Bertaqwa - Bazis 25 Jun 2016 | 05:18, Diakses pada
tanggal 16 juni 2017
76
kenyamanan lingkungan. Tidak melakukan aksi tawuran. Sehingga umat
Islam dapat menjalankan kegiatan keagamaan dengan khusyuk sehingga
dana yang disalurkan bisa menjadi efektif untuk kepentingan bersama.16
2. Dalam Bidang Pendidikan
Dampak pengelolaan strategi yang diterapkan oleh BAZIS DKI
Jakarta juga bisa dirasakan dalam bidang pendidikan. Seperti lebih dari
200 mahasiswa dari berbagai universitas menghadiri acara pembinaan
yang bertemakan “prepare your self, start from now”, berlangsung di
gedung graha mental spiritual lt.8 yang diadakan oleh BAZIS Provinsi
DKI Jakarta bulan oktober 2016.17
Acara ini dibuka oleh kepala BAZIS Provinsi DKI Jakarta, bapak
H. Djubaidi Adih. Dengan tema prepare your self, start from now, BAZIS
Provinsi DKI Jakarta berharap bahwa mahasiswa yang telah diberikan
bantuan dapat memanfaatkannya dengan baik, dan para mahasiswa/i harus
mempersiapkan bekal untuk menjalani kehidupan yang akan datang,
selepas kelulusannya dari Universitas. Didalam acara tersebut Bukan
hanya ada sebuah sambutan yang disampaikan, tetapi terdapat pula sebuah
materi yang juga disampaikan oleh seorang public figure yaitu Choky
Pardede. Beliau memberikan motivasi-motivasi serta materi-materi kepada
mahasiswa tentang Public Speaking, dan memberikan poin-poin penting
16
www.bazisjakarta.id, berita Jakarta Bertaqwa - Bazis 25 Jun 2016 | 05:18, Diakses pada
tanggal 16 juni 2017 17
www.bazisjakarta.id, berita Jakarta Cerdas - Bazis 11 Okt 2016 | 06:48, Diakses pada
tanggal 16 juni 2017
77
agar menjadi seorang public speaking yang baik. Selain manfaat beasiswa
para mahasiswa pun mendapatkan bekal ilmu seperti public speaking.18
3. Dalam Bidang Kewirausahaan Dan Ekonomi
Banyaknya usaha mikro atau menengah kebawah yang butuh
tambahan modal usaha BAZIS DKI Jakarta melalui programnya juga
memberikan banuan kepada pengusaha kecil menengah. Sebanyak 15
Pedagang Kaki Lima (PKL) di sekitar Pasar Mayestik, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan mendapat bantuan gerobak dan modal usaha senilai Rp 3
juta dari Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah (BAZIS). Bantuan yang
diserahkan oleh Walikota Jakarta Selatan, Tri Kurniadi, diharapkan dapat
memacu semangat hidup para PKL agar menjadi lebih baik. Pedagang
Kaki Lima (PKL) merupakan wujud kehidupan ekonomi yang memiliki
peran penting dan strategis di masyarakat.19
PKL binaan BAZIS ke depannya diharapkan dapat memenuhi
aspek kebersihan, keindahan dan kerapihan. Mereka juga diminta untuk
memperhatikan aspek kehigienisan terhadap produk yang dijual.
Diharapkan kepada pedagang yang telah diberikan bantuan bisa
bermanfaat, usahanya maju dan tidak lupa menunaikan zakat, infak dan
sedekah ke BAZIS kembali.20
18 www.bazisjakarta.id, berita Jakarta Cerdas - Bazis 11 Okt 2016 | 06:48, Diakses pada
tanggal 16 juni 2017 19
www.bazisjakarta.id, berita Jakarta Mandiri - Bazis 31 Mar 2017 | 09:55, Diakses pada
tanggal 16 juni 2017 20
www.bazisjakarta.id, berita Jakarta Mandiri - Bazis 31 Mar 2017 | 09:55, Diakses pada
tanggal 16 juni 2017
78
Selain dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat atau para muzakki
Provinsi DKI Jakarta secara langsung, hasil pengelolaan dana zakat juga
berdampak kepada BAZIS DKI Jakarta yang bisa dirasakan dalam
penghimpunan dana zakat di Provinsi DKI Jakarta. Bisa kita perhatikan
dalam table dibawah ini:
Tabel 4.1.2
Penghimpunan Dana ZIS
TAHUN DANA ZAKAT DANA INFAQ/SHADAQOH JUMLAH
2013 54.249.154.401 37.098.201.199 97.795.879.070
2014 60.697.678.071 44.350.496.198 113.765.807.732
2015 69.415.311.534 52.963.097.022 134.611.510.440
2016 81.648.413.418 71.414.144.469 153.062.557.887
(Sumber : Lap.Keuangan BAZIS DKI Jakarta tahun 2013-2016)
Berdasarkan data di atas, dapat dijelaskan bahwa terjadi kenaikan
yang cukup signifikan pada penerimaan ZIS setiap tahunnya, dari tahun
2013 hingga 2016 hampir tidak ada penurunan sama sekali. BAZIS
Provinsi DKI Jakarta telah membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat
semakin tumbuh dengan pengelolaan yang professional itu. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan dan jumlah ZIS yang diperoleh setiap tahun. Jadi
dampak dari strategi pengelolaan yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta
dapat dirasakan oleh semua pihak baik oleh para muzakki yaitu
79
masyarakat ataupun BAZIS DKI Jakarta sebagai amil zakat. Melalui
inovasi – inovasi yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta dengan program -
programnya diharapkan dampak positif seperti mengurangi angka
kemiskinan atau membantu umat Islam yang mengalami kesulitan dan
masyarakat DKI Jakarta pada umumnya. Dampak tersebut diharapkan
dapat terus meningkat dan dapat dirasakan oleh semua elemen yang
terlibat dalam penghimpunan dan pendayagunaan zakat.
Grafik 4.1.1
Pengelolaan dana zakat di BAZIS DKI Jakarta membantu Masyarakat DKI
Jakarta.
0% 10%
35%55%
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Hasil olah data SPSS 20.0
Dari grafik 4.1.1 diatas dapat kita lihat respon para muzzaki sangat
positif dari hasil pengelolaan zakat BAZIS DKI Jakarta. Dari jumlah
responden sebesar 20 responden atau muzzaki Sebesar 55% atau sebanyak
11 muzzaki menyatakan sangat setuju bahwa pengelolaan dana zakat di
BAZIS DKI Jakarta membantu masyarakat DKI. Sedangkan sebanyak 7
80
atau sebesar 35% muzzaki menyatakan setuju terhadap pernyataan
pengelolaan dana zakat di BAZIS DKI Jakarta membantu Masyarakat.
Kemudian sisanya sebanyak 3 muzzaki atau sebesar 10% menyatakan
tidak setuju bahwa pengelolaan dana zakat di BAZIS DKI Jakarta dapat
membantu masyarakat DKI Jakarta.
Grafik 4.1.2
Terus melakukan pembayaran zakat melalui BAZIS DKI Jakarta
0
2
4
14
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Sangat Tidak
Setuju
Tidak Setuju Setuju Sangat
Setuju
Hasil olah data SPSS 20.0
Kemudian pada grafik 4.1.2 kita dapat melihat respon atau jawaban
para muzakki tentang pernyataan akan terus melakukan pembayaran zakat
melaui BAZIS DKI Jakarta. Terdapat 2 muzakki atau sebesar 10%
menyatakan tidak setuju untuk melakukan pembayaran zakat melalui
BAZIS DKI Jakarta kembali. Selanjutnya terdapat 4 muzakki atau sebesar
20% muzakki menyatakan setuju untuk melakukan pembayaran zakat
melalui BAZIS DKI Jakarta kembali. Sisanya sebanyak 14 muzakki atau
81
sebesar 70% menyatakan sangat setuju untuk melakukan pembayaran zkat
di BAZIS DKI Jakarta, ini menunjukan para muzakki sudah mulai percaya
atau terbiasa melakukan pembayaran zakat di BAZIS DKI Jakarta.
Dibawah ini akan dipaparkan jawaban muzakki tentang kepercayaan
membayar zakat di BAZIS DKI Jakarta sebagai berikut.
Grafik 4.1.3
Saya akan percakayakan pembayaran dana zakat kepada BAZIS DKI
Jakarta
2
7
11
0
2
4
6
8
10
12
Sangat Tidak
Setuju
Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju
Hasil olah data SPSS 20.0
Berdasarkan grafik 4.1.3 diatas dapat kita lihat bahwa para
muzakki sebagian besar menyatakan sangat setuju akan mempercayakan
pembayaran dana zakat kepada BAZIS DKI Jakarta. Dapat dilihat secara
langsung sebanyak 11 muzakki atau sebesar 55% menyatakan sangat
setuju untuk mempercayakan pembayaran dana zakat ke BAZIS DKI
Jakarta. Sebanyak 7 muzakki atau sebesar 35% masih menyataka setuju
mempercayakan pembayaran dana zakat kepada BAZIS DKI Jakarta.
Kemudian sisanya hanya sebanya 2 muzakki atau sebesar 10% yang
82
menyatakan tidak setuju mempercayakan pembayaran zakat ke BAZIS
DKI Jakarta. Berdasarkan penyataan – pernyataan diatas sebagian besar
atau sudah hampir seluruh responden yaitu para muzakki sendiri sudah
percaya utuk menyalurlan dan membayarkan dana zakat mereka kepada
BAZIS DKI Jakarta.
83
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari pembahasan pada
bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, BAZIS Provinsi DKI Jakarta
terus-menerus meningkatkan 3 hal,yaitu : kredibilitas sumber daya manusia
(personal credibility), kredibilitas pengelolaan dan kredibilitas
kelembagaan (bodying credibility) dan sarana-prasarana. Selain itu BAZIS
DKI Jakarta selalu melakulan program sosialisasi dan penyuluhan tentang
zakat dalam meningkatkan dana zakat dalam hal penghimpunan. Dalam hal
pengelolaan zakat BAZIS DKI Jakarta terus membentuk program –
program yang sesuai dan yang dibutukan masyarakat atau para muzakki.
2. Dalam hal menjaga hubungan dengan para muzakki untuk meningkatkan
kepercaan muzakki BAZIS DKI Jakarta melakukan hubungan secara
langsung dengan program kerjasama usaha. Konsep yang dibentuk adalah
dana zakat yang dihimpun dari masyarakat maka masyarakat juga yang
mendayagunakannya dan dimonitoring oleh BAZIS DKI Jakarta secara
langsung.
84
3. Dampak pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta
mempunyai hasil positif yang bisa dirasakan oleh Para muzakki dan BAZIS
DKI Jakarta sendiri. Untuk masyarakat dalam hal ini muzakki bisa
merasakan dampak pendayagunaan zakat dalam bidang pendidikan, sosial
serta keagamaan. Untuk BAZIS DKI Jakarta sendiri dari pengelolaan zakat
yang sudah dilaksanakan mempunyai dampak dengan meningkatnya dana
penghimpunan zakat setiap tahunnya.
B. SARAN
1. Bagi BAZIS DKI Jakarta agar terus meningkatkan program penyulahan
serta sosialisai tentang zakat kepada masyarakat, karena masih banyak
potensi zakat di provnsi DKI Jakarta. Terus meningkatkan sarana prasarana
dan kualitas sumber daya manusia yang bekerja di BAZIS DKI Jakarta,
karena nantinya semakin besar dana zakat yang dihimpun maka akan
semakin kompleks masalah yang akan dihadapi.
2. untuk program kerjasama secara langsung yang mempunyai peran yang
konkrit dalam pendayagunaan zakat, ataupun dalam menjaga kepercayaan
muzakki bisa lebih disosialisasikan lagi. bahwa BAZIS DKI Jakarta juga
mempunyai program kerjasama yang dapat meningkatkan produktifitas
para muzakki sehingga bantuan yang diberikan tidak hanya bersifat
konsumtif saja.
85
3. Kepada akademisi agar terus mengembangkan penelitian
mengenai Lembaga Amil Zakat ataupun Badan Zakat Infaq dan Sadaqah
baik dalam hal penghimpunan dan pendayagunaannya. Kedepannya
diharapkan ada penelitian yang membahas lebih dalam tentang pandangan
para muzakki yang mendapatkan bantuan LAZ ataupun BAZIS. Hal
tersebut dilakukan agar bisa dinilai apakah dana zakat yang diberikan
berdampak efektif atau tidak.
86
DAFTAR PUSTAKA
A. M Kadarman dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, Buku Panduan
Untuk Mahasiswa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Gama, 2001)
Badan Pusat Statistik. “Presentase Penduduk Miskin Maret 2015 Mencapai 11,22
Persen, 2015”
Bariadi, Lili, Muhammad Zen, “ Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
Amri, 2005)
BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS
Provinsi DKI Jakarta
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2011.
Daulay, Saleh. Rimanews.com, Jakarta, 2015
Elsi, Kartika Sari. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta: Grasindo, 2006
Hasan, Saud, Manajemen, Pokok-pokok Pengertian dan Soal Jawaban,
(Yogyakarta: BPPE, 1989)
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offiset, 1983.
Hafiduddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani
Press, Cet-IV, 2004)
87
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Penelitian. Malang: UMM Press. 2004.
Husein, Umar. Metode Riset Perilaku Organisasi. Jakarta : Gramedia. 2003.
Kasiram. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, 2008
Muchtaram, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-amin dan
Ikfa, 1996)
Meleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008
Muflih, Muhammad. Akutansi Zakat Kontemporer. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006
M. Harujito, Yayat , Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Grazsindo, 2004)
Nazir, M. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003
Nazir, Muh. Metode Penelitian. 1988
Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006)
Ridwan, Muhammad. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Yogyakarta:
UII Press, 2004.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET. 2005
88
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta. 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian, Bandung: Alfabeta. 2010.
T. Hani Handoko. Manajemen. Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta, 1986, Cet. 1
Tim Institut Manajemen Zakat, Profil 7 LAZ Propinsi & Kabupaten Potensial di
Indonesia, (Ciputat: IMZ, 2006),h.xix
Qadir, Abdurrahman, zakat dalam dimensi sosial dan mahdhah (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001)
www.bazisjakarta.id, berita Jakarta Mandiri
www.bazisjakarta.id, berita Jakarta Cerdas
www.bazisjakarta.id, berita Jakarta Bertaqwa
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
1. Apakah pelayanan yang dilakukan oleh karyawan BAZIS DKI Jakarta
sudah sesuai yang anda inginkan?
a. sangat tidak sesuai d. sudah sesuai
b. belum sesuai e. sangat sesuai yang saya inginkan
c. biasa saja
2. apakah melalui gerai-gerai dan karyawan BAZIS DKI Jakarta sudah
memberikan informasi tentang zakat dengan jelas?
a. sangat tidak jelas d. sudah jelas
b. belum jelas e. sangat jelas sekali
c. cukup jelas
3. apakah anda mengerti tentang zakat melalaui penjelasan yang diberikan
gerai – gerai dan kaeyawan BAZIS DKI Jakarta?
a. sangat tidak mengerti d. sudah mengerti
b. belum mengerti e. sangat mengerti sekali
c. cukup mengerti
4. jawablah pernyataan dibawah ini dengan jawaban yang sesuai menurut anda
No Daftar Pertanyaan STS TS S SS
1. Apakah gerai – gerai zakat dan kantor BAZIS
DKI Jakarta mudah ditemui atau dijangkau
2.
Informasi tentang zakat bisa didapatkan dari
pelayanan dan program yang dilakukan BAZIS
DKI Jakarta
3.
Website BAZIS DKI Jakarta memberikan
informasi yang anda butuhkan tentang
pengelolaan dan pendistribusian zakat di
BAZIS DKI Jakarta
4. Fasilitas di BAZIS DKI Jakarta memudahkan
anda dalam melakukan pembayaran zakat
5. Membayar zakat di BAZIS DKI Jakarta mudah
dilakukan dan tidak disulitkan
6.
BAZIS DKI Jakarta memberikan ind\formasi
tetang pendistribusian dana zakat yang
dikumpulkan
7. Pengelolaan dana zakat di BAZIS DKI Jakarta
membetu Masyarakat DKI Jakarta
8. Saya akan terus melakukan pembayaran zakat
melalui BAZIS DKI Jakarta
9. Saya akan percakayakan pembayaran dana
zakat kepada BAZIS DKI Jakarta
Keterangan Pengisian
STS Sangat Tidak Setuju S Setuju
TS Tidak Setuju SS Sangat Setuju
gerai – gerai zakat dan kantor BAZIS DKI Jakarta mudah ditemui atau dijangkau
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Setuju 4 20,0 20,0 20,0
Setuju 9 45,0 45,0 65,0
Sangat Setuju 7 35,0 35,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
pelayanan yang dilakukan oleh karyawan BAZIS DKI Jakarta sudah sesuai yang anda inginkan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Biasa Saja 1 5,0 5,0 5,0
Sudah Sesuai 6 30,0 30,0 35,0
Sangat Sesuai Sekali 13 65,0 65,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
gerai-gerai dan karyawan BAZIS DKI Jakarta sudah memberikan informasi tentang zakat dengan jelas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Cukup jelas 2 10,0 10,0 10,0
Sudah Jelas 7 35,0 35,0 45,0
Sangat Jelas Sekali 11 55,0 55,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
mengerti tentang zakat melalaui penjelasan yang diberikan gerai – gerai dan kaeyawan BAZIS DKI Jakarta
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Cukup mengerti 4 20,0 20,0 20,0
Sudah Mengerti 9 45,0 45,0 65,0
Sangat Mengerti Sekali 7 35,0 35,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Informasi tentang zakat bisa didapatkan dari pelayanan dan program yang dilakukan BAZIS DKI
Jakarta
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Setuju 2 10,0 10,0 10,0
Setuju 11 55,0 55,0 65,0
Sangat Setuju 7 35,0 35,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Website BAZIS DKI Jakarta memberikan informasi yang anda butuhkan tentang pengelolaan
dan pendistribusian zakat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Setuju 1 5,0 5,0 5,0
Setuju 5 25,0 25,0 30,0
Sangat Setuju 14 70,0 70,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Fasilitas di BAZIS DKI Jakarta memudahkan anda dalam melakukan pembayaran zakat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Setuju 2 10,0 10,0 10,0
Setuju 7 35,0 35,0 45,0
Sangat Setuju 11 55,0 55,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Membayar zakat di BAZIS DKI Jakarta mudah dilakukan dan tidak disulitkan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Setuju 2 10,0 10,0 10,0
Setuju 12 60,0 60,0 70,0
Sangat Setuju 6 30,0 30,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
BAZIS DKI Jakarta memberikan ind\formasi tetang pendistribusian dana zakat yang
dikumpulkan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Setuju 1 5,0 5,0 5,0
Setuju 5 25,0 25,0 30,0
Sangat Setuju 14 70,0 70,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Pengelolaan dana zakat di BAZIS DKI Jakarta membetu Masyarakat DKI Jakarta
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Setuju 2 10,0 10,0 10,0
Setuju 7 35,0 35,0 45,0
Sangat Setuju 11 55,0 55,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Saya akan terus melakukan pembayaran zakat melalui BAZIS DKI Jakarta
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Setuju 2 10,0 10,0 10,0
Setuju 4 20,0 20,0 30,0
Sangat Setuju 14 70,0 70,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
.
Saya akan percakayakan pembayaran dana zakat kepada BAZIS DKI Jakarta
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Setuju 2 10,0 10,0 10,0
Setuju 7 35,0 35,0 45,0
Sangat Setuju 11 55,0 55,0 100,0
Total 20 100,0 100,0