5
9 ISTRI PRESIDEN SOEKARNO 1. Ibu Siti Oetari Merupakan istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno. Soekarno menikahi Oetari usianya belum genap 20 tahun. Siti Oetari sendiri waktu itu berumur 16 tahun. Soekarno menikahi Oetari pada tahun 1921 di Surabaya. Sewaktu itu Soekarno menumpang di rumah HOS Tjokroaminoto ketika sedang menempuh pendidikan di sekolah lanjutan atas. Beberapa saat sesudah menikah, Bung Karno meninggalkan Surabaya, pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di THS (sekarang ITB). Soekarno kemudian menceraikan Oetari. 2. Ibu Inggit Garnasih Lahir di Kamasan, Banjaran, pada tanggal 17 Februari 1888. Nama “Garnasih” merupakan akronim dari dua kata bahasa Sunda, yakni “Hegar” dan “Asih”. Nama “Inggit” juga tidak muncul begitu saja. Semasa kecil, ia sering pergi ke pasar. Orang-orang di pasar sangat senang melihat kecantikan perempuan kecil ini, terutama senyumnya yang manis. Kemudian orang-orang di pasar menyuruhnya tersenyum dengan imbalan uang sebesar satu ringgit. 3. Fatmawati Yang bernama asli Fatimah (lahir di Bengkulu, 5 Februari 1923 – meninggal di Kuala Lumpur, Malaysia, 14 Mei 1980 pada umur 57 tahun) adalah istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno.. Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit

9 Istri Presiden Soekarno

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 9 Istri Presiden Soekarno

9 ISTRI PRESIDEN SOEKARNO

1. Ibu Siti Oetari

Merupakan istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno. Soekarno

menikahi Oetari usianya belum genap 20 tahun. Siti Oetari sendiri waktu itu berumur

16 tahun. Soekarno menikahi Oetari pada tahun 1921 di Surabaya. Sewaktu itu

Soekarno menumpang di rumah HOS Tjokroaminoto ketika sedang menempuh

pendidikan di sekolah lanjutan atas. Beberapa saat sesudah menikah, Bung Karno

meninggalkan Surabaya, pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di

perguruan tinggi di THS (sekarang ITB). Soekarno kemudian menceraikan Oetari.

2. Ibu Inggit Garnasih

Lahir di Kamasan, Banjaran, pada tanggal 17 Februari 1888. Nama

“Garnasih” merupakan akronim dari dua kata bahasa Sunda, yakni “Hegar” dan

“Asih”. Nama “Inggit” juga tidak muncul begitu saja. Semasa kecil, ia sering pergi ke

pasar. Orang-orang di pasar sangat senang melihat kecantikan perempuan kecil ini,

terutama senyumnya yang manis. Kemudian orang-orang di pasar menyuruhnya

tersenyum dengan imbalan uang sebesar satu ringgit.

3. Fatmawati

Yang bernama asli Fatimah (lahir di Bengkulu, 5 Februari 1923 – meninggal

di Kuala Lumpur, Malaysia, 14 Mei 1980 pada umur 57 tahun) adalah istri dari

Presiden Indonesia pertama Soekarno. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari

tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari Presiden Pertama

Indonesia, Soekarno.. Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka

Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Dari pernikahannya dengan

Soekarno ia dikaruniai 5 orang anak.

Pada tahun 14 Mei 1980 ia meninggal dunia karena serangan jantung ketika dalam

perjalanan pulang dari umroh dari Mekah yang lalu dimakamkan di Karet Bivak,

Jakarta)

4. Hartini Soekarno,

Lahir di Ponorogo Jawa imur pada tanggal 20 September 1924 beragama

Islam. Hartini menempuh pendidikan awal di HIS ( Holland Indlands School ) dan

terakhir Kelas dua SMA yaitu pada tahun 1942. Wanita Karir di bidang Wiraswasta

ini beralamat di Jalan Proklamasi No. 62 di Jakarta Pusat.

Enam belas tahun dalam suka maupun duka, Hartini setia mendampingi

suaminya hingga wafat. Resmi menjadi istri Soekarno, setahun setelah pertemuannya

Page 2: 9 Istri Presiden Soekarno

yang pertama di Prambanan, Yogyakarta tahun 1952. Ketika itu ia sudah menjadi

janda berusia 28 tahun. Dengan suaminya yang pertama, Suwondo, ia dikaruniai lima

anak. Menikah dengan Soekarno, ia mendapat dua anak.

Biasa dipanggil Tien, ia anak kedua dari lima bersaudara. Ayahnya, Osan,

pegawai kehutanan, mendidiknya secara tradisional. Tidak mengherankan bila Tien

berpendidikan formal hanya hingga kelas dua SMA. Pendapatnya tentang istri cukup

sederhana. Selain sebagai istri, kita juga adalah ibu, kawan, dan kekasih bagi suami.

Sebagai ibu, menurut Tien, bila suami sakit harus dilayani dengan cermat.

Meminumkan obat, memijati, dan mengelusnya hingga terlena. Sebagai kawan, di

mana dan kapan pun, patut mengimbangi pembicaraannya. Ia banyak membaca dan

rajin mengumpulkan informasi, agar mampu menjadi kawan bicara yang baik dan

bijak.

Awet muda dan tampak cantik dalam usia 60 tahun. Rahasia kecantikan

Hartini, setiap bangun pagi ia segera minum segelas air putih dan olah raga ringan.

Juga minum jamu ramuan sendiri berupa kunyit, daun asam, temu, asem kawak, daun

beluntas, dan gula merah, yang direbusnya. Ia minum jamu dua kali sehari dan tidak

makan yang amis, seperti ikan dan telur

5. Ibu Ratna Sari Dewi Soekarno,

(lahir dengan nama Naoko Nemoto (????? Nemoto Naoko?) di Tokyo, 6

Februari 1940; umur 71 tahun) adalah istri ke-5 Soekarno yang merupakan Presiden

Indonesia pertama. Dewi menikah dengan Soekarno pada tahun 1962 ketika berumur

19 tahun dan mempunyai anak yaitu Kartika Sari Dewi Soekarno. Dewi berkenalan

dengan Soekarno lewat seorang relasi ketika Bung Karno berada di Hotel Imperial,

Tokyo. Menjelang redupnya kekuasaan Soekarno, Dewi meninggalkan Indonesia.

Setelah lebih sepuluh tahun bermukim di Paris, sejak 1983 Dewi kembali menetap di

Jakarta.

Ketika berumur 19 tahun, Dewi Soekarno bertemu dengan Soekarno yang telah

berumur 57 tahun sewaktu sedang dalam kunjungan kenegaraan di Jepang. Sebelum

menjadi istri Sukarno, ia adalah seorang pelajar dan entertainer. Ada gosip bahwa

dirinya telah bekerja sebagai geisha, namun beliau telah berulang kali menyangkal hal

ini. Dia mempunyai seorang putri bernama Kartika.

Setelah bercerai dengan Sukarno, Ratna Sari Dewi Soekarno kemudian pindah

ke berbagai negara di Eropa termasuk Swiss, Perancis, dan Amerika Serikat. Pada

tahun 2008 ia menetap di Shibuya, Tokyo, Jepang, di mana dia tinggal di sebuah

tempat yang luas dengan empat lantai dan penuh kenangan.

Ratna Sari Dewi Soekarno dikenal dengan kepribadiannya yang terus terang.

Beliau sering disebut sebagai Dewi Fujin (??? ?? Devi Fujin, secara harfiah "Ibu

Dewi" atau "Madame Dewi"). Nama lengkapnya adalah Ratna Sari Dewi Soekarno

Page 3: 9 Istri Presiden Soekarno

(??? ?? ??? ???? Ratona Sari Devi Sukaruno), tapi dia lebih sering disebut sebagai

"Madame Dewi". Dia membuat penampilan di media massa setelah Januari 2008

kematian suaminya penerus Soeharto, menyalahkan dia untuk melembagakan sebuah

rezim represif dan menyerupai Despotisme Kamboja, Pol Pot.

Pada tahun 2008 Ratna Sari Dewi Soekarno menjalankan sendiri bisnis

perhiasan dan kosmetik serta aktif dalam penggalangan dana. Terkadang dia tampil di

acara TV Jepang dan menjadi juri untuk kontes kecantikan, seperti Miss International

2005 di Tokyo.

Pada bulan Januari 1992, Dewi menjadi terlibat di dalam banyak perkelahian

dipublikasikan di sebuah pesta di Aspen, Colorado, Amerika Serikat dengan sesama

tokoh masyarakat internasional dan ahli waris Minnie Osmeña, putri mantan

presiden Filipina. Ketegangan sudah ada antara keduanya, dimulai dengan pertukaran

di pihak lain beberapa bulan sebelumnya, di mana Dewi terdengar tertawa ketika

Osmena menyatakan rencana politiknya, di antaranya adalah keinginan untuk

mencalonkan diri sebagai wakil presiden Filipina.

Aspen meludah yang konon dilaporkan oleh dipicunya sebuah kiasan yang

dibuat oleh Dewi untuk Osmena di masa lalu yang kemudian memuncak dengan

Dewi memukul wajah Osmena dengan memakai gelas anggur. Pukulan tersebut

meninggalkan luka yang membutuhkan 37 jahitan. Dewi kemudian dipenjara selama

34 hari di Aspen untuk perilaku kacau setelah kejadian.

Pada tahun 1998, ia berpose untuk sebuah buku foto berjudul Madame Syuga

yang diterbitkan di negara asalnya, di mana sebagian gambar yang ditampilkan ia

pose-pose setengah bugil dan menampakan seperti tato. Bukunya untuk sementara

tidak didistribusikan di Indonesia dan segera dilarang karena dengan banyak orang

Indonesia merasa tersinggung dengan apa yang dianggap mencemarkan nama baik

Sukarno dan warisannya.

6. Haryati Sukarno 

7. Yurike Sanger

8. Kartini Manoppo 

9. Heldy Djafar