Upload
nanaa-afifah
View
2.963
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Makalah Kelompok III
TEORI KUANTITAS UANG
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah : Sistem Moneter dalam Islam
Dosen : Enriko Tedja Sukmana, S.Th, M.SI
Disusun oleh
NANA TAURAN SIDIK NIM. 1202120184
AGUS SALIM NIM. 1202120199
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH KELAS A
TAHUN 1435 H / 2014 M
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah negara akan terus mengalami fluktuasi dari segi finansial. Ini jelas akan
mempengaruhi beberapa kebijakan pemerintah terkait dengan penetapan nilai
tukar uang negara tersebut terhadap mata uang dunia. Jika berbicara tentang hal
itu, maka sejatinya kita telah berbicara mengenai sistem moneter yang berlaku di
negara itu. Daya inflasi dan deflasi jelas akan menjadi pewarna tersendiri untuk
setiap detak kebijakan moneter negara tersebut. Nah, tingkat inflasi dan deflasi
juga takkan pernah lepas dari urusan uang yang saat ini standar moneternya
menggunakan standar devisa development atau standar yang menyatakan bahwa
kekuatan nilai tukar mata uang itu tergantung pada kekuatan ekspor dan impor
negara yang bersangkutan.
Untuk menyikapi hal tersebut, kita sebelumnya harus mengenal dulu teori
mengenai kuantitas uang yang terdapat dalam teori klasik. Dalam paham teori
klasik, uang tidak mempunyai peranan terhadap sektor riil, tidak ada pengaruhnya
terhadap tingkat bunga, kesempatan kerja, atau pendapatan nasional. Uang
pengaruhnya hanya terhadap harga-harga barang. Bertambahnya uang beredar
akan mengakibatkan kenaikan harga saja. Jumlah output yang dihasilkan tidak
beruvah. Inilah yang sering disebut dengan classical dichotomy, yang merupakan
pemisahan sektor moneter dengan sektor riil. Sektor moneter tidak ada hubungan
dengan sektor riil. Uang hanya merupakan suatu tudung saja dalam
perekonomian. Teori kuantitas uang, yang pada dasarnya menjadi tulang
punggung adanya kesimpulan tersebut.1
Nah, untuk memahami teori kuantitas uang itu lebih lanjut lah yang menjadi
tujuan disusunnya makalah ini. Semua yang berkaitan dengan bagian-bagian
dalam teori kuantitas uang akan dibahas di dalam makalah ini.
1 Nopirin, Ekonomi Moneter: Buku I, Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2000, hal. 72.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Toeri Kuantitas Uang?
2. Apa saja bagian-bagian dari Teori kuantitas uang?
3. Bagaimana teori-teori tersebut menjelaskan perihal kuantitas uang?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mampu memahami pengertian dari Teori Kuantitas Uang.
2. Agar mampu memahami dan menyebutkan bagian-bagian dari Teori tersebut.
3. Agar mampu memahami dan menjelaskan makna dari masing-masing teori.
D. Kegunaan Penulisan
1. Kegunaan teoritis yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang
Teori Kuantitas Uang.
2. Kegunaan praktis yaitu menjadi khazanah keilmuan bagi mahasiswa yang
mempelajari Sistem Moneter dalam Islam.
E. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah
metode telaah kepustakaan, yang mana penulis menggunakan buku-buku dari
perpustakan sebagai bahan referensi dimana penulis mencari literatur yang sesuai
dengan materi yang di kupas dalam makalah ini dan penulis menyimpulkannya
dalam bentuk makalah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Kuantitas dan Kenetralan Uang
Model penawaran klasik, yang menggambarkan sisi permintaan dari
perekonomian, mempunyai berbagai implikasi yang sangat kuat. Karena
berdasarkan asumsi, output dipertahankan pada tingkat penggunaan tenaga kerja
penuh melalui harga dan tingkat upah yang sangat fleksibel, maka kebijakan
moneter dan fiskal tidak akan mempengaruhi output. Kebijakan fiskal hanya
mempengaruhi tingkat suku bunga maupun distribusi pengeluaran antara sektor
swasta dan sektor pemerintah serta antara konsumsi dan investasi. Kebijakan
moneter hanya akan mempengaruhi tingkat harga. Berbagai implikasi tentang
pengaruh kebijakan moneter terhadap output ini adalah konsistensi dengan teori
kuantitas uang. Teori kuantitas uang dalam bentuk yang paling tegas menyatakan
bahwa tingkat harga adalah proporsional terhadap jumlah uang yang
beredar. 2
Sebagaimana diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi naik dan
turunnya nilai uang. Faktor-faktor tersebut dapat kita golongkan dalam beberapa
kategori yakni.
1. Penawaran uang atau disebut juga dengan jumlah uang.
2. Kecepatan peredaran uang atau sering dikaitkan orang dengan permintaan
terhadap uang.
3. Jumlah barang yang diperdagangkan.
Jumlah uang atau penawaran uang berkaitan dengan jumlah uang yang beredar
yaitu uang kartal dan uang giral. Kedua macam uang itu adalah uang yang
digunakan dalam kehidupan masyarakat untuk berbagai keperluan yaitu
keperluan pembayaran transaksi, jual beli yang digunakan sebagai pengukur
nilai ataupun digunakan sebagai media untuk melakukan pembayaran
berjangka. Jumlah uang yang beredar tersebut di atas bisa diciptakan oleh bank
sentral yaitu bank yang mencetak dan mengedarkan uang dan uang yang
2 Rudiger Dornbusch dan Stanley Fischr, Ekonomi Makro, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997, hal.
301.
3
4
diciptakan oleh bank khusus bank-bank umum atau bank komersial. Sementara
itu kecepatan peredaran peredaran uang sangat besar pengaruhnya dalam
perekonomian terutama perpindahan uang dari satu tempat ke tempat lainnya
atau yang sering dikenal dengan sebutan arus uang. Adapun perpindahan uang
yang dimaksudkan disini adalah arus uang yang terjadi dalam ruang lingkup
produsen kepada konsumen, begitu juga sebaliknya. Bahkan arus uang juga
akan terjadi antara masyarakat terhadap bank melalui kegiatan peminjaman dan
investasi tabungan. Uang tersebut kemudian dimanfaatkan untuk menjalankan
berbagai usaha yang akhirnya akan memperlancar kegiatan produsen dan
konsumen. Begitulah seterusnya perputaran uang itu. Dalam pembahasan
selanjutnya, kita akan mengupas kaitan nilai uang dengan jumlah uang yang
beredar. Untuk memahami itu, maka kita harus memahami terlebih dahulu
teori-teori yang berlaku di dalamnya.3
Kenetralan uang
Uang dikatakan bersifat netral kalau perubahan jumlah uang yang beredar
hanya menyebabkan terjadinya perubahan harga, tanpa mengubah tingkat variable
riil (output, kesempatan kerja, dan suku bunga). Dari hal tersebut kita telah
mengetahui bahwa kenetralan uang juga memiliki implikasi penting. Misalnya
kalau uang bersifat netral, akan terdapat cara yang mudah untuk mengurangi laju
inflasi, selama kita memang menghendakinya. Satu-satunya yang harus kita
perbuat adalah mengurangi laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar.4
3 Muchdarsyah Sinungan, Uang dan Bank , Jakarta: Rineka Cipta, 1991, hal. 19-20. 4 Rudiger Dornbusch dan Stanley Fischr, Ekonomi Makro…hal. 301.
5
M = k.P P = M/k atau
M = Jumlah Uang
K = Konstanta
P = Harga
B. Teori Kuantitas Pendekatan Transaksi (The Transaction Approach)5
Teori ini terdiri atas:
1. Teori Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory) dari David Hume dan
Ricardo
Teori ini berpendapat bahwa nilai uang berbanding terbalik dengan
jumlahnya. Jadi apabila jumlah uang bertambah dua kali lipat banyaknya, maka
nilai uang akan turun menjadi setengahnya. Sebaliknya, apabila jumlah uang
berkurang hingga menjadi setengahnya, maka nilai uang akan naik menjadi dua
kali lipat.
Apabila nilai uang tersebut dihubungkan dengan harga barang, maka teori
crude quantity ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
“Bila jumlah uang naik dua kali lipat maka hargapun akan naik dua kali lipat,
demikian juga sebaliknya”.
Kalau teori ini diformulasikan maka akan didapat rumus sebagai berikut:
Dimana:
Sesuai dengan namanya, maka teori ini sangat sederhana, hanya
mengungkapkan gambaran kasar, sehingga kurang mencerminkan keadaan
sebenarnya yang terjadi dalam masyarakat. Adapun kelemahan-kelemahan
teori ini antara lain tidak memperhitungkan faktor kecepatan laju edar
uang (velocity of circulation) dan jumlah keseluruhan transaksi yang
terjadi di masyarakat.
5 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Pengantar Teori Moneter Serta Aplikasinya pada Sistem
Ekonomi Konvensional dan Syari’ah , Bandung: Penerbit Alfabeta, 2011, hal. 89-94.
6
E = M x V Persamaan satu
(1)
2. Teori Kuantitas dari Irving Fisher (Fisher Equation / persamaan / rumus
fisher)
Fisher dari Harvard University berpendapat bahwa yang menentukan nilai
uang, (dengan perkataan lain menentukan tingkat harga), terdiri dari tiga
faktor, yakni:
a. Jumlah uang (Volume of Money)
b. Kecepatan laju edar uang (Velocity of Circulation)
c. Jumlah barang yang diperdagangkan (Volume of Trade)
Untuk sampai kepada rumusnya yang biasa disebut rumus Fisher atau Fisher
Equation, perlu uraian atau analisis sebagai berikut:
Di dalam masyarakat yang perekonomiannya telah menggunakan uang
(monetized economy) baik tunai maupun kredit, selalu akan terjadi
pembayaran-pembayaran untuk transaksi-transaksi jual beli barang-barang dan
jasa-jasa yang dibutuhkan oleh segenap anggota masyarakat.
Jumlah pembayaran tersebut untuk jangka waktu tertentu, misalnya satu
tahun dapat dihitung dengan cara-cara tertentu dimana pada dasarnya jumlah
pembayaran tersebut adalah terdiri dari jumlah uang keseluruhan yang
berpindah dari tangan yang satu ke tangan yang lain.
Andaikata jumlah pembayaran tersebut sebesar E (expenditure), yaitu
jumlah seluruh pengeluaran masyarakat, sedangkan seluruh jumlah uang yang
digunakan untuk pembayaran-pembayaran tersebut adalah sebesar M (money),
dan andaikata dimisalkan bahwa dalam jangka waktu satu tahun tersebut hanya
terjadi satu kali transaksi pembayaran, maka E = M.
Di dalam kenyataan tidak mungkin jumlah transaksi dalam satu tahun hanya
akan terjadi satu kali, melainkan berkali-kali bahkan mungkin terjadi sering
kali tergantung dari kecepatan laju edar uang (cepat atau lambatnya uang
berpindah tangan). Selanjutnya Fisher memberikan simbol atas kecepatan laju
edar uang tersebut dengan huruf V (velocity). Dengan demikian didapatlah
jumlah pembayaran dalam satu tahun yakni:
7
M x V = P x
T
Dari segi jumlah pembayaran dalam kurun waktu satu tahun yaitu E harus
setara dan harus sama dengan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dibayar.
Kalau jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang dibayar sebanyak T (volume
trade) maka nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dibeli dikalikan dengan
harganya (P) atau T x P, maka didapatkan persamaan:
Maka apabila persamaan satu (1) disubstitusikan dengan persamaan dua (2)
maka akan didapat rumus Fisher:
Dengan rumus demikian maka dapat dengan mudah diadakan analisis
tentang pengaruh terhadap tingkat harga (dan nilai uang), apabila salah satu
faktor mengalami perubahan, yaitu sebagai berikut:
a. Jika M naik, sedangkan faktor-faktor V dan T tetap, akibatnya P akan naik.
Sebaliknya jika M turun sedangkan kedua faktor lainnya yaitu V dan T
tetap, maka akan mengakibatkan harga (P) turun. Dengan perkataan lain jika
M naik sedangkan sedangkan V dan T tetap, akan mengakibatkan nilai uang
turun, sedangkan apabila M turun, sedangkan V dan T tetap akan
mengakibatkan nilai uang naik.
b. Jika V naik, sedangkan kedua faktor lainnya yaitu M dan T tetap, akan
mengakibatkan P naik, sebaliknya apabila V turun, sedangkan M dan T
tetap, akibatnya P akan turun. Dengan perkataan lain apabila V naik,
sedangkan M dan T tetap, akan mengakibatkan nilai uang turun. Sebaliknya
apabila V turun sedangkan M dan T tetap akan mengakibatkan nilai uang
naik.
c. Apabila T naik sedangkan kedua faktor lainnya (M dan V) tetap, akibatnya
P akan turun. Sedangkan apabila T turun sedangkan M dan V tetap akan
mengakibatkan nilai uang turun.
E = T x P Persamaan Dua (2)
8
M.V + M1.V1 = P.T
Selanjutnya Fisher melanjutkan perumusannya dengan membagi volume uang
yang beredar, menjadi dua bagian yaitu:
- Uang kartal M
- Uang Giral M1
Demikian pula dengan kecepatan laju edar uang, dibagi menjadi:
- Uang kartal V
- Uang Giral V1
Sehingga rumusnya menjadi:
Faktor-faktor yang mempengaruhi besaran-besaran rumus Fisher:
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi M adalah:
- Monetary basis (Standar moneter)
Standar moneter yang dianut akan turut menentukan jumlah uang yang
beredar.
- Perbandingan antara uang kartal dan uang giral.
Apabila jumlah uang giral lebih banyak, maka lebih banyak
kemungkinan bank untuk memberikan kredit sehingga dimungkinkan
uang yang beredar di masyarakat lebih banyak.
- Persentase likuiditas atau reserve requirement atau legal reserve ratio
pada bank-bank.
Lebih kecil persentase untuk melipatgandakan uang dalam arti lebih
besar kemampuannya untuk memberikan kreditnya sehingga jumlah
uang yang beredar akan lebih besar.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi laju edar uang (V) adalah:
- Frekuensi pembayaran, misalnya pembayaran upah per minggu akan
menyebabkan V lebih tinggi dibandingkan pembayaran gaji yang
dilakukan setiap bulan.
9
- Kebiasaan berbelanja (spending habit), semakin hemat kebiasaan
masyarakat, maka V semakin rendah, sebaliknya semakin boros
kebiasaan masyarakat semakin tinggi kecepatan laju edar uang.
- Kebiasaan untuk menanam modal (Investment habit).
Semakin tinggi minat untuk berinvestasi, maka laju edar uang semakin
rendah, sebaliknya semakin rendah minat untuk berinvestasi, semakin
cepat laju edar uang.
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi T adalah:
- Kuantitas dan kualitas faktor-faktor produksi. Semakin bagus kualitas
dan semakin banyak faktor-faktor produksi yang tersedia, maka
semakin banyak T yakni barang-barang yang diperdagangkan.
- Tingkat lapangan kerja (employment), semakin banyak lapangan kerja
yang tersedia semakin banyak barang-barang yang diproduksi artinya T
semakin tinggi. Sebaliknya semakin sedikit lapangan kerja yang
tersedia, maka semakin kecil jumlah barang diproduksi sehingga T
rendah.
- Kemampuan masyarakat untuk berorganisasi dan spesialisasi. Semakin
banyak organisasi dan spesialisasi usaha yang bergerak dalam produksi
barang-barang maka akan semakin banyak tersedia T, semakin rendah
kemampuan organisasi dan spesialisasi akan semakin kecil jumlah T.
Adapun asumsi-asumsi yang mendasari Teori Fisher ini adalah:
1) Tingkat harga (P) adalah faktor yang pasif di dalam persamaan tersebut. P
hanya bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain tetapi tidak bisa
mempengaruhi faktor-faktor lainnya.
2) Fisher menganggap bahwa semua sumber-sumber ekonomi telah full
employment.
3) Di antara faktor yang mempengaruhi V dan V1 ialah kebiasaan pembayaran
dari masyarakat (spending habit) dianggap cukup stabil (tetap).
4) Perbandingan antara jumlah M (uang kartal) dengan M1 (uang giral)
dianggap stabil (tetap).
10
M = K T P
M = PT / V atau MV =
PT
C. Teori Kuantitas Keseimbangan Tunai (Cash Balance Approach) 6
Teori kuantitas keseimbangan tunai dipelopori oleh D.H. Robertson yang pada
dasarnya merupakan perbaikan dari Fisher Equation. Teori ini dapat
diformulasikan dalam rumus seperti berikut.
Pada dasarnya antara teori Robertson dan Fisher tidak terdapat banyak
perbedaan. Mereka mempunyai kesimpulan-kesimpulan yang sama. Perbedaannya
terletak pada cara pendekatan yang dilakukan. V dalam transaction velocity
opproach oleh Robertson diubah menjadi K dalam teorinya yang diberi nama cash
balance equation. K pada dasarnya adalah sama dengan kebalikan dari V (K =
1/V) yaitu bila V menunjukkan berapa kali tiap-tiap rupiah berpindah dari tangan
satu ke tangan lainnya dalam jangka waktu tertentu. Maka K dalam teori
Robertson akan menunjukkan berapa lama rata-rata tiap-tiap rupiah itu
mengendap dalam kas selama suatu jangka waktu tertentu atau K = 1/V. Dari
ketentuan yang terakhir ini K = 1/V, maka secara ilmu hitung jelas bahwa kedua
rumus tersebut bisa dipersamakan. Bilamana terhadap rumus M = K T P kita
hubungkan dengan rumus sebagai berikut:
Bila dalam rumus Fisher P = MV / T, maka dalam rumus Robertson P adalah
M/TK, yang berarti bahwa kedua rumus tersebut menghasilkan hal yang sama
yaitu MV = PT.
D. Teori Kuantitas Pendekatan Pendapatan (Income Velocity Approach)7
Teori ini dipelopori oleh Marshall dari Cambridge University sehingga sering
disebut dengan Marshall Equation. Banyak pandangan dari Marshall yang
dipergunakan dalam teori moneter dimana Marshall menitik beratkan perhatian
pada hubungan antara jumlah uang dengan harga dan dikaitkan dengan
6 Muchdarsyah Sinungan, Uang dan Bank…hal. 25-26. 7 Ibid., hal. 26-27.
11
MV = PO
MV = PO
M = K.Y
M = K.Y
K = 1/V
MV = PO
M = k.Y
pendapatan nasional. Oleh karena pendapatan nasional diperoleh dari hasil 0
atau output yang merupakan hasil dari keseluruhan produksi yang bila dikalikan
dengan nilai uangnya adalah sama dengan E atau pendapatan nasional. Rumusnya
adalah sebagai berikut.
Dimana M adalah Money, Y adalah income secara nasional atau pendapatan
nasional, sedangkan K adalah koefisien yang mengatur keseimbangan antara
kedua sisi persamaan tersebut. Bisa juga kita katakana bahwa K adalah bagian
dari pendapatan nyata masyarakat yang ingin dikuasai dalam bentuk uang.
Bila rumus Marshall dan Fisher kita gandengkan akan diperoleh rumus sebagai
berikut.
Dimana O adalah output atau hasil produksi secara nasional. PO pada rumus
Marshall adalah sama dengan Y. jadi PO adalah jumlah hasil produksi atau bila
dikalikan dengan nilai hasil produksi itu akan diperoleh jumlah pendapatan
sehingga lebih tepat jika dikatakan bahwa PO yang merupakan jumlah produksi
dikalikan dengan harga adalah sama dengan jumlah barang yang diperdagangkan,
kemudian dikalikan dengan harga atau T x P sehingga k dalam rumus Marshall
adalah 1/V dalam rumus Fisher, sehingga rumusnya menjadi k = 1/V, bila
didistribusikan kembali akan diperoleh perhitungan sebagai berikut.
Jika k = 1/V seperti uraian di atas akan diperoleh perhitungan dengan rumus
sebagai berikut.
12
M2 = Kartal + DD dan
TD
M = k.Y = 1/V
Jadi dengan menguraikan ketiga rumus kuantitas uang yang dikemukakan oleh
ketiga sarjana tersebut yaitu Fisher, Robertson, dan Marshall, pada dasarnya
menghasilkan kesimpulan yang sama. Fisher menekankan pada kecepatan
peredaran uang, Robertson menekankan pada pengendapan uang, sedangkan
Marshall dalam kaitannya dengan pendapatan nasional melalui hasil output.
Beberapa teori kuantitas lainnya
Salah satu teori kuantitas modern yang perlu diketengahkan adalah teori
Miltonn Friedman yang berpangkal tolak pada teori tentang permintaan uang
sejalan dengan permintaan barang tahan lama. Definisi uang dalam analisa
Friedman adalah sebagai berikut.
Dimana DD adalah giro (demand deposit) dan TD adalah Deposito (time
deposit). Friedman mengemukakan bahwa TD mempunyai kaitan erat dengan
uang. Beberapa persamaan Friedman dengan teori kuantitas uang klasik, kita
uraikan sebagai berikut.
Y atau Y = 1/V. M= V.M. perbedaan antara mereka ada tiga macam. Pertama,
pada Y dimana dalam Friedman Y adalah permanent income (pendapatan tetap)
sedangkan dalam aliran klasik Y adalah Current income (pendapatan yang
diterima sekarang). Kedua, pada jumlah uang, dimana M2 = M1 + TD. Pada aliran
klasik, uang beredar hanya pada M1 saja yaitu M dan DD. Ketiga, terletak pada V
yang dalam klasik dianggap tetap dan bila berubah karena perubahan institusi
(kelembagaan). Menurut Friedman, V dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni
tingkat harga umum, penghasilan dari obligasi dan saham, inflasi dan variabel lain
seperti pajak, selera, transportasi dan teknologi serta perbandingan antara
kesejahteraan manusia dan yang bukan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari serangkaian penjelasan tentang teori kuantitas uang, maka kita dapat
menarik beberapa kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Teori kuantitas uang adalah teori yang menjelaskan tentang tingkat harga yang
dikatakan proporsional terhadap jumlah uang yang beredar.
2. Teori kuantitas uang terbagi atas:
a. Teori kuantitas pendekatan transaksi, yang terbagi lagi atas: pertama, teori
kuantitas sederhana yang dikemukakan oleh David Hume dan Ricardo.
Teori ini menjelaskan bahwa nilai uang berbanding terbalik dengan
jumlahnya. Kedua, teori kuantitas dari Irving Fisher, yang menjelaskan
bahwa nilai uang dipengaruhi tiga faktor yakni jumlah uang, kecepatan laju
edar uang, dan jumlah barang yang diperdagangkan.
b. Teori kuantitas keseimbangan tunai yang dikemukakan oleh D.H.
Robertson. Teori ini hampir serupa dengan teori Fisher, hanya saja dalam
teori ini akan ditunjukkan berapa lama rata-rata rupiah itu mengendap dalam
kas selama satu jangka waktu tertentu.
c. Teori kuantitas pendekatan pendapatan yang dikemukakan oleh Marshall.
Teori ini menitik beratkan pada hubungan antara jumlah uang dengan harga
dan dikaitkan dengan pendapatan nasional.
3. Selain itu, ada pula teori kuantitas lainnya yang dikemukakan oleh Miltonn
Friedman, berpangkal tolak pada teori permintaan uang sejalan dengan
permintaan barang tahan lama.
B. Saran
Cukup sekian apa yang dapat kami sajikan kiranya ada kekurangan mohon
kritik dan sarannya dalam bentuk diskusi yang kemudian dapat kami jadikan
sebagai rujukan pelengkap dalam makalah revisi yang akan dibuat kemudian jika
diperlukan.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Telaah Kepustakaan
Dornbusch, Rudiger dan Stanley Fischr, Ekonomi Makro, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1997.
Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti, Pengantar Teori Moneter Serta Aplikasinya
pada Sistem Ekonomi Konvensional dan Syari’ah, Bandung: Penerbit Alfabeta, 2011.
Nopirin, Ekonomi Moneter: Buku I, Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2000.
Sinungan, Muchdarsyah, Uang dan Bank, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
15
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya lah sehingga makalah dengan judul “Teori Kuantitas Uang” ini
dapat di selesaikan tepat pada waktunya, sebagai pemenuhan tugas Sistem
Moneter dalam Islam.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisan, susunan kata, maupun isi materi. Dengan ini
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini, serta sebagai jembatan ilmu yang berujung pada
intelektualitas. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Palangka Raya, September 2014
Tim Penulis
i
16
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................... 2
D. Kegunaan Penulisan .......................................................................... 2
E. Metode Penulisan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Kuantitas Uang dan Kenetralan Uang ................................... 3
B. Teori Kuantitas Pendekatan Transaksi ............................................. 5
C. Teori Kuantitas Keseimbangan Tunai ............................................ 10
D. Teori Kuantitas Pendekatan Pendapatan ........................................ 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 13
B. Kritik dan Saran ............................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
ii