Upload
ameerican-ahmedas
View
48
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembahasan Variabel Penelitian
1. Kajian tentang prestasi belajar
a. Pengertian Belajar
Hilgard dalam Pasaribu & Simandjuntak (1982: 59) mengatakan “belajar
adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan
tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh petumbuhan atau
keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan”.
Dan menurut Slameto (2010: 2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
Dalam penelitian ini yang dimaksud belajar adalah suatu proses yang
dapat merubah seseorang dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa
menjadi bisa, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Seseorang dapat dikatakan
belajar apabila dalam dirinya mengalami proses perubahan tingkah laku.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni
“prestasi” dan “belajar”. Antara kata “prestasi” dan “belajar” mempunyai arti
9
10
yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian “prestasi belajar”
dibicarakan ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masalah pertama untuk
mendapatkan pembahasan lebih jauh mengenai makna kata “prestasi” dan
“belajar”. Hal ini juga untuk memudahkan memahami lebih mendalam tentang
pengertian “prestasi belajar” itu sendiri.
“Prestasi” adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah
dihasilkan selama seseorang tidak melakukan sesuatu kegiatan. Dalam
kenyataan, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi
penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk
mencapainya. Hanya untuk keuletan dan optimis dirilah yang dapat membantu
untuk mencapainya. Oleh karena itu, wajarlah pencapaian prestasi itu harus
dengan jalan keuletan kerja.
Dari kegiatan tertentu yang digeluti untuk mendapatkan prestasi, maka
muncullah berbagai pendapat dari para ahli sesuai keahlian mereka masing-
masing untuk memberikan pengertian mengenai kata “prestasi”. Namun secara
umum mereka sepakat, bahwa “prestasi” adalah “hasil” dari suatu kegiatan.
Djamarah (2012:19).
Syaiful (2012: 20), berpendapat bahwa prestasi adalah “hasil yang
dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)” sedangkan menurut Mas’ud
(2012: 20), “prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaaan,
hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”.
11
Sedangkan belajar menurut Djamarah (2012:21) adalah “suatu aktivitas
yang sadar akan tujuan”. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya suatu
perubahan dalam diri individual. Perubahan dalam arti menuju ke
perkembangan pribadi individu seutuhnya. Sejalan dengan itu, Sardiman
(2009:22), mengemukakan suatu rumusan, bahwa belajar “sebagai rangkaian
kegiatan jiwa-raga, psikofisik menuju perkembangan pribadi manusia
seutuhnya, yang menyangkut unsure cipta, rasa dan karsa, ranah kognotif,
afektif, dan psikomotorik”.
Setelah menelusuri uraian diatas, maka dapat dipahami makna kata
“prestasi” dan “belajar”. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari
suatu aktivitas. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individual, yakni perubahan tingkah laku. Dengan
demikian, dapat diambil pengertian yang cukup sederhana yakni prestasi belajar
adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan
dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Djamarah (2012: 23) mendefinisikan prestasi belajar adalah “hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar”. Sedangkan Arifin (2011: 12)
mengartikan Prestasi Belajar “suatu masalah yang bersifat perenial dalam
sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia
selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing”.
Dari beberapa pengertian tentang prestasi belajar diatas, dapat penulis
uraikan bahwa setelah siswa melakukan usaha belajar di sekolah dengan waktu
12
tertentu, maka untuk selanjutnya siswa dihadapkan pada suatu test yang biasa
disebut Tes Hasil Belajar. Dari hasil tes tersebut dapat diukur prestasi belajar
siswa dengan standar tertentu. Biasanya ukuran prestasi belajar siswa
dilambangkan dalam bentuk angka, huruf atau kata.
Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan nilai rapot
semester ganjil pada mata pelajaran Ekonomi untuk mengetahui prestasi belajar
siswa kelas XI IPS di SMA Jawaahirul Hikmah Tahun Pelajaran 2014/2015.
c. Fungsi Prestasi Belajar
Menurut Arifin (2011: 12), prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi
utama, antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para
ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia”
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi
peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
13
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar
dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi
pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan
dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi
fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang
diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar diatas, maka penulis
beranggapan bahwa betapa pentingnya untuk mengetahui dan memahami
prestasi belajar peserta didik, baik secara perseorangan maupun secara
kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator
keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas
institusi pendidikan.
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Cronbach yang dikutip oleh
Arifin (2011:12), bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain
“sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostic,
untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk
keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan
untuk menentukan kebijakan sekolah”.
14
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik internal
maupun eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
dapat digolongkan menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari ;
(b) lingkungan ; (c) faktor instrumental ; dan (d) kondisi peserta didik. Faktor-
faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan
konstribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik.
Mulyasa (2004 : 191) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi
pestasi belajar, antara lain :
1) Pengaruh faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non-sosial.
Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam
berbagai situasi sosial. Ke dalam faktor ini termasuk lingkungan
keluarga, sekolah teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan
faktor non-sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial
seperti lingkungan alam dan fisik, misalnya keadaan rumah, ruang
belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan sebagainya.
a) Faktor Keluarga
Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung
maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil
pencapaian hasil peserta didik. Situasi keluarga sangat
berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orang tua,
15
status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara,
bimbingan orang tua, dukungan orang tua, sangat mempengaruhi
prestasi belajar anak.
b) Faktor Sekolah
Disamping itu, diantara beberapa faktor eksternal yang
mempengaruhi proses dan prestasi belajar ialah peranan faktor
guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan khususnya
dalam pembelajaran yang berlaku dewasa ini peranan guru dan
keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Dalam hal
ini efektivitas pengelolaan faktor bahan, lingkungan, dan
instrument sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi
proses dan prestasi belajar, hampi seluruhannya bergantung pada
guru.
Selain faktor guru, yang cukup memegang peranan penting
dalam pencapaian prestasi belajar peserta didik juga
kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengatur,
merancang dan mengendalikan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah mempunyai tanggung
jawab yang paling besar dalam menciptakan situasi kerja secara
keseluruhan di sekolah yang dipimpinnya.
16
c) Faktor Masyarakat
Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang
berpendidikan dan mempunyai moral yang baik, terutama anak-
anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat
belajar. Sehingga pestasi yang akan diperoleh anak akan
maksimal.
2) Faktor Internal
Sekalipun banyak pengaruh atau rangsangan dari faktor eksternal
yang mendorong individu belajar, keberhasilan belajar itu akan
ditentukan oleh faktor diri (internal) berserta usaha yang
dilakukannya.
Brata (1984: 249-252) dalam mulyasa mengklasifikasikan faktor
internal mencakup:
“(a) faktor-faktor fisiologis, yang menyangkut keadaan jasmani atau fisik individu, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera, dan (b) faktor-faktor psikologis, yang berasal dari dalam diri seperti intelegensi, minat, sikap, dan motivasi”.
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan
dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar
yang akan dicapai bergantung pada tingkat intelegensi, dan hasil
belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat intelegensinya.
Semakin tinggi tingkat itelegensi, makin tinggi pula kemungkinan
tingkat hasil belajar yang dapat dicapai. Namun jika intelegensinya
17
rendah, maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah.
Meskipun demikian, tidak boleh dikatakan bahwa “taraf prestasi
belajar sekolah kurang, pastilah taraf intelegensinya kurang”,
dikarenakan banyak faktor lain yang mempengaruhinya.
Minat (interest), yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karna itu, minat
dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran
tertentu. Umpamanya, seorang peserta didik yang menaruh minat
besar terhadap kesenian akan memusatkan perhatiannya lebih banyak
daripada yang lain. Pemusatan perhatian yang intensif tersebut
memungkiknkan peserta didik untuk belajar lebih giat, dan akhirnya
mencapai prestasi yang diinginkan.
Dari beberapa faktor yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa berhasil tidaknya seorang anak dalam pencapaian
prestasi belajar terletak pada usaha dan kegiatannya sendiri, disamping faktor
kemauan, minat, ketekunan, tekad untuk sukses, dan cita-cita tinggi yang
mendukung setiap usaha dan kegiatannya. Peserta didik akan berhasil kalau
berusaha semaksimal mungkin dengan cara belajar yang efisien sehingga
mempertinggi prestasi belajar. Sebaliknya, jika belajar secara tidak teratur,
hasilnya pun akan sesuai dengan usaha itu, bahkan mungkin tidak menghasilkan
apa-apa. Oleh karena itu, dengan mempergunakan cara belajar yang efisien akan
meningkatkan hasil belajar yang memuaskan.
18
2. Kajian Tentang Ekstrakurikuler Marching Band
a. Pengertian Ekstrakurikuler
Yudha M. Saputra (1998: 6) mendefinisikan kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan diluar jam pelajaran sekolah biasa yang dilakukan di sekolah atau
di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa
mengenai hubungan antar pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta
melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ekstrakurikuler
merupakan program yang berupa pengayaan dan perbaikan yang berkaitan
dengan kegiatan intrakurikuler.
Pendapat lain dikemukakan oleh Wahjosumidjo (2007:256) kegiatan
ekstrakurikuler yaitu kegiatan-kegiatan siswa diluar jam pelajaran, yang
dilaksanakan di sekolah atau diluar sekolah, dengan tujuan untuk
memperluas pengetahuan, memahami keterkaitan antara berbagai mata
pelajaran, penyaluran bakat dan minat, serta dalam rangka usaha untuk
meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan para siswa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan bernegara, berbudi pekerti luhur
dan sebagainya.
b. Prinsip-Prinsip Ekstrakurikuler
1) Prinsip Relevansi
Relevansi kegiatan hendaknya disesuaikan dengan kehidupan nyata
disekitar anak. Misalnya sekolah yang berada di lingkungan
perkotaan. Hendaknya kondisi perkotaan diperkenalkan kepada anak
seperti tenis, bola basket dan sebagainya.
19
2) Prinsip efektivitas
Efektivitas guru, pembina atau pelatih terutama berkenaan dengan
sejauh mana kegiatan direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
Efektivitas gurudalam melaksanakan program ekstrakurikuler sangat
berpengaruh pada efektivitas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk itu diperlukan keterampilan guru, pembina atau pelatih dalam
mengelola pelaksanaan kegiatan.
3) Prinsip efisiensi
Untuk menyelesaikan suatu program, guru, pembina atau pelatih
memerlukan waktu, tenaga dan biaya. Oleh karena itu diharapkan
waktu yang digunakan, tenaga yang dikeluarkan dan biaya yang
dialokasikan dalam menghasilkan kegiatan yang optimal. Jadi efisien
merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dan pengeluaran
yang diharapkan paling tidak menunjukkan hasil yang seimbang.
4) Prinsip Kesinambungan
Kegiatan ekstrakurikuler sebagai wahana belajar yang dinamis perlu
dikembangkan terus menerus dan berkesinambungan. Kesinambungan
dalam kegiatan ekstrakurikuler menyangkut hubungan antara berbagai
jenis program kegiatan atau unit-unit kegiatan. Kesinambungan antar
dan inter berbagai unit kegiatan menunjukkan bahwa dalam
mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler harus memperhatikan
keterkaitan antar dan inter unit kegiatan satu dengan yang lainya.
5) Prinsip Fleksibilitas
20
Prinsip fleksibilitas menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
tidak kaku. Oleh karena itu, anak harus mendapatkan kebebasan
memilih unit kegiatan sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhan
lingkungan anak. Disamping itu, harus diberi kebebasan dalam
mengembangkan program kegiatan. Fleksibilitas dalam memilih
program kegiatan dapat berupa diberikanya unit-unit kegiatan.
c. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler
Wiliamson dalam Yudha M.Saputra (1998: 16) tujuan kegiatan
ekstrakurikuler adalah memberikan sumbangan pada perkembangan
kepribadian anak didik, khususnya bagi mereka yang berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut. Berkaitan dengan tujuan pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler, Yudha M. Saputra mengemukakan empat tipe yang
termasuk dalam kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut.
1. Program sekolah dan masyarakat seperti seni lukis, seni tari, seni
musik, seni tari drama dan sejumlah kegiatan ekstetika lainya.
2. Partisipasi dan observasi kegiatan olahraga diluar atau didalam
ruangan seperti atletik, renang, tenis, sepak bola dan permainan
tradisional.
3. Berdiskusi masalah-masalah sosial dan ekonomi seperti melakukan
kunjungan ke pasar, ke tempat bersejarah, ke kebun binatang dan
sebagainya.
Secara komprehensif kegiatan ekstrakurikuler memiliki berbagi macam
tujuan yang pada dasarnya menyangkut perkembangan kepribadian,
21
perkembangan emosional, hubungan sosial serta kemampuan motorik, baik
motorik halus maupun motorik kasar. Optimalisasi kegiatan ekstrakurikuler
yang dilaksanakan secara terencana memiliki pengaruh yang besar bagi
perkembangan siswa.
Wahjosumidjo (2007: 264) terdapat tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam
kegiatan ekstrakurikuler yaitu yang bertujuan:
1. untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, dalam arti
memperkaya, mempertajam serta memperbaiki pengetahuan para
siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran-mata pelajaran sesuai
program kurikuler yang ada.
2. untuk melengkapi upaya pembinaan, pemantapan dan pembentukan
nilainilai kepribadian siswa. kegiatan semacam ini dapat diusahakan
melalui baris berbari, kegiatan yang berkaitan dengan usaha
mempertebal ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, latihan
kepemimpinan dan sebagainya.
3. untuk membina dan meningkatkan bakat, minat dan keterampilan.
Kegiatan ini untuk memacu kearah kemampuan mandiri, percaya diri
dan kreatif.
2. Marching band
a. Pengertian Marching band
Reza Qumilar (2010) sejarah marching band bermula dari tradisi purba
sebagai kegiatan yang dilakukan oleh beberapa musisi yang bermain music secara
bersama-sama dan dilakukan sambil berjalan untuk mengiringi suatu perayaan
22
ataupun festival. Seiring dengan perjalanan waktu, marching band berevolusi
menjadi lebih terstruktur dalam kemiliteran di masa-masa awal era negara kota.
Bentuk inilah yang menjadi dasar awal band militer yang kemudian menjadi awal
munculnya marching band saat ini.
Pada awalnya marching band dikenal sebagai nama lain drum band.
Penampilan marching band pada mulanya adalah sebagai pengiring parade atas
perayaan ataupun festival yang dilakukan di lapangan terbuka dalam bentuk
barisan dengan pola yang tetap dan kaku, serta memainkan lagu-lagu mars.
Dinamika keseimbangan penampilan diperoleh melalui atraksi individual yang
dilakukan oleh mayoret, ataupun beberapa personil pemain instrumen. Namun
saat ini permainan marching band dapat dilakukan baik di lapangan terbuka
maupun dalam ruang tertutup sebagai pengisi acara dalam suatu perayaan,
ataupun kejuaraan.
Secara etimologi marching band adalah istilah dalam bahasa Inggris “March”
artinya baris, “Marching”artinya berbaris, “Band” artinya band, orkes, jadi
“Marching band” artinya barisan musik (John M. Echols dalam Khihmawatylyna
F, 2010: 30). Faktor musikalitas dari alat-alat melodis sangat diutamakan, terlebih
didukung dengan kelengkapan alat sehingga memungkinkan lagu untuk
diarasemen menjadi lebih bervariasi.
Dari beberapa jenis progam ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah
kegiatan ekstrakurikuler marching band termasuk dalam program pengembangan
bakat dan minat. Dalam marching band siswa dapat mengembangkan bakat dan
potensi khususnya di bidang kesenian yaitu seni musik dan seni tari.Bidang seni
23
musik, siswa dapat mengembangkan kemampuan memainkan alat musik seperti
pianika, drum dan sebagainya. Sementara itu, untuk seni tari dalam marching
band diajarkan melakukan gerakan tertentu bersamaan dengan memainkan alat
musik. Harmonisasi antara permainan alat musik dan koreografer merupakan ciri
khas dari marching band. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan marching band adalah sekelompok barisan orang yang memainkan
satu atau beberapa lagu dengan menggunakkan sejumlah kombinasi alat musik
(tiup, instrumen, perkusi) secara bersama sama yang dapat dimainkan baik di
lapangan terbuka maupun di dalam ruangan. Komposisi musik yang dimainkan
marching band umumnya bersifat lebih harmonis dan tidak semata-mata
memainkan lagu dalam bentuk mars, ragam peralatan yang digunakan lebih
kompleks serta formasi barisan lebih dinamis.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Skripsi oleh Diana Agustina tahun 2007 dengan judul “Hubungan
Kegiatan Ibadah Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas IX MTS
Negeri 17 Medan Tahun Ajaran 2006/2007”. Variabel dalam penelitian ini
adalah Kegiatan ibadah (X) dan prestasi belajar (Y) dengan indikator nilai
raport mata pelajaran ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian ini untuk
mengetahui tingkat hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih,
tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang
memang yang sudah ada. Teknik atau metode pengumpulan data dari
penelitian ini adalah angket dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian
24
ini adalah seluruh siswa kelas I IX MTS Negeri 17 Medan Tahun Ajaran
2006/2007 yang berjumlah 32 peserta didik. Dari penelitian ini diketahui
bahwa ada hubungan antara kegiatan ibadah dengan prestasi belajar siswa.
2. Musholi (2011) tentang Pengaruh Keaktifan Berorganisasi Ekstrakurikuler
dan motivasi Belajar Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa S1
Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
secara signifikan secara parsial dan simultan antara keaktifan berorganisasi
ekstrakurikuler dan motivasi belajar terhadap prestasi akademik. Hal ini
dapat terlihat pada hasil uji t untuk masing masing variabel bebas
memperoleh t-hitung lebih besar dari t-tabel, sedangkan untuk taraf
signifikansi <0,05. Nilai uji F memperoleh nilai hitung yang lebih besar
dari F tabel dan mempunyai taraf signifikansi <0,05 (0,000>0,05).
C. Kerangka Berfikir
Dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan kajian teori, dapat
disusun kerangka pemikiran dimana kerangka pemikiran merupakan arah ke mana
penelitian akan bermuara. Adapun yang dimaksud kerangka pemikiran dalam
penelitian ini adalah siswa yang memiliki keaktifan dan prestasi yang baik di
ekstrakurikuler marching band maka akan memiliki prestasi akademik yang baik
pula.
D. Hipotesis
25
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan (Sugiyono, 2008:96). Berdasar kerangka pikir diatas maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah : ada hubungan antara ekstrakurikuler marching band
dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Jawaahirul Hikmah.