Makalah stuma nodusa non toksik, blok 21 metabolik endokrin
Nor amirah nor azman , 102008240, b3.
Fakultas kedokteran Universitas Kristen krida wacana
Pendahuluan
Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid sangat
bervariasi dari tidak terlihat sampai besar sekali dan mengadakan penekanan pada trakea,
membuat dilatasi sistem vena serta pembentukan vena kolateral. Pada umumnya, struma
nodusa non toksik tidak mengalami keluhan kerana tidak ada hipotiroid atau hipertiroidisme.
Biasanya tiroid mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada
saat dewasa. Kerana pertumbuhannya berangsur- angsur struma dapat menjadi besar tanpa
gejala kecuali benjolan di leher.
Etiologi struma nodusa non toksik dapat bermacam-macam termasuk defiensi yodium
terutama pada daerah yang jauh dari sumber garam, peradangan tiroid, tumor jinak atau
keganasan tiroid. Patofisiologi struma nodusa non toksik ni dapat dibedakan dengan
pemeriksaan di laboratorium maupun radiologi. Sedangkan untuk membedakan struma non
toksik dengan struma toksik akan didapatkan gejala yang jelas seperti tidak tahan panas,
palpitasi, takikardi, berkeringat lebih, tremor, dan berat badan makin menurun pada struma
toksik. M HORAS
Pada setiap orang dapat dijumpai masa dimana kebutuhan terhadap tiroksin
bertambah, terutama masa pertumbuhan , pubertas, menstruasi, kehamilan, laktasi,
menopause, infeksi, atau stres lain. Pada masa-masa tersebut dapat ditemui hiperplasi dan
involusi kelenjar tiroid. Perubahan ini dapat menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta
kelainan arsitektur yang dapat berlanjut dengan berkurangnya aliran darah di daerah tersebut
sehingga terjadi iskemia.
1 | P a g e
Bab 1 – Anamnesis
1. Riwayat peribadi pasien
Anamnesis sangat penting untuk menentukan patogenesis kelainan dari struma nodusa
non toksik tersebut. Perlu ditanyakan umur, jantina dan asal pasien. Umur menentukan
prognasa pasien tersebut, sedangkan tujuan menanyakan asal penderita untuk mengetahui
samada penderita tinggal di daerah pergunungan atau dataran rendah, apakah berasal dari
daerah endemik struma.
Seterusnya ,tanyakan kapan mulai pembengkakan pada leher dan kecepatan tumbuh.
Selalunya pada keganasan tiroid pembesaran tiroid adalah cepat. Dan ditanyakan samada
adanya ada gejala penekanan atau tidak seperti disfagia, dispnea atau suara serak. Disfagia
atau sesak nafas merupakan indikasi untuk melakukan tiroidektomi. Seterusnya tanyakan
samada pesakit mengalami keluhan toksik seperti tremor, banyak keringat, BB turun, nafsu
makan, palpitasi, gelisah tidak tenang untuk membedakan dengan struma toksik. Dan yang
terakhir tanyakan apakah keluarga yang menderita penyakit yang sama dan meninggal kerana
terdapat struma non toksik yang disebabkah oleh penyakit autoimun seperti Hashimoto
disease.
2. Riwayat penyakit sekarang
Perlu ditanyakan apakah penderita dari daerah endemis dan banyak tetangga yang
sakit seperti penderita. Adakah sebelumnya penderita pernah mengalami sakit leher bagian
depan bawah disertai peningkatan suhu tubuh yang merupakan gejala dari tiroiditis akut
maupun kronis.seterusnya ditanyakan juga samada cara pembesarannya cepat atau lambat,
apakah pasien selalu berkeringat, tidak tahan udara panas, selalu berasa gementar, ada
penurunan berat badan atau ada gangguan penglihatan seperti kabur dan penglihatan ganda.
3. Riwayat keluarga
Untuk riwayat keluarga tanyakan pasien pernah atau tida mendpat perawatan
penyinaran pada waktu kecil atau muda. Ini juga merupakan slah satu etiologi pada stuma
nodusa non toksik.
2 | P a g e
Bab 2 – Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum pasien ( tekanan darah, tekanan nadi, suhu, frekuensi nafas)
2. Local , yang harus diperlihatkan adalah :
a. Nodul tunggal atau multipel atau difus
b. Nyeri tekan ada atau tidak
c. Konsistensi kenyal, keras , atau sangat keras.
d. Permukaan rata atau tidak
e. Perlekatan pada jaringan sekitarnya
f. Pendesakan atau deviasi trakea.
g. Pemebesaran kelenjar getah bening regional
h. Pemberton’s sign.
3. Inspeksi dari depan penderita dilihat pembesaran nodul atau difus.
4. Palpasi dilakukan dari depan dan dari belakang dengan ibu jari kedua tangan pada
tengkuk penderita dan jari-jari lain meraba benjolan pada leher penderita. Pada palpasi
harus diperhatikan lokalisasi benjolan samada mengenai lobus kanan, kiri atau
keduanya. Ukuran pembesaran juga harus diambil kira.
Meskipun keganasan dapat saja terjadi pada nodul yang multiple, namun
padaumumnya pada keganasan nodulnya biasanya soliter dan konsistensinya keras
sampaisangat keras. Yang multiple biasanya tidak ganas kecuali bila salah satu nodul
tersebutlebih menonjol dan lebih keras dari pada yang lainnya.Harus juga diraba
kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening leher,umumnya metastase karsinoma
tiroid pada rantai juguler
3 | P a g e
Bab 2 – Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan sidik tiroid
Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi,dan yang utama
ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasiendiberi Nal peroral dan setelah
24 jam secara fotografik ditentukan konsentrasiyodium radioaktif yang ditangkap oleh tiroid.
Dari hasil sidik tiroid dibedakan3 bentuk :
O nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkansekitarnya. Hal ini
menunjukkan sekitarnya.
O Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya.Keadaan ini
memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
o Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul
sama dengan bagian tiroid yang lain.2.Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)Pemeriksaan ini
dapat membedakan antara padat, cair, dan beberapa bentuk kelainan, tetapi belum dapat
membedakan dengan pasti ganas atau jinak.Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan
USG :
kista
oadenoma
okemungkinan karsinoma
otiroiditis3.Biopsi aspirasi jarum halus ( Fine Needle Aspiration/FNA)Mempergunakan
jarum suntik no. 22-27. Pada kista dapat juga dihisap cairansecukupnya, sehingga dapat
mengecilkan nodul (Noer, 1996).Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan
suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir tidak menyababkan
bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberika hasilnegatif
palsu karena lokasi biopsi kurang tepat, teknik biopsi kurang benar, pembuatan preparat
yang kurang baik atau positif palsu karena salahinterpretasi oleh ahli sitologi.
4.Termografi
Metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempatdengan
memakai Dynamic Telethermography
. Pemeriksaan ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan.
Hasilnya disebut panas apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9oC dan dingin
4 | P a g e
apabila<>oC. Pada penelitian Alves didapatkan bahwa pada yang ganas semuahasilnya
panas. Pemeriksaan ini paling sensitif dan spesifik bila dibanding dengan pemeriksaan
lain
.5.Petanda Tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg) serum.Kadar
Tg serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml, pada kelainan jinak rataa-rata323 ng/ml, dan pada
keganasan rata-rata 424 ng/ml
Bab 3 – Diagnosa kerja
Struma non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid pada pasien eutiroid, tidak
berhubungan dengan neoplastik atau proses inflamasi. Dapat difus dan simetri atau
nodular.Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka pembesaranini
disebut struma nodosa. Struma nodosa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme disebut
struma nodosa non-toksik. Struma nodosa atau adenomatosa terutama ditemukandi daerah
pegunungan karena defisiensi iodium. Biasanya tiroid sudah mlai membesar pada usia muda
dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Strumamultinodosa terjadi pada
wanita usia lanjut dan perubahan yang terdapat pada kelenjar berupa hiperplasi sampai
bentuk involusi. Kebanyakan penderita struma nodosa tidak mengalami keluhan karena tidak
ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme. Nodul mungkin tunggal tetapi kebanyakan
berkembang menjadi multinoduler yang tidak berfungsi.
Degenerasi jaringan menyebabkan kista atau adenoma. Karena pertumbuhannya sering
berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di
leher.Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernapasan karena menonjol
kedepan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea jika pembesarannya bilateral.
Pendorongan bilateral demikian dapat dicitrakan dengan foto Roentgen polos(trakea pedang).
Penyempitan yang berarti menyebabkan gangguan pernapasan sampaiakhirnya terjadi dispnea
dengan stridor inspirator
5 | P a g e
Manifestasi klinis
Struma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal:
1. Berdasarkan jumlah nodul : bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosasoliter
(uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa.
2. 2.Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radoiaktif : nodul dingin, nodulhangat,
dan nodul panas.
3. 3.Berdasarkan konsistensinya : nodul lunak, kistik, keras, atau sangat keras.
Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan kosmetik atau
ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan strumanodosa
besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esophagus (disfagia) atau
trakea (sesak napas) . Gejala penekanan ini data juga olehtiroiditis kronis karena
konsistensinya yang keras . Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan
di dalam nodul.
Keganasan tiroid yang infiltrasi nervus rekurens menyebabkan terjadinya suara
parau.Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher sebelah
lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjar getah bening,
sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya masih kecil. Atau penderita datang karena
benjolan di kepala yang ternyata suatu metastase karsinoma tiroid padakranium .
Klasifikasi kegansan tiroid:
1. Adenokarsinoma berdifferensiasi baik, terdiri dari• Papiller
• Follikuler
• Campuran papiller dan follikuler
2. Adenokarsinoma berdifferensiasi buruk, terdiri dari:
• Karsinoma sel kecil (Small cell carcinoma)
• Karsinoma sel besar (giant cell carcinoma)
• Karsinoma sel spindle (spindle cell carcinoma)
3. Karsinoma meduller
4. Karsinoma sel skuamosa
5. Non epithelial: limfoma, sarkoma, metastatik tumor, teratoma maligna, dan tumor yang tak
dapat diklasifikasikan.
6 | P a g e
Karsinoma papiller
Karsinoma papiller adalah jenis keganasan tiroid yang paling sering ditemukan (50-
60%) yang timbul pada akhir masa kanak- kanak atau awal kehidupan dewasa. Tumor ini
tumbuh lambat dan terutama menyebar ke kelenjar limfe. Karsinoma ini merupakan
karsinoma paling kronik dan juga mempunyai prognosis yang paling baik diantara jenis
karsinoma tiroid lainnya. Faktor yang mempengaruhi prognosis baik adalah usia dibawah 40
tahun, wanita dan jenis histologik papiller. Sering lesi ini tampil sebagai nodul tiroid soliter
dan biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan biopsi jarum halus dan pemeriksaan sitologi.
Karsinoma Follikuler
Karsinoma follikullaris meliputi sekitar 25% keganasan tiroid dan biasa ditemukan pada
wanita setengah baya. Kadang ditemukan tumor soliter besar di tulang seperti di tengkorak
atau humerus, yang merupakan metastasis jauh dari karsinoma follikuler yang tidak
ditemukan karena kecil dan tidak bergejala.
Pembedahan untuk jenis karsinoma ini adalah lobektomi total pada sisi yang terkena. Juga
karena sel karsinoma ini menangkap yodium, maka radioterapi dengan Y 131 dapat
digunakan dengan pengukuran kadar TSH sebagai follow up bahwa dosis yang digunakan
bersifat supresif dan untuk memantau kekambuhan tumor.
Karsinoma Meduller
Karsinoma meduller meliputi sekitar 5 – 10 % keganasan tiroid dan berasal dari
parafolikuler, atau sel C yang memproduksi kalsitonin. Ia timbul secara sporadik dalam
populasi dan dalam berbagai keadaan familial, dimana tempat tumor ini diturunkan sebagai
sifat dominan autosom. Tumor ini berbatas tegas dan keras pada perabaan. Tumor ini
terutama didapat pada usia diatas 40 tahun tetapi ditemukan pada usia yang lebih muda
bahkan anak, dan biasanya disertai dengan gangguan endokrin lainnya. Bila dicurigai adanya
karsinoma meduller maka diperiksa kadar kalsitonin darah sebelum dan sesudah
perangsangan dengan suntikan pentagastrin atau kalsium.
Karsinoma anaplastik
Karsinoma anaplastik sangat jarang ditemukan dibandingkan dengan karsinoma
berdiferensiasi baik, yaitu sekitar 20%. Tumor ini sangat ganas terutama pada usia tua, dan
lebih banyak pada wanita. Sering pasien ini tampil dengan riwayat pembengkakan yang cepat
membesar didalam leher, sering dengan kesulitan bernafas dan menelan, serta suara serak
7 | P a g e
karena infiltrasi ke nervus rekurens. Pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen torak dan
seluruh tulang tubuh untuk mencari metastasis.
Stadium Klinik Berdasarkan Sistem TNM
T- (Tumor primer)
• Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
• T0 Tidak didapat tumor primer
• T1 Tumor dengan ukuran 1 cm atau kurang masih terbatas pada tiroi
• T2 Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm namun tidak lebih dari 4 cm
masih terbatas pada tiroid
• T3 Tumor dengan ukuran lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid
• T4 Tumor dengan ukuran berapa saja yang telah berekstensi keluar kapsul
tiroid
N- (Kelenjar getah bening regional)
• Nx Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
• N0 Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening
• N1 Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening
• N1a Metastasis ke kelenjar getah bening cervical ipsilateral
• N1b Metastasis pada kelenjar getah bening cervical bilateral, midline,
contralateral atau ke kelenjar getah bening mediastinal
M- (Metastasis jauh)
• Mx Metastasis jauh belum dapat dinilai
• M0 Tidak terdapat metastasis jauh
• M1 Terdapat metastasis jauh
Bab 4 – Diagnosa banding
1. Tiroiditis Ditandai dengan pembesaran, peradangan dan disfungsi kelenjar tiroid.
Klasifikasi :a. Akut (supuratif)
Disebut jugainfective thyroiditis,infeksi oleh bakteri atau jamur. Bentuk khas infeksi
bakterial ini ialah tiroiditis septik akut. Kuman penyebab antara lainStaphylococcus
aureus,Streptococcus hemolyticus, dan Pneumococcus. Infeksi terjadi melalui aliran darah,
penyebaran langsung dari jaringan sekitarnya, saluran getah bening, trauma langsung dan
8 | P a g e
duktus tiroglosus yang persisten. Kelainanyang tejadi dapat disertai abses atau tanpa abses.
Gejala klinis berupa nyeri dileher mendadak, malaise, demam, menggigil, dan takikardi.
Nyeri bertambah pada pergerakan leher dan gerakan menelan. Daerah tiroid membengkak
dengantanda-tanda radang lain dan sangat nyeri tekan.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis, LED meninggi, sidikan tiroid
menunjukkan noduldingin. Pengobatan utama adalah antibiotik. Kokus gram positif biasanya
diatasi dengan penisilin atau derivatnya, tetrasiklin atan kloramfenikol. Apabila terjadiabses
melibatkan satu lobus diperlukan lobektomi (dengan lindungan antibiotik).Jika infeksi sudah
menyebar melalui kapsul dan mencapai jaringan sekitarnya,diperlukan insisi dan drainage.
b. .Subakut
Etiologi umumnya diduga oleh virus. Pada beberapa kasus dijumpai antibodiautoimun.
Pasien mengeluh di leher bagian depan menjalar ke telinga, demam ,malaise, disertai
hipertiroidisme ringan atau sedang. Pada pameriksaan fisik ditemukan tiroid membesar, nyeri
tekan, biasanya disertai takikardi berkeringat,demam, tremor dan tanda-tanda lain
hipertiroidisme. Pemeriksaan laboratoriumsering di jumpai leukositosis, laju endap darah
meningkat. Pada 2/3 kasus kadar hormon tiroid meninggi karena penglepasan yang berlebihan
akibat destruksikelenjar tiroid oleh proses inflamasi. Penyakit ini biasanya sembuh
sendirisehingga pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis. Dapat diberikan asetosal
untuk mengurangi nyeri. Pada keadaan berat dapat diberikan glukokortokoidmisalnya
prednison dengan dosis awal 50 mg/hari
c .Menahun
-.limfositik (Hashimoto)merupakan suatu tiroiditis autoimun dengan nama lain yaitu
strumalimfomatosa, tiroiditis autoimun. Umumnya menyerang wanita berumur 30-50 tahun.
Kelenjar tiroid biasanya membesar lambat, tidak terlalu besar, simetris, regular dan padat.
Kadang-kadang ada nyeri spontan dannyeri tekan. Bisa eutiroid atau hipotiroid dan jarang
hipertiroid. Kelainan histopatologisnya antara lain infiltrasi limfosit yang difus,
obliterasifolikel tiroid dan fibrosis. Diagnosis hanya dapat ditegakkan dengan pastisecara
histologis melalui biopsi. Bila kelenjar tiroid sangat besar mungkindiperlukan pengangkatan,
tetapi operasi ini sebaiknya ditunda karenakelenjar tiroid dapat mengecil sejalan denagn
waktu. Pemberian tiroksindapat mempercepat hal tersebut.
-.Non spesifik
-fibrous-invasif (Riedel)
9 | P a g e
Bab 5 – etiologi
Penyebab paling banyak dari struma non toxic adalah kekurangan iodium. Akan tetapi
pasien dengan pembentukan struma yang sporadis, penyebabnya belum diketahui. Struma non
toxic disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi sedang yodium yang
kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi berat iodium adalah kurang dari 25 mcg/d
dihubungkan dengan hypothyroidism dan cretinism.
2. Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada preexisting penyakit tiroid
autoimun
3. Goitrogen :
Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, aminoglutethimide, expectorants
yang mengandung yodium
Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative dan resorcinol berasal
dari tambang batu dan batubara.
Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica ( misalnya, kubis, lobak cina, brussels
kecambah), padi-padian millet, singkong, dan goitrin dalam rumput liar.
4. Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon kelejar tiroid
5. Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-kanak
mengakibatkan nodul benigna dan maligna
Bab 6 – epidemiologi
Survey epidemiologi untuk gondok endemik sering ditemukan di daerah pegunungan
seperti pengunungan Alpen, Himalaya, Bukit Barisan, dan sebagainya dan juga terlihat di
dataran rendah seperti Finlandia, Belanda, dan sebagainya.
Untuk struma toksika prevalensinya 10 kali lebih sering pada wanita dibanding pria. Di
Inggris, prevalensi Hypertiroidisme pada praktek umum adalah 25 – 35 kasus dalam 10.000
wanita, sedang di rumah sakit didapatkan 3 kasus dalam 10.000 pasien.
Pada wanita ditemukan 20 – 27 kasus dalam 1.000 wanita, sedangkan pria 1 – 5 per 1.000
pria. Data dari Whickham Survey pada pemeriksaan penyaring kesehatan dengan
menggunakan Free Thyroxine Index (FT4) menunjukkan prevalensi Hipertiroidisme pada
masyarakat sebanyak 2%.
10 | P a g e
Bab 7 – patofisiologi
Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan dalam
struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH reseptor tiroid oleh TSH, TSH-
Resepor Antibodi atau TSH reseptor agonis, seperti chorionic gonadotropin, akan
menyebabkan struma diffusa. Jika suatu kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel
maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan menyebabkan struma nodusa.
Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan peningkatan
produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah dan hiperplasi sel
kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan
terbentuk struma. Penyebab defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon
tiroid, defisiensi iodida dan goitrogen
Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH. Yang termasuk
stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar hipofise yang resisten
terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di kelenjar hipofise, dan tumor yang
memproduksi human chorionic gonadotropin
Bab 8 – penatalaksanaan
Pilihan terapi nodul tiroid:
1. terapi supresi dengan hormon levotiroksin
2. pembedahan
3. iodium radioaktif
4. suntikan etanol
5. observasi, bila yakin nodul tidak ganas.
Indikasi operasi pada struma adalah:
1. struma uni atau multinodusa dengan kemungkinan keganasan
2. struma dengan gangguan tekanan hingga menyebabkan sesak nafas
3. kosmetik
kontraindikasi operasi pada struma:
1. struma toksika yang belum dipersiapkan sebelumnya
2. struma dengan kompensasi kordis dan penyakit sistemik yang lain yang belum
terkontrol
11 | P a g e
3. struma besar yang melekat erat ke jaringan leher sehingga sulit digerakkan yang
biasanya sering dari tipe anaplastik yang jelek prognosanya. Perlekatan pada trakea
ataupun laring dapat sekaligus dilakukan reseksi trakea atau laringektomi, tetapi
perlekatan jaringan lunak leher yang luas sulit dilakukan eksisi yang baik.
4. Struma disertai sindrom vena kava superior. Biasanya kerana metastase luas ke
mediastinum. Sukar eksisinya biarpun telah dilakukan sternotomi, dan bila dipaksakan
akan memberikan mortalitas yang tinggi dan sering hasilnya tidak radikal.
Pertama- tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah nodul tiroid tersebut
disebut maligna atau suspek bengna. Bila nodul disuspek maligna dibedakan atas apakah
kasus tersebut operabel atau inoperabel. Bila kasus yang dihadapi inoperabel maka dilakukan
tindakan biopsisi insisi dengan pemeriksaan histopatologi secara blok parafin. Dilanjutkan
dengan tindakan debulking dan radiasi eksterna atau khermoradioterapi.
Bila nodul tiroid suspek maligna tersebut operabel dilakukan tindakan isthmulobektomi dan
pemeriksaan potong beku.
Ada 5 kemungkinan hasil yang didapat:
1. Lesi jinak. Maka tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi.
2. Karsinoma papilare. Dibedakan ada risiko tinggi dan risiko rendah berdasarkan
klasifikasi AMES.
a. Bila risiko rendah operasi selesai dilanjutkan dengan observasi
b. Bila risiko tinggi dilakukan tindakan tiroidektomi total.
3. Karsinoma folikurer. Dilakukan tindakan tiroidektomi total
4. Karsinoma medulare dilakukan tindakan tiroidektomi total.
5. Karsinoma anapalastik
a. Bila kemungkinan dilakukan tindakan tiroidektomi total.
b. Bila tidak memungkinkan, cukup dilakukan tindakan debulking dilanjutkan
dengan radiasi eksterna atau khemoradioterapi.
Bila nodul tiroid secara klinis suspek benigna dilakukan tindakan FNAB (biopsi jarum halus)
ada 2 kelompok hasil yang mungkin didapat yaitu :
1. Hasil FNAB suspek maligna, folikular pattern dan hurtle cell. Dilakukan tindakan
istmolobektomi dengan pemeriksaan potong beku seperti diatas.
2. Hasilnya FNAB benigna.
Dilakukan terapi supresi TSH dengan tablet thrax selama 6 bulam kemudian
dievaluasi, bila nodul tersebut mengecil diikuti dengan tindakan observasi .
12 | P a g e
Reseksi Subtotal
Reseksi subtotal akan dilakukan identik untuk lobus kanan dan kiri, dengan mobilitas
sama pada tiap sisi. Reseksi subtotal dilakukan dalam kasus struma multinodular toksik,
struma multinodular non toksik.
Prinsip reseksi untuk mengeksisi sebagian besar tiap lobus, yang memotong pembuluh
darah tiroidea superior, vena + hyroidea media dan vena tiroidea inferior utuh. Bagian
kelenjar yang dieksisi merupakan sisi anterolateral tiap lobus, isthmus dan lobus
piramidalis. Ligasi pembuluh darah tiroidea superior harus hati-hati untuk tidak
mencederai ramus externus nervus laryngeus superior dapat menimbulkan perubahan
suara yang bermakna.
Sisa thyroidea dari lobus kiri harus sekitar 3 sampai 4 gram. Ini dapat dinilai dengan
menilai berbagai ukuran thyroidea pada timbangan. Lobus dapat dieksisi lengkap dengan
memotong isthmus atau ia dapat dijaga kontinyu dengan isthmus yang dikupas bebas dari
tracea di bawahnya.
Lobektomi Total
Dilakukan untuk tumor ganas glandula tiroidea dan bila penyakit unilobaris yang
mendasari tidak pasti.
Bila dilakukan pengupasan suatu lobus, untuk tumor ganas maka pembuluh darah
tiroidea superior, vena tiroidea media dan vena tiroidea inferior perlu dipotong. Glandula
paratiroidea dan nervus laryngeus diidentifikasi dan dilindungi. Lobus tiroidea diretraksi
ke medial dengan dua glandula paratiroidea terlihat dekat cabang terminal fasia
(ligamentum Berry). Nervus ini diidentifikasi sebagai struktur putih tipis yang berjalan di
bawah ligamentum dan biasanya di bawah cabang terminal arteria tiroidea inferior.
Pada sejumlah tumor ganas seperti varian folikularis dan meduler direkomendasikan
lobektomi total bilateral dengan pengupasan kelenjar limfe sentral.
Pengobatan untuk nodul tiroid yang bukan tiroiditis atau keganasan :
- Apabila didapatkan nodul hangat, dapat diberikan preparat l-thyroxin selama 4-5
bulan dan kemudian sidik tiroid dapat diulang. Apabila nodul mengecil maka terapi dapat
diteruskan namun apabila tidak mengecil dilakukan biopsi aspirasi atau operasi.
- Nodul panas dengan diameter < 2,5 cm observasi saja, tetapi kalau > 2,5 mm
terapinya ialah operatif karena dikhawatirkan mudah timbul hipertiroidisme
13 | P a g e
Bab 9 – pencegahan
Disebebkan salha satu etiologi dari defisiensi yodium maka pencegahannya dengan
penggunaan yodium yang cukup, makan makanan yang banyak mengandung yodium,seperti
ikan laut, ganggang-ganggangan dan sayuran hijau. Untuk penggunaan garam beryodium
dalam masakan perlu diperhatikan. Garam yodium bisa ditambahkan setelahmasakan matang,
bukan saat sedang memasak sehingga yodium tidak rusak karena panas.
1.Pada ibu hamil dianjurkan agar tidak menggunakan obat-obatan yang beresikountuk
ketergantungan goiter kongenital.
2.Hindari mengkonsumsi secara berlebihan makanan-makanan yang mengandunggoitrogenik
glikosida agent yang dapat menekan sekresi hormone tiroid seperti ubikayu, jagung, lobak,
kankung, dan kubis.
14 | P a g e
Bab 10 – komplikasi
Komplikasi tiroidektomi
1. Perdarahan.
2. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara.
3. Trauma pada nervus laryngeus recurrens.
4. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal ke dalam sirkulasi dengan tekanan.
5. Sepsis yang meluas ke mediastinum.
6. Hipotiroidisme pasca bedah akibat terangkatnya kelenjar para tiroid.
7. Trakeumalasia (melunaknya trakea).
Trakea mempunyai rangka tulang rawan. Bila tiroid demikian besar dan menekan trakea,
tulang-tulang rawan akan melunak dan tiroid tersebut menjadi kerangka bagian trakea.
Paralisisn.rekurens laryngeusNervus ini berfungsi menginervasi otot-otot laring. Jikarusak
maka terjadi paralisis.
Paralisisn.laryngeu ssuperior�Akibatnya suara penderita menjadi lebih lemah dan sukarmengontrol suara nada tinggi,
karena terjadi pemendekanpita suara oleh karena relaksasi m.krikotiroid.Kemungkinan nervus
terligasi durante operasi.
Tracheomalasia/trachea collaps�Adalah perlunakan kartilago trakealis. Kartilago iniberbentuk seperti cincin dan menyusun
dinding trakea.Karena melunak, organ-organyang berdekatan dapatmenekan trakea.
Haemorrhagi�Krisis tiroid
Terjadi 8-24 jam pasca operasi. Biasanya pada operasi struma toksik dimana persiapan
operasi tidak adekuat. Angka kematian 75%. Mkanisme dari keadaan ini kemungkinan
disebabkan oleh pengeluaran T3/T4 meningkat akibat palpasi berlebihan pada tiroid,
penghentian PTU, berkurangnya pengikatan hormon tiroid pada keadaan sres dimana FT4
meningkat, peningkatan katekolamin dengan ditandai gejala seperti gelisah, kulit hanaat atau
basah , nadi > 160x/miniy, tekanan darah naik, suhu>38 , dan gangguan gastro instestinal.
15 | P a g e
Bab 11 – prognosis
prognosa dari endemik goiter adalah baik. Apabila penanganannya baik maka
penyembuhannya dapat terlaksana dengan baik yaitu dengan cara pengobatan dan proses
pembedahan pada giter yang besar. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan konsumsi iodine
optimal.
Karena kebanyakan kanker tiroid berdiferensiasi mempertahankan kemampuan untuk
menimbun yodium dan menghasilkan tiroglobulin, maka ini dapat digunakan dalam
pengawasan karsinoma tiroid berdifferensiasi yang muncul dari sel folikular dan meramalkan
penyakit berulang yang muncul setelah tiroidektomi. Indeks yang dipakai untuk melihat
kelangsungan hidup pasien karsinoma tiroid adalah usia saat didiagnosis, ada atau tidaknya
metastasis, jenis kelamin pasien, diameter tumor dan jenis histopatologikal.
Angka ketahanan hidup 5 tahun adenokarsinoma tiroid adalah tipe papiller (80- 90%),
follikuler (50- 70%), meduller (30- 40%), anaplastik (< 5%)
Penutup
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas jelas dan
tanpa gejala-gejala hipertiroidi.Klasifikasi dari struma nodosa non toksik didasarkan atas
beberapa hal yaitu berdasarkan jumlah nodul, berdasarkan kemampuan menangkap iodium
aktif dan berdasarkan konsistensinya.Etiologi dari struma nodosa non toksik adalah
multifaktorial namun kebanyakan struma diseluruh dunia diakibatkan oleh defisiensi yodium
langsung atau akibat makan goitrogen dalam dietnya.
Gejala klinis tidak khas biasanya penderita datang dengan keluhan kosmetik atau ketakutan
akan keganasan tanpa keluhan hipo atau hipertiroidi.
Diagnosis ditegakkan dari hasil anamnesa. Pemeriksaan sidik tiroid, pemeriksaan USG,
Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Bajah), termografi, dan petanda Tumor (tumor marker).
Penatalaksanaan meliputi terapi dengan l-thyroksin atau terapi pembedahan yaitu tiroidektomi
berupa reseksi subtotal atau lobektomi total.
Komplikasi dari tindakan pembedahan (tiroidektomi) meliputi perdarahan, terbukanya vena
besar dan menyebabkan embolisme udara, trauma pada nervus laryngeus recurrens, sepsis,
hipotiroidisme dan traceomalasia.
16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA.
1. Sri Hartini, KS, Struma Nodosa Non Toksik, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid I, Penerbit FKUI, Jakarta 1996, hal 757-761.
2. . Pisi Lukitto, Frekuensi Tumor Ganas Tiroid pada Kasus Struma Nodosa yang
Dirawat di Bagian Bedah RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 1992-1994, dalam
MKB Volume 29 No 4, 1997. Hal 265-266.
3. Sabiston, David. C. Jr, MD, Buku Ajar Bedah Sabiston, Alih Bahasa Petrus
Andrianto, Timan IS, Editor Jonatan Oswari, Penerbit EGC, Jakarta, 1995, hal 415-
427.
4. Sjamsuhidayat, R, Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
1998, hal 926-935.
5. Kaplan, Edwin. L, Thyroid and Parathyroid, in Principles of Surgery, New York,
1994, page : 1611-1621.
6. Tim Bedah Unair, Struma Nodosa Non Toksika, lab/UPF Bedah FK-UNAIR,
Surabaya, 1988, hal 43-51.
17 | P a g e