Upload
ruslan-
View
23
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE
Nama : RUSLAN
NIM : 55116120052
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
Program Studi Magister Manajemen
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2017
Philosophical Ethics and Business
Menurut saya, implementasi “Philosophical Ethics and Business” di Indonesia masih
belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini terlihat dari berbagai macam kasus yang
timbul dalam dunia usaha yang melanggar etika bisnis. Karena sebagian besar
pengusaha di Indonesia mengejar keuntungan tanpa memperhatikan etika bisnis serta
hak-hak serta kepentingan orang lain. Kita mengetahui bahwa Etika bisnis merupakan
studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi
pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis.
Sebagai contoh kasus adalah CSR PT Freeport yang bertentangan dengan etika
utilitarianisme, karena menurut masyarakat Papua, PT Freeport hanya melakukan CSR
sebagai bentuk kewajiban atau bisa dikatakan sebagai “keterpaksaan” demi menaati
peraturan perundangan yang ada di Indonesia, yang jika tidak diikuti maka bisa
mengancam keberadaan Freeport di Papua, sehingga hal tersebut pun tercermin dari
CSR yang tidak mampu untuk memajukan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
Pendekatan CSR seperti yang dilakukan oleh Freeport ini tentu saja tidak memberikan
kontribusi secara signifikan bagi peningkatan ekonomi rumah tangga. Secara ekonomis
masyarakat tidak mengalami peningkatan pendapatan yang berarti. Secara politis
mereka tidak terberdayakan. Mereka masih terlihat sebagai penerima program pasif.
Masyarakat tidak memiliki ruangan yang cukup untuk berpartisipasi dalam penentuan
program dan mengelolany, karena masyarakat belum ditempatkan pada posisi sentral
dalam realisasi program. Hal ini bukan mekanisme yang tepat untuk menyiapkan
masyarakat pasca ekstraksi. Masa tersebut merupakan masa yang sulit bagi masyarakat
karena resources yang selama ini menjadi bagian dalam kehidupannya setiap hari tidak
bisa dikelola lagi. Masyarakat lokal yang sarat dengan keterbatasan perlu diberdayakan
dan disiapkan untuk menghadapi masa-masa tersebut.
Hal ini tentu bertentangan dengan tiga alasan penting mengapa perusahaan harus
melaksanakan CSR, khususnya terkait dengan perusahaan ekstraktif (Wibisono: 2007).
Pertama, perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila
perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat.
Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat
simbiosis mutualisme.
Ketiga, kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan
menghindarkan konflik sosial.
Peranan etika bisnis dalam penerapan Good Corporate Governance meliputi :
1. Nilai Etika Perusahaan ( Company Ethics Value)
Kepatuhan pada kode etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan dan
para pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan
memaksimalkan nilai pemegang saham. Beberapa nilai-nilai etika perusahaan
yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, yaitu kejujuran, tanggung jawab,
saling percaya, keterbukaan dan kerja sama. Sebagai contoh yang sering kita
ketahui yaitu kode etik yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan dan pimpinan
perusahaan, antara lain masalah informasi rahasia dan bentuan kepentingan.
2. Code of Corporate and Business Conduct
Kode etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (code of corporate and
business conduct) merupakan implementasi salah satu prinsip Good Corporate
Governance (GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan & pimpinan
perusahaan untuk melakukan prakter-praktek etik bisnis yang terbaik di dalam
semua hal yang dialakukan atas nama peusahaan. Dengan tujuan agar prinsip
etik bisnis menjadi budaya perusahaan (corporate culture), maka seluruh
karyawan dan para pimpinan perusahaan akan berusaha memahami dan
berusaha mematuhi “mana yang boleh” dan mana yang tidak boleh dilakukan
dalam aktivitas bisnis perusahaan. Pelanggaran atas kode etik merupakan hal
yang serius, bahkan dapat termasuk kategori pelanggaran hukum.
Etika adalah fisafat moral yaitu cabang filsafat yang merenungi baik buruk tingkah laku
manusia. Etika memiliki sudut pandang normatif, karena etika melihat dari sudut baik
dan buruk terhadap perbuatan manusia. Etika bisnis adalah penerapan prinsip-prinsip
etika yang umum pada suatu wilayah perilaku manusia yang khusus, yaitu kegiatan
ekonomi dan bisnis.
Prinsip kekuatan etis :
Maksud
Kesabaran
Kebanggaan
Ketetapan Hati
Sudut Pandang
Dilema etika bisnis :
Conflict of interest
Konflik kepentingan. Situasi dimana keputusan yang diambil terpengaruh oleh
kepentingan/keuntungan pribadi (kasus suap pada beberapa skandal kredit
macet).
Honesty and integrity
Kejujuran dan integritas. Mengemukakan fakta yang sebenarnya dan
menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika di dalam semua keputusan bisnis.
Whiste-blowing
Pengungkapan karyawan kepada publik, pemerintah maupun media atas
praktek-praktek yang sifatnya melanggar etika, ilegal, atau amoral di dalam
perusahaan/ organisasinya.
Loyalty versus Truth
Loyalitas vs. kebenaran. Pelaku bisnis mengharapkan para karyawannya untuk
loyal sekaligus "benar"
Pada dasarnya perbuatan manusia dibedakan menjadi :
Perbuatan manusia (act of man) atau actus homonis yaitu perbuatan yang
kebetulan dikerjakan oleh manusia, tidak disengaja atau tidak dikehendaki oleh
pembuatannya.
Perbuatan manusiawi (human act atau actus humanus, adalah perbuatan yang
dikerjakan manusia dengan sadar dibawah pengendaliannya dengan sengaja dan
dikehendakinya.
Agar norma etika dapat berlaku terhadap perbuatan manusia, perbuatan itu harus
memenuhi unsur Pengertian, Kesukarelaan, dan Kebebasan. Manusia berperilaku etis
dengan latar belakang motivasi yang belum tentu sama, hal ini dikarenakan adanya self-
interest yang secara alami dimiliki oleh manusia.
Beberapa aliran dalam etika :
Aliran Deontologis ( deontology )
Aliran Teleology
Aliran Deontologi
Etika deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang
berarti kewajiban dan ‘logos’ berarti ilmu atau teori. Mengapa perbuatan ini baik dan
perbuatan itu harus ditolak sebagai keburukan, deontologi menjawab, ‘karena
perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang’.
Immanuel Kant (1724-1804) sebagai pelopornya misalnya, berpendapat bahwa norma
moral itu mengikat secara mutlak dan tidak tergantung dari apakah ketaatan atas norma
itu membawa hasil yang menguntungkan atau tidak. Misalnya norma moral "jangan
bohong" atau "bertindaklah secara adil" tidak perlu dipertimbangkan terlebih dulu
apakah menguntungkan atau tidak, disenangi atau tidak, melainkan selalu dan di mana
saja harus ditaati, entah apa pun akibatnya. Salah satu hal yang menjadi kelemahan
deontology antara lain tidak adanya guidelines yang jelas untuk mendefnisikan baik
atau buruk ketika ada konflik hukum satu dengan lainnya.
Contoh : Misalkan kita tidak boleh mencuri, berdusta untuk membantu orang lain,
mencelakai orang lain melalui perbuatan ataupun ucapan, karena dalam Teori
Deontologi kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu
keharusan.Prinsip aliran deontology
Prinsip Deontologi
1. Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan
kewajiban.
2. Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari
tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai,
tindakan itu sudah dinilai baik.
3. Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya
dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral
universal.
Deontologi Dalam Bisnis
Tindakan bisnis dinilai baik bukan karena mendatangkan keuntungan pada pelaku
bisnis, tetapi sejalan dengan kewajiban si pelaku bisnis dalam memberikan pelayanan
prima kepada semua konsumen.
Etika deontologi menekankan pentingnya motivasi, kemauan baik dan watak yg kuat
dari para pelaku.
Contoh kasus dari etika deontologi :
Jika seseorang diberi tugas dan melaksanakannya sesuai dengan tugas maka itu
dianggap benar, sedang dikatakan salah jika tidak melaksanakan tugas.
Suatu tindakan bisnis akan dinilai baik oleh etika deontology bukan karena
tindakan itu mendatangkan akibat baik bagi pelakunya melainkan karena
tindakan itu sejalan dengan kewajiban si pelaku untuk misalnya menberikan
pelayanan terbaik untuk semua konsumennya, untuk mengembalikan hutangnya
sesuai dengan perjanjian , untuk menawarkan barang dan jasa dengan mutu
sebanding dengan harganya.
PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat
bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata
dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Dalam kasus ini, PT.
Perusahaan Listrik Negara (Persero) sesungguhnya mempunyai tujuan yang
baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Akan tetapi
tidak diikuti dengan perbuatan atau tindakan yang baik, karena PT. PLN belum
mampu memenuhi kebutuhan listrik secara adil dan merata. Jadi menurut teori
etika deontologi tidak etis dalam kegiatan usahanya.
Aliran Teleologis
Mengukur baik – buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan
tindakan itu, atau suatu tindakan dinilai baik/bermoral kalau yang diakibatkan baik atau
berguna.
Aliran hedonisme
Prinsip aliran ini menganggap bahwa kenikmatan merupakan tujuan hidup manusia .
Oleh karena itu semua tindakan yang menuju kenikmatan adalah baik. Sesuatu
dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya.( psikolog Freud ,1856-
1939, Adler ,1870-1937). Tujuan paham aliran ini adalah untuk menghindari
kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di
dunia.
Ciri-ciri hedonisme menurut Cicerno dalam Russell (2004:335):
Memiliki pandangan gaya instan, melihat sesuatu perolehan harta dari hasil
akhir bukan proses untukmembuat hasil akhir. Hal ini membawa ke arah sikap
selanjutnya yaitu, melakukan rasionalisasi atau pembenaran dalam memenuhi
kesenangan tersebut.
Menjadi pengejar modernitas fisik. Orang tersebut berpandangan bahwa
memiliki barang- barang berteknologi tinggi adalah kebanggaan.
Memiliki relativitas kenikmatan di atas rata-rata yang tinggi. Relativitas ini
berarti sesuatu yang bagi masyarakat umum sudah masuk ke tataran kenikmatan
atau dapat disebut enak, namun baginya itu tidak enak.
Memenuhi banyak keinginan- keinginan spontan yang muncul. Dalam
penjabaran benteng penahan kesenangan yang sangat sedikit sehingga ketika
orang menginginkan sesuatu harus segera dipenuhi.
Ketika mendapat masalah yang dia anggap berat muncul anggapan bahwa dunia
begitu membencinya.
Berapa uang yang dimiliki akan habis dan atau tersisa sedikit dengan skala uang
yang dimiliki berada di hidup orang menengah dan tidak ada musibah selama
memegang uang tersebut. Untuk masalah makanan saja begitu kompleks dan
jenisnya banyak belum termasuk pakaian, rumah, barang-barang mewah, dsb.
Aliran Eudemonisme (Humanisme)
Eudomonisme berasal dari kata eudaimonia bahasa Yunani yang berarti kebahagiaan.
Aliran ini dikenalkan oleh Aristoteles dan Marx, Hegel. Menurut (Bertens, 2000: 235-
254) eudaimonisme menegaskan bahwa tujuan akhir hidup manusia adalah
kebahagiaan.
Contoh penerapan faham Humasnisme adalah makan dan minim untuk
mempertahankan hidup adalah baik, karena sesuai dengan kodrat kemanusiaan, tetapi
jika makan dan minum sedemikian banyak dengan tujuan kepuasan belaka sehingga
jatuh sakit adalah buruk.
Aliran Utilisme atau Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu
perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut
bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Utilitarianisme, dibedakan menjadi dua macam :
a. Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism)
Prinsip dasar utilitarianisme (manfaat terbesar bagi jumlah orang terbesar)
dinyatakan pada perbuatan.
b. Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism)
Utilitarianisme aturan membatasi diri pada justifikasi aturan-aturan moral.
Utilitarianisme Klasik diusung oleh Jeremy Bentham, James Mill dan, anaknya, John
Stuart Mill
Prinsip Utilitarianisme Klasik :
1. Semua tindakan mesti dinilai benar / baik atau salah / jelek semata-mata
berdasarkan konsekuensi atau akibat-akibatnya.
2. Dalam menilai konsekuensi atau akibat-akibatnya itu, satu-satunya yang
penting adalah jumlah kebahagiaan terbesar ketimbang penderitaan.
3. Dalam mengalkulasi kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkan, tidak boleh
kebahagiaan seseorang dianggap lebih penting daripada kebahagiaan orang lain.
Nilai Positif Aliran Utilisme atau Utilitarianisme
Rasionalitas
Menghargai kebebasan setiap pelaku moral
Universalitas
Analisis keuntungan dan kerugian dalam kerangka Etika bisnis (Etika
Utilitarianisme) :
• Pertama, keuntungan dan kerugian, cost and benefits, yang dianalisis tidak
dipusatkan pada keuntungan dan kerugian perusahaan.
• Kedua, analisis keuntungan dan kerugian tidak ditempatkan dalam kerangka
uang.
• Ketiga, analisis keuntungan dan kerugian untuk jangka panjang
Kelemahan Etika Utilitarianisme :
Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis
akan menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit.
Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada
dirinya sendiri dan hanya memperhatikan niali suatu tindakan sejauh berkaitan
dengan akibatnya.
Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang.
Variable yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.
Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarianisme saling bertentangan, maka
akan ada kesulitan dalam menentukan prioritas di antara ketiganya.
Etika utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu
dikorbankan demi kepentingan mayoritas.
Contoh Utilitarianisme :
Kasus tentang Pewarna Pakaian yang digunakan pada makanan anak-anak. Secara etis
hal ini sangat tidaklah beretika, karena akan merugikan orang lain namun dalam konsep
utilitarinisme hal ini akan menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit bagi penjualnya
karena dia mampu menggantikan pewarna yang mahal dengan pewarna yang murah.
Dengan demikian, kasus ini akan menyebabkan kerugian dan telah mengesampingkan
hak orang lain. Disinilah letak minus prinsip utilitarianisme walaupun menguntungkan
pada salah seorangnya.
Aliran Vitalisme
Vitalisme berasal dari kata vita yang berarti hidup, Menurut vitalisme perbuatan yang
baik itu adalah perbuatan yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia untuk
menaklukan manusia lain yang lemah. Aliran ini terdiri dari dua kelompok yaitu (1)
vitalisme pessimistis (negative vitalistis) dan (2) vitalisme optimistime. Kelompok
pertama terkenal dengan ungkapan “homo homini lupus” artinya “manusia adalah
serigala bagi manusia yang lain”. Sedangkan menurut aliran kedua “perang adalah
halal”, sebab orang yang berperang itulah (yang menang) yang akan memegang
kekuasaan. Tokoh terkenal aliran vitalisme adalah F. Niettsche yang banyak
memberikan pengaruh terhadap Adolf Hitler.
Aliran Theologis
Theologisme berasal dari kata theos bahasa Yunani yang berarti Tuhan. Aliran ini
berpendapat bahwa suatu perbuatan manusia adalah baik jika sesuai dengan kehendak
Tuhan. Tuhan berhak menentukan apakah perbuatan itu baik atau buruk . Misalnya
membunuh tidak terlarang karena buruknya melainkan karena Tuhan telah
melarangnya.
Kesulitan yang dihadapi:
1. Didunia terdapat banyak agama yang mempunyai kitab suci masing2 ( misalnya
sering dijumpai penilaian yang berbeda, atas perbuatan tentang poligami,
makan daging babi , perceraian dll )
2. Kehendak Tuhan yang terdapat dalam kitab suci sering kali dirumuskan secara
umum, sehingga timbul berbagai mashab.
Konsep Hak-Hak Moral
Dasar Hak Moral
Teori Kant didasarkan pada prinsip moral yang ia sebut perintah kategoris, dan yang
mewajibkan semua orang diperlakukan sebagai makhluk yang bebas dan sederajat
dengan yang lain. Rumusan perintah kategoris Kant mencakup 2 kriteria dalam
menentukan apa yang benar dan salah secara moral yaitu Universalisabilitas dan
Reversibilitas.
Hak moral memiliki 3 karakteristik penting yang memberikan fungsi pemungkinan dan
pelindungan antara lain:
1. Hak moral erat dengan kewajiban.
Memiliki hak moral bearti orang lain memiliki kewajiban tertentu terhadap
pemilik hak tersebut. Misalkan hak moral untuk melakukan ibadah sesuai
keyakinan saya, dapt didefinisikan kaitannya dengan kewajiban moral orang
lain untuk tidak mengganggu ibadah yang saya lakukan.
2. Hak moral memberikan otonomi dan kesetaraan bagi individu dalam mencari
kepentingan mereka. Hak menunjukkkan aktivitas yang bebas mereka cari.
Misalnya saat akan melakukan ibadah sesuai keyakinan, maka tidak perlu izin
orang lainsaat melaksanakannya.
3. Hak moral memberikan dasar untuk membenarkan tindakan yang dilakukan
seseorang dan untuk melindungi orang lain.
Hak Legal
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk hukum yang
ada. Hak legal berasal dari undang-undang atau peraturan hukum yang ada di Negara
tersebut. Contohnya : jika Negara mengeluarkan aturan bahwa setiap warganya berhak
mendapatkan pendidikan dan belajar, maka warganya dapat belajar di sekolah maupun
di negara tersebut tanpa adanya penolakan dengan alasan yang tidak masuk akal.
Hak moral tidak sama dengan hak legal walau banyak yang mengangggap sama. Hak
moral dibangun dan dibenarkan atas dasar pertimangan moral bukan legal. Hak moral
dibangun atas adanya kerjasama dan negoisasi dalam bisnis. Hak moral akan menjadi
kuat jika dilindungi oleh status hukum.
Teori keadilan sebagai azas persamaan menurut Rawls
Teori keadilan Rawls dapat disimpulkan memiliki inti sebagai berikut:
1. Memaksimalkan kemerdekaan. Pembatasan terhadap kemerdekaan ini hanya
untuk kepentingan kemerdekaan itu sendiri,
2. Kesetaraan bagi semua orang, baik kesetaraan dalam kehidupan sosial maupun
kesetaraan dalam bentuk pemanfaatan kekayaan alam (“social goods”).
Pembatasan dalam hal ini hanya dapat dizinkan bila ada kemungkinan
keuntungan yang lebih besar.
3. Kesetaraan kesempatan untuk kejujuran, dan penghapusan terhadap
ketidaksetaraan berdasarkan kelahiran dan kekayaan.
Untuk meberikan jawaban atas hal tersebut, Rawls melahirkan 3 (tiga) prinsip keadilan
:
1. Prinsip Kebebasan yang sama (equal liberty of principle)
2. Prinsip perbedaan (differences principle)
3. Prinsip persamaan kesempatan (equal opportunity principle)
Rawls berpendapat jika terjadi benturan (konflik), maka: Equal liberty principle harus
diprioritaskan dari pada prinsip-prinsip yang lainnya. Dan, Equal opportunity principle
harus diprioritaskan dari pada differences principle.
1. Teori Keadilan ( A Theory of Justice )
Keadilan adalah Kejujuran (Justice as Fairness) masyarakat adalah kumpulan
individu yang di satu sisi menginginkan bersatu karena adanya ikatan untuk
memenuhi kumpulan individu – tetapi disisi yang lain – masing-masing
individu memiliki pembawaan serta hak yang berbeda yang semua itu tidak
dapat dilebur dalam kehidupan sosial.
2. Selubung Ketidaktahuan (Veil of Ignorance)
Setiap orang dihadapkan pada tertutupnya seluruh fakta dan keadaan tentang
dirinya sendiri, termasuk terhadap posisi sosial dan doktrin tertentu, sehingga
membutakan adanya konsep atau pengetahuan tentang keadilan yang tengah
berkembang. Orang-orang atau kelompok yang terlibat dalam situasi yang sama
tidak mengetahui konsepsi-konsepsi mereka tentang kebaikan.
3. Posisi Original (Original Position)
Posisi Original” yang bertumpu pada pengertian ekulibrium reflektif dengan
didasari oleh ciri Rasionalitas (rationality), Kebebasan (freedom), dan
Persamaan (equality). Guna mengatur struktur dasar masyarakat (basic structure
of society).
Situasi yang sama dan setara antara tiap-tiap orang di dalam masyarakat
Tidak ada pihak yang memiliki posisi lebih tinggi antara satu dengan
yang lainnya.
Pada keadaan ini orang-orang dapat melakukan kesepakatan dengan
pihak lainnya secara seimbang.
4. Prinsip Kebebasan yang Sama (equal liberty principle)
Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan-kebebasan dasar yang
paling luas dan kompatibel dengan kebebasan-kebebasan sejenis bagi orang
lain. “Setiap orang mempunyai kebebasan dasar yang sama”. Dalam hal ini
kebebasan-kebebasan dasar yang dimaksud antara lain:
kemerdekaan berpolitik (political of liberty),
kebebasan berpendapat dan mengemukakan ekspresi (freedom of speech and
expression),
kebebasan personal (liberty of conscience and though).
kebebasan untuk memiliki kekayaan (freedom to hold property)
Kebebasan dari tindakan sewenang-wenang.
5. Prinsip Ketidaksamaan (inequality principle)
Difference principle (prinsip perbedaan) – Ketidaksamaan sosial dan ekonomi
diatur sedemikian rupa, sehingga diperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi
anggota masyarakat yang paling tidak diuntungkan.
Equal opportunity principle (prinsip persamaan kesempatan)- Jabatan-jabatan
dan posisi-posisi harus dibuka bagi semua orang dalam keadaan dimana adanya
persamaan kesempatan yang adil.
Jadi sebenarnya ada 2 (dua) prisip keadilan Rows, yakni equal liberty principle dan
inequality principle. Akan tetapi inequality principle melahirkan 2 (dua) prinsip
keadilan yakni Difference principle dan Equal opportunity principle, yang akhirnya
berjunlah menjadi 3 (tiga) prisip, dimana ketiganya dibangun dari kotrusi pemikiran
Original Position.
Prinsip-Prinsip Pelaku Bisnis
Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para pelaku
bisnis.
1. Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral
atas keputusan yang diambil.
2. Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujuran
karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (missal, kejujuran dalam
pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja
dan lain-lain).
3. Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang
sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.
4. Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
5. Prinsip Integritas Moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para
pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik
perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.
Kesimpulan
Dari pemahaman saya setelah mempelajari Philosophical Ethics and Business yang saya
dapat dari berbagai sumber, dalam persaingan dunia usaha, penerapan etika bisnis
merupakan hal yang sangat penting untuk dijalankan oleh sebuah perusahaan. Pada saat ini,
kita memasuki era keterbukaan, baik-buruknya sebuah perusahaan dapat tersebar dengan
cepat dan luas. Etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan dari masing-masing
elemen, seperti supplier, perusahaan, dan konsumen. Masing-masing elemen tersebut harus
menjaga etika, sehingga kepercayaan yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga dengan baik.
Dalam kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang wajar, asalkan dalam
mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak. Jadi, dalam mencapai tujuan
dalam kegiatan berbisnis ada batasnya. Ada kepentingan dan hak-hak orang lain yang perlu
diperhatikan.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan
hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama
jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang
menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga
bisnis yang baik secara moral. Saling menjaga kepercayaan dalam kerjasama akan
berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan tersebut, baik dalam lingkup mikro
maupun makro. Tentunya ini tidak akan memberikan keuntungan segera, namun ini adalah
wujud investasi jangka panjang bagi seluruh elemen dalam lingkaran bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
Kant, Fundamental Principles of the Metaphysics of Morals, Translated by Thomas K.
Abbott with an introduction by Marvin Fox ( New York: The Bobbs-Merill Company,
Inc., 1949), p. 57.
jamilah.staff.gunadarma.ac.id
http://digilib.uinsby.ac.id/672/5/Bab%202.pdf
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/360/jbptunikompp-gdl-uminarinaw-17979-1-
teori.pdf
https://ilhamendra.files.wordpress.com/2010/10/bagan-keadilan-raws.jpg?w=595