BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut buku Locating Southeast Asia, istilah Asia Tenggara merupakan
bagian dari diplomatik dan akademik dunia. Asia Tenggara terdiri dari sebelas
negara: sepuluh anggota ASEAN (Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia,
Myanmar/Burma, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam), dan Timor Leste.
Belanda menyebutnya “Nederlands Oost-Indië”, dalam bahasa Inggris sebagai
“Hindia Belanda” dan pada 1920-an, Robert Heine Geldern berpendapat bahwa Asia
Tenggara memiliki koherensi etnis, bahasa dan budaya. Setengah bagian barat dari
New Guinea menjadi bagian dari Indonesia yang sekarang Papua Nugini.
Kawasan Asia Tenggara sebagai “Zone Damai, Bebas dan Netral” telah
disepakati bersama oleh negara-negara ASEAN dalam Deklarasi Kuala Lumpur
tertanggal 27 November 1971. Asia Tenggara merupakan sebuah kawasan dengan
dinamika isu teritorial yang cukup besar. Hal ini dikarenakan banyaknya negara-
negara yang saling berbatasan dengan lebih dari dua negara yang tersebar di daratan
maupun lautan.
Tak ubahnya seperti yang terjadi pada Filipina dengan Negara Federasi
Malaysia terhadap klaim wilayah Sabah atas Malaysia. Pada zaman dulu, Kesultanan
Sulu adalah sebuah Kesultanan Melayu terbesar pada sekitar abad ke-16. Wilayahnya
terletak diantara pulau Kalimantan dan kepulauan Filipina, meliputi kepulauan
sebelah selatan Filipina seperti Mindanao, Basilan paling utara, Tawi-tawi paling
barat, Jolo (Sulu) sebagai pusatnya, hingga Borneo Utara.Kawasan terakhir inilah
(yang oleh Malaysia kini diubah namanya menjadi Sabah) yang kemudian memantik
konflik berdarah saat ini.Orang Sulu biasanya menyebut diri mereka dengan Tausug.
Kesultanan Sulu yang masih berpengaruh di Filipina selatan mempunyai
banyak penduduk yang mempunyai senjata, serta mempunyai keterampilan militer
karena aktivitas mereka sebagai pemberontak kepada Filipina masih berlangsung
sampai saat ini. Mereka inilah kelompok bersenjata yang kemudian menyeberang ke
Sabah dan mengaku sebagai tentara kerajaan Sulu. Wilayah Sabah diketahui memang
kerap menjadi titik panas hubungan diplomatik di antara dua negara bertetangga,
Malaysia dan Filipina.
Sultan Jamalul Kiram III sadar betul sebuah fakta sejarah yang mungkin tidak
banyak diketahui oleh orang lain. Sebagai seorang sultan, ia tahu bahwa Sabah adalah
bagian tidak terpisahkan dari kerajaannya. Tetapi karena berbagai perjanjian rumit
(dan menurut versinya penuh dengan tipu muslihat), dengan banyak pihak, kini Sabah
dianggap menjadi bagian dari teritorial negara Federasi Malaysia.
Upaya “mengambil alih” Sabah pernah diupayakan oleh Pemerintah Filipina
pada masa kepemimpinan Presiden Ferdinand Marcos. Sengketa lahan ini menjadi
konflik yang kian memanas, dua belah pihak saling mengakui lahan yang menjadi
sengketa, tidak ada yang mau saling mengalah, saling menyerang dengan senjata,
tawaran perdamaianpun sudah tak dihiraukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum Sabah?
2. Bagaimana latar belakang konflik Sabah ?
3. Bagaimana kronologi konflik Sabah tahun 2013 ?
4. Apa reaksi Negara lain terhadap konflik ini ?
5. Bagaimana upaya mengatasi konflik Sabah akhir-akhir ini?
6. Apa analisis terhadap konflik Sabah?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui gambaran umum wilayah Sabah.
2. Mengerti penyebab terjadinya konflik.
3. Mengetahui dengan jelas kronologi konflik Sabah di tahun 2013.
4. Dapat mengetahui reaksi yang timbul dari Negara lain.
5. Untuk mengetahui upaya yang ditempuh dalam mengatasi konflik Sabah.
6. Memahami hasil analisis terhadap konflik Sabah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sabah
Bermula dari Kesultanan Sulu, Kesultanan Sulu adalah sebuah Kesultanan
Melayu terbesar pada sekitar abad ke-16. Wilayahnya meliputi kepulauan sebelah
selatan Filipina seperti Mindanao, Sulu, Tawi-tawi, Basilan hingga Borneo Utara.
Kawasan terakhir inilah (yang oleh Malaysia kini diubah namanya menjadi Sabah).
Munculnya Sabah tidak lain karena peristiwa berdarah yang terjadi antara
Pasukan Diraja Malaysia melawan laskar milisi loyalis Kesultanan Sulu. Konflik
berdarah ini meletus karena Malaysia menganggap bahwa tentara dan orang-orang
kiriman Sultan Sulu, Sultan Jamalul Kiram III berusaha melakukan pendaratan secara
ilegal dan berupaya untuk mengusik kedaulatan negerinya.
Sedangkan dalam versi sang sultan, mereka hanya berupaya meluruskan
sejarah dan merebut kembali Sabah yang tidak lain adalah bagian tidak terpisahkan
dari wilayah Kesultanan Sulu. Pemerintah Filipina justru cenderung memihak kepada
Malaysia dan seakan menutup mata atas fakta puluhan warganya yang mati ditumpas
tentara negeri jiran itu.
Berbeda dengan wilayah lain di Filipina yang mayoritas beragama katolik
roma, penduduk di wilayah bekas Kesultanan Sulu adalah penganut muslim yang
taat. Mereka bahkan lebih dekat dengan orang-orang Melayu di Malaysia dan
Indonesia secara bahasa dan budaya. Hal ini tiada lain karena kesuksesan Maharaja
Minangkabau (kini Sumatera Barat, Indonesia) yang berhasil mengislamkan kerajaan
Sulu pada akhir abad ke-14.
B. Latar Belakang Konflik Sabah
Konflik antar dua negara atau lebih yang terjadi di beberapa wilayah Asia
Tenggara biasanya dipicu oleh faktor alamiah karena letak geografisnya saling
berbatasan melewati darat maupun laut.
Kesultanan Sulu adalah sebuah Kesultanan Melayu terbesar pada sekitar abad
ke-16. Wilayahnya terletak diantara pulau Kalimantan dan kepulauan Filipina,
meliputi kepulauan sebelah selatan Filipina seperti Mindanao, Basilan paling utara,
Tawi-tawi paling barat, Jolo (Sulu) sebagai pusatnya, hingga Borneo Utara.Kawasan
terakhir inilah (yang oleh Malaysia kini diubah namanya menjadi Sabah) yang
kemudian memantik konflik berdarah saat ini.Orang Sulu biasanya menyebut diri
mereka dengan Tausug.
Kesultanan Sulu yang masih berpengaruh di wilayah Filipina Selatan didiami
banyak penduduk yang mempunyai senjata, serta mempunyai keterampilan militer
karena aktifitas mereka sebagai pemberontak kepada Filipina masih berlangsung
sampai saat ini. Mereka inilah kelompok bersenjata yang kemudian menyeberang ke
Sabah dan mengaku sebagai tentara kerajaan Sulu.
Menurut sejarah, Sabah atau Borneo Utara adalah bagian dari kerajaan Brunei
Darussalam. Perlu diketahui bahwa walau sekarang wilayah Brunei Darussalam
modern sangat kecil, di masa lalu wilayahnya sangat besar, bahkan hampir meliputi
seluruh Kalimantan bagian utara termasuk Serawak dan Sabah (kini bagian dari
Malaysia).
Ketika terjadi perang saudara di Brunei Darussalam, antara Sultan
Muhammad Ali dan Abdul Mumin. Konflik tersebut sangat hebat dan berpotensi
mengancam posisi sultan Muhammad Ali, Sultan Brunei Darussalam yang sah.
Merasa terancam, sang sultan akhirnya meminta bala bantuan dari kerajaan Sulu.
Pihak Sulu menyanggupi dan dengan gemilang berhasil menumpas pasukan
pemberontak pimpinan Abdul Mumin.
Sultan Muhammad Ali pun sangat girang dan puas akan kemenangan prajurit
asal Sulu tersebut. Sebagai balas jasa, Sultan Brunei Darussalam menghadiahkan
wilayah yang bernama Borneo Utara kepada Kesultanan Sulu pada tahun 1704. Sejak
saat itu Borneo Utara menjadi bagian dari Kesultanan Sulu.
Pada tahun 1878 atas ijin dari sultan Sulu, perusahaan dagang Inggris
didirikan di Sabah. Sepuluh tahun kemudian perusahaan dagang tersebut dibawah
proteksi Inggris. Dengan demikian Inggris lah yang menjadi penguasa tunggal di
sana. Tahun 1936 sultan Sulu meninggal dan terjadilah kekosongan kekuasaan di
Sulu. Hal itulah yang membuat Malaysia memasukkan Sabah ke dalam Federasi
Malaysia. Tentu saja hal ini menurut Filipina melanggar hak dan kedudukan Filipina.
Filipina lalu menuntut kepada Malaysia bahwa sebenarnya Sabah adalah milik
Filipina. Tuntutan tersebut semakin diperkuat setelah pada tahun 1962 diadakan
pemilihan sultan. Sultan yang terpilih adalah Sultan Ismail Kiran, yang masih
memiliki garis keturunan dengan sultan Sulu.
Pada tanggal 29 April 1962 Sultan Ismail Kiran menyerahkan hak
eksekutifnya atas Sabah kepada Filipina. Sehingga tanpa ragu-ragu Filipina
menyatakan kepada dunia bahwa sebenarnya Filipina-lah yang berhak atas Sabah.
Meskipun Malaysia dihujani banyak protes oleh berbagai pihak , namun Malaysia
tetap bersikukuh untuk memasukkan Sabah kedalam federasi Malaysia.
Maka pada tanggal 16 September 1963, secara resmi Federasi Malaysia
dibentuk dan memasukan Sabah ke dalam Federasi tersebut. Filipina tidak mengakui
penggabungan Sabah ke dalam federasi Malaysia. Sehingga sebagai reaksi atas
ketidak setujuannya tersebut Filipina menarik duta besarnya dari Malaysia, Malaysia
pun menarik duta besarnya yang berada di Filipina. Maka putuslah hubungan
diplomatik antara keduanya.
Pada tanggal 10 September 1968, Presiden Filipina Ferdinand Marcos
menyatakan bahwa Filipina memiliki hak kedaulatan atas Sabah. Akibatnya
hubungan kedua Negara tersebut semakin panas disertai dengan protes-protes yang
dilancarkan oleh kedua Negara tersebut.
Bagi Malaysia terbentuknya Federasi Malaysia membuat situasi genting di
negaranya. Filipina dan Indonesia dengan tegas menolak Sabah dimasukkan Federasi
Malaysia. Namun Malaysia bersikeras Sabah adalah miliknya. Penyerahan Sabah dari
Inggris adalah sah, karena Inggris menjadi penguasa tunggal yang sah atas wilayah
Sabah.
Malaysia semakin mantap dengan keputusannya karena rakyat Sabah berada
dibelakangnya ditambah dengan dukungan internasional yang berpihak padanya.
Bukti-bukti yang memantapkan Malaysia atas kepemilikan Sabah :
1. Pemilihan Dewan Distrik Desember 1962, tersedia 111 kursi untuk dewan
legislatif Sabah. Setelah bersidang, sebanyak 96 orang setuju Sabah menjadi
negara yang memiliki pemerintahan sendiri dalam lingkupan Federasi
Malaysia. Beberapa ingin merdeka penuh tetapi ta seorangpun ingin
memasukkan Sabah ke dalam Republik Filipina.
2. Dalam perjanjian Manila tahun 1963, Malaysia, Filipina dan Indonesia setuju
meminta kepada Sekretaris Jenderal PBB untuk meneliti apakah Pemilihan
Dewan Distrik yang diadakan pada bulan Desember tahun 1962 di Sabah
berjalan secara bebas. Hasilnya diumumkan pada tanggal 13 September 1963
bahwa pemilihan tersebut diragukan.
3. Mayoritas opini dunia mengakui Sabah sebagai bagian dari Federasi Malaysia
kecuali Filipina dan Indonesia.
4. Indonesia dan Filipina diminta untuk mengirim peninjau ketika pemilihan di
Sabah pada April 1967. Indonesia mengirim, sedangkan Filipina tidak.
Ternyata rakyat Sabah tetap menghendaki bergabung dalam Federasi
Malaysia.
Jadi, sikap Malaysia berdasar atas kehendak rakyat dan opini dunia. Karena
hal itu, Filipina merasa tidak puas dan tetap mempertahankan tuntutannya. Tetapi
sejak Ferdinand Marcos menjadi presiden untu kedua kalinya(1969), tuntutan atas
wilayah Sabah mereda. Sehingga sampai sekarang Sabah tetap menjadi bagian
Federasi Malaysia.
C. Konflik Sabah Tahun 2013
Konflik Sabah tahun 2013 adalah sebuah insiden yang muncul setelah
sekelompok orang sekitar 100-400 orang, beberapa dari mereka bersenjata, tiba
dengan perahu di Kg. Tanduo, Lahad Datu, Sabahdari pulau Simunul, Tawi-Tawi
dari Filipinaselatan pada tanggal 11 Februari2013.Kelompok ini, yang menyebut diri
mereka Pasukan Keamanan Kerajaan Kesultanan Sulu dan Borneo Utara,yang
dikirim oleh Jamalul Kiram III generasi ke 33 dari para sultan, salah satu penuntut
tahta Kesultanan Sulu. Kiram menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk
menegaskan klaim teritorial mereka yang belum terselesaikan di timur Sabah (bekas
Borneo Utara).
Konflik ini telah merugikan banyak pihak, banyak korban berjatuhan, korban
luka maupun korban jiwa jumlahnya kian bertambah banyak setiap harinya, entah
sampai kapan konflik ini akan terus berlangsung. Sedikitnya 27 orang tewas sejak
ketegangan selama dua minggu itu berubah menjadi kekerasan. Kontak tembak
pertama kali terjadi memakan 14 korban jiwa. Konflik Sabah juga melumpuhkan
sektor perekonomian di Lahad Datu, Sabah. Pertokoan tutup, begitu pula dengan
kantor dan juga sekolah, warga banyak bediam diri di dalam rumah, kondisi di luar
rumah yang menegangkan membuat aktivitas tidak menjadi aman. Konflik Sabah ini
juga berimbas langsung ke Indonesia, karena Sabah berbatasan langsung dengan
Nunukan, Kalimantan Timur.
Laman The Star Malaysia mengatakan ada titik terang berakhirnya konflik.
Hal ini menurut kantor berita itu, terlihat dari mendekatnya kapal perang Filipina
untuk mengevakuasi warga sipil dari kelompok Sulu di Sabah. Pemerintah Filipina
menurunkan kapal perangnya ke perairan dekat Lahad Datu, Sabah, untuk menjemput
orang-orang Sulu yang menduduki daerah itu. Namun, pihak Sultan memastikan tidak
akan ada orang-orangnya yang pergi dari wilayah yang mereka klaim tersebut. “Hal
ini adalah tanda bahwa pemimpin kelompok ini, Azzimudin Kiram bersiap
meninggalkan desa,” tulis The Star, Senin 25 Februari 2013.
Kondisi di Sabah semakin hari semakin mencekam, tidak hanya warga yang
merasa was-was, para tentara dan pemerintah pun merasa khawatir dengan keadaan
yang semakin tidak karuan. Baku tembak sudah tidak dapat dihindari lagi. Setidaknya
14 orang tewas dalam bentrokan untuk mengakhiri pengepungan sebuah desa di
Sabah, Malaysia oleh sebuah klan Filipina, kata polisi Diraja Malaysia.
Pihak Kesultanan Sulu telah menawarkan gencatan senjata sepihak untuk
menekan jumlah korban jiwa. Namun, Pemerintah Malaysia menolak tawaran itu.
Menurut Perdana Menteri Malaysia, gencatan senjata akan dilakukan jika kaum
militan meletakan senjata mereka. “Militan Sulu harus meletakkan senjata dan
menyerah tanpa syarat dan operasi terhadap mereka akan berjalan selama
dibutuhkan,” kata Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Tun Razak dalam
sebuah konferensi pers, Kamis 7 Maret 2013, seperti dikutip dari The Star.
Malaysia dengan tegas tidak ingin memberi ruang bergerak kepada penyusup
Sulu. Pasukan General Operations Force, semacam Brimob dikerahkan oleh PDRM.
Sementara ATM juga mengirim kekuatan terbaik mereka yang tergabung dalam
VAT69 (Very Able Troop 69). Bahkan, F18 milik militer Malaysia terpantau
melepaskan bom ke arah pertahanan pejuang Sulu.
Filipina mengutus Menteri Luar Negeri Albert Del Rosario ke Kuala Lumpur
untuk mendesak pemerintah Malaysia memberikan toleransi maksimum kepada
kelompok bersenjata Sulu yang berada di negara bagian Sabah. Menlu Filipina juga
mengajukan permintaan langsung kepada Malaysia agar diizinkan mengirim kapal
angkatan laut guna mengangkut bantuan kemanusiaan dan medis ke Sabah. Kapal itu
juga disediakan untuk memberikan bantuan konsuler serta mengangkut warga
Filipina pulang. Pada saat yang sama, pemerintah Filipina juga menyerukan kepada
kelompok bersenjata Kesultanan Sulu untuk meninggalkan Sabah.
“Kami tidak ingin masalah ini merusak hubungan kami dengan Malaysia.
Selama ini Malaysia membantu perjanjian perdamaian di Filipina Selatan,” ujar Duta
Besar Filipina untuk Indonesia Rosario Aguinaldo kepada Okezone dalam acara
ASEAN Women Council, di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Kamis 14 Maret 2013.
Malaysia memang berperan sebagai penengah untuk menyelesaikan konflik
yang dimiliki Pemerintah Filipina dengan kelompok separatis Moro di Filipina
Selatan. Konflik di Sabah sendiri berlangsung bersamaan dengan disepakatinya
perjanjian perdamaian antara Filipina dengan separatis Moro.
Sesuai data Biro Statistik Malaysia 2010, mayoritas penduduk Sabah adalah
warga pendatang yang bukan berkewarganegaraan Malaysia. Komposisinya, dari
sekitar 3,2 juta populasi Sabah, 27,81 persen adalah warga pendatang, di urutan
kedua, warga Bumiputra (20 persen), urutan ketiga dan selanjutnya berturut-turut
adalah; Kadazan-Dusun (17,82 persen), Bajau (14 persen), Cina (9,11 persen) dan
Brunei-Melayu ( 5,71 persen).
Konflik di Sabah oleh kalangan militer dinilai merupakan operasi terbesar
selama ini di dalam negeri Malaysia. Walaupun jumlahnya sedikit, tetapi militansi
serta pengalaman bertempur para penyusup Sulu tersebut cukup diperhitungkan oleh
pihak keamanan Malaysia. Mereka adalah pendukung Sultan Sulu yang sebagian
merupakan mantan pejuang MNLF (Moro National Liberation Front).
Ada juga yang menduga, motif ekonomi melatarbelakangi konflik berdarah
ini: perebutan sumber daya alam. Dugaan terbaru dicetuskan oleh lembaga Singapura
Facts Global Energy (FEG). Lembaga penelitian industri minyak global itu
menyebutkan kekayaan minyak dan gas di Sabah sangat melimpah.
“Sabah menyimpan cadangan gas sekitar 11 hingga 12 triliun kaki kubik dan
sedikitnya 1,5 miliar barel cadangan minyak,” tulis FEG, seperti dilansir Media
Filipina Philstar, Senin 11 Maret 2013. Menurut lembaga tersebut, cadangan minyak
dan gas di Sabah tersebut mewakili 12 persen gas alam dan 25 persen minyak bumi
Malaysia. CEO think tank Institute for Development Sabah Datuk Mohammad
Hasnol Ayub mengungkap, kekayaan alam di Sabah diperkirakan akan terus
bertambah dalam waktu ke depan.
Namun sebaliknya, Kepulauan Sulu sampai sekarang masih menjadi salah
satu kawasan termiskin di Filipina. Faktor ekonomi diduga juga menjadi faktor
pemicu lain pihak Sulu mencoba mengambil alih kembali Sabah. Tidak ada yang bisa
memprediksi kapan konflik sabah akan berakhir, yang bisa dilihat konflik ini akan
berlangsung lama. Ketidakstabilan di Sabah akan berdampak buruk kepada keamanan
dan ekonomi.
Sultan Sulu Jamalul Kiram III menginginkan pihak asing turut campur
mengatasi konflik antara Kesultanan Sulu dengan Pemerintah Malaysia. Sultan Kiram
menginginkan Amerika Serikat (AS) dan Inggris turut campur mengatasi masalah ini.
Harus kita akui bahwa masalah Sabah akan berpotensi membuat kawasan Asia
Tenggara dan Timur semakin panas dan tidak stabil yang tentu saja akan sangat
menggangu. Harus ada langkah-langkah cepat dari semua negara agar membuat
masalah ini bisa diredam secepat mungkin.
Setiap tahunnya kedutaan besar Malaysia di Filipina mengirimkan uang
sebesar 1.500 Dolar AS atau kira-kira setara dengan 16 juta Rupiah. Jumlah tersebut
ternyata sama dengan upah bagi pegawai negeri di Kuala Lumpur. Padahal total luas
Sabah adalah 73.711 kilometer persegi. Jadi, secara hitung-hitungan kasar, untuk satu
kilometer persegi tanah di Sabah hanya dihargai oleh Malaysia sebesar ke keluarga
Sultan 0,02 Dolar AS atau Rp 193. Sedangkan, pendapatan kotor Malaysia dari
negara bagian Sabah diperkirakan mencapai lebih dari 100 miliar Dolar AS per
tahun. Jelas sultan Sulu merasa dikibuli.
Filipina akhirnya memilih berdamai dengan Malaysia dan menarik klaimnya
atas Sabah. Jelas ini menyakiti hati Kesultanan dan warga Sulu. Mereka merasa
dizalimi oleh negara mereka sendiri. Bahkan menurut versi sultan Sulu, Malaysia
memang terus membayar sewa, tetapi dengan nominal yang sangat tidak wajar.
D. Reaksi Negara Lain
Filipina– Sekretaris Luar Negeri Filipina, Albert del Rosario meminta jaminan
pemerintah Malaysia bahwa hak rakyat Filipina “yang telah menjadi
penduduk tetap di Sabah dan yang mungkin di kalangan kumpulan” akan
dihormati. Beliau juga meminta warga Filipina untuk “kembali ke rumah-
rumah dan keluarga mereka.” Ia juga menjelaskan bahwa tindakan kelompok
Filipina tersebut tidak direstui oleh pemerintah Filipina.
Amerika Serikat – Duta Besar AS ke Filipina, Harry K. Thomas, Jr.
mengatakan bahwa Manila dan Kuala Lumpur dapat bekerjasama mengenai
hal ini dengan baik. Beliau juga menambahkan bahwa kedua negara ini akan
duduk bersama dan berbincang, konflik ini dapat diatasi tanpa pertumpahan
darah. Selain itu, Amerika Serikat juga menyambut baik Perjanjian Rangka
Kerja Bangsamoro pada tahun 2012.
E. Upaya Mengatasi Konflik Sabah
Setelah berlangsung empat pekan, penyelesaian konflik berdarah di Sabah
mendapat titik terang, Selasa 12 Maret 2013.Pemerintah Filipina dan Kesultanan Sulu
duduk bersama di Kantor Kementerian Dalam Negeri Filipina, untuk membahas
perjanjian damai para pengikut bersenjata Sultan Sulu Jamalul Kiram III dari Sabah,
dengan Pemerintah Malaysia.
Pertemuan dihadiri Sekretaris Dalam Negeri Filipina Mar Roxas sebagai
perwakilan Pemerintah Filipina, dan Sultan Bantilan Esmail Kiram II sebagai pihak
perwakilan Kesultanan Sulu. Pertemuan berlangsung tertutup di Kantor Roxas, Camp
Crame, Kota Quezon.
Ini kali pertama pertemuan antara Pemerintah Filipina dengan Kesultanan
Sulu digelar, sejak konflik antara kedua belah pihak terjadi. Baik Roxas maupun
Esmail, menolak mengungkapkan apa yang didiskusikan dalam pertemuan itu.
Namun, keduanya menyatakan puas atas dialog yang sudah berlangsung. Roxas
menuturkan, Pemerintah Malaysia tidak akan menghentikan operasi militer, kecuali
para pengikut Sultan Sulu meletakkan senjata mereka. “Mereka (pengikut Kesultanan
Sulu) bertanya tentang proses dan mekanismenya. Itulah salah satu hal yang mereka
tanya,” kata Roxas seperti dikutirp Tribunnews.com dari Asiaone.com.
Ketika ditanya apakah itu berarti Kesultanan Sulu menyatakan takluk
terhadap pasukan keamanan Malaysia, Roxas menolak mengomentariya. “Kami tidak
harus menggunakan istilah yang kuat seperti itu saat ini,” ujarnya.
Sementara, Esmail menyatakan, dalam pertemuan itu pihaknya mencoba
mencari cara untuk menyelesaikan konflik di Sabah. “Pertemuan kami hanya untuk
menemukan cara dan sarana untuk menyelesaikan masalah di Sabah,” jelas Esmail.
“Kami puas dengan apa yang telah kami bahas (dengan Roxas), tapi kami harus
menunggu Presiden (Aquino) setelah Sekretaris Roxas memberitahu dia tentang
pertemuan kami,” papar Esmail.
Konflik berdarah Sabah dimulai ketika saudara kandung Jamalul,
Agbimuddin Kiram dan pengikutnya yang berasal dari Filipina, menginvasi Desa
Tanduao di Lahad Datu, Sabah, Malaysia, 12 Februari 2013.Sejak itu, mereka terlibat
kontak senjata dengan pasukan keamanan Malaysia, yang berusaha menjaga
kedaulatan negara mereka.
Pertempuran sudah menewaskan 53 pengikut Kesultanan Sulu, sedangkan
korban tewas di pihak pasukan keamanan Malaysia mencapai delapan orang pada
Senin 4 Maret 2013 kemarin, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan,
Sabah merupakan wilayah utuh dari negaranya. Negosiasi antara Kuala Lumpur dan
Manila sepakat mengakhiri konflik dengan dialog.
Kedua pemerintah juga setuju meredam konflik militer. Pemerintah Malaysia
pun mencap pendukung Kesultanan Sulu adalah penyusup. “Pemerintah akan
mengambil tindakan yang tepat untuk melestarikan kebanggaan dan keutuhan
Negara.” ujar Najib Razak.
F. Analisis Terhadap Konflik Sabah
Jika dianalisa lebih mendalam, ternyata konflik Sabah ini terjadi karena
kesalahan dari semua pihak, baik Pemerintah Inggris, Pemerintah Federasi Malaysia,
Republik Filipina, Kesultanan Sulu bahkan Amerika Serikat.
Kesalahan dari pemerintah Inggris (termasuk perusahaan East British
company-nya) adalah membuat sebuah perjanjian sewa tanpa masa berlaku,
sehingga seolah-olah Sabah akan terus disewakan sampai kiamat menjelang.
Ditengarai Inggris melakukan tipu muslihat kepada leluhur sultan Jamalul
Kiram III dengan iming-iming bantuan senjata untuk menghadapi Spanyol.
Kesalahan Malaysia adalah membayar uang sewa (menurut versi Sultan Sulu,
terakhir dibayar pada tahun 2010) langsung kepada Sultan Sulu. Padahal
Sultan Sulu sebelumnya sudah menyerahkan permasalahan Sabah kepada
pemerintah nasional Republik Filipina. Hal ini membuat Filipina serba salah.
Ingin mengambil kembali Sabah, tetapi faktanya Malaysia rutin memberikan
uang sewa pada Sultan Sulu, walau uang itu tidak pernah mengalir ke kas
negara Filipina.
Kesalahan Filipina adalah terlalu lamban merespon tindakan warganya yang
tiba-tiba menduduki Sabah. Mereka sebenarnya tidak terima warga Filipina
yang kebetulan loyalis Sulu terbunuh dalam pertempuran yang tidak seimbang
tersebut. Tetapi Filipina diyakini akan tetap membisu karena menganggap
Malaysia telah berjasa membantunya meredam para pemberontak muslim
Moro yang tergabung dalam MILF atau Front Pembebasan Islam Moro.
Kesalahan Kesultanan Sulu adalah menyerahkan permasalahan Sabah pada
Pemerintah Filipina tetapi tetap mau menerima uang sewa. Uang itu
ditengarai digunakan untuk keperluan Sultan dan keluarganya . Selain karena
motif ekonomi, Sultan Jamalulu Kiram III juga ingin menunjukkan bahwa
Kesultanan Sulu masih eksis, terbukti bahwa negara Malaysia melakukan
pembayaran sewa kepada pihak Kesultanan Sulu, bukan kepada pemerintah
Republik Filipina.
Kesalahan Amerika adalah menganggap wilayah Sulu (tidak termasuk Sabah)
sebagai hadiah perang karena berhasil mengalahkan Spanyol. Padahal Sulu
belum pernah masuk menjadi wilayah jajahan Spanyol.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Lampiran
gambar: Peta Letak Wilayah Sabah
gambar: Bendera Negara Malaysia
gambar: Bendera Negara Filipina
gambar: Perdana Menteri Filipina-Ferdinand Marcos
gambar: Perdana Menteri Malaysia- Najib Razak
gambar: Sultan Jamalul Kiram III
gambar: Suasana Mencekam saat Perang
gambar: Aksi Protes Warga Filipina
Daftar Referensi
Buku pegangan mata kuliah Sejarah Asia Tenggara 2 oleh Bapak Musa Pelu, S.Pd,
M.Pd.
http://www.merdeka.com/tag/k/konflik-sabah/
http://mjeducation.com/konflik-berdarah-memperbutkan-sabah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sabah_2013/
http://www.tribunnews.com/2013/03/12/pemerintah-filipina-dan-kesultanan-sulu-
dialog-dengan-malaysia/