4
Ilmu pendidikan Islam | 1 Peran Gerakan Islam Dalam Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia 1 Oleh: Fadh Ahmad Arifan (Alumni Jurusan Studi Islam, Pascasarjana UIN Malang) Pendidikan Islam di Indonesia saat ini berkembang pesat. Perkembangan tersebut salah satunya tak lepas dari peranan gerakan Islam yang sudah eksis sebelum kemerdekaan RI. Bisa disebutkan diantaranya Muhammadiyah, NU, al-Irsyad, Persatuan Islam dan lain-lain. Tiap gerakan Islam tersebut mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan ciri khasnya masing-masing guna memberantas kebodohan dan untuk tujuan kaderisasi di bidang dakwah. Dalam tulisan kali ini hanya dipilih beberapa gerakan Islam yang memiliki beberapa alumni yang menjadi tokoh nasional dan lembaga pendidikannya yang tersebar luas di bumi NKRI. A. Muhammadiyah Organisasi yang satu ini memang terdepan dalam hal pendidikan, sampai-sampai kursi Mendiknas menjadi jatah khusus bagi kader Muhammadiyah. Harus diakui Muhammadiyah punya segala-galanya mulai dari TK, sekolah dasar, pesantren, madrasah pembibitan ulama hingga beberapa universitas terkemuka. 2 Hal tersebut tidak lepas dari besarnya dana yang dimiliki Muhammadiyah, SDM yang berpendidikan tinggi, manejemen yang handal dan sikap yang tak segan “meminjam” kekuatan pihak lain. 3 Sudah ribuan kader yang dilahirkan oleh Muhammadiyah, dari Soekarno, Buya Hamka, Amien Rais, Azyumardi Azra dan Busyro Muqaddas (Salah satu pimpinan KPK). 4 Dalam dakwah di bidang pendidikan, Muhammadiyah bersifat terbuka dan tidak eksklusif. Artinya siapa pun boleh bersekolah di Muhammadiyah, tidak harus muslim. 5 1 Disampaikan pada pertemuan ke 8 mata kuliah “ilmu pendidikan Islam” di STAI al-Yasini Kab Pasuruan 2 M. Yunan Yusuf, Ensiklopedi Muhammadiyah (Jakarta: Rajawali Press, 2005). 3 Muhammadiyah dalam sejarahnya pernah mengadopsi sisi positif sistem pendidikan Barat, meminjam kemampuan ulama Persis dalam hal teologi dan Pemikiran islam, merekrut kader-kader NU dalam hal kaderisasi pemuka agama, menjalin koneksi dengan timur-tengah khususnya Arab saudi, Libya dan Iran. Dalam hal pembersihan paham-paham liberal, Muhammadiyah menerima sosok cendekia Muslim terkemuka Adian husaini PhD yang ternyata mantan kader HTI dan Dr. Zein an-Najah, alumni al-Azhar cairo. 4 Lihat Hery Sucipto dan Nadjamudin Ramly, Tajdid Muhammadiyah (Jakarta: Grafindo, 2005). 5 Gatra, Evolusi Pendidikan Islam (17-30 September 2009), hal 34-37

Fadh ahmad - Peran Gerakan Islam Dalam Pendidikan di indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fadh ahmad - Peran Gerakan Islam Dalam Pendidikan di indonesia

I l m u p e n d i d i k a n I s l a m | 1

Peran Gerakan Islam Dalam Pengembangan Pendidikan Islam

di Indonesia1

Oleh: Fadh Ahmad Arifan

(Alumni Jurusan Studi Islam, Pascasarjana UIN Malang)

Pendidikan Islam di Indonesia saat ini berkembang pesat. Perkembangan tersebut salah

satunya tak lepas dari peranan gerakan Islam yang sudah eksis sebelum kemerdekaan RI.

Bisa disebutkan diantaranya Muhammadiyah, NU, al-Irsyad, Persatuan Islam dan lain-lain.

Tiap gerakan Islam tersebut mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan ciri khasnya

masing-masing guna memberantas kebodohan dan untuk tujuan kaderisasi di bidang

dakwah. Dalam tulisan kali ini hanya dipilih beberapa gerakan Islam yang memiliki

beberapa alumni yang menjadi tokoh nasional dan lembaga pendidikannya yang tersebar

luas di bumi NKRI.

A. Muhammadiyah

Organisasi yang satu ini memang terdepan dalam hal pendidikan, sampai-sampai kursi

Mendiknas menjadi jatah khusus bagi kader Muhammadiyah. Harus diakui Muhammadiyah

punya segala-galanya mulai dari TK, sekolah dasar, pesantren, madrasah pembibitan ulama

hingga beberapa universitas terkemuka.2 Hal tersebut tidak lepas dari besarnya dana yang

dimiliki Muhammadiyah, SDM yang berpendidikan tinggi, manejemen yang handal dan

sikap yang tak segan “meminjam” kekuatan pihak lain.3 Sudah ribuan kader yang

dilahirkan oleh Muhammadiyah, dari Soekarno, Buya Hamka, Amien Rais, Azyumardi

Azra dan Busyro Muqaddas (Salah satu pimpinan KPK).4

Dalam dakwah di bidang pendidikan, Muhammadiyah bersifat terbuka dan tidak

eksklusif. Artinya siapa pun boleh bersekolah di Muhammadiyah, tidak harus muslim.5

1 Disampaikan pada pertemuan ke 8 mata kuliah “ilmu pendidikan Islam” di STAI al-Yasini Kab Pasuruan

2 M. Yunan Yusuf, Ensiklopedi Muhammadiyah (Jakarta: Rajawali Press, 2005).

3 Muhammadiyah dalam sejarahnya pernah mengadopsi sisi positif sistem pendidikan Barat, meminjam

kemampuan ulama Persis dalam hal teologi dan Pemikiran islam, merekrut kader-kader NU dalam hal kaderisasi pemuka agama, menjalin koneksi dengan timur-tengah khususnya Arab saudi, Libya dan Iran. Dalam hal pembersihan paham-paham liberal, Muhammadiyah menerima sosok cendekia Muslim terkemuka Adian husaini PhD yang ternyata mantan kader HTI dan Dr. Zein an-Najah, alumni al-Azhar cairo. 4 Lihat Hery Sucipto dan Nadjamudin Ramly, Tajdid Muhammadiyah (Jakarta: Grafindo, 2005).

5 Gatra, Evolusi Pendidikan Islam (17-30 September 2009), hal 34-37

Page 2: Fadh ahmad - Peran Gerakan Islam Dalam Pendidikan di indonesia

I l m u p e n d i d i k a n I s l a m | 2

Bahkan ada kampus Muhammadiyah di komunitas katolik di Kupang, NTT. Menurut

Abdul Mu’ti, peneliti lembaga pendidikan Muhammadiyah, di Universitas Muhammadiyah

Kupang (UMK), juga disediakan dosen agama Katolik, malah ketua jurusannya ada yang

non muslim. Perlu diketahui, 80% mahasiswa UMK non muslim.6 Di usianya yang

melewati satu abad, penulis melihat bahwa ada yang belum dimiliki Muhammadiyah dalam

memberdayakan umat melalui jalur pendidikan, misalnya Lembaga khusus mengkaji

Zionisme, Perpustakaan yang memadai di setiap masjid dan Wadah pembibitan

entrepreneur muslim.7

B. Nahdlatul ulama

Seperti yang kita ketahui, NU sejak kelahirannya pada 1926 amat memperhatikan

keberadaan pondok pesantren. Bisa dilihat dalam anggaran dasarnya (1927) dinyatakan

bahwa bidang garapan NU untuk mencerdaskan SDM dengan membantu pembangunan

pondok pesantren. Fungsi pesantren adalah sebagai Lembaga dakwah, pengkaderan Ulama,

pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian masyarakat.8

Tercatat ada beberapa pesantren yang berkultur NU dan memiliki nama besar. Misalnya

Ponpes Lirboyo Kediri, Ponpes Darul Ulum Jombang, Ponpes Sidogiri Pasuruan, Ponpes

Ngalah Purwosari, Ponpes Terpadu al-Yasini Kab Pasuruan, Ponpes An-Nur II Bululawang

dan Pesantren al-Amin Sumenep. Perlu diingat juga, bahwa di luar Pondok pesantren, NU

masih memiliki model pendidikan tersendiri. Namanya Ma’arif. Dalam struktur organisasi

NU. Lembaga pendidikan Ma’arif adalah perangkat yang bertanggung jawab menangani

pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan dan pengajaran.9

Dalam pandangan banyak orang, selama ini petinggi-petinggi NU kurang perhatian

dalam hal pendidikan dibanding soal politik.10

Sudah jamak diketahui bahwa NU kurang

memiliki manejemen yang handal, SDM yang kurang kompeten (miskin intelektual) dan

ketidakjelasan konsep pendidikan. Sebagai organisasi yang dominan di Pulau Jawa, NU

hingga kini belum mempunyai Universitas Islam yang kualitasnya sebagus Universitasnya

6 Ibid.

7 Muhammadiyah juga belum punya pemikiran yang komprehensif dalam politik, kenegaraan, ekonomi,

moral bahkan pemberdayaan wanita. Lihat Gatra edisi 1-7 Juli 2010, hal 52 8 H. Soeleiman Fadeli dan M. Subhan, Antologi NU, (Surabaya: Khalista, 2007), Hal. 133.

9 Republika, “Peran NU dalam Membangun Bangsa” edisi 21 Maret 2010. hal B7.

10 Ibid.

Page 3: Fadh ahmad - Peran Gerakan Islam Dalam Pendidikan di indonesia

I l m u p e n d i d i k a n I s l a m | 3

Muhammadiyah. Penulis apresiasi NU yang sudah memiliki TV Islam bernama TV9,

sesuatu yang baru dimiliki oleh Muhammadiyah pada 18 November 2013.11

Mudah-

mudahan dibawah kendali KH. Said Aqil siraj, NU suatu saat bisa memiliki Universitas

Islam dan Manajemen keuangan yang handal.

C. Perhimpunan Al-Irsyad

Al-Irsyad adalah wadah organisasi bagi komunitas arab non-Habaib. Pendiri-pendiri al-

Irsyad kebanyakan adalah pedagang, tetapi tokoh yang paling menonjol sepanjang sejarah

adalah Syeikh surkati.12

Secara kultur keagamaan ada kemiripan dengan Muhammadiyah

dan Persis. Dalam bidang pendidikan al-Irsyad memiliki banyak lembaga pendidikan

handal yang sudah melahirkan tokoh-tokoh ternama seperti, Umar Hubeis, AR Baswedan,

Munir bin Thalib (Aktivis HAM) dan Ust Abu Bakar ba’asyir. Saat ini pendidikan al-Irsyad

terpusat di Singapura, Bandung, Cirebon, Solo, Malang dan Surabaya.

D. Persatuan Islam (PERSIS)

Gerakan Islam yang cukup dominan di Jawa barat ini didirikan pada 12 September 1923

di Bandung oleh beberapa tokoh keturunan Palembang. Organisasi ini didirikan sebagai

respons atas kondisi umat Islam yang terbelakang akibat penjajahan. Persis sebagai

organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan, saat ini telah memiliki

sekitar 215 Pesantren, 400 masjid, serta lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga

perguruan tinggi. Itu semua tersebar di seluruh Indonesia.13

Dari hasil sistem pendidikan

Persis, lahirlah sejumlah tokoh Islam ternama seperti A. Hassan, M. Natsir (Perdana

Menteri RI tahun 1950), KH. Muhammad Isa Anshary, Teuku Hasbi Ash-Shiddieqy

(penggagas Fiqh Indonesia), KH. Shiddiq Amien, Artawijaya dan sebagainya.14

E. Nahdlatul wathan

Penduduk NTB yang sekarang jumlahnya mencapai 5 juta jiwa, tak terlepas dari

kontribusi gerakan Nahdlatul Wathan. Organisasi terbesar di NTB ini didirikan oleh Tuan

guru KH. Muhammad Zainudin Abdul Majid pada 22 Agustus 1937. Organisasi ini

11

“Luncurkan TVmu, Muhammadiyah Optimis Kelak Jadi Televisi Analog” hidayatullah.com tgl 15 November 2013 12

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3ES, 1987), hal 73. 13

Koran Republika, “Persis dan Gerakan Tajdid,” 3 Oktober 2010. Hal B1 14

Shiddiq Amien dkk, Panduan Hidup Berjamaah (Bandung: Tafakur, 2007), hal. 99-138.

Page 4: Fadh ahmad - Peran Gerakan Islam Dalam Pendidikan di indonesia

I l m u p e n d i d i k a n I s l a m | 4

bertujuan membebaskan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan dan

ketertinggalan. Usia organisasi yang telah mencapai 75 tahun ini sudah berpengalaman

dalam hal pendidikan Islam khususnya di NTB. Sedikitnya ada 16 lembaga yang dikelola.

Mulai pendidikan dasar, tsanawiyah, mahad hingga Perguruan tinggi (Universitas Nahdlatul

Wathan di Mataram).15

Saat ini sudah ribuan alumni dan kader yang dihasilkan oleh Nahdlatul wathan,

Beberapa di antara mereka sudah ada yang menjadi orang sukses, misalnya Tuan guru

bajang atau Dr Zainul Majdi yang sekarang menjadi Gubernur NTB (2 periode), Ahzar

Abduh (walikota Mataram), Dr. Sunarpi (Rektor Universitas Mataram), dan Zulkifli Mahdi

(Bupati Sumbawa Barat).16

F. Al-Jami’iatul Al-Washliyah

Al Washliyah sangat erat sekali dengan awal perkembangan dari situasi dan kondisi

yang ada di Sumatera Utara (yang dahulu disebut Sumatera Timur). Organisasi ini resmi

berdiri pada hari minggu tanggal 30 November 1930. Berdirinya oragnisasi ini dikarenakan

dua faktor: pertama, semangat nasionalisme saat penjajahan Belanda. Kedua, Munculnya

masalah khilafiyah di tengah masyarakat.17

Peran al-Washliyah dalam bidang pendidikan bermula pada tahun 1932 di Medan.

Mendirikan Maktab Djami’iatoel Washliah. Lembaga ini ditata dengan sistem klasikal,

namun kurikulumnya terlihat adanya orientasi kepada pendidikan modern. Dalam upayanya

memajukan pendidikan, al-Washliyah bersikap terbuka dan mengambil dari mana saja yang

dianggap berpengalaman dan berhasil dalam pengelolaan pendidikan.18

Kabar terakhir, al-

Washliyah sudah memiliki kantor pusat di Jakarta dan 23 perwakilan di seluruh Indonesia.

Selain itu, al-Washliyah sudah memiliki lembaga pendidikan Islam dari tingkat dasar

hingga Perguruan tinggi khususnya di Sumatera utara, Aceh, Jawa barat dan Kalimantan

selatan.19

Wallhu’allam bishowwab

15

Republika, Nahdlatul wathan 25 Juli 2010. Hal. B1 16

Ibid. hal B7 17

Lihat Ali M Zebua, Muhammadiyah dan al-Washliyah di Sumatera Utara, (dipublikasikan dalam limzebua.wordpress.com tgl 19 Februari 2012) 18

Samsu Nizar dan Muhammad Syaifuddin, Isu-Isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam, (Kalam Mulia, 2010), hal 153-154 19

Sumber: https://crawford.anu.edu.au/acde/ip/pdf/seminars/20120829-Kevin-Fogg.pdf