Upload
operator-warnet-vast-raha
View
49
Download
23
Embed Size (px)
Citation preview
Dari data pada Tabel 5, pengambilan responden dilakukan dengan
cara sensus, yakni dengan cara mencatat semua responden yang diselidiki
tersebut (Marzuki, 2002). Metode sensus dipilih karena jumlah responden
terbatas yaitu 19 unit usaha.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner)
yang sudah dipersiapkan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
pengusaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini
yaitu data mengenai karateristik responden, proses produksi, alat dan
bahan yang digunakan, biaya-biaya (tetap dan variabel) yang
dikeluarkan selama proses produksi, penerimaan, kendala dan risiko
usaha.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari referensi, buku, jurnal, dan
instansi- instansi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Instansi-
instansi tersebut meliputi : Badan Pusat Statistik Karanganyar, Dinas
Perindustrian Perdagangan, Penanaman Modal dan Koperasi Kabupaten
Karanganyar, dan Kantor Kecamatan Tawangmangu. Data tersebut adalah
data mengenai keadaan umum daerah penelitian, keadaan perekonomian,
dan keadaan penduduk.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan
gambaran yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti.
commit to user
2. Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data primer
dengan melakukan wawancara secara indepth (luas dan mendalam)
kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
3. Pencatatan
Teknik pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder
dari instansi atau lembaga yang ada hubungannya dalam penelitian ini.
E. Metode Analisis Data
1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas Usaha
Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar.
a. Biaya
Menurut Boediono (2002), untuk menghitung biaya dalam
proses produksi diperhitungkan dari penjumlahan biaya tetap total dan
biaya variabel total dengan rumus :
TC = TFC + TVC
Dimana :
TC = Biaya total (Rp)
TFC = Biaya tetap total (Rp)
TVC = Biaya variabel total
(Rp)
b. Penerimaan
Menurut Boediono (2002), penerimaan merupakan
keseluruhan produk yang dihasilkan dikalikan harga. Untuk
menghitung besarnya penerimaan yang diterima, digunakan rumus :
TR = Q x P
Dimana :
TR = Penerimaan total usaha agroindustri keripik ketela ungu
(Rp) Q = Jumlah keripik ketela ungu yang dihasilkan (kg)
P = Harga per Kg (Rcpo)mmit to user
c. Keuntungan
Menurut Suparmoko (1992), keuntungan adalah selisih antara
penerimaan total yang diterima dengan biaya (biaya tetap ditambah
biaya tidak tetap/variabel) yang dikeluarkan dalan usaha agroindustri
keripik ketela ungu. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
π = TR – TC
Dimana :
π = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
TR = Penerimaan total usaha agroindustri keripik ketela ungu
(Rp) TC = Biaya total usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
d. Profitabilitas
Menurut Asri (1987), profitabilitas merupakan
perbandingan antara keuntungan penjualan dengan penerimaan.
Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :
Profitabilitas = K eun t unga n
´100%Penerimaan
2. Risiko Usaha
Usaha agroindustri keripik ketela ungu adalah dengan
menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.
Koefisien merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung
oleh pengusaha agroindustri keripik ketela ungu dengan jumlah
keuntungan yang akan diperoleh, secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut :
CV= V E
Dimana :
CV = koefisien variasi usaha agroindustri keripik ketela ungu
V = simpangan baku agroindustri keripik ketela ungu
E = keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari pendapatan
rata-
rata usaha agroindustri keripik ketela ungu dan simpangan
bakunya. Simpangan baku merupakacnobmemsairtntyoa urisseirko yang harus ditanggung produsen.
n
å EiE = i = 1
nDimana :
E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu
(Rp) Ei = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
n = Jumlah pengusaha agroindustri keripik ketela ungu (unit)
Setelah mengetahui keuntungan rata-rata usaha agroindustri
keripik ketela ungu selanjutnya mencari simpangan baku menggunakan
metode analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari
ragam, yaitu :
V = ÖV2
Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai berikut :n
å (Ei-E)2
V2 = i = 1
n – 1Dimana :
V2 = Ragam keuntungan
n = Jumlah agroindustri keripik ketela ungu (unit)
E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu
(Rp) Ei = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
Untuk mengetahui batas bawah pendapatan usaha agroindustri
keripik ketela ungu di Kecamatan tawangmangu Kabupaten Karanganyar
digunakan rumus :
L = E – 2 V
Dimana :
L = Batas bawah keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu
(Rp) E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu
(Rp)
V = Simpangan baku keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)
Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko yang harus
ditanggung pengusaha semakin besar. Kriteria yang digunakan adalah
apabila nilai CV ≤ 0,5 atau L ³ 0 menyatakan bahwa pengusaha keripik
ketela ungu akan selalu terhindar dari
ckoemrumgiiatnt.oDuasnerapabila nilai CV > 0,5 atau L < 0
berarti ada peluang kerugian yang akan diderita oleh pengusaha
keripik ketela ungu (Hernanto, 1993).
3. Efisiensi Usaha
Menurut Soekartawi (1995), untuk mengetahi efisiensi usaha
agroindustri keripik ketela ungu yang telah dijalankan selama ini dengan
menggunakan perhitungan R/C rasio. R/C rasio adalah singkatan dari
Return Cost Ratio atau dikenal dengan nisbah antara penrimaan dan
biaya.
R/C ratio =
Dimana :
P e n e r i m aa n Biaya
R = Penerimaan usaha agroindustri keripik ketela ungu
(Rp) C = Biaya total usaha agroindustri keripik ketela ungu
(Rp)
Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi adalah :
a. R/C ratio < 1 : Usaha agroindustri keripik ketela ungu tidak efisien (merugi)
b. R/C ratio = 1 : Usaha agroindustri keripik ketela ungu break even point
atau baru mencapai kondisi impas (belum efisien)
c. R/C ratio > 1 : Usaha agroindustri keripik ketela ungu efisien
(menguntungkan)
F. Pengujian Hipotesis
1. Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan
membuktikan hipotesis yang pertama, dapat diuji dengan menggunakan
rumus :
a. Biaya
TC = TFC + TVC
b. Penerimaan
TR = Q x P
c. Keuntungan
π = TR – TC
e. Profitabilitas
Profitabilitas = K eun t unga n
´100%Penerimaan
Hipotesis diterima jika keuntungan hasilnya positif dan profitabilitas lebih dari
nol. commit to user
2. Untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua dan membuktikan
hipotesis yang kedua, dapat diuji dengan menggunakan rumus :
a. Koefisien Variasi
CV= V E
Keuntungan Rata-ratan
å EiE = i = 1 k
nSimpangan Baku
V = ÖV2
Ragam Keuntungann
å (Ei-E)2
V2 = i = 1
n – 1b. Batas Bawah
L = E – 2 V
Kriteria yang digunakan dalam penilaian risiko adalah:
Nilai CV ≤ 0,5 atau L ³ 0 menyatakan bahwa pengusaha keripik
ketela ungu akan selalu terhindar dari kerugian.
Nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan diderita
oleh pengusaha keripik ketela ungu.
3. Untuk menjawab tujuan penelitian yang ketiga dan membuktikan
hipotesis yang ketiga, dapat diuji dengan menggunakan rumus :
R/C ratio = Pen er i maa n
BiayaKriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi adalah :
R/C ratio < 1 Usaha agroindustri keripik ketela ungu tidak efisien
(merugi) R/C ratio = 1 Usaha agroindustri keripik ketela ungu break
even point atau
baru mencapai kondisi impas (belum efisien)
R/C ratio > 1 Usaha agroindustri keripik ketela ungu efisien
(menguntungkan)commit to
user
a39c.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns. id
IV. KONDISI UMUM
A. Kabupaten Karanganyar
1. Keadaan Alam
a. Letak Geografis
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah yang terletak pada 110°40’-110°70’ BT dan
7°28’-7°46’ LS, mempunyai ketinggian rata-rata 511 meter di
atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan
temperatur
22o–31oC. Kabupaten Karanganyar mempunyai batas-batas wilayah
adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri
Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur
Sebalah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali.
Kabupaten Karanganyar memiliki 17 kecamatan yaitu Jatipuro,
Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono, Matesih, Tawangmangu,
Ngargoyoso, Karangpandan, Karanganyar, Tasikmadu, Jaten,
Colomadu, Gondangrejo, Kebakkramat, Mojogedang, Kerjo, dan
Jenawi.
Letak geografis Kabupaten Karanganyar ini sesuai dengan
syarat tumbuh ketela ungu yaitu dataran rendah sampai
ketinggian
500 m diatas permukaan laut, yang bersuhu 21-27oC.
b. Curah Hujan
Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada
di Kabupaten Karanganyar yaitu di Kecamatan Colomadu, Kecamatan
Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Jumapolo,
Kecamatan Karangpandan, dan Kecamatan Tawangmangu maka
banyaknya hari hujan selama tahun 2009 adalah 95 hari dengan
rata-rata curah hujan
2.453 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Maret serta
curah hujan terendah terjadi pada Bulan Juli, Agustus, dan September.commit to
user
39
digilib.uns.a4040c.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Keadaan Tanah
Kabupaten Karanganyar sebagian besar mempunyai jenis
tanah yang terdiri dari tanah litosol yang berwarna cokelat (dibagian
tengah) dan dibagian timur terdiri dari tanah pegunungan yang
berwarna cokelat tua sampai kehitam-hitaman. Dibagian barat terdiri
dari tanah mediteran andosal yang berwarna hitam, dengan dasar
tanah debu andesit sampai pasir bergeluh. Berikut ini rincian jenis
tanah di 17
Kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar :
Tabel 6. Jenis Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten KaranganyarNo. Kecamatan Jenis Tanah1. Jatipuro Litosol Cokelat Kemerahan
Litosol Cokelat Kemerahan, Kompleks2. Jatiyoso Andosol Cokelat, Andosol Cokelat
Kekuningan Dan Litosol3. Jumapolo Litosol Cokelat Kemerahan4. Jumantono Litosol Cokelat Kemerahan5. Matesih Mediteran Cokelat, Litosol Cokelat
6. Tawangmangu Kompleks Andosol Cokelat, AndosolCokelat Kekuningan dan Litosol
7. Ngargoyoso Kompleks Andosol Cokelat, AndosolCokelat Kekuningan dan Litosol
8. Karangpandan Mediteran Cokelat Tua9. Karanganyar Mediteran Cokelat10. Tasikmadu Mediteran Cokelat11. Jaten Aluvial Kelabu dan Grumosal Cokelat12. Colomadu Regosol Kelabu
13. Gondangrejo Asosiasi Gumosol Kelabu Tua danMediteran Cokelat KemerahanAluvial Kelabu, Asosiasi Aluvial Kelabu dan
14. Kebakkramat Aluvial Kelabu, Mediteran Cokelat, Asosiasi Grumosol Kelabu Tua, dan Mediteran Cokelat Kemerahan
15. Mojogedang Litosol Cokelat, Mediteran Cokelat16. Kerjo Litosol Cokelat
Litosol Cokelat, Mediteran Cokelat
17. Jenawi Kemerahan, Kompleks Andosol Cokelat, Andosol Cokelat, Andosol Cokelat Kekuningan dan Litosol
Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009commit to
user
d. Luas Wilayah
Kabupaten Karanganyar memiliki luas wilayah sebesar
77.377,64 Ha. Jenis tanah berpengaruh terhadap kesuburan tanah
sehingga akan berpengaruh juga pada keputusan dalam penggunaan
wilayah. Penggunaan wilayah di Kabupaten Karanganyar bermacam-
macam sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian dari kemampuan
wilayah tersebut. Berikut ini adalah rincian penggunaan wilayah
Kabupaten Karanganyar :
Tabel 7. Penggunaan Wilayah di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009
No. Macam Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)1. Luas Tanah Sawah
a. Sawah Irigasi Teknisb. Sawah Non Teknisc. Sawah Tidak Berpengairan
2. Luas Tanah Keringa. Pekarangan/Bangunanb. Tegalan/Kebun c. Perkebunand. Hutan negara
22.474,9112.929,62
7.587,621.957,67
54.902,7321.171,9717.863,40
3.251,509.729,50
16,719,812,53
27,3623,09
4,2012,57
29,05
70,95
e. La in - lain 2. 886, 3 6 3,73Total 77.377,64 100,00
Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa
secara umum penggunaan wilayah di Kabupaten Karanganyar
meliputi
22.474,91 Ha luas tanah sawah dengan persentase 29,05% dan
54.902,73 Ha luas tanah kering dengan persentase 70,95%.
Penggunaan wilayah untuk tanah sawah yang memiliki luas terbesar
adalah sawah irigasi teknis dengan luas 12.929,62 Ha dan
persentase
16,71% terhadap luas total, luas terbesar kedua adalah sawah
non teknis dengan luas 7.587,62 Ha dan persentase 9,81% terhadap
luas total, sedangkan luas penggunaan wilayah tanah sawah yang
nilainya terkecil adalah sawah tidak berpengairan dengan luas
1.957,67 Ha dan
persentase 2,53% terhadap luas total.
commit to user
Penggunaan wilayah pada tanah kering terdiri dari
pekarangan/bangunan, tegalan/kebun, perkebunan, hutan negara, dan
lain-lain. Penggunaan luas tanah kering yang terbesar adalah
pekarangan/bangunan dengan luas 21.171,97 Ha dengan
persentase
27,36% terhadap luas total. Hal ini disebabkan adanya
peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan jumlah rumah
tangga baru yang menetap di Kabupaten Karanganyar. Dengan
demikian tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan
penggunaan lahan pertanian sawah atau tegal menjadi pekarangan/
bangunan. Sedangkan untuk penggunaan tanah kering yang memiliki
luas terkecil adalah lain-lain dengan luas 2.886,36 Ha dan persentase
3,73% terhadap luas total. Pembagian luas tanah kering yang lain
adalah meliputi tegalan/kebun dengan luas 17.863,40 Ha dan
persentase 23,09% terhadap luas total, hutan negara dengan luas
9.729,50 Ha dan persentase 12,57% terhadap luas total, dan
perkebunan dengan luas 3.251,50 Ha dan persentase
4,20% terhadap luas total.
Berdasarkan luas areal di Kabupaten Karanganayar,
sebagian besar dimanfaatkan untuk bangunan, perkebunan, dan hutan
Negara, sedangkan untuk lahan sawah hanya sedikit, seperti lahan
untuk produksi ketela ungu yang rata-rata hanya 670,8 Ha.
2. Keadaan Penduduk
a. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh jumlah
kelahiran, jumlah kematian, dan migrasi yang terjadi di daerah
tersebut. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 2008
dapat dilihat pada Tabel 8.
commit to user
Tabel 8. Perkembangan Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun2004–2008
TahunJumlah
PendudukPertumbuhan
Penduduk Persentase(%) ( J iw a ) ( J iw a )
2004 830.640 7.437 0,902005 838.182 7.542 0,912006 844.634 6.452 0,752007 851.366 6.732 0,85
20 0 8 865 . 5 8 0 14 . 2 1 4 1,67 Rata-rata 846.080 8.475,4 1,016
Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata
jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 2004–2008 adalah
846.080 jiwa. Penduduk Kabupaten Karanganyar dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan dengan rata-rata persentase
pertumbuhan penduduk sebesar 1,016%. Jumlah penduduk terbanyak
terdapat pada tahun 2008 yaitu 865.580 jiwa. Hal ini dikarenakan
pada tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah kelahiran sebesar 14.214
jiwa atau sebesar
1,67%,.
b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat
digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk serta besarnya sex
ratio di suatu daerah, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan
jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, yang dapat dihitung dengan
rumus :
SR = F
´ kM
Keterangan :
S = Sex ratio
M = Jumlah penduduk laki-laki
F = Jumlah penduduk perempuan
k = Konstanta, yang besarnya adalah 100 (Mantra, 2003).
Komposisi penduduk di Kabupaten Karanganyar menurut
jenis kelamin dapat dilihat pcaodma mTaitbetol 9ubseerrikut ini :
digilib.uns.a44c.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 9. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar menurut Jenis Kelamin Tahun 2008
No. Jenis Jumlah Prosentase
K elam in (J iwa) (%) S ex R a tio
1. Laki-laki 429.852 49,672. Perempuan 435.728 50,33
Jumlah 865.580 100,00 98,65Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2009
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah
penduduk di Kabupaten Karanganyar menurut jenis kelamin pada
tahun 2008 yaitu sebesar 865.580 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki
sebesar 408.349 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar
457.231 jiwa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk
perempuan lebih besar daripada jumlah penduduk laki-laki dari
keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan rumus sex ratio diperoleh angka sex ratio
Kabupaten Karanganyar tahun 2008 adalah sebesar 98,65. Hal ini
berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten
Karanganyar terdapat 99 penduduk laki-laki.
Banyaknya penduduk Kabupaten Karanganyar yang berjenis
kelamin perempuan ini sesuai dengan tenaga kerja agroindustri
keripik ketela ungu yang didominasi oleh tenaga kerja perempuan.
c. Menurut Kelompok Umur
Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan
penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu
penduduk yang berusia 0-14 tahun (anak-anak) dan penduduk yang
berusia lebih dari 65 tahun (lansia), sedangkan penduduk usia
produktif yaitu penduduk yang berusia 15-64 tahun (Mantra, 2003).
Komposisi penduduk Kabupaten Karanganyar berdasarkan
kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 10.
commit to user
digilib.uns.a45c.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 10. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut
Kelompok Umur Tahun 2008No. Umur Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)1. 0 - 4 tahun 69.465 8,022. 5-9 tahun 73.695 8,513. 10-14 tahun 78.095 9,024. 15-19 tahun 81.888 9,465. 20-24 tahun 76.949 8,896. 25-29 tahun 72.015 8,327. 30-34 tahun 66.382 7,678. 35-39 tahun 60.931 6,329. 40-44 tahun 54.694 7,0410. 45-49 tahun 48.033 5,5511. 50-54 tahun 41.185 4,7612. 55-59 tahun 35.742 4,1313. 60-64 tahun 31.612 3,6514. 65-69 tahun 27.860 3,2215. 70-74 tahun 24.135 2,7916. 75 tahun ke atas 22.899 2,65
Jumlah 865.580 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2009
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa penduduk
Kabupaten Karanganyar terbesar berada pada umur 15-19 tahun
sebesar 81.888 jiwa atau 9,46%. Akan tetapi, apabila dilihat secara
keseluruhan dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk
Kabupaten Karanganyar merupakan penduduk dalam usia
produktif yaitu penduduk yang berusia antara 15-64 tahun. Hal ini
sesuai dengan usia produsen keripik ketela ungu yang rata-rata
memiliki usia 46 tahun.
d. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan
penting. Apabila penduduk di suatu wilayah memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi maka akan memiliki kemampuan dalam
pengembangan pembangunan di suatu wilayah. Tingkat pendidikan di
suatu wilayah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan
pentingnya pendidikan,
mi, dan sarana pendidikan yang ada.keadaan sosial ekono commit to user
digilib.uns.a46c.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut
Tingkat Pendidikan Tahun 2008No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)1. Tidak Sekolah 65.060 8,172. Belum Tamat SD 81.167 10,193. Tidak Tamat SD 61.446 7,724. Tamat SD/ Sederajat 298.694 37,595. Tamat SLTP/ Sederajat 142.701 17,926. Tamat SLTA/ Sederajat 117.394 14,757. Tamat Akademi/ PT 29.653 3,72
Jumlah 796.115 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan penduduk Kabupaten Karanganyar usia 5 tahun keatas,
terbesar yaitu penduduk tamat SD/sederajat sebesar 298.694 jiwa
atau
37,59% dari total jumlah penduduk (di atas 5 tahun). Sedangkan
tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Karanganyar terkecil
yaitu penduduk yang tamat akademik/PT yaitu sebesar 29.653 atau
3,72%. Hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan
penduduk Kabupaten Karanganyar cukup baik karena sebagian besar
penduduk telah mengenyam pendidikan.
e. Menurut Mata Pencaharian
Komposisi mata pencaharian penduduk suatu daerah
dipengaruhi oleh sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial
ekonomi seperti ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan,
lapangan pekerjaan dan modal yang tersedia.
commit to user
digilib.uns.a4747c.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 12. Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian di KabupatenKaranganyar Tahun 2008
Lapangan Usaha Jumlah Persentase ( J iw a ) ( %) Pertanian 222.794 30,83Buruh Industri 104.204 14,42Buruh Bangunan 49.099 6,78Pedagang 44.762 6,19Lain-lain (pengusaha, PNS/POLRI, pensiunan, dan lain-lain)
301.924 41,78
Jumlah 722.653 100,00Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa pengusaha,
PNS/POLRI, pensiunan, dan lain-lain menjadi matapencaharian
penduduk terbesar di Kabupaten Karanganyar, yaitu sebesar 301.924
jiwa atau 41,78%. Terbesar kedua yaitu di sektor pertanian,
lahan pertanian yang masih cukup luas di Kabupaten Karanganyar
juga menyerap cukup banyak tenaga kerja yaitu sebesar 222.794 jiwa
(30,83%).
3. Keadaan Pertanian
Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Kabupaten
Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang
memiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman agroindustri.
Komoditas tanaman pangan di Kabupaten Karanganyar adalah
padi, yang meliputi padi sawah dan padi gogo. Komoditas lainnya adalah
jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang tanah, dan kedelai. Produksi
komoditas pertanian tanaman pangan di Kabupaten Karanganyar
dapat
dilihat pada Tabel 13.
commit to user
Tabel 13. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di KabupatenKaranganyar Tahun 2008Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
Produktivitas (K w/Ha)
Padi sawah 45.274 279.341 61,70Padi gogo 1.513 7.869 52,00Jagung 7.795 33.595 43,10Ketela pohon 6.229 158.048 253,73Ketela ungu 754 16.849 223,46Kacang tanah 6.370 7.755 12,17Kedelai 246 371 150,81
Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2009
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa padi sawah
memiliki produksi terbesar pertama yaitu sebesar 279.341 ton. Produksi
tanaman pangan terbesar kedua adalah ketela pohon 158.048 ton.
Sedangkan tanaman pangan yang memiki produksi terkecil adalah kedelai
sebesar 371 ton. Akan tetapi produktivitas paling banyak yaitu tanaman
ketela pohon diikuti ketela ungu masing-masing sebasar 253,73 kw/ha dan
223,46 kw/ha. Ketela ungu yang dihasikan di Kecamatan Tawangmangu
tersebut sebagian besar diolah menjadi produk lain, seperti keripik ketela
ungu.
4. Keadaan Perindustrian
Kondisi politik dan perekonomian yang berangsur-angsur
membaik di Negara Indonesia ini, menyebabkan sektor industri dan
perdagangan kembali berkembang. Jumlah industri yang ada di
Kabupaten Karanganyar berdasarkan skala usaha dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 14. Industri Menurut Skala Usaha di Kabupaten Karanganyar Tahun2008
No. Skala Industri Jumlah (unit)1. Besar 782. Menengah 1043. Kecil 10.459
Sumber: Disperindag Kabupaten Karanganyar, 2008
Berdasarkan Tabel 14, di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2008commit to
user
terdapat industri besar (tenaga kerja > 100 orang) sebanyak 78 unit dan
industri menengah (tenaga kerja = 21-99 orang) sebanyak 104 unit.
Dari industri besar dan industri sedang tersebut (182 unit) mampu menyerap
tenaga kerja lebih dari 41.823 orang. Industri-industri besar tersebut di
antaranya bergerak pada produk tekstil yaitu 61 unit, industri makanan
32 unit dan industri plastik/kimia 19 unit. Sedangkan untuk industri kecil di
Kabupaten Karanganyar terdapat 10.459 unit dan mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 40.849 orang. Salah satu industry kecil yang terdapat
di Kecamatan Tawangmangu adalah industri keripik ketela ungu.
B. Kecamatan Tawangmangu
1. Keadaan Alam
a. Letak Geografis
Kecamatan Tawangmangu merupakan salah satu kecamatan
dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Jarak
dari ibukota kabupaten 27 km ke arah timur, terletak di ketinggian
1.200m di atas permukaan laut. Batas wilayah Kecamatan
Tawangmangu adalah :
Sebelah utara : Kecamatan Ngargoyoso dan Kecamatan Jenawi
Sebelah selatan : Kecamatan Jatiyoso
Sebelah barat : Kecamatan Matesih dan Kecamatan Karangpandan
Sebelah timur : Provinsi Jawa Timur
Kecamatan Tawangmangu terdiri dari 10 desa, yaitu
Bandardawung, Sepanjang, Tawangmangu, Kalisoro, Blumbang,
Gondosuli, Tengklik, Ngeblak, Karanglo dan Plumbon.
b. Luas Wilayah
Luas wilayah Kecamatan Tawangmangu adalah 7.003,16 Ha,
yang terdiri dari luas tanah sawah dan luas tanah kering. Luas tanah
sawah hanya terdiri dari sawah sederhana. Sedangkan untuk luas
tanah kering terbagi atas pekarangan/bangunan, tegalan/kebun, hutan,
perkebunan dan lainnya. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada Tabel
15
berikut ini : commit to user
digilib.uns.a5050c.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Pekarangan/Bangunan 619,20 8,84b. Tegalan/Kebun 1.328,88 18,98c. Perkebunan 38,14 0,54d. Hutan 4.187,34 59,79e. Lain-lain 112,21 1,60
Total 7.003,16
Tabel 15. Penggunaan Wilayah di Kecamatan Tawangmangu Tahun
2009
No. Macam Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)1. Luas Tanah Sawah2. Luas Tanah Kering
713,396.289,77
10,1989,81
Sumber: Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2009
100,00
Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa luas tanah
yang seluruhnya digunakan untuk sawah yaitu sebesar 713,39 Ha atau
sebesar
10,19% dari luas total. Sedangkan luas tahan kering adalah sebesar
6.289,77 Ha (89,81%) yang masih didominasi luas hutan yaitu sebesar
4.187,34 Ha dengan persentase 59,79% dari luas total, kemudian
dimanfaatkan untuk tegalan/kebun sebesar 1.328,88 Ha dengan
persentase 18,98% dari luas total. Penggunaan lahan kering paling
sedikit adalah untuk perkebunan yang hanya 38,14 Ha atau 0,54% dari
luas total.
Bangunan yang terdapat di Kecamatan Tawangmangu
salah satunya bangunan rumah yang memiliki fungsi ganda, yaitu
sebagai tempat tinggal dan industri kecil, seperti industri keripik
ketela ungu.
2. Keadaan Penduduk
a. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah dan pertumbuhan penduduk di suatu daerah sangat
penting untuk diketahui, karena berkaitan dengan penyediaan sarana
dan prasarana sosial ekonomi, dan dapat digunakan untuk
memperkirakan kebutuhan sekarang dan saat mendatang.
Berdasarkan data BPS tahun 2009 kepadatan penduduk di
Kecamatan Tawangmangu sebesar 645 jiwa/km2. Laju pertumbuhan
penduduk dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, jumlah kematian, dan
digilib.uns.a5151c.id
perpustakaan.uns.ac.idmigrasi yang terjadi di daerah tersebut. Pertumbuhan penduduk
Kecamatan
Tawangmangu selama 5ctoamhumnittetroakuhsierrdapat dilihat pada Tabel 16.
digilib.uns.a5151c.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 16. Perkembangan Penduduk Kecamatan Tawangmangu Tahun2004–2008
Tahun Jumlah Pertumbuhan Persentase P e ndudu k ( J iw a ) P e ndudu k ( J iw a ) ( %)
2004200520062007
44.38244.60544.87444.892
-223269
18
-0,500,600,04
20 08 45 .18 2 29 0 0 ,6 5 Rata-rata 44.787 200 0,48
Sumber : Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah
penduduk Kecamatan Tawangmangu tahun 2004–2008 adalah 44.787
jiwa dengan pertumbuhan penduduk rata-rata 200 jiwa atau dengan
persentase pertumbuhan sebesar 0,48%. Jumlah penduduk terbesar
adalah tahun 2008 yaitu sebesar 45.182 jiwa, dengan peningkatan
jumlah penduduk 290 jiwa atau sebesar 0,65% yang tersebar di 10
desa. Peningkatan jumlah penduduk mendukung ketersediaan tenaga
kerja dan menjadi potensi pasar bagi agroindustri keripik ketela
ungu di Kecamatan Tawangmangu pada agroindustri keripik ketela
ungu di Kecamatan Tawangmangu.
Tabel 17. Penyebaran Penduduk di Kecamatan Tawangmangu Tahun2008
No. Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk Persentase ( J iw a ) ( %)
1. Bandardawung 4.050 8,962. Sepanjang 3.811 8,433. Tawangmangu 8.407 18,614. Kalisoro 4.482 9,925. Blumbang 3.987 8,826. Gondosuli 3.540 7,837. Tengklik 3.814 8,448. Ngeblak 5.285 11,709. Karanglo 3.601 7,97
10 . P l umb o n 4 . 2 9 5 9 , 5 1 Jumlah 45.182 100,00
Sumber : Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2009commit to
user
Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa penyebaran
penduduk di setiap desa di Kecamatan Tawangmangu sudah
cukup merata. Desa yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak
adalah Desa/Kelurahan Tawangmangu, yaitu sebesar 8.407 jiwa atau
18,61% dari jumlah total. Sedangkan desa/kelurahan yang
memiliki jumlah penduduk paling sedikit adalah Desa/Kelurahan
Gondosuli yaitu sebesar 3.540 jiwa atau 7,83% dari jumlah total.
b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data dari BPS Kecamatan Tawangmangu Tahun
2009, jumlah penduduk di Kecamatan Tawangmangu tahun 2008
mencapai 45.182 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin
dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk serta
besarnya sex ratio di suatu daerah, yaitu angka yang menunjukkan
perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan.
Komposisi penduduk di Kecamatan Tawangmangu menurut jenis
kelamin dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini.
Tabel 18. Komposisi Penduduk Kecamatan Tawangmangu Menurut
Jenis Kelamin Tahun 2008
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
(J iwa) (%) S ex R a tio
1. Laki-laki 22.252 49,25 2 . P e r e mpu a n 22 . 9 3 0 50 , 7 5
Jumlah 45.182 100,00 97Sumber : Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa jumlah
penduduk di Kecamatan Tawangmangu menurut jenis kelamin pada
tahun 2008 yaitu sebesar 45.182 jiwa. Jumlah penduduk
perempuan sebesar
22.930 jiwa (50,75%) dan jumlah penduduk laki-laki sebesar 22.252
jiwa (49,25%) sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk
perempuan lebih besar daripada jumlah penduduk laki-laki dari
keseluruhan jumlah pecnodmudmuikt tdoi uKseecramatan
Tawangmangu.
bahwa tingkat
Besarnya angka sex ratio Kecamatan Tawangmangu tahun
2008 adalah 97. Hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk
perempuan di Kecamatan Tawangmangu terdapat 97 penduduk laki-
laki. Banyaknya penduduk Kabupaten Karanganyar yang berjenis
kelamin perempuan ini sesuai dengan tenaga kerja agroindustri
keripik ketela ungu yang didominasi oleh tenaga kerja perempuan.
c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan
penting. Apabila penduduk di suatu wilayah memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi maka akan memiliki kemampuan dalam
pengembangan pembangunan di suatu wilayah. Tingkat pendidikan di
suatu wilayah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya
pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan sarana pendidikan yang ada.
Tabel 19. Komposisi Penduduk Kecamatan Tawangmangu Menurut
Tingkat Pendidikan Tahun 2008
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)1. Tidak Sekolah 3.331 8,012. Belum Tamat SD 4.503 10,833. Tidak Tamat SD 4.193 10,084. Tamat SD/ Sederajat 20.540 49,385. Tamat SLTP/ Sederajat 4.906 11,796. Tamat SLTA/ Sederajat 3.386 8,14
7 . T a m a t A k a d e m i / P T 7 3 7 1 , 7 7 Jumlah 41.596 100,00
Sumber : Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan penduduk Kecamatan Tawangmangu terbesar yaitu
penduduk tamat SD/sederajat sebesar 20.540 jiwa atau 49,38% dari
total jumlah penduduk (5 tahun keatas). Sedangkan tingkat
pendidikan penduduk Kecamatan Tawangmangu terendah yaitu
penduduk yang tamat akademi/PT sebesar 737 atau 1,77%. Hal ini
dapat dikatakan
ikan penduduk Kecamatan Tawangmangu relatifcommit to user
rendah karena sebagian besar penduduk tidak mengenyam wajib
belajar 9 tahun, yaitu hanya tamat SD/Sederajat. Tingkat
pendidikan ini sesuai dengan produsen keripik ketela ungu yang
sebagian besar menempuh pendidikan sampai tingkat SD.
d. Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian
Komposisi matapencaharian penduduk suatu daerah
dipengaruhi oleh sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial
ekonomi seperti ketrampilan yang dimiliki, tigkat pendidikan,
lapangan pekerjaan dan modal yang tersedia.
Tabel 20. Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian di Kecamatan
Tawangmangu Tahun 2008
Matapencaharian Jumlah
(Jiwa)Persentase (%)
Petani dan buruh tani 17.549 46,45Buruh industri 1.084 2,87Buruh bangunan 1.779 4,71Pedagang 4.450 11,78Pengusaha, pengangkutan, PNS/TNI/POLRI, 12.916 34,19pensiunan, jasa, dan lain-lainJumlah 37.778 100,00
Sumber : Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa sektor pertanian
menjadi matapencaharian penduduk di Kecamatan Tawangmangu
terbesar yaitu sebesar 17.549 jiwa atau 46,45%. Sedangkan
buruh industri menjadi mata pencaharian penduduk di Kecamatan
Tawangmangu terkecil yaitu sebesar 1.084 jiwa atau sebesar 2,87%.
Banyaknya penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani ini
termasuk didalamnya adalah petani ketela ungu yang
menyediakan bahan baku bagi agroindustri keripik ketela ungu
di Kecamatan
Tawangmangu.
commit to user
3. Keadaan Pertanian
Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Komoditas
tanaman pangan utama di Kecamatan Tawangmangu adalah padi sawah,
jagung, dan ketela ungu. Produksi komoditas pertanian tanaman pangan
di Kecamatan Tawangmangu dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Luas Tanam, Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman
Pangan di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2008
No. Komoditas Luas (Ha) Produksi
(T on ) Produktivitas
(Kw/Ha) 1. Padi sawah 114,7 7.077 61,702. Jagung 103 444 43,113. Ketela ungu 83 1.859 223,98
Sumber: Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa padi sawah memiliki
produksi terbesar pertama. Produksi tanaman pangan terbesar kedua
adalah ketela ungu. Produksi ketela ungu lebih rendah daripada
padi sawah karena tidak semua wilayah di Kecamatan Tawangmangu
menghasilkan ketela ungu. Hal ini menyebabkan kebutuhan ketela ungu
untuk industri keripik ketela ungu tidak tercukupi, sehingga dibutuhkan
ketela ungu dari luar Tawangmangu. Sedangkan tanaman pangan
yang memiki produksi terkecil adalah jagung.
4. Keadaan Perindustrian
Jumlah industri di Kecamatan Tawangmangu apabila
diklasifikasikan menurut kelompok usaha dapat dibedakan menjadi
industri berskala besar, menengah, kecil dan rumah tangga. Akan tetapi
hanya terdapat industri kecil dan industri rumah tangga di Kecamatan
Tawangmangu. Jumlah industri kecil dan rumah tangga di Kecamatan
Tawangmangu pada tahun
2008 dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini.
commit to user
Tabel 22. Banyaknya Industri Kecil dan Menengah Menurut KelompokUsaha di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2008
Industri Jumlah (unit)A. Industri Rumah Tangga
1. Industri keripik ketela 52. Industri stroberi 93. Industri keripik pisang 114. Industri tempe 275. Industri kue lempit 96. Industri jamu 17. Industri meubel 148. Industri kerajinan kayu, bambu dan sejenisnya 159. Industri batu kapur 210. Industri penyulingan 111. Industri konveksi 5
B. Industri kecil1. Industri keripik ketela ungu 192. Industri tempe 23. Industri jahe 24. Industri penyulingan 1
Jumlah 123Sumber: Disperindag Kabupaten Karanganyar, 2008
Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa cukup banyak industri
yang terdapat di Kecamatan Tawangmangu. Industri skala rumah tangga
mendominasi banyaknya industri yang ada di Kecamatan Tawangmangu,
yaitu sebanyak 99 unit. Sedangkan industri kecil sebanyak 24 unit.
Semakin meningkatnya jumlah industri yang ada di Kecamatan
Tawangmangu diharapkan dapat mengatasi masalah pengangguran
dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan
Tawangmangu. Industri Kecil yang terdapat di Kecamatan
Tawangmangu
adalah industri keripik ketela ungu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
alam
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum
tentang keadaan dan latar belakang responden yang berkaitan dan
berpengaruh terhadap kegiatannya dalam menjalankan usaha. Responden
dalam penelitian ini adalah produsen keripik ketela ungu yang pada masa
penelitian masih aktif berproduksi. Karakteristik dari responden produsen
keripik ketela ungu meliputi identitas (usia responden, lama pendidikan,
jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif dalam
produksi, dan lama mengusahakan), status usaha dan alasan mengusahakan.
Identitas responden pada agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 23 berikut
ini :
Tabel 23. Identitas Responden Agroindstri Keripik Ketela Ungu di KecamatanTawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Uraian Rata-rata per Responden
1. Usia responden (tahun) 462. Lama pendidikan (tahun) 73. Jumlah anggota keluarga (orang) 54. Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam 3
usaha (orang)5. Lama mengusahakan (tahun) 86. Jumlah tenaga kerja luar keluarga (orang) 11
Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 1)
Menurut Mantra (2003), penduduk berumur 0-14 tahun termasuk
golongan penduduk yang belum produktif, umur 15 – 64 tahun termasuk
golongan penduduk yang produktif, dan umur 65 tahun ke atas termasuk
golongan penduduk yang sudah tidak produktif. Berdasarkan Tabel 23 di atas
dapat diketahui bahwa umur rata-rata produsen keripik ketela ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah 46 tahun yang
berarti termasuk dalam umur produktif. Umur produktif disini berhubungan
dengan kemampuan
fisik atau tenaga produsen d commit to
user kegiatan produksi keripik ketela
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
digilib.uns.a5858c.id
perpustakaan.uns.ac.id
ungu. Pada umur produktif tersebut, produktivitas kerja produsen keripik
ketela ungu masih cukup tinggi sehingga diharapkan agroindustri keripik
ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar masih
dapat terus dikembangkan.
Seluruh produsen agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar pernah menempuh pendidikan
secara formal, walaupun pada tingkatan yang berbeda–beda. Rata-rata
pendidikan formal yang ditempuh oleh responden produsen keripik ketela
ungu adalah 7 tahun. Dari 19 responden, terdapat 13 responden yang hanya
menempuh pendidikan sampai pada tingkat SD atau yang sederajat (SR).
Walaupun demikian, ada 4 orang responden yang telah mencapai tingkat
SLTP/SMP, yaitu selama 9 tahun dan 2 orang responden telah mencapai
tingkat SLTA/SMA, yaitu selama 12 tahun. Pada agroindustri keripik ketela
ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar ini, tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap agroindustri keripik ketela ungu yaitu dalam
hal manajemen, sedangkan dalam proses produksinya yang lebih dibutuhkan
adalah pengalaman, baik yang diperoleh dari produsen sendiri maupun dari
orang lain. Dengan kata lain, diperlukan pendidikan formal dan non formal
untuk menjalankan sebuah usaha dengan baik.
Jumlah rata-rata anggota keluarga produsen agroindustri keripik ketela
ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sebanyak 5
orang. Besar kecilnya jumlah anggota keluarga ini tidak terlalu berpengaruh
terhadap ketersediaan jumlah tenaga kerja untuk agroindustri keripik ketela
ungu, mengingat agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar ini merupakan industri yang lebih
banyak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga, baik dalam proses
produksi maupun pemasarannya. Jumlah anggota keluarga yang ikut aktif
dalam industri keripik ketela ungu rata-rata sebanyak 3 orang. Biasanya
anggota keluarga yang aktif dalam industri keripik ketela ungu adalah
suami dan istri, sedangkan anggota
keluarga yang lain bekerja pada sektor lain, masih menempuh pendidikan,
commit to user
utama oleh 94,74%
digilib.uns.a5959c.id
perpustakaan.uns.ac.id
merantau di luar kota atau termasuk umur non produktif (anak-anak dan lanjut
umur).
Agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar rata-rata berdiri selama 8 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa responden cukup berpengalaman dalam memproduksi
keripik ketela ungu. Pengalaman yang dimiliki oleh para produsen akan
berguna dalam mengatasi berbagai kendala usaha yang mungkin produsen
hadapi, misalnya dalam teknis tahapan produksi keripik ketela ungu.
Keberadaan industri keripik ketela ungu selama 8 tahun ini menunjukkan
bahwa industri keripik ketela ungu telah dapat membantu para produsen
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari produsen dan juga dalam penyerapan
tenaga kerja.
Jumlah tenaga kerja luar keluarga rata-rata berjumlah 11 orang, jadi
total tenaga kerja sebanyak 14 orang. Berdasarkan kriteria skala usaha
menurut BPS (1999), agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar termasuk dalam industri skala kecil,
yaitu dengan jumlah tenaga kerja antara 9-15 orang. Sebagian besar tenaga
kerja luar keluarga ini berasal dari desa setempat dan hampir seluruhnya
berjenis kelamin perempuan.
Agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar dapat berstatus sebagai usaha utama ataupun usaha
sampingan. Data mengenai status usaha agroindustri keripik ketela ungu
di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada
Tabel 24 berikut ini :
Tabel 24. Status Usaha Agroindustri Keripik ketela ungu di KecamatanTawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Status Usaha Jumlah (Responden) Persentase (%)1. Utama 18 94,742. Sampingan 1 5,26
Jumlah 19 100Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 1)
Tabel 24 diatas menunjukkan bahwa agroindustri keripik ketela ungu
di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dijadikan sebagai
usaha den atau sebanyak 18 orang, disamping tidakcommit to user
produsen keripik ketala
memiliki pekerjaan lain, industri tersebut juga membutuhkan waktu
penuh untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan cukup banyaknya tenaga kerja
dan modal yang digunakan yang harus dipantau oleh produsen sendiri setiap
saat. Akan tetapi, beberapa dari responden juga memiliki pekerjaan
sampingan sebagai petani. Sebesar 5,26% responden atau 1 orang
menjadikan agroindustri keripik ketela ungu ini sebagai usaha
sampingan dengan pekerjaan utama sebagai supir bus.
Alasan responden menjalankan usaha agroindustri keripik ketela ungu
di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada
Tabel 25 berikut :
Tabel 25. Alasan Responden Mengusahakan Agroindustri Keripik Ketela Ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Alasan Usaha Jumlah
(Res p on den)Persentase
(%) 1. Bahan baku tersedia 6 31,582. Menguntungkan 5 26,323. Tidak mempunyai pekerjaan lain 5 26,324. Meniru tetangga 3 15,78
Jumlah 19 100,00Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 1)
Tabel 25 menunjukkan bahwa agroindustri keripik ketela ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar diusahakan karena
beberapa alasan. Alasan yang tertinggi yaitu sebesar 31,58% atau sebanyak 6
orang responden mengusahakan industri keripik ketela ungu karena
bahan baku keripik ketela ungu tersedia di Kabupaten Karanganyar. Hal
tersebut menjadikan produsen berinisiatif mengolah ketela ungu tersebut
menjadi produk lain, baik yang berstatus usaha utama ataupun usaha
sampingan.
Alasan lain yaitu menguntungkan dan tidak mempunyai pekerjaan
lain masing-masing sebesar 26,32% atau sebanyak 5 orang responden.
Dengan mengolah ketela ungu menjadi produk lain (keripik) dapat
memberikan nilai tambah ketela ungu itu sendiri, sehingga dapat
memberikan keuntungan bagi
u. Selain itu, produsen juga tidak mempunyaicommit to user
pekerjaan lain, hal terkait dengan jenis mata pencaharian di daerah penelitian
yang terbatas jumlahnya. Kondisi alam daerah penelitian yang banyak
terdapat ketela ungu membuat masyarakat memanfaatkan ketela ungu
untuk dibuat keripik ketela ungu, sehingga sebagian masyarakat telah
menggantungkan hidupnya pada industri keripik ketela ungu ini.
Alasan lain responden mengusahakan industri keripik ketela
ungu yaitu karena meniru usaha tetangga yang sudah lebih dulu
mengusahakan industri keripik ketela ungu, yaitu sebesar 15,78% atau
sebanyak 3 orang responden. Melihat produsen lain yang sukses
menjalankan usaha industri keripik ketela ungu tersebut, membuat sebagian
orang tertarik untuk mengusahakannya.
B. Modal Usaha
Produsen keripik ketela ungu membutuhkan modal untuk
memulai usahanya, baik untuk membeli peralatan dan bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam proses pembuatan keripik ketela ungu, maupun untuk
memasarkan keripik ketela ungu yang telah dihasilkan. Sumber modal yang
digunakan oleh produsen agroindstri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 26 berikut
ini. :
Tabel 26. Sumber Modal Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten KaranganyarNo. Uraian Jumlah Persantase (%)
( R e s p o nd en) 1. Modal sendiri 10 52,632. Modal pinjaman3. Sendiri dan pinjaman
0 09 47,37
Jumlah 19 100,00Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 1)
Tabel 26 diatas menunjukkan bahwa sebesar 52,63% atau sebanyak
10 orang responden produsen agroindstri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar menggunakan sumber modal
berupa
modal sendiri. Sisanya 9 oracnogmmreistptoonudseenr atau sebesar 47,37% responden
mempunyai kualitas
menggunakan modal sendiri dan pinjaman. Modal pinjaman tersebut berasal
dari LIPI, Danamon, BRI, BNI dan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM Mandiri Pedesaan). Produsen yang
mendapatkan modal pinjaman dari LIPI adalah produsen yang tergabung
dalam kelompok Koperasi Akar Mulya, yang merupakan koperasi yang
menaungi produsen keripik ketela ungu skala kecil yang ada di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Modal tersebut berasal dari LIPI
yang dipinjamkan secara bergilir. Saat ini baru 3 produsen yang menerima
pinjaman tersebut, yaitu Ketua, Sekretaris dan Bendahara Koperasi. Modal
tersebut diberikan pada produsen keripik ketela ungu dengan bunga rendah
(0,5% per bulan) untuk perbaikan tempat produksi keripik ketela ungu. Akan
tetapi pada kenyataanya modal tersebut tidak sepenuhnya digunakan untuk
perbaikan tempat, tetapi untuk menambah modal dalam proses produksinya.
Hal ini dikarenakan produsen keripik ketela ungu menganggap bahwa
tempat yang digunakan untuk proses produksi keripik ketela ungu sudah
layak.
C. Bahan-bahan dalam Proses Produksi Keripik Ketela Ungu
1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam industri keripik ketela ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah ketela ungu,
yaitu salah satu jenis ketela rambat yang berwarna ungu. Bahan baku
ketela ungu tersedia di Kabupaten Karanganyar. Akan tetapi
ketersediaanya bahan baku tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan
produsen keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar, sehingga untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya,
produsen keripik ketela ungu mencari di luar Kabupaten Karanganyar,
seperti di daerah Magetan, Ngawi dan Pacitan, bahkan ada pula yang
sampai mencari hingga ke Jawa Barat, seperti Bandung.
Bahan baku ketela ungu yang berasal dari Kabupaten
Karanganyar lebih baik dan warna yang lebih
menarik bilacommit to user
memperoleh bahan baku,
dibandingkan dengan ketela ungu yang berasal dari luar Kabupaten
Karanganyar, yaitu rasanya lebih manis dan warnanya ungu pekat.
Sedangkan yang berasal dari luar Kabupaten Karanganyar biasanya
rasanya tidak terlalu manis dan warnanya ungu kemerahan, sehingga jika
diolah membutuhkan bahan penolong untuk memberikan rasa manis yang
cukup banyak, dan warnanya pun tidak begitu menarik.
Produsen keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar memperoleh bahan baku dengan membeli
langsung pada petani dan ada juga yang pada pengepul. Cara memperoleh
bahan baku untuk agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 27 berikut
ini :
Tabel 27. Cara Produsen Memperoleh Bahan Baku Ketela Ungu untuk Produksi Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Uraian Jumlah (Produsen) Persentase (%)1. Membeli pada petani lokal 1 5,262. Membeli pada pengepul 5 26,323. Membeli pada petani
lokal dan pengepul13 68,42
Jumlah 19 100,00Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 2)
Berdasarkan Tabel 27, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
produsen keripik ketela ungu memperoleh bahan baku dengan membeli ke
petani lokal dan pengepul. Banyaknya produsen yang memilih
mendapatkan bahan baku dari petani lokal dan pengepul dikarenakan jika
hanya dari petani lokal saja sulit mendapatkannya, produsen harus
pesan terlebih dahulu sebelum ketela ungu dipanen dan harganya juga
sedikit lebih mahal, sehingga terkadang kurang untuk memenuhi
kebutuhan bahan bakunya, oleh karena itu produsen juga membeli membeli
ketela ungu melalui pengepul.
Sebanyak 26,32% atau 5 orang memilih memperoleh bahan
baku ketela ungu melalui pengepul. Hal ini karena produsen merasa lebih
mudah
aitu dengan menghubungi pengepul yang sebagiancommit to user
besar sudah menjadi langganan para produsen keripik ketela ungu. Selain
itu harganya juga terkadang lebih murah bila dibandingkan dengan
membeli langsung ke petani yaitu sekitar Rp 1.800,00/kg, sedangkan yang
langsung ke petani harga ketela ungu sekitar Rp 2.000,00/kg. Hal ini
disebabkan karena pengepul membeli ketela ungu pada petani lokal dalam
jumlah besar sehingga harga beli pengepul ke petani lebih murah. Selain
itu ketela ungu yang dibeli pengepul tidak hanya dari petani lokal tetapi
juga dari luar kota, seperti Magetan dan Pacitan yang harganya lebih
murah dengan kualitas lebih rendah dari ketela ungu lokal, sehingga
pengepul dapat menjual pada produsen keripik ketela ungu dengan harga
yang lebih murah.
Hanya 5,26% atau 1 orang yang memilih memperoleh bahan baku
ketela ungu langsung ke petani. Alasannya karena lebih dekat dengan
rumah sehingga lebih cepat mendapatkan bahan baku ketela ungu
meskipun harus mendatangi langsung ke setiap petani ketela ungu.
Sistem penyimpanan bahan baku ketela ungu semua produsen
keripik ketela ungu yaitu dengan cara di stok untuk 2-7 hari. Artinya,
setiap melakukan pembelian bahan baku, tidak habis digunakan untuk
satu kali proses produksi. Hal ini karena produsen keripik ketela ungu
membeli bahan baku ketela ungu dalam jumlah besar. Sehingga setiap
melakukan pembelian bahan baku digunakan untuk beberapa kali produksi,
yaitu antara 1-3 kali produksi.
Cara pembayaran bahan baku ketela ungu dilakukan dengan
cara kontan dimuka dan dibelakang, dapat dilihat pada Tabel 28 berikut ini :
Tabel 28. Cara Pembayaran Bahan Baku Ketela Ungu di Agroindustri Keripik
Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Uraian Jumlah Persentase ( R e s p o n d e n ) ( % )
1. Kontan dimuka pada petani 122. Kontan dibelakang pada pengepul 2
63,1610,53
3. Kontan dimuka pada petani dan dibelakang pada pengepul
5 26,32
Jumlah 19 100,00Sumber : Diolah dari Data
commit to userPrimer (Lampiran 2)
Sebanyak 63,16% atau 12 orang memilih melakukan pembayaran
bahan baku dengan cara kontan dimuka. Sebagian besar produsen yang
membayar kontan dimuka adalah yang membeli bahan baku langsung dari
petani. Pada umumnya, petani meminta pembayaran dimuka karena setelah
ketela ungu dipanen, petani membutuhkan modal untuk menggarap
kembali sawah mereka. Akan tetapi ada juga yang membayar kontan
dimuka pada pengepul. Bukan pengepul yang meminta pembayaran
dimuka, tetapi biasanya produsen keripik ketelanya sendiri yang melakukan
pembayaran seperti itu, karena produsentidak mau terbebani dengan hutang
kepada pengepul.
Pembayaran kontan dimuka dan dibelakang biasanya dilakukan
oleh produsen yang memperoleh bahan baku ketela ungu dari petani dan
pengepul. Terdapat 5 orang atau sebesar 26,32%, pembayaran kontak
dimuka untuk petani dan kontan dibelakan untuk pengepul. Sedangkan
sisanya 10,53% atau sebanyak 2 orang melakukan cara pembayaran bahan
baku kontan dibelakang. Cara pembayaran ini dilakukan produsen keripik
ketela ungu untuk pengepul.
2. Bahan-bahan penolong
Bahan penolong adalah merupakan bahan-bahan yang digunakan
dalam proses pembuatan ketela ungu menjadi keripik ketela ungu selain
bahan utama. Bahan penolong yang digunakan dalam produksi keripik
ketela ungu terdiri dari :
a. Gula pasir
Gula merupakan salah satu bahan penolong yang berfungsi sebagai
bahan pemanis dalam proses produksi keripik ketela ungu. Jenis gula
yang digunakan adalah gula pasir, alasannya agar tidak merubah warna
ketela ungu. Perbandingan pemakaian gula pasir ini ± 1 : 0,005.
Maksudnya adalah setiap 1 kg bahan baku ketela ungu membutuhkan
sekitar 0,005 kg gula pasir. Harga gula pasir per kilogram adalah sekitar
Rp 10.000,00.
b. Pemanis buatan
Selain gula yang digunakan untuk menambah manis, produsen
keripik ketela ungu juga menambahkan pemanis buatan kedalam proses
produksinya. Hal ini dilcaokmukmaint tkoaruesnearjika produsen
hanya menggunakan
gula saja, maka produsen harus mengeluarkan lebih banyak biaya,
sehingga produsen menambahkan pemanis buatan yang harganya
jauh lebih murah, yaitu sekitar Rp 1.000,00/pcs. Produsen
menggunakan sakarin merk “Sari Tebu”. Jumlah sakarin yang
digunakan sesuai dengan ketentuan dari Departemen Kesehatan yaitu
penggunaan 1 pcs (5 gram) pemanis buatan untuk 5 kg gula pasir, atau
1 gram sakarin untuk 1 kg gula pasir.
c. Garam
Bahan penolong lain yang digunakan adalah garam. Dalam. Fungsinya
yaitu memberikan rasa gurih pada keripik ketela ungu. Jenis garam
yang digunakan pada umumnya adalah garam kotak (Rp
400,00/kotak) dan garam halus (Rp 2.500,00/pcs).
d. Vanili
Vanili merupakan bahan penolong yang berfungsi sebagai penambah
aroma keripik ketela ungu. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1 bungkus
untuk 10 kg ketela ungu, sehingga tidak menghilangkan aroma khas
ketela ungu itu sendiri. Harga vanili per bungkusnya yaitu Rp 500,00.
e. Minyak goreng
Bahan penolong lain yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup
banyak selain gula yaitu minyak goreng. Produsen membeli minyak
goreng dalam kemasan jligen. Dimana dalam satu jligen berisi 17 kg
minyak goreng. Dengan membeli minyak goreng dalam jumlah besar
harganya lebih ekonomis, yaitu sekitar Rp 9.000,00/kg.
Dalam proses produksi keripik ketela ungu untuk bahan baku
ketela ungu 100 kg membutuhkan bahan penolong sebagai berikut : 0,5 kg
gula pasir;
1 bungkus pemanis buatan; 0,2 kotak garam; dan 13,6 kg minyak goreng.
3. Bahan bakar
Dalam proses produksi keripik ketela ungu membutuhkan bahan
bakar untuk proses penggorengan. Bahan bakar yang digunakan produsen
keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
adalah :commit to
user
a. Kayu
Proses penggorengan keripik ketela ungu dilakukan diatas tungku,
sehingga membutuhkan kayu untuk bahan bakarnya. Kayu tersebut
biasanya diperoleh dari pedagang kayu bakar yang langsung diantar ke
rumah produsen keripik ketela ungu.
b. Serbuk gergaji
Sebagai bahan pelengkap bahan bakar, digunakan serbuk gergaji
yang biasa disebut dengan “emput”. Fungsinya agar api tetap stabil
menyala, dan juga emput ini digunakan sebagai bahan bakar
pengganti minyak tanah. Memudahkan dalam menyalakan api.
Naiknya harga minyak tanah yang cukup signifikan belakangan ini
membuat produsen keripik ketela ungu kewalahan memenuhi
kebutuhan minyak tanah, sehingga produsen beralih ke serbuk gergaji
yang harganya jauh lebih ekonomis.
4. Pengemasan
Yang dibutuhkan dalam proses pengemasan keripik ketela ungu yaitu :
a. Plastik
Plastik digunakan untuk mengemas keripik ketela ungu yang siap
dipasarkan. Ukuran plastik yang digunakan yaitu 2,5 kg dan 5 kg.
Produsen tidak mengemas keripik dalam ukuran kecil. Hal ini
karena produsen tidak memasarkan langsung konsumen dalam
bentuk eceran, akan tetapi dalam bentuk grosir pada pengepul maupun
toko-toko.
b. Label
Seluruh produsen keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar menggunakan label yang bertuliskan merk
produk masing-masing. Selain itu produsen juga mencantumkan
komposisi bahan, nomor Departemen Kesehatan dan nomor telepon.
Dengan adanya nomor Departemen Kesehatan yang tercantum dalam
label mebuktikan bahwa keripik ketela ungu yang diproduksi telah
melalui uji kesehatan yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan. Nomor dari Departemen
Kesehatan tersebut harus diperbaharui setiap 5 tahun sekali.
commit to user
D. Peralatan yang Digunakan dalam Proses Produksi Keripik Ketela Ungu
Produsen keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar selain membutuhkan bahan baku dan bahan penolong untuk
menjalankan usahanya, juga memerlukan peralatan yang digunakan dalam
proses produksi. Peralatan yang digunakan dalam industri keripik ketela
ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sebagian besar
adalah peralatan non mekanis, bahkan ada beberapa diantara peralatan
tersebut yang dibuat sendiri dengan memanfaatkan apa yang ada di
sekitarnya. Peralatan- peralatan yang digunakan dalam proses produksi
keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
antara lain sebagai berikut:
1. Pengupas ketela
Pengupas ketela sama dengan alat yang digunakan untuk mengupas
ketimun atau kentang. Alat ini lebih cepat bila dibandingkan
mengupas kulit ketela dengan menggunakan pisau biasa.
2. Pisau
Pisau digunakan untuk mencungkil bagian-bagian ketela yang sulit
dibersihkan dengan pengupas ketela.
3. Mesin pemotong ketela
Mesin pemotong ketela merupakan satu-satunya alat mekanis yang
digunakan dalam proses pembuatan keripik ketela ungu. Penggunaannya
membutuhkan tenaga listrik. Cara menggunakannya yaitu setelah
dihubungkan dengan listrik, ketela ungu yang sudah dikupas dan dicuci
bersih dimasukkan kedalam mesin tersebut. Lebih praktis dan cepat bila
dibandingkan dengan cara manual, akan tetapi hanya sedikit
produsen menggunakan mesin ini. Selain membutuhkan modal yang
cukup besar karena harganya yang mahal, hasil irisan ketela juga tidak
halus seperti yang dilakukan dengan cara manual.
4. Pasah
Pasah juga berfungsi sama seperti mesin pemotong ketela. Bedanya,
pasah merupakan alat manual. Walaupun tidak efisien waktu, tapi
sebagian besarcommit to user
produsen justru menggunakan pasah untuk mengiris ketela. Selain
lebih
ekonomis, hasil irisan ketela juga lebih halus. Produsen biasanya
membuat pasah sendiri. Karena bahan yang digunakan cukup mudah
diperoleh, yaitu kayu. Pembuatannya pun sangat sederhana. Kayu
dipotong balok memanjang dan ditengahnya diberi mata pisau.
5. Ember besar
Ember besar berfungsi sebagai tempat untuk mencuci ketela ungu setelah
dikupas dan setelah diiris.
6. Ember kecil
Setelah ketela diiris dan dicuci bersih, ember kecil disiapkan untuk
merendam ketela ungu yang berisi campuran air dengan gula, pemanis
buatan, garam dan vanili.
7. Tampah
Tampah digunakan untuk meniriskan ketela ungu yang sudah direndam
campuran air dengan gula, pemanis buatan, garam dan vanili, serta untuk
meniriskan ketela ungu setelah digoreng menjadi keripik ketela ungu.
8. Tungku
Tungku merupakan alat buatan sendiri yang digunakan untuk proses
penggorengan ketela menjadi keripik. Tungu dibuat dari semen dan pasir.
Antara tungku yang satu dengan yang lain tidak ada jaraknya (gandeng).
9. Wajan
Wajan digunakan untuk menggoreng keripik ketela ungu. Jenis
wajan yang digunakan adalah wajan berukuran besar yang terbuat dari
tembaga.
10. Sotil
Sotil jarang digunakan. Hanya sesekali digunakan untuk membalik-
balikkan ketela ungu yang sedang digoreng.
11. Serok
Selain digunakan untuk mengangkat keripik ketela ungu yang sudah
masak dari wajan, serok juga berfungsi sebagai pengganti sotil, yaitu
untuk membalik-balikan ketela ungu yang sedang dimasak. Dibanding
sotil, serok lebih sering digunakan karena lebih lebar sehingga lebih
mudah digunakan
untuk membalik-balikkan kceotemlamuitngtou uysaenrg sedang digoreng.
perpustakaan.uns.ac.id
12. Timbangan
Setelah keripik ketela ungu matang dan ditiriskan, keripik ditimbang
sesuai dengan kebutuhan pengemasan. Keripik yang sudah ditimbang siap
dikemas.
E. Proses Produksi Keripik Ketela Ungu
Bahan baku utama pembuatan keripik ketela ungu adalah ketela ungu,
sehingga ketela ungu harus dipersiapkan terlebih dahulu. Proses pembuatan
ketela ungu menjadi keripik cukup sederhana. Dimulai dari persiapan bahan
baku dan bahan penolong hingga proses pengemasan. Berikut ini
adalah
proses pembuatan keripik ketela ungu secara skematis :
Bahan Baku Ketela Ungu
Pengupasan Kulit
Pencucian I
Pemotongan/pengirisan
Pencucian II
Perendaman Bumbu
Penggorengan
Ditiriskan dan diangin-anginkan
Penimbangan
Pengemasan
Gambar 2. Proses Pembuatan Keripik Ketela Ungucommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan Gambar 2 diatas, dapat dijelaskan proses
pembuatan keripik ketela ungu sebagai berikut :
1. Pengupasan
Ketela ungu yang sudah dipersiapkan langsung dikupas menggunakan
pengupas ketela. Pengupas ketela sama dengan alat yang digunakan
untuk mengupas kentang atau ketimun. Kulit dibersihkan hingga
bersih. Dan untuk membersihkan lekukan-lekukan yang terdapat pada
ketela yang sulit dibersihkan dengan pengupas ketela biasanya digunakan
pisau.
2. Pencucian I
Setelah ketela ungu dibersihkan dari kulit, kemudian dicuci dengan
air bersih dalam ember besar.
3. Pemotongan/pengirisan
Ketela yang sudah bersih tersebut dipotong/diiris tipis mengunakan alat
pemotong maupun pasah manual. Baik mesin pemotong maupun pasah
manual dapat diatur ketebalan irisan ketela, sehingga dapat memperoleh
irisan ketela yang sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Akan tetapi
hasil irisan ketela yang menggunakan mesin dan pasah berbeda. Lebih
halus yang menggunakan pasah manual. Dan jika setelah digoreng pun
hasilnya yang diiris dengan mesin agak keriting.
4. Pencucian II
Irisan ketela ungu tersebut kemudian dicuci kembali agar benar-
benar bersih dan tidak berbau besi akibat proses pengirisan tersebut.
5. Perendaman bumbu
Setelah dicuci bersih, ketela dimasukkan kedalam ember kecil yang
didalamnya sudah diberi campuran air dengan gula, pemanis buatan,
garam dan vanili. Perendaman tidak dilakukan terlalu lama, hanya
sekitar
15 menit saja. Dan kemudian ditiriskan terlebih dahulu sebelum digoreng.
6. Penggorengan
Ketela yang sudah direndam bumbu tersebut siap dimasukan dalam wajan
yang berisi minyak goreng panas untuk digoreng diatas
tungku.commit to
perpustakaan.uns.ac.iduser
perpustakaan.uns.ac.id
Penggorengan dilakukan sekitar 15-20 menit, hingga ketela ungu tersebut
benar-benar garing dan renyah.
7. Penirisan
Setelah digoreng sampai kering, keripik ditiriskan dan di angin-anginkan
terlebih dahulu sebelum ditimbang dan dikemas.
8. Penimbangan
Setelah keripik dingin dan tidak berminyak, keripik dimasukkan
dalam plastik untuk ditimbang sesuai dengan berat yang diinginkan.
9. Pengemasan
Keripik yang sudah ditimbang tersebut kemudian diberi label yang
dimasukkan dalam kemasan plastik tersebut dan diikat rapat agar tidak
mudah mlempem.
F. Pemasaran
Setelah keripik ketela ungu dikemas dalam plastik, keripik ketela
ungu siap untuk dipasarkan. Proses pemasaran dilakukan menggunakan
mobil pick up milik sendiri, karena setiap produsen sudah memiliki alat
transportasi tersebut. Dalam setiap pemasarannya, produsen mengeluarkan
biaya transportasi yang berbeda-beda sesuai dengan jarak lokasi pemasaran.
Biaya tersebut digunakan untuk membayar supir dan membeli bahan bakar
mobil.
Keripik ketela ungu ini tidak dipasarkan langsung pada
konsumen, akan tetapi pada para pedagang besar. Sehingga pengemasannya
dibuat dalam ukuran besar (2,5 dan 5 kg) dengan harga grosir, yaitu Rp
12.000,00/kg untuk kemasan 2,5 kg dan Rp 11.741,23/kg untuk kemasan 5
kg.
Di Pulau Jawa, keripik ketela ungu dipasarkan antara lain di
Jawa Tengah (Karanganyar, Solo, Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, Jogjakarta,
Kebumen, dan Purworejo), Jawa Timur (Magetan, Malang dan Surabaya),
Jawa Barat (Purwakarta dan Bandung), dan Jakarta. Untuk pemasaran di
luar
Pulau Jawa yaitu di Kalimantan (Balikpapan).
commit to user
J u m
perpustakaan.uns.ac.id
G. Analisis Usaha
1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan
Profitabilitas a. Biaya
Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan dalam
proses produksi. Biaya dalam penelitian ini adalah keseluruhan
biaya yang dikeluarkan untuk proses pembuatan keripik ketela ungu
sampai pemasaran keripik ketela ungu, yang terdiri dari biaya tetap
dan biaya variabel.
1) Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam
industri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar yang besarnya tidah dipengaruhi oleh
jumlah keripik ketela ungu yang dihasilkan. Biaya tetap dalam
industri keripik ketela ungu ini meliputi biaya penyusutan
peralatan, biaya bunga modal investasi, cicilan pinjaman
modal, dan biaya ijin Departemen Kesehatan.
Keseluruhan biaya tetap dalam penelitian ini timbul karena
penggunaan faktor produksi yang tetap, sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk membiayai faktor produksi juga tetap tidak
berubah walaupun jumlah keripik ketela ungu yang dihasilkan
berubah-ubah. Rata-rata biaya tetap pada agroindustri keripik
ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
dapat dilihat pada Tabel 29 berikut :
Tabel 29. Rata-rata Biaya Tetap Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Jenis Biaya Tetap Rata-rata per Persentase B u l a n ( R p ) ( %)
1. Penyusutan peralatan 291.124,39 20,692. Bunga modal investasi 880.496,95 62,593. Cicilan pinjaman 231.015,56 16,42
4 . I j i n D e p a r t e m e n K e s e h a t a n 4 . 1 6 6 , 6 7 0 , 3 0 lah 1.406.803,56 100,00co mmit to user
Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 3)
Tabel 29 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata biaya tetap
per bulan yang dikeluarkan oleh produsen agroindustri
keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar adalah sebesar Rp 1.406.803,56, dengan sumber
biaya tetap yang berasal dari biaya penyusutan peralatan
yaitu sebesar Rp 291.124,39 atau 20,69% dari jumlah total
biaya tetap seluruhnya. Produsen menggunakan peralatan dalam
pelaksanaan proses produksi keripik ketela ungu, yang mana
peralatan tersebut masih sederhana dan bahkan ada sebagian
peralatan yang dibuat sendiri oleh produsen. Masih sederhananya
peralatan yang digunakan tersebut di satu sisi memang
memperkecil biaya penyusutan peralatan, namun di sisi lain
hal ini menyebabkan proses produksi berjalan lambat dan
membutuhkan curahan waktu kerja yang lebih banyak.
Menurut Hernanto (1993), besarnya biaya penyusutan
peralatan dapat dihitung menggunakan metode garis lurus, dengan
pemikiran bahwa peralatan yang digunakan dalam status
usaha akan menyusut dalam besaran yang sama. Metode garis
lurus dapat dirumuskan sebagai berikut :
Penyusutan : n ilai awal - n ilai akh ir umur ekonomis (bulan)
Biaya bunga modal investasi menempati proporsi pertama,
yaitu sebesar Rp 880.496,95 per bulan atau 62,59% dari jumlah
total biaya tetap seluruhnya. Biaya ini merupakan nilai bunga atas
modal yang dimiliki oleh produsen, walaupun modal tersebut
adalah modal sendiri, yang dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut :
B = Biaya Modal Sendiri x r (Suratiyah,
2006) Dimana :
r = ( i – f ) / ( 1 – f ) (Gray, et al, 1993)
commit to user
Keterangan :
B = Bunga modal investasi (Rp)
r = Suku bunga riil bulan Oktober 2010 (1,83%)
i = Suku bunga kredit investasi Bank BRI bulan Oktober 2010 (2%)
f = Inflasi bulan Oktober 2010 (0,06%)
Suku bunga yang digunakan dalam perhitungan sebesar
1,83%, berdasarkan suku bunga kredit Bank BRI Britama sebesar
2% dan inflasi pada bulan Oktober 2010 sebesar 0,06%, karena
penelitian dilakukan pada bulan tersebut. Suku bunga tersebut
digunakan untuk menghitung bunga modal investasi bagi produsen
yang tidak mempunyai pinjaman di bank atau lembaga keuangan
lainnya. Sedangkan bagi produsen yang mempunyai pinjaman di
bank dihitung berdasarkan suku bunga bank atau lembaga
keuangan tempat minjaman, yaitu 0,5 untuk LIPI, 1,8 untuk
Danamon, 1,1 untuk BNI dan 1,05 untuk PNPM Mandiri Pedesaan.
Cicilan pinjaman tiap bulan yaitu sebesar Rp 231.015,56.
Cicilan pinjaman adalah sejumlah uang yang dibayarkan produsen
sebagai konsekuensi dari meminjam sejumlah modal kepada setiap
bank atau lembaga keuangan dalam batas waktu tertentu beserta
bunganya. Sedangkan untuk biaya ijin dari Departemen Kesehatan
produsen rata-rata mengeluarkan sebesar Rp 4.166,67 atau 0,30%
dari rata-rata biaya tetap. Pembayaran ini biasanya dilakukan oleh
produsen 5 tahun sekali, yaitu sebesar Rp 250.000,00, karena ijin
dari Departemen Kesehatan ini diperbaharui setiap 5 tahun sekali.
2) Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang digunakan dalam
agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar yang besarnya berubah-ubah secara
proporsional sesuai dengan jumlah keripik ketela ungu yang
dihasilkan. Biaya variabel dalam industri keripik ketela ungu
meliputi
biaya bahan baku, cboimaymaitbatohaunseprenolong, biaya
bahan bakar, biaya
pengemasan, biaya transportasi dan biaya tenaga kerja. Rata-
rata biaya variabel pada agroindustri keripik ketela ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dilihat
pada Tabel 30.
Tabel 30. Rata-rata Biaya Variabel pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Jenis Biaya Jumlah Rata-rata Persentase
V a r i a b e l F i s i k per Bulan (Rp) ( %) 1. Bahan baku 7.232 kg 12.911.157,89 48,382. Bahan penolong 9.915.685,26 37,16
- Gula pasir 38,58 kg 384.657,89- Pemanis buatan 90 pcs 90.946,67- Garam 18 pcs 731,58- Minyak goreng 1.032,32 kg 9.354.415,79- Vanili 151 pcs 75.333,33
3. Bahan bakar 1.365.236,84 5,12- Kayu 185 ikat 829.342,11- Serbuk gergaji 119 sak 535.894,74
4. Pengemasan 656.281,38 2,46- Kemasan 2,5 kg 13,40 kg 269.468,75- Kemasan 5 kg 17,88 kg 362.200,00
5. Tenaga kerja 885.137,11 3,32- Luar 11 orang 705.612,18- Dalam 3 orang 179.524,93
6. Transportasi 947.516,34 3,55 7 . L i s t r ik 4 . 8 6 3 , 5 1 0 , 0 2
Jumlah 26.685.878,34 100,00Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 4)
Tabel 30 menunjukkan bahwa rata-rata biaya variabel yang
dikeluarkan oleh produsen keripik ketela ungu dalam satu bulan
adalah sebesar Rp 26.685.878,34. Besarnya biaya variabel ini
dipengaruhi oleh volume produksi keripik ketela ungu yang
dihasilkan, semakin besar volume produksi maka semakin besar
pula biaya variabel yang dikeluarkan, demikian pula sebaliknya.
Biaya variabel dengan proporsi terbesar dalam industri keripik
ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar berasal dari biaya bahan baku. Rcaotma-
mraittatboiauysearuntuk bahan baku yang dikeluarkan
oleh produsen keripik ketela ungu dalam satu bulan adalah
sebesar Rp 12.911.157,89 atau 48,38% dari jumlah total biaya
variabel. Dalam satu bulan, rata-rata produsen membutuhkan
bahan baku sebesar 7.232 kg. Pengadaan bahan baku ini
berasal dari petani maupun pengepul, dengan harga rata-rata
sebesar Rp 1.771,05/kg.
Biaya bahan penolong menempati urutan kedua, yaitu
37,16% atau sebesar Rp 9.915.685,26 per bulan. Bahan penolong
yang digunakan dalam industri keripik ketela ungu ini adalah gula
pasir, pemanis buatan, garam, vanili dan minyak goreng.
Biaya bahan bakar menempati urutan yang ke tiga setelah
bahan penolong, yaitu sebesar Rp 1.365.236,84 atau 5,12%. Bahan
bakar yang digunakan dalam industri keripik ketela ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah kayu
bakar dan serbuk gergaji. Pada awalnya produsen menggunakan
minyak tanah, akan tetapi seiring dengan naiknya harga minyak
tanah yang terus melambung mengakibatkan produsen keripik
ketela tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan akan minyak
tanah. Sehingga produsen mencari alternatif lain yang fungsinya
sama, akan tetapi harganya lebih ekonomis yaitu serbuk gergaji.
Tenaga kerja yang digunakan dalam industri keripik ketela
ungu ini adalah tenaga kerja keluarga dan luar keluarga.
Biaya tenaga kerja ini diperhitungkan sesuai dengan tingkat upah
yang berlaku di daerah penelitian. Rata-rata biaya tenaga kerja
yang dikeluarkan produsen setiap bulannya adalah Rp
885.137,11 atau
3,32% dari jumlah total biaya variabel. Biaya tenaga kerja
keluarga adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan.
Walaupun demikian, sebagai kompensasi penggunaan tenaga kerja
dalam proses produksi keripik ketela ungu tersebut dinilai
menurut penggunaannya setiap bulan dalam industri keripik
ketela ungu sesuai dengan upah tenaga kerja luar di industri
tersebut yaitu
sebesar Rp 1.713,4c5o/jmammi.t
to user
Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh produsen keripik
ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
dalam satu bulan adalah sebesar Rp 947.516,34 atau 3,55% dari
jumlah total biaya variabel. Biaya transportasi ini menempati
proporsi kelima dari total biaya variabel yang dikeluarkan
oleh produsen keripik ketela ungu. Biaya transportasi yang
dikeluarkan produsen ini berupa biaya untuk pemasaran dengan
menggunakan mobil pick up. Biaya transportasi ini berupa biaya
bahan bakar mobil dan supir. Tidak ada biaya sewa mobil
karena masing- masing produsen sudah mempunyai mobil sendiri.
Urutan dari biaya variabel selanjutnya adalah biaya
pengemasan, yang menempati proporsi keenam dari total biaya
variabel yang dikeluarkan oleh produsen keripik ketela ungu
di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Rata-
rata biaya pengemasan yang dikeluarkan selama satu bulan hanya
sebesar Rp 518.417,89 atau 1,96% dari jumlah total biaya
variabel. Pengemasan keripik ketela ungu menggunakan plastik
2,5 kg dan
5 kg. Satuan plastik adalah kilogram, dimana untuk 1 kg
plastik ukuran 2,5 kg berisi 40 lembar dan 20 lembar untuk ukuran
5 kg.
Biaya variabel terkecil yang dikeluarkan oleh produsen
keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar adalah biaya listrik. Rata-rata biaya listrik yang
dikeluarkan oleh produsen keripik ketela ungu selama satu bulan
adalah sebesar Rp 4.863,51 atau 0,02% dari jumlah total
biaya variabel. Biaya listrik tersebut dihitung dengan rumus :
R = Jam nyala x Daya tersambung x Biaya Pemakaian
Rumus diatas adalah rumus yang digunakan untuk
menghitung besarnya biaya tagihan listrik sesuai dengan
perhitungan PLN. Dimana R merupakan rekening yang
dibebankan, jam nycoamlamaditatlaohulsaemr anya alat listrik
digunakan dalam
ta biaya
satuan jam, daya tersambung adalah besarnya daya alat listrik
yang digunakan dalam satuan kilo volt ampere (kVA) dan biaya
pemakaian adalah biaya tarif dasar listrik (TDL) untuk tiap kWA.
Tarif Dasar Listrik yang digunakan adalah tarif dasar listrik untuk
keperluan rumah tangga dengan daya 900 VA, yaitu
sebesar Rp 495,00. Biaya listrik yang dikeluarkan per bulan hanya
sedikit, hal ini karena industri keripik ketela ungu tidak
menggunakan peralatan listrik yang banyak, yaitu hanya pompa
air dan mesin pemotong ketela bagi produsen yang menggunakan.
3) Biaya Total
Biaya total dalam industri keripik ketela ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar merupakan
hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang
dikeluarkan selama proses produksi keripik ketela ungu. Besarnya
rata-rata biaya total untuk proses produksi keripik ketela
ungu selama satu bulan dapat dilihat pada Tabel 31 berikut :
Tabel 31. Rata-rata Biaya Total pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Jenis Biaya Rata-rata per Persentase B u l a n ( R p ) ( %)
1. Biaya tetap 1.406.803,56 5,012. Biaya variabel 26.685.878,34 94,99
Jumlah 28.092.681,90 100,00Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 5)
Berdasarkan Tabel 31 dapat diketahui bahwa rata-rata
biaya total per bulan yang dikeluarkan oleh produsen keripik
ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
adalah sebesar Rp 28.092.681,90. Biaya terbesar yang dikeluarkan
dalam industri keripik ketela ungu berasal dari biaya
variabel yaitu
sebesar Rp 26.685.878,34 atau 94,99% dari biaya total seluruhnya.
Sedangkan rata-ra commit to user
yang dikeluarkan oleh produsen
keripik ketela ungu adalah sebesar Rp 1.406.803,56 atau 5,01%
dari biaya total
seluruhnya. b. Penerimaan
Penerimaan agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar merupakan perkalian antara
total keripik ketela ungu yang diproduksi dengan harga keripik ketela
ungu per kilogram. Tabel 32 berikut menunjukkan penerimaan
agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar :
Tabel 32. Rata-rata Penerimaan Agroindustri Keripik Ketela Ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
Rata-rataNo. Kemasan Jumlah Harga/kg Penerimaan Persentase
(kg) (Rp) per Bulan(Rp)
(%)
1. 2,5 kg 1.340 12.000,00 16.010.437,50 44,062. 5 kg 1.752 11.721,43 20.330.142,86 55,94
Jumlah 36.340.580,36 100,00Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 6)
Tabel 32 menunjukkan bahwa rata-rata total penerimaan pada
agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar yaitu sebesar Rp 36.340.580,36 per
bulan. Penerimaan tersebut berasal dari dua kemasan yang berbeda.
Kemasan yang paling banyak adalah kemasan 5 kg, dengan rata-rata
penerimaan per bulan sebesar Rp 20.330.142,86 atau 55,94%.
Sedangkan kemasan
2,5 kg sebesar Rp 16.010.437,50 atau 44,06%. Lebih banyaknya
penerimaan dari kemasan 5 kg karena produsen lebih
banyak menerima permintaan dari konsumen untuk kemasan tersebut.
Harga yang ditawarkan produsen keripik ketela ungu kepada
konsumen lebih murah dari yang kemasan 2,5 kg jika dihitung per
kilogramnya, sehingga permintaan untuk kemasan 5 kg lebih banyak.commit to
user
c. Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh dari agroindustri keripik
ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total. Untuk
mengetahui keuntungan industri keripik ketela ungu dapat dilihat dari
Tabel 33 di bawah ini :
Tabel 33. Rata-rata Keuntungan pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Uraian Rata-rata per Bulan (Rp)1. Penerimaan 36.340.580,36
2 . B i a y a t o t a l 28.092.681,90 Keuntungan 8.247.898,46
Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 7)
Tabel 33 menunjukkan bahwa dengan penerimaan
Rp 36.340.580,36 dan biaya total yang dikeluarkan
sebesar Rp 28.092.681,90, maka keuntungan yang diterima
produsen rata-rata per bulan sebesar Rp 8.247.898,46. Biaya yang
benar-benar dikeluarkan oleh produsen keripik ketela ungu secara
nyata adalah biaya bahan baku, bahan penolong, bahan bakar,
pengemasan, tenaga kerja luar, biaya transportasi, listrik,
Departemen Kesehatan dan cicilan pinjaman. Jika menggunakan
pendekatan opportunity utilitas sumber daya manusia, biaya tenaga
kerja keluarga ditambahkan dalam rata-rata keuntungan, sehingga
diperoleh keuntungan sebesar Rp 8.427.423,39. Sedangkan biaya
penyusutan peralatan, biaya bunga modal investasi, tenaga kerja
keluarga dalam industri keripik ketela ungu ini tidak dikeluarkan
secara nyata oleh produsen. Sehingga jika dihitung menggunakan
pendekatan pendapatan, maka pendapatan yang diperoleh produsen
keripik ketela
ungu secara nyata adalah sebesar Rp 9.599.044,73 per bulan.
commit to user
d. Profitabilitas
Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka dapat
diketahui profitabilitas atau tingkat keuntungan dari agroindustri
keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar. Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan
usaha dengan penerimaan yang dinyatakan dalam persen. Untuk
mengetahui besarnya profitabilitas dari agroindustri keripik ketela
ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat
dilihat pada Tabel 34 berikut ini :
Tabel 34. Profitabilitas pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu diKecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Uraian Rata-rata per Bulan (Rp)1. Keuntungan 8.247.898,462. Penerimaan 36.340.580,36
Profitabilitas (%) 23,00Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 8)
Tabel 34 menunjukkan bahwa profitabilitas atau tingkat
keuntungan dari agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar rata-rata sebesar 23,00%. Hal
ini berarti agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar ini menguntungkan. Setiap
modal sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh
keuntungan sebesar Rp 23,00. Industri keripik ketela ungu ini
termasuk dalam kriteria menguntungkan karena memiliki nilai
profitabilitas lebih dari nol.
2. Risiko UsahaRisiko adalah kemungkinan terjadinya kondisi merugi sebagai
suatu hasil atau akibat yang dapat diketahui kemungkinannya. Saat
ini dunia usaha menghadapi masa-masa yang penuh dengan risiko dan
ketidakpastian, begitu pula dengan agroindustri keripik ketela ungu
di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Untuk itu, sangat
penting bagi produsen kerc
ipo
im
km
kiettteo
lau
use
nrgu untuk
mengetahui sejauh mana
modal yang ditanam akan memberikan keuntungan dan bagaimana risiko
yang harus ditanggung produsen keripik ketela ungu dalam
menjalankan usahanya.
Hubungan antara risiko dan keuntungan dapat diukur dengan
koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien variasi
merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung dengan
jumlah keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah
modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai
koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung
semakin besar dibanding dengan keuntungannya. Sedangkan batas bawah
keutungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang
mungkin diterima oleh pengusaha (Hernanto, 1993).
Untuk mengetahui besarnya risiko usaha dan batas bawah
keuntungan dapat dilihat pada Tabel 35 berikut ini :
Tabel 35. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan pada Agroindustri Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Uraian Rata-rata1. Keuntungan (Rp) 8.247.898,462. Simpangan baku (Rp) 7.647.470,033. Koefisien variasi 0,934. Batas bawah keuntungan (Rp) -7.047.041,60
Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 8)
Berdasarkan Tabel 35 dapat diketahui keuntungan rata-rata
yang diterima oleh produsen agroindustri keripik ketela ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dalam satu bulan
adalah sebesar Rp 8.247.898,46. Dari perhitungan keuntungan tersebut,
maka dapat diketahui besarnya simpangan baku industri keripik ketela
ungu, yaitu sebesar Rp 7.647.470,03. Simpangan baku merupakan
besarnya fluktuasi keuntungan yang diperoleh, sehingga dapat
dikatakan bahwa fluktuasi
keuntungan industri keripik ketela ungu berkisar Rp 7.647.470,03.
commit to user
Besarnya koefisien variasi sebesar 0,93 dan batas bawah
keuntungan sebesar Rp. -7.047.041,60. Dari nilai koefisien variasi dan
nilai batas bawah keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sebesar 0,93 atau
lebih besar dari 0,5 dan batas bawah keuntungan bernilai negatif (L < 0),
maka dapat dinyatakan bahwa usaha agroindustri keripik ketela ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar memiliki peluang
untuk mengalami kerugian. Hal ini berarti usaha agroindustri keripik
ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
menanggung beberapa risiko.
Risiko usaha yang dihadapi oleh usaha agroindustri keripik ketela
ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dalam
menjalankan usahanya yaitu kenaikan harga bahan penolong berupa
minyak goreng dan gula (risiko harga), ketersediaan dan kualitas bahan
baku serta tenaga kerja (risiko produksi), dan persaingan harga output
(risiko pasar).
a. Risiko Harga
Kenaikan harga bahan minyak goreng dan gula yang tidak
diikuti kenaikan harga jual keripik ketela ungu (harga output)
menyebabkan penerimaan usaha agroindustri keripik ketela ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar berkurang.
Kenaikan harga bahan penolong berupa minyak goreng yaitu dari
harga Rp 8.500,00/kg naik menjadi Rp 8.900,00/kg – Rp 9.200,00/kg
dan gula yang naik dari harga Rp 8.500,00/kg menjadi Rp 9.000,00/kg
– Rp 10.500,00/kg. Terjadinya kenaikan harga ini dapat
mempengaruhi tingkat keuntungan yang diterima produsen.
b. Risiko Produksi
Risiko kedua yang harus dihadapi oleh usaha agroindustri
keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar adalah risiko produksi, di mana risiko ini terjadi dalam
proses produksi. Banyaknya produsen keripik ketela ungu yang
terdapat di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar,
menyebabkan banyaknya
permintaan akan bachoamn mibtatkouusekretela ungu tersebut. Meskipun
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu sentra produksi ketela
ungu di Jawa Tengah, akan tetapi ketersediaan ketela ungu
untuk agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar belum tercukupi.
Dalam memilih bahan baku, produsen juga harus
memperhatikan kualitas, jika kualitas bahan baku yang digunakan
dalam produksi keripik ketela ungu kurang baik maka kualitas
keripik yang dihasilkan juga kurang memuaskan, yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada menurunnya permintaan konsumen
akan keripik ketela ungu.
Tenaga kerja yang menjadi risiko dalam usaha ini adalah
tenaga kerja luar. Hubungan kekeluargaan yang terjalin antara tenaga
kerja dan pemilik industri keripik ketela ungu tersebut mengakibatkan
kurang adanya profesionalitas para tenaga kerja. Sebagian besar
tenaga kerja luar yang bekerja pada industri keripik ketela ungu
tersebut berasal dari desa setempat maupun desa tetangga. Pada saat
musim hajatan, beberapa tenaga kerja meminta libur dengan alasan
membantu tetangga yang sedang hajatan tersebut, bahkan beberapa
produsen sampai menghentikan proses produksinya karena semua
tenaga kerja meminta libur dengan alasan yang sama. Akibatnya
proses produksi keripik ketela ungu menjadi terhambat.
c. Risiko Pasar
Risiko pasar terjadi karena adanya persaingan harga keripik
ketela ungu dari produsen keripik ketela ungu lain. Para
konsumen lebih memilih keripik ketela ungu dengan harga yang
lebih murah dengan kualitas yang sama.
Adanya risiko-risiko diatas akan dapat mempengaruhi tingkat
keuntungan yang diterima produsen keripik ketela ungu, maka untuk
mengantisipasi hal tersebut, produsen melakukan beberapa tindakan atau
langkah antisipasi untuk mengatasi atau setidaknya
meminimalisir
kemungkinan terjadinya risiko-risiko yang telah disebutkan diatas.commit to
user
Langkah-langkah antisipasi yang dilakukan produsen berkaitan
dengan adanya risiko-risiko di atas antara lain :
a. Risiko Harga
Langkah antisipasi yang dilakukan produsen keripik ketela
ungu untuk mengantisipasi kenaikan harga gula pasir ini adalah
dengan menambahkan pemanis buatan. Akan tetapi untuk
mengantisipasi kenaikan harga minyak goreng, sampai saat ini
produsen hanya bisa pasrah, karena fungsi minyak goreng tidak dapat
digantikan dengan produk lain. Dan penggunaan minyak goreng
tersebut juga tidak dapat dikurangi, ukuran minyak goreng yang
digunakan untuk setiap kali produksi sudah disesuaikan dengan
banyaknya bahan baku ketela ungu. Selain itu minyak goreng tersebut
juga tidak digunakan berulang-ulang, karena jika itu dilakukan maka
akan mengakibatkan keripik ketela ungu yang dihasilkan terasa
“lekak”.
b. Risiko Produksi
Kualitas bahan baku ketela ungu yang kurang baik akan
mengakibatkan keripik ketela ungu yang dihasilkan juga kurang
baik. Untuk mengatasi risiko tersebut, produsen harus benar-benar
memperhatikan kondisi fisik ketela ungu. Produsen lebih
mengutamakan bahan baku yang berasal dari Kabupaten Karanganyar,
karena kualitasnya lebih baik dibandingkan ketela ungu yang berasal
dari luar Kabupaten Karanganyar.
Dalam upaya menghadapi terbatasnya ketersediaan bahan baku
ketela ungu dari Kabupaten Karanganyar, produsen mencari ketela
ungu hingga ke luar Kabupaten Karanganyar, seperti ke daerah
Magetan, Ngawi, hingga Bandung. Sedangkan untuk mengatasi
kendala tenaga kerja, produsen hanya memaksimalkan penggunaan
tenaga kerja yang tersisa dan tenaga kerja keluarga, sehingga proses
produksi keripik ketela
ungu tetap berjalan.commit to
user
c. Risiko Pasar
Banyaknya produsen keripik ketela ungu yang terdapat di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, mengakibatkan
persaingan harga keripik ketela ungu di pasaran. Untuk mengatasi
risiko tersebut, produsen harus pintar-pintar mencari lokasi
pemasaran yang belum dijamah produsen lain. Dengan memasarkan
ke luar kota hingga ke luar pulau seperti Kalimantan, akan
memperkecil risiko persaingan harga yang dihadapi produsen.
3. Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha pada usaha agroindustri keripik ketela ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat dihitung dengan
menggunakan R/C ratio, yaitu perbandingan antara penerimaan dan biaya
yang dikeluarkan. Besar efisiensi usaha usaha agroindustri keripik ketela
ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat
dilihat pada Tabel 36 berikut ini :
Tabel 36. Efisiensi Usaha Agroindustri Keripik Ketela Ungu di KecamatanTawangmangu Kabupaten Karanganyar
No. Uraian Rata-rata per Bulan (Rp)1. Penerimaan 36.340.580,362. Biaya total 28.092.681,90
R/C ratio 1,29Sumber : Diolah dari Data Primer (Lampiran 8)
Tabel 36 menunjukkan bahwa agroindustri keripik ketela ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar ini telah efisien, yang
ditunjukkan dengan rata-rata nilai efisiensi yang lebih dari satu, yaitu
1,29, ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam
suatu kegiatan usaha memberikan penerimaan sebesar 1,29 kali dari
biaya yang telah dikeluarkan. Sebagai contoh, dalam industri keripik
ketela ungu, produsen mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000,00 maka
produsen akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 12.900,00. Dari sini terlihat
bahwa rata-rata penerimaan yangc
do
im
pem
roit
leto
h u
ps
re
ordusen
keripik ketela ungu ternyata
telah mampu menutup biaya total yang dikeluarkan dalam industri
keripik ketela ungu.
H. Peran Pemerintah
Pemerintah memiliki peran terhadap kemajuan usaha agroindustri
keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar. Pada tahun 2000 lalu, pemerintah Kabupaten Karanganyar
melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal
Kabupaten Karanganyar memberikan bantuan peralatan berupa mesin
pemotong ketela, akan tetapi hanya beberapa produsen keripik ketela ungu
yang menerimanya. Pemberian mesin penggiling tersebut tidak secara cuma-
cuma, akan tetapi produsen harus membayar dengan cara diangsur selama 5
tahun tanpa bunga.
I. Prospek Usaha
Industri pembuatan produk keripik ketela ungu dianggap sebagai usaha
yang cukup potensial untuk dikembangkan lebih lanjut, mengingat usaha ini
mudah untuk dijalankan, hanya membutuhkan keterampilan dalam proses
produksi dan secara teknis tidak membutuhkan keahlian yang tinggi. Industri
keripik ketela ungu di Kabupaten Karanganyar hanya dapat ditemui di
Kecamatan Tawangmangu. Menghadapi peluang pasar keripik ketela
ungu yang makin baik dan meluas maka harus didukung dengan sistem
pemasaran yang baik agar produk keripik ketela ungu dapat lebih
dikenal oleh masyarakat umum. Pemasaran melalui pedagang besar
diharapkan dapat lebih meningkatkan volume penjualan keripik ketela ungu
di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.
Persaingan antar produsen keripik ketela ungu dalam memperoleh
pangsa pasar yang luas memaksa produsen untuk mengeluarkan strategi
khusus mengenai produknya, baik dari segi harga maupun kualitasnya. Dari
sisi harga, produsen harus berani bersaing dengan menetapkan harga yang
rendah sebagai akibat dari tingginya tingkat persaingan untuk memperoleh
pangsa pasar yang luas. Halcotmermseibt utot uaksearn berpengaruh
terhadap besarnya
keuntungan yang diterima oleh masing-masing produsen keripik ketela
ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Selain itu
produsen juga harus mempertahankan kualitas keripik ketela ungu yang
dihasilkan, salah satunya dengan cara memilih bahan baku ketela ungu yang
berkualitas baik, seperti berkulit mulus dan tidak terdapat bercak-bercak
hitam.
J. Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis yang pertama terbukti yaitu usaha agroindustri keripik ketela
ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
menguntungkan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh usaha keripik ketela
ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sebesar Rp
8.247.898,46 per bulan dan profitabilitas 23,00%. Nilai profitabilitas yang
lebih dari nol berarti usaha agroindustri keripik ketela ungu di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar menguntungkan.
2. Hipotesis yang kedua terbukti yaitu usaha agroindustri keripik ketela
ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar menanggung
risiko. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa nilai koefisien variasi sebesar 0,93 atau (CV > 0,5) dan batas
bawah keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sebesar Rp -7.047.041,60 atau
bernilai negatif (L < 0), maka dapat dinyatakan bahwa usaha agroindustri
keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
memiliki peluang untuk mengalami kerugian. Hal ini berarti usaha
agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar menanggung risiko.
3. Hipotesis yang ketiga terbukti yaitu usaha agroindustri keripik ketela
ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar telah efisien.
Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
efisiensi usaha pada agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar yacitoumsmebitetsoaru1se,2r9. Angka ini menunjukkan bahwa
usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar yang dijalankan telah efisien yang
ditunjukkan dengan besarnya nilai R/C rasio yang lebih dari satu.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis usaha agroindustri keripik
ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar yang
telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Biaya total rata-rata agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah sebesar Rp 28.092.681,90
per bulan. Penerimaan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 36.340.580,36
per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh produsen keripik
ketela ungu adalah sebesar Rp 8.247.898,46 per bulan. Sedangkan
profitabilitas agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah sebesar 23,00%, yang
berarti industri keripik ketela ungu menguntungkan.
2. Agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar memiliki nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,93 dan nilai
batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp -7.047.041,60. Nilai
koefisien variasi yang lebih dari 0,5 dan nilai batas bawah
keuntungan bernilai negatif (kurang dari 0) menunjukkan bahwa
usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar memiliki peluang untuk mengalami kerugian.
Hal ini berarti usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar menanggung risiko.
3. Agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar mempunyai nilai efisiensi lebih dari satu, yaitu sebesar 1,29
sehingga dapat dikatakan bahwa usaha industri keripik ketela ungu
ini telah efisien. Setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
usaha industri keripik ketela ungu memberikan penerimaan sebesar 1,29
kali dari biaya yang telah dikeluarkan.
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a92c.id
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan demi
kemajuan agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar antara lain sebagai berikut :
1. Untuk produsen Agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
a. Dalam persaingan harga, sebaiknya produsen memakai harga yang
telah disepakati semua produsen keripik ketela ungu yang ada di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, sehingga terhindar
dari persaingan pasar yang tidak sehat.
b. Untuk perluasan pasar, produsen dapat memasarkan keripik ketela
ungu ke pasar modern (swalayan).
c. Produsen hendaknya berhati-hati dalam penggunaan pemanis
buatan (sakarin) agar tetap sesuai dengan standar pemakaian, sehingga
keripik ketela ungu yang dihasilkan tetap aman dikonsumsi.
2. Untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar
Untuk meningkatkan keuntungan usaha industri keripik ketela
ungu, Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar sebaiknya memberikan
penyuluhan atau pembinaan kepada para produsen keripik ketela
ungu tentang diversifikasi produk keripik ketela ungu dalam kemasan
(lebih menarik), bentuk (kotak atau segi tiga) atau rasa yang lain, seperti
pedas atau asin sehingga dapat meningkatkan nilai tambah produk.
commit to user