UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN
MENERAPKAN METODE KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN
MEDIA PEMBELAJARAN TOPOLOGI JARINGAN
Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Peneliti :
Natanael Ardik Soegeng Caesaria
NIM: 702011121
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
1
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF TIPE
STAD BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN TOPOLOGI
JARINGAN
1)Natanael Ardik S.C
2) Sri Winarso Martyas Edi, S.Kom., M.Cs.
3) Angela Atik
Setiyani, S.Pd.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran dengan menerapkan media pembelajaran
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam materi topologi
jaringan. Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis dan McTaggart
yang terdiri dari dua siklus dimana setiap siklusnya terdapat dua pertemuan. Populasi
penelitian adalah siswa kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran. Sampel penelitian berjumlah
34 siswa. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar pengamatan motivasi
belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan motivasi belajar siswa meningkat dari pra
siklus diukur menggunakan lembar pengamatan sebesar 40,90% dengan kriteria Rendah,
pada akhir siklus satu naik menjadi 55,88% dengan kriteria Sedang, dan di akhir siklus
dua meningkat menjadi 75,37% dengan kriteria Tinggi. Sedangkan pada lembar
kuesioner motivasi belajar siswa pada akhir siklus satu sebesar 55,44% dengan kriteria
Sedang, dan pada akhir siklus kedua sebesar 75,97% dengan kriteria Tinggi.
Keywords: Motivasi Belajar, Metode Kooperatif, STAD, Media Pembelajaran.
Abstract
Class action research aims to improve the learning motivation of students of class X
1 TKJ SMK N 1 Tengaran by applying media learning using learning cooperative
methode type STAD in network topology. This research using design the act of model
Kemmis and McTaggart consisting of two cycles in wich two meetings for each cycle.
The research population are the students of Class XI TKJ 1 SMK N 1 Tengaran. Sample
research consisted to 34 students. Data collection using the questionnaire and observation
sheet learning motivation of students. The results showed increased student learning
motivation from 40,90% to 55,88% in which included into Average criteria, then and at
the end of the second cycle increased to 75,37% in which included into High
criteria.While learning motivation questionnaire in the end of cycle one of 55,44%
medium criteria, second cycle increased to 75,97% high criteria.
Keywords: Motivation to learn, Cooperative methods, STAD, Media Learning
2
1. Pendahuluan
Penggunaan model pembelajaran sangat berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan kreatifitas serta motivasi belajar siswa
terhadap semua mata pelajaran yang akan diajarkan khususnya pada mata
pelajaran jaringan dasar dalam materi topologi jaringan untuk kelas X TKJ
SMK N 1 Tengaran. Motivasi belajar siswa dalam materi ini perlu mendapat
perhatian khusus, karena motivasi merupakan salah satu faktor penunjang
keberhasilan proses belajar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, tingkat motivasi belajar siswa
kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran masih rendah, ditunjukkan dengan lembar
pengamatan motivasi belajar siswa pada saat pengamatan proses pembelajaran
pra siklus sebesar 40,90% dengan kriteria rendah. Selain itu dari hasil
wawancara dengan guru, guru juga belum menerapkan model-model
pembelajaran dalam kelas, sehingga siswa masih belajar secara konvensional.
Dari hasil pengamatan peneliti, didapat bahwa guru mengajar masih mengacu
pada buku pegangan (e-book) untuk kemudian dibaca kemudian siswa
mencatat. Pada saat guru memberikan materi di dalam kelas ternyata masih
sebagian besar siswa yang asyik dengan temannya sendiri saling mengobrol.
Berdasarkan hasil wawancara guru dan pengamatan tersebut menunjukkan
bahwa siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan model
pembelajaran yang guru terapkan dalam kelas.
Untuk mengatasi permasalahan mengenai rendahnya motivasi belajar
siswa kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran, maka pemecahan yang dirasa tepat
adalah dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif tipe Team Achievement Division (STAD) dengan
penggunaan media pembelajaran. Dengan menerapkan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD, diharapkan siswa bisa bekerja sama dalam tim dan
belajar dengan dua arah, baik siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru.
Maka pemilihan tipe STAD ini berguna untuk siswa agar bisa bekerja sama
dalam mencapai tujuan belajar, aktif membantu teman yang lain dan
memotivasi untuk berhasil bersama, dan aktif berperan sebagai tutor sebaya.
Siswa yang belajar dengan menggunakan jenis pembelajaran kooperatif
akan memiliki motivasi yang tinggi karena dibantu dari teman sebaya [1].
Pembelajaran kooperatif juga menghasilkan peningkatan kemampuan
akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan
persahabatan, menerima berbagai informasi, belajar menggunakan sopan-
santun, meningkatkan motivasi siswa, meningkatkan sikap anak yang positif
terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta
membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain [1].
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas
X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran dengan menerapkan media pembelajaran
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam materi
topologi jaringan.
2. Kajian Pustaka
3
Penelitian Yania Risdiawati tahun 2012, dengan judul “Implementasi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa
Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Imogiri Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil dari
penelitian menunjukkan pembelajaran kooperatife tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, pada siklus I terdapat 5 siswa yang belum
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), pada siklus II meningkat
sejumlah 100% siswa telah mencapai KKM. Pembelajaran kooperatif tipe
STAD juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, presentase motivasi
belajar siswa dari siklus I sebesar 67% meningkat menjadi 86,5% pada siklus II
dan berada pada rentang skor sangat tinggi. Hasil respon siswa terhadap
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa juga mendapat respon positif dari siswa, hal ini
dibuktikan dari hasil distribusi angket pada siklus I ke siklus II mengalami
peningkatan sebesar 13% [2].
Penelitian Muhamad Fajar Buana tahun 2012, dengan judul “Penerapan
CTL Dengan Kooperatif NHT Pada Mata Pelajaran Biologi Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa SMA Muhammadiyah 1 Malang”. Berdasarkan analisis data
motivasi belajar secara keseluruhan, penerapan CTL dengan metode kooperatif
model NHT pada siklus I menunjukkan bahwa motivasi belajar klasikal
keseluruhan sebesar 43%. Sedangkan pada siklus II motivasi belajar klasikal
keseluruhan adalah sebesar 86% telah mencapai indikator keberhasilan
tindakan, berarti terjadi peningkatan motivasi belajar klasikal keseluruhan dari
siklus I ke siklus II sebesar 43%. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
penerapan CTL dengan metode kooperatif model NHT dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa [3].
Penelitian Grace Angelin Puspita Lehurliana tahun 2013, dengan judul
Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw pada Kompetensi Dasar Menunjukkan Sikap Pantang
Menyerah Dan Ulet Kelas X-B Program Keahlian Akomodasi Perhotelan
Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 di SMK Pelita Salatiga. Hasil penelitian
pada siklus I menunjukkan skala 24,76 atau dikategorikan kurang termotivasi,
sedangkan pada siklus II memperoleh skala 36,4 atau dikategorikan sangat
termotivasi. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu kondisi awal
hanya tiga belas siswa yang tuntas (43,33%) dari tiga puluh siswa. Setelah
adanya tindakan, jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi sembilan belas
siswa (60,00%) saat siklus I dan siklus II meningkat menjadi dua puluh tujuh
siswa (91,11% ) siswa. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kompetensi
dasar menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-B program keahlian akomodasi
perhotelan SMK Pelita Salatiga [4].
Gaya belajar memiliki implikasi untuk praktik mengajar meskipun
praktek mengajar tidak boleh hanya ditentukan oleh gaya belajar siswa.
Penggunaan media pembelajaran yang mampu mengakomodasi gaya belajar
siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran [5].
4
Perbedaan penelitian yang akan dilaksanakan dengan penelitian terdahulu
yaitu, variabel yang akan diukur adalah hanya motivasi belajar siswa kelas X
TKJ 1 SMK N 1 Tengaran menggunakan media pemebelajaran dalam mata
pelajaran jaringan dasar materi topologi jaringan.
Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai
[7]. Motivasi dalam belajar tidak saja merupakan suatu energi yang
menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang
mengarahkan aktifitas siswa kepada tujuan belajar [8].
Disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan yang
dimiliki oleh setiap orang khususnya siswa untuk melakukan reaksi atau
aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.
Secara umum, motivasi terdapat dua jenis, yaitu motivasi Instrinsik dan
motivasi Ekstrinsik. motivasi instrinsik adalah keinginan bertindak yang
disebabkan faktor pendorong dari dalam diri [8]. Motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu [7]. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena
pengaruh rangsangan dari luar [8]. motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. motivasi intrinsik
dan ekstrinsik itu saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi
ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik. Ia juga mengemukakan
bahwa motivasi ekstrinsik dapat melemahkan motivasi intrinsik. Motivasi
intrinsik yang pada mulanya sudah ada, tetapi kalau terlalu sering diberi hadiah
maka motivasi intrinsik itu akan menurun. Anak akhirnya bekerja dengan
mengharapkan hadiah. Tetapi motivasi ekstrinsik tetap efektif jika dimonitor
dengan hati-hati [7].
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat di simpulkan bahwa motivasi
intrinsik merupakan energi yang mendorong diri seseorang untuk melakukan
sesuatu dan energi tersebut muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang asalnya dari luar diri seseorang.
Selain itu, jenis-jenis motivasi yang lain adalah (1) dilihat dari dasar
pembentukannya. (2) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan
Marquis. (3) Motivasi jasmaniah dan rohaniah [7].
Ada beberapa cara guru yang digunakan untuk merangsang minat siswa
dalam belajar yang merupakan dorongan ekstrinsik. Diantaranya adalah
memberikan penghargaan dan celaan, persaingan atau kompetisi, hadiah dan
hukuman, serta pemberitahuan tentang kemajuan belajar siswa [8].
Fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut (1) Mendorong
manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan
yang akan dikerjakan. (2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan
yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumus tujuannya. (3)
5
Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut [9].
Seseorang yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki ciri-ciri atau
indikator sebagai berikut: (1) Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja
terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
(2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan
prestasi yang telah dicapainya). (3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-
macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama,
politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap
setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya. (4) Lebih senang bekerja
mandiri. (5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). (6) Dapat
mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). (7) Tidak
mudah melepaskan hal yang diyakini itu. (8) Senang mencari dan memecahkan
masalah soal-soal [7].
Berbagai prinsip motivasi dan bagaimana implikasinya terhadap
pelaksanaan pengajaran telah dikemukakan oleh para ahli. Berikut ini tabel
prinsip-prinsip motivasi dan implikasinya [8]: Tabel 1 Prinsip-prinsip Motivasi dan Implikasinya
PRINSIP-PRINSIP IMPLIKASINYA
a. Pengenalan tugas-tugas belajar
penting dalam usaha mendorong
siswa untuk mempelajari urutan-
urutan belajar selanjutnya
Fokuskanlah perhatian siswa agar
mempunyai keinginan untuk
mencapai tujuan belajar.
b. Motivasi menyangkut keinginan
untuk berprestasi dalam menguasai
berbagai hal dan keinginan untuk
sukses. Penyusunan tujuan yang
realistis sangat penting dalam hal
ini.
Gunakanlah kebutuhan berprestasi
setiap individu siswa dan motif-
motif positif lainnya dalam proses
belajar mengajar.
c. Penyusunan dan pencapaian tujuan
haruslah dengan memberikan tugas-
tugas belajar yang pantas; perasaan
sukses terhadap tugas-tugas belajar
yang terakhir akan meningkatkan
motivasi untuk menyelesaikan tugas-
tugas berikutnya
Tolonglah siswa menyusun dan
mencapai tujuan yang
berhubungan dengan program
pendidikan di sekolah.
d. Mendapatkan informasi tentang
pengerjaan tugas-tugas yang benar
dan pembetulan pengerjaan tugas-
tugas yang salah, mendorong siswa
untuk melakukan penampilan yang
lebih baik dan bersikap yang lebih
bermanfaat terhadap tugas-tugas
Sediakanlah umpan balik yang
bersifat informatif. Misalnya
berikan komentar pada tugas-tugas
yang dikerjakan siswa secara
tertulis, sehingga mereka
mengetahui sejauh mana mereka
benar, dan kalau salah bagaimana
6
belajar. mereka berbuat seharusnya.
e. Mengamati dan mencontoh seorang
model yang memungkinkan siswa
bertingkah laku pro-sosial, seperti
self-control, self-reliance dan
ketabahan, mendorong motivasi
siswa
Sediakanlah model-model yang
ada dalam kehidupan nyata atau
bersifat simbolis.
f. Menceritakan nilai-nilai dan tingkah
laku-tingkah laku pro-sosial serta
alasan mengapa diberikan konsep-
konsep dasar untuk pengembangan
tingkah laku itu, mendorong
motivasi siswa.
Berikanlah informasi dan alasan
mengapa siswa harus bertingkah
laku pro-sosial, sehingga ia
menyadari bahwa tingkah laku
pro-sosial itu baik bagi kesuksesan
hidupnya.
g. Harapan untuk mendapatkan
penghargaan bagi tingkah laku atau
prestasi tertentu mendorong minat
dan usaha untuk bertingkah laku dan
berprestasi tertentu itu. Tidak adanya
penguatan sesudah adanya respon,
cenderung mematikan respon itu.
Ketakutan menerima hukuman
terhadap tingkah laku yang tidak
diinginkan akan mematikan aktifitas.
Kembangkanlah dan gunakanlah
sistem penghargaan yang berguna
untuk mendorong usaha-usaha dan
kegiatan beraktifitas. Penggunaan
hukuman perlu untuk
menghilangkan tingkah laku yang
salah.
h. Pengalaman yang mecemaskan dan
stress terkait dengan prestasi belajar
yang rendah, tingkah laku yang
menyimpang dan berbagai gangguan
kepribadian.
Jauhilah penggunaan prosedur
yang mempertinggi pengalaman
kecemasan dan stress.
Berdasarkan tabel di atas, maka setiap prinsip-prinsip motivasi
hendaknya dilaksanakan sesuai dengan implikasinya, agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan lancar.
Belajar kooperatif merupakan strategi pengelompokkan di mana para
siswa bekerja sama untuk saling mendapat keuntungan dari potensi belajar
anggota lainnya. Agar berhasil, kelompok belajar kooperatif membutuhkan hal-
hal berikut ini: (a) Para anggota yang memandang peran mereka bagian dari
keseluruhan tim. (b) Keterlibatan interaktif di antara anggota kelompok. (c)
Akuntabilitas individual dan kelompok. (d) Anggota yang memiliki
keterampilan antar personal dan kepemimpinan. (e) Kemampuan memahami
belajar personal dan fungsi kelompok [10].
Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu
metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model
yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan
pendekatan kooperatif. Dalam bukunya, Slavin membagi komponen STAD
7
menjadi lima komponen, yaitu 1) presentasi kelas, 2) tim, 3) kuis, 4) skor
kemajuan individual, 5) rekognisi tim [11]. Komponen yang pertama adalah
presentasi kelas memberikan materi dengan diskusi-pelajaran yang dipimpin
oleh guru. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa selama presentasi kelas
berlangsung mereka harus memperhatikan dengan seksama, karena dengan
begitu akan membantu mereka menjalani kuis dengan baik, dan nilai kuis itu
menentukan nilai kelompok mereka [12].
Komponen yang kedua adalah tim (kelompok), tim terbentuk dari empat
atau lima siswa yang mewakili kemampuan, jenis kelamin, dam ras siswa di
kelas itu. Fungsi utama dari kelompok adalah menyiapkan para anggotanya
untuk menjalani kuis dengan baik. Pada setiap nilai, yang ditekankan adalah
apa yang dilakukan anggota kelompok untuk kelompok mereka, dan apa yang
dilakukan kelompok untuk membantu anggotanya. Kelompok menyediakan
dukungan sesama teman untuk memperoleh kemajuan akademik yang penting
sebagai pengaru pembelajaran, tetapi kelompok juga menyediakan saling
perhatian dan penghargaan yang penting bagi hubungan antar kelompok,
penghargaan diri, dan penerimaan siswa-siswa yang terpinggirkan [12].
Komponen yang ketiga adalah kuis, setelah satu sampai dua kali
presentasi guru dan satu sampai dua kali praktik kelompok, para siswa
menjalani kuis perseorangan. Siswa-siswa tidak diijinkan saling membantu
selama kuis berlangsung. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap siswa secara
perseorangan bertanggung jawab atas pengetahuan yang mereka peroleh [12].
Komponen yang ke empat adalah skor kemajuan individu, setiap siswa
bisa menyumbang nilai maksimal untuk kelompok mereka dalam sistem
penilaian ini, tetapi tidak ada siswa yang bisa melakukan itu tanpa
menunjukkan kemajuan yang lebih baik dari pada yang sebelumnya. Tiap-tiap
siswa diberikan nilai dasar, yang diambil dari rata-rata prestasi siswa pada kuis
yang sama. Kemudian, siswa memperoleh nilai untuk kelompok mereka
berdasarkan pada seberapa banyak nilai kuis mereka melebihi nilai yang
sebelumnya [12].
Komponen yang kelima yaitu rekognisi tim atau penghargaan kelompok.
Kelompok bisa saja memperoleh sertifikat atau penghargaan lain jika nilai rata-
rata mereka melampaui kriteria tertentu. Sertifikat untuk kelompok yang
mencapai stadar prestasi tinggi, pengakuan laporan berkala, pemasangan pada
buletin, pengakuan khusus, hadiah kecil-kecilan, atau penghargaan lain
menegaskan gagasan bahwa bekerja baik secara berkelompok adalah penting
[12].
Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat memberikan rangsangan untuk belajar. Seperti yang telah dikemukakan
Gagne, penggunaan media pembelajaran juga dapat memberi rangsangan bagi
siswa untuk terjadinya proses belajar [13]. Dikuatkan oleh pendapat Miarso
bahwa: “Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang
disengaja, bertujuan , dan terkendali [14]. Media dalam pembelajaran memiliki
beberapa fungsi yang sangat strategis. Seringkali terjadi banyaknya siswa yang
8
tidak atau kurang memahami materi pelajaran yang disampaikan guru atau
pembentukan kompetensi yang diberikan pada siswa dikarenakan ketiadaan
atau kurang optimalnya pemberdayaan media pembelajaran dalam proses
mengajar. Fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu dalam proses
pembelajaran, sebagai komponen dari sub sistem pembelajaran, sebagai
pengaruh dalam pembelajaran, sebagai permainan atau membangkitkan
perhatian dan motivasi siswa, meningkatkan hasil dan proses pembelajaran,
mengurangi terjadinya verbalisme, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga
dan daya indra [13].
Pemerolehan pengetahuan, perubahan sikap dan keterampilan, dapat
terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang
pernah dialami sebelumnya. Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar
seperti itu digambarkan oleh Dale sebagai suatu proses komunikasi.
Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera
dengar sangat menonjol perbedaannya. Kurang lebih 80% hasil belajar
seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya 15% diperoleh melalui
indera dengar, dan 5% lagi dari indera yang lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar Cone Experience dari Dale berikut:
Gambar 1 Dale Cone Experience
Dasar pengembangan kerucut di atas bukanlah tingkat kesulitan,
melainkan tingkat keabstrakan jumlah jenis indera yang turut serta selama
penerimaan isi pembelajaran. Pengalaman langsung akan memberikan kesan
paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang
terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena itu ia melibatkan indera
pengelihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Ini dikenal
dengan learning by doing atau learning to do [13].
Setelah memperhatikan keadaan kelas, wawancara dengan guru, peneliti
mencoba menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran jaringan
dasar materi topologi jaringan. Dengan demikian uraian kerangka pikir dapat
digambarkan sebagai berikut:
Baca 10%
Dengar 20%
Lihat 30%
Katakan 70%
Katakan dan Lakukan 90%
MEDIA
9
Gambar 2 Kerangka Pikir
3. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif, dengan menggunakan model
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas atau sering disebut Classroom Action Research (CAR). Istilah
penelitian tindakan berasal dari bahasa Inggris, “action research”. Penelitian
ini merupakan perkembangan baru yang muncul pada 1940-an, sebagai salah
satu model penelitian yang muncul di tempat kerja, di mana peneliti melakukan
pekerjaan pokok sehari-hari. Pekerjaan pokok sehari-hari ini, misalnya kelas
yang merupakan tempat bekerja bagi para guru, sekaligus dapat menjadi objek
penelitian oleh guru yang bersangkutan. Penelitian tindakan tidak lain adalah
suatu model penelitian, di mana suatu kelompok orang yang juga peneliti
dalam mengorganisasi suatu kondisi, mereka dapat mempelajari secara intensif
pengalaman dan membuat pengalaman mereka diakses orang lain [15].
Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis dan
McTaggart. Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin
McTaggart pada tahun 1998. Mereka menggunakan empat komponen
penelitian tindakan, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam
suatu sistem spiral yang saling terkait antara langkah satu dengan langkah
berikutnya [16]. Secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut:
EVALUASI
EVALUASI EFEK
EVALUASI
KONDISI
AWAL
TINDAKAN HASIL
1. Media pembelajaran
yang digunakan
kurang bervariasi
2. Pembelajaran yang
masih monoton/
masih menggunakan
metode ceramah/
konvensional
3. Siswa cenderung
pasif dalam kegiatan
belajar mengajar
4. Motivasi siswa sangat
kurang
Penerapan model STAD
dengan media pembelajaran
Motivasi belajar siswa
meningkat
10
Gambar 3 Siklus PTK menurut Kemmis & McTaggart
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Perencanaan disusun oleh peneliti dan guru mata pelajaran
jaringan dasar. Perancanaan yang disusun berupa perangkat
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Perangkat pembelajaran tersebut
adalah:
1. Peneliti dan guru menyusun RPP materi topologi jaringan.
2. Menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan materi
topologi jaringan.
3. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari
Lembar soal tes pilihan ganda dan essay singkat
Lembar observasi motivasi untuk guru
Angket yang berhubungan dengan motivasi belajar
b. Tindakan
Rancangan model pada tahap tindakan ini sudah disusun dan
skenario pembelajaran diterapkan dalam pembelajaran di dalam kelas.
Dalam pelaksanaan setiap satu siklus dilakukan dalam 2 (dua) kali
pertemuan.
Pertemuan pertama:
1) Kegiatan Awal
a) Guru memberikan salam, berdoa dan melakukan kegiatan
presensi.
b) Menyiapkan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar
c) Guru menyampaikan KD, tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dalam pembelajaran, dan skenario pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
11
Explorasi
a) Guru mengajak siswa untuk bertanya jawab tentang topologi
jaringan yang sering digunakan.
b) Siswa dibentuk dalam kelompok yang sudah dibentuk oleh
guru. (guru membentuk kelompok sesuai tingkat kemampuan
siswa dan gender untuk setiap kelompok. Kemampuan siswa
diukur dari kuis yang sudah dilakukan pada pra penelitian)
c) Guru menyampaikan materi (topologi bus, topologi ring,
topologi star, topologi mesh) dengan menggunakan media
pembelajaran yang sudah disiapkan dan dengan media
presentasi lainnya untuk menunjang materi lebih lengkap
Elaborasi
a. Siswa mendengarkan materi (topologi bus, topologi ring,
topologi star, topologi mesh) yang disajikan oleh guru
b. Siswa dengan panduan guru saling membantu teman dalam
kelompoknya mempelajari materi yang di sajikan
c. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam
kelompok
d. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menjelaskan
pengertian, jenis dan karakteristik dari topologi jaringan
e. Guru menjelaskan petunjuk pengerjaan tugas kelompok kepada
siswa
f. Siswa menuliskan apa yang diperintah oleh guru.
g. Siswa mempresentasikan hasil diskusi bersama kelompoknya
di depan kelas
Konfirmasi
a. Guru menjawab pertanyaan dari siswa yang kurang memahami
materi
b. Siswa bersama guru membahas tugas kelompok
c. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil tugas
kelompok.
3) Kegiatan Penutup
a. Guru memberikan penghargaan berupa pujian atau tepuk
tangan kepada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi
b. Siswa bersama guru membuat kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari
c. Siswa bersama guru melakukan refleksi tentang proses
pebelajaran yang telah berlangsung
d. Guru menutup kegiatan pembelajaran
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan saat proses pembelajaran
berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui tingkat motivasi
siswa dalam proses pembelajaran. Observer menilai hasil tindakan
sesuai format observasi yang telah disiapkan. Observasi dilakukak
12
oleh guru mata pelajaran yang mengamati peneliti saat melakukan
pembelajaran dalam kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti dan guru dapat mengetahui apakah
sudah sesuai skenario yang direncanakan atau tidak sesuai sama
sekali. Hasil refleksi ini akan digunakan untuk menentukan skenario
untuk siklus berikutnya. Jika hasil dari refleksi masih dibawah kriteria
yang telah di tentukan, maka skenario pembelajaran akan diteruskan,
dimodifikasi, atau bahkan diubah keseluruhan.
2. Siklus Kedua
Hasil refleksi pada siklus pertama menentukan langkah selanjutnya
untuk siklus kedua. Jika pada siklus pertama sudah memenuhi kriteria
yang diinginkan, maka siklus kedua diterapkan hanya untuk pemantapan
pada siklus pertama. Tetapi, jika pada siklus pertama kriteria belum
terpenuhi, maka dilakukan siklus kedua sesuai dengan perbaikab dari
tahapan kerja siklus pertama. Jika pada siklus kedua masih belum dapat
memenuhi kriteria, maka dilakukan siklus ketiga. Siklus akan berhenti
jika kriteria yang diinginkan sudah terpenuhi. Kriteria yang diinginkan
yaitu motivasi siswa yang tinggi dalam mata pelajaran jaringan dasar,
khususnya materi topologi jaringan kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran.
Pembelajaran dengan model STAD, merupakan variabel bebas
(Independent Variabel). Sedangkan variabel terikatnya (Dependent Variabel)
adalah motivasi belajar siswa. Variabel bebas akan mempengaruhi variabel
terikat.
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Tengaran. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 1 SMK N 1 Tengaran. Kelas X TKJ 1
digunakan untuk penelitian karena berdasarkan observasi dan hasil wawancara
dengan guru yang telah dilakukan masih terdapat masalah di dalamnya, yaitu
motivasi siswa yang masih kurang dalam proses pembelajaran.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan pemberian
angket motivasi kepada siswa. Observasi digunakan untuk mengamati motivasi
siswa pada saat proses pembelajaran sebelum dan sesudah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menerapkan media pembelajaran,
pemberian angket digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa setelah
pembelajaran selesai.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi,
lembar angket, media yang digunakan, dan tes.
Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan belajar siswa
saat menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
menggunakan media pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung.
Berikut lembar observasi yang digunakan guru untuk mengamati motivasi
siswa saat pembelajaran berlangsung.
13
Tabel 2. Lembar Pengamatan Motivasi Belajar Siswa
No Nama Siswa
Aspe komponen
Pembelajaran Jumla
h Skor Keterangan
A B C D E F G H
1
2
3
4
5
Keterangan :
A. Ketekunan siswa dalam mengerjakan tugas
B. Keuletan siswa dalam mengerjakan soal yang sulit
C. Minat siswa selama proses pembelajaran
D. Perasaan senang saat siswa mengerjakan soal sendiri
E. Ketertarikan siswa dalam kegiatan pembelajaran
F. Mempertahankan pendapatnya saat siswa berdiskusi
G. Tidak mudah melepaskan suatu hal yang diyakini oleh siswa
H. Perasaan senang siswa dalam mencari dan memecahakan suatu masalah
ataupun soal.
Kriteria Skor :
Sangat Tinggi : 4
Tingi : 3
Cukup : 2
Kurang : 1
Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap
pertanyaan yang diajukan [18]. Angket merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Berikut kisi-kisi angket yang
digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Angket
No. Variabel Indikator Nomor
Item Jumlah
1
Motivasi
Belajar
Tekun dalam menghadapi tugas 1,2,3 3
2 Ulet dalam menghadapi kesulitan 4,5,6 3
3 Menunjukkan minat 7,8,9 3
4 Senang bekerja mandiri 10,11,12 3
5 Cepat bosan pada tugas-tugas rutin 13,14,15 3
6 Dapat mempertahankan pendapatnya 16,17,18 3
14
7 Tidak melepas hal yang diyakini itu 19,20,21 3
8 Senang mencari dan memecahkan
masalah soal-soal 22,23,24,25 4
Jumlah Butir Soal 25
Media pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini berbasis
Macromedia Flash dengan memasukkan materi topologi jaringan di dalamnya.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes obyektif atau
pilihan ganda dan essay singkat. Tes dilaksanakan pada pertemuan kedua
setiap akhir siklus. Tes dilakukan untuk mengetahui peningkatan motivasi
siswa.
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
dengan cara menggorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, menggunakan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri atau orang lain [18].
Rumus untuk menghitung hasil observasi dan hasil motivasi belajar siswa
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menerapkan media
pembelajaran adalah sebagai berikut:
% hasil motivasi belajar siswa=
Untuk Menentukan interval setiap kategori dapat menggunakan rumus
dari Sudijono (1992) sebagai berikut [18]:
Interval = skor max − skor min
𝑘
Keterangan:
Skor Max = Skor jawaban tertinggi
Skor Min = Skor jawaban terendah
k = Klasifikasi jawaban pada kuesioner
Dilihat dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
jika seluruhnya atau minimal (75%) siswa terlibat aktif dan menunjukkan
kegairahan belajar tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya diri
yang tinggi [19].
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Design pembelajaran mengacu pada komponen STAD, prinsip-prinsip
motivasi dan implikasinya. Dalam STAD terdapat 5 komponen yang harus
Skor Total yang di peroleh X 100%
Skor Maksimal
15
dilakukan, yaitu 1) presentasi kelas, 2) belajar tim, 3) kuis, 4) skor kemajuan
individual, 5) rekognisi tim.
Siklus satu pertemuan pertama, presentasi kelas dilakukan oleh guru
dengan memberikan materi menggunakan media pembelajaran. Saat
memberikan materi, sesekali memberikan soal untuk tanya jawab. Kemudian
masuk langkah kedua yaitu belajar tim. Dalam belajar tim, guru memberikan
tugas kelompok tentang materi yang diajarkan pada pertemuan pertama,
kemudian selesai mengerjakan tugas kelompok, siswa diminta untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, kemudian diadakan
tanya jawab dengan kelompok lain.
Masuk ke pertemuan dua, siswa diminta untuk mengerjakan project yang
diberikan oleh guru, kemudian project tersebut dipresentasikan di depan kelas,
dan kemudian sesi tanya jawab untuk antar kelompok. Setelah belajar tim,
kemudian siswa diminta untuk mengerjakan kuis atau tes individu yang terdiri
dari pilihan ganda dan isian singkat. Setelah itu dikoreksi bersama-sama
kemudian guru menghitung skor kemajuan individual. Langkah terakhir dalam
siklus 1 adalah rekognisi tim. Rekognisi tim atau penghargaan kelompok pada
siklus 1 dilakukan dengan merata-rata hasil tes individu setiap kelompok. Hasil
yang didapat untuk rekognisi tim siklus 1 adalah kelompok A dengan rata-rata
sebesar 74. Dengan demikian kelompok A berhak memperoleh penghargaan
kelompok berupa pujian dan tepuk tangan.
Siklus dua pertemuan pertama, presentasi kelas sama dengan siklus 1,
yaitu guru mempresentasikan materi dengan media pembelajaran yang sudah
disiapkan. Kemudian siswa diberikan tugas kelompok tentang materi untuk
belajar dalam tim dan dipresentasikan di depan kelas. Siswa presentasi dengan
media yang sudah disiapkan oleh guru. Kemudian dilanjutkan sesi tanya jawab.
Masuk pertemuan kedua, siswa diminta untuk mengerjakan project secara
kelompok, kemudian dipresentasikan didepan kelas dan di lanjutkan sesi tanya
jawab. Setelah itu, siswa diminta untuk mengerjakan tes individu yang sudah
disiapkan oleh guru. Setelah mengerjakan soal, siswa diajak untuk
mengkoreksi bersama tes individu tersebut, untuk kemudian mengetahui skor
kemajuan individu setiap siswa dalam kelompok. Dari hasil skor kemajuan
individu tersebut, maka penghargaan kelompok atau rekognisi tim diberikan
pada kelompok B skor total 30 dengan kriteria sempurna. Maka kelompok B
berhak mendapatkan penghargaan berupa pujian, tepuk tangan, dan hadiah
berupa kado.
Prinsip-prinsip yang digunakan untuk meningkatkan motivasi sesuai
dengan tabel 1 adalah poin (a) pengenalan tugas-tugas belajar penting dalam
usaha mendorong siswa untuk mempelajari urutan-urutan belajar selanjutnya.
Saat pembelajaran, siswa dijelaskan terlebih dahulu tujuan belajar yang akan
dicapai dan tugas-tugas yang harus dikuasai. (b) motivasi menyangkut
keinginan untuk berprestasi dalam menguasai berbagai hal dan keinginan untuk
sukses. Penyusunan tujuan yang realistis sangat penting dalam hal ini. Setelah
siswa mengerti tentang tujuan belajar, disini siswa diberikan tes individu untuk
mengetahui kemampuannya sejauh mana proses pembelajaran. (c) penyusunan
dan pencapaian tujuan haruslah dengan memberikan tugas-tugas belajar yang
16
pantas; perasaan sukses terhadap tugas-tugas belajar yang terakhir akan
meningkatkan motivasi untuk menyelesaikan tugas-tugas berikutnya. Dalam
hal ini siswa diberikan tugas kelompok maupun projek yang dikerjakan secara
kelompok. Maka dengan urutan pengerjaan yang tepat, siswa mampu untuk
memenuhi tujuan belajar yang telah dijelaskan saat awal pertemuan. (d)
mendapatkan informasi tentang pengerjaan tugas-tugas yang benar dan
pembetulan pengerjaan tugas-tugas yang salah, mendorong siswa untuk
melakukan penampilan yang lebih baik dan bersikap yang lebih bermanfaat
terhadap tugas-tugas belajar. Dalam proses pembelajarannya, kegiatan tanya
jawab setelah presentasi siswa bisa mendapatkan informasi untuk dirinya
sendiri dari temannya maupun guru. Kegiatan setelah mengkoreksi yaitu untuk
menanyakan soal mana yang masih belum jelas, disini siswa mendapatkan
penjelasan dari guru maupun dari temannya yang sudah bisa menjawab
pertanyaan tersebut dengan benar. Poin yang terakhir adalah poin (g) harapan
untuk mendapatkan penghargaan bagi tingkah laku atau prestasi tertentu
mendorong minat dan usaha untuk bertingkah laku dan berprestasi tertentu itu.
Tidak adanya penguatan sesudah adanya respon, cenderung mematikan respon
itu. Ketakutan menerima hukuman terhadap tingkah laku yang tidak diinginkan
akan mematikan aktifitas. Dalam hal ini siswa diberi tahu skor kemajuan
individunya, dan diberikan penghargaan bagi kelompok yang skor kemajuan
individualnya paling tinggi. Dengan demikian siswa mengetahui akan
kemajuan hasil belajarnya baik di dalam kelompok maupun di luar kelompok.
Dari prinsip-prinsip motivasi di atas, maka dihasilkan bahwa tingkat motivasi
belajar siswa meningkat dari siklus 1 hingga siklus 2.
Sebelum masuk siklus satu, tindakan pra penelitian dilaksanakan untuk
memperoleh data awal sebagai acuan pembentukkan kelompok yang
heterogen. Pembentukan kelompok dilakukan dengan cara mengadakan kuis
dalam pra penelitian. Kuis dilaksanakan setelah guru menyelesaikan
pembelajarannya. Kuis yang diberikan berhubungan dengan materi yang akan
disampaikan pada pertemuan selanjutnya. Selain untuk memperoleh data awal
sebagai pembentukkan kelompok, dalam pra penelitian juga untuk memperoleh
data awal mengenai motivasi belajar siswa.
Hasil dalam pra penelitian adalah pembelajaran yang dilakukan masih
menggunakan metode ceramah. Saat pembelajaran guru hanya membaca
materi yang ada di buku pegangan guru (e-book) dan siswa mencatat apa yang
diucapkan oleh guru. Sehingga hanya beberapa siswa saja yang mencatat dan
yang lainnya asik mengobrol dengan teman-temannya dan juga ada yang
mencatat tetapi tidak lengkap sehingga pembelajaran kurang dapat berjalan
dengan baik. Dari hasil pra tindakan, maka peneliti dan guru mata pelajaran
sepakat untuk melaksanakan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan
menggunakan kelas X TKJ 1 dengan menggunakan media pembelajaran
topologi jaringan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada
pokok bahasan topologi jaringan mata pelajaran jaringan dasar kelas X TKJ
SMK Negeri 1 Tengaran.
Penelitian pada siklus 1 berlangsung dua kali pertemuan yaitu tanggal 15
dan 22 September 2015 sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Tahap
17
pertama dari penelitian siklus 1 adalah perencanaan penelitian. Tahap
perencanaan berfungsi sebagai memperjelas langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam siklus 1. Peneliti berperan sebagai pengajar (guru) dan guru
sebagai observer yang tugasnya mengamati motivasi belajar dari hasil peneliti
mengajar. Tahap ini dilaksanakan juga untuk menyiapkan beberapa instrumen
penelitian yang dibutuhkan guna kelancaran penelitian. Instrumen yang
dipersiapkan oleh peneliti antara lain: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), lembar observasi motivasi siswa, soal kuis, tugas kelompok dan soal tes
individu.
Pada siklus satu pertemuan pertama hasil pengamatan guru terhadap
motivasi belajar siswa rata-rata sebesar 47,70% dengan kriteria Rendah.
Sedangkan pada pertemuan kedua berdasarkan lembar pengamatan guru
tentang motivasi belajar siswa sebesar 55,88 % dengan kriteria Sedang.
Pada siklus dua pertemuan pertama hasil pengamatan guru terhadap
motivasi belajar siswa dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebesar 65,35% dengan kriteria Sedang. Sedangkan pada siklus 2 pertemuan
kedua berdasarkan lembar pengamatan guru sebesar 75,37% dengan kriteria
Tinggi.
Gambar 4 Grafik Lembar Pengamatan Guru Terhadap Motivasi Belajar siswa
Grafik di atas menunjukkan terjadi peningkatan motivasi belajar siswa
dari pra siklus hingga siklus 2. Motivasi belajar siswa pada pra siklus sebesar
40,90% dengan kriteria Rendah, siklus 1 pertemuan 1 sebesar 47,70% dengan
kriteria Rendah, siklus 1 pertemuan 2 sebesar 55,88% dengan kriteria Sedang,
siklus 2 pertemuan 1 sebesar 65,35% dengan kriteria Sedang, dan pada siklus 2
pertemuan 2 sebesar 75,37% dengan kriteria Tinggi.
Sedangkan hasil dari siklus 1 pertemuan kedua kuesioner rata-rata
motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 adalah 55,44% dengan kriteria Sedang.
Sedangkanhasil dari siklus 2 pertemuan kedua berdasarkan kuesioner rata-rata
motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 sebesar 75,97% dengan kriteria Tinggi.
0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%70,00%80,00%
Pra Siklus Siklus 1 Pertemuan
1
Siklus 1 Pertemuan
2
Siklus 2 Pertemuan
1
Grafik Lembar Pengamatan Guru Terhadap Motivasi Belajar
Siswa
Persentase Motivasi Belajar Siswa
Siklus 2 Pertemuan
2
18
Gambar 5 Grafik Angket Motivasi Belajar siswa kelas X TKJ 1
Grafik di atas menunjukkan bahwa motivasi siswa meningkat dari siklus
1 hingga siklus 2. Berdasarkan grafik di atas, maka rumusan masalah pada bab
I telah terjawab, bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD, motivasi siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri Tengaran meningkat
dalam mata pelajaran jaringan dasar materi topologi jaringan, ditunjukkan pada
grafik pengamatan guru dan angket tersebut.
Dalam STAD terdapat skor kemajuan individual dan rekognisi tim, yang
berarti penghargaan kelompok. Skor kemajuan individual diukur berdasarkan
hasil tes awal dan tes akhir pada tiap siklus. Sedangkan rekognisi tim didapat
dari skor kemajuan individual dalam kelompok tersebut.
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan
kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka
bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada
sebelumnya. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang
lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu [11].
Tabel 4. Rekognisi Tim
Kelompok B Siklus 1 Siklus 2 Skor Tim
Tes
Awal
Tes
Akhir
Tes
Awal
Tes
Akhir Peningkatan Skor
Ketua Kelompok 70 68 75 80 12 30
Anggota 1 60 60 70 88 28 30
Anggota 2 60 58 60 80 22 30
Anggota 3 35 52 35 78 26 30
Total Skor 30
Penghargaan Kelompok Sempurna
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata tingkat motivasi belajar
siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Tengaran dalam mata pelajaran jaringan
dasar materi topologi jaringan di atas 75%. Pada akhir siklus 2 diperoleh rata-
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
Siklus 1 Siklus 2
Grafik Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas X TKJ 1
SMK Negeri 1 Tengaran
19
rata motivasi belajar siswa menurut lembar pengamatan guru sebesar 75,37%
dengan kriteria Tinggi. Sedangkan tingkat motivasi belajar siswa diukur
menggunakan angket sebesar 75,97% dengan kriteria Tinggi. Sehingga dapat
disimpulkan berdasarkan data pada siklus 2 Penelitian Tindakan Kelas ini telah
berhasil.
5. Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif tipe STAD berperan dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan peningkatan persentase motivasi
belajar siswa mulai dari pra siklus, siklus 1, hingga siklus 2. Dalam pra siklus
melalui lembar observasi (pengamatan) guru, didapat persentase motivasi
belajar siswa kelas X TKJ 1 sebesar 40,90% dengan kriteria Rendah. Masuk
siklus 1 terdapat peningkatan terhadap motivasi belajar siswa yang di ukur
menggunakan lembar pengamatan guru sebesar 55,88% dengan kriteria Sedang
dan pada angket motivasi belajar sebesar 55,44% dengan kriteria Sedang. Pada
akhir siklus 2, didapat hasil motivasi belajar siswa melalui lembar pengamatan
guru sebesar 75,37% dengan kriteria Tinggi, dan dengan menggunakan angket
yang dikerjakan oleh siswa sebesar 75,97% dengan kriteria Tinggi. Apabila
dibandingkan motivasi belajar siswa kelas X TKJ 1 dari siklus 1 ke siklus 2
mengalami kenaikan sebesar 19,49%.
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatife tipe STAD menggunakan media pembelajaran dalam mata
pelajaran jaringan dasar materi topologi jaringan kelas X TKJ 1 SMK N 1
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
6. Daftar Pustaka
[1] Isjoni. 2014. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
[2] Risdiawati, Yania. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 4 SMA Negeri
1 Imogiri Tahun Ajaran 2011/2012.
http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/797/44/142. Diakses pada
tanggal 15 November 2015.
[3] Buana, Muhamad Fajar. 2012. Penerapan CTL Dengan Kooperatif NHT Pada
Mata Pelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMA
Muhammadiyah 1 Malang. 5
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/download/1102/723.
Diakses pada tanggal 15 November 201
[4] Angelin Puspita Lehurliana, Grace. 2013. Upaya Meningkatkan Motivasi
dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
pada Kompetensi Dasar Menunjukkan Sikap Pantang Menyerah Dan Ulet
Kelas X-B Program Keahlian Akomodasi Perhotelan Semester II Tahun
Ajaran 2012/2013 di SMK Pelita Salatiga.
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/3587. Diakses pada tanggal
11 Juli 2015.
20
[5] Anatri Desstya. 2012. Pembelajaran Kimia Dengan Metode Teams Games
Tournaments (TGT) Menggunakan Media Animasi dan Kartu Ditinjau
Dari Kemampuan Memori Dan Gaya Belajar Siswa. Jurnal Inkuiri, vol 1,
No. 3,2012 (hal 177-182).
[7] A.M, Sardiman. 2014. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Raja Gravindo Persada.
[8] Prayitno, Elida. 1989. MOTIVASI DALAM BELAJAR. Jakarta.
[9] A.M, Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Raja Gravindo Persada.
[10] E.S, Sharon, DKK. 2011. INSTRUCTIONAL TECHNOLOGY & MEDIA
FOR LEARNING. Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar.
Jakarta: Kencana.
[11] E.S, Robert. 2005. COOPERATIVE LEARNING TEORI, RISET dan
PRAKTIK. Bandung: Nusa Media.
[12] Sharan, Shlomo. 2012. The Handbook of COOPERATIVE LEARNING.
Yogyakarta: Familia
[13] Rusman. 2012. BELAJAR dan PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER
Mengembangkan Profesionalisme guru Abad 21. Bandung: Alfabeta
[14] Miarso, Yusufadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media.
[15] Sukardi. 2013. Metode Penelitian Tindakan Kelas Implementasi dan
Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara.
[16] Kusumah, Wijaya dan Dedi. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : PT Indeks.
[17]Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND.
Bandung: Alfabeta.
[18] Sugiyono. 2007. Statistik untuk penelitian. Bandung : CV. ALFABETA
[19] Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: Remaja Rosdakarya.