RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI
A. TOPIK
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi sensori persepsi halunasi sesi 3 : mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap.
B. Tujuan Therapy Aktivitas Kelompok
a. Tujuan Umum
1. Klien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya.
2. Klien mampu mengontrol halusinasinya.
b. Tujuan Khusus (Tujuan Sesi 3: Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap)
1. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
C. LANDASAN TEORI
a. Defenisi Halusinasi
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang
(stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental
Health Nursing, 1987).
b. Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik
tertentu, diantaranya :
1) Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang terhirup bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4) Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
5) Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
c. Tahapan Halusinasi, Karakteristik Dan Perilaku Yang Ditampilkan
TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN
Tahap I
Memberi rasa
nyaman tingkat
ansietas sedang
secara umum,
halusinasi
merupakan suatu
kesenangan
Mengalami ansietas, kesepian,
rasa bersalah dan ketakutan.
Mencoba berfokus pada pikiran
yang dapat menghilangkan
ansietas
Fikiran dan pengalaman sensori
masih ada dalam kontol
kesadaran, nonpsikotik.
Tersenyum, tertawa
sendiri
Menggerakkan bibir
tanpa suara
Pergerakkan mata yang
cepat
Respon verbal yang
lambat
Diam dan berkonsentrasi
Tahap II
Menyalahkan
Tingkat kecemasan
berat secara
umum halusinasi
menyebabkan
Pengalaman sensori menakutkan
Merasa dilecehkan oleh
pengalaman sensori tersebut
Mulai merasa kehilangan kontrol
Menarik diri dari orang lain non
psikotik.
Terjadi peningkatan
denyut jantung,
pernafasan dan tekanan
darah
Perhatian dengan
lingkungan berkurang
perasaan antipati Konsentrasi terhadap
pengalaman sensori
kerja
Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realitas
Tahap III
Mengontrol
Tingkat kecemasan
berat
Pengalaman
halusinasi tidak
dapat ditolak lagi
Klien menyerah dan menerima
pengalaman sensori
(halusinasi).
Isi halusinasi menjadi atraktif.
Kesepian bila pengalaman sensori
berakhir psikotik.
Perintah halusinasi
ditaati.
Sulit berhubungan
dengan orang lain.
Perhatian terhadap
lingkungan berkurang
hanya beberapa detik.
Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat,
tremor dan berkeringat
Tahap IV
Klien sudah
dikuasai oleh
Halusinasi.
Klien panik.
Pengalaman sensori mungkin
menakutkan jika individu tidak
mengikuti perintah halusinasi,
bisa berlangsung dalam
beberapa jam atau hari apabila
tidak ada intervensi terapeutik.
Perilaku panik.
Resiko tinggi
mencederai.
Agitasi atau kataton.
Tidak mampu berespon
terhadap lingkungan.
d. Hubungan Schizoprenia dengan Halusinasi
Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan
persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa berupa
suara–suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata–kata yang tersusun
dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan
respons tertentu seperti: bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan.
Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan
mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati.
Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan schizoprenia dan satu
syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa mania depresif dan syndroma
otak organik.
Gangguan persepsi yang utama pada skizoprenia adalah halusinasi, sehingga
halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh kecemasan, halusinasi
menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan harga diri, kritis diri, atau mengingkari
rangsangan terhadap kenyataan.
Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara – suara
biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini menghasilkan
tindakan/perilaku pada klien seperti yang telah diuraikan tersebut di atas (tingkat
halusinasi, karakteristik dan perilaku yang dapat diamati).
D. KLIEN
1.Kriteria Anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktifitas kelompok ini adalah:
a. Klien dengan riwayat schizoprenia dengan disertai gangguan persepsi sensori;
halusinasi.
b. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk,
dalam keadaan tenang.
c. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).
2. Proses Seleksi
1) Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
2) Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
3) Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
4) Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan tujuan
TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam kelompok.
E. PENGORGANISASIAN
1. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Therapy Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Rabu, 9 September 2015
Waktu : Pukul 15.00 WIB s.d selesai
Tempat : Ruang Berry RSKD Duren Sawit Jakarta
2. Tim Terapis
1. Leader : Arlina Afriani
2. Co. Leader : Devi tias melati
3. Fasilitator : Maharani Malabar
4. Observer : Risnawati haris amin
3. Uraian Tugas Pelaksana
A. leader
Tugas:
a. Memimpin jalannya therapy aktifitas kelompok.
b. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya therapy.
c. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
d. Memimpin diskusi kelompok.
B. Co. Leader
Tugas:
a. Membuka acara.
b. Mendampingi Leader.
c. Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
d. Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
e. Menutup acara diskusi.
C. Fasilitator
Tugas:
a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
b. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aAktif mengikuti jalannya therapy.
D. Observer
Tugas:
a. Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
tersedia).
b. Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan.
4. Nama klien dan ruangan
Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 6 orang
Klien peserta:
a. …………….
b. ……………
c. …….………
d. …………....
e. ……………..
f. …………….
5. Setting Tempat
CO.LEADER
LEADER
F. Metode Therapy Aktifitas Kelompok
Metode yang digunakan pada therapy aktifitas kelompok (TAK) ini adalah metode:
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Melengkapi jadwal harian.
Kegiatan TAK menggunakan sistem Sesi yang dibagi menjadi lima sesi, setiap sesi memiliki
tujuan khusus yang berbeda. Pada TAK kali ini adalah melanjutkan kegiatan TAK
sebelumnya, kali ini adalah TAK untuk sesi ketiga yaitu tentang mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap.
G. Alat Yang Digunakan
TAK kali ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan alat hanya yang
ada diruangan saja seperti:
a. Spidol dan whiteboard / papan tulis.
b. Jadwal kegiatan harian (jika ada yang dibuat saat TAK sebelumnya).
c.. Tape recorder untuk game jika ada.
H. Proses Pelaksanaan
1) Orientasi
a) Salam terapeutik
KLIEN 1
OBSERVER
KLIEN 2
FASILITATOR
KLIEN 5
KLIEN 4KLIEN 3
KLIEN 6
Salam terapeutik
Klien dan terapis pakai papan nama
b) Orientasi
Leader menanyakan perasaan klien saat ini
Leader menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi, waktu, situasi dan
perasaan
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan: latihan cara mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap
b) Menjelaskan aturan main
Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada
leader
Lama kegiata 30 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
4) Tahap keja
a) Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami
halusinasi dan bagaimana hasilnya . Ulangi sampai semua pasien mendapat
giliran
b) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
c) Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan bercakap-cakap pada
saat halusinasi muncul.
d) Co-Leader memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu: ”tolong, saya
mulai mendengar suara-suara lagi,ayo ngobrol dengan saya! Nama kamu
siapa?hobi nya apa?...”
e) Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap.
f) Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan.
5) Tahap terminasi
a) Evaluasi
Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak Lanjut
Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari
jika halusinasi muncul
Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian klien
6) Kontrak yang akan datang
a) Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan bercakap-cakap dengan orang lain.
b) Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
c. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi
Sesi III: Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
No Aspek yang dinilaiNama Klien
1
2
3
4
Petunjuk:
a) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b) Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang biasa
digunakan untuk mengatasi halusinasi, efektifitas cara yang digunakan, cara
mengatasi halusinasi dengan bercakap-cakap. Beri tanda √ jika klien mampu
dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
2) Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sensori.
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap, anjurkan klien
menggunakannnya jika halusinasi muncul.
“PROPOSAL RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
HALUSINASI : SESI III BERCAKAP-CAKAP ”
Disusun oleh :
ARLINA AFRIANI, S.Kep
NPM : 011442009
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIV
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
2015 / GENAP