KATA PENGANTAR
ASSALAMU ALAIKUM WR WB
Pertama-Tama Kami Panjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah Swt Karena Atas
Rahmat Dan HidayahNya Lah Sehingga Kami Masih Di Beri Nikmat Kesehatan Dan
Kesempatan Untuk dapat Menyelesaikan Makalah Manajemen Akuakultur Tawar ini
Dengan Judul “ Budidaya Ikan Di Pen Culture Atau Fish Pen.
Tak lupa pula kami hantarkan salam dan shalawat kepada nabiullah
muhammad saw, beliau adalah suri tauladan yang telah menghantarkan umat manusia
dari zaman kebodohan menuju zaman berperadaban. Kami juga mengucapakan
terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami menyelesaikan makalah
ini.
Dalam makalah ini masih terdapat kekurangan untuk itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari agar dapat menyempurnakan makala ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat baik bagi kami sendiri maupun bagi
pembaca.
Makassar, 13 Februari 2014
Penyusun
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Kurungan pagar (pen culture) adalah alternatif lain pemanfaatan perairan
umum selain dengan karamba dan jala apung. Usaha pembesaran ikan dengan cara ini
belum banyak berkembang di Indonesia sehingga kurang populer di kalangan
peternak ikan. Bagi orang awam istilah system pen terasa asing. Padahal sistem pen
ini sama saja dengan pemeliharaan sistem hampang/sekat yang sudah sangat terkenal
dan bertahun-tahun digeluti petemak ikan di berbagai daerah di tanah air. Metode
pemeliharaan ikan dalam hampang banyak di lakukan di teluk laguna, filiphina.
Sedangkan di Indonesia metode hampang ini lebih banyak di terapkan dalam rangka
usaha pengendalian gulma air dalam waduk atau badan air dangkal, seperti danau,
dan rawa-rawa. Baru sedikit petani ikan di Indonesia yang memilih metode hampang
untuk budidaya ikan. Pemanfaatan perairan air tawar secara langsung untuk
pemeliharaan ikan dilakukan dengan memagar areal perairan (pen).Pemagaran areal
perairan baik yang stagnan maupun mengalir, bersifat tetap, air bisa mengalir dan
ikan tetap terpagari.), air mengalir dan ikan terkurung. Kondisi perairan yang ada
mempengaruhi tipe dan ukuran pagar ataupun kurungan yang dibangun. Pada awal
pengembangannya, sistem pagar adalah untuk memanfaatkan kesuburan makanan
ikan yang tersedia, tetapi saat ini kondisi air yang miskinpun bisa digunakan asal
diberi pakan buatan. Demikian pula terhadap bahan pembuatan pagar, yang semula
menggunakan bahan yang tersedia di lokasi: bambu dan kayu yang dibentuk
anyaman, saat ini berupa kisi-kisi dan bahan jaring yang lebih praktis. Oleh karena
itu, untuk membuat wadah pemeliharaan ikan berupa kurungan pagar (pen culture)
diperlukan pemilihan bahan dan perencanaan pembuatannya.
I.2 Rumusan masalah :
1. Apa Pengertian pen culture?
2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pen culture?
3. Bagaimana cara budidaya ikan di pen culture?
I.3 Tujuan dari makalah :
1. Untuk mengetahui pengertian pen culture
2. Untuk memahami kelebihan dan kekurangan pen culture
3. Untuk mengetahui budidaya ikan di pen culture.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian
Pemeliharaan ikan di pen culture pada dasarnya adalah upaya pemanfaatan
bagian-bagian tertentu dari perairan umum seperti sungai, danau, atau waduk.
pemeliharaan ikan sistem pen ini berbeda dengan pembesaran ikan di jala apung.
Pada pembesaran di jala apung, jala tempat budi daya dipasang mengapung di atas
air. Sementara pada pembesaran sistem pen, bagian-bagian tertentu misalnya pojokan
atau bagian pinggir perairan yang ada dukungannya langsung dimanfaatkan. Bagian
perairan yang terpilih ini dipagari bambu atau kawat sehingga di dalamnya dapat
dijadikan tempat untuk memelihara ikan. Pen culter yang memasyarakat adalah yang
dilakukan di sungai.
pen culture adalah bagian badan air yang di kurung seperti pagar dan di
gunakan untuk memelihara biota air,terutama ikan. Pagar dapat berupa anyaman belahan
bambu/kayu dengan kerangka dipasang secara tetap pada perairan. Pada penculture dapat
juga di buat dari jarring yang kemudian di tunjang dengan patok kayu. Ukuran kisi-kisi
tergantung pada ukuran benih yang akan dipelihara. Bangunan kisi-kisi dimaksud agar air
dapat mengalir (berganti), ikan budidaya tidak keluar dan limbah dapat terbuang.
II.2 Budidaya ikan di Pen Culture
A. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi untuk sistem pen tidak boleh dilakukan serampangan.
Sebelumnya harus diteliti secara cermat bagian waduk maupun danau yang layak
diberi sekat sebagai lokasi untuk sistem pen. Pemilihan lokasi untuk sistem pen di
saluran irigasi agak mudah karena saluran irigasi relatif sempit dan bentuknya lebih
teratur. Bahkan ada pula saluran irigasi yang sudah ditembok atau dibeton. Sekat
tinggal dipasang pada saluran irigasi ini di bagian hulu dan sekat lainnya di bagian
hilir. Setelah itu, barulah ikan ditebarkan. Secara umum, beberapa hal yang menjadi
pertimbangan pemilihan lokasi adalah kedalaman air, sumber air, bentuk dasar
perairan, perlindungan dari hantaman arus yang kuat, dan juga segi keamanannya.
Lokasi yang bagus untuk beberapa jenis lokasi pemeliharaan ikan pada pen
culture adalah sebagai berikut :
1. Apabila pemeliharaan ikan dilakukan di danau atau waduk, sebaiknya dipilih lokasi
pemeliharaan pada bagian teluk yang terlindung.
2. Apabila pemeliharaan ikan dilakukan di sungai, sebaiknya dipilih sungai yang
berarus relatif lambat dan bebas dari ancaman banjir bandang.
3. Apabila pemeliharaan ikan dilakukan di saluran irigasi, sebaiknya dipilih saluran
irigasi yang mempunyai pintu pengendali banjir di bagian hulu maupun di bagian-
bagian tertentu. Akan lebih baik lagi bila lingkungan di sekitarnya bersih dari
semak-semak belukar.
B. Konstruksi dan Pembuatan Pen culture
Pen culture di danau, waduk, dan sungai biasanya digunakan bambu atau
kawat. Sementara pen di saluran irigasi lebih sederhana, yaitu pagar dibuat pada
bagian hulu dan hilir. Bahan pagar ini dapat berupa bambu, kayu, bahkan besi.Pen
culture di waduk, danau, atau sungai sekilas lebih mirip dengan kurungan krei. Antara
satu bambu dengan bambu lainnya, pen culture ini sebaiknya memang dianyam
seperti krei. Bentuknya bisa bermacam-macam tergantung pada kondisi perairannya.
Bila ada teluk, pen culture tinggal dipasang di bagian depannya saja. Sementara, bila
perairannya terbuka maka pen dibuat seperti kurungan.
Cara pembuatan atau pemasangan pen culture yaitu :Bahan dan alat :1. Balok berukuran (5x7x200) cm2. Waring nilon ukuran mata 0,2 cm
3. Tali ris dari nilon
4. Tali pengikat atau paku anti karat
5. Papan yang tahan air
Cara Pemasangan
1. Tiang dipancang pada dasar perairan sedalam 0,5 m
2. Bagian tiang yang berada di atas permukaan sebagai tempat melekatkan waring
3. Waring yang telah dilengkapi dengan tali ris disambung dengan papan
4. Papan yang telah disambung dengan waring dibalut lalu ditanam ke dalam
lumpur (30 cm)
5. Bila tidak ada papan bagian ujung waring ditanam ke dalam lumpur sedalam 30
cm kemudian bagian ujungnya dibelokkan ke dalam sepanjang 15 cm
6. Ukuran kurung tancap disesuaikan dengan kebutuhan
Pen ini dapat berbentuk lingkaran, segi empat, segi tiga dll.
Karena pen culture di terapkan untuk pembesaran maka pen culture harus dibuat
kokoh agar tidak mudah diterobos. Caranya, pen diberi kerangka atau tiang
penyangga pada jarak tertentu. Tiang penyangga ini sekaligus berfungsi sebagai
tempat mengikatkan pen bambu.
Jarak antar bilah bambu atau jeruji ditentukan oleh ukuran ikan yang akan dipelihara.
Bila pembesaran ikan dimulai dari benih berukuran kecil (ukuran 10 cm atau bobot
tubuh 50 - 75 g/ekor) maka jarak antar jeruji kira-kira 2 cm. Namun, bila ikan yang
dipelihara dimulai dari bibit yang lebih besar maka jarak antar jeruji bisa dijarangkan.
Jarak antar teruji yang ideal tidak hanya menjaga ikan agar tidak lolos, tetapi juga
untuk memudahkan sirkulasi air.
C. Kualitas Air
Karena merupakan perairan umum maka kendala yang akan dihadapi pada
pemeliharan sistem pen nantinya relative sama dengan kendala yang ditemui pada
pembesaran ikan di jala apung. Dalam hal ini persoalan yang paling mendasar tentu
saja menyangkut kualitas dan kuantitas perairan. Lokasi yang bebas banjir memang
sulit diperoleh. Namun, apabila pemeliharaan ikan dilakukan di saluran irigasi teknis
maka hal ini bisa diantisipasi dengan adanya pintu pengendali banjir. Lain lagi bila
pemeliharaan ikan dilakukan di danau, waduk, maupun sungai, hal ini dapat diketahui
dengan melakukan survei atau menanyakan langsung kepada pihak yang terkait.
Apabila ternyata saluran irigasi itu rawan banjir maka sebaiknya pemasangan sistem
pen dipertimbangkan lagi atau dicari lagi lokasi lain yang lebih cocok.
Kedalaman air berhubungan dengan sifat ikan dan kemudahan pengelolaan.
Ikan dapat hidup dalam sistem pen dengan baik pada air yang mempunyai kedalaman
50 - 100 cm. Kedalaman air 2 m sebenarnya masih cukup baik, tetapi pembuatan
sistem pen pada lokasi seperti ini membutuhkan bahan yang lebih panjang dan tentu
saja menambah biaya investasi. Selain itu, pengontrolan dan pemanenan hasil
nantinya akan lebih sulit.
Khusus pada pemeliharaan ikan di sungai maupun saluran irigasi, aliran air
sebaiknya tidak terlalu kencang (cepat). Kecepatan aliran air cukup sekitar 30 liter per
detik atau lebih pelan dari itu karena ikan tertentu menyukai sungai yang relatif
tenang. Kecerahan dan kekeruhan air juga harus diperhatikan. Kecerahan yang baik
untuk kehidupan ikan adalah 25 - 40 cm. Pada tingkat kecerahan sebesar itu, jumlah
cahaya matahari yang masuk ke perairan cukup untuk proses fotosintesis yang
seimbang. Selain itu, jumlah fitoplankton pada perairan tersebut biasanya sudah
berada pada tingkat yang cukup memadai untuk kehidupan biota perairan.
Perairan yang lebih keruh (tingkat kecerahannya rendah) akan mempengaruhi
proses keseimbangan kehidupan di perairan tersebut. Selain itu, ikan kemungkinan
akan menderita karena adanya partikel-partikel lumpur yang masuk ke insangnya. Air
yang keruh juga dapat menjadi penghambat bagi ikan dalam mencari makanan. Pakan
yang diberikan kemungkinan tidak terlihat sehingga akhirnya lolos terbawa arus.
Kualitas air secara biologis dan kimiawi yang dibutuhkan ikan pada pembesaran di
sistem pen, sama dengan kualitas air pada pemeliharaan di jala apung.
D. Penebaran Benih
Ketersediaan oksigen terlarut pada pemeliharaan di pen culture terutama di
sungai dan saluran irigasi, lebih besar. Meskipun demikian, penebaran benih ikan
tetap tidak boleh dalam jumlah besar. Hingga kini, penelitian mengenai kepadatan
penebaran yang ideal bagi ikan yang dipelihara di dalam pen, belum menghasilkan
data yang pasti. Oleh karena itu, kepadatan penebaran ini dianjurkan mengikuti
kepadatan penebaran ikan yang dipelihara di jala apung.
Dapat pula dicoba kepadatan penebaran secara umum yang berlaku di saluran
irigasi yaitu 0,5 - 2 kg/m2 dengan ukuran ikan yang ditebarkan 50 - 75 g/ekor. Bila
ukuran ikan yang ditebarkan lebih besar maka kepadatan penebarannya dikurangi.
Sebaiknya dilakukan beberapa percobaan terhadap kepadatan penebaran sehingga
jumlah ikan yang ditebarkan benar-benar pas pada kondisi perairan setempat.
Pada sistem pen yang dipasang di dalam air yang mengalir seperti di sungai
atau saluran irigasi maka penebaran bibit patin sebaiknya dilakukan di bagian hulu.
Tindakan ini akan memberi peluang bagi benih ikan yang mengalami stres atau lemas
selama pengangkutan untuk menyelamatkan diri pada saat terbawa arus ke bagian
hilir. Ikan yang masih cukup sehat biasanya akan bereaksi jika terbawa arus akan
segera bereaksi. Bila terjadi sebaliknya maka ikan itu sebaiknya segera diambil dan
dimasukkan ke dalam wadah baskom. Apabila ikan itu bisa sehat dan kondisinya
segar kembali maka masih dapat ditebarkan. Untuk menghindari stres dan
mempercepat proses aklimatisasi (penyesuaian dengan lingkungan) maka penebaran
ikan tetap dianjurkan pada pagi atau sore hari. Pada saat itu, suhu air danau, waduk,
atau sungai dalam keadaan stabil.
E. Pemberian Pakan
Ada anggapan bahwa ikan yang dipelihara di sistem pen pada saluran irigasi
dan sungai memperoleh makanan alami lebih banyak jika dibandingkan dengan ikan
yang dipelihara pada sistem pen di danau atau waduk. Anggapan ini ada benarnya
karena umumnya aliran air membawa bahan-bahan yang terhanyut dari hulu.
Sebagian dari bahan yang terhanyut ini dapat menjadi santapan bagi ikan.
Pembesaran ikan bersifat komersial sehingga pemberian pakan tambahan
berupa pelet mutlak dilakukan. Pada sistem pen di danau atau waduk, pemberian
pakan dapat mengikuti cara pemberian pakan pada jala apung yaitu dengan cara
disebarkan langsung. Sementara untuk sistem pen di sungai yang mempunyai aliran
air lebih lambat, ada yang mencoba memberikan pakan pada tempat pakan khusus
yang digantung. Tindakan ini dapat menyelamatkan pakan yang belum dimakan ikan
agar pakan itu tidak hanyut ke bagian hilir.
Pemberian pakan dalam hal ini dilakukan pada bagian hulu. Diusahakan ada
tempat-tempat tertentu yang aimya mengalir agak lambat. Tempat itu sebagai tempat
yang tetap untuk memberikan pakan sehingga pakan dapat dimanfaatkan secara
optimal.
F. Pengontrolan
Pengontrolan ikan pada pemeliharaan sistem pen lebih repot daripada
pengontrolan ikan di jala apung. Hal ini dapat dimaklumi karena pada pemeliharaan
sistem pen ikan lebih menyatu dengan alam perairan umum sehingga risiko yang
dihadapi akan semakin besar pula. Pada periode tertentu disarankan dilakukan kontrol
populasi. Untuk itu, pen segera ditelusuri, barangkali ada bagian yang rusak atau
kurang rapat.Berkurangnya populasi ikan juga bisa disebabkan oleh hama yang
menyusup masuk ke sistem pen. Hama tersebut kemungkinan berupa hama yang
menetap misalnya ikan pemangsa atau ular yang bersarang di situ. Hama yang tidak
menetap dapat berupa (linsang), biawak, dan juga pencuri. Pencegahannya dapat
dilakukan dengan mengeluarkan hama tersebut dari dalam pen. Untuk berjaga-jaga,
lingkungan sekitar pen dibersihkan dari tumbuhan liar yang mungkin dijadikan
sarang bagi hama tadi.
Pengontrolan perlu ditingkatkan pada musim hujan. Kekhawatiran yang
paling besar pada musim hujan adalah datangnya banjir. Pada musim hujan, volume
air yang masuk ke danau, waduk, maupun sungai sangat banyak sehingga permukaan
air akan naik. Apabila hal ini terjadi maka ikan segera diselamatkan. Seandainya
langkah penyelamatan ini terlambat, air bisa luber dan pen akan tenggelam.Kondisi
pemeliharaan ikan pada saluran irigasi relatif aman jika dibandingkan dengan
pemeliharaan di danau maupun waduk. Apabila air mulai besar maka pintu
pengendali banjir pada saluran irigasi segera ditutup sehingga aliran air. Bisa
dibendung. Meskipun demikian, sampah-sampah akan lebih banyak hanyut terbawa
air dan tersangkut pada pen. Sampah yang tertahan ini segera diangkat sehingga tidak
sempat menumpuk.
G. Pemanenan
Masa pemeliharaan di sistem pen bisa diakhiri bila ikan yang dipelihara
mencapai bobot tertentu. Ikan yang dipelihara di sistem pen juga bisa dipanen secara
selektif atau dipanen total (semua sekaligus). Pemanenan ikan di sistem pen sedikit
lebih sulit karena ikan tidak dapat dikumpulkan pada suatu bagian tertentu hanya
dengan menggulung jala apung.
II.3 Kelebihan dan Kekurangan
- Kelebihan
Pembesaran ikan di pen culture ini mempunyai kelebihan karena menjadi
alternatif bagi orang yang tidak mempunyai lahan (kolam) dan juga menguntungkan
secara teknis maupun ekonomis. Pembesaran ikan dengan sistem pen memberikan
nilai tambah yang tidak dimiliki oleh pemeliharaan di jala apung. Salah satunya
adalah kepadatan penebaran ikan pada pembesaran sistem pen dapat ditingkatkan
karena ikan memperoleh kecukupan oksigen dari air yang mengalir. Apalagi apabila
sistem pen tersebut dipasang di sungai. Karena pemeliharaan ini langsung dilakukan
di alam maka tidak heran bila ikan yang dibesarkan di sistem pen dapat tumbuh lebih
cepat dan bergerak lebih bebas karena seperti berada di alaminya sendiri.
- Kekurangan
Pengontrolan ikan pada pemeliharaan sistem pen lebih repot daripada
pengontrolan ikan di jala apung. Hal ini dapat dimaklumi karena pada pemeliharaan
sistem pen ikan lebih menyatu dengan alam perairan umum sehingga risiko yang
dihadapi akan semakin besar pula.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
pen culture adalah sistem budidaya dengan dinding terbuat dari jaring yang
ditunjang oleh patok kayu sementara dasar kandang berupadasar perairan (dinding
alam). Sistem ini bisa ditempatkan diperairan laut dangkal yang terlindung (protec
tedshallow sea). Patok kayu ditancapkan dengan sedikit lebih tinggi dari pasang
tertinggi (HWL/ High Water Level) sehingga pada saat pasang tersebut kandang tidak
tenggelam. Pada patok tersebut dipasangi jaring setinggi patok dan bagian bawah
jaring dibenamkan kedasar laut sedalm 0,5-1,0 m untuk menutup kemungkinan
bhiota kultur tdk menerobos keluar kandang. Luas kandang berkisar antara 100
hingga 5000 m2.
- Kelebihan
Pembesaran ikan di pen culture ini mempunyai kelebihan karena menjadi
alternatif bagi orang yang tidak mempunyai lahan (kolam) dan juga menguntungkan
secara teknis maupun ekonomis. Pembesaran ikan dengan sistem pen memberikan
nilai tambah yang tidak dimiliki oleh pemeliharaan di jala apung. Salah satunya
adalah kepadatan penebaran ikan pada pembesaran sistem pen dapat ditingkatkan
karena ikan memperoleh kecukupan oksigen dari air yang mengalir. Apalagi apabila
sistem pen tersebut dipasang di sungai. Karena pemeliharaan ini langsung dilakukan
di alam maka tidak heran bila ikan yang dibesarkan di sistem pen dapat tumbuh lebih
cepat dan bergerak lebih bebas karena seperti berada di alaminya sendiri.
- kekurangan
Pengontrolan ikan pada pemeliharaan sistem pen lebih repot daripada
pengontrolan ikan di jala apung. Hal ini dapat dimaklumi karena pada pemeliharaan
sistem pen ikan lebih menyatu dengan alam perairan umum sehingga risiko yang
dihadapi akan semakin besar pula.
DAFTAR PUSTAKA
Ghufran H, Kordi K 2008. Budidaya perairan . PT. citra aditya . Bandung
Mulyana, 2008. Pembangunan wadah Budidaya. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
Perie, 2012. http://www.slideshare.net/perie/sistem-teknologi-bdp. Diakses hari
Kamis, 13 Februari 2014.
MAKALAH MANAJEMEN AKUAKULTUR TAWAR
“ BUDIDAYA IKAN DI PEN CULTURE ATAU FISH PEN “
OLEH :
KELOMPOK 6
AMRIANA
ALFIAN
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANJURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2014