Click here to load reader
Upload
boy-rifai
View
203
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Achmad Boys
Awaluddin Rifai
Yaitu transaksi jual-beli yang
keberlangsungannya tergantung pada
transaksi yang lain atau terjadinya
transaksi jual beli tergantung pada ta’liq
(persyaratan) berupa transaksi lain yang
berbeda.
Bay’ muallaq disebut juga dengan jual beli
bersyarat.
Saya membeli mobil Innova anda seharga
Rp 200 juta, jika anda membeli tanah saya
yang luas 20 Ha seharga Rp 500 juta.
Menurut para ulama (khususnya mazhabHanafi), jual beli muallaq (bersyarat) tersebuttidak sah. Alasan (illat) larangan tersebutadalah adanya unsur gharar di dalamnya.
Ghararnya: penjual dan pembeli tidakmengetahui terwujud-tidaknya qayyid (syarat) yang menjadi gantungan terjadinya jual beli 1. Juga tidak diketahui kapan waktu terjadinyajual beli tersebut, karena tergantung pada jualbeli kedua.
Dalam kitab Raddul Mukhtar, Ibnu Abidin
berkata : …Terjadinya kepemilikan
(dengan sebab jual beli), jangan
digantungkan pada masa yang akan
datang, sebagaimana tidak dibolehkan
ta’liq dengan syarat, karena hal tersebut
termasuk jenis qimar (spekulasi, tidak jelas
terjadi atau tidak).
Ibnu Taymiyah dan Ibnu al-Qayyim
berbeda dengan mayoritas ulama.
Kedua ulama terkemuka itu membolehkan
adanya ta’liq (penggantungan/
persyaratan) dalam jual beli. Keduanya
tidak melihat adanya gharar pada bay’
mu’allaq tersebut.
Yaitu kesekapatan untuk melakukan jual
beli, tetapi terwujudnya jual beli tersebut
pada masa akan datang.
Saya jual rumahku kepada anda dengan
harga sekian pada awal tahun depan.
Kemudion pembeli mengatakan, “Saya
terima”.
Saya sewakan rumahku kepada anda
pada awal tahun depan. Kemudian
penyewa mengatakan, “Oke, Saya sewa”.
Menurut mayoritas ulama, akad jual beli itu tidakboleh diwujudkan, karena akadnya rusak. Mayoritas ulama menjadikan idhafah(ketergantungan pada waktu yang akan datang), sebagai bentuk gharar.
Menurut Guru besar Ilmu Syariah Sudan, SiddiqMuhammad Amin Adh-Dhahir, bahwa di dalamakad idhafah kepada waktu masa depan tidakterdapat gharar. Menurutnya kemungkinan ghararpaling terdapat pada ketidakpastian kondisi pasar(harga komoditi) di masa akan datang. Salah satupihak bisa merasa rugi, dan sifatnya jugaspekulatif.
Namun menurut Ibnu Taymiyah dan Ibnu
Qayyim, jual beli mudhaf kepada masa
akan datang boleh, sebagaimana
bolehnya bay’ mu’allaq.
SelesaiSekian Terima
Kasih
AdaPertanyaan ???