TUGAS AKHIR
WAHANA KESENIAN CIREBONMOTIF BATIK "MEGA MENDUNG"
SEBAGAI GAGASAN TRANSFORMASI PERANCANGAN
DISUSUN OLEH :
RADITO PRAMONO SUSILO
97 512 169
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2002 / 2003
LEMBAR PENGESAHAN
Wahana Kesenian CirebonMotif Batik "Mega Mendung" sebagai Gagasan Transformasi Perancangan
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
Nama : Radito Pramono Gusilo
No.Mhs : 97 512 169
Ycgyakarta, Januari 2003
Dosen Pembibmg i Dosen Pembibing
^Ul0^tziS-
Ir. Sri Hardiyatno, MT. Ir. Arman Ynlianta, MUP
Mengetahui,
Ketua Jurusan Arsitektur
>s?^k^^tskhnik Sipil dan Perencanaan^ii''̂ ili^T^Chnwreitas Islamjndonesia
lanto Budi Santoso, M.Arch)
KATA PENGANTAR
MkAssalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberkati kita semua
dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Program
Strata 1 (S-1) pada Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Tugas Akhir yang berjudul Wahana Kesenian Cirebon (Cirebon Art Centre) ini
merupakan wujud antusiasme penulis dalam merespon perkembangan kesenian
khususnya seni tradisional Cirebon yang dipresentasikan ke dalam arsitektur.berupa
perancangan fasilitas untuk mewahadahi kegiatan-kegiatan kesenian.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Bapak Ir. Revianto B.S, M.Arch selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia.
2. Bapak Ir. Hanif Budiman, selaku koordinator Tugas Akhir.
3. Bapak Ir. Sri Hardiyatno, MT, selaku Dosen pembimbing I, terima kasih atas
bimbingan dan motivasinya.
4. Bapak Ir. Arman Yulianta, MUP, selaku Dosen pembimbing II, terima kasih atas
pertanyaan, kritik dan sarannya untuk berkreasi dan bereksplorasi dalam
pencarian ide dan gagasan.
5. Ibu Dian selaku Kepala Pengelolaan Taman Budaya Yogyakarta serta semua
pihak terkait yang telah membantu kelancaran survey.
6. Semua teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dan mendukung kelancaran penulisan Tugas Akhir ini.
Laporan ini sebagai bukti tertulis bahwa sesungguhnya penulis telah
melaksanakan Tugas Akhir.
Akhir kata, penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan bagi kepentingan umat.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, Januari 2003
Penulis
in
TUGAS AKHIR INI KUPERSEMBAHKAN KEPADA :
KEDUA ORANG TUA DAN ADIKKU TERCINTA
TERIMA KASIH ATAS SEMUA
KASIH SAYANG, PERHATIAN, DOA, SERTA DUKUNGANNYA
/ LOVE YOU ALL...
IV
Halaman Cover
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
Lembar Persembahan iv
Daftar Isi v
Daftar Gambar vii
Abstrak ix
BAB I : SINOPSIS PROYEK 1-1
1.1. JudulProyek 1-1
1.2. Lokasi 1-1
1.3. LuasSite I-2
1.4. Luas Total Bangunan I-3
1.5. Justifikasi - I-5
1.6. Pengguna I-5
1.7. DataKlien I-5
1.8. Respon Arsitek I-6
1.9. Metoda Perancangan I-6
1.10. Transformasi I-7
BAB II : PERSYARATAN TEKNIS 11-1
2.1. Pengguna 11-1
2.2. Fasilitas Utama 11-1
2.2.1. Fasilitas Pertunjukan 11-1
2.2.2. Fasilitas Pameran 11-11
2.2.3. Fasilitas Diskusi dan Informasi Literatur 11-16
2.3. Fasilitas Penunjang 11-17
2.3.1. Fasilitas Pengelolaan 11-18
2.3.2. Fasilitas Servis Pendukung 11-18
2.4. Hubungan Antar Kegiatan 11-19
BAB III: KAJIAN TEORI 111-1
3.1. Desain Batik 111-1
3.2. Batik Cirebon 111-13
3.3. MotifMega Mendung 111-13
3.4. Elemen-elemen Transformasi 111-16
BAB IV: TRANSFORMASI IV-1
1. Tataran Site IV-5
2. Tataran Bangunan IV-8
3. Tataran Ruang IV-9
4. Tataran Detail IV-11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
VI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Lokasi
Gambar 2. Luas Site
Gambar 3. Luas area pertunjukkan Tari Topeng
Gambar 4. Pertunjukkan Tari Topeng
Gambar 5. Luas area pertunjukkan Calung
Gambar 6. Luas area panggung
Gambar 7. Bentuk langit-langit
Gambar 8. Skema hubungan ruang pada kegiatan pertunjukkan
Gambar 9. Penyajian benda 2 dimensi
Gambar 10. Penyajian benda 3 dimensi
Gambar 11. Pencahayaan buatan
Gambar 12. Pencahayaan alami
Gambar 13. Skema hubungan ruang pada kegiatan pameran
Gambar 14. Ruang Proyektor
Gambar 15. Skema hubungan ruang pada kegiatan diskusi dan informasi literatur
Gambar 16. Area parkir
Gambar 17. Skema hubungan ruang antar kelompok kegiatan
Gambar 18. Desain Ceplokan atau perulangan
Gambar 19. Desain Kawung
Gambar 20. Desain Nitik
Gambar 21. Desain Parang
Gambar 22. Desain Udan Liris
Gambar 23. Desain Tambal Miring
Gambar 24. Motif tumbuhan
Gambar 25. Motif Garuda
Gambar 26. Motif burung
Gambar 27. Motif hewan
Gambar 28. Motif hewan Crustacea
Gambar 29. Motif serangga
Gambar 30. Motif awan dan karang
Gambar 31. Motifgunung dan landscape
Gambar 32. Motif kapal
Gambar 33. Motif Banji
VI1
Gambar 34. Isen
Gambar 35. Motif Mega Mendung dengan susunan bebas
Gambar 36. Motif Mega Mendung simetris
Vlll
Wahana Kesenian Cirebon
Motif Batik" Mega Mendung" sebagai Gagasan Transformasi Perancangan
Cirebon Art Facilities
"Mega Mendung" Batik Pattern as a Source of Design Transformation
Nama : Radito Pramono Susilo
No. Mhs: 97 512 169
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir. Sri Hardiyatno, MT Ir. Arman Yulianta, MUP
Abstrak
Wahana Kesenian Cirebon merupakan suatu fasilitas yang dapat menampung
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan kesenian Cirebon. Kegiatan
pengembangan kesenian yang diwadahi dalam fasilitas ini ditekankan pada apresiasi
dan informasi berupa kegiatan pertunjukkan seni, pameran, diskusi, dan kegiatan
informasi melalui literatur.
Dalam perancangan kali ini, perancang menggunakan motif batik Mega
Mendung sebagai gagasan dalam transformasi desain. Nilai- nilai dari gambaran motif
yang terlihat antara lain berupa susunan gambar, rupa bentuk, dan pewarnaan,
dituangkan ke dalam tataran site, bangunan, ruang, serta detail.
Susunan gambar yang bebas dalam arti tidak simetris atau berpola diterapkan
menjadi tata masa yang tidak simetris dan tidak berpola. Rupa bentuk yang terihat
dimana terbentuk dari garis-garis lengkung dan bergelombang diterapkan menjadi
sirkulasi luar bangunan terutama pedestrian, serta bentuk ceiling langit-langit ruang.
Pewarnaan dengan gradasi gelap-terang pada bentuk-bentuk yang terlihat diterapkan
menjadi jenis ruang berdasarkan tingkat ketertutupannya, penampakan struktur pada
fasade berdasarkan macam struktur yang ditampakkan, pola garis horizontal pada
dinding berdasarkan tingkat kerapatannya, penataan vegetasi berdasarkan jenis
ketinggiannya serta susunan struktur pada pedestrian luar bangunan berdasarkan
tingkat kerapatannya. Selain itu, gradasi gelap-terang juga diterapkan pada detail
susunan balok pada entrance bangunan serta pencahayaan yang menimbulkan efek
gradasi gelap-terang.
ix
cp
QP
Q0")
0")
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi MotifBatik "Mega Mendung''
TUGAS AKHIR
BAB I
SINOPSIS PROYEK
1.1. JUDUL PROYEK
Wahana Kesenian Cirebon.
1.2. LOKASI
Jl. Brigjen Dharsono (By Pass) , Kelurahan Sunyaragi, Kecamatan Kesambi,
Kotamadya Cirebon.
Peta Lokasi
KE INDRAMA.i|J
LOKASI
KE BANDL<Ng'',",|JAKARTA t
KE KUNIN'GAN
TASIKtfALAYA
RADITO PRAMONO SUSILO
LAIJI JAWft.1 i<l,f,\Hi
. - ' Pi-LAflUHAM
I \
4man* ..^suomo
\.tlwtua*
.1 .cliDSu&'RKIAN/
A«A• .tt AMI,
/
KE SEM^RANG/ ts.PANGAh! UOAM
LAP SOtr CiPARMA
KFPl.fV.WKFRT)
PEKALONCAN
Gbr. 1. Peta Lokasi
97 512 169
iAf AM LU t^FdA
SSStt RQL <C1C*A
(DUTARA
1-1
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasiMotifBatik 'Mega Mendung"
1.3. LUAS SITE : ± 10.541,5 m2
Gbr. 2. Luas site
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
o ioo
TUGAS AKHIR
&AFUS ©eMPAcv^W eUMSAl
OTAPA
300
l-2
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
1.4. LUAS TOTAL BANGUNAN : ± 3646,8 m2
Fasilitas-fasilitas yang yang diwadahi secara garis besar, yaitu :
1. Fasilitas utama yang secara garis besar mewadahi kegiatan pentas seni,
pameran, diskusi, serta informasi literatur.
2. Fasilitas pendukung yang mewadahi kegiatan pengelolaan, dan kegiatan servis
pengunjung.
Besaran ruang pada Wahana Kesenian Cirebon.
1. Fasilitas Utama
a. Fasilitas Pentas Seni
Ruang Perhitungan Sumber Luas (m2)
Theater
- Panggung
Proscenium Area gamelan (12x7,5m)
+ apron
Asumsi 90
9
- Area Penonton 250 tempat duduk @ 1,11 m2 Time Saver 277,5 = 280
R. Persiapan
- back stage 50% panggung Time Saver 49,5 = 50
- side stage 50% panggung Asumsi 49,5 * 50
R.Rias dan Kostum 2 unit @ 10 orang @ 1,7m2 Time Saver 34
R. Kontrol 1 unit Asumsi 15
Gudang 1 unit Asumsi 15
Peturasan 2 unit untuk pemain @ 2 water Time Saver 18
closet, 2 lavatori
2 unit untuk pengunjung @ 3 water 36
closet, 3 lavatori
b. Fasilitas Pameran
Ruang Perhitungan Sumber Luas (m2)
R. Pameran 30 benda 2D @ 15 m2 Asumsi 450
20 benda 3D @ 25 m2 Asumsi 500
R. Kurator 2 unit @ 2 orang Asumsi 18
Gudang 1 unit Asumsi 12
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
c. Fasilitas Diskusi dan Informasi Literatur
TUGAS AKHIR
Ruang Perhitungan Sumber Luas (m2)
Perpustakaan
-R. Baca 20 orang @ 2,32 m2 Time Saver 46,4 * 50
-R. Rak Buku 20% dari R. Baca Data Arsitek 9,28 = 10
-R. Staf Pengawas 2 orang @ 4 m2 + penitipan barang Asumsi 12
R. Pertemuan 100 orang @ 1,39 m2 Time Saver 139 = 140
R. Proyektor 1 unit Time Saver 15,25 = 16
R. Dokumentasi 1 unit Asumsi 9
Peturasan 2 unit @ 1 water closet, 1 lavatori Asumsi 9
2. Fasilitas Pendukung
a. Fasilitas Pengelola
Ruang Perhitungan Sumber Luas (m2)
R. Kepala 1 orang @ 9 m2 Time Saver 9
R. Staf Administrasi 1 orang @ 6 m2 Time Saver 6
R. Staf Teknis 5 orang @ 6 m2 Time Saver 30
R. Koordinator
Perpustakaan 1 orang @ 6 m2 Time Saver 6
R. Staf umum 2 orang @ 6 m2 Time Saver 12
R. Arsip 1 unit Asumsi 6
R. Tamu 5 orang Asumsi 12
Peturasan 2 unit @ 1 wafer closet, 1 lavatori Asumsi 9
b. Fasilitas Servis
Ruang Perhitungan Sumber Luas (m2)
Parking Area 30 mobil, 30 motor Data Arsitek 795
Plaza Asumsi 100
Hall 100 orang Asumsi 100
Cafetaha 10 meja (4 kursi) @ 5,75 m2 Data Arsitek 57,5 = 60
Dapur 1 unit Asumsi 15
R. Mekanikal 1 unit Asumsi 25
Elektrikal
R. Keamanan 1 unit @ 2 orang Asumsi 9
Mushola + tempat 1 unit Asumsi 25
wudlu
Luasan ruang kesel uruhan sebesar 3039 m2 ditambah si rkulasi 20% dai1 luas tersebut
sebesar ± 607,8 m2. Jadi luas total bangunan ± 3646,8 m2
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 l-4
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasiMotifBatik "Mega Mendung"
1.5. JUSTIFIKASI
A. Fungsional
Wahana Kesenian Cirebon adalah suatu wadah yang dapat menampung
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan kesenian Cirebon.
Fasilitas untuk mewadahi pengembangan kesenian ini mencakup kegiatan
apresiasi seni meliputi pentas seni dan pameran, kegiatan informasi yang
meliputi perpustakaan dan diskusi.
B. Lokasi
Lokasi terpilih adalah Jl. Brigjen Dharsono (By Pass), Kelurahan Sunyaragi,
Kecamatan Kesambi, Kotamadya Cirebon. Kawasan tersebut berdekatan
dengan Gua Sunyaragi yang merupakan salah satu objek wisata budaya.
1.6. PENGGUNA
Pengguna akan dibedakan menjadi:
a. Pengguna tetap
Adalah para pengguna yang bertugas mengelola fasilitas yang tersedia
yaitu staf-staf pengelola dan pegawai yang berjumlah 14 orang.
b. Pengguna tidak tetap
Adalah para pengguna yang melakukan kegiatan dan menggunakan fasiitas
yang ada secara temporer yaitu terdiri atas pengunjung umum, para
seniman yang akan menggelar karyanya baik itu pada kegiatan
pertunjukkan maupun pameran (peserta pameran temporer), serta
pengunjung dengan tujuan-tujuan khusus seperti menghadiri pertemuan.
1.7. DATAKLIEN
A. Kepemilikan
Kepemilikan dan pengelolaan Wahana Kesenian Cirebon ini adalah pemerintah
dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pariwisata, bekerja
sama dengan Lembaga Budaya Cirebon, sebuah komunitas pakar seni.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 I - 5
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi MotifBatik "MegaMendung"
B. Keinginan Klien
1. Fungsional
Tidak adanya wadah untuk menampung kegiatan pengembangan, apresiasi
dan informasi kesenian tradisional, maka dibutuhkan suatu fasilitas untuk
mewadahi kegiatan tersebut, serta dapat menunjang kegiatan wisata budaya.
2. Penampilan Bangunan
Penampilan arsitektural Wahana Kesenian Cirebon memasukan unsur seni
Cirebon baik secara eksterior (penampilan bangunan), interior (tata ruang
dalam), maupun penataan tapak.
1.8. RESPON ARSITEK
A. Fungsional
Secara fungsional, Wahana Kesenian Cirebon merupakan sebuah fasilitas
yang dapat mewadahi kegiatan pengembangan, apresiasi dan informasi
kesenian dimana menggabungkan fasilitas pameran, pentas seni, dan informasi
terutama mengenai seni dan budaya Cirebon, dimana pengguna dibatasi pada
saat suatu kegiatan berlangsung dan dengan keperluan-keperluan tertentu.
B. Penampilan Bangunan
Penataan bangunan secara menggunakan interpretasi gambaran pada Motif
Mega Mendung dimana desain tersebut menjadi salah satu desain khas batik
dan lukisan Cirebon. Gambaran motif tersebut diterjemahkan ke dalam
penataan interior dan eksterior bangunan.
1.9. METODA PERANCANGAN
Pemenuhan Kebutuhan Teknis
Untuk mendapatkan suatu konsep perencanaan dan perancangan arsitektural
bangunan sebagai sarana informasi dan pengembangan kesenian, maka
bangunan ini harus memiliki fungsi-fungsi yang dapat mewadahi kegiatan
pertunjukan, pameran, dan apresiasi seni, sekaligus dapat digunakan sebagai
sarana penunjang kegiatan wisata budaya.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 I - 6
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi MotifBatik "MegaMendung"
1.10. TRANSFORMASI
Dalam pencarian dan pemikiran tentang konsep perencanaan dan
perancangan arsitektural dari Wahana Kesenian Cirebon ini adalah melalui
pendekatan gambaran salah satu desain khas batik Cirebon "Motif Mega
Mendung".
Dari Motif mega Mendung ini, nilai-nilai dari gambaran-gambaran yang terlihat
akan ditransformasikan ke dalam perancangan bangunan. Nilai-nilai tersebut
antara lain :
• Gambaran dari motif Mega Mendung yang peletakkannya bebas, tidak teratur
pada keseluruhan bahan.
• Bentuk-bentuk lengkung dan bergelombang.
• Gradasi warna pada gambaran bentuk mega Mendung. Konsep ini juga
menjadi konsep keseluruhan pada perancangan.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 I - 7
"**•i'l/J
rr-
*~h"%
*('!
A'f
•i'
**
//
en
m<<
,
<V
fV1
—
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
BAB II
PERSYARATAN TEKNIS
Wahana Kesenian Cirebon merupakan sebuah fasilitas yang menampungkegiatan apresiasi, pengembangan dan informasi kesenian dan budaya tradisional
Cirebon berupa kegiatan pertunjukkan, pameran, diskusi dan informasi literatur.
2.1. Pengguna
Pengguna Wahana Kesenian Cirebon ini dibedakan berdasarkan waktu
kegiatan, yaitu :
a. Pengguna tetap
Adalah para pengguna yang bertugas mengelola fasilitas yang tersediayaitu staf-staf pengelola dan pegawai yang berjumlah 14 orang.
b. Pengguna tidak tetap
Adalah para pengguna yang melakukan kegiatan dan menggunakan faslitas
yang ada secara temporer yaitu terdiri atas pengunjung umum, para
seniman yang akan menggelar karyanya baik itu pada kegiatanpertunjukkan maupun pameran (peserta pameran temporer), serta
pengunjung dengan tujuan-tujuan khusus seperti menghadiri pertemuan.
2.2. Fasilitas Utama
Fasilitas utama yang ada mewadahi kegiatan pengembangan dan informasi
seni berupa apresiasi seni baik seni pertunjukkan maupun seni kerajinan, pertemuandan diskusi, serta penginformasian melalui literatur.
Untuk merancang fasilitas pertunjukkan yang ada, menggunakan pertimbangankegiatan yang diwadahi, standar-standar dari literatur serta tinjauan pada fasilitassejenis.
2.2.1. Fasilitas Pertunjukkan
A. Kegiatan Pertunjukkan
Kegiatan pentas seni yang ditampung berupa kegiatan pertunjukan senitradisional Cirebon. Antara lain sandiwara, tari topeng, seni musik berupa karawitangamelan, dan pertunjukkan tradisional lainnya.
Pertunjukan sandiwara merupakan suatu bentuk drama daerah yang telahmendapat pengaruh dari teater Barat, begitu pula dengan pertunjukkan dramatradisional Cirebon, antara lain dengan digunakannya jenis panggung proscenium dan
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
WAHANA KESENIAN CIREBON
Transformasi Motif Batik 'Mega Mendung"TUGAS AKHIR
layar. Keberadaan pemain dan penonton dipisahkan dengan adanya panggung dimana
penonton menikmati pertunjukkan dengan satu arah pandang dari depan panggung.
Sandiwara dimainkan oleh beberapa orang dengan gerakan bebas. Untuk mewadahi
pertunjukan sandiwara, jenis panggung yang dibutuhkan yaitu panggung proscenium.
Standar luas panggung untuk pertunjukkan drama mengikuti legitimate drama dengan
lebar panggung antara 6 - 12,19 m dan kedalaman 3,67 - 7,62 m.
Tari topeng Cirebon adalah sebuah pertunjukan tari dimana penarinya
menggunakan topeng. Tari topeng dapat dimainkan oleh satu atau beberapa orang.
Jika dimainkan oleh satu orang, penari mengganti topeng yang dipakai sesuai dengan
lakon yang dimainkan. Penari hanya melakukan gerakan tubuh sedangkan dialog
diucapkan oleh dalang. Gerakan pada tari topeng bersifat dinamis dengan gerakan-
gerakan tubuh termasuk langkah kaki, tetapi gerakan kaki pada tarian ini tidak
membutuhkan ruang yang luas. Biasanya, tari topeng diiringi oleh musik gamelan yang
letak pemain dan alat gamelan ini berada di belakang penari. Luas area untuk
pertunjukkan tari topeng mempertimbangkan luas area untuk pemain dperalatan
gamelan yang digunakan serta area penari dan sirkulasi untuk penari.
r 1
k ^ J
Gbr. 3. Luas area pertunjukkan Tari Topeng
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 II-2
3M
1.5M
*M
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi MotifBatik "MegaMendung"
TUGAS AKHIR
Pertunjukkan tari topeng dapat diselengarakan dengan menggunakan
panggung atau dapat juga tanpa panggung. Pertunjukan tari topeng dengan panggung
menggunakan setting panggung yang tetap, dimana letak area penonton berada di
depan panggung. Tetapi pada pementasan di desa-desa yang bersifat informal,
kadang penonton dapat berada di atas panggung dan berdekatan dengan pemain.
Pada pertunjukkan tari topeng tanpa panggung baik itu yang bersifat informal seperti
pertunjukkan di desa-desa atau yang bersifatformal seperti di kraton-kraton, penonton
dapat berada di sekeliling pemain dan dapat menyaksikan pertunjukkan arah
menyebar dimana biasanya berada di depan dan di samping area penari.
Gbr. 4. Pertunjukkan Tari Topeng
(Indonesian Heritage (Performing Arts), Didier Millet, 1998, Archipelago Press)
Untuk pertunjukan musik, pada karawitan gamelan gerakan bersifat statis, tidak
membutuhkan ruang yang luas untuk setiap pemusik. Peralatan gamelan untuk
karawitan pada umumnya sama dengan yang digunakan pada pertunjukkan tari
topeng. Sedangkan pertunjukan musik calung yang dimainkan oleh enam orang
dengan membawa alat musik calung, gerakan pemain kadang disertai dengan tarian
sederhana dengan gerakan statis, serta dialog yang sifatnya canda.
w w
Gbr. 5. Luas area pertunjukkan Calung
Pertunjukkan kesenian Cirebon dapat bersifat informal maupun formal, dalam
arti penonton dapat berada dekat serta dapat berkomunikasi dengan pemain tetapi
tetap ada pemisahan antar keduanya dan penonton cenderung hanya menikmati
pertunjukkan.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
tM
ll-3
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi Motif Batik "Mega Mendung"
B. Tinjauan fasilitas pertunjukkan
• Taman Budaya Yogyakarta (Lokasi: Komplek Universitas Gajah Mada)
Bentuk dan Lay Out Ruang
Fasilitas pertunjukkan pada Purna Budaya Yogyakarta berupa ruang terbuka
dengan kolom-kolom sebagai pembatas pada sisi-sisi bangunan. Langit-langit
mengikuti bentuk atap joglo. Area penonton berbentuk persegi empat dan balkon
terdapat pada bagian atas sisi-sisi area penonton, dengan lantai datar serta
menggunakan tempat duduk non permanen pada lantai datar maupun balkon. Jenis
panggung menggunakan proscenium tanpa apron. Dengan lantai datar dan
penggunaan tempat duduk tidak permanen, setting tempat duduk dapat diubah sesuai
dengan kebutuhan. Fasilitas pertunjukkan ini dapat digunakan untuk pementasan baik
yang bersifat formal maupun informal.
Visual
Penggunaan lantai datar dapat mempengaruhi pandangan penonton ke arah
panggung. Pandangan penonton dibelakang mungkin terhalangi oleh penonton di
depannya. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan penempatan tempat duduk yang
berselang (tidak sejajar tegak lurus dengan arah panggung) antar tiap baris karena
mengunakan tempat duduk yang tidak permanen.
Pencahayaan
Fasilitas pertunjukkan ini mengandalkan pencahayaan alami pada siang hari
dengan bentuk bangunannya yang terbuka. Untuk pencahayaan buatan, pada area
panggung penerangan diletakkan diatas area panggung dengan penerangan langsung
simetris ditambah dengan lampu sorot. Pada area penonton, penerangan diletakkan
pada langit-langit dibawah balkon menggunakan jenis penerangan langsung simetris
yang menyebar.
Akustik
Jenis ruang yang terbuka dan bentuk langit-langit yang mengikuti bentuk atap
joglo menyebabkan suara yang dihasilkan menyebar dan memantul ke segala arah,
tidak terfokus ke arah penonton.
Sirkulasi
Pengunjung dapat masuk ke area penonton dari sisi-sisinya (kecuali dari arah
panggung) karena bentuk panggung yang terbuka. Sirkulasi pada area penonton
mengikuti setting tempat duduk yang digunakan pada masing-masing pertunjukkan.
Pengendalian sirkulasi ke fasilitas pertunjukkan dengan membuat pintu masuk primer
dan sekunder pada keseluruhan fasilitas.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 II - 4
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi Motif Batik "Mega Mendung"
• Taman Budaya (Art Centre) Yogyakarta
Bentuk dan Lay Out Ruang
Fasilitas pertunjukkan pada Taman Budaya (Art Centre) Yogyakarta berupa
bangunan tertutup tanpa adanya bukaan. Ruangan memiliki bentuk persegi empat
memanjang, tetapi lay out tempat duduk berbentuk kipas dengan lantai bertingkat dan
tempat duduk semi permanen. Jenis panggung berbentuk proscenium. Tempat duduk
dapat ditambah dengan tetap mengikuti pola tingkat lantai. Langit-langit berbentuk
datar dengan tambahan lubang pada daerah depan panggung untuk meletakkan
lampu sorot. Fasilitas ini mewadahi pertunjukkan yang lebih bersifat formal.
Visual
Pandangan penonton ke arah panggung sangat baik dengan penggunaan
lantai berjenjang dengan jarak antar baris yang cukup lebar dan kemiringan lantai yang
memadai. Juga didukung oleh peletakkan tempat duduk antar baris berselang. Lay out
tempat duduk yang berbentuk kipas, membuat pandangan penonton dapat mengarah
lurus ke bagian panggung sesuai dengan posisi duduknya.
Pencahayaan
Pencahayaan pada ruang mengandalkan pencahayaan buatan dimana cahaya
alami tidak dapat masuk karena tidak adanya bukaan pada dinding. Pada area
penonton, pencahayaan menggunakan jenis penerangan langsung simetris yang
menyebar dan pada area panggung pencahayaan menggunakan pencahayaan
langsung terarah (lampu sorot) yang terletak di atas bagian depan panggung. Lampu
sorot ini diletakkan pada area lubang langit-langit.
Akustik
Ruang pertunjukkan yang tertutup menyebabkan suara yang ditimbulkan
terfokus pada ruangan. Lay out ruang persegi dan bentuk langit-langit yang datar
membuat pantulan suara menyebar ke segala arah.
Sirkulasi
Entrance utama pada fasilitas ini terletak di belakang area penonton. Selain itu
terdapat juga pintu-pintu tambahan pada sisi samping ruangan yang dapat berfungsi
sebagai pintu keluar dan pintu darurat. Sirkulasi pada area penonton menggunakan
straight aisles tipe stadion dengan empat cross aisles.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
• Societeit Militer Yogyakarta
Bentuk dan Lay Out Ruang
Pada Societeit Militer, fasilitas pertunjukkan berupa ruang tertutup dengan
adanya bukaan-bukaan jendela ditutup tirai kain yang terletak dibagian atas dinding
sisi samping. Ruangan berbentuk empat persegi memanjang ke arah belakang dengan
lay out tempat duduk berbentuk tegak lurus panggung (straight). Jenis lantai
menggunakan lantai bertingkat dengan tempat duduk yang permanen. Panggung
menggunakan bentuk proscenium ditambah bagian apron. Bentuk langit-langit
bertingkat dimana semakin ke tengah, langit-langit semakin tinggi. Fasilitas ini
mewadahi pertunjukkan yang lebih bersifat formal.
Visual
Dengan jenis lantai yang berjenjang, pandangan penonton dapat mengarah ke
panggung tanpa terhalangi. Tetapi pada kenyataan pada Societeit Militer, pandangan
penonton masih terhalangi oleh penonton didepannya. Ini disebabkan oleh tingkatan
lantai yang relatif pendek serta penempatan tiap baris tempat duduk yang sejajar. Lay
out tempat duduk yang tegak lurus arah panggung juga menjadikan pandangan
penonton tidak lurus ke panggung sesuai dengan posisi duduknya.
Pencahayaan
Ruang pertunjukkan ini menggunakan pencahayaan alami dan buatan.
Pencahayaan buatan lebih diandalkan dimana bukaan-bukaan ditutup oleh tirai kain
sehingga cahaya alami tidakmaksimal menerangi ruangan. Pencahayaan buatan pada
area penonton menggunakan jenis pencahayaan langsung simetris yang menyebar.
Pada area panggung, pencahayaan menggunakan campuran antara jenis penerangan
langsung simetris menyebar yang diletakkan diatas area panggung dan penerangan
langsung terarah yang terletak di atas bagiaan depan panggung.
Akustik
Suara yang ditimbulkan tidak menyebar karena jenis ruang yang tertutup.
bentuk ruang persegi empat dan bentuk langit-langit yang semakin tinggi dibagian
tengah menimbulkan pantulan suara yang menyebar.
Sirkulasi
Entrance utama terletak dibelakang area penonton. Selain itu terdapat juga
pintu-pintu dibagian sisi samping ruangan yang berfungsi sebagai pintu keluar dan
pintu darurat. Pada area penonton, sirkulasi berbentuk straight aisles tipe stadion
dengan tiga cross aisles.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 ||. 6
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
• Lembaga Indonesia-Perancis (LiP)
Bentuk dan Lay Out Ruang
Fasiiitas pertunjukkan pada LiP berupa ruang tertutup tanpa adanya bukaan-
bukaan kecuali pintu. Ruangan berbentuk empat persegi memanjang ke belakang
dengan lay out tempat duduk biasanya tegak lurus panggung (straight). Jenis lantai
terbagi dua yaitu lantai datar dibagian depan dan lantai berjenjang dibagian belakang
pada area penonton dengan tempat duduk tidak permenen. Jenis panggung yang
digunakan adalah bentuk proscenium. Bentuk iangit-iangit memiliki iekukan-iekukan.
Fasiiitas ini dapat digunakan untuk jenis pertunjukkan formai maupun informal.
Visual
Penggunaan jenis lantai datar dan berjenjang dimaksudkan agar pandangan
penonton yang terletak agak jauh dibagian belakang tidak terhalangi oleh penonton
dibagian depan. Setting tempat duduk tidak permanen dapat membantu penempatan
tempat duduk antar baris yang berselang, tetapi biasanya setting tempat duduk yang
digunakan adaiah sejajar.
Pencahayaan
Ruang pertunjukkan pada LiP menggunakan pencahayaan buatan dimana
tidak terdapat bukaan-bukaan untuk masuknya cahaya matahari. Jenis pencahayaan
buatan menggunakan jenis pencahayaan langsung simetris yang menyebar baik pada
area panggung dan area penonton ditambah jenis pencahayaan langsung terarah
diatas area penonton untuk menerangi area panggung.
Akustik
Jenis ruang tertutup menyebabkan suara yang ditimbuikan tidak menyebar
keiuar dari ruangan. Bentuk iangit-iangit dan dinding yang berlekuk menimbuikan arah
pantulan suara yang menyebar.
Sirkulasi
Entrance utama terletak dibagian sisi ruangan pada area penonton. Selain itu
terdapat juga pintu-pintu dibagian sisi samping ruangan yang berfungsi sebagai pintu
keiuar, pintu darurat dan penghubung dengan ruang lainnya. Pintu pada bagian depan
sisi samping bangunan digunakan sebagai pintu masuk pemain apabila pertunjukkan
sedang berlangsung. Sirkulasi pada area penonton dengan setting tempat duduk yang
biasa digunakan berupa straight aisles jenis stadion dengan dua cross aisles.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 II - 7
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
C. Kebutuhan Ruang
Ruang yang dibutuhkan untuk kegiatan pentas seni yaitu teater yang meliputi
panggung dan tempat penonton. Selain itu dibutuhkan pula ruang-ruang penunjang
untuk mewadahi kegiatan persiapan pemain serta kegiatan servis meliputi ruang
persiapan (back stage dan side stage), ruang latihan, ruang rias dan kostum, ruang
kontrol, ruang penyimpanan peralatan, dan peturasan.
Fasilitas untuk mewadahi kegiatan pertunjukkan yang berupa pertunjukkan
rakyat ini dirancang berupa ruang tertutup sebagai pengontrol pengunjung yang
ditampung.
I. Panggung
Untuk menampung pertunjukan kesenian ini, dimana penonton bersifat pasif
dan cenderung hanya menikmati pertunjukan yang disajikan, jenis panggung yang
digunakan adalah bentuk proscenium dengan apron. Penambahan apron dimaksudkan
ruang gerak penari pada pertunjukkan tari topeng dimana bagian belakang dari
panggung digunakan sebagai ruang gamelan. Luas panggung ditentukan dengan
pertimbangan dapat mewadahi jenis pertunjukkan tari topeng, musik karawitan
gamelan serta pementasan drama.
12 M
SIDfe
•STAGE.
V
I
BACK 6TA£€
-*-
<SAMEl_AH '<-*-
-)1 ^irkul/W pemari' 4tt_^_ _£
AREA
3M
Gbr. 6. Luas area panggung
esic>e
7.PM
3M
II. Area penonton
Area penonton dirancang bebas tanpa adanya tingkat lantai dengan tempat
duduk yang tidak permanen sehingga setting tempat duduk dapat diubah. Setting
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 -8
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
tempat duduk yang tidak permanen ini dimaksudkan agar dapat digunakan untuk
pementasan umum baik dengan atau tanpa kursi. Area penonton diasumsikan untuk
menampung kapasitas 250 tempat duduk. Dengan kapasitas tersebut, area penonton
dirancang tidak menggunakan balkon.
Untuk memperoleh kenyamanan visual, penggunaan tempat duduk tidak
permanen mempengaruhi pandangan penonton ke arah panggung. Hal ini dapat
diatasi dengan pengaturan setting tempat duduk.
III. Pencahayaan
Pencahayaan buatan menggunakan jenis pencahayaan langsung simetris yang
menyebar untuk pencahayaan baik umum maupun panggung, dan pencahayaan
langsung terarah untuk mendukung aksi panggung.
IV. Akustik
Adanya unsur musik dan suara pada pertunjukkan maka perlu adanya
pengendalian akustik pada ruangan. Pengendalian dilakukan dengan membuat bentuk
langit-langit yang dapat menghantar bunyi dan penggunaan bahan pada dinding yang
dapat menyerap bunyi seperti bahan kayu untuk menghindari terjadinya gaung dan
gema.
Gbr. 7. Bentuk langit-langit
(Data Arsitek jilid 33, Ernst Neufert, 1996, Erlangga)
V. Struktur
Pada fasilitas pertunjukkan, pandangan penonton ke arah panggung
hendaknya dapat langsung dan tidak terhalangi. Maka dibutuhkan ruang yang bebas
kolom di tengah ruang sehingga struktur yang digunakan adalah struktur bentang lebar
dimana keberadaan kolom di area tengah ruang dapat dihindari.
VI. Akses dan sirkulasi
Akses ke fasilitas pertunjukkan ini dirancang dengan pertimbangan kebutuhan
gerak dan faktor keamanan. Akses utama dirancang berhubungan langsung dengan
Hall serta ditambah jalur sirkulasi lain sebagai sirkulasi darurat. Akses pemain dan
pengunjung dipisahkan. Pengendalian dilakukan melalui person dan tiket.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 ll-9
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
D. Besaran ruang
Besaran ruang yang digunakan untuk fasilitas pertunjukkan sebagai berikut:
Ruang Perhitungan Sumber Luas (m2)
Theater
- Panggung
Proscenium Area gamelan (12x7,5m) Asumsi 90
+ apron 9
- Area Penonton 250 tempat duduk @ 1,11 m2 Time Saver 277,5 = 280
R. Persiapan
- back stage 50% panggung Time Saver 49,5 = 50
- side stage 50% panggung Asumsi 49,5 ~ 50
R.Rias dan Kostum 2unit @ 10 orang @ 1,7m2 Time Saver 34
R. Kontrol 1 unit Asumsi 15
Gudang 1 unit Asumsi 15
Peturasan 2 unit untuk pemain @ 2 water closet, 2
lavatori
Time Saver 18
2 unit untuk pengunjung @ 3 water 36
closet, 3 lavatori
Organisasi ruang
Hubungan ruang pada kegiatan pentas seni sebagai berikut:
R. Kontrol
Pengunjung- HallSeating Area
T)CO3
COcoc3
CO
R. Rias &
Kostum
Persiapan
Gbr. 8. Skema hubungan ruang pada kegiatan pertunjukkan
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
•Pemain
10
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi MotifBatik "Mega Mendung"
2.2.2. Fasilitas Pameran
A. Kegiatan Pameran
Kegiatan pameran yaitu kegiatan berupa penyajian benda untuk dipamerkan
dengan tujuan memberi informasi dan promosi. Pelaku pada kegiatan pameran yaitu
pengunjung dan peserta pameran. Kegiatan pameran yang diwadahi ditekankan pada
pameran temporer. Fasilitas yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan pameran adalah
ruang pameran, ruang kurator atau pengawas pameran, dan gudang untuk
penyimpanan panel-panel.
Kebutuhan ruang pamer mempertimbangkan jenis benda yang akan
dipamerkan. Jenis benda yang akan dipamerkan pada fasilitas ini diasumsikan adalah
benda dengan skala sebenarnya yang dapat dalam bentuk dua dimensional atau tiga
dimensional. Objek yang akan dipamerkan diasumsikan berupa lukisan dan batik yang
merupakan kerajinan seni yang cukup terkenal di Cirebon.
Untuk lukisan, digolongkan menjadi dua ukuran lukisan yaitu ukuran besar dan
ukuran kecil. Lukisan ukuran besar ditentukan ukuran lebar maksimal 2,5 meter
dengan tinggi maksimal 2,5 meter sedangkan lukisan kecil dengan lebar maksimal 1,5
meter dan tinggi maksimal 1,5 meter.
Untuk penyajian batik, ada beberapa bentuk penyajian seperti dibentangkan
secara keseluruhan apabila motif pada desain berupa gambaran yang berbeda pada
seluruh bahan, dapat ditata sedemikian rupa secara dua dimensional atau tiga
dimensional apabila motif yang digambarkan berupa tyle sehingga tidak perlu dilihat
secara keseluruhan. Untuk penyajian batik, digunakan dua jenis penyajian yaitu
dengan penyajian dua dimensional dengan di letakkan pada dinding untuk motif yang
digambarkan berbeda pada seluruh bahan, serta penyajian tiga dimensional apabila
motifyang diperlihatkan berupa tyle yang memiliki kemiripan diseluruh bahan.
Untuk penyajian batik yang diletakkan pada dinding, ruang dinding yang
dibutuhkan mempertimbangkan luas kain panjang. Ukuran kain panjang umumnya
memiliki panjang 230-250 cm dengan lebar 100-120 cm. Motif yang digambarkan
secara keseluruhan terdiri dari dua jenis, yaitu digambarkan secara horizontal dan
vertikal. Untuk motif yang digambarkan secara horizontal, lebar dinding yang
dibutuhkan diasumsikan maksimal 250 cm sedangkan untuk motif yang digambarkan
secara vertikal lebar dinding yang dibutuhkan diasumsikan maksimal 120 cm.
Penyajian batik dengan bentuk tiga dimensional ada yang berupa penutup
tubuh atau penutup benda lain. Ukuran benda yang bermacam-macam membutuhkan
area untuk benda pamer. Area lantai untuk benda terbesar diasumsikan sebesar 4 m2.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 II - 11
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
B. Tinjauan fasiiitas pameran
• Taman Budaya Yogyakarta (Lokasi: Komplek Universitas Gajah Mada)
- Lay out ruang pamer terbuka dimana hanya terdapat kolom-kolom pada
ruangan.
- Terdiri dari 2 buah ruang pamer yaitu untuk pameran tetap pada bagian atas
dan pameran temporer pada bagian bawah tetapi pada kenyataannya, kedua
ruang tersebut digunakan hanya pada saat diadakan pameran.
Pencahayaan alami pada ruang bawah melalui bukaan-bukaan di bagian atas
dinding (bukaan yang lebar sudah ditutup dengan panel kayu untuk menambah
daya tampung benda), sedangkan pada bagian atas melalui bukaan pada atap
(bukaan pada dinding juga ditutup oleh panel kayu).
- Pencahayaan buatan menggunakan lampu sorot yang ditempatkan pada langit-
langit baik pada ruang bawah maupun ruang atas.
• Taman Budaya {Art Centre) Yogyakarta
- Lay out ruang pamer terbuka dimana hanya terdapat kolom-kolom pada
ruangan.
- Hanya terdapat sebuah ruang pamer untuk penyelenggaraan pameran
temporer.
- Pencahayaan alami didapat dari bukaan-bukaan pada bagain atas dinding.
- Pencahayaan buatan menggunakan lampu sorot dengan rel untuk menerangi
benda pamer dan common lighting untuk penerangan secara umum.
• Sapto Hudoyo Art and Gallery (sumber : Sahat, Islamic Art Centre
Yogyakarta, Tugas Akhir)
- Lay out ruang terbagi menjadi beberapa ruangan sesuai dengan jenis etnik dari
benda yang dipamerkan.
Jenis pameran yang ada adalah pameran tetap yang menggelar benda-benda
koleksi dari pemilik.
Pencahayaan siang hari menggunakan pencahayaan alami walaupun pada
ruang tengah (ruang garmen) cahaya tidak dapat masuk secara maksimal
sehingga dibutuhkan cahaya buatan penerangan tambahan.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 II -12
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
C. Kebutuhan Ruang
Ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatan pameran berupa ruang
pamer dimana ruang peragaan dirancang secara linier. Untuk ruang pamer benda dua
dimensi, diasumsikan dapat menampung 30 benda ukuran besar. Untuk ruang pamer
benda tiga dimensi diasumsikan dapat menampung 20 benda. Luas ruang ditentukan
dengan pertimbangan ukuran space terbesar benda dengan penyajian dua
dimensional dan penyajian tiga dimensional. Untuk pameran dengan jenis benda dan
jenis penyajian yang berbeda, jumlah benda yang dipamerkan menyesuaikan ukuran
ruang yang ada.
panAatlQ yan$ bait*
evr+axta-sj .pertounfwng
Gbr. 9. Penyajian Benda Dua Dimensi
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
ke^fnppfcan mfttimuttiLefinkr Lampv4
S.HH CM
1-13
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik "Mega Mendung"
T3CT
"&r
•AREA 51«.KUl-A^«
.AREA PEU6AMAT
TUGAS AKHIR
• AREA BS4PA PAMER
iOO
loo
SB SCO 5©
?© «o CO 50
C&>
«X>
KO>
2DO
5p
area «R.e.wi->M;i
•» AtJ^* P^H£AMAT
AREA SEWCH Frt^ER.
Gbr. 10. Penyajian Benda Tiga Dimensi
I. Pencahayaan
Jenis pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dan buatan.
Pencahayaan alami dapat diperoleh dari bukaan pada dinding dan atap tetapi tetap
menghindari cahaya yang langsung memasuki ruang. Pencahayaan buatan
menggunakan pencahayaan langsung simetris menyebar untuk pencahayaan umum
dan pencahayaan langsung terarah untuk benda pamer.
RADITO PRAMONO SUSILO
Terarah
Gbr. 11. Pencahayaan buatan
97 512 169
Penerangan UvvpeunoTenonah
11-14
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik "Mega Mendung"
M
!? ;f7V
I!! .
[.e^i
J^
r7
TUGAS AKHIR
I !
Mill
!!M!
Gbr. 12. Macam bukaan untuk pencahayaan alami
(Time Saver Standards For Interior Design And Space Planning, 1992, De Chiara.J, Panero.J, Zelnik.M,)
II. Akses dan sirkulasi
Ruang pameran dirancang secara linier untuk mengarahkan pengunjung
mengamati objek secara kontinyu. Akses utama ke ruang pameran berhubungan
langsung dengan Hall dan penempatan akses tambahan untuk keadaan darurat.
Kontrol dilakukan oleh person pada saat beriangsungnya kagiatan pameran.
D. Besaran ruang
Besaran ruang yang digunakan untuk fasilitas pameran sebagai berikut:
Ruang Perhitungan Sumber Luas (m2)
R. Pameran 30 benda 2D @ 15 m2 Asumsi 450
20 benda 3D @ 25 m2 Asumsi 500
R. Kurator 2 unit @ 2 orang Asumsi 18
Gudang 1 unit Asumsi 12
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 n-15
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
Organisasi ruang
Servis
TUGAS AKHIR
Entrance
Kurator
Gudang
Gbr. 13. Skema hubungan ruang untuk kegiatan pameran
2.2.3. Fasilitas Diskusi dan Informasi Literatur
A. Kegiatan Diskusi dan Informasi Literatur
Kegiatan yang ditampung berupa diskusi atau pertemuan baik formal maupun
informal dengan tujuan membahas tentang seni dan budaya, baik yang didapat dari
literatur maupun dari kegiatan sehari-hari.
B. Kebutuhan ruang
Untuk pertemuan yang sifatnya lebih formal, fasilitas berupa ruang pertemuan
tertutup yang dilengkapi dengan sarana display sehingga dapat digunakan untuk
diskusi-diskusi yang membutuhkan penyajian display, baik itu berupa rekaman
kegiatan-kegiatan seni atau berbentuk tulisan dan gambar-gambar. Ruang pertemuan
ini memiliki kapasitas 100 orang dengan lay out lecture style (ruang kelas), ruang
proyektor, serta ruang dokumentasi untuk menyimpan dokumen-dokumen seperti
dokumen tertulis, slide film, dan dokumen lainnya. Untuk kegiatan diskusi informal,
dapat dilakukan di ruang-ruang terbuka dan hall.
Ruang proyektor menggunakan jenis rear projection screen dimana ruang
proyektor terletak di depan audience.17'0'
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
Gbr. 14. Ruang Proyektor
(Time Saver Standards For Interior Design And Space Planning, 1992, De Chiara.J, Panero.J, Zelnik.M,)
16
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
Kegiatan diskusi juga dilengkapi dengan sumber literatur dimana peletakannya
dapat diakses dengan mudah baik oleh peserta diskusi maupun pengunjung umum.
Penyediaan sarana sumber literatur berupa perpustakaan yang meliputi ruang baca,
ruang rak buku, area staf pengawas dan penitipan. Kapasitas pengunjung
perpustakaan yang ditampung adalah 20 orang, serta 2 orang staf pengawas.
C. Besaran ruang
Besaran ruang yang digunakan untuk fasilitas pameran sebagai berikut:
Ruang Perhitungan Sumber Luas (m2)
Perpustakaan
-R. Baca 20 orang @ 2,32 m2 Time Saver 46,4 * 50
-R. Rak Buku 20% dari R. Baca Data Arsitek 9,28*10
-R. Staf Pengawas 2 orang @ 4 m2 + penitipan barang Asumsi 12
R. Pertemuan 100 orang @ 1,39 m2 Time Saver 139 = 140
R. Proyektor 1 unit Time Saver 15,25 = 16
R. Dokumentasi 1 unit Asumsi 9
Peturasan 2 unit @ 1 water closet, 1 lavatori Asumsi 9
Organisasi ruang
R.
ProyektorR. Pertemuan Perpustakaan
R. Dokumentasi
Hall
Gbr. 15. Skema hubungan ruang untuk kegiatan diskusidan informasi litertur
2.3. Fasilitas Penunjang
Kegiatan penunjang didalamnya mencakup kegiatan pengelolaan dan kegiatan
servis pendukung baik servis teknis maupun servis pendukung kegiatan rekreasi.
Fasilitas-fasilitas kegiatan penunjang ditempatkan berdekatan dengan kegiatan utama
untuk memperlancardan mendukung kegiatan utama.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 17
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik "Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
2.3.1. Fasilitas Pengelolaan
A. Kegiatan pengelolaan
Kegiatan yang diwadahi berupa pengelolaan fasilitas. Kegiatan pengelolaan
bersifat privat karena penggunanya adalah orang-orang tertentu.
B. Kebutuhan ruang
Fasilitas pengelolaan ini meliputi ruang kepala (1 orang), ruang staf
administrasi (1 orang), ruang staf koordinasi teknis (1 orang), ruang staf pengelola
perpustakaan (1 orang), ruang arsip, dan ruang tamu.
C. Besaran ruang
Besaran ruang yang digunakan untuk fasilitas pengelola sebagai berikut:
Ruang Perhitungan Sumber Luas (m2)
R. Kepala 1 orang @ 9 m2 Time Saver 9
R. Staf Administrasi 1 orang @ 6 m2 Time Saver 6
R. Staf Teknis 5 orang @ 6 m2 Time Saver 30
R. Koordinator
Perpustakaan 1 orang @ 6 m2 Time Saver 6
R. Staf umum 2 orang @ 6 m2 Time Saver 12
R. Arsip 1 unit Asumsi 6
R. Tamu 5 orang Asumsi 12
Peturasan 2 unit @ 1 water closet, 1 lavatori Asumsi 9
2.3.2. Fasilitas Servis Pendukung
A. Kegiatan servis
Kegiatan yang diwadahi terdiri dari servis teknis dan servis pendukung kegiatan
utama.
B. Kebutuhan ruang
Fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan utama yaitu area parkir,
plaza, hall, mushola, ruang keamanan, toilet, serta kafetaria. Fasilitas servis teknis
yang dibutuhkan yaitu ruang mekanikal dan elektrikal, serta ruang penyimpanan
barang.
Pada area parkir, kapasitas yang dapat ditampung diasumsikan untuk 30 mobil
dan 30 motor. Besaran ruang untuk area parkir sebagai berikut, untuk mobil sebesar
22 m2 per mobil dan untuk motor sebesar 1,5 m2 per motor.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 -18
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
55C CM
tse© cm
95CCM
7' >'
3V0CM
TUGAS AKHIR
550 cm
aao-soocM
5EOCM
R^RKIR ROCA EMPAT
SUPWT 9G° PARKIR ROCA EMPAT
Gbr. 16. Area Parkir
Besaran ruang
Besaran ruang untuk fasilitas pendukung adalah :
Ruang Perhitungan Sumber Luas (m2)
Parking Area 30 mobil, 30 motor Data Arsitek 795
Plaza Asumsi 100
Ha!! 100 orang Asumsi 100
Cafetaria 10 meja (4 kursi) @ 5,75 m2 Data Arsitek 57,5 = 60
Dapur 1 unit Asumsi 15
R. Mekanikal 1 unit Asumsi 25
Elektrikal
R. Keamanan 1 unit @ 2 orang Asumsi 6
Mushola + tempat 1 unit Asumsi 25 !
wudluii
2.4. Hubungan Antar Kegiatan
Penempatan fasilitas yang mewadahi tiap kegiatan utama yang ada dapat di
akses secara langsung oleh pengunjung ke tiap-tiap kegiatan dengan pertimbangan
bahwa tingkatan tiap kegiatan adalah sama. Hall ditempatkan sebagai pusat dimana
dari Hall sirkulasi pengunjung dapat menuju ke masing-masing kegiatan. Penempatan
fasilitas pendukung kegiatan utama berada tidak jauh dengan fasilitas utama sehingga
benar-benar dapat mendukung kegiatan utama.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 M-19
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
—*• Servis
Pentas SeniDiskusi dan
Perpustakaan
HallPengelola
Pameran
I
Servis
Plaza
Area Parkir1
Entrance
AGbr. 17. Skema hubungan antar kelompok kegiatan
Kontrol secara keseluruhan dilakukan dengan pengadaan pembatas berupa
pagar, gerbang, dan pintu, penggunaan alarm, serta person.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 20
«\,'~
vfrr^
T*
,iS
lins
v:,v
,,V
1j
xm
--}H
m
50
33
<-
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
BAB III
KAJIAN TEORI
3.1. Desain Batik
(Sylvia Fraser-Lu, Indonesian Batik Processes, Patem and Places, ChapterIV:
Batik Design, diterjemahkan penulis)
Desain dalam seni batik biasanya memiliki ciri khas pola atau motif tertentu.
Ciri-ciri tersebut dapat digambarkan seperti dalam bentuk gambar, susunan gambar,
pewarnaan dan Iain-Iain yang akan menimbulkan kesan tersendiri dari setiap motif.
Desain batik dibedakan menjadi:
1. Desain Geometris
Desain ini dikatakan sebagai awal mula dari motif batik. Biasanya memiliki pola-
pola yang geometris sehingga disebut motif atau pola geometris. Beberapa
motif geometris antara lain :
• Ceplokan atau Pola Perulangan (Repetisi)
Desain ini terdiri dari motif-motif simetris dalam bentuk bintang, persilangan,
bentuk bunga mawar, belah ketupat atau persegi banyak. Kadang hanya satu
motif atau dapat juga beberapa motif yang disatukan, disusun dengan interval
yang tetap. Tapi dapat juga motif ini menjadi elemen pelengkap dalam pola
lainnya yang berbeda. Desain dalamnya dapat diisi dengan lingkaran atau
persegi dalam susunan simetris dan menjadi lurus dalam arah horizontal atau
diagonal. Dalam pola ini, juga biasa digunakan bentuk-bentuk alami seperti
bunga, buah, burung, serangga dan hewan lainnya.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 III -1
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik "Mega Mendung"
•'- X r.w -tct;~^:~<J2Z> .•-•-•M
w^ #>^t?*<rO^-;^<E3
'•J\. &<w
>w-C|W#s>-:;--<g
iA# jit
Ai -'-A d# ^ #^:#>:^'. ***: Sf7a7£ •ysv.
Crompol. a cluster
Swelogiri, a floral design
A geometric design
Gbr. 18. Desain Ceplokan atau Perulangan
TUGAS AKHIR
SurKtrCin, a (;rj.N$ des:t"",n
Supit ur.mg, pinchers of the lobster
A gangont; motif within a wovenpartem
Kawung atau Pola Bundar (Circular)
Terdiri dari bentuk elip yang disusun secara baris parallel. Bentuk elips dapat
dihias oleh dua atau lebih persilangan, atau ornamen lain seperti garis atau
titik-titik yang berpotongan. Banyak variasi dari pola kawung, sebagai pengganti
dari garis diagonal, lingkaran diluruskan didalam bentuk persegi. Desain
kawung kadang menjadi background dari motif lain, atau menjadi alternatif
gabungan dengan beberapa desain lainnya.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 ill-2
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
K.iu unt; sjh
Kawung ducio n^i;.iinb!ok
Kawung picas
•"•ry*" "I 1 *3*7
s-^^H*r gg^^^j^§§3
8$
Kjh \i:;c, ki.'mbj:i_'
Kj'A-ini: j'^i'
TUGAS AKHIR
Gbr. 19. Desain Kawung
Jelamprang atau desain berbasis tekstil India
Berhubungan dekat dengan desain Kawung, berupa perulangan delapan motif
mahkota mawar dalam bujursangkar, lingkaran, atau belah ketupat. Batas-
batasnya saling bersentuhan tetapi tidak saling tumpang tindih. Desain ini juga
gambaran inspirasi dari motif Patola yang terlihat pada kain Ikat Indonesia.
Beberapa pola Jelamprang yang melingkar ditunjukan sebagai cakar dan
barangkali merepresentasikan Dharma atau 'roda kehidupan', sebuah konsep
penting dari Budha.
Nitik atau Desain Tenunan
Disusun oleh titik-titik kecil dan garis yang merupakan imitasi dari kain tenun.
Bintang, persegi, garis silang, dan lingkaran mirip dengan desain ceplokan dan
biasanya dilukis dengan latar belakang warna gelap.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
Nam kepang
TUGAS AKHIR
Tiru leu
t- v- v*, v x^~Frz>r^ri «i*?fflrr V W^VM^v. •'•'.-,' «*,-i"e
14 f >...»/. t { . ..fill. fc-| > U^ »^ j :,
ra*;frlw^ife! ;•'^Jf-VlJU* *illf-r! ».»•.«. ai -*-*f;».«f«
.# f* ♦
|avak.usum.i
M*:: ? ;-U>-* ? Si/'4s/ i tf'TV. a /[
;-rr\- i s a :-:piOiiengaii
Gbr. 20. Desain Nitik
Garis Miring atau Desain Garis Diagonal Paralel
Terdiri dari susunan garis diagonal, menjadi pola batik yang paling menarik
perhatian. Desain ini memberi efek langsing pada si pemakai dan menjadi
desain yang membawa keberuntungan. Beberapa pola dari desain Garis Miring
ini yaitu :
o Desain Parang
Terdiri dari bentuk tali atau ulir dengan ruang terang yang lebar dibatasi oleh
ujung-ujung bergelombang atau berbentuk siku keluang. Biasanya diselang
oleh ikatan-ikatan dengan jarak lebih dekat dengan warna gelap yang kontras.
Ruang gelap tersebut diisi oleh elemen desain yang lain yang disebut mlinjon.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 III-4
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
Pacini; sobrah
Parang godosuli
Paranc; sei::)i>
TUGAS AKHIR
i'.ir.ing ular
'arjng curigo
Parang kururu
Gbr. 21. Desain Parang
o Desain Udan Liris
Terdiri dari baris-baris dengan jarak dekat secara sejajar. Berwarna coklat
dengan latar putih. Tiap baris dapat diisi dengan motif yang berbeda. Sama
seperti pola tradisional lainnya, udan liris dapat digunakan sebagai latar dari
motif lainnya.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 ill-5
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik "Mega Mendung
•/
L * " "t. , X ,
** It-
' ." / /J, , /* '♦ »
V, >-«"
,.'cr
TUGAS AKHIR
_ I
j <
/
Gbr. 22. Desain Udan Liris
o Desain Tambal Miring
Terdiri dari montase dari desain batik Jawa Tengah seperti segitiga, lingkaran,
atau belah ketupat yang disusun dalam susunan horizontal atau baris-baris
miring. Variasi elemen dari tiap komponen, dibedakan oleh kekontrasan antara
kepadatan pola dan warna, yang memberi perbedaan pada setiap bidang kerja.
Gbr. 23. Desain Tambal Miring
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 ill-6
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik "Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
Desain Tumpal atau Segitiga
Terdiri dari baris-baris segitiga. Didalam bentuk segitiga biasanya diisi oleh
motif hewan atau tumbuhan. Tumpal zigzag mungkin dibagi menjadi tiga atau
empat segitiga kecil dengan perbedaan elemen dan warna pada tiap sektor.Area antara garis-garis tumpal diwarnai gelap. Mungkin juga diisi oleh motif
geometris atau tumbuhan dengan ukuran kecil.
2. Semen atau Desain Non Geometris
Dapat berarti tunas-tunas kecil atau daun-daun muda dimana diperiihatkan
sebagai sulur-sulur ikal yang melengkapi latar belakang gambar tumbuhan, hewan,
atau lambang simbolis.
• Motif Bunga, Buah, dan Daun
Dapat terdiri dari bunga dan daun secara keseluruhan. Fokus desain adalah
rambatan yang sering disebut lung-lungan. Seperti ceplokan dan parang,
beberapa desain semen dilengkapi oleh kata kembang untuk menjelaskan motif
tumbuhan. Rambatan dapat digabungkan dengan buah dan sayuran.
A^-Xt&'iV^'i
V-~Hi^
Gbr. 24. Motif tumbuhan
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
• Motif Burung
Beberapa dari desain semen terdiri dari desain tumbuhan yang digabungkan
dengan hewan dan burung.
Cmiria
Gbr. 25. Motif Garuda
Sua a:
I'eaan-k
WIF^1*
R.mMor
Gbr. 26. Motif burung
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasiMotifBatik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
• Motif Hewan
Sama seperti motif burung dan tumbuhan, motif hewan juga digunakan sebagaipelengkap atau digabungkan dengan motif-motif lainnya dalam satu desain.
rk-ph.int IV;r
Kjta mask Clv.iic-i- Ivi
N.;i>i pi-ruiU'
Gbr. 27. Motif hewan
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 III-9
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi MotifBatik 'Mega Mendung"
<#v
f M--
mm
Gbr. 28. Motif hewan Crustacea
TUGAS AKHIR
Ti;r:!;'
Gbr. 29. Motif serangga
• Desain Karang dan Awan
Fenomena alami seperti batu-batuan dan awan dilukiskan dalam cara yang
penuh fantasi dan imajinatif, menarik dalam efek-efeknya. Batu-batuandiidentifikasi oleh lubang dan tumbuhan kecil yang timbul dari batuan tersebut.Terdapat pula bentuk spiral yang biasa dinamakan pantat keong. Pada motifawan, spiral lebih berbentuk belah ketupat, lebih tajam dan biasanya tersusundiagonal. Bagian dalam dari awan berwarna gelap. Karang dan awan biasanyadiwarnai biru dengan batas-batas melengkung berwarna semakin terang,
dengan latar merah, coklat atau putih.
W.iJjs i:ro:i:r
Gbr. 30. Motif awan dan karang
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 111-10
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik "Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
Desain Gunungan dan Landscape
Dalam batik, gunungan digambarkan sebagai seri hubungan yang hilang atau
terputus, berbentuk lekukan. Sering diwarnai putih dengan latar gelap. Padabeberapa simbol gunungan, ada motif tumbuhan lengkap, sehingga lebih
dilukiskan sebagai pemandangan atau hutan.
M^'^
^m^^^-
Gbr. 31. Motif gunung dan landscape
Motif Kapal
Melambangkan kekayaan. Gambaran berupa kapal atau perahu, ada yang
hanya berdiri sendiri, dilengkapi dengan motif-motif lain, ada juga yang berupa
pemandangan laut.
6i&£ %K Iff;*. V-"^*-*>^ W,i->* t
^^^^Mi
K-'ipii kjiijjs Enrnpi-an shipi
Gbr. 32. Motif kapal
FigurManusia
Biasanya terdiri dari gambaran wayang seperti pada cerita Ramayana dan
mahabharata. Ada juga yang menggambarkan Dewi Sri. Atau ada juga yang
berupa gambaran kegiatan manusia.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 111-11
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi MotifBatik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
3. Isen atau Desain Latar
Terdiri dari desain perulangan elemen yang sederhana seperti titik, garis,
persegi empat, garis silang, daun-daunan, dan bunga-bungaan. Oleh beberapadesainer batik, motif isen mungkin sebagai elemen yang berdiri sendiri. Tetapi motif
isen biasanya sebagai pelengkap motif-motif lainnya.
Grmgsing
(5j>? £l3 (lj)
Vtcr
^>.-iS^l
RADITO PRAMONO SUSILO
Gbr. 33. Motif Banji
oO o Oo O
Upm
l.CCL'K iiWJt
Mlmjcn
Gbr. 34. Isen
97 512 169
0 9 4 0&QQ&i6 0QOOOO
MJU &IT1
L.i-cck pitu
7W?Ucnt:
,<?o L^3
A.i.1 adi
I7C' ey® 6/5 g/\h g>« 07^ uyy;
111-12
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
3.2. Batik Cirebon
Desain Batik Cirebon dimana banyak mendapat pengaruh dari Cina, memiliki
berbagai macam desain dari motif dan warna yang digunakan. Desain yang banyak
digunakan pada batik Cirebon adalah desain Semen atau non geometris. Walaupun
ada juga beberapa desain geometris atau isen yang digunakan. Tetapi desain tersebut
tidak mencirikan batik Cirebon dan sangat jarang.
Desain batik Cirebon berbeda dengan daerah lain di Jawa, lebih
menggambarkan sesuatu yang nyata dan alami, kuat dalam bentuk, menghindari
detail, dengan garis-garis tebal ditempatkan pada latar belakang yang bebas. Batik
Cirebon kurang simetris, dalam arti seperti lukisan dan tidak bergaya geometris atau
beraturan seperti pola-pola batik lainnya sehingga lebih condong ke dalam motif non
geometris.
Karena pengaruh Cina di Indonesia tidak hanya di Cirebon saja, maka motif-
motif seperti hewan, tumbuhan, dan motif pengaruh Cina lainnya tidak hanya terlihat
pada batik Cirebon saja. Tetapi ada salah satu motif yang terkenal dan menjadi ciri
khas batik Cirebon yaitu motif awan. Motif tersebut dinamakan motif Mega Mendung,
dimana tidak terlihat pada batik-batik daerah lainnya. Pada desain Mega Mendung,
motif yang digunakan biasanya hanya satu jenis, tetapi motif ini juga dapat digunakan
sebagai pelengkap desain batik Cirebon yang lainnya.
3.3. Motif Mega Mendung
Motif Mega Mendung sangat menyolok pada desain batik Cirebon. Motif
tersebut dapat berdiri sendiri atau dapat sebagai penghias dan pelengkap desain-
desain batik lainnya. Motif ini hanya terdapat pada desain batik Cirebon, tidak terdapat
pada desain batik lainnya.
Bentuk-bentuk yang digambarkan pada motif Mega mendung memiliki
keserupaan antara satu dengan lainnya dan digambarkan hanya oleh satu gambaran
bentuk. Bentuk utama yang ada pada motif Mega mendung adalah gambaran awan
dimana menyerupai bentuk belah ketupat.
i. Rupa bentuk garis
Secara visual, pada bentuk Mega Mendung disusun oleh garis-garis lengkung
dan bergelombang yang berlapis dimana pada akhir garis biasanya berbentuk spiral.
Bentuk spiral dapat terletak pada salah satu atau pada kedua ujung garis. Pada
penggambaran garis, baik garis lengkung atau bergelombang, tidak ada aturan ukuran
pola yang sama secara keseluruhan. Garis yang bergelombang biasanya terdapat
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 111-13
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik "Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
pada bentuk-bentuk utama yaitu bentuk mega dan berupa garis bergelombang yang
menerus, tidak patah-patah. Sedangkan garis lengkung biasanya terdapat pada
gambar bentuk-bentuk yang menghubungkan bentuk-bentuk utama. Unsur garis dan
bentuk spiral membentuk suatu gambaran seperti awan atau mega. Garis-garis
digambarkan secara diagonal bahan pada bentuk. Gambaran bentuk mega yang
terlihat, memiliki bagian tebal ditengah dan semakin menipis pada ujungnya. Garis-
garis digambarkan tebal dan menghindari detail dimana pada desain batik detail-detail
disebut isen.
ii. Susunan penempatan gambar
Pada susunan gambar secara keseluruhan, sama seperti desain batik non
geometris lainnya, aturan penempatan bentuk-bentuk yang digambarkan tidak jelas,
dalam arti bentuk-bentuk disusun secara bebas, tidak sama pada seluruh bahan,
seperti lukisan. Mega Mendung digambarkan secara bergerombol secara asimetris,
tidak ada aturan pola atau pattern penempatan gambar pada kain. Pada
perkembangannya, desain Mega Mendung ada yang digambarkan secara simetris.
Nohl eee>ivter*2i5fegQMerRi^
parts lenpkunp pastel bonhfe ^nohubwxggans berpdomhi^ ^ada tenruk utaro
Gbr. 35. Motif Mega Mendung dengan susunan bebas
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 Ml-14
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik "Mega Mendung"
<
TUGAS AKHIR
Ax15 140W19 rne»j^«Ukrf" <yxn\\?or©tW-fri« prt<ta detain WWgdx
Gbr. 36. Motif Mega Mendung Simetris
iii. Pewarnaan
Pewarnaan pada motif Mega Mendung menggunakan gradasi pada gambaran
bentuk Mega Mendung, tetapi tidak pada latarnya. Gradasi warna memiliki tingkatan
dari warna muda ke warna tua. Pada bagian luar garis, diberi warna muda, terang dan
semakin ke dalam berangsur-angsur gelap. Warna yang biasa digunakan pada motif
Mega Mendung adalah biru pada garis dengan latar belakang merah, putih atau coklat.
iii. pradae-i warren
Terang <2>etrt|?
>p^al^vn
Motif Mega Mendung yang berarti awan, menggambarkan sekumpulan awan
yang tebal, membawa air yang memberi hidup, dimana merupakan gejala alam yang
sangat dihargai didaerah Cirebon karena adanya musim kemarau yang sangat
panjang. Motif Mega Mendung juga dapat digambarkan sebagai langit yang menjadi
penutup seperti terlihat pada atap kereta kencana milik Kraton Kanoman, dan umum
dikenal sebagai pola awan dari Cirebon.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 111-15
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi Motif Batik "Mega Mendung'
3.4. Elemen-elemen Transformasi
Dalam Poetic of Architecture di terangkan, banyak cara atau saluran yang
digunakan oleh para arsitek untuk merancang bangunan. Salah satu saluran tersebut
adalah transformasi. Dari saluran transformasi ini, terdapat strategi-strategi yang
digunakan ke dalam perancangan. Salah satu strategi dari transformasi adalah
peminjaman atau borrowing.
Strategi borrowing ini dapat dilakukan dengan meminjam dari lukisan,
sculpture, objek, artefak lainnya, dan dengan mempelajari sisi 2 atau 3 dimensional
dari objek-objek tersebut sambil berusaha menyelidiki interpretasi atau pengambaran
dengan memperhatikan pengapilikasiannya dan keberiakuannya. Strategi transformasi
borrowing merupakan kasus "transfer lukisan" dan juga dapat diklasifikasikan ke dalam
"metafora lukisan".
Salah satu usaha untuk memahami prinsip-prinsip kerja dibawah kebenaran
yang telah diselidiki yaitu komposisi komponen dari objek, hubungan axis, solid dan
void, tekstur dari lukisan, warna dan bentuk penting dan berbeda, bayangan dan
gradasi, ketinggian dan kedalaman, dan intinya adalah aura keseluruhan dari objek.
Dalam perancangan kali ini, objek yang digunakan adalah gambaran motif batik
Mega Mendung dimana gambaran visual yang terlihat didalam motif tersebut akan
digunakan sebagai konsep perancangan dan ditransformasikan ke dalam desain-
desain arsitektur. Yang akan ditransformasikan ke dalam arsitektur sebagai berikut:
• Pewarnaan
Pada motif Mega Mendung terdapat ciri pewarnaan yaitu penggunaan gradasi
warna. Gradasi warna yang ditampilkan, memiliki irama dari warna terang pada
bagian luar, dan semakin gelap ke arah dalam. Warna terang pada bagian luar
garis menjadi batas bentuk dengan latarnya. Apabila terjadi garis yang berlapis,
maka warna terang ini menjadi batas antar garis tersebut. Gradasi warna ini
hanya terlihat pada warna bentuk, tidak terlihat pada warna latar. Warna yang
biasa digunakan dalam gradasi adalah warna biru.
• Rupa Bentuk
Dari motif Mega Mendung, nilai-nilai yang diambil dan digunakan sebagai
unsur-unsur transformasi pada bentuk-bentuk yang digambarkan yaitu
gambaran garis-garis yang berbentuk lengkung atau bergelombang.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 111-16
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi Motif Batik "Mega Mendung"
Susunan (Komposisi) Bentuk
Aturan penempatan bentuk pada motif Mega Mendung tidak jelas, dimana
bentuk-bentuk disusun secara bebas, tidak ada aturan yang sama pada seluruh
bahan. Kebebasan dalam penggambaran disini dalam arti gambaran yang
dilukiskan pada bahan tidak simetris atau tidak memiliki pengaturan pola jarak
dan ukuran yang sama pada seluruh bahan.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 III -17
*•/.J
xn
w'>
r
-V.-Y
»
/>
<r4.
^-
00
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi MotifBatik 'Mega Mendung"
BAB IV
TRANSFORMASI
Banyak cara atau saluran perancangan yang dapat dilakukan untuk mendesain
bangunan, salah satunya adalah transformasi. Strategi dalam saluran transformasi ini
dapat mengunakkan borrowing atau peminjaman dari objek-objek tertentu dimana nilai
dari objek tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk-bentuk arsitektur.
Konsep perancangan kali ini menggunakan motif batik Mega Mendung yang
memiliki gambaran visual tertentu, dimana motif ini merupakan ciri khas batik Cirebon
dan tidak terdapat pada daerah-daerah lainnya.
Dari gambaran visual pada motif Mega Mendung yang dijadikan konsep
perancangan bangunan terdapat elemen-elemen yang akan ditransformasikan ke
dalam bentuk arsitektur, yaitu :
• pewarnaan
• rupa bentuk
• susunan (komposisi) bentuk
Elemen-elemen konsep tersebut akan ditransformasikan ke dalam
perancangan dan dipadukan dengan konsep-konsep teknis.
• Pewarnaan
Konsep pewarnaan pada desain motif Mega Mendung yaitu adanya gradasi
warna yang terlihat pada warna bentuk. Gradasi yang terlihat itu, memiliki
warna terang pada bagian sisi luar dari bentuk yang berbatasan dengan latar,
kemudian berangsur-angsung gelap ke arah tengah (dalam). Konsep gradasi
warna ini diangkat sebagai konsep utama dalam perancangan keseluruhan baik
dalam tataran site, bangunan, ruang, serta tataran detail.
Dalam arsitektur, penggunaan gradasi atau transisi dalam perancangan banyak
digunakan. Gradasi "gelap - terang" warna pada motif Mega Mendung, dapat
dihubungkan dengan tingkat ketertutupan ruang, pencahayaan, pola, tekstur,
serta pewarnaan itu sendiri.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 IV -1
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik "Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
o Tingkat ketertutupan ruang
Dalam hubungannya dengan tingkat keterbukaan ruang, warna terang
ditransformasikan sebagai bentuk void atau terbuka, warna agak gelap sebagai
bentuk semi solid atau agak tertutup, dan warna gelap sebagai bentuk solid
atau tertutup. Fungsi diatur berdasarkan kebutuhan jenis ruang sesuai dengan
tingkat ketertutupan ruang tetapi tetap dikaitkan dengan perencanaan teknis.
Tingkat keterbukaan ruang disini diterapkan pada bukaan pada dinding dan
atap, yang dapat memberi kesan tingkat ketertutupan suatu ruang.
• view beb^s
. e^h<*b« *iU»mitnAKeArtAL
t*~ls*
-TERBUKA
i oHip/ limpid - La"pi€ ewtcoanI pada a\n*$
Z>viicaan
puda ^ItYvstirt^
-SEMI TERTHTVP
-rERTWTWP
Bwlcaan kcc<'U
J(nJit\g
o Pencahayaan
Gradasi pada pencahayaan ditimbulkan dengan merancang efek-efek dari
pencahayaan sehingga akan timbul kesan gradasi gelap-terang.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 iv-2
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
o Pola dan tekstur
Gradasi warna gelap - terang yang berhubungan dengan pola dan tekstur
menggunakan pertimbangan tingkat kerapatan pola. Pola yang digunakan
berupa pola garis, dapat berupa pola garis vertikal maupun horizontal, atau
penggabungan keduanya. Penerapan gradasi pada pola, warna terang
ditransformasikan ke dalam pola polos, warna semakin gelap maka tingkat
kerapatan pola menjadi semakin rapat. Aplikasi dari gradasi pada pola ini akan
diterapkan pada dinding dan kolom, serta pada facade bangunan berupa
penampakan struktur
(2ELAP
Lttt
o Vegetasi
Gradasi yang berhubungan dengan vegetasi diterapkan dengan penggunaan
permainan tinggi dari jenis vegetasi yang digunakan. Warna terang
ditransformasikan berupa vegetasi rumput, warna agak gelap berupa vegetasi
perdu (teh-tehan), dan warna gelap berupa vegetasi tinggi.
-f>ert<*Ytp«kan fcoUw
o Warna
Konsep gradasi warna terang - gelap yang berhubungan dengan desain
pewarnaan, diterapkan langsung dengan penggunaan warna pada dinding.
Warna yang akan digunakan adalah tingkatan warna dari putih hingga biru,
seperti yang terlihat pada warna bentuk Mega Mendung.
perdu .C-WnT-tehan^
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
pcnaw\pakav\dew. fcaloW
•r\^r^^^n-^
vogehM -di'ngpi
iv-3
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi MotifBatik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
Rupa Bentuk
Rupa bentuk pada gambaran dari motif Mega Mendung dilihat dari rupa garis
yang tidak lurus, dapat berupa garis lengkung atau bergelombang yang
digambarkan secara bebas tanpa adanya patern ukuran tertentu tetapi tetap
mengacu pada kebutuhan teknis bangunan.
Aplikasi bentuk lengkung dan bergelombang ini diarahkan pada bentuk jalur
sirkulasi pedestrian terutama pada sirkulasi luar bangunan, serta pada bentuk
ceiling langit-langit ruang dalam.
pec^&£RiAM PEPe^RWM
LEVJ6KMt-te E&Z&&UMZAH&
6RACV*el <£AH4fciA
C^IUIWG
Konsep Susunan (Komposisi) Bentuk
Aturan penempatan bentuk pada motif Mega Mendung tidak jelas, dimana
bentuk-bentuk disusun secara bebas, tidak ada aturan yang berpola sama pada
seluruh bahan berupa susunan bentuk yang tidak simetris. Aplikasi dari konsep
ini diarahkan pada susunan massa yang dirancang tidak simetris secara
keseluruhan.
SI M^(R|«
RADITO PRAMONO SUSILO
!1
~i M 1
, —:: i-— •
MSMILIKI PAtf/ERH
97 512 169
ESEBA5
IV-4
WAHANA KESENIAN CIREBON TUGAS AKHIRTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
1. Tataran Site
Site berada pada area pengembangan wisata dan rekreasi yang berdekatan
dengan komplek wisata Gua Sunyaragi Cirebon. Pada sisi-sisinya berbatasan
langsung dengan jalur sirkulasi umum Q'alan raya), jalan setapak dan sungai.
Jalur sirkulasi yang melengkung dan aliran sungai yang berkelok menjadikan
bentuk site yang bebas dan kurang teratur dalam arti tidak simetris dan
berbeda (tidak serupa) pada setiap sisi batasnya.
• Tata Masa
Penataan massa bangunan dalam site diatur berdasarkan konsep gradasi
warna dalam gambaran visual bentuk Mega Mendung. Gradasi warna dari
terang pada sisi luar ke warna gelap ke arah dalam ditransformasikan ke dalam
transisi ruang dari ruang terbuka hingga ke massa bangunan. Penempatan
fasilitas diatur berdasarkan konsep tersebut tetapi tetap dikaitkan dengan
kebutuhan teknis.
Penataan bentuk massa bangunan dirancang mengikuti garis lekukan sungai
dimana bentuknya berkelok dan ini merupakan transformasi dari bentuk-bentuk
garis pada gambaran batik Mega Mendung yang memiliki bentuk melengkung
atau bergelombang.
Massa bangunan diatur pada area tengah site dengan maksud menciptakan
ruang-ruang terbuka pada sekeliling bangunan dimana ruang terbuka tersebut
merupakan transformasi dari warna terang.
Warna terang adalah bentuk terbuka yang dianalogikan sebagai ruang terbuka
pada site. Warna agak gelap dianalogikan sebagai taman yang mengelilingi
massa bangunan. Dan massa bangunan sendiri sebagai analogi dari warna
gelap.
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 IV - 5
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi MotifBatik 'Mega Mendung"
pgpfes£wdn\\ \ 1
TERBUKA \'
C-TAMAH kJAMG.
MA55A BAH^UMAM)1
-tpRTMTVtP
CVfA^E4 &AH6UUAU)
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
TUGAS AKHIR
UTARA/
1:100cA
iv-6
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasiMotifBatik "Mega Mendung'
TUGAS AKHIR
• Vegetasi Landscape
Konsep gradasi juga diterapkan untuk penataan vegetasi pada landscape.
Warna terang ditransformasikan pada vegetasi berupa rumput, warna agak
terang berupa vagetasi perdu dan warna gelap berupa vegetasi tinggi.
Penataan dilakukan pada taman-taman dengan menerapkan gradasi yaitu
semakin ke tengah vegetasi semakin tinggi dan penataan vegetasi disekeliling
bangunan dimana semakin mendekati bangunan, vegetasi semakin tinggi.
4-UAP.
TtRAWG
*^
A6AK Gfei-AP
<^
GR-AP
r?AUAM
• Sirkulasi
Untuk memperoleh kesan adanya gradasi atau transisi, sirkulasi dari ruang
terbuka ke massa bangunan dirancang berupa permainan gradasi yang
diterapkan pada susunan kerapatan balok dan kolom.
Bentuk lengkung atau bergelombang juga digunakan pada sirkulasi ini dan
diterapkan sisi jalur sirkulasi yang dirancang bergelombang atau melengkung.
fl_AzA-f\ I ^rfT 111 1 t^Q<», t=t?» *5IA>St4HAH fc=Ot_£>M P*U P»AIX*<
\^mi K^o^tTiiuiu r—- —*-• ^-TAMAN-1
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 iv-7
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
2. Tataran Bangunan
• Penampilan bangunan
Adanya gradasi pada penampilan bangunan diterapkan pada elemen vertikal
ruang yaitu dinding dan kolom dengan memberikan pola garis horizontal serta
warna pada dinding fasade. Pola garis ini dirancang semakin rapat ke arah
atas.
Penerapan gradasi warna diaplikasikan pada dinding dan kolom dengan
memberikan warna terang pada bagian bawah dan semakin gelap ke arah atas.
Gradasi warna yang digunakan adalah dari putih ke biru.
Selain rtu, adanya gradasi juga ditunjukkan dengan penampakkan struktur
bangunan dimana pada pada sisi sayap bangunan dirancang polos dan
semakin ke tengah, struktur bangunan (kolom dan balok) semakin ditimbulkan.
RADITO PRAMONO SUSILO
PE:HAMPAKAW e<PMK-6<RpAUSK. PAW tcetOM
- PE=NAMPAt<AW BAl-OK
TAMPA FE34AMPAW4N
t=><9LA6.AF2p5 +i©WZ£>HT*l_
t^RSFEk:-^:
p^UAMPAKAH PEWA*1PA<At4
97 512 169
1AUPA PeUAMFAKAH^TRUKTVR
4*33£*SA ^.MRA«c
iv-8
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
3. Tataran Ruang
Penerapan konsep gradasi pada tata ruang ditransformasikan ke dalam transisi
ruang berdasarkan pertimbangan tingkat ketertutupan ruang. Tingkat
ketertutupan disini dapat diterapkan pada elemen dinding dan atap penutup.
Warna terang adalah bentuk terbuka yang dianalogikan sebagai ruang terbuka
seperti area parkir, plaza, dan taman. Warna agak gelap dirancang sebagai
bentuk semi tertutup dengan fasilitas yang diwadahi adalah ruang pameran dan
selasar, dimana letaknya mengelilingi ruang solid. Warna gelap dirancang
sebagai bentuk solid yang terletak dibagian tengah, dengan fasilitas yang
diwadahi adalah hall, ruang pertunjukkan, diskusi dan informasi literatur, serta
pengelolaan.
SUAWC TEfe&MICA
RuAM£ 5fEMf TERTUTUPRUAN6 TEfeTUTWP
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
fier£wr£ukjc^rl
Pameran
Hall
fVpws6akaari
!^r£einwfln
Pameran
UTARA'
1 = toco
iv-9
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi MotifBatik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
Pada tataran ruang, konsep gradasi juga diterapkan pada elemen vertikal
pembentuk ruang yaitu dinding dan kolom dengan memberikan pola garis
horizontal. Pola garis ini dirancang semakin rapat ke arah atas dan
diaplikasikan pada semua ruang.
Bentuk-bentuk lengkung diaplikasikan pada bentuk ceiling langit-langit ruang
dan digunakan pada setiap ruang.
BUKAAN
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169
BWCAAH RAPA &IPAW6 ATAS
PERS.P£<-(iF HAL
CE-IUW6
UMPMS»PDT
F=ER.^pete-£if=RUAMG- PAI»©3AW
iv-10
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung'
TUGAS AKHIR
Tataran Detail
Entrance
Entrance massa bangunan yang merupakan tahapan dari ruang luar (terbuka)
ke dalam massa bangunan (tertutup) dirancang berupa ruang semi tertutup.
Pengaplikasian konsep gradasi pada entrance yaitu dengan merancang atap
tidak tertutup (pergola) berupa susunan balok, dimana susunan tersebut akan
semakin merapat ketika memasuki massa bangunan.
pola
£ARJ5 HORfzOMTAL-
RADITO PRAMONO SUSILO
PEklAMPAKAM kOi-OM CAM
97 512 169
PER5P£k(;!fEMTRANCE EAWSUUAkl
IV-11
WAHANA KESENIAN CIREBONTransformasi Motif Batik 'Mega Mendung"
TUGAS AKHIR
• Pencahayaan
Pada pencahayaan, konsep gradasi diterapkan dengan memberikan
pencahayaan tambahan sebagai estetika. Pada facade luar bangunan,
menggunakan lampu sorot yang ditempatkan dibawah dengan mengarahkan
cahaya ke dinding. Selain itu, untuk memberi efek gradasi pada dinding, dan
kolom digunakan lampu yang diletakkan pada dinding. Lampu diletakkan
sedemikian rupa dengan mengarahkan cahaya ke dinding atau kolom tetapi
tetap tidak mengganggu kenyamanan visual. Sedangkan pada sisi atas ruang,
efek gradasi ditimbulkan dengan memberi ceiling pada langit-langit dimana
lampu diletakkan didalam ceiling tersebut.
pretc (a=JAEA*5< caha<4a
J-AMPtf SCRe>£
l_AMPW PACVA CmtiSHG
HORlZOU^At-
RADITO PRAMONO SUSILO 97 512 169 iv-12
DAFTAR PUSTAKA
Antoniades, Anthony C, 1990, Poetics of Architecture - Theory of Design,
Van Nostrand Reinhold New York.
De Chiara.J, Panero.J, Zelnik.M, 1992, Time Saver Standards For Interior
Design And Space Planning, Mc Graw - Hill International Editions
Architecture Series.
De Chiara.J, Panero.J, Zelnik.M, 1992, Time Saver Standards For Building
Types, Mc Graw- Hill International Editions Architecture Series.
D.K. Ching, Franchis, 1996, Arsitektur: Bentuk, Ruang & Susunannya,
Eriangga Jakarta.
D.K. Ching, Franchis, 1996, llustrasi Desain Interior, Eriangga Jakarta.
Decca Evry Nugroho, 2000, Pusat Kebudayaan Betawi di Jakarta - Sebuah
Pendekatan Aspek Etetika Instrumental Melalui Karakter Teater Lenong
Betawi, Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur FTSP UN Yogyakarta.
Dedy Iskandar, 1998/1999, Pusat Kesenian Tradisional di Yogyakarta,
Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur FTSP UN Yogyakarta.
Dian Ardiansyah, 1999, Taman Budaya Sebagai Fasilitas Rekreasi Seni dan
Budaya, Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur FTSP Ull Yogyakarta.
Fraser - Lu, Sylvia, 1986, Indonesian Batik - Processes, Patterns and
Places, Oxford University Press.
Kantor Negara Pariwisata dan Kesenian, 2000, Penyusunan Kriteria Sarana
dan Prasarana Seni Pertunjukan, Penerbit, Jakarta.
Millet, Didier, 1998, Indonesian Heritage (Performing Arts), Archipelago
Press.
Neufert, Ernst, 1991, Data Arsitek jilid 1 edisi kedua, Eriangga Jakarta
Neufert, Ernst, 1990, Data Arsitek jilid 2 edisi kedua, Eriangga Jakarta.
Paramita R. Abdurachman (Penyunting), 1982, Cerbon, Cetakan Pertama,
Kerjasama Yayasan Mitra Budaya Indonesia - Sinar Harapan.
0.-^_
_J?
__
_£
__
_2
__
2_
r:...
_9___9
0O
0~
••«•
u,-_
..
o-1
"——
'i—0
0m
©_
g
re
re
CDO
)-*
O
c»
B**
tc
a)a>
0.
o
§si
~~re
•o3
CD
CQcre
Ere
$0
09
©0
0-.
O©
^T
T:f
x""
-ITJO
T
QB
yiB
fflfflyQ
D
I<
•'.i
x_
i*.
i.
©•
©•
©0
©0
-1x—
T
u.'-n't.-
iit.;
i
re
re
><
o>-
•
•
D
<00 CO 190
D • •
SE
oz
oo
<Q.
3 000.
D
Denah Ruang Pertunjukkan
Taman Budaya Yogyakarta
(Lokasi: KompIek Universitas Gadjah Mada)
•
n
n
.-fa":
E3
o ot
'—
'm
HQ
—rn
—z
c^
—1
mo rzzi
OO ...:
a.
-
o?a
&a
>tT
iG h
-1
2
Xfl
T^ 1
5,5
0m
etre
s
7,6
0m
etre
s
^iin
"P
^
i\.
^:*6
7Jm
eLre
s:"
4 j^sr
Ti/
.i*
-s?5
G C O h hi
D tn O a > >
r > O r > CO > r r tn O tn GO <—
I
tn O n r tn
perc
he1
3.1
0m
etr
es
SC
EN
E
PLA
ND
EC
OU
PEde
lasa
llede
spec
tacl
ed
uC
.C.F
de
YO
GY
AK
AR
TA
3.9
0m
etr
es
^\
4.15
metr
es\p
'
perc
hepe
rche
3
o
RE
GIE
lcm
=1
metr
e
e^rMkicE ppvwm £UTRAWC£ P5M4IM
TIRAl' vovi'm
[^I
cpipAB.1 RC.PPHGe4-6.l-,
ma
jHUTRAUCfe PgueuWJUMS
Denah Ruang Pertunjukkan
Societeit Militer Yogyakarta
CVAKI P£. PEW<sei-0(->*
-I-
0 -~<6- -d)—-• ~dr-'"^_" -; "ci) ^ ^ ^"ciJ)
Denah Ruang Pameran
Taman Budaya (Art Centre) Yogyakarta
w W W—B9
-»
1JZ.
3 tr
~w PI rO'O o^
Denah Lantai 1 Ruang Pameran
Taman Budaya Yogyakarta
(Lokasi: KompIek Universitas Gadjah Mada Yogyakarta)
t>1
i
,g
i,.
n
TX
n
700
4-
7
I
2 ISO
Denah Lantai 2 Ruang Pameran
Taman Budaya Yogyakarta
(Lokasi: KompIek Universitas Gadjah Mada Yogyakarta)
Denah
Sapto Hudoyo Art and GalleryYogyakarta
Recommended