Upload
homeworkping4
View
328
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
BAB I
STATUS PASIEN
I.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Usia : 65 tahun
Suku : Jawa
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Pandegasiwi RT 20/2, Caturtunggal Depok, Sleman, Yogyakarta
1
Pendidikan : SMP
Tanggal Pemeriksaan : 22 Februari 2013
I.2. Anamnesis
A. Keluhan utama : Telinga kiri terasa nyeri sejak 10 hari yang lalu
B. Keluhan tambahan : Keluar cairan pada telinga kiri.
C. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengeluh telinga kiri nyeri sejak 10 hari SMRS. Nyeri dirasakan terus
menerus sehingga pasien merasa tidak nyaman pada telinganya.Pasien juga mengeluhkan
keluarnya cairan kental berwarna kuning kecoklatan yang agak berbau terus menerus dari
telinga kirinya sejak 7 hari SMRS. Riwayat keluarnya cairan dari telinga kiri sudah ada dan
berlangsung hilang timbul kira – kira sejak 3 bulan yang lalu, tetapi dibiarkan saja dan tidak
adariwayat pengobatan. Selain itu, pasien juga mengatakan adanya pendengaran yang
berkurang sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mengatakan sering mengalami batuk pilek disertai
demam yang hilang timbul dalam setahun belakangan ini.Riwayat perasaan berputar, mual,
dan muntah disangkal. Rasa nyeri di belakang telinga disangkal.
D. Riwayat penyakit dahulu :
1. Riwayat rasa penuh di telinga disangkal
2. Riwayat telinga berdenging disangkal
3. Riwayat penyakit serupa disangkal
4. Riwayat alergi disangkal
5. Riwayat asma disangkal
6. Riwayat DM disangkal
E. Riwayat penyakit keluarga:
1. Riwayat alergi disangkal
2
2. Riwayat DM disangkal
F. Riwayat pengobatan
1. Riwayat pengobatan batuk pilek dan sakit pada telinga disangkal
1.3. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum : tampak sakit ringan
B. Kesadaran : compos mentis
C. Tanda-tanda vital : suhu = 37oC
tekanan darah = 120/80 mmHg
respirasi = 18 x/menit, teratur
laju nadi = 80 x/menit, teratur kuat penuh
D. Pemeriksaan telinga
- Aurikula sinistra : -Pinna normal
-Sekret mukopurulen berbau busuk dan edema
di canalis auricula eksterna
-Membran timpani perforasi marginal-atikregio
posterior-superior
-Granuloma di cavum timpani daerah epitimpanum
-Nyeri tekan daerah mastoid
-kolesteatoma (-)
- Aurikula dextra : -Pinna normal
-Canalis auricular externus normal
-Membran timpani dalam batas normal
3
E. Pemeriksaan hidung
- Inspeksi dan palpasi hidung luar : tidak tampak edema, deformitas
- Rhinoskopi anterior dextra dan sinistra : - deviasi septum (-)
- konkha hiperemis (-)
- edema (-)
- massa (-)
- sekret (-)
- Rhinoskopi posterior : tidak dilakukan
F. Pemeriksaan tenggorokan
- Rongga mulut : tidak tampak adanya stomatitis. Tidak hiperemis pada rongga
Mulut
- Tonsil : T1/T1 , uvula dalam batas normal
4
- Lidah : tidak tampak kelainan
- Faring : tidak tampak kelainan
G. Pemeriksaan leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Limfadenopati (-)
I.4. Pemeriksaan Penunjang
- tidak dilakukan
I.5. Tabel Diagnosis Banding Gejala dan Penyakit Telinga Tengah
I.5.1. Kongenital
Gejala PenyakitSindroma Gangguan Pertumbuhan
Auricula Media
Kelainan
Pertumbuhan OsikulaKasus
Crou
zon
Wilder-
vanck
Trecher
Collins
Klipp-
el Feil
DeformitasMembran
Timpani+ + + + - +
Deformitas Osikula + + + + + -
Deformitas Nervus
dan Muskulus Cavum
Timpani
+ + + + - -
5
Malformasi Extra
Auricular+ + + + - -
Deformitas Wajah,
Gangguan Nervus
Facialis dan Orbital
+ + + + - -
Keluar pus - - - - - +
Edema - - - - - +
Gangguan
Pendengaran+ + + + + +
Gejala Penyakit
Gangguan
Pembentukan Cavum
Timpani
Gangguan
Pembentukan
Canalis Facialis
Persistent
Stapedial
Artery
Kasus
Deformitas Membran
Timpani- - - +
Deformitas Osikula + - + -
Deformitas Nervus
dan Muskulus
Cavum Timpani
+ + + -
Malformasi Extra
Auricular- - - -
Deformitas Wajah,
Gangguan Nervus
Facialis dan Orbital
- + - -
Keluar pus - - - +
Edema - - - +
Gangguan
Pendengaran+ + + +
I.5.2. Trauma
Gejala Penyakit Ruptur MT e.c. Trauma
Langsung, Kepala,
Fraktur Os
Temporale
Haemototympanum Kasus
6
Tekanan Udara, Ledakan
Perdarahan + + + -
Riwayat Trauma + + + -
Deformitas Extra
Auricular+ + + -
Deformitas
Membran
Timpani
+ + - +
Gangguan
Pendengaran+ + + +
I.5.3. Inflamasi
Gejala PenyakitAerotitis
Barotrauma
Otitis Media
Serosa Akut
Otitis Media
Serosa KronikKasus
Perforasi Membran Timpani - - - +
Otorrhea Purulen - - - +
Otorrhea Mukoid - - + +
Inflamasi Lebih dari 2 Bulan - - + +
I.5.4. Infeksi
Gejala PenyakitOtitis Media
Serosa
Otitis Media
Supuratif Akut
Otitis Media
Supuratif KronisKasus
Tipe
Benign
Tipe
Malignant
Perforasi Membran
Timpani- + + + +
Letak Perforasi
Membran Timpani-
Sentral ,
Marginal, AtikSentral
Marginal ,
Atik
Marginal
Atik
Otorrhea Mukopurulen - + + + +
Lama Inflamasi Lebih - - + + +
7
dari 2 bulan
Nyeri Mastoid - - - + +
Kolesteatoma - - - + -
Granuloma - - - + +
Penurunan
Pendengaran+ + + + +
Otalgia + + + + +
I.5.5. Neoplasma
Gejala Penyakit Karsinoma Osteosarkoma Fibroma Kasus
Demam - - - +
Hiperemis - - - +
Sekret - / + - - +
Nyeri + - - +
Perdarahan + - - -
Benjolan Di Auricula
Media+ + + +
I.5.6. Lain – Lain
Gejala Penyakit Otitis Media Adhesiva Otosklerosis Kasus
Perforasi Membran Timpani + - +
Otorrhea - - +
Sikatriks Pada Membran Timpani + - -
Pendengaran Berkurang + + +
Otalgia + + +
I.6. Resume
8
- Anamnesis : pasien wanita, usia 65 tahun datang dengan keluhan nyeri telinga kiri
dengan frekuensi terus menerus sejak 10 hari SMRS disertai keluar cairan kental warna
kuning kecoklatan sejak 7 hari SMRS.Keluarnya cairan pada telinga kiri sudah ada dan
berlangsung hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu.Terdapat keluhan penurunan pendengaran
sejak 2 bulan SMRS. Sering ada riwayat ISPA dan demam. Vertigo (-), nyeri mastoid (-),
rasa penuh di telinga (-), tinitus (-), riwayat penyakit serupa (-), riwayat alergi (-), riwayat
asma (-), riwayat DM (-), riwayat pengobatan (-).
- Pemeriksaan umum :
A. Keadaan umum : tampak sakit ringan
B. Kesadaran : compos mentis
C. Tanda-tanda vital : suhu = 37oC
tekanan darah = 120/80 mmHg
respirasi = 18 x/menit, teratur
laju nadi = 80 x/menit, teratur kuat penuh
- Pemeriksaan telinga :
AS : -Sekret mukopurulen dan edema di canalis auricular
eksternus
-Membran timpani perforasi marginal-atik regio
posterior-superior
-Granuloma di cavum timpani daerah epitimpanum
-Nyeri tekan daerah mastoid
AD : - Tidak ada kelainan
- Pemeriksaan hidung : tidak ada kelainan
- Pemeriksaan tenggorokan : tidak ada kelainan
1.7. Diagnosis kerja
Otitis media supuratif kronisaktif tipe malignant auricula sinistra dengan granuloma.
1.8. Tatalaksana
9
A. Preventif : - menjaga kekeringan liang telinga dengan menutup telinga sewaktu mandi
agar tidak kemasukan air dan hindari berenang.
B. Kuratif : - Konservatif : menjaga kekeringan liang telinga, aural toilet ( suction +
perhidrol 3%)
- Medikamentosa : - metilprednisolon 4 mg 2dd1
- amoxicillin-klavulanat 500 mg 3dd1
- eritromisin 500 mg 2dd1
- levofloxacin 500 mg 1dd1
- asam mefenamat 500 mg 1dd1
- Tindakan : - timpanomastoidektomi
-timpanoplasty
-operasi pengangkatan granuloma
1.9. Prognosis
Quo ad vitam : dubia
Quo ad fuctionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Anatomi Telinga Tengah
Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor
karenamemberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di
udara. Telinga menerima gelombang suara yang frekuensinya berbeda, kemudian
menghantarkan informasi pendengaran kesusunan saraf pusat. Telinga dapat dibagi menjadi
tiga bagian yaitu telinga luar,telinga tengah dan telinga dalam. Telinga tengah terdiri dari :
membran timpani, kavum timpani, prosesus mastoideus, dan tuba eustachius.(Logan,2004)
10
Gambar 1. Bagian - Bagian Telinga Tengah
II.1.1. Membran Timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan
liangtelinga luar dari kavum timpani. Membrana ini panjang vertical rata-rata 9-10 mm dan
diameter antero-posterior kira -kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm.Letak membrana
timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yangarahnya dari belakang
luar kemuka dalam dan membuat sudut 450dari dataran sagital dan horizontal. Membrana
timpani merupakan kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol kearah kavum
timpani, puncak ini dinamakan umbo. Dari umbo kemuka bawah tampak reflekscahaya
(coneof light). Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :
11
A.Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.
B.Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.
C.Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan
mukosum.Lamina propria yang terdiri dari dua lapisan anyaman penyabung elastic yaitu:
bagiandalam sirkuler, dan bagian luar radier. (Logan, 2004)
Secara Anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian :
A.Pars tensa
Merupakan bagian terbesar dari membran timpani, suatu permukaan yang tegang dan
bergetar, sekeliling menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian
tulang dari tulang temporal.
B.Pars flasida atau membran Shrapnell
Terletak dibagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan
yaitu :
1.Plika maleolaris anterior (lipatan muka).
2.Plika maleolaris posterior (lipatan belakang).
Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dinamakan
sulkustimpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan bagian ini
disebut insisura timpanika (Rivini).Permukaan luar dari membrana timpani disarafi oleh
cabang n.aurikulotemporalis darinervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam
disarafi oleh n.timpani cabang dari nervus glosofaringeal. Aliran darah membrana timpani
berasal dari permukaan luar dan dalam. Pembuluh- pembuluh epidermal berasal dari aurikula
yang dalam cabang dari arteri maksilaris interna.Permukaan mukosa telinga tengah didarahi
oleh timpani anterior cabang dari arteri maksilarisinterna dan oleh stylomastoid cabang dari
arteri aurikula posterior.(Logan,2004)
12
Gambar 2.Penampang Membran Timpani
II.1.2. Kavum Timpani
Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya
bikonkaf,atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm,
sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian
atap, lantai, dindinglateral, dinding medial, dinding anterior, dinding posterior.
Gambar 3. Cavum Timpani
A.Atap kavum timpani.
Dibentuk oleh lempengan tulang yang tipis disebut tegmen timpani. Tegmen
timpanimemisahkan telinga tengah dari fosa kranial dan lobus temporalis dari otak. Bagian
ini jugadibentuk oleh pars petrosa tulang temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis
sutura petroskuama. Dinding ini hanya dibatasi oleh tulang yang tipis atau ada kalanya tidak
13
ada tulangsama sekali (dehisensi).Pada anak-anak, penulangan dari sutura petroskuamosa
belum terbentuk pada daerahtegmen timpani, sehingga memungkinkan terjadinya penyebaran
infeksi dari kavum timpani kemeningen dari fosa kranial media. Pada orang dewasa bahkan
vena-vena dari telinga tengahmenembus sutura ini dan berakhir pada sinus petroskuamosa
dan sinus petrosal superior dimanahal ini dapat menyebabkan penyebaran infeksi dari telinga
tengah secara langsung ke sinus-sinusvenosus kranial.(Braunwald,2009)
B.Lantai kavum timpani
Dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari bulbus
jugularis,atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari kavum timpani mudah
merembet ke bulbusvena jugularis.
C.Dinding medial.
Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini juga
merupakandinding lateral dari telinga dalam. Dinding ini pada mesotimpanum menonjol
kearah kavumtimpani, yang disebut promontorium Tonjolan ini oleh karena didalamnya
terdapat koklea.Didalam promontorium terdapat beberapa saluran-saluran yang berisi saraf-
saraf yangmembentuk pleksus timpanikus.Dibelakang dan atas promontorium terdapat
fenestra vestibuli atau foramen ovale (ovalwindow), bentuknya seperti ginjal dan
berhubungan pada kavum timpani dengan vestibulum,dan ditutupi oleh telapak kaki stapes
dan diperkuat oleh ligamentum anularis. Foramen ovale berukuran 3,25 mm x 1,75 mm.
Diatas fenestra vestibuli, sebagai tempat jalannya nervus fasialis.Kanalis ini didalam kavum
timpani tipis sekali atau tidak ada tulang sama sekali (dehisensi).Fenestra koklea atau
foramen rotundum (round windows), ditutupi oleh suatu membran yangtipis yaitu membran
timpani sekunder, terletak dibelakang bawah. Foramen rotundum ini berukuran 1,5 mm x 1,3
mm pada bagian anterior dan posterior 1,6 mm.(Braunwald,2009)
Kedua lekukan dari foramen ovale dan rotundum berhubungan satu sama lain pada
batas posterior mesotimpanum melalui suatu fosa yang dalam yaitu sinus timpanikus. Suatu
ruangsecara klinis sangat penting ialah sinus posterior atau resesus fasial yang didapat
disebelah lateralkanalis fasial dan prosesus piramidal.Dibatasi sebelah lateral oleh anulus
timpanikus posterosuperior, sebelah superior oleh prosesus brevis inkus yang melekat kefosa
inkudis. Lebar resesus fasialis 4,01 mm dan tidak bertambah semenjak lahir. Resesus fasialis
penting karena sebagai pembatas antara kavumtimpani dengan kavum mastoid sehingga bila
aditus ad antrum tertutup karena suatu sebab makaresesus fasialis bisa dibuka untuk
menghubungkan kavum timpani dengan kavum mastoid.(Braunwald,2009)
D.Dinding posterior
14
Dinding posterior dekat keatap, mempunyai satu saluran disebut aditus,
yangmenghubungkan kavum timpani dengan atrum mastoid melalui epitimpanum. Dibawah
aditusterdapat lekukan kecil yang disebut fosa inkudis yang merupakan suatu tempat prosesus
brevisdari inkus dan melekat pada serat-serat ligamen. Dibawah fosa inkudis dan dimedial
dari kordatimpani adalah piramid, tempat terdapatnya tendon muskulus stapedius, tendon
yang berjalankeatas dan masuk ke dalam stapes. Diantara piramid dan anulus timpanikus
adalah resesusfasialis.Dibelakang dinding posterior kavum timpani adalah fosa kranii posterior
dan sinussigmoid. Disebelah dalam dari piramid dan nervus fasialis merupakan perluasan
kearah posterior dari mesotimpani adalah sinus timpani. Perluasan sel-sel udara kearah
dinding posterior dapatmeluas seperti yang dilaporkan Anson dan Donaldson (1981), bahwa
apabila diukur dari ujung piramid, sinus dapat meluas sepanjang 9 mm kearah tulang
mastoid. Dinding medial dari sinustimpani kemudian berlanjut ke bagian posterior dari
dinding medial kavum timpani dimana berhubungan dengan dua fenestra dan promontorium.
E.Dinding anterior
Dinding anterior kavum timpani agak sempit tempat bertemunya dinding medial
dandinding lateral kavum timpani. Dinding anterior bawah adalah lebih besar dari bagian atas
danterdiri dari lempeng tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki
tulangtengkorak dan sebelum berbelok ke anterior.
Dinding ini ditembus oleh saraf timpani karotis superior dan inferior yang
membawaserabut-serabut saraf simpatis kepleksus timpanikus dan oleh satu atau lebih
cabang timpani dariarteri karotis interna.Dinding anterior ini terutama berperan sebagai
muara tuba eustachius. Tuba ini berhubungan dengan nasofaring dan mempunyai dua fungsi.
Pertama menyeimbangkan tekananmembran timpani pada sisi sebelah dalam, kedua sebagai
drainase sekresi dari telinga tengah,termasuk sel-sel udara mastoid. Diatas tuba terdapat
sebeuah saluran yang berisi otot tensor timpani. Dibawah tuba, dinding anterior biasanya tipis
dimana ini merupakan dinding posterior dari saluran karotis.
F. Dinding lateral
Dinding lateral kavum timpani adalah bagian tulang dan membran. Bagian tulang
beradadiatas dan bawah membran timpani.(Braunwald,2009)
Kavum timpani dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
A.Epitimpanum.
Berada dibagian atas membran timpani. Merupakan bagian superior kavum
timpani,disebut juga atik karena terletak diatas membran timpani. Sebagian besar atik diisi
15
oleh maleusinkus. Dibagian superior epitimpanum dibatasi oleh suatu penonjolan tipis os
posterior. Dindingmedial atik dibentuk oleh kapsul atik yang ditandai oleh penonjolan kanalis
semisirkularislateral.Pada bagian anterior terdapat ampula kanalis superior, dan lebih anterior
ada gangliongenikulatum, yang merupakan tanda ujung anterior ruang atik. Dinding anterior
terpisah darimaleus oleh suatu ruang yang sempit, disini dapat dijumpai muara sel-sel udara
yang membuat pneumatisasi pangkal tulang pipi (zygoma). Dinding lateral atik dibentuk oleh
os skuama yang berlanjut kearah lateral sebagai dinding liang telinga luar bagian tulang
sebelah atas. Diposterior,atik menyempit menjadi jalan masuk ke antrum mastoid, yaitu
aditus ad antrum.(Boeis,2004)
B.Mesotimpanum
Terletak kearah medial dari membran timpani. Disebelah medial dibatasi oleh
kapsulotik, yang terletaknya lebih rendah dari pada nervus fasialis pars timpani. Dinding
anterior mesotimpani terdapat orifisium timpani tuba eustachius pada bagian superior dan
membentuk bagian tulang dinding saluran karotis asendens pada bagian inferior. Dinding ini
biasanyamengalami pneumatisasi yang baik dan dapat dijumpai bagian-bagian tulang lemah.
C.Hipotimpanum atau resesus hipotimpanikus
Terletak dibawah membrana timpani, berhubungan dengan bulbus jugulare.(Boeis,2004)
Kavum timpani terdiri dari :
A.Tulang-tulang pendengaran
1.Malleus
Malleus adalah tulang yang paling besar diantara semua tulang-tulang pendengaran
dan terletak paling lateral. Terdiri dari bagian kepala, leher, prosesus brevis (lateral), prosesus
anterior, lengan (manubrium). Panjangnya kira-kira 7,5 sampai 9,0 mm. Kepala terletak
padaepitimpanum atau didalam rongga atik, sedangkan leher terletak dibelakang pars
flaksidamembran timpani. Manubrium terdapat didalam membrane timpani, bertindak
sebagaitempat perlekatan serabut-serabut tunika propria. Ruang antara kepala dari maleus
danmembran Shrapnell dinamakan Ruang Prussak. Maleus ditahan oleh ligamentum
maleusanterior yang melekat ke tegmen dan juga oleh ligamentum lateral yang terdapat
diantara basis prosesus brevis dan pinggir lekuk Rivinus.(Ballenger,2009)
16
Gambar 4.Os Malleus
2. Inkus
Inkus terdiri dari badan inkus ( corpus) dan 2 kaki yaitu : prosesus brevis dan prosesus
longus. Sudut antara prosesus brevis dan longus membentuk sudut lebih kurang100 derajat.
Inkus berukuran 4,8 mm x 5,5 mm pada pinggir dari corpus, prosesus longus panjangnya 4,3
mm-5,5 mm.
Inkus terletak pada epitimpanum, dimana prosesus brevis menuju antrum, prosesus
longus jalannya sejajar dengan manubrium dan menuju ke bawah. Ujung prosesus longus
membengkok kemedial merupakan suatu prosesus yaitu prosesuslentikularis. Prosesus ini
berhubungan dengan kepala dari stapes.Maleus dan inkus bekerja sebagai satu unit,
memberikan respon rotasi terhadapgerakan membran timpani melalui suatu aksis yang
merupakan suatu garis antaraligamentum maleus anterior dan ligamentum inkus pada ujung
prosesus brevis. Gerakan-gerakan tersebut tetap dipelihara berkesinambungan oleh
inkudomaleus. Gerakan rotasitersebut diubah menjadi gerakan seperti piston pada stapes
melalui sendi inkudostapedius.
Gambar 5.Os Inkus
3.Stapes
17
Merupakan tulang pendengaran yang teringan, beratnya hanya 2,5 mg, tingginya 4mm-4,5
mm. Stapes terdiri dari kepala, leher, kruraanterior dan posterior dan telapak kaki ( foot
plate), yang melekat pada foramen ovaledengan perantara ligamentum anulare.Tendon
stapedius berinsersi pada suatu penonjolan kecil pada permukaan posterior dari leher stapes.
Kedua krura terdapat pada bagian leher bawah yang lebar dankrura anterior lebih tipis dan
kurang melengkung dari pada posterior.Kedua berhubungan dengan foot plate yang biasanya
mempunyai tepi superior yang melengkung, hampir lurus pada tepi posterior dan melengkung
di anterior dan ujung posterior. Panjang foot plate 3 mm dan lebarnya 1,4 mm, dan terletak
pada fenestravestibuli dimana ini melekat pada tepi tulang dari kapsul labirin oleh
ligamentum anulare.(Ballenger,2009)
Gambar 6.Os Stapes
B.Otot tensor timpani dan otot stapedius
Otot tensor timpani adalah otot kecil panjang yang berada 12 mm diatas
tubaeustachius. Otot ini melekat pada dinding semikanal tensor timpani. Kanal ini terletak
diatas liang telinga bagian tulang dan terbuka kearah liang telinga sehingga disebutsemikanal.
Serabut -serabut otot bergabung dan menjadi tendon pada ujungtimpanisemikanal yang
ditandai oleh prosesus kohleoform. Prosesus ini membuat tendontersebut membelok kearah
lateral kedalam telinga tengah. Tendon berinsersi pada bagianatas leher maleus. Muskulus
tensor timpani disarafi oleh cabang saraf kranial ke 5. Kerjaotot ini menyebabkan membran
timpani tertarik kearah dalam sehingga menjadi lebihtegang dan meningkatkan frekuensi
resonansi sistem penghantar suara serta melemahkansuara dengan freksuensi rendah. Otot
stapedius adalah otot yang relatif pendek. Bermula dari dalam kanalnyadidalam eminensia
piramid, serabut ototnya melekat ke perios kanal tersebut.Serabut-serabutnya bergabung
membentuk tendon stapedius yang berinsersi pada apek posterior leher stapes. M. Stapedius
disarafi oleh salah satu cabang saraf kranial ke-7yang timbul ketika saraf tersebut melewati
18
m.stapedius tersebut pada perputarannya yangkedua. Kerja m.stapedius menarik stapes ke
posterior mengelilingi suatu pasak pada tepi posterior basis stapes. Keadaan ini stapes kaku,
memperlemah transmisi suara danmeningkatkan frekuensi resonansi tulang-tulang
pendengaran.
Gambar 7.Penampang Otot pada Telinga Tengah
C.Saraf korda timpani.
Merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke kavum timpani dari
kanalikulus posterior yang menghubungkan dinding lateral dan posterior. Korda timpani
memasukitelinga tengah bawah pinggir posterosuperior sulkus timpani dan berjalan keatas
depanlateral keprosesus longus dari inkus dan kemudian ke bagian bawah leher
maleustepatnya diperlekatan tendon tensor timpani. Setelah berjalan kearah medial
menujuligamentum maleus anterior, saraf ini keluar melalui fisura petrotimpani.Korda
timpani juga mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang berhubungan dengan kelenjar
ludah sublingual dan submandibula melalui ganglionsubmandibular. Korda timpani
memberikan serabut perasa pada 2/3 depan lidah bagian anterior.(Ballenger,2009)
D.Saraf pleksus timpanikus.
Berasal dari n. timpani cabang dari nervus glosofaringeus dan dengannervus
karotikotimpani yang berasal dari pleksus simpatetik disekitar arteri karotisinterna. Saraf dari
pleksus ini dan kemudian berlanjut pada :
A.Cabang-cabang pada membrana mukosa yamg melapisi kavum timpani, tubaeustachius,
antrum mastiod dan sel-sel mastoid.
B.Sebuah cabang yang berhubungan dengan nervus petrosus superfisial mayor.
19
Pada nervus petrosus superfisial minor, yang mengandung serabut-
serabut parasimpatis dari N. IX. Saraf ini meninggalkan telinga tengah melalui suatu saluran
yang kecil dibawah m. tensor timpani kemudian menerima serabut saraf parasimpatik dari N.
VII dengan melalui cabang dari ganglion genikulatum. Secara sempurna saraf berjalan
melalui tulang temporal, dilateral sampai nervus petrosus superfisial mayor,diatas dasar fosa
kranial media, diluar durameter.Kemudian berjalan melalui foramen ovale dengan nervus
mandibula dan arterimeningeal assesori sampai ganglion otik. Kadang-kadang saraf ini tidak
berjalan padaforamen ovale tetapi melalui foramen yang kecil sampai foramen spinosum.
Serabut postganglion dari ganglion otik menyuplai serabut-serabut sekremotor pada kelenjar
parotismelalui nervus aurikulotemporalis.(Ballenger,2009)
Gambar 8.Korda Timpani dan Plexus Timpanikus
II.1.3. Tuba Eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. Bentuknya
sepertihuruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan
nasofaring.Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan
medial dari telingatengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.
20
Gambar 9. Penampang Tuba Auditori pada Bayi dan Dewasa
Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :
A.Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
B.Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
(Staecker,2009)
Bagian tulang sebelah lateral berasal dari dinding depan kavum timpani, dan
bagiantulang rawan medial masuk ke nasofaring. Bagian tulang rawan ini berjalan kearah
posterior,superior dan medial sepanjang 2/3 bagian keseluruhan panjang tuba (4 cm),
kemudian bersatudengan bagian tulang atau timpani.Tempat pertemuan itu merupakan bagian
yang sempit yang disebut ismus. Bagian tulangtetap terbuka, sedangkan bagian tulang rawan
selalu tertutup dan berakhir pada dinding lateralnasofaring. Pada orang dewasa muara tuba
pada bagian timpani terletak kira-kira 2-2,5 cm, lebihtinggi dibanding dengan ujungnya
nasofaring. Pada anak-anak, tuba pendek, lebar dan letaknyamendatar maka infeksi mudah
menjalar dari nasofaring ke telinga tengah. Tuba dilapisi olehmukosa saluran nafas yang
berisi sel-sel goblet dan kelenjar mucus dan memiliki lapisan epitel bersilia didasarnya. Epitel
tuba terdiri dari epitel selinder berlapis dengan sel selinder. Disiniterdapat silia dengan
pergerakannya ke arah faring. Sekitar ostium tuba terdapat jaringan limfosityang dinamakan
tonsil tuba.Otot yang berhubungan dengan tuba eustachius yaitu :
A. M. tensor veli palatini
B. M. elevator veli palatini
C. M. tensor timpani
21
D. M. Salpingofaringeus
Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan
keseimbangantekanan udara didalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drenase
sekret dari kavumtimpani ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke
kavum timpani.(Staecker,2009)
II.1.4. Prosesus Mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal.
Atapmastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii
posterior.Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah ini.Pada dinding anterior
mastoid terdapat aditus ad antrum Dibawah dan sedikit ke medial dari promontoriumterdapat
kanalis bagian tulang dari n. fasialis. Prosesus brevis inkus sangat berdekatan dengankedua
struktur ini dan jarak rata-rata diantara organ : n. VII ke kanalis semisirkularis 1,77 mm;n.VII
ke prosesus brevis inkus 2,36 mm : dan prosesus brevis inkus ke kanalis semisirkularis1,25
mm.Antrum mastoid adalah sinus yang berisi udara didalam pars petrosa tulang
temporal.Berhubungan dengan telinga tengah melalui aditus dan mempunyai sel-sel udara
mastoid yang berasal dari dinding-dindingnya. Antrum sudah berkembang baik pada saat
lahir dan padadewasa mempunyai volume 1 ml, panjang dari depan kebelakang sekitar 14
mm, dari ataskebawah 9mm dan dari sisi lateral ke medial 7 mm. Dinding medial dari antrum
berhubungandengan kanalis semisirkularis posterior dan lebih ke dalam dan inferiornya
terletak sakus endolimfatikus dan dura dari fosa kranii posterior. Atapnya membentuk bagian
dati lantai fosakranii media dan memisahkan antrum dengan otak lobus temporalis. Dinding
posterior terutamadibentuk oleh tulang yang menutupi sinus. Dinding lateral merupakan
bagian dari pars skumosatulang temporal dan meningkat ketebalannya selama hidup dari
sekitar 2 mm pada saat lahir hingga 12-15 mm pada dewasa. Dinding lateral pada orang
dewasa berhubungan dengantrigonum suprameatal (Macewen’s) pada permukaan luar
tengkorak. Lantai antrum mastoid berhubungan dengan otot digastrik dilateral dan sinus
sigmoid di medial, meskipun pada aerasitulang mastoid yang jelek, struktur ini bisa berjarak
1 cm dari dinding antrum inferior. Dindinganterior antrum memiliki aditus pada bagian atas,
sedangkan bagian bawah dilalui n.fasialisdalam perjalanan menuju ke foramen stilomastoid.
22
Gamabr 10. Prosesus Mastoideus
Prosesus mastoid sangat penting untuk sistem pneumatisasi
telinga.Pneumatisasididefinisikan sebagai suatu proses pembentukan atau perkembangan
rongga-rongga udaradidalam tulang temporal, dan sel-sel udara yang terdapat didalam
mastoid adalah sebagian darisistem pneumatisasi yang meliputi banyak bagian dari tulang
temporal. Sel-sel prosesus mastoidyang mengandung udara berhubungan dengan udara
didalam telinga tengah. Bila prosesusmastoid tetap berisi tulang-tulang kompakta dikatakan
sebagai pneumatisasi jelek dan sel-selyang berpneumatisasi terbatas pada daerah sekitar
antrum. Prosesus mastoid berkembang setelahlahir sebagai tuberositas kecil yang
berpneumatisasi secara sinkron dengan pertumbuhan antrummastoid. Pada tahun pertama
kehidupan prosesus ini terdiri dari tulang-tulang seperti sponsehingga mastoiditis murni tidak
dapat terjadi. Diantara usia 2 dan 5 tahun pada saat terjad i pneumatisasi prosesus terdiri atas
campuran tulang-tulang spon dan pneumatik. Pneumatisasisempurna terjadi antara usia 6 ±
12 tahun. Luasnya pneumatisasi tergantung faktor herediter konstitusional dan faktor
peradangan pada waktu umur muda. Bila ada sifat biologis mukosatidak baik maka daya
pneumatisasi hilang atau kurang. Ini juga terjadi bila ada radang padatelinga yang tidak
menyembuh. Maka nanti dapat dilihat pneumatisasi yang terhenti atau pneumatisasi yang
tidak ada sama sekali.(Staecker,2009)
II.2. Fisiologi Pendengaran
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan
mengenaimembran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke
23
tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes
menggerakkan tingkaplonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimf dalam
skala vestibuli. Getaranditeruskan melalui membrane Reissener yang mendorong endolimf
dan membran basal kearah bawah, perilimf dalam skala timpani akan bergerak sehingga
tingkap (foramen rotundum)terdorong ke arah luar.Skala media yang menjadi cembung
mendesak endolimfe dan mendorong membran basal,sehingga menjadi cembung kebawah
dan menggerakkan perilimfe pada skala timpani. Pada waktuistirahat ujung sel rambut
berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membran basal ujung selrambut menjadi lurus.
Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan ion Natrium menjadi
aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang n.VII, yang kemudianmeneruskan rangsangan
itu ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39-40) melalui saraf pusat yang ada dilobus
temporalis.(Staecker,2009)
II.3. Otitis Media Supuratif Kronik
II.3.1. Definisi
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan suatu radangkronis telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih
dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul.(Soepardi,2008)
II.3.2. Epidemiologi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insidenOMSK
dipengaruhi oleh ras dan faktor sosio-ekonomi. Misalnya, OMSK lebihsering dijumpai pada
orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aboriginAustralia dan orang kulit hitam di
Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% bebandunia akibat OMSK ini dipikul
oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerahPasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah
minoritas di Pasifik. Kehidupan sosialekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status
kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya
prevalensi OMSK pada negarayang sedang berkembang.Survei prevalensi di seluruh dunia,
yang walaupun masih bervariasi dalam haldefinisi penyakit, metode sampling serta mutu
metodologi, menunjukkan bebandunia akibat OMSK melibatkan 65±330 juta orang dengan
telinga berair, 60% diantaranya (39±200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan.
Secaraumum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan25%
dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.(Djaafar,2007)
24
II.3.3. Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarangdimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,
tonsilitis,rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba
Eustachius yangabnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan
cleft palate danDown’s Syndroms. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluks isi nasofaring
yang merupakanfaktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor Host yang
berkaitan dengan insidenOMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi imun sistemik. Kelainan
humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi
HIV/AIDS)dapat bermanifestasi sebagai sekresi telinga kronis.(Cummings,2005)
Penyebab dan faktor resiko OMSK antara lain:
A. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
mempunyaihubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana
kelompok sosio ekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir
dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang
padat.
B. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik.
Sistem sel-seludara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui
apakah hal ini primer atau sekunder.
C. Otitis media berulang
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis
mediaakut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang
menyebabkansatu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis.
D. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak
bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur yang
digunakan adalahtepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-
usus, dan beberapa organisme lainnya.
E. Infeksi saluran nafas atas
25
Banyak Penderita mengeluh sekret di telinga setelah infeksi saluran nafas
atas.Organisme – organisme yang termasuk didalamnya : Staphyloccocus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, Streptoccocus β hemolyticus, dan Pneumoccocus.
F. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap
otitismedia kronis.
G. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding
yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi
terhadapantibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum
terbuktikemungkinannya.
I. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema
tetapiapakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada
telingayang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba
eustachius danumumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan
negatif menjadinormal.(Braunwald,2009)
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap
padaOMSK :
A.Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi
sekrettelinga purulen berlanjut.
B.Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.
C.Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme
migrasiepitel.
D.Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang
cepatdiatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan
dari perforasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi
kronismajemuk, antara lain :
A.Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.
1.Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
2.Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total
B.Perforasi membran timpani yang menetap.
26
C.Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada
telingatengah.
D.Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid. Hal ini dapat
disebabkanoleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi atau
timpanosklerosis.
E.Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.
F.Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme
pertahanan tubuh.(Bailey,2006)
II.3.4. Patogenesis
Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal
menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang
menghubungkanrongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah (kavum
timpani),merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah ini (otitis media).Pada
keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan akanmembuka
bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekananudara
telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum
sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisituba yang datar
menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas padaanak akan lebih mudah menjalar
ke telinga tengah sehingga lebih seringmenimbulkan Otitis Media daripada dewasa.Pada anak
dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar darinasofaring melalui tuba Eustachius
ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinyainfeksi dari telinga tengah. Pada saat ini
terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang
dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil,monosit, dan leukosit serta sel lokal
seperti keratinosit dan sel mastositakibat proses infeksi tersebut akan menambah
permiabilitas pembuluhdarah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain itu,
adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga
tengah karenastimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada
telinga tengah.(Ganong,2008)
27
Gambar 11.Perjalanan OMSK
Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk darisatu
lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan
banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi inimempunyai sel goblet
dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan
Otitis Media ditandai dengan hilangnya sel-seltambahan tersebut dan kembali ke bentuk
lapisan epitel sederhana.(Ganong,2008)
28
II.3.5. Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:
A. Tipe tubotimpani / tipe jinak / tipe aman / tipe rhinogen
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa
dangejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.Secara klinis penyakit
tubotimpani terbagi atas:
1. Tipe aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi
saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimanakuman masuk melalui
liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampaimukopurulen
2. Tipe tidak aktif
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa
telingatengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan.
Gejala lain yangdijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.
B. Tipe atikoantral / tipe ganas / tipe tidak aman / tipe tulang
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Tipe atikoantral lebih
sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yangmana
bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom dapat dibagi atas 2
tipe yaitu kongenital dan didapat.(Soepardi,2008)
Pada umumnya kolesteatom terdapat pada otitis media kronik dengan
perforasi marginal. Teori itu adalah:
A. Epitel dari liang telinga masuk melalui perforasi kedalam kavum timpani dan disinilah
membentuk kolesteatom (migration teori menurut Hartmann); epitel yang masuk menjadi
nekrotis, terangkat keatas.
B. Embrional sudah ada pulau-pulau kecil dan ini yang akan menjadi kolesteatom.
C. Mukosa dari kavum timpani mengadakan metaplasia oleh karena infeksi(metaplasia teori
menurut Wendt).
D. Ada pula kolesteatom yang letaknya pada pars plasida (attic retractioncholesteatom).
29
Jenis perforasi membran timpani :
A. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior,kadang-
kadang sub total.
B. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.Perforasi
marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir
postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.
C. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.(Bailey,2006)
II.3.6 Manifestasi Klinis
A.Telinga berair ( Otorrhea)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung
stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkanoleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga
tengah dan mastoid.Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau
busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengaholeh perforasi membran
timpani dan infeksi. Keluarnya secret biasanyahilang-timbul. Meningkatnya jumlah sekret
dapat disebabkan infeksi salurannafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah
mandi atau berenang. PadaOMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga.
Sekret yangsangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma
dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,mengkilap.
Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena
rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan
adanya jaringan granulasi dan polip telingadan merupakan tanda adanya kolesteatom yang
mendasarinya. Suatu sekretyang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan
tuberkulosis.(Ballenger,2009)
B.Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanyadijumpai
tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan
sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerahyang sakit ataupun kolesteatom, dapat
menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli
konduktif kurangdari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik.
Kerusakandan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran
30
lebihdari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membrantimpani
serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.Pada OMSK tipe
maligna biasanya didapat tuli konduktif beratkarena putusnya rantai tulang pendengaran,
tetapi sering kali jugakolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga
ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.Penurunan fungsi
kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin
melalui jendela bulat(foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya
labirinitissupuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat,hantaran
tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.
C.Otalgia
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila adamerupakan suatu tanda yang
serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karenaterbendungnya drainase pus. Nyeri dapat
berarti adanya ancamankomplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan absesotak. Nyeritelinga
mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda
berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiostealabses atau trombosis sinus
lateralis.
D.Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhanvertigo
seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosidinding labirin oleh
kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udarayang mendadak
atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar
membran timpaniyang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan
suhu.Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.Vertigo
juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakantemuan yang serius, karena
infeksi kemudian dapat berlanjut dari telingatengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga
timbul labirinitis dan dari sanamungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu
dilakukan pada kasusOMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan
positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui
ronggatelinga tengah.
Tanda-tanda klinis OMSK tipe malignant :
A. Adanya abses atau fistel retroaurikular
B.Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani
31
C.Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)
D.Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom (Ballenger,2009)
II.3.7. Diagnosis
A.Anamnesis
Pada anamnesa harus ditanyakan onset kejadiannya dan sudah berapa lama keluhan,
sering kambuh atau tidak, riwayat penyakit telinga sebelumnya, kebiasaan membersihakan
atau mengorek-ngorek telinga, atau adanya faktor predisposisi seperti penyakit diabetes
melitus, radioterapi, atau keadaan yang dapat melemahkan sistem imun tubuh. Biasanya dari
anamnesa didapatkan keluhan pasien berupa rasa nyeri pada telinga, gatal, keluar cairan terus
menerus,dan pendengaran terasa berkurang.
B.Pemerikasaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien dengan otitis media
supuratif kronis bergantung dari tipe, yaitu pada tipe aktif akan didapatkan cairan mukoid
yang keluar terus menerus dari liang telinga. Sedangkan pada tipe tidak aktif ditemukan
perforasi membran timpani dengan cairan yang telah kering. Pada tipe maligna akan
ditemukan kolesteatoma maupun granuloma.
C.Pemeriksaan Penunjang
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai berikut :
1.Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tulikonduktif. Tapi dapat
pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak
perforasi membran timpani serta keutuhandan mobilitas sistim penghantaran suara di telinga
tengah.Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderitaOMSK ditemukan tuli
sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui
membran fenstra rotundum, sehinggamenyebabkan penurunan ambang hantaran tulang
secaratemporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung basalkohlea tapi dapat
meluas kebagian apek kohlea.Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan,
sedang, sedang berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan (audiometriatau
test berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkanrata-rata kehilangan
intensitas pendengaran pada frekuensi percakapanterhadap skala ISO 1964 yang ekivalen
dengan skala ANSI 1969.
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran:
a. Normal : -10 dB sampai 26 Db
32
b.Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
c.Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
d.Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
e.Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
f.Tuli total : lebih dari 90 dB.
Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi koklea.Dengan
menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udaradan tulang serta penilaian tutur,
biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan
manfaat operasirekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran.
Untuk melakukan evaluasiini, observasi berikut bisa membantu:
1.Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB
2.Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-50dB
apabila disertai perforasi.
3.Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang
masihutuhmenyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
4.Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaanhantaran
tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.
Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian pendengarandengan
menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur denganmaskingadalah dianjurkan,
terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli campur.
2.Pemeriksaan Radiologi.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis
nilaidiagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan
audiometri.Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik,
lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoidyang satunya atau yang
normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberikesan kolesteatom. Proyeksi
radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :
1.Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arahlateraldan
atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisisinus lateral dan
tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik,gambaran radiografi ini sangat membantu ahli
bedah untuk menghindaridura atau sinus lateral.
2.Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akantampak
gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapatdiketahui apakah kerusakan
tulang telah mengenai struktur-struktur.
33
3.Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosusdan yang lebih
jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dankanalis semisirkularis.
Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potonganmelintang sehingga dapat menunjukan
adanya pembesaran akibat kolesteatom.
4.Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinalsehingga
dapatmemperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik.Politomografi dan atau CT
scandapat menggambarkan kerusakan tulangoleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-
tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularishorizontal.
Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan hanyadengan hasilX-ray saja. Pada
keadaan tertentu seperti biladijumpai sinus lateralis terletak lebihanterior menunjukan
adanya penyakit mastoid.Cholesteatoma yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida.
Banyak teori yang diajukan sebagai penyebab cholesteatoma didapat primer, tetapi
sampaisekarang belum ada yang bisa menunjukan penyebab yang sebenarnya.Secondary
acquired cholesteatoma. Berkembang dari suatu kantong retraksiyang disebabkan peradangan
kronis biasanya bagian posterosuperior dari parstensa. Khasnya perforasi marginalpada
bagian posterosuperior. Terbentuknya dariepitel kanal aurikula eksternayang masuk ke
kavum timpani melalui perforasi membran timpani ataukantong retraksi membran timpani
pars tensa.(Cummings,2005)
II.3.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor
penyebabdan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian haruslah dievaluasi faktor-
faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi
yangmenghalangi penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses infeksi yangterdapat
ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapiobat-
obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.Prinsip pengobatan
tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas:
konservatif dan operasi.
A. Penatalaksanaan OMSK Benigna
Keadaan ini memerlukan pengobatan Antibiotik, Aural toilet dan dinasehatkan untuk
janganmengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan
segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan
sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk
mencegahinfeksi berulang serta gangguan pendengaran.
34
B. Penatalaksanaan OMSK Maligna
Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatankonservatif
dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelumdilakukan
pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi absessebaiknyadilakukan
tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.Ada beberapa jenis pembedahan atau
tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe
benigna atau maligna, antara lain:
1.Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
2.Mastoidektomi radikal
3.Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
4.Miringoplasti
5.Timpanoplasti
6.Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty) (Bailey,2006)
Gambar 12.Algoritma pedoman umum pengobatan penderita OMSK
35
II.3.9. Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang
menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurangefektifnya
pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien
OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akutoleh kuman
yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.Komplikasi intra
kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan
dengan kolesteatom.
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten membrane timpani
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis (Soepardi,2008)
36
Daftar Pustaka
Adams GL,Boeis LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT BOEIS Edisi keenam:Anatomi
danFisiologi Telinga.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.p; 30-38.
Bailey BJ, Johnson JT. Head & Neck Surgery – Otolaryngology. Edisi 4. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins; 2006 : 1988-2001.
Braunwald, Eugene et al. 2009. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17.
AmerikaSerikat: McGraw-Hill.
Cummings Charles W., Flint Paulw., Harker Lee A., et al. Cummings Otolaryngology Head
& Neck Surgery : Fourth Edition. USA: Elsevier Mosby.2005
Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna Restuti. 2007. Otitis Media Supuratif Kronis. Dalam:
KelainanTelinga Tengah, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala DanLeher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 69 ± 74.
Ganong, William. 2008. Pendengaran dan Keseimbangan dalam: Buku Ajar
FisiologiKedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 179 ± 185.
Logan, Bari M.,Patricia A.Reynolds, Ralph T. Hutchings. McMin’s Color Atlas of Head and
Neck Anatomy : Third Edition.2004. USA : Mosby.
Snow, James B., John Jacob Ballenger.2009.Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and
Neck Surgery : Sixteenth Edition.USA : BCDecker.
Soepardi EA et al, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher.Ed ke – 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.
Van De Water,Thomas, Hinrich Staecker. Otolaryngology. 2009. USA : Thieme.
37