ALIRAN SESAT SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN
(Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
oleh :
Yaser Maulana NIM : 205044100586
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AL AHWAL AL-SYAKHSHIYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010 M
ii
ALIRAN SESAT SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN
(Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh
Yaser Maulana . NIM :205044100586
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II Dr. Syahrul Adam, M.A Dra. Maskufa, M.A . NIP. 197305042000031002 NIP. 196807031994032002
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AL AHWAL AL-SYAKHSHIYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul ALIRAN SESAT SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN
(Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 005/Pdt.G/2009/PAJT)
yang disusun oleh Yaser Maulana dengan NIM : 205044100586 telah diujikan dalam
sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada
tanggal 17 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada program Studi Peradilan Agama (PA)
Jakarta, 17 Desember 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma,SH, MA, MM NIP. 195505051982031012 Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey,SH, MA (……………………) NIP. 195510151979031002
Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA (……………………) NIP. 196404121994031004
Pemimbing I : Dr. Syahrul Adam, M.A (……………………) NIP. 197305042000031002
Pemimbing II : Dra. Maskufa, M.A (……………………) NIP. 196807031994032002
Penguji I : Dr. H. Abdul Wahab Abd. Muhaimin, LC, MA (……………………) NIP. 195008171989031001
Penguji II : H. A. Basyri Abd. Somad, M.Ag (……………………) NIP. 196807031994032002
iii
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 21 Juni 2010 Yaser Maulana
Nim: 205044100586
iv
ÉÉ ÉÉΟΟΟΟ óó óó¡¡¡¡ ÎÎ ÎÎ0000 «« ««!!!! $$ $$#### ÇÇ ÇÇ≈≈≈≈ uu uuΗΗΗΗ ÷÷ ÷÷qqqq §§ §§����9999 $$ $$#### ÉÉ ÉÉΟΟΟΟŠŠŠŠ ÏÏ ÏÏmmmm §§ §§����9999 $$ $$####
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan
manusia sebagai mahluk yang paling sempurna. Di antara salah satu kesempurnaan
Nya adalah Dia karuniakan manusia pikiran dan kecerdasan. Salawat dan salam kita
sanjungkan kepada pemimpin revolusioner umat Islam sedunia tiada lain yakni, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan ummatnya yang selalu
berpegang teguh hingga akhir zaman.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis betul-betul menyadari adanya
rintangan dan ujian, namun pada akhirnya selalu ada jalan kemudahan, tentunya tidak
terlepas dari beberapa individu yang sepanjang penulisan skripsi ini banyak
membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan yang berharga kepada penulis
guna penyempurnaan skripsi ini.
Dengan demikian dalam kesempatan yang berharga ini penulis ingin
mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih tiada terhingga terutama kepada
Bapak:
1. Prof. Dr. KH. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M. Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staff dan jajarannya yang
telah memberikan bimbingan serta arahan baik secara langsung maupun tidak
v
langsung selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H, M.A. dan Rosdiana, M.A. Ketua dan Sekretaris
Program Studi Al Ahwal Al-Syakhshiyah Konsentrasi Peradilan Agama Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Djawahier Hejazziey, S.H., M.A., dan Drs. Ahmad Yani, M.A., Ketua dan
Sekretaris Koordinator Teknis Program Non-Reguler Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sangat membantu dalam hal-hal
teknis dan non-teknis penulisan skripsi, terima kasih dan semoga Allah
membalasnya.
4. Dr. Syahrul Adam, M.A dan Dra. Maskufa M.A. sebagai dosen pembimbing yang
dengan sabar dalam memberikan arahan dan masukan yang amat bermanfaat
kepada penulis hingga selesainya skripsi ini, tiada kata yang pantas selain ucapan
rasa terima kasih dan doa semoga Allah SWT membalasnya.
5. Seluruh dosen Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, serta karyawan-karyawan dan staf perpustakaan yang
telah memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Teristimewa buat Ayahanda H. Asep Syaifullah. dan Ibunda tercinta Nur Huda
serta kakak saya Darul Qutni dan Fitriani, serta seluruh keluarga besar tercinta.
Tak lupa juga kepada Ria Susanti, dan Team DJC terima kasih atas segala
doanya, kesabaran, jerih payah dan pengorbanan serta nasihat yang senantiasa
vi
memberikan semangat tanpa jemu hingga saya dapat menyelesaikan studi. Tiada
kata yang pantas selain ucapan doa, sungguh jasamu tiada tara dan tak akan
pernah terbalaskan.
7. Kepada Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur beserta staf, dan para hakim
yang telah bersedia untuk wawancara langsung, Penulis ucapkan banyak terima
kasih atas partisipasi dan bantuannya.
8. Teman-teman angkatan 2005/2006 Syariah dan Hukum Konsentrasi Peradilan
Agama, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
kebersamaannya selama penulis belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
semoga persahabatan kita terjalin hingga rambut memutih.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya serta menjadi amal baik di sisi Allah SWT. Amin ya Rabba al- ‘alamin.
Jakarta : 17 Desember 2010 M 11 Muharam 1432 H
Penulis
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Pembatasan Masalah ................................................................. 5
C. Perumusan Masalah .................................................................. 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 6
E. Metode Penelitian ...................................................................... 6
F. Studi Riview Terdahulu ............................................................ 9
G. Sistematika Penulisan ............................................................... 10
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN ..................... 13
A. Pengertian Perceraian dan Dasar Hukumnya ............................. 13
B. Macam-macam Perceraian ........................................................ 18
C. Jenis dan Alasan-Alasan Perceraian .......................................... 24
D. Akibat dan Hikmah Perceraian ................................................. 32
BAB III : SEKILAS TENTANG ALIRAN SESAT .................................... 36
A. Pengertian dan Dasar Hukum Aliran Sesat ............................... 36
B. Macam-Macam Aliran Sesat di Indonesia ................................ 40
C. Kriteria Aliran Sesat Menurut MUI .......................................... 52
D. Aliran Sesat Menurut Pandangan Hukum Positif .................... 53
viii
BAB IV : PUTUSAN HAKIM PERADILAN AGAMA TENTANG
ALIRAN SESAT SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN ....... 57
A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Jakarta Timur ............... 57
B. Kronologis Kasus Perceraian Di Pengadilan Agama Jakarta
Timur nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT ......................................... 71
C. Pertimbangan dan Putusan Hakim Dalam Kasus Perceraian di
Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor
055/Pdt.G/2009/PAJT .............................................................. 74
D. Analisis Penulis ......................................................................... 79
BAB V : PENUTUP ...................................................................................... 83
A. Kesimpulan ............................................................................... 83
B. Saran .......................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 88
LAMPIRAN ......................................................................................................... 91
OUT LINE
ALIRAN SESAT SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Metode Penelitian
F. Review Studi Terdahulu
G. Sistematika Penulisan
BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN DAN NUSYUZ
A. Pengertian Perceraian, Bentuk Serta Alasan Perceraian
B. Pengertian Nusyuz
C. Penyebab dan Macam-macam Nusyus
D. Akibat Nusyuz
BAB III.ALIRAN SESAT MENURUT HUKUM ISLAM DAN POSITIF
A. Pengertian dan Macam-macam Aliran Sesat
B. Aliran Sesat Dilihat dari Hukum Islam
C. Aliran Sesat Dilihat dari Hukum positif
BAB IV. ALIRAN SESAT SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN
A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Jakarta Timur
B. Kronolgis Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Timur
Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT
C. Pertimbangan dan Putusan Hakim Dalam Kasus Perceraian di
Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT
D. Analisis Penulis
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Langgeng kehidupan dalam ikatan perkawinan merupakan suatu tujuan
yang diutamakan dalam Islam. Akad nikah diadakan untuk selamanya dan
seterusnya agar suami istri bersama-sama dapat mewujudkan rumah tangga
sebagai tempat berlindung, menikmati curahan kaih sayang dan dapat memelihara
anak-anaknya sehingga mereka dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa ikatan antara suami istri adalah ikatan yang paling suci dan
kokoh, sehingga tidak ada suatu dalil yang lebih jelas menunjukan tentang
kesuciannya yang begitu agung selain Allah sendiri yang menamakan ikatan
perjanjian antara suami dan istri dengan mitsaaqun ghalizun (perjanjian yang
kokoh).1
Jika ikatan antara suami dan istri sedemikian itu kuatnya, tidak sepatutnya
dirusak dan disepelekan. Setiap usaha untuk menyepelekan hubungan pernikahan
dan melemahkannya sangat dibenci oleh Islam, karena ia merusak kebaikan dan
menghilangkan kemaslahatan antara suami istri. Siapa saja yang merusak
hubungan suami istri, Islam memandangnya telah keluar dari Islam dan tidak
mempunyai tempat terhormat dalam Islam.
1 al Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, jilid 3, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), h.135.
2
Apabila mitsaaqun ghalizun (perjanjian yang kokoh) dalam perkawinan
itu disepelekan maka dapat terjadi kehancuran dalam rumah tangga. Dan yang
menjadi tujuan dari perkawinan yaitu membentuk keluarga yang sakinah,
mawaddah, dan rohmah tidak akan tercapai. Maka bisa terjadi putusnya
perkawinan yakni melalui jalan perceraian.
Dalam hukum Islam, perceraian dikenal dengan kata thalaq. Talak diambil
dari kata ithlaq, yang artinya melepaskan atau meninggalkan.2 Dalam istilah
agama, talak adalah melepaskan ikatan perkawinan, atau rusaknya hubungan
perkawinan. Jadi talak dapat didefinisikan ialah menghilangkan ikatan
perkawinan sehingga setelah hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal
bagi suaminya, dan ini terjadi dalam hal talak ba’in, sedangkan arti mengurangi
pelepasan ikatan perkawinan adalah berkurangnya hak talak bagi suami yang
mengakibatkan berkurangnya jumlah hak talak yang menjadi hak suami dari tiga
menjadi dua, dari dua menjadi satu, dan dari satu menjadi hilang hak talak itu,
yaitu terjadi dalam talak raj’i.
Dasar hukum talak dapat dilihat dari Al-Qur’an dan Hadis. Banyak ayat-
ayat dalam Al-qur’an yang menunjukan dasar hukum perceraian. Diantaranya
dalam Firman Allah SWT dalam surat At-Talaq ayat 1;
2 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat II, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.
9.
3
$ pκ š‰ r'‾≈tƒ ÷É< ¨Ζ9$# #sŒ Î) ÞΟçF ø) ‾=sÛ u!$ |¡ ÏiΨ9$# £èδθ à) Ïk=sÜ sù ∅Íκ ÌE£‰ÏèÏ9 (#θÝÁ ômr&uρ nÏèø9$# ( (#θà)?$#uρ ©!$#
öΝ à6−/u‘ ( Ÿω ∅èδθã_Ì�øƒ éB . ÏΒ £ ÎγÏ?θ ã‹ ç/ Ÿω uρ š∅ô_ã� øƒs† HωÎ) βr& tÏ?ù' tƒ 7πt± Ås≈x�Î/ 7πuΖÉi�t7•Β 4 y7ù=Ï?uρ ߊρ߉ãn «!$# 4 tΒuρ £‰yètGtƒ yŠρ߉ãn «!$# ô‰s)sù zΝn=sß …çµ|¡ ø� tΡ 4 Ÿω “Í‘ ô‰s? ¨≅ yè s9 ©!$# ß Ï‰øt ä†
y‰÷è t/ y7Ï9≡sŒ # \� øΒr& ∩⊇∪
Artinya”Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada allah tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (di ijinkan) keluar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatn keji yang terang. Itulah hukum-hukum allah dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim tehadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali allah mengadakan sesudah itu suatu hal yang baru”
Dalam Peraturan Perundang-Undangan Indonesia mengenai masalah
perceraian diatur oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan, dalam Pasal 38-41. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam
menjelaskan lebih terperinci mengenai perceraian yaitu dalam Pasal 130-162.
Di Negara Indonesia perceraian yang sah adalah perceraian di depan
pengadilan. Putusnya perkawinan mungkin atas inisiatif suami, mungkin pula atas
inisiatif istri.
Menurut fikih hanya suami yang berhak menceraikan istrinya, yaitu
dengan talak dan cukup secara lisan tanpa melalui penguasa. Istri dapat mohon
cerai melalui pengadilan dengan jalan khulu’ dengan mengembalikan mahar
4
(‘iwadh). Undang-Undang kini mengatur soal perceraian tidak demikian
sederhana lagi.
Semula karena tadinya suami mempunyai hak untuk menalak isterinya,
seolah-olah tindakan sepihak, sehingga mengakibatkan talak yang semena-mena.
Maka bentuk acaranya ialah dengan mengajukan permohonan cerai kepada
Pengadilan Agama. Tetapi dalam pelaksanaannya kemudian meskipun bernama
permohonan (bersifat voluntair/sepihak) menurut instruksi pihak termohon
instruksi (isteri) harus di dengar, bahkan berhak mohon banding bila keputusan
tidak menyenangkan baginya.
Perkawinan dapat putus apabila:3
1. Ada permohonan cerai (talak) dari suami dan sudah mempunyai kekuatan
hukum tetap, pengadilan menetapkan hari untuk sidang ikrar talak
(mengukuhkan talak yang pernah diucapkan dulu).
2. Ada gugatan cerai dari istri dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
maka perceraian terhitung mulai dari tanggal putusan yang telah mempunyai
hukum tetap itu
3. Kematian terhitung sejak kematian.
Dalam hal perceraian atas permohonan talak, suami dapat mengajukan
permohonan talak ke Pengadilan Agama dengan mengajukan alasan-alasan sesuai
Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam. Dari pasal 116 Kompilasi Hukum Islam
3 Andi Tahir Hamid, Beberapa Hal Baru Tentang Pengadilan Agama Dan Bidangnya,
(Jakarta: Sinar Grafika, 1996), h. 29.
5
tersebut penulis menemukan hal baru yang menyebabkan suami mengajukan
permohonan talak ke Pengadilan Agama yaitu istri mengikuti aliran sesat. Hal
inilah yang menyebabkan suami mengajukan permohonan talak. Sudah jelas
dalam Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam tidak dijelaskan istri mengikuti aliran
sesat dapat dijadikan alasan perceraian.
Salah satu alasan dalam kasus perceraian yang ditangani oleh Pengadilan
Agama Jakarta Timur adalah disebabkan karena istri mengikuti aliran sesat.
Problem inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian, dan
mengambil contoh kasus di Pengadilan Agama Jakarta Timur yakni putusan
nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT.
Bertitik tolak dari itulah maka penulis menyusun skripsi yang berjudul :
“ALIRAN SESAT SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN”. Dengan harapan
bahwa skripsi ini dapat bermanfaat dan menyumbangkan sedikit keterangan
mengenai perceraian yang disebabkan istri mengikuti aliran sesat.
B. Pembatasan Masalah
Berhubung karena judul skripsi ini, sangat luas dan agar pembahasannya
terarah, maka penulis batasi masalahnya sekitar pandangan Hukum Islam dan
Hukum Positif terhadap alas an perceraian dan aliran sesat serta pertimbangan
Hakim dalam memutuskan perkara nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT tentang
perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Timur.
6
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan teori yang ada, istri mengikuti aliran sesat tidak dapat
dijadikan sebagai alasan perceraian. Akan tetapi dalam prakteknya dilapangan,
istri mengikuti aliran sesat dijadikan alasan perceraian yaitu pada putusan
Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT. Dari uraian-
uraian diatas maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang ada adalah :
1. Bagaimana pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap alasan
perceraian?
2. Bagaimana pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap aliran
sesat?
3. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara Nomor
055/Pdt.G/2009/PAJT ?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dan hukum positif tentang alasan
perceraian.
2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dan hukum positif tentang aliran
sesat.
3. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara Nomor
055/Pdt.G/2009/PAJT tentang perceraian.
7
Sedangkan kegunaan skripsi ini di harapkan agar secara teoritis dapat
memberikan wawasan penulis agar lebih memahami tentang Aliran Sesat Sebagai
Penyebab Perceraian. Dan secara praktis untuk dapat dijadikan gambaran dan
bahan pelajaran bagi pihak yang memerlukan, juga sebagai bahan refrensi atau
tambahan informasi bagi mereka yang ingin mempelajari lebih dalam lagi
mengenai Aliran Sesat Sebagai Penyebab Perceraian.
E. Metode Penelitian
Metode yang penulis tempuh dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
adalah :
1. Jenis penelitian
a. Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif: ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari
orang-orang (subjek) itu sendiri.4
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode ini yaitu:
pengkajian dari buku-buku yang mengacu dan berhubungan dengan
pembahasan skripsi ini yang dianalisa data-datanya. Dengan cara ini
4 Arief Furchan, Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif : Suatu Pendekatan
Fenomologis Terhadap Ilmu-Ilmu Sosial, (Surabaya : Usaha Nasional, 1992), h. 21-22.
8
penulis mengunjungi beberapa perpustakaan yang dapat dijangkau oleh
penulis diwilayah DKI Jakarta.
2. Jenis Data
a. Data Primer yaitu data yang berupa putusan Hakim Nomor
055/Pdt.G/2009/PAJT.
b. Data Sekunder yaitu data yang didapat dari buku-buku hukum, dan buku-
buku lain yang berhubungan dengan tema penelitian ini.
3. Teknis Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
1. Observasi dilakukan di Pengadilan Agama Jakarta Timur.
2. Interview atau wawancara dianggap sebagai metode yang paling efektif
dalam menumpulkan data primer dilapangan.5 Yaitu penulis mengadakan
dialog langsung dengan responden dalam hal ini adalah Hakim, Panitera
ataupun pihak yang berperkara di Pengadilan Agama Jakarta Timur.
3. Dokumentasi
Dokumen-dokumen yang dikumpulkan oleh penulis dalam menyusun
skripsi didapatkan dari buku-buku, putusan Pengadilan Agama Jakarta
Timur dan dari akses Internet.
5 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Peraktek, (Jakarta, Sinar Grafika, 2006)
cet. Ke 2, h.57
9
4. Objek Penelitian
Objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini
adalah istri nusyuz karena mengikuti aliran sesat sebagai alasan perceraian,
hal ini yang terjadi Pengadilan Agama Jakarta Timur dengan putusan nomor
055/Pdt.G/2009/PAJT.
5. Teknis Pengolahan Data
Dengan mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa
catatan, buku, dan sebagainya yang mempunyai relevansi dengan penelitian
ini, kemudian data yang sudah ada, penulis pilih sesuai dengan pokok
bahasan.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menganalisis putusan hakim dalam perkara Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT
Pengadilan Agama Jakarta Timur dengan metode content analisis, yaitu
penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi
tertulis atau tercetak dalam media massa.6 Dalam menganalisi deskriptif yaitu
data suatu metode analisis data dimana penulis menjabarkan data-data yan
diperoleh atau dari hasil penelitian. Sehingga didapatkan suatu kesimpulan
6 http://andreyuris.wordpress.com/2009/09/02/analisis-isi-content-analysis/diakses
tanggal 6 Mei 2010
10
yang objektif, logis, konsisten, dan sistematis sesuai dengan tujuan yang
dilakukan penulis dalam penelitian ini.7
Adapun teknik penulisan skrisi ini menggunakan buku “pedoman
penulisan skripsi, tesis, dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” tahun
2007.
F. Studi Review Terdahulu
Dari beberapa literatur skripsi yang berada di perpustakaan Fakultas
Syariah dan Hukum, penulis mengambilnya untuk menjadikan sebuah
perbandingan aliran sesat sebagai dampak dari perceraian, Yaitu:
1. Hari Pratama/Gugat Cerai Karena Suami Pengikut Aliran Sesat (Studi
Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor
158/Pdt.G/PAJS)/2009. Dalam Skripsi ini menjelaskan mengenai cerai gugat
yang diakibatkan oleh suami yang menjadi pengikut aliran sesat. Perbedan
dengan skripsi yang penulis tulis adalah pada putusan pengadilan agama yang
penulis ambil adalah putusan pengadilan Agama Jakarta Timur sedangkan
skripsi dari Hari Pratama mengambil putusan dari pengadilan Agama Jakarta
Selatan. Serta mengenai bentuk peceraiaannya, dalam skripsi Hari Pratama
bentuk perceraiannya adalah cerai gugat,sedangkan dalam skripsi yang
penulis tulis adalah cerai talak.
7 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif dan R dan D, (Bandung, Alfabeta,
2007, cet ke-III, h.244)
11
2. Eri Setiawan/Perbandingan Mazhab Hukum/2009/ Analisis Terhadap Dua
Putusan Pengadilan Negeri Mengenai Aliran-Aliran Sesat(Studi Kasus
Putusan Terhadap Ahmad Musadek Dan Lia Eden)”. Membahas mengenai
Aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah dan aliran Jamaah Salamullah dalam
pandangan hukum islam dan hukum positif tentang aliran sesat dan
menganalisa putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat atas tindak pidana penodaan Agama. Perbedaan dengan
skripsi yang penulis ambil adalah pada objek penelitian yang penulis bahas
mengenai putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur pada perkara perceraian
yang di sebabkan istri mengikuti aliran sesat sedangkan skripsi yang ditulis
oleh Eri Setiawan membahas mengenai putusan Pengadilan Negeri atas tindak
pidana Penodaan Agama.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini penulis bagi atas empat bab Dimana
tiap-tiap bab dibagi lagi kedalam sub bab sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Isi bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian,
review study terdahulu, dan sistematika penulisan.
12
Bab II Tinjauan Umum Tentang Perceraian
Isi bab ini merupakan kerangka dasar teori yakni pembahasan tentang
perceraian dan seputar aliran sesat. Diantaranya mengenai pengertian
perceraian, macam-macam perceraian, jenis dan alasan perceraian,
akibat dan hikmah perceraian.
Bab III Seputar Tentang Aliran Sesat
Isi bab ini adalah mengenai aliran sesat yang dilihat menurut hukum
Islam dan positif. Diantaranya mengenai pengertian dan macam-macam
aliran sesat, kriteria aliran sesat menurut MUI dan aliran sesat dilihat
dari hukum positif.
Bab IV Putusan Hakim Peradilan Agama Tentang Aliran Sesat Sebagai
Penyebab Perceraian
Isi bab ini adalah mengenai putusan hakim Peradilan Agama tentang
aliran sesat sebagai penyebab perceraian. Yang mencakup gambaran
umum Peradilan Agama Jakarta Timur, kronologis kasus perceraian di
Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT,
pertimbangan dan putusan hakim dalam kasus perceraian di Pengadilan
Agama Jakarta Timur Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT, analisa penulis.
Bab IV Penutup
Isi bab terakhir ini adalah kesimpulan dan saran-saran yang
berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
13
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Perceraian.
Secara harfiyah talaq itu berarti lepas atau bebas.1 Talak terambil dari kata
ithlaq yang menurut bahasa melepaskan atau meniggalkan,2dihubungkannya kata
talaq dalam arti kata ini dengan putusnya perkawinan karena antara suami istri
sudah lepas hubungannya atau masing-masing sudah bebas.
Menurut istilah syara’, talak yaitu:
3 ةيلز وجطة الز واج وانها ء العال قة ابر حل
Artinya: “Melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri”.
Sayyid Sabiq mendefinisikan talak dengan sebuah upaya untuk
melepaskan ikatan perkawinan dan selanjutnya mengakhiri hubungan perkawinan
itu sendiri.4 Definisi yang agak panjang dapat dilihat didalam kitab Kifayat al-
Akhyar yang menjelaskan talak sebagai sebuah nama untuk melepaskan ikatan
perkawinan dan talak adalah lafadz jahiliyah yang setelah Islam datang
menetapkan lafaz itu sebagai kata untuk melepaskan nikah.5 Definisi talak
Mazhab Hanafi dan Mazhab Hambali mendefinisikan talak sebagai pelepasan
1 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat
Dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 198. 2 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), h. 191. 3 al Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Juz II,(Beirut : Dar Al-Fiqr, 1983), h 278. 4 al Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, h. 278 5 Taqiyyuddin, Kifayat Al-Akhyar, Juz II, (Bandung : Al Ma’arif,), h. 84
14
ikatan perkawinan secara langsung atau pelepasan ikatan perkawinan di masa
yang akan datang. Yang dimaksud secara langsung adalah tanpa terkait dengan
sesuatu dan hukumnya langsung berlaku ketika ucapan talak tersebut dinyatakan
suami. Sedangkan yang dimaksud di masa yang akan datang adalah berlakunya
hukum talak tersebut tertunda oleh sesuatu hal.6
Prof. Subekti SH, mengatakan bahwa perceraian adalah penghapusan
perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam
perkawinan itu.7 Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia talak diartikan sebagai
pemutusan ikatan perkawinan yang dilakukan oleh suami terhadap istri
secara`sepihak dengan menggunakan lafal talak atau seumpamanya.8
KHI mendefinisikan talak sebagai ikrar suami dihadapan sidang
Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya prkawinan dengan
cara sebagai mana yang dimaksud dalam pasal 129, 130, dan 131.9
Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
dijelaskan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan
setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan
kedua belah pihak (Pasal 39 ayat 1).10 Hal ini sejalan dengan Kompilasi Hukum
6 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Talak Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru
An Hoeve, 1994), cet. Ke-3, jilid 5, h. 53. 7 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta : PT. Intermasa, 1995), cet. ke- 27, h.
42. 8 Departemen Agama, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam/Proyek Peningkatan Sarana PT IAIN, 1987), cet. ke- 3, h. 940. 9 Lihat KHI pasal 117. 10 R.Subekti, S.H dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (PT
Pradnya Paramita, Jakarta,2006) cet ke-37.
15
Islam pasal 115 dikatakan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan
sidang pengadilan agama setelah pengadilan agama tersebut berusaha dan tidak
berhasil mendamaikan kedua belah pihak.11
Bila kita melihat dari redaksi di atas bahwa yang dinamakan perceraian
adalah menghilangkan atau melepas ikatan perkawinan sehingga setelah
hilangnya ikatan tersebut maka tidak lagi halal bagi suami atas istrinya. Tetapi
dari pengertian di atas ada perbedaan bahwa para ulama mendefinisikan
perceraian bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun, tetapi hal ini berbeda jika
kita melihat di dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum
Islam bahwa perceraian dapat dilangsungkan hanya didepan sidang Pengadilan
Agama.
Sehingga apabila ada orang Islam yang berada di negara Indonesia yang
melakukan pernikahan secara sah baik secara agama atau negara dan ia
melakukan perceraian di luar pengadilan agama maka perceriannya itu tidak sah
demi hukum atau batal demi hukum.
Dasar hukum perceraian itu dapat kita lihat dari beberapa ayat al-Qur'an
atau Hadis, seperti:
1. Al-Baqarah Ayat 232
#sŒ Î)uρ ãΛ äø)‾= sÛ u !$ |¡ ÏiΨ9$# z øó n=t6 sù £ ßγn= y_r& Ÿξsù £ èδθè= àÒ÷ès? βr& zósÅ3Ζtƒ £ ßγy_≡uρø—r&
∩⊄⊂⊄∪……. ) ٢٣٢: ألقرة(
11 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, ( Akademika Persindo, Jakarta, 1992 ) hal 141.
16
Artinya : “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya”.(Q.S. Al-Baqarah Ayat 232)
2. Hadits Nabi Muhammad SAW:
لوليد حدثنا كثري بن عبيد احلمصى حدثنا حممد بن خالد عن عبيد اهللا بن اقال : الزصايف عن حمارب بن دثار عن عبداهللا بن عمر رضي اهللا عنهما
رواه ابن (أ بغض احلالل اىل اهللا الطالق : رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم 12)ماجه
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Katsir bin Uba’id al- Himsi, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khalid dari Ubaidillah bin Walid al-Dzashofi dari Muharib bin Ditsar dari Abdullah bin Umar RA.: telah berkata Rasulullah Saw. : Sesuatu perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak atau perceraian” (HR.Ibnu Majah)
Mengenai perceraian ini diatur dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974
pada pasal 38-41. Pada pasal 38 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 disebutkan
bahwa : “perkawinan dapat putus karena: a. Kematian; b. perceraian; c. atas
keputusan pengadilan”. Hal ini sejalan dengan Kompilasi Hukum Islam pasal
113.
Dalam perundang-undangan Indonesia membedakan antara perceraian
atas kehendak suami dan perceraian atas kehendak istri. Hal ini karena
karakteristik hukum Islam dalam perceraian memang menghendaki demikian
12 Abi Abdullah bin Yazin Al-Qazwainiy, Sunan Ibnu Majah (Beirut; Lebanon: Dar Al-
Fikr, 1994), h. 633
17
sehingga proses penyelesaiannya pun berbeda.13 Maksud dari hal ini perceraian
dapat terjadi akibat talak yang dilakukan oleh suami kepada istri seperti halnya
talak yang dijelaskan oleh hukum Islam, dan perceraian dapat terjadi akibat
gugatan perceraian yang dilakukan oleh istri terhadap suami. Namun hal ini harus
dilakukan didepan pengadilan seperti dalam pasal 115 Kompilasi Hukum Islam
yang berbunyi: “perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang Pengadilan
Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak”.
B. Macam-macam Perceraian
Dilihat dari kemaslahatan atau kemudaharatannya, hukum perceraian
adalah sebagai berikut :14
1. Wajib
Apabila terjadi perselisihan antar suami isteri lalu tidak ada jalan yang
dapat ditempuh kecuali dengan mendatangkan dua hakam yang mengurus
perkara keduanya. Jika kedua orang hakam tersebut memandang bahwa
perceraian lebih baik bagi mereka, maka saat itulah talak menjadi wajib.
13 Mukri Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Jakarta : Pustaka
Pelajar, 2003), cet. ke-4, h. 206. 14
Syaikh Hasan Ayub. Fikih Keluarga, penerjemah M.Abd.Ghofur, E.M (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2006), cet. Ke-5, hal 208
18
2. Makruh
Talak yang dilakukan tanpa adanya tuntutan dan kebutuhan. Sebagian
ulama ada yang mengatakan mengenai talak yang makruh ini terdapat dua
pendapat, yaitu :
Pertama, bahwa talak tersebut haram dilakukan. Karena dapat
menimbulkan mudharat bagi dirinya juga bagi isterinya, serta tidak
mendatangkan manfaat apapun. Talak ini haram sama seperti tindakan
merusak atau menghamburkan harta kekayaan tanpa guna.
Kedua, menyatakan bahwa talak seperti itu dibolehkan. Bahwa talak
adalah suatu perbuatan yang halal akan tetapi di benci Allah.
Talak itu dibenci karena dilakukan tanpa adanya tuntutan dan sebab
yang membolehkan, dan karena talak semacam itu dapat membatalkan
pernikahan yang menghasilkan kebaikan yang memang disunnahkan sehingga
talak itu menjadi makruh hukumnya.
3. Mubah
Talak yang dilakukan karena ada kebutuhan, misalnya karena
buruknya akhlak isteri dan kurang baiknya pergaulan yang hanya
mendatangkan mudharat dan menjauhkan mereka dari tujuan pernikahan.
4. Sunnah
Talak yang dilakukan pada saat isteri mengabaikan hak-hak Allah
Ta’ala yang telah diwajibkan kepadanya, misalnya shalat, puasa dan
kewajiban lainnya. Sedangkan suami juga sudah tidak sanggup lagi
19
memaksanya. Atau isterinya sudah tidak lagi menjaga kehormatan dan
kesucian dirinya.
5. Mazhur (Terlarang)
Talak yang dilakukan ketika isteri sedang haid, para ulama Mesir telah
sepakat untuk mengharamkannya. Talak ini disebut juga dengan talak bid’ah.
Disebut bid’ah karena suami yang menceraikan itu menyalahi sunnah Rasull
dan mengabaikan perintah Allah dan Rasul-Nya, sesuaikan firman Allah,
yaitu :
$ pκš‰ r'‾≈tƒ ÷É< ¨Ζ9$# #sŒ Î) ÞΟçF ø) ‾=sÛ u !$ |¡ ÏiΨ9$# £èδθ à)Ïk=sÜsù �∅ÍκÌE£‰Ïè Ï9 (#θ ÝÁôm r& uρ nÏè ø9$# ∩⊇∪
Artinya : “Hai nabi, apabila kamu menceraikan Isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)”.(Q.S. At Thalaaq Ayat 1)
Sedangkan dilihat dari dibolehkannya sang suami untuk kembali kepada
isterinya,adalah:15
1. Talak raj’iy, talak yang sang suami diberi hak untuk kembali kepada isterinya
tanpa melalui nikah baru, selama isterinya itu masih dalam masa iddah. Talak
raj’iy itu adalah talak satu atau talak dua tanpa didahului tebusan dari pihak
isteri. Boleh ruju’ dalam talak satu atau dua itu dapat dilihat dalam firman
Allah SWT, yaitu :
15 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan
UU Perkawinan, hal 220
20
ß,≈n=©Ü9$# Èβ$ s?§÷ s∆ ( 88$ |¡ øΒÎ*sù >∃ρá�÷è oÿÏ3 ÷ρr& 7xƒ Î�ô£s? 9≈|¡ôm Î*Î/ ∩⊄⊄∪
Artinya : “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. “ ( Q.S.Al-Baqarah : 229)
2. Talak bain, talak yang putus secara penuh dalam arti tidak memungkinkan
suami kembali kepada isterinya kecuali dengan nikah baru, talak bain inilah
yang tepat untuk disebut putusnya perkawinan.
Talak bain ini terbagi kepada dua macam :
a. Bain Sughra, ialah talak yang suami tidak boleh ruju’ kepada mantan
isterinya, tetapi ia dapat kawin lagi dengan akad baru. Yang termasuk bain
sughra ini adalah :
Pertama : talak yang dilakukan sebelum isteri digauli oleh suami. Talak
dalam bentuk ini tidak memerlukan iddah, maka tidak ada kesempatan
untuk ruju’, sebab ruju’ hanya dilakukan dalam masa iddah. Hal ini sesuai
firman Allah, yaitu :
$ pκ š‰ r'‾≈tƒ t Ï% ©!$# (#þθ ãΖtΒ#u #sŒÎ) ÞΟçF óss3tΡ ÏM≈oΨÏΒ÷σßϑø9$# ¢Ο èO £ èδθ ßϑçGø)‾=sÛ ÏΒ È≅ö6 s% βr& �
∅èδθ�¡ yϑ s? $ yϑsù öΝä3s9 £Îγ øŠn=tæ ôÏΒ ;Ïã $ pκ tΞρ‘‰tF ÷ès? (
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, Kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya.” ( Q.S Al-Ahzab : 49 )
21
Kedua. Talak yang dilakukan dengan cara tebusan dari pihak isteri atau
disebut khulu’, hal ini dipahami dari isyarat dalam firman Allah, yaitu :
÷βÎ*sù ÷Λ äø&Åz āω r& $uΚ‹ É)ムyŠρ߉ãn «!$# Ÿξsù yy$oΨã_ $ yϑÍκ ö� n=tã $ uΚ‹Ïù ôNy‰tGøù$# ϵÎ/ 3
y7ù=Ï? ߊρ߉ãn «!$# Ÿξsù $ yδρ߉tG÷ès? 4 tΒuρ £‰yètGtƒ yŠρ߉ãn «!$# y7Í× ‾≈ s9'ρé' sù ãΝèδ
tβθ ãΚÎ=≈©à9$# ∩⊄⊄∪
Artinya : “Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak
dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.” ( Q.S. Al-Baqarah : 229)
Ketiga. Perceraian melalui putusan hakim di pengadilan atau yang disebut
fasakh.
b. Bain Kubra, yaitu talak yang tidak memungkinkan suami ruju’, kepada
mantan isterinya, dia hanya boleh kembali kepada isterinya apabila
isterinya telah kawin lagi dengan laki-laki lain dan bercerai pula dengan
laki-laki itu dan habis masa iddahnya. Hal ini tersirat di dalamfirman
Allah SWT yaitu :
βÎ*sù $ yγs)‾= sÛ Ÿξsù ‘≅Ït rB …ã& s! .ÏΒ ß‰÷è t/ 4®L ym yxÅ3Ψs? %¹ ÷ρy— …çνu� ö�xî 3
βÎ*sù $ yγ s)‾= sÛ Ÿξsù yy$uΖã_ !$ yϑÍκ ö�n=tæ βr& !$ yèy_#u�tItƒ ∩⊄⊂⊃∪
22
Artinya : “Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali “ ( Q.S. Al-Baqarah : 230 )
Sedangkan dilihat dari segi tegas atau tidaknya kata-kata yang
dipergunakan sebagai ucapan talak, maka talak dibagi menjadi dua macam,
yaitu:16
1. Talak Sharih, yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata yang jelas dan
tegas, dapat dipahami sebagai pernyataan talak atau cerai seketika diucapkan,
tidak mungkin dipahami lagi.
Imam Syafi’I mengatakan bahwa kata-kata yang dipergunakan untuk
talak sharih ada tiga, yaitu talak, firaq, dan sarah, ketiganya disebut dalam
Al-qur’an dan hadits.
Al-Zhahiriyah berkata bahwa talak tidak jatuh kecuali dengan
mempergunakan salah satu dari tiga kata tersebut, karena syara’ telah
mempergunakan kata-kata yang telah ditetapkan oleh syara’. Beberapa contoh
talak sharih ialah seperti suami berkata kepada isterinya :
a. Engkau saya talak sekarang juga, engkau saya cerai sekarang juga.
b. Engkau saya firaq sekarang juga, engkau saya pisahkan sekarang juga.
c. Engkau saya sarah sekarang juga, engkau saya lepas sekarang juga.
16 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, hal. 194.
23
Apabila suami menjatuhkan talak terhadap isterinya dengan talak yang
sharih maka menjadi jatuhlah talak itu dengan sendirinya, sepanjang
ucapannya itu dinyatakan dalam keadaan sadar dan atas kemauan sendiri.
2. Talak Kinayah, yaitu talak denagn mempergunakan kata-kata sindiran atau
samar-samar seperti suami berkata kepada isterinya :
a. Engkau sekarang telah jauh dari diriku.
b. Selesaikan sendiri segala urusanmu.
c. Janganlah engkau mendekati aku lagi.
d. Keluarlah engkau dari rumah ini sekarang juga.
e. Pergilah engkau dari tempat ini sekarang juga.
f. Susullah keluargamu sekarang juga.
g. Pulanglah ke rumah orang tuamu juga sekarang.
h. Beriddahlah engkau dan bersihkanlah kandunganmu itu.
i. Saya sekarang telah sendirian dan hidup membujang.
j. Engkau sekarang telah bebas merdeka, hidup sendirian.
Talak dengan kata-kata tersebut di atas bisa menjadi jatuh talak, apabila
sang suami mengatakan hal tersebut dengan niat memang menceraikan isterinya,
niatlah yang menjadi indikator menurut Taqiyudin Al-Husaini.17 Jika sebaliknya
tanpa adanya niat maka tidak akan jatuk talak tersebut.
17 Dikutip dari buku Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003),
h. 196.
24
C. Jenis dan Alasan-Alasan Perceraian
1. Jenis Perceraian
a. Cerai Talak
Cerai talak adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan
Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan, dengan cara
sebagaimana dimaksud dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 129, 130 dan
131.
b. Cerai Gugat
Dalam sebuah perkawinan, keputusan untuk bercerai tidak hanya
tergantung pada seorang suami, isteri juga bisa mengajukan gugatan
perceraian apabila sudah tidak merasa cocok lagi dan tidak tahan oleh
tingkah laku suaminya.
Dalam Islam, gugat cerai biasa disebut khulu’. Khulu’ berasal dari
lafadz kha-la-‘a yang secara bahasa berarti menanggalkan atau membuka
pakaian. Pengertian ini dihubungkan dengan perkawinan karena Al-
Qur’an surat Al-Baqarah ayat 187, Allah SWT berfirman:
£èδ… Ó¨$ t6 Ï9 öΝä3©9 öΝçFΡr& uρ Ó¨$ t6 Ï9 £ßγ )١٨٧: أ���ة( ∪∠∇⊆∩ .… 3 9©
Artinya: “Mereka merupakan pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka”. (QS. Al-Baqarah: 187)
Secara istilah, kata Khulu’ diartikan talak yang berlaku dengan
keinginan isteri dan kesunguhannya untuk bercerai, maksudnya adalah
25
isteri menebus dirinya agar dibebaskan dari ikatan perkawinan dengan
cara mengembalikan mas kawin yang telah mereka sepakati sebelumnya.18
Definisi lain dari khulu’ secara bahasa berarti tebusan dan menurut
istilah adalah talak yang diucapkan oleh isteri dengan mengembalikan
mahar yang penah dibayarkan suami.19
Sebagian Ulama mendefinisikan khulu’ secara harfiah adalah
“lepas” atau “copot” tetapi secara istilah khulu’ diartikan “perceraian
dengan tebusan (dari pihak isteri kepada pihak suami) dengan
menggunakan lafadz talak atau khulu”.20
2. Alasan perceraian
Alasan perceraian adalah suatu kondisi dimana suami atau isteri
mempergunakanya sebagai alasan untuk mengakhiri atau memutuskan tali
perkawinan mereka.
Di dalam menjalankan kehidupan perkawinan bertujuan untuk
membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan rohmah. Namun terkadang
dalam perjalanannya sebuah perkawinan ada yang tidak mencapai tujuan
tersebut, maka terjadi putusnya perkawinan yakni melalui jalan perceraian.
Dalam sebuah perceraian harus ada alasan kuat yang melatar belakangi
terjadinya perceraian ini. Setidaknya ada empat kemungkinan yang terjadi
18
Mustofa Al-Khin, Mustofa Al-Bugho, dan Ali Asy-Syarbaji, kitab fiqh madzhab syafie, jilid ke 4, (Kuala Lumpur: Prospecta Printers SDN BHD, 2005).
19 Syaikh Hasan Ayub, fikih keluarga,hal. 305.
20 Amir Syarifuddin, Garis-garis besar Fiqh,(Jakarta: Kencana Prenada Media,2003) edisi ke-1. hlm. 131.
26
dalam kehidupan rumah tangga, yang dapat memicu timbulnya keinginan
untuk memutus atau terputusnya perkawinan yaitu;21
a. Terjadinya nusyuz dari pihak istri
Nusyuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang istri
terhadap suaminya. Hal ini bisa terjadi dalam bentuk pelanggaran
perintah, penyelewengan, dan hal-hal yang dapat mengganggu
keharmonisan rumah tangga. Berkenaan dengan hal ini Al-Qur’an
memberi tuntunan bagaimana mengatasi nusyuz istri agar tidak terjadi
perceraian. Adapun petunjuk mengenai langkah-langkah menghadapi istri
melakukan nusyuz, surat an-Nisa’ ayat 34:
ãΑ%y Ìh�9$# šχθãΒ≡§θs% ’n? tã Ï !$ |¡ÏiΨ9$# $ yϑÎ/ Ÿ≅āÒsù ª!$# óΟ ßγŸÒ÷è t/ 4’ n? tã <Ù÷èt/ !$yϑ Î/uρ
(#θ à)x&Ρr& ôÏΒ öΝ ÎγÏ9≡uθøΒr& 4 àM≈ysÎ=≈¢Á9$$ sù ìM≈tGÏΖ≈s% ×M≈ sàÏ&≈ym É=ø‹ tó ù=Ïj9 $ yϑÎ/ xáÏ& ym ª!$# 4 ÉL≈©9$#uρ tβθ èù$ sƒrB �∅èδy—θ à±èΣ �∅èδθÝà Ïè sù £èδρã� àf÷δ$#uρ ’Îû ÆìÅ_$ ŸÒyϑø9$#
£èδθ ç/Î�ôÑ$#uρ ( ÷βÎ*sù öΝ à6uΖ÷è sÛr& Ÿξsù (#θ äóö7s? £Íκ ö�n= tã ¸ξ‹ Î6y™ 3 ¨βÎ) ©!$# šχ%x. $ wŠÎ=tã
#Z�� Î6Ÿ2 ∩⊂⊆∪ ) ٣٤: ا����ء(
Artinya: “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri, ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah
21 Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), cet. Ke-
2, h. 269-274.
27
telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatiri nusyuznya maka nasihatilah mereka dan pisahkan diri mereka dari tempat tidur mereka ,dan pukulah mereka. kemudian jika mereka menaatimu maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (Q.S. an-Nisa’ : 34).
Petunjuk tersebut apabila dirinci, dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1) Isteri diberi nasihat tentang berbagai kemungkinan negatif dan
positifnya (al-Tarhib wa al-Targib), dari tindakannya itu, terlebih
apabila sampai terjadi perceraian, dan yang terutama agar kembali lagi
berbaikan dengan suaminya.
2) Apabila usaha pertama berupa pemberian nasihat tidak berhasil,
langkah kedua adalah memisahkan istri dari tempat tidur suami, meski
masih dalam satu rumah.
3) Apabila langkah kedua tersebut tidak juga dapat mengubah pendirian
istri untuk nusyuz, maka langkah ketiganya adalah memberi pelajaran,
atau dalam bahasa Al-Qur’an memukulnya. Para mufasir menafsirkan
dengan memukul yang tidak melukai atau yang lebih tepat
mendidiknya.
b. Terjadinya nusyuz dari pihak suami
Kemungkinan nusyuz ternyata tidak hanya datang dari istri tetapi
dapat juga nusyuz yang datang dari suami. Selama ini sering
disalahpahami bahwa nusyuz hanya datang dari pihak istri.
28
Dalam surat an-Nisa’ ayat 128 dinyatakan:
ÈβÎ)uρ îοr& z÷ ö∆$# ôMsù%s{ .ÏΒ $ yγÎ=÷èt/ #�—θà± çΡ ÷ρr& $ ZÊ#{� ôãÎ) Ÿξsù yy$oΨã_ !$ yϑ Íκö� n=tæ βr& $ ysÎ= óÁãƒ
$ yϑæηuΖ÷�t/ $[s ù=ß¹ 4 ßxù=÷Á9$#uρ ×�ö� yz 3 ÏN u�ÅØôm é&uρ Ú[à&ΡF{$# £x’±9$# 4 βÎ)uρ (#θ ãΖÅ¡ós è?
(#θ à)−Gs?uρ �χ Î*sù ©!$# šχ%x. $ yϑÎ/ šχθè=yϑ÷ès? #Z�� Î6 yz ∩⊇⊄∇∪ ) ١٢٨: ا����ء(
Artinya: “Dan jika seseorang khawatir akan nusyuz, atau sikap tidak
acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenarnya dan perdamaian itu itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu menggauli istrimu dengan baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. an-Nisa’ : 128).
Dalam Al-Qur’an dan terjemahannya terdapat keterangan bahwa
jalan yang ditempuh apabila suami nusyuz seperti acuh tak acuh, tidak
menggauli dan tidak memenuhi kewajibannya, maka upaya perdamaian
bisa dilakukan dengan cara istri merelakan haknya dikurangi untuk
sementara agar suaminya bersedia kembali kepada istrinya dengan baik.
c. Terjadinya perselisihan atau percekcokan antara suami dan istri
Jika dua kemungkinan diatas menggambarkan salah satu pihak
nusyuz sedangkan pihak yang lain dalam kondisi normal, maka
kemungkinan yang ketiga ini terjadi karena kedua-duanya terlibat dalam
syiqaq (percekcokan), misalnya disebabkan kesulitan ekonomi, sehingga
keduanya sering bertengkar. Dalam hal ini Al-Qur’an memberi petunjuk:
29
÷βÎ)uρ óΟçF ø&Åz s−$s)Ï© $ uΚ ÍκÈ]÷� t/ (#θèW yè ö/$$ sù $Vϑ s3ym ô ÏiΒ Ï& Î#÷δr& $ Vϑs3ymuρ ôÏiΒ !$ yγ Î=÷δr& βÎ)
!#y‰ƒ Ì� ム$[s≈n=ô¹Î) È,Ïjùuθ ムª!$# !$yϑåκ s]øŠt/ 3 ¨βÎ) ©!$# tβ%x. $ϑŠÎ=tã #Z�� Î7yz ∩⊂∈∪ ) ٣٥:ا����ء(
Artinya: “Jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscayaAllah memberi taufik kepada suami istri itu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. an-Nisa’ : 35).
Penunjukan hakam dari kedua belah pihak ini diharapkan dapat
mengadakan perdamaian dan perbaikan untuk menyelesaikan
persengketaan antara kedua belah pihak suami dan istri. Apabila karena
sesuatu hal hakam yang ditunjuk tidak dapat melaksanakan tugasnya,
dicoba lagi dengan menunjuk hakam lainnya.
d. Terjadinya salah satu pihak melakukan perbuatan zina.
Hal ini juga disebut dengan fakhisyah, hal ini menimbulkan saling
tuduh menuduh antara keduanya. Cara penyelesaiannya adalah
membuktikan tuduhan yang didakwakan, dengan cara li’an. Li’an
sesungguhnya telah memasuki “gerbang putusnya perkawinan, dan
bahkan untuk selama-lamanya karena akibat li’an adalah terjadinya talak
ba’in kubra”.
30
Dalam hukum Islam perceraian dapat disebabkan oleh alasan-
alasan sebagai berikut:22
1) Tidak ada lagi keserasian dan keseimbangan dalam suasana rumah
tangga, tidak ada lagi rasa kasih sayang yang merupakan tujuan dan
hikmah dari perkawinan.
2) Karena salah satu pihak berpindah agama (murtad).
3) Salah satu pihak melakukan perbuatan keji yang dilarang agama.
4) Istri meminta cerai kepada suami dengan alasan suami tidak
berapologi dengan alasan yang dicari-cari dan menyusahkan istri.
5) Suami tidak memberi apa yang seharusnya menjadi hak istri.
6) Suami melanggar janji yang pernah diucapkan sewaktu akad
pernikahan (taklik talak).
Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, alasan-alasan perceraian itu
adalah:23
a. Suami tidak dapat memberi nafkah.
b. Suami berbuat aniaya terhadap istri.
c. Suami ghaib (berjauhan).
d. Suami di hukum penjara.
22 Muhammad Hamidy, Perkawinan Dan Permasalahannya, (Surabaya : Bina Ilmu,
1980), h. 89. 23 al Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah Jilid 3 , penerjemah Nor Hasanudin, LC, MA, DKK
(Jakarta : Pena pundi aksara, 2007), cet ke-2, hal 181-187
31
Di dalam muatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9
Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan menerangkan dan menjelaskan bahwa alasan-
alasan perceraian sebagai berikut:
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi,
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain
luar kemampuanya.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain.
e. Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan akibat
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri.
f. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga.
Sedangkan di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) menjelaskan hal
yang sama tentang alasan-alasan perceraian akan tetapi di dalam kompilasi
hukum Islam ada tambahan dua point dalam penyempurnaannya yaitu:
a. Suami melanggar taklik-talak.
32
b. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya
ketidakrukunan dalam rumah tangga.
D. Akibat dan Hikmah Perceraian
1. Akibat Perceraian
Apabila perkawinan yang diharapkan tidak tercapai dan perceraian
yang diambil sebagai jalan keluarnya maka akan timbul akibat dari perceraian
itu sendiri. Dalam hal ini baik Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan atau Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengatur hal tersebut pada
pasal-pasal berikut ini, yaitu :
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Pasal 41
Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah :
1) Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak Pengadilan memberi keputusannya.
2) Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlakukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.
3) Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri.
b. Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Pasal 149
Bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib :
33
1) Memberikan mut’ah yang layak kepada bekas isterinya baik berupa uang atau benda kecuali bekas isteri tersebut Qobla al-Dukhul.
2) Memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas isteri selama dalam iddah, kecuali bekas isteri telah dijatuhi talak bain atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil.
3) Melunasi mahar yang masih terutang seluruhnya dan separuh apabila Qobla al-Dukhul.
4) Memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur 21 tahun.
Pasal 150
Bekas suami berhak melakukan ruju’ kepada bekas isterinya yang masih dalam masa iddah.
Pasal 151
Bekas isteri selama dalam masa iddah wajib menjaga dirinya tidak menerima pinangan dan tidak menikah dengan pria lain.
Pasal 152
Bekas isteri berhak mendapat nafkah iddah dari bekas suaminya kecuali bila ia nusyuz.
Pasal 156
a. anak yang belum Mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya diganti oleh: 1) Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ibu; 2) Ayah; 3) Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ayah; 4) Saudara perempuan dari anak yang besangkutan; 5) Wanita-wanita dari kerabat sedarah menurut garis samping dari
ibu; 6) Wanita-wanita dari kerabat sedarah menurut garis samping dari
ayah.
b. Anak yang sudah Mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari ayah atau ibunya.
34
c. Apabila pemegang hadhanah tidak dapat menjamin keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas permintaan kerabat yang ternyata bersangkutan pengadilan dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula.
d. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggungan ayah menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dan dapat mengurus dirinya sendiri (21 tahun).
e. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak, pengadilan agama memberikan putusannya berdasarkan huruf (a), (b), (c), dan (d).
f. Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut padanya.
2. Hikmah Perceraian
Dalam Al-Qur’an tidak ada ayat yang menyuruh atau melarang
eksistensi perceraian, sedangkan untuk perkawinan ditemukan beberapa ayat
yang menyuruh melakukannya.
Suatu kejadian pastilah terdapat hikmah yang akan didapatkan, begitu
juga pada permasalahan perceraian akan ada hikmah yang akan kita dapatkan
baik bagi sang suami atau sang isteri. Talak pada dasarnya sesuatu yang halal
tetapi hal yang paling dibenci oleh Allah SWT, hikmah dibolehkannya talak
itu adalah karena dinamika kehidupan rumah tangga kadang-kadang menjurus
kepada sesuatu yang bertentangan dengan tujuan pembentukan rumah tangga
itu. Dalam keadaan begini kalau dilanjutkan akan menimbulkan mudharat
35
bagi kedua belah pihak baik itu sang suami atau isteri bahkan kepada sang
anak itu sendiri.24
Allah SWT Yang Maha Bijaksana menghalalkan talak tapi
membencinya, kecuali untuk kepentingan suami, istri atau keduanya, atau
untuk kepentingan keturunannya. Selain hal itu, hikmah adanya perceraian
akan menambahkan kita pada pembelajaran hidup bahwasanya dalam hidup
terdapat dinamika yang harus kita jalani, baik itu bersifat senang ataupun
sedih. Karena semua ini sudah ada ketentuannya yang telah lama ditentukan
oleh Allah SWT sehingga diharapkan semua peristiwa yang kita alami dapat
kita ambil hikmah atau sebagai pembelajaran untuk kehidupan kita kedepan
agar lebih baik dan bisa lebih mendekatkan diri dengan sang pencipta yaitu
Allah SWT.
24 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh dan Munakahat
dan UU perkawinan,), hal. 109-200.
36
BAB III
SEPUTAR ALIRAN SESAT
A. Pengertian dan Dasar Hukum Aliran Sesat
Paham dan aliran, adalah dua kata yang sering diucapkan seseorang
dengan maksud yang sama, seakan tidak ada bedanya. Karena memang keduanya
mengandung arti adanya suatu pemikiran yang dianut oleh sebagian orang dalam
sebuah komunitas atau kelompok tertentu. Namun demikian, ada sisi perbedaan
dalam dua kata tersebut.1
Menurut bahasa kata aliran adalah terjemahan dari kata arab ا����� suku
kata arab berbentuk tunggal (د���) dan bentuk jamaknya ق� yang mempunyai
banyak makna diantaranya : aliran, golongan, dan faham.2
“Aliran sesat” ditinjau dari arti kamus bahasa Indonesia terdiri dari dua kata
yaitu aliran dan sesat. Kata aliran berasal dari kata dasar alir yang mendapat
akhiran -an. Arti kata aliran adalah sesuatu yang mengalir (tentang hawa, air,
listrik dan sebagainya); sungai kecil, selokan, saluran untuk benda cair yang
mengalir (seperti pipa air); gerakan maju zat alir (fluida), misal gas, uap atau
cairan secara berkesinambungan.3 Arti kata sesat adalah salah jalan, tidak melalui
1 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2010), hal. 9. 2 Ibrahim Mustofa dkk, Al Mu’jam al- Wasith, (Turky: Maktabah Al-Islamiyah), cet II,
hal.685 3 Dessy Anwar, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Karya Abdi Tama, Surabaya, 2001,
hal. 30.
37
jalan yang benar, salah, keliru, berbuat yang tidak senonoh, menyimpang dari
kebenaran.4
Pengertian aliran sesat apabila dikaitkan dengan arti katanya dapat
dimaknakan sebagai suatu gerakan yang berkesinambungan (terus menerus) yang
menyimpang dari kebenaran. Penyimpangan kebenaran dalam hal ini dikaitkan
dengan ajaran agama yang diakui di Indonesia.
Yang dimaksud “Aliran” adalah sekelompok manusia yang berhimpun
dalam satu ikatan atau organisasi, lembaga, jamaah, pagguyuban atau ikatan
dibawah seorang pemimpin. Pada umumnya aliran atau sekte dipimpin oleh
seorang Amir atau Imam yang diyakini mempunyai otoritas mutlak. Ada pula
sebagian aliran yang menjadikan atau meyakini Amir atau Imamnya mempunyai
otoritas kenabian bahkan ketuhanan. Diantara mereka ada yang membuat ajaran
dan syari’at sendiri yang bertentangan dengan syariat Islam lalu mengatas
namakan dirinya Islam.5
Sedangkan kata paham, lebih berkonotasi pada suatu alur pemikiran yang
menganut prinsip tertentu, tidak teroganisir, dan tidak memiliki pemimpin pusat,
meskipun ia memiliki tokoh sentral yang menjadi figure paham tersebut.
Biasanya pengikut suatu paham tertentu, adalah orang-orang yang kritis, senang
4 Dessy Anwar, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, hal 435. 5 Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran Aliran Dalam Islam dan CIri-Ciri Ajarannya,
(Jakarta; Pustaka al Riyald ), hal.1
38
berfikir, terbuka dan menyambut baik adanya dialog-dialog. Walaupun tidak
selalu demikian.6
Membuat aliran, sekte, atau jemaat yang ajarannya menyimpang dari
ajaran agama islam adalah haram hukumnya, murtad bagi pelakunya dan
pengikutnya, tidak diterima amal ibadahnya dan disiksa diakhirat. Sekte adalah
gerakan idiologi yang mempunyai sasaran yang eksplisit dan diikrarkan,
mempertahankan, dan bahkan menyebarkan idiologi terset.7 Sekte ini di tandai
dengan: a) menganut faham memisahkan diri dari masyarakat dan menarik diri
dari atau menyimpang dari dunia dan lembaga serta nilai-nilainya. b) bersifat
eksklusif baik dalam sikap maupun dalam struktur sosial. c) menekankan masalah
pengalaman konversi sebelum keanggotaan. d) keanggotaan secara suka rela. e)
semangat regenerasi. f) terakhir, memiliki sikap kekerasan estetika, sering dalam
bentuk sifat menjauh (bertapa). Maka Sekte yang berkembang dalam Islam dapat
diberi pengertian sebagai, suatu kelompok masyarakat keagamaan Islam yang
bersifat eksklusif memsahkan diri dari masyarakat luas dan menyinpang dari
lembaga keagamaan, ortodok serta nilai-nilainya.8
Allah memerintahkan kepada hambanya agar mengikuti ajara-Nya dan
tidak membuat ajaran sendiri. Firman Allah :
(#θ ßϑÅÁtGôã$#uρ È≅ö7pt ¿2 «!$# $ Yè‹Ïϑy_ Ÿωuρ (#θè%§� x s? ∩⊇⊃⊂∪
6 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, hal. 9. 7 Sa’dullah Assa’idi,Hadis-Hadis Sekte,(Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 1996) cet.1, h.60 8 Sa’dullah Assa’idi,Hadis-Hadis Sekte, h.61
39
Arinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”, (QS. Al-Imran (3): 103)
Yang dimaksud firqah dhalalah adalah orang, golongan, jamaah,
oranisasi, paguyuban, kelompok atau aliran yang tidak mengikuti syariat Islam
atau ajaran Al-Qur’an dan Sunnah secara penuh yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw. Dalam arti hanya mengaku Islam sebagai ajarannya, Al-Qur’an
dan sunnah sebagai kedok landasan Hukum, sedangkan ajaran yang dijalankan
menyimpang dan bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah serta Ijma’ ulama.
Syariat yang mereka ikuti adalah buatan Amir atau Imam mereka secara “akal-
akalan”. Selain itu mereka menambah, mengurangi, memalsukan bahkan merubah
ajaran Islam dengan berkedok Islam, atau dengan kata lain firqah dhalalah adalah
golongan yang keluar dari ajaran Ahlus Sunah Wa al-jama’ah dan Ijma ulama
serta tidak mau mengikuti jalan Salafus Shalih.
Selain itu juga, aliran atau kelompok sesat didefinisikan MUI, sebagai
paham atau pemikiran yang dianut dan diamalkan oleh sebuah kelompok yang
bertentangan dengan akidah dan syariat Islam serta menyimpang dari dalil-dalil
syar’i.
Jadi kesesatan adalah kekeliruan pemahaman yang terkait dengan perkara
aqidah atau syariah, tapi diyakini kebenarannya yang konsekuensinya adalah
kekufuran.
40
B. Macam-Macam Aliran Sesat Di Indonesia
1. Paham Sesat Inkar Sunnah
Paham sesat ini muncul di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Mereka
menamakan pemgajian yang mereka adakan dengan sebutan kelompok
Qur’ani (kelompok pengikut Al-Qur’an).
Pengajian mereka cukup ramai dimana-mana di Jakarta. Dimanapun
mereka mengadakan pengajian, jamaahnya tinggal naik mobil antar jemput.
Beberapa masjid di Jakarta. Salah satunya pada masjid Asy-Syifa di Rumah
Sakit Pusat Cipto Mangun Kusumo, Jakarta. Pengajian tersebut dipimpin oleh
Haji Abdurrahman Pedurenan Kuningan Jakarta. Lalu muncul pula pengajian
yang dipimpin oleh Ust. H. Nawawi di Masjid Al-Burhan Pasar Rumput
Jakarta Selatan.
Pokok-pokok ajaran ingkar sunnah antara lain:9
1. Tidak percaya kepada semua hadits Rasulullah Saw. menurut mereka,
hadits itu bikinan Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam.
2. Dasar hukum dalam Islam hanya Al-Qur’an saja.
3. Syahadat mereka : isyhadu biannana muslimin.
4. Shalat mereka bermacam-macam, ada yang shalatnya dua rakaat-dua
rakaat dan ada yang hanya eling (ingat) saja.
5. Puasa wajib hanya bagi orang yang melihat bulan saja, kalau seorang saja
yang melihat bulan, maka dialah yang wajib puasa. Mereka berpendapat
9 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, hal. 32
41
demikian merujuk pada ayat faman syahida minkumusy syahra fal
yashumhu.
6. Haji boleh dilakukan selama empat bulan haram, yaitu Muharram, Rajab,
Zul Qaidah, dan Zul Hijjah.
7. Pakaian ihram adalah pakaian orang Arab dan membikin repot. Oleh
karena itu waktu mengerjakan haji boleh memakai celan panjang dan baju
biasa serta memakai jas/dasi.
8. Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.
9. Nabi Muhammad tidak berhak untuk menjelaskan tentang ajaran Al-
Qur’an (kandungan isi Al-Qur’an).
10. Orang yang meninggal dunia tidak di shalati karena tidak ada perintah Al-
Qur’an.
2. Aliran Pembaru Isa Bugis
Isa Bugis lahir tahun 1926, dikota Bhaktie Aceh Pidie. Lalu ia
berdomisili di daerah Kayu Manis Jakarta Timur.
Isa Bugis ingin menerjemahkan dan menganalisa agama Islam
berdasarkan teori pertentangan antara dua hal. Seperti ideology komunis
dengan kapitalis, antara nur dan zhulumat.
Ia berusaha mengilmiahkan agama dan kekuasaan Tuhan dan akan
menolak semua hal-hal yang tidak bias di ilmiahkan atau tidak bias diterima
42
oleh akal. Oleh karena itu ajaran Isa Bugis ini banyak diikuti oleh para intelek
yang cenderung lebih menggunakan akal dan pikiran.
Pokok-pokok Ajaran Isa Bugis, yaitu:10
a. Air Zam-zam di Makkah adalah air bekas bangkai orang arab.
b. Semua kitab tafsir Al-Qur’an yang ada sekarang harus di museumkan,
karena semuanya salah.
c. Menolak semua mukzizat para nabi dan rasul, seperti kisah Nabi Musa
AS. Membelah laut dengan tongkatnya dalam Al-Qur’an adalah dongeng
lampu Aladin.
d. Nabi Ibrahim AS. Menyembelih Ismail adalah dongeng.
e. Ka’bah adalah kubus berhala yang dikunjungi oleh turis setiap tahun.
f. Ilmu fiqih, ilmu tauhid, dan sejenisnya adalah syirik. Ulama yang
mengajarkan ilmu ini harus disingkirkan ke pulau Seribu.
g. Al-Qur’an bukan bahasa Arab, sehingga untuk memahami al-Qur’an tidak
perlu belajar bahasa Arab, tata bahasa Arab dan sejenisnya.
h. Setiap orang yang intelek di beri kebebasan untuk menafsirkan Al-Qur’an
walau tidak mengerti bahasa Arab.
i. Ajaran Nabi Muhammad adalah pembangkit imperialism Arab.
j. Ajaran Qurban pada waktu Iedul Adha tidak ada dasar kebenarannya.
k. Mubaligh-mubaligh Islam yang menyebarkan agama keluar tanah Arab
adalah pemabuk zhulumat yang haus darah dan harta.
10 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, hal. 39.
43
l. Indonesia adalah diantara sekian banyak korban-korban dari kebiadaban
Arabisme.
m. Lembaga pembaru (yang dipimpin Isa Bugis) adalah Nur. Sedangkan
orang atau golongan diluar lembaga pembaru Isa Bugis adalah zhulumat,
sesat serta kafir.
n. Sekarang masih periode Mekkah sehingga belum diwajibkan shalat.
Begitu juga minuman yang memabukkan seperti khamar dan sejenisnya
belum diharamkan.
3. Gerakan Darul Arqam
Gerakan Darul Arqam yang berasal dari Malaysia dan pernah
menghebohkan negeri itu serta telah dilarang disana sejak tanggal 15 Agustus
1994 yang lalu, sekarang masih berkembang juga di Indonesia. Kini kabanya
di Indonesia mereka berganti nama menjadi “Hawariyun”.
Gerakan ini mempunyai dana yang kuat. Mereka sebelum dilarang
sudah mampu membuat beberapa pabrik di Malaysia. Entah dari mana aliran
sesat Darul Arqam ini mendapat modal.
Pendiri Darul Arqam, Syaikh Ahmad Suhaimi mengaku bertemu
dengan Nabi Muhammad Saw. dalam keadaan terjaga, kemudian Nabi
Muhammad Saw. memberi Wirid yang kemudian disebut Aurad
Muhammadiyah. Klaim seperti itu bertentangan dengan Islam, karena Nabi
44
Muhammad jelas sudah wafat, dan syariat Islam sudah dinyatakan sempurna
oleh Allah SWT.
4. Gerakan Lembaga Kerasulan (L. K.)
Gerakan Lembaga Kerasulan ini banyak berkembang dikota-kota
besar. Anggota gerakan lembaga kerasulan ini mempunyai disiplin yang
tinggi. Ketaatan mereka pada imam (pimpinannya) luar biasa. Apa saja
perintah dari imam dipatuhi. Mereka berpaham bahwa rasul diutus sampai
hari kiamat. Rasul itu personnya. Oleh karena itu harus ada lembaga untuk
mengatur segala urusan serta persoalannya. Mereka beranggapan seorang
Rasul meninggal harus ada Rasul baru yang menggantinya untuk mengatur
lembaga tersebut. Rasul tersebut itulah imam mereka. Maka mereka
berkeyakinan, taat pada imam berarti dosa serta durhaka besar.
Pokok-pokok ajaran Gerakan Lembaga Kerasulan, yaitu:11
a. Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.
b. Wajib bai’at serta taat pada imam.
c. Dosa bisa ditebus dengan uang kepada imam. Besar kecilnya uang tebusan
tersebut tergantung kepada besar kecilnya dosa yang telah dilakukan.
Yang berhak menentukan uang tebusan itu sang imam.
d. Diluar kelompok mereka adalah kafir.
e. Perkawinan harus dihadapan imam mereka dan di akadkan oleh imam
mereka dan orang tua tidak perlu diberi tahu.
11 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, hal. 43-44
45
f. Membagi suasana menjadi periode Mekkah dan Madinah. Sekarang masih
periode Mekkah dan belum wajib shalat, puasa, haji serta belum
diharamkan minuman yang memabukan seperti khamar dan yang lain-
lainnya.
g. Mengaji harus kepada imam dan sangat efektif terhadap kehadiran orang
lain.
5. Gerakan Ahmadiyah
Gerakan Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di India.
Mirza lahir 15 Februari 1835 M. dan meninggal 26 Mei 1906 M di India.
Ahmadiyah masuk di Indonesia tahun 1935, kini sudah mempunyai sekitar
200 cabang. Pusatnya sekarang berada di Parung Bogor Jawa Barat,
mempunyai gedung yang mewah, perumahan para pimpinan atau pegawai
diatas tanah seluas 15 ha.
Pokok-pokok ajaran Ahmadiyah, yaitu:12
a. Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya Nabi dan Rasul utusan Tuhan.
Dia mengaku dirinya menerima wahyu yang turunnya di India, kemudian
wahyu-wahyu itu dikumpulkan seluruhnya, sehingga merupakan sebuah
kita suci dan mereka memberi nama kiab suci itu Tadzkirah.
b. Mereka meyakini bahwa kitab suci tadzkirah sama sucinya dengan kitab
suci Al-Qur’an karena sama-sama wahyu dari tuhan.
12 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, hal. 60-62.
46
c. Wahyu tetap turun sampai hari kiamat begitu juga Nabi dan Rasul tetap
diutus sampai hari kiamat juga.
d. Mereka mempunyai tempat suci tersendiri yaitu Qadian dan Rabwah.
e. Mereka mempunyai surga sendiri yang letaknya di Qadian dan Rabwah
dan sertifikat kavling surga tersebut dijual kepada jamaahnya dengan
harga yang sangat mahal.
f. Wanita Ahmadiyah haram nikah dengan laki-laki yang bukan Ahmadiyah,
tetapi lelaki Ahmadiyah boleh kawin dengan perempuan yang bukan
Ahmadiyah.
g. Tidak boleh bermakmum dengan (dibelakang) dengan imam yang bukan
Ahmadiyah.
h. Ahmadiyah mempunyai tanggal, bulan, dan tahun sendiri yaitu nama
bulan: 1. Suluh; 2. Tabligh; 3. Aman; 4. Syahadah; 5. Hijrah; 6. Ikhsan; 7.
Wafa; 8. Zuhur; 9. Tabuk; 10. Ikha; 11. Nubuwah; 12. Fatah. Sedangkan
nama tahun mereka adalah Hijri Syamsyi (HS).
6. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) ini adalah nama baru dari
sebuah aliran sesat terbesar di Indonesia, yang selama ini sudah sering
berganti nama karena sering dilarang oleh pemerintah Indonesia.
Lembaga ini didirikan oleh mendiang Nurhasan Ubaidah Lubis, pada
awalnya bernama Darul Hadits, pada tahun 1951. Karena ajarannya
47
meresahkan masyarakat Jawa Timur, maka darul hadits dilarang oleh PAKEM
(Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat) Jawa Timur. Setelah dilarang,
Darul Hadits berganti nama dengan Islam Jamaah. Karena ajaran sesatnya
meresahkan masyarakat, terutama Jakarta, maka aliran sesat islam jamaah ini
secara resmi dilarang disluruh Indonesia berdasrkan Surat Keputusan Jaksa
Agung RI. No. Kep-08/D.A./10.!971, Tanggal 29 Oktober 1971.
Karena sudah dilarang di seluruh Indonesia, maka imam Islam Jamaah
Nurhasan Ubaidah Lubis mencari taktik baru, yaitu mendekati dan meminta
perlindungan kepada Letjen Ali Murtopo (Wakil Kepala Bakin dan Staf
OPSUS) waktu itu. Letjen Ali Murtopo adalah seorang jendral yang dikenal
sangat anti Islam.
Lalu setelah mendapat perlindungan dari Letjen Ali Murtopo maka
berkembang dengan nama Lemkari (Lembaga Karyawan Dakwah Islam),
namun kemudian namanya berubah menjadi LDII setelah mendapat anjuran
dari Mendagri Rudini agar tidak rancu dengan nama lembaga karatedo
Republik Indonesia.
Pokok-pokok ajaran dari LDII, yaitu:13
a. Orang Islam diluar kelompok mereka adalah kafir dan najis, termasuk
kedua orangtua sekalipun.
13 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, hal. 74-76.
48
b. Kalau ada orang diluar kelompok mereka yang melakukan shalat di masjid
mereka, maka bekas tempat shalatnya dicuci karena diaanggap sudah
terkena najis.
c. Wajib taat kepada amir atau imam.
d. Mati dalam keadaan belum baiat kepada amir/imam LDII, maka akan mati
jahilliyah (mati kafir).
e. Al-Qur’an dan hadits yang boleh diterima adalah yang manqul (yang
keluar dari mulut imam atau amir mereka). Yang keluar/diucapkan oleh
mulut-mulut yang bukan amir atau imam mereka, maka haram untuk
diikuti.
f. Haram mengaji al-Qur’an dan Haditr kecuali kepada Imam/amir mereka.
g. Dosa bisa ditebus kepada sang imam, dan besarnya tebusan tergantung
besar-kecilnya dosa yang diperbuat, sedang yang menentukannya adalah
imam.
h. Harus rajin membayar infaq, shadaqah dan zakat kepada imam mereka,
dan haram mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah kepada orang lain.
i. Harta benda diluar kelompok mereka dianggap halal untuk diambil
ataupun dimiliki walaupun dengan cara apapun memperolehnya seperti
mencuri, merampok, korupsi, menipu, dll, asal tidak ketahuan/tertangkap.
Dan kalau berhasil menipu orang Islam diluar golongan mereka, dianggap
berpahala besar.
49
j. Harta, uang zakat, infaq, shadaqah yang sudah diberikan kepada imam,
haram dinyatakan kembali catatannya atau digunakan kemana uang
tersebut. Sebab kalau bertanya kembali pemanfaatan zakat tersebut kepada
imam, dianggap sama dengan menelan ludah yang sudah dikeluarkan.
k. Haram membagikan daging kurban atau zakat fitrah kepada orang Islam
diluar kelompok mereka.
l. Haram shalat di belakang imam yang bukan kelompok mereka, kalaupun
terpaksa sama sekali, tidak usah berwudhu karena shalatnya harus diulang
lagi.
m. Haram nikah dengan orang diluar kelompok.
n. Perempuan LDII kalau mau bertamu ke rumah orang yang bukan
kelompok mereka, maka memilih waktu pada saat haid, karena badan
dalam keadaan kotor (lagi haid) sehingga ketika (kena najis) di rumah non
LDII yang dianggap najis itu tidak perlu dicuci lagi sebab kotor dangan
kotor tidak apa-apa.
o. Kalau ada orang diluar kelompok mereka yang bertamu di rumah mereka,
maka bekas tempat duduknya dicuci karena dianggap kena najis.
7. Gerakan Syiah
Syiah itu sebuah akar kata bermakna: pihak, puak, kelompok. Itulah
pengerian asli dari akar kata itu semenjak berabad-abad sebelum sejarah
Islam. setiap orang menyebut kata “Syiah” maka tertuju kepada “Syiah-Ali”,
50
yaitu kelompok masyarakat yang memihak Ali dan amat memuliakannya
beserta turunannya, dan kelompok itu lambat laun membangun dirinya
menjadi sebuah aliran di dalam Islam.14
Gerakan Syiah di Indonesia luar biasa aktifnya. Mereka sangat pintar
menempatkan orang-orangnya di posisi penting serta sangat lihai melobi para
pejabat pemerintah. Kelompok Syiah di Indonesia dengan dukungan yang
terang-terangan dari kedutaan besar di Iran.
Kesesatan dan penyimpangan Syiah:15
a. Syiah Itu memandang Imam itu Mashum (orang suci)
b. Syiah memandang bahwa menegakan kepemimpinan/pemerintahan
(Imamah) adalah rukun agama.
c. Syiah menolak hadits yang diriwayatkan oleh Ahlul Bait.
d. Syiah pada umumnya tidak mengakui ke khalifahan Abu Bakar, Umar,
dan Utsman.
e. Syi’ah menghalalkan nikah mut’ah (kawin kontrak) yang sudah
diharamkan oleh Nabi Saw.
f. Para imam yang dianggap ma’shum, itu bertentangan dengan Islam,
karena yang ma’shum hanyalah Nabi. Bahkan syiah sendiri sampai
kemudian membatasi kewenangan imam setelah kasus imam Khomeini
yang cenderung menuruti kehendak hawa nafsunya hingga akan
14 H. M. Joesoef Sou’yb, “Syiah Studi Tentang Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokohnya”,
(Jakarta: Al Husna Zikra, 1997), hal. 9. 15 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, hal. 116-117.
51
mengakibatkan hancurnya rakyat Iran karena tetap diharuskan berperang
dengan Irak, maka kemudian di batasilah wewenang imam.
g. Syiah menggunakan senjata Taqiyyah yaitu berbohong, dengan cara
menampakan sesuatu yang berbeda dengan sebenarnya, untuk
mengelabui.
Syiah percaya kepada Ar-Raj’ah, yaitu kembalinya roh-roh ke
jasadnya masing-masing di dunia ini sebelum kiamat di kala imam ghaib
mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan anak-
anaknya untuk balas dendam kepada lawan-lawannya.
8. Lia Aminuddin dan Ajarannya
Lia Aminuddin, umur 51 Tahun, buku-buku yang telah dikeluarkannya
anatara lain: Perkenankan Aku Menjelaskan Sebuah Takdir; Pancasila Menuju
Zaman; Lembaran Al-Hira, Fatwa Jibril As Versus Fatwa MUI; Puisi-Puisi
Mendalami Kerukunan Nasional.
Beberapa ajaran Lia Aminuddin, yaitu:
a. Malaikat Jibril akan turun lagi ke bumi dan bersemayam di dalam diri Lia
Aminuddin, oleh sebab itu dimana pun Lia berada selalu bersama Jibril
AS.
b. Lia Aminuddin mengaku menjadi juru bicara Jibril AS. Dan mengaku
sebagai Nabi dan Rasul.
c. Lia Aminuddin mengaku mendapatkan Wahyu.
52
d. Lia Aminuddin mengaku mendapatkan mukjizat.
e. Agama yang dibawa oleh Lia Aminuddin bernama Salamullah/agama
perenialisme yang menghimpun seluruh agama.
f. Lia Aminuddin mengaku sebagai Imam Mahdi.
g. Ahmad Mukti (puteranya) dianggap sebagai Nabi Isa.
h. Abdul Rahman diyakini sebagai wakil/imam besar ajaran salamullah.
i. Air sumur salamullah berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit.
j. Mencukur segala jenis rambut yang ada di dalam tubuh, mulai dari rambut
kepala, ketiak, dll. Lalu membakarnya, hal itu dianggap sebagai bentuk
ibadah yang diperintahkan Jibril melalui Lia Aminuddin. Barang siapa
yang telah melakukan itu sama dengan bayi yang baru dilahirkan.
C. Kriteria Aliran Sesat Menurut MUI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan sebuah pedoman yang
berisi 10 kriteria untuk mengidentifikasi sebuah ajaran dinyatakan aliran sesat.
Suatu paham atau aliran keagamaan dapat dinyatakan sesat apabila memenuhi
salah satu dari sepuluh kriteria," kata Ketua Panitia Pengarah Rapat Kerja
Nasional (Rakernas) MUI Tahun 2007, Yunahar Ilyas”. Sepuluh kriteria itu
adalah16 :
1. Mengingkari Rukun Iman dan Rukun Islam
16 http://www.antaranews.com/view/?i=1194346349&c=NAS&s=/diakses tanggal 22
November 2010
53
2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai Dalil Syar`i (Al Qur`an
dan As Sunah)
3. Menyakini turunnya wahyu setelah Al Qur`an
4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al Qur`an
5. Melakukan penafsiran Al Qur`an yang tidak berdasarkan kaidah tafsir
6. Mengingkari kedudukan Hadist Nabi sebagai sumber ajaran Islam
7. Melecehkan dan atau merendahkan para Nabi dan Rasul
8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir
9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah
10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar`i
D. Aliran Sesat Menurut Pandangan Hukum Positif.
Sudah jelas bahwa di dalam hukum Islam aliran sesat haram hukumnya,
murtad bagi pelakunya dan pengikutnya, tidak diterima amal ibadahnya dan
disiksa diakhirat. Karena mengingat syariat Islam yang dibawa oleh utusan Allah
Nabi Muhammad Saw berarti menghancurkan agama dan syariat Islam serta
memecah belah umat.
Sedangkan di dalam hukum positif Indonesia yang mengatur mengenai
aliran sesat adalah :
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan
Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama dan KUHP.
54
Negara memiliki kewajiban untuk memberikan rasa aman dan nyaman
bagi warga negaranya dan warga negara asing, termasuk dalam menjalankan
kehidupan beragama. Apabila ada gangguan terhadap hal tersebut, misalnya
munculnya aliran sesat, maka negara harus segera mengambil tindakan, baik
secara hukum maupun non hukum.17
Negara mengatur masalah aliran sesat, dengan cara hukum adalah
dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 tentang Pencegahan
Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Pasal-pasal yang melarang
adalah sebagai berikut:18
Pasal 1
Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu, penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu.
Pasal 2
(1) Barang siapa melanggar ketentuan tersebut dalam pasal 1 diberi perintah dan peringatan keras untuk menghentikan perbuatannya itu di dalam suatu keputusan bersama Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri.
(2) Apabila pelanggaran tersebut dalam ayat (1) dilakukan oleh Organisasi sesuatu aliran kepercayaan, maka Presiden Republik Indonesia dapat membubarkan Organisasi itu dan menyatakan Organisasi atau aliran tersebut sebagai Organisasi/ aliran terlarang, satu dan lain setelah Presiden
17 http:// bangkapos.com/ dwi haryadi/2007/11/11/aliran-sesat-dalam-kacamata-hukum/
diakses tanggal 6 Mei 2010 18 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1965.
55
mendapat pertimbangan dari Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri.
Pasal 3
Apabila, setelah dilakukan tindakan oleh Menteri Agama bersama-sama Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri atau oleh Presiden Republik Indonesia menurut ketentuan dalam pasal 2 terhadap orang, Organisasi atau aliran kepercayaan, mereka masih terus melanggar ketentuan dalam pasal 1, maka orang, penganut, anggota dan/atau anggota Pengurus Organisasi yang bersangkutan dari aliran itu dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun.
Pasal 4
Pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana diadakan pasal baru yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 56a
Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan: a. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalah-gunaan atau
penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia; b. dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga,
yang bersendikan ke-Tuhanan Yang Maha Esa."
2. Fatwa MUI
Selain pemeerintah yang mengatur masalah aliran sesat, MUI pun juga
ikut mengatur masalah aliran sesat ini MUI mengatur masalah ini dengan cara
mengeluarkan fatwa-fatwa kepada aliran-aliran atau organisasi-organisasi
yang menyesatkan. Seperti fatwa MUI tentang malaikat jibril mendampingi
56
manusia (kasus Lia Amnuddin), Fatwa MUI tentang aliran yang menolak
sunnah/hadits Rasul.
3. Beberapa Surat Keputusan dan Surat Edaran.
Selain Undang-Undang pemerintah juga mengikat mengenai aliran
sesat dengan mengeluarkan kebijakan melalui surat keputusan. Seperti Surat
Keputusan Bersama. Surat Keputusan Bersama sifatnya koordinatif antar
lembaga yang menandatanganinya. Kekuatan mengikatnya pun terbatas hanya
untuk kalangan internal instansi terkait, tidak mengikat pihak luar.19 Contoh
Surat Keputusan Bersama 3 menteri yaitu Menteri Agama, Menteri Dalam
Negeri dan Jaksa Agung yang berlaku pada tanggal 9 Juni 2008 adalah SKB
yang ditujukan kepada Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI).
Lalu juga ada Surat Edaran, seperti Surat Edaran yang dikeluarkan
oleh Departemen Agama (sekarang Kementrian Agama). Yaitu Surat Edaran
Dirjen Binmas Islam Dan Urusan Haji Nomor D/BA.01/3099/84 tanggal 20
september 1984 yang ditujukan kepada Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
19 http://hukumonline.com/mempersoalkan-skb-pelarangan-aliran-
sesat/2008/05/05/diakses tanggal 6 Mei 2010
57
BAB IV
PUTUSAN HAKIM PERADILAN AGAMA TENTANG ALIRAN SESAT
SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN
A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Jakarta Timur
1. Sejarah Lahirnya Peradilan Agama Jakarta Timur1
Sebagai kelanjutan dari sikap pemerintah Hindia Belanda terhadap
peradilan agama, pada tahun 1828 dengan ketetapan Komisaris Jenderal
tanggal 12 Maret 1828 nomor 17 khusus untuk Jakarta (Betawi) di tiap-tiap
distrik dibentuk satu majelis distrik yang terdiri dari :
a. Komandan Distrik sebagai Ketua.
b. Para penghulu masjid dan Kepala Wilayah sebagai anggota.
Majelis ada perbedaan semangat dan arti terhadap Pasal 13 Staatsblad
1820 Nomor 22, maka melalui resolusi tanggal 1 Desember 1835 pemerintah
di masa itu mengeluarkan penjelasan Pasal 13 Staatsblad Nomor 22 tahun
1820 sebagai berikut :
“Apabila terjadi sengketa antara orang-orang Jawa satu sama lain mengenai soal-soal perkawinan, pembagian harta dan sengketa-sengketa sejenis yang harus diputus menurut hukum Islam, maka para “pendeta” memberi keputusan, tetapi gugatan untuk mendapat pembiayaan yang timbul dari keputusan dari para “pendeta” itu harus diajukan kepada pengadilan-pengadilan biasa”.
1 Diambil dari arsip Pengadilan Agama Jakarta Timur tanggal 20 November 2009, h. 1-3.
58
Penjelasan ini dilatarbelakangi pula oleh adanya kehendak dari
pemerintah Hindia Belanda untuk memberlakukan politik konkordansi dalam
bidang hukum, karena beranggapan bahwa hukum Eropa jauh lebih baik dari
hukum yang telah ada di Indonesia. Seperti diketahui bahwa pada tahun 1838
di Belanda diberlakukan Burgerlijk Wetboek (BW).
Akan tetapi dalam rangka pelaksanaan politik konkordansi itu, Mr.
Scholten van Oud Haarlem yang menjadi Ketua Komisi penyesuaian undang-
undang Belanda dengan keadaan istimewa di Hindia Belanda membuat
sebuah nota kepada pemerintahnya, dalam nota itu dikatakan bahwa :
“Untuk mencegah timbulnya keadaan yang tidak menyenangkan mungkin juga perlawanan jika diadakan pelanggaran terhadap agama orang Bumi Putera, maka harus diikhtiarkan sedapat-dapatnya agar mereka itu dapat tinggal tetap dalam lingkungan (hukum) agama serta adat istiadat mereka ”.
Di daerah khusus Ibu kota Jakarta, berdasarkan Keputusan Menteri
Agama Nomor 4 Tahun 1967 lahir Peradilan Agama Jakarta dan diadakan
perubahan kantor-kantor cabang Pengadilan Agama dari 2 kantor cabang
menjadi 4 kantor cabang, antara lain :2
a. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Timur.
b. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
c. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Barat.
d. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
2 Diambil dari arsip Pengadilan Agama Jakarta Timur tanggal 20 November 2009, h 1-3
59
2. Wilayah Yurisdiksi
Wilayah kekuasaan hukum (yuridiksi) Pengadilan Agama Jakarta
Timur adalah wilayah daerah Kotamadya Jakarta Timur yang terdiri dari 10
(sepuluh) kecamatan dan 65 kelurahan. Adapun batas-batas wilayahnya
adalah:
a. Sebelah utara dengan : Kodya Jakarta Utara dan Kodya Jakarta Pusat
b. Sebelah barat dengan : Kodya Jakarta Selatan
c. Sebelah selatan dengan : Kabupaten Bogor /Kodya Depok
d. Sebelah timur dengan : Kabupaten Bekasi/Kota Bekasi
Luas wilayah : 18.877.77 Ha. Jumlah penduduknya 3.050.713 jiwa
(besumber data BAPEKO TAHUN 2003). Jumlah penduduk yang beragama
Islam 2.569.390 jiwa (bersumber data Depag. Tahun 2003). Kodya Jakarta
Timur adalah wilayah Yuridiksi Pengadilan Agama Jakarta Timur, adapun 10
wilayah kecamatan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kecamatan Matraman, terdiri dai 6 (enam) kelurahan dengan jumlah
penduduknya sebanyak 153.484 jiwa :
1) Kelurahan Kebon Manggis
2) Kelurahan Palmeriam
3) Kelurahan Pisangan Baru
4) Kelurahan Kayu Manis
5) Kelurahan Utan Kayu Utara
60
6) Kelurahan Utan Kayu Utara
7) Kelurahan Utan Kayu Selatan
b. Kecamatan Jatinegara, teridri dari 8 (delapan) Kelurahan dengan jumlah
penduduknya sebanyak 250.186 jiwa :
1) Kelurahan Bali Mester
2) Kelurahan Bidaracina
3) Kelurahan Cipinang Besar Selatan
4) Kelurahan Cipinang Besar Utara
5) Kelurahan Cipinang Cempedak
6) Kelurahan Cipinang Muara
7) Kelurahan Rawa Bunga
8) Kelurahan Kampung Melayu Kecil
c. Kecamatan Pasar Rebo, terdiri dari 5 (lima) kelurahan dengan jumlah
penduduknya sebanyak 240.074 jiwa :
1) Kelurahan Baru
2) Kelurahan Cijantung
3) Kelurahan Gedong
4) Kelurahan Kalisari
5) Kelurahan Pekayon
d. Kecamatan kramat jati, terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dengan jumlah
penduduknya sebanyak 175.883 jiwa :
61
1) Kelurahan Balekambang
2) Kelurahan Batu Ampar
3) Kelurahan Cawang
4) Kelurahan Cililitan
5) Kelurahan Dukuh
6) Kelurahan Kampung Tengah
7) Kelurahan Kramat Jati
e. Kecamatan Pulogadung terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dengan jumlah
penduduk sebanyak 250.878 jiwa :
1) Kelurahan Cipinang
2) Kelurahan Jati
3) Kelurahan Jatinegara Kaum
4) Kelurahan Kayu Putih
5) Kelurahan Pisangan Timur
6) Kelurahan Pulogadung
7) Kelurahan Rawamangun
f. Kecamatan Cakung terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dengan jumlah
penduduknya sebanyak 251.184 jiwa :
1) Kelurahan Cakung Barat
2) Kelurahan Cakung Timur
3) Kelurahan Jatinegara
62
4) Kelurahan Penggilingan
5) Kelurahan Pulogebang
6) Kelurahan Rawa Terate
7) Kelurahan Ujung Menteng
g. Kecamatan Ciracas, terdiri dari 5 (lima) kelurahan dengan jumlah
penduduknya sebanyak 160.679 jiwa :
1) Kelurahan Cibubur
2) Kelurahan Ciracas
3) Kelurahan Kelapa Dua Wetan
4) Kelurahan Rambutan
5) Kelurahan Susukan
h. Kelurahan Cipayung terdiri dari 8 (delapan) kelurahan dengan jumlah
penduduknya sebanyak 171.883 jiwa :
1) Kelurahan Ceger
2) Kelurahan Cilangkap
3) Kelurahan Cipayung
4) Kelurahan Lubang Buaya
5) Kelurahan Munjul
6) Kelurahan Pondok Rangon
7) Kelurahan Setu
63
i. Kecamatan Makasar terdiri dari 5 (lima) kelurahan dengan jumlah
penduduk sebanyak 193.085 jiwa :
1) Kelurahan Cipinang Melayu
2) Kelurahan Halim
3) Kelurahan Kebon Pala
4) Kelurahan Pinang Ranti
5) Kelurahan Makasar
j. Kecamatan Duren Sawit terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dengan jumlah
penduduknya 203.280 jiwa :
1) Kelurahan Duren Sawit
2) Kelurahan Malaka Jaya
3) Kelurahan Pondok Kopi
4) Kelurahan Pondok Bambu
5) Kelurahan Klender
64
3. Struktur Organisasi
4. Denah Kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur
Lantai 1
65
Lantai 2
Lantai 3
5. Keterangan Gedung
Gedung Pengadilan Agama Jakarta Timur gedung lama, terletak di
Jakarta Timur, dengan alamat Jl. Raya Bekasi KM 18 Kel. Jatinegara, Kec.
Pulogadung Timur dibangun diatas tanah negara milik Pemda DKI dengan
luas tanah 360 M2, luas bangunan 360 M2, terdiri dari 2 lantai, dibangun
tahun 1979 di bawah APBN Depag RI, dengan keadaan yang demikian kecil
dan volume pekerjaan yang relatif padat, begitu pula dengan karyawan yang
berjumlah 59 orang ditambah dengan pegawai honorer 4 orang, maka gedung
66
tersebut tidak memadai lagi. Oleh karena itu, pada tahun anggaran 1997/1998,
melalui anggaran APBN/ABBD DKI Jakarta Pemerintah telah membangun
tambahan gedung 1 lantai di lokasi yang sama seluas 360 m2, sehingga
sekarang ini menjadi 2 lantai dan 14 ruangan.
Gedung Baru Pengadilan Agama Jakarta Timur, berkedudukan di
Kelapa Dua Wetan alamat Jl. Raya PKP No. 24 Kel. Kelapa Dua Wetan Kec.
Ciracas Kodya Jakarta Timur, Telp (021) 87717549 kode pos 13750 Gedung
Pengadilan Agama Jakarta Timur dibangun di atas nama hak pakai No. 28
Kodya Jakarta Timur dengan luas tanah 2.760 m2, luas bangunan 1400 m2
terdiri dari 3 lantai yang dibangun tahun 2003 dengan Dana Pemda DKI
Jakarta. Gedung baru kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur yang demikian
besar dan volume pekerjaan yang cukup padat begitu pula dengan karyawan
yang berjumlah 70 orang PNS, ditambah dengan pegawai honorer 13 orang,
pada tanggal 1 Maret 2004 seluruh karyawan/i dan membleir pindah ke kantor
tersebut sampai dengan sekarang.
67
6. Peta Lokasi
7. Daftar Nama Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur
No. Nama Golongan Terkahir
Pendidikan Terakhir
Tahun Menduduki Jabatan
1. KH. Moh. Ali II/d Pesantren 1962-1970 2. KH. Irsyat III/a S1 IAIN 1970-1980 3. Drs. Asmu’i Kasim Lubis III/b S1 IAIN 1980-1983 4. Drs. H. Supangat III/d S1 IAIN 1983-1989 5. Drs. H. Muhail III/d S1 IAIN 1989-1992 6. Drs. H. Abd. Manan CL, SH IV/a S1 IAIN
S1 UIA 1992-1994
7. H. Abdullah, SH IV/a S1 UID 1994-1996 8. Drs. H. Sudirman, M. SH IV/b SI IAIN
SI UIA 1996-1999
9. Drs. Hasan Bisri, SH, MH IV/b S1 IAIN S1 UMY
1999-2001
68
S1 UII 10. Drs. H. Sayed Usman, SH IV/a S1 IAIN
S1 UIC 2001-2004
11. H. Helmy Bakri, SH IV/c S1 UII 2004 - 2004 12. Drs. H Ruslan Harunar
Rasyid, SH. MH IV/c SL. IAIN 2004-2006
13. Drs. H Sarif Usman, SH. MH IV/c SL.IAIN 2006-2008 14. Drs. H. Wakhidun AR, SH,
M. Hum IV/c S2. STIH
Iblam 2008-sekarang
8. Daftar Nama Pengawai Kesekretariatan/Administrasi Pengadilan Agama
Jakarta Timur
No. Nama Golongan Terkahir
Pendidikan Terakhir
Keterangan
1. Hj. Siti Waingah, S.Pd.I IV/a S.Pd.I Wakil Sekretaris 2. Alfiah Yuliastuti, SH III/b SH Kasubbag.
Kepegawaian 3. Rohimah, SH. MH III/b S1 UIJ
S2 UIJ Kasubbag Keuangan
4. Muhammad Zuhri III/b SLA Kasubbag Umum
5. Susilowati, SH III/a SH Staf Kepegawaian
6. Hamim Naf’an, SHI III/a S1 UIJ Staf Kepegawaian
7. Rd. Yadi Sumadi, W II/a SLA Staf Umum 8. Muhammad Arsyi II/a SLA Staf Umum 9. Sanjaya Langgeng Santoso II/a SLA Bendahara 10. Sri Komalasari II/a SLA Pem Daftar Gaji 11. R. Desy Puspasari II/c D3.
Sekretaris Syaf Umum
69
9. Daftar Nama Pengawai Teknis Pengadilan Agama Jakarta Timur
No. Nama Golongan Terkahir
Pendidikan Terakhir
Keterangan
1. Drs. H. Wakhidun AR, SH, M.Hum
IV/c S2 STIH Iblam
Ketua/Hakim
2. Drs. H. Muh. Abduh Sulaeman, SH, MH
IV/c S2 UMI Wakil Ketua/Hakim
3. Hj. Munifah Djam’an, SH IV/b S1 IAIN Hakim 4. Dra. Hj. Saniyah KH IV/b S1 IAIN Hakim 5. Drs. Abu semen Bastoni, SH IV/c S1 IAIN
S1 Hukum Hakim
6. Drs. H Fauzi M Nawawi IV/b S1 IAIN Hakim 7. Dra. Nurroh Sunnah, SH IV/b S1 IAIN
S1 UIM Hakim
8. Hj. Yustimar, SH IV/b S1 UID Hakim 9. Drs.HM. Fadjri Rivai, SH.MH IV/b S1 IAIN
S2 Hukum Hakim
10. Hj. Nani Setyawati, SH IV/a S1 Untar Hakim
10. Daftar Nama Tenaga Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Timur
No. Nama Golongan Terkahir
Pendidikan Terakhir
Keterangan
1. Drs. H. Syaiful Anwar IV/b S1 IAIN Panitera/Sekretaris
2. H. Syamsuri, Agus, SH III/d S1 UIA Wakil Panitera 3. Ali Mushofa, SH III/d S1 UIA Panitera Muda
Gugatan 4. Pahrurrozi, SH III/c S1 UIA Panitera Muda
Hukum 5. H. Bangbang Sri
Pancala, SH III/d S1 Unta Panitera Muda
Permohonan 6. Drs. Ade Faqih III/c S1 UIJ Panitera
Pengganti 7. Siti Makbullah, SH III/c S1 UIJ Panitera
Pengganti 8. Aday, S.Ag III/c S1 Hukum Panitera
Pengganti
70
9. Syamsul Rizal, SH III/c S1 Hukum Panitera Pengganti
10. Sumaryuni, SH III/b S1 Hukum Panitera Pengganti
11. Hamdani, SHI III/b S1 Syari’ah Panitera Pengganti
12. Mastanah, SH III/b S1 Hukum Panitera Pengganti
13. Nova Asrul Lutfi, SH III/c S1 Hukum Panitera Pengganti
14. Hj. Spa Icthtiyatun, SH. MH
III/c S1 Hukum S2 Hukum
Panitera Pengganti
15. Idris M Ali, SH III/c S1 Hukum Panitera Pengganti
16. Dra. Siti Nurhayati III/d S1 IAIN Panitera Pengganti
17. Titiek Indriyaty, SH III/b S1 UIA Panitera Pengganti
18. Mahrus, LC III/a LIPIA Cakim/PP Lokal. 19. Achmad Cholil, S.Ag III/a S1 IAIN Cakim/PP Lokal 20. Sutini, S,Ag III/c S1
Tarbiyah Staf Panmud Hukum
21. Mohamad Edwar II/a Man Staf Panmud Hukum
22. Sirajuddin Haris II/a Man Staf Panmud Hukum
23. M. Dirwansyah Ridlah II/a Man Staf Panmud Gugatan
24. Shofa Qolbi Djabir, LC III/a S1 Syari’ah Cakim/PP Lokal 25. Khoerunnisa, SHI III/a S1 Syari’ah Cakim/PP Lokal 26. Siti Mahbubah III/a S1 Syari’ah CPP 27. Hisni Mubarok III/a S1 Syari’ah CPP
71
11. Daftar Nama Kejurusitaan Pengadilan Agama Jakarta Timur
No. Nama Golongan Terkahir
Pendidikan Terakhir
Keterangan
1. Zulkipli III/b SLA Juru Sita 2. Moch. Sidik III/b SLA Juru Sita 3. Burhamzah III/a SLA Juru Sita
Pengganti 4. Budi Sukirno III/a SLA Juru Sita
Pengganti 5. Obang Hasyim. A II/c SLA Juru Sita
Pengganti 6. Ikbal Bisry II/b SLA Juru Sita
Pengganti 7. Sri Mulyati III/b S.Ag Juru Sita
Pengganti 8. Veny Rarmawati II/b SLA Juru Sita
Pengganti 9. Rahmah Sufiyah, SH III/b S1. Hukum Juru Sita
Pengganti 10. Tati Yulianti III/a SLA Juru Sita
Pengganti 11. Muhammad Sayhon II/a SLA Juru Sita
Pengganti
B. Kronologis Kasus Perceraian Di Pengadilan Agama Jakarta Timur nomor
055/Pdt.G/2009/PAJT
M. Martein Malik Bin Yusril Malik, umur 31 tahun, agama Islam,
pendidikan D II, pekerjaan karyawan, tempat tinggal di jalan Kapuk II Rt. 02 Rw
05 No. 14, Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Kota Jakarta Timur yang
selanjutnya disebut Pemohon. Pada tanggal 08 Januari 2009 mengajukan surat
pemohonanan kepada Pengadilan Agama Jakarta Timur dengan Nomor Registrasi
055/Pdt.G/2009/PAJT. Pemohon bermaksud memohon kepada Pengadilan
72
Agama Jakarta Timur untuk menjatuhkan talak kepada istrinya yaitu Yuniarti
Binti Aksan, umur 27 tahun, agama Islam, pendidikan D III, pekerjaan karyawati,
tempat tinggal di Jalan Kapuk III Rt. 02 Rw. 05 No. 14, Kelurahan Klender,
Kecamatan Duren Sawit, Kota Jakarta Timur, selanjutnya disebut Termohon.
Dalam surat permohonan yang diajukan pemohon pada pokoknya
mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
Pada hari Sabtu, tanggal 23 Agustus 2003, telah berlangsung pernikahan
antara pemohon dan termohon, tercatat di PPN KUA Kecamatan Pandaan,
Lamongan , Jawa Timur, dengan Akta Nomor 506/96/VIII/2003, tanggal 23
agustus 2003.
Setelah menikah kehidupan rumah tangga pemohon dan termohon dalam
keadaan rukun, dan telah berhubungan badan sebagaimana layaknya suami istri
dan bertempat tinggal bersama di Jalan Kapuk III Rt. 02 Rw. 05 No. 14,
Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Kota Jakarta Timur dan dikaruniai 2
(dua) orang anak bernama :
1. Alfa Raditya Malik, lahir tanggal 19 Juni 2004.
2. Tsabitah Rona Malik, lahir tanggal 08 April 2006.
Lalu kehidupan rumah tangga Pemohon dan Termohon berubah menjadi
tidak harmonis lagi dan goyah, setidaknya terjadi mulai bulan Agustus tahun
2006, disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
73
1. Antara pemohon dan termohon berubah menjadi sudah tidak ada kecocokan
dalam membina rumah tangga.
2. Termohon tidak taat kepada pemohon
3. Termohon sering ikut pengajian-pengajian yang tidak jelas dan termohon suka
ikut demo-demo dalam perkumpulan tersebut, apabila ditanya oleh pemohon,
termohon selalu marah.
4. Orang tua termohon suka ikut campur dalam urusan rumah tangga pemohon
dan termohon
Kemudian pemohon dan termohon masih satu rumah, namun sejak bulan
agustus 2006 kurang lebih 2 tahun sudah pisah ranjang dan sudah tidak
berhubungan badan sebagaimana layaknya suami istri.
Lalu pemohon dan termohon telah berupaya untuk mengatasi masalah
tersebut dengan jalan atau cara bermusyawarah atau berbicara dengan termohon
secara baik tetapi tidak berhasil.
Akhirnya dengan sebab-sebab tersebutlah, maka pemohon merasa rumah
tangga antara pemohon dan termohon tidak bisa dipertahankan lagi, karena
perselisihan dan pertengkaran secara terus-menerus yang berkepanjangan dan
sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan lagi, maka pemohon berkesimpulan lebih
baik bercerai dengan termohon.
74
C. Pertimbangan dan Putusan Hakim Dalam Kasus Perceraian di Pengadilan
Agama Jakarta Timur Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT
Pada hari sidang yang telah ditetapkan pemohon datang menghadap, akan
tetapi termohon tidak datang menghadap atau menyuruh rang lain menghadap
sebagai kuasanya meskipun telah dipanggil dengan patut yaitu panggilan pertama
tanggal 15 Januari 2009 dan panggilan kedua tanggal 22 Januari 2009 sesuai
dengan pasal 27 peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1975, sedangkan tidak
terbukti bahwa tidak datangnya termohon itu disebabkan sesuatu halangan yang
sah.
Setelah dibacakan surat permohonannya pemohon menyatakan tetap
bertahan pada isi permohonannya. Dalam memperkuat dalil-dalilnya, pemohon
telah mengajukan bukti-bukti tertulis berupa fotokopi yang telah disesuaikan
dengan aslinya dan bermaterai cukup, yaitu:
Fotokopi Kutipan Akta Nikah Nomor 506/96/VIII/2003, tanggal 23 agustus
2003 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Pandaan,
Lamongan, Jawa Timur.
Selain mengajukan bukti-bukti tertulis, pemohon telah pula mengajukan 2
(dua) orang saksi yaitu:
1. Waskanah Binti Munasih, umur 46 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumah
tangga, tempat tingga Di Jalan Kapuk III Rt 02 Rw 05 No. 14, Kelurahan
Klender, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur.
75
2. Moh. Irwandi Malik Bin Yusril Malik, umur 30 tahun, agama Islam,
pekerjaan anggota polri, tempat tinggal di Jalan Kapuk III Rt. 02 Rw 05 No.
14, Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur.
Saksi keluarga yang pertama yang diajukan pemohon dibawah sumpahnya
menerangkan:
1. Saksi adalah saudara sepupu pemohon dan kenal dengan termohon sebagai
istri pemohon
2. Saksi mengetahui antara pemohon dan termohon adalah suami istri yang
menikah pada tahun 2003 dan telah dikaruniai 2 (dua) orang anak.
3. Saksi mengetahui pada mulanya rumah tangga pemohon dan termohon
berjalan harmonis, akan tetapi sejak 2 tahun lalu sampai sekarang sudah tidak
harmonis lagi sering terjadi pertengkaran dan percekcokan disebabkan
termohon sangat malas tidak mau mengurus rumah tangga dan sering
meninggalkan anaknya tanpa izin pemohon, jika ditanya alasannya termohon
suka ikut demo-demo.
4. Pemohon dan termohon saat ini masih satu rumah, akan tetapi sudah 2 tahun
pisah ranjang sampai sekarang.
5. Saksi telah berusaha menasehati pemohon dan termohon agar bersabar,
namun tidak berhasil.
Saksi keluarga yang kedua yang diajukan pemohon di bawah sumpahnya
menerangkan:
76
1. Saksi adalah adik kandung pemohon dan kenal dengan termohon sebagai istri
pemohon.
2. saksi mengetahui antara pemohon dan termohon adalah suami istri yang
menikah pada tahun 2003 dan telah dikaruniai 1 (satu) orang anak laki-laki
dan 1 (satu) orang anak perempuan.
3. Saksi mengetahui pada mulanya rumah tangga pemohon dan termohon
berjalan harmonis, akan tetapi sejak 2 tahun lalu sampai sekarang sudah tidak
harmonis lagi sering terjadi pertengkaran dan percekcokan disebabkan
termohon sangat malas tidak mau mengurus rumah tangga dan sering
meninggalkan anaknya tanpa izin pemohon, jika ditanya alasannya termohon
suka ikut demo-demo.
4. Pemohon dan termohon saat ini masih satu rumah, akan tetapi sudah 2 tahun
pisah ranjang sampai sekarang.
5. Saksi telah berusaha menasehati pemohon dan termohon agar bersabar,
namun tidak berhasil.
Atas keterangan saksi tersebut, pemohon membenarkan dan tidak
menyatakan bertahan dan keberatannya, kemudian dalam kesimpulannya
menyatakan tidak akan mengajukan hal-hal lain atau sesuatu apapun juga dan
mohon putusan.
Lalu mengenai hukumnya maksud dan tujuan permohonan pemohon
sebagaimana tersebut di atas. Termohon meskipun telah di panggil dengan patut
77
tidak datang menghadap dan bahwa tidak datangnya itu disebabkan sesuatu
halangan yang sah, maka termohon dinyatakan tidak hadir.
Berdasarkan Bukti Berupa Fotokopi Kutipan Akta Nikah Nomor
506/96/VIII/2003 yang dikeluarkan Kantor Urusan Agama Kecamatan Pandaan,
Lamongan, Jawa Timur (bukti P1), terbukti antara pemohon dan termohon adalah
suami istri yang sah.
Lalu majelis hakim telah berusaha memberikan nasihat kepada pemohon
agar rukun kembali, sebagaimana dikehendaki oleh pasal 39 ayat (1) undang-
undang nomor 1 tahun 1974 Jo. Pasal 65 peraturan pemerintah nomor 9 tahun
1975, namun tidak berhasil.
Berdasarkan pengakuan pemohon dan keterangan 2 (dua) orang saksi di
bawah sumpahnya menerangkan bahwa sejak bulan agustus tahun 2006 antara
pemohon dan termohon telah terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
yang sulit di damaikan, disebabkan antara pemohon dan termohon tidak ada
kecocokan dalam membina rumah tangga, termohon tidak taat kepada pemohon
dan sering ikut pengajian-pengajian yang tidak jelas, serta orang tua termohon
sering ikut campur dalam urusan rumah tangga pemohon dan termohon, yang
akhirnya antara pemohon dan termohon sudah pisah ranjang sejak bulan agustus
2006 sampai dengan sekarang.
Kemudian ternyata dari perkawinan pemohon dengan termohon telah
dikaruniai 2 (dua) orang anak yang bernama:
78
1. Alfa Raditya Malik, lahir tanggal 19 Juni 2004
2. Tsabitah Rona Malik, lahir tanggal 08 April 2006.
Dengan fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa rumah tangga pemohon
dan termohon tidak harmonis lagi dimana antara pemohon dan termohon telah
pisah ranjang selama 2 tahun tanpa nafkah lahir dan batin, maka keadaan rumah
tangga yang demikian tersebut tidak lagi sesuai dengan maksud surat Ar-Rum
ayat (21) yaitu rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warrahmah Jo. Pasal 1
Undang-undang nomor 1 tahun 1974.
Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas permohonan pemohon
telah memenuhi ketentuan pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun
1975 Jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam.
Lalu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, ternyata
permohonan pemohon tersebut, tidak melawan hukum dan beralasan, maka
pengadilan berpendapat bahwa permohonan pemohon dapat dikabulkan.
Perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan, maka berdasarkan pasal 89
ayat (1) undang-undang nomor 7 ahun 1989 telah diperbaharui undang-undang
nomor 3 tahun 2006, biaya perkara dibebankan kepada pemohon.
Pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan
hukum islam yang berkenaan dengan perkara ini.
79
D. Analisis Penulis
Langgeng kehidupan dalam ikatan perkawinan merupakan suatu tujuan
yang diutamakan dalam Islam. Akad nikah diadakan untuk selamanya dan
seterusnya agar suami istri bersama-sama dapat mewujudkan rumah tangga
sebagai tempat berlindung, menikmati curahan kaih sayang dan dapat memelihara
anak-anaknya sehingga mereka dapat tumbuh dengan baik.
Jika ikatan antara suami dan istri sedemikian itu kuatnya, tidak sepatutnya
dirusak dan disepelekan. Setiap usaha untuk menyepelekan hubungan pernikahan
dan melemahkannya sangat dibenci oleh Islam, karena ia merusak kebaikan dan
menghilangkan kemaslahatan antara suami istri. Siapa saja yang merusak
hubungan suami istri, Islam memandangnya telah keluar dari Islam dan tidak
mempunyai tempat terhormat dalam Islam.
Apabila mitsaqun ghalizhun (perjanjian yang kokoh) dalam perkawinan
itu disepelekan maka dapat terjadi kehancuran dalam rumah tangga. Dan yang
menjadi tujuan dari perkawinan yaitu membentuk keluarga yang sakinah,
mawaddah, dan rohmah tidak akan tercapai. Maka bisa terjadi putusnya
perkawinan yakni melalui jalan perceraian.
Sedangkan yang dimaksud dengan aliran sesat adalah aliran yang tidak
mengikuti syariat Islam atau ajaran Al-Qur’an dan Sunnah secara penuh yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam arti hanya mengaku Islam sebagai
ajarannya, Al-Qur’an dan sunnah sebagai kedok landasan Hukunya, sedangkan
80
ajaran yan dijalankan menyimpang dan bertentangan dengan Al-Qur’an dan
Sunnah serta Ijma’ ulama. Syariat yang mereka ikuti adalah buatan Amir atau
Imam mereka secara “akal-akalan”. Selain itu mereka menambah, mengurangi,
memalsukan bahkan merubah ajaran Islam dengan berkedok Islam.3
Aliran sekte, atau jemaat yang ajarannya menyimpang dari ajaran agama
islam adalah haram hukumnya, murtad bagi pelakunya dan pengikutnya, tidak
diterima amal ibadahnya. Karena mengingat syariat islam yang dibawa oleh
utusan Allah Nabi Muhammad Saw berarti menghancurkan agama dan syariat
Islam serta memecah belah umat. Allah memerintahkan kepada hambanya agar
mengikuti ajara-Nya dan tidak membuat ajaran sendiri.
Seperti dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Timur No.
055/Pdt.G/2009/PAJT yang disebabkan oleh istri pengikut aliran sesat.
Dalam perkara ini M. Martein Malik Bin Yusril Malik selaku pemohon
mengajukan permohonan cerai ke Pengadilan Agama Jakarta Timur untuk
menceraikan Istrinya yaitu Yuniarti Binti Aksan dengan alasan-alasan antar lain:
Antara pemohon dan termohon berubah menjadi sudah tidak ada kecocokan
dalam membina rumah tangga, Termohon tidak taat kepada pemohon, Termohon
sering ikut pengajian-pengajian yang tidak jelas dan termohon suka ikut demo-
demo dalam perkumpulan tersebut, apabila ditanya oleh pemohon, termohon
3 Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran Aliran Dalam Islam dan CIri-Ciri Ajarannya,
(Jakarta; Pustaka al Riyald ), cet VI, h.19
81
selalu marah, orang tua termohon suka ikut campur dalam urusan rumah tangga
pemohon dan termohon.
Hemat penulis, inti dari alasan perceraian ini adalah perselisihan dan
pertengkaran terus menerus hal ini sesuai dengan pasal 19 huruf (f) Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam.
Perselisihan dan pertengkaran ini di picu oleh istri yang menjadi pengikut aliran
sesat.
“Dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Timur nomor
055/Pdt.G/2009/PAJT, aliran sesat bukan sebagai alasan perceraian akan tetapi
sebagai pemicu terjadinya perselisihan dan pertengkaran antara pemohon dan
termohon”.4
Lalu mengenai pembuktian pemohon mengajukan berupa Fotokopi
Kutipan Akta Nikah Nomor 506/96/VIII/2003 yang dikeluarkan Kantor Urusan
Agama Kecamatan Pandaan, Lamongan, Jawa Timur dan keterangan dari dua
orang saksi.keterangan dari saksi-saksi tersebut saling berhubungan dan saling
bersesuaian satu sama lain.
Hemat penulis mengenai alat bukti surat sudah sesuai dengan Pasal 165
HIR yang bukti surat tersebut adalah bukti otentik yang telah memenuhi syarat
formil dan syarat meteriil sehingga mempunyai kekuatan pembuktian yang
4 Wawancara Pribadi dengan Munifah Djam’an, Hakim Pengadilan Agama Jakarta
Timur, pada tanggal 3 Juni 2010.
82
sempurna, sedangkan alat bukti saksi juga sudah sesuai dengan Pasal 22 ayat 2
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.
Lalu yang menjadi landasan hakim dalam memutuskan perkara ini adalah
Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf
(f) Kompilasi Hukum Islam.
Hemat penulis seharusnya hakim juga memasukan pasal 116 KHI huruf
(h) yang berbunyi “peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya
ketidak rukunan dalam rumah tangga”. Karena menurut penulis pemohon jelas
menyatakan dalam putusan bahwa sang istri pengikut pengajian-pengajian yang
tidak jelas dan suka ikut demo-demo pengajian tersebut. Maka seharusnya hakim
menambahkan pasal 116 KHI huruf (h) sebagai landasan putusan.
“Yang menjadi landasan hakim dalam memutuskan perkara ini adalah
Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf
(f) Kompilasi Hukum Islam. sedangkan istri mejadi pengikut aliran sesat hanya
sebagai pemicu terjadinya perselisihan dan pertengkaran”.5 Jadi seperti yang
dijelaskan di atas seharusnya Hakim menambahkan pasal 116 Kompilasi Hukum
Islam huruf (h) dalam memutuskan perkara ini.
5 Wawancara Pribadi dengan Munifah Djam’an, Hakim Pengadilan Agama Jakarta
Timur, pada tanggal 3 Juni 2010.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis putusan Pengadilan Agama Jakarta
Timur Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT, dapat diambil kesimpulan aliran sesat
sebagai penyebab perceraian adalah sebagai berikut:
1. Alasan-alasan perceraian menurut hukum Islam adalah tidak ada lagi
keserasian dan keseimbangan dalam suasana rumah tangga, tidak ada lagi rasa
kasih sayang yang merupakan tujuan dan hikmah dari perkawinan; karena
salah satu pihak berpindah agama (murtad); salah satu pihak melakukan
perbuatan keji yang dilarang agama; istri meminta cerai kepada suami dengan
alasan suami tidak berapologi dengan alasan yang dicari-cari dan
menyusahkan istri; suami tidak memberi apa yang seharusnya menjadi hak
istri; suami melanggar janji yang pernah diucapkan sewaktu akad pernikahan
(taklik talak). Sedangkan alasan perceraian menurut hukum positif adalah di
dalam muatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1975
Tentang Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan menerangkan, dan didalam KHI pasal 116 dan menjelaskan
bahwa alasan-alasan perceraian sebagai berikut: salah satu pihak berbuat zina
atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar
84
disembuhkan; salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal
lain luar kemampuanya; salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima)
tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; salah
satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain; salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau
penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai
suami/isteri; antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga; suami melanggar taklik-talak; peralihan agama atau murtad yang
menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.
2. Aliran sesat menurut hukum Islam, dalam bahasa kata aliran adalah
terjemahan dari kata arab ا����� suku kata arab berbentuk tunggal (د���) dan
bentuk jamaknya ق� yang mempunyai banyak makna diantaranya : aliran,
golongan, dan faham. Membuat aliran sekte, atau jemaat yang ajarannya
menyimpang dari ajaran agama islam adalah haram hukumnya, murtad bagi
pelakunya dan pengikutnya, tidak diterima amal ibadahnya dan disiksa
diakhirat. Karena mengingat syariat Islam yang dibawa oleh utusan Allah
Nabi Muhammad Saw berarti menghancurkan agama dan syariat Islam serta
memecah belah umat. Allah memerintahkan kepada hambanya agar mengikuti
ajara-Nya dan tidak membuat ajaran sendiri. kesesatan adalah kekeliruan
85
pemahaman yang terkait dengan perkara aqidah atau syariah, tapi diyakini
kebenarannya yang konsekuensinya adalah kekufuran. Sedangkan aliran sesat
dalam pandangan hukum positif dapat dilihat dalam pasal 1 dan 4 Undang-
Undang No. 1 Tahun 1965, yang bunyinya:
a. Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan,
menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan
penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau
melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-
kegiatan keagamaan dari agama itu, penafsiran dan kegiatan mana
menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu.
b. Pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana diadakan pasal baru yang
berbunyi sebagai berikut: Pasal 56a Dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya lima tahun barangsiapa dengan sengaja di muka umum
mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan:
1) yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalah-gunaan atau
penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia;
2) dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga,
yang bersendikan ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
3. Dalam kasus perceraian putusan nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT Pengadilan
Agama Jakarta Timur, alasan yang diberikan oleh pemohon adalah istri
pengikut aliran sesat, dan menurut hakim istri pengikut aliran sesat hanya
86
sebagai pemicu terjadinya perselisihan dan pertengkaran sesuai dengan pasal
19 huruf ( f ) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan
UU No 1 Tahun 1974 jo pasal 116 Kompilasi Hukum Islam huruf ( f ), oleh
karena itu yang menjadi dasar hakim menetapkan memberi ijin kepada
pemohon untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap termohon.
B. Saran-Saran
Saran-saran yang diberikan penulis mengenai perkara perceraian adalah
sebagai berikut :
1. Dalam perkara perceraian Pengadilan Agama dalam putusannya sering kali
mengambil dasar Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo.
Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam. Yang seharusnya dapat mengambil dasar
pasal-pasal lain dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Apabila tejadi perselisihan dalam rumah tangga maka upayakanlah
perdamaian antara suami dan isteri dan jika tidak berhasil kirimlah hakam
atau juru damai dari pihak suami atau isteri.
3. Sebagai makhluk Allah yang beriman harus mempunyai ketelitian dalam
ajaran-ajaran mengenai Islam. Kadangkala kita sering tertipu akan kehebatan
suatu tokoh atau aliran yang ternyata dapat menyesatkan kita ke jurang ke
kufuran.
87
4. Bagi pemerintah agar lebih mensosialisasikan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam mengenai perkawinan khususnya
hak dan kewajiban suami dan istri kepada masyarakat.
88
DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang; CV Toha Putra,
Edisi Baru Revisi Terjemah,1989) Abdullah bin Yazin Al-Qazwainiy, Abi. Sunan Ibnu Majah. Beirut, Lebanon: Daar
Al- Fikr, 1994. Abdullah, Sufyan Raji. Mengenal Aliran Aliran Dalam Islam dan CIri-Ciri
Ajarannya. Jakarta: Pustaka al Riyald. Abdurrahman. 2004. Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Akademika Pressindo. Abidin, Slamet & Aminuddin. Fiqih Munakahat II. Bandung : CV. Pustaka Setia,
1999, Cet. Ke-1. Arto, Mukri. Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama. Jakarta : Pustaka
Pelajar, 2003, cet. ke-4. Anwar, Dessy. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Karya Abdi Tama,
2001. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta, 1998. Assa’idi, Sa’dullah. Hadis-Hadis Sekte. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996, Cet.1 Ayub, Syaikh Hasan. Fikih Keluarga. Pustaka Al-Kautsar Departemen Agama. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta : Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam/Proyek Peningkatan Sarana PT IAIN, 1987, cet. ke- 3.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Talak Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT Ichtiar
Baru An Hoeve, 1994), cet. Ke-3, jilid 5. Furchan, Arief. Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif : Suatu Pendekatan Fenomologis
Terhadap Ilmu-Ilmu Sosial. Surabaya : Usaha Nasional, 1992. Ghazaly, Abd. Rahman. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana, 2003. Hamidy, Muhammad. Perkawinan Dan Permasalahannya. Surabaya : Bina Ilmu, 1980.
89
Jaiz, Hartono Ahmad. 2010. Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Mustofa Al-Khin, Mustofa Al-Bugho, dan Ali Asy-Syarbaji. 2005. Kitab Fiqh
Madzhab Syafi. Kuala Lumpur: Prospecta Printers SDN BHD
Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998. Sabiq,Sayyid. Fiqh Sunnah jilid 3. Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006. Sou’yb, M. Joesoef. 1997. “Syiah Studi Tentang Aliran-Aliran dan Tokoh-
Tokohnya”. Jakarta: Al Husna Zikra. Subekti, R. & Tjirosudibio, R. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974. Jakarta: PT. Pradnya Paramitha, 2004, cet. ke- 35.
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta : PT. Intermasa, 1995, cet. ke- 27. Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-garis besar Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media. Syarifudin, Amir. 2007. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh
Munakahat dan UU Perkawinan. Jakarta: Kencana. Talib, Sayuti. Hukum Kekeluargaan Indonesia, Berlaku Bagi Umat Islam. Jakarta: UI
Press, 1982. Taqiyyuddin. Kifayat Al-Akhyar, Juz II. Bandung : Al Ma’arif. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1965 Waluyo, Bambang. 2006. Penelitian Hukum dalam Peraktek. Jakarta: sinar grafika. al- Wasith, Al Mu’jam. Turky: Maktabah Al-Islamiyah. Yogaswara, A. dan Jalidu, Maulana Ahmad. 2008. Aliran Sesat dan Nabi-Nabi
Palsu”Riwayat Aliran Sesat dan Para Nabi Palsu di Indonesia”. Yogyakarta: Narasi.
http:// bangkapos.com/ dwi haryadi/2007/11/11/aliran-sesat-dalam-kacamata-
hukum/diakses tanggal 6 Mei 2010.
90
http://hukumonline.com/mempersoalkan-skb-pelarangan-aliran-sesat/2008/05/05/ diakses tanggal 6 Mei 2010.
http://andreyuris.wordpress.com/2009/09/02/analisis-isi-content-analysis/diakses
tanggal 6 Mei 2010