TUGAS MATA KULIAH
MANAJEMEN RANTAI PASOK
“ CYCLE INVENTORY”
Disusun oleh :
1. Devy Setyana 105100701111039
2. Ayuniartika 105100701111031
3. Ganggas Prasidya 105100701111034
4. Indah Maharani 105100701111001
5. Heru Eka Lodita 105100701111003
6. Nurita Herdiyaswati 105100701111008
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persediaan (inventory), dalam konteks produksi, dapat diartikan sebagai
sumber daya menganggur (idle resource). Sumber daya menganggur ini
belum digunakan karena menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud
dengan proses lebih lanjut disini dapat berupa kegiatan produksi seperti
dijumpai pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran seperti dijumpai pada
sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti pada sistem rumah
tangga. Keberadaan persediaan atau sumber daya menganggur ini dalam
suatu sistem mempunyai suatu tujuan tertentu. Alasan utamanya adalah
karena sumber daya tertentu tidak bisa didatangkan ketika sumber daya
tersebut dibutuhkan. Sehingga, untuk menjamin tersedianya sumber daya
tersebut perlu adanya persediaan yang siap digunakan ketika dibutuhkan.
Adanya persediaan menimbulkan konsekuensi berupa resiko-resiko
tertentu yang harus ditanggung perusahaan akibat adanya persediaan tersebut.
Persediaan yang disimpan perusahaan bisa saja rusak sebelum digunakan.
Selain itu perusahaan juga harus menanggung biaya-biaya yang timbul akibat
adanya persediaan tersebut. Fungsi utama persediaan yaitu sebagai
penyangga, penghubung antar proses produksi dan distribusi untuk
memperoleh efisiensi. Fungsi lain persediaan yaitu sebagai stabilisator harga
terhadap fluktuasi permintaan. Persediaan muncul karena ada persyaratan
ekonomis untuk penyediaan (replishment) kembali. Penyediaan dalam lot
yang besar atau dengan kecepatan sedikit lebih cepat dari permintaan akan
lebih ekonomis. Faktor penentu persyaratan ekonomis antara lain biaya setup,
biaya persiapan produksi atau pembelian dan biaya transport. Oleh karena itu
kita perlu mempelajari mengenai siklus persediaan untuk mengetahui jumlah
permintaan maupun untuk penangangan persediaan dalam supply chain.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui peran cycle
inventory dalam supply chain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 The role of cycle inventory in a supply chain
Lot size atau batch size adalah sejumlah quantity yang dibeli atau
diproduksi pada suatu waktu tertentu oleh suatu bagian di supply
chain.Contoh perusahaan komputer yang menjual rata-rata 4 buah printer
setiap minggunya. Tetapi manajer toko harus mengorder 80 buah printer
setiap kali pemesanan karena lot atau batch size-nya adalah 80. Tentunya
sejumlah 80 buah printer yang diorder itu tidak akan langsug terjual.
Melainkan membutuhkan waktu sekitar 20 hari sebelum semua persediaan
terjual habis. Jadi toko komputer tersebut harus menyimpan inventory/ stok
printer karena mereka harus membeli sesuai dengan lot size yang jumlahnya
lebih besar dari penjualan harian.
Cycle Inventory adalah jumlah inventory rata-rata yang disimpan pada
tahapan supply chain yang disebabkan karena jumlah pembelian atau
produksi yang dilakukan dalam lot lebih besar daripada jumlah yang
dibutuhkan customer.
Notasi: Q = Quantity in a lot or batch size
D = Demand per unit time
Contoh toko penjual jeans levi`s dengan permintaan per hari relatif
stabil yaitu D= 100 unit/ hari. Misalkan manajer toko harus membeli stok
dalam lot Q= 1000 unit jeans untuk setiap pembelian. Maka diperlukan 10
hari untuk menghabiskan satu lot. Stok jeans akan turun secara konstan dari
1000 (yaitu pada saat lot baru saja tiba) sampai 0 (ketika semua sudah habis
terjual). Hal ini terjadi berulang setiap 10 hari membentuk siklus. Siklusnya
dapat dilihat seperti :
inventory
time
Banyak ukuran dan persediaan siklus juga mempengaruhi waktu
aliran material dalam rantai pasokan.
Average flow time = average inventory
average flow rate
= cycle inventory
demand
Average flow time = Q / 2D
Average flow time pada toko jeans:
= Q/ 2D
= 1000/2x100
= 5 hari
Fixed ordering cost (S) adalah biaya pada setiap kali pembelian yang
tidak tergantung pada jumlah pembelian. Misal: fix administrative cost,
trucking cost to transport the order, labor cost to receive the order.
Meningkatnya lot size menurunkan fix ordering cost per unit purchased.
Contoh :bila untuk biaya sewa sebuah truk = Rp 4000 dan Kapasitas angkut
truk adalah 2000 pasang jeans. Jika lot size 100 pasang berarti transportation
cost = Rp. 40/pasang. Maka Jika lot size 1000 pasang berarti transportation
cost = Rp. 4/ pasang. S = fix ordering cost per lot or batch = Rp/ lot.
Holding Cost (H) adalah biaya carring satu unit dalam persediaan
untuk jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Ini adalah kombinasi dari
biaya modal, biaya fisik menyimpan persediaan, dan biaya yang dihasilkan
membentuk produk menjadi usang. Biaya memegang dilambangkan oleh H
dan diukur dalam $ / unit / tahun. Hal ini juga dapat diperoleh sebagai fraksi,
h, dari biaya unit produk. Mengingat biaya unit dari C, H . biaya simpan
dapat dinotasikan sebagai :
H = hC = Rp/ unit/ year
h = biaya penyimpana untuk 1 tahun.
Total holding cost akan meningkat sesuai dengan meningkatnya lot
size dan cycle inventory.
2.2 Estimating cycle inventory related costs in practice
Biaya-biaya yang sering terkait antara lain inventory holding cost dan
ordering cost. Inventory holding cost terdiri dari cost of capital, Obsolescence
(or spoilage) cost, handling cost, occupancy cost, dan miscellaneous costs.
Sedangkan ordering costterdiri dari buyer time, transportation cost, receiving
costs, and other costs.
Obsolescence (or spoilage) cost atau Biaya keusangan : Biaya ini
memperkirakan tingkat di mana nilai dari produk yang disimpan turun karena
pasar nilainya jatuh atau kualitas. Rentang biaya secara dramatis, dari tingkat
persen ribuan menjadi hampir nol, tergantung pada jenis produk. Produk yang
mudah rusak memiliki tingkat keusangan tinggi. Bahkan nonperishables
dapat memiliki tingkat keusangan tinggi jika mereka memiliki siklus hidup
pendek. Sebuah produk dengan siklus hidup enam bulan memiliki biaya
usang efektif 200 persen. Dari sebuah spektrum adalah produk-produk
seperti minyak mentah yang memakan waktu lama menjadi usang atau rusak.
Untuk produk seperti tingkat keusangan yang sangat rendah dapat diterapkan.
Handling cost atau biaya Penanganan : biaya penanganan hanya
mencangkup menerima tambahan dan biaya penyimpanan yang bervariasi
dengan jumlah produk yang diterima. Biaya penanganan Quamtity-
independen yang bervariasi dengan jumlah pesanan harus disertakan dalam
biaya pesanan. Biaya penanganan kuantitas-independen sering tidak berubah
jika jumlah yang bervariasi dalam kisaran. Jika kuantitas berada dalam kisaran
ini (misalnya, kisaran persediaan awak empat orang dapat membongkar per
periode waktu), penanganan biaya tambahan ditambahkan ke biaya
penyimpanan adalah nol. Jika kuantitas ditangani membutuhkan lebih banyak
orang, dengan biaya penanganan tambahan yang ditambahkan pada biaya
penyimpanan.
2.3 Economies of scale to exploit fixed costs (Economic Order Quantity)
Keputusannya diasumsikan mengikuti yaitu D adalah manual demand
of the product, S adalah fixed cost incurred per order, C adalah cost per unit
(biaya material) dan h adalah Biaya penyimpanan 1 tahun. Tiga biaya yang
harus dipertimbangkan dalam memutuskan besarnya lot size:
1. Annual material cost = CD
2. Annual order cost = (D/Q) S
3. Annual holding cost = (Q/2)hC
Total annual cost : TC = CR + (R/Q)S + (Q/2)hC
Optimal lot size (Q*) adalah lot size dengan minimum total cost. Didapat
dari turunan pertama rumus total cost terhadap lot size (Q) dan diset sama dengan
nol. Optimal lot size inilah yang dikenal dengan economic order quantity (EOQ)
yang dilambangkan dengan Q*.
Optimal lot size, Q* = 2RS hC
Contoh Economic Order Quantity:
Demand untuk Deskpro computer di toko Best Buy adalah 1000 unit per bulan.
Cost yang ditimbulkan untuk setiap kali order adalah $4000. Harga satu unit
komputer adalah $500 dengan holding cost pada retailer sebesar 20 persen.
Hitunglah jumlah optimum order yang sebaiknya dilakukan manajer toko.
Analisis: Pada kasus ini manajer toko memiliki data input sebagai berikut:
Annual demand, D = 1000 x 12 = 12000 units
Order cost per lot, S = $4000
Unit cost per computer, C = $500
Holding cost per year dari sisi inventory value, h = 0.2
Dengan menggunakan rumus EOQ, optimal lot size dicari dan hasilnya 980. Jadi
untuk meminimalkan total cost, manajer toko sebaiknya mengeluarkan order
sejumlah lot size 980 unit komputer untuk setiap kali pembelian.
Untuk Q*= 980, maka cycle inventory yang merupakan average inventory adalah:
Cycle inventory = Q*/ 2 = 980/ 2 = 490
Untuk lot size Q* = 980, manajer toko mendapatkan data sebagai berikut:
Jumlah order per tahun = D/ Q* = 12000/ 980 =12.24
Annual ordering and holding cost = (D/ Q*)/ S + (Q*/2) hC = $ 97.980
Average flow time = Q* / 2D = 490/ 12000 = 0.041 year = 0.49 month.
Jadi setiap komputer rata-rata disimpan selama 0.49 bulan sebagai stok toko
sebelum terjual.
Contoh 2 : Manajer toko ingin mengurangi lot size dari 980 menjadi 200 unit.
Agar quantity ini menjadi optimal, berapa order cost per lot yang harus dikurangi?
Desired lot size, Q* = 200
Annual demand, D = 1000 x 12 = 12000 units
Unit cost per computer, C = $ 500
Holding cost per year as a fraction of inventory value, h = 0.2 Dengan
menggunakan EOQ formula, kita dapat mengitung order cost yang diinginkan
adalah $166,7 Jadi manajer toko harus menekan order cost per lot dari $4000
menjadi $166.7 untuk membuat lot size 200 menjadi optimal.
2.4 Economies of scale to exploit fixed costs (Lot Sizing with Multiple
Products or Customer)
Seringkali dalam praktek di lapangan untuk pengiriman barang terdapat
beberapa jenis barang dalam satu truk. Salah satu factor fix order cost adalah
transportasi, dimana banyaknya jenis barang yang diangkut tidak berhubungan
dengan biaya transportasi. Tetapi hal ini mempengaruhi biaya loading dan
penerimaan. Dimana biasanya cost tersebut meningkat dengan meningkatnya
jumlah jenis barang yang diterima. Tujuan dari pembahasan ini adalah
meminimalkan total cost untuk pengiriman dengan lot size tertentu dan
kebijaksanaan apa yang sebaiknya diambil dalam pengiriman mix ini.
Terdapat 3 pendekatan dalam pengiriman mix lot ini, yaitu:
1. Setiap product manager mengorder produknya masing-masing secara
independent
2. Para manager memasukkan produknya pada setiap lot yang diorder
bersama
3. Para manajer mengorder secara bersama, tetapi tidak setiap lot terdiri dari
semua produk.
Kita akan bahas satu per satu dari ketiga pendekatan ini dan membuktikan mana
yang paling ekonomis.
Contoh 1 (Multiple products with lots ordered and delivered independently)
Toko elektronik Allied menjual 3 jenis televisi Samsung dengan jenis
LE22B, LE19B, dan LE19A. Annual demand untuk ketiga jenis televisi tersebut
masing-masing DLE22B = $12000 DLE19B = $1200, DLE19A = $120.
Dimisalkan cost untuk ketiga jenis barang tersebut sama yaitu $500. Fix
transportation cost sebesar $4000 untuk setiap pengiriman. Terdapat biaya
tambahan untuk penerimaan dan masing-masing storage model sebesar $1000,
dan ada biaya holding cost sebesar 20%. Evaluasi lot size yang harus Mr. Fu order
untuk masing-masing yang diorder jika pengirimannya independent dan evaluasi
annual cost untuk kebijakan ini?
Analisis :
Demand (D) = DLE22B = $12000/year , DLE19B = $1200/year, DLE19A
= $120/year
common order cost (S) = $4000
product-specific order cost = $1000
holding cost (h)= 0,2
unit cost (C) = $500
Contoh 2 (Products ordered and delivered jointly)
Dengan soal yang sama seperti contoh satu dan dicontoh ini Para manager
memasukkan 3 produknya pada setiap lot yang diorder secara bersama dan
evaluasi lot size optimal dari masing – masing model.
Analisis :
Jika ketiga model selalu dimasukkan dalam setiap order, maka fix order
bersama untuk setiap order adalah
S* = S+S LE22B+S LE19B +S LE19A
= $ 4000+ $ 1000+ $ 1000+ $ 1000+ $ 1000
= $ 7000 per order
Optimal Order frequency didapat dari
n* = √12000x100+1200x100+120x100 = 9,75
2x7000
Jadi, ketika setiap model ada dalam tiap order dan pengiriman, manajer produk
harus menambahkan 9.75 order setiap tahunnya.
Annual order cost = 9.75 x 7000 = $68.250
Annual ordering and Holding cost ,Across the three sizes
= $61,512 + $6,151 + $615 + $68.250
= $136,528
Hasilnya manajer produk sukses melakukan penurunan biaya tahunan dari
155,140 ke 136,528 dengan semua pemesanan secara bersamaan.
penyusutan annual holding cost dan holding cost sekitar 13%.
2.5 Economies Of Scale Memanfaatkan Quantity Discounts
Penetuan harga menunjukkan economies of scale, dimana saat ukuran
lot meningkat, harga menurun Ada 2 macam diskon, antara lain :
Lot size based discount Penentuan harga diskon berdasarkan jumlah yang
dipesan tiap satu lot. Skema diskon yang sering dipakai berdasarkan metode
diskon ini antara lain :
a. All unit quantity discount
Metode ini terdapat spesifikasi break point harga dengan istilah q0,
q1, …., qn. Penetapan unit cost spesifik mengikuti break point
tersebut.
b. Marginal unit quantity discount
Motede ini yang berperan marginal cost/unit . Solusinya
mengoptimalkan lot size untuk setiap marginal price.
Volume based discount
Penentuan diskon berdasarkan jumlah total pembelian pada suatu waktu
tertentu tanpa menghiraukan jumlah lot yang dibeli pada periode tersebut.
Alasan Quantity Discount berperan dalam supply chain
Mengembangkan koordinasi untuk meningkatkan profit dari supply
chain tersebut.Suatu supply chain dikatakan terkoordinasi jika retailer dan
supplier memaksimalkan total keuntungan supply chain tersebut. Ada
beberapa hal yang dapat mempengaruhi perolehan profit suatu supply chain :
Untuk produk-produk komoditi dimana harga ditentukan oleh pasar, para
produsen / supplier dengan fix cost per lot yang besar bisa menggunakan
metode lot size-based quantity discount untuk memaksimasi totalprofit supply
chain. Keuntungan supply chain akan berkurang bila masing-masing bagian
dari supply chain tersebut menentukan harganya sendiri secara independen
dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungannya sendiri.Untuk produk-
produk yang memiliki market power, two-part tariff atau volume based
quantity discount dapat digunakan untuk mencapai supply chain yang
terkoordinasi yang dapat meningkatkan keuntungan supply chain tersebut.
Untuk produk-produk yang memiliki market power, lot size-based discount
tidak cukup optimal untuk supply chain yang mempunyai inventory cost
Mengekstrak kelebihan barang dengan diskriminasi harga. Diskriminasi harga
yaitu suatu kebijakan suatu perusahaan untuk memberlakukan harga yang
berbeda-beda tiap-tiap produknya demi tercapainya suatu keuntungan yang
maksimal. Misalnya, tariff kursi pesawat yang dibedakan berdasarkan kelas-
kelas tertentu. Para produsen dapat memperoleh seluruh area di bawah kurva
pemintaan di atas marginal costnya melalui pemberlakuan pendeskriminasian
harga produk-produknya berdasarkan evaluasi marginal dari para customernya
untuk tiap-tiap kuantitas produk. Metode quantity discount merupakan salah
satu cara yang cocok untuk diterapkan di system ini Karen para customer
membayar dengan harga yang berbeda-beda sesuai dengan jumlah barang
yang dibelinya.
2.5 Ikhtisar Pembelajaran1. Saldo biaya untuk memilih jumlah optimal dari persediaan siklus dalam
supply chain.
2. Memahami dampak dari diskon kuantitas pada ukuran lot dan persediaan
siklus.
3. Merancang skema diskon untuk rantai pasokan
4. Memahami dampak dari promosi perdagangan terhadap ukuran lot dan
persediaan siklus
5. Mengidentifikasi tuas manajerial yang mengurangi ukuran lot dan
persediaan siklus dalam rantai pasokan tanpa meningkatkan biaya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cycle Inventory adalah jumlah inventory rata-rata yang disimpan pada
tahapan supply chain yang disebabkan karena jumlah pembelian atau
produksi yang dilakukan dalam lot lebih besar daripada jumlah yang
dibutuhkan customer. Notasi dalam cycle inventory ada Q = Quantity in a lot
or batch size dan D = Demand per unit time. Biaya – biaya yang terlibat
dalam cycle inventory yaitu Fixed ordering cost dan Holding Cost. Fixed
ordering cost (S) adalah biaya pada setiap kali pembelian yang tidak
tergantung pada jumlah pembelian. Holding Cost (H) adalah biaya
penyimpanan inventory pada suatu jangka waktu tertentu, biasanya dalam
jangka waktu 1 tahun. Inventory Holding Cost terdiri dari Cost of Capital,
Obsolescence ( or spoilage ) cost, Handling cost, Occupancy cost dan
Miscellaneous cost. Ordering Cost terdiri dari Buyer time , Transportation
costs, Receiving cost dan Other costs.
Cycle inventory mempunyai peran dalam menentukan saldo biaya
untuk memilih jumlah optimal dari persediaan siklus dalam supply chain.
Memahami dampak dari diskon kuantitas pada ukuran lot dan persediaan
siklus. Merancang skema diskon untuk rantai pasokan. Memahami dampak
dari promosi perdagangan terhadap ukuran lot dan persediaan siklus.
Mengidentifikasi tuas manajerial yang mengurangi ukuran lot dan persediaan
siklus dalam rantai pasokan tanpa meningkatkan biaya
DAFTAR PENULIS
DEVY SETYANA AYUNIARTIKA
INDAH MAHARANI GANGGAS PRASIDYA
NURITA HERDIYASWATI HERU EKALODITA