Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Volume 3, Nomor 1, Mei 2020 E-ISSN 2715-9612
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
Acces article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License
Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar
Kebahasaan Teks Prosedur di SMA
𝐒𝐞𝐩𝐭𝐢𝐧𝐚 𝐓𝐫𝐢 𝐇𝐮𝐰𝐚𝐢𝐝𝐚𝟏, 𝐅𝐫𝐚𝐧𝐬𝐢𝐬𝐜𝐮𝐬 𝐗𝐚𝐯𝐞𝐫𝐢𝐮𝐬 𝐒𝐚𝐦𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧𝟐, 𝐈𝐦𝐚𝐦 𝐁𝐚𝐢𝐡𝐚𝐪𝐢𝟑 Universitas Tidar, Jl. Kapten Suparman No. 39 Potrobangsan, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia
email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
memperoleh deskripsi bentuk-bentuk tindak tutur direktif dalam novel Wigati karya Khilma Anis dan memperoleh materi ajar materi ajar kebahasaan teks prosedur dari novel Wigati karya Khilma Anis. Data kebahasaan yang digunakan adalah kata, frasa, kalimat yang mengandung tindak tutur direktif untuk mencapai tujuan tersebut. Data diperoleh dengan menggunakan metode simak dan teknik catat. Selanjutnya, dianalisis dengan metode padan dan teknik Pilah Unsur Penentu (PUP). Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk-bentuk Tindak Tutur Direktif (TTD) yang didasarkan pada teori Prayitno. Bentuk-bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan
berupa bentuk direktif perintah meliputi sub-TTD menyuruh, sub-TTD memaksa, sub-TTD menyilakan; bentuk direktif permintaan meliputi sub-TTD meminta dan sub-TTD memohon; bentuk direktif ajakan meliputi sub-TTD mengajak dan sub-TTD membujuk; bentuk direktif nasihat meliputi sub-TTD menasihati dan sub- TTD menyarankan; bentuk direktif kritikan meliputi sub-TTD menegur; serta bentuk direktif larangan meliputi sub-TTD melarang dan sub-TTD mencegah. Adapun materi ajar yang diperoleh dari penelitian ini berupa penyusunan handout yang di dalamnya mencakup materi konseptual dan faktual, kelas XI pada Kompetensi
Dasar (KD) 3.2 menganalisis kebahasaan dan struktur teksprosedur. Kata Kunci: tindak tutur direktif, novel Wigati, mateir ajar.
Abstract This research is a descriptive qualitative research aimed to obtain descriptions of the
forms of directive speech acts on Wigati novel by Khilma Anis and obtain textual language teaching material from Wigati novel by Khilma Anis at Senior High School. The linguistic data used were words, phrases, sentences that contained directive speech acts to achieve these objectives.The data obtaining used the refer method and note technique. Next, it is analyze dusing the matching method and the Determining Element (PUP) technique. The results of this research indicated the forms of directive speech acts based Prayitno's theory. Forms of directive speech acts found were forms directive directives including sub-TTD commands, sub-TTD forces, sub-TTD invites; the forms of request directive including sub-TTD requests (4 data) and sub- TTD asks; the forms of solicitation directives including sub-TTD invites and sub-TTD persuades; forms of advice directive including sub-TTD advises and sub-TTD suggests; forms of criticims directive including sub- TTD reprimands; as well as forms of prohibition directive including sub- TTD prohibits and sub-TTD prevents. The teaching material obtained from the results of this research in the form of the preparation of a handout which included conceptual and factual material class XI in Basic Competencies (KD) 3.2 analyzed the linguistics and structural of procedural text.
Keywords: directive speech act, Wigati Novel, teaching material.
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020
78
PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat komunikasi yang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari. Alat komunikasi tersebut merupakan alat yang digunakan manusia untuk
menyimbolkan atau mewakilkan perasaan dan pikiran agar dapat menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi tidak hanya sekadar penyampaian bahasa melalui kalimat, tetapi juga disertai dengan tindakan atau perilaku yang tidak
dapat dilakukan dengan baik oleh satu pihak saja. Agar komunikasi dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya penutur dan mitra tutur. Penutur adalah orang yang menyampaikan maksud atau pesan kepada orang lain (mitra tutur). Mitra tutur adalah
penerima pesan yang disampaikan oleh orang lain(penutur). Pesan yang disampaikan penutur mengandung maksud yang perlu dipahami
oleh mitra tutur. Berkaitan dengan hal tersebut, pragmatik merupakan salah satu
cabang linguistik yang mengkaji makna secara eksternal. Makna tersebut disampaikan penutur dan ditafsirkan mitra tutur. Dalam bidang pragmatik, segala sesuatu yang berkaitan dengan tuturan, baik arti, informasi, maupun maksud sangat bergantung
pada konteks yang melatarbelakanginya. Konteks pengujaran menjadi pedoman utama dalam analisis pragmatik (Prayitno, 2017:40). Pemahaman tentang konteks dalam percakapan memiliki unsur yang sangat penting supaya tejadi kesepahaman maksud
antara penutur dan mitra tutur. Studi pragmatik lebih banyak membahas maksud penutur melalui tuturannya.
Tindakan manusia ketika mengucapkan ujaran atau tuturan disebut tindak tutur.
Prayitno (2017:49) mengutip pendapat Searle bahwa tindakan yang diwujudkan seorang penutur terdiri atas tiga jenis, yaitu tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Salah satu tindak tutur yang merupakan usaha penutur supaya mitra tutur melakukan suatu
tindakan disebut Tindak Tutur Direktif (TTD). Tindak tutur tersebut tidak hanya sekadar menginformasikan, tetapi juga Penutur (Pn) menginginkan supaya Mitra tutur (Mt) melakukan sesuatu (Prayitno, 2011:41). Tindak tutur tersebut dapat diwujudkan
dalam bentuk perintah, permintaan, ajakan, nasihat, larangan, dan kritikan. Tindak tutur direktif merupakan tuturan yang unik dikaji karena salah satunya penutur tidak hanya menyampaikan permintaannya dengan tuturan meminta, tetapi juga dapat
melalui tuturan memohon dalam menghendaki sesuatu. Tuturan direktif sering dijumpai penerapannya dalam komunikasi langsung yang dapat dilihat dan didengar dari respons mitra tutur terhadap penutur. Namun, penggunaan tindak bahasa
tersebut tidak hanya dijumpai melalui bahasa lisan, tetapi juga banyak dijumpai melalui bahasa tulis. Salah satu wujud daya imajinasi seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman atau kehidupan lingkungan sekitarnya diistilahkan sebagai karya sastra.
Novel termasuk wacana tulis yang di dalamnya terdapat tuturan antartokoh. Tuturan yang dilakukan para tokoh terwujud dalam sebuah kalimat. Pengarang mengungkapkan tuturan setiap tokoh dalam bentuk dialog yang dapat dianalisis tindak
tuturnya. Percakapan dalam sebuah novel mempunyai konteks sesuai dengan situasi yang terdapat di dalamnya. Percakapan seperti ini dapat dianalisis tindak tutur direktifnya dengan kajian pragmatik. Penulis banyak mengungkapkan jalan cerita
dalam novel melalui dialog sehingga pengkajian pragmatik ini penting untuk dilakukan. Melalui pengkajian pragmatik terutama mengenai tindak tutur yang dilakukan para tokoh dalam novel, pembaca dapat memahami jalan ceitanya dengan baik.
Novel Wigati adalah sebuah novel karya Khilma Anis. Kata Wigati diambil dari nama seorang santri di Pondok Pesantren Darul Islam Kembang Kuning, Prajurit Kulon, Mojokerto. Novel ini mengandung banyak tuturan direktif yang dilakukan para tokoh.
E-ISSN: 2715-9612
Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kbahasaan Teks Prosedur di SMA
Huwaida
79
Penggunaan bahasa di dalam novel tersebut mudah dipahami pembaca terutama di
kalangan siswa. Oleh karena itu, tuturan direktif dalam novel Wigati ini dapat dijadikan alternatif materi ajar bagi guru BahasaIndonesia.
Kurikulum 2013 menerapkan prinsip khusus bahwa bahasa merupakan kegiatan
sosial. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk membina dan mengembangkan pengetahuan, sikap berkomunikasi, dan keterampilan yang diperlukan peserta didik dalam menempuh pendidikan. Guru dan peserta didik memerlukan materi ajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran bahasa. Materi ajar
yang harus diajarkan bersifat dinamis yaitu berubah dari waktu ke waktu dan tidak statis seperti tercantum dalam buku-buku teks pelajaran (Gafur, 2012:65). Materi ajar ini digunakan sebagai pedoman bagi guru dan referensi bagi siswa dalam
pembelajaran. Ketika dilaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 1 Magelang, materi ajar yang menjadi pegangan peserta didik kelas XI berupa buku teks Bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya alternatif materi ajar yang disusun dalam bentuk handout sehingga peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan dari buku teks saja, tetapi juga dari sumber lain. Guru juga dapat menjadikan handout ini
sebagai pendamping buku teks Bahasa Indonesia dalam memberikan materi kepada peserta didik. Prastowo (2011:79) menyatakan bahwa handout merupakan segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam pemelajaran dengan tujuan untuk
memperlancar, memberikan informasi atau materi ajar sebagai pegangan siswa, serta memperkaya pengetahuansiswa.
Teks prosedur merupakan teks yang mengandung cara melakukan atau
membuat sesuatu hal secara terstruktur untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Jenis teks ini berisi petunjuk-petunjuk atau tips dalam melakukan sesuatu. Berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) 3.2 menganalisis kebahasaan dan struktur teks prosedur, teks
prosedur mengandung unsur-unsur kebahasaan yang perlu diketahui dan dipelajari oleh peserta didik, seperti penggunaan kalimat imperatif, kalimat saran dan larangan, serta kalimat ajakan (bujukan). Rahardi (2005:19) mengutip pernyataan Alisjahbana
bahwa sosok kalimat perintah diartikan sebagai tuturan yang isinya memerintahkan, memaksa, mengajak, menyuruh, dan meminta supaya orang yang diperintah melakukan tindakan sesuai dengan maksud dalam perintah itu. Kalimat perintah
tersebut diistilahkan sebagai tindak tutur direktif dalam tuturan. Dalam sebuah teks prosedur, peserta didik perlu memahami penggunaan bahasanya dengan baik supaya dapat mengetahui maksud penulis (penutur) yang sesuai konteks dalam teks tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, hasil analisis tindak tutur direktif ini bisa dijadikan alternatif materi ajar kebahasaan teks prosedur.
METODE Penelitian berjudul Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis
sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Prosedur di SMA merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Oleh karena itu, wujud datanya berupa kata, frasa, kalimat yang mengandung tindak tutur direktif. Wujud data tersebut tercantum melalui dialog
antartokoh dalam novel Wigati. Sumber data yang digunakan berupa novel Wigati karya Khilma Anis yang diterbitkan oleh Telaga Aksara, Yogyakarta pada tahun 2018. Setiap penelitian memiliki objek yag akan diteliti. Objek penelitian ini berupa tindak
tutur direktif dalam novel Wigati. Penelitian ini didukung dengan metode dan teknik penyediaan data sebagai tahap awal dalam menyediakan dan menganalisis data. Metode yang digunakan berupa metode simak. Metode ini merupakan metode yang
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020
80
dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa untuk memperoleh data (Mahsun,
2012:92). Dalam penelitian, penggunaan bahasa yang digunakan bersifat tertulis. Penyimakan bahasa dilakukan dengan cara membaca kembali isi novel Wigati. Teknik yang digunakan dalam menyediakan data berupa teknik catat. Dalam teknik catat ini,
dilakukan dengan cara mencatat data- data yang mengandung tindak tutur direktif. Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik catat ini, di antaranya membaca, memilih dan menandai data yang mengandung tindak tutur direktif, mencatat data,
mengode data, dan mereduksi data yang telah diperoleh dari novel Wigati. Adapun langkah dalam mereduksi data, yaitu memilih dan memilah data yang menjadi tujuan penelitian. Selanjutnya, membuang data yang tidak perlu untuk mempermudah dalam
pengorganisasian data. Oleh karena itu, dapat diverifikasi mengenai bentuk-bentuk tindak tututr direktif dalam novelWigati.
Setelah data direduksi, langsung dapat dianalisis dengan menggunakan metode
dan teknik analisis data. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode padan. Metode padan adalah cara menganalisis data dengan alat penentunya berasal dari luar bahasa (Sudaryanto, 2015:15). Teknik analisis data yang digunakan berupa
teknik Pilah Unsur Penentu (PUP). Teknik ini merupakan teknik dasar dalam metode padan. Alat penentunya adalah daya pilah peneliti yang bersifat mental. Daya pilah yang digunakan dalam teknik ini yaitu pilah pragmatis. Melalui daya pilah tersebut dapat diketahui bentuk-bentuk tindak tutur direktif yang dilakukan para tokoh dalam
novel Wigati. Teknik PUP ini dilakukan dengan cara memilah unsur-usnur penentu. Setelah memperoleh data sesuai tujuan penelitian, ditentukan ciri penanda yang terdapat dalam setiap tuturan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tindak tutur direktif dalam novel Wigati dilakukan oleh beberapa tokoh yang peranan dari setiap tokoh tersebut dapat menjadi penutur dan mitra tutur. Bentuk-
bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan dalam novel tersebut terdiri atas enam bentuk, yaitu (1) tindak tutur direktif perintah meliputi sub-TTD menyuruh, memaksa, dan menyilakan; (2) tindak tutur direktif permintaan meliputi sub-TTD meminta dan
memohon; (3) tindak tutur direktif ajakan meliputi sub-TTD mengajak dan membujuk; (4) tindak tutur direktif nasihat meliputi sub-TTD menasihati dan menyarankan; (5) tindak tutur direktif larangan meliputi sub-TTD melarang dan
mencegah; (6) tindak tutur direktif kritikan meliputi sub-TTD menegur. Dalam penelitian ini, dipaparkan analisis bentuk-bentuk tindak tutur direktif dalam novel Wigati karya Khilma Anis.
1. Bentuk Tindak Tutur Direktif Perintah
Tindak tutur direktif perintah adalah suatu bentuk tindak bahasa yang bermaksud supaya mitra tutur (Mt) melakukan sesuatu sesuai dengan hal yang dituturkan dan diinginkan penutur (Pn). Bentuk TTD perintah yang ditemukan
dalam novel Wigati berupa sub-TTD menyuruh, memaksa, dan menyilakan.
a. Tindak Tutur Direktif Menyuruh
Tindak tutur direktif menyuruh merupakan suatu tindak bahasa yang mengandung unsur mengutus atau menyuruh agar mitra tutur melakukan
sesuatu sebagaimana yang disuruhkan penutur. Tingkat pemaksaan pada tuturan ini lebih rendah daripada tindak tutur direktif memaksa sehingga masih terdapat kadar kesopanannya. Berikut analisis data sub-TTD
E-ISSN: 2715-9612
Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kbahasaan Teks Prosedur di SMA
Huwaida
81
menyuruh pada data (1).
(1) Konteks: Jati bermaksud menyuruh Manik untuk istirahat.
"Kamu pucat sekali, Manik. sana istirahat!" (W/211/TTD.P)
Tuturan pada data (1) terjadi ketika Penutur (Pn) dan Mitra tutur (Mt)
berada di rumah Wigati. Pn bernama Jati, sedangkan Mt bernama Manik. Pn melihat wajah pucatnya Mt. Pn bermaksud menyuruh Mt untuk istirahat dengan menuturkan sana istirahat. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif
menyuruh mitra tutur untuk istirahat. Penanda kata istirahat yang diawali sana menunjukkan adanya tuturan dari penutur menyuruh mitra tutur untuk segera istirahat. Konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut adalah ends, maksud
tuturan. Penutur bermaksud menyuruh mitra tutur untuk istirahat karena terlihat pucat. Jadi, tuturan data (1) yang diawali kata sana pada tuturan sana istirahat merupakan tindak tutur direktif perintah dengan sub-TTDmenyuruh.
a. Tindak Tutur Direktif Memaksa Tindak tutur direktif memaksa merupakan tindak tutur yang bertujuan
untuk menyuruh mitra tutur dengan paksa untuk melakukan sebagaimana yang dikehendaki penutur. Penutur tidak hanya menggunakan verba suruhan saja,
tetapi juga dengan penekanan paksaan terhadap mitra tutur. Penekanan tersebut dapat berwujud melalui kekerasan secara verbal (ucapan). Berikut analisis data sub-TTD memaksa pada data(2).
(2) Konteks: Wigati kesal kepada Manik dan memaksanya diam karena berkataterus-menerus.
Wigati : "Diam kamu, Manik! Ngomong terus dari tadi. Ini
masalahku, aku yang menentukan. Bukan kamu!" (Dia
beranjak setelah mengatakan kalimat itu dengan nadatinggi)
Manik : (Ia melongo dan terdiam)
(W/64/TTD.P) Tuturan pada data (2) terjadi ketika Penutur (Pn) jengkel kepada Mitra
tutur (Mt). Pn bernama Wigati, sedangkan Mt bernama Manik. Mt adalah teman
sebaya Mt di pondok. Pn merasa jengkel dengan Mt yang berbicara terus-menerus sehingga memaksanya supaya tidak berbicara lagi dengan menuturkan diam kamu, Manik!. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur
direktif perintah yang memaksa mitra tutur untuk tidak berbicara. Kata diam dalam tuturan tersebut menunjukkan adanya maksud paksaan dari penutur terhadap mitra tutur untuk tidak berbicara. Tuturan tersebut diikuti dengan
sapaan dan nama diri sebagai penekanan adanya unsur memaksa dari penutur. Selain itu, intonasi suruh mempertegas adanya tuturan memaksa secara keras dari penutur terhadap mitra tutur. Konteks yang melatarbelakangi tuturan
tersebut adalah key, cara penutur dalam menyampaikan ujaran. Penutur menyampaikan ujaran kepada mitra tutur dengan jengkel dan nada keras. Jadi, tuturan data (2) dengan penanda kata diam yang ditekankan dengan sapaan
dan nama diri, serta intonasi suruh merupakan tindak tutur direktif perintah
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020
82
dengan sub-TTD memaksa.
b. Tindak Tutur Direktif Menyilakan Tindak tutur direktif menyilakan merupakan suatu tindak tutur yang
bertujuan untuk menyuruh mitra tutur dengan santun sebagaimana yang dikehendaki oleh penutur. Tindak bahasa ini ditandai dengan kata silakan. Berikut analisis data sub-TTD menyilakan pada data (3).
(3) Konteks: Mbak Kib, pengurus keamanan pondok, mempersilakan
Wigati dan Manik untuk kembali ke kamarmasing-masing.
"Silakan kembali ke kamar kalian. Hukuman buat kalian akan kamu umumkan besok di papan aula sebelum subuh." (W/96/TTD.P)
Tuturan pada data (3) terjadi ketika Penutur (Pn) dan Mitra tutur (Mt)
berada di kantor keamanan. Pn bernama mbak Kib, sedangkan mitra tutur adalah Wigati dan Manik. Pn bermaksud mempersilakan Mt untuk kembali ke kamar masing-masing dengan menuturkan silakan kembali ke kamar kalian.
Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif menyilakan mitra tutur untuk ke kamar masing-masing. Kata silakan menjadi penanda adanya tuturan perintah dengan santun yang berwujud mempersilakan mitra tutur. Konteks
yang melatarbelakangi tuturan tersebut adalah ends, maksud tuturan. Penutur bermaksud mempersilakan mitra tutur untuk kembali ke kamar masing-masing. Jadi, tuturan data (3) dengan penggunaan kata silakan merupakan tindak tutur
direktif perintah dengan sub-TTD menyilakan.
2. Bentuk Tindak Tutur Direktif Permintaan Tindak tutur direktif permintaan adalah suatu bentuk tindak bahasa yang
bertujuan supaya mitra tutur memberikan sesuatu sebagaimana yang
dituturkan penutur. Bentuk TTD permintaan yang ditemukan dalam novel Wigati berupa sub-TTD meminta danmemohon.
a. Tindak Tutur Direktif Meminta Tindak tutur direktif meminta merupakan tindak bahasa yang dituturkan
penutur kepada Mt dengan maksud supaya diberi sesuatu atau menjadi sebuah
kenyataan sebagaimana yang diminta penutur. Tindak bahasa ini digunakan oleh penutur dan mitra tutur yang memiliki kedekatan akrab. Berikut analisis data sub-TTD meminta pada data(4).
(4) Konteks: Naimah meminta korek api kepada kang pondok di dapur.
Naimah : "Kang..Kang..minta korek dong. Tapiyang
korek jres." KangPondok : "Nggeh, Mbak. Tapi minggir ya! Koreknya aku
talikan kebluluk." (W/22/TTD.Pm)
Tuturan pada data (4) terjadi ketika Penutur (Pn) dan Mitra tutur (Mt) berada di dapur. Pn bernama Naimah, sedangkan Mt adalah Kang Pondok yang selalu
punya korek api. Pn bermaksud meminta korek api kepada Mt dengan menuturkan Kang..Kang... minta korek dong. Tuturan tersebut merupakan
E-ISSN: 2715-9612
Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kbahasaan Teks Prosedur di SMA
Huwaida
83
tindak tutur direktif meminta korek api kepada mitra tutur. Penanda yang
menunjukkan adanya tuturan meminta yaitu minta. Kata minta dalam tuturan tersebut berarti meminta kepada mitra tutur supaya diberi korek api. Konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut adalah ends, maksud tuturan. Penutur
bermaksud meminta korek apik kepada mitra tutur. Jadi, tuturan data (4) dengan penanda kata minta merupakan tindak tutur direktif permintaan dengan sub-TTD meminta.
b. Tindak Tutur Direktif Memohon Tindak tutur direktif memohon merupakan tindak tutur yang dituturkan
penutur untuk meminta dengan hormat/santun kepada mitra tutur supaya mau memenuhi sesuatu sebagaimana yang diinginkannya. Berikut analisis data sub-
TTD memohon pada data(5).
(5) Konteks: Ketika Manik tidak menjawab dengan jujur mengenai Jati.
Mbak Novi membutuhkan jawaban Manik yangsebenarnya.
"Mbak, mohon semua pertanyaan dijawab yang jujur saja. Biar tidak timbul salah paham." (W/115/TTD.Pm)
Tuturan pada data (16) terjadi ketika Penutur (Pn) bertanya mengenai
Kang Jati kepada Mitra tutur (Mt) di ruang keamanan. Pn bernama Novi yang
merupakan pengurus keamanan pondok, sedangkan Mt bernama Manik. Mt bingung dan tidak berani menjawab pertanyaan dari si Pn mengenai Kang Jati. Karena tidak menjawab pertanyaan dari Pn, Pn bermaksud meminta jawaban
yang sebenarnya dengan sopan kepada Mt. Pn menuturkan Mbak, mohon semua pertanyaan dijawab yang jujur saja dengan menatap Mt. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif permintaan berupa memohon mitra
tutur untuk bisa memberikan sebuah jawaban yang sebenarnya. Kata mohon sebagai penanda tuturan memohon dari penutur terhadap
mitra tutur. Konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut adalah ends, maksud tuturan. Penutur bermaksud memohon kepada mitra tutur supaya memberikan jawaban yang sebenarnya. Jadi, tuturan data (5) dengan penanda kata mohon merupakan tindak tutur direktif permintaan dengan sub-TTD
memohon.
3. Bentuk Tindak Tutur Direktif Ajakan
Tindak tutur direktif ajakan adalah bentuk tindak bahasa yang di dalamnya penutur melibatkan mitra tutur untuk melakukan secara bersama. Bentuk TTD
ajakan yang ditemukan dalam novel Wigati berupa sub-TTD mengajak dan membujuk.
a. Tindak Tutur Direktif Mengajak Dalam penggunaan tindak bahasa ini, penutur tidak berusaha meyakinkan
mitra tutur untuk melakukan secara bersama dengannya. Berikut analisis data
sub-TTD mengajak pada data (6).
(6) Konteks: Kang Zen mengajak Manik untuk mendorong becak yang
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020
84
mundur ditanjakan.
"Tenang Mbak, ayo kita dorong!" (W/82/TTD.A)
Tuturan pada data (6) terjadi ketika Penutur (Pn) dan Mitra tutur (Mt) berada di tanjakan. Pn bernama Zen, sedangkan Mt bernama Manik. Becak Pn mundur di tanjakan dan Mt berada di belakangnya. Oleh sebab itu, Pn
bermaksud mengajak Mt untuk mendorong becak tersebut dengan menuturkan ayo kita dorong!. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif mengajak mitra tutur untuk mendorong becak. Pemarkah yang menunjukkan adanya tuturan ajakan dari penutur terhadap mitra tutur yaitu ayo. Kata ayo menunjukkan adanya tuturan dari penutur untuk mengajak mitra tutur. Konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut adalah setting, tempat berlangsungnya tuturan. Setting dalam tuturan tersebut di tanjakan yang mengakibatkan becak
penutur mundur. Mitra tutur berada di belakang penutur sehingga mengajak mitra tutur untuk mendorong becak tersebut. Jadi, tuturan data (6) dengan penanda kata ayo merupakan tindak tutur direktif ajakan dengan sub-TTD
mengajak.
b. Tindak Tutur Direktif Membujuk Tindak tutur direktif membujuk merupakan tindak tutur yang mengandung
upaya untuk meyakinkan mitra tutur supaya bersedia melakukan sebagaimana
yang dituturkan penutur. Berikut analisis data sub-TTD membujuk pada data (7).
(7) Konteks: Jati berusaha membujuk Wigati untuk ikut pulang dan menjumpai Kiai Ali,ayahnya.
"Aku tahu betul riwayat kesehatan Abah, Wi. Ini sangat gawat. Selama jadi supirnya, belum pernah Abah gerah sampai gak sadar begini. Ayolah, Wi."(W/215/TTD.A)
Tuturan pada data (7) terjadi ketika Mitra tutur (Mt) dibujuk oleh Penutur (Pn) untuk ikut pulang dan bertemu ayahnya, Kiai Ali. Pn bernama Jati, sedangkan Mt bernama Wigati. Meskipun mengetahui kondisi ayah Mt sakit, Mt tidak mau
pulang untuk menjumpainya. Oleh karena itu, Pn bermaksud membujuk Mt untuk ikut pulang dan menemui ayahnya dengan memberitahukan kondisi ayahnya dan menuturkan ayolah, Wi. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif membujuk dari penutur terhadap mitra tutur untuk mau bertemu
ayahnya. Penanda yang menunjukkan adanya tuturan ajakan yang membujuk dari penutur terhadap mitra tutur yaitu ayo yang ditekankan partikel -lah. Konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut adalah key, cara penutur dalam
menyampaikan tuturannya. Penutur menyampaikan maksud tuturannya dengan ungkapan bujukan. Jadi, tuturan data (7) dengan penanda ayolah merupakan tindak tutur direktif ajakan dengan sub-TTD membujuk.
4. Bentuk Tindak Tutur Direktif Nasihat Tindak tutur direktif nasihat merupakan bentuk tindak bahasa yang
mengandung hal-hal baik untuk disampaikan kepada mitra tutur. Bentuk TTD nasihat dalam novel Wigati berupa sub-TTD menasihati dan menyarankan.
E-ISSN: 2715-9612
Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kbahasaan Teks Prosedur di SMA
Huwaida
85
a. Tindak Tutur Direktif Menasihati Tindak tutur direktif menasihati merupakan tindak tutur dengan tujuan
untuk memberikan nasihat kepada mitra tutur yang berisi pelajaran baik dari penutur. Berikut analisis data sub-TTD menasihati pada data (8).
(8) Konteks: Wigati membenci sosok ayahnya karena pernikahan siri yang terjadi pada masa lalu. Manik menasihatiWigati.
Wigati : "Di dalam hatiku, ayahku sudah lama mati." Manik : "Aku paham hatimu sakit, tapi kamu harus bisa berdamai.
Bagaimanapun dia adalah ayahmu. Dalam darahmu mengalirdarahnya.
(W/62/TTD.N)
Tuturan pada data (8) terjadi ketika Mitra tutur (Mt) berkata kepada
Penutur (Pn) bahwa ayahnya sudah lama mati. Pn bernama Manik, sedangkan
Mt bernama Wigati. Karena mendengar perkataan dari Mt, Pn bermaksud menasihati Mt harus bisa berdamai dengan ayah kandungnya sendiri. Nasihat tersebut diwujudkan oleh Pn dengan menuturkan aku paham hatimu sakit, tapi kamu harus bisa berdamai. Bagaimanapun dia adalah ayahmu. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif menasihati dari penutur terhadap mitra tutur yang belum bisa berdamai dengan ayah kandungnya. Pemarkah harus dalam tuturan tersebut menunjukkan sebuah keharusan mitra tutur untuk bisa berdamai dengan ayahnya. Konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut adalah ends, maksud tuturan. Penutur bermaksud memberikan nasihat kepada
mitra tutur untuk bisa berdamai dengan ayah kandungnya. Jadi, tuturan data (8) merupakan tindak tutur direktif nasihat dengan sub-TTD menasihati.
b. Tindak Tutur Direktif Menyarankan Tindak tutur direktif menyarankan merupakan tindak tutur yang
mengandung pendapat dan arahan baik dari penutur supaya dapat
dipertimbangkan oleh mitra tutur. Berikut analisis data sub-TTD menyarankan pada data (9).
(9) Konteks: Manik menyarankan kepada Wigati untuk bertemu denganayahnya.
"Menurutku sih kamu harus menemuinya. Umur manusia siapa yang tahu? Nyuwun sewu, kalau misalnya tiba-tiba sakit ayahmu makin parah terus ayahmu meninggal. Apa kamu ngga nyesel?" Tuturan pada data (9)
terjadi ketika Mitra tutur (Mt) tidak mau bertemu dengan Kiai Ali. Penutur (Pn) melihat Mt menangis karena membaca kembali buku harian mama dan eyang putrinya. Pn bermaksud memberikan saran kepada Mt dengan menuturkan
menurutku si kamu harus menemuinya. Umur manusia siapa yang tahu?. Pn menyarankan kepada Mt untuk bertemu dengan ayahnya, Kiai Ali. Unsur menyarankan pada tuturan tersebut ditekankan adanya penanda berupa kata
menurutku. Penutur menyarankan mitra tutur dalam tuturan menurutku si kamu harus menemuinya. Umur manusia siapa yang tahu? supaya dapat
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020
86
dipertimbangkan dengan baik. Konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut
adalah ends, maksud tuturan. Penutur bermaksud memberikan saran kepada mitra tutur untuk menemui ayah kandungnya. Jadi, tuturan pada data (9) merupakan tindak tutur direktif nasihat dengan sub-TTD menyarankan.
5. Bentuk Tindak Tutur Direktif Larangan Tindak tutur direktif larangan adalah bentuk tindak bahasa yang
mengandung maksud supaya mitra tutur tidak boleh melakukan sesuatu sebagaimana yang dituturkan penutur. Bentuk TTD larangan dalam novel
Wigati berupa sub-TTD melarang dan mencegah.
a. Tindak Tutur Direktif Melarang
Dalam tindak bahasa ini, adanya larangan keras dari penutur terhadap mitra tutur untuk melakukan tindakan. Berikut bentuk sub-TTD melarang pada data (10).
(10) Konteks: Manik memanggil Wigati dengan sebutan Mbak. Wigati melarang Manik untuk memanggil dirinya dengan sebutanitu.
Manik : "Namaku Manik, Mbak. Lintang ManikWoro." Wigati : "Jangan panggil aku Mbak lagi, ya. Panggilaku
Wi." (W/12/TTD.L)
Tuturan pada data (10) terjadi ketika Penutur (Pn) Mitra tutur (Mt) saling
berkenalan. Pn bernama Wigati, sedangkan Mt bernama Manik. Ketika Mt
mengenalkan diri dan memanggil Pn dengan sebutan Mbak, Pn bermaksud melarang Mt untuk memanggil dengan sebutan itu. Mt dilarang Pn dengan tuturan jangan panggil aku Mbak lagi, ya. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif melarang. Penanda yang menunjukkan adanya maksud penutur
melarang mitra tutur yaitu kata jangan. Selain itu, kata ya menghaluskan tuturan larangan tersebut. Oleh karena itu, ke depannya mitra tutur tidak lagi memanggil penutur dengan sebutan mbak lagi. Konteks yang melatarbelakangi
tuturan tersebut adalah participants, pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan. Pihak-pihak tersebut adalah Wigati dan Manik. Kedua partisipan tersebut adalah teman sebaya. Karena Manik memanggil Wigati dengan
sebutan Mbak, Wigati melarangnya untuk tidak lagi menyebut panggilan itu.
Jadi, tuturan data (10) dengan penanda kata jangan yang diperhalus kata ya merupakan tindak tutur direktif larangan dengan sub-TTD melarang.
b. Tindak Tutur Direktif Mencegah Tindak tutur direktif mencegah merupakan tindak tutur yang bertujuan
untuk merintangi, menahan, atau mengusahakan supaya jangan terjadi sesuatu
(tindakan). Berikut analisis data sub-TTD mencegah pada data (11).
(11) Konteks: Manik takut jika tindakan yang melanggar pondok
dilaporkan oleh KangZen.
E-ISSN: 2715-9612
Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kbahasaan Teks Prosedur di SMA
Huwaida
87
Kang Zen : "Woo, ya saya harus tetap lapor, Mbak. Itu suah amanah
Romo Kiai. Saya harus lapor kalo melihat santri kemleler dipasar.
Manik : "Jangan dong, Kang. Nanti tak belikan bakso
wis." (W/82/TTD.L) Tuturan pada data (11) terjadi ketika Penutur (Pn) ketahuan Mitra tutur
(Mt) bahwa dirinya keluar pondok tanpa mengenakan almamater dan pergi bersama laki-laki. Tindakan penutur merupakan tindakan yang melanggar peraturan pondok. Pn bernama Manik, sedangkan Mitra tutur bernama Zen. Mt
akan melaporkan tindakan Pn ke bagian keamanan pondok. Pn bermaksud mencegah Mt untuk tidak melaporkan ke bagian keamanan pondok dengan menuturkan jangan dong, Kang. Nanti tak belikan bakso wis. Tuturan tersebut
merupakan tindak tutur direktif mencegah. Pemarkah yang menunjukkan adanya tuturan mencegah dari penutur terhadap mitra tutur yaitu katajangan.
Penanda jangan dalam tuturan tersebut mengandung maksud sebuah larangan yang mencegah mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan. Selain itu, partikel penegas dong menekankan maksud mencegah dari penutur
terhadap mitra tutur. Tuturan pada kalimat nanti tak belikan bakso wis sebagai penekanan dalam upaya penutur untuk mencegah mitra tutur supaya tidak melaporkan ke bagian keamanan. Konteks yang melatarbelakangi tuturan
tersebut adalah key, cara penutur dalam menyampaikan maksudnya. Penutur menyampaikan maksud tuturannya dengan cara mencegah. Jadi, tuturan data (11) dengan penanda kata jangan yang ditekankan partikel penegas dong dan
kalimat nanti tak belikan bakso wis merupakan tindak tutur direktif larangan dengan sub- TTD mencegah.
6. Bentuk Tindak Tutur Direktif Kritikan Bentuk tindak tutur direktif kritikan dalam novel Wigati yang ditemukan
berupa sub-TTD menegur. Dalam tindak bahasa ini, penutur bermaksud
memberikan peringatan/kritikan kepada mitra tutur supaya tidak lagi melakukan hal yang semestinya tidak dilakukan. Berikut analisis data sub- TTD menegur pada data (12).
(12) Konteks: Jati kecewa terhadap Wigati yang perilakunya tidak berbakti
kepada ayahnya. Ia menegur Wigati atas perilakunya "Masya Allah, Wi.
Pikirkan kesehatan Abah. Kamu ini mondok, kau tahu persis
bagaimana mestinya bersikap baik sama orang tua. Apalagi
yang sedang sakit!." (W/216/TTD.K)
Tuturan pada data (12) terjadi ketika Mitra tutur (Mt) tidak peduli dengan keadaan ayahnya yang sedang sakit dan ingin bertemu dengannya. Mt tetap keras kepala tidak mau bertemu dengan Kiai Ali. Pn merasa kecewa terhadap
sikap Mt yang tidak peduli dengan orangtuanya sendiri. Pn bernama Jati, sedangkan Mt bernama Wigati. Pn bermaksud menegur Mt dengan menuturkan kamu ini mondok, kamu tahu persis bagaimana mestinya bersikap baik sama
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020
88
orang tua. Tuturan tersebut disampaikan oleh penutur untuk menanggapi sikap
mitra tutur yang tidak berbakti kepada orangtua. Seorang anak seharusnya bersikap baik dan berbakti kepada orangtua apalagi ketika sakit. Hal tersebut berkebalikan dengan sikap mitra tutur yang tidak peduli dengan kondisi
ayahnya. Teguran yang disampaikan penutur dipertegas dengan kata mestinya yang juga menyatakan rasa kekecewaannya pada sikap mitra tutur yang tidak baik kepada ayahnya. Konteks yang melatarbelakangi tututuran tersebut adalah
ends, maksud tuturan. Penutur bermaksud menegur mitra tutur atas perilakunya yang tidak baik. Jadi, tuturan data (12) yang dipertegas dengan kata mestinya merupakan tindak tutur direktif kritikan dengan sub-TTD
menegur.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian berjudul "Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati
Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Prosedur", dapat ditarik
beberapa simpulan. Pertama, ditemukan enam bentuk tindak tutur direktif yang terdapat dalam novel Wigati karya Khilma Anis. Kedua, hasil penelitian yang berupa tindak tutur direktif dalam novel Wigati dapat diimplementasikan sebagai materi ajar
kebahasaan teks prosedur di SMA kelas XI. Bentuk-bentuk tindak tutur direktif dalam novel Wigati karya Khilma Anis
diperoleh 41 data. Data tersebut memenuhi enam bentuk tindak tutur direktif, yaitu
tindak tutur direktif perintah, tindak tutur direktif permintaan, tindak tutur direktif ajakan, tindak tutur direktif nasihat, tindak tutur direktif kritikan, dan tindak tutur direktif larangan. Klasifikasi pada setiap bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan,
antara lain sub-TTD menyuruh, memaksa, dan menyilakan; sub-TTD meminta dan memohon; sub-TTD mengajak dan membujuk; sub-TTD menasihati dan menyarankan; sub- TTD melarang dan mencegah; serta sub-TTD menegur.
Bentuk tindak tutur direktif yang dominan dalam novel Wigati karya Khilma Anis adalah tindak tutur direktif perintah. Tindak tutur direktif tersebut berjumlah 11 data yang meliputi menyuruh (7 data), memaksa (2 data), dan menyilakan (2 data). Selain
itu, bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan berupa tindak tutur direktif permintaan berjumlah 7 data yang meliputi meminta (4 data) dan memohon (3 data); tindak tutur direktif ajakan berjumlah 7 data yang meliputi mengajak (3 data) dan membujuk
(4data); tindak tutur direktif nasihat berjumlah 8 data yang meliputi menasihati (6 data) menyarankan (2 data); tindak tutur direktif kritikan berjumlah 2 data pada tindak tutur menegur; serta tindak tutur direktif larangan berjumlah 6 data yang meliputi melarang (4 data) dan mencegah (2 data).
Hasil penelitian berupa tindak tutur direktif dalam novel Wigati karya Khilma Anis dikembangkan menjadi handout materi ajar kebahasaan teks prosedur di SMA kelas XI. Materi ajar ini dijadikan sebagai referensi KD 3.2 menganalisis struktur dan
kebahasaan teks prosedur dan 4.2 mengembangkan teks prosedur dengan memperhatikan hasil analisis terhadap isi, struktur, dan kebahasaan.
Dalam penyusunan handout ini, materi ajar dibatasi tentang bentuk- bentuk
tindak tutur direktif beserta klasifikasinya yang dapat dijadikan referensi dalam mempelajari kebahasaan teks prosedur. Materi pembelajaran tersebut berisi subbab yang mengandung konsep tindak tutur direktif. Konsep tersebut meliputi definisi tindak
tutur direktif dan teks prosedur, identifikasi bentuk-bentuk tindak tutur direktif, serta klasifikasinya sebagai kebahasaan teks prosedur. Materi ajar ini juga mengandung unsur faktual berupa contoh-contoh bentuk tindak tutur direktif yang diambil dari hasil
penelitian dalam novel Wigati dan contoh teks prosedur yang dianalisis bentuk-bentuk
E-ISSN: 2715-9612
Tindak Tutur Direktif dalam Novel Wigati Karya Khilma Anis sebagai Materi Ajar Kbahasaan Teks Prosedur di SMA
Huwaida
89
tindak bahasa tersebut. Materi ajar ini didukung dengan pelatihan soal pada bagian
mengidentifikasi bentuk-bentuk tindak tutur direktif dan menemukan bentuk tuturan tersebut dalam teks prosedur. Selain itu, dalam penyusunan materi ajar ini juga dilengkapi dengan rubrik penilaian berupa afektif, kognitif, dan psikomotorik yang
disusun secaraumum. Kebahasaan dalam sebuah buku fiksi terutama novel dapat dikaji dari berbagai
hal, misalnya sintaksis, morfologi, maupun pragmatiknya. Salah satu bidang pragmatik dalam novel yang dapat dikaji berupa tindak tutur. Dalam penelitian ini, novel Wigati
karya Khilma Anis baru dikaji dari tindak tutur direktif. Oleh karena itu, sangat berpeluang untuk diteliti dari topik yang lain, seperti prinsip kesantunan maupun strategi dalam tindak tutur. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk
melakukan penelitian kebahasaan yang lain, baik dari sumber data maupun objek penelitian. Novel ini juga dapat direkomendasikan sebagai salah satu sumber bacaan buku fiksi di SMA. Selain itu, novel yang dapat dikaji bidang pragmatisnya ini dapat
dijadikan wawasan baru bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Gafur, Abdul. (2012). Desain Pembelajaran: Konsep, Model, dan Aplikasinya dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Ombak.
Mahsun. (2012). Metode Penelitian Bahasa, Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Depok: Rajawali Press.
Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan AjarInovatif. Yogyakarta: DIVA Press.
Prayitno, Harun Joko. (2011). Kesantunan Pragmatik Studi Pemakaian Tindak Direktif di Kalangan Andik SD Berbudaya Jawa. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Prayitno, Harun Joko. (2017). Studi Sosiopragmatik. Surakarta: Muhammadiyah UniversityPress.
Rahardi, R. Kunjana. (2005). Pragmatik – Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.
Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.