11
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO FAKULTAS EKONOMI PROGAM STUDI MANAJEMEN http://www.unusida.ac.id Berpikir dan Menulis Ilmiah 2. Critical Thinking Rabu 15 Februari 2017 Oleh : Dwi Sahrul Maghfiroh C14160027

4. Berpikir kritis:sebuah pengantar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 4. Berpikir kritis:sebuah pengantar

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO

FAKULTAS EKONOMIPROGAM STUDI MANAJEMENhttp://www.unusida.ac.id

Berpikir dan Menulis Ilmiah

2. Critical Thinking

1. Apakah berpikir kritis itu dan bagaimana ikta mengasahnya?

Dalam dunia pendidikan saat ini proses mengajar berpikir kritis sangat populer. Berpkir kritis ini diajarkan dan penerapannya secara langsung emplisit. Hal ini dilakukan untuk meumbuhkan kesadaran siswa tentang berpikir kritis bukan

Rabu 15 Februari 2017

[email protected]

Oleh :

Dwi Sahrul Maghfiroh C14160027

Page 2: 4. Berpikir kritis:sebuah pengantar

hanya dalam penerapan tidak langsung implisit seperti sistem belajar yang lampau. Beberapa tokoh juga mendefinisikan pendapat mereka yang berbeda-beda mengenai berpikir kritis.

John Dewey : Pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus) dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan yang menjadi kecenderungannya.

Edward Gleser : Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang. Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis dan semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Robert Ennis : Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.

Richard Paul : Berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar inteektual padanya.

Michael Scriven : Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumantasi.

Berpikir kritis biasanya merujuk pada pemikiran rasional. Semua permasalahan tidak langsung ditujukan kemudian menjadi kesimpulan. Untuk menentukan kesimpulan, seharusnya cari dahulu pokok permasalahan, kemudian merujuk ke suatu analisis. Dalam berpikir kritis ini jelas menuntut interpretasi dan evaluasi terhadap komunikasi, observasi dan sumber-sumber lainnya. Perlu juga adanya ketrampilan dalam memikirkan asumsi-asumsi, manganalisa arguman dan gagasan dalam mengajukan pertanyaan dan medebatkan isu-isu secara terus-menerus.

2. Mengidentifikasi alasan dan kesimpulan: bahasa penalaran

Dalam sebuah kasus yang akan anda atau orang lain sampaikan, ada kalanya jika argumen yang akan disampaikan duberi alasa untuk diterima dan ini

Page 3: 4. Berpikir kritis:sebuah pengantar

dinamakan mengargumatasikan sebuah kasus atau menyajikan sebuah argumen. Namun, dalam penyampaian arguman ini tidaklah semua oarang bisa paham akan maksud yang akan anda bicarakan dan sebaliknya adapula yang akan mengerti dan paham mengenai argumen anda.

Bahasa Penalaran I

Ada kata-kata dan frase –frase tertentu yang orang pakai secara khusus untuk menunjukkan bahwa mereka mengemukakan alasan-alasan untuk sebuah kesimpulan kata yang begitu jelas orang pakai dalam konteks ini adalah kata ‘oleh karena itu’. adapula contoh kata-kata sebagai berikut : sehingga..., karenanya..., jadi..., sebagai konsekuensinya..., yang membuktikan / memperlihatkan bahwa...., saya menyimpulkan bahwa..., berdasarkan hal itu..., dan banyak frase lainnya. Kata-kata ini semuanya digunakan untuk memperlihatkan pendapat yang ditunjukkan lewat tanda titik-titik merupakan kesimpulan untuk alasan-alasan yang dikemukakan. Pemakaian frasae ini disebut juga indikator-indikator alasan dan indikator-indikator itu mencakup kata-kata seperti: karena...., berdasarkan fakta bahwa..., alasan-alasannya adalah..., pertama..., kedua..., dan banyak frasae lain seperti itu (di mana titik-titik menujukkan tempat terdapatnya alasan yang diberikan) ketika ingin merujuk ke indikatro-indikator kesimpulan.

Bahasa Penalaran II

Setelah menyadari peran penting ‘oleh karena itu’, ‘sehingga’ dan ‘karena’ memiliki peran khusus untuk memberi petunjuk terhadap apa yang ingin kita sampaikan mengenai argumentasi sebuah kasus. Maka, ada hal lain yang juga memerankan fungsi penting dalam penalaran. Contoh:

a. Kadang-kadang anda mengakui anda membuat asumsi-asumsi dengan mengatakan ‘saya berasumsi bahwa....dikatakan / diandaikan bahwa....

b. Ketika penalaran anda berbicara tentang penjelasan sebab-akibat dengan mengatakan ‘.....menjelaskan mengapa...’ ‘itulah sebabnya...’ Dan sebagainnya.

Dengan menyisipkan kata-kata diatas dapat membantu supaya tulisan atau pembicaraan kita masuk akal.

3. Memahami penalaran : berbagai pola penalaran Kasus yang paling sederhana

Contoh: kerusakan pada lapisan ozon merupakan masalah internasional1

Page 4: 4. Berpikir kritis:sebuah pengantar

sehingga2 masalah itu hanya bisa diselesaikan melalui persetujuan internasioanl.

Ada satu alasan yang diajukan untuk mendukung sebuah kesimpulan

<alasan>1 dan <kesimpulan>2

Memberi alasan berdampingan

Contoh: tentu saja jarang sekali orang beriman mendasarkan imannya pada pertimbangan rasional mengenai pandangan-pandangan dunia alternatif. Hampir semua penganut agama mengikuti agama dari orang-orang yang hidup diantara mereka, apakah itu Kristen, Hindu, Muslim atau apa saja. Dan tambah lagi, hanya ada sedikit butki yang meyainkan untuk mendukung keyakinan mereka mendukung hal-hal gaib.1&2

Ada dua alasan untuk sebuah kesimpulan

<alasan>1 dan <kesimpulan>2 saling berdampingan

Rantai Penalaran

Contoh: menanam tanaman pangan yang dimodifikasi secara genetis akan memampukan para petani untuk memakai bahan pembasmi rumput liar yang lebih kuat, sehingga1 akan terjadi pengurangan yang cukup besar pada jumlah dan kepadatan benih rumput liar di ladang pertanian. Jadi2, mungkin kebanyakan burung di daerah pertanian yang bergantung pada benih-behin ini untuk bertahan selama musim dingin akan smakin berkurang lagi.

Ada dua kesimpulan

<alasan 1> sehingga [kesimpulan 1] jadi [kesimpulan 2]

Hipotesis dan Kalimat Lain yang Kompleks

Contoh: entah kepala sekolah A atau sekretaris B yang mencuri uang itu.

Kalimat seperti ini ‘entah’, kadang-kadang dikatakan sebagai kalimat disjungsi atau pemisahan, dan hal penting yang perlu diingat ketika menganallisa sebuah argumen ke dalam alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan ialah bahwa pemisahan-pemisahan itu tidak boleh dipisahkan ketika mneganalisis argumen, hal penting yang harus dilakukan adalah hipotesis-hipotesis tidak boleh dipisahkan seolah-olah mereka meyajikan alasan dan kesimpulan

4. Memahami penalaran: asumsi, konteks, dan peta berpikir.

Page 5: 4. Berpikir kritis:sebuah pengantar

a. Asumsi

Dalam erpendapat atau berargumen ada beberapa hal yang anda anggap benar dan bisa diterima atau bisa meyakinkan tentang pendapat anda. Namu, anda tidak dapat menyampaikannya dan dalam arti tertentu disebut diasumsikan. Biasanya, dalam hal ini anda menggunakan kata ‘asumsi’ inilah yang dimaksud asumsi adalah keyakinan yang secara jelas diterima atau ‘dianggap benar’ oelh pembicara atau penulis teteapi mereka tidak menyatakannya.

b. Konteks

Argumen, penjelasan, dan sebagainya selalu dikemukakan dalam suatu konteks dan konteks itu mengandung segala macam asumsi, pra anggapan, latar belakang keyakinan, fakta yang relevan untuk menafsir apa yang dimaksudkan, aturan, tingkah laku dan lain-lain. Konteks klaim dan argumen sangat mempengaruhi besarnya kredibillitas dan bobot yang anda berikan dalam argumen. Konteks klaim dapat membantu menafsir makna. Konteks historis membantu dalam mengintrepretasi dan mengevaluasi. Secara singkat, konteks argumen dapat mempengaruhi interpretasi dan evaluasinya, terutama karena konteks tersebut menyediakan asumsi, pra-asumsi, dan latar belakang infromasi lain.

c. Peta Berpikir untuk Memahami dan Mengevaluasi Pemikiran

Peta berpikir memerlukan perhatian seperti apa kesimpulan utamanya? Meskipun dalam hal ini memahani dan mengambil kesimpulan utama bukanlah hal yang diharuskan tetapi hal ini yang membantu anda utnuk mengenali apa yang akan disampaikan. Hal kedua yang diperhatikan adalah apakah ada pertimbangan atau argumen lain? Berpikir kritis juga mengajarkan kita dan menuntut anda mempertimbangkan setiap gagasan yang relevan lain yang dapat membantu anda menuju pemikiran sampai pada penilaian yang baik terhadap hal itu sepenuhnya. Oleh sebab itu, ketika mempertimbangan setiap isu di mana penilaian kita bermakna, kita mesti memperhatikan semua gagasan yang relevan semampu kita. Hal ini menyatakan secara tidak langsung bahwa seseorang yang memiliki banyak pengetahuan tentang isu-isu terkait, dan begitu imajinatif tentang kemungkinan-kemungkinan, cenderung mengambil keputusan berdasarkan alasan yang baik dan logis ketimbang seorang yang memiliki sedikit pengetahuan dan imajinatif.

5. Mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan dan gagasan

Page 6: 4. Berpikir kritis:sebuah pengantar

Berbagai isu , berita dan konflik sehari-hari tentu harus mempunyai bukti yang jelas dan sebagai proses nerpikir kritis hal ini sangat diperlukan. Ada perlunya proses penalaran dalam menagnggapi hal ini. Proses penaaran sering kali memerlukan klarifikasi. Mungkin, makna istilah-istilah yang digunakan, atau klaim-klaim yang dibuat, tidak jelas, kabur, tidak tepat dan bermakna ganda. Agar dapat menilai argumen secara kritis pertama-tama kita harus memahaminya. Hal ini berarti bahwa tidak hanya memahami dengan jelas alasa-alasan, kesimpulan-kesimpulan, dan asumsi-asumsi yang dipresentasikan, tetapi juga memahami dengan jelas maksud semuanya ini. Pahamilah dahulu frase yang digunakan bila perlu gunakan kamus besar bahasa indonesia sebagai acuan untuk mengetahui kata apa yang belum anda mengerti dan pahamilah artinya utnuk petunjuk anda memahami sebuah isu atau berita dan lainnya. Hal lain yang diperhatikan adalah:

Apa masalahnya (kekaburan, ambiguitas, kebutuhan akan contoh, atau apa)

Pahamilah audiensnya (latar belakang pengetahuan dan keyakinan audiens yang dapat diasumsikan)

Berdasarkan audiensnya, apakah yang akan memberikan cukup klarifikasi untuk tujuan terkini

Berapa banyak detail yang dibutuhkan audiens dalam situasi ini

Masalah yang menuntut klarifikasi dalam penalaran Maksud

6. Akseptabilitas alasan: termasuk kreadibilitasnya

Sebelumnya telah dibahas mengenai hal penalaran dan sekarang pembahasan mengenai evaluasi penalaran. Kalau seseorang memberi alasan-alasan yang bertujuan untuk meyakinkan anda akan suatu titik pandanh (kesimpulan, penjelasan, rekomendasi, interpretasi, atau apa saja), anda tidak hanya akan memahami saja, tetapi juga mengmbil posisi mengevaluasi utnuk menentukan apaka itu penalaran yang baik, apakah kita seharusnya diyakinakan oleh penalaran itu.

a. Akseptabilitas pertanyaan disesuaikan konteks

Jika terjadi komunikasi dan perdebatan mengenai suatu isu dan ada beberapa orang yang mengatakan kesimpulannya seperti ini. Kebanyakan pendengar hanya akan mengikutinya tanpa menganalisis terlebih dahulu. Hal ini

Page 7: 4. Berpikir kritis:sebuah pengantar

biasanya terjadi ketika dalam konteks percakapan informal. Namun, jika anda ingin memperoleh kebenaran mengenai isu-isu penting, anda harus lebih sistematik. Proses yang lebih sistematik dan pendekatan yang lebih terampil dalam mengevaluasi argumen.

b. Akseptabilitas Klaim

Pertanyaan tentang akseptabilitas sering kali merupakan pertanyaan tentang kreadibilitas, di mana kita akan segera kembali ke pertanyaan. Maksudnya, alasan-alasan yang diberikan utnuk beberapa kesimpulan dituntut pengetahuan dan menganalisis pertanyaan. Dalam menganalisis akseptabilitas klaim ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Seberapa pastikah klaim itu Apakah konteks klaim itu mempengaruhi

akseptabilitasnya Apakah kalim itu membutuhkan keahlian/penelitian

untuk menentukan Apakah kalim itu secara luas dikenal atau diyakini Seberapa baiknya klaim itu cocok dengan keyakinan

kita lainnya Apakah klaim itu dari sumber yang dapat dipercaya