20
EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN A. PENGERTIAN EPISTEMOLOGI Epistomologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Secara linguistik kata “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu: kata “Episteme” dengan arti pengetahuan dan kata “Logos” berarti teori, uraian, atau alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan yang dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of knowledge. Istilah epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi epistemologi adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan. Masalah utama dari epistemologi adalah bagaimana cara memperoleh pengetahuan, Sebenarnya seseorang baru dapat dikatakan berpengetahuan apabila telah sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi artinya pertanyaan epistemologi dapat menggambarkan manusia mencintai pengetahuan. Hal ini menyebabkan eksistensi epistemologi sangat urgen untuk menggambar manusia berpengetahuan yaitu dengan jalan menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang dipertanyakan dalam epistemologi. Makna pengetahuan dalam epistemologi adalah nilai tahu manusia tentang sesuatu 1

Epistemologi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Epistemologi

EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN

A. PENGERTIAN EPISTEMOLOGI

Epistomologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan

hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta

pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.

Secara linguistik kata “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu: kata “Episteme”

dengan arti pengetahuan dan kata “Logos” berarti teori, uraian, atau alasan. Epistemologi

dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan yang dalam bahasa Inggris dipergunakan

istilah theory of knowledge. Istilah epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori

pengetahuan yang benar dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara

terminologi epistemologi adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat

tentang pengetahuan.

Masalah utama dari epistemologi adalah bagaimana cara memperoleh pengetahuan,

Sebenarnya seseorang baru dapat dikatakan berpengetahuan apabila telah sanggup menjawab

pertanyaan-pertanyaan epistemologi artinya pertanyaan epistemologi dapat menggambarkan

manusia mencintai pengetahuan. Hal ini menyebabkan eksistensi epistemologi sangat urgen

untuk menggambar manusia berpengetahuan yaitu dengan jalan menjawab dan

menyelesaikan masalah-masalah yang dipertanyakan dalam epistemologi. Makna

pengetahuan dalam epistemologi adalah nilai tahu manusia tentang sesuatu sehingga ia dapat

membedakan antara satu ilmu dengan ilmu yang lainnya.

B. KEDUDUKAN EPISTEMOLOGI DALAM ILMU FILSAFAF

Ruang lingkup filsafat ada 3 macam, yaitu: Ontologi atau metafisika yang merupakan

filsafat tentang realita, Epistemologi, yaiutu filsafat tentang ilmu pengetahuan, dan Axiologi,

yaitu filsafat tentang nilai. Secara luas dapat dikatan bahwa epistimologi adalah bagian

filsafat yang membahas masalah-masalah pengetahuan. Epistemologi berasal dari bahasa

Yunani, yaitu episteme, yang berarti pengetahuan (knowledge) dan logos yang berarti ilmu.

Jadi menurut arti katanya, epistemologi ialah ilmu yang membahas masalah-masalah

pengetahuan. Di dalam Webster New International Dictionary, epistemologi diberi definisi

sebagai berikut: Epistimology is the theory or science the method and grounds of knowledge,

especially with reference to its limits and validity, yang artinya Epistemologi adalah teori

atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang

1

Page 2: Epistemologi

berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya pengetahuan

itu. (Darwis. A. Soelaiman, 2007, hal. 61).

Istilah Epistemologi banyak dipakai di negeri-negeri Anglo Saxon (Amerika) dan jarang

dipakai di negeri-negeri continental (Eropa). Ahli-ahli filsafat Jerman menyebutnya

Wessenchaftslehre. Sekalipun lingkungan ilmu yang membicarakan masalah-masalah

pengetahuan itu meliputi teori pengetahuan, teori kebenaran dan logika, tetapi pada umumnya

epistemology itu hanya membicarakan tentang teori pengetahuan dan kebenaran saja.

Epistemologi atau Filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang

mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Apabila kita berbicara mengenai filsafat

pengetahuan, yang dimaksud dalam hal ini adalah ilmun pengetahuan kefilsafatan yang

secara khusus hendak memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan.

Beberapa pakar lainnya juga mendefinisikan espitemologi, seperti J.A Niels Mulder

menuturkan, epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang watak, batas-

batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. Jacques Veuger mengemukakan, epistemology

adalah pengetahuan tentang pengetahuan dan pengetahuan yang kita miliki tentang

pengetahuan kita sendiri bukannya pengetahuan orang lain tentang pengetahuan kita, atau

pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan orang lain. Pendek kata Epistemologi

adalah pengetahuan kita yang mengetahui pengetahuan kita. Abbas Hammami Mintarejo

memberikan pendapat bahwa epistemology adalah bagian filsafat atau cabang filsafat yang

membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau pembenaran

dari pengetahuan yang telah terjadi itu. (Surajiyo, 2008, hal. 25).

Dari beberapa definisi yang tampak di atas bahwa semuanya hampir memiliki pemahaman

yang sama. Epistemologi adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya

pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan

keshahihan pengetahuan. Jadi objek material dari epistemology adalah pengetahuan dan

objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu.

C. DEFINISI PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila

seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu

terdiri dari unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang

ingin diketahuinya. Oleh karena itu, pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang

mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu

yang dihadapinya sebagai hal ingin diketahuinya. Jadi bisa dikatakan pengetahuan adalah

2

Page 3: Epistemologi

hasil tahu manusia terhadap sesuatu. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam

menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang.

Pengetahuan itu hanya dikenal dan ada di dalam pikiran manusia, tanpa pikiran maka

pengetahuan tidak akan eksis. Oleh karena itu keterkaitan antara pengetahuan dan pikiran

sesuatu yang kodrati. (Surajiyo, 2008, hal. 26).

D. TERJADINYA PENGETAHUAN

Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yanag sangat ungen untuk dibahas di

dalam Epistemologi, sebab orang akan berbeda pandangan terhadap terjadinya pengetahuan.

Terjadinya pengetahuan dapat bersifat apriori dan aposteriori. Apriori yaitu pengetahuan

yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun

pengalaman batin. Aposteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman.

Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan menurut John Hospers dalam bukunya

An Introduction to Philosophical Analysis mengemukakan ada enam hal, (Surajiyo. 2008.

Hal. 28) diantaranya:

1. Pengalaman Indera (Sense Experience)

Orang sering merasa penginderaan merupakan alat yang paling vital dalam

memperoleh pengetahuan. Pengalaman indera merupakan sumber pengetahuan yang berupa

alat-alat untuk menangkap objek dari luar diri manusia melalui kekuatan indera. Kekhilafan

akan terjadi apabila ada ketidak normalan antara alat-alat itu. Ibn Sina mengutip ungkapan

filosof terkenal Aristoteles menyatakan bahwa barang siapa yang kehilangan indra-indranya

maka dia tidak mempunyai makrifat dan pengetahuan. Dengan demikian bahwa indra

merupakan sumber dan alat makrifat dan pengetahuan ialah hal yang sama sekali tidak

disangsikan. Hal ini bertolak belakang dengan perspektif Plato yang berkeyakinan bahwa

sumber pengetahuan hanyalah akal dan rasionalitas, indra-indra lahiriah dan objek-objek fisik

sama sekali tidak bernilai dalam konteks pengetahuan. Dia menyatakan bahwa hal-hal fisikal

hanya bernuansa lahiriah dan tidak menyentuh hakikat sesuatu. Benda-benda materi adalah

realitas-realitas yang pasti sirna, punah, tidak hakiki, dan tidak abadi.

2. Nalar (Reason)

Nalar adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau

lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Salah satu tokoh dari paham ini

3

Page 4: Epistemologi

adalah Plato, seorang filosof Yunani yang dilahirkan di Athena. Plato berpendapat bahwa

untuk memperoleh pengetahuan itu pada hakikatnya adalah dengan mengingat kembali.

3. Otoritas (Authority)

Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh

kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena kelompoknya

memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam

pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh dari otoritas ini biasanya tanpa diuji lagi,

karena orang yang telah menyampaikannya mempunyai kewibaan tertentu.

4. Intuisi (Intuition)

Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia berupa proses kejiwaan tanpa

suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan yang berupa pengetahuan.

Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui

kenyataan karena pengetahuan ini muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu. Menurut

Mohamad Taufiq dalam sebuah tulisannya mengatakan bahwa intuisi adalah daya atau

kemampauan untuk mengetahui atau memahami sesuatu tanmpa ada dipelajari terlebih

dahulu dan berasal dari hati.

5. Wahyu (Revelation)

Sebagai manusia yang beragama pasti meyakini bahwa wahyu merupakan sumber

ilmu, Karena diyakini bahwa wahyu itu bukanlah buatan manusia tetapi buatan Tuhan Yang

Maha Esa. Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada nabi-Nya untuk

kepentingan ummatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada

kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu

sumber pengetahuan, karena kita mengenal sesuatu melalui kepercayaan kita.

6. Keyakinan (Faith) .

Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh

melalui kepercayaan. Adapun keyakinan itu sangat statis, kecuali ada bukti-bukti yang akurat

dan cocok untuk kepercay

E. JENIS-JENIS PENGETAHUAN

Pengetahuan Menurut Soejono Soemargono dapat dibagi atas Pengetahuan Non-

Ilmiah dan Pengetahuan Ilmiah.

4

Page 5: Epistemologi

1. Pengetahuan Non-Ilmiah, yang mana pengetahuan ini adalah pengetahuan yang diperoleh

dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah. Dalam

hal ini termasuk juga pengetahuan yang meskipun dalam babak terakhir direncanakan

untuk diolah lebih lanjut menjadi pengetahuan ilmiah, yang biasanya disebut pengetahuan

pra-ilmiah. Misalnya, pengetahuan orang tentang manfaat rebusan daun jambu biji untuk

mengurangi gejala diare. Secara umum yang dimaksud dengan pengetahuan non-ilmiah

ialah segenap hasil pemahaman manusia mengenai sesuatu objek tertentu yang terdapat

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini yang cocok adalah hasil penglihatan dengan

mata, hasil pendengaran telinga, hasil penciuman hidung, hasil pengecapan lidah dan hasil

perabaan kulit. Disamping itu, sering kali di dalamnya juga termasuk hasil-hasil

pemahaman yang merupakan campuran dari hasil inderawi dengan hasil pemikiran secara

akali. Juga pemahaman manusia yang berupa tangkapan-tangkapan terhadap hal-hal yang

biasanya disebut ghaib, misalnya pengetahuan orang tertentu tentang jin atau makhluk

halus di tempat tertentu, keampuhan pusaka, dan lain-lain. Pengetahuan non-ilmiah

mempunyai ciri-ciri penelitian tidak sistematik, data yang dikumpulkan dan cara-cara

pengumpulan data bersifat subyektif yang sarat dengan muatan-muatan emosi dan

perasaan dari si peneliti. Karena itu pengetahuan non-ilmiah adalah pengetahuan yang

coraknya subyektif.

2. Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh degan

menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih

sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan cara

berfikir yang khas, yaitu Metode ilmiah. Jujun S. Suriasumantri menambahkan bahwa

metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.

Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapat lewat metode ilmiah. Tidak semua

pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara

mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus

dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum di dalam apa yang

dinamakan metode ilmiah. (Jujun S. Surisumantri. 1996. Hal. 119).

Secara etimologi metode berasal dari kata Yunani methodos, sambungan kata depan

meta (menuju, melalui, mengikuti, sesudah) dan kata benda hodos (jalan, perjalanan, cara,

arah) kata methodos sendiri lalu berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis ilmiah, uraian

ilmiah. Metode ialah cara bertindak menurut sistem/ aturan tertentu. (Surajiyo. 2008. Hal.

35). Jadi, Metode ilmiah adalah suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan

5

Page 6: Epistemologi

ilmiah. Dalam sains dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan, eksperimen,

generalisasi, dan verifikasi. Sedangkan dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya, yang terbanyak

dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan pengamatan. Pelaksanaan metode

ilmiah ini meliputi enam tahap, yaitu:

1. Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.

2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada

pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka.

3. Menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan

data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.

4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.

5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik untuk

menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif,

tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan

oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).

6. Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan

perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka

hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.

Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh

setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :

1. Rasa ingin tahu

2. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)

3. Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)

4. Tekun (tidak putus asa)

5. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)

6. Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang

F. ASAL-USUL PENGETAHUAN

Asal-usul pengetahuan adalah hal yang harus detahui oleh seseorang. Karena tanpa

mengetahui asal-usul pengetahuanm tersebut, maka kita tidak berangkat dari pemahaman

awal munculnya pengetahuan. Seorang yang berakal tentu ingin mengetahui tidak hanya apa

pengetahuan tetapi juga bagaimana ia muncul. Keinginan ini dimotivasi sebagian oleh asumsi

bahwa penyelidikan asal-usul pengetahuan dapat menjelaskannya. Oleh karena itu,

penyelidikan semacam itu menjadi salah satu tema utama Epistemologi dari zaman Yunani

6

Page 7: Epistemologi

kuno sampai sekarang. Untuk mendapatkan dari mana pengetahuan itu muncul bisa dilihat

dari aliran-aliran dalam pengetahuan.

Aliran-aliran dalam pengetahuan, diantaranya adalah:

a. Rasionalisme

Rasionalisme adalah aliran yang memandang bahwa yang menjadi dasar pengetahuan adalah

akal fikiran manusia. (Darwis A. Soelaiman. 2007. Hal 68). Pengalaman hanya dapat dipakai

untuk meneguhkan pengetahuan yang didapat oleh akal. Salah satu tokoh aliran aini adalah

Rene Descartes. Beliau memebedakan 3 ide yang ada di dalam diri manusia, yaitu: 1. Inneate

ideas (bawaan yang dibawa manusia sejak lahir), 2. Adventitious ideas (ide-ide yang berasal

dari luar diri manusia), dan 3. Factitious ideas (ide-ide yang dihasilkan oleh fikiran itu

sendiri).

b. Empirisme

Empirisme tercipta dalam himpunan sosial pada masyarakat Inggris dan Amerika, sekalipun

pandangan ini sebetulnya sudah ada sejak Aristoteles. Pempirisme tertuju kepada

keduniawian. (Darwis A. Soelaiman. 2007. Hal. 77). Aliran ini berpendapat bahwa empiris

atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan. Akal bukan menjadi sumber

pengetahuan, tetapi akal mendapat peran sebagai yang mengolah bahan-bahan yang diperoleh

oleh pengalaman.

c. Kritisisme

Aliran yang dikenal dengan kritisisme adalah aliran diintrodusir oleh Iummanuel Kant,

seorang filosof Jerman yang dilahirkan di Konigserg, Prusia Timur, Jerman. Aliran ini

memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber

pengetahuan manusia. (Juhaya S. Praja. 2005. Hal. 114). Pertentangan antara Rasionalisme

dan Empirisme hendak diselesaikan oleh Immanuel Kant dengan kritisismenya. Salah satu

ciri dari kritisisme adalah menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh

atas perpeduan antara peranan unsur Anaximenes priori yang berasal dari rasio serta berupa

ruang dan waktu dan peranan unsur aposteriori yang berasal dari pengalaman.

d. Positivisme

Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif di sini sama artinya dengan faktual, yaitu

apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita pernah boleh

melebihi fakta-fakta. Dengan denikian, maka ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh

7

Page 8: Epistemologi

terbaik dalam bidang pengetahuan. Tentu saja, maksud positivisme berkaitan erat dengan apa

yang dicita-citakan oleh empirisme. Positivisme pun mengutamakan pe

G. PENGERTIAN EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN

Epistemologi pendidikan adalah filsafat tentang sumber-sumber pendidikan dan seluk-beluk

pendidikan. Secara epistemologi, landasan pendidikan mengacu pada fitrah sebagai dasar

pengembangan dan inovasi pendidikan yang berkarakter, karena pendidikan yang berkarakter

selalu bertolak dari aspek-aspek kemanusiaan. Epistemologi diperlukan dalam pendidikan

antara lain dalam hubungannya dengan dasar kurikulum yaitu menyangkut materi yang

bagaimana serta bagaimana cara menyampaikan pengetahuan kepada anak didik disekolah.

Pertanyaan mengenai mengapa salah satu mata pelajaran dijadikan pelajaran wajib dan

mengapa pelajaran lain dijadikan sebagai mata pelajaran pilihan juga merupakan penerapan

epistemologi dalam bidang pendidikan. Beberapa contoh lain adalah menyangkut pertanyaan

berikut: metode mana yang paling tepat digunakan dalam proses pendidikan? Dengan sistem

pendidikan yang mana kegiatan pendidikan dilaksanakan untuk mendapatkan nilai

pendidikan yang benar?

H. RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI

Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam

menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan

pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang

didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu

merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yakni tercantum

dalam metode ilmiah.

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menjadi ilmu

pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan  sangat bergantung pada

metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan,

yaitu rasio dan fakta secara integratif. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal,

indera mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan,diantaranya adalah:

1. Metode induktif

Induksi merupakan suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi

disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Menurut David Hume (1711-1716),

8

Page 9: Epistemologi

pernyataan yang berdasarkan observasi tunggal betapa pun besar jumlahnya, secara logis tak

dapat menghasilkan suatu pernyataan umum yang tak terbatas.

2. Metode Deduktif

Deduksi merupakan  suatu metode yang menyimpulkan bahwa data empirik diolah lebih

lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode

deduktif ialah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.

3. Metode Positivisme

Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa

yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia menyampaikan segala uraian atau

persoalan di luar yang ada sebagai fakta.

Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap yaitu

teologis, metofisis, dan positif.

4. Metode Kontemplatif

Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh

pengetahuan sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda harusnya dikembangkan

suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.

5. Metode Dialektis

Merupakan metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat. Rasio atau akal

merupakan instrumen utama untuk memperoleh pengetahuan. Rasio ini telah lama digunakan

manusia untuk memecahkan atau menemukan jawaban atas suatu masalah pengetahuan.

Bahkan ini merupakan cara tertua yang digunakan manusia dalam wilayah keilmuan.

Pendekatan sistematis yang mengandalkan rasio disebut pendekatan rasional denagn

pegertian lain disebut dengan metode deduktif yaang dikenal denagn silogisme Aristoteles,

karena dirintis oleh Aristoteles.

Pada silogisme ini pengetahuan baru diperoleh melalui kesimpulan deduktif (baik

menggunakan logika deduktif, berpikir deduktif atau metode deduktif), maka harus ada

pengetahuan dan dalil umum yang disebut premis mayor yang menjadi sandaran atau dasar

berpijak dari kesimpulan-kesimpulan khusus. Bertolak dari premis mayor ini dimunculkan

premis minor yang merupakan bagia dari premis mayor. Setelah itu baru bisa ditarik

kesimpulan deduktif. Dismping itu, pendekatan rasiaonal ini selalu mendayagunakan

pemikiran dalam menafsirkan suatu objek berdasarkan argumentasi-argumentasi yang logis.

Jika kita berpedoman bahwa argumentasi yang benar adalah penjelasan yang memilki

9

Page 10: Epistemologi

kerangka berpikir yang paling meyakinkan, maka pedoman ini pun tidak mampu

memecahkan persoalan, sebab kriteria penilainya bersifata nisbi dan selalu subjektif. Lagi

pula kesimpulan yang benar menurut alur pemikiran belum tentu benar menurut kenyataan.

Seseorang yang menguasai teori-teori ekonomi belum tentu mampu menghasilkan

keuntungan yang besar, ketika dia mempraktekan teori-teorinya. Padahal teori-teori itu

dibangun menurut alur pemikiran yang benar.

Karena kelemahan rasionalisme atau metode deduktif inilah, maka memunculkan

aliran empirisme. Aliran ini dipelopori oleh Francis Bacon (1561-1626). Bacon yakin mampu

membuat kesimpulan umum yang lebih benar, bila kita mengumpulkan fakta melalui

pengamatan langsung, maka dia mengenalkan metode induktif sebagi lawan dari metode

deduktif. Sebagi implikasi dari metode induktif, tentunya Bacon menolak segala macam

kesimpulan yang tidak didasarkan fakta lapangan dan hasil pengamatan.

I. HUBUNGAN EPISTEMOLOGI DAN ILMU PENGETAHUAN

Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan

salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan,sumber

pengetahuan, asal mula pengetahuan,metode atau caraa memperoleh pengetahuan, validitas

dan kebenaran pengetahuan. Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta atau kenyataan dari

sudut pandang mengapa dan bagai mana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau

dibuktikan kebenarannya.

Jadi hubungan epistemologi dengan pengetahuan adalah untuk mengembangkan ilmu

secara produktif dan bertanggung jawab serta memberikan suatu gambaran-gambaran umum

mengenai kebenaran yang diajarkan dalam proses pendidikan.

J. Pembagian Epistemologi Ilmu Pendidikan.

Pada Umumnya Epistemologi Ilmu Pendidikan terdiri atas 2 pembahasan yaitu : Objek

Formal Ilmu Pendidikan dan Objek Material Ilmu Pendidikan.

Pembahasan selanjutnya akan membahas tentang kedua hal tersebut, antara lain :

1. Objek Formal Ilmu Pendidikan

Objek Formal Ilmu Pendidikan membahas tentang pendidikan, yang dapat diartikan secara

maha luas, sempit, dan luas terbatas. Berikut akan disampaikan perbandingan ketiganya.

2. Objek material ilmu pendidikan

Pembahsan tentang pendidikan sebagai sebuah sistem sudah sepatutnya diawali dengan

kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan adalah kegiatan yang menjembatani antara

10

Page 11: Epistemologi

kondisi-kondisi aktual dengan kondisi-kondisi ideal. Kegiatan pendidikan berlangsung dalam

satuan waktu tertentu dan berbentuk dalam berbagai proses pendidikan, yang merupakan

serangkaian kegiatan atau langkah-langkah yang digunakan untuk mengubah kondisi awal

peserta didik sebagai masukan, menjadi kondisi-kondisi ideal sebagai hasilnya. Berawal dari

segala kegiatan pendidikan itulah akan melahirkan sebuah sistem pendidikan yang mengatur

segala proses pendidikan berada dalam lingkup formal dan tersistematis.

Sebuah sistem operasional pendidikan seumur hidup mencakup komponen-komponen :

1. Tujuan-tujuan pendidikan seumur hidup

2. Asumsi-asumsi yang mendasari pendidikan seumur hidup

3. Prinsip-prinsip pembimbing untuk pengembangan sistem pendidikan seumur hidup

4. Bentuk-bentuk belajar, yang terdiri atas pendidikan umum yang berlangsung formal dan

non-formal dan pendidikan profesional yang formal dan non-formal.

Perpaduan antara empat komponen tersebut membentuk sebuah sistem-sistem belajar

di rumah, sekolah, dan masyarakat. Sistem belajar ini terbentuk dari dua komponen yaitu

menajemen pendidikan dan teknologi pendidikan yang mempunyai hubungan fungsional. Hal

–hal di atas menjadi sebuah indikasi yang nyata bahwasanya pendidikan seumur hidup selaras

dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia serta sesuai dengan jenjang pendidikan

yang sudah berjalan alami dan sistematis.

11

Page 12: Epistemologi

KESIMPULAN

Epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan dalam

bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi epistemologi adalah teori

mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan.

Objek epistemologi ini menurut Jujun S. Suriasuamantri berupa “ segenap proses yang

terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Selanjutnya, apakah yang menjadi

tujuan epistemologi tersebut? Jacques Martain mengatakan, “ tujuan epistemologi bukanlah

hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk

menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu.”

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menjadi ilmu

pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan  sangat bergantung pada

metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan,

yaitu rasio dan fakta secara integratif.

Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis

secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan. Epistemologi juga membekali daya

kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada.

12

Page 13: Epistemologi

DAFTAR PUSTAKA

Bilal, Asmabintu. 2014. Epistemologi Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Diakses dari

http://mudah-belajarbahasaarab.blogspot.co.id/2014/10/epistemologi-pengembangan

ilmu.html

Sundari, Wiwin. 2012. Epistemologi. Diakses dari http://blog.umy.ac.id/wiwinsundari/2011/

11/17/epistemologi-filsafat-pengetahuan/

13